iii
PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP SWASTA YPAK PTPN 3 SEI KARANG
T.A. 2012/2013
Fretty Junita Br Lumban Tobing (NIM : 409111032)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif dengan guru. Subjek penelitian yaitu kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang yang berjumlah 30 siswa. Objek penelitian adalah peningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menerapkan metode penemuan terbimbing di kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana di akhir setiap siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika.
Berdasarkan hasil tes diagnostik diketahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sangat rendah dengan nilai rata-rata kelas 12,87. Setelah pemberian tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 30,83 dengan 18 siswa atau 60% dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah 3.03 dengan kategori baik. Selanjutnya, setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas 34,57 dimana jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 26 orang atau 86,67% dari seluruh siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah 3,53 dengan kategori sangat baik. Adapun peningkatan tertinggi yaitu pada aspek memeriksa kembali sebesar 0,6.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah 26
Tabel 2.2 Peranan Siswa dan Guru Dalam Metode Penemuan 29
Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran Penemuan Terbimbing 35
Tabel 3.1 Konversi 58
Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 59
Tabel 4.1 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
Siklus I 65
Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Setiap
Siklus I 69
Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Siklus I 68
Tabel 4.4 Data Kesalahan/Kesulitan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah I 69
Tabel 4.5 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
Siklus II 74
Tabel 4.6 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Setiap
Siklus II 76
Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Siklus II 77
Tabel 4.8 Perbandingan Rata-Rata Skor TKPM I dan TKPM II 78
Tabel 4.9 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Kemampuan
Pemecahan Masalah Siklus I dan Siklus II 79
Tabel 4.10 Peningkatan Kemampuan Pemacahan Masalah Matematika
Siswa 80
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Pemecahan Masalah 22
Gambar 2.2 Kubus 38
Gambar 2.3 Balok 40
Gambar 2.4 Jaring-Jaring Kubus 42
Gambar 2.5 Jaring-Jaring Balok 42
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 49
Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-Rata Tes Kemampuan Pemecahan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP 1 Siklus I 89
Lampiran 2 RPP 2 Siklus I 95
Lampiran 3 RPP 3 Siklus I 101
Lampiran 4 RPP 4 Siklus II 106
Lampiran 5 RPP 5 Siklus II 113
Lampiran 6 RPP 6 Siklus II 121
Lampiran 7 LKS 1 128
Lampiran 8 LKS 2 133
Lampiran 9 LKS 3 137
Lampiran 10 LKS 4 141
Lampiran 11 LKS 5 145
Lampiran 12 LKS 6 149
Lampiran 13 Tes Diagnostik 153
Lampiran 14 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siklus I 155
Lampiran 15 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siklus II 158
Lampiran 16 Alternatif Pemecahan Masalah LKS 1 160
Lampiran 17 Alternatif Pemecahan Masalah LKS 2 163
Lampiran 18 Alternatif Pemecahan Masalah LKS 3 166
Lampiran 19 Alternatif Pemecahan Masalah LKS 4 168
Lampiran 20 Alternatif Pemecahan Masalah LKS 5 170
Lampiran 21 Alternatif Pemecahan Masalah LKS 6 173
Lampiran 22 Alternatif Pemecahan Masalah Tes Diagnostik 176
Lampiran 23 Alternatif Pemecahan Masalah Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Pada Siklus I 179
Lampiran 24 Alternatif Pemecahan Masalah Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Pada Siklus II 183
Lampiran 25 Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah 186
Lampiran 26 Daftar Nilai Tes Diagnostik 187
xi
Lampiran 28 Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 191
Lampiran 29 Lembar Observasi Aktivitas Guru
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 193
Lampiran 30 Lembar Observasi Aktivitas Guru
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 195
Lampiran 31 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika I 197
Lampiran 32 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika II 198
Lampiran 33 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Siklus I 199
Lampiran 34 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Siklus II 200
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik di dalam
pembinaan SDM, oleh karena itu pendidikan perlu mendapat upaya, penanganan dan
prioritas secara baik oleh pemerintah, keluarga dan pengelola pendidikan. Salah satu
upaya tersebut adalah dengan cara meningkatkan mutu di sekolah, dengan adanya
upaya peningkatan mutu pembelajaran tersebut sacara langsung memberi kontribusi
pada peningkatan mutu pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat
meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreatifitas terhadap ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan pada semua aspek kehidupan.
Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk
mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula membentuk
kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu. Hal ini mengarahkan
perhatian kepada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika
seperti jujur, disiplin, tepat waktu dan tanggung jawab. Untuk itu siswa perlu
memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini
membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif, dan kemampuan
bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui
belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat
dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siswa berpikir rasional.
Implikasinya siswa perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu yang
merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia dan
2
merupakan mata pelajaran matematika kepada pencapaian kecakapan hidup yang
ingin dicapai melalui pembelajaran matematika.
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang dipelajari siswa di jenjang
pendidikan formal mulai dari SD sampai SMA. Bahkan hingga jenjang Perguruan
Tinggi tidak terlepas dari matematika. Melalui pembelajaran matematika, siswa
dilatih untuk berfikir logis, bertanggung jawab, memiliki kepribadian baik, dan
keterampilan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan
gagasan dan bahasa melalui model matematika yang berupa kalimat dan persamaan
matematika, diagram, grafik, dan tabel. Menurut Cornelius dalam Abdurrahman
(2009:253) mengemukakan bahwa :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Dalam dunia pendidikan, matematika sebagai suatu mata pelajaran di sekolah
dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk
siswa menjadi berkualitas maupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari dan juga
karena matematika juga merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu
secara logis dan sistematis.
Sesuai dengan tujuan umum pendidikan matematika berdasarkan Depdiknas
(Hudojo, 2005 : 2), yang menyatakan bahwa:
objektif, bersikap jujur dan disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah”.
Kenyataan yang dihadapi dewasa ini ialah pembelajaran matematika selalu
merupakan permasalahan yang sepertinya tidak kunjung terpecahkan. Pemahaman
matematika senantiasa dipandang atau dirasakan sukar, baik oleh yang belajar dan
tidak jarang juga oleh pengajarnya. Sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar
matematika. Ini terjadi disetiap jenjang pendidikan di Indonesia. Dosen atau guru
mengeluhkan bahwa anak didik tidak bersemangat bahkan kadang-kadang cenderung
takut menghadapi pelajaran matematika, mereka tidak mampu mencerna konsep yang
diajarkan, tidak terampil dalam proses, lemah dalam pengusaan teknik, apalagi dalam
segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan bernalar sehingga hasil belajar
matematika siswa pun masih rendah. Peserta didik juga banyak yang mengeluhkan
bahwa matematika yang diajarkan terlalu sukar, dan peserta didik yang bukan jurusan
matematika merasa tidak ada kaitan bidang studi matematika dengan bidang studinya,
dan karena itu mereka lebih senang meninggalkan kuliah untuk pelajaran lain atau
setidaknya lebih mengutamakan pelajaran lain. Memang bila ditelusuri lebih lanjut,
penggarapan dalam rangka perbaikan mutu pendidikan matematika sangatlah
kompeks.
Siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit
dipelajari. Apalagi dalam menyelesaikan soal-soal cerita. Hal ini didukung oleh hasil
wawancara dengan salah seorang guru matematika SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei
Karang Ibu Ruliatur menyatakan bahwa : “Siswa di sekolah ini memiliki banyak
masalah terutama dalam kemampuan pemecahan masalahnya. Mereka merasa sulit
mengerjakan suatu soal apalagi dalam bentuk soal cerita. Pengetahuan dasar
matematika siswa masih tergolong rendah, sehingga berdampak pada materi pelajaran
yang akan dipelajari selanjutnya. Selama saya mengajar matematika, saya belum
4
Hasil observasi peneliti berupa pemberian tes diagnostik kepada 30 orang
siswa kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah. Dari hasil
observasi peneliti berupa pemberian tes diagnostik pemecahan masalah kepada siswa
SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang di kelas VII, terlihat jelas bahwa rata-rata
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih rendah. Dalam mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dilihat dari empat indikator,
yaitu: memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan
penyelesaian masalah, dan memeriksa kembali. Dari hasi tes diagnostik siswa
diperoleh bahwa siswa yang mampu memahami masalah dengan tuntas ada 13 siswa
dengan persentase 43,33%; siswa yang mampu merencanakan penyelesaian masalah
dengan tuntas ada 1 siswa dengan persentase 3,33%; siswa yang mampu
melaksanakan penyelesaian masalah dengan tuntas sebanyak 3 siswa dengan
persentase 10%; dan tidak ada siswa yang mampu memeriksa kembali dari
penyelesaian yang dikerjakan dengan persentase 0%. Dari hasil tes diagnostik ini
terlihat bahwa siswa belum mampu menyelesaikan soal-soal cerita tentang
pemecahan masalah. Sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
masih sangat rendah.
Setelah menelusuri, ditemukan berbagai penyebab tingkat kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang masih
rendah yaitu pembelajaran matematika selama ini kurang relevan dengan tujuan dan
karakteristik pembelajaran matematika, guru tidak melatih siswa dalam pemecahan
masalah dan siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam pemecahan masalah
matematika. Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa, guru hendaknya berusaha melatih dan membiasakan siswa
melakukan kegiatan pembelajaran seperti memberikan latihan-latihan soal dan
memecahkan masalah matematika. Dengan adanya pemecahan masalah matematika,
masalah mempunyai fungsi yang penting dalam kegiatan belajar mengajar
matematika. Melalui pemecahan masalah matematika siswa-siswa dapat berlatih dan
mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema dan keterampilan yang telah
dipelajari.
Guru matematika akan mampu mengajarkan matematika untk mencapai
tujuan yang ditetapkan, bila ia memahami dengan baik matematika yang akan
digunakan sebagai wahana untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila pemahan guru
terhadap matematika kurang baik berakibat pengguna matematika sebagai wahana
pendidikan tidak akan tercapai seperti yang diharapkan. Bagaimana seorang guru
berusaha menguasai matematika yang akan diajarkannya serta bagaimana
mengajarkannya kepada siswa merupakan seni atau kiat tersendiri. Tidak benar kalau
ada anggapan bahwa seorang yang telah menguasai matematika dengan baik akan
dengan sendirinya mampu mengajarkannya dengan baik pula. Karena guru harus
mengetahui penerapan metode pembalajaran yang sesuai untuk mengajarkan materi
yang diajarkan. Dan selama ini penerapan metode pembelajaran yang digunakan
dalam menajarkan suatu materi matematika masih kurang tepat.
Kebanyakan guru dalam mengajar hanya menggunakan metode pembelajaran
langsung. Pembelajaran matematika di sekolah, selama ini masih di dominasi oleh
pembelajaran konvensional dengan paradigma mengajarnya dimana pembelajaran
hanya berorientasi pada guru dalam proses pembelajaran guru yang mendominasi
kelas sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Strategi konvensional
yang dipelajari tidak mampu menolongnya keluar dari masalah karena siswa hanya
dapat memecahkan masalah apabila informasi yang dimiliki dapat secara langsung
dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam menjawab suatu persoalan siswa sering
tertuju pada satu jawaban yang paling benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju
pada contoh soal tanpa mampu memikirkan kemungkinan jawaban atau
6
Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa,
hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan bentuk
pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajarannya. Seperti memberikan
kesempatan kepada sisa untuk mengadakan perbincangan yang ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas suatu
masalah.
Salah satu cara yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa adalah dengan dengan metode Penemuan Terbimbing. Menurut Encyclopedia
of Educatiaon Research (dalam Suryosubroto, 2009:178), metode penemuan
terbimbing merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam
berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan
masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan
metode Penemuan Terbimbing, maka diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa
dalam mempelajari matematika dan siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian
masalah dari soal-soal pemecahan masalah didalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide
dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Menurut
Hudojo (2005:10) “metode mengajar ditinjau dari segi psikologi erat hubungannya dengan jawaban pertanyaan kurikulum “kepada siapa ”matematika itu diajarkan”. Karena itu pengajar matematika dalam menyampaikan materi matematika harus
mempertimbangkan perkembangan intelektual peserta didik serta kemampuan dan
kesiapan peserta didik.
Terdapat beberapa macam metode mengajar yang dapat digunakan oleh
pengajar matematika tergantung kepada siapa yang belajar matematika, mengapa
diajarkan dan apa yang diajarkan, antara lain metode mengajar matematika yang
disarankan adalah metode penemuan (discovery). Metode ini perlu dikembangkan
karena merupakan salah satu metode yang berorientasi kepada aktifitas intelektual
matematika dan eksplorasi matematika. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka
tulisan ini akan mengungkap mengenai metode penemuan, yang dirangkum dalam
kajian apa dan bagaimana pembelajaran matematika dengan metode penemuan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Metode Pembelajaran
Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3
Sei Karang”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.
2. Siswa tidak tertarik belajar matematika.
3. Dalam pembelajaran matematika guru masih mendominasi kelas.
4. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.
5. Penerapan metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan suatu
pokok bahasan matematika masih kurang tepat.
1.3.Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu
adanya pembatasan masalah agar lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada penerapan metode Penemuan Terbimbing untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi kubus
8
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan
dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana pembelajaran dengan menggunakan metode
penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Swasta YPAK
PTPN 3 Sei Karang?”
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: meningkatkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah matematika siswa pada materi kubus dan balok di kelas
VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model
pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah.
2. Bagi siswa, melalui metode Penemuan Terbimbing ini dapat membantu
siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada
materi kubus dan balok.
3. Bagi Kepala Sekolah dan pengambil kebijakan, menjadi bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran
matematika disekolah.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan
bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga
pengajar di masa yang akan datang.
5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin
1.7 Definisi Operasional
Untuk dapat melakukan variabel penelitian secara kuantitatif maka
variabel-variabel didefinisikan sebagai berikut :
a. Masalah matematika adalah suatu soal atau pertanyaan yang tidak ada aturan
atau logaritma tertentu yang langsung digunakan untuk menyelesaikannya,
menuntut siswa untuk menyelesaikannya dan berada pada jangkauan kognitif
siswa.
b. Pemecahan masalah matematika adalah proses menerapkan dan
menyelesaikan informasi yang diperoleh sebelumnya ke dalam hal yang baru
yang belum pernah ditemui.
c. Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan menerapkandan
menyelesaikan informasi yang diperoleh sebelumnya ke dalam hal yang baru
yang belum pernah ditemui.
d. Metode penemuan terbimbing adalah suatu metode pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya guru memperkenankan siswanya untuk berpikir sendiri
sehingga dapat menemukan prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan
85
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah metode
penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang dari siklus I
ke siklus II. Pada siklus I siswa belum berminat dan termotivasi pada awal
pemelajaran, siswa masih bingung dalam merencanakan pemecahan masalah yaitu
menggunakan rumus dan mengaitkannya ke dalam penyelesaian masalah, siswa
masih malu dan takut untuk mempresentasikan hasil penyelesaian masalah yang
dilakukannya, dan siswa kesulitan terhadap penyelesaian yang mereka kerjakan.
Sehingga pada pembelajaran siklus II guru mengupayakan mempertahankan dan
meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode
penemuan terbimbing, yakni dengan menerapkan kerangka pembelajaran yang
terdapat pada metode penemuan terbimbing dan memperbaiki kegagalan yang
ditemui pada pembelajaran siklus I. Pada fase menyampaikan motivasi, tujuan dan
menampilkan suatu informasi masalah, guru lebih memberikan motivasi kepada
siswa tentang pentingnya belajar matematika. Pada fase menjelaskan
langkah-langkah penemuan dan mengorganisasikan siswa dalam belajar, guru lebih
membimbing siswa untuk dapat mengaitkan materi kubus dan balok dengan
masalah yang akan dipecahkan. Pada fase membimbing siswa melakukan
peyelidikan/hasil kegiatan penemuan, siswa memecahkan masalah dengan
bimbingan yang diberikan oleh guru dan aktif mengerjakan soal dalam
memecahkan masalah. Pada fase membimbing siswa mempresentasikan hasil
penyelidikan/hasil kegiatan penemuan, guru memberikan semangat kepada siswa
untuk mempresentasikan hasil penyelidikan di depan kelas. Pada fase
menganalisis proses penemuan dan memberikan umpan balik, siswa membuat
catatan tentang kesimpulan yang lebih terarah. Adapun peningkatan yang paling
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :
1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Swasta YPAK
PTPN 3 Sei Karang, disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar
mengajar, dan menggunakan metode penemuan terbimbing sebagai salah
satu alternatif metode pembelajaran.
2. Kepada siswa SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang disarankan lebih
berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan
seluruh potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika.
3. Kepada Kepala SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang, agar dapat
mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan metode yang relevan dan
inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Sehingga metode penemuan terbimbing sebagai salah satunya.
4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk menerapkan metode penemuan terbimbing
pada materi kubus dan balok ataupun materi lain yang dapat
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Abbas,(2008), Rendahnya Hasi Belajar Matematika, http://depdiknas.go.id
(diakses 29 Februari 2013).
Anonim; 2006; Permen No 22 dan 23 tahun 2006 dan lampirannya; Jakarta; Depdikbud.
Amustofa. 2009. Strategi Pemecahan Masalah Dalam Matematika.
http://amustofa70.wordpress.com (diakses 8 Maret 2013).
Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S., dan Suhardjono., dan Supardi., (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Depdiknas. 2006. Penilaian Perkembangan Didik. Jakarta: Depdiknas
Deborah dan Michele. 2007. Using a Learning Cycle Approach to Teac hing the
Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers. University of
Missouri-Columbia
Djamarah,S.B & Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar.Rev.ed. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2009), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian
Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed.
Firdaus. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
(
http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/) ( diakases 8 Maret 2013 )
Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
IMSTEP Malang: FMIPA Univ. Negeri Malang.
Hamalik, O. (2005). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hilgard, E.R., (2002), Introduction to Psychology, New York, US/Mountain.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Markaban. 2008. Model Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika
SMK. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Sardiman; 2003; Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada.
Shadiq, F. 2007. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam
Pembelajaran Matematika (Makalah Diklat Guru pemandu/Pengembang
matematika SMPJenjang Dasar), Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Sihombing,WL. 2006. Telaah Kurikulum. Medan: UNIMED.
Slavin, RE. (2009). Kooperative Learning: teori, Riset, dan Praktek. Bandung: Nusa Media.
Sudrajat, A., (2008), Hakikat Matematika, http://akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/09/12/hakikatmatematika/ (diakses Maret 2013)
Suherman, E. et. al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Konteporer. Rev.ed. Bandung: UPI.
Sumarno.2003. Pemecahan Masalah Matematika. (http:/educare.e.fikipunia.net) diakses pada 15 Februari 2013.
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif, Jakarta: Penerbit Prestasi Pustaka.
Uno, H.B. (2007). Model Pembelajaran (Mencipatakan Proses Belajar Mengajar
yang kreatif dan efektif). Jakarta: Bumi Aksara.
Upu, H. (2008) Teori Belajar Pendukung Pendekatan Pengajuan Masalah
Matematika, http//injured.education.com/ ( diakses 8 Maret 2013 )
Wardhani, S. Et. al. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Di SMP. Yogyakarta: PPPPTK.
Wagiyo, dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika 2 untuk SMP/MTs Kelas VIII.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional