• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan tepung kepala udang sebagai bahan substitusi tepung ikan dalam formulasi pakan ikan patin Pangasianodon hypophtalmus.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan tepung kepala udang sebagai bahan substitusi tepung ikan dalam formulasi pakan ikan patin Pangasianodon hypophtalmus."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

RETNO CAHYA MUKTI. The use of shrimp head meal as substitutes for fish meal in the diet of catfish Pangasianodon hypophtalmus. Guided by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and ZAFRIL IMRAN AZWAR.

The research was aim to find out the optimal dosage of shrimp meal as an alternative protein source for fish meal in the diet catfish Pangasianodon hypophtalmus. The research applied statistical method of complete random device with five treatments and three replication. Twenty fishes with an initial body weight of 21,4±0,13 g were cultured for 42 days in 100 x 100 x 80 cm3 of concrete tank, each filled with 500 L of water. Fish meal in the diet was substituted by shrimp head meal at the levels of 15%, 30%, 45% and 60% (namely diets B, C, D, and E respectively). Diet A contained fish meal as a source of protein. Feed was given base on fish body wight per day, feeding frequency is three times daily. The results showed that there were no significant differences (P>0,05) among a treatments for the average final body weight, feed convertion ratio, protein retention and survival rate. However, there was a significant difference (P<0,05) for specific growth rate and lipid retention values. The highest specific growth rate (1,96) was obtained in the group of fish fed on the diet containing 30% of head shrimp head meal. Therefore, it can be concluded that the optimal dosage of shrimp head meal in the diet catfish was 30%.

(2)

6

ABSTRAK

RETNO CAHYA MUKTI. Penggunaan tepung kepala udang sebagai bahan substitusi tepung ikan dalam formulasi pakan ikan patin Pangasianodon hypophtalmus. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan ZAFRIL IMRAN AZWAR.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimum tepung kepala udang (TKU) yang dapat digunakan untuk mensubstitusi tepung ikan (TI) dalam formulasi pakan ikan patin Pangasianodon hypophtalmus. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Ikan patin dengan bobot rata-rata 21,4±0,13 g ditebar sebanyak 20 ekor ke dalam tiap bak beton berukuran 100 x 100 x 80 cm3 dengan volume air 500 L dan dipelihara selama 42 hari. Pada perlakuan ini, TI disubstitusi oleh TKU sebesar 15%, 30%, 45%, dan 60% (perlakuan B, C, D, dan E). Pakan A merupakan pakan kontrol (100% TI). Pakan diberikan berdasarkan bobot biomassa ikan dengan frekuensi 3 kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan variasi dosis TKU memberikan bobot akhir rata-rata, konversi pakan, retensi protein dan tingkat kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Laju pertumbuhan spesifik dan nilai retensi lemak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Laju pertumbuhan spesifik terbaik ditunjukkan pada perlakuan dengan dosis TKU sebesar 30% yaitu sebesar 1,96%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dosis optimum TKU sebagai substitusi tepung ikan yang menghasilkan pertumbuhan yang terbaik adalah 30%. Kata kunci : tepung kepala udang, tepung ikan, ikan patin Pangasianodon

(3)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan budidaya ikan ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ketersediaan bahan pakan yang berkualitas baik. Dalam industri perikanan budidaya, pakan memegang peranan sangat besar, karena hampir 60-80% biaya produksi berasal dari pakan. Budidaya perikanan yang intensif sangat menuntut tersedianya pakan dalam kualitas yang baik, kuantitas yang cukup, harga yang relatif murah, tepat waktu dan berkesinambungan. Usaha budidaya perikanan di Indonesia menghadapi permasalahan yang berat dengan naiknya harga pakan ikan sebagai akibat naiknya komponen impor pada bahan bakunya. Hal ini dapat mengakibatkan keuntungan yang diperoleh pembudidaya ikan rendah. Dengan keuntungan yang rendah akan mempengaruhi keberlanjutan usaha budidaya. Salah satu bahan baku pakan yang masih impor dengan harga inggi adalah tepung ikan. Data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (2010) bahwa Indonesia mengimpor tepung ikan sebesar 65.601 ton pada tahun 2009.

Ikan patin Pangasianodon hypopthalmus merupakan kelompok ikan budidaya yang termasuk kelompok ikan omnivora cenderung herbivora. Kelompok ikan ini menggunakan tepung ikan dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan ikan kelompok herbivora. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menyubstitusi tepung ikan dengan sumber protein lain yang harganya lebih murah dan berkualitas baik. Pakan alternatif yang diberikan pada ikan hendaknya bermutu baik sesuai dengan kebutuhan ikan, tersedia setiap saat, dan harganya murah (Suprayudi 2010). Salah satu bahan pakan alternatif sebagai substitusi tepung ikan sumber protein hewani antara lain adalah kepala udang.

(4)

2 kualitasnya bervariasi tergantung jenis udang dan proses pengolahannya (Abun 2009).

Ekspor udang umumnya berupa udang tidak beku, udang beku dan udang dalam kaleng. Produk udang beku sebagian besar berupa produk tanpa kepala (headless) dan produk udang kupasan (peeled). Dari bagian udang yang terbuang tersebut ada bagian yang masih layak bagi konsumsi, misalnya bagian kepala dan dada udang (cephalothorax). Kepala udang sangat potensial dijadikan bahan pakan sumber protein hewani karena ketersediaannya cukup banyak dan mengandung zat-zat gizi yang tinggi. Menurut Hetramf dan Piedad-Pscual (2000) melaporkan bahwa berdasarkan komposisi bahan kering, kepala udang mengandung 43,2% protein kasar, 5,6% lemak, 15,8% serat kasar, 33,0% abu, dan 2,4 BETN. Untuk mengetahui pemanfaatan tepung kepala udang, perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatannya untuk menggantikan tepung ikan dalam pakan ikan.

1.2 Tujuan

(5)

II.

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Wadah dan Media Pemeliharaan

Ikan uji dipelihara dalam bak beton berdimensi 100 x 100 x 80 cm dengan volume air 500 liter. Bak beton yang digunakan berjumlah 15 buah untuk 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Masing-masing bak dilengkapi dengan aerasi dan pengolahan air menggunakan sistem resirkulasi. Kepadatan ikan adalah 20 ekor per bak. Penempatan bak dilakukan secara acak. Skema dan tata letak wadah perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.2 Pakan Uji

(6)

4 Tabel 1. Komposisi bahan baku pakan (g per kg pakan kering)

Bahan pakan Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%) TKU 0% TKU 15% TKU 30% TKU 45% TKU 60% Tepung ikan TKU PKM Dedak SBM Minyak Kelapa Premix Tapioka 22,50 0,00 35,00 12,50 18,00 4,00 2,00 6,00 19,23 3,37 35,00 12,50 18,00 4,00 2,00 5,90 15,75 6,75 35,00 12,50 18,00 4,00 2,00 6,00 12,37 10,13 35,00 12,50 18,00 4,00 2,00 6,00 9,20 13,50 35,00 12,50 18,00 4,00 2,00 5,80 Menurut perhitungan :

DE (kkal/kg)* C/P (kkal/g)** 2.323,26 8,10 2.306,81 8,22 2.285,21 8,35 2.266,15 8,48 2.252,25 8,61 Keterangan :

* Digesteble energy (energi pakan yang dapat dicerna)

1 g protein = 3,50 kkal/kg, 1 g karbohidrat = 2,50 kkal/kg,1 g lemak = 8,10 kkal/kg (NRC, 1993).

** C = energi, P = protein.

Tabel 2. Komposisi proksimat pakan (% bobot kering) Komposisi

proksimat

Perlakuan/ dosis TKU pergantian tepung ikan (%) TKU 0% TKU 15% TKU 30% TKU 45% TKU 60% Protein (%)

Lemak (%) Abu (%)

Serat Kasar (%) BETN (%) 29,49 7,90 9,19 11,02 36,00 28,12 8,00 7,82 14,15 34,06 28,29 7,87 7,80 15,87 32,37 27,80 7,77 7,25 17,93 30,92 28,03 7,80 8,45 20,64 28,16 Keterangan kadar air (%) :

Pakan A: 15,58, Pakan B: 14,15, Pakan C: 15,60, Pakan D; 15,59, Pakan E : 15,80.

2.3 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data

(7)

Pakan diberikan sesuai dengan berat bioamassa ikan yaitu sebesar 3% dari berat biomassa ikan per bak. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB. Ikan mula-mula diadaptasikan terhadap pakan selama 7 hari. Setelah masa adaptasi ini berakhir, ikan dipuasakan selama 24 jam untuk menghilangkan sisa pakan dalam saluran pencernaan ikan, kemudian ikan ditimbang dalam bobot basah tubuhnya kemudian dimasukkan ke dalam bak. Setelah masa adaptasi, ikan kemudian diberikan pakan perlakuan. Pemeliharaan dilakukan selama 42 hari. Sampling dilakukan setiap dua minggu sekali dengan cara menghitung dan menimbang biomassa seluruh ikan pada masing-masing bak kemudian mencatat jumlah ikan dan berat biomassanya. Untuk menghitung retensi protein dan retensi lemak, sampel ikan diambil pada awal dan akhir penelitian kemudian dilakukan analisis proksimat tubuh ikan.

2.4 Analisis Kimia

Analisis proksimat yang dilakukan meliputi analisis proksimat bahan pakan, pakan uji, tubuh ikan awal dan akhir penelitian, serta analisis beberapa parameter kualitas air. Analisis proksimat bahan pakan, pakan uji, dan tubuh ikan terdiri dari pengukuran protein, lemak, kadar abu, kadar air dan serat kasar. Analisis proksimat ini dilakukan dengan metode AOAC (1984) dalam Takeuchi (1988) seperti yang tertera pada Lampiran 1. Parameter kualitas air yang diukur seperti suhu, oksigen terlarut (DO), pH, alkalinitas, kesadahan, dan total ammonium nitrogen (TAN) yang dilakukan pada awal, tengah dan akhir penelitian.

2.5 Analisis Statistik

(8)

6 keseluruhan data menggunakan program komputer S.A.S (S.A.S Institute, 2004). pada tingkat kepercayaan 95%. Parameter yang diuji adalah :

Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah konsumsi pakan (JKP) ikan uji diketahui dengan cara menimbang jumlah pakan yang dimakan oleh ikan uji selama penelitian.

Pertumbuhan

Spesific growth rate (SGR) atau laju pertumbuhan spesifik dihitung berdasarkan pada Steffens (1989).

Keterangan : SGR = Spesific growth rate (%)

Wt = Rata-rata bobot individu pada waktu t percobaan (g) W0 = Rata-rata bobot individu pada waktu awal percobaan (g)

t = Lama waktu penelitian (hari)

Konversi Pakan (KP)

Rasio konversi pakan dihitung berdasarkan persamaan Steffens (1989).

Keterangan : Wt = Bobot total ikan pada akhir pemeliharaan (gram)

W0 = Bobot total ikan pada awal pemeliharaan(gram)

Wd = Bobot total ikan yang mati selama pemeliharaan (gram)

F = Jumlah pakan yang diberikan (gram)

Survival Rate (SR)

Survival rate (SR) atau tingkat kelangsungan hidup dihitung berdasarkan persamaan Steffens (1989):

SGR = ln Wt– ln W0 x 100% t

KP (%) = F x 100%

[(Wt + Wd) – W0

(9)

Keterangan: SR = Kelangsungan hidup ikan

Nt = Jumlah individu ikan uji pada t percobaan (ekor) No = Jumlah individu ikan uji pada awal percobaan (ekor)

Retensi Protein

Retensi protein dihitung berdasarkan pada persamaan Takeuchi (1988):

Keterangan : RP = Retensi protein (%)

Pt = Bobot protein tubuh pada waktu t (g)

P0 = Bobot protein tubuh awal (g)

Pp = Bobot protein pakan (g)

Retensi Lemak

Retensi lemak dihitung berdasarkan pada persamaan Takeuchi (1988), yaitu:

Keterangan : RL = Retensi lemak (%)

Lt = Bobot lemak tubuh pada waktu t (g)

L0 = Bobot lemak tubuh awal (g)

Lp = Bobot lemak pakan (g)

RP (%) = (Pt - P0) x 100% Pp

(10)

8

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Selama penelitian, ikan uji menunjukkan peningkatan bobot untuk semua perlakuan. Pada Gambar 1 berikut ini menyajikan pertumbuhan mutlak rata-rata ikan, sedangkan biomassa setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 5.

Gambar 1 Pertumbuhan mutlak rata-rata ikan patin yang diberi pakan perlakuan TKU dengan dosis 0% (A), 15% (B), 30% (C), 45% (D), dan 60% (E). Pada akhir penelitian terlihat bahwa ikan uji pada semua perlakuan mengalami peningkatan bobot. Peningkatan bobot rata-rata yang diberikan pakan perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pakan kontrol (P>0,05).

Pada Tabel 3 berikut ini menunjukkan hasil perhitungan terhadap jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), spesific growth rate (SGR), tingkat kelangsungan hidup (SR), nilai retensi protein (RP), dan nilai retensi lemak (RL).

15.2

14.2

17.3

14.8

12.3

0.0 8.0 16.0 24.0

A B C D E

Perlakuan

P

e

r

tu

mb

u

h

an

mu

tl

ak

r

ata

-r

ata i

k

an

(gr

(11)

Tabel 3 Jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), spesific growth rate (SGR), tingkat kelangsungan hidup (SR), nilai retensi protein (RP), dan nilai retensi lemak (RL) ikan patin yang diberi pakan perlakuan TKU dengan dosis 0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%

Parameter Perlakuan/kadar TKU dalam tepung ikan (%)

A(0) B (15) C (30) D (45) E (60)

JKP/ikan (g) 12,66 ± 0,27a 12,08 ± 0,20a 12,60 ± 0,18a 11,98 ± 0,53a 11,86 ± 0,64a KP 1,44 ± 0,13 ab 1,64 ± 0,15 a 1,38 ± 0,03 ab 1,67 ± 0,13 a 1,76 ± 0,37 a SGR (%) 1,92 ± 0,13ab 1,73 ± 0,19ab 1,96 ± 0,08a 1,68 ± 0,35ab 1,62 ± 0,39b SR (%) 100 ± 0,00 a 96,67 ± 5,77 a 100 ± 0,00 a 98,33 ± 2,89 a 100 ± 0,00 a RP (%) 48,74 ± 5,10 a 49,69 ± 2,12 a 55,74 ± 0,32 a 50,81 ± 4,54 a 47,27 ± 6,74 a RL (%) 60,23 ± 3,06 b 60,38 ± 2,49b 70,54 ± 2,09 a 64,12 ± 3,17 ab 63,19 ±5,86 b

Keterangan : huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata (P>0,05).

Pakan dengan berbagai kadar komposisi TKU memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik dan retensi lemak (P<0,05) tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah konsumsi pakan, konversi pakan, retensi protein dan kelangsungan hidup (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai jumlah konsumsi pakan, konversi pakan, kelangsungan hidup, dan retensi protein perlakuan (dengan pergantian TKU) memberikan hasil yang sama baik terhadap pakan kontrol (tanpa pergantian TKU). Sedangkan retensi lemak dan laju pertumbuhan pada semua perlakuan menunjukkan perbedaan dengan pakan kontrol.

3.2 Pembahasan

Peningkatan bobot pada semua perlakuan menunjukkan bahwa seluruh ikan uji mengalami pertumbuhan selama penelitian sebagai akibat adanya alokasi energi yang berasal dari pakan untuk pertumbuhan setelah energi untuk pemeliharaan tubuh (maintenance) terpenuhi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lovell (1988) dalam Halver dan Hardy (2002) bahwa kebutuhan energi untuk maintenance harus terpenuhi dahulu sebelum terjadinya pertumbuhan.

(12)

10 mengemukakan bahwa peningkatan kadar tepung kepala udang pada pakan sebesar 40% akan menyebabkan terjadinya penurunan nilai kecernaan protein pakan, jumlah pertambahan bobot, dan laju pertumbuhan ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis dari 85,2%; 101,5%; dan 1,17% menjadi 81,2%; 27,8%; dan 0,51%. Sedangkan menurut Jatomea et al. (2002) melaporkan bahwa penambahan tepung kepala udang sebesar 15% dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan nila Oreochromis niloticus L. Hasil riset lain dari Ceballos et al. (2009) menyatakan bahwa penambahan tepung kepala udang sampai dosis 25% masih memberikan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan Litopenaeus schmitti.

Penurunan laju pertumbuhan ini diduga karena kandungan serat kasar yang semakin meningkat sejalan dengan penambahan dosis TKU pada pakan. Berdasarkan Tabel 2, kadar serat kasar dalam pakan berkisar 11-20%. Menurut SNI (2009) bahwa syarat mutu pakan ikan patin mengandung kadar serat kasar maksimum sebesar 8%. Sedangkan menurut menurut Afrianto dan Liviawaty (2005) menyatakan bahwa kandungan serat kasar dalam pakan dianjurkan tidak lebih dari 21%. Besarnya serat kasar melebihi kadar maksimum akan menyebabkan penurunan laju pertumbuhan harian ikan. Hal ini ditambahkan oleh Indriyanti (2011) menyatakan bahwa serat kasar yang tinggi akan memberikan rasa kenyang karena komposisi karbohidrat kompleks yang menghentikan nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi makanan. Selain itu, serat kasar yang tinggi menyebabkan porsi eksreta lebih besar sehingga penyerapan protein yang dapat dicerna semakin berkurang. Dengan menurunnya konsumsi pakan dan penyerapan protein mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan ikan.

Tingginya kandungan serat kasar dalam pakan berasal dari kitin yang terkandung dalam kepala udang. Shiau dan Yu (1999) dalam Jatomea et al. (2002) menjelaskan bahwa kitin mempunyai dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan dan rasio konversi pakan pada ikan nila. Heriarti et. al. (2000) dalam Yulianingsih dan Yohanes (2007) melaporkan bahwa pada ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) peningkatan kandungan kitin 16% dalam pakan menyebabkan penurunan laju konsumsi pakan dan konversi pakan.

(13)

karbonat merupakan kendala dalam pemanfaatan tepung kepala udang ini. Kandungan protein yang terikat dalam kitin tersebut bisa mencapai 50-95% dan kalsium karbonatnya sampai 15-30% (Foster dan Webber 1960). Adanya ikatan kitin protein kalsium karbonat yang kuat diduga akan menurunkan daya cerna protein limbah udang ini, sehingga pemanfaatannya belum optimal dibanding dengan potensi nilai gizinya. Hetramf dan Piedad-Pscual (2000) melaporkan bahwa kadar kitin dalam tepung kepala udang berbeda-beda tergantung cara pengolahannya. Tepung kepala udang yang mengalami perebusan terlebih dahulu mengandung kitin mencapai 17,6%.

Keefisienan penggunaan pakan menunjukkan nilai pakan yang dapat diubah menjadi pertambahan pada berat badan ikan. Efisiensi pakan dapat dilihat dari beberapa faktor dimana salah satunya adalah rasio konversi pakan. Rasio konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan yang dihasilkan. NRC (1993) menjelaskan bahwa besar kecilnya rasio konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor tetapi yang terpenting adalah kualitas dan kuantitas pakan, spesies, ukuran dan kualitas air. Besar kecilnya rasio konversi pakan menentukan efektivitas pakan tersebut. Nilai konversi pakan yang sama pada semua perlakuan dan kontrol menunjukkan bahwa pakan mempunyai kualitas yang sama baik untuk pertumbuhan ikan patin. Jumlah konsumsi yang sama dengan panambahan bobot yang sama akan memberikan nilai efisiensi pakan atau nilai konversi pakan yang sama pula. Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa penambahan TKU dan tanpa penambahan TKU dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap nilai konversi pakan yaitu berkisar 1,44-1,76. Menurut Azwar et al. (2010) menyatakan bahwa ikan patin yang diberi pakan dengan kadar protein 30% sebanyak 3%/hari menunjukkan nilai konversi pakan sebesar 1,93-2,67. Ditambahkan oleh Jatomea et al. (2002) melaporkan bahwa penambahan tepung kepala udang sebesar 15% dalam pakan ikan nila Oreochromis niloticus menghasilkan nilai konversi pakan sebesar 1,9.

(14)

12 penambahan TKU dan tanpa penambahan TKU dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap nilai retensi protein yaitu berkisar 47,47-55,74%. Menurut Azwar et al. (2010) menyatakan bahwa ikan patin yang diberi pakan dengan kadar protein 30% mempunyai nilai retensi protein sebesar 32,51-41,01%. Sedangkan menurut Suhenda dan Reza (2008) melaporkan bahwa kadar protein sebesar 35% dalam pakan benih ikan patin menghasilkan nilai retensi protein sebesar 36,90-42,87%. Tingkat retensi protein yang sama pada semua perlakuan didukung pula oleh kandungan protein pakan uji yang relatif sama pada masing-masing perlakuan. Kadar protein yang dihasilkan masih dalam rentang layak untuk kebutuhan ikan patin yaitu 28%. Hal ini sesuai dengan pendapat NRC (1993) yang menyatakan bahwa kadar protein yang dibutuhkan ikan patin berkisar 28-32%.

Besarnya nilai retensi protein tubuh ikan dipengaruhi oleh kandungan asam amino esensial dalam pakan tersebut. Pola asam amino esensial yang mencukupi kebutuhan ikan akan mengoptimalkan pemanfaatan pakan yang dicerna oleh tubuh ikan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Steffens (1989) menyatakan bahwa kandungan protein terkait dengan jumlah protein yang dikonsumsi melalui stimulasi pada proses sintesis protein dan efisiensi retensi protein yang telah disintesis. Semakin sesuai pola asam amino esensial suatu pakan terhadap tubuh ikan maka akan semakin banyak bagian dari asam amino yang disintesis menjadi protein.

Salah satu asam amino esensial yang penting yang dibutuhkan ikan adalah asam amino metionin dan lisin. Menurut Sholikhati (1999) dalam Hasibuan (2007) melaporkan bahwa kebutuhan ikan patin akan asam amino metionin dan lisin yaitu sebesar 2,61% dan 6,23%. Sedangkan asam amino metionin yang terkandung di dalam tepung udang dan tepung ikan masing-masing sebesar 1,4 % dan 1,6% sedangkan kandungan asam amino lisin sebesar 4,2% dan 6,3% (Hetramf dan Piedad-Pscual 2000).

(15)

TKU sebesar 45%. Retensi lemak dipengaruhi oleh kadar lemak dalam pakan. Menurut Hanson et al. (1985) dalam Halver dan Hardy (2002) mengatakan bahwa kandungan lemak dalam pakan dibataasi untuk tidak melebihi 10-12%.

Kadar lemak pakan dalam penelitian berkisar 7,7-8%. Retensi lemak yang dihasilkan berkisar 60,53-70,54%. Menurut Suhenda & Reza (2008) menyatakan bahwa kadar lemak 4-6% dalam pakan ikan patin menghasilkan nilai retensi lemak yang tinggi yaitu 78,86-90,56%. Selain itu, perbedaan nilai retensi lemak diduga terjadi karena pada pakan perlakuan penambahan dosis TKU 30% dan 45% mengandung komposisi asam lemak yang sesuai dengan yang kebutuhan ikan patin. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Steffens (1989) bahwa lemak merupakan bagian yang penting dalam pakan ikan karena mengandung asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan. Kebutuhan asam lemak dapat terpenuhi dari sumber bahan baku pakan.

Retensi lemak pada tubuh ikan patin lebih besar dibandingkan dengan retensi proteinnya. Hal ini disebabkan karena ikan patin lebih dapat memanfaatkan protein dibandingkan lemak sebagai sumber energi. Menurut Lovell (1989) dalam Halver dan Hardy (2002) menyatakan bahwa ikan lebih efisien menggunakan protein sebagai sumber energi. Lemak cenderung disimpan dalam tubuh dibandingkan dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan.

(16)

14

IV.

KESIMPULAN

(17)

PENGGUNAAN TEPUNG KEPALA UDANG SEBAGAI

BAHAN SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DALAM FORMULASI

PAKAN IKAN PATIN

Pangasianodon hypophtalmus

RETNO CAHYA MUKTI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(18)

2

PENGGUNAAN TEPUNG KEPALA UDANG SEBAGAI

BAHAN SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DALAM FORMULASI

PAKAN IKAN PATIN

Pangasianodon hypophtalmus

RETNO CAHYA MUKTI

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(19)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PENGGUNAAN

TEPUNG

KEPALA

UDANG

SEBAGAI

BAHAN SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DALAM FORMULASI

PAKAN IKAN PATIN

Pangasianodon hypophtalmus

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2012

(20)

4

KATA PENGANTAR

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2011 di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Sempur Bogor. Analisis proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat bahan, pembuatan pakan, pemeliharaan ikan dan analisis proksimat tubuh ikan dilakukan di Laboratorium BPPBAT Sempur, Bogor sedangkan analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan BPPBAT Cibalagung.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si dan Bapak Dr. Zafril Imran Azwar, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi. Kepala BPPBAT Sempur Bogor atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk mengerjakan penelitian ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayahanda Kaminudin, ibunda Siti Noor Jannah serta adinda Riyan dan Ridha atas semangat, doa, dan didikannya yang senantiasa bernilai tiada akhir. Keluarga BDP 44 khususnya anggota Lab. Nutrisi 2011 (Feri, Wira, Asep, Dina, Dilah, Arie, Aziz, Adit, Ridha, Tina, dan Gebi), Vida, Novi, Mumun, Yunika, Kartika, Acie dan teman-teman BDP 42, 43, 45, dan 46 atas semua dukungan yang diberikan. Keluarga LDK Al Hurriyyah (Pita, Ria, Kindi, Bayu, Akhir, Sidik, Agung, Edy, Titi, Estri, Aini) yang selalu menyemangati dan memberikan keringanan untuk menyesaikan penelitian ini serta Nalfa, Resa, Gigih, Tsani, Windi, Kak Eful, K Fuad, Mba Weni, Desti, dan teman-teman Ponpes Al Iffah yang selalu memberikan nasehat.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

(21)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Jepara, Lampung Timur pada tanggal 27 Oktober 1989 dari pasangan Bapak Kaminudin dan Ibu Siti Noor Jannah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis memulai pendidikannya di SD Negeri 1 Braja Sakti dan lulus pada tahun 2001, kemudian di SLTP Negeri 1 Way Jepara lulus tahun 2004, dan selanjutnya di SMA Negeri 1 Way Jepara dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis diterima di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi Pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Hurriyyah (2007-2011), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2008-2009), Sekretaris Forum Keluarga Muslim C (2009-2010), Koordinator Kemuslimahan Badan Pekerja Nasional (BP Nas) Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Nasional Wilayah Jawa Barat (2010-2012). Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam (2009-2011), Teknologi Produksi Plankton, Benthos dan Alga (2011), dan Nutrisi Ikan (2011). Untuk menambah pengetahuan dalam budidaya ikan, penulis mengikuti kegiatan magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Laut, Lampung (2008), praktek lapang pembenihan Ikan Gurami di Balai Pengembangan Produksi Budidaya Air Tawar, Singaparna, Tasikmalaya (2010).

Untuk menyelesaikan studi, penulis melakukan penelitian dengan judul

(22)

6

ABSTRAK

RETNO CAHYA MUKTI. Penggunaan tepung kepala udang sebagai bahan substitusi tepung ikan dalam formulasi pakan ikan patin Pangasianodon hypophtalmus. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan ZAFRIL IMRAN AZWAR.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimum tepung kepala udang (TKU) yang dapat digunakan untuk mensubstitusi tepung ikan (TI) dalam formulasi pakan ikan patin Pangasianodon hypophtalmus. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Ikan patin dengan bobot rata-rata 21,4±0,13 g ditebar sebanyak 20 ekor ke dalam tiap bak beton berukuran 100 x 100 x 80 cm3 dengan volume air 500 L dan dipelihara selama 42 hari. Pada perlakuan ini, TI disubstitusi oleh TKU sebesar 15%, 30%, 45%, dan 60% (perlakuan B, C, D, dan E). Pakan A merupakan pakan kontrol (100% TI). Pakan diberikan berdasarkan bobot biomassa ikan dengan frekuensi 3 kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan variasi dosis TKU memberikan bobot akhir rata-rata, konversi pakan, retensi protein dan tingkat kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Laju pertumbuhan spesifik dan nilai retensi lemak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Laju pertumbuhan spesifik terbaik ditunjukkan pada perlakuan dengan dosis TKU sebesar 30% yaitu sebesar 1,96%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dosis optimum TKU sebagai substitusi tepung ikan yang menghasilkan pertumbuhan yang terbaik adalah 30%. Kata kunci : tepung kepala udang, tepung ikan, ikan patin Pangasianodon

(23)

ABSTRACT

RETNO CAHYA MUKTI. The use of shrimp head meal as substitutes for fish meal in the diet of catfish Pangasianodon hypophtalmus. Guided by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and ZAFRIL IMRAN AZWAR.

The research was aim to find out the optimal dosage of shrimp meal as an alternative protein source for fish meal in the diet catfish Pangasianodon hypophtalmus. The research applied statistical method of complete random device with five treatments and three replication. Twenty fishes with an initial body weight of 21,4±0,13 g were cultured for 42 days in 100 x 100 x 80 cm3 of concrete tank, each filled with 500 L of water. Fish meal in the diet was substituted by shrimp head meal at the levels of 15%, 30%, 45% and 60% (namely diets B, C, D, and E respectively). Diet A contained fish meal as a source of protein. Feed was given base on fish body wight per day, feeding frequency is three times daily. The results showed that there were no significant differences (P>0,05) among a treatments for the average final body weight, feed convertion ratio, protein retention and survival rate. However, there was a significant difference (P<0,05) for specific growth rate and lipid retention values. The highest specific growth rate (1,96) was obtained in the group of fish fed on the diet containing 30% of head shrimp head meal. Therefore, it can be concluded that the optimal dosage of shrimp head meal in the diet catfish was 30%.

(24)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I.

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2

II.

METODOLOGI PENELITIAN ... 3

2.1Wadah dan Media Pemeliharaan ... 3 2.2Pakan Uji ... 3 2.3Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data ... 4 2.4Analisis Kimia ... 5 2.5Analisis Statistik ... 5

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

3.1 Hasil ... 8 3.2 Pembahasan ... 9

IV. KESIMPULAN ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

(25)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi bahan pakan (% bobot kering) ... 4 2. Komposisi proksimat pakan (% bobot kering)... 4 3. Jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), spesific growth rate

(26)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Prosedur Analisis Proksimat ... 17 1.1 Prosedur analisis kadar air ... 17 1.2 Prosedur analisis kadar lemak ... 17 1.3 Prosedur analisis kadar protein ... 18 1.4 Prosedur analisis kadar serat kasar ... 19 1.5 Prosedur analisis kadar abu ... 19 2. Skema tata letak wadah perlakuan ... 20 3. Komposisi proksimat bahan pakan ... 20 4. Data parameter kualitas air... 20 5. Data bobot biomassa ikan patin pada awal dan akhir penelitan... 20 6. Nilai jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), specific

growth rate (SGR), tingkat kelangsungan hidup (SR), nilai retensi protein (RP), dan nilai retensi lemak (RL) ... 21 7. Analisis statistika ... 22 8. Data perhitungan retensi protein ... 24 9. Data perhitungan retensi lemak ... 25 10.Profil asam amino tepung kepala udang (TKU), tepung ikan (TI), dan

(27)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan budidaya ikan ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ketersediaan bahan pakan yang berkualitas baik. Dalam industri perikanan budidaya, pakan memegang peranan sangat besar, karena hampir 60-80% biaya produksi berasal dari pakan. Budidaya perikanan yang intensif sangat menuntut tersedianya pakan dalam kualitas yang baik, kuantitas yang cukup, harga yang relatif murah, tepat waktu dan berkesinambungan. Usaha budidaya perikanan di Indonesia menghadapi permasalahan yang berat dengan naiknya harga pakan ikan sebagai akibat naiknya komponen impor pada bahan bakunya. Hal ini dapat mengakibatkan keuntungan yang diperoleh pembudidaya ikan rendah. Dengan keuntungan yang rendah akan mempengaruhi keberlanjutan usaha budidaya. Salah satu bahan baku pakan yang masih impor dengan harga inggi adalah tepung ikan. Data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (2010) bahwa Indonesia mengimpor tepung ikan sebesar 65.601 ton pada tahun 2009.

Ikan patin Pangasianodon hypopthalmus merupakan kelompok ikan budidaya yang termasuk kelompok ikan omnivora cenderung herbivora. Kelompok ikan ini menggunakan tepung ikan dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan ikan kelompok herbivora. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menyubstitusi tepung ikan dengan sumber protein lain yang harganya lebih murah dan berkualitas baik. Pakan alternatif yang diberikan pada ikan hendaknya bermutu baik sesuai dengan kebutuhan ikan, tersedia setiap saat, dan harganya murah (Suprayudi 2010). Salah satu bahan pakan alternatif sebagai substitusi tepung ikan sumber protein hewani antara lain adalah kepala udang.

(28)

2 kualitasnya bervariasi tergantung jenis udang dan proses pengolahannya (Abun 2009).

Ekspor udang umumnya berupa udang tidak beku, udang beku dan udang dalam kaleng. Produk udang beku sebagian besar berupa produk tanpa kepala (headless) dan produk udang kupasan (peeled). Dari bagian udang yang terbuang tersebut ada bagian yang masih layak bagi konsumsi, misalnya bagian kepala dan dada udang (cephalothorax). Kepala udang sangat potensial dijadikan bahan pakan sumber protein hewani karena ketersediaannya cukup banyak dan mengandung zat-zat gizi yang tinggi. Menurut Hetramf dan Piedad-Pscual (2000) melaporkan bahwa berdasarkan komposisi bahan kering, kepala udang mengandung 43,2% protein kasar, 5,6% lemak, 15,8% serat kasar, 33,0% abu, dan 2,4 BETN. Untuk mengetahui pemanfaatan tepung kepala udang, perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatannya untuk menggantikan tepung ikan dalam pakan ikan.

1.2 Tujuan

(29)

II.

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Wadah dan Media Pemeliharaan

Ikan uji dipelihara dalam bak beton berdimensi 100 x 100 x 80 cm dengan volume air 500 liter. Bak beton yang digunakan berjumlah 15 buah untuk 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Masing-masing bak dilengkapi dengan aerasi dan pengolahan air menggunakan sistem resirkulasi. Kepadatan ikan adalah 20 ekor per bak. Penempatan bak dilakukan secara acak. Skema dan tata letak wadah perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.2 Pakan Uji

(30)
[image:30.595.112.517.104.323.2]

4 Tabel 1. Komposisi bahan baku pakan (g per kg pakan kering)

Bahan pakan Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%) TKU 0% TKU 15% TKU 30% TKU 45% TKU 60% Tepung ikan TKU PKM Dedak SBM Minyak Kelapa Premix Tapioka 22,50 0,00 35,00 12,50 18,00 4,00 2,00 6,00 19,23 3,37 35,00 12,50 18,00 4,00 2,00 5,90 15,75 6,75 35,00 12,50 18,00 4,00 2,00 6,00 12,37 10,13 35,00 12,50 18,00 4,00 2,00 6,00 9,20 13,50 35,00 12,50 18,00 4,00 2,00 5,80 Menurut perhitungan :

DE (kkal/kg)* C/P (kkal/g)** 2.323,26 8,10 2.306,81 8,22 2.285,21 8,35 2.266,15 8,48 2.252,25 8,61 Keterangan :

* Digesteble energy (energi pakan yang dapat dicerna)

1 g protein = 3,50 kkal/kg, 1 g karbohidrat = 2,50 kkal/kg,1 g lemak = 8,10 kkal/kg (NRC, 1993).

** C = energi, P = protein.

Tabel 2. Komposisi proksimat pakan (% bobot kering) Komposisi

proksimat

Perlakuan/ dosis TKU pergantian tepung ikan (%) TKU 0% TKU 15% TKU 30% TKU 45% TKU 60% Protein (%)

Lemak (%) Abu (%)

Serat Kasar (%) BETN (%) 29,49 7,90 9,19 11,02 36,00 28,12 8,00 7,82 14,15 34,06 28,29 7,87 7,80 15,87 32,37 27,80 7,77 7,25 17,93 30,92 28,03 7,80 8,45 20,64 28,16 Keterangan kadar air (%) :

Pakan A: 15,58, Pakan B: 14,15, Pakan C: 15,60, Pakan D; 15,59, Pakan E : 15,80.

2.3 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data

(31)

Pakan diberikan sesuai dengan berat bioamassa ikan yaitu sebesar 3% dari berat biomassa ikan per bak. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB. Ikan mula-mula diadaptasikan terhadap pakan selama 7 hari. Setelah masa adaptasi ini berakhir, ikan dipuasakan selama 24 jam untuk menghilangkan sisa pakan dalam saluran pencernaan ikan, kemudian ikan ditimbang dalam bobot basah tubuhnya kemudian dimasukkan ke dalam bak. Setelah masa adaptasi, ikan kemudian diberikan pakan perlakuan. Pemeliharaan dilakukan selama 42 hari. Sampling dilakukan setiap dua minggu sekali dengan cara menghitung dan menimbang biomassa seluruh ikan pada masing-masing bak kemudian mencatat jumlah ikan dan berat biomassanya. Untuk menghitung retensi protein dan retensi lemak, sampel ikan diambil pada awal dan akhir penelitian kemudian dilakukan analisis proksimat tubuh ikan.

2.4 Analisis Kimia

Analisis proksimat yang dilakukan meliputi analisis proksimat bahan pakan, pakan uji, tubuh ikan awal dan akhir penelitian, serta analisis beberapa parameter kualitas air. Analisis proksimat bahan pakan, pakan uji, dan tubuh ikan terdiri dari pengukuran protein, lemak, kadar abu, kadar air dan serat kasar. Analisis proksimat ini dilakukan dengan metode AOAC (1984) dalam Takeuchi (1988) seperti yang tertera pada Lampiran 1. Parameter kualitas air yang diukur seperti suhu, oksigen terlarut (DO), pH, alkalinitas, kesadahan, dan total ammonium nitrogen (TAN) yang dilakukan pada awal, tengah dan akhir penelitian.

2.5 Analisis Statistik

(32)

6 keseluruhan data menggunakan program komputer S.A.S (S.A.S Institute, 2004). pada tingkat kepercayaan 95%. Parameter yang diuji adalah :

Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah konsumsi pakan (JKP) ikan uji diketahui dengan cara menimbang jumlah pakan yang dimakan oleh ikan uji selama penelitian.

Pertumbuhan

Spesific growth rate (SGR) atau laju pertumbuhan spesifik dihitung berdasarkan pada Steffens (1989).

Keterangan : SGR = Spesific growth rate (%)

Wt = Rata-rata bobot individu pada waktu t percobaan (g) W0 = Rata-rata bobot individu pada waktu awal percobaan (g)

t = Lama waktu penelitian (hari)

Konversi Pakan (KP)

Rasio konversi pakan dihitung berdasarkan persamaan Steffens (1989).

Keterangan : Wt = Bobot total ikan pada akhir pemeliharaan (gram)

W0 = Bobot total ikan pada awal pemeliharaan(gram)

Wd = Bobot total ikan yang mati selama pemeliharaan (gram)

F = Jumlah pakan yang diberikan (gram)

Survival Rate (SR)

Survival rate (SR) atau tingkat kelangsungan hidup dihitung berdasarkan persamaan Steffens (1989):

SGR = ln Wt– ln W0 x 100% t

KP (%) = F x 100%

[(Wt + Wd) – W0

(33)

Keterangan: SR = Kelangsungan hidup ikan

Nt = Jumlah individu ikan uji pada t percobaan (ekor) No = Jumlah individu ikan uji pada awal percobaan (ekor)

Retensi Protein

Retensi protein dihitung berdasarkan pada persamaan Takeuchi (1988):

Keterangan : RP = Retensi protein (%)

Pt = Bobot protein tubuh pada waktu t (g)

P0 = Bobot protein tubuh awal (g)

Pp = Bobot protein pakan (g)

Retensi Lemak

Retensi lemak dihitung berdasarkan pada persamaan Takeuchi (1988), yaitu:

Keterangan : RL = Retensi lemak (%)

Lt = Bobot lemak tubuh pada waktu t (g)

L0 = Bobot lemak tubuh awal (g)

Lp = Bobot lemak pakan (g)

RP (%) = (Pt - P0) x 100% Pp

(34)

8

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Selama penelitian, ikan uji menunjukkan peningkatan bobot untuk semua perlakuan. Pada Gambar 1 berikut ini menyajikan pertumbuhan mutlak rata-rata ikan, sedangkan biomassa setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 5.

Gambar 1 Pertumbuhan mutlak rata-rata ikan patin yang diberi pakan perlakuan TKU dengan dosis 0% (A), 15% (B), 30% (C), 45% (D), dan 60% (E). Pada akhir penelitian terlihat bahwa ikan uji pada semua perlakuan mengalami peningkatan bobot. Peningkatan bobot rata-rata yang diberikan pakan perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pakan kontrol (P>0,05).

Pada Tabel 3 berikut ini menunjukkan hasil perhitungan terhadap jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), spesific growth rate (SGR), tingkat kelangsungan hidup (SR), nilai retensi protein (RP), dan nilai retensi lemak (RL).

15.2

14.2

17.3

14.8

12.3

0.0 8.0 16.0 24.0

A B C D E

Perlakuan

P

e

r

tu

mb

u

h

an

mu

tl

ak

r

ata

-r

ata i

k

an

(gr

[image:34.595.111.479.144.453.2]
(35)

Tabel 3 Jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), spesific growth rate (SGR), tingkat kelangsungan hidup (SR), nilai retensi protein (RP), dan nilai retensi lemak (RL) ikan patin yang diberi pakan perlakuan TKU dengan dosis 0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%

Parameter Perlakuan/kadar TKU dalam tepung ikan (%)

A(0) B (15) C (30) D (45) E (60)

JKP/ikan (g) 12,66 ± 0,27a 12,08 ± 0,20a 12,60 ± 0,18a 11,98 ± 0,53a 11,86 ± 0,64a KP 1,44 ± 0,13 ab 1,64 ± 0,15 a 1,38 ± 0,03 ab 1,67 ± 0,13 a 1,76 ± 0,37 a SGR (%) 1,92 ± 0,13ab 1,73 ± 0,19ab 1,96 ± 0,08a 1,68 ± 0,35ab 1,62 ± 0,39b SR (%) 100 ± 0,00 a 96,67 ± 5,77 a 100 ± 0,00 a 98,33 ± 2,89 a 100 ± 0,00 a RP (%) 48,74 ± 5,10 a 49,69 ± 2,12 a 55,74 ± 0,32 a 50,81 ± 4,54 a 47,27 ± 6,74 a RL (%) 60,23 ± 3,06 b 60,38 ± 2,49b 70,54 ± 2,09 a 64,12 ± 3,17 ab 63,19 ±5,86 b

Keterangan : huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata (P>0,05).

Pakan dengan berbagai kadar komposisi TKU memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik dan retensi lemak (P<0,05) tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah konsumsi pakan, konversi pakan, retensi protein dan kelangsungan hidup (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai jumlah konsumsi pakan, konversi pakan, kelangsungan hidup, dan retensi protein perlakuan (dengan pergantian TKU) memberikan hasil yang sama baik terhadap pakan kontrol (tanpa pergantian TKU). Sedangkan retensi lemak dan laju pertumbuhan pada semua perlakuan menunjukkan perbedaan dengan pakan kontrol.

3.2 Pembahasan

Peningkatan bobot pada semua perlakuan menunjukkan bahwa seluruh ikan uji mengalami pertumbuhan selama penelitian sebagai akibat adanya alokasi energi yang berasal dari pakan untuk pertumbuhan setelah energi untuk pemeliharaan tubuh (maintenance) terpenuhi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lovell (1988) dalam Halver dan Hardy (2002) bahwa kebutuhan energi untuk maintenance harus terpenuhi dahulu sebelum terjadinya pertumbuhan.

(36)

10 mengemukakan bahwa peningkatan kadar tepung kepala udang pada pakan sebesar 40% akan menyebabkan terjadinya penurunan nilai kecernaan protein pakan, jumlah pertambahan bobot, dan laju pertumbuhan ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis dari 85,2%; 101,5%; dan 1,17% menjadi 81,2%; 27,8%; dan 0,51%. Sedangkan menurut Jatomea et al. (2002) melaporkan bahwa penambahan tepung kepala udang sebesar 15% dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan nila Oreochromis niloticus L. Hasil riset lain dari Ceballos et al. (2009) menyatakan bahwa penambahan tepung kepala udang sampai dosis 25% masih memberikan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan Litopenaeus schmitti.

Penurunan laju pertumbuhan ini diduga karena kandungan serat kasar yang semakin meningkat sejalan dengan penambahan dosis TKU pada pakan. Berdasarkan Tabel 2, kadar serat kasar dalam pakan berkisar 11-20%. Menurut SNI (2009) bahwa syarat mutu pakan ikan patin mengandung kadar serat kasar maksimum sebesar 8%. Sedangkan menurut menurut Afrianto dan Liviawaty (2005) menyatakan bahwa kandungan serat kasar dalam pakan dianjurkan tidak lebih dari 21%. Besarnya serat kasar melebihi kadar maksimum akan menyebabkan penurunan laju pertumbuhan harian ikan. Hal ini ditambahkan oleh Indriyanti (2011) menyatakan bahwa serat kasar yang tinggi akan memberikan rasa kenyang karena komposisi karbohidrat kompleks yang menghentikan nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi makanan. Selain itu, serat kasar yang tinggi menyebabkan porsi eksreta lebih besar sehingga penyerapan protein yang dapat dicerna semakin berkurang. Dengan menurunnya konsumsi pakan dan penyerapan protein mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan ikan.

Tingginya kandungan serat kasar dalam pakan berasal dari kitin yang terkandung dalam kepala udang. Shiau dan Yu (1999) dalam Jatomea et al. (2002) menjelaskan bahwa kitin mempunyai dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan dan rasio konversi pakan pada ikan nila. Heriarti et. al. (2000) dalam Yulianingsih dan Yohanes (2007) melaporkan bahwa pada ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) peningkatan kandungan kitin 16% dalam pakan menyebabkan penurunan laju konsumsi pakan dan konversi pakan.

(37)

karbonat merupakan kendala dalam pemanfaatan tepung kepala udang ini. Kandungan protein yang terikat dalam kitin tersebut bisa mencapai 50-95% dan kalsium karbonatnya sampai 15-30% (Foster dan Webber 1960). Adanya ikatan kitin protein kalsium karbonat yang kuat diduga akan menurunkan daya cerna protein limbah udang ini, sehingga pemanfaatannya belum optimal dibanding dengan potensi nilai gizinya. Hetramf dan Piedad-Pscual (2000) melaporkan bahwa kadar kitin dalam tepung kepala udang berbeda-beda tergantung cara pengolahannya. Tepung kepala udang yang mengalami perebusan terlebih dahulu mengandung kitin mencapai 17,6%.

Keefisienan penggunaan pakan menunjukkan nilai pakan yang dapat diubah menjadi pertambahan pada berat badan ikan. Efisiensi pakan dapat dilihat dari beberapa faktor dimana salah satunya adalah rasio konversi pakan. Rasio konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan yang dihasilkan. NRC (1993) menjelaskan bahwa besar kecilnya rasio konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor tetapi yang terpenting adalah kualitas dan kuantitas pakan, spesies, ukuran dan kualitas air. Besar kecilnya rasio konversi pakan menentukan efektivitas pakan tersebut. Nilai konversi pakan yang sama pada semua perlakuan dan kontrol menunjukkan bahwa pakan mempunyai kualitas yang sama baik untuk pertumbuhan ikan patin. Jumlah konsumsi yang sama dengan panambahan bobot yang sama akan memberikan nilai efisiensi pakan atau nilai konversi pakan yang sama pula. Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa penambahan TKU dan tanpa penambahan TKU dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap nilai konversi pakan yaitu berkisar 1,44-1,76. Menurut Azwar et al. (2010) menyatakan bahwa ikan patin yang diberi pakan dengan kadar protein 30% sebanyak 3%/hari menunjukkan nilai konversi pakan sebesar 1,93-2,67. Ditambahkan oleh Jatomea et al. (2002) melaporkan bahwa penambahan tepung kepala udang sebesar 15% dalam pakan ikan nila Oreochromis niloticus menghasilkan nilai konversi pakan sebesar 1,9.

(38)

12 penambahan TKU dan tanpa penambahan TKU dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap nilai retensi protein yaitu berkisar 47,47-55,74%. Menurut Azwar et al. (2010) menyatakan bahwa ikan patin yang diberi pakan dengan kadar protein 30% mempunyai nilai retensi protein sebesar 32,51-41,01%. Sedangkan menurut Suhenda dan Reza (2008) melaporkan bahwa kadar protein sebesar 35% dalam pakan benih ikan patin menghasilkan nilai retensi protein sebesar 36,90-42,87%. Tingkat retensi protein yang sama pada semua perlakuan didukung pula oleh kandungan protein pakan uji yang relatif sama pada masing-masing perlakuan. Kadar protein yang dihasilkan masih dalam rentang layak untuk kebutuhan ikan patin yaitu 28%. Hal ini sesuai dengan pendapat NRC (1993) yang menyatakan bahwa kadar protein yang dibutuhkan ikan patin berkisar 28-32%.

Besarnya nilai retensi protein tubuh ikan dipengaruhi oleh kandungan asam amino esensial dalam pakan tersebut. Pola asam amino esensial yang mencukupi kebutuhan ikan akan mengoptimalkan pemanfaatan pakan yang dicerna oleh tubuh ikan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Steffens (1989) menyatakan bahwa kandungan protein terkait dengan jumlah protein yang dikonsumsi melalui stimulasi pada proses sintesis protein dan efisiensi retensi protein yang telah disintesis. Semakin sesuai pola asam amino esensial suatu pakan terhadap tubuh ikan maka akan semakin banyak bagian dari asam amino yang disintesis menjadi protein.

Salah satu asam amino esensial yang penting yang dibutuhkan ikan adalah asam amino metionin dan lisin. Menurut Sholikhati (1999) dalam Hasibuan (2007) melaporkan bahwa kebutuhan ikan patin akan asam amino metionin dan lisin yaitu sebesar 2,61% dan 6,23%. Sedangkan asam amino metionin yang terkandung di dalam tepung udang dan tepung ikan masing-masing sebesar 1,4 % dan 1,6% sedangkan kandungan asam amino lisin sebesar 4,2% dan 6,3% (Hetramf dan Piedad-Pscual 2000).

(39)

TKU sebesar 45%. Retensi lemak dipengaruhi oleh kadar lemak dalam pakan. Menurut Hanson et al. (1985) dalam Halver dan Hardy (2002) mengatakan bahwa kandungan lemak dalam pakan dibataasi untuk tidak melebihi 10-12%.

Kadar lemak pakan dalam penelitian berkisar 7,7-8%. Retensi lemak yang dihasilkan berkisar 60,53-70,54%. Menurut Suhenda & Reza (2008) menyatakan bahwa kadar lemak 4-6% dalam pakan ikan patin menghasilkan nilai retensi lemak yang tinggi yaitu 78,86-90,56%. Selain itu, perbedaan nilai retensi lemak diduga terjadi karena pada pakan perlakuan penambahan dosis TKU 30% dan 45% mengandung komposisi asam lemak yang sesuai dengan yang kebutuhan ikan patin. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Steffens (1989) bahwa lemak merupakan bagian yang penting dalam pakan ikan karena mengandung asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan. Kebutuhan asam lemak dapat terpenuhi dari sumber bahan baku pakan.

Retensi lemak pada tubuh ikan patin lebih besar dibandingkan dengan retensi proteinnya. Hal ini disebabkan karena ikan patin lebih dapat memanfaatkan protein dibandingkan lemak sebagai sumber energi. Menurut Lovell (1989) dalam Halver dan Hardy (2002) menyatakan bahwa ikan lebih efisien menggunakan protein sebagai sumber energi. Lemak cenderung disimpan dalam tubuh dibandingkan dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan.

(40)

14

IV.

KESIMPULAN

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abun. 2009. Pengolahan limbah udang windu secara kimiawi dengan NaOH dan H2SO4 terhadap protein dan mineral terlarut. Makalah Ilmiah. Jurusan

Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan dan Perkembangannya. Kanisius, Yogyakarta.

Azwar, Z.I., Irma M., dan Titin K. 2010. Pemanfaatan ampas tahu sebagai substitusi tepung kedelai dalam formulasi pakan ikan patin. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Kelautan dan Perikanan. Pusat Data Statistik dan Informasi (Pusdatin) Kementrian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Ceballos, B.J., I.F. Castro, J.G. López ,and J.S.A Capote. 2009. Effect of shrimp

head meal inclusion level in Litopenaeus schmitti Juveniles Diet. Rev. Invest. Mar. 30(1): 71-78.

Foster, A.B. and J.M. Webber. 1960. Advances in Carbohydrate Chemistry. Academic Press. Inc., New York, London.

Hasibuan. 2007. Penggunaan Meat and Bone Meal (MBM) sebagai bahan substitusi tepung ikan dalam pakan ikan patin Pangasius sp. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Halver J.E. and Hardy R.W.. 2002. Fish Nutrition, third ad. Academy Press Inc, New York.

Hetramf, J.W. and Piedad Pscual. 2000. Handbook on Ingredients for Aquaculture Feeds. Kluwer Academic Publisher, Netherlands.

Indriyanti Nur. 2011. Evaluasi kecernaan campuran bungkil inti sawit dan onggok yang difermentasi oleh Trichoderma harzianum rifai untuk pakan nila Oreochromis sp. [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jatomea, M. P., M. A. O. Novoa., J. L. A. Figueroa., G. M. Hall and K. Shirai. 2002. Feasibility of fishmeal replecment by shrimp head silage protein hydrolysate in nile tilapia (Oreochromis niloticus) diets. Journal of the Science of Food and Agriculture 82 : 753 – 759.

(42)

16 NRC. 1983. Nutrient Requirement of Warmwater Fishes and Shellfishes.

National Academic of Sciences. Washington DC.

NRC. 1993. Nutrient Requirement of Fishes. National Academic of Sciences. Washington DC.

S.A.S Institute Inc. 2004. SAS OnlineDoc® 9.1.13. SAS Institute Inc., Cary, NC, USA.

Suhenda N., dan Reza S. 2008. Pemanfaatan pakan iso protein dengan kadar karbohidrat dan lemak yang berbeda untuk pertumbuhan benih ikan patin jambal (Pangasius djambal). Jurnal Riset Akuakultur 3(2) : 215-224.

Steffens, Warner. 1989. Principle of Fish Nutrition. Ellis Horwood Limited. England.

SNI. 2009. Pakan Buatan untuk Ikan Patin (Pangasius sp.). Badan Standarisasi Nasional.

Suprayudi, M. A. 2010. Bahan baku lokal: Tantangan dan harapan akuakultur masa depan. Abstrak. Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur III. IPB International Convention Center, Bogor, Oktober 2010. p. 31. Yulianingsih R., dan Yohanes T.. 2008. Fermentasi tepung kepala udang dengan

enzim kitinase. Bul. Tek. Lit. Akuakultur 7: 65-68.

(43)

Lampiran 1 Prosedur Analisis Proksimat (Takeuchi, 1988)

1.1 Prosedur analisis kadar air

1.2Prosedur analisis kadar lemak

Kadar air = (X1 + A) – X2 x 100%

A

Kadar lemak = (X1 + X2) x 100% A

Panaskan cawan pada suhu 105-110 O C selama 1 jam,

dinginkan dalam desikator dan timbang (X1)

Timbang bahan 2-3 gram (A) lalu masukkan ke dalam cawan

Cawan dan bahan dipanaskan selama 4 jam pada suhu

105-110 OC, dinginkan dan timbang (X2)

Panaskan labu pada suhu 104-110 O C selama 1 jam,

dinginkan dalam desikator dan timbang (X1)

Timbang bahan 2-3 gram (A) lalu

masukkan ke dalam cawan

Masukkan ke dalam tabung Sochlet dan beri 100-150 ml N-Hexan hingga selongsong terendam. Sisa N-Hexan dimasukkan ke dalam labu

Panaskan labu di atas hotplate hingga larutan perendam

selongsong dalam Sochlet berwarna bening

Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama

(44)

18 1,3 Prosedur analisis kadar protein

1. Tahap oksidasi

2. Tahap destruksi

3, Tahap titrasi

Keterangan :

Vb = ml 0,05 N titran NaOH untuk blanko Vs = ml 0,05 N titran NaOH untuk sampel A = bobot sampel (gram)

* = setiap ml 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 gram N ** = Faktor Nitrogen

Kadar protein = 0,0007*x 6,25**x (Vb–Vs) x 20 x 100% A

Timbang bahan 0,5 gram (A) Timbang katalis 3 gram H2SO4 pekat 10 ml

Masukkan dalam Labu Kjedhal dan panaskan hingga berwarna hijau bening, dinginkan, dan encerkan hingga volume 100 ml

10 ml H2SO4 0,05 N 2-3 tetes indikator Phenolpthalein

Masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml Masukkan 5 ml larutan hasil

oksidasi ke dalam labu destilasi

Destruksi selama 10 menit dari tetesan pertama

Titrasi hasil destruksi dengan NaOH

Tirasi hingga 1 tetes setelah larutan menjadi bening

Catat ml titran (ν)

BLANKO

(45)

1.4Prosedur analisis kadar serat kasar

1.5Prosedur analisis kadar abu

Kadar serat kasar = (X2– X3– X1) x 100% A

Timbang bahan 0,5 gram (A) lalu masukkan ke

dalam erlenmeyer 250 ml

Tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N lalu

panaskan di atas hotplate

Setelah 30 menit tambahkan 25 ml NaOH 1,5N lalu panaskan kembali selama 30 menit

Panaskan kertas saring dalam

oven, dinginkan, dan timbang (X1)

Pasang kertas saring pada labu Buchner yang telah terhubung

dengan vacumm pump

Lakukan penyaringan larutan bahan dengan pembilasan secara berurutan sebagai berikut : 1. 50 ml air panas

2. 50 ml H2SO4 0,3 N

3. 50 ml air panas 4. 25 ml Aceton

Masukkan kertas saring hasil penyaringan ke dalam cawan porselin

Panaskan pada suhu 105-110 oC selama 1

jam, dinginkan, dan timbang (X2)

Panaskan cawan porselin

pada suhu 105-110 oC selama

1 jam lalu dinginkan

Panaskan dalam tanur pada suhu 600 oC hingga berwarna putih,

netralkan panas dalam oven, dinginkan, dan timbang (X3)

Panaskan cawan pada suhu 105-110 O C selama 1 jam,

dinginkan dalam desikator dan timbang (X1)

Timbang bahan 2-3 gram (A) lalu

masukkan ke dalam cawan

Cawan dan bahan dipanaskan di dalam tanur dengan

(46)

20

Lampiran 2 Skema tata letak wadah perlakuan

B3 D2 E3 B2 A3 C1 C3 A1

D3 E1 E2 C2 B1 A2 D1

Keterangan:

A: pakan dosis 0% TKU, B: pakan dosis 15% TKU, C: pakan dosis 30% TKU, D: pakan dosis 45% TKU, E: pakan dosis 60% TKU, dan T: tandon.

Lampiran 3 Komposisi proksimat bahan pakan (% bahan kering)

Bahan pakan Kadar

protein (%) Kadar lemak (%) Kadar abu (%) Kadar serat kasar (%) BETN (%)

Tepung ikan (TI) 50,83 4,32 24,70 3,47 16,68

TKU 31,47 2,96 34,67 15,26 15,64

PKM 23,66 0,72 12,33 13,94 49,35

SBM 44,00 2,20 8,00 3,40 42,40

Dedak 13,00 11,87 10,00 3,80 61,33

Keterangan : Kadar air : TI = 9,4 %; TKU = 10 %, PKM = 10,11 %, SBM= 8 %, dedak = 10 %

Lampiran 4 Data parameter kualitas air

Parameter Perlakuan

A B C D E

Suhu 25-29 25-29 25-29 25-29 25-29

DO (mg l¯ ¹) 2,15-3,83 2,06-3,28 2,00-2,75 2,09-2,40 1,90-2,55

Ph 6,90-7,80 6,90-7,80 6,90-7,80 6,90-7,80 6,90-7,80

TAN 0,73-0,8 0,61-0,71 0,71-0,78 0,61-0,78 0,69-0,71

Alkalinitas 141,85 137,30-151,00 141,85-160,16 146,43-187,61 137,78-146,43

Kesadahan 89,4-92,97 89,40 89,4-100,13 92,97-100,13 92,97-96,55

Lampiran 5 Data bobot biomassa ikan patin pada awal dan akhir penelitan

Hari

ke- Ulangan

Perlakuan/Kadar TKU dalam pakan (%)

A (0) B (15) C (30) D (45) E (60)

0 1 426,90 433,30 428,90 430,00 423,40

2 427,70 423,90 428,10 429,40 425,80

3 427,70 430,10 429,90 425,70 429,80

Rata-rata 427,40±0,46 429,10±4,78 428,97±0,90 428,37±2,33 426,30±3,23

42 1 897,60 884,44 967,90 869,97 877,20

2 996,10 851,80 999,80 847,92 923,00

3 977,50 836,00 966,70 839,89 736,00

Rata-rata 957,1±52,3 857,4±24,7 978,1±18,8 852,6±15,6 845,4±97,5

Kadar abu = (X2– X1) x 100%

A

(47)

Lampiran 6 Nilai jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP),

specific growth rate (SGR), tingkat kelangsungan hidup (SR), nilai retensi protein (RP), dan retensi lemak (RL)

a. Jumlah konsumsi pakan (JKP)

Ulangan Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%)

A (0) B (15) C (30) D (45) E (60)

1 12,41 12,30 12,53 11,78 12,12

2 12,63 11,92 12,80 11,58 12,33

3 12,95 12,02 12,47 10,59 11,14

Rata-rata 12,66 ± 0,27a

12,02 ± 0,20a

12,60 ± 0,18a

11,98 ± 0,53a

11,86 ± 0,64a

b. Konversi pakan

Ulangan Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%)

A (0) B (15) C (30) D (45) E (60)

1 1,58 1,48 1,40 1,61 1,60

2 1,33 1,67 1,34 1,59 1,49

3 1,41 1,78 1,39 1,82 2,18

Rata-rata 1,44±0,13 a 1,64±0,15a 1,38±0,03 a 1,67±0,13 a 1,77±0,37 a c. Specific growth rate (SGR)

Ulangan Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%) A (0) B (15) C (30) D (45) E (60)

1 1,77 1,95 1,94 1,68 1,73

2 2,01 1,66 2,02 1,74 1,84

3 1,97 1,58 1,93 1,62 1,28

Rata-rata 1,92 ± 0,13ab

1,73 ± 0,19ab

1,96 ± 0,08a

1,68 ± 0,35ab

1,62 ± 0,39ab d. Tingkat Kelangsungan Hidup

Ulangan Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%)

A (0) B (15) C (30) D (45) E (60)

1 100,00 90,00 100,00 100,00 100,00

2 100,00 100,00 100,00 95,00 100,00

3 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

(48)

22 e. Retensi protein

Ulangan Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%)

A (0) B (15) C (30) D (45) E (60)

1 43,81 51,99 55,40 51,37 49,79

2 53,98 49,26 55,79 55,04 52,73

3 48,43 47,81 56,03 46,01 39,87

Rata-rata

48,74 ± 5,10 a

49,69 ± 2,12 a

55,74 ± 0,32 a

50,81 ± 4,54 a

47,47 ± 6,74 a

f. Retensi Lemak

Ulangan Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%) A (0) B (15) C (30) D (45) E (60)

1 57,00 61,94 71,67 65,96 66,15

2 63,09 61,71 68,13 65,94 66,98

3 60,60 57,51 71,83 60,46 56,44

Rata-rata

60,23 ± 3,06 b

60,38 ± 2,49b

70,54 ± 2,09 a

64,12 ± 3,17 ab

63,19 ± 5,86 b

Lampiran 7 Analisis statistika

Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Source DF Sum of

Squares

Mean Square F Value Pr > F

Model 4 1,63192107 0,40798027 2,43 0,1157

Error 10 1,67552534 0,16755253

Corrected Total 14 3,30744640

Dependent Variable: Konversi pakan (KP)

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 0,31235819 0,07808955 2,01 0,1692

Error 10 0,38876981 0,03887698

Corrected Total

14 0,70112799

Dependent Variable: Spesific growth rate (SGR)

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 0,27104476 0,06776119 2,27 0,1336

Error 10 0,29845497 0,02984550

(49)

Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 1,9623 3 C

B A 1,9168 3 A

B A 1,7312 3 B

B A 1,6793 3 D

B 1,6190 3 E

Dependent Variable: Tingkat kelangsungan hidup (SR)

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 26,6666667 6,6666667 0,80 0,5520

Error 10 83,3333333 8,3333333

Corrected Total

14 110,0000000

Dependent Variable: Retensi Protein

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 125,1278933 31,2819733 1,55 0,2615

Error 10 201,9994000 20,1999400

Corrected Total

14 327,1272933

Dependent Variable: Retensi Lemak

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 210,8598267 52,7149567 4,10 0,0321

Error 10 128,7195333 12,8719533

Corrected Total

14 339,5793600

Means with the same letter are not significantly different Duncan

Grouping

Mean N Perlakuan

A 70,543 3 C

B A 64,120 3 D

B 63,190 3 E

B 60,387 3 B

(50)

24

Lampiran 8 Data Perhitungan Retensi Protein

Ulangan A B C D E

Bobot awal (gram)

1 426,9 426,90 433,30 428,90 430,00

2 427,7 427,70 423,90 428,10 429,40

3 427,7 427,70 430,10 429,90 425,70

Bobot akhir (gram)

1 897,60 897,60 884,44 967,90 869,97

2 996,10 996,10 851,80 999,80 847,92

3 977,50 977,50 836,00 966,70 839,89

Protein tubuh awal (%)

1 13,81 13,81 13,81 13,81 13,81

2 13,81 13,81 13,81 13,81 13,81

3 13,81 13,81 13,81 13,81 13,81

Protein tubuh akhir (%)

1 17,28 17,28 18,97 18,30 18,43

2 18,04 18,04 18,50 18,04 19,53

3 17,40 17,40 18,70 18,41 18,50

Protein tubuh total awal

1 58,95 58,95 59,84 59,23 59,38

2 59,07 59,07 58,54 59,12 59,30

3 59,07 59,07 59,40 59,37 58,79

Protein tubuh total akhir

1 155,11 155,11 167,78 177,08 160,30

2 179,71 179,71 157,58 180,35 165,62

3 170,04 170,04 156,33 177,95 155,39

Jumlah protein yang

disimpan

1 96,16 96,16 107,94 117,85 100,92

2 120,64 120,64 99,04 121,23 106,32

3 110,98 110,98 96,94 118,58 96,60

Junlah konsumsi

pakan

1 744,34 744,34 738,29 751,97 706,62

2 757,81 757,81 714,95 768,08 694,89

3 777,00 777,00 721,00 748,13 755,30

Kadar protein pakan

1 29,49 29,49 28,12 28,29 27,80

2 29,49 29,49 28,12 28,29 27,80

3 29,49 29,49 28,12 28,29 27,80

Jumlah konsumsi

protein

1 219,51 219,51 207,61 212,73 196,44

2 223,48 223,48 201,04 217,29 193,18

3 229,14 229,14 202,75 211,65 209,97

Retensi protein

1 43,81 43,81 51,99 55,40 51,37

2 53,98 53,98 49,26 55,79 55,04

3 48,43 48,43 47,81 56,03 46,01

Rata-rata 48,74 49,69 55,74 50,81 47,47

(51)

Lampiran 9 Data Perhitungan Retensi Lemak

Ulangan A B C D E

Bobot awal

1 426,90 433,30 428,90 430,00 423,40 2 427,70 423,90 428,10 429,40 425,80 3 427,70 430,10 429,90 425,70 429,80 Bobot akhir

1 897,60 884,44 967,90 869,97 877,20 2 996,10 851,80 999,80 847,92 923,00 3 977,50 836,00 966,70 839,89 736,00 Lemak tubuh

awal

1 1,66 1,66 1,66 1,66 1,66

2 1,66 1,66 1,66 1,66 1,66

3 1,66 1,66 1,66 1,66 1,66

Lemak tubuh akhir

1 4,52 4,95 5,29 4,98 5,08

2 4,50 4,97 4,99 5,04 4,95

3 4,53 4,82 5,29 5,07 4,97

Lemak tubuh total awal

1 7,09 7,19 7,12 7,14 7,03

2 7,10 7,04 7,11 7,13 7,07

3 7,10 7,14 7,14 7,07 7,13

Lemak tubuh total akhir

1 40,60 43,78 51,20 43,35 44,54

2 44,87 42,33 49,91 42,73 45,72

3 44,30 40,31 51,10 42,55 3655

Jumlah lemak yang disimpan

1 33,52 36,58 44,08 36,22 37,51

2 37,77 35,29 42,80 35,60 38,66

3 37,20 33,17 43,96 35,48 29,41

Jumlah konsumsi pakan

1 744,34 738,29 751,97 706,62 727,01 2 757,81 714,95 768,08 694,89 739,87 3 777,00 721,00 748,13 755,30 668,16 Kadar lemak

pakan

1 7,90 8,00 8,18 7,77 7,80

2 7,90 8,00 8,18 7,77 7,80

3 7,90 8,00 8,18 7,77 7,80

Jumlah konsumsi lemak

1 58,80 59,06 61,51 54,90 56,71

2 59,87 57,20 62,83 53,99 57,71

3 61,38 57,68 61,20 58,69 52,12

Retensi lemak

1 57,00 61,94 71,67 65,96 66,15

2 63,09 61,71 68,13 65,94 66,98

3 60,60 57,51 71,83 60,46 56,44

Rata-rata 60,23 60,38 70,54 64,12 63,19

(52)

26

Lampiran 10 Profil asam amino tepung kepala udang (T

Gambar

Tabel 1. Komposisi bahan baku pakan (g per kg pakan kering)
Gambar 1 Pertumbuhan mutlak rata-rata ikan patin yang diberi pakan perlakuan TKU dengan dosis 0% (A), 15% (B), 30% (C), 45% (D), dan 60% (E)
Tabel 1. Komposisi bahan baku pakan (g per kg pakan kering)
Gambar 1 Pertumbuhan mutlak rata-rata ikan patin yang diberi pakan perlakuan TKU dengan dosis 0% (A), 15% (B), 30% (C), 45% (D), dan 60% (E)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui : Untuk menerapkan penggunaan media pembelajaran handout dengan menggunakan metode pembelajaran STAD yaitu kerja

Pengumpulan data diperoleh dari lembar observasi guru dan lembar observasi siswa, untuk memperoleh data motivasi belajar diperoleh dari angket motivasi belajar sedangkan

Adapun judul skripsi ini “Peningkatan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Kembaran dengan Metode Examples Non Examples Pada Mata Pelajaran

Banyaknya sedimen yang mengendap di Waduk Sermo diakibatkan oleh tingginya erosi yang terjadi pada Daerah Tangkapan Air Waduk Sermo.. Hasil erosi pada daerah hulu

Dari tabel 4.10 dan 4.11 dapat dilihat bahwa pada engineering contradiction pertama, parameter improving feature Strength (14) dimana ukuran mata sabit dan gagang sabit dibuat

Pada tahapan ini para remaja di Lembaga Pendidikan Darul Ulum II Desa Bujur Tengah Kecamatan Batu Marmar Kabupaten Pamekasan dibentuk karakternya berupa sikap dan perilaku

Berdasarkan hal ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara faktor-faktor fisik rumah yang terdiri dari ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai,