• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pelurusan Rambut (Rebonding) Dengan Kejadian Rambut Rontok Pada Mahasiswi FK USU Stambuk 2008 Sampai 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pelurusan Rambut (Rebonding) Dengan Kejadian Rambut Rontok Pada Mahasiswi FK USU Stambuk 2008 Sampai 2010"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PELURUSAN RAMBUT (REBONDING)

DENGAN KEJADIAN RAMBUT RONTOK PADA

MAHASISWI FK USU STAMBUK 2008 SAMPAI 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

MUHAMMAD IQBAL

080100036

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PELURUSAN RAMBUT (REBONDING)

DENGAN KEJADIAN RAMBUT RONTOK PADA

MAHASISWI FK USU STAMBUK 2008 SAMPAI 2010

Oleh :

MUHAMMAD IQBAL

080100036

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Pelurusan Rambut (Rebonding) Dengan Kejadian Rambut Rontok Pada Mahasiswi

FK USU Stambuk 2008 Sampai 2010

Nama : MUHAMMAD IQBAL

NIM : 080100036

Pembimbing Penguji I

dr. Rointan S, Sp. KK. (K) dr. Muara P. Lubis, Sp. OG.

Penguji II

dr. A. Amra, Sp. M.

Medan, 23 Desember 2011

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara (FK USU)

(4)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindakan rebonding yang dihubungkan dengan terjadinya kerontokan rambut. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran USU, mulai angkatan 2008 sampai 2010, dan melibatkan 55 mahasiswi dengan metode total sampling. Data akan diolah secara analitik dengan program SPSS.

Dari 55 mahasiswi yang melakukan rebonding, 39 orang (70,9 %) diantaranya mengalami kerontokan rambut, 16 orang (29,1 %) yang lain tidak mengalaminya. Yang paling banyak mengalami kerontokan rambut adalah mahasiswi yang melakukan rebonding dengan frekuensi 1x1 tahun, yaitu sebanyak 19 orang (48,7 %), dan paling sedikit dengan frekuensi 1x2 tahun dan 1x3 tahun yaitu masing-masing sebanyak 6 orang (15,4 %).

Uji chi-square menunjukkan nilaip<0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan rebonding dengan terjadinya rambut rontok. Oleh karena itu, disarankan kepada seluruh pihak agar tidak melakukan tindakan rebonding karena efek negatif yang ditimbulkannya.

Kata kunci

(5)

ABSTRACT

The aim of our study is to know rebonding activity and compare with effluvium (hair moult). This study was done in Fakultas Kedokteran USU, from 2008 until 2010, there were 55 responden taken by using total sampling technique. The data were analyzedanatically using statistical package program.

From 55 responden has done rebonding activity, there were 39 responden (70,9 %) was caused effluvium (hair moult), and 16 responden (29,1 %) weren’t happened of it.Which at most happened of effluvium (hair moult) were done rebonding with frequency 1x1 year, that is counted 19 responden ( 48,7 %), and at least were done rebonding with frequency 1x2 year and 1x3 year that is each counted 6 responden ( 15,4 %).

Chi-Square test show p value<0,05. So can be concluded that there are relation which is significant between rebonding activity with the happening of effluvium (hair moult). Therefore, suggested to all party in order not to conduct action rebonding because generated negativity effect of it.

Key word

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan

banyak kenikmatan salah satunya kemudahan, sehingga saat ini penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Hubungan Pelurusan Rambut (Rebonding) Dengan

Kejadian Rambut Rontok Pada Mahasiswi FK USU Stambuk 2008 Sampai 2010”, sebagai

tahapan akhir pembelajaran dalam program studi Strata 1 Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih banyak kepada orang tua, Ibunda Hj. Wardhiah atas dukungannya berupa

moril, materil, kasih sayang, dan do’a, sehingga penulis dapat mengemban ilmu di Fakultas

Kedokteran dan saat ini bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sebagai salah satu tugas untuk

meraih gelar Sarjana Kedokteran.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang

tinggi kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan, antara lain :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar Alamsyah

Siregar, Sp.PD.KGEH atas izin penelitian yang diberikan.

2. Dosen Pembimbing dr. Rointan S, Sp. KK. (K) yang telah banyak berkorban waktu,

tenaga, serta dukungan moral dan moril, dalam membimbing penulisan KTI ini.

3. Dosen Penguji dr. Muara P. Lubis, Sp. OG. dan dr. A. Amra Sp. M. yang telah bersedia

dengan sabar membantu Penulis dalam menyempurnakan, menguji, dan menilai KTI ini.

4. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian KTI

ini.

Akhirnya, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat

menambah ilmu dan pengetahuan penulis di masa yang akan datang.

Desember 2011

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... ... i

Abstrak ... ... ii

Abstract ... ... iii

Kata Pengantar ... ... iv

Daftar Isi... ... vi

Daftar Tabel ... ... ix

Daftar Gambar ... ... x

Daftar Istilah ... ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... ... 1

1.1. Latar Belakang ... ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... ... 4

2.1. Kerontokan Rambut ... ... 4

2.1.1.Anatomi Rambut ... ... 4

2.1.2. Fisiologi Rambut ... ... 6

2.1.3. Siklus Aktivitas Folikel Rambut ... 6

2.1.4. Pengaturan dan Siklus Pertumbuhan Rambut ... 8

2.1.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut ... 9

2.1.5.1 Keadaan Fisiologik ... ... 9

2.1.5.2 Keadaan Patologik ... ... 11

2.1.6 Efluvium (Kerontokan Rambut) ... 12

2.1.6.1 Definisi ... ... 12

2.1.6.2 Etiologi dan Patogenesis . ... 12

2.1.6.3 Klasifikasi ... ... 13

(8)

2.2.1. Meluruskan Rambut Dengan Teknik Rebonding ... 13

2.2.1.1. Sejarah Rebonding. .. ... 14

2.2.1.2. Rebonding ... ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16

3.1. Kerangka Konsep ... ... 16

3.2. Definisi Operasional ... ... 16

3.2.1. Rebonding ... ... 16

3.3. Hipotesis ... ... 17

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN .... ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu penelitian ... ... 18

4.3. Populasi Penelitian ... ... 18

4.3.1. Kriteria inklusi ... ... 18

4.3.2. Kriteria eksklusi ... ... 18

4.4 Besar Sampel ... ... 18

4.5 Teknik Pengumpulan Data ... ... 19

4.6. Pengolahan dan Analisa Data ... ... 19

4.6.1 Pengolahan Data ... ... 19

4.6.2 Analisa Data ... ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1. Hasil Penelitian ... ... 21

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... 21

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Kerontokan Rambut ... 21

5.1.3 Deskripsi Karakteristik Responden ... 22

5.1.3.1 Usia ... ... 22

5.1.3.2 Stambuk ... ... 22

5.1.3.3 Frekuensi Rebonding ... ... 23

(9)

5.1.4 Hubungan Rebonding Dengan Kejadian Rambut Rontok ... 24

5.2. Pembahasan ... ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 27

6.1. Kesimpulan ... ... 27

6.2. Saran ... ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... ... 29

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Struktur Rambut 5

2.2Siklus Rambut 8

5.1 Dsitribusi berdasarkan karakteristik 21

kerontokan rambut

5.2 Distribusi sampel berdasarkan usia 21

5.3 Distribusi sampel berdasarkan stambuk 22

5.4 Distribusi sampel berdasarkan frekuensi

rebonding 23

5.5 Distribusi sampel berdasarkan waktu

kerontokan rambut setelah rebonding 23

5.6 Kelompok rebonding dengan kelompok

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR ISTILAH

Nama Istilah Makna Halaman

Lenan Bahan-bahan yang terbuat dari kain 15

maupun kapas (handuk, tissue, kapas)

(13)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindakan rebonding yang dihubungkan dengan terjadinya kerontokan rambut. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran USU, mulai angkatan 2008 sampai 2010, dan melibatkan 55 mahasiswi dengan metode total sampling. Data akan diolah secara analitik dengan program SPSS.

Dari 55 mahasiswi yang melakukan rebonding, 39 orang (70,9 %) diantaranya mengalami kerontokan rambut, 16 orang (29,1 %) yang lain tidak mengalaminya. Yang paling banyak mengalami kerontokan rambut adalah mahasiswi yang melakukan rebonding dengan frekuensi 1x1 tahun, yaitu sebanyak 19 orang (48,7 %), dan paling sedikit dengan frekuensi 1x2 tahun dan 1x3 tahun yaitu masing-masing sebanyak 6 orang (15,4 %).

Uji chi-square menunjukkan nilaip<0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan rebonding dengan terjadinya rambut rontok. Oleh karena itu, disarankan kepada seluruh pihak agar tidak melakukan tindakan rebonding karena efek negatif yang ditimbulkannya.

Kata kunci

(14)

ABSTRACT

The aim of our study is to know rebonding activity and compare with effluvium (hair moult). This study was done in Fakultas Kedokteran USU, from 2008 until 2010, there were 55 responden taken by using total sampling technique. The data were analyzedanatically using statistical package program.

From 55 responden has done rebonding activity, there were 39 responden (70,9 %) was caused effluvium (hair moult), and 16 responden (29,1 %) weren’t happened of it.Which at most happened of effluvium (hair moult) were done rebonding with frequency 1x1 year, that is counted 19 responden ( 48,7 %), and at least were done rebonding with frequency 1x2 year and 1x3 year that is each counted 6 responden ( 15,4 %).

Chi-Square test show p value<0,05. So can be concluded that there are relation which is significant between rebonding activity with the happening of effluvium (hair moult). Therefore, suggested to all party in order not to conduct action rebonding because generated negativity effect of it.

Key word

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara biologis sebenarnya rambut kepala tidak mempunyai fungsi penting bagi manusia.

Rambut kepala mencerminkan gambaran sosial yang merupakan mahkota keindahan bagi wanita

serta lambang kejantanan bagi pria. (Supardiman, Lily. 2002)

Rambut adalah struktur solid yang terdiri atas sel yang mengalami keratinisasi padat,

berasal dari folikel epidermal yang berbentuk seperti kantong yang tumbuh ke dalam dermis.

Rambut normal dan sehat, tampak berkilat, elastis, tidak mudah patah, serta dapat menyerap air.

Komposisi rambut terdiri atas karbon 50,60%, hidrogen 6,36%, nitrogen 17,14%, sulfur 5,0%,

dan oksigen 20,80% (Pusponegoro, Erdina H.D. 2002). Rambut juga merupakan salah satu

adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan

bibir (Soepardiman, Lily. 2010).

Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan 2 jenis, yaitu; rambut

terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen, terdapat di kepala, alis, bulu mata,

ketiak, dan genitalia eksterna, serta rambut velus, rambut halus sedikit mengandung pigmen,

terdapat hampir di seluruh tubuh. (Soepardiman, Lily. 2010)

Berkurangnya rambut kepala dapat menimbulkan stres psikis terutama pada wanita.

Mekanisme pertumbuhan dan kerontokan rambut kepala dapat berlangsung secara fisiologik

maupun patologik oleh faktor-faktor luar dan dalam tubuh, antara lain status gizi, hormonal,

pemakaian obat, stres psikologik dan lain sebagainya. (Supardiman, Lily. 2002)

Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut terminal dalam bentuk apapun dan

dimanapun asal mula terjadinya yang berkisar lebih dari 100 helai per hari. (Brown, Robin

Graham dan Tony Burns; Pusponegoro, Erdina H.D. 2002)

Siklus aktivitas folikel rambut terdiri dari; fase katagen/regresi, merupakan fase transisi

antara anagen dan telogen. Fase katagen berlangsung selama beberapa minggu (+/- 2 minggu)

dan jumlah rambut normal pada fase ini adalah < 1%. Selanjutnya fase telogen/istirahat, Fase ini

belangsung selama 2-4 bulan (90-100 hari). Rambut normal pada fase ini adalah 5-10%.

Selanjutnya adalah fase anagen/pertumbuhan yang merupakan fase aktif. Pada keadaan normal

(16)

dapat berlangsung selama 2-10 tahun dengan rata-rata sekitar 1000 hari. Lama fase anagen

menetukan panjang rambut. (Pusponegoro, Erdina H.D. 2002)

Kerontokan rambut dapat dibagi menjadi telogen effluvium, anagen effluvium,

kerontokan rambut kongenital, kerontokan rambut akibat kelainan batang rambut, kerontokan

rambut akibat trauma, kerontokan rambut akibat obat, dan kerontokan rambut akibat gangguan

hormonal. (Supardiman, Lily. 2002)

Dalam teorinya, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan rambut rontok, diantaranya

karena penyakit akut, penyakit kronis, kelainan endokrin, dan obat-obatan (Pusponegoro, Erdina

H.D. 2002). Selain itu, rambut rontok juga 14dre disebabkan karena aktivitas penataan rambut

yang berlebihan, termasuk aktivitas pelurusan rambut. Pelurusan rambut akan mengakibatkan

folikel rambut menjadi lemah, dan akan menyebabkan kerusakan pada struktur rambut, sehingga

akan meningkatkan resiko kerontokan rambut. (Lana, Clara. 2011)

Melihat kondisi mahasiswi FK USU yang sangat marak menjadikan rebonding

(pelurusan rambut) sebagai bentuk perawatan dan estetika rambut mereka, maka penulis ingin

meneliti apa sebenarnya efek atau akibat yang ditimbulkan dari rebonding (pelurusan rambut)

terhadap terjadinya kerontokan rambut.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat beberapa masalah atau pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimana pengaruh rebonding (pelurusan rambut) terhadap kesehatan rambut seseorang?

2. Berapa besar aktivitas rebonding (pelurusan rambut) terhadap terjadinya rambut rontok?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum

Mengetahui pengaruh rebonding (pelurusan rambut) terhadap terjadinya rambut rontok.

Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Melihat jumlah mahasiswi FK USU stambuk 2008 sampai 2010 yang melakukan rebonding

(pelurusan rambut).

2. Melihat jumlah mahasiswi FK USU stambuk 2008 sampai 2010 yang mengalami kerontokan

rambut akibat rebonding (pelurusan rambut).

3. Melihat berapa kali perlakuan rebonding (pelurusan rambut) bisa menyebabkan rambut rontok

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu:

1. Pengetahuan atau informasi kepada semua orang tentang efek yang paling mungkin

ditimbulkan jika melakukan pelurusan rambut.

2. Masukan dan tambahan rujukan untuk semua orang yang mungkin akan melakukan penelitian

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerontokan Rambut 2.1.1 Anatomi Rambut

Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali

telapak tangan, telapak kaki, kuku, ujung zakar, permukaan dalam bibir-bibir kemaluan wanita,

dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan 2 jenis:

1. Rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen. Terdapat di kepala,

alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna. Rambut terminal diproduksi oleh folikel-folikel

rambut besar yang ada di lapisan subkutis. Secara umum diameter rambut > 0,03 mm.

2. Rambut velus, rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat 16drene di seluruh

tubuh. Rambut velus diproduksi oleh folikel-folike rambut yang sangat kecil yang ada di lapisan

dermis, diameternya < 0,03 mm. (Soepardiman, Lily. 2010; Kusumadewi, dkk; Olsen, E. A.

1994)

Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut:

a. Folikel Rambut, yaitu suatu tonjolan epidermis ke dalam berupa tabung yang meliputi:

1). Akar rambut (folliculus pili), yaitu bagian rambut yang tertanam secara miring dalam

kulit.

2). Umbi rambut (bulbus pili), yaitu pelebaran bagian terbawah akar rambut. Bagian

terbawah umbi rambut adalah matriks rambut, yaitu daerah yang terdiri dari sel-sel yang

membelah dengan cepat dan berperan dalam pembentukan batang rambut. Dasar umbi rambut

yang melekuk ini mencakup gumpalan jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf yang berguna

untuk 16drene makanan kepada matriks rambut. (Kusumadewi, dkk; Brown, Robin Graham dan

Tony Burns)

Selain itu, folikel rambut juga menyelubungi akar rambut, mulai dari permukaan kulit

sampai di bagian terbawah umbi rambut. Pada selubung ini dapat dibedakan 16drene yang

berasal dari dermis dan 16drene yang berasal dari epidermis. (Kusumadewi, dkk)

Unsur dari epidermis terdiri dari kandung akar luar dan kandung akar dalam. Kandung

akar luar terdiri atas sel bening, dan baru mulai berdiferensiasi pada daerah ismus tanpa

(19)

lapisan Huxley, dan kutikula kandung akar dalam. (Kusumadewi, dkk; Pusponegoro, Erdina

H.D. 2002)

b. Batang Rambut, yaitu bagian rambut yang berada diatas permukaan kulit. Batang

rambut keluar dari kulit secara miring. Batang rambut terdiri atas 3 bagian, yaitu kutikula

(selaput rambut), yang terdiri dari 6-10 lapis sel tanduk dan tersusun seperti genteng atap;

korteks (kulit rambut), terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling berdekatan;

dan medulla (sumsum rambut), yang terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin,

badan lemak, dan rongga udara. (Soepardiman, Lily. 2010; Kusumadewi, dkk; Pusponegoro,

Erdina H.D. 2002)

c. Otot Penegak Rambut (muskulus arector pili), merupakan otot polos yang berasal dari

batas dermo-epidermis dan melekat di bagian bawah kandung rambut. Otot-otot ini dipersarafi

oleh saraf-saraf 17drenergic dan berperan untuk menegakkan rambut bila kedinginan serta

sewaktu mengalami tekanan emosional. (Kusumadewi, dkk; Brown, Robin Graham dan Tony

Burns)

Tabel 2.1: Struktur Rambut

Struktur Isi Lokasi

Infundibulum - Epidermis

Papila dermis Mesenkima embrionik -

Itsmus Keratinisasi trikhilemma Dermis

Kandung akar dalam Trikohialin, sitrullin -

Medula Trikohialin, sitrullin -

Bulb - Subcutis

Sumber: (Jaffer, Saeed N dan Abrar A. Qureshi)

2.1.2 Fisiologi Rambut

1. Pengaturan Suhu Badan

Pada manusia fungsi ini hampir tidak ada lagi, sejalan dengan perkembangan cara-cara

lain untuk memelihara suhu tubuh yang konstan melalui kelenjar-kelenjar keringat, peredaran

darah kulit dan pengaruh susunan saraf terhadap struktur-strukur tadi. Dalam kondisi dingin,

pori-pori rambut akan mengecil. Dalam kondisi panas, maka kondisi tersebut berlaku sebaliknya.

(Kusumadewi, dkk; Ridwan, Muhammad)

(20)

Rambut memperbesar efek rangsang sentuhan terhadap kulit. Sentuhan terhadap bulu

mata menimbulkan reflex menutup kelopak mata. Kepekaan kulit terhadap sentuhan berbanding

sejajar dengan kelebatan pertumbuhan rambut. Maka kulit kepala dengan kelebatan pertumbuhan

rambut 312/cm2 sangat peka terhadap sentuhan. (Kusumadewi, dkk). Rambut meningkatkan

kepekaan kulit terhadap rangsangan sentuhan. Pada beberapa spesies yang lebih rendah, fungsi

ini mungkin lebih disempurnakan. Sebagai contoh, sungut kucing sangat peka dalam hal ini.

Peran rambut yang lebih penting pada hewan-hewan rendah adalah konservasi panas, tetapi

fungsi ini tidak begitu bermakna bagi manusia yang relative tidak berbulu. (Sherwood, Lauralee.

2001)

2.1.3 Siklus Aktivitas Folikel Rambut

Setelah pembentukan folikel rambut dan rambut, perkembangan folikel rambut

selanjutnya akan berhenti pada bulan ke-5 kehamilan. Folikel mengalami involusi memasuki fase

katagen, dimana papilla dermis akan mengalami regresi dan akhirnya folikel memasuki fase

istirahat. Sampai saat ini belum diketahui mengapa papila dermis yang telah terbentuk harus

mengalami regresi terlebih dahulu dan kemudian mengalami aktivasi kembali. (Pusponegoro,

Erdina H.D. 2002)

Siklus pertumbuhan folikel rambut adalah demikian. Sejak pertama kali terbentuk folikel

rambut mengalami siklus pertumbuhan yang berulang. Fase pertumbuhan dan fase istirahat

bervariasi berdasarkan umur dan regio tempat rambut tersebut tumbuh dan juga dipengaruhi

faktor fisiologis maupun patologis. Siklus pertumbuhan yang normal adalah masa anagen, masa

katagen, dan masa telogen. (Soepardiman, Lily. 2010)

1. Masa anagen: sel matriks melalui mitosis membentuk sel baru mendorong

sel-sel tanduk yang lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya 2-6 tahun. (Soepardiman, Lily. 2010)

2. Masa katagen: masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat di sekitar

folikel rambut, disusul oleh penebalan dan mengeriputnya selaput hialin. Papil rambut lalu

mengelisut dan tidak lagi berlangsung mitosis dalam matriks rambut. Bagian tengah akar rambut

menyempit dan bagian dibawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk

gada (club). Antara bekas papil dan bagian bawah gada terbentang satu tiang sel epitel. Masa

peralihan ini berlangsung 2-3 minggu. (Kusumadewi, dkk; Soepardiman, Lily. 2010)

3. Masa telogen atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel mulai dari

(21)

tunas kecil yang membuat rambut baru sehingga rambut gada akan terdorong keluar dan rontok.

(Kusumadewi, dkk; Soepardiman, Lily. 2010)

Lama masa anagen adalah berkisar 1000 hari, sedang masa telogen sekitar 100 hari

sehingga perbandingan rambut anagen dan telogen berkisar antara 9:1. Jumlah folikel rambut

pada kepala manusia sekitar 100.000, rambut pirang dan merah jumlahnya lebih sedikit dari

rambut hitam. Jumlah rambut yang rontok per hari 100 helai. Densitas folikel rambut pada bayi

1135/cm2 dan berkurang menjadi 615/cm2 pada umur tiga puluhan, karena meluasnya

permukaan kulit. Pada umur 50 tahunan ada pengurangan beberapa folikel sehingga jumlah

menjadi 485/cm2. Untuk mengetahui jumlah rambut anagen dan telogen diperiksa rasio rambut

anagen terhadap telogen yang disebut trikogram, sedikitnya 50 helai rambut halus dicabut dan

diperiksa untuk menghindari deviasi standar yang tinggi. Jumlah rambut anagen pada wanita +

85% dan laki-laki 83% dan jumlah rambut telogen pada wanita 11% dan laki-laki 15%.

(Soepardiman, Lily. 2010)

Tabel 2.2: Siklus Rambut

Fase Masa

Anagen 3 tahun, 84% kulit kepala

Telogen 3 bulan, 14% kulit kepala

Katagen 3 minggu, 2% kulit kepala

Sumber: (Jaffer, Saeed N dan Abrar A. Qureshi)

2.1.4 Pengaturan dan Siklus Pertumbuhan Rambut

Pertumbuhan dan perkembangan folikel rambut dipengaruhi oleh beberapa sitokin dan

growh factor (GF) yang diproduksi oleh sel papilla dermis. Substansi ini memulai dan

mengontrol epitel intrafolikular dan interaksi mesenkimal. Juga mempengaruhi proliferasi dan

diferensiasi sel matriks folikel rambut dengan mengeluarkan sinyal spesifik yang menginduksi

berbagai stadium siklus rambut. Molekul bioaktif tersebut antara lain interleukin-1 alfa, FGF,

EGF, KGF, substansi P, IGF-1, hormone tiroid, paratiroid, dan androgen. Aktivitas sel papilla

dermis sendiri dikontrol oleh substansi yang diproduksi oleh lapisan spinosum sarung akar luar

dan hormon. Beberapa peptida yang dihasilkan lapisan spinosum dan mempengaruhi papilla

dermis antara lain basic fibroblast growth factor (bFGF), platelet derived growth factor (PDGF),

(22)

Berbagai macam molekul sinyal yang mengontrol siklus rambut tersebut digolongkan ke

dalam 3 kelompok:

1. Memulai fase anagen, IGF 1, bFGF, EGF, VEGF, TGF-alfa yang merupakan faktor mitogenik

kuat untuk keratinosit dan sel endotel.

2. Mempertahankan folikel anagen matang, IGF 1, VEGF, yang menstimulasi prliferasi

vaskularisasi dan proses diferensiasi.

3. Menginduksi fase katagen dan degradasi folikel rambut, IL 1, IL 4, TNF-alfa, TNF-beta,

merupakan sitokin pro-apoptotic dan penghambat pertumbuhan. (Pusponegoro, Erdina H.D.

2002)

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut adalah sebagai berikut:

2.1.5.1 Keadaan Fisiologik

1. Hormon

Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen, tiroksin, dan kortikosteroid. Masa

pertumbuhan rambut 0,35 mm/hari, lebih cepat pada wanita daripada pria. Hormon androgen

dapat merangsang dan mempercepat pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah janggut,

kumis, ketiak, kemaluan, dada, tungkai laki-laki, serta rambut-rambut kasar lainnya. Namun,

pada kulit kepala penderita alopesia androgenetik hormon androgen bahkan memperkecil

diameter batang rambut serta memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita

aktivitas hormon androgen akan menyebabkan hirsutisme, sebaliknya hormon estrogen dapat

memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang anagen. (Suling, Pieter L;

Kusumadewi, dkk; Soepardiman, Lily. 2010)

2. Nutrisi

Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama malnutrisi protein dan kalori.

Pada keadaan ini rambut menjadi kering dan suram. Adanya kehilangan pigmen setempat

sehingga rambut tampak berbagai warna. Kekurangan vitamin B12, asam folat, asam animo,

karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut.

(Soepardiman, Lily. 2010; Suling, Pieter L)

3. Kehamilan

Pada kehamilan muda, yaitu tiga bulan pertama, jumlah rambut telogen masih dalam

(23)

4. Masa balig

Pada masa ini terjadi peningkatan kadar hormon seks. Ini berakibat pertumbuhan rambut

ketiak dan rambut kemaluan, tetapi rambut kepala justru akan rontok. (Kusumadewi, dkk)

5. Kelahiran

Dalam masa 3 bulan setelah melahirkan folikel-folikel rambut kepala sang ibu dengan

cepat beralih ke fase telogen, sehingga selama masa ini dijumpai nilai telogen 35%.

(Kusumadewi, dkk)

6. Masa baru lahir

Jika rambut janin dalam rahim seluruhnya berada dalam fase anagen, maka beberapa

minggu setelah bayi lahir akan tampak kerontokan rambut, yang disusul dengan pertumbuhan

rambut baru selama tahun pertama dan kedua kehidupannya. (Kusumadewi, dkk)

7. Masa menjadi tua

Wanita dan pria sama-sama menderita kerontokan rambut karena usia lanjut. Kerontokan

dimulai di ubun-ubun, dahi, dan pelipis, lalu bergeser ke belakang. Di bagian-bagian ini fase

anagen rambut menjadi singkat, rambut lebih cepat rontok dan rambut halus tumbuh sebagai

gantinya (Kusumadewi, dkk), folikel rambut mengalami atrofi, fase pertumbuhan bertambah

singkat, rambut lepas lebih cepat dan densitas rambut juga berkurang. (Pusponegoro, Erdina

H.D. 2002)

8. Vaskularisasi

Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut, namun bukan merupakan

penyebab primer dari gangguan pertumbuhan rambut, karena destruksi bagian 2/3 bawah folikel

sudah berlangsung sebelum susunan pembuluh darah mengalami perubahan. (Suling, Pieter L)

2.1.5.2 Keadaan Patologik

1. Peradangan sistemik/setempat

Kuman lepra yang menyerang kulit akan menyebabkan kulit menjadi atrofi dan folikel

rambut rusak, akan terjadi kerontokan rambut pada alis mata dan bulu mata (madarosis). Pada

penyakit eritematosis sifilis stadium II dapat menyebabkan rambut menipis secara rata maupun

setempat secara tidak rata sehingga disebut moth eaten appearance. Infeksi jamur di kulit kepala

dan rambut akan menyebabkan kerontokan maupun kerusakan batang rambut. Infeksi akut

(24)

terjadinya kerontokan setelah demam karena percepatan fase anagen ke telogen.(Soepardiman,

Lily. 2010; Suling, Pieter L)

2. Obat

Setiap obat menghalangi pembentukan batang rambut dapat menyebabkan kerontokan,

umumnya obat antineoplasma misalnya bleomisin, endoksan, vinkristin, dan obat antimitotik,

misalnya kolkisin. Obat antikoagulan heparin atau kumarin dapat mempercepat terjadinya

perubahan folikel anagen ke dalam fase telogen dalam jumlah besar, sehingga menyebabkan

effluvium telogen. Logam berat yang akan terikat pada grup sulfhidril dalam keratin antara lain

talium, merkuri dan arsen juga bisa mempengaruhi pertumbuhan rambut. (Soepardiman, Lily.

2010; Suling, Pieter L)

3. Mekanis

Mencabut rambut gada atau melukai folikel rambut akan mempercepat terjadinya masa

anagen dengan mempersingkat masa telogen. (Kusumadewi)

4. Kelainan endokrin

Kelainan endokrin dapat mempengaruhi fisiologi folikel rambut, menambah atau

mengurangi produksi rambut. Hipotiroidisme dapat menyebabkan mengecilnya diameter rambut

dan meningkatkan kerontokan rambut. (Pusponegoro, Erdina H.D. 2002; Suling, Pieter L)

5. Penyakit kronis

Kerontokan rambut tidak selalu didapatkan pada penyakit kronis, kecuali terdapat

kekurangan protein dalam jumlah besar. (Suling, Pieter L)

2.1.6 Efluvium (Kerontokan Rambut) 2.1.6.1 Definisi

Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut terminal dalam bentuk apapun dan

dimanapun asal mula terjadinya yang berkisar lebih dari 100 helai per hari. Dapat terjadi difus

atau lokal. Kelainan setempat dapat berupa unifokal atau multifokal. Bila kerontokan ini

berlanjut dapat terjadi alopesia (kebotakan). (Brown, Robin Graham dan Tony Burns;

Pusponegoro, Erdina H.D.2002)

2.1.6.2 Etiologi dan Patogenesis

Klasifikasi etiopatogenesis kerontokan rambut dapat membantu menentukan jenis

(25)

1. Kegagalan pertumbuhan rambut, umumnya disebabkan oleh karena displasia ektodermal

akibat gangguan genetik.

2. Abnormalitas batang rambut meliputi: a). instrinsic hair breakage dan b). unruly hair, dapat

terjadi secara kongenital akibat kelainan metabolik atau didapat akibat kerusakan mekanik atau

kimia.

3. Abnormalitas siklus rambut (jumlah rambut yang lepas meningkat), dapat menyebabkan

effluvium telogen, effluvium anagen, dan alopesia areata.

4. Kerusakan folikel rambut dapat disebabkan oleh faktor eksogen (trauma/tekanan), faktor

endogen (infeksi/keganasan/beberapa penyakit dengan proses destruktif) dan aplasia kutis

kongenital. (Suling, Pieter L)

2.1.6.3 Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, klasifikasi kerontokan rambut dapat dibagi menjadi:

kongenital, kelainan siklus pertumbuhan rambut, kelainan batang rambut, obat, gangguan

hormonal, trauma, infeksi, dan penyakit dengan proses destruktif. (Suling, Pieter L)

Kerontokan rambut akibat trauma

Secara umun, kerontokan rambut atau alopesia yang disebabkan oleh trauma mekanis

dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu trauma, tekanan, dan tarikan.

a. Alopesia traumatic

Kerontokan rambut sampai alopesia akibat trauma memilki daerah yang berbatas tegas

dan merupakan penyebab tersering alopesia sikatrisial.

b. Alopesia karena tekanan

Tekanan yang lama, misalnya pada pasien yang berbaring lama dapat menyebabkan

iskemia, nekrosis, dan ulserasi di kulit kepala. Keadaan ini mengakibatkan kerontokan rambut

yang berkembang menjadi alopesia sikatrisial yang umumnya bersifat irreversibel.

c. Alopesia karena tarikan

Tarikan kronis dapat menyebabkan atrofi folikel rambut disertai inflamasi folikular dan

rambut yang patah mengakibatkan kerontokan rambut sampai alopesia setempat. Keadaan ini

dapat dijumpai pada gadis-gadis remaja dengan kuncir ekor kuda yang kencang, pemuda-pemuda

sich dan anak-anak Afro-Karabia dengan kuncir-kuncir kecil di rambut serta pada keadaan

(26)

2.2. Pelurusan Rambut

2.2.1 Meluruskan Rambut Dengan Teknik Rebonding

Ada beberapa teknik pelurusan rambut, diantaranya adalah dengan teknik pengepresan,

teknik smoothing (tanpa alat), dan teknik rebonding. Namun penulis akan membahas tentang

teknik rebonding saja sesuai judul penelitian ini.

2.2.1.1 Sejarah rebonding

Rebonding atau teknik pelurusan rambut sudah ada sejak zaman dahulu, namun sampai

dengan tahun 1996 penglurusan dilakukan dengan menggunakan teknik papan, dari tahun 1997

sampai 1999 hanya melakukan teknik smoothing, dimana hasil yang didapatkan belum sempurna

dan tidak terlihat natural. Pada tahun-tahun tersebut digolongkan pada ”Era Straightener”.

Memasuki tahun 2000 sampai 2002 ada terobosan baru/penemuan alat catok Ceramid, kemudian

sekitar tahun 2003 sampai 2005 maju lagi dengan teknik rebonding system, dimana hasil yang

didapatkan telihat alami dan lebih tahan lama. Pada tahun-tahun ini digolongkan pada “Era

Rebonding”. Sekitar tahun 2006 sampai 2007 berkembang teknik terbaru dengan “Natural

Express Rebonding”. Dengan kemajuan teknologi canggih, digital turbo ion dan bionic hair

drayer dalam waktu tidak sampai 2 jam kita sudah dapat merasakan dan melihat hasilnya dan

kita sudah dapat membentuk style sesuka hati ala Natural Express Rebonding. Pada tahun 2007

berkembang Rebon cling with I zone. (Rostamailis, dkk. 2008)

2.2.1.2. Rebonding

Rebonding adalah suatu teknik meluruskan rambut dimana setelah dilakukan smoothing,

rambut dicuci dan dikeringkan dengan tingkat kekeringan 50 sampai 70%, kemudian rambut

dicatok dengan memakai alat. Kelebihan dari teknik rebonding adalah rambut bisa lurus lebih

maksimal dan hasil pelurusan lebih tahan lama. Akan tetapi teknik ini juga mempunyai

kekurangan, dalam penggunaan alat iron hendaklah ekstra hati-hati dan pelaksanaan harus sesuai

dengan standar teknik produk yang digunakan. (Rostamailis, dkk. 2008)

Sebelum melakukan pelurusan rambut dengan teknik rebonding, rambut juga harus

dianalisa terlebih dahulu seperti yang sudah dijelaskan pada uraian sebelumnya guna

menentukan:

1) Formula apa yang akan digunakan/dipakai (sesuai dengan jenis dan kondisi rambut).

(27)

a. Rambut tumbuh baru dengan jenis keriting, terbagi; keriting kribo, keriting asli dan

keriting ikal, maka dilakukan pengolesan cream.

b. Rambut yang sudah di rebonding beberapa waktu yang lalu, maka dilakukan treatment

terlebih dahulu.

3) Perlu tidaknya di treatment terlebih dahulu (dengan menggunakan HAIR REPAIR). Ini

tergantung tingkat kerusakan rambut. (Rostamailis, dkk. 2008)

Tingkat kerusakan rambut umumnya dapat dikelompokkan pada tingkatan ringan, sedang

(pourositas area 1 dan 2) dan rusak parah (pourositas area 3).

1) Kerusakan ringan, penyebabnya adalah sinar matahari, air dan proses styling. Adapun

ciri-cirinya rambut terlihat kusam, kering dan kemerahan.

2) Kerusakan sedang (pourositas area 1 dan 2), penyebabnya adalah proses kimia. Ciri-cirinya

rambut kusam, kering dan kasar serta kemerahan.

3) Rusak parah (pourositas area 3), penyebabnya bleaching. Ciri-cirinya rambut terlihat kusam,

kering dan kasar, kemerahan serta seperti kapas. Sebelum melakukan pelurusan teknik

rebonding, lakukan terlebih dahulu; persiapan area kerja, peralatan, lenan dan bahan kosmetika

yang diperlukan. Jangan lupa mensterilkan semua peralatan dan lenan yang akan digunakan.

Tempatkan model/pelanggan pada tempat yang sudah disediakan. Lakukan pendekatan dan

konsultasikan model keinginannya. Analisa kondisi kulit kepala dan rambut klien dengan

seksama, untuk menentukan produk yang cocok untuk dipergunakan. (Rostamailis, dkk. 2008)

Dengan semakin majunya perkembangan IPTEK dibidang kecantikan rambut, maka saat

ini banyak produk yang ditawarkan dengan kualitas yang lebih bagus untuk menanggulangi

kerusakan rambut. Seperti halnya produk pelurus rambut telah disediakan berbagai jenis

kosmetika yang dalam pemakaiannya disesuaikan dengan kondisi rambut dan penggunaannya

(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

3.1 Kerangka Kosep Penelitian

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Rebonding

Rebonding (pelurusan rambut) adalah meluruskan rambut agar rambut jatuh lebih lurus

dan lebih indah.

Kerontokan Rambut

Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut yang berkisar lebih dari 100 helai per hari.

Mahasiswi FK USU Stambuk 2008 sampai 2010

Mahasiswi FK USU Stambuk 2008 sampai 2010 adalah perempuan-perempuan yang

terdaftar dan menjalani pendidikannya di FK USU pada tahun ajaran 2008/2009, 2009/2010, dan

2010/2011.

Cara Ukur

Cara pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah angket.

Alat Ukur

Alat pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.

Skala pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah nominal. Rambut Rontok

(29)

3.3 Hipotesis

(30)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan

cross sectional study.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU),

karena sampel dari penelitian ini adalah mahasiswi yang menjalani studinya di Fakultas

Kedokteran USU. Penelitian akan dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2011.

4.3 Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswi FK USU mulai stambuk 2008

sampai 2010 yang melakukan rebonding (pelurusan rambut).

4.3.1 Kriteria inklusi

1. Melakukan rebonding

2. Jenis kelamin perempuan

4.3.2 Kriteria eksklusi

1. Sedang mengalami trauma psikis dan stress berat

2. Sedang mengkonsumsi obat-obat anti pembekuan darah, obat henti jantung, obat

kontrasepsi, dan lain-lain

3. Sedang mengalami infeksi berat/demam tinggi

4. Sedang mengalami penyakit kronis/menahun

5. Melakukan cat rambut < 6 bulan

6. Memakai jilbab dan wig (rambut palsu)

7. Infeksi di kepala, seperti lupus eritematosus, tinea kapitis, dan ptiriasis sicca.

4.4 Besar Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswi FK USU stambuk 2008 sampai 2010

yang melakukan rebonding (pelurusan rambut) atau disebut dengan total sampling. Total

(31)

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk

mengetahui hubungan rebonding dengan kerontokan rambut pada mahasiswi FK USU stambuk

2008 sampai 2010. Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan kepada calon responden

tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden

untuk menjadi responden dengan menandatangani informed concent. Responden yang bersedia

diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak

dipahami. Selesai pengisian, peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi responden, kemudian

memeriksa kelengkapan data. Lembar kuesioner diisi oleh masing-masing mahasiswi dengan

waktu 15 menit, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Selanjutnya data yang

terkumpul dianalisis.

4.6 Pengolahan dan Analisa Data 4.6.1 Pengolahan Data

a. Editing : Editing yang dilakukan untuk memeriksakan ketepatan dan kelengkapan. data.

Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancara ulang

responden.

b. Coding : Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian

diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

c. Entri: Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukan kedalam program komputer dengan

menggunakan software SPSS.

d. Cleaning data: Pemeriksaan semua data yang telah dimasukan kedalam komputer guna

menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving: Penyimpanan data untuk siap dianalisa.

4.6.2 Analisa Data

Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel, yaitu variabel independen

dan dependen, dengan uji statistik chi square menggunakan hitungan statistik yang sesuai,

dimana derajat kemaknaan α = 0,05. Apabila nilai p value < 0,05, maka Ho ditolak dan apabila p

value > 0,05 maka Ho gagal ditolak (Wahyuni, Arlinda Sari). Analisa data akan dilakukan

(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan hasil dari penelitian tentang hubungan

rebonding dengan kejadian rambut rontok pada mahasiswi FK USU stambuk 2008

sampai 2010, yang dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2011 di Fakultas

Kedokteran USU dengan jumlah yang melakukan rebonding sebanyak 55 orang.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran USU, Jalan Dr. Mansur

No 5, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Kerontokan Rambut

Tabel 5.1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Kerontokan Rambut

Berdasarkan tabel 5.1. tersebut, dari 55 orang yang melakukan rebonding,

menunjukkan 16 orang (29,1 %) mengalami kerontokan rambut yang fisiologis (≤ 100 helai/hari), dan 39 orang (70,9 %) mengalami kerontokan yang patologis (>100

helai/hari). Dengan demikian, sampel yang diikutkan dalam pembahasan penelitian

ini berjumlah 39 orang.

Kerontokan Rambut Jumlah (Orang) Persentase (%)

≤ 100 helai/hari (Fisiologis) 16 29,1

>100 helai/hari (Patologis) 39 70,9

(33)

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Responden 5.1.3.1. Usia

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

18 3 7,7

19 18 46,2

20 9 23,1

21 4 10,3

22 2 5,1

23 3 7,7

Total 39 100,0

Berdasarkan tabel 5.2. kebanyakan sampel berusia 19 tahun, dengan

persentase 46,2 % dan sisanya sebesar 23,1 % berusia 20 tahun, 10,3 % berusia 21

tahun, 7,7 % berusia 18 tahun, 7,7 % berusia 23 tahun, dan 5,1 % berusia 22 tahun.

5.1.3.2. Stambuk

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Stambuk

Stambuk Jumlah (Orang) Persentase (%)

2008 8 20,5

2009 15 38,5

2010 16 41,0

Total 39 100,0

Berdasarkan tabel 5.3. kebanyakan sampel berasal dari stambuk 2010 (41

%) sebanyak 16 orang, kemudian dari stambuk 2009 sebanyak 15 orang (38,5 %) dan

(34)

5.1.3.3. Frekuensi Rebonding

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Rebonding

Berdasarkan tabel 5.4. kebanyakan sampel melakukan rebonding dengan

frekuensi 1x1 tahun, yaitu sebanyak 19 orang (48,7 %), kemudian 8 orang (20,5 %)

melakukannya 1x6 bulan, 6 orang (15,4 %) melakukannya 1x2 tahun, dan 6 orang (15,4

%) melakukannya 1x3 tahun.

5.1.3.4. Kerontokan Rambut Setelah Rebonding

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Waktu Kerontokan Rambut Setelah

Rebonding

Berdasarkan tabel 5.5. kebanyakan sampel mengalami kerontokan rambut

3-6 bulan setelah rebonding, yaitu 19 orang (48,7 %). Kemudian 1-3 bulan setelah Frekuensi Rebonding Jumlah (Orang) Persentase (%)

1x6 bulan 8 20,5

1x1 tahun 19 48,7

1x2 tahun 6 15,4

1x3 tahun 6 15,4

Total 39 100,0

Kerontokan Rambut Setelah Rebonding Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 minggu-1 bulan 1 2,6

1-3 bulan 13 33,3

3-6 bulan 19 48,7

6 bulan-1 tahun 6 15,4

(35)

rebonding sebanyak 13 orang (33,3 %), 6 bulan-1 tahun setelah rebonding sebanyak 6

orang (15,4 %), dan 1 minggu-1 bulan setelah rebonding sebanyak 1 orang (2,6 %).

5.1.4. Hubungan Rebonding Dengan Kejadian Rambut Rontok

Tabel 5.6. Kelompok Rebonding Dengan Kelompok Rambut Rontok

Rebonding Kerontokan Rambut (orang) Persentase

≤ 1 tahun 27 (69,2 %)

>1 tahun 12 (30,8 %)

Total 39 (100,0 %)

Uji hipotesis penelitian ini menggunakan metode Chi-Square. Tabel ini layak diuji

dengan Chi-Square karena tidak ada nilai expected yang kurang dari lima.

Pada hasil uji Chi-Square, nilai yang dipakai adalah nilai pada Pearson Chi-Square.

Nilai significancy yang didapat adalah 0,030. Confidence Interval yang digunakan adalah 95%.

Karena faktor peluang (p value) kurang dari 5 %, maka hasil tersebut bermakna. Artinya Ho

ditolak, terdapat hubungan antara rebonding dengan kerontokan rambut.

5.2. Pembahasan

Sampel dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswi FK USU stambuk 2008 sampai

2010 yang melakukan rebonding atau yang disebut dengan total sampling. Setelah dilakukan

penelitian maka didapatkan 55 orang yang melakukan rebonding. Dari jumlah tersebut, yang

mengalami kerontokan rambut sebanyak 39 orang (70,9 %). Maka responden yang diikutkan

dalam penelitian ini sebanyak 39 orang saja.

Rentang usia dari 39 orang itu berkisar 18-23 tahun, dengan usia terbanyak 19 tahun

yaitu sebanyak 18 orang (46,2 %) dan paling sedikit usia 22 tahun yaitu sebanyak 2 orang (5,1

(36)

Rentang stambuk dari 39 orang itu bervariasi, mulai dari stambuk 2008-2010.

Kebanyakan sampel berasal dari stambuk 2010 (41 %) sebanyak 16 orang, kemudian dari

stambuk 2009 sebanyak 15 orang (38,5 %) dan stambuk 2008 sebanyak 8 orang (20,5 %).

Rentang frekuensi melakukan rebonding dari 39 orang itu juga bervariasi.

Kebanyakan sampel melakukan rebonding dengan frekuensi 1x1 tahun, yaitu sebanyak 19 orang

(48,7 %), kemudian 8 orang (20,5 %) melakukannya 1x6 bulan, 6 orang (15,4 %) melakukannya

1x2 tahun, dan 6 orang (15,4 %) melakukannya 1x3 tahun.

Peneliti juga melihat adanya variasi dalam hal waktu terjadinya kerontokan rambut

setelah dilakukan rebonding. Kebanyakan sampel mengalami kerontokan rambut 3-6 bulan

setelah rebonding, yaitu 19 orang (48,7 %). Kemudian 1-3 bulan setelah rebonding sebanyak 13

orang (33,3 %), 6 bulan-1 tahun setelah rebonding sebanyak 6 orang (15,4 %), dan 1 minggu-1

bulan setelah rebonding sebanyak 1 orang (2,6 %).

Dari seluruh mahasiswi yang melakukan rebonding, didapatkan sampel yang

mengalami kerontokan rambut (> 100 helai/hari) sebanyak 39 orang (70,9 %), sedangkan sampel

yang tidak mengalami kerontokan rambut (≤ 100 helai/hari) sebanyak 16 orang (29,1 %). Hasil tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan antara rebonding dengan kerontokan rambut,

dimana p value < 0,05. (Wahyuni, Arlinda Sari)

Menurut Clara Lana (2011) menyatakan bahwa rambut rontok dapat disebabkan

karena aktivitas penataan rambut yang berlebihan, termasuk aktivitas pelurusan rambut.

Pelurusan rambut akan mengakibatkan folikel rambut menjadi lemah dan akan menyebabkan

kerusakan pada struktur rambut, sehingga akan meningkatkan resiko kerontokan rambut. Juga

dikatakan (Supardiman, Lily) bahwa tarikan kronis dapat menyebabkan atrofi folikel rambut

disertai inflamasi folikular dan rambut yang patah mengakibatkan kerontokan rambut sampai

(37)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

 Sampel dari penelitian ini sebanyak 39 orang, karena dari 55 orang yang melakukan

rebonding, didapatkan 39 orang (70,9 %) yang mengalami kerontokan rambut.

 Yang terbanyak dari sampel penelitian ini berusia 19 tahun, sebanyak 18 orang (46,2 %).

 Yang terbanyak dari sampel penelitian ini yaitu stambuk 2010, sebanyak 16 orang (41

%).

 Yang terbanyak dari sampel penelitian ini melakukan rebonding dengan frekuensi 1x1

tahun, sebanyak 19 orang (48,7 %).

 Yang terbanyak dari sampel penelitian ini mengalami kerontokan rambut 3-6 bulan

setelah rebonding, sebanyak 19 orang (48,7 %).

 Sampel penelitian yang melakukan rebonding ≤ 1 tahun sebanyak 27 orang (69,2 %), sedangkan yang melakukan rebonding > 1 tahun sebanyak 12 orang (30,8 %).

 Dari pengukuran dengan metode chi-square didapatkan bahwa faktor peluang (p value)

kurang dari 5 %, maka hasil tersebut bermakna. Artinya terdapat hubungan antara

rebonding dengan kerontokan rambut.

6.2. Saran

Dari penelitian yang saya lakukan dan melihat hasil yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara rebonding dengan kerontokan rambut, maka ada beberapa saran yang

bisa diberikan:

 Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan judul ini agar lebih menambah

wawasan masyarakat, khususnya para wanita dengan sampel yang lebih banyak..

 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh frekuensi rebonding dan

(38)

 Kepada masyarakat khususnya para wanita agar berkonsultasi terlebih dahulu sebelum

melakukan rebonding.

 Kepada produsen yang bergerak di bidang kecantikan rambut, agar menjelaskan kepada

pelanggan efek samping yang diakibatkan dari aktivitas rebonding.

 Diharapkan juga agar seluruh pihak bisa memberikan kritik yang membangun terhadap

penelitian ini, agar bisa semakin disempurnakan dan lebih dapat dirasakan manfaatnya

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta, 134.

Brown, Robin Graham dan Tony Burns. Dermatologi Edisi Kedelapan. Jakarta:

Erlangga, 4-6.

Jaffer, Saeed N dan Abrar A. Qureshi. Dermatology Quick Glance. Mc Graw-Hill, 150.

Kusumadewi, dkk. 2001. Pengetahuan dan Seni Tata Rambut Moderen. Jakarta: Meutia

Cipta Sarana & DPP. Tiara Kusuma, 19-36.

Lana, Clara. 2011. Tanda Gejala Penyebab Rambut Rontok. Media Wanita. Available

from:

[Accesed on 2 March 2011]

Olsen, E. A, dkk. 1994. Hair Growth Disorders. Mc Graw-Hill, 754.

Pusponegoro, Erdina H.D. 2002. Kerontokan Rambut Etiopatogenesis. Dalam:

Wasitaadmadja, Sjarif M, dkk. Kesehatan dan Keindahan Rambut. Jakarta: Kelompok Studi

Dermatologi Kosmetik Indonesia, 1-13.

Ridwan, Muhammad. 2009. Keajaiban Rambut Mahkota yang sering Terabaikan.

Semarang: Pustaka Widyamara, 4.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC, 404.

Soepardiman, Lily. 2010. Kelainan Rambut. Dalam: Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 301-311.

Suling, Pieter L. Hair Fall. Dalam: Cosmetic Dermatology Update. Simposium Nasional,

(40)

Supardiman, Lily. 2002. Berbagai Macam Kerontokan Rambut. Dalam: Wasitaadmadja,

Sjarif M, dkk. Kesehatan dan Keindahan Rambut. Jakarta: Kelompok Studi Dermatologi

Kosmetik Indonesia, 15-27.

(41)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Iqbal

Tempat/tanggal lahir : Sigli, 24 April 1990

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan : 1. TK YWKA Sigli Tahun 1995-1996

2. SD N 3 Sigli Tahun 1996-2002

3. SMP N 2 Sigli Tahun 2002-2005

4. SMA N 1 Sigli Tahun 2005-2008

Riwayat Pelatihan : Basic Life Support Tahun 2008

Riwayat Organisasi : 1. PEMA FK USU Tahun 2009

2. PHBI FK USU Tahun 2010

(42)

Inform Concent (Lembar Persetujuan)

Saya, Muhammad Iqbal, NIM: 080100036 adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU,

bermaksud ingin mengadakan penelitian tentang “Hubungan Rebonding (Pelurusan Rambut)

dengan Kejadian Rambut Rontok pada Mahasiswi FK USU Stambuk 2008 Sampai 2010”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tindakan pelurusan rambut

dengan teknik rebonding bisa mempengaruhi kerontokan rambut. Yang menjadi sampel dari

penelitian ini adalah mahasiswi FK USU stambuk 2008 sampai 2010. Jika Anda sekalian

bersedia mengikuti untuk menjadi responden pada penelitian ini, maka silahkan mengisi lembar

persetujuan dibawah ini. Ini tidak ada paksaan, Anda juga berhak menolak untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini.

Nama :

NIM :

Stambuk :

Tanda Tangan Peneliti, Tanda Tangan Responden,

Muhammad Iqbal _____________________

(43)

KUESIONER PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN REBONDING (PELURUSAN RAMBUT) DENGAN KEJADIAN RAMBUT RONTOK PADA MAHASISWI FK USU

STAMBUK 2008 SAMPAI 2010

Nama : Stambuk :

Umur : Tanda Tangan :

Nb: Pertanyaan No 7 harap dihitung benar-benar untuk kerontokan rambut yang terjadi, mulai bangun tidur sampai tidur kembali, baik saat sisiran, cuci rambut, bangun tidur, dan lain-lain.

1. Berapa kali Anda melakukan rebonding (pelurusan rambut)?

A. 1x6 bulan C. 1x2 tahun E. Lainnya

………

B. 1x1 tahun D. 1x3 tahun

2. Dimana Anda melakukan rebonding (pelurusan rambut)?

A. Rumah kecantikan B. Salon C. Lainnya

………..

3. Apa alasan Anda melakukan rebonding (pelurusan rambut)?

A. Kecantikan B. Trend C. Lainnya

……….

4. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk sekali rebonding (pelurusan rambut)?

A. Rp 10.000-Rp 50.000 B. Rp 50.000-Rp 100.000 C. Lainnya

……….

5. Apakah Anda mengalami kerontokan rambut setelah melakukan rebonding (pelurusan

rambut)??

A. YA B. TIDAK

Jika Ya, jawab soal No 6-13

6. Berapa lama setelah melakukan rebonding (pelurusan rambut) Anda mengalami kerontokan

rambut?

A. 1 minggu-1bulan C. 3 bulan-6 bulan E. Lainnya

……….

(44)

7. Berapa helai kerontokan rambut yang Anda alami?

A. < 50/hari C. 100-120/hari

B. 50-100/hari D. > 120/hari

8. Apakah saat ini Anda sedang mengkonsumsi obat-obatan?

A. YA B. TIDAK

9. Jika Ya, obat apa saja dibawah ini yang sedang Anda konsumsi?

A. Anti kanker C. Obat henti jantung E. Hormon

B. Anti koagulan D. Beta blockers F. Lainnya

………

10. Apakah Anda pernah mengalami penyakit kulit di kepala?

A. YA B. TIDAK

11. Bila Ya, sebutkan apa saja?

A. Tinea kapitis C. Ptiriasis sicca/ketombe

B. Lupus eritematosus D. Lainnya ………

12. Apakah Anda pernah mencat rambut Anda?

A. YA B. TIDAK

13. Jika Ya, berapa kali Anda mencat rambut Anda?

A. 1x3 bulan C. 1x1 tahun E. Lainnya

……….

(45)

Pertanyaan Jawaban

YA TIDAK

Apakah saat ini Anda sedang

mengalami penyakit

kronis/menahun?

Apakah dalam 3 bulan ini

Anda mengalami demam

berat?

Apakah saat ini Anda sedang

mengalami penyakit tiroid?

Apakah saat ini Anda sedang

dalam keadaan diet ketat?

Apakah Anda suka ganti-ganti

(46)

Tabel 5.1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Kerontokan Rambut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid > 100 helai/hari 39 70.9 70.9 70.9

≤ 100 helai/hari 16 29.1 29.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

Tabel 5.1. Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 18 3 7.7 7.7 7.7

19 18 46.2 46.2 53.8

20 9 23.1 23.1 76.9

21 4 10.3 10.3 87.2

22 2 5.1 5.1 92.3

23 3 7.7 7.7 100.0

Total 39 100.0 100.0

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Stambuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2008 8 20.5 20.5 20.5

2009 15 38.5 38.5 59.0

2010 16 41.0 41.0 100.0

(47)

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Rebonding

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1x6 bulan 8 20.5 20.5 20.5

1x1 tahun 19 48.7 48.7 69.2

1x2 tahun 6 15.4 15.4 84.6

1x3 tahun 6 15.4 15.4 100.0

Total 39 100.0 100.0

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Waktu Kerontokan Rambut Setelah Rebonding

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 minggu-1 bulan 1 2.6 2.6 2.6

1-3 bulan 13 33.3 33.3 35.9

3-6 bulan 19 48.7 48.7 84.6

6 bulan-1 tahun 6 15.4 15.4 100.0

Total 39 100.0 100.0

Tabel 5.6. Kelompok Rebonding Dengan Kelompok Rambut Rontok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≤ 1 tahun 29 74.4 74.4 74.4

> 1 tahun 10 25.6 25.6 100.0

(48)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 4.701a 1 .030

Continuity Correctionb 3.445 1 .063

Likelihood Ratio 4.572 1 .033

Fisher's Exact Test .059 .033

Linear-by-Linear Association 4.616 1 .032

N of Valid Cases 55

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.53.

(49)

DATA INDUK MAHASISWI REBONDING YANG MENGALAMI KERONTOKAN RAMBUT (> 100 HELAI/HARI)

No Stambuk Usia Frekuensi Rebonding Kerontoka

(50)

DATA INDUK MAHASISWI REBONDING YANG TIDAK MENGALAMI KERONTOKAN RAMBUT (≤ 100 HELAI/HARI)

No Stambuk Usia Frekuensi Rebonding Kerontoka

Gambar

Tabel 2.1: Struktur Rambut
Tabel 2.2: Siklus Rambut
Tabel 5.1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Kerontokan Rambut
Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU sebanyak 10 masing- masing 5

Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.. Dalam: Cosmetic Dermatology

Hasil penelitian adalah ibu hamil dengan kadar hemoglobin normal yang mengalami persalinan prematur sebanyak 23 orang (34,8%) dan yang tidak mengalami persalinan prematur sebanyak

Hubungan Pelurusan Rambut atau Pengeritingan Rambut dengan Kerusakan Rambut pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran.. Universitas Sumatera Utara

dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak mempunyai pola makan yang kurang baik dan mengalami dismenorea yaitu 76 orang (90,2%) sedangkan responden yang paling

Mahasiswa Program Studi DIV Bidan Pendidik STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta yang paling banyak mengalami insomnia yaitu mahasiswa yang mengalami insomnia sedang sebanyak 34

didapatkan bahwa persentase paling banyak untuk kejadian insomnia pada usia lanjut dengan tingkat pendidikan yaitu SD sebanyak 11 lansia (29.7%) dan paling sedikit

Berdasarkan Tabel 1, didapatkan bahwa angka kejadian internet addiction lebih tinggi pada responden perempuan yaitu sebanyak 48 orang perempuan mengalami internet addiction