• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kerentanan Sumber Daya Ikan Berbasis Data Produktivitas dan Suseptabilitas di Selat Sunda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Kerentanan Sumber Daya Ikan Berbasis Data Produktivitas dan Suseptabilitas di Selat Sunda"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KERENTANAN SUMBER DAYA IKAN BERBASIS

DATA PRODUKTIVITAS DAN SUSEPTABILITAS DI SELAT

SUNDA

CONNY PUJI LESTARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Tingkat Kerentanan Sumber daya Ikan Berbasis Data Produktivitas dan Suseptabilitas di Selat Sunda adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsiini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

CONNY PUJI LESTARI. Tingkat Kerentanan Sumber Daya Ikan Berbasis Data Produktivitas dan Suseptabilitas di Selat Sunda. Dibimbing oleh YONVITNER dan ACHMAD FAKHRUDIN.

Selat Sunda merupakan salah satu perairan yang menyumbang sumber daya ikan cukup besar untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Pemanfaatan sumber daya tersebut dicirikan dari seberapa banyak armada kapal yang beroperasi dan alat tangkap yang digunakan. Alat tangkap yang digunakan berpengaruh pada keberlanjutan ikan, Keberlanjutan ikan tidak dilihat dari aspek biologisnya saja tetapi dari aspek ekologisnya. Produktivitas dan suseptabilitas analisis merupakan salah satu cara untuk melihat keberlanjutan ikan yang dilihat dari berbagai parameter. Sumber daya ikan yang diambil: ikan swanggi (Priacanthus tayenus), ikan kurisi (Nemipterus japonicus), ikan kuniran (Upeneus moluccensis), ikan tembang (Sardinella fimbriata), dan ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta). Index kerentanan yang didapatkan menggunakan program PSA secara berturut-turut sebesar 1.39, 1.42, 1.31, 1.04, dan 1.20. Hasil yang didapatkan bernilai dibawah 1.8 yang artinya sumber daya tersebut belum tergolong rentan. PSA membantu melihat tingkat kerentanan sumber daya ikan berbasis data serta mengevaluasi keberlanjutan spesies yang berasal dari Selat Sunda.

Kata kunci: kerentanan, produktivitas, suseptabilitas.

ABSTRACT

CONNY PUJI LESTARI. The Vulnerability Of Resource-Based Fish Using Productivity and Susceptability Analysis Data in Sunda Strait.Supervised by YONVITNER and ACHMAD FAKHRUDIN

Sunda strait is one of marine water who contribute fish resources for public consumption. The Utilization of that resource, could be characterized by the sumof fishery armada operated daily and fishing gear that they used. The fishing gear affect on the continuity of many species of fish who can measure by biological and ecological aspects. Productivity and susceptibility analysis of fish resources, its a one way to see continuity of fish resources by many parameter. The data was taken from fish resources such as : swanggi (Priacanthus tayenus), kurisi (Nemipterus japonicus), kuniran(Upeneus moluccensis), tembang (Sardinella fimbriata), and kembung lelaki (Rastralliger kanagurta). Vulnerability index which obtained from the PSA program respectively for 1.39, 1.42, 1.31, 1.04 and 1.20 for the final result is worth less than 1.80, which mean those fish resource are considered vulnerable. The PSA program can help us to see vulnerable level based on productivity and susceptability also able to evaluate the continuity all fish species from Sunda strait.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

TINGKAT KERENTANAN SUMBER DAYA IKAN BERBASIS

DATA PRODUKTIVITAS DAN SUSEPTABILITAS DI SELAT

SUNDA

CONNY PUJI LESTARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Tingkat Kerentanan Sumber Daya Ikan Berbasis Data Produktivitas dan Suseptabilitas di Selat Sunda

Nama : Conny Puji Lestari

NIM : C24090063

Disetujui oleh

Dr Yonvitner, S Pi, M Si Pembimbing I

Dr Ir Achmad Fahrudin, M Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, M Sc Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT karena karunia dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tingkat Kerentanan Sumber Daya Ikan Berbasis Data Produktivitas dan Suseptabilitas di Selat Sunda dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga bulan September 2013 di Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Saya atas nama pribadi mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Yonvitner, S.Pi, M.Si dan Dr.Ir. Achmad Fahrudin, M.Si sebagai pembimbing yang sudah sabar dan bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan saran sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Saya pun mengucapkan terimakasi kepada Ir. Agus Samosir, M. Phil selaku Komisi Pendidikan, serta pihak-pihak yang membantu baik secara psikis maupun moril. Tidak lupa rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Mama tersayang karena doa yang tak pernah putus, keluarga besar Alm. Ibrahim, keluarga MSP 46 Arinta, Selvia (pia), Atim, Ananda, Fauzia AW dan semua yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Teman-teman FDC, mapun teman-teman yang membantu dalam penelitian ini Komo, Uul, Abah, Epul, Ulqi, Jay, Uta, Yasa (Noescamp) yang bersedia meluangkan waktu dan tenaganya.

Saya sebagai penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan. Namun saya mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bogor, Desember 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

METODE ... 1

Lokasi, Waktu, dan Jadwal Penelitian ... 1

Alat dan Bahan ... 2

Pengumpulan Data ... 2

Parameter kajian ... 4

Variabel Kerja atau Analisa ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

Sumber Daya Ikan ... 8

Parameter Produktivitas dan Suseptabilitas ... 10

Skoring Parameter Produktivitas dan Suseptabilitas ... 12

Analisis Produktivitas dan Suseptabilitas ... 13

Pengelolaan Sumber Daya Perikanan di Selat Sunda ... 15

KESIMPULAN DAN SARAN ... 16

Kesimpulan ... 16

Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN ... 19

(11)

DAFTAR TABEL

1 Keterangan Penilaian ... 3

2 Data Produktivitas ... 4

3 Data Suseptabilitas ... 4

4 Hasil Parameter Produktivitas ... 11

5 Contoh Pemberian Skor Pada Parameter Produktivitas ... 12

6 Contoh Pemberian Skor Pada Parameter Suseptabilitas ... 13

7 Hasil Kerentanan ... 14

DAFTAR GAMBAR

1 Peta Daerah Penangkapan Perairan Selat Sunda ... 2

2 Ikan Swanggi ... 8

3 Ikan Kurisi ... 9

4 Ikan Kuniran ... 9

5 Ikan Tembang ... 10

6 Ikan Kembung Lelaki ... 10

7 Grafik Hasil Analisis Produktivitas dan Suseptabilitas ... 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penetapan PSA ... 20

2 Hasil Parameter Produktivitas ... 21

3 Hasil Pengelompokan Data Suseptabilitas ... 21

4 Pemberian Skor Ikan Swanggi ... 22

5 Pemberian Skor Ikan kurisi ... 23

6 Pemberian Skor Ikan Kuniran ... 24

7 Pemberian Skor Ikan tembang ... 25

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aktivitas perikanan tangkap di Selat Sunda mempunyai empat pusat pendaratan ikan yaitu di Sukanegara, Carita, Panimbang, dan Labuan. Salah satu tempat perikanan berintensitas tinggi adalah PPP Labuan yang ditandai dengan banyaknya jumlah armada kapal yang melakukan kegiatan bongkar muat dan setiap tahunnya banyak pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah tersebut. Para nelayan kebanyakan memakai alat tangkap purse seine, pancing, gill net, cantrang, dan rampus. Hasil tangkapan yang diperoleh berupa ikan, cumi-cumi, dan udang-udangan. Banyaknya aktifitas ini memicu peningkatan pemanfaatan sumber daya ikan termasuk di Labuan, Banten. Aktivitas penangkapan akan mempengaruhi sumber daya ikan, jumlah potensi yang akan menentukan kelangsungan untuk hidup dan kelestarian dimasa mendatang.

Sumber daya ikan dipengaruhi oleh natalitas dan mortalitas ikan baik alami maupun tangkapan. Aktivitas penangkapan juga akan mempengaruhi kerentanan stok di perairan. Penggunaan alat tangkap proses dan operasi penangkapan serta dampak terhadap habitat akan sangat kuat pengaruhnya. Atas pemikiran tersebut maka kajian kerentanan sumber daya ikan di pelabuhan bertujuan agar diperoleh suatu informasi untuk melakukan upaya pemanfaatan dan pelestarian.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat tingkat kerentanan sumber daya ikan berbasis data produktivitas dan suseptabilitas untuk mengevaluasi keberlanjutan spesies yang berasal dari Selat Sunda.

METODE PENELITIAN

Lokasi, Waktu, dan Jadwal Penelitian

(13)

2

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, penggaris, timbangan, label, alat bedah, benang, plastik klip, software PSA, kamera dan untuk menganalisa data tertentu memakai FISAT. Bahan yang digunakan adalah ikan swanggi, ikan kuniran, ikan kurisi, ikan tembang dan ikan kembung lelaki, yang merupakan hasil tangkapan nelayan di perairan sekitar Selat Sunda bahan lainnya yang digunakan adalah formalin.

Pengumpulan Data

Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan di lapang. Data yang dikumpulkan berasal dari data pengukuran langsung baik data ikan maupun wawancara. Data sekunder yang dikumpulkan dari Dinas Perikanan dan penelitian terdahulu. Sampel ikan contoh diambil secara acak dan sampel nelayan dipilih (purposive) berdasarkan alat tangkap yang digunakan untuk tiap jenis ikan yang diteliti. Data yang dikumpulkan meliputi data panjang dan bobot ikan. Analisis nilai koefisien pertumbuhan (k), panjang maksimum, mortalitas alami (M) dan pola rekruitmen dilakukan menggunakan program FISAT II. Wawancara dilakukan terhadap beberapa responden nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan di PPP Labuan dengan menggunakan media kuisioner (daftar pertanyaan). Sedangkan dokumentasi memudahkan dalam pelaksanaan artinya apabila ada kekeliruan dalam pencatatan maka sumber datanya masih tetap atau berubah. Metode ini juga digunakan untuk mendokumentasikan keadaan lokasi penelitian, deskripsi profil, dan latar belakang studi.

(14)

3

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui hasil penelitian sebelumnya yaitu dari Wulandari AS, Yulianie R, Megawati E, Fandri D, Fadlian R, Ballerena CP, Husna F, Shelvianawati R, Safarini D 2013, Binohlan CB, Carpenter KE, Luna FM in Fishbase. Data yang diambil meliputi data fekunditas, diameter telur (Breeding stock), rekruitment, umur pertama kali matang gonad, food habit, migrasi musiman dan kebiasaan beruaya ikan tersebut.

Tahapan PSA

Pengoperasian analisis produktivitas dan suseptabilitas diawali dengan mengisi basis data dalam format excel. Kemudian memasukan data serta pengelompokan. Parameter yang diperoleh meliputi data panjang dan bobot ikan, maksimum umur, panjang maksimum ikan yang dapat dicapai, koefisien Bertalanffy, mortalitas ikan, fekunditas, diameter telur (Breeding stock), rekruitment, umur pertama kali matang gonad, kebiasaan makan ikan, migrasi musiman, dan kebiasaan beruaya. Kesimpulan didapat secara subjektif dan diperoleh melalui penilaian setelah pengelompokan sesuai dengan skor yang ada.

Tingkat kerentanan dapat dilihat dari hasil analisis. Pembahasan data akan dilakukan satu persatu untuk satu spesies ikan tentang tingkat kerentanan maupun potensi ikan yang diteliti. Kemudian dapat disimpulkan seberapa rentan status ikan yang diteliti. Batas indeks kerentanan untuk PSA adalah 1.8 atau lebih yang menggolongkan bahwa ikan tersebut sudah rentan di alam.

Tabel 1 Keterangan Penilaian

Bobot nilai

Bobot nilai menunjukan nilai kepentingan dari setiap parameter. Nilai ini cukup subjektif dan diperoleh melalui penilaian peneliti terhadap parameter mana yang paling penting. Nilainya berkisar antara 0-4

0 = Tidak penting 1 = Kurang penting 2 = Penting 3 = Lebih penting 4 = Sangat penting

Atribut Skor

Dibagi berdasar dua parameter, produktivitas dan suseptabilitas. Nilai dari setiap parameter berkisar 1-3

Produktivitas 1 = Tinggi 2 = Sedang 3 = Rendah Susceptabilitas 1 = Rendah 2 = Sedang 3 = Tinggi

Kualitas Data

Berkisar antara 1-5

1 = Data banyak dan lengkap

2 = Data terbatas (temporal dan spasial) 3 = Data dari genus atau family yang sama 4 = Data baru bersifat informasi yang belum

(15)

4

Parameter Kajian

Kajian kerentanan berasal dari berupa pengumpulan data panjang ikan (mm), berat ikan (gr), berat gonad (gr) dan kebiasaan makan ikan, diameter telur, harga ikan (Rp). Data yang dikumpulkan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3 Data Suseptabilitas

Parameter Sumber basis data Analisis Pengumpulan datan

Management strategy

Area Overlap Distribusi Distribusi In-situ/Quisioner Konsentrasi geografis Distribusi Distribusi In-situ/Quisioner

Vertical overlap Distribusi Dsitribusi In-situ/Quisioner

F / M Length data Persamaan Pauly

dan Evanof In-situ SSB (spawning stock

biomass)

Biomasa Hasil

tangkapan Ricker In-situ

Migrasi musiman Data Migrasi Pola Distribusi In-situ/Quisioner

Schooling aggregation Schooling Pola Distribusi In-situ/Quisioner

Morfology Affecting Morfology Morfologis In-situ/Quisioner

Survival after Capture Morfology Morfologis In-situ/Quisioner

Desirability/Value of the

Fishery Nilai ekonomi ikan Nilai produksi In-situ/Quisioner

Fishery Impact to essential

fish habitat Habitat

Distribusi dan

habitat In-situ/Quisioner Tabel 2 Data Produktivitas

Parameter Sumber basis data Analisis Pengumpulan data r (laju

pertumbuhan intrinsik)

length frequency Growth Analysis In-situ

Umur maksimum length frequency Length frequency analysis In-situ Panjang

maksimum length frequency Length frequency analysis In-situ K (koefisien

pertumbuhan) length frequency Bertalanffy In-situ M (mortalitas

alami) length frequency Persamaan empiric Pauly In-situ Fekunditas

Telur ikan Gravimetrik dan

volumetrik In-situ and Ex-situ

Breeding strategy Diameter telur Cohort analysis In-situ and Ex-situ

Pola rekruitmen length frequency Normsep and Gausian

distribution In-situ

Age at Maturity Sebaran dan

diameter telur In-situ

Mean Tropic level Food habit Niche overlap (Simpson

(16)

5

Variabel Kerja atau Analisa

Sebaran frekuensi panjang

Analisis sebaran frekuensi panjang ikan dilakukan menggunakan data panjang total ikan yang ditangkap. Analisis data fekuensi panjang ikan yaitu:

a) Menentukan jumlah selang kelas yang diperlukan b) Menentukan lebar selang kelas

c) Menentukan kelas frekuensi dan memasukan frekuensi masing-masing kelas dengan memasukkan panjang serta masing-masing ikan contoh pada selang kelas yang telah ditentukan. Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam selang kelas panjang yang sama kemudian diplotkan dalam sebuah grafik yang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada dan perubahan posisi ukuran panjang kelompok umur yang sama.

Pendugaan L∞, K, dan t0

Koefisien pertumbuhan (K) dan L∞ dapat diduga dengan menggunakan model pertumbuhan von Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999) :

)

Lt adalah panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu), L∞ adalah panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan (per satuan waktu) dan t0 adalah umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol.

L∞, K, dan t0 didapatkan dari hasil perhitungan dengan metode Non Parametrik

Scoring of von Bertalanffy Growth Function melalui Software ELEFAN I (Electronic Length Frequencys Analysis) yang terintegrasi salam program FISAT II.

Mortalitas dan laju eksploitasi

Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang (Sparre dan Venema 1999) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

Langkah 1 : mengkonversikan data panjang ke data umur dengan menggunakan inverse persamaan von Bertalanffy.

(17)

6 Pauly (1980) in Sparre & Venema (1999) sebagai berikut :

Ln M = - 0,0152-0,279*Ln L∞ + 0,6543*Ln K + 0,463*Ln T

exp LnL LnK LnT

M     

L∞ adalah panjang asimsotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, K

adalah koefisien pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, dan T adalah rata-rata suhu permukaan air (0oC). Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan :

F = Z – M

Laju eksploitasi ditentukan dengan membandingkan mortalitas penangkapan (F) terhadap mortaliatas total (Z) (Pauly 1984) :

Z

Laju mortalitas penangkapan (F) atau laju eksploitasi optimum menurut Gulland (1971) in Pauly (1984) adalah:

M

F

optimum

sehingga

E

optimum

0

,

5

Penentuan ukuran ikan pertama kali matang gonad

Pendugaan rata-rata ukuran pertama kali ikan matang gonad dapat diduga dengan memisahkan kelompok belum matang gonad (TKG I dan II) dan kelompok matang gonad (TKG III dan IV). Metode yang digunakan dalam penentuan ukuran pertama kali matang gonad adalah metode dengan perumusan sebagai berikut :

Keterangan :

m = log panjang ikan pada kematangan gonad pertama

xk = log nilai tengah kelas panjang terakhir ukuran ikan telah matang gonad pi = proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-I dengan jumlah ikan

pada selang panjang ke-i ni = jumlah ikan pada kelas ke-i qi = 1 – pi

M = panjang ikan pertama kali matang gonad sebesar antilog m, dan jika a = 0,05 maka selang kepercayaanya 95% dari m adalah :

antilog m = m ± 1,96 √

Fekunditas

Fekunditas ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie 2002) berikut :

(18)

7

Keterangan :

F = fekunditas (butir) G = berat gonad (gram) V = volume pengenceran (ml) X = jumlah telur tiap ml (butir) Q = berat telur contoh (gram)

Makanan sebagai indikator distirbusi

Analisis kebiasaan makanan menggunakan indeks bagian terbesar: IPi =

Keterangan :

IPi = indeks bagian terbesar

Vi = persentase volume makanan ke i Oi = frekuensi kejadian makanan ke i

Vertical Overlap

Vertical overlap dapat di evaluasi dari luas relung makanan mengindikasikan bahwa jenis makanan yang dikonsumsi oleh ikan lebih beragam sebagai penentu distribusinya. Penuntuan luas relung diketahui dengan rumus:

∑Pij2 = jumlah kuadrat proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j

1

Pij2 = kuadrat proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j n = jumlah organisme pada selang yang akan dicari

Horizontal overlap

Horizontal overlap atau tumpang tindih relung adalah penggunaan bersama suatu sumber daya atau lebih oleh dua spesies ikan atau lebih atau tingkat kesamaan jenis makanan antara kelompok ikan pertama dan kedua. Penentuan nilai tumpang tindih diketahui dengan rumus:

Pik = proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-k

(19)

8

Pij (proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j) didapat dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

Pij = proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j

Nilai ekonomi

Nilai ekonomi didapat dari hasil wawancara dan data sekunder. Nilai ekonomi yang di maksud adalah tingkat ekonomi ikan yang dikaji dibandingkan dengan jenis ikan lainnya.

Batas nilai PSA

Batas untuk menentukan seberapa rentan yang terjadi akibat aktivitas penangkapan adalah 1.8 yang didapatkan dari perhitungan :

Keterangan : v = kerentanan p = produktivitas s = suseptabilitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber Daya Ikan

Ikan-ikan tersebut merupakan hasil tangkapan utama maupun tangkapan sampingan yang masih cukup tinggi harganya di pasaran. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan. Ikan hasil tangkapan nelayan

pandeglang yang diteliti terbagi atas kelompok ikan pelagis, demersal, karang dan laut dalam. Berbagai jenis ikan lainnya yang dikaji sebagai berikut :

Ikan Swanggi

Nama Ilmiah : Priacanthus tayenus Nama FAO : Purple-spotted bigeye Nama Umum : Swanggi, Mata goyang

Ikan swanggi termasuk ikan demersal yang hidupnya berada di kedalaman 20-200 m. Nelayan di Labuan menangkap ikan swanggi menggunakan cantrang maupun jaring rampus. Daerah migrasinya rendah sehingga akan meningkatkan

(20)

9

tingkat overlap terhadap sumber daya ikan lainnya. Komposisi makanan ikan swanggi berupa udang-udangan, rajungan, gastropod dan bivalvia. Ikan swanggi termasuk ikan ekonomis penting dengan harga jual Rp12 000 / kg (Rifai 2012).

Ikan Kurisi

Nama Ilmiah : Nemipterus japonicus Nama FAO : Japanese threadfine bream Nama Umum : Kurisi

Ikan kurisi merupakan ikan demersal yang hidupnya berada di kedalaman 10-120 m, hidup bergerombol dengan tingkat migrasinya rendah karena hidupnya berada di daerah sekitar karang. Ikan kecil, crustacea, molusca (terutama cephalopoda), polychaeta dan echinodermata merupakan makanan ikan kurisi (Andansari 2012). Alat tangkap ikan kurisi cantrang, pancing dan jaring. Harganya berkisar Rp15 000/kg.

Ikan Kuniran

Nama Ilmiah : Upeneus moluccensis Nama FAO : Goldband goatfish Nama Umum : Biji Nangka, Kuniran

Ikan kuniran termasuk ikan demersal, hidupnya berada dikedalaman 30-80m dan hidupnya bergerombol. Makanan dari ikan kuniran berupa udang-udangan, crustacea, ikan-ikan kecil, bivalvia (Safitri 2012). Harganya berkisar Rp8 000/kg. Alat tangkap ikan kuniran sama dengan ikan karang lainnya yaitu cantrang dan pancing.

(21)

10

Ikan Tembang

Nama Ilmiah : Sardinella fimbriata Nama FAO : Fringescale sardinella Nama Umum : Tembang

Ikan tembang termasuk ikan pelagis yang hidup pada kedalaman 0-50 m. ikan ini hidup bergerombol dan tingkat migrasinya cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis terhadap isi usus ikan tembang di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten memperlihatkan bahwa organisme makanan ikan tembang dapat digolongkan menjadi 5 kelas, yaitu Bacillariophyceae, Ciliata, Crustacea, Dinophyceae, dan Chaetognatha (Izzani 2012). Harga ikan tembang berkisar Rp3 000-5 000/kg. Alat tangkap ikan tembang menggunakan purse seine.

Ikan Kembung Lelaki

Nama Ilmiah : Rastralliger kanagurta Nama FAO : Indian mackerel

Nama Umum : Kembung lelaki, Banjar

Ikan kembung lelaki tergolong ikan pelagis yang hidup pada kedalaman 20-90 m. Menurut fishbase (2013) komposisi makanan ikan kembung lelaki berupa plankton maupun binatang-binatang kecil lainnya. Harga ikan kembung lelaki mencapai Rp28 000/kg. Ikan kembung lelaki ditangkap menggunakan purse seine.

Parameter Produktivitas dan Suseptabilitas

Salah satu cara untuk mengetahui kerentanan suatu spesies dalam sebuah komunitas adalah menggunakan pendekatan Productivity and Susceptibility Analysis (PSA). Productivity and Susceptibility Analysis mengukur tingkat resiko atau kerentanan dari suatu stok berbasis perikanan yang dapat dikaji menggunakan aspek produktivitas biologi dan stok perikanan maupun dari segi ekologisnya (Apel 2012). Parameter produktivitas merupakan salah satu parameter penting

(22)

11

sebagai alat ukur mengetahui seberapa banyak regenerasi yang akan dihasilkan suatu spesies untuk mendapatkan keturunan sehingga stok dapat bertambah. Sedangkan resiko kerentanan stok bergantung terhadap tekanan penangkapan dan daya tahan ikan terhadap mortalitas alami atau dengan kata lain tumpang tindih antara distribusi kegiatan perikanan dan distribusi spesies. Tekanan penangkapan yang dievaluasi berbasis pada produktivitas biologi dan tingkat keterancaman terhadap penangkapan. Berikut ini merupakan tabel dari pengukuran produktivitas dari sumber daya ikan yang diteliti.

Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad merupakan salah satu cara untuk mengetahui perkembangan populasi dalam suatu perairan, seperti pendugaan saat ikan akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad dapat digunakan sebagai indikator ketersediaan stok reproduktif (Budimawan et al in Ballerena 2012). Nilai mean trophic level menandakan ikan tersebut tergolong dalam tingkat konsumer dalam piramida makanan. Semakin rendah nilai mean trophic level ikan tersebut menandakan tingkat produktivitasnya semakin besar. Mean trophic level yang didapatkan untuk ikan swanggi, kuniran, kurisi, tembang, dan kembung lelaki secara berturut-turut adalah 3.7, 3.6, 3.8, 2.7, 3.2. Menurut Patrick et al. (2009) stok dengan nilai trophic level lebih dari 3.5 menandakan produktivitasnya rendah, sedangkan trophic level dibawah 2.5 termasuk dalam produktivitas yang tinggi. Piscivores dikategorikan sebagai tingkat trophic lebih tinggi, omnivore masuk kategori menengah, dan plankton termasuk kategori lebih rendah (Pauly et al. 1998)

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti

Tabel 4 Hasil Parameter Produktivitas

Parameter Satuan

Nama ikan

Swanggi Kuniran Kurisi Tembang Kembung Lelaki r (laju pertumbuhan

intrinsik) kg/tahun 2,16 1

Fekunditas butir 10.678-835.8056

Mean Trophic level

(Data food habit) 3,7 10

3,6 10 3,8 10 2,7 10 3,2 10

(23)

12

umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas (Effendie 2002). Laju mortalitas total (Z) adalah penjumlahan laju mortalitas alami (M) dan mortalitas tangkapan (F). Mortalitas alami yaitu mortalitas yang terjadi karena pemangsaan maupun penyakit, stress pemijahan, kelaparan maupun usia tua (Sparre dan Venema 1999). Laju eksploitasi (E) merupakan jumlah ikan yang ditangkap dibandingkan dengan jumlah total ikan yang mati karena penangkapan (Pauly 1984). Semakin tinggi tingkat eksploitasi di suatu daerah maka mortlalitas penangkapannya semakin besar.

Skoring Parameter Produktivitas dan Suseptabilitas

Hasil parameter produktivitas dari Tabel 5 kemudian diberi skor agar dapat diketahui nilai kepentingan dari setiap parameter, setiap parameter akan dinilai dan diberi skor dengan parameter bobot nilai, atribut skor, dan kualitas data.

Kategori bobot nilai mengindikasikan kepentingan ikan baik dari segi biologi maupun ekologi. Berdasarkan hasil tabel dapat dilihat bahwa ikan swanggi memiliki laju pertumbuhan intrinsik sebesar 2.16/tahun sehingga bernilai 3 karena dapat dikatakan produktivitas ikan swanggi terkategori tinggi karena melebihi 0.5. Laju pertumbuhan sedang apabila nilai berada dikisaran 0.5-0.16 dan dikatakan rendah apabila nilai kurang dari 0.16/tahun. Recruitment pattern bernilai 2 atau dengan kata lain sedang karena hasil yang didapat 18.44 % berada pada selang diantara 10%-75%, dikatakan tinggi apabila melebihi 75% dan dikatakan rendah apabila kurang dari 10% yang berhasil direkrut.

Tabel 5 Contoh Pemberian Skor Pada Parameter Produktivitas Parameter Satuan Hasil Bobot Nilai

(1-4)

Atribut Skor (1-3)

Kualitas Data (1-4)

r (laju pertumbuhan

intrinsik) kg/tahun 2.16 2 3 1

Umur maksimum tahun 4.2 2 3 4

Panjang maksimum cm 34.2 2 3 1

k Bertalanffy 0.49 2 3 1

M (mortalitas alami) M:0.58 F:0.54 2 3 1

Fekunditas butir 10 678-835 805 2 3 1

Rekruitmen (tiap bulan

dalam setahun) % 18.44 2 2 1

Umur pertama matang

gonad tahun 1.1 2 3 4

Mean Tropic level

(Data food habit) 3.7 2 1 4

(24)

13

Manajemen strategi dinilai 3 karena tergolong tinggi resikonya karena tidak ada batasan yang jelas tentang peraturan penangkapan baik wilayah, armada maupun ukuran ikan dan tidak ada langkah-langkah pertanggung jawaban yang proaktif. Konsentrasi geografis tergolong rendah karena stok lebih dari 50% tersebar dari seluruh daerah penangkapan, dikatakan sedang (moderate) apabila konsentrasi geografis berada kisaran 25% - 50% sedangkan dikatakan tinggi apabila stok kurang dari 25%.

Analisis Produktivitas dan Suseptabilitas

Analisa produktivitas dan susceptabilitas ini dilakukan agar mengetahui tingkat kerentanan ikan swanggi, ikan kuniran, ikan kurisi, ikan tembang dan ikan banjar (kembung lelaki). Indeks kerentanan ikan yang diteliti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 6 Contoh Pemberian Skor Pada Parameter Suseptabilitas

Parameter Hasil Bobot Nilai

(1-4)

tidak memiliki batasan penangkapan karena merupakan hasil sampingan dari penangkapan dan tidak ada langkah-langkah pertanggung jawaban yang proaktif

2 3 2

Area Overlap >60% berada pada daerah penangkapan 2 3 2

Konsentrasi Geografis

>50% tersebar dari seluruh daerah

penangkapan 2 1 2

Vertikal overlap >60% berada pada kedalaman yang

sama 2 3 1

F / M 0.93 2 2 1

SSB (spawning stock

biomass) >50% 2 1 1

Seasonal migration

ikan yang tingkat migrasinya rendah sehingga akan meningkatkan tingkat overlap terhadap sumber daya ikan lainnya

2 3 1

Schooling

aggregation Bergerombol 2 3 1

Morfology Affecting

Cantrang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak berpengaruh terhadap morfologi ikan yang di tangkap

2 3 1

Survival after

Capture 65% 2 2 1

Desirability/Value of the Fishery

Harga jual cukup tinggi yaitu Rp

12.000/kg 2 3 1

Fishery Impact to essential fish habitat on

alat tangkap cantrang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak berpengaruh terhadap morfologi ikan tangkapan

2 1 1

(25)

14

Hasil indeks kerentanan yang didapat bahwa ikan kuniran memiliki indeks kerentanan yang paling tinggi dibanding ikan-ikan yang lain yaitu sebesar 1.42 sedangkan ikan tembang memiliki index yang terkecil dibandingkan dengan ikan-ikan yang diteliti, yaitu sebesar 1.04. Index memperlihatkan dari kelima ikan-ikan tidak ada index yang bernilai melebihi 1.8 yang menjadi kisaran ikan telah mengalami kerentanan.Sehingga dapat diduga kelima ikan tersebut belum terdapat indikasi adanya overfishing

Selain indeks kerentanan dalam PSA juga didapatkan grafik untuk mempermudah pembacaan hasil. Grafik hasil PSA yang didapat disajikan pada gambar berikut.

Hasil dari tabel menunjukan lingkaran hijau yang berangka menandakan data kualitas yang dipakai adalah baik atau kebanyakan data dari hasil penelitian, apabila data yang dipakai kurang baik maka lingkaran tersebut berwarna kuning, apabila data yang dipakai kebanyakan dari sumber kurang terpercaya atau beda tempat dan hanya familie yang sama (tingkat keakuratannya kurang) maka lingkaran tersebut akan berwarna merah. Garis biru, hijau, dan ungu adalah garis yang menandakan batas kombinasi kerentanan pada ikan. Kerentanan bisa terjadi apabila produktivitas rendah maupun tingkat susceptibility tinggi.

Ikan 1 dan 3 memiliki produktivitas yang sama besar tetapi memiliki suseptabilitas yang berbeda. Ikan 1 memiliki nilai suseptabilitas yang lebih tinggi yaitu hampir mendekati angka 2.5. Stok yang memiliki nilai produktivitas yang rendah dan memiliki susepptabilitas yang tinggi mengindikasi kerentanan overfishing (Patrick 2009). Tetapi tetap perlu adanya pengelolaan yang baik seperti selektivitas penangkapan. Analisis Length-based reference points (LBPR) memasukan banyak data termasuk proporsi penangkapan sehingga mendapatkan

Gambar 7 Grafik Hasil Analisis Produktivitas dan Suseptabilitas Tabel 7 Hasil Kerentanan

No. Nama Ikan Nama Umum Nama Ilmiah Indeks Kerentanan

(26)

15

selang kelas panjang (L), 50% tingkat kematangan gonad, maksimum panjang hingga kohort, dengan nilai yang dimasukan tersebut dapat memudahkan dalam mengitung ikan yang layak tangkap, ukuran optimal dan ukuran besar ikan yang dapat ditangkap, dan fekunditas ikan betina dalam populasi (Froese in Fujita et al. 2012). Metode-metode ini sangat membantu dalam mengelola sumber daya perikanan. Manajemen sumber daya perikanan diartikan sebagai suatu kesatuan ilmu manajemen yang ditunjukan untuk mengelola sumber daya ikan pada kawasan, agar populasi ikan itu tidak menjadi punah dalam rangka pemanfaatan secara lestari dan kesinambungan untuk jangka panjang (Nuitja 2010).

Pendekatan pertama yang dapat dilakukan agar sumber daya perikanan dapat lestari dapat dengan pendekatan spesies. Pendekatan spesies ini memerlukan data-data berbagai spesies dari suatu kawasan. Pendekatan yang kedua menggunakan pendekatan habitat, dengan pendekatan ini kita dapat melihat pada suatu kawasan secara ekologis suatu habitat dapat hidup terbukti dengan jumlah populasi yang melimpah. Pendekatan terakhir merupakan pendekatan teknologi, karena masih banyak kawasan yang masih belum termanfaatkan secara optimal, sehingga teknologi dalam penangkapan masih sangat dikembangkan dengan tidak merusak lingkungan atau habitat sumber daya ikan itu sendiri. Contoh alat yang digunakan seperti Long Liner, Purse Seine, Floating Artificial Reef dan Boat for Fish Watching. Pengelolaan perikanan seperti yang diuraikan oleh FAO (1997) diartikan sebagai proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya dan implementasi dari aturan-aturan main di bidang ikan dalam rangka menjamin kelangsungan produktivitas sumber, dan pencapaian tujuan perikanan lainnya (Widodo dan Suadi 2006). Undang–undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, dijelaskan bahwa pengelolaan sumber daya ikan adalah semua upaya yang dilakukan bertujuan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan secara optimal dan terus menerus.

Pengelolaan Sumber Daya Perikanan di Selat Sunda

Sumber daya perikanan merupakan salah satu sumber penghasilan yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat tetapi butuh pengelolaan yang benar agar tercapai perekonomian yang stabil dan tercapai kesejahteraan. Pengelolaan sumber daya perikanan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan para nelayan, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, penghasil devisa dan mengetahui porsi optimum pemanfaatan oleh armada penangkapan ikan serta menentukan jumlah tangkapan yang diperbolehkan berdasarkan tangkapan maksimum lestari (Boer dan Aziz 1995). Butuh pengelolaan yang baik dan disiplin dari para pengawas dan pemanfaat sumber daya perikanan tersebut. Kekurangan sumber data menjadi masalah utama untuk mengetahui pengelolaan yang tepat. Pertimbangan sosial dalam pengambilan kebijakan pengelolaan sering menentukan keberhasilan upaya pengelolaan dan banyak kegagalan yang terjadi karena tidak menimbang aspek sosial (Widodo dan Suadi 2006).

(27)

16

belum terjadi indikasi rentan, sehingga dapat mengantisipasi lebih terhadap sumber daya yang belum terkategori overfishing. Seleksivitas alat tangkap, jumlah armada yang beroperasi, ukuran mata jaring yang sesuai dengan ikan dewasa, membatasi hasil tnagkapan pada bulan tertentu, dan penyuluhan tentang alat tangkap ramah lingkungan menyumbang keberlanjutan sumber daya tersebut. Keberlangsungan sumber daya ikan tidak hanya dilihat dari aspek ekonomi saja tetapi dari aspek biologi, ekologi dan sosial masyarakatnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ikan swanggi, kuniran, kurisi, tembang dan kembung lelaki merupakan beberapa contoh ikan bernilai ekonomis penting. Hasil yang diperoleh menggunakan software PSA menunjukan bahwa ikan-ikan tersebut belum tergolong rentan artinya tekanan aktivitas penangkapan belum berdampak serius terhadap potensi keberlanjutan sumber daya ikan swanggi, kurisi, kuniran, tembang dan kembung lelaki di Selat Sunda.

Saran

Perlu data series atau pembanding untuk melihat keberagaman dari waktu ke waktu. Subjektivitas dapat dikurangi apabila data yang digunakan semua data primer yang diukur atau diamati secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Andansari PA. 2012. Sistem Informasi Pengkajian Stok Ikan (Studi Kasus : Ikan Kurisi Nemipterus Japonicus, Bloch 1791 di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Pandeglang, Banten) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Apel A. 2012. Productivity and Susceptibility Analysis (PSA): How-To Guide.Washington (USA): Environmental Defense Fund.

Ballerena CP. 2012. Pola Reproduksi Ikan Swanggi (Priacanthus Tayenus, Richardson 1846) yang Didaratkan di PPP Labuan Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Binohlan CB, Bailly N. 2012. Sardinella fimbriata (Valenciennes, 1847) Fringescale sardinella [internet]. [diacu 03 September 2013]. Tersedia dari: http://www.fishbase.org/summary/1507

Binohlan CB, Sa-a P. 2012. Priacanthustayenus (Richardson, 1846) Purple-spotted bigeye [internet]. [diacu 03 September 2013]. Tersedia dari: http://www.fishbase.org/summary/4651

(28)

17

Carpenter KE, Garilao CV. 2012. Nemipterusjaponicus (Bloch, 1791) Japanese threadfin bream [internet]. [diacu 03 September 2013]. Tersedia dari: http://www.fishbase.org/summary/4559

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fadlian, F. 2012. Kajian Stok Ikan Kuniran (Upeneus moluccencis, Bleeker1855) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fandri D. 2012. Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) di Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fujita R, Kendra K, Ashely A. 2012. Using Cope Punt Length-Based reference Points To Assess and Manage Data-Limited Fish Stocks. Washington (USA): Environmental Defense Fund.

Husna F. 2012. Reproduksi Ikan Kuniran Upeneus Moluccensis (Bleeker, 1855) dari Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Izzani N. 2012. Kebiasaan Makanan Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier and Valenciennes 1847) dari Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Luna SM. 2012. Rastrelliger kanagurta (Cuvier 1816) Indian Mackerel [internet].

[diacu 03 September 2013]. Tersedia dari:

http://www.fishbase.org.summary/Rastrelliger-kanagurta.html.

Luna SM. 2012. Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) Goldband goatfish [internet]. [diacu 03 September 2013]. Tersedia dari: http://www.fishbase.org/summary/4444

Megawati E. 2012. Kajian Aspek Pertumbuhan Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier dan Valenciennes 1847) di Perairan Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nuitja, I N. 2010. Manajemen Sumber daya Perairan. Bogor (ID): IPB Press. Patrick W.S, Spencer P, Ormseth O, Cope J, Field J, Kobayashi D, Gedamke T,

Cortés E, Bigelow K, Overholtz W, Link J, Lawson P. 2009. Use of Productivity and Susceptibility Indices to Determine Stocl Vulnerability, with Example Applications to Six U.S. Fisheries. Washington (USA): NOAA

Pauly D. 1984. Fish population dynamics in tropical waters : a manual for use with programmable calculator. Manila (PH) : ICLARM.

Pauly D, Christensen V, Dalsgaard J, Froese R, Torres Jr F. 1998. Fishing Down Marine Food Webs. Science. New York (USA): AAAS

Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara

Rahmi F. 2012. Pola Sebaran dan Kajian Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Valenciennes, 1847) di Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(29)

18

Rifai R. 2012. Kebiasaan Makanan Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus, Richardson 1846) yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Safarini, D. 2013. Potensi Reproduksi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817)dari Perairan Teluk Banten, Kabupaten Serang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Safitri H. 2012. Kebiasaan Makan Ikan Kuniran Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) Hasil Tangkapan di Perairan Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Shelvinawati R. 2012. Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier and Valenciennes 1847) yang Didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sparre P & S.C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Jakarta (ID) : FAO

Tangke U. 2010. Perencanaan Disain Pengelolaan Sumber daya Perikanan Berbasis Sistem Informasi Manajemen. Agribisnis dan Perikanan.Ternate (ID) : Agrikan UMMU.

Widodo & Suadi. 2006. Pengelolaan Sumber daya Perikanan Laut. Yogyakarta (ID) : UGM Press.

Wulandari AS. 2012. Pola Musiman Dan Kajian Stok Ikan Swanggi (Priacanthus Tayenus Richardson, 1846) di Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(30)

19

(31)

20

Lampiran 1 Penetapan PSA

Atribut Produktivitas Rendah (1) Sedang (2) Tinggi (3)

r (laju pertumbuhan) > 0.16 0.5-0.16 > 0.5

Umur maksimum > 30 tahun 10-30 tahun (nilai tengah 20) < 10 tahun

Panjang Maksimum < 150 cm 60-150 cm (nilai tengah 105) < 60 cm

Koefisien Pertumbuhan

von Bartalanffy (k) > 0.15 0.15-0.25 (nilai tengah 0.20) > 0.25

Estimasi kematian alami > 0.20 0.20-0.40 (nilai tengah 0.30) > 0.40

Banyaknya fekunditas > 10e2 10e2-10e3 > 10e4

Strategi pemijahan ≥ 4 antara 1 dan 3 0

Pola pemijahan

frekuensi rekruitmen kecil (< 10% selang kelas

berhasil)

frekuensi rekruitmen sedang (antara 10% sampai 75% selang

kelas berhasil)

frekuensi rekruitmen besar (> 75% selang kelas

berhasil) Umur pertama matang

gonad < 4 tahun 2-4 tahun (nilai tengah 3.0) < 2 tahun

Tropik level < 3.5 2.5-3.5 (nilai tengah 3) < 2.5

Total Skor

Atribut Suseptabilitas Rendah (1) Sedang (2) Tinggi (3)

Manajemen strategi

Stok memiliki batasn penangkapan dan langkah proaktif ; target stok dimonitori

dengan baik

Stok memiliki batasan penangkapan dan langkah

re-aktif

Stok tidak ada batasan penangkapan monitori tidak dilakukan dengan

baik

Area overlap < 25% berada di wilayah

penanagkapan

berada antara 25% sampai 50% di wilayah penanagkapan

berada > 50% di wilayah penanagkapan Konsentrasi geografik Distribusi stok > 50% dari total

kisaran

Distribusi stok 25% sampai 50% dari total kisaran

Distribusi stok < 25% dari total kisaran Vertikal overlap

< 25% stok berada dikedalaman penangkapan

yang sama

antara 25% sampai 50% dikedalaman penangkapan

yang sama

> 50% dikedalaman penangkapan yang sama

Fishing Rate Relative ke M < 0.5 0.5-1.0 > 1

Biomas of Spawner (SBB)

B > 40% dari B0 (atau dari pengamatan waktu yang

berulang hasil estimasi biomasa)

B berada diantara 25% sampai 40% dari B0 (atau dari pengamatan waktu yang

berulang hasil estimasi biomasa)

B < 25% dari B0 (atau dari pengamatan waktu yang berulang hasil

estimasi biomasa) Migrasi musiman

Migrasi musiman memengaruhi pengurangan jumlah ikan pada

daerah penangkapan

Migrasi musiman tidak begitu memengaruhi pengurangan

jumlah ikan pada daerah penangkapan

Migrasi musiman memengaruhi peningkatan

jumlah ikan pada daerah penangkapan Respon Kebiasaan

Respon kebiasaan memengaruhi pengurangan

hasil tangkapan

Respon kebiasaan tidak begitu memengaruhi hasil tangkapan

di area penagkapan

Respon kebiasaan meningkatkan hasil Tangkapan memengaruhi

morfologi spesies

Morfologi spesies menunjukan selektivitas rendah untuk alat

tangkap

Morfologi spesies menunjukan selektivitas sedang untuk alat

tangkap

Morfologi spesies menunjukan selektivitas tinggi untuk alat tangkap Daya tahan setelah

penangkapan

Ketahanan setelah penangkapan sekitar > 67%

33% < Ketahanan setelah penangkapan sekitar <67%

Ketahanan setelah penangkapan sekitar <

33%

Harga ikan Stok bernilai tinggi di pasaran

minat untuk ditangkap besar Stok bernilai sedang di pasaran

(32)

21

Atribut Suseptabilitas Rendah (1) Sedang (2) Tinggi (3)

diminati Dampak alat tangkap

terhadap habitat

Tidak mengganggu habitat atau tergolong ramah terhadap

habitat

Tidak terlalu buruk, menggnaggu habitat sangat

kecil

Dapat merusak lingkungan bahkan untuk waktu

tempral

Total Skor

Lampiran 2 Hasil Parameter Produktivitas

Parameter Satuan Swanggi Kuniran Kurisi Tembang Kembung

Lelaki

r (laju pertumbuhan

intrinsik) kg/tahun 2.16

1 Fekunditas Butir 10 678-835 8056 15 611-156 3007 13 900-139.20010 8 251-294 5008 9 058-55 1819 Rekruitmen (tiap bulan

dalam setahun) % 18.44 18.79 24.96 29.19 17.5

Umur pertama matang

Gonad Tahun 1.1

10

0,8 10 1,4 10 0,5 10 0.7 10

Mean Tropic level

(Data food habit) 3.7

10

3.6 10 3.8 10 2.7 10 3,2 10

Lampiran 3 Hasil Pengelompokan Data Suseptabilitas

Parameter a b c d e

Area

Overlap(distribusi ikan terhadap penangkapan)

>50% tersebar dari seluruh daerah

penangkapan

>50% tersebar dari seluruh daerah penangkapan

>50% tersebar dari seluruh daerah penangkapan

>50% tersebar dari

seluruh daerah

penangkapan

>50% tersebar dari seluruh daerah

penangkapan Vertical overlap

(kedalaman)

20-200m (FAO) 10-120m (fishbase) 30-80 m (fishbase) 0-50m (fishbase) 20-90m (fishbase)

F/M 0.93 2.82 0.81 0.49 1.32

Fishing Mortality (ukuran

ekonomi/tangkap)

165-333mm 61-180mm 110-270mm 106-178mm 164-283mm

SBB (Spawning stock biomass)

>50% >45% >45% >50% >50 %

Migrasi musiman ikan yang tingkat migrasinya rendah sehingga akan

meningkatkan tingkat overlap terhadap sumber daya ikan lainnya

ikan yang tingkat migrasinya rendah sehingga akan meningkatkan tingkat overlap terhadap sumber daya ikan lainnya

ikan yang tingkat migrasinya rendah sehingga akan meningkatkan tingkat overlap terhadap sumber daya ikan lainnya

ikan yang tingkat migrasinya cukup tinggi sehingga akan menurunkan tingkat overlap terhadap sumber daya ikan sehingga akan menurunkan tingkat overlap terhadap sumber

daya ikan

lainnya

Pengelompokan Bergerombol Bergerombol Bergerombol Bergerombol Bergerombol

Pengaruh alat tangkap terhadap

alat tangkap cantrang

alat tangkap

cantrang merupakan

alat tangkap

cantrang merupakan

alat tangkap purse seine merupakan alat

(33)

22

Parameter a b c d e

morfologi ikan merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak berpengaruh terhadap

morfologi ikan yang di tangkap

alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak berpengaruh terhadap morfologi ikan yang di tangkap

alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak berpengaruh terhadap morfologi ikan yang di tangkap

tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak berpengaruh terhadap morfologi ikan yang di tangkap

merupakan alat tangkap yang ramah

lingkungan sehingga tidak berpengaruh terhadap morfologi ikan yang di tangkap Survival after

capture

65% 65% 65% 65% 65%

Nilai ekonomi ikan 12 000/kg 8 000/kg 15 000/kg 3 000-5 000/kg 28 000/kg

Dampak alat

tangkap terhadap ekosistem

alat tangkap cantrang

merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak ada dampak yang buruk terhadap lingkungan atau sumber daya ikan lainnya

alat tangkap

cantrang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak ada dampak yang buruk terhadap lingkungan atau sumber daya ikan lainnya

alat tangkap

cantrang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak ada dampak yang buruk terhadap lingkungan atau sumber daya ikan lainnya

alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang cukup ramah lingkungan sehingga tidak ada dampak yang buruk terhadap lingkungan atau sumber daya ikan lainnya

alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang cukup ramah lingkungan sehingga tidak

ada dampak

yang buruk

terhadap lingkungan atau sumber daya ikan lainnya

Keterangan : a. Swanggi (Priacanthus tayenus Richardson); b. Kuniran (Upeneus moluccensis); c. Kurisi (Nemipterus japonicus); d. Tembang (Sardinella fimbriata); e. Kembung Lelaki (Rastraliger kanagurta)

Lampiran 4 Pemberian Skor Ikan Swanggi Parameter

Produktivitas

Satuan Hasil Weight (1-4) Attribute score (1-3) Data quality score (1-4)

r (laju pertumbuhan

intrinsik) kg/tahun 2.16

1 2 3 1

Umur Maksimum tahun 4.2 10 2 3 4

Panjang Maksimum cm 34.2 2 3 1

k Bertalanffy tahun 0.49 2 3 1

M (mortalitas alami) M:0.58 F:0.54 2 3 1

Fekunditas butir 10 678-835

8056

2 3 1

Breeding strategy 1-3 2 2 1

Rekruitmen (tiap bulan

dalam setahun) % 18.44

2 2 1

Umur pertama matang

Gonad tahun 1.1

10 2 3 4

Mean Tropic level (Data

food habit) 3.7

10 2 1 4

Parameter

Suseptabilitas Hasil Weight (1-4)

Attribute score (1-3)

Data quality score (1-4)

Area Overlap(distribusi

ikan terhadap

penangkapan)

>60% berada pada daerah

penangkapan 2

3 2

Konsentrasi Geografis >50% tersebar dari seluruh daerah

penangkapan 2

3 2

Vertical overlap

(kedalaman)

20-200m

2 1 2

(34)

23

Parameter

Suseptabilitas Hasil Weight (1-4)

Attribute score (1-3)

Data quality score (1-4)

Fishing Mortality (ukuran

Migrasi musiman ikan yang tingkat migrasinya rendah sehingga akan meningkatkan tingkat overlap terhadap sumber daya ikan lainnya

2

3 1

Pengelompokan Bergerombol 2 3 1

Pengaruh alat tangkap terhadap morfologi ikan

alat tangkap cantrang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak berpengaruh terhadap morfologi ikan yang di tangkap

2

alat tangkap cantrang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak ada dampak yang buruk terhadap lingkungan atau sumber daya ikan lainnya

2

1 1

Lampiran 5 Pemberian Skor Ikan Kurisi

Parameter Produktivitas Satuan Hasil Weight (1-4) Attribute

score (1-3)

M (mortalitas alami) M:0.68

F:0.55 2 3 1

Fekunditas butir 13

900-139.20010 2 3 1

Breeding strategy 1-3 2 2 1

Rekruitmen (tiap bulan dalam

setahun) % 24.96 2 2 1

Umur pertama matang Gonad tahun 1.4 10 2 3 4

Mean Tropic level (Data food habit) 3.8 10 2 1 4

Parameter

Suseptabilitas Hasil Weight (1-4)

Attribute score (1-3)

Data quality score (1-4)

Area Overlap(distribusi

ikan terhadap

penangkapan)

>70% berada pada daerah penangkapan

2 3 2

Konsentrasi Geografis >50% tersebar dari seluruh daerah penangkapan

2 3 2

Vertical overlap

(kedalaman)

30-80 m (fishbase) 2 1 2

F/M 0.81 2 2 1

(35)

24

Parameter

Suseptabilitas Hasil Weight (1-4)

Attribute score (1-3)

Data quality score (1-4)

sehingga akan meningkatkan tingkat overlap terhadap sumber daya ikan lainnya

Pengelompokan Bergerombol 2 3 1

Pengaruh alat tangkap terhadap morfologi ikan

alat tangkap cantrang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak berpengaruh terhadap morfologi ikan yang di tangkap

2 3 1

Survival after capture 65% 2 2 1

Nilai ekonomi ikan 15.000/kg 2 3 1

Dampak alat tangkap terhadap ekosistem

alat tangkap cantrang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak ada dampak yang buruk terhadap lingkungan atau sumber daya ikan lainnya

2 1 1

Lampiran 6 Pemberian Skor Ikan Kuniran

Parameter Produktivitas Satuan Hasil Weight

(1-4)

Rekruitmen (tiap bulan dalam

setahun) % 18.79 2 2 1

Umur pertama matang Gonad tahun 0.8 10 2 3 4

Mean Tropic level (Data food habit) 3.6 10 2 1 4

Parameter

Suseptabilitas Hasil Weight (1-4)

Attribute score (1-3)

Data quality score (1-4)

Area Overlap(distribusi

ikan terhadap

penangkapan)

>60% berada pada daerah penangkapan

2 3 1

Konsentrasi Geografis >50% tersebar dari seluruh daerah penangkapan

2 3 4

Vertical overlap

(kedalaman)

10-120m (fishbase) 2 1 1

F/M 2.82 2 3 1

Fishing Mortality (ukuran

Migrasi musiman ikan yang tingkat migrasinya rendah sehingga akan meningkatkan tingkat overlap terhadap sumber daya ikan lainnya

2 3 1

Pengelompokan Bergerombol 2 3 1

Pengaruh alat tangkap terhadap morfologi ikan

alat tangkap cantrang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak berpengaruh terhadap morfologi ikan yang di tangkap

2 3 1

Survival after capture 65% 2 2 1

(36)

25

Parameter

Suseptabilitas Hasil Weight (1-4)

Attribute

alat tangkap cantrang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak ada dampak yang buruk terhadap lingkungan atau sumber daya ikan lainnya

2 1 4

Lampiran 7 Pemberian Skor Ikan Tembang

Parameter Produktivitas Satuan Hasil Weight (1-4)

Attribute

Rekruitmen (tiap bulan dalam

setahun) % 29.19 2 2 1

Umur pertama matang Gonad tahun 0.5 10 2 3 4

Mean Tropic level (Data food habit) 2.7 10 2 2 4

Parameter

Suseptabilitas Hasil Weight (1-4)

Attribute score (1-3)

Data quality score (1-4)

Area Overlap(distribusi

ikan terhadap

penangkapan)

>60% berada pada daerah penangkapan

2 3 2

Konsentrasi Geografis >50% tersebar dari seluruh daerah penangkapan

2 3 2

Vertical overlap

(kedalaman)

0-50m (fishbase) 2 1 2

F/M 0.49 2 2 1

Fishing Mortality (ukuran

Migrasi musiman ikan yang tingkat migrasinya cukup tinggi sehingga akan menurunkan tingkat overlap terhadap sumber daya ikan lainnya

2 3 1

Pengelompokan Bergerombol 2 3 1

Pengaruh alat tangkap terhadap morfologi ikan

alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak berpengaruh terhadap morfologi ikan yang di tangkap

2 3 1

Survival after capture 65% 2 2 1

Nilai ekonomi ikan 3000-5000/kg 2 1 1

Dampak alat tangkap terhadap ekosistem

alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang cukup ramah lingkungan sehingga tidak ada dampak yang buruk terhadap lingkungan atau sumber daya ikan lainnya

(37)

26

Lampiran 8 Pemberian Skor Ikan kembung lelaki

Parameter Produktivitas Satuan Hasil Weight (1-4) Attribute

score (1-3)

Rekruitmen (tiap bulan dalam

setahun) % 17.5

2 2 1

Umur pertama matang Gonad tahun 0.710 2 3 4

Mean Tropic level (Data food

habit) 3.2

10 2 2 4

Parameter

Suseptabilitas Hasil Weight (1-4)

Attribute score (1-3)

Data quality score (1-4)

Area Overlap(distribusi

ikan terhadap

penangkapan)

>60% berada pada daerah penangkapan

2 3 2

Konsentrasi Geografis >50% tersebar dari seluruh daerah penangkapan

2 3 2

Vertical overlap

(kedalaman)

20-90m (fishbase) 2 1 2

F/M 1.32 2 2 1

Fishing Mortality (ukuran

Migrasi musiman ikan yang tingkat migrasinya cukup tinggi sehingga akan menurunkan tingkat overlap terhadap sumber daya ikan lainnya

2 1 1

Pengelompokan Bergerombol 2 3 1

Pengaruh alat tangkap terhadap morfologi ikan

alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak berpengaruh terhadap morfologi ikan yang di tangkap

2 3 1

Survival after capture 65% 2 2 1

Nilai ekonomi ikan 28,000/kg 2 3 1

Dampak alat tangkap terhadap ekosistem

alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang cukup ramah lingkungan sehingga tidak ada dampak yang buruk terhadap lingkungan atau sumber daya ikan lainnya

(38)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 Juni 1991 sebagai anak satu-satunya dari pasangan Ibu Puniasih Ibrahim dan Moch. Dekon Ikhsan. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis berawal dari SMA Negeri 26, Jakarta Selatan (2006-2009), Jakarta Timur (2003-2006), SMP Negeri 255, SD Islam Gema Bimbingan Rohani Anak, Bekasi (1997-2003), TK Islam An-Nur, Bekasi (1996-1997) dan pada tahun 2009 Penulis diterima di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri.

Gambar

Gambar 1 Peta Daerah Penangkapan Perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)
Tabel 1 Keterangan Penilaian
Tabel 2 Data Produktivitas
Gambar 2 Ikan Swanggi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Anak didik berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan dalam menginterpretasikan pesan diperlukan juga penekanan vocal agar apa yang disampaikan oleh guru

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pendidikan apa saja yang dilakukan Aisyiyah di Bangsri tahun 2014-2015 dan mengetahui proses atau acara strategi

mendeskrip- sikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempenga- ruhinya. Guru menayangkan media sound slide sambil memberikan permasalahan. Siswa

Masalah perekonomian keluarga Bapak I Nyoman Tyas yakni jumlah penghasilan yang tidak menentu setiap hari atau perbulannya, tergantung dengan ada atau tidaknya

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP LAMANYA WAKTU PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY) (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2011-2013)..

Hasil belajar Siswa yang telah mencapai KKM pun mengalami peningkatan pada tahap prasiklus sebesar 37, 50% , siklus I sebesar 75%, kemudian siklus II menjadi 87, 50 %

juga ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan atau larutan. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini mula-mula

Hasil dari pengamatan dalam pembelajaran di sekolah dasar ditemukan permasalahan yaitu : Kurang menariknya metode pembelajaran bola voli berdasarkan permasalahan dalam