SKRIPSI
BADI BAKRAH PASSAMULA
STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL
0,5% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl
DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ii
RINGKASAN
STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL 0,5% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN
METODE PENGENCERAN
Sediaan injeksi dibagi menjadi dua yaitu dosis tunggal dan dosis ganda. Sediaan dosis ganda dipersyaratkan steril selama 28 hari sejak penusukan pertama. Dimana dalam penggunaanya rentan terkontaminasi adanya mikroba karena penggunaanya yang berulang-ulang maka perlu dilakukan uji sterilitas pada sediaan. Sterilitas pada sediaan injeksi sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi yang dapat terjadi dengan mudah.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga sterilitas sediaan dosis ganda dengan penambahan pengawet. Oleh karena itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan injeksi difenhidramin dosis ganda bervolume kecil (15 ml) dengan penambahan zat pengawet klorobutanol 0,5% b/v. Menurut Suplemen 1 Farmakope Indonesia edisi IV, bahwa jika bahan uji mempunyai aktivitas antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi dengan bahan penetral yang sesuai atau dengan cara mengencerkan dalam sejumlah media yang cukup.
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pengenceran yang dibutuhkan untuk menginaktivasi pengawet klorobutanol 0,5% b/v yang dijadikan pedoman untuk melakukan uji sterilitas sediaan dosis ganda yang memenuhi persyaratan. Uji ini dilakukan dengan suatu metode yakni pengenceran sediaan dalam sejumlah media yang cukup dengan berbagai perbandingan. Untuk menghilangkan pengaruh daya antibakteri dan antifungi yang ditambahkan pada sediaan, dilakukan pengenceran sediaan dengan aqua pro injeksi dengan perbandingan 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, dilakukan replikasi sebanyak 3 kali kemudian diamati selama 14 hari. Kemudian dilanjutkan dengan dilakukan uji sterilitas sampel sebanyak 7 vial dan diamati selama 14 hari.
Sebelum dilakukan pengujian inaktivasi dan pengujian sterilitas, dilakukan kontrol lingkungan Laminar Air Flow. Kontrol lingkungan yang dilakukan meliputi kontrol lingkungan Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) sebelum dan saat pengujian dengan menggunakan nutrien broth agar, untuk mengontrol kondisi LAFC secara umum diantaranya filter udara, serta cabinet memenuhi persyaratan kondisi aseptis untuk meyakinkan bahwa kondisi ruangan tidak terkontaminasi.
Untuk kontrol pembanding digunakan media Thioglikolat dengan bakteri
Pseudomonas aeruginosa dan media Kasamino dengan jamur Candida albicans
untuk uji fertilitas, sedangkan untuk uji sterilitas digunakan media Thioglikolat
dan media Kasamino tanpa penambahan bakteri.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
atas seluruh hambanya. Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada rasulullah
SAW, kesejahteraan semoga terlimpah kepada keluarga, sahabat serta
orang-orang beriman.
Dengan terselesainya skripsi yang berjudul STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL 0,5% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN ini, perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. Sugiayartono, MS., Apt sebagai Pembimbing I dan Drs. Arina Swastika
Maulita, S.Farm, Apt. sebagai Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas dan
penuh kesabaran, membimbing dan selalu meluangkan waktu maupun
dorongan moral memberi arahan-arahan terbaik kepada saya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Drs. H. Achmad Inoni, Apt dan Enggrid Juni Astuti, S. Farm, Apt. sebagai
Tim Penguji yang memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun
terhadap skripsi yang telah saya kerjakan.
3. Tri Lestari Handayani, M.Kep., Sp. Mat., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Dra. Uswatun Chasanah, Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Sovia Aprina Basuki, M.Si.,Apt selaku kepala laboratorium program studi
farmasi terima kasih atas bimbingan dan saran yang telah beliau berikan.
6. Ika Ratna Hidayati, S.farm., Apt sebagai Dosen Wali yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan selama
iii
8. Para laboran Laboratorium Formulasi sedian steril, Laboratorium Kimia,
Laboratorium Sediaan farmasi, Laboratorium biomedik Terpadu II: Mbak
Susi, Mas ferdi, Mbak Fat yang banyak membantu saya.
9. Ayahandaku Burhan dan Almarhum ibuku Marsiyah tercinta. Terimakasih
banyak atas kasih sayang, kesabaran, keikhlasan, nasehat, dukungan moral
maupun materi dan do’a yang telah diberikan. Semoga kalian diberikan
kebehagiaan oleh Allah SWT.
10. Keluaga besarku Ibu Syamsiah dan Alm. Bapak Khairuddin AK, Bibi
Hendun, Om Muhklis, Om Lim, Om Taufik, Ari Tarmizi, Ismi Aprilia, Uci
Khairiah dan Nenekku tercita. Terimakasih banyak atas kasih sayang,
kesabaran, keikhlasan, nasehat, dukungan moral maupun materi dan do’a
yang telah diberikan.
11. Teman-teman skripsi Steril: Bro hendra, Dude Rhima, Mak Citra, Dude
Sulis, Rizka, Amina pinkpink, Kiki. Terimakasih banyak atas semangat,
kerjasama, saran, kritik, dan masukannya. Kalian keluarga kecilku.
12. Sahabat-sahabatku Imank, Fahri, Charlie, Novan, Davi, Gunawan, Khair,
Eka, Pute’, Aisyah. Terimakasih telah menjadi keluarga baru yang menemani dan membantu belajar, memberi semangat dan dukungan.
13. Sahabat-sahabat kost mertojoyo blok L nomor 1 : Benga (Adit), Abol
(Anugrah), Koek (Ary), Ije (Jemny), Omar, Ori, Bang Zul, Razky, Ardi,
Uki. Terima kasih atas dukungan serta doa yang kalian berikan.
14. Teman-teman angkatan 2009 Farmasi UMM terimakasih atas persahabatan
kita selama 4 tahun ini. Semoga kita tetap dekat seperti keluarga.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimaksih atas
dukungan, semangat, dan doa yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini
Akhir kata, semoga Allah S.W.T. membalas kebaikan Bapak, Ibu, dan
Saudara sekalian. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasian bagi kita semua.
Amin.
Malang, Juni 2013
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGUJIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
RINGKASAN ... vi
ABSTRAK.... ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 3
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Tinjauan Tentang Sediaan Injeksi ... 5
2.1.1Definisi Sediaan Injeksi ... 5
2.1.2Cara Pemberian Obat Parenteral ... 5
2.1.3Karekteristik khusus dan Persyaratan Sediaan Injeksi .... 8
2.1.4Keuntungan dan Kelemahanpemberian Obat Secara Parenteral ... 8
2.1.5Peryaratan Sediaan Parenteral ... 10
2.1.6Wadah Sediaan Injeksi………. 10
2.2 Tinjauan Difenhidramin HCl ... 11
2.2.1 Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Difenhidramin HCl ... 11
2.2.2 Tinjauan Farmakologi Difenhidramin HCl ... 12
2.3 Tinjauan Pengawet ... 14
2.4 Tinjauan Pembawa (Water for injection) ... 17
iii
2.5.1 Definisi Sterilisasi ... 17
2.5.2 Alasan Melakukan Sterilisasi ... 17
2.5.3 Metode Sterilisasi Uap (Lembap Panas) ... 18
2.5.4 Teknik Aceptik ... 18
2.6 Tinjauan Tentang Mikrobiologi ... 20
2.6.1Jenis Mikroorganisme yang Umum Terdapat Sebagai Kontaminan ... 20
2.6.2Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme ... 22
2.6.3Bahan Penghambat Pertumbuhan ... 25
2.6.4Sumber-Sumber Kontaminasi Mikroorganisme ... 25
2.6.5Mikroorganisme Percobaan ... 26
2.7 Tinjauan Tentang Uji Inaktivasi Pengawet ... 28
2.8 Tinjauan Tentang Uji Sterilitas ... 28
2.8.1Media untuk Uji Sterilitas ... 28
2.8.2Pengambilan Sampel untuk Uji Sterilitas ... 31
2.8.3Prosedur Umum ... 31
2.8.4Metode Uji Sterilisasi ... 33
2.8.5Kontrol/Uji Kesesuaian dalam Uji Sterilitas ... 34
2.8.6Pengamatan dan Penafsiran Hasil Uji……….. 35
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 37
3.1 Uraian Kerangka Konseptual ... 37
3.2 Skema Kerangka Konseptual ... 39
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... 40
4.1 Desain Penelitian ... 40
4.2 Bahan dan Alat yang Digunakan ... 40
4.2.1Bahan... 40
4.2.2Alat ... 40
4.3 Prosedur Penelitian ... 41
4.3.1Sterilisasi Alat………. 41
4.3.2 Penyiapan Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) ... 43
iv
4.3.4 Formulasi………... 43
4.3.5 Penyiapan Media……….. 44
4.3.6 Uji Fertilitas Media(control positif)………...………….. 45
4.3.7 Uji Sterilitas Media (control negative)……….…… 45
4.3.8 Uji Inaktivasi Pengawet ... 45
4.3.9 Uji Sterilitas Sampel……….…. 47
BAB V HASIL PENELITIAN ... 49
5.1 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) Sebelum dan Saat Digunakan ... 50
5.2 Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) ... 52
5.3 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ... 52
5.4 Hasil Pemeriksaan Pendahuluan (Pemeriksaan Fisik Sediaan) ... 53
5.5 Hasil Uji Inaktivasi Pengawet Klorobutanol ... 53
5.6 Hasil Uji Sterilitas Sampel ... 58
BAB VI PEMBAHASAN ... 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
7.1 Kesimpulan ... 64
7.2 Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
65
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2009. Sediaan Farmasi Steril. Seri Farmasi Industri 4, Bandung: ITB, hal 13 - 16.
Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi (Penerjemah Farida Ibrahim). Edisi keempat. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, hal 399, 404 - 405, 411 - 418, 423, 426, 433.
Badan Pengawas Obat dan Makanan., 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Jakarta :Badan POM, hal : 126 – 129.
Buchanan, EC., Schneider PJ., 2010. Peracikan Sediaan Steril, edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 17 – 18, 260.
Denyer, P.S., Rosamund, M.B., 2007.Guide to Microbiological Control in Pharmaceutical and Medical Devices. 2nd Edition. New York : CRC Press, pp : 92 – 95.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.,1979. Farmakope Indonesia, edisi III.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, hal. 889.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, hal xIviii, 330 - 331.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2009. Suplemen 1 Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta: Departemen kesehatan RI, hal 1512 – 1519. Gunawan SG.,2007. Farmakologi Dan Terapi, edisi 5(Cetak ulang dengan
perbaikan, 2008). Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK-UI, hal 273 – 281.
Gunn’s dan Cooper, 1975., 1975. Dispensing For Pharmaceutical Student.Twelfth Edition. Pitman Medical, pp : 300 – 549.
Hadioetomo, R.S., 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, hal 102 – 140.
Jawetz, E., Melnick J.L, Adelberg E.A., 2005.Review of Medical Microbiology, 14th edition. Lange Medical Publications, Los Altos-California, pp 284 - 425.
66
Lachman. L, Lieberman H.A, Kanig. J.L.,1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia Press, hal 1292.
Lukas, S., 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Andi Yogyakarta, hal 25, 30, 37.
Notoatmodjo, S, Dr., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 156.
Pratiwi Sylvia T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga, hal. 2.
Rowe C Raymond, dkk., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, sixth edition. London: Pharmaceutical Press, pp. 56 – 58.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, edisi revisi, Jakarta :Binarupa Aksara
Sweetman, SC., 2009. Martindale, Thirty-sixth edition. London: Pharmaceutical Press. pp: 577-578.
Tim Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya., 2003. Bakteriologi Medik. Malang: Bayumedia Publishing. hal 12-13, 31–34.
Turco, S., 1979. Sterile Dosage Forms.2nd Edition.Philadelphia : LEA & FEBIGER, hal 11.
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Klarifikasi Ruangan Bersih ... 19
II.2 Perlengkapan dan Kandungan Kuman dari Manusia ... 19
II.3 Volume Pengambilan Sampel ... 31
II.4 Jumlah Volume Bahan dan Media untuk Bahan Cair ... 32
II.5 Jumlah Minimum Bahan yang di Uji Sesuai dengan Jumlah Bahan dalam Bets……….. ... 33
II. 6 Jalur Mikroba Uji yang Sesuai untuk Penggunaan Uji Fertilitas dan Uji Validasi... 35
V.I Hasil Uji Efektivas Laminar Air Flow Sebelum dan Saat Pengujian Inaktivasi ... 50
V.2 Hasil Uji Efektivas Laminar Air Flow Sebelum dan Saat PengujianSterilitas ... 50
V.3 Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) ... 52
V.4 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ... 53
V.5 Hasil Pemeriksaan Pendahuluan ... 53
V.6 Hasil Pengamatan Uji Inaktivasi Sampel Sediaan Difenhidramin HCl dengan Pengawet Klorobutanol 0,5% b/v Setelah Dilakukan Pengenceran pada Media Thioglikolat ... 55
V.7 Hasil Pengamatan Uji Inaktivasi Sampel Sediaan Difenhidramin HCl dengan Pengawet Klorobutanol 0,5% b/v Setelah Dilakukan Pengenceran pada Media Kasamino ... 56
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Kimia Difenhidramin HCl ... 11
2.2 Struktur Kimia Klorobutanol ... 14
2.3 Kurva Fase Pertumbuhan Mikroorganisme ... 21
3.1 Skema Kerangka Konseptual ... 39
4.1 Skema Kerangka Operasional ... 48
5.1 Letak Media Agar pada Laminar Air Flow Cabinet Sebelum Digunakan ... 51
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar Riwayat Hidup ... 67
2 Surat Pernyataan Bebas Plagiasi ... 68
3 Sertifikat Klorobutanol ... 69
4 Sertifikat Difenhidramin Hidroklorida ... 70
5 Laporan Hasil Uji Isolat Jamur Candida albicans ... 71
6 Laporan Hasil Uji Isolat Bakteri Pseudomonas aeruginosa ... 72
7 Perhitungan Bahan Sediaan Injeksi Difenhidramin HCl Dosis Ganda dengan Pengawet Klorobutanol 0.5 % b/v ... 73
8 Foto Hasil Uji Fertilitas dan Uji Sterilitas Media ... 74
9 Foto Jumlah Koloni Bakteri dan Jamur yang Ditambahkan pada Media yang Digunakan Sebagai Kontrol Positif ... 75
10 Foto hasil Pemeriksaan Pendahuluan (Pemeriksaan Fisik Sediaan) ... 76
11 Foto Hasil Kontrol LAFC Sebelum Digunakan ... 77
12 Foto Hasil Kontrol LAFC Saat Digunakan ... 78
13 Foto Hasil Uji Inaktivasi Klorobutanol 0,5% b/v ... 80
14 Foto Hasil Uji sterilitas sediaan difenhidramin HCl Dosis Ganda Pengujian Sterilitas ... 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi,
atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan secara parenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek
jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006). Sterilitas
harus terjamin pada sediaan parenteral karena sediaan mengelakkan garis
pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan
mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan komponen
toksik, dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Selain itu
di suntikkan langsung ke cairan tubuh, apabila mengandung mikroorganisme dan
komponen toksis maka akan tersebar ke seluruh tubuh. Sediaan injeksi yang
paling rentan terkontaminasi mikroorganisme adalah sediaan injeksi dosis ganda
karena penggunaannya secara berulang-ulang.
Salah satu contoh sediaan injeksi dosis ganda adalah difenhidramin HCl
yang merupakan antihistamin antagonis reseptor H1 yang berfungsi untuk
mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme
penghambatan bersaing pada sisi reseptornya. Difenhidramin HCl digunakan
untuk mengurangi gejala kondisi alergi termasuk urtikaria, angioedema, rhinitis,
dan gangguan pruritus pada kulit. Selain itu, juga digunakan sebagai antimuntah
pada terapi mual dan muntah, serta terapi vertigo karena berbagai penyebab.
Difenhidramin HCl digunakan secara parenteral untuk terapi shock anafilaksis
(Sweetman, 2007).
Sediaan injeksi ditempatkan dalam wadah dosis tunggal dan dosis ganda.
Wadah dosis tunggal merupakan suatu wadah kedap udara yang mempertahankan
jumlah obat steril dengan tujuan pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan
yang bila dibuka, tidak dapat ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap steril.
Sedangkan wadah dosis ganda adalah wadah kedap udara yang memungkinkan
2
kualitas atau kemurnian bagian yang tertinggal. Sediaan dosis ganda
dipersyaratkan mampu steril hingga 28 hari sejak penusukan pertama. Maka perlu
dilakukan pengujian sterilitas pada sediaan. Beberapa usaha yang dilakukan untuk
menjaga sterilitas sediaan dengan wadah dosis ganda antara lain dengan
penambahan antimikroba (Ansel, 2005).
Salah satu antimikroba yang dapat digunakan adalah klorobutanol.
Klorobutanol terutama digunakan pada sediaan oftalmik atau parenteral sebagai
pengawet antimikroba pada konsentrasi sampai dengan 0,5% b/v. Klorobutanol
juga sering digunakan sebagai agen antibakteri pada larutan epinephrine, larutan
ekstrak yang berlendir, sediaan optalmik untuk pengobatan miosis. Digunakan
sebagai antibakteri dengan formulasi non aqua. Klorobutanol juga sering
digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik sebagai plasticizer untuk ester
selulosa dan jenis eter lain dan telah digunakan untuk pengobatan sebagai sedativ
ringan dan analgesik lokal (Rowe,2006).
Uji sterilitas merupakan salah satu syarat dari sediaan injeksi terutama
injeksi dosis ganda karena kemungkinan kontaminasi mikroba pada saat
pengambilan berulang (Lukas,2006). Sehingga diperlukan uji sterilitas yang
dimaksudkan untuk memeriksa kemungkinan adanya mikroorganisme yang hidup
atau mempunyai daya hidup di dalam sediaan farmasi yang telah mengalami
proses sterilisasi. Pengujian sterilisasi harus dilakukan dengan teknik aseptis yang
cocok (Depkes RI, 1979).
Menurut Suplemen 1 Farmakope Indonesia edisi IV(1995), bahwa jika
bahan uji mempunyai aktivitas antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi
dengan bahan penetral yang sesuai atau dengan cara mengencerkan dalam
sejumlah media yang cukup. Oleh karena itu, sebelum dilakukan uji sterilitas
sampel, terlebih dahulu dilakukan uji inaktivasi pengawet. Uji ini dilakukan
bertujuan untuk menghilangkan pengaruh antibakteri dan antifungi yang
ditambahkan pada sediaan sehingga tidak mempengaruhi hasil uji sterilitas.
Uji inaktivasi dapat menggunakan beberapa metode antara lain yaitu
metode pengenceran dengan berbagai perbandingan yang sesuai, menetralkan
dengan penetral yang sesuai, dan penyaringan membran. Uji inaktivasi dilakukan
dengan suatu metode yakni pengenceran sediaan dalam sejumlah media yang
3
dapat diterapkan pada semua jenis pengawet, sedangkan metode menetralkan
dengan penetral yang sesuai tidak digunakan karena tidak semua pengawet
mempunyai penetral yang sesuai. Metode penyaringan membran tidak digunakan
karena dinilai sulit karena harus menggunakan alat khusus.
Uji inaktivasi penting dilakukan karena dengan adanya pengaruh
antimokroba dalam sediaan dapat mempengaruhi hasil uji sterilitas dan juga dapat
menggangu proses sterilitas karena pengawet dalam sediaan hanya bersifat
bakteriostatik tanpa mampu membunuh mikroorganisme. Uji ini dilakukan dan
ditetapkan sebelum uji sterilitas karena pada saat uji sterilisasi semua prosesnya
harus dilakukan secara aceptis dan cepat agar meminimalkan kontaminan.
Dari beberapa uraian diatas pada penelitian ini sudah dibuat sediaan
injeksi dosis ganda dengan bahan obat difenhidramin klorida dan pengawet yang
akan digunakan adalah klorobutanol 0,5% b/v. Alasan penggunaan klorobutanol
sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,5% b/v karena klorobutanol dapat
bertindak sebagai antibakteri dan antifungi, sangat efektif melawan bakteri
gram-negatif dan bakteri gram-positif, dan beberapa fungi seperti Candida albicans,
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus albus, serta aktivitas antimikrobanya dapat bersifat bakteriostatik dan bakteriosida (Rowe, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka akan
dilakukan penelitian tentang berapakah pengenceran yang dibutuhkan untuk
menginaktivasi pengawet klorobutanol 0,5% b/v terhadap uji sterilitas sediaan
injeksi difenhidramin HCl dosis ganda?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat pengenceran yang dibutuhkan
untuk menginaktivasi pengawet klorobutanol 0,5% terhadap sediaan injeksi
difenhidramin HCl dosis ganda.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tingkat
4
terhadap sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda dan dapat dijadikan
sebagai pedoman untuk melakukan uji sterilitas sediaan injeksi dosis ganda yang