ABSTRAK
PEMBELAJARAN TARI MELINTING MENGGUNAKAN
MODEL QUANTUM DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMK GAJAH MADA BANDARLAMPUNG
Oleh
GITA SHERVINA
Penelitian pada pembelajaran tari melinting menggunakan model quantum dilaksanakan guru seni budaya guna memiliki referensi dan variasi konsep pembelajaran. Permasalahan dalam penelitian ini adalah pembelajaran tari melinting serta hasil belajar siswa menggunakan model quantum pada kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran tari melinting menggunakan model quantum. Teori belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran konstruktivistik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah 15 ragam gerak tari melinting dari guru seni budaya yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tari. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara,dokumentasi dan instrument penilaian. Tahap analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
ABSTRACT
MELINTING DANCE LEARNING BY USING QUANTUM MODEL IN
EXTRACURRICULAR ACTIVITY AT SMK GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG
By
GITA SHERVINA
Research on melinting dance learning uses quantum model to have a reference and a variety of learning concepts. The problem in this research is melinting dance learning and learning outcomes of students using the quantum model of extracurricular activities at SMK Gajah Mada Bandar Lampung. This study aims to describe the process and outcomes of melinting dance using quantum model. Learning theory used in this research is constructivist learning theory. This research is a qualitative descriptive study. Data source in this study is 15 varieties of melinting dance movement of cultural arts teachers who teach dance extracurricular activities. Data collection techniques used is an observation, interviews, documentation and assessment instrument. Data analysis phase includes data reduction, data presentation, conclusion and verification.
PEMBELAJARAN TARI MELINTING MENGGUNAKAN MODEL
QUANTUM DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
DI SMK GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG
Oleh
GITA SHERVINA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ketapang, Lampung Utara pada tanggal 10 Februari 1993, yang merupakan anak pertama dari 2 bersaudara pasangan Bapak Untung dan Ibu Jufroidah. Pendidikan yang di tempuh penulis adalah Taman Kanak-kanak (TK) YP PG Bungamayang Lampung Utara pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Negara Tulang Bawang Lampung Utara pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Kotabumi pada tahun 2008, Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kotabumi pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Seni Tari.
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang tak terhitung. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Baginda Nabi dan Rasululah Muhammad SAW, dan dari dasar hati yang paling dalam
kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda bukti cinta kasihku kepada :
Ibu dan Bapakku tercinta yang tidak pernah lelah melimpahkan kasih sayang, semangat, dukungan, nasihat, serta doa yang mengiringi perjalanan hidupku.
Adikku tersayang, Fitho Galandy, terimakasih atas dukungan dan doanya dalam mengerjakan skripsi ini.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ketapang, Lampung Utara pada tanggal 10 Februari 1993, yang merupakan anak pertama dari 2 bersaudara pasangan Bapak Untung dan Ibu Jufroidah. Pendidikan yang di tempuh penulis adalah Taman Kanak-kanak (TK) YP PG Bungamayang Lampung Utara pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Negara Tulang Bawang Lampung Utara pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Kotabumi pada tahun 2008, Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kotabumi pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Seni Tari.
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : GITA SHERVINA
Nomor Pokok Mahasiswa : 1113043024
Program Studi : Pendidikan Seni Tari
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Saya menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang di tulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.
Bandar Lampung, Juni 2015 Menyatakan,
MOTO
“ Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) ”
(QS Al-Insyirah 6 : 6-7)
“ Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat ”
(HR. Thabrani dan Daruquthni : Nabi Muhammad SAW)
“ Genius hanya berpengaruh 1% saja dan 99% nya adalah kerja keras ”
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni
Pertunjukan, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Skripsi ini berjudul “Pembelajaran Tari Melinting Menggunakan Model Quantum Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Di Smk Gajah Mada Bandar Lampung”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn., selaku Pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran-saran, dan nasihat demi terselesaikannya skripsi ini.
2. Susi Wendhaningsih, S.Pd., M.Pd., , selaku Pembimbing II atas bimbingan, kesabaran, nasihat, dan masukannya kepada penulis.
3. Dr. I Wayan Mustika, M.Hum., selaku Pembahas dan Penguji terimakasih atas saran-saran dan nasihat yang telah diberikan.
6. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
7. Enden Sopa Sopiyana, S.Sos., M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMK Gajah Mada Bandar Lampung.
8. Drs. Dewa Kadek Artha, selaku Waka Kurikulum dan Dewa Putu Eka Budi, selaku Guru Seni Budaya SMK Gajah Mada Bandar Lampung.
9. Dewan guru, staff dan siswa-siswi SMK Gajah Mada Bandar Lampung atas kerja sama yang baik selama penelitian berlangsung.
10. Orang-orang Penting dan Berjasa : Eko Parias, Eti Purwaningsih, Indra Bulan, Dian Anggraini, Imawati, Anggraini Khandari, Elisa Hiktafena, Diantini, Diah Putri Safera, Fredy Tenang, Annisa Chairiyah, Wayan Dewi K.S, Andri Ardianto, Armayyeni Nurillia M, Basa Natalia A.L, Tri Nandi H. W, terima kasih atas bantuan, semangat, motivasi, bimbingan, dan dukungan untuk pengerjaan skripsi.
11. Teman-teman angkatan 2011-2013 terimakasih atas semangat, partisipasi, dukungan dan doa dalam pengerjaan skripsi ini.
12. Mas Jaya dan seluruh Staf Kampus Program Studi Seni Tari FKIP Universitas Lampung atas bantuan, dukungan serta partisipasinya..
Penulis berharap semoga kebaikan mereka dibalas oleh Allah SWT dengan berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... iv
MOTTO ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pembelajaran ... 10
3.3.1. Observasi ... 41
3.3.2 Wawancara. ... 42
3.3.3. Dokumentasi ... 42
3.4 Instrumen Penilaian ... 43
3.5 Teknik Analisis Data ... 56
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sekolah Tempat Penelitian ... 62
4.1.1 Sejarah SMK Gajah Mada Bandar Lampung ... 62
4.1.2 Visi dan Misi SMK Gajah Mada Bandar Lampung ... 63
4.1.3 Situasi Umum Pengelolaan Sekolah ... 64
4.1.4 Keadaan Peserta Didik ... 64
4.1.5 Data Tenaga Pendidik... 66
4.1.6 Sarana dan Prasarana Sekolah ... 67
4.1.7 Kegiatan Ekstrakurikuler ... 68
4.2 Hasil dan Pembahasan... 68
4.2.1 Permohonan Izin Penelitian ... 69
4.2.2 Pertemuan Pertama ... 70
4.2.8 Pertemuan Ketujuh... 154
4.2.9 Pertemuan Kedelapan ... 166
4.3 Pembahasan Pembelajaran Tari Melinting ... 176
4.3.1 Faktor Yang Menghambat Pembelajaran Tari Melinting ... 180
4.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tari Melinting ... 182
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 184
Instrumen Aktivitas Guru ... 252
Lembar Kemampuan Tes Praktik Siswa ... 253
Daftar Hadir Dosen Seminar Proposal ... 258
Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal... 259
Berita Acara Seminar Hasil ... 261
Daftar Hadir Dosen Seminar Hasil ... 262
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Keadaan Peserta Didik SMK Gajah Mada Bandar Lampung ... 65
4.2 Data Tenaga Pendidik ... 66
4.3 Sarana dan Prasarana SMK Gajah Mada Bandar Lampung ... 67
4.4 Data Nama Siswa Kegiatan Ekstrakurikuler Tari ... 70
4.5 Hasil Pengamatan Tes Hasil Belajar ... 78
4.6 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan I... 81
4.7 Instrumen Aktivitas Guru I ... 83
4.8 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan II ... 93
4.9 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan II ... 95
4.10 Instrumen Aktivitas Guru II ... 97
4.11 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan III ... 110
4.12 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan III ... 112
4.13 Instrumen Aktivitas Guru III ... 114
4.14 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan IV ... 122
4.15 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan IV ... 125
4.16 Instrumen Aktivitas Guru IV ... 127
4.17 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan V ... 134
4.18 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan V ... 138
4.19 Instrumen Aktivitas Guru V ... 140
4.20 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan VI ... 147
4.21 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan VI ... 150
4.22 Instrumen Aktivitas Guru VI ... 152
4.23 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan VII... 159
4.24 Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan VII ... 162
4.25 Instrumen Aktivitas Guru VII ... 164
4.26 Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan VIII ... 170
4.27 Instrumen Aktivitas Guru VIII ... 174
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Dokumentasi gerak lapah alun ... 23
2.2. Dokumentasi gerak babar kipas... 24
2.3. Dokumentasi gerak jong sembah ... 24
2.4. Dokumentasi gerak sukhung sekapan ... 25
2.5. Dokumentasi gerak kenui melayang ... 26
2.6. Dokumentasi gerak suali ... 27
2.7. Dokumentasi gerak luncat kijang... 28
2.8. Dokumentasi gerak salaman ... 29
2.9. Dokumentasi gerak nyiduk ... 30
2.10.Dokumentasi gerak balik palau ... 30
2.11.Dokumentasi gerak niti batang ... 31
2.12.Dokumentasi gerak timbangan ... 32
2.13.Dokumentasi gerak ngiyau biyas ... 33
2.14.Dokumentasi gerak injak lado ... 34
2.15.Dokumentasi gerak injak tahi manuk ... 35
4.1. Dokumentasi SMK Gajah Mada Bandar Lampung ... 63
4.2. Dokumentasi guru membawa siswa fokus pada materi ... 73
4.3. Dokumentasi siswa memahami materi ... 74
4.4. Dokumentasi siswa membuat sembilan kotak ... 75
4.5. Dokumentasi siswa menjawab soal ... 76
4.6. Dokumentasi guru membuka pembelajaran ... 86
4.7. Dokumentasi guru memandu siswa pemanasan ... 87
4.8. Dokumentasi siswa mempresentasikan ragam gerak ... 92
4.9. Dokumentasi siswa mengingat materi ragam gerak pertemuan kedua ... 102
4.10.Dokumentasi guru mengajarkan ragam gerak putri ... 103
4.11.Dokumentasi guru mengajarkan ragam gerak putra ... 105
4.12.Dokumentasi siswa berlatih ragam gerak dipantau guru ... 109
4.13.Dokumentasi guru mengajarkan teknik menggunakan kipas melinting ... 119
4.14.Dokumentasi siswa berlatih mandiri ... 120
4.15.Dokumentasi siswa siswa melatih kepekaan terhadap musik tari ... 121
4.16.Dokumentasi guru secara terperinci mengajarkan urutan ragam gerak ... 132
4.17.Dokumentasi siswa berlatih urutan ragam gerak sesuai iringan musik ... 133
4.18.Dokumentasi guru memberi motivasi dan taktik berlatih tari melinting... 134
4.19.Dokumentasi siswa dibagi dua bagian oleh guru ... 145
4.20.Dokumentasi siswa berlatih pola lantai ... 146
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
1. Hasil Belajar Siswa Pertemuan I ... 79
2. Aktivitas Siswa Pertemuan I ... 82
3. Hasil Belajar Siswa Pertemuan II ... 94
4. Aktivitas Siswa Pertemuan II ... 96
5. Hasil Belajar Siswa Pertemuan III ... 111
6. Aktivitas Siswa Pertemuan III ... 113
7. Hasil Belajar Siswa Pertemuan IV ... 124
8. Aktivitas Siswa Pertemuan IV ... 126
9. Hasil Pengamatan Siswa Pertemuan V ... 137
10. Aktivitas Siswa Pertemuan V ... 139
11. Hasil Belajar Siswa Pertemuan VI ... 149
12. Aktivitas Siswa Pertemuan VI ... 151
13. Hasil Belajar Siswa Pertemuan VII ... 161
14. Aktivitas Siswa Pertemuan VII ... 163
15. Hasil Belajar Siswa Pertemuan VIII ... 173
16. Persentase Hasil Belajar Tari Melinting Siswa ... 179
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan sebuah bangsa dengan proses yang kompleks dan berjangka panjang. Berbagai aspek yang tercakup dalam proses saling erat berkaitan satu sama lain dan bermuara pada terwujudnya manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan hidup dan keterampilan hidup (Muzamiroh, 2013: 109). Pendidikan sangat urgen bagi kehidupan suatu bangsa karena memiliki tujuan yang konstruktif. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Mahmud (2011) mengatakan bahwa besar atau kecil dan ruang lingkup yang ingin dicapai hasil pendidikan, hal tersebut ditentukan dan dibatasi oleh klasifikasi tujuan pendidikan.
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan agar tidak ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain serta agar tidak mudah dimanfaatkan oleh pihak lain.
Banyak aspek yang perlu diperhatikan guna menyukseskan pendidikan salah satunya yakni kurikulum yang matang dan mudah diakses oleh seluruh pelaksana pendidikan. Kurikulum sebagai jantung pendidikan dalam prosesnya memainkan peran yang sangat penting dalam mewujudkan generasi yang handal, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, kurikulum harus selalu disusun dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan zaman (Muzamiroh, 2013: 110). Perubahan kurikulum dari masa ke masa menyangkut perubahan struktural dan perubahan konsepsional membuat pemerintah mengganti kurikulum yang sebelumnya telah berjalan selama ± 7 tahun dengan kurikulum baru yang bernama kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menurut Nuh dalam Muzamiroh (2013), sebagai upaya mempersiapkan generasi Indonesia 2045 yang bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus memanfaatkan populasi usia produktif agar menjadi bonus demografi.
3
belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien (Rusman, 2012: 3).
Sebelum pembelajaran dilakukan, guru harus memiliki konsep yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapainya. Secara garis besar konsep itu digeneralisasikan dalam model pembelajaran yang dijadikan acuan utama dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce&Weil dalam Rusman, 2012).
Sehingga dihindarkan untuk siswa berdiam diri atau tidak respon terhadap pelajaran. Kemudian model pembelajaran quantum ini juga menciptakan suasana santai dan nyaman dalam pembelajarannya sehingga tidak ada rasa mencengang atau membuat siswa takut untuk mengeluarkan pikirannya.
Kegiatan ekstrakurikuler menjembatani kebutuhan perkembangan peserta didik yang berbeda; seperti perbedaan sense akan nilai moral dan sikap, kemampuan, dan kreativitas. Melalui partisipasinya dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dapat belajar dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, serta menemukan dan mengembangkan potensinya. Kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan manfaat sosial yang besar. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional (supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan serta dievaluasi pelaksanaannya setiap semester oleh satuan pendidikan (Lampiran III Permendikbud No. 81a tahun 2013).
5
dapat kita mengerti dan berarti, dan harmonis adalah kesatuan yang selaras dari keindahan yang bergerak, berirama, dan berjiwa tersebut.
Tari melinting adalah salah satu tari tradisional Lampung yang dapat dikategorikan sebagai tari klasik. Tarian ini merupakan tari tradisi Lampung yang diperkirakan ada sejak abad ke XVI pada masa silsilah kedua Keratuan Melinting Pangeran Panembahan Mas yang tak lain adalah putra Minak Kejalo Bidin. Tari melinting berfungsi sebagai tarian keluarga Keratuan Melinting yang dipentaskan pada saat Gawi Adat/Keagungan Keratuan Melinting saja dan penarinya pun berasal dari keluarga Keratuan Melinting saja. Namun setelah mengalami perubahan zaman tari melinting berfungsi sebagai hiburan lepas sebagai tari penyambutan tamu agung yang datang ke daerah Lampung.
SMK Gajah Mada Bandar Lampung adalah sekolah yang terletak di Kota Bandar Lampung, merupakan salah satu sekolah yang memiliki kegiatan ekstrakurikuler seni budaya berbasis tari. Pembelajaran tari pada kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung dianggap sebagai materi yang penting dan menarik bagi guru seni budaya untuk dilaksanakan, karena terdapat pengenalan seni budaya nusantara dalam bentuk tarian kepada siswa, sehingga tercipta rasa memiliki dan apresiasi terhadap budaya sendiri disamping untuk mengembangkan potensi maupun keterampilan yang dimiliki para siswa.
pembelajaran yang dilakukan ini akan mengamati kegiatan ekstrakurikuler yang berisi siswa-siswi dari berbagai macam jurusan dan tingkatan kelas ( X dan XI). Sisi lain yang membuat penelitian diadakan di SMK Gajah Mada yaitu ingin melihat bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran seni budaya khususnya pembelajaran tari yang diadakan di sekolah tersebut, mengingat basis sekolah ini bukan SMA melainkan sekolah kejuruan yang pada umumnya terfokus pada materi khusus. SMK Gajah Mada Bandar Lampung yang memiliki empat penjuruan meliputi Administrasi Perkantoran, Akuntansi, Pemasaran dan Teknik Komputer & Jaringan, diakui oleh guru seni budaya baru memiliki kegiatan ekstrakurikuler tari sejak 2 tahun lalu. Selama 2 tahun guru melatih siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung menggunakan metode demonstrasi karena dianggap tepat dan praktis. Namun seiring berjalannya kegiatan ekstrakurikuler ini sering ditemui hambatan yang berasal dari internal diri siswa, seperti kurangnya minat siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler secara rutin, tidak disiplin, tidak tepat waktu dan malas untuk berlatih diluar kegiatan ekstrakurikuler.
7
pembelajaran yang bervariasi agar menemui keunikan dan kelebihan pada pembelajaran yang diterapkan supaya dapat digunakan dengan tepat sesuai materi yang akan diajarkan. Konsep pembelajaran tersebut dikenal dengan nama model pembelajaran yang dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran quantum. Terkait tari yang akan diajarkan adalah tari melinting tujuannya untuk memberikan pengenalan, pengetahuan, dan pembelajaran yang menarik tentang salah satu dari jenis tarian kreasi daerah Lampung.
Tari melinting sendiri belum banyak diketahui oleh siswa dan masyarakat pada umumnya. Siswa yang terdapat di sekolah umumnya terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan sehingga dipilih tari melinting agar dapat dipelajari oleh semua siswa baik laki-laki maupun perempuan, tidak saja seperti pada kebanyakan tari yang diajarkan cenderung tari untuk perempuan sehingga menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada siswa laki-laki. Pembelajaran tari melinting ini juga mengambil salah satu faktor kenyamanan dalam pembelajaran sesuai model pembelajaran quantum yang menekankan bahwa dalam pembelajaran itu memiliki manfaat bagi pembelajar dan rasa nyaman dalam pelaksanaannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditarik rumusan masalah, yaitu:
2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari melinting menggunakan model quantum pada kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari melinting menggunakan model quantum pada kegiatan ekstrakulikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung.
2. Mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari melinting menggunakan model quantum pada kegiatan ekstrakulikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap tari Lampung sekaligus memperkenalkan kepada mereka jenis tarian daerah Lampung yang belum mereka ketahui yaitu tari melinting.
2. Sebagai bahan referensi bagi guru dan sekolah untuk dapat menggunakan hasil penelititian dalam mengetahui keterampilan dan sikap siswa terhadap pembelajaran tari melinting di SMK Gajah Mada Bandar Lampung.
9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup objek penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian dan waktu penelitian.
1. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran tari melinting di SMK Gajah Mada Bandar Lampung.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru seni budaya dan 11 orang siswa (perempuan berjumlah 7 orang dan laki-laki berjumlah 4 orang) yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini bertempat di aula SMK Gajah Mada Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel dalam Siregar dan Nara, 2014). Dalam pembelajaran terkandung makna bahwa pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana dengan tujuan yang telah ditetapkan telebih dahulu sebelum proses dilaksanakan serta pelaksanaannya terkendali dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.
2.2 Teori Belajar
11
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak guru kepada siswa melainkan harus dibangun oleh si pembelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri, sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Menurut Siregar dan Nara (2014: 43) karakteristik pembelajaran konstruktivistik meliputi :
1. kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju kebagian-bagian dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas
2. pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa
3. kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan
4. siswa dipandang sebagai pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya
5. pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa serta melalui tugas-tugas pekerjaan
6. siswa banyak belajar dan bekerja dalam grup proses.
2.3 Ciri-Ciri Pembelajaran
pelaksanaannya terkendali (Miarso dalam Eveline dan Hartini, 2014). Pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. merupakan upaya sadar dan disengaja b. pembelajaran harus membuat siswa belajar
c. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan d. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya.
2.4 Tujuan Variasi Pembelajaran
Kemampuan mengadakan variasi dalam proses pembelajaran meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan ajar, serta variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa. Menurut Majid (2014: 263-265) memaparkan bahwa tujuan penggunaan variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. meningkatkan perhatian siswa, guru akan menarik perhatian siswa jika berbagai hal yang diberikan oleh guru dilakukan dengan berbagai variasi
b. memotivasi siswa, variasi mengajar yang diberikan guru sangat berkontribusi besar dalam membantu siswa agar lebih termotivasi dalam belajar
13
d. mendorong kelengkapan fasilitas pengajaran, semakin banyak guru melakukan variasi dalam pembelajaran meningkatkan kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan
e. mendorong anak didik untuk belajar, dengan memahami tujuan dan manfaat yang diperoleh dari mengadakan variasi pada proses pembelajaran diharapkan dapat lebih mendorong keinginan untuk belajar.
2.5 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce&Weil dalam Rusman, 2012).
2.5.1 Model Pembelajaran Quantum
Model pembelajaran quantum dipilih sebagai model pembelajaran seni budaya khususnya tari karena model ini merupakan model pembelajaran yang dalam proses pelaksanaannya membuat suasana santai dan nyaman sehingga diharapkan efektif dalam pengajarannya dan menimbulkan keaktifan dari dalam diri siswa semuanya yang mengikuti pembelajaran tersebut.
diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro-Linguistic Programiming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hanh), Socratic Inquiri, Cooperatif Learning (Johnson dan Johnson) dan Elements of Effective Instruction (Hunter) dan merangkaikannya menjadi yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi (De Porter, Reardon dan Nourie, 2014: 31-32).
Model pembelajaran quantum merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Model pembelajaran quantum ini juga menciptakan suasana santai dan nyaman dalam pembelajarannya sehingga tidak ada rasa mencengang atau membuat siswa takut untuk mengeluarkan pikirannya. Model Pembelajaran ini memiliki konsep dimana seluruh siswa di dalam kelas untuk berekspresi atau merespon pembelajaran yang diberikan oleh gurunya (De Porter, 2014). Tokoh utama di balik model quantum ini adalah Bobbi DePorter yang terinspirasi dari Georgy Lozanov dengan eksperimennya yang disebut suggestology.
2.5.2 Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum
De Porter (2014) menyatakan bahwa model pembelajaran quantum memiliki kelemahan dan kelebihan dalam penerapannya.
15
1. pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai.
2. pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis, bukan
positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.
3. pembelajaran quantum lebih konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis.
4. pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
5. pembelajaran quantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
6. pembelajaran quantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
7. pembelajaran quantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
8. pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
9. pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material.
11.pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
12.pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
b. Kelemahan yang dimiliki dalam model pembelajaran quantum adalah sebagai berikut :
1. membutuhkan pengalaman yang nyata
2. waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar
3. kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa.
2.5.3 Langkah-langkah Penggunaan Model Pembelajaran Quantum
De Porter (2014) dalam penerapannya membuat konsep model pembelajaran quantum dengan mengklasifikasikan beberapa aspek. Pertama, asas utama dalam model pembelajaran quantum adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksudnya dunia mereka adalah dunia pembelajar dan dunia kita dimaksudkan sebagai pengajar. Belajar melibatkan seluruh aspek kepribadian manusia, dengan demikian hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru. Kedua, prinsip-prinsip model pembelajaran quantum ada lima hal meliputi :
17
2. Segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam penggubahan mempunyai tujuan.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
4. Akui setiap usaha, belajar mengandung resiko yang bermakna melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. 5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan memberikan
umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
Ketiga, yakni kerangka rancangan belajar quantum dikenal sebagai TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan).
1. Tumbuhkan, apa manfaat yang diperoleh siswa dari materi yang akan dipelajari harus ditumbuhkan
2. Alami, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar
3. Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah
“masukan”
4. Demonstrasikan, sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu
6. Rayakan, pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan
Setelah melakukan pendekatan dan diskusi antara peneliti dan guru seni budaya, ditarik kesepakatan untuk menerapkan model pembelajaran quantum, dengan cara memadukan beberapa unsur dari berbagai aspek dalam model quantum menjadi satu kesatuan, yang disesuaikan dengan karakteristik siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni tari di sekolah tersebut. Pemanduan asas utama, prinsip-prinsip dan kerangka rancangan model pembelajaran quantum menjadi satu kesatuan, yang dirancang untuk diimplementasikan kedalam langkah-langkah pembelajaran quantum pada pembelajaran tari melinting dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung adalah sebagai berikut ini.
a. Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). b. Ketahuilah bahwa segalanya berbicara; Dalam pembelajaran quantum,
segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
c. Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan; Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan.
19
e. Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan: Poses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari.
f. Penamaan; Setelah siswa mulai mempelajari materi, timbul pertanyaan dalam benaknya yang diungkapkan kepada guru, disini guru akan memberikan informasi, rumus, pemikiran, fakta dan sebagainya.
g. Demonstrasi; Menyediakan tempat bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu
h. Ulangi; Tunjukkan siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan bahwa mereka tahu apa yang mereka pelajari
i. Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran; Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar.
j. Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan; Segala sesuatu dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.
Seluruh konsep model pembelajaran quantum yang dipadu dari asas utama, prinsip-prinsip dan kerangka belajar model pembelajaran quantum ini disebut sebagai prinsip-prinsip implementasi pada pembelajaran tari melinting. Prinsip inilah yang digunakan dalam menentukan langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajarannya.
2.6 Seni Tari
(meaning). Keindahan tari tidak hanya keselarasan gerakan-gerakan badan dalam ruang dengan diiringi musik tertentu, tetapi seluruh ekspresi itu harus mengandung maksud-maksud tari yang dibawakan. Pemahaman ini menempatkan fenomena tari sebagai bagian aktualisasi dan representasi kultural-simbolik manusia ( Hadi Sumandiyo Y , 2007 : 13).
Seni tari sebagai salah satu ilmu pengetahuan memiliki fungsi dan tujuan seperti bidang ilmu lainnya. Soedarsono dalam Era A Sasiwi (2013) pada bukunya membedakan fungsi tari sebagai berikut :
1. Seni Tari Sebagai Sarana Upacara
Pada masa budaya purba, kepercayaan kepada dewa, ruh leluhur, dan alam gaib masih sangat kuat. Sehingga segala kegiatan dihubungkan dengan hal-hal magis dan spiritual dengan mengadakan upacara-upacara. Upacara-upacara tersebut dilakukan dengan maksud tertentu dengan media seni tari. Maksud dari pengadaan upacara ritual itu bermacam-macam diantaranya permohonan keselamatan, pesta panen padi, bersih desa, kelahiran, kematian, perkawinan, upacara pemotongan gigi dan lain-lain.
2. Seni Tari Sebagai Pergaulan
Tari pergaulan merupakan bentuk tari yang bersifat gembira. Tari ini berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, karena selalu menyesuaikan perkembangan budaya dan selera rakyat.
3. Seni Tari Sebagai Hiburan
21
pembukaan sebuah kantor atau gedung, penyambutan kenegaraan, dan sebagainya.
4. Seni Tari Sebagai Sarana Hiburan atau Tontonan
Tari yang berfungsi sebagai sarana hiburan atau tontonan merupakan tarian yang dipertontonkan untuk kepuasan manusia. Walaupun demikian tari ini membutuhkan pengamatan yang serius. Tari pertunjukan biasanya membawa misi-misi dan maksud tertentu agar mudah dipahami dan ditelaah peminatnya. Tari ini juga memiliki nilai estetis yang tinggi.
Sebagai acuan dalam melihat fungsi tari Melinting, digunakan teori fungsi yang
dikemukakakan oleh Soedarsono dalam bukunya „Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi’. Soedarsono mengelompokkan fungsi seni pertunjukan menjadi
2 kelompok yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer dapat dibagi menjadi 3 fungsi, yaitu :
1. Seni pertunjukan yang berfungsi sebagai sarana ritual 2. Seni pertunjukan yang berfungsi sebagai sarana hiburan
3. Seni pertunjukan yang berfungsi sebagai sarana presentasi estetis.
2.6.1 Tari Melinting
2.6.1.1 Sejarah Tari Melinting
Bidin (Titik dan Djuwita, 2006: 1). Tari kreasi melinting yang sering dipentaskan dan dikenal saat ini nama aslinya adalah tari cetik kipas (Idil, 2012:13).
Tari Cetik Kipas Melinting adalah tari adat yang dipentaskan pada acara-acara adat dan menurut keterangan pertama kali dipentaskan di luar acara adat pada sekitar tahun 1930 di Teluk Betung atas undangan Residen Lampung kepada para Pesirah Marga yang ada di Lampung untuk menampilkan tari daerahnya (Hasanuddin dalam Idil, 2012).
2.6.1.2 Unsur dan Bentuk Tari Melinting
a. Penari
23
b. Gerak Tari
Secara umum gerakan tari melinting yang sudah mengalami kreasi dari bentuk awalnya yakni sebagai berikut :
No Ragam Gerak Hitungan Uraian Ragam Gerak Keterangan
1 Lapah Alun
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
2 Babar Kipas
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
Hit. 1
Mengulang gerakan hit.2
Mengulang gerakan hit.1 yang dimulai dari kaki kanan lalu bergantian
Masih dalam posisi hit.1
Masih dalam posisi hit.1
Masih dalam posisi hit.1
Kedua tangan
ditangkupkan di depan dada
Masih dalam posisi hit.5
Jong sembah dimulai dari gerakan
25
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
Hit. 7
Hit. 8
Masih dalam posisi hit.5
Masih dalam posisi hit.5
4 Sukhung Sekapan
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
Hit. 1 di depan dada dan kaki kanan melangkah
Tangan kiri didorong lurus ke depan
27
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
Hit. 4 lebar ke depan tangan diayun membuka sampai ke samping badan posisi badan rendah
Kaki kiri melangkah lebar ke depan tangan diayun membuka sampai ke samping badan posisi badan rendah
Gerakan sama dengan hit.1
(Foto, Indra Bulan: 2015)
Hit. 7
Hit. 8
Gerakan sama dengan hit.1
Gerakan sama dengan hit.4
7 Luncat Kijang
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
Hit. 1
Hit. 2
Kaki kanan melompat ke depan diikuti kaki kiri, posisi badan setengah jongkok
Posisi tangan kanan rentang kesamping kanan lurus dan tangan kiri ditekuk siku sejajar bahu
29
8 Salaman
(Foto, Indra Bulan: 2015)
Hit. 1
Hit. 2
Hit. 3
Hit. 4
Posisi badan jongkok, kedua tangan dirapatkan di depan dada dan bersentuhan kipas dengan pasangan dihadapannya
Posisi jongkok kedua tangan rapat diayun ke kanan
Posisi jongkok kedua tangan rapat diayun ke kiri
Posisi jongkok kedua tangan rapat diayun kedepan atau bentuk posisi semula
9 Nyiduk
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
Hit. 1, 2
Hit. 3,4
Posisi badan jongkok, tangan kanan dorong ayun ke depan, tangan kiri ditarik lurus kesamping sejajar bahu
Posisi badan jongkok, tangan kiri dorong ayun ke depan, tangan kanan ditarik lurus kesamping sejajar bahu
Nyiduk dimulai dengan posisi badan jongkok, tangan kanan dorong ayun ke depan, tangan kiri ditarik tangan kiri ditekuk di depan dada, kaki kiri jinjit disamping kaki kanan
Posisi pada hit.1 gerakan tangan ke arah kiri bersama kaki
31
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
Hit. 4
Hit. 5
Hit.6
Hit. 7
Hit. 8
Posisi pada hit.1 gerakan tangan ke arah kiri bersama kaki
Posisi berdiri, tangan kiri rentang kesamping kiri dan tangan kanan ditekuk di depan dada, kaki kanan jinjit disamping kaki kiri
Posisi pada hit.5 gerakan tangan ke arah kanan bersama kaki
Posisi pada hit.5 gerakan tangan ke arah kanan bersama kaki
Posisi pada hit.5 gerakan tangan ke arah kanan bersama kaki ke arah kanan, posisi tangan kanan rentang ke samping kanan agak diagonal ke atas dan tangan kiri ditekuk
Pada posisi hit.3 lalu menghadap ke arah depan
Kaki kiri melangkah ke arah kanan, posisi tangan kiri rentang ke samping kiri agak diagonal ke atas dan
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
Pada posisi hit.7 lalu menghadap ke arah depan
12 Timbangan
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
Hit. 1 agak rendah, kedua kaki dirapatkan, kedua tangan ditarik lurus kebelakang, pergelangan tangan diputar ke arah dalam
Posisi dan gerakan sama pada hit.1
Posisi dan gerakan sama pada hit.1
Posisi dan gerakan sama pada hit.1
Posisi dan gerakan sama pada hit.1
Posisi dan gerakan sama pada hit.1
Posisi dan gerakan sama pada hit.1
33
13 Ngiyau Biyas
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
Gerakan sama pada hit.1
Gerakan sama pada hit.1
Kedua tangan
digeser/dipindah sejajar pinggul kiri dengan posisi tangan lurus
Posisi seperti hit.4, lalu pergelangan tangan diputar kearah dalam
Gerakan sama pada hit.5
Gerakan sama pada hit.5
14 Injak Lado diletakkan ke arah kanan
Telapak kaki kanan diletakkan ke arah kiri
Telapak kaki kiri salah satu ragam gerak putri dilakukan dengan telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai lalu tumit diangkat dan diletakkan ke arah kanan. Kemudian ke lantai lalu tumit diangkat dan
diletakkan ke arah kiri. Dilanjutkan lagi dengan telapak kaki kiri ditepukkan ke arah depan lalu tumit diangkat dan
35
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
15 Injak Tahi Manuk maju serong kiri dengan agak di ayun kemudian jempol kaki menyentuh lantai ( kaki tidak menapak)
Kaki kanan ditarik kembali ke tempatnya dan hanya jempol kaki yang menyentuh lantai
Kaki kanan ditarik kembali ke tempatnya dan hanya jempol kaki yang menyentuh lantai
Kaki kiri melangkah dan jempol kaki kiri
disentuhkan disamping kaki kanan
(Foto, Armayyeni N.M :2015)
Hit. 6
Hit. 7
Hit. 8
kaki kiri ditarik kembali ke tempatnya dan hanya jempol kaki yang menyentuh lantai
Kaki kiri dimajukan lagi dengan arah serong kanan kemudian tumit diletakkan dan diputar ke arah kiri
37
c. Busana dan Aksesoris Tari Melinting
Sejak mengalami pergeseran fungsi, busana tari melinting mengalami beberapa perubahan dari busana awal baik dari bentuk dan warnanya. Perubahan itu terdapat pada :
Busana dan Aksesoris Tari Melinting
Busana Penari
Putra Putri
Baju Teluk Belanga Warna Putih Celana Longgar Warna Putih Sarung Tuppal/Kain Tapis Sesapur Handak (kain putih) Jung Sarat/kikat angkin/selempang Selendang tapis
Baju Kurung Putih Lengan Panjang Kain Tapis
Limar/Selendang Tapis Selempang Kain Putih Polos
Aksesoris & Properti
Putra Putri
Kopiah Pepadun dan Pandan Kertas Bulu Serti
Sabik Inuh Gelang Kano
Dua Buah Kipas Merah/warna bebas (ornamen lampung)
Siger Melinting bercadar rumbai keemasan Sanggul Tebak
Sual kikha/kembang sanggul kuningan Bulan Temanggal/papan jajar
d. Musik Iringan Tari Melinting
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Mahmud, 2011: 23). Metode penelitian juga digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu (Mahmud, 2011: 97). Kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional dalam penelitian adalah bahwa kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal. Empiris adalah bahwa kegiatan penelitian dapat diamati oleh indra manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Adapun sistematis adalah bahwa proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis dan berurutan.
normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan serta memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau berfikir. Penelitian ini berusaha menggambarkan dan mengintepretasi apa yang ada atau mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang (Sumanto dalam Mahmud, 2011). Nilai penelitian deskriptif terletak pada upaya menyistematisasi temuan penelitian yang didalamnya terdapat kerja analisis berdasarkan teori pendidikan tertentu (Mahmud, 2011: 101).
41
Dengan observasi langsung diharapkan data pengamatan yang dianalisis menjadi lebih akurat dan tidak terjadi perbedaan antara data dan informasi yang diperlukan.
Sesuai pengertian penelitian deskriptif dan penelitian kualitatif, jenis penelitian ini dianggap sesuai bagi peneliti sebagai pedoman dalam melakukan penelitian ini.
3.2 Sumber Data
Sumber data adalah benda, hal, atau orang tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya tentang data (Arikunto, 2014: 87).Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pembelajaran tari melinting dengan 15 ragam gerak tari melinting menggunakan model quantum.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Observasi
Heru mengatakan bahwa observasi adalah studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencakup fenomena satu atau sekelompok orang dalam kompleks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian hasil pengamatan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Observasi ini dilakukan dalam kurun waktu selama ± 8x pertemuan dimulai dari 15 Januari-7 Februari 2015.
Lampung. Melalui observasi ini diharapkan dapat diperoleh data tentang pembelajaran seni tari pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung sesuai dengan batasan masalah penelitian. Proses observasi dilakukan untuk mengamati guru, siswa dan lingkungan belajar maupun sekolah.
3.3.2 Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab, dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas dari informan (Komariah dan Satori, 2013). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari informan yaitu guru seni budaya dan siswa-siswi yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung.
3.3.3 Dokumentasi
43
3.4 Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk melakukan penilaian dapat berupa tes dan non-tes. Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan
pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dsb.
Sedangkan non-tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skills dan vocational skills, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik daripada apa yang diketahui atau dipahaminya (Widoyoko, 2012).
a. Instrumen Penilaian Aktivitas Siswa
No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Kriteria
1 Visual Activities Seluruh siswa memperhatikan guru selama pembelajaran tari berlangsung
5
Baik Sekali
Dari 11 siswa terdapat 1-3 siswa yang tidak
memperhatikan guru selama pembelajaran tari berlangsung
4
Baik
Dari 11 siswa terdapat 4-6 siswa yang tidak
memperhatikan guru
3
selama pembelajaran tari berlangsung
Dari 11 siswa terdapat 7-10 siswa yang tidak memperhatikan guru
2 Listening Activities Seluruh siswa
mendengarkan materi pembelajaran tari yang diberikan guru dari awal hingga akhir
5
Baik Sekali
Dari 11 siswa terdapat 1-3 siswa yang tidak
mendengarkan materi pembelajaran tari yang diberikan guru dari awal hingga akhir
4
Baik
Dari 11 siswa terdapat 4-6 siswa yang tidak
3
45
mendengarkan materi pembelajaran tari yang diberikan guru dari awal hingga akhir
Dari 11 siswa terdapat 7-10 siswa yang tidak mendengarkan materi pembelajaran tari yang diberikan guru dari awal hingga akhir
2
Kurang
Seluruh siswa tidak mendengarkan materi pembelajaran tari yang diberikan guru dari awal hingga akhir
1
Gagal
3 Motor Activities Seluruh siswa melakukan percobaan memeragakan gerak tari melinting sesuai yang dicontohkan guru
5
Baik Sekali
Dari 11 siswa terdapat 1-3 siswa yang tidak
melakukan percobaan memeragakan gerak tari melinting sesuai yang
4
dicontohkan guru
Dari 11 siswa terdapat 4-6 siswa yang tidak
Dari 11 siswa terdapat 7-10 siswa yang tidak melakukan percobaan
4 Emotional Activities Seluruh siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran tari melinting
5
Baik Sekali
Dari 11 siswa terdapat 1-3 siswa yang tidak
4
47
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran tari melinting
Dari 11 siswa terdapat 4-6 siswa yang tidak
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran tari melinting
3
Cukup
Dari 11 siswa terdapat 7-10 siswa yang tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran tari melinting
2
Kurang
Seluruh siswa tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran tari melinting
1
b. Instrument Aktivitas Guru
No Instrumen Kegiatan Guru P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 P.7 P.8
1 Memberi stimulasi yang menarik pada siswa 2 Memberi tahu tujuan dan
manfaat yang didapat oleh siswa dalam pembelajaran 3 Membuat suasana dalam
pembelajaran menarik dan nyaman
4 Memberikan penjelasan ragam gerak yang akan dipelajari
5 Mengajarkan ragam gerak dengan membagi dua kubu (laki-laki dan perempuan) 6 Memfokuskan siswa untuk
konsentrasi dalam
mempelajari ragam gerak tari 7 Memberikan kesempatan
49
8 Melakukan pengamatan pada saat siswa melakukan proses gerak
9 Memperbaiki dan
memberikan contoh kembali gerakan yang kurang
dipahami siswa
10 Memberikan apresiasi dan motivasi agar melatih ragam gerak sampai baik dan benar 11 Melakukan evaluasi bersama
tentang jalannya pembelajaran untuk perbaikan selanjutnya
Keterangan :
P1= Pertemuan Pertama
P2= Pertemuan Kedua
P3= Pertemuan Ketiga
P4= Pertemuan Keempat
P5= Pertemuan Kelima
P7= Pertemuan Ketujuh
P8= Pertemuan Kedelapan
c. Test Pengamatan Praktik
Perolehan data tentang hasil belajar tari melinting untuk menyatakan gerak tari melinting yang dilakukan siswa sebagai hasil belajar digunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan tes praktik, seperti berikut ini :
Lembar Pengamatan Tes Praktik
Indikator Tes Evaluasi (Penilaian Hasil Belajar)
No
Aspek
Penilaian
Deskriptor Skor
Skor
Maksimal
1 Wiraga :
1.Teknik
Siswa mampu memeragakan seluruh ragam gerak putra (11 ragam) atau ragam gerak putri (9 ragam) sesuai pola lantai dengan teknik yang benar
5
5 Siswa mampu memeragakan 8-10
ragam gerak putra atau 7-8 ragam gerak putri sesuai pola lantai dengan teknik yang benar
4
Siswa mampu memeragakan 5-7 ragam gerak putra atau 4-6 ragam gerak putri sesuai pola lantai dengan teknik yang benar
51
Siswa mampu memeragakan 2-4 ragam gerak putra atau 2-3 ragam gerak putri sesuai pola lantai dengan teknik yang benar
2
Siswa mampu memeragakan 1 ragam gerak putra atau ragam gerak putri sesuai pola lantai dengan teknik yang benar
1
2.Hafalan Siswa hafal pola lantai beserta seluruh ragam gerak putra (11 ragam) atau ragam gerak putri (9 ragam) tari melinting
5
5 Siswa hafal pola lantai beserta 8-10
ragam gerak putra atau 7-8 ragam gerak putri tari melinting
4
Siswa hafal pola lantai beserta 5-7 ragam gerak putra atau 4-6 ragam gerak putri tari melinting
3
Siswa hafal pola lantai beserta 2-4 ragam gerak putra atau 2-3 ragam gerak putri tari melinting
2
Siswa hafal pola lantai beserta 1 ragam gerak putra atau ragam gerak
putri tari melinting
2 Wirasa
1.Ekspresi
Jika ekspresi (senyum,arah pandangan, fokus mata) sesuai dengan seluruh ragam gerak putra dan ragam gerak putri tari melinting
5
5 Jika ekspresi (senyum, arah
pandangan tetapi mata tidak fokus)
4
Jika ekspresi (senyum namun menunduk)
3
Jika ekspresi (arah pandangan saja yang benar namun tidak senyum dan mata tidak fokus)
2
Jika ekspresi tidak sesuai (tidak senyum atau tidak fokus dan arah pandangan tidak beraturan)
1
2.Penghayatan Jika gerakan dilakukan sesuai pola lantai dan tuntas pada seluruh ragam gerak putra (11 ragam) atau ragam gerak putri (9 ragam)
5
5
Jika gerakan dilakukan sesuai pola lantai dan tuntas pada 8-10 ragam gerak putra atau 7-8 ragam gerak
53
putri
Jika gerakan dilakukan sesuai pola lantai dan tuntas pada 5-7 ragam gerak putra atau 4-6 ragam gerak putri
3
Jika gerakan dilakukan sesuai pola lantai dan tuntas pada 2-4 ragam gerak putra atau 2-3 ragam gerak putri
2
Jika gerakan dilakukan sesuai pola lantai dan tuntas pada 1 ragam gerak putra atau ragam gerak putri
1
3 Wirama
1.Tempo
Siswa memperagakan pola lantai dan seluruh ragam gerak putra (11 ragam) atau ragam gerak putri (9 ragam) sesuai dengan tempo musik
5
5 Siswa memperagakan pola lantai
dan 8-10 ragam gerak putra atau 7-8 ragam gerak putri sesuai dengan tempo musik
4
Siswa memperagakan pola lantai dan 5-7 ragam gerak putra atau 4-6 ragam gerak putri sesuai dengan
tempo musik
Siswa memperagakan pola lantai dan 2-4 ragam gerak putra atau 2-3 ragam gerak putri sesuai dengan tempo musik
2
Siswa memperagakan pola lantai dan 1 ragam gerak putraatau ragam gerak putri sesuai dengan tempo musik
1
2. Irama Siswa memperagakan pola lantai dan seluruh ragam gerak putra (11 ragam) atau ragam gerak putri (9 ragam) sesuai dengan irama musik
5
5 Siswa memperagakan pola lantai
dan 8-10 ragam gerak putra atau 7-8 ragam gerak putri sesuai dengan irama musik
4
Siswa memperagakan pola lantai dan pada 5-7 ragam gerak putra atau 4-6 ragam gerak putri sesuai dengan irama musik
3
Siswa memperagakan pola lantai dan 2-4 ragam gerak putra atau 2-3
55
ragam gerak putri sesuai dengan irama musik
Siswa memperagakan pola lantai dan 1 ragam gerak putra atau ragam gerak putri sesuai dengan irama musik
1
Hasil belajar tari melinting siswa yang diukur dengan lembar pengamatan test praktik yang diakumulasikan dengan total skor ideal keseluruhan berjumlah 30 sehingga kualitas hasil belajar siswa dapat dilihat menggunakan patokan dengan persentase untuk skala lima, dengan rumus sebagai berikut :
Rumus ;
Nilai = Jumlah Skor diperoleh x 100 % Jumlah Skor Ideal
Penentuan Patokan Penghitungan Persentase Nilai Menggunakan Skala Lima
Interval Persentase Tingkat Penguasaan
Nilai Ubahan
Skala Lima Keterangan 0 - 4 E - A
(1) (2) (3) (4)
85% - 100% 75% - 84%
4 3
A B
60% - 74% 40% - 59% 0% - 39%
2 1 0
C D E
Cukup Kurang
Gagal (Nurgiyantoro, 2001:399)
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakuakan sintesa, dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Proses analisis data pada penelitian kualitatif pada prinsipnya dilakukan secara berkesinambungan yaitu sejak sebelum memasuki lapangan, memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Akan tetapi yang lebih rumit dan terfokus dalam menganalisis data adalah selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Komariah dan Satori, 2013 : 215).
Aktivitas analisis data terdiri atas : reduksi data, penyajian data dan verifikasi yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya mencapai jenuh (Miles&Huberman dalam Komariah dan Satori, 2013).
1. Reduksi Data
57
dipilh hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Demikian akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai data tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.
2. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah mereduksi data adalah menyajikan data dalam bentuk tabel dan grafik disertai uraian singkat. Hal ini berfungsi untuk memudahkan dan memahami apa yang terjadi, juga untuk merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah – langkah analisis data adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis hasil test gerak tari melinting yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes praktik dengan baik dan benar.
2. Memberi nilai hasil test praktik siswa dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut :
Nilai = Jumlah Skor Diperoleh x 100 % Jumlah Skor Ideal
3. Menetukan nilai hasil test praktik yang diakumulasikan kemudian diukur kualitas hasil menarinya menggunakan tolak ukur sebagai berikut :
Penentuan Patokan Penghitungan Persentase Nilai Menggunakan Skala Lima
Interval Persentase Tingkat Penguasaan
Nilai Ubahan
59
3.6 Implementasi Langkah-langkah Model Pembelajaran Quantum Dalam Pembelajaran Seni Tari
Pembelajaran quantum memiliki prinsip-prinsip yang telah tercantum pula dalam tinjauan pustaka pada bab sebelumnya. Prinsip-prinsip ini menjadi sebuah acuan untuk peneliti mengimplementasikan pembelajaran quantum pada mata pelajaran seni budaya di tingkat SMA/SMK. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran quantum pada mata pelajaran seni budaya yang akan diimplementasikan pada pembelajaran seni budaya di SMK Gajah Mada Bandar Lampung. Ada dua konsep pada pengaplikasian model pembelajaran quantum ini yaitu penerapan secara teori dan praktik. Pada tahap teori langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a. guru menstimulasi siswa dengan cara yang menarik mulai dari materi awal tentang tari melinting yang disampaikan menggunakan media audio-visual (LCD, Power Point, Video) yang menarik minat siswa,
b. guru membagikan artikel mengenai wawasan tari melinting yang telah disediakan sebelumnya, sebagai pengaplikasian salah satu prinsip
“segalanya berbicara”
c. menegaskan tujuan yang hendak dicapai pada pembelajaran ini
d. memberikan pengertian apa manfaat yang diperoleh dari pembelajaran ini e. setelah siswa terbawa dalam suasana pembelajaran yang dibawa guru,
guru menyampaikan poin penting materi pada pertemuan ini
kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya tentang apa yang belum dimengerti
g. guru kemudian melakukan pembagian kelompok pengambilan nilai materi tari melinting yang baru saja dipelajari
h. setelah guru menyebutkan soal dan masing-masing kelompok menjawab, kemudian hasil yang diperoleh dikumpulkan ke guru
i. guru meminta siswa untuk menyampaikan apa saja yang diperoleh dari pembelajaran hari ini, dan melengkapi argumen setelah siswa menyampaikan pendapatnya
j. akhir pembelajaran guru memutarkan video sebagai bentuk perayaan telah selesainya pembelajaran
Hal ini dapat dilakukan dalam satu pertemuan. Tahap berikutnya adalah praktik sebagai penerapan dari materi yang telah dipelajari yakni wawasan tentang tari melinting. Pada kegiatan praktik ini dilakukan dari pertemuan kedua sampai pertemuan ketujuh dan pada pertemuan kedelapan dilakukan pengambilan nilai tes praktik. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap praktik adalah sebagai berikut :
a. pembelajaran diawali dengan pemanasan sebelum masuk ke materi inti yakni ragam gerak tari. Pada tahap inilah guru membawa siswa pada konsentrasi untuk memasuki materi yang akan dipelajari
61
c. guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pada tiap pertemuan sebelum memasuki pembelajaran inti
d. guru mengajari ragam gerak, penggunaan properti kipas, pola lantai tari melinting secara bertahap dengan mendemonstrasikan kepada siswa
e. guru memberikan teknik, informasi atau segala hal yang dapat membuat siswa memahami materi ketika siswa timbul pertanyaan atas hal yang membuat mereka bingung dan ingin mengetahuinya
f. setelah diajarkan oleh guru, siswa diberi waktu untuk melakukan latihan sendiri materi yang baru saja diberikan oleh guru
g. setelah diberi waktu untuk berlatih, guru menawarkan siswa untuk unjuk diri mempresentasikan hasil belajar yang diperoleh saat itu dan guru menilai
h. memberikan pujian disertai masukan kepada siswa setelah selesai presentasi dan menyuruh untuk berlatih di luar jam pelajaran seni budaya i. guru memberi apresiasi kepada seluruh siswa di pertemuan terakhir
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tari melinting menggunakan model pembelajaran quantum di SMK Gajah Mada Bandar Lampung sebagai berikut.
Pertama, proses pembelajaran tari melinting menggunakan model pembelajaran quantum diterapkan 10 prinsip yang merupakan perpaduan dari asas utama, prinsip-prinsip dan kerangka belajar model pembelajaran quantum, dalam menjalankan langkah-langkah pembelajaran dan terlaksana dengan baik pada umumnya, hanya ada beberapa prinsip yang tidak terlaksana karena menyesuaikan situasi dan kondisi yang terjadi.
Prinsip-prinsip model pembelajaran quantum yang digunakan meliputi
“membawa siswa pada dunia pengajar dan mengantarkan dunia pengajar ke dalam
dunia siswa”, ini dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran harus terjadi integritas,