• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA EKSTERNA SEBAGAI

UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA MAHASISWI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH:

RIA MISTIKA MARDALENA NIM. 131021089

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA EKSTERNA SEBAGAI

UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA MAHASISWI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh

RIA MISTIKA MARDALENA NIM. 131021089

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA EKSTERNA SEBAGAI

UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA MAHASISWI FAKULTAS KESEHATANMASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh :

RIA MISTIKA MARDALENA NIM. 131021089

Disahkan oleh : Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

SRI RAHAYU SANUSI, SKM, M.Kes, Ph.D ASFRIYATI, SKM, M. Kes

NIP.19711225 199501 2 001 NIP.19701220 199403 2 001

Medan , tanggal 23 bulan Oktober tahun 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Kejadian keputihan banyak disebabkan oleh jamur Candidosis Vulvovagenitis dikarenakan banyak perempuan yang tidak mengetahui membersihkan daerah vagina, penyebab lainnya adalah Vaginitis Bacterial dan Trichomonas Vaginalis (Depkes, 2008). Kebiasaan menjaga dan merawat kebersihan organ genitalia eksterna merupakan usaha mencegah timbulnya masalah organ intim salah satunya keputihan. Namun informasi yang salah mengenai perawatan pada organ genitalia eksterna dan kesadaran yang kurang masih menjadi masalah wanita termasuk mahasiswa wanita.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi FKM USU angkatan 2013 Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah deskriptifanalitik . Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa wanita FKM USU angkatan 2013 sebanyak 757 orang. Sampel yang didapat sebanyak 137 orang. Kemudian dilakukan uji statistik dengan program komputer menggunakan Chi-Square Test dengan

α= 0,05.

Hasil penelitian dengan analisa bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan (p = 0,010) dan sikap dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan dengan (p = 0,027).

Dari hasil yang didapat, maka disarankan kepada mahasiswi FKM USU, sebagai mahasiswi kesehatan masyarakat agar lebih banyak mencari informasi dan membaca buku tentang kebersihan organ genitalia eksterna sehingga dapat memotivasi diri untuk lebih mengetahui tentang kesehatan reproduksi khususnya cara kebersihan organ genitalia eksterna yang benar, pencegahan keputihan dan bahaya yang terjadi jika salah membersihkan organ genitalia eksterna.

(5)

ABSTRACT

Incidence of vaginal discharge mostly caused by Candidosis Vulvovagenitis because many women who do not know the cleaning the vaginal area, other causes are Bacterial Vaginitis and Trichomonas Vaginalis (Depkes RI, 2010). The habit of keeping and taking care of the cleanliness of external genitalia is an attempt to prevent the problem of sex organs one whiteness. However, misinformation regarding the treatment of external genital organs and a lack of awareness is still a problem of women, including female students.

This study aims to determine the correlation between knowledge and attitude to the external genitalia hygiene measures for prevention of vaginal discharge in student of Public Health USU on 2015. This type of research is descriptive analytic. The study population was all female students public health USU class of 2013 as many as 757 people. Samples were obtained as many as 137 people. Then performed statistical tests with computer programs using the Chi-square test with α = 0,05.

Results of research by bivariate analysis shows that there is a relationship between knowledge and action on the cleanliness of the external genitalia as prevention of vaginal discharge (p = 0.010) and attitude to the action on the cleanliness of the external genitalia as prevention whitish with (p = 0.027).

From the results obtained, it is advisable to student of public health USU, as a student of public health so that more informed and read books about the cleanliness of the external genitalia that can motivate yourself to be more aware of reproductive health, especially how the cleanliness of external genitalia correct, prevention whitish and the dangers that occur when one cleans external genitalia.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ria Mistika Mardalena

Tempat/Tanggal Lahir : Dumai, 24 September 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Dr. Wahidin No. 256 B. Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat, Dumai - Riau

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1996-1997 : TK Ratu Sima II Dumai, Riau 2. 1997-2003 : SD Negeri 007 Dumai, Riau 3. 2003-2006 : SMP Negeri 2 Dumai, Riau

4. 2006-2009 : SMA Negeri Binaan Khusus Dumai, Riau 5. 2009-2012 : Akademi Kebidanan Sehat Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015”. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat 2. Bapak Drs. Heru Santosa,MS, Ph.D selaku Ketua Departemen Kependudukan Dan

Biostatistik

3. Ibu Sri Rahayu Sanusi M. Kes, Ph.D dan Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta dukungan

4. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M. Kes dan Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan yang terbaik.

5. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen pembimbing akademik 6. Seluruh dosen dan staf yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan

7. Dr. Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Fakultas Kesehatan Masyarakat. 8. Ayahanda H.Misno Ali Syukron (alm) dan Ibunda Nurliaman yang telah mendukung

saya dalam do’a serta memberi semangat disepanjang hidup saya dan seluruh

(8)

9. Kakanda Ade Irmalia Oktavianty dan adinda Tria Sella Oktavianty yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

10. Sahabat tersayang Dilla Pebria Sari, Gravika Dian Lestari, Octira Daniaty, Kak Zhou, Salwa, Putri Novelan, Kak Nurma yang berjuang dari awal hingga akhir memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

11. Teman-teman angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang saling memberikan semangat dan kesan yang tak terlupakan. Teman-teman dari PBL dan LKP yang memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran membangun diharapakan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan,Oktober 2015 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

2.1 Kebersihan Organ Genitalia ... 9

2.1.1 Anatomi Genitalia Eksterna ... 9

2.1.2 Perawatan Organ Genitalia Eksterna Yang Baik Dan Benar ... 11

2.2 Keputihan ... 12

2.2.1 Pengertian Keputihan ... 13

2.2.2 Faktor Penyebab Keputihan... ... 14

2.2.3 Dampak Keputihan Terhadap Wanita ... 16

2.2.4 Pencegahan Keputihan ... 17

2.3 Pengetahuan ... 19

2.3.1 Pengertian Pengetahuan ... 19

2.3.2 Tingkat Pengetahuan ... 19

2.3.3 Cara Pengukuran Pengetahuan ... 21

2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 21

2.4 Sikap ... 23

2.4.1 Pengertian Sikap ... 23

2.4.2 Tingkatan Sikap ... 24

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 25

2.5 Tindakan ... 25

2.5.1 Pengertian Tindakan ... 27

2.5.2 Tingkatan Tindakan ... 27

2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tindakan ... 28

2.6 Kerangka Konseptual ... 28

(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.5 Defenisi Operasional Variabel... 32

3.6 Aspek Pengukuran ... 33

3.7 Instrumen Penelitian ... 36

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

3.9 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 37

3.8.1 Teknik pengolahan data ... 37

3.8.2 Teknik Analisa Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

4. 1 Gambaran Umum Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 4.1.1 Lokasi ... 40

4.1.2 Sejarah Berdirinya Fakultas Kesehatan Masayarakat USU ... 40

4.1.3 Visi dan Misi Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 41

4.2 Gambaran Karakteristik Responden ... 42

4.3 Analisis Univariat ... 43

4.3.1 Gambaran Pengetahuan Responden ... 43

4.3.2 Gambaran Sikap Responden ... 45

4.3.3 Gambaran Tindakan Responden ... 47

4.4 Analisis Bivariat ... 49

4.4.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan... 49

4.4.2 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan... 50

BAB V PEMBAHASAN ... 51

5.1 Pengetahuan Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputiha... 51

5.2 Sikap Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputiha... 52

5.3 Tindakan Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputiha... 54

5.4 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputiha... 55

(11)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

DAFTAR LAMPIRAN KUESIONER

SURAT IZIN PENELITIAN MASTER DATA

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1 Tabel Skor Pengetahuan... 33

Tabel 3.2 Tabel Pengukuran Kategori Pengetahuan... 33

Tabel 3.3 Tabel Pengukuran Kategor Sikap... 35

Tabel 3.4 Tabel Pengukuran Skor Tindakan... 36

Tabel 3.5 Tabel Pengukuran Kategori Tindakan... 36

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Mahasiswi Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 42

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mahasiswi Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 44

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Mahasiswi Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 45

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Mahasiswi Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 46

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Mahasiswi Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 47

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 47

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 48

(13)

Tabel 4.9 Hubungan Sikap Responden dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 68

Lampiran 2. Kuesioner ... ... 69

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian ... 74

Lampiran 4. Master Data ... 76

Lampiran 6. Output Hasil Analisis Univariat dan Bivariat ... 91

(16)

ABSTRAK

Kejadian keputihan banyak disebabkan oleh jamur Candidosis Vulvovagenitis dikarenakan banyak perempuan yang tidak mengetahui membersihkan daerah vagina, penyebab lainnya adalah Vaginitis Bacterial dan Trichomonas Vaginalis (Depkes, 2008). Kebiasaan menjaga dan merawat kebersihan organ genitalia eksterna merupakan usaha mencegah timbulnya masalah organ intim salah satunya keputihan. Namun informasi yang salah mengenai perawatan pada organ genitalia eksterna dan kesadaran yang kurang masih menjadi masalah wanita termasuk mahasiswa wanita.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi FKM USU angkatan 2013 Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah deskriptifanalitik . Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa wanita FKM USU angkatan 2013 sebanyak 757 orang. Sampel yang didapat sebanyak 137 orang. Kemudian dilakukan uji statistik dengan program komputer menggunakan Chi-Square Test dengan

α= 0,05.

Hasil penelitian dengan analisa bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan (p = 0,010) dan sikap dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan dengan (p = 0,027).

Dari hasil yang didapat, maka disarankan kepada mahasiswi FKM USU, sebagai mahasiswi kesehatan masyarakat agar lebih banyak mencari informasi dan membaca buku tentang kebersihan organ genitalia eksterna sehingga dapat memotivasi diri untuk lebih mengetahui tentang kesehatan reproduksi khususnya cara kebersihan organ genitalia eksterna yang benar, pencegahan keputihan dan bahaya yang terjadi jika salah membersihkan organ genitalia eksterna.

(17)

ABSTRACT

Incidence of vaginal discharge mostly caused by Candidosis Vulvovagenitis because many women who do not know the cleaning the vaginal area, other causes are Bacterial Vaginitis and Trichomonas Vaginalis (Depkes RI, 2010). The habit of keeping and taking care of the cleanliness of external genitalia is an attempt to prevent the problem of sex organs one whiteness. However, misinformation regarding the treatment of external genital organs and a lack of awareness is still a problem of women, including female students.

This study aims to determine the correlation between knowledge and attitude to the external genitalia hygiene measures for prevention of vaginal discharge in student of Public Health USU on 2015. This type of research is descriptive analytic. The study population was all female students public health USU class of 2013 as many as 757 people. Samples were obtained as many as 137 people. Then performed statistical tests with computer programs using the Chi-square test with α = 0,05.

Results of research by bivariate analysis shows that there is a relationship between knowledge and action on the cleanliness of the external genitalia as prevention of vaginal discharge (p = 0.010) and attitude to the action on the cleanliness of the external genitalia as prevention whitish with (p = 0.027).

From the results obtained, it is advisable to student of public health USU, as a student of public health so that more informed and read books about the cleanliness of the external genitalia that can motivate yourself to be more aware of reproductive health, especially how the cleanliness of external genitalia correct, prevention whitish and the dangers that occur when one cleans external genitalia.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis (berbahaya). Pengertian lain adalah setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah dapat berupa sekret, transudasi atau eksudat dari organ atau lesi dari saluran genital. Cairan normal vagina yang berlebih. Jadi hanya meliputi sekresi dan transudasi yang berlebih, tidak termasuk eksudat (Mansjoer et al, 2001). Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan (Manuaba, 2009).

Menurut studi Badan Kesehatan Dunia (WHO) masalah kesehatan reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang diderita para perempuan di dunia salah satunya adalah keputihan (Putranto, 2006).

Sekitar 75% wanita didunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan sebanyak 45% wanita mengalami keputihan dua kali atau lebih, sedangkan pada kaum wanita yang berada di Eropa angka keputihan sebesar 25%, dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan. (NCBI, 2013).

(19)

Studi menunjukkan bahwa Candidia vulvogvaginities adalah yang paling sering didiagnosa pada kalangan wanita muda, sekitar 15 - 30% dari gejala perempuan yang mengunjungi dokter (Monalisa et al, 2012).

Menurut Depkes (2010) kejadian keputihan banyak disebabkan karena olek bakteri kandidosis vulvovagenitis dikarenakan banyak perempuan yang tidak mengetahui membersihkan daerah vaginnya, penyebab lainnya adalah vaginitis bacterial dan trichomonas vaginalis. Khusus di Indonesia data yang ada dari wanita yang mengalami keputihan sulit untuk di dapat, hal ini dapat di maklumi karena sedikit sekali wanita yang memeriksakan masalah alat reproduksinya.

Sedangkan Hurlock (2001) menyatakan bahwa salah satu yang menjadi faktor utama terciptanya kesehatan yaitu selalu menjaga kebersihan diri salah satunya kebersihan organ reproduksi. Organ reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sangat sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi salah satunya organ genitalia (Ratna, 2010). Selain itu menurut Manuaba (2002) Menjaga kesehatan organ reproduksi pada wanita diawali dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan.

Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan salah satunya mencegah timbulnya masalah genitalia pada wanita salah satunya keputihan (POI, 2010).

(20)

Berdasarkan hasil penelitian dari Panda S et al (2013) bahwa dari 50 orang wanita usia subur di kawasan Asia Selatan terutama India yang terdeteksi Trikomoniosis Vaginalis sebanyak 3 kasus (6%) dan Candida Albicans dalam 26 kasus (52%). Terinfeksi Trikomoniosis Vaginalis dan Candidia Albicans sebanyak 4 kasus (8%). Hampir 83 % penyebab keputihan adalah bakteri Candidia Albicans yang banyak terjadi pada wanita usia subur dan berasal dari daerah pedesaan. (IJCRR, 2013).

Hasil penelitian dari New Delhi Kaur J dan Kapoor Anup K, tahun 2014 menunjukkan bahwa prevalensi keputihan(fluor albus/ leucorrhea), pengetahuan dan persepsi di kalangan perempuan saat menikah dari kelompok usia, 15-49 tahun di kota kumuh Asia selatan pernah mengalami keputihan (fluor albus/ leucorrhea) hampir 79%. Penelitian ini melaporkan prevalensi keputihan (fluor albus/ leucorrhea) yang tinggi pada wanita di tempat tinggal kumuh di Asia Selatan dan terlihat bahwa tidak ada perbedaan dalam persepsi dan pengetahuan dengan pendidikan responden, status pekerjaan, dan pendidikan suami (JFRH, 2014).

(21)

Beberapa penelitian di Indonesia juga menemukan wanita kurang menyadari kebersihan organ reproduksinya sendiri. Menurut hasil penelitian di asrama kebidanan STIKES Ngudi Waluyo tahun 2012 dari 156 responden sekitar 73,9% diantaranya melakukan praktek personal hygiene tidak baik dan mengalami keputihan patologi. Menurut penelitian lain di desa Kedung Kempul, Lamongan menunjukkan bahwa lebih dari setengah remaja putri (60%) berpengetahuan kurang pada kesehatan reproduksinya dan hampir seluruhnya (95%) remaja putri perilaku personal hygienenya kurang baik. (Mardani et al, 2010).

Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan Handayani (2003) pada siswi SLTP Jakarta Timur ditemukan yang memiliki pengetahuan kurang terhadap kebersihan organ genitalia sebanyak (93,4%), ini berarti hampir seluruh dari siswi tidak mengerti dengan kebersihan organ genitalia. (Rabita, 2010).

Dari hasil penelitian Handayani (2011) di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Jakarta yang melakukan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna hanya setengahnya saja (50%) yang melakukan dengan baik, sedangkan selebihnya kurang menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.

Menurut penelitian Ayuningtyas (2011) di SMA Negeri 4 Semarang angka kejadian keputihan sangat tinggi, Sekitar 96,9% responden mengalami keputihan dan sebagian besar siswi memiliki pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna yang buruk (82,8%).

(22)

Dari hasil penelitian lainnya oleh Ariyani yang meneliti tentang perilaku hygiene menstruasi pada remaja di pesantren putri As-Syafi’iyah Bekasi Tahun 2009 dengan hasil penelitian sebesar (62,8%) memiliki perilaku negatif.

Selain itu menurut hasil penelitian Daiyah (2004) di SMU Negeri 2 Medan dari 58 responden hanya 25, 86 % yang melakukan perawatan organ reproduksi bagian luar dengan baik. Berarti lebih dari setengahnya tidak melakukan kebersihan organ reproduksi dengan baik. Kurangnya pengetahuan dan informasi yang tepat tentang kesehatan organ reproduksi kemungkinan dapat menimbulkan kurangnya perhatian kesehatan organ reproduksinya.

Menurut Depkes RI (2003) perlu adanya pemberian informasi yang lengkap baik pada wanita untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga kebersihan diri terutama organ reproduksi agar terhindar dari masalah kesehatan genitalia seperti keputihan (fluor albus) karena masalah tersebut paling banyak terjadi di Indonesia namun sebagian besar wanita tidak terlalu memperdulikan.

(23)

yang telah dijelaskan diatas menyatakan rendahnya baik pengetahuan maupun tindakan mengenai kebersihan organ genitalia eksterna pada wanita baik remaja maupun dewasa.

Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran akan pentingnya tindakan yang benar saat membersihkan organ genitalia eksterna, walaupun sebenarnya mempunyai pengetahuan yang baik terutama pada mahasiswi dari tamatan kebidanan dan keperawatan yang telah diajarkan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya upaya untuk mencegah keputihan (fluor albus).

Berdasarkan dari hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU sebanyak 10 masing-masing 5 orang dari mahasisiwi ekstensi dan 5 orang dari mahasiswi reguler untuk diberikan pertanyaan tentang kebersihan organ genitalia eksterna meliputi tentang pengetahuan mengenai perawatan organ genitalia eksterna dan bagaimana upaya mencegah terjadinya keputihan sebanyak 5 diantaranya kurang mengetahui cara yang benar membersihkan organ genitalia eksterna dan sebanyak 6 orang kurang memperhatikan kebersihan organ genitalia. Serta riwayat keputihan meliputi apakah pernah mengalami keputihan, didapatkan bahwa 8 dari 10 dari mahasiswi pernah mengalami keputihan. Setelah ditanyakan tentang vulva hygiene, maka 4 orang (40%) selalu menjaga vulva hygiene, dan 3 orang (30%) yang membersihkan vagina dengan sabun sirih dan 6 orang (60%) lainnya kurang menjaga vulva hygiene dengan baik.

Dari fenomena yang terjadi diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Kebersihan Organ

(24)

1.2 Rumusan Masalah

Banyak wanita tidak mengetahui bagaimana mengidentifikasi, menangani atau mencegah masalah organ genitalia secara tepat dan kurangnya keterbukaan dari wanita termasuk mahasiswi kesehatan masyarakat yang seharusnya lebih mengetahui tentang permasalahan kesehatan salah satunya permasalahan kesehatan reproduksi yang dialami yaitu keputihan. Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran akan pentingnya tindakan yang benar saat membersihkan organ genitalia eksterna. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan permasalahan yaitu “Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015?” 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi angkatan 2013 tentang kebersihan organ

genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.

2. Untuk mengetahui sikap mahasiswi angkatan 2013 tentang kebersihan organ

genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.

(25)

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013.

5. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia

eksterna sebagai upaya pencegahan keputihanpada mahasiswi angkatan 2013. 1.4.1 Manfaat Penelitian

1. Bagi Fakultas, dapat memberikan informasi kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat

USU mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai pencegahan keputihan.

2. Sebagai bahan masukan kepada mahasiswa, terutama mahasiswa wanita Fakultas Kesehatan Masyarakat USU agar dapat menjaga dan merawat kebersihan organ genitalia eksterna dengan benar sebagai upaya pencegahan keputihan.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini memaparkan berkaitan dengan teori-teori diantaranya adalah kebersihan organ genitalia eksterna pada wanita, perawatan organ genitalia eksterna yang baik dan benar dan keputihan.

2.1 Kebersihan Organ Genitalia Eksterna

Pada bagian ini akan dibahas tentang kebersihan organ genitalia eksterna dengan materi anatomi organ genitalia wanita dan perawatan organ genitalia eksterna yang baik dan benar pada wanita.

2.2.1 Anatomi Genitalia Eksterna pada Wanita

Genitalia berarti alat kandungan. Genitalia eksterna dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat dilihat wanita dalam posisi litotomi. Menurut Mochtar (1998) dan Manuaba (2010) ada beberapa bagian genitalia eksterna yaitu:

a. Mons veneris ialah daerah yang menggunung di atas simfisis , yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubes) apabila wanita beranjak dewasa.

b. Bibir besar kemaluan (labia mayora) berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh pubes lanjutan dari mons veneris.

c. Bibir kecil kemaluan (labia minora) ialah bagian dalam dari bibr besar yang berwarna merah jambu.

(27)

e. Vulva adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang dibatasi perineum.

f. Vestibulum terletak di bawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli kanan

dan kiri.

g. Introitus vagina adalah pintu masuk ke vagina.

h. Selaput dara (hymen) merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya

berlubang membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata atau fimbra.

i. Lubang kemih (orifisium uretra ekterna) adalah tempat keluarnya air kemih yang

terletak di bawah klitoris. Di sekitar lubang kemih bagian kiri dari kanan didapati lubang kelenjar skene.

j. Perineum terletak di antara vulva dan anus.

(28)

2.1.2 Perawatan Organ Genitalia Eksterna yang Baik dan Benar

Secara umum, menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual, termasuk organ genitalia eksterna. Karena itu kita harus merawatnya, menurut Baradero (2007) dan Livoti (2006) perawatan kebersihan organ genitalia eksterna antara lain dengan cara :

1) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah buang air kecil dan buang air besar. 2) Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian di antara vulva (bibir vagina)

secara hati-hati, menggunakan air bersih dan sabun yang lembut (mild) setiap habis buang air kecil, buang air besar dan ketika mandi. Jika alergi dengan sabun yang lembut sekalipun, bisa membasuhnya dengan air hangat. Ini dimaksudkan untuk membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar vagina. 3) membasuh yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), jangan

terbalik, karena bakteri yang ada di sekitar anus akan terbawa masuk ke vagina. 4) Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari.

5) Hindari celana ketat karena dapat menyebabkan permukaan organ reproduksi mudah berkeringat. Hindari menggunakan celana yang ketat pada lipat paha dan paha.

6) Sebaiknya kenakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun (100%) karena

menyerap keringat dengan baik.

7) Menggunakan handuk atau waslap yang kering dan bersih untuk mengeringkan

vagina.

(29)

kewanitaan kita harus lebih dijaga karena kuman masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.

9) Mengganti pembalut sesering mungkin. Untuk menjaga kebersihan gantilah pembalut secara teratur 4 sampai 5 kali sehari atau setelah buang air kecil dan mandi untuk menghindari pertumbuhan bakteri. Setiap 4 atau 5 jam sekali pembalut usahakan diganti. Sebaiknya pilih pembalut yang lembut, dapat menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi (misalnya parfum atau gel) dan dapat melekat dengan baik pada pakaian dalam

10) Meghindari penggunaan sabun atau cairan pembersih kewanitaan karena dapat

mengganggu keseimbangan pH di vagina yang akan mematikan bakteri laktobasillus (bakteri baik) dan bakteri pathogen (bakteri merugikan) akan tumbuh subur.

11) Tidak memakai sesuatu yang bisa mengiritasi organ genitalia eksterna seperti parfum,

sabun berparfum, daodoran dan spray 2.2 Keputihan

2.2.1 Pengertian Keputihan

(30)

2.2.2 Faktor Penyebab Keputihan

Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang normal (fisiologis) dan abnormal (patologis). Beberapa ahli menjelaskan penyebab terjadinya keputihan sebagai berikut, yaitu :

a. Keputihan fisiologis

Menurut Sibagariang (2010) Penyebab keputihan fisiologis adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin, kemudian dijumpai pada waktu menarche karena pengaruh estrogen.

Sedangkan menurut Manuaba (2009) penyebab lainnya adalah rangsangan birahi saat koitus yang menghasilkan sekret sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina akibat adanya pelebaran pembuluh darah di vulva. Keputihan normal juga dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10 - 16 menstruasi. Kelelahan fisik dan kejiwaan juga merupakan salah satu penyebab keputihan, ciri-cirinya adalah berwarna putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam, tidak berbau dan tidak menular karena tidak ada bibit penyakit.

b. Keputihan Patologis

(31)

1) Infeksi

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Salah satu gejalanya adalah keputihan. Infeksi yang sering terjadi pada organ kewanitaan yaitu candidiasis, vaginitis, vaginosis bacterialis dan trichomoniasis.

a. Candidiasis vaginalis

Guningham (2010) menyatakan bahwa infeksi jamur pada vagina paling sering disebabkan oleh Candida albicans atau disebut juga Candidosis vulvovaginitis. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Mansjoer (2009) bahwa sekitar 25 %wanita hamil ditemukan bakteri Candida albicans. Gejalanya adalah keputihan berwarna putih keju seperti kepala susu/krim atau seperti susu yang pecah, tidak berbau atau berbau asam, pada dinding vagina biasanya dijumpai seperti gumpalan keju yang menempel disertai rasa gatal, kemerahan pada vulva (pruritus vulva), bengkak, iritasi, dan rasa panas saat buang air kecil.

Jamur Candida albican menyerang sel pada saluran vagina dan sel-sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke lapisan sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali jika kebersihan organ genitalia tidak di jaga. Selain itu menurut Jones (2009) Candida albicans tumbuh lebih cepat jika lingkungan mengandung glukosa di tambah dengan lingkungan yang hangat dan basah. Pada 5 % wanita mengalami serangan berulang Candida vulvogaginitis.

b. Vaginitis

(32)

karena hubungan seksual. Menurut Mansjoer (2009) penyebab dari vaginitis adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina. Dengan gejala cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva agak bengkak dan kemerahan, gatal, terasa tidak nyaman serta nyeri saat berhubungan seksual dan saat kencing pengeluaran cairan (bernanah), pada permukaan luar tampak merah membengkak dan terdapat bintik-bintik merah. c. Vaginosis Bacterialis

Penyebab ketiga keputihan adalah infeksi Gardnerella vaginalis, mobiluncus dan beberapa bacteroides yang termasuk flora normal dalam vagina yang melekat pada bagian dinding yang berinteraksi dengan bakteri anaerob (Jones, 2009). Hampir sama dengan yang dikemukakan Guningham (2010) Vaginosis bacterialis terjadi karena maldistribusi flora normal vagina disebabkan jumlah lactobacillus yang menurun dan spesies jumlah berlebihan bakteri anaerob.

Beberapa gejala yang khas dari Vaginosis bacterialis menurut Mansjoer (2009) seperti keputihan encer, dengan bau amis khas yang tajam terutama waktu berhubungan seksual dan berwarna abu-abu kotor, darah menstruasi berbau abnormal, dapat timbul rasa terbakar akibat iritasi pada vagina dan sekitarnya, serta kemerahan dan edema pada vulva dan jarang berbusa. Bau tersebut disebabkan adanya amino yang menguap bila cairan vagina menjadi basa.

d. Trichomoniasis

(33)

kehijauan, berbau tidak enak dan berbusa, kecoklatan, biasanya disertai dengan gejala gatal dibagian labia mayora, dinding vagina kemerahan dan sembab kadang-kadang terbentuk abses kecil, (strawberry appearance), nyeri saat kencing dan terkadang sakit pinggang.

Trichomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah. Lain halnya menurut Owen (2005) meskipun biasanya juga ditularkan secara tidak langsung melalui handuk yang lembab, beberapa kasus pernah terjadi karena terinfeksi melalui air dari kolam renang. Waktu terjadinya infeksi yang paling umum adalah setelah menstruasi.

2). Adanya benda asing dan penyebab lain

Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau organisme lain) masuk melalui prosedur medis, saperti haid, abortus yang disengaja, pemasangan IUD, saat melahirkan, infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas (Livoti, 2006).

2.2.3 Dampak Keputihan Terhadap wanita

(34)

vulva terasa seperti terbakar yang menunjukkan gejala dari suatu infeksi organ genitalia seperti vulvitis, vaginitis, servisitis dan penyakit radang panggul (Pelvic Infiammantory Disease) (Manuaba, 1998).

2.2.4 Pencegahan Keputihan

Keputihan yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di lingkungan yang hangat dan basah maka untuk menjaga kebersihan organ genitalia eksterna sebaiknya merawat dan menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dengan benar. Menurut Kusmiran (2011) dan Sibagariang (2010) Untuk mencegah terjadinya keputihan dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Selalu menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dengan menjaganya agar tetap bersih dan kering.

2. Mengganti celana dalam minimal dua kali dalam sehari

3. Menggunakan air mengalir yang bersih untuk mencuci organ genitalia.

4. Mencukur atau merapikan rambut kemaluan untuk mencegah bakteri berkembang

biak.

5. menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat.

6. Menggunakan celana dalam yang berbahan katun untuk menyerap keringat. 7. Hindari penggunaan celana ketat.

(35)

9. Membiasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.

10. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina.

11. Hindari penggunaan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

12. Hindari penggunaan barang –barang yang memudahkan penularan bakteri dan

jamur seperti meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya kepada orang lain. 13. Membersihkan bak mandi, gayung dan perlengkapan mandi secara teratur untuk

mencegah perkembangbiakan bakteri dan jamur.

14. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.

(36)

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah seseorang melakukan suatu pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan tejadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan pengecapan. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden . Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat di atas (Notoadmodjo, 2007).

Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek di ketahui maka menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tesebut.

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo, 2007), tahap pengetahuan di dalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkat, yaitu :

1. Tahu (Know)

(37)

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahui dan dapat di interpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.

3. Aplikasi ( Aplication )

Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. Dalam konteks atau kondisi yang lain.

4. Analisis ( Analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja seperti : pengelompokan, membedakan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

(38)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian - penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.

2.3.3 Cara Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) bahwa pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing – masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu :

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 % – 100 % b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 % – 75 %

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai ≤ 55 % (Machfoed, 2010)

2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu : 1. Usia

(39)

menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

2. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu.

3. Media Massa

Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam – macam media massa. Media massa tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan sejumlah informasi sehingga mempermudah masyarakat menerima pesan. Dengan demikian akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru (Notoatmodjo, 2005).

4. Sosial Budaya

Kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia. Setiap generasi selalu melanjutkan apa yang telah mereka pelajari dan juga apa yang mereka sendiri tambahkan dalam budaya tersebut. Kebudayaan juga sebagai jalan arah di dalam bertindak dan berfikir sesuai dengan pengalaman yang sudah dimilikinya. Dengan demikian seseorang akan bertambah pula pengetahuannya

5. Pendidikan.

(40)

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

6. Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

2.4 Sikap

2.4.1. Pengertian Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) Sikap adalah suatu tingkatan afeksi yang baik yang bersifat positif maupun dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Sikap juga sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi.

(41)

untuk bertindak , tetapi belum melakukan aktifitas yang disebabkan oleh penghayatan pada suatu objek (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek artinya

bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungna untuk bertindak (trend to behave ) artinya sikap adalah merupakan komponen ynag mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

2.4.2 Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, Menurut Notoatmodjo (2012) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni sebagai berikut :

1. Menerima(receiving) : Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding) : Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

(42)

menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung Jawab ( responsible) : Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

2.4.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sikap

Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi pembentukan sikap pada manusia, antara lain :

1. Pengalaman pribadi.

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.

3. Pengaruh kebudayaan.

(43)

4. Media massa.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu.

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang - kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

7. Umur dan Jenis Kelamin

Umur dan jenis kelamin berpengaruh terhadap respon pada suatu objek dan kesiapan dan kesediaan yang merupakan faktorpredisposisi terjadinya tindakan. Karena semakin bertambahnya umur seseorang bisa mengutarakan pendapat dan keyakinannya terhadap suatu objek.

8. Pola Asuh orang tua

(44)

individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih - benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak.

2.5 Tindakan (Praktik)

2.5.1 Pengertian Tindakan (Practice)

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan tindakan adalah suatu sikap yang terwujud bila didukung oleh faktor pendukung seperti fasilitas antara lain adanya sarana dan prasarana juga dukungan (support) dari pihak lain.

2.5.2 Tingkatan Tindakan

Tindakan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan , yaitu : 1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. 4. Adaptasi (Adaptation)

(45)

2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tindakan

Menurut Lawrence Green (Notoatmodjo, 2010) bahwa perilaku terbentuk dari tiga faktor, yaitu :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposising factors) yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b.Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilkau masyarakat.

2.6 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, kerangka konsep menerangkan tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan (fluor albus).

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Pada Mahasiswi Ekstensi Angkatan 2013

(46)

2.7 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep tersebut di atas dapat diambil hipotesis :

1. Ada hubungan pengetahuan dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) untuk melihat hubungan antara variabel independent dan variabel dependent (Hidayat, 2011).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan dari bulan Januari sampai bulan Agustus 2015. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasisiwi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU berjumlah 757 orang.

3.3.2 Sampel

(48)

√ √

Dimana :

Zα = Nilai deviat baku normal untuk α (5%) sebesar 1,96

Zβ = Nilai deviat baku normal untuk β (20%) sebesar 0,842 power = kekuatan uji (1- β) = 80%

PO = Proporsi yang tahu mengenai kebersihan organ genitalia eksterna sebesar 0,2 (Tias, 2014)

Pa = Proporsi mahasiswi FKM USU yang diharapkan tahu mengenai kebersihan organ genitalia eksterna sebesar 0,3

Pa –Po = 0,3 – 0,2 = 0,1 (Perbedaan yang diharapkan sebesar 0,1) n = Besar sampel

Maka :

( √ √ )

n = 136,8 ≈ 137

(49)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Menurut teori Budiarto (2001) pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Data primer

Dalam penelitian ini digunakan data primer melalui angket yang diperoleh secara langsung di lapangan menggunakan kuesioner untuk menunjang informasi identitas responden, pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai pencegahan keputihan.

b. Data sekunder

Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang diperlukan yang meliputi jumlah populasi, gambaran umum lokasi dan data penunjang lainnya yang diperoleh dari bagian kemahasiswaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3.5 Definisi Operasional Variabel

1. Pengetahuan adalah kemampuan mahasiswi angkatan 2013 FKM USU

mendefenisikan dan memahami tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.

2. Sikap adalah reaksi atau respon positif atau negatif mahasiswi angkatan 2013 FKM

USU mengenai kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.

(50)

3.6 Aspek Pengukuran

Pada penelitian ini data diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada responden. Sebelumnya responden diberi penjelasan perihal penelitian yang akan dilakukan bila responden bersedia maka diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang telah disediakan

Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang telah dirancang sebelumnya tentang pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013 FKM USU. Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket yaitu pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden, jawaban diisi oleh responden sesuai dengan daftar yang diisi (Budiarto, 2001).

1. Kuesioner Pengetahuan

Berisi pertanyaan tertutup mengenai pengetahuan responden tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai pencegahan keputihan. Dalam penelitian ini peneliti mengukur tentang pengetahuan sejumlah 17 pertanyaan yang terdapat pada item 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17. Jumlah kuesioner sebanyak 17 pertanyaan pengetahuan.

Tabel 3.1 Tabel Skor Pengetahuan Nilai Pengetahuan

1 Benar

0 Salah

(51)

diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, kemudian dijumlah untuk memperoleh nilai total setiap responden (Suprapto, 2001).

Menurut Arikunto (2006) berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Tabel Pengukuran Kategori Pengetahuan

Pengetahuan Skor Nilai (%) Jumlah Soal yang Benar

Baik 76-100 13 – 17

Cukup 56-75 10 – 12

Kurang ≤ 55 0 – 9

2. Kusioner Sikap

Menurut Hidayat (2010), cara pengukuran sikap ini dipilih menggunakan skala likert dengan menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS).

Dimana pernyataan sikap terdiri dari pernyataan positif nomor (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9,10,12) dan negatif nomor (8, 11) dengan penilaian sebagai berikut :

a. Untuk pernyataan positif (favorable) diberi skor : Nilai 4 : Jawaban sangat setuju (SS)

Nilai 3 : Jawaban setuju (S)

Nilai 2 : Jawaban kurang setuju (KS) Nilai 1 : Jawaban tidak setuju (TS)

b. Untuk pernyataan negatif (Unfavorable) diberi skor : Nilai 1 : Jawaban sangat setuju (SS)

Nilai 2 : Jawaban setuju (S)

(52)

Berdasarkan indikator 12 pernyataan pengukuran mengenai sikap tentang membersihkan genitalia eksterna genitalia sebagai pencegahan keputihan diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut :

3.3 Tabel Pengukuran Kategori Sikap

Sikap Skor Nilai (%) Jumlah Nilai Sikap

Baik 76- 100 40 – 48

Cukup baik 50-75 30 – 39

Kurang baik < 50 12 – 29

3. Kuesioner Tindakan

Kuesioner ini berisi pertanyaan tertutup mengenai tindakan membersihkan genitalia eksterna berisi 15 pertanyaan yang akan diajukan dengan menggunakan skala guttman.

(53)

Penilaiannya adalah memberikan skor :

3.4 Tabel Pengukuran Skor Tindakan Nilai Tindakan

1 Melakukan kebersihan organ genitalia eksterna dengan benar

0 Tidak melakukan kebersihan organ genitalia eksterna dengan benar

Penilaian tindakan ini dinilai dengan 2 kategori yaitu :

3.5 Tabel Pengukuran Kategori Tindakan

Tindakan Skor Nilai (%) Jumlah Nilai Tindakan

Melakukan 75 - 100 12 - 15

Tidak melakukan < 75 0 - 11

3.7 Instrumen Penelitian

Pada instrumen penelitian akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas yang bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana kuisioner dapat mengukur dan menunjukkan sejauh mana kuisioner dapat dipercaya atau dapat diandalkan dalam suatu penelitian.

3.8 Uji validitas dan Realibilitas

Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang baik perlu dilakukan uji validitas dan uji realiabilitas. Uji validitas diperlukan digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner sehingga mampu menghasilkan data yang akurat. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Sunyoto, 2011).

(54)

dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis korelasi dengan melihat nilai correlation corrected item. Validnya suatu kuesioner jika nilai r hitung > r tabel maka dinyatakan valid dan sebaliknya. Pada taraf signifikan 95% untuk besar sampel 30 orang dimana nilai r tabel 0,361.

Reabilitas data merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukan ketepatan dan dapat dipercaya dengan metode Cronbach’s Alpha. Metode ini untuk menganalisis reabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Instrumuen dikatakan reliabel apabila nilai r hitung > r tabel dimana nilai r tabel 0,60.

Uji coba kuesioner dilakukan pada 30 responden yaitu pada mahasiswi kebidanan komunitas dan keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 17 pertanyaan dimana nilai r hitung masing-masing pertanyaan > 0,361 dan realiabel. Realiabel pengetahuan 0,938 > 0,60. Kuesioner sikap terdiri dari 12 pertanyaan dimana r hitung > 0,361 dan reliabel. Reliabel sikap r hitung 0,935 > 0,60. Kuesioner tindakan terdiri dari 15 pertanyaan dimana nilai r hitung > 0,361 dan realiabel. Reliabel tindakan r hitung 0,924 > 0,60.

3.9 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data 3.9.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Menurut Notoatmodjo (2010), Data – data yang terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

(55)

Selama pengisian kuesioner peneliti mendampingi sehingga apabila hal-hal yang kurang jelas dapat langsung ditanyakan kepada peneliti. Setelah kuesioner diisi oleh responden kemudian dikumpulkan kembali pada peneliti untuk diperiksa. Jika masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup out).

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean

atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan. Peneliti memberikan kode pada jawaban responden dengan memberi kode 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban yang salah sesuai dengan kategori pada pertanyaan pengetahuan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan (fluor albus). Pada pernyataan sikap responden peneliti memberikan kode (1) untuk sangat tidak setuju, (2) untuk tidak setuju, 3 untuk setuju dan 4 untuk sikap sangat setuju . Pada pernyataan tindakan peneliti memberikan kode 1 untuk dilakukan dan 0 untuk tidak dilakukan.

c. Entry

Jika jawaban telah dilakukan pengkodean (coding) dalam bentuk angka (angka atau huruf) baik pengetahuan sikap dan tindakan kemudian dimasukkan kedalam program

atau “software” komputer.

d. Tabulating

(56)

3.9.2 Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dan di analisa. Analisa data dilakukan melalui dua tahap yaitu :

1. Analisis univariat tujuannya adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan

masing-masing variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Variabel independen terdiri dari pengetahuan dan sikap mahasiswi FKM USU tahun 2013 (reguler dan ekstensi) tentang kebersihan organ genitalia eksterna dan variabel dependen yaitu tindakan mahasiswi FKM USU angkatan 2013 (reguler dan ekstensi) tentang kebersihan organ genitalia sebagai upaya pencegahan keputihan.

2. Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen (pengetahuan dan sikap mahasiswi FKM USU angkatan 2013 (reguler dan ekstensi) tentang kebersihan organ genitalia ekksterna) dan variabel dependent (tindakan mahasiswi FKM USU (reguler dan ekstensi) tentang kebersihan organ genitalia ekksterna), dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan (confident interval) 95 % ) dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Jika p < (α = 0,05), maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent.

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini bahasan dimulai dengan gambaran umum tempat penelitian, hasil analisis univariat yang menggambarkan karakteristik variabel dependen dan variabel independen kemudian dilanjutkan dengan hasil analisisi bivariat.

4. 1 Gambaran Umum Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 4.1.1 Lokasi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara berlokasi di jalan Universitas no.21 pintu 1 Kampus USU Padang Bulan Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Fakultas Keperawatan USU 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Fakultas Kedokteran USU 3. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan Universitas

4. Sebelah Barat berbatasn dengan jalan Prof. Maas

4.1.2 Sejarah Berdirinya Fakultas Kesehatan Masayarakat USU

(58)

disesuaikan dengan kurikulum Pendidikan Program Pendidikan Sarjana Bidang Kesehatan Masyarakat sesuai dengan SK Dirjen Dikti DepDikbud RI No.26/DJ/Kep1983. Sejak tahun ajaran 1985/1986 Program Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat FK USU menerima mahasiswa lulusan akademi. Selanjutnya sejak tahun 1987/1988 selain menerima mahasiswa dari jalur Ekstensi PSKM-FK-USU juga menerima mahasiswa dari lulusan SLTA melalui ujian Sipensimaru. Pada perkembangan selanjutnya sampai sekarang ini mahasiswa yang diterima tetap melalui dua jalur yakni Ekstensi dan Reguler. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0376/0/193 tanggal 21 Oktober 1993 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat FK USU berubah status menjadi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Sejak tahun 1985/1986 PSKM-FK-USU melaksanakan kurikulum yang disusun pada Semiloka Nasional Kurikulum S1 Kesehatan Masyarakat di Malino Sulawesi Selatan. Mulai tahun ajaran 1996/1997 sampai sekarang FKM USU melaksanakan kurikulum yang disusun berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.0310/U/1994 tanggal 30 November 1984 tentang kurikulum yang berlaku secara nasional bagi program sarjana ilmu kesehatan.

4.1.3 Visi dan Misi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Sebagai Institusi visi Fakultas tidak terlepas dari unsur Tri Dharma Pendidikan, untuk itu maka Visi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU adalah :

(59)

Sedangkan misi Fakultas Kesehatan Masyarakat ada tiga butir, yaitu :

1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan ilmu kesehatan masyarakat

dalam bidang administrasi dan kebijakan kesehatan, kependudukan dan kesehatan reproduksi, biostatistik dan informasi kesehatan, epidemiologi, gizi kesehatan masyarakat, keselamatan dan kesehatan kerja, kesehatan lingkungan serta pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku.

2. Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian ilmiah untuk pengembangan ilmu,

teknologi dan pemecahan kesehatan masyarakat.

3. Menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang

mendukung upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara langsung dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

4.2 Gambaran Karakteristik Responden

Gambaran umum responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Mahasiswi Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tabel 4.1
Tabel 4.1 Lanjutan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mahasiswi Tentang Kebersihan
+6

Referensi

Dokumen terkait

mengunggah ke SIM-LITABMAS softcopy laporan akhir yang telah disahkan oleh pimpinan Perguruan Tinggi bidang kemahasiswaan ( Lampiran 6 ) maksimal 10 halaman dengan jarak 1,15

Keefektifan leadership tergantung pada situasi dan lingkungan sekitar, sekaligus skill level, umur, dan maturity dari member grup tersebut.

Misalnya mereka yang berusia antara 13-15 tahun biasanya berada pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ,usia antara 16-18 tahun biasanya berada pada tingkat

Apa dasar kebutuhan dari pelatihan dan pengembangan pada suatu

Dimana kita bisa mendapatkan tempat mengembangkan bakat dan minat kita?, kemana kita harus berkonsultasi untuk keberhasilan perkembangan bakat dan minat kita, Siapa yang bisa

Mahasiswa memahami ruang lingkup, sistem, peran dan fungsi manajemen SDM dalam organisasi serta analisis berbagai kasus yang terjadi Mahasiswa mampu menganalisis

Pokok Bahasan : Ruang lingkup, Sistem, Peran Dan Fungsi Manajemen SDM Dalam Organisasi Sub Pokok Bahasan : Ruang Lingkup dan Sistem Manajemen SDM (Sesi 2).. Kegiatan Pembelajaran

Warga Belajar yang LULUS dari Paket B untuk melanjutkan ke Paket C dengan rata-rata Nilai 7,0 dapat mengikuti KBM 4 semester tetapi masuk pada katagori Usia Dewasa,