• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Motif Sosial Pada Tenaga Kerja Organisasi Profit Dan Tenaga Kerja Organisasi Nonprofit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Motif Sosial Pada Tenaga Kerja Organisasi Profit Dan Tenaga Kerja Organisasi Nonprofit"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN MOTIF SOSIAL PADA TENAGA

KERJA ORGANISASI PROFIT DAN TENAGA KERJA

ORGANISASI NONPROFIT

SKRIPSI

Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

Junedi Sembiring

041301095

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur dan terima kasih kepada Allah Bapa di Surga yang telah memberkati,

menguatkan, serta membuat segala perkara dapat ditanggung penulis untuk

menyelesaikan penelitian ini. Juga untuk keluargaku tercinta yang tidak pernah

berhenti memberikan penulis semangat dan dukungan serta tidak pernah putus

harapan terhadap diri penulis.

Penulis juga ingin mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

dari lubuk hati yang paling dalam kepada semua pihak yang telah membantu penulis

dalam proses pengerjaan proposal penelitian ini, dari awal hingga selesainya

proposal penelitian ini.. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi Sumatera Utara, Bapak Prof.dr Chairul Yoel, Sp.

A(K).

2. Ibu Dra. Gustiarti Leila M.Psi selaku dosen pembimbing penelitian ini yang

telah meluangkan waktunya yang padat serta dengan sabar menunggu judul

penelitian ini, mengarahkan, memberikan masukan, memotivator yang sejati

dan menjadi tempat berdiskusi bagi penulis ketika dalam proses pengerjaan

proposal penelitian ini. Semoga ibu tetap memberikan yang terbaik bagi

kampus kita tercinta. Terima kasih banyak ya Ibu. Saya tidak akan pernah

melupakan ibu.

3. Ibu Etyy yang selaku dosen penguji saya, terima kasih banyak Bu dan juga

bersama ibu Echi yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi

(3)

pada bagian bab III.terima kasih banyak ibu semoga ibu juga tetap

memberikan yang terbaik bagi kampus kita Psikologi USU.

4. Ibu DR. Irmawati M.si yang telah meminjamkan buku human motivation

kepada penulis. Terima kasih banyak Bu.

5. Dan kepada semua dosen khususnya dosen bidang Psikologi Industri dan

organisasi pak Ferry, kak Siti, pak Ari juga semua dosen Psikologi yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu.terima kaih atas masukanya.

6. Buat orangtuaku yang tercinta, “Tuhan kap ras kita adi kita tetap tek man

Bana”, buat mamak sehat selalu, dan juga bapak.

7. Buat si Dia”aku akan tetap setia” terima kasih atas waktu-waktu yang kita

lalui bersama, ketika aku jatuh kau angkat aku, ketika aku sedih kau beri

penghiburan.thanks ya

8. Buat temanku kakas alias Jack Brando alias Asroni terima kasih banyak atas

dukunganya ya friend. Tetap SEMANGAT.... AKPOL

menantikanmu.meskipun aku saingan terberatmu.he3.tapi tetap semangat ya

friend.

9. Buat teman jalan-jalanku, saut, nina, agnes, dewi tulus ira kembar,bontor

sekali-sekali ikut sih, charli juga sekali-kali ikut,

10.Buat Teman Kelompok kecilku, Bima, B’Yandi, makasih ya. ”kapan Lagi

kita kelompok?”

11.Buat teman-teman Labsosku ”Lani (???), Asroni (udah punya Agnes) Nesa

(4)

pengalaman dan hidupku, aku tidak akan pernah melupakan kenangan yang

pernah kita lalui bersama ke kampung.

12.Buat teman seperjuangan Seminar/Skripsi; Dewi Sutra, B’Sam, Ririe,

K’Mimi, K’Nela’ K’Anita, B’Joni. Makasih ya atas dukunganya.

13.Buat teman satu kepengurusan di GBKP KM 8, B’Hery, K’Eli, K’Siska,

B’Putra, B’Octa yang udah di Bali, K’Ita, K’Endang, K’Eva, Suhendri,

K’Desi. Makasih buat dukunganya ya teman-teman.

14.Buat teman-teman di Betania Prananda, Wahyuni, Ita, Stefi, Kristin, Hana,

Ronald, K’Dariyani, Rio, Eninta, K’Mida. Makasih banyak ya teman-teman.

15.Buat teman-teman angkatan 2004 buat Stefani (punya Razes) ”makasih ya

udah bantuin nyebarin skala”, Reni Machmud, Indi, Nisa, Via, k’Vivi, Kaka,

Pinkholic, Fahmi, Hadi, Yuda ”koreografer manusia jadi-jadian”, Nesa kecil,

Reni, Sugi, Maeri, Desti, Zul, Tasya dkk, Johan dkk, Dona dkk, Julia dkk,

Aci dkk, Keke dkk, dan sema angkatan 2004 yang tidak bisa disbutan satu

persatu. Trima kasih ya untuk semuanya.

16.Buat adek-adek junior Psikologi, Pak Gubernur (Jepri 05) ” makasih ya udah

bantuin nyebarin skalanya”, Herti (06), Priska (06),

Penulis juga menyadari bahwa proposal penelitian ini tidaklah sempurna dan

memiliki kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat terbuka terhadap masukan,

kritikan, serta saran yang membangun yang dapat digunakan untuk perbaikan

penelitian ini yang akan dilanjutkan dengan skripsi sebagai persyaratan kelulusan

(5)

Akhir kata penulis mengharapkan agar proposal penelitian ini dapat

bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Medan, Desember 2007

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... v

BAB I: PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah ... 1

I.B. Rumusan Masalah ... 7

I.C. Tujuan Penelitian ... 7

I .D. Manfaat Penelitian I.C.1. Manfaat Teoritis ... 8

I.C.2. Manfaat Praktis ... 8

I.D. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II : LANDASAN TEORI II.A Motivasi II.A.1 Pengertian motivasi ... 10

II.A.2 Pengertian Motif ... 10

II.B Jenis-jenis Motif ... 11

II.C. Faktor-faktor Yang Mempegaruhi Motif Sosial ... 16

II.D. Pengertian Organisasi ... 18

(7)

II.D.2 Jenis-jenis Organisasi ... 20

II.D.3 Prinsip-Prinsip Organisasi ... 22

II.D.4 Pengertian Organsaisi Nonprofi... 25

II.D.5 Pengertian Organisasi Profit... 27

II.D.6 Pengertian Tenaga Kerja ... 28

II.D.7 Perbedaan Organisasi Nonprofit dengan Organisasi profit 29 II.E. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III :METODE PENELITIAN III.A Identifikasi Variabel... 31

III.A.1. Variabel Bebas ... 31

III.A.2. Variabel tergantung ... 31

III.B. Definisi Operasional... 31

III.C Subjek Penelitian ... 33

III.C.1 Populasi ... 33

III.C.2. Sampel ... 33

III.C.3. Karateristik sampel... 34

III.C.4.Teknik Pengambilan Sampel ... 34

III.D Instrumen / Alat Ukur yang Digunakan ... 35

III.E Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 38

(8)

III.E.2 Uji Reliabilitas ... 39

III.E.3. Hasil Uji Coba ... 39

III.F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 43

III.F.1. Desain Penelitian ... 43

III.F.2. Tahap Penyusunan Alat Ukur ... 43

III.G. Metode Analisa Data... 45

BAB IV:ANALISA DAN INTERPRETASI DATA IV. A. Gambaran Data Penelitian ... 46

IV. A. 1. Jenis Kelamin Subjek Penelitian... 47

IV. A. 2. Usia Subjek Penelitian ... 48

IV. A. 3. Suku Bangsa Subjek Penelitian... 49

IV. B. Hasil Utama Penelitian... 49

IV.B.1. Uji Asumsi ... 49

IV.B.1.a. Uji Normalitas ... 49

IV.B.1.b. Uji Homogenitas ... 50

IV.B.2. Uji Hipotesis... 51

IV.B.3. Kategorisasi Skor Motif Sosial ... 53

IV.C. Hasil Tambahan ... 58

IV.C.1. Perbedaan Motif Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin 59 BAB V: KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN V.A. Kesimpulan... 62

(9)

V.C. Saran ... 67

V.C.1. Saran Untuk Organisasi ... 67

V.C.2. Saran Metodologi ... 67

(10)

Abstrak Junedi Sembiring: 041301095

Perbedaan motif sosial pada tenaga kerja organisasi profit dengan tenaga kerja organisasi

nonprofit

viii+72 halaman;2005;26 tabel + lampiran Bibliografi; 38 (1965-2007)

Motivasi atau motif menempati unsur terpenting yang harus dimiliki tenaga kerja. Disebabkan motivasi merupakan kemampuan usaha yang dilakukan seseorang untuk meraih tujuan yang hendak dicapai organisasi diamana individu tersebut bekerja dan disertai dengan kemampuan individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.

Tetapi setiap tenaga kerja mempunyai perbedaan individual sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Maka hal ini akan terbawa kedalam pekerjaannya sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku tenaga kerja tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Disamping itu suasana batin/psikologis seseorang secara individual dalam organisasi yang memiliki lingkungan kerjanya, sangat besar pengaruhnya terhadap kinerjanya.

Hasil penelitian pada sampel tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit di kecamatan Medan Baru menunjukkan bahwa ada perbedaan motif beraffiliasi, dimana subjek pada organisasi nonprofit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek pada organisasi profit. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji-t yakni diperoleh ρ < 0.05, yaitu sebesar ρ = 0.000. Juga ada perbedaan motif berkuasa pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit dimana subjek pada organisasi profit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek penelitian pada organisasi

(11)

Abstrak Junedi Sembiring: 041301095

Perbedaan motif sosial pada tenaga kerja organisasi profit dengan tenaga kerja organisasi

nonprofit

viii+72 halaman;2005;26 tabel + lampiran Bibliografi; 38 (1965-2007)

Motivasi atau motif menempati unsur terpenting yang harus dimiliki tenaga kerja. Disebabkan motivasi merupakan kemampuan usaha yang dilakukan seseorang untuk meraih tujuan yang hendak dicapai organisasi diamana individu tersebut bekerja dan disertai dengan kemampuan individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.

Tetapi setiap tenaga kerja mempunyai perbedaan individual sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Maka hal ini akan terbawa kedalam pekerjaannya sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku tenaga kerja tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Disamping itu suasana batin/psikologis seseorang secara individual dalam organisasi yang memiliki lingkungan kerjanya, sangat besar pengaruhnya terhadap kinerjanya.

Hasil penelitian pada sampel tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit di kecamatan Medan Baru menunjukkan bahwa ada perbedaan motif beraffiliasi, dimana subjek pada organisasi nonprofit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek pada organisasi profit. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji-t yakni diperoleh ρ < 0.05, yaitu sebesar ρ = 0.000. Juga ada perbedaan motif berkuasa pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit dimana subjek pada organisasi profit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek penelitian pada organisasi

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang Masalah

Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama dalam struktur dan

koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Organisasi

memiliki tiga unsur dasar, yaitu orang-orang atau sekumpulan orang, kerjasama

dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian organisasi merupakan sarana

untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan

bersama, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang dimiliki (Griffin, 2002).

Organisasi didirikan manusia disebabkan karena kesamaan kepentingan,

baik dalam rangka mewujudkan hakekat kemanusiaannya maupun secara

berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain di dalam

organisasi, para anggotanya bermaksud mencapai tujuan yang sama, sebagai

tujuan bersama, termasuk juga bidang bisnis. Oleh karena itu jika tujuan bersama

itu dipilah, maka paling tidak terdapat satu dari dua tujuan yaitu (1) tujuan yang

bersifat material dan finansial, dan ini menjadi karateristik organisasi profit dan

(2) tujuan yang bersifat tidak mencari keuntungan, ini menjadi karateristik bagi

organsasi nonprofit (Nawawi,1997).

Berdasarkan tujuannya organisasi dapat dibedakan menjadi organisasi

yang tujuannya mencari keuntungan atau berorientasi pada profit dan organisasi

(13)

Sejak awal tahun 1980-an, literatur tentang organisasi nonprofit semakin

bertambah banyak dan sangat bervariasi jenisnya. Bermacam-macam istilah

muncul untuk mengidentifikasi organisasi serupa sebagai organisasi sukarela,

non-bisnis, kolektif, hadiah atau sumbangan, dermawan, nonpasar (Salusu, 2005).

Sedangkan organisasi profit atau bisnis muncul lebih awal dari organisasi

nonprofit.

Banyak hal yang membedakan antara organisasi nonprofit dengan

organisasi profit (laba). Dimana nonprofit (1) dalam hal kepemilikan, tidak jelas

siapa sesungguhnya pemilik organisasi nonprofit, apakah anggota, klien atau

donatur, (2) dalam hal donatur, organisasi nonprofit membutuhkan suatu sumber

pendanaan, (3) penyebaran tanggung jawab, pada organisasi nonprofit belum jelas

siapa yang menjadi dewan komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur

Pelaksana. Sedangkan organisasi profit yaitu (1) pada organisasi profit, pemilik

jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya, (2) organisasi profit atau

laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan

usahanya, (3) dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi profit atau

laba telah jelas siapa yang menjadi dewan komisaris, yang kemudian memilih

seorang direktur pelaksana (Nawawi, 1997).

Contoh dari organisasi profit yaitu bank, perusahaan-perusahaan swasta

yang bertujuan mencari laba dari hasil usahanya. Sedangkan organisasi nonprofit

contohnya yaitu gereja, mesjid, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan

(14)

perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut

riset, museum dan beberapa para petugas pemerintah (Gortner et al, 1987).

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa diantara organisasi profit dan

organisasi nonprofit terdapat perbedaan khas dengan tidak mengesampingkan

persamaan-persamaan yang fundamental. Organisasi nonprofit mempunyai misi

melayani publik dan konsumenya lebih terbatas sedangkan organisasi profit

mempunyai motif untuk mencari untung, yaitu hanya melayani konsumen yang

dapat memberikan keuntungan. Apabila dari suatu kelompok konsumen tidak

akan diperoleh keuntungan maka organisasi bisnis umumnya tidak bersedia

melayani (Salusu, 2005).

Manusia tidak hanya menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam

kemampuan mereka, untuk melakukan sesuatu, tetapi juga dalam keinginan

mereka untuk melakukan sesuatu atau motivasi (Winardi, 2001).

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan

dan mempertahankan tingkah laku tertentu (Pintrich & Schunk, 1996). Wexley

dan Yukl (1977) memberikan batasan mengenai motivasi sebagai suatu proses

yang mendorong munculnya perilaku secara langsung. Ahli yang lain memberikan

kesamaan antara motif dengan dorongan. Dari batasan diatas bisa disimpulkan

bahwa motif melatarbelakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi merupakan pendorong yang menyebabkan seseorang rela untuk

menggerakkan kemampuan tenaga dan waktunya untuk menjalankan semua

kegiatan yang telah menjadi tugas dan tanggung jawabnya agar kewajibannya

(15)

Manusia memiliki banyak motivasi dasar yang berperan penting dalam dunia

kerja. Sedangkan imbalan yang tidak mengutamakan materi lebih kepada situasi

lingkungan kerja yang tercipta dengan baik dan fasilitas-fasilitas yang mendukung

kegiatan tenaga kerja di tempat bekerja, sehingga tenaga kerja merasa nyaman dan

dapat bekerja dengan baik (Admin, 2007).

McClelland, (1987) mengemukakan bahwa manusia dalam berinteraksi

dengan lingkungannya seringkali dipengaruhi oleh berbagai motif. Motif tersebut

berkaitan dengan keberadaan dirinya dengan makhluk biologis dan makhluk sosial

yang selalu berhubungan dengan lingkungannya.

Dalam dunia kerja, motivasi atau motif menempati unsur terpenting yang

harus dimiliki tenaga kerja. Disebabkan motivasi merupakan kemampuan usaha

yang dilakukan seseorang untuk meraih tujuan yang hendak dicapai organisasi

diamana individu tersebut bekerja dan disertai dengan kemampuan individu untuk

memuaskan kebutuhan-kebutuhannya (McClelland, 1987).

Tetapi setiap tenaga kerja mempunyai perbedaan individual sebagai akibat

dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lingkungan masyarakat yang

beraneka ragam. Maka hal ini akan terbawa kedalam pekerjaannya sehingga

mempengaruhi sikap dan tingkah laku tenaga kerja tersebut dalam melaksanakan

pekerjaannya. Disamping itu suasana batin/psikologis seseorang secara individual

dalam organisasi yang memiliki lingkungan kerjanya, sangat besar pengaruhnya

terhadap kinerjanya (Admin, 2007).

Istilah lain yang juga sering terkait dengan motivasi adalah motif. Motif

(16)

tingkah laku seseorang. Motif diperoleh dari hasil belajar. Motif didasari oleh

emosi, dan tidak dapat dilihat dari tingkah laku yang ditampilkan. Munculnya

motif tertentu pada diri seseorang disebabkan oleh adanya kebutuhan dalam diri.

Bila situasi sangat bermakna bagi seseorang dan secara emosional mengikutinya,

maka motif tertentu dapat muncul. Bila dibandingkan dengan motif motivasi lebih

jelas (As’ad,1987).

Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga

tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Sehingga motif

tersebut merupakan suatu penguatan yang menggerakan manusia untuk bertingkah

laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu (As’ad, 1987).

Menurut McClelland (1987) timbulnya tingkah laku karena dipengaruhi

oleh kebutuhan-kebutuhann yang ada dalam diri manusia. Dalam konsepnya

mengenai motif, dalam diri individu terdapat tiga kebutuhan pokok yang

mendorong tingkah lakunya. Konsep motif lebih dikenal dengan motif sosial teori.

Adapun kebutuhan dimaksud menurut teori motif sosial ini yang berperan penting

dalam dunia kerja yaitu motifi berprestasi (n-Ach), motif berkuasa (n-Pow), dan

motif berafiliasi (n-Aff).

Motif berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai

keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik berasal dari

standard prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain. Motif

berkuasa (n-Pow) adalah motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai

atau mendominasi orang lain dalam berhubungan dengan lingkunganya. Motif

(17)

berhubungan dengan orang lain. Yang menjadi tujuan seseorang disini adalah

suasana yang penuh dengan keakraban dan persahabatan (McClelland, 1987).

Dari ketiga motif dasar tersebut, motif berprestasi memiliki peranan yang

sangat besar dalam dunia kerja karena dengan usaha yang terus-menerus meraih

prestasi, secara empiris terbukti memberikan sumbangan yang besar terhadap

munculnya bentuk-bentuk perilaku berwiraswasta serta pertumbuhan ekonomi

negara (McClelland, 1987).

Sedangkan pada organisasi nonprofit seperti LSM (lembaga Swadaya

Masyrakat) motif untuk berhubungan dengan orang lain cenderung memiliki

peranan yang sangat penting dimana salah satu tujuan organisasi nonprofit adalah

melayani masyarakat tanpa mempunyai tujuan untuk memperoleh laba atau

keuntungan dalam bentuk materi (Priandoyo, 2007).

Di dalam kehidupan sehari-hari, ketiga kebutuhan tersebut diatas akan

selalu muncul pada tingkahlaku individu, hanya saja kekuatanya tidak sama antara

kebutuhan-kebutuhan itu pada diri seseorang (As’ad, 1998).

Ketiga kebutuhan tersebut muncul dipengaruhi oleh situasi yang sangat

spesifik. Motivasi seseorang tergantung pada kekuatan motif-motif mereka. Motif

kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan atau

implus-implus yang muncul dalam diri seseorang individu. Motif-motif diarahkan

ke arah tujuan-tujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar atau dalam kondisi

di bawah sadar (McClelland, 1987).

Motivasi atau motif merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan

(18)

yang ditunjukkan oleh seseorang tenaga kerja dalam menghadapi situasi tertentu

dibandingkan dengan orang lain yang menghadapi situasi sama. Bahkan seseorang

akan menunjukkan dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda

dan dalam waktu yang berlainan (Siagian, 1995).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melihat bahwa motif itu muncul

dipengaruhi oleh situasi yang sangat spesifik. Jadi di sini peneliti ingin meneliti

bagaimana perbedaan motif sosial (motif berprestasi, motif berkuasa dan motif

beraffiliasi) pada tenaga kerja organisasi profit dan nonprofit.

I.B. Rumusan Masalah

1. Apakah motif berperstasi berbeda pada tenaga kerja organisasi profit

dengan nonprofit?

2. Apakah motif berkuasa berbeda pada tenaga kerja organisasi profit

dengan nonprofit?

3. Apakah motif berafiliasi berbeda pada tenaga kerja organisasi profit

dengan nonprofit?

I.B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui ”perbedaan

motif sosial (motif berprestasi, motif berkuasa dan motif affiliasi) pada tenaga

(19)

I .C. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

I.C.1. Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana

pengetahuan di bidang psikologi khususnya di bidang psikologi industri

dan organisasi.

I.C.2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat:

a. Memberikan masukan bagi perusahaan mengenai motif sosial yang ada di

organisasi profit maupun di organisasi nonprofit sebagai pertimbangan

untuk melakukan pelatihan motivasi pada organisasi tersebut.

b. Memberikan masukan mengenai motif sosial yang ada di organisasi profit

maupun di organisasi nonprofit bagi trainer-trainer yan berfukus pada

pelatihan untuk meningkatkan motivasi.

I.D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta

(20)

BAB II : Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam

pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori yang

berhubungan dengan motif sosial (McClelland).

BAB III : Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi variable penelitian,

populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data,

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.A Motivasi

II.A.1 Pengertian motivasi

Motivasi merupakan konsep hipotetis, karena tidak secara langsung dapat

diamati (Fox, 1993). Secara umum motivasi sering diartikan sebagai kondisi

psikologis yang menimbulkan, mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku

tertentu (Pintrich & Schunk, 1996).

II.A.2 Pengertian Motif

Motif adalah faktor intern yang membangun, mengarahkan dan

mengintegrasikan tingkah laku seseorang. Motif diperoleh dari hasil belajar. Motif

didasari oleh emosi, dan tidak dapat dilihat dari tingkah laku yang ditampilkan.

Atkinson dan McClelland (1987) banyak melakukan penelitian berkaitan dengan

motif berprestasi, mengemukakan bahwa motif merupakan disposisi yang

mendorong seseorang untuk bertindak dalam mencapai suatu tujuan yang

memiliki insentif baginya.

Munculnya motif tertentu pada diri seseorang disebabkan oleh adanya

kebutuhan dalam diri. Bila situasi sangat bermakna bagi seseorang dan secara

emosional meningkat, maka motif tertentu dapat muncul. Bila dibandingkan

dengan motif motivasi lebih jelas.

Konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan munculnya kecenderungan

(22)

dengan jelas. Sedangkan pada motif belum tergambar dengan jelas. Dapat

diketahui motif yang mendasari suatu tingkah laku bila kita sudah mengetahui

motivasi tingkah laku tersebut, dimana tujuan serta obyek yang akan diperoleh

dari tingkah laku tersebut, dimana tujuan serta obyek yang akan diperoleh dari

tingkah laku tersebut sudah terlebih dahulu diketahui. Secara lebih tajam dapat

disimpulkan bahwa motivasi merupakan aktualisasi dari motif (As’ad, 1998).

II.B Jenis-jenis Motif

Adapun jenis motif yang dikemukakan oleh McClelland (1987) adalah:

1. Motif afiliasi

Motif untuk berhubungan atau berafiliasi adalah motif yang mengarahkan

tingkah laku seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Yang menjadi

tujuan seseorang disini adalah suasana yang penuh dengan keakraban dan

keharmonisan.

Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) mengatakan bahwa salah satu

kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan beraffiliasi yang menimbulkan motif

untuk mendeatkan diri dengan orang lain, bekerjasama, membalas ajakan orang

lain, bersekutu dan mencari afeksi dari orang lain.

Baron & Birney (2005) mendefinisikan kebutuhan affiliasi sebagai motif

dasar untuk mencari dan mempertahankan relasi interpersonal.

Pathon & Griffin (1982) menyatakn bahwa affiliasi merupakan prilaku

verbal yang mencakup mengetahui persepsi masing-masing, memilih kata-kata

yang mengindikasikan keaslian dari hubungan dan juga mampu menyediakan

(23)

Ciri-ciri prilaku mereka dengan motif afiliasi yang tinggi (McClelland, 1987)

antara lain adalah:

a. Performa yang lebih baik ketika ada insentif dari organisasi dimana dia

berada.

Pada tugas yang diasumsikan sulit jika mendapat persetujuan dari orang

lain maka hasilnya akan seperti yang diharapkan/lebih optimal, mencari

persetujuan dari orang lain dalam memutuskan sesuatu

b. Memelihara hubungan interpersonal

Sensitif pada raut muka orang lain, dan memakai lebih banyak berdialog

dengan orang lain (bertelepon, menulis surat), untuk memelihara hubungan

interpersonal, lebih menyukai berteman dengan orang yang mempunyai keahlian

kusus seperti teman kerja, jika di feedback mereka lebih senang mengatakan

bagaimana kelompok ini terus bersama daripada bagaimana mereka mengerjakan

tugas dengan baik.

c. Kerja sama , konformitas dan konflik

mudah menyetujui pendapat orang tidak dikenal apabila atractive, melakukan

pekerjaan lebih efektif apabila ekerjasama brsama orang lain dalam suasana yang

lebih kooperatif.

d. Prilaku memimpin

Sulit membuat keputusan pada suatu waktu, menolong orang lain tanpa

(24)

e. Takut ditolak

Menghindari konflik dan kompetisi karena takut endapat feedback yang

negative dari orang lain, cemas ketika performa mereka diobservasi, tidak

menyukai orang yang memandang mereka berbeda dari yang lainya, menghindari

kemungkinan untuk bergaul dengan seseorang yang tidak setuju dengan mereka.

2. Motif Berkuasa

Motif untuk berkuasa adalah motif yang menyebabkan seseorang ingin

menguasai atau mendominasi orang lain dalam berhubungan dengan

lingkunganya. Orang yang memiliki motif ini cenderung bertingkah laku otoriter.

Berbeda dengan mereka yang memiliki motif afiliasi yang kuat, mereka dengan

motif kekuasaan tidak mengacuhkan perasaan orang lain. Dalam memberikan

bantuanya kepada orang lainpun mereka tidak memberikanya secara tulus,

keinginan dasarnya adalah agar orang lain menjadi meghormatinya. Pemberian

bantuannya digunakan untuk menunjukan kelebihan diri mereka. Ciri-ciri perilaku

mereka dengan motif berkuasa yang tinggi antara lain adalah:

a. Aggresiveness

lebih suka berkompetisi, berteriak di lampu merah, melempar

barang-barang ketika marah, mengambil barang-barang-barang-barang dari hotel misalnya.

b. Mencari prestise

membeli barang dari luar negri, menyukai pembayaran menggunakan

kartu kredit

(25)

Memilih teman yang mempunyai jabatan yang bukan merupakan

sainganya untuk menunjukan prestise, menyukai orang yang lebih loyal untuk

mendukungnya dan respek kepadanya, bekerja di kelompok untuk mendapatkan

perhatian anggota kelompok, bergabung dengan suatu kelompok kualisi untuk

memperoleh keuntungan dari rekan kerja, mengevaluasi anggota kelompok lebih

negatif.

d. Mengambil resiko

Tahan dengan resiko fisik yang berbahaya, uka bertaruh, melakukan taruhan

yang ekstrim.

3. Motif Berprestasi

Motif untuk berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk

mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik

berasal dari standard prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain.

Hal terpenting adalah bagaimana caranya agar dapat mencapai suatu prestasi

tertentu.

Schultz & Sydney (1993) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu

dorongan atau kebutuhan dalam diri individu untuk meraih hasil atau prestasi

tertentu.

Ciri-ciri perilaku mereka dengan motif berprestasi (McClelland,1987) yang tinggi

adalah:

a. Menyukai tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang atau

(26)

Mencoba setiap tugas yang menantang dan sulit tetapi mampu untuk

diselesaikan, selalu mempersiapkan diri pada tugas-tugas yang menantang.

b. Suka menerima umpan balik (suka membandingkan kinerja dengan orang lain)

Menerima umpan balik dengan cara membandingkan performansinya

dengan orang lain atau suatu standar tertentu, berusaha mencapai standar yang

ditetapkan yang ditetapkan dengan orang lain karena takut kalah dengan orang

lain.

c. Tekun dan gigih terhadap tugas yang berkaitan dengan kemajuanya

Memiliki kinerja yang baik, aktif, berproduktifitas, serta tekun dalam

bekerja, selalu berusaha mancapai prestasi sebaik-baiknya dengan selalau tekun

dalam menjalankan tugas.

d. Mengontrol hasil kerjanya

Mengontrol hasil kerja mereka dengan menerima umpan balik atas kinerja

mereka.

e. Melakukan peningkatan performa

Mempunyai dorongan yang kuat sekali untuk berhasil, berusaha

melakukan sesuatu yang lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah

(27)

II.C. Faktor-faktor Yang Mempegaruhi Motif Sosial (Social Motive)

Faktor-faktor yang yang mempengaruhi motif sosial (McClelland, 1987;

Atkinson & Raynor, 1974) yaitu;

1. Lingkungan

Lingkungan tempat seorang bekerja mempengaruhi motivasi seseorang

dalam bekerja, seperti lingkungan fisik tempat kerja, orang-orang yang ada di

lingkungan organisasi.

Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya seperti

orang tua dan teman-temanya (eastwood, 1983). Bernstein mengatakan bahwa

budaya juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi individu. Sebagaimana di

ungkapkan oleh Irmawaty (2002) dalam penelitianya bahwa faktor budaya dapat

mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Hal ini disebabkan nilai-nilai

historis budaya yang diajarkan pada individu sejak kecil, dimana historis tersebut

mengandung unsur-unsur prestasi.

Menurut Atkinson, faktor lingkungan merupakan penentu dari motif.

Beberapa pikiran pokok yang dikemukakanya adalah sebagai berikut :

a. setiap individu memiliki motif atau kebutuhan dasar tertentu.

Motif-motif tersebut mencerminkan potensi tingkah laku dan mempengaruhi

tingkah laku hanya bila motif-motif tersebut muncul.

b. Muncul atau tidaknya motif-motif tersebut tergantung pada situasi atas

lingkungan yang dialami individu.

c. Keadaan suatu lingkungan tertentu akan menimbulkan atau

(28)

akan mempengaruhi tingkah laku sampai motif tersebut dimunculkan

melalui pengaruh dari suatu lingkunan yang tepat dan sesuai.

d. Perubahan dalam penerimaan terhadap suatu lingkungan akan

menghasilkan perubahan dalam munculnya motivasi. Setiap motivasi

diarahkan atau ditujukan untuk memuaskan berbagai macam

kebutuhan.

2. Motif sosial juga dipengaruhi oleh faktor Usia

Schultz (1993) mengatakan bahwa usia dapat mempengaruhi motivasi

berprestasi seseorang. Ia mengatakan bahwa kulaitas motivasi berprestasi

mengalami perubahan sesuai dengan usia individu tersebut. Motivasi berprestasi

individu tertinggi pada usia 20-30 tahun, dan mengalami penurunan setelah usia

pertengahan (Middle Age)

Pengalaman seseorang mengenai suatu pekerjaan mempengaruhi motif

sosial mereka dalam melakukan pekerjaan. Apakah dia pernah gagal melakukan

suatu pekerjaan atau kesuksesan didalam melakukanya.

3. Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat

McClelland (dalam morgan dkk,1986) menyatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi suatu masyarakat juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi

seseorang. Seperti hal diatas Zainuddin (2004) menegaskan bahwa stastus kerja,

upah, rasa aman dalam bekerja (job security), kesempatan karir dan lain-lain,

semua faktor tersebut akan memberikan andil terhadap munculnya motivasi

(29)

4. Jenis Kelamin

McClelland menjelaskan bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi

motivasi motif sosial (motif beraffiliasi, motif berkuasa, motif berprestasi)

seseorang. Troll & Schwartz (Sopah,1999) menambahkan bahwa perbedaan

tersebut disebabkan adanya perbedaan perlakuan dan sosialisasi mereka.

Menurutnya laki-laki lebih dilatih untuk atif, kompetitif dan mandiri sehingga

memiliki motivasi berprestasi yang berbeda daripada perempuan yang dibiasakan

pasif, selalu bergantung pada orang lain dan kurang percaya diri. Sehingga

menurut McClelland prempuan mempunyai motif beraffiliasi lebih tinggi.

Bertentangan dengan hal tersebut, morgan (1986) menyatakan bahwa tingkah laku

berprestasi selalu muncul pada laki-laki maupun perempuan, yang membedakan

keduanya hanya pada prilaku berprestasinya karena banyak perempuan dengan

motivasi berprestasi tinggi namun tidak menampilkan karakter prilaku berprestasi

layaknya laki-laki. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Bosow (1992)

bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak berbeda motivasi

berprestasinya, yang berbeda hanya tingkah laku berprestasi dan cara untuk

meraih prestasinya. Santrock (1991) juga menyatakan pendapatnya bahwa

motivasi berprestasi laki-laki dan perempuan adalah sama.

II.D. Pengertian Organisasi

Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat.

Pengertian Organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya

tidak ada perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan

(30)

The Executive Functions mengemukakan bahwa organisasi adalah sistem

kerjasama antara dua orang atau lebih.

James D. Mooney mengatakan bahwa:

“organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama”

Menurut Dimock, organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada

bagian-bagian yang saling ketergantungan atau berkaitan untuk membentuk suatu

kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam

usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap

organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu :

a. Orang-orang (sekumpulan orang),

b. Kerjasama,

c. Tujuan yang ingin dicapai.

II.D.1 Ciri-Ciri Organisasi

Seperti telah diuraikan di atas bahwa organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan

secara lebih rinci organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal;

b. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan

yang merupakan kesatuan kegiatan;

c. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa pemikiran,

tenaga, dan lain-lain;

(31)

e. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

II.D.2 Jenis-jenis Organisasi

Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan

kriteria sebagai berikut (Salusu, 2005;Richard, 1986; Newstrom, 1993) :

a. Berdasarkan jumlah orang yang memegang puncak pimpinan

1. Bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang,

semua kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu

orang;

2. Bentuk komisi, pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang

terdiri dari beberapa orang, semua kekuasaan dan tanggung jawab

dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan.

b. Berdasarkan lalu lintas kekuasaan

Bentuk organisasi ini meliputi;

1. Organisasi ini atau bentuk lurus, kekuasaan mengalir dari puncak

pimpinan organisasi langsung lurus kepada para pejabat yang

memimpin unit-unit dalam organisasi;

2. Bentuk lini dan staff, dalam organisasi ini pucuk pimpinan dibantu

oleh staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai pembantu pucuk

pimpinan dalam menjalankan roda organisasi;

3. Bentuk fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi

dalam fungsi-fungsi yang dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya,

(32)

c. Berdasarkan sifat hubungan personal, yaitu :

1. Organisasi formal, adalah organisasi yang diatur secara resmi,

seperti organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum;

2. Organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena

hubungan bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby,

dll.

d. Berdasarkan tujuan. yaitu :

1. Organisasi yang tujuannya mencari keuntungan atau profit

oriented;

2. Organisasi sosial atau nonprofit oriented.

e. Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu :

1. Organisasi pendidikan;

2. Organsasi kesehatan;

3. Organisasi pertanian, dan lain lain.

f. Berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani, yaitu :

1. Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan;

2. Organisasi berorientasi pada politik, misalnya partai politik;

3. Organisasi yang bersifat integratif, misalnya serikat pekerja;

4. Organisasi pemelihara, misalnya organisasi peduli lingkungan, dan

lain lain.

g. Berdasarkan pihak yang memakai manfaat, yaitu :

1. Organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh

(33)

2. Organisasi yang kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan,

misalnya bank;

3. Organisasi yang bergerak dalam dunia usaha, seperti

perusahaan-perusahaan.

4. Organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh

masyarakat umum, seperti organisasi pelayanan kesehatan,

contohnya rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain.

II.D.3 Prinsip-Prinsip Organisasi

Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya

Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya

Organization of Canadian Government Administration (1965), bahwa

prinsip-prinsip organisasi meliputi ;

a. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas;

Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan

demikian tidak mungkin statu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya,

organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai statu

organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan

pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.

b. Prinsip Skala Hirarkhi;

Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan,

(34)

pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang

efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.

c. Prinsip Kesatuan Perintah;

Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab

kepada seorang atasan saja.

d. Prinsip Pendelegasian Wewenang;

Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan

pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada

bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya

hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan

meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan

dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih

dahulu kepada atasannya lagi.

e. Prinsip Pertanggungjawaban;

Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab

sepenuhnya kepada atasan.

f. Prinsip Pembagian Pekerjaan;

Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas

atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan

pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari

(35)

memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta

menunjang efektivitas jalannya organisasi.

g. Prinsip Rentang Pengendalian;

Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh

seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan

bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai

yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.

h. Prinsip Fungsional;

Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas

tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari

pekerjaannya.

i. Prinsip Pemisahan ;

Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung

jawabnya kepada orang lain.

j. Prinsip Keseimbangan;

Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan

organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan

tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan

melalui aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya

(36)

struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota

besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.

k. Prinsip Fleksibilitas;

Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan

sesuai dengan dinamika organisasi sendiri atau faktor internal dan juga karena

adanya pengaruh di luar organisasi faktor eksternal, sehingga organisasi mampu

menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.

l. Prinsip Kepemimpinan;

Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau

dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya

proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.

II.D.4 Pengertian Organsaisi Nonprofit

Organisasi nirlaba atau organisasi nonprofit adalah suatu organisasi yang

bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik

perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian

terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba. Organisasi nirlaba meliputi gereja,

sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis,

bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan,

serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para

petugas pemerintah.(Salusu, 2005).

Anthony dan Young (Gies, 1990) mencoba merumuskan beberapa karateristk

(37)

a. Tidak bermotif mencari keuntungan;

b. Adanya pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak;

c. Adanya kecenderungan berorientasi semata-mata pada pelayanan;

d. Banyak menghadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi;

e. Kurang banyak menggantungkan diri pada kienya untuk mendapatkan antuan

keuangan;

f. Pengaruh politik biasanya memainkan peranan yang sangat penting.

Ditambahkan oleh Koteen bahwa salah satu karateristik utamanya adalah

birokasi yang kurang responsif. Jika diperhatikan baik-baik, ternyata

profesionalisme dalam organisasi nonprofit lebih banyak tanpak dalam organisasi

keagamaan.

Jadi suatu organisasi disebut organisasi nonprofit apabila organisasi itu

menyebut dirinya sebagai nonprofit, yaitu tidak menjadikan keuntungan sebagai

tujuan utamnya pada saat didirikan.kemudian, menyatakan dalam statusnya bahwa

bila ada keuntungan yang diperoleh dari suatu transaksi atau aktivitas, tidak akan

dibagikan kepada pengurus sebagai tambahan penghasilan diluar gaji. Dengan

kata lain, tidak dipandang sebagai dividen yang harus diperoleh setiap pemegang

(38)

II.D.5 Pengertian Organsaisi Profit

Organisasi profit adalah organisasi yang telah memiliki sumber pendanaan

yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung

jawab, pada organisasi profit/laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan

Komisaris, yang kemudian memilih seorang direktur pelaksana (Nawawi, 1997 ).

Penelusuran pengertian organisasi bisnis dan non-bisnis yang mempengaruhi

akuntansi dilakukan oleh Anthony yang dimuat dalam Financial Accounting in

Nonbusiness Organization (1978). Sebagaimana ditemukan oleh Anthony

organisasi dapat dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut:

1) Profit Oriented- organisasi yang tujuan utamanya adalah mencari laba;

2) Type A Non-profit- organisasi nirlaba yang sumber keuangannya

seluruhnyadiperoleh dari pendapatan dari penjualan barang dan jasa;

3) Type B Non-profit- organisasi nirlaba yang memperoleh sumber keuanganya

diperoleh dari sumber selain penjualan barang dan jasa.

Kategori 1) contohnya adalah perusahaan publik atau perusahaan

negara/daerah dan kategori 3) contohnya adalah pemerintah atau pemerintah

daerah yang memperoleh pendapatannya dari pajak, hibah dll. Kategori 2)

sebenarnya sangat sulit karena berada di tengah-tengah. Contoh di Inggris

untuk kategori 2) ini adalah industri nasional, di Indonesia Badan Layanan

Umum (BLU) mungkin dapat dijadikan sebagai contoh kategori ini. Tujuan

Anthony menggolongkan organisasi dalam kategori di atas adalah untuk

menjawab pertanyaan bagaimana organisasi bisnis dan nonbisnis dibedakan

(39)

alternatif yaitu pembedaan menurut profit atau nonprofit, pembedaan sumber

pembiayaan, dan tidak membedakan sama sekali.

II.D.6 Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat.(Undang-Undang Ketenagakerjaan, 2003)

II.D.7 Perbedaan Organisasi Nonprofit dengan Organisasi profit

Dilihat dari sudut teori organisasi, menurut Dwight Waldo (dalam Gortner

et al, 1987) sesungguhnya sudah ada gerakan yang mencoba menghindari

perbedaan yang tajam antara organisasi profit dan organissi nonprofit, bahkan

mencoba menguburkan perbedaan itu sekaligus menggabungkannya ia

menegaskan bahwa baik organisasi profit maupun nonprofit masing-masing

memiliki karateristik profit dan nonprofit. Mengingat keduanya memiliki

karateristik profit dan nonprofit, maka seharusnyalah mereka diperlakukan sama

dan tidak dipisahkan. Akan tetapi, tidak boleh diartikan sebagai menghilangkan

karateristik yang khas dari masing-masing organisasi itu.

Banyak hal yang membedakan antara organisasi nonprofit dengan organisasi

lainnya profit atau laba. Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya

pemilik organisasi nonprofit, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi

laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal

donatur, organisasi nonprofit membutuhkannya sebagai sumber pendanaan.

Berbeda dengan organisasi profit atau laba yang telah memiliki sumber pendanaan

(40)

jawab, pada organisasi profit atau laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan

Komisaris, yang kemudian memilih seorang direktur pelaksana. Sedangkan pada

organisasi nonprofit, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris

bukanlah pemilik organisasi (Nawawi, 2007).

II.D.8. Perbedaan Motif Sosial pada Organisasi Profit dan Nonprofit

Motif adalah faktor intern yang membangunkan, mengarahkan dan

mengintegrasikan tingkah laku seseorang. Motif diperoleh dari hasil belajar. Motif

didasari oleh emosi, dan tidak dapat dilihat dari tingkah laku yang ditampilkan

(McClelland,1987). Ada 3 (tiga motif sosial yaitu motif berprestasi, motif

berafiliasi dan motif berkuasa. Ketiga motif ini ada pada diri setiap individu tetapi

tinggi rendahnya motif tersebut dipengaruhi oleh situasi yang spesifik dan

lingkungan dia bekerja.

Menurut penelitian Kock (1965) tentang motif social dia menyatakan bahwa

ada pengaruh motif berprestasi yang tinggi dengan expansi bisnis. Salah satu

aspek dari expansi bisnis ini adalah profit, dan Kock menyatakan bahwa

hubungan antara profit dengan motif berprestasi didapat hubungan positif yaitu

sebesar 0,27. Tetapi hubungan profit atau keuntungan dengan motif berafiliasi itu

hubungan negatif sebesar 0,30 sedangkan untuk hubungan profit dengan motif

berkuasa yaitu hubungan positif sebesar 0,01, dengan p= 0.05.

Michael Stahl (1996) juga membuat penelitian mengenai perbedaan motif

berkuasa pada pelayan gereja dan perawat rumah sakit swasta. Dia menyatakan

(41)

pelayan gereja yaitu dengangan mean 63 dan standard deviasi 0.5. sedangkan pada

pelayan gereja meanya sebesar 56 dengan standart deviasi 27. Dari hasil uji t

diperoleh t=5.88,p<0.01.

Organisasi berdasarkan tujuanya dapat dibagi menjadi dua yaitu organisasi

profit dan organisasi nonprofit. Singkatnya organisasi profit adalah organisasi

yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari profit atau

keuntungan usahanya. Sedangkan organisasi nonprofit membutuhkan pendanaan

dari donator.

Jika dikaitkan dengan penelitian Kock bahwa organisasi profit cenderung

memiliki motif berprestasi yang lebih tinggi dari dua motif lainya yaitu berafiliasi

dan motif berkuasa. Sedangkan untuk organisasi nonprofit mungkin kebalikan

dari profit karena organisasi ini tujuan utamanya tidak mencari keuntungan.

II.E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian

ini adalah:

1. Ada perbedaan motif berprestasi pada karyawan organisasi profit dengan

organisasi nonprofit

2. Ada perbedaan motif berafiliasi pada karyawan organisasi profit dengan

organisasi nonprofit

3. Ada perbedaan motif berkuasa pada karyawan organisasi profit dengan

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.A Identifikasi Variabel

III.A.1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah jenis organisasi berdasarkan

tujuanya.

III.A.2. Variabel tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah motif sosial yaitu motif

berprestasi, motif berkuasa, motif berafiliasi.

III.B. Definisi Operasional

Motif Sosial

Motif sosial terdiri dari tiga motif yaitu:

1. Motif Berafiliasi

Motif berafiliasi adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang

dalam berhubungan dengan orang lain, lebih efektif bekerjasama bersama orang

lain, kooperatif dan lebih baik jika suatu pekerjaan dilakukan secara bersama atau

berkelompok.

2. Motif Berkuasa

Motif Berkuasa adalah motif yang menyebabkan seseorang ingin

(43)

pertolong itu tidak diminta, aktif menentukan arah kegiatan, mengumpulkan

barang-barang yang dapat mencerminkan prestise dan peka terhadap struktur

pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organisasi.

3. Motif Berprestasi

Motif berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai

keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik berasal dari

standard prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain. Selalu

berusaha, tidak mudah menyerah dalam berkompetisi, lebih baik pada tugas-tugas

khusus yang memiliki arti bagi mereka, tidak didorong atau dipengaruhi oleh

reward, cenderung mengambil resiko yang wajar atau bertaraf sedang, mencoba

memperoleh umpan balik, mencari kesempatan, bergaul untuk memperoleh

pengalaman, mencari cara-cara yang unik dalam menyelesaikan suatu masalah,

kreatif dan bekerja seakan-akan dikejar waktu.

Organisasi Nonprofit

Organisasi nonprofit adalah organisasi yang tidak bermotif mencari

keuntungan, kecenderungan berorientasi semata-mata pada pelayanan, sumber

keuangannya diperoleh dari sumber selain penjualan barang dan jasa. Contohnya

organisasi keagamaan, sekolah negeri, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan

lain-lain.

(44)

Organisasi profit adalah organisasi yang tujuanya jelas memperoleh

untung dari hasil usaha organisasinya, berorientasi pada pelanggan untuk mencari

keuntungan. Contohnya perbankan dan perusahaan-perusahaan swasta yang

bertujuan mencari untung.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

untuk masyarakat (Undang-Undang Ketenagakerjaan, 2003).

III.C Subjek Penelitian

III.C.1 Populasi

Adalah seluruh individu atau tenaga kerja yang dimaksudkan untuk

diteliti. Populasi dibatasi sebagai jumlah tenaga kerja atau individu yang paling

sedikit mempuyai satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi dalam penelitian ini

adalah tenaga kerja yang bekerja pada organisasi profit yang bergerak di bidang

perbankkan dan yang nonprofit pada organisasi keagamaan di kecamatan Medan

Baru. Besar populasi untuk tenaga kerja organisasi profit sebanyak ±201 orang

yang terdiri dari 14 bank dan untuk tenaga kerja organisasi sebanyak ±455 orang

tenaga kerja yang terdiri dari 43 lembaga keagamaan.

III.C.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (Hadi, 2000). Sampel juga harus

memiliki sedikitnya satu sifat yang sama agar dapat dilakukan

(45)

penelitian. Dalam usaha untuk memperoleh sampel yang representatif maka harus

digunakan teknik pengambilan sampel yang benar.

Pada penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah tenaga kerja

suatu organisasi profit dan tenaga kerja di suatu organisasi non profi yang

bergerak di bidang jasa. Organisasi nonprofit adalah organisasi keagamaan

(pengurus gereja,mesjid) dan Organisasi profit adalah perbankkan.

III.C.3. Karateristik Sampel

Yang menjadi karakteristik atau ciri-ciri sampel pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Tenaga kerja organisasi profit dan organisasi nonprofit yang telah bekerja

minimal selama 1 tahun.Alasannya karena pengalaman sangat menentukan

bagaimana motif-motif yang ada dalam dirinya.

b. Tenaga kerja organisasi profit dan organisasi nonprofit dengan tingkat

pendidikan minimal SMU sederajat.

III.C.4.Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah seluruh tenaga kerja yang dimaksudkan untuk diselidiki.

Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk yang sedikitnya memiliki satu sifat

yang sama (Hadi, 2000).

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk yang

jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus memiliki paling sedikit satu sifat

(46)

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster proporsional

random sampling, dimana pemilihan subjek di kelompokkan terlebiih dahulu

yaitu menjadi sampel untuk organisasi profit dan organisasi nonprofit dan jumlah

dari masing-masing sampel untuk organisasi profit dan untuk organisasi nonprofit

di proporsikan. Serta diambil secara acak dan semua subjek yang ada dipopulasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Hadi, 2000).

III.D. Instrumen / Alat Ukur yang Digunakan Untuk Pengumpulan Data

Pada penelitan ini peneliti menggunakan 1 (satu) alat pengumpulan data,

yaitu skala motif sosial McClelland yang terdiri dari 3 motif yaitu motif

berprestasi, motif berkuasa dan motif berafiliasi.

Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode skala. Ada beberapa alasan dan pertimbangan dalam penggunaan metode

skala (Hadi, 2000):

1. Subjek adalah individu yang paling tahu tentang dirinya;

2. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat di

percaya;

3. Interpretasi subjek tentang peryataan-pernyataan yang diajukan kepadanya

cenerung sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Metode skala yang digunakan adalah metode rating yang dijumlahkan atau

dikenal dengan metode Likert (Azwar, 2000).

Pada skala Likert untuk mengukur motif sosial, peneliti menggunakan 4

opsi jawaban, yaitu; SS: Sangat Sesuai, S : Sesuai, TS : Tidak Sesuai, dan STS:

(47)

Jawaban pada aitem favorable diberi skor 4 untuk opsi SS (sangat sesuai),

3 untuk opsi S (sesuai), 2 untuk opsi TS (tidak sesuai), dan 1 untuk opsi STS

(sangat tidak sesuai).

Sedangkan untuk jawaban pada aitem unfavorable diberi skor sebaliknya,

yaitu 1 untuk opsi SS (sangat sesuai), 2 untuk opsi S (sesuai), 3 untuk opsi TS

(tidak sesuai), dan 4 untuk opsi STS (sangat tidak sesuai).

Pada skala ini peneliti menghilangkan opsi jawaban netral/ragu-ragu yang

bertujuan untuk menghindari kecenderungan subjek menjawab pada pilihan

tengah.

Pernyataan-pernyataan di dalam skala motif sosial seluruhnya berbentuk

penilaian terhadap kondisi atau keadaan diri subjek yang dinilai sendiri oleh

subjek tersebut. Penilaian tersebut kemudian dituliskan melalui pemilihan

jawaban pada empat alternatif jawaban (1-4) yang diberikan, yang dinilai paling

sesuai ataupun mendekati sesuai. Pengelompokan aitem-aitem skala motif sosial

adalah sebagai berikut.

Tabel 1

Blue Print Skala Motif Sosial sebelum uji coba

No. Motif Sosial

Indikator Prilaku Favourable Unfavourable Jlh

Performa ketika ada

Memelihara hubungan

interpersonal

(48)

Kerjasama dan

konformitas

3,13,23 8,18,28 6

Prilaku memimpin 4,14,24,29 9,19, 6

Takut ditolak 5,15,20,25,30 10 6

Agresif 31,39,47,55 35,43,51,59 8

Mencari prestise 32,40,48,56 36,44,52 7

Bekerja agar diakui pada

suatu kelompok

33,41,49,57,60 37,45,53 8 2. Motif

berkuasa

Mengambil resiko 34,42,50,58,54 38,46 7 Menyukai tugas yang

Alasan-alasan penggunaan skala (Azwar, 2000), yaitu :

1. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari

keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang

bersangkutan,

(49)

3. Subjek tidak menyadari arah jawaban yang sesungguhnya diungkap dari

pertanyaan skala,

4. Jawaban terhadap skala dapat diberi skor, melalui proses penskalaan.

III. E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Azwar (1997) mengatakan bahwa tujuan dilakukannya uji coba alat ukur

adalah untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa

yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan

pengukuran. Uji coba skala dilakukan dengan menyebarkan skala kepada

responden uji coba yang memiliki karakteristik hampir sama dengan karakteristik

subjek penelitian.

III. E. 1. Uji Validitas

Validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur

apa yang dimaksudkannya untuk diukur, artinya derajat fungsi mengukurnya

suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes (Azwar, 2000). Untuk mengkaji

validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah

isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content validity). Pegkajian ini

dilakukan oleh profesional judgement.

Setelah mengkaji validitas isi kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji

daya beda aitem. Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana item

mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki

(50)

digunakan dalam analisis item ini adalah dengan memilih item-item yang fungsi

alat ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain,

memilih item yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai

keseluruhan (Azwar, 2000).

III. E. 2. Uji Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat

tersebut dapat dipercaya (Azwar, 2001). Dari sejumlah aitem yang terpilih

memiliki daya beda aitem yang tinggi dilakukan komputasi untuk memperoleh

koefisien reliabilitas. Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien

reliabilitas merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan

fungsi ukurnya secara bersama-sama.

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal

yang mana prosedurnya hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada

sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis

dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2001). Teknik yang digunakan adalah teknik

koefisien reliabilitas Alpha Cronbach.

Penghitungan daya beda aitem dan koefisien reliabilitas dalam uji coba ini

dilkukan dengan menggunakan program SPSS version 12.0 for Windows.

III. E. 3. Uji Coba Reliabilitas Alat Ukur

Uji coba skala motif sosial(motif berafiliasi, motif berkuasa, motif

berprestasi) dilakukan terhadap 105 orang tenaga kerja organisasi profit dan 67

(51)

Untuk melihat daya diskriminasi item, dilakukan analisa uji coba dengan

menggunakan aplikasi komputer SPSS versi 12.0 for windows.kemudian nilai

corrected item total correlation yang diperoleh dibandingkan dengan Pearson

Product Moment dengan interval kepercayaan 95 %. Semua item yang mencapai

koefisien korelasi minimal 0.25 akan dipakai di dalam penelitian, karena menurut

Azwar (2003), daya pembedanya dianggap cukup memuaskan. Jumlah aitem yang

diuji cobakan adalah 90 aitem (30 aitem motif beraffiliasi, 30 aitem motif

berkuasa dan 30 aitem motif berprestasi).

Dari 30 aitem motif beraffiliasi diperoleh 13 aitem yang mempunyai

koefisien korelasi minimal 0.25 dan ke 13 aitem itu dianalisis lagi sehingga

mendapatkan 12 aitem yang dengan korelasi minimal 0.25 dengan alpha cronbach

sebesar 0.822 dan ini akan digunakan didalam penelitian. Dan 30 aitem motif

berkuasa diperoleh 14 aitem yang mempunyai nilai korelasi minimal 0.25 dengan

alpha cronbach 0.770 dan ini akan menjadi skala motif berkuasa untuk skala

penelitian. Serta dari 30 aitem motif berprestasi diperoleh 28 aitem yang

mempunyai nilai korelasi minimal 0.25 dan 28 aitem ini dianalisis lagi sehingga

mendapatkan 27 aitem yang mempunyai nilai korelasi minimal 0.25 dengan alpha

(52)

Tabel 2

Distribusi aitem-aitem skala motif sosial setelah uji coba

N Performa ketika ada dukungan

anggota kelompok

11,26 16 3

Memelihara hubungan

interpersonal

7,17 2

Kerjasama dan konformitas 3,13 18 3

Prilaku memimpin 14,14 2

Bekerja agar diakui pada suatu

kelompok

Menyukai tugas yang memiliki

taraf kesulitan sedang

71,81 86 3

Suka menerima umpan balik/feedback

62,72,82 67,77,87 6

Tekun dan gigih terhadap tugas

63,73,83, 88

68,78 6

(53)

Jumlah 53

Sebelum skala digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu item disusun

kembali

Tabel 3

Blue print sakala data yang dipakai

No. Motif Sosial Indikator Prilaku Favourable Unfavourable Jlh Performa ketika ada

dukungan anggota

kelompok

1, 8 5 3

Memelihara hubungan

interpersonal

Mencari prestise 14,21 17,23 4

Bekerja agar diakui pada

suatu kelompok

18 1 2. Motif

berkuasa

Mengambil resiko 15,22,25,26 19 5

(54)

balik/feedback

Tekun dan gigih terhadap tugas

29,39,47,51 34,43 6

Mengontrol hasil kerjanya 30,40,48,52 35,44 6

Melakukan peningkatan performa,

31,41,49,53 36,45 6

Jumlah 53

III.F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Pada subbab ini akan dijelaskan tentang prosedur pelaksanaan penelitian,

baik dalam pra penelitian maupun pelaksanaan penelitian.

III.F.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian komparatif (Suryabrata, 2002) yaitu

penelitian yang berusaha menjawab hipotesis apakah terdapat perbedaan antara

dua variabel yaitu motif sosial pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja

organisasi nonprofit.

III.F.2. Tahap Penyusunan Alat Ukur

Sebelum alat-alat penelitian digunakan pada sampel yang sesungguhnya,

maka terlebih dahulu dilakukan beberapa tahapan kegiatan supaya alat-alat ini

dapat digunakan sesuai dengan kondisi sampel yang dipilih dengan tetap menjaga

(55)

a. Skala Motif Sosial

Alat ukur motif sosial belum ada yang telah dipublikasikan secara luas

dan dapat dibeli ataupun digunakan oleh kalangan umum. Oleh karena itu peneliti

mencoba membuat alat ukur sendiri, yang disusun berdasarkan teori McClelland

(1997). Tahapan yang dilakukan adalah:

1. Peneliti mengadakan studi literatur untuk mengkaji teori-teori tentang motif

sosial,

2. Dari indikator-indikator yang diperoleh dari masing-masing motif sosial,

kemudian disusun aitem-aitem yang dapat mewakili masing-masing indikator.

Dari indikator-indikator tersebut dapat disusun sebanyak 140 aitem dalam

bentuk pernyataan pada skala sikap.

3. Peneliti kemudian meminta penilaian orang yang ahli pada dosen pembimbing

untuk mendiskusikan content validity skala serta memeriksa apakah

aitem-aitem tersebut dapat diterima oleh subjek penelitian secara umum serta

memeriksa redaksi dan keterbacaannya.

4. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala motif sosial ini dilakukan pada tenaga kerja organisasi profit

dan tenaga kerja organisasi nonprofit. Uji coba skala skala moti sosial

dilakukan pada tanggal 3 Maret – 21 Maret 2008. Uji coba dilakukan dengan

cara memberikan skala tersebut langsung kepada subjek penelitian. Setelah

itu, peneliti mengumpulkan kembali skala yang sudah disebarkan.

5. Setelah hasil terkumpul kemudian peneliti menghitung secara statistik dengan

(56)

III.G. Metode Analisa Data

Metode yang digunakan untuk melihat perbedaan pada data penelitian

ini adalah Uji t. Uji t digunakan untuk mengukur derajat perbedaan antara dua

variabel. Uji t digunakan untuk pengujian dua sampel (Hadi, 2002).

Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui perbedaan

motif sosial (motif berprestasi, motif berkuasa dan motif berafiliasi) pada

organisasi profit dan nonprofit adalah dengan uji t.

Sebelum dilakukan uji t-test, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

penelitian yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua

variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan

menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS version

12.0. for Windows.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dan sampel

penelitian adalah homogen. Pengukuran homogenitas dilakukan dengan Anova

Gambar

Tabel 1
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari sisi penggunaan kelompok persahabatan anak muda ini menggunakan smartphone dengan sangat beragam seperti menjadi sarana komunikasi dengan individu yang lain

Dibandingkan dengan peron Stasiun Maang Kota lama, peron Stasiun Pasar Turi memiliki bentang yang lebih lebar dan dibangun pada masa yang berbeda, sehingga memiliki

A problem of structure optimization of a series}parallel production system is considered where redundant producing elements (machines) and in-process bu!ers are included in order

Dalam tayangan di atas menunjukan objek dengan sifat simbol yang dalam aturan Pierce sebagai gambaran lain dari tanda yang ditemukan, berarti Muhammadiyah

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pemberian Kewenangan Kepada Empat

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002, perlu menetapkan Badan

Secara kualitatif, jika warna dalam minuman sampel tersebut dapat ditarik oleh benang wool dan dapat larut kembali dalam larutan Ammonia, maka zat warna

Hasil penelitian ini berujung pada beberapa pertanyaan besar yaitu, (1) Apakah prestasi belajar siswa sekolah unggulan diakibatkan oleh kemampuan guru dalam mengajar