PERUBAHAN DIMENSI VERTIKAL PADA PERAWATAN
ORTODONTI DENGAN PENCABUTAN
EMPAT GIGI PREMOLAR PERTAMA
PADA MALOKLUSI KLAS I
T E S I S
OLEH :
IMAN PRASETIO 047028004
DEPARTEMEN ORTODONSIA
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
PERUBAHAN DIMENSI VERTIKAL PADA PERAWATAN
ORTODONTI DENGAN PENCABUTAN
EMPAT GIGI PREMOLAR PERTAMA
PADA MALOKLUSI KLAS I
T E S I S
Untuk memperoleh Gelar Spesialis Ortodonti (Sp.Ort) Dalam rangka Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Oleh :
Iman Prasetio 047028004
Pendidikan Program Dokter Gigi Spesialis Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara M E D A N
PERSETUJUAN TESIS
TESIS : PERUBAHAN DIMENSI VERTIKAL PADA PERAWATAN ORTODONTI DENGAN PENCABUTAN EMPAT GIGI PREMOLAR PERTAMA PADA MALOKLUSI KLAS I
Nama Mahasiswa : Iman Prasetio N I M : 047028004
Program Spesialis : Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti
Tesis ini telah disetujui untuk diseminarkan
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pendamping
(F.Susanto A., drg., Sp.Ort (K)) (Erna Sulistiawati, drg., Sp.Ort(K))
Mengetahui,
Ketua Program PPDGS Ortodonti
Telah diuji
Pada tanggal : 15 Juni 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) Anggota : Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort(K)
PERNYATAAN
PERUBAHAN DIMENSI VERTIKAL PADA PERAWATAN ORTODONTI DENGAN PENCABUTAN EMPAT GIGI PREMOLAR PERTAMA PADA MALOKLUSI KLAS I
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 15 Juni 2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan karya ilmiah dalam bentuk tesis ini yang kami beri judul Perubahan Dimensi Vertikal Pada Perawatan Ortodonti Dengan Pencabutan Empat Gigi Premolar Pertama Pada
Maloklusi Klas I. Tulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis dalam Ilmu Ortodonti di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis sangat banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan baik secara material maupun moril dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof.Dr.Syahril Pasaribu,DTMH,MSc(CTM),SpA(K), yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.
Yang terhormat Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Prof. Nazruddin, drg.,Ph.D.,Sp.Ort yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.
Yang terhormat Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Yang terhormat F.Susanto Adiwinata, drg., Sp.Ort(K) selaku pembimbing utama dan Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort(K) selaku pembimbing anggota tesis saya, yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, semangat, motivasi dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan selama dalam penelitian dan penulisan tesis ini.
Yang terhormat staf pengajar di jajaran Ortodonti, Nurhayati Harahap, drg.,Sp.Ort(K), Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort(K), Amalia Oeripto, drg., M.S., Sp.Ort(K), Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort(K), F.Susanto Adiwinata, drg., Sp.Ort(K) yang telah banyak memberikan bimbingan dalam ilmu dan pengetahuan di bidang Ortodonti, baik
secara teori dan keterampilan yang kiranya sangat bermanfaat bagi penulis di kemudian hari.
Yang tercinta kedua orang tua, Ayahanda Oeripto Soedjadi, drg., Sp.KGA dan Ibunda Amalia Oeripto, drg., M.S.,Sp.Ort(K) yang dengan segala daya upaya telah mengasuh, membesarkan dan membimbing dengan penuh kasih sayang semenjak kecil hingga dewasa agar menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, agama, bangsa dan negara yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama menjalani dan menyelesaikan pendidikan Spesialis ini.
lain yang telah bersama-sama baik dalam suka maupun duka, saling membantu sehingga terjalin rasa persaudaraan yang erat, dengan harapan teman-teman dapat lebih giat lagi sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkahi kita semua.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pelaksanaan dan penulisan tesis ini, namun demikian diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Ortodonti.
Akhirnya izinkanlah penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya atas kesalahn dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini. Semoga segala bantuan, dorongan, petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Amin.
Medan, Juni 2010 Penulis
DAFTAR ISI
1.1.Latar Belakang ……….
1.2.Permasalahan ………
1.3.Hipotesis ………..
1.4.Tujuan Penelitian ………. 1.5.Manfaat Penelitian ………
2.6. Kerangka Konsep Penelitian ...……….
BAB 3. METODE PENELITIAN ………..
3.1. Desain Penelitian ……….. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...……… 3.4. Kriteria Sampel ..………...….. 3.5. Besar Sampel ……… 3.6. Identifikasi Variabel ………. 3.7. Definisi Operasional ……… 3.8. Metode Pengukuran ... ………. 3.9. Cara Penelitian . ………...……… 3.10. Analisa Data …………. ………
BAB 4 . HASIL PENELITIAN ………..
BAB 5. PEMBAHASAN ……...………...……...
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...
DAFTAR PUSTAKA ………….………...………..
LAMPIRAN ……….………... RIWAYAT HIDUP ...
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Data hasil pengukuran perubahan dimensi vertikal ...
Tabel 4.2. Rata-rata perubahan pada pengukuran N-Me untuk perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama maloklusi Klas I ……... Tabel 4.3. Rata-rata perubahan pada pengukuran ANS-Me ... Tabel 4.4. Rata-rata perubahan pada pengukuran S-Go ... Tabel 4.5. Rata-rata perubahan pada pengukuran PNS’-Go ...
Tabel 4.6. Rata-rata perubahan pada pengukuran U6-PPL ...
Tabel 4.7. Rata-rata perubahan pada pengukuran L6-MPL ... Tabel 4.8. Rata-rata perubahan pada pengukuran U6-PPA ... Tabel 4.9. Rata-rata perubahan pada pengukuran L6-MPA ... Tabel 4.10. Rata-rata perubahan pada pengukuran U6-A’ ... Tabel 4.11. Rata-rata perubahan pada pengukuran L6-B’ ... Tabel 4.12. Korelasi berpasangan ...
21
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Pola sketelal ...
Gambar 2.2. Tracing sefalogram menurut Sassouni ... Gambar 2.3. Garis-garis pengukuran sefalometri ... Gambar 2.4. Pengukuran linier dentoalveolar sefalometri ... Gambar 2.5. Pengukuran anguler dentoalveolar sefalometri ... Gambar 2.6. Kerangka konsep penelitian ...
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Alur Penelitian ...
2. Jadwal Penelitian ... 3. Daftar sumber data sampel untuk keperluan penelitian ... 4. Titik-titik yang digunakan dalam sefalogram pada penelitian ……….. 5. Hasil uji distribusi normalitas dan uji homogenitas varians data ... 6. Data hasil pengukuran ………..
ABSTRAK
ABSTRACT
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu ortodonti telah berkembang pesat berkat pengalaman ortodontis dalam pencapaian hasil yang optimal. Tujuan perawatan ortodonti dari masa ke masa terus mengalami perkembangan. Perawatan ortodonti terkadang memerlukan pencabutan gigi untuk merawat susunan gigi yang tidak teratur. Pencabutan gigi premolar pertama bisa dilakukan pada maksila, mandibula atau kedua rahang. Pencabutan gigi premolar pertama pada maksila adalah merupakan suatu perawatan compromise dirawat pada kasus maloklusi Klas II. Pencabutan gigi premolar pertama pada mandibula terkadang merupakan bagian dari suatu perawatan maloklusi Klas III. Sedangkan pencabutan empat gigi premolar pertama pada umumnya merupakan suatu perawatan gigi berjejal atau bimaksiler protrusi. Untuk itu pada kasus pencabutan diperlukan penjangkaran, penarikan kaninus dan retraksi anterior. Dalam hal ini yang diamati adalah perubahan dimensi vertikal yang terjadi, bukan perubahan sagital atau transversal.(1,15)
Penderita dewasa yang datang ke klinik ortodonti untuk datang berobat ke klinik ortodonti dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kenaikan jumlah yang pesat dan dapat dijadikan indikator bahwa pemikiran masyarakat sudah mencapai tingkat kebutuhan estetik dan umumnya mereka datang dengan keluhan letak gigi-gigi yang tidak teratur, protrusi atau kelainan gigi lain.(2)
pencabutan gigi permanen sebagai tindakan perawatan untuk mencapai wajah yang estetis dengan oklusi stabil. Pencabutan premolar walaupun telah biasa dilakukan selama bertahun-tahun, tetapi masih tetap kontroversi berkaitan dengan efek pencabutan premolar terhadap dimensi vertikal. Pencabutan empat gigi premolar pertama umumnya dilakukan untuk mengoreksi diskrepansi antara ukuran gigi dan panjang lengkung serta mengurangi bimaksiler protrusi. Namun sering terlupakan bahwa pencabutan gigi premolar dapat menyebabkan adanya gangguan dimensi vertikal.(4,11,12,17,20)
Merrifield menemukan bila terdapat peninggian setiap 1 mm pada daerah molar dapat terjadi peningkatan 1,3 mm pada tinggi wajah anterior, sehingga mengakibatkan gusi terlihat ketika tersenyum.(3) Elham dkk, mempelajari efek pencabutan gigi molar pertama mandibula dan menemukan tidak ada perubahan signifikan dalam dimensi vertikal wajah, tetapi mereka menemukan peningkatan overbite akibat tipping gigi insisiv bawah ke lingual.(4) Schudy, mengatakan perawatan dengan pencabutan ini merupakan kamuflase, pergerakan gigi molar ke mesial menimbulkan rotasi mandibula
Dari literatur-literatur yang ada ditemukan bahwa masih diperlukan studi untuk mengevaluasi perubahan dimensi vertikal pasien Klas I pada masa gigi permanen. Untuk itu penulis merasa tertarik untuk meneliti perubahan dimensi vertikal yang terjadi pada pasien ortodonti yang dirawat dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas timbul permasalahan, apakah ada perubahan dimensi vertikal yang terjadi pada pasien ortodonti yang dirawat dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I ?
1.3. Hipotesis
Ada perubahan dimensi vertikal yang terjadi pada pasien ortodonti yang dirawat dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I.
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk melihat perubahan dimensi vertikal yang terjadi pada pasien ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1.Menambah pengetahuan dalam menentukan rencana perawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Relasi Klas I Skeletal
Pola Klas I skeletal memiliki besar sudut ANB berkisar antara 2-4º, dan bila sudut lebih besar dari 4º dapat dikatakan sebagai Klas II skeletal atau bila kurang dari 2º sebagai Klas III skeletal. (Gambar 2.1)(11)
Gambar 2.1. Pola sketelal. a. Klas I: ANB 2-4º, b. Klas II: ANB >6º, c. Klas III: ANB<2º. (11)
2.2. Dimensi Vertikal
Perkembangan dimensi vertikal ditandai dengan keseimbangan antara lidah, bibir, pipi dan gigi-geligi pada masa pertumbuhan. Keseimbangan sistem biologis ini lebih ditentukan oleh lamanya tekanan dibandingkan dengan besarnya tekanan. (15)
Dimensi vertikal yang bertambah khususnya terlihat pada anterior open bite, sedangkan penurunan dimensi vertikal termanifestasi pada anterior deep overbite. Anterior open bite lebih umum pada orang Afro-Amerika, sedangkan anterior deep bite
lebih sering pada orang Eropa-Amerika.(15)
mempertahankan keseimbangan dimensi vertikal dari bagian orofasial, walaupun kebiasaan patologis seperti bruksism di waktu malam, atau otot-otot pengunyahan yang hiperaktif berpotensi mengganggu keseimbangan vertikal. Hal ini bisa terjadi pada saat gigi-geligi posterior belum erupsi sempurna dan berkurangnya perkembangan vertikal dari alveolar, mandibula dan maksila bagian posterior yang mengakibatkan anterior
overbite bertambah.(15)
Kebiasaan tongue thrust dan mengisap ibu jari dalam waktu lama juga dapat mengakibatkan penambahan pada overjet dan openbite. Nasal Obstruction yang menyebabkan pernafasan mulut telah dinyatakan sebagai penyebab over erupsi gigi posterior dan peningkatan dimensi vertikal wajah bagian bawah karena postur mulut terbuka. Bagaimanapun, bukti untuk menunjukkan adanya perubahan yang signifikan dalam pertumbuhan wajah pada manusia lebih sebagai akibat dari pernafasan mulut dibandingkan dengan gangguan hidung (nasal obstruction) masih belum dapat disimpulkan.(15)
Karakteristik skeletal dari gambaran sefalometri yang menunjukkan adanya peningkatan dimensi vertikal dapat dilihat dari tinggi ramus mandibula yang pendek atau tinggi wajah posterior berkurang, tinggi dentoalveolar mandibula atau maksila yang bertambah, sudut dataran mandibula yang curam, dataran palatal posterior yang miring ke arah inferior dan dataran oklusal yang miring ke arah inferior. (15)
dentoalveolar lebih pendek dari normal; sudut dataran mandibula yang datar dan sudut Gonial kecil.(10,15)
Analisa sefalometri memberikan pengukuran linear dan angular. Pengukuran ini akan menggambarkan morfologi skeletodental dalam bidang sagital dan vertikal. Cara ini ditemukan oleh Sassouni, ia menggunakan dataran horizontal pada gambaran anatomi dari skeletal kraniofasial. Jika garis-garis ini tidak bertemu pada titik tunggal melainkan paralel, menunjukkan ada penurunan/pengurangan pada dimensi vertikal (Gambar 2.2.A). Pada wajah yang proporsional baik secara vertikal, kelima dataran yang dibuat seharusnya bertemu pada titik tunggal yang terletak pada posterior wajah pada
occipitalis (Gambar 2.2.B). Pertemuan dataran-dataran ini dekat dengan telinga bagian luar/eksternal di depan occipitalis mengindikasikan penambahan dimensi vertikal anterior (Gambar 2.2.C).
2.3. Landasan Teori
Untuk memperbaiki crowded dan melakukan retraksi gigi anterior diperlukan ruang. Untuk itu diperlukan pencabutan empat gigi premolar pertama. Pada kasus retraksi anterior biasanya diperlukan penjangkaran. Penjangkaran dimaksudkan untuk mempertahankan posisi gigi-gigi posterior agar tidak terjadi pergeseran ke mesial ke arah ruang bekas pencabutan sehingga dimensi vertikal dapat dipertahankan.(7,20)
Tinggi wajah dapat bertambah sebagai hasil dari pertumbuhan. Pengelompokan tipe wajah dengan dimensi diilustrasikan dengan tinggi wajah anterior atas dan tinggi wajah bawah memiliki hubungan dalam masa pertumbuhan. Pada kasus deepbite, tinggi wajah atas bertambah, sedangkan pada kasus openbite tinggi wajah anterior bawah yang bertambah. (20) Peningkatan tinggi wajah atas, tinggi wajah bawah dan total tinggi wajah lebih banyak terjadi pada wajah hiperdivergen daripada wajah mesiodivergen yang hanya pada tinggi wajah atas dan total tinggi wajah. (7)
Yamaguchi dan Nanda menemukan perubahan lebih besar terjadi pada total tinggi wajah dan tinggi wajah anterior bawah pada kasus dengan pencabutan dibandingkan dengan kelompok pasien yang menggunakan high pull headgear.(21)
2.4. Pengukuran Skeletal
Untuk melakukan pengukuran linier tinggi wajah skeletal dapat dibagi atas dua bagian, antara lain :
2.4.1. Anterior
Rakosi melakukan pengukuran tinggi wajah skeletal dengan cara menghubungkan titik Nasion (N) dengan titik Menton (Me) untuk menentukan tinggi wajah skeletal anterior(14). Bishara menambahkan pengukuran dari titik N ke ANS’ untuk menentukan tinggi wajah anterior atas.(15) Kim, Hayasaki dan Kocaderelli menambahkan pengukuran titik ANS’ ke titik Me untuk tinggi wajah anterior bawah. (1,5,12)
2.4.2. Posterior
Rakosi juga menghubungkan titik Sella (S) dengan titik Gonion (Go) untuk menentukan tinggi wajah skeletal posterior dan pengukuran PNS’-Go untuk tinggi wajah posterior bawah (Gambar 2.3).(14)
2.5. Pengukuran Dentoalveolar
Kim, Nanda dan Sinha melakukan pengukuran linier dentoalveolar yang digunakan antara lain U6-PPL yaitu jarak perpendikular dari cusp mesial gigi molar pertama maksila ke dataran palatal, L6-MPL yaitu jarak perpendikular dari cusp mesial gigi molar pertama mandibula ke dataran mandibula. U6-A’ yaitu jarak yang diukur dari titik kontak mesial gigi molar pertama maksila ke garis perpendikular dari titik A ke dataran palatal dan L6-B’ yaitu jarak yang diukur dari titik kontak mesial gigi molar pertama mandibula ke garis perpendikular dari titik B ke dataran mandibula (Gambar 2.4). (22)
25
Untuk melakukan pengukuran angular dentoalveolar yang digunakan antara lain U6-PPA yaitu sudut yang dibentuk aksis gigi molar pertama maksila (cusp mesial apeks) ke dataran palatal, L6-MPA yaitu sudut yang dibentuk aksis gigi molar pertama mandibula (cusp mesial-apeks) ke dataran mandibula. (Gambar 2.5) (22)
26
2.6. Kerangka Konsep Penelitian
RELASI SKELETAL KLAS I
PERBANDINGAN DENTOSKELETAL ANGULAR
DENGAN PENCABUTAN EMPAT GIGI PREMOLAR
Vertikal Vertikal
Sebelum Setelah
KOMPONEN KOMPONEN KOMPONEN KOMPONEN DENTOALVEOLAR SKELETAL DENTOALVEOLAR SKELETAL
LINIER ANGULAR LINIER LINIER ANGULAR LINIER U6-PPL U6-PPA N-Me U6-PPL U6-PPA N-Me L6-MPL L6-MPA ANS’-Me L6-MPL L6-MPA ANS’-Me U6-A’ S-Go U6-A’ S-Go L6-B’ PNS’-Go L6-B’ PNS’-Go
PERBANDINGAN PERBANDINGAN
SKELETAL VERTIKAL DENTOSKELETAL
LINIER
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah studi purposif sampel, untuk mengetahui dan membandingkan perubahan tinggi wajah pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior pada maloklusi Klas I. Desain ini merupakan rancangan percobaan penyelidikan terencana untuk mendapatkan fakta baru untuk memperkuat atau menolak percobaan terdahulu. (18) (Lampiran 1).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP)
FKG-USU. Jalan Alumni no.2 Medan. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009 sampai dengan Juni 2010. (Lampiran 2).
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil dari pasien yang berkunjung untuk mendapatkan perawatan ortodonti cekat di RSGMP FKG-USU dari Juni 2006 hingga Juni 2009.
3.4. Kriteria Sampel
3.4.1. Kriteria sampel mencakup kriteria inklusi :
- Pasien dengan relasi skeletal Klas I memiliki besar sudut ANB 2-4º
dengan
keadaan gigi berjejal atau bimaksiler protrusi - Jenis kelamin laki-laki maupun perempuan
- Pada masa gigi permanen dengan semua gigi lengkap kecuali molar ketiga
- Pasien yang mendapat perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi
premolar pertama
- Pasien yang berkunjung ke RSGMP FKG-USU antara tahun 2006-2009
3.4.2. Kriteria sampel mencakup kriteria ekslusi - Ada gigi yang hilang
- Terdapat radiks gigi
3.5. Besar Sampel
3.6. Identifikasi Variabel
3.6.1. Variabel tidak terikat (bebas)
- Pengukuran radiografi sefalometri lateral. 3.6.2. Variabel terikat (tidak bebas)
Skeletal :
- Jarak N-Me - Jarak S-Go - Jarak ANS’-Me - Jarak PNS’Go Dentoalveolar :
- Jarak U6-PPL - Jarak U6-A’ - Sudut U6-PPA - Jarak L6-MPL - Jarak L6-B’ - Sudut L6-MPA
3.6.3. Variabel kendali
- Maloklusi Klas I skeletal dengan besar sudut ANB 2-4º. - Kasus dengan pencabutan empat gigi premolar pertama
- Alat cekat dengan teknik edgewise menggunakan braket Mini Standard
Edgewise Nickel-Lite slot 0.18 (Ortho Organizers, United States) dengan
nilai torque dan angulasi nol derajat. - Masa gigi permanen
3.6.4. Variabel tak terkendali
- Variasi dalam berat ringannya kasus Klas I skeletal. - Cara atau alat retraksi.
- Pemakaian elastik Klas II atau Klas III
- Pemakaian Trans Palatal Arch (TPA) atau Lingual Holding Arch (LHA)
3.7. Definisi Operasional
- Maloklusi Klas I skeletal: dengan besar sudut ANB 2-4º.
- Pencabutan empat gigi premolar pertama : Pencabutan yang dilakukan pada
gigi 14, 24, 34, 44.
- Tinggi wajah anterior yaitu mengukur jarak N-Me, sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.
- Tinggi wajah anterior bawah, yaitu mengukur jarak ANS’-Me, sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.
- Tinggi wajah posterior, yaitu mengukur jarak S-Go, sebelum perawatan dan
setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.
- Tinggi wajah posterior bawah, yaitu mengukur jarak PNS’-Go sebelum
perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.
dengan mengukur jarak perpendikular dari cusp mesial gigi molar pertama
maksila ke dataran palatal, yaitu mengukur jarak U6-PPL sebelum perawatan dan
- Perubahan linier gigi molar pertama mandibula dalam arah vertikal, yaitu
mengukur jarak perpendikular dari cusp mesial gigi molar pertama mandibula ke
dataran mandibula, yaitu mengukur jarak L6-MPL sebelum perawatan dan setelah
retraksi anterior, kemudian dibandingkan.
- Perubahan besar sudut yang dibentuk aksis gigi molar pertama maksila (cusp
mesial -apeks) ke dataran palatal, yaitu mengukur U6-PPA sebelum perawatan
dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.
- Perubahan besar sudut yang dibentuk aksis gigi molar pertama mandibula
(cusp mesial-apeks) ke dataran mandibula yaitu mengukur L6-MPA sebelum
perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.
3.7.1. Tanda-tanda penting
a. Titik-titik yang digunakan dalam sefalogram pada penelitian (19) (Lampiran 4). - Titik S (Sella) : Titik tengah sella tursica
- Titik Me (Menton): Titik paling bawah pada daerah dagu - Titik ANS : Ujung spina nasalis anterior
- Titik PNS : Ujung spina nasalis posterior
- Titik ANS’ : Titik perpotongan N-Me dengan dataran palatal - Titik PNS’ : Titik perpotongan S-Go dengan dataran palatal
- Titik Go (Gonion) : Titik perpotongan antara bidang ramal dengan bidang
mandibula
- Titik U6 : Cusp mesial gigi molar pertama maksila - Titik L6 : Cusp mesial gigi molar pertama mandibula - Titik U6M : Titik kontak mesial gigi molar pertama maksila - Titik L6M : Titik kontak mesial gigi molar pertama mandibula
- Titik A’ : Titik perpotongan dari mesial molar pertama maksila ke
garis perpendikular dari titik A terhadap dataran palatal - Titik B’ : Titik perpotongan dari mesial molar pertama mandibula ke
garis perpendikular dari titik B terhadap dataran mandibula b. Garis-garis yang digunakan pada penelitian
- Garis yang ditarik dari titik U6 ke dataran palatal (PP) - Garis yang ditarik dari titik L6 ke dataran mandibula (MP) - Garis yang ditarik dari titik U6M ke A’ (U6A)
- Garis yang ditarik dari titik L6M ke B’ (L6B)
- Garis oklusal ditarik dari pertengahan insisal overbite ke cusp molar pertama 3.8. Metode Pengukuran
3.8.1. Alat
Untuk penapakan diperlukan alat-alat berupa : - Kotak iluminator
- Kertas tapak film asetat (merk GAC) transparan berukuran 8”x10” dengan
ketebalan .003”
- Pinsil gambar 4H yang runcing - Penggaris ortodonti
- Jangka sorong digital (merk Krisbow) yang dapat mengukur dengan ketelitian sampai 0.05 mm
- Selotip, untuk melekatkan sefalogram dan film asetat dengan kotak iluminator - Karet penghapus
3.8.2. Bahan
telah berkontak rapat dengan gigi premolar kedua dan gigi-gigi insisivus telah berkontak rapat dengan kaninus.
3.9. Cara Penelitian
Pada sefalogram lateral sebelum dan setelah retraksi anterior, dari 6 sampel yang telah memenuhi kriteria diperlukan tanda-tanda penting berupa titik-titik dan garis-garis analis untuk mendapatkan data perubahan dimensi skeletal dalam arah vertikal sebagai hasil perawatan ortodonti.
Sampel adalah pasien dengan perawatan maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama (6 sampel).
Pada sefalogram lateral sebelum perawatan dilakukan penapakan jaringan lunak
dibandingkan. dan tinggi wajah posterior bawah, yaitu mengukur jarak PNS’-Go sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan untuk melihat adanya perubahan dimensi vertikal.
Perubahan gigi molar pertama maksila dalam arah vertikal, yaitu mengukur jarak perpendikular dari cusp mesial gigi molar pertama maksila ke dataran palatal, yaitu mengukur jarak U6-PPL sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior. Perubahan gigi molar pertama mandibula dalam arah vertikal, yaitu jarak perpendikular dari cusp mesial gigi molar pertama mandibula ke dataran mandibula, yaitu mengukur jarak L6-MPL sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior. Perubahan linier gigi molar pertama maksila dalam arah horizontal, yaitu mengukur jarak titik kontak mesial gigi molar pertama maksila ke garis perpendikular dari titik A ke dataran palatal, yaitu mengukur jarak U6-A’ sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan. Perubahan linier gigi molar pertama mandibula dalam arah horizontal, yaitu mengukur jarak titik kontak mesial gigi molar pertama mandibula ke garis perpendikular dari titik B ke dataran mandibula, yaitu mengukur jarak L6-B’ sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.
Perubahan sudut yang dibentuk aksis gigi molar pertama maksila (cusp
Pencatatan pengukuran dilakukan dua kali oleh operator yang sama. Kemudian dilakukan pengulangan pengukuran dengan jarak satu minggu antara pengukuran pertama dan kedua lalu diambil nilai rata-ratanya.
3.10. Analisa Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Data hasil penelitian pengukuran perubahan dimensi vertikal pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I dapat dilihat pada Tabel 4.1. (Lampiran 5 dan 6).
Tabel 4.1. Data hasil pengukuran perubahan dimensi vertikal.
Paired Differences
95% Confidence Interval of the Difference
*Jjika nilai signifikansi < 0.05 artinya variabelnya nyata berbeda antara pre dan post/treatment signifikan brpengaruh. Jika nilai signifikansi >0.05 artinya treatment tidak berpengaruh.
perubahan L6-MPA (t=3.74, p=0.003) dan juga terdapat perubahan signifikan pada pengukuran U6-PPL (t=-2.51, p=0.029), U6-A’ (t=3.03,p=0.011), L6-B’ (t=2.34,p=0.039). Perubahan tidak signifikan didapat pada pengukuran S-Go (t=-.646, p=.531), PNS-Go (t=.553, p=.591) serta U6-PPA (t=-.925, p=.375).
Tabel 4.2. Rata-rata perubahan pada pengukuran N-Me untuk perawatan ortodonti
95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower
Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan (p=0.006)
pada pengukuran N-Me dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama setelah retraksi anterior pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.2.)
Tabel 4.3. Rata-rata perubahan pada pengukuran ANS-Me.
Paired Differences
95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower
Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan (p=0.000)
Tabel 4.4. Rata-rata perubahan pada pengukuran S-Go.
95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower
(p=0.531) pada pengukuran S-Go dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.4.)
Tabel 4.5. Rata-rata perubahan pada pengukuran PNS’-Go.
Paired Differences
95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower
(p=0.591) pada pengukuran S-Go dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.5.)
Tabel 4.6. Rata-rata perubahan pada pengukuran U6-PPL.
Paired Differences
Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan (p=0.029) pada pengukuran U6-PPL dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.6.)
Tabel 4.7. Rata-rata perubahan pada pengukuran L6-MPL.
Paired Differences
95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower
Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan (p=0.005)
pada pengukuran L6-MPL dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.7.)
Tabel 4.8. Rata-rata perubahan pada pengukuran U6-PPA.
Paired Differences
95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower
Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan tidak signifikan (p=0.375) pada pengukuran U6-PPA dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.8.)
Tabel 4.9. Rata-rata perubahan pada pengukuran L6-MPA.
Paired Differences
Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan (p=0.003)
pada pengukuran L6-MPA dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.9.)
Tabel 4.10. Rata-rata perubahan pada pengukuran U6-A’.
95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower
Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan (p=0.011) pada pengukuran U6-A’ dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.10.)
Tabel 4.11. Rata-rata perubahan pada pengukuran L6-B’.
Paired Differences
95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower
Tabel 4.12. Korelasi berpasangan
U6PPA PRE & U6PPA POST
L6MPA PRE & L6MPA POST
12 L6-B’ PRE & L6-B’POST
12
Menggunakan rumus korelasi: (18) r = n.Σxy–Σx. Σy
--- √n.Σx²-(Σx)² √n.Σy².(Σy)²
BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, terdapat 6 sampel dari kelompok perawatan dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. Hasil penelitian pada tabel 4.1. menunjukkan nilai rata-rata perubahan dimensi vertikal secara keseluruhan ditemukan perbedaan bermakna. Hasil signifikan ditemui pada pengukuran :
N-Me -4.41 ± 4.56 mm, kemudian ANS’-Me -3.08 ± 1.62 mm, L6-MPL -3.58±3.57 mm, L6-MPA 4.75±4.39mm,U6-PPL -1.91±2.64 mm, U6-A’ 2.75±3.13mm, L6-B’ 3.50±5.16 mm dan hasil tidak signifikan pada pengukuran S-Go -.5000 ± 2.67mm, PNS-Go .58± 3.654 mm dan U6-PPA -1.08 ± 4.05.
Chua dkk (1993) menemukan tidak ada perubahan bermakna pada tinggi wajah anterior bawah pada kelompok dengan pencabutan premolar dan adanya peningkatan tinggi wajah anterior bawah pada kelompok tanpa pencabutan tidak menyebabkan perubahan berarti pada tinggi wajah anterior bawah. (1)
Kocadarelli (1999), pada umumnya ruang pencabutan digunakan untuk memperbaiki gigi berjejal dan memerlukan protraksi gigi posterior, posisi vertikal pada gigi posterior terkoreksi tetapi tidak mengurangi dimensi vertikal. Perubahan vertikal yang terjadi pada kelompok pencabutan empat gigi premolar pertama tidak ada perbedaan bermakna dengan kelompok tanpa pencabutan.(12)
sebesar 3.7mm. Tidak ada perbedaan bermakna dalam perubahan dimensi vertikal pada kasus pencabutan empat gigi premolar pertama dengan kasus tanpa pencabutan, sebaliknya terdapat sedikit peningkatan rata-rata parameter sefalometri. (1,7,12)
Cusimano dkk (1993) menganalisa kasus pencabutan empat premolar pertama dan menemukan tidak ada penurunan dimensi vertikal, sebaliknya terjadi peningkatan vertikal pada gigi molar maksila sebesar 1.9mm dan 1.6mm pada ggi molar mandibula(8)
Sivakumar (2008) menyimpulkan adanya peningkatan linier dimensi vertikal pada kedua kelompok dan perubahan dimensi vertikal lebih banyak terjadi pada kelompok pencabutan.(9)
Pada maloklusi Klas I, pencabutan premolar adalah untuk koreksi keadaan gigi berjejal. Pada banyak kasus, ruang pencabutan digunakan untuk meringankan keadaan gigi berjejal dan sisa ruang digunakan untuk melakukan retraksi gigi-gigi anterior. Penjangkaran bertujuan untuk mempertahankan posisi gigi posterior ketika gigi-gigi anterior diretraksi. Jika penjangkaran telah terpasang maka kehilangan dimensi vertikal tidak akan terjadi.(7,12)
Zablocki dkk (2008) menemukan tidak ada perbedaan bermakna setelah membandingkan kasus pencabutan empat gigi premolar pertama dengan pemakaian Trans Palatal Arch (TPA) dan tanpa pemakaian TPA. la menemukan adanya pergerakan horizontal pada gigi molar pertama maksila sebesar 4.1mm (TPA) dan 4.5mm (tanpa TPA). Sedangkan pada gigi molar pertama mandibula ada pergerakan sebesar 2.6mm (TPA) dan 3.0mm (tanpa TPA).(28)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbandingan perubahan dimensi vertikal pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I, perubahan tidak signifikan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Rata-rata perubahan S-Go pada dimensi vertikal kelompok Klas I dengan pencabutan
empat gigi premolar pertama -.5000 ± 2.67 (tidak signifikan).
2. Rata-rata perubahan PNS-Go pada dimensi vertikal kelompok Klas I dengan pencabutan
empat gigi premolar pertama .58 mm ± 3.654 (tidak signifikan).
3. Rata-rata perubahan U6-PPA pada dimensi vertikal kelompok Klas I dengan pencabutan
empat gigi premolar pertama -1.08 ± 4.05 (tidak signifikan).
Ada beberapa hal yang mungkin dapat menyebabkan adanya peningkatan perubahan dimensi vertikal, terutama dengan adanya intervensi terhadap gigi molar pertama sebagai penjangkar dimana pemakaian karet elastik Klas II sangat memungkinkan dapat menyebabkan ekstrusi/peningkatan tinggi gigi molar pertama pada mandibula. (23,24,25,26,27)
posterior ketika gigi-gigi anterior diretraksi. Jika penjangkaran telah terpasang maka kehilangan dimensi vertikal tidak akan terjadi.(7,12)
Hasil dari penelitian ini adalah menerima hipotesa H nol yaitu ada perubahan dimensi vertikal yang terjadi pada pasien ortodonti yang dirawat dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I.
6.2. Saran
- Untuk hasil yang lebih baik maka jenis penjangkaran yang digunakan harus homogen.
- Penjangkaran implan terbaik dalam mencegah pergerakan gigi molar ke mesial saat melakukan retraksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hayasaki SM, Castanha Henriques JF, Janson G, de Freitas MR., Influence of extraction
and nonextraction orthodontic treatment in Japanese-Brazilians with class I and class II
division 1 malocclusions. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2005;Jan;127(1):30-6. 2. Mundiyah Mokhtar. Dasar-dasar ortodonti perkembangan dan
pertumbuhan
kraniodentofasial. Ikatan Dokter Indonesia .1998; 1-31.
3. Vaden JL. Straight talk about extraction and nonextraction: A differential diagnostic decision. Am J Orthod Dentofac Orthop 1996;109-445-52).
4. Hans MG, Groisser G, Damon C, Amberman D, Nelson S, Palomo JM.. Cephalometric
changes in overbite and vertical facial height after removal of 4 first molars or first
premolars. Am J Orthod Dentofacial Orthop.2006;Aug;130(2):183-8.
5. Kim TK, Kim JT, Mah J, Yang WS, Baek SH., First or second premolar extraction effects
on facial vertical dimension. Angle Orthod. 2005;Mar;75(2):177-82.
6. Al-Nimri KS. Vertical changes in class II division 1 malocclusion after premolar extractions. Angle Orthod. 2006 Jan;76(1):52-8.
7. Staggers JA. Vertical changes following first premolar extractions. Am J Orthod
Denfacial Orthop 1994;105:19-24.
8. Cusimano C, McLaughlin RP, Zernik JH. Effects of first bicuspid extractions on facial
height in high-angle cases. J Clin Orthod 1993;27:594-8.
9. Sivakumar A., Valiathan A. Cephalometric assessment of dentofacial vertical changes in
Class I subjects treated with and without extraction. Am J Orthod DentofacialOrthop
2008;133:869-75)
appliance in treatment of high-angle patients.Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2000;Jun;
117(6):700-5.
11. Houston WJB, Tulley WJ. A textbook of orthodontic. Wright.1986; 74.
12. İlken Kocadereli, The effect of first premolar extraction on vertical dimension. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1999 July: 116(1):41-5.
13. Schudy FF. The control of vertical overbite in clinical orthodontics. Angle Orthod.
1968;38:19-39.
14. Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Orthodontic diagnosis . New York: Thieme Medical
Publisher Inc, 1993: 46.
15. Bishara SE., Textbook of Orthodontics, 2001.WB,Saunders.127.
16. Proffit WR, Fields HW. Contemporary Orthodontics. Mosby. 1986. 2-5. 17. Sudjana. Metoda Statistika. 1975. Tarsito. 167-8.
18. Moyers RE. Handbook of Orthodontics for the Student and General Practitioner, 3rd
Ed.Year Book Medical Publisher, London 1975 : 306-10, 362-9.
19. Susanto A, Sitepu AN., Erna S. Diagnosis Ortodonti, Diktat Kuliah, Medan, 1990:53-6.
20. Sansoy LT, Darendeiller N. The influence of extraction orthodontic treatment on
craniofacial structures : Evaluation according to two different factors. Am J Orthod
Dentofacial Orthop 1999; 115:508-14.
21. Yamaguchi K, Nanda RS. The effects of extraction and non extraction treatment on the
mandibular position. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1991; 100:443-52.
22. Kim YE, Nanda RS, Sinha PK. Transition of molar relationships in different skeletal
bioprogressive versus standard edgewise treatment in Class II correction with
intermaxillary elastic force. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 1998;113:430-6)
24. Bien SM. Analysis of the components of forces used to effect distal movement of
teeth. Am J Orthod. 1951;37:514-20.
25. Kanter F. Mandibular anchorage and extraoral force. Am J Orthod. 1956;42:194-208. 26. Tovstein BC. Behavior of the occlusal plane and related structures in treatment of
Class II malocclusion. Angle Orthod. 1955;25:189-98.
27. Zingeser M. Vertical response to Class II division 1 therapy. Angle Orthod. 1964; 34:
58-64.
28. Zablocki H., McNamara Jr JA., Franchi L., Baccetti T. Effect of the transpalatal arch
during extraction treatment. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2008;133;852-60. 29. Thiruvenkatachari B., Pavithranand A., Rajasigamani K., Kyung HM. Comparison and
measurement of the amount of anchorage loss of the molars with and without the use of
Lampiran 1. Alur Penelitian
MENENTUKAN POPULASI & SAMPEL
MENETAPKAN KRITERIA MENETAPKAN VARIABEL
SAMPEL
MENGUMPULKAN FOTO MENGUMPULKAN FOTO
SEFALOMETRI SEFALOMETRI
SEBELUM PERAWATAN SETELAH PERAWATAN
MENYIAPKAN BAHAN DAN ALAT UKUR :
- KERTAS TRACING
- PINSIL GAMBAR 4H
- PENGGARIS
MENENTUKAN CARA PENGUKURAN
PENGUKURAN PENGUKURAN
SEFALOMETRI SEFALOMETRI
SEBELUM PERAWATAN SETELAH PERAWATAN
PENGUMPULAN DATA
ANALISIS DATA
HASIL
Lampiran 2. Jadwal Penelitian
Kegiatan Maret
2009
Kegiatan November
2009
Kegiatan April
Lampiran 3. Daftar sumber data sampel untuk keperluan penelitian
No Nama Umur Jenis Kelamin Kelompok Diagnosa
1 Jeffri 18 Lakl-laki Ekstraksi Klas I
2 Magda 26 Perempuan Ekstraksi Klas I
3 Thomas 18 Laki-laki Ekstraksi Klas I
4 Semanpreet Kaur 18 Perempuan Ekstraksi Klas I
5 Eva 22 Perempuan Ekstraksi Klas I
Lampiran 4. Titik-titik yang digunakan dalam sefalogram pada penelitian.
Lampiran 5. Hasil uji distribusi normalitas dan uji homogenitas varians data
Ketentuan membaca plot normalitas dan homogenitas. Bentuk hipotesa:
H0: data normal H1: data tidak normal
H0: varians data homogen H1: varians data tidak homogen
Jika nilai p-value > 0.05 maka kesimpulan yang diambil data menyebar normal atau varians data homogeny, sebaliknya jika p-value < 0.05 maka data tidak normal atau varians data tidak homogen. Interpretaasikan untuk masing-masing plot, baik plot normal maupun homogenitas.
PLOT NORMALITAS DATA PRE TREATMENT
ANSME
Probability Plot of ANSME
SGO
Probability Plot of SGO
Normal
Probability Plot of PNSGO
U6PPL
Probability Plot of U6 PPL
Normal
Probability Plot of L6 MPL
U6PPA
Probability Plot of U6 PPA
Normal
Probability Plot of L6 MPA
PLOT HOMOGENITAS DATA PRE TREATMENT
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
Test for Equal Variances for ANSME
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
Test for Equal Variances for PNSGO
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
Test for Equal Variances for L6 MPL
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
5 4 3 2 1
800 700 600 500 400 300 200 100 0
Bar tlett's Test
Test Statistic 1.29
P- Value 0.864
PLOT NORMALITAS DATA POST TREATMENT
Probability Plot of ANSME_ 1
Normal
Probability Plot of SGO_ 1
PNSGO_1
Probability Plot of PNSGO_ 1
Normal
Probability Plot of U6 PPL_ 1
L6MPL_1
Probability Plot of L6 MPL_ 1
Normal
Probability Plot of U6 PPA_ 1
L6MPA_1
Probability Plot of L6 MPA_ 1
Normal
Probability Plot of UGA
LGA
Probability Plot of LGA
Normal
PLOT HOMOGENITAS DATA POST TREATMENT
C
1 Bar tlett's Test
Test Statistic 6.73
P- Value 0.151
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
5 4 3 2 1
2500 2000
1500 1000
500 0
Bar tlett's Test
Test Statistic 2.70
P- Value 0.610
Test for Equal Variances for SGO_ 1
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
5 4 3 2 1
2000 1500
1000 500
0
Bar tlett's Test
Test Statistic 4.58
P- Value 0.205
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
Test for Equal Variances for U6 PPL_ 1
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
Test for Equal Variances for U6 PPA_ 1
C
1
95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6
P
Test for Equal Variances for UGA
P
Lampiran 6. Data hasil pengukuran
Metode Anderson Darling
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
NME PRE 12 117.00 144.00 127.2500 9.04660 81.841
ANSME PRE 12 62.00 84.00 72.5833 7.86775 61.902
SGO PRE 12 72.00 96.00 85.0000 8.98484 80.727
PNSGO PRE 12 31.00 48.00 37.9167 5.23030 27.356
U6PPL PRE 12 18.00 35.00 27.4167 5.12495 26.265
L6MPL PRE 12 24.00 42.00 34.8333 5.52405 30.515
U6PPA PRE 12 74.00 91.00 82.3333 5.89813 34.788
L6MPA PRE 12 78.00 92.00 85.5000 4.46196 19.909
NME POST 12 116.00 148.00 131.6667 11.23577 126.242
ANSME POST 12 63.00 88.00 75.6667 8.60585 74.061
SGO POST 12 75.00 97.00 85.5000 8.09601 65.545
PNSGO POST 12 28.00 46.00 37.3333 5.97469 35.697
U6PPL POST 12 24.00 37.00 29.3333 4.79267 22.970
L6MPL POST 12 31.00 44.00 38.4167 3.94181 15.538
U6PPA POST 12 70.00 90.00 83.4167 6.62582 43.902
L6MPA POST 12 73.00 93.00 80.7500 5.80165 33.659
Valid N (listwise) 12
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 NME PRE 127.2500 12 9.04660 2.61153
NME POST 131.6667 12 11.23577 3.24349
Pair 2 ANSME PRE 72.5833 12 7.86775 2.27122
ANSME POST 75.6667 12 8.60585 2.48429
Pair 3 SGO PRE 85.0000 12 8.98484 2.59370
SGO POST 85.5000 12 8.09601 2.33712
Pair 4 PNSGO PRE 37.9167 12 5.23030 1.50986
PNSGO POST 37.3333 12 5.97469 1.72475
Pair 5 U6PPL PRE 27.4167 12 5.12495 1.47945
U6PPL POST 29.3333 12 4.79267 1.38352
Pair 6 L6MPL PRE 34.8333 12 5.52405 1.59466
L6MPL POST 38.4167 12 3.94181 1.13790
Pair 7 U6PPA PRE 82.3333 12 5.89813 1.70264
U6PPA POST 83.4167 12 6.62582 1.91271
Pair 8 L6MPA PRE 85.5000 12 4.46196 1.28806
L6MPA POST 80.7500 12 5.80165 1.67479
Pair 9 U6A PRE 23.1700 12 4.10800 1.186
Paired Samples Correlations
Paired Samples Test
Paired Differences t df Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 NME PRE -
NME POST -4.4167 4.56186 1.31690 -7.3151 -1.5182 -3.354 11 .006
Pair 2 ANSME PRE -
ANSME POST -3.0833 1.62135 .46804 -4.1135 -2.0532 -6.588 11 .000
Pair 3 SGO PRE -
SGO POST -.5000 2.67989 .77362 -2.2027 1.2027 -.646 11 .531
Pair 4 PNSGO PRE -
PNSGO POST .5833 3.65459 1.05499 -1.7387 2.9054 .553 11 .591
Pair 5 U6PPL PRE -
U6PPL POST -1.9167 2.64432 .76335 -3.5968 -.2365 -2.511 11 .029
Pair 6 L6MPL PRE -
L6MPL POST -3.5833 3.57919 1.03322 -5.8574 -1.3092 -3.468 11 .005
Pair 7 U6PPA PRE -
U6PPA POST -1.0833 4.05549 1.17072 -3.6601 1.4934 -.925 11 .375
Pair 8 L6MPA PRE -
L6MPA POST 4.7500 4.39266 1.26805 1.9590 7.5410 3.746 11 .003
78
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Iman Prasetio, drg.
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 5 September 1976 Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Riwayat Pendidikan : - SD Kemala Bhayangkari Medan, 1983-1989 - SMP Yayasan Pendidikan Harapan 2, 1989-1991 - SMA Negeri 1 Medan, 1991-1994