BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Pada dasarnyasetiapmanusia membutuhkanpelayanan, baik yang bersifat
pribadi maupun yang bersifat publik. bahkan pelayanan tersebut telah menyentuh
segala sendi kehidupan yang tidakdapatdipisahkandengankehidupanmanusia.
Pelayanan menjadi salah satu hak dasar yang dilindungi konstitusi yang di atur di
dalam Undang-Undang Dasar(UUD) 1945yang mengamanatkan bahwaNegara
berkewajiban untuk memberikan pelayanan kepada setiap warga
Negarauntukmemenuhi hak berupa jaminan kepemilikan terhadap bidang tanah
yang diwujudkan dalam pemberian sertifikat hak atas tanah. Hal tersebut
merupakan pencerminan dari hubungan bangsa Indonesia dengan bumi,air dan
ruang angkasa. Hubungan tersebut tercermin dalam sila ke 5 Pancasila yaitu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pasal 33 UUD 1945, yang
kemudian di Implementasi dengan lahirnya UUPA no. 5 tahun 1960.
Bahwa kebutuhan terhadap pelayanan publik berupa pelayanan pertanahan
sangat penting dan menyentuh langsung pada sendi kehidupan masyarakat,
sehingga perlu diberi perlindungan hukum karena itu terbitlah Undang-undang
no.25 tahun 2009.
Dalam UUNo.25 Tahun 2009 tentangPelayanan Publik,
dijelaskanbahwa masyarakatberhak mendapatkan pelayananyang
PendayagunaanAparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003,pelayananpublikadalah segala kegiatanpelayanan
yangdilaksanakanolehpenyelenggara pelayananpubliksebagaiupayapemenuhan
kebutuhan penerimapelayanan maupun pelaksanaan ketentuan
perundang-undangan.
Jenis-jenis pelayanan di dalamUUNo.25Tahun2009meliputi
pelayananadministratif, pelayananbarang,danpelayananjasa.Dalam pemberian
pelayanan administratif, salah satunya adalah pelayanan untuk mendapatkan
pelayananpenerbitansertifikattanah, yang bertujuan untuk memberikan jaminan
kepastian hukumhakatas tanah.
Pelayanan di bidang pertanahan saat ini diberikan oleh Kementrian
Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional melalui kantor-kantor
Pertanahan yang terdapat di Kabupaten/Kota. Saat ini terdapat lebih kurang 500
kantor Pertanahan di seluruh wilayah Indonesia yang memberikan pelayanan di
bidang pertanahan. Demikian pula halnya di kota Medan, maka pelayanan di
bidang pertanahan dilakukan oleh kantor Pertanahan Kota Medan di bawah
koordinasi kantor wilayah provinsi Sumatera Utara yang luas wilayah pelayanan
mencapai lebih kurang 29.000 km2
Pelayanan pertanahan di kantor Pertanahan Kota Medan meliputi
Pengukuran, pemberian hak atas tanah, informasi tanah, pendaftaran tanah, hak
tanggungan, balik nama, roya, pemecahan hak atas tanah, pengukuran ulang,
perpanjangan jangka waktu hak guna bangunan hak pakai, pengabungan tanah,
sertifikat, pengelolaan pengaduan, pendaftaran surat keputusan pemberian hak.
Pelayanan pertanahan baru mencapai 46% dari luas kota Medan.
Masih rendahnya pelayanan pertanahan di Kantor Pertanahan Kota Medan
disebabkan beberapa hal di antaranya respon pegawai masih kurang positif
terhadap masyarakat kemudian jumlah pelaksana yang kurang memadai dan
waktu penyelesaian yang tidak tepat waktu.
Tanah merupakan aset yang bernilai tinggi. Selain itu, tanah merupakan
kebutuhanvitalbagisiapapunkarenadapatdipergunakandalamberbagaibidang,
baiktempattinggalataupemukiman, pertanian,perkebunan,perdagangan,industri,
danpenambangandanpadasaatinijugasering dipergunakanmasyarakatsebagai
investasi ataupun jaminan pinjaman baik kepadapihak bank negaramaupun
swasta.
Untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi
seluruh rakyatIndonesiadanmenekankonflik-konflikpertanahanyang
mungkinterjadimaka pemerintahmengeluarkanUUNo.5Tahun1960tentang
PeraturanDasar Pokok- PokokAgraria(UUPA).Karenaketika terjadisengketa
tanah,maka penyelesaian secara
formalmengharuskansetiappemeganghakatastanahbisamembuktikan
denganbukti-buktitertulis(sertifikattanah).Sertifikathak-hakatastanahberlaku
sebagaialatbuktiyangkuatsebagaimanaditegaskandalamPasal19ayat2hurufc UUPA
dan Pasal 32 ayat1 Peraturan PemerintahNomor24 Tahun 1997.
Tanah merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Hubungan
perlu suatu sistem pengaturan dibidang pertanhan yang dapat memberikan
kepastian hukum bagi masyarakat sebagai pemilik tanah. Pasal 33 ayat 3
menyatakan bumi, air dan kekayaan yang terdapat didalamnya dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Arah kebijakan pertanahan haruslah
sejalan dengan rencana pembangunan jangka menengah Nasional (RPJMN
2015-1019), dimana didasarkan atas visi Negara “ terwujudnya Indonesia yang
berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”.
Untuk mewujudkan arah kebijakan pertanahan tersebut diatas,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional (BPN) telah
mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 17 tahun 2015 tentang Kementerian
Agraria dan Republik Indonesia, yang merupakan implementasi dari UUPA
nomor 5 tahun1960 yang menegaskan kembali tentang hubungan bangsa
Indonesia dengan bumi, air dan ruang angkasa serta percepatan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah republik Indonesia.
Usaha tersebut diatas telah dilakukan sejak terbentuknya Badan
Pertanahan Nasional (BPN) pada tahun 1988 dengan Keputusan Presiden nomor
26 tahun 1988, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan pertanahan kepada
masyarakat dan menjadikan Badan Pertanahan Nasional (BPN) satu-satunya
lembaga yang mengurusi masalah pertanahan di wilayah Republik.
Sebagai salah satu faktor penting bagi terlaksananya program pembuatan
sertifikattanah, maka tingkatkesadaran masyarakatperlu diperhatikanterutama
terhadapindividuyangmemilikitanahsekaligusyang berkepentinganterhadap
keinginanataukesadaranuntuk melakukansertifikasitanah.Oleh karenanyamenjadi
tugasdariKantorPertanahansebagaiinstitusiyangbertugasdanbertanggungjawab di
bidang pertanahan untuk selalu berupaya melakukan sosialisasi terhadap
kebijakan-kebijakanPemerintahdibidang pertanahankepadamasyarakattermasuk
berapalama waktuyang dibutuhkan dan tatacara pengurusan sertifikat.
Kantor PertanahanKota Medanmerupakanunsur pelaksana Pemerintahan
Kota Medan dalambidang Pertanahanyang dipimpinolehseorang kepalakantor
yang beradadibawahdanbertanggung jawabkepadaMentri Agraria di bawah
koordinasi Kantor Wilayah BPN.
Berdasarkanlatarbelakang diatasmakapenulistertarikuntukmengadakan
penelitiandenganjudul:"EfektivitasPelayananPenerbitan SertifikatTanah di Kantor Badan Petanahan Nasional Kota Medan".
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkanuraiandarilatarbelakang masalahyang telahdikemukakandiatas,
maka rumusanmasalahyangakanditelitidalampenelitianiniadalah:“Bagaimana
Efektivitas PelayananPenerbitan Sertifikat Tanahdi Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kota Medan?"
1.3 TujuanPenelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivtas pelayanan penerbitan sertifikat tanah di Kantor Bdan Pertanahan
Nasional Kota Medan..
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas, dapat memberikan masukan bagi bidang studi Ilmu
AdministrasiNegara
mengenaikajiankualitaspelayananpenerbitansertifikat tanah.
2. BagiInstansi, untuk dapat memberikan masukankepadaKantor
Pertanahan Kota Medandalammemberikanpelayananyang
sesuaiuntukditerapkan dalam kegiatanpenerbitan sertifikat tanah.
3. Bagi penulis, untuk mengembangkan kemampuan dalam berpikir
dalam menganalisasetiapgejaladan permasalahanyang dihadapi
dilapangan.
1.5 Kerangka Teori
Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar
berpikir, yaitu kerangkateori.Sebelummelakukanpenelitianlebihlanjut,seorang
penelitiperlu menyusunkerangka teorisebagailandasanberpikir
untukmenggambarkandarisudut manapenelitimenyorotimasalahyangtelah
dipilih (Nawawi; 1993:40).
1.5.1 PelayananPublik 1.5.1.1 PengertianPelayanan
Pada dasarnya,pelayanandapatdidefinisikansebagaiaktivitasseseorang,
sekelompok orangdan/atau organisasi baik langsungmaupuntidak langsung
untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut
Davidow(Waluyo,2007:127),pelayananadalahhal-halyangjika diterapkanterhadapsesuatuprodukakanmeningkatkan dayaatau
MenurutKotler dalam Sinambela (2006 :4), pelayananadalah setiapkegiatan
yang menguntungkan dalam suatu kumpulan ataukesatuan dan menawarkan
kepuasan meskipun hasilnyatidak terikatpadasuatu produk secarafisik.
Moenir (Pasolong,2007:128),pelayananadalahprosespemenuhan
kebutuhan melaluiaktivitas oranglain secaralangsung.
Jikadihubungkandenganadministrasipublik, pelayananadalahkualitas birokrat
terhadap masyarakat (Sinambela, 2008 :6)
1.5.2.2 PengertianPelayananPublik
Sinambela (Pasolong,2007:128)mendefinisikanpelayananpubliksebagai
setiapkegiatanyangdilakukanpemerintahterhadapsejunmlahmanusiayang
memilikisetiapkegiatanyang menguntungkandalamsuatukumpulanatau
kesatuan danmenawarkankepuasaanmeskipunhasilnya tidakterikatpadasuatu
produk secarafisik.
Pelayanan publik menurut Agung Kurniawan (Pasolong,
2007:128)adalah pemberianpelayanan(melayani)keperluanorang
lainataumasyarakatyang mempunyaikepentinganpada
organisasiitusesuaidenganaturanpokokdan tatacarayangtelah ditetapkan.
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagaiupaya pemenuhan kebutuhanpenerima pelayananmaupun pelaksanaan
ketentuan perundang-undangan.Pada
primakepadamasyarakatyang merupakanperwujudankewajiban aparatur
negarasebagai abdi masyarakat.
1.5.2.3 Asas danTujuanPelayananPublik
Untuk dapatmemberikan pelayananyang memuaskan bagipengguna,
penyelenggaraan pelayanan harus memenuhiasas-asaspelayanan berdasarkan
Undang-UndangNo. 25 tahun 2009 (pasal 4),yaitu:
1. Kepentingan umum.
Artinya, pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan kepentingan
pribadi dan ataugolongan.
2. Kepastian hukum.
Artinya,jaminan terwujudnya hakdankewajibandalampenyelenggaraan
pelayanan.
3. Kesamaanhak.
Artinya, pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama,
golongan,gender dan status ekonomi.
4. Keseimbangan hak dan kewajiban.
Artinya,pemenuhanhakharussebanding dengankewajibanyang harus
dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerimapelayanan.
5. Keprofesionalan.
Artinya, pelaksanapelayananharusmemilikikompetensiyang sesuai
dengan bidangtugas.
6. Partisipatif.
pelayanandenganmemperhatikanaspirasi,kebutuhan danharapan
masyarakat.
7. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif.
Artinya, setiap warganegaramemperoleh pelayananyangadil.
8. Keterbukaan
Artinya,setiappenerimapelayanan dapatdengan mudah mengakses dan
memperoleh informasi mengenai pelayananyang diinginkan.
9. Akuntabilitas.
Artinya,prosespenyelengaraanpelayanan harus dapat
dipertanggungjawabkansesuai denganketentuan peraturanperundang-
undangan.
10.Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan.
Artinya, pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan
sehingga terciptakeadilan dalam pelayanan.
11.Ketepatanwaktu.
Artinya,penyelesaian setiapjenispelayanandilakukantepatwaktusesuai
dengan standar pelayanan.
12.Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan.
Artinya,setiapjenispelayanandilakukansecaracepat,mudah dan
terjangkau.
Secara teoritis,tujuanpelayananpublikpada dasarnya adalahmemuaskan
masyarakat.Untukmencapaikepuasaanitudituntutkualitaspelayananprima
1. Transparansi.
Yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh
semuapihakyang membutuhkandandisediakansecaramemadaiserta
mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas.
Yaitu pelayananyang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
3. Kondisional.
Yaitu pelayananyang sesuaidengan kondisidan kemampuan pemberi
dan penerimapelayanandengantetapberpegangpada prinsipefisiensidan
efektivitas.
4. Partisipatif.
Yaitupelayananyangdapatmendorong peransertamasyarakatdalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapanmasyarakat.
5. Kesamaan hak.
Yaitupelayananyang tidakmelakukandiskriminasidilihatdariaspek
apapun khususnyasuku,ras, agama,golongan, status sosial dan lain-lain
6. Keseimbangan hak dan kewajiban.
Yaitupelayananyang mempertimbangkanaspekkeadilanantarapemberi
dan penerimapelayananpublik.
Menurut Zethaml &Haywood Farmer (Pasolong, 2007 : 133), ada tiga
karakteristik utamatentangpelayanan,yaitu:
1. Intangibility
Pelayananpada dasarnya bersifat performance danhasilpengalamandan
bukan objeknya.Kebanyakan pelayanan tidak dapatdihitung, diukur, diraba
atauditessebelumdisampaikanuntukmenjamin kualitas.Berbedadengan
barangyang dihasilkanolehsuatupabrikyang dapatditeskualitasnya
sebelumdisampaikan padapelanggan.
2. Heterogeinity
Pemakaijasaatauklienatau pelangganmemilkkebutuhanyang sangat
heterogen.Pelanggandenganpelayananyang samamungkin mempunyai
prioritasberbeda. Demikianpulaperformancesering bervariasidarisuatu
prosedur keprosedur lainnyabahkan dari waktu kewaktu.
3. Inseparability
Produksidankonsumsi suatupelayanantidakterpisahkan.Konsekuensinya
didalamindustripelayanankualitastidakdirekayasa kedalamproduksi
disektor pabrikkemudiandisampaikan kepada pelanggan.Kualitasterjadi
selamainterkasi antaraklien/pelanggan dengan penyediajasa.
Menurut Keputusan MenPAN Nomor 06/1995 tentang
Pedoman Penganugerahan Piala Abdisatyabakti Bagi Unit Kerja/Kantor
Pelayanan Percontohan, sebagaimana tertera pada lampirannya diatur
mengenai kriteria pelayanan masyarakatyangbaik,yaitu sebagai berikut
1. Kesederhanaan.
Kriteriainimengandungartibahwaprosedur atautatacarapelayanan
diselenggarakansecaramudah, lancar,cepat,tepat,tidakberbelit-belit,
mudahdipahamidanmudahdilaksanakanolehmasyarakatyang meminta
pelayanan.
2. Kejelasan dan Kepastian.
Kriteriainimengandung arti adanyakejelasan dankepastian mengenai:
a. Prosedur atau tatacarapelayanan.
b. Persyaratan pelayanan.
c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan
bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan.
d. Rincian biayaatau tarifpelayanan dan tatacarapembayarannya.
e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
3. Keamanan.
Kriteriaini mengandungarti bahwaproses sertahasil pelayanan dapat
memberi rasa aman, kenyamanan, dan dapatmemberikan kepastian
hukum bagi masyarakat.
4. Keterbukaan.
Kriteria inimengandungartibahwa prosedur,tatacara,persyaratan,satuan
kerja/pejabat penanggungjawab pemberi layanan, waktupenyelesaian,
rincianbiaya/tarif,sertahal-halyang berkaitandenganprosespelayanan
wajib diinformasikan padamasyarakat agar mudahdiketahui.
Kriteriainimengandung arti:
a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang
berkaitan langsung denganpencapaiansasaran pelayanan dengan
tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan
produk pelayananyangdiberikan.
b. Dicegahadanyapengulanganpemenuhanperyaratan
dalamhalproses pelayananmasyarakatyang
bersangkutanmempersyaratkanadanya
kelengkapanpersyaratandari satuan
kerja/instansipemerintahanlain yangterkait.
6. Ekonomis.
Kriteria ini mengandung arti bahwa biaya pelayanan harus ditetapkan
secarawajar dengan memperhatikan:
a. Nilaibarangdanataujasapelayananmasyarakatdantidakmenuntut
biayayangterlalu tinggidiluar kewajaran.
b. Kondisi dan kemampuanmasyarakat untuk membayar.
c. Ketentuan peraturan perundang-undanganyangberlaku.
7. Keadilan Merata.
Kriteria inimengandungarti bahwacakupan/jangkauanpelayananharus
diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan
diberlakukan secara adilbagi seluruh lapisan masyarakat.
8. Ketepatan Waktu.
diselesaikan dalamkurun waktu telah ditentukan.
1.5.2.5 Jenis-Jenis PelayananPublik
Bentukpelayananyangdiberikankepadamasyarakatdapatdibedakandalam
beberapajenis pelayanan,yaitu:
1. Pelayanan administratif.
Pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa pencatatan,
penelitian,dokumentasidankegiatantatausahalainnyayang secara
keseluruhanmenghasilkanprodukakhirberupa dokumen,misalnya
sertifikat,rekomendasi,keterangan, dan lain-lain. Contohpelayanan ini,
antaralain : Sertifikat tanah,IMB, pelayananadministrasikependudukan
(KTP, akte kelahiran, aktekematian), dan lain sebagainya.
2. Pelayanan barang.
Pelayananyang diberikanolehunitpelayananberupa kegiatan penyediaan
danatau pengolahanbahanberwujudfisiktermasukdistribusitermasuk
penyampaiannyakepadakonsumenlangsung (sebagaiunit/individu)dalam
suatusistem. Secara keseluruhankegiatantersebutmenghasilkanproduk
akhirberwujudbendaatauyangdianggapbendayang memberikannilai
tambah secara langsung bagi penggunanya. Contoh pelayanan ini, antara
lain:listrik, pelayananairbersih, pelayanan telepon, dan lain sebagainya.
3. Pelayanan jasa.
Pelayananyangdiberikanolehunitpelayananberupa sarana danprasarana
serta penunjangnya.Pengoperasiannyaberdasarkansuatusistem
mendatangkanmanfaatbagipenerimanyasecara langsung danhabis terpakai
dalam jangkawaktu tertentu. Contoh pelayanan ini, antara lain :
Pelayananangkutan darat/air/udara, pelayanankesehatan, perbankan, pos,
dan lainsebagainya.
Ketiga jenis pelayanan tersebut, orientasinya adalah pelanggan
atau masyarakat(publik).Artinya,kinerja
pelayananpublikinstansipemerintahharus berorientasikan publiksehingga
dapatmengubahparadigmaaparatur dari “dilayani” menjadi“melayani”.
Hakikatpelayananpublikadalahpemberianpelayananprima kepada
masyarakatyangmerupakanperwujudankewajibanaparaturpemerintahsebagai
abdimasyarakat.Olehkarena itu,pengembangankinerja pelayananpublik
senantiasa menyangkuttigaunsurpokok,yaitu:unsur kelembagaan
penyelenggara pelayanan,prosespelayanansertasumberdayamanusiapemberi
layanan.Dalamhubunganini maka upayapeningkatankinerjapelayananpublik
senantiasaberkenaan dengan pengembangtigaunsur tersebut (Surjadi, 2009: 9).
1.5.2 Efektivitas Pelayanan Penerbitan Setifikat Tanah
1.5.2.1 Pengertian Efektivitas
Dalamsuatuorganisasidapatdiukur tingkatkeberhasilannyadengan
mengamati efektif tidaknyaorganisasi tersebut dalam menjalankan tugasnya.
Menurut Stoner dalamTjajuk Siswandoko(2011 :196), efektivitasadalah
konsepyang luas mencakup berbagai faktor didalam maupun diluarorganisasi,
mencapai tujuan atau sasaran organisasi.
Gibson, dkk(Pasolong 2007:3),efektivitasadalahpencapaiansasaran dari
upaya bersama. Derajat pencapaian bersama menunjukkan derajat
efektivitas.
Siagian (2002:171), efektivitas adalah tercapainya berbagai
sasaranyang telahditentukansebelumnyatepatpadawaktunyadengan
menggunakansumber-sumbertertentuyang sudahdialokasikanuntukberbagai
kegiatan.
Dari pengertian-pengertian efektivitasdiatasdapatdisimpulkan bahwa
efektivitasberartitercapainyasasaran,target,tujuandenganmenggunakanwaktu
yang sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya tanpa mengabaikan
mutu.
1.5.2.2 Pendekatan Efektivitas
Tingkatefektivitasdapatdiukur dengan
membandingkanantarrencanaatau targetyang telahdirenrukan dengan hasilyang
dicapai,makausahaatau hasil pekerjaantersebutialahyang
dikatakanefektif.Namun,jikausahaatauhasil pekerjaanyang
dilakukantidaktercapaisesuaidenganapayang direncanakan makahal itu
dikatakan tidak efektif.
Untukmengetahuiefektivitas
kegiatanorganisasipelayananpublik,dikenal adanyabeberapapendekatan,yaitu :
1. Pendekatan sasaran(goal approach).
efektivitaspada aspek output,yaitudengan mengukurkeberhasilan
organisasi publikdalam mencapaitingkatanoutputyang
direncanakan.Beberapasasaranyang dianggap penting dalam kinerja
suatu organisasi adalah efektivitas,
efisiensi,produktivitas,keuntungan, pengembangan,stabilitasdan
kepemimpinan.
2.Pendekatan sumber(system resourceapproach).
Pendekatan inimengukurefektivitas dari sisiinput,yaitu dengan
mengukur keberhasilanorganisasipublik dalam mendapatkan
sumber-sumberyang dibutuhkanuntukmencapaiperformansiyang
baik.Indikatoryang dipergunakandalampendekatan iniadalah
kemampuanmemanfaatkan lingkungan,menginterpretasikan
lingkungan,kemampuan memelihara kegiatan organisasi dan dan
kemampuan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri dengan
lingkungan,
3.Pendekatan proses (process approach).
Pendekatan inimenekankan padaaspek internalorganisasipublik,yaitu
dengan mengukurefektivitas layanan publik melalui berbagai
indikator internalorganisasi,sepertiefisiensidan
iklimorganisasi.Indikatoryang digunakan adalah komunikasi,
perhatian, kerjasama, loyalitas, desentralisasi, pengambilan
4.Pendekatan integratif (integrativeapproach).
Pendekatan inimerupakan gabungan dari ketigapendekatan
diatas,yang munculsebagaiakibatadanya
kelemahandankelebihandarimasing- masingpendekatan.Termasuk
dalam pendekatan ini antaralain adalah
pendekatankonstituensi,yaknipendekatanbidang sasarandankerangka
ketergantungan.Pendekatan konstituensimemusatkan
perhatiannyapada konstituensi organisasi, yaitu berbagai kelompok
di dalam dan di luar organisasiyang
mempunyaikepentinganterhadapperformansiorganisasi, seperti
karyawan, pemilik, konsumen, dan sebagainya.
Siagianmengemukakan bahwaefektivitassuatuorganisasidapatdiukur
dariberbagaihal,yaitukejelasantujuan,kejelasanstrategi,pencapaian tujuan,
prosesanalisa,danperumusankebijakanyangmantap,tersedianyasarana dan
prasaranayang efektif danefisien,sistempengawasandanpengendalianyang
bersifat mendidik.
1.5.2.3 Ukuran Efektivitas
Ukuran efektivitas organisasi merupakan suatu standar akan
terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta
menunjukkan pada tingkat sejauh mana organisasi, program/kegiatan
Mengukur ukuran efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat
sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan
tergantung pada siapa yang menilai serta mengintpretasikannya.
Steers (1985:53) dalam bukunya Efektivitas Organisasi mengemukakan
ukuran efektivitas sebagai berikut:
a. Pencapaian tujuan adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus
dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan
akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti
pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti
periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari berbagai faktor, yaitu: kurun
waktu dan sasaran yang merupakan target konkrit.
b. Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi
untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi
dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses
sosialisasi.
c. Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Untuk itu, digunakan tolak ukur proses pengadaan dan
pengisisan tenaga kerja.
Dalam menciptakan efektivitas, pegawai harus juga memberikan
pelayanan yang baik bagi masyarakat. Menurut Sudayasa (2009:76). Ada lima
dasar dalam aspek pelayanan yang harus dijunjung oleh semua pegawai dalam
1. Bertindak cepat dan tanggap
Cepat mengambil keputusan dalam memberikan pelayanan atau tindakan
terhadap kasus/masalah yang bersifat mendadak atau mendesak.tepat dalam
melaksanakan proses pelayanan sesuai dengan prosedur tetap atau Standar
Operasional Prosedural (SOP) yang telah ditentukan.
2. Berpihak kepada masyarakat
Masyarakat sebagai subjek pelayanan, berhak menerima pelayanan yang
terbaik sesuai dengan kebutuhannya. Masyarakat sebagai objek penelitian,
masyarakat wajib diberi pelayanan yang bermutu agar tercapai hak masyarakat
sebagai warga negara.
3. Menegakkan kedisiplinan
Disiplin kerja adalah menegakkan semangat kerja dalam memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat atau sasaran pelayanan. Disiplin
administrasi adalah melalkukan pencatatan dan pelaporan hasil kegitan pelayanan
secara tertib, teratur, terarah, terbuka dan terukur.
4. Menunjukkan transparansi
Menunjukkan keterbukaan pelayanan dengan aturan kerja yang jelas,
ringkas, dan tuntas, sehingga pelayanan bisa dipahami oleh sasaran pelayanan.
Dan menunjukkan keterbukaan anggaran sesuai hukum peraturan yang berlaku
5. Mewujudkan akuntabilitas
Hasil kegiatan pelayanan diarahkan secara bertanggung jawab terhadap
institusi internal di dalam lingkup pelayanan. Tanggung jawab kepada masyarakat
sangat penting sekali karena mnyangkut upaya peningkatan efektivitas pelayanan.
1.5.3 Sertifikat Tanah
1.5.3.1 PengertianSertifikat Tanah
DalamUndang-Undang PokokAgraria (UUPA) dijelaskanbahwa untuk
mewujudkanjaminankepastianhukumdankepastianhakatastanahmaka perlu
dilakukankegiatanpendaftaranoleh pemerintahsesuaidenganketentuan-
ketentuanyangtelah diatur.
Salah satu kegiatan pendaftaran tanah adalah pemberian tanda bukt i
hak. Tanda yang diberikan kepada pemegang hak atas tanah adalah
sertifikat. Menurut PPNo. 10Tahun1960disebutkanbahwa
sertifikattanahadalahsalinan bukutanahdansuratukuryangdijahitmenjadi
satubersama-samadengan kertas sampul yang bentuknya ditentukan oleh
Menteri Agraria. Sedangkan dalam
PPNo.24Tahun1997,sertifikattanahadalahsurattanda buktihak
sebagaimanadimaksuddalampasal19 ayat(2)huruf cUUPAuntuk hakatas
tanah,hakataspengelolaantanahwakaf, hakmilikatassatuan rumahsusundan
haktanggunganyang masing-masing sudahdibukukandalambukutanahyang
bersangkutan.
Berdasarkan pengertian di atas ,dapat disimpulkan bahwa sertifikat
tanahyaitudokumendalambentukdaftaryangmemuatdatayuridisdandata
fisiksuatuobjekpendaftarantanahyangsudahadahaknya.Sedangkansurat
ukuradalahdokumenyang memuatdatafisiksuatubidangtanah dalambentuk peta
dan uraian.
Sertifikattanahditerbitkanuntukkepentinganpemegang hakyang
bersangkutan dengandatafisikdandatayuridisyang telahdidaftardalambuku
tanah.Data fisik(pemetaan) meliputiletak tanah, batas-batas tanah , luastanah
danbangunan/tanamanyangada diatasnya. Sedangkandatayuridisberupastatus
tanah(jenishaknya),subjeknya,hak-hakpihakketigayang membebaninya dan
jikaterjadiperistiwa hukumatauperbuatanhukum,wajibdidaftarkan.
Selanjutnya,sertifikattanahhanyabolehdiserahkankepadapihakyang namanya
tercantumdalambukutanahsebagaipemeganghakataukepadapihak yang
diberikan kuasaoleh pemeganghak.
1.5.3.2 FungsiSertifikat Tanah
Menurut Adrian Sutedi (2012 :57), fungsi sertifikat tanahyaitu:
1. Sertifikattanahsebagaialatpembuktianyangkuatsebagaimana disebutkan
dalampasal19ayat(2)hurufCUUPA. Seseorang ataubadanhukumakan
mudahmembuktikandirinyasebagaipemeganghakatassuatubidang tanah.
Apabila telahjelasnamanyatercantumdalamsertifikatitu. Semua
keterangan
yangtercantumdalamsertifikatitumempunyaikekuatanhukumdanharus
diterimasebagaiketeranganyangbenarsepanjangtidakadabuktilainyang
2. Sertifikathak atas tanahmemberikan kepercayaan bagipihak
bank/kreditor untukmemberikanpinjamanuang
kepadapemiliknya.Dengan demikian, apabilapemegang
hakatastanahituseorang pengusahaakanmemudahkan
baginyamengembangkanusahanya karena kebutuhan akanmodalmudah
diperoleh.
3. Bagipemerintah,denganadanya
sertifikathakatastanahmembuktikanbahwa tanahyang
bersangkutantelahterdaftarpadakantoragraria.Initentuakan membantu
dalam memperbaikiadministrasi pertanahan diIndonesia.
1.5.3.3 Jenis–Jenis Sertifikat Tanah
MenurutJimmy JosesSembiring(2010:5),hakatastanahdapatdiperoleh
berdasarkantransaksi, perbuatanhukumatau ketentuan perundang-undangan.
Perolehan hak tersebut dapat dibuktikan melalui sertifikat tanah. Berikut
beberapasertifikat hak atas tanah,yaitu :
1. Hak Milik (HM)
Hak milik merupakan hak terkuat atas suatu tanah, dalamarti hak ini
bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh pihak lainnya.
Defenisiberdasarkanpasal20ayat(1) UUPA, hakmilikadalah hakturun
temurun,terkuatdanterpenuhyang dapatdipunyaiorang-orangatastanah
dengan mengingat peraturan ketentuan dalam pasal 6.
DalamUUPApasal21ayat(1) danayat(2),diaturmengenaipembatasan-
menjelaskan bahwa yangberhak
atashakmilikadalahwarganegaraIndonesiadan badan-badan hukum yang
ditetapkan oleh pemerintah dan memenuhi syarat-syarat dapat
mempunyai hak milik. Sementara itu, orang-orang
wajibmelepaskanhakmilikatastanahmenurut pasal21ayat(3)dan(4)
UUPA, sebagai berikut :
a. Warganegaraasing.
b. Warga negara Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah
berlakunyaUUPA inikehilangan kewarganegaraannya.
c. Seseorangyangmemiliki dua status kewarganegaraan.
2. Hak GunaUsaha(HGU)
Hakguna usaha adalah tanahdiserahkankepemilikankepada subjekatas
tanahlainuntukjangkawaktutertentudanjika jangka waktutersebuttelah
tercapai,tanahtersebutharus diserahkankembalikepada negara.Artinya
kepemilikan hakgunausahabersifat sementara.
Ketentuanhukummengenaihakgunausahadiaturdalampasal28UUPA
yangmenetapkan sebagai berikut:
a. Hak guna usaha merupakan hak untuk mengusahakan tanah
yang
dikuasainegaradalamjangkawaktusebagaimanatersebutdalampas
al 29 UUPA, gunausahapertanian, perikanan, atau peternakan.
b. Hak guna usaha diberikan atas tanah yang luasnya paling
hektare atau lebih harusmemakaiinvestasimodalyang layak
danteknikperusahaanyang baik sesuai dengan perkembangan
jaman.
c. Hakgunausahadapat beralih dan dialihkan.
3. Hak GunaBangunan (HGB)
Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunandiatassebidang tanah dantanahtersebutbukankepunyaandari
pemilikbangunan danjangkawaktukepemilikannyapaling lama30tahun
dan dapat diperpanjanguntuk jangkawaktu paling lama20 tahun.
4. Hak Pakai (HP)
Hakpakaiadalah hakuntukmenggunakanatau memunguthasildaritanah
yang dikuasailangsungolehnegaraatausesuaidenganpasal41ayat(1)
UUPAyang mendefenisikanhakpakaiyaituhakuntukmenggunakan
dan/ataumemunguthasildaritanahyangdikuasailangsungolehnegara
atautanahmilikorang lainyang memberi wewenangdankewajibanyang
ditentukandalamkeputusanpemberiannyaolehpejabatyang berwenang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang
bukan perjanjiansewa-menyewaatau perjanjianpengolahan tanah,
segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwaketentuan
undang-undangini.
1.5.3.4 Syarat-Syarat UntukMendapatkan Sertifikat Tanah
Dalam Perkaban No. 1Tahun 2010, diatur mengenaipersyaratanyang harus
persyaratannya,yaitu :
1. Mengisidanmenandatanganiformulirpermohonan(idenditasdiri,luas,
letakdanpenggunaantanahyang dimohon,pernyataantidaksengketa dan
tanah dikuasai secarafisik).
2. Surat kuasa apabiladikuasakan.
3. Fotocopy identitas (KTP dan KK) pemohon atau kuasa apabila
dikuasakan.
4. Buktikepemilikan tanah.
5. FotocopySPPT PBBtahun berjalan.
6. Melampirkan SPP/PPh sesuai dengan ketentuan.
1.5.3.5 Efektivitas Pelayanan Penerbitan Sertifikat Tanah di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan
Pada dasarnyasetiapmanusia membutuhkanpelayanan,bahkansecara
ekstrim dapatdikatakanbahwa
pelayanantidakdapatdipisahkandengankehidupanmanusia. Pemenuhanhakdasardan
kebutuhanmasyarakatolehpemerintah,jugatermuatdalamsila-silayang terkandung
dalampancasila terutamasila ke-2,yaitukemanusiaanyangadildanberadabdansila
ke-5,yaitu keadilansosialbagiseluruhrakyatIndonesia. Konstitusidan ideologi
tersebut menjadi pedoman bagi pemerintahsebagai upayamendukung pelayanan
publikyangprimadalamsistem pemerintahan.
Secara umum saatini penyelenggaraanpelayananpublikdiIndonesiadapat
dikategorikan“buruk”.Halinididasarkanolehbanyaknya keluhandanpengaduan
maupun media elektronik. Pelayanan yang terkesan berbelit-belit, lambat, mahal,
melelahkan, rawan akan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta
kemampuanaparaturyangminimmerupakanderetankeluhanyangmenggambarkan
pelayanan publikyangkian memprihatinkan.
Dalam UUNo.25 Tahun 2009 tentangPelayanan Publik,
dijelaskanbahwa masyarakatberhak mendapatkan pelayananyang
berkualitassesuaidengan asasdan tujuanpelayanan.MenurutKeputusanMenteri
PendayagunaanAparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003,pelayananpublikadalah segala kegiatanpelayanan
yangdilaksanakanolehpenyelenggara pelayananpubliksebagaiupayapemenuhan
kebutuhan penerimapelayanan maupun pelaksanaan ketentuan
perundang-undangan. Tanah merupakan aset yang bernilai tinggi. Selain itu, tanah
merupakan
kebutuhanvitalbagisiapapunkarenadapatdipergunakandalamberbagaibidang,
baiktempattinggalataupemukiman, pertanian,perkebunan,perdagangan,industri,
danpenambangandanpadasaatinijugasering dipergunakanmasyarakatsebagai
investasi ataupun jaminan pinjaman baik kepadapihak bank negaramaupun
swasta.
Untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi
seluruh rakyatIndonesiadanmenekankonflik-konflikpertanahanyang
mungkinterjadimaka pemerintahmengeluarkanUUNo.5Tahun1960tentang
PeraturanDasar Pokok- PokokAgraria(UUPA).Karenaketika terjadisengketa
formalmengharuskansetiappemeganghakatastanahbisamembuktikan
denganbukti-buktitertulis(sertifikattanah).Sertifikathak-hakatastanahberlaku
sebagaialatbuktiyangkuatsebagaimanaditegaskandalamPasal19ayat2hurufc UUPA
dan Pasal 32 ayat1 Peraturan PemerintahNomor24 Tahun 1997. Untuk
mewujudkan arah kebijakan pertanahan tersebut diatas, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional (BPN) telah mengeluarkan Peraturan
Presiden nomor 17 tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Republik
Indonesia, yang merupakan implementasi dari UUPA nomor 5 tahun1960 yang
menegaskan kembali tentang hubungan bangsa Indonesia dengan bumi, air dan
ruang angkasa serta percepatan pendaftaran tanah diseluruh wilayah republik
Indonesia.
Usaha tersebut diatas telah dilakukan sejak terbentuknya Badan
Pertanahan Nasional (BPN) pada tahun 1988 dengan Keputusan Presiden nomor
26 tahun 1988, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan pertanahan kepada
masyarakat dan menjadikan Badan Pertanahan Nasional (BPN) satu-satunya
lembaga yang mengurusi masalah pertanahan di wilayah Republik.
Sebagai salah satu faktor penting bagi terlaksananya program pembuatan
sertifikattanah, maka tingkatkesadaran masyarakatperlu diperhatikanterutama
terhadapindividuyangmemilikitanahsekaligusyang berkepentinganterhadap
pengelolaan tanah tersebut.Untukitulah masyarakatperlu didekati agar timbul
keinginanataukesadaranuntuk melakukansertifikasitanah.Oleh karenanyamenjadi
tugasdariKantorPertanahansebagaiinstitusiyangbertugasdanbertanggungjawab di
kebijakan-kebijakanPemerintahdibidang pertanahankepadamasyarakattermasuk
berapalama waktuyang dibutuhkan dan tatacara pengurusan sertifikat.
Kantor PertanahanKota Medanmerupakanunsur pelaksana Pemerintahan
Kota Medan dalambidang Pertanahanyang dipimpinolehseorang kepalakantor
yang beradadibawahdanbertanggung jawabkepadaKepala Daerahmelalui
SekretarisDaerahyangmelaksanakansebagianurusanrumahtangga daerahdalam
bidang pertanahandanmelaksanakantugaspembantuansesuaidenganbidang
tugasnya.
I.6 DefinisiKonsep
Konsepmerupakanistilahataudefinisiyang digunakanuntukmenggambarkan
secara abstrakkejadian,kelompokatauindividuyangmenjadipusatperhatianilmu
sosial(Singarimbun,1989:33). Melaluikonsep penelitidiharapkanakan dapat
menyederhanakanpemikirannyadenganmenggunakan satuistilah untuk beberapa
kejadianyangberkaitan satu dengan lainnya.
Tujuan dari definisi konsep adalah untuk memudahkan pemahaman dan
menghindari terjadinya interpretasi ganda atau tumpang tindih atas variabel yang
menjadi subjek penelitian.
Efektivitas pelayanan adalah tercapainyasasaran,target,tujuan
denganmenggunakan waktuyang
sesuaidenganapayangdirencanakansebelumnyatanpa mengabaikan mutu.
Dalam menciptakan efektivitas, pegawai harus juga memberikan
dasar dalam aspek pelayanan yang harus dijunjung oleh semua pegawai dalam
upaya memenuhi kebutuhan masyarakat. Lima nilai dasar tersebut adalah :
1. Bertindak cepat dan tanggap
Cepat mengambil keputusan dalam memberikan pelayanan atau tindakan
terhadap kasus/masalah yang bersifat mendadak atau mendesak.tepat dalam
melaksanakan proses pelayanan sesuai dengan prosedur tetap atau Standar
Operasional Prosedural (SOP) yang telah ditentukan.
Adapun indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk
mengukur bertindak cepat dan tanggap adalah :
a. Responsivitas
b. Tidak menunda-nunda pelayanan c. Perofesional
d. Kondisional e. Tanggung jawab
2. Berpihak kepada masyarakat
Masyarakat sebagai subjek pelayanan, berhak menerima pelayanan yang
terbaik sesuai dengan kebutuhannya. Masyarakat sebagai objek penelitian,
masyarakat wajib diberi pelayanan yang bermutu agar tercapai hak masyarakat
sebagai warga negara.
Adapun indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk
mengukur berpihak kepada masyarakat adalah :
b. Kesopanan dan keramahan c. Keamanan pelayanan d. Kenyamanan lingkungan
e. Kelengapan sarana dan prasarana
3. Menegakkan kedisiplinan
Disiplin kerja adalah menegakkan semangat kerja dalam memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat atau sasaran pelayanan. Disiplin
administrasi adalah melalakukan pencatatan dan pelaporan hasil kegitan
pelayanan secara tertib, teratur, terarah, terbuka dan teukur.
Adapun indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk
mengukur menegakkan kedispinan adalah :
a. Semangat kerja b. Tepat waktu
c. Jadwal pelayanan teratur
d. Prosedur layanan mudah dipahami e. Arahan petugas jelas
4. Menunjukkan transparansi
Menunjukkan keterbukaan pelayanan dengan aturan kerja yang jelas,
ringkas, dan tuntas, sehingga pelayanan bisa dipahami oleh sasaran pelayanan.
Dan menunjukkan keterbukaan anggaran sesuai hukum peraturan yang berlaku
dalam ruang lingkup pelayanan publik.
Adapun indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk
mengukur menunjukkan transparansi adalah :
a. Sikap dan perilaku
b. Persyaratan teknis, administratif c. Kesederhanaan
d. Kemudahan akses
5. Mewujudkan akuntabilitas
Hasil kegiatan pelayanan diarahkan secara bertanggung jawab terhadap
institusi internal di dalam lingkup pelayanan. Tanggung jawab kepada masyarakat
sangat penting sekali karena mnyangkut upaya peningkatan efektivitas pelayanan.
Adapun indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk
mengukur mewujudkan akuntabilitas adalah :
a. Adanya pejabat yang menerima keluhan masyarakat b. Kompetensi pelaksana