• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis (berbahaya). Pengertian lain adalah setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah dapat berupa sekret, transudasi atau eksudat dari organ atau lesi dari saluran genital. Cairan normal vagina yang berlebih. Jadi hanya meliputi sekresi dan transudasi yang berlebih, tidak termasuk eksudat (Mansjoer et al, 2001). Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan (Manuaba, 2009).

Menurut studi Badan Kesehatan Dunia (WHO) masalah kesehatan reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang diderita para perempuan di dunia salah satunya adalah keputihan (Putranto, 2006).

Sekitar 75% wanita didunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan sebanyak 45% wanita mengalami keputihan dua kali atau lebih, sedangkan pada kaum wanita yang berada di Eropa angka keputihan sebesar 25%, dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan. (NCBI, 2013).

(2)

Studi menunjukkan bahwa Candidia vulvogvaginities adalah yang paling sering didiagnosa pada kalangan wanita muda, sekitar 15 - 30% dari gejala perempuan yang mengunjungi dokter (Monalisa et al, 2012).

Menurut Depkes (2010) kejadian keputihan banyak disebabkan karena olek bakteri kandidosis vulvovagenitis dikarenakan banyak perempuan yang tidak mengetahui membersihkan daerah vaginnya, penyebab lainnya adalah vaginitis bacterial dan trichomonas vaginalis. Khusus di Indonesia data yang ada dari wanita yang mengalami keputihan sulit untuk di dapat, hal ini dapat di maklumi karena sedikit sekali wanita yang memeriksakan masalah alat reproduksinya.

Sedangkan Hurlock (2001) menyatakan bahwa salah satu yang menjadi faktor utama terciptanya kesehatan yaitu selalu menjaga kebersihan diri salah satunya kebersihan organ reproduksi. Organ reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sangat sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi salah satunya organ genitalia (Ratna, 2010). Selain itu menurut Manuaba (2002) Menjaga kesehatan organ reproduksi pada wanita diawali dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan.

Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan salah satunya mencegah timbulnya masalah genitalia pada wanita salah satunya keputihan (POI, 2010).

(3)

Berdasarkan hasil penelitian dari Panda S et al (2013) bahwa dari 50 orang wanita usia subur di kawasan Asia Selatan terutama India yang terdeteksi Trikomoniosis Vaginalis sebanyak 3 kasus (6%) dan Candida Albicans dalam 26 kasus (52%). Terinfeksi Trikomoniosis Vaginalis dan Candidia Albicans sebanyak 4 kasus (8%). Hampir 83 % penyebab keputihan adalah bakteri Candidia Albicans yang banyak terjadi pada wanita usia subur dan berasal dari daerah pedesaan. (IJCRR, 2013).

Hasil penelitian dari New Delhi Kaur J dan Kapoor Anup K, tahun 2014 menunjukkan bahwa prevalensi keputihan(fluor albus/ leucorrhea), pengetahuan dan persepsi di kalangan perempuan saat menikah dari kelompok usia, 15-49 tahun di kota kumuh Asia selatan pernah mengalami keputihan (fluor albus/ leucorrhea) hampir 79%. Penelitian ini melaporkan prevalensi keputihan (fluor albus/ leucorrhea) yang tinggi pada wanita di tempat tinggal kumuh di Asia Selatan dan terlihat bahwa tidak ada perbedaan dalam persepsi dan pengetahuan dengan pendidikan responden, status pekerjaan, dan pendidikan suami (JFRH, 2014).

(4)

Beberapa penelitian di Indonesia juga menemukan wanita kurang menyadari kebersihan organ reproduksinya sendiri. Menurut hasil penelitian di asrama kebidanan STIKES Ngudi Waluyo tahun 2012 dari 156 responden sekitar 73,9% diantaranya melakukan praktek personal hygiene tidak baik dan mengalami keputihan patologi. Menurut penelitian lain di desa Kedung Kempul, Lamongan menunjukkan bahwa lebih dari setengah remaja putri (60%) berpengetahuan kurang pada kesehatan reproduksinya dan hampir seluruhnya (95%) remaja putri perilaku personal hygienenya kurang baik. (Mardani et al, 2010).

Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan Handayani (2003) pada siswi SLTP Jakarta Timur ditemukan yang memiliki pengetahuan kurang terhadap kebersihan organ genitalia sebanyak (93,4%), ini berarti hampir seluruh dari siswi tidak mengerti dengan kebersihan organ genitalia. (Rabita, 2010).

Dari hasil penelitian Handayani (2011) di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Jakarta yang melakukan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna hanya setengahnya saja (50%) yang melakukan dengan baik, sedangkan selebihnya kurang menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.

Menurut penelitian Ayuningtyas (2011) di SMA Negeri 4 Semarang angka kejadian keputihan sangat tinggi, Sekitar 96,9% responden mengalami keputihan dan sebagian besar siswi memiliki pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna yang buruk (82,8%).

(5)

Dari hasil penelitian lainnya oleh Ariyani yang meneliti tentang perilaku hygiene

menstruasi pada remaja di pesantren putri As-Syafi’iyah Bekasi Tahun 2009 dengan hasil penelitian sebesar (62,8%) memiliki perilaku negatif.

Selain itu menurut hasil penelitian Daiyah (2004) di SMU Negeri 2 Medan dari 58 responden hanya 25, 86 % yang melakukan perawatan organ reproduksi bagian luar dengan baik. Berarti lebih dari setengahnya tidak melakukan kebersihan organ reproduksi dengan baik. Kurangnya pengetahuan dan informasi yang tepat tentang kesehatan organ reproduksi kemungkinan dapat menimbulkan kurangnya perhatian kesehatan organ reproduksinya.

Menurut Depkes RI (2003) perlu adanya pemberian informasi yang lengkap baik pada wanita untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga kebersihan diri terutama organ reproduksi agar terhindar dari masalah kesehatan genitalia seperti keputihan (fluor albus) karena masalah tersebut paling banyak terjadi di Indonesia namun sebagian besar wanita tidak terlalu memperdulikan.

(6)

yang telah dijelaskan diatas menyatakan rendahnya baik pengetahuan maupun tindakan mengenai kebersihan organ genitalia eksterna pada wanita baik remaja maupun dewasa.

Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran akan pentingnya tindakan yang benar saat membersihkan organ genitalia eksterna, walaupun sebenarnya mempunyai pengetahuan yang baik terutama pada mahasiswi dari tamatan kebidanan dan keperawatan yang telah diajarkan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya upaya untuk mencegah keputihan (fluor albus).

Berdasarkan dari hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU sebanyak 10 masing-masing 5 orang dari mahasisiwi ekstensi dan 5 orang dari mahasiswi reguler untuk diberikan pertanyaan tentang kebersihan organ genitalia eksterna meliputi tentang pengetahuan mengenai perawatan organ genitalia eksterna dan bagaimana upaya mencegah terjadinya keputihan sebanyak 5 diantaranya kurang mengetahui cara yang benar membersihkan organ genitalia eksterna dan sebanyak 6 orang kurang memperhatikan kebersihan organ genitalia. Serta riwayat keputihan meliputi apakah pernah mengalami keputihan, didapatkan bahwa 8 dari 10 dari mahasiswi pernah mengalami keputihan. Setelah ditanyakan tentang vulva hygiene, maka 4 orang (40%) selalu menjaga vulva hygiene, dan 3 orang (30%) yang membersihkan vagina dengan sabun sirih dan 6 orang (60%) lainnya kurang menjaga vulva hygiene dengan baik.

Dari fenomena yang terjadi diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Kebersihan Organ

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Banyak wanita tidak mengetahui bagaimana mengidentifikasi, menangani atau mencegah masalah organ genitalia secara tepat dan kurangnya keterbukaan dari wanita termasuk mahasiswi kesehatan masyarakat yang seharusnya lebih mengetahui tentang permasalahan kesehatan salah satunya permasalahan kesehatan reproduksi yang dialami yaitu keputihan. Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran akan pentingnya tindakan yang benar saat membersihkan organ genitalia eksterna. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan permasalahan yaitu “Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015?” 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi angkatan 2013 tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.

2. Untuk mengetahui sikap mahasiswi angkatan 2013 tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.

(8)

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013.

5. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihanpada mahasiswi angkatan 2013.

1.4.1 Manfaat Penelitian

1. Bagi Fakultas, dapat memberikan informasi kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat USU mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai pencegahan keputihan.

2. Sebagai bahan masukan kepada mahasiswa, terutama mahasiswa wanita Fakultas Kesehatan Masyarakat USU agar dapat menjaga dan merawat kebersihan organ genitalia eksterna dengan benar sebagai upaya pencegahan keputihan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan

Populasi penelitian adalah mahasiswi Fakultas Sastra USU, Medan angkatan 2008. Angkatan 2008 merupakan angkatan yang paling sesuai sebagai populasi penelitian tersebut karena

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswi angkatan tahun 2009 Fakultas Ekonomi USU Medan tentang kanker payudara dan SADARI berada dalam

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan

Untuk mengetahui tindakan Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini. kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara

Tingkat Tindakan Pencegahan Mahasiswa FK USU angkatan 2012, 2013, 2014 tentang Blepharoptosis Akibat Pemakaian Lensa Kontak ... Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan