• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efetivitas penyelenggaraan praktik qira'at FITK UIN Jakarta bagi mahasiswa jurusan PAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efetivitas penyelenggaraan praktik qira'at FITK UIN Jakarta bagi mahasiswa jurusan PAI"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Jenjang Pendidikan Strata Satu (S-1)

Oleh ANDI BASYUNI

106011000072

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Jurusan PAI”

Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.

Proses pembelajaran merupkan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, dimana dalam proses tersebut terkandung multi peran dari guru.

Peranan guru meliputi banyak hal, di antaranya sebagai sumber belajar, pengelola kelas dan pembelajaran, fasilitator/mediator, Pembimbing, motifator, demonstrator dan sebagai evaluator. Secara bergantian satu persatu peranan guru tersebut dijelaskan bahwa Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukkan sumber daya manusia yang berpotensi dalam pembangunan, salah satunya dalam meningkatkan pengamalan beribadah siswa. Bagus tidaknya kualitas yang dihasilkan suatu lembaga pendidikan atau sekolah, tergantung pada sumber daya guru itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa kualitas seorang guru sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan yang lebih baik.

Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode, rasa tanggung jawab, pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual dan kesejawatan. Dari tujuan di atas jurusan Pendidikan Agama Islam mengembangkannya menjadi program-program yang di antaranya adalah program praktik qira’at. Program praktik telah ada sejak awal berdiri IAIN dengan pembimbingan dalam 1 semester, dan diganti dengan test out pada tahun angkatan 2002-2009, dan akhirnya Program tersebut diubah kembali menjadi PIQI (Hafalan 1 juz dalam 1 Tahun) pada tahun 2009-sekarang

(6)

v

Puji dan syukur penulis senantiasa persembahkan kepada Allah Swt, Tuhan sekalian alam, dengan hidayah dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya, yang merupakan suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan uluran tangan dari berbagai pihak, hanya Allah Swt yang dapat membalas budi baik yang telah diberikan. Maka pada kesempatan ini, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yang sangat penulis cintai Ayahanda H.Moch. Yamin, dan ibunda Hj.Sopnah yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya dengan segenap hati dan kesabarannya serta mendo’akan Ananda dan saudara-saudaraku tercinta tanpa terkecuali yang memberikan motivasi dan membantu penulis baik materil maupun immaterial sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, dan do’a guruku, adik-adiku, kakak-kakaku keponakan-keponakanku yang telah memberi motivasi dan membantu penulis sehingga terselesaikan skripsi ini. Pencapaian dan perjuangan ini ku persembahkana hanya untuk mu keluarga ku tercinta.

2. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bahrissalim, M.Ag. Ketua Jurusan Program Pendidikan Agama Islam dan Drs. Sapiuddin Shiddiq, M.Ag. Sekretaris Program Jurusan Pendidikan Agama Islam, semoga selalu diberikan nikmat sehat dan selalu menjadi suri tauladan bagi kami.

(7)

vi

terlebih kepada Dr. Sururin, M.Ag., Arief Mahmudi, S.Pd.I, Alimuddin, Aji Payumi, Junaedi, S.Pd.I, yang selalu menemani hari-hari penulis juga membantu terselesaikannya skripsi ini.

7. Segenap staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah yang telah memfasilitasi peminjaman buku dan referensi yang penulis perlukan. 8. Tak lupa juga buat teman-teman, abang-abang terlebih kepada Abang

Ust.Zainal Arif, Denmas Hadlir,S.Thi yang memberikan bantuan motivasi serta spiritual sehingga terselesaikan skripsi ini jasa-jasamu tak akan ku lupakan.

9. Serta teman-teman UIN Syarif Hidayatullah Jakarta A.Syahroni,SPd.I, Abd.Azis, SPd.I, Abd.Goni, SPd.I, Anshori, SPd.I, A.Sidrotul Muntaha, S.Pd.I, Hamdillah, Fahrurozi, Rifqi, Bang Irfan, Ali Mudasir, semua teman-teman yang tidak penulis sebutkan satu persatu tapi tidak akan mengurangi rasa cinta ini terhadap teman-teman.

10.Teman-teman IKMD, Abd.Rohim, Alfian Haikal, Mubin Nurdiansyah, Juned, A. Fadilah, S.Pd.I, Fauzi Ramadhan, Deden Supriadi, S.Pd.I, dan teman-teman IKMD yang lainnya terima kasih untuk semua yang telah di berikan, mudah-mudahan kita selalu beristiqomah dalam berjuang.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah mengharap ridha Allah Swt dan rasa syukur penulis yang tak terhingga. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis.

Jakarta, 08 Juni 2011 6 Rajab 1432 H

(8)

vii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL. ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : KAJIAN TEORI ... 7

A. Efektivitas ... 7

1. Pengertian Efektivitas…. ... 7

2. Prinsip Efektivitas. ... 8

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas. ... 8

4. Proses Belajar Secara Efektif. ... 9

5. Kriteria Efektivitas. ... 11

6. Indikator Efektivitas. ... 12

B. Pengertian Penyelenggaraan. . ... 15

(9)

B. Metode Penelitian ... 28

C. Tinjauan Pustaka ... 30

D. Fokus Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Analisis Data. ... 41

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 42

A. Gambaran Objek Penelitan ... 42

B. Kondisi Informan ... 53

C. Hasil Wawancara ... 53

D. Proses Pelaksanaan Bimbingan Skripsi. ... 54

E. Evaluasi Bimbingan Skripsi. ... 58

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(10)
(11)

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Pengelola Laboratoriu FITK

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Peran Guru menurut undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XI Pasal 40 ayat 2, disebutkan bahwa pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban :

1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis,

2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan

3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.1

Berikutnya, dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I, Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.2

Dengan demikian, guru sebagai pendidik memiliki tugas utama untuk mendidik, dalam jalur formal yang dilakukan secara profesional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yakni dijelaskan bahwa Standar Kompetensi

1

Yudhi Munadi dan Farida Hamid,Modul Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Jakarta : PLPG Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Jakarta), 2009, h.1

2

(13)

dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu : (1) kompetensi pedogogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Penjelasan keempat kompetensi tersebut adalah sebagai berikut.3

Pertama, kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru

berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda.

Kedua, guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan

kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Di sini guru dituntut untuk mampu membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya.

Ketiga, guru di mata masyarakat merupakan panutan yang perlu dicontoh

dan merupakan suri teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Melalui kemampuan sosial tersebut, dengan sendirinya hubungan kampus dengan masyarakat akan berjalan lancar, sehingga masyarakat akan dengan senang hati untuk ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan problematika yang dihadapi sekolah.

Keempat,kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru

dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu memperbaharui dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencuri informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru,

3

(14)

mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Berdasarkan UU dan Permendiknas di atas, kiranya dapat dijelaskan peran gurudalam melaksanakan tugasnya sebagai guru yang profesional. Peran guru yang dimaksud adalah berkaitan dengan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, dimana dalam proses tersebut terkandung multi peran dari guru.

Peranan guru meliputi banyak hal, diantaranya sebagai sumber belajar, pengelola kelas dan pembelajaran, fasilitator/mediator, Pembimbing, motivator, demonstrator dan sebagai evaluator. Secara bergantian satu persatu peranan guru tersebut dijelaskan bahwa Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang berpotensi dalam pembangunan, salah satunya dalam meningkatkan pengamalan beribadah siswa. Bagus tidaknya kualitas yang dihasilkan suatu lembaga pendidikan atau sekolah, bergantung pada sumber daya guru itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa kualitas seorang guru sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan yang lebih baik.4

Sebagai salah satu piranti penting dalam dunia pendidikan, guru hadir mendedikasikan sebagian besar waktunya di sekolah untuk anak didiknya, ia dituntut banyak untuk membina dan membimbing peserta didik agar menjadi manusia-manusia yang berperadaban mulia, berilmu pengetahuan yang luas, memiliki sikap dan watak yang baik, cakap dan terampil serta memiliki moral dan berakhlak mulia.

4

(15)

Abdullah „Ulwan berpendapat bahwa tugas guru ialah melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia. Sebagai pemegang amanat orang tua dan sebagai salah satu pelaksanaan pendidikan Islam, guru tidak hanya betugas memberikan pendidikan ilmiah. Tugas guru hendaknya merupakan kelanjutan dan sinkron dengan tugas orang tua, yang juga merupakan tugas pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberikan pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya.5

Untuk itu, guru pendidikan agama Islam mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik. Baik potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik berdasarkan ajaran agama Islam kearah terbentuknya kepribadian yang utama.

Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode, rasa tanggung jawab, pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual dan kesejawatan.

Untuk membangun siswa-siswa yang memiliki moral dan spritual yang handal maka di butuhkan guru yang memiliki kompetensi kepribadian yang handal di samping kompetensi yang lainnya. Salah satu kompetensi kepribadian yang di harapkan dalam konteks pendidikan Islam adalah di milikinya kecakapan dalam hal ubudiyahnya.

Berdasarkan kebutuhan tersebut FITK sejak berdiri sampai sekarang telah menyelenggarakan praktik ibadah dan qira’at untuk memberikan bekal kepada mahasiswa agar memiliki kecakapan ubudiyah sehingga guru tersebut dipandang mampu membina para siswanya di kemudian hari.

Praktik ibadah dan qira’at diberlakukan untuk semua mahasiswa FITK termasuk mahasiswa jurusan PAI.

Dari tujuan di atas jurusan Pendidikan Agama Islam mengembangkannya menjadi program-program yang diantaranya adalah program praktik qira’at.Program praktik telah ada sejak awal berdiri IAIN dengan

5

(16)

pembimbingan dalam 1 semester, dan diganti dengan test out pada tahun angkatan 2002-2009, dan akhirnya Program tersebut diubah kembali menjadi PIQI (Hafalan 1 juz dalam 1 Tahun) pada tahun 2009-sekarang.6

Dari perubahan-perubahan tersebut peneliti tertarik untuk membahas dan meneliti kenapa pada program praktik qira’at yang bertujuan untuk menghasilkan kajian keilmuan yang memberikan pengaruh pada wacana dan praktik Pendidikan Agama Islam sering berubah dan penulis menduga sepertinya FITK UIN Jakarta kurang mencari format Praktik qira’at yang efektif, dan hal ini penting dan menarik untuk diteliti.Sehingga penulis perlu mengkaji lebih dalam permasalahan tersebut dalam sebuah skripsi yang berjudul : “Efektivitas Penyelenggaraan Praktik Qira’at FITK UIN Jakarta Bagi Mahasiswa Jurusan PAI”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat mengidentifikasikan masalah pada beberapa item, yaitu :

1. Bagaimana Proses Bimbingannya?

2. Implemntasinya dalam Kendala Penyelenggaraan Bimbingan?

C.Pembatasan Masalah

Guna mencapai pembahasan yang maksimal, maka penulis membatasi penggarapan skripsi ini adalah seberapa efektivitasnya penyelenggaraan praktik qira’at di Laboratorium FITK UIN Jakarta bagi Mahasiswa Jurusan PAI.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalahan di atas, penulis dapat merumuskan masalahsebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi praktik qira’at di FITK UIN Jakarta ?

6

(17)

2. Bagaimana efektivitas penyelenggaraan praktik qira’at di FITK UIN Jakarta ?

E.Tujuan Penelitian

Penulisan skripsi ini bagi penulis bertujuan untuk tiga hal, yakni:

1. Dapat menjelaskan keefektivitasan penyelenggaraan praktikqira’at terhadap hasil nilai praktikan mahasiswa jurusan PAI.

2. Menjelaskan kendala apa saja yang dihadapi laboratorium FITK UIN Jakartaterhadap penyelenggaraan praktik qira’at bagi mahasiswa jurusan PAI.

F. Manfaat Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memiliki beberapa harapan sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui cara penyelenggaraanbimbingan yang baik dan benar. 2. Memilih metode bimbingan yang tepat untuk laboratorium FITK UIN

Syari Hidayatullah Jakarta dalam membimbing mahasiswa (khususnya mahasiswa PAI) agar lebih baik dalam membaca al-Qurân.

(18)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A.Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektivitas merupakan kata sifat dari kata efektif yang berarti “ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil; berhasil guna”.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti “dapat membawa hasil guna atau tepat guna”.2

Efektivitas adalah merupakan salah satu kriteria keberhasilan mahasiswa dalam pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan oleh Etzioni (1964) bahwa: “efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya”.3 Sesuatu dikatakan bisa efektif jika dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (telah direncanakan ) sebelum melakukan hal tersebut.

Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum efektivitas berarti ketercapaian suatu usaha dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi efektivitas mengajar dosen dan segi efektivitas belajar mahasiswa. “Efektivitas mengajar dosen terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan

1Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka), Cet.Ke-8, h.961

(19)

belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar mahasiswa terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh”.4

2. Prinsip Efektivitas

Prinsip efektivitas yang dimaksudkan adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan, dalam proses pendidikan, efektivitas dapat dilihat dari dua sisi, yakni :

a. Efektivitas mengajar pendidik berkaitan dengan sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dengan baik.

b. Efektivitas belajar anak didik, berkaitan dengan sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Menciptakan suatu proses belajar mengajar yang baik tidaklah mudah, hal ini disebabkan permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar begitu kompleks, dalam arti untuk menciptakan keadaan kondusif yang efektif sangatlah dipengaruhi oleh komponen-komponen yang ada dalam proses belajar mengajar itu sendiri baik yang sifatnya intern maupun ekstern. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar adalah:

a. Faktor Internal (faktor dari dalam mahasiswa), yakni kondisi /keadaan jasmani dan rohani mahasiswa.

b. Faktor Eksternal (faktor dari luar mahasiswa), yakni kondisi lingkungan sekitar mahasiswa;

4 Madya, Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Efthar offset, 1990), Cet. Ke-1,

(20)

c. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar mahasiswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran5

Selain dari beberapa hal di atas, faktor sistem pengolahan dan administrasi yang baik dalam suatu kampus juga dapat mempengaruhi efektif tidaknya kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan di bawah ini:

a. Faktor Mahasiswa, merupakan potensi yang harus dikembangkan. Di dalam mendidik atau membimbingnya harus melihat potensi-potensi yang ada pada diri anak didik tersebut, sehingga potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik pula.

b. Faktor Dosen

Belajar mengajar adalah aktivitas interaksi antara dosen dan mahasiswa. Di mana interaksi itu bukan hanya membutuhkan keterlibatan seorang dosen, sehingga terdapat feed back (timbal balik) di antara keduanya. Dosen pun harus menjadi suri teladan dan dapat mengantarkan anak didiknya ke arah tujuan yang telah ditentukan, melalui kegiatan bimbingan, pendidikan, latihan, dan pengarahan, maka sikap prilaku dan pengetahuanya dapat terbentuk dengan baik yang kemudian menjadi pribadi yang baik dan berkualitas.

c. Faktor Lingkungan

Adapun yang dimaksud dengan lingkungan adalah bagaimana menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan di lingkungan tempat mahasiswa belajar, sehingga membantu kegiatan belajar mengajar, seperti rasa aman, suasana yang bersih, keindahan, ketertiban, dan kekeluargaan.

4. Proses Belajar secara Efektif

Efektivitas di dalam proses belajar, meliputi:

(21)

a. Proses Belajar adalah proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh pelajar pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan disajikan di kampus atau lembaga, baik yang terjadi di kelas maupun di luar kelas.

b. Proses Mengajar adalah proses yang dilakukan oleh seorang dosen dalam melaksanakan peranannya dalam proses kegiatan belajar yang direncanakan.

Penulis memandang bahwa yang esensial dari suatu lembaga pendidikan Kampus adalah terjadinya proses belajar. Gedung, dosen, sarana pendidikan dan berbagai fasilitas pendidikan lainnya tidak akan berarti tanpa adanya suatu proses belajar yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dibebankan pencapaiannya oleh lembaga pendidikan Kampus.

Semua instrumental input hanya berarti sepanjang menunjang terlaksananya proses belajar yang relevan dan berkualitas. Proses belajar yang berkualitas dan relevan tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu direncanakan dan terprogram.

Dimensi pertama dari sistem kurikulum adalah tujuan pendidikan yang dibebankan pencapaiannya kepada pendidikan Kampus. Ditekankan di sini bahwa istilah yang dibebankan pencapaiannya kepada Kampus mengingat bahwa Kampus perlu dibatasi tanggung jawabnya dan bahwa ada lembaga pendidikan lainnya yang lebih efektif dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.

Oleh karena itu, pada tingkatan proses pemilihan tujuan pendidikan dan penetapan tujuan-tujuan pendidikan Kampus, perlu dilakukan secara sistematis. Kalau tidak demikian dapat terjadi tujuan-tujuan pendidikan yang ditetapkan bukan tujuan yang paling tepat dicapai melalui pendidikan Kampus, melainkan melalui lembaga pendidikan lainnya.

(22)

karena itu, bila waktu yang terbatas ini tidak dimanfaatkan secara optimal maka yang akan terjadi adalah potensi yang dimiliki Kampus tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.

Dalam kerangka pemikiran ini maka materi pendidikan yang akan disajikan perlu dipilih dari lingkup yang paling esensial dan paling ampuh sebagai objek belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Materi kurikulum yang dapat dipilih pun tidak dengan sendirinya dapat diciptakan suatu proses belajar yang bermutu tanpa disajikan dalam kerangka strategi belajar-mengajar yang memadai.

Tujuan yang ditetapkan, materi belajar yang dipilih, dan strategi belajar yang direncanakan belum dapat secara optimal mencapai tujuan tanpa ditunjang oleh suatu sistem evaluasi dan sistem adminitrasi kurikulum yang tepat guna.

Semua dimensi yang dikemukakan di atas, yaitu tujuan pendidikan, materi pembelajaran, strategi belajar-mengajar, sistem evaluasi dan sistem administrasi pelaksanan kurikulum, adalah bagian-bagian terpadu dari sistem kurikulum.

Penulis memandang bahwa kurang efektifnya sistem pendidikan sebagai yang terbukti dari berbagai hasil penelitian, diperkirakan disebabkan oleh tidak ditanganinya keseluruhan sistem kurikulum tersebut secara sistematik, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya.6

5. Kriteria Efektivitas

Kreitner menyebutkan ada empat pendekatan multidemonsional dalam mengukur keefektifan organisasi yang juga dapat dijadikan sebagai kriteria efektivitas yaitu terdiri dari: “pencapaian tujuan, tersedianya sumber daya, proses internal, dan kepuasan anggota”.7

a. Pencapaian Tujuan

6Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. Ke-1, h.49-54

(23)

Pencapaian tujuan banyak digunakan dalam pengukuran keefektivitasan organisasi. Hasil-hasil output organisasi dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Tersedianya Sumber Daya

Kriteria yang kedua ini lebih berkaitan dengan input dari pada output organisasi dipandang efektif jika memiliki faktor-faktor produksi seperti bahan mentah, tenaga kerja, modal, keahlian manajerial, dan teknis.

c. Proses Internal

Kriteria keefektivitasan ketiga mengacu pada pendekatan “ sistem kesehatan”. Organisasi dikatakan sebagai sistem kesehatan jika saluran informasi berjalan baik, adanya loyalitas pegawai, adanya komitmen, kepuasan kerja, dan kepercayaan. Tujuan bisa disusun berdasarkan proses internal ini.

d. Kepuasan Anggota

Organisasi bergantung pada orang dan sikap terhadap hidupnya. Akibatnya, kepuasan adalah kunci bagi pengukuran efektivitas organisasi. Dalam organisasi, biasanya terdiri atas orang-orang yang memiliki interes tertentu. Tidak jarang dalam organisasi terjadi konflik inters. Kuncinya adalah bagaimana pemimpin organisasi membuat keseimbangan para anggota dalam mencapai kepuasan, walaupun dalam kadar minimal, dalam semua urusan.

6. Indikator Efektivitas dalam Pembelajaran al-Qur’an

Untuk mengetahui apakah temuan belajar telah tercapai secara efektif atau tidak maka dapat diketahui dengan tingkat prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai oleh mahasiswa. “Tingkat keberhasilan dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf, yaitu istimewa (maksimal), baik sekali (optimal), baik (minimal), dan kurang”.8

(24)

a. Istimewa/maksimal : Apabila seluruh (100%) bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh mahasiswa.

b. Baik sekali/optimal : Apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh mahasiswa.

c. Baik/minimal : apabila hanya (60%-75%) bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh mahasiswa.

d. Kurang : Apabila bahan pengajaran yang diajarkan itu kurang dari 60% dapat dikuasai oleh mahasiswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran ini maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik sekali bila dapat mencapai minimal 80% dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Suatu proses bealajar dapat dikatakan efektif jika telah diuji melalui beberapa kriteria efektivitas, baik efektivitas bagi dosen, maupun bagi mahasiswa. Sebagaimana telah ditemukan oleh tim penyusun didaktik metodik kurikulum IKIP Surabaya, bahwa demi ketetapan dan keobjektifan dalam pengamatan dan penilaian terhadap proses belajar mengajar seorang dosen, maka perlu digunakan sebuah daftar pertimbangan dan penilaian efektivitas mengajar yang berisi 10 kriteria efektivitas mengajar yang perlu diperhatikan oleh para pengajar yaitu sebagai berikut :

1. Persiapan : seperti peralatan mengajar , buku pegangan dan sebagainya.

2. Sikap dosen harus berwibawa dan suara di dalam mengajar harus jelas.

3. Perumusan kompetensi dasar, harus dinyatakan secara kongkrit. 4. Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 5. Menguasai bahan pelajaran.

6. Penguasaan situasi kelas.

(25)

9. Jalan pengajaran atau proses pengajaran haruslah efektif dan efisien. Serta teknik evaluasi yang harus disesuaikan dengan perubahan tingkah laku mahasiswa yang diharapkan.9

Menurut Nana Sudjana (1989), indikator-indikator efektivitas pembelajaran meliputi :

1. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum. 2. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh dosen. 3. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh mahasiswa.

4. Interaksi antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dan mahasiswa.

5. Keikutsertaan mahasiswa dalam proses pembelajaran. 6. Motivasi mahasiswa meningkat.

7. Keterampilan dan kemampuan dosen dalam menyampaikan materi. 8. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa.10

Sedangkan indikator-indikator efektivitas dalam pembelajaran al-Qur’an adalah :

a. Anak didik dapat membaca al-Qur’an dengan cepat dan bertajwid. b. Mahasiswa mampu membaca al-Qur’an dengan baik dalam waktu

minimal 7 bulan.

c. Mahasiswa mampu membaca al-Qur’an tanpa ditunjuk dalam waktu yang singkat.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, metode pembelajaran al-Qur’an bisa dikatakan efektif apabila: Dosen menguasai kelas, dosen menguasai materi pelajaran, dosen menguasai metode pengajaran, target kurikulum tercapai dan nilai kemampuan baca al-Qur’an mahasiswa, dan mahasiswa dapat menyelesaikan materi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Efektivitas pembelajaran hakekatnya adalah usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran “ tepat pada sasaran ”. Baik dari segi penggunaan waktu, tenaga, dana, dan sarana. Hal ini sejalan dengan beberapa pendapat para ahli sebagai berikut:

9Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993) Cet. Ke-5, h. 164-166

(26)

Oemar Hamalik menyatakan bahwa: “Proses pengajaran dapat terselenggara secara lancar, efisien, dan efektif berkat adanya interaksi yang positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai komponen yang terkandung di dalam sistem pengajaran tersebut”. Lebih lanjut ia menyatakan, “Pengajaran akan berjalan lebih efektif, apabila dosen dan mahasiswa mempergunakan alat/media yang memadai”.

Senada dengan pendapat Oemar Hamalik dan Azhar Arsyad menegaskan bahwa, “Dengan media tersebut terciptalah lingkungan pengajaran yang interaktif yang memberikan respons terhadap kebutuhan belajar mahasiswa dengan jalan menyiapkan kegiatan belajar yang efektif guna menjamin terjadinya belajar”. Sedangkan Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa ”Media adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektivitas serta efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan seoptimal mungkin”.

Dari pendapat para ahli di atas berarti, bahwa keefektifan suatu proses pembelajaran harus memuat sejumlah komponen yang saling berinterelasi, sedangkan dengan keberadaan media, maka pembelajaran akan lebih interaktif dan berjalan secara efektif dalam situasi lingkungan yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B.Pengertian Penyelenggaraan

Pengertian penyelenggaraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengurus atau mengusahakan sesuatu, melakukan atau melaksanakan.11

Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaraan merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dunkin dan Biddle (1974:38), proses pembelajaran berada dalam empat

(27)

varaibel interaksi, yaitu : 1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; 2) variabel konteks tanda (contex variables) berupa peserta didik; 3) variabel proses (process variables); dan 4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempat variabel pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik. Berikut uraian pengelolaan variabel pembelajaraan.12

Pengelolaan siswa dalam kurikulum berbasis kompetensi merupakan “produsen” artinya siswa sendirilah yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam: pandai, sedang, dan kurang. Karenanya, guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan, berkelompok, berdasarkan kemampuan sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu yang kurang, dan kapan siswa dikelompokan secara campuran sebagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya.

Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi dimensional. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapa pun, kapan pun dan di mana pun. Karena itu bisa saja siswa merasa tidak butuh dengan proses pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol atau lingkungan terkendali. Waktu belajar bisa saja waktu yang bukan dikehendaki siswa.

Guru dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya. Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Andree, ada beberapa macam pengelompokan siswa, di antaranya :

1. Task planing groups, bentuk pengelompokan berdasarkan rencana tugas

yang akan diberikan oleh guru.

2. Teaching groups, kelompok ini bisa digunakan untuk groups teaching,

dimana guru memerintahkan suatu hal, siswa yang ada pada tahap yang sama mengerjakaan tugas yang sama pada saat yang sama.

3. Seating groups, pengelompokan yang bersifat umum; dimana 4-6 siswa

duduk menglilingi satu meja.

12 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaraan Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

(28)

4. Join learning groups, pengelompokan siswa di mana satu kelompok

siswa bekerja dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok yang lain. Hasilnya mungkin seperangkat yang saling terkait.

5. Collaboative-groups, kelompok kerja yang menitikberat-kan pada kerja

sama tiap individu dan hasilnya sebagai sesuatu yang teraplikasi.13

Pengelolaan Guru pengetahuan adalah abstraksi dari apa yang dapat diketahui dalam jiwa orang yang mengetahuinya. Pada dasarnya pengetahuan tidak bersifat spontan, melainkan pengetahuan harus diajarkan dan dipelajari. Dengan kata lain pengetahuan itu harus diusahakan. Awal pengetahuan terjadi karena panca indera berinteraksi dengan alam nyata. Firman Allah Swt. Dan

Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya (QS. 2:31).

Menurut Ikhwan al-Shafa, sebelum terjadi interaksi terdapat pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Hal yang pertama kali yang menimbulkan kekaguman kita terhadap para ahli pendidikan muslim terdahulu adalah penghargaan mereka terhadap persoalan pendidikan yang sangat tinggi, bahkan mereka menilainya sebagai wujud tanggung jawab moral yang sangat luhur. Mereka menganggap tugas mengajar bukan sekadar sebagai porfesi kerja, melainkan lebih sebagai tuntunan kewajiban agama. Rasa keagamaan yang sangat kuat akan tanggung jawab agama mengimplikasikan pada kesepakatan para ahli dan pemerhati pendidikan muslim terhadap semacam “kode etik” pengajaran. Beberapa prinsip dasar kode etik tersebut sebagaimana dikemukakan oleh M. Jawad Ridla dalam bukunya al-Fikr al-Tarbawiyyu al-Islamiyyu Muqaddimat fi

ushulih al-Ijtima’iyyati wa al-aqlaniyyati yaitu:

1. Keharusan ilmu dibarengi dengan pengamalan ilmunya. Ia harus menyatukan antara ucapan dan perbuatannya, sebab ilmu itu diketahui dengan mata batin, sedangkan amal perbuatan diketahui dan disaksikan dengan mata lahir. Dan sementara orang yang bertumpu pada mata lahirnya lebih banyak, sehingga bila amal perbuatan guru itu bertentangan dengan ilmu yang dimilikinya, maka ia telah mengabaikan misi mendakwahkan kebenaran kepada orang lain. Sabda Rasulullah

(29)

Saw. Manakala manusia telah menguasai ilmu, sementara meninggalkan

pengamalannya; saling mencintai dengan lisan tetapi saling membenci

dalam hati, dan saling memutuskan hubungan persaudaraan, maka

ketika itu Allah Swt. melaknat mereka, lalu membuat telinga mereka tuli

dan mata mereka buta (HR. Ath-Thabraniy).

Al-Ghazali mengingatkan para guru berkenaan dengan pengamalan ilmu tersebut sebagaimana ucapannya: “Waspadalah wahai para guru, jangan sampai kamu itu menjadi orang yang hanya pintar mengajar dan mengingatkan saja, karena ini bisa menimbulkan bencana besar, kecuali kamu bersedia lebih dulu mengamalkan apa yang kamu ucapkan, baru kemudian menasehati orang.”

2. Bersikap kasih sayang terhadap siswa, dan memperlakukan mereka seperti putra-putrinya sendiri. Sabda Rasulullah Saw. “Sesungguhnya aku ini bagi kamu, seperti seorang ayah bagi putra-putrinya.” (HR. Abu Daud) Hal ini menunjukan bahwa menjadi kewajiban seorang murid dan guru untuk saling menyayangi dan mengasihi, sebagaimana mereka saling mengasihi dan menyayangi dengan ayah dan ibu mereka.

3. Menghindarkan diri dari ketamakan. Seorang guru seyogianya menghindarkan diri dari ketamakan. Dan komersialisasi ilmu; dan semestinya guru mempunyai himmah (cita-cita) tinggi, tidak rakus terhadap kekayaan orang lain. Sabda Rasulullulah Saw. “Waspadalah sikap tamak, karena ia sebenarnya adalah kemiskinan yang terselubung.” Dalam sabda lainnya: “Semua manusia berada dalam kemiskinan, karena ketakutannya karena kemiskinan itu.” Hal ini sangat jelas menunjukan bahwa guru seharusnya tidak menjadikan ilmunya sebagai sarana mencapai tujuan dunia semata.

(30)

ayat 149 “jika kamu melahirkan sesuatu kesalahan orang lain, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.”

5. Menghargai kebenaran. “Para guru adalah “penyampai” kebenaran, mereka berkewajiban menghargai kebenaran dan komitmen memegangnya. Mereka berkewajiban memiliki “etos” keilmuan, sehingga dengan senang hati melakukan kajian penelitian untuk senantiasa melakukan perbaikan.

6. Keadilan dan keinsafan. Apabila para ulama itu adalah pewaris Nabi, sementara para Nabi diperintahkan untuk merealisasikan keadilan di kalangan umat manusia, maka para guru dituntut lebih banyak dibandingkan dengan yang lain untuk berpegang pada nilai-nilai keadilan. Karenanya, seorang guru harus selalu insaf (memiliki kesadaran dan rasa empati) pada saat mengadakan penelitian, melakukan pembicaraan, dan menyampaikan ilmu serta mendengarkan pertanyaan murid).

7. Rendah hati. Seorang guru hendaknya meninggalkan sikap keras kepala dan berlagak serba tahu. Seorang guru hendaknya lebih mengedepankan ketulusan dan kejujuran jika menghadapi berbagai persoalan. Jika ia ditanya tentang sesuatu yang belum diketahuinya, hendaknya ia menjawab: entah, saya belum tahu (Ibn Jamaah dalam tadzkirat).

8. Ilmu adalah untuk pengabdian kepada orang lain. Seorang guru harus menyadari bahwa tujuan utama dari ilmu adalah memberi manfaat bagi orang lain. Jadi relasi manusia dengan ilmu dari sisi sebagai guru dan para muridnya adalah ibarat ukiran tanah liat akan terukir dengan suatu gambar yang tidak pernah digoreskan di atasnya, dan bilakah bayangan tongkat akan tampak lurus, sedangkan tongkatnya bengkok? Firman Allah SWT. “Akankah kamu menyuruh manusia melakukan kebajikan, sementara kamu melupakan dirimu sendiri?”

(31)

Dewantara telah menggariskan pentingnya peranan guru dalam proses pendidikan dengan ungkapan:

1. Ing ngarsa sung tulada berarti di depan memberi teladan. Asas ini sesuai

prinsip modeling yang dikemukakan oleh Sarason (1972) atau Bandura (1977). Sarason dan Bandura sama-sama menekankan pentingnya

modeling atau keteladanan yang merupakan cara yang paling ampuh

dalam mengubah perilaku inovasi seseorang.

2. Ing madya mangun karsa berarti di tengah menciptakan peluang untuk

berprakasa. Asas ini memperkuat peran dan fungsi guru sebagai mitra setara (ditengah), serta sebagai fasilitator (menciptakan peluang). Asas ini menekankan pentingnya produkitivitas dalam pembelajaran. Dengan menerapkan asas ini para guru perlu mendorong keinginan berkarya dalam diri peserta didik sehingga mampu membuat suatu karya. Asas ini sesuai dengan prinsip pedagogik produktif yang menekankan produktivitas pembelajaran dalam mencapai hasil belajar.

3. Tut wuri handayani artinya dari belakang memberikan dorongan dan

arahan. Hal ini mempunyai makna yang kuat tentang peran dan fungsi guru. Para guru perlu berperan sebagai pengarah atau pembimbing yang tidak membiarkan peserta didik melakukan hal yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian, para guru perlu menjadi fasilitator agar dorongan dan bimbingan dapat terwujud dalam perubahan prilaku peserta didik. Peran guru sebagai mitra juga tersirat dalam asas

tut wuri handayani. Fungsi pembimbing dan pendorong tidak

menempatkan para guru pada hierarki teratas dalam pembelajaran. Guru mempunyai fungsi setara atau pembimbing dan pendorong.14

Pengertian Bimbingan dipandang dari segi terminologi maka di sini kita menghadapi dua macam istilah yaitu bimbingan dan istilah penyuluhan. Istilah bimbingan terjemahan dari “guidance” dan istilah penyuluhan atau konseling terjemahan dari “counseling”.

(32)

Bimbingan merupakan suatu tuntutan atau pertolongan. Bimbingan

merupakan suatu tuntutan, ini mengandung suatu pengertian bahwa didalam memberikan bantuan itu bila keadaan menuntut adalah menjadi kewajiban bagi para pembimbing memberikan bimbingan secara aktif kepada yang dibimbingnya. Di samping itu pengertian bimbingan juga mengandung pengertian memberikan bantuan atau pertolongan di dalam pengertian bahwa dalam menentukan arah dapatlah diserahkan kepada yang dibimbingnya. Bimbingan dapat diberikan baik untuk menghindari kesulitan-kesulitan atau pun untuk mengatasi persoalan-persoalan atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupannya; ini berarti bahwa bimbingan itu dapat diberikan baik untuk mencegah agar kesulitan itu tidak atau jangan timbul, dan dapat diberikan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang telah menimpa individu, jadi lebih bersifat memberikan koreksi atau penyembuhan dari pada sifat pencegahan.

C.Pengertian Metode Praktik

Menurut kamus Bahasa Indonesia kata praktik ialah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut, ataau praktikan seorang yang mengikuti praktikum dan praktikum ialah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan menguji dan melaksanakan apa yang diperoleh pelajaran praktik.15

Praktik penggunaan metode mengajar dalam praktiknya, metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Berikut akan dikemukakan kemungkinan kombinasi metode mengajar.

1. Ceramah, Tanya Jawab, dan Tugas

Mengingat ceramah banyak segi yang berkurang menguntungkan, maka penggunaanya harus didukung dengan alat dan media atau dengan metode lain. Karena itu, setelah guru memberikan ceramah, maka dipandang perlu untuk memberikan kesempatan kepada siswanya mengadakan tanya jawab. Tanya jawab ini diperlukan untuk mengetahui

(33)

metode ceramah. Untuk lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap bahan yang telah disampaikan, maka pada tahap selanjutnya siswa diberi pekerjaan rumah, diskusi, dan sebagainya.

2. Ceramah, Diskusi, dan Tugas

Penggunaan ketiga jenis mengajar ini dapat dilakukan diawali dengan pemberian keapda siswa tentang bahan yang akan didiskusikan oleh siswa, lalu memberikan masalah untuk didiskusikan. Kemudian diikuti dengan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa.

Ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan/informasi mengenai bahan yang akan dibahas dalam diskusi, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pada akhir kegiatan diskusi siswa diberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan saat itu juga. Maksudnya untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa melalui diskusi tersebut. Dengan demikian, tugas ini sekaligus merupakan umpan balik bagi guru terhadap hasil diskusi yang dilakukan siswa.

3. Ceramah, Demonstrasi, dan Eksperimen

Penggunaan metode demonstrasi selalu diikuti dengan eksperimen. Apapun yang didemonstrasikan, baik oleh guru maupun oleh siswa (yang dianggap mampu untuk melakukan demonstrasi), tanpa diikuti dengan eksperimen tidak akan mencapai hasil yang efektif. Dalam melaksnakan demonstrasi, seorang demonstrator menjelaskan apa yang akan didemonstasikannya (biasanya suatu proses), sehingga semua siswa dapat mengikuti jalannya demonstrasi tersebut dengan baik.

(34)

4. Ceramah Sosiodrama, dan Diskusi

Sebelum metode sosiodrama digunakan, terlebih dahulu harus diawali dengan penjelasan dari guru tentang situasi sosial yang akan didramatisasikan oleh para pemain/pelaku. Tanpa diberikan penjelasan, anak didik tidak akan dapat melakukan perananya dengan baik. Karena itu, ceramah mengenai masalah sosial yang akan didemonstrasikan penting sekali dilaksanakan sebelum melakukan sosiodrama.

Sosiodrama adalah sandiwara tanpa naskah (skript) dan tanpa latihan terlebih dahulu, sehingga dilakukan secara spontan. Masalah yang didramatasikan adalah mengenai situasi sosial. Sosiodrama akan menarik bila pada situasi yang sedang memuncak, kemudian dihentikan. Selanjutnya diadakan diskusi, bagaimana jalan cerita seterusnya, atau pemecahan masalah selanjutnya.

5. Ceramah, Problem Solving, dan Tugas

Pada saat guru memberikan pelajaran kepada siswa, adakalanya timbul suatu persoalan/masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya penjelasan secara lisan melalui ceramah. Untuk itu guru perlu menggunakan metode pemecahan masalah atau problema solving,sebagai jalan keluarnya. Kemudian diakhiri tugas-tugas, baik individu maupun tugas kelompok, sehingga siswa melakukan tukar pikiran dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Metode ini banyak menimbulkan kegiatan belajar siswa yang optimal.

6. Ceramah, Demonstrasi, dan Latihan

(35)

Sedangkan demonstrasi yang dimaksudkan untuk mempergunakan atau mempertunjukan suatu kesimpulan yang akan dipelajari siswa.16 a. Langkah-langkah mempersiapkan ceramah yang efektif

1) Rumusan tujuan instruksional khusus yang luas.

2) Selidiki apakah metode ceramah merupakan metode yang paling tepat.

3) Susun bahan ceramah. Gunakan “bahan pengait” atau advance organizer, yaitu materi yang mendahului kegiatan belajar yang tingkat abstraksinya dan inklusivitasnya lebih tinggi dari kegiatan belajar tersebut, tetapi berhubungan secara intergal dengan bahan baru itu.

4) Penyampaian bahan: keterangan singkat tapi jelas, gunakan papan tulis. Bila perlu katakan dengan kata-kata lain. Berikan ilustrasi, beri beberapa contoh yang singkat, kongkret, dan yang telah dikenal oleh siswa. Carilah balikan (feedback) sebanyak-banyaknya selama berceramah dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Selanjutnya buatlah ikhtisar yang berfungsi memberikan informasi mengenai bahan pelajaran yang akan diberikan secara garis besar. Ikhtisar juga berfungsi sebagai panduan selama guru mengajar, juga berfungsi menghemat waktu mencatat, merangsang siswa untuk berpikir bila disertai dengan pertanyaan-pertanyaan. Adakah resume, dan sebut kembali rumusan-rumusan yang penting.

5) Adakan rencana penilaian. Tentukan teknik dan prosedur penilaian yang tepat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan khusus yang telah dirumuskan.

b. Metode ceramah hanya cocok 1)Untuk menyampaikan informasi. 2)Bila bahan ceramah langka

16 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT.Rineka

(36)

3)Kalau organisasi sajian harus disesuaikan dengan sifat penerima. 4)Bila perlu membangkitkan minat

5)Kalau bahan cukup diingat sebentar

6)Untuk memberi pengantar atau petunjuk bagi format lain. c. Metode ceramah tidak cocok:

1) Kalau tujuan belajar bukan perolehan informasi. 2) Untuk retensi jangka panjang

3) Untuk bahan yang kompleks, terinci, dan abstrak.

4) Kalau keterlibatan siswa penting bagi pencapaian tujuan. 5) Bila tujuan bersifat kognitif tingkat tinggi

6) Bila tingkat kemampuan dan pengalaman siswa kurang

7) Bila tujuan untuk mengubah sikap dan menanmkan nilai-nilai 8) Bila tujuan untuk mengembangkan psikomotor

d. Metode tanya jawab

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan:

1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan.

3) Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya.

4) Menuntun proses berpikir siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.

5) Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.

e. Teknik bertanya

(37)

Oleh karena itu aspek teknik dari pertanyaan harus pula dipakai dan dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan:

(38)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijabarkan tentang metode penelitian yang terkait dengan Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data.

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang beralamat di Jl.Ir H.Juanda No.95 Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun pemilihan lokasi penelitian tersebut didasarkan pada alasan bahwa tempat tersebut merupakan tempat penulis mengenyam pendidikan. Jadi disamping menghemat biaya juga memudahkan penulis melakukan pengamatan terhadap fenomena pendidikan yang mungkin saja terjadi dan menunjang bagi keperluan penelitian.

Laboratorium FITK UIN ini sebagai tempat yang penyelenggaraan Praktik Ibadah dan Qiraat (PIQI) bagi seluruh mahasiswa FITK. Dimana penyelenggaraan praktik itu dilakukan dalam bimbingan dan pembinaan terhadap mahasiswa dalam melaksanakan upacara-upacara ritual (ibadah) secara baik dan benar (sah) menurut hukum islam dan mampu secara terampil membaca al-Quran dengan baik, benar, fasih, dan lancar.

(39)

B.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah kualitatif, yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati.1 Penggunaan metode ini dikarenakan beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan resonden. Ketiga, metode iini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yag dihadapi.2 Teori yang digunakan untuk pembahasan skripsi ini adalah teori tentang penyelenggaraan laboratorium di FITK UIN Jakarta.

1. Pendekatan Studi

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem penyelenggaraan laboratorium FITK UIN Jakarta, pendekatan dengan melihat persolan yang dikaji apakah sesuai dengan hasil nilai yang telah dicapai oleh mahasiswa dengan penyelenggaraan PIQI laboratorium FITK UIN Jakarta.

2. Jenis Penelitian

a. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara langsung ke lapangan guna mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini.

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji buku-buku, literatur dan dokumen pendukung lainnya yang relevan dengan pembahasan judul skripsi ini. 3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan.3 Dan yang menjadi subjek penelitian adalah Laboratorium FITK sebagai

1Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

2004), h. 3

2

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif..., h.10

3

(40)

penyelenggra bimbingan praktik qira’at. Sedangkan objek penelitian adalah cara penyelenggaraan bimbingan praktik qira’at di Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

4. Sumber Data

Dalam Penyusunan skripsi ini digunakan 2 (dua) sumber data: a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah berkas-berkas yang berkaitan dengan penyelenggaraan bimbingan praktik qira’at dan hasil wawancara dengan penyelenggara bimbingan praktik qira’at yaitu Kepala Laboratorium dan dosen pembimbing praktik qira’at.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur kepustakaan seperti buku-buku, kitab-kitab, pedoman, perundangan dan berbagai sumber yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini. 5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Dokumentasi, yaitu dengan cara memperoleh data dengan menelusuri dan mempelajari data dari dokumen-dokumen berkas laboratorium FITK UIN Jakarta. Selain itu, dilakukan penelusuran dan pengkajian terhadap berbagai tulisan yang berkaitan dengan pembahasan ini, dalam aspek penyelenggaraan laboratorium FITK UIN Jakarta untuk mempertajam analisis terhadap efektivitas penyelenggaraan praktik laboratorium FITK UIN Jakarta.

b. Interview (wawancara), yaitu pengumpulan data dengan menggunakan pedoman wawancara. Adapun pihak yang diwawancarai adalah penglolah laboratorium, dosen pembimbing praktik, mahasiswa praktikan.

6. Pengolahan dan Analisa Data

(41)

menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu. Setelah data yang sudah diklasifikasikan muncul dari ketentuan normatif dan yuridis, kemudian diadakan analisis data untuk ditarik sebuah kesimpulan berdasarkan pedoman sumber-sumber tertulis.

7. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini bersifat deskriptif analisis, yaitu memberikan gambaran terhadap subjek dan objek penelitian untuk ditarik sebuah kesimpulan, adapun penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

C.Tinjauan Pustaka

Pada penelitian skripsi ini, penulis lebih menekankan pada Efektivitas Penyelenggaran Praktik Laboratorium FITK UIN Jakarta Bagi Mahasiswa Jurusan PAI. Studi pustaka dalam penelitian ini diantaranya adalah berkas-berkas yang berkaitan dengan penyelenggaraan bimbingan praktik qira’at dan hasil wawancara dengan penyelenggara bimbingan praktik qira’at yaitu Kepala Laboratorium dan dosen pembimbing praktik qira’at dengan buku-buku lain yang relevan dengan tema skripsi ini sebagai referensi pendukung.

D.Fokus Penelitian 1. Laboratorium FITK

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) bertanggungjawab dalam pengembangan kompetensi paedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.

(42)

Atas dasar pemikiran tersebut, FITK sangat berkepentingan untuk memberikan bimbingan atau pembinaan ubudiyah dan spritual kepada para mahasiswa. Demikian itu, agar mahasiswa dan alumni FITK tidak hanya memiliki kedalaman pengetahuan dan ketinggian pemikiran keislaman, tetapi juga mampu menunjukan perilaku hidup yang bermoral dan patuh kepada hukum agama. Termasuk di dalam hukum kategori ini adalah kemampuan menjalankan upacara-upacara ritual (ibadah) secara baik dan benar (sah) menurut hukum Islam bahkan mampu memimpin masyarakat dalam melaksanakan ibadah itu.4

Kegiatan praktikum ibadah dan qira’at ini didasarkan atas landasan moral yakni :

a. Tanggung jawab institusi FITK terhadap kesahihan pelaksanakan ibadah dan qira’at para mahasiswa.

b. Memelihara citra yang baik di masyarakat terhadap FITK UIN Jakarta.

Adapaun landasan formal kegiatan praktikum tersebut adalah Peraturan Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 03, Tahun 1978, Bab III, Pasal 9 Ayat 1.

Agar praktik ibadah dan qira’at ini terlaksana secara efisien dan efektif, maka disusunlah buku Panduan Praktikum Ibadah dan Qira’at ini.

2. Tujuan Laboratorium Praktikum Qira’at

Adapun tujuan dari laboratorium praktikum qira’at adalah5

:

a. Kemampuan dan keterampilan membaca seluruh ayat suci al-Qur’an dengan baik, benar, fasih dan lancar.

b. Hafalan surat-surat al-Qur’an dan ayat-ayat al-Qur’an tertentu yang sering dibaca atau digunakan dalam kegiatan ibadah sehari-hari. c. Membaca, mempelajari dan mengamalkan al-Qur’an.

d. Kemampuan memimpin masyarakat dalam penyelenggaraan qira’ah.

4

Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Praktikum Ibadah da Qira’at

(PIQI), (Jakarta:Laboratoriu FITK, 2011), h.1-2

5

(43)

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PIQI

Praktikum ibadah dan qira’at dilaksanakan sepanjang semester I dan II (satu tahun), yakni sebanyak 16 (enam belas) kali tatap muka yang secara teknis waktu dan tempatnya didasarkan pada kesepakatan antara dosen pembimbing dengan mahasiswa.6

4. Pembiayaan Program PIQI

Biaya penyelenggaraan program PIQI ini bersumber dari7 :

a. DIPA (Dana Isian Pelaksanaan Anggaran) yang berasal dari dana SPP dan praktikum.

b. DOP (Dana Operasional Pendidikan).

c. Sumber-sumber lain yang halal, legal, dan tidak meningkat.

5. Organisasi Pelaksana PIQI

Kegiatan Praktikum Ibadah dan Qira’at (PIQI) secara institutional di bawah tanggung jawab pembantu Dekan FITK, secara akademik di bawah tanggung jawab Pembantu Dekan Bidang Akademik sebagai pengarah program, dan secara implementatif merupakan tanggung jawab Laboratorium FITK.8

6. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab9 a. Penanggung Jawab

1) Menerbitkan kebijakan tentang pelaksanaan PIQI 2) Menetapkan arah kebijakan umum pelaksanaan PIQI 3) Menetapkan dosen pembimbing PIQI

4) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan PIQI b. Pengarah

6

Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Praktikum..., h.4

7

Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Praktikum..., h.4

8

Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Praktikum..., h.9

9

(44)

1) Memberikan pengarahan kepada pelaksana PIQI tentang implementasi kegiatan.

2) Memotivasi praktikan agar pelaksanaan PIQI berjalan efisien dan efektif.

3) Berpartisipasi dalam melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PIQI.

c. Pelaksana

1) Mengatur dan bertanggung jawab secara teknis pelaksanaan PIQI secara keseluruhan.

2) Menyiapkan dan mengadministrasikan calon peserta PIQI.

3) Melaksanakan administrasi PIQI, termasuk menyusun rencana kebutuhan bahan, alat, dan sarana yang dibutuhkan untuk keperluan kerja tata usaha.

4) Berkoordinasi dengan bagian terkait. 5) Merekomendasikan dosen pembimbing.

6) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan PIQI sekurang-kurangnya satu kali dalam satu priode. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara mengumpulkan semua ketua rombel (atau yang mewakili). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik angket dan tanya jawab.

7) Mengolah dan menerbitkan nilai PIQI. 8) Membuat publikasi kegiatan PIQI. 9) Melaporkan kegiatan PIQI kepada Dekan

7. Mahasiswa Praktikan

Mahasiswa praktikan atau mahasiswaa peserta PIQI adalah mahasiswa semester I dan II. Setiap peserta PIQI diwajibkan melaksanakan tata tertib pelaksanaan PIQI (Bab V) dan melaksanakan setiap tahapan kegiatan sebagaimana telah dijelaskan pada bab II10, yakni :

a. Mengikuti proses kegiatan PIQI sampai lulus.

10

(45)

b. Mempelajari modul PIQI secara mandiri :

1) Membuat catatan untuk materi-materi yang belum dipahami untuk ditanyakan kepada dosen pembimbing saat dilakukan tatap muka. 2) Memahami dan menghafal materi ajar.

3) Bila beberapa jenis kecakapan telah siap untuk diujikan mintalah untuk bertatap muka.

c. Membawa al-Qur’an pada setiap melakukan tatap muka dengan dosen pembimbing.

d. Membawa modul PIQI pada setiap melakukan tatap muka dengan dosen pembimbing.

e. Membawa kartu bimbingan pada setiap melakukan tatap muka dengan dosen pembimbing.

f. Mengisi absensi dalam bentuk paraf/tanda tangan pada ”form daftar hadir” yang disediakan Lab. FITK (dipegang dosen pembimbing). g. Bila semua jenis kecakapan telah dinilai LULUS, maka kartu

bimbingan yang telah terisi nilai dan paraf dosen pembimbing diserahkan ke kantor Laboratorium FITK.

8. Dosen Pembimbing

Dosen pembimbing PIQI adalah dosen FITK yang ditunjuk untuk melaksanakan pembimbingan dan pengujian terhadap kecakapan mahasiswa dalam membaca al-Qur’an dan dalam melaksanakan praktik ibadah sehari -hari.

Penunjukan dosen pembimbing tersebut atas rekomendasi Laboratorium FITK, kemudian ditetapkan dan diputuskan oleh Dekan FITK melalui Surat Keputusannya.

(46)

administator. Atas dasar fungsi tersebut, maka tugas dosen pembimbing11 adalah sebagai berikut :

1. Membimbing, membina, dan melatih mahasiswa agar memiliki kecakapan dalam mengimplementasikan upacara-upacara ritual (ibadah) secara baik dan benar (sah) menurut hukum Islam.

2. Membimbing, membina, dan melatih mahasiswa agar memiliki kecakapan dalam membaca, menghafal, dan menulis/menyalin ayat-ayat al-Qur’an secara baik, benar, dan lancar.

3. Memotivasi mahasiswa agar gemar membaca, mempelajari dan mengamalkan al-Qur’an serta berani dan bertanggung jawab dalam memimpin masyarakat dalam melaksanakan ibadah.

4. Melakukan evaluasi dan penilaian terhadap kecakapan yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Penulisan nilai di samping ditulis di kertas/ form nilai yang disediakan Lab.FITK ( dipegang dosen pembimbing) juga ditulis pada kartu bimbingan (dipegang mahasiswa).

5. Melakukan administrasi proses pelaksanaan PIQI, meliputi berita acara, absensi, penilaian, dan koordinasi dengan bagian-bagian terkait.

9. Stuktur Organisasi: Laboratorium FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kepala Laboratorium FITK : Yudhi Munadi, M.Ag. Sekertaris Laboratorium FITK : Tanenji, MA.

Staff Laboratorium FITK : Nurkhayati,Msi

10. Keadaan Dosen Pembimbing PIQI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dosen merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar-mengajar serta sebagai figur sentral dalam mengemban amanah yang amat mulia di suatu lembaga pendidikan. Dosen juga turut berperan aktif dalam pengembangan sumber daya manusia yang sangat potensial di dalam mengoptimalisasikan hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian dosen sebagai salah satu unsur pendidikan harus dapat berperan lebih aktif serta

11

(47)

melaksanakan tugasnya sebagai tenaga professional sesuai dengan perkembangan.

Tenaga pengajar selain tugas mengajar di kelas, pada umumnya dosen di FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendapat tugas tambahan, seperti mendapat tugas sebagai Pembantu Dekan, Urusan Kemahasiswaan, Ketua Jurusan, dan sampai pembimbing akademik.

E.Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi/Pengamatan

Pengamatan secara metodologis dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya; pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihaat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan waktu itu; pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek, sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data; pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek.12

Sebagai teknik pengumpulan data, pengamatan memiliki ciri yang lebih spesifik dibandingkan dengan teknik wawancara dan kuesioner. Dalam wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka pengamatan tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada obyek-obyek alam yang lain.13

Dalam pengamatan ini peneliti menggunakan pengamatan terbuka, di mana pengamat secara terbuka diketahui oleh subjek. Sedangkan sebaliknya para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat

12

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif... h. 175.

13

(48)

untuk mengamati peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari bahwa ada yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka.14

Pengamatan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan bimbingan yang diberikan kepada mahasiswa, kedaan dosen, keadaan mahasiswa, serta darana dan prasarana yeng mendukung penyelenggaraan bimbingan PIQI.

2. Dokumentasi

Dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film. Dalam penggunaan dokumen ini diarahkan jika dokumen yang diteliti oleh peneliti ditemukan record, baik yang bersifat dokumen pribadi ataupun resmi. Dokumentasi merupakan salah satu cara yang ditempuh penulis dalam mengumpulkan data-data penelitian.15 Peneliti menggunakan dokumen karena alasan:

a. Dokumen digunakan kerena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong.

b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.

c. Berguna dan sesuai dengan penelitian kualittatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks. d. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih

memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. Teknik dokumentasi yang digunakan adalah teknik kajian isi. Teknik kajian isi ini memiliki ciri:

a. Proses mengikuti aturan b. Proses sistematis

c. Proses yang digunakan untuk menggeneralisasi d. Mempersoalkan isi yang termanifestasikan

e. Menekankan analisis secara kuantitatif, namun hal itu dapat pula dilakukan bersama analisis kualitatif

14

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif... h. 176.

15

(49)

Dokumen yang diggunakan merupakan dokumen resmi internal. Dokumen ini dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan. Adapun dokumen yang dikumpulkan adalah data-data atau berkas-berkas penyelenggaraan bimbingan qira’at semester ganjil tahun ajaran 2009-2010 mahasiswa jurusan PAI FITK yang terkumpul di laboratorium FITK UIN Syariif Hidayatullah Jakarta.

3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.16

Maksud mengadakan wawancara, menurut Lincoln dan Gube antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadaian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-keblatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia; dan memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.17

Guba dan lincoln juga membagi wawancara menjadi empat jenis dan salah satunya adalah wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode wawancara terstruktur. Yang dimaksud wawancara terstruktur adalah wawancara yang

16

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif... h. 186.

17

Gambar

Tabel 4.1.
Tabel  4.1 Data Keadaan Dosen Pembimbing Bidang PIQI

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran perputaran kas dan perputtaran piutang digunakan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan yang dapat dihitung dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu

Dengan demikian isolat bakteri tersebut merupakan mikrob dominan pada limbah cair yang mampu memanfaatkan bahan organik sebagai nutrisi untuk tumbuh serta

Skenario pola waktu penangkapan 8 bulan diperoleh rata-rata produksi sebesar 478,5 kg, rata-rata biaya total yang dikeluarkan nelayan adalah Rp 5.565.300, rata-rata penerimaan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. (2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakukan khusus untuk memperoleh

Dana Otsus Provinsi Papua & Papua Barat terutama ditujukan untuk pembiayaan Pendidikan dan Kesehatan. Dana Otsus Provinsi Aceh terutama ditujukan untuk pembiayaan

masyarakat di Indonesia mau bekerjasama untuk ikut berperan serata dalam meminimalkan jumlah kemiskinan agar Negara kita bisa bangkit dari keterpurukan baik dari

Dengan cara yang sama ,dihitung pula rasio historis beban bunga terhadap saldo awal tahun utang berbungan.Selama dua tahun terakhir,rasio ini mengalami sedikit kenaikan dari