PERBEDAAN MOTIF SOSIAL PADA TENAGA
KERJA ORGANISASI PROFIT DAN TENAGA KERJA
ORGANISASI NONPROFIT
SKRIPSI
Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh :
Junedi Sembiring
041301095
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Syukur dan terima kasih kepada Allah Bapa di Surga yang telah memberkati,
menguatkan, serta membuat segala perkara dapat ditanggung penulis untuk
menyelesaikan penelitian ini. Juga untuk keluargaku tercinta yang tidak pernah
berhenti memberikan penulis semangat dan dukungan serta tidak pernah putus
harapan terhadap diri penulis.
Penulis juga ingin mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
dari lubuk hati yang paling dalam kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam proses pengerjaan proposal penelitian ini, dari awal hingga selesainya
proposal penelitian ini.. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi Sumatera Utara, Bapak Prof.dr Chairul Yoel, Sp.
A(K).
2. Ibu Dra. Gustiarti Leila M.Psi selaku dosen pembimbing penelitian ini yang
telah meluangkan waktunya yang padat serta dengan sabar menunggu judul
penelitian ini, mengarahkan, memberikan masukan, memotivator yang sejati
dan menjadi tempat berdiskusi bagi penulis ketika dalam proses pengerjaan
proposal penelitian ini. Semoga ibu tetap memberikan yang terbaik bagi
kampus kita tercinta. Terima kasih banyak ya Ibu. Saya tidak akan pernah
melupakan ibu.
3. Ibu Etyy yang selaku dosen penguji saya, terima kasih banyak Bu dan juga
bersama ibu Echi yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi
pada bagian bab III.terima kasih banyak ibu semoga ibu juga tetap
memberikan yang terbaik bagi kampus kita Psikologi USU.
4. Ibu DR. Irmawati M.si yang telah meminjamkan buku human motivation
kepada penulis. Terima kasih banyak Bu.
5. Dan kepada semua dosen khususnya dosen bidang Psikologi Industri dan
organisasi pak Ferry, kak Siti, pak Ari juga semua dosen Psikologi yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu.terima kaih atas masukanya.
6. Buat orangtuaku yang tercinta, “Tuhan kap ras kita adi kita tetap tek man
Bana”, buat mamak sehat selalu, dan juga bapak.
7. Buat si Dia”aku akan tetap setia” terima kasih atas waktu-waktu yang kita
lalui bersama, ketika aku jatuh kau angkat aku, ketika aku sedih kau beri
penghiburan.thanks ya
8. Buat temanku kakas alias Jack Brando alias Asroni terima kasih banyak atas
dukunganya ya friend. Tetap SEMANGAT.... AKPOL
menantikanmu.meskipun aku saingan terberatmu.he3.tapi tetap semangat ya
friend.
9. Buat teman jalan-jalanku, saut, nina, agnes, dewi tulus ira kembar,bontor
sekali-sekali ikut sih, charli juga sekali-kali ikut,
10.Buat Teman Kelompok kecilku, Bima, B’Yandi, makasih ya. ”kapan Lagi
kita kelompok?”
11.Buat teman-teman Labsosku ”Lani (???), Asroni (udah punya Agnes) Nesa
pengalaman dan hidupku, aku tidak akan pernah melupakan kenangan yang
pernah kita lalui bersama ke kampung.
12.Buat teman seperjuangan Seminar/Skripsi; Dewi Sutra, B’Sam, Ririe,
K’Mimi, K’Nela’ K’Anita, B’Joni. Makasih ya atas dukunganya.
13.Buat teman satu kepengurusan di GBKP KM 8, B’Hery, K’Eli, K’Siska,
B’Putra, B’Octa yang udah di Bali, K’Ita, K’Endang, K’Eva, Suhendri,
K’Desi. Makasih buat dukunganya ya teman-teman.
14.Buat teman-teman di Betania Prananda, Wahyuni, Ita, Stefi, Kristin, Hana,
Ronald, K’Dariyani, Rio, Eninta, K’Mida. Makasih banyak ya teman-teman.
15.Buat teman-teman angkatan 2004 buat Stefani (punya Razes) ”makasih ya
udah bantuin nyebarin skala”, Reni Machmud, Indi, Nisa, Via, k’Vivi, Kaka,
Pinkholic, Fahmi, Hadi, Yuda ”koreografer manusia jadi-jadian”, Nesa kecil,
Reni, Sugi, Maeri, Desti, Zul, Tasya dkk, Johan dkk, Dona dkk, Julia dkk,
Aci dkk, Keke dkk, dan sema angkatan 2004 yang tidak bisa disbutan satu
persatu. Trima kasih ya untuk semuanya.
16.Buat adek-adek junior Psikologi, Pak Gubernur (Jepri 05) ” makasih ya udah
bantuin nyebarin skalanya”, Herti (06), Priska (06),
Penulis juga menyadari bahwa proposal penelitian ini tidaklah sempurna dan
memiliki kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat terbuka terhadap masukan,
kritikan, serta saran yang membangun yang dapat digunakan untuk perbaikan
penelitian ini yang akan dilanjutkan dengan skripsi sebagai persyaratan kelulusan
Akhir kata penulis mengharapkan agar proposal penelitian ini dapat
bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.
Medan, Desember 2007
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... v
BAB I: PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah ... 1
I.B. Rumusan Masalah ... 7
I.C. Tujuan Penelitian ... 7
I .D. Manfaat Penelitian I.C.1. Manfaat Teoritis ... 8
I.C.2. Manfaat Praktis ... 8
I.D. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II : LANDASAN TEORI II.A Motivasi II.A.1 Pengertian motivasi ... 10
II.A.2 Pengertian Motif ... 10
II.B Jenis-jenis Motif ... 11
II.C. Faktor-faktor Yang Mempegaruhi Motif Sosial ... 16
II.D. Pengertian Organisasi ... 18
II.D.2 Jenis-jenis Organisasi ... 20
II.D.3 Prinsip-Prinsip Organisasi ... 22
II.D.4 Pengertian Organsaisi Nonprofi... 25
II.D.5 Pengertian Organisasi Profit... 27
II.D.6 Pengertian Tenaga Kerja ... 28
II.D.7 Perbedaan Organisasi Nonprofit dengan Organisasi profit 29 II.E. Hipotesis Penelitian ... 30
BAB III :METODE PENELITIAN III.A Identifikasi Variabel... 31
III.A.1. Variabel Bebas ... 31
III.A.2. Variabel tergantung ... 31
III.B. Definisi Operasional... 31
III.C Subjek Penelitian ... 33
III.C.1 Populasi ... 33
III.C.2. Sampel ... 33
III.C.3. Karateristik sampel... 34
III.C.4.Teknik Pengambilan Sampel ... 34
III.D Instrumen / Alat Ukur yang Digunakan ... 35
III.E Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 38
III.E.2 Uji Reliabilitas ... 39
III.E.3. Hasil Uji Coba ... 39
III.F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 43
III.F.1. Desain Penelitian ... 43
III.F.2. Tahap Penyusunan Alat Ukur ... 43
III.G. Metode Analisa Data... 45
BAB IV:ANALISA DAN INTERPRETASI DATA IV. A. Gambaran Data Penelitian ... 46
IV. A. 1. Jenis Kelamin Subjek Penelitian... 47
IV. A. 2. Usia Subjek Penelitian ... 48
IV. A. 3. Suku Bangsa Subjek Penelitian... 49
IV. B. Hasil Utama Penelitian... 49
IV.B.1. Uji Asumsi ... 49
IV.B.1.a. Uji Normalitas ... 49
IV.B.1.b. Uji Homogenitas ... 50
IV.B.2. Uji Hipotesis... 51
IV.B.3. Kategorisasi Skor Motif Sosial ... 53
IV.C. Hasil Tambahan ... 58
IV.C.1. Perbedaan Motif Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin 59 BAB V: KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN V.A. Kesimpulan... 62
V.C. Saran ... 67
V.C.1. Saran Untuk Organisasi ... 67
V.C.2. Saran Metodologi ... 67
Abstrak Junedi Sembiring: 041301095
Perbedaan motif sosial pada tenaga kerja organisasi profit dengan tenaga kerja organisasi
nonprofit
viii+72 halaman;2005;26 tabel + lampiran Bibliografi; 38 (1965-2007)
Motivasi atau motif menempati unsur terpenting yang harus dimiliki tenaga kerja. Disebabkan motivasi merupakan kemampuan usaha yang dilakukan seseorang untuk meraih tujuan yang hendak dicapai organisasi diamana individu tersebut bekerja dan disertai dengan kemampuan individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.
Tetapi setiap tenaga kerja mempunyai perbedaan individual sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Maka hal ini akan terbawa kedalam pekerjaannya sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku tenaga kerja tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Disamping itu suasana batin/psikologis seseorang secara individual dalam organisasi yang memiliki lingkungan kerjanya, sangat besar pengaruhnya terhadap kinerjanya.
Hasil penelitian pada sampel tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit di kecamatan Medan Baru menunjukkan bahwa ada perbedaan motif beraffiliasi, dimana subjek pada organisasi nonprofit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek pada organisasi profit. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji-t yakni diperoleh ρ < 0.05, yaitu sebesar ρ = 0.000. Juga ada perbedaan motif berkuasa pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit dimana subjek pada organisasi profit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek penelitian pada organisasi
Abstrak Junedi Sembiring: 041301095
Perbedaan motif sosial pada tenaga kerja organisasi profit dengan tenaga kerja organisasi
nonprofit
viii+72 halaman;2005;26 tabel + lampiran Bibliografi; 38 (1965-2007)
Motivasi atau motif menempati unsur terpenting yang harus dimiliki tenaga kerja. Disebabkan motivasi merupakan kemampuan usaha yang dilakukan seseorang untuk meraih tujuan yang hendak dicapai organisasi diamana individu tersebut bekerja dan disertai dengan kemampuan individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.
Tetapi setiap tenaga kerja mempunyai perbedaan individual sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Maka hal ini akan terbawa kedalam pekerjaannya sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku tenaga kerja tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Disamping itu suasana batin/psikologis seseorang secara individual dalam organisasi yang memiliki lingkungan kerjanya, sangat besar pengaruhnya terhadap kinerjanya.
Hasil penelitian pada sampel tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit di kecamatan Medan Baru menunjukkan bahwa ada perbedaan motif beraffiliasi, dimana subjek pada organisasi nonprofit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek pada organisasi profit. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji-t yakni diperoleh ρ < 0.05, yaitu sebesar ρ = 0.000. Juga ada perbedaan motif berkuasa pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja organisasi nonprofit dimana subjek pada organisasi profit memiliki mean yang lebih tinggi dari subjek penelitian pada organisasi
BAB I
PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang Masalah
Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama dalam struktur dan
koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Organisasi
memiliki tiga unsur dasar, yaitu orang-orang atau sekumpulan orang, kerjasama
dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian organisasi merupakan sarana
untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan
bersama, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang dimiliki (Griffin, 2002).
Organisasi didirikan manusia disebabkan karena kesamaan kepentingan,
baik dalam rangka mewujudkan hakekat kemanusiaannya maupun secara
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain di dalam
organisasi, para anggotanya bermaksud mencapai tujuan yang sama, sebagai
tujuan bersama, termasuk juga bidang bisnis. Oleh karena itu jika tujuan bersama
itu dipilah, maka paling tidak terdapat satu dari dua tujuan yaitu (1) tujuan yang
bersifat material dan finansial, dan ini menjadi karateristik organisasi profit dan
(2) tujuan yang bersifat tidak mencari keuntungan, ini menjadi karateristik bagi
organsasi nonprofit (Nawawi,1997).
Berdasarkan tujuannya organisasi dapat dibedakan menjadi organisasi
yang tujuannya mencari keuntungan atau berorientasi pada profit dan organisasi
Sejak awal tahun 1980-an, literatur tentang organisasi nonprofit semakin
bertambah banyak dan sangat bervariasi jenisnya. Bermacam-macam istilah
muncul untuk mengidentifikasi organisasi serupa sebagai organisasi sukarela,
non-bisnis, kolektif, hadiah atau sumbangan, dermawan, nonpasar (Salusu, 2005).
Sedangkan organisasi profit atau bisnis muncul lebih awal dari organisasi
nonprofit.
Banyak hal yang membedakan antara organisasi nonprofit dengan
organisasi profit (laba). Dimana nonprofit (1) dalam hal kepemilikan, tidak jelas
siapa sesungguhnya pemilik organisasi nonprofit, apakah anggota, klien atau
donatur, (2) dalam hal donatur, organisasi nonprofit membutuhkan suatu sumber
pendanaan, (3) penyebaran tanggung jawab, pada organisasi nonprofit belum jelas
siapa yang menjadi dewan komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur
Pelaksana. Sedangkan organisasi profit yaitu (1) pada organisasi profit, pemilik
jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya, (2) organisasi profit atau
laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan
usahanya, (3) dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi profit atau
laba telah jelas siapa yang menjadi dewan komisaris, yang kemudian memilih
seorang direktur pelaksana (Nawawi, 1997).
Contoh dari organisasi profit yaitu bank, perusahaan-perusahaan swasta
yang bertujuan mencari laba dari hasil usahanya. Sedangkan organisasi nonprofit
contohnya yaitu gereja, mesjid, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan
perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut
riset, museum dan beberapa para petugas pemerintah (Gortner et al, 1987).
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa diantara organisasi profit dan
organisasi nonprofit terdapat perbedaan khas dengan tidak mengesampingkan
persamaan-persamaan yang fundamental. Organisasi nonprofit mempunyai misi
melayani publik dan konsumenya lebih terbatas sedangkan organisasi profit
mempunyai motif untuk mencari untung, yaitu hanya melayani konsumen yang
dapat memberikan keuntungan. Apabila dari suatu kelompok konsumen tidak
akan diperoleh keuntungan maka organisasi bisnis umumnya tidak bersedia
melayani (Salusu, 2005).
Manusia tidak hanya menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam
kemampuan mereka, untuk melakukan sesuatu, tetapi juga dalam keinginan
mereka untuk melakukan sesuatu atau motivasi (Winardi, 2001).
Motivasi merupakan kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan
dan mempertahankan tingkah laku tertentu (Pintrich & Schunk, 1996). Wexley
dan Yukl (1977) memberikan batasan mengenai motivasi sebagai suatu proses
yang mendorong munculnya perilaku secara langsung. Ahli yang lain memberikan
kesamaan antara motif dengan dorongan. Dari batasan diatas bisa disimpulkan
bahwa motif melatarbelakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi merupakan pendorong yang menyebabkan seseorang rela untuk
menggerakkan kemampuan tenaga dan waktunya untuk menjalankan semua
kegiatan yang telah menjadi tugas dan tanggung jawabnya agar kewajibannya
Manusia memiliki banyak motivasi dasar yang berperan penting dalam dunia
kerja. Sedangkan imbalan yang tidak mengutamakan materi lebih kepada situasi
lingkungan kerja yang tercipta dengan baik dan fasilitas-fasilitas yang mendukung
kegiatan tenaga kerja di tempat bekerja, sehingga tenaga kerja merasa nyaman dan
dapat bekerja dengan baik (Admin, 2007).
McClelland, (1987) mengemukakan bahwa manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungannya seringkali dipengaruhi oleh berbagai motif. Motif tersebut
berkaitan dengan keberadaan dirinya dengan makhluk biologis dan makhluk sosial
yang selalu berhubungan dengan lingkungannya.
Dalam dunia kerja, motivasi atau motif menempati unsur terpenting yang
harus dimiliki tenaga kerja. Disebabkan motivasi merupakan kemampuan usaha
yang dilakukan seseorang untuk meraih tujuan yang hendak dicapai organisasi
diamana individu tersebut bekerja dan disertai dengan kemampuan individu untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya (McClelland, 1987).
Tetapi setiap tenaga kerja mempunyai perbedaan individual sebagai akibat
dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lingkungan masyarakat yang
beraneka ragam. Maka hal ini akan terbawa kedalam pekerjaannya sehingga
mempengaruhi sikap dan tingkah laku tenaga kerja tersebut dalam melaksanakan
pekerjaannya. Disamping itu suasana batin/psikologis seseorang secara individual
dalam organisasi yang memiliki lingkungan kerjanya, sangat besar pengaruhnya
terhadap kinerjanya (Admin, 2007).
Istilah lain yang juga sering terkait dengan motivasi adalah motif. Motif
tingkah laku seseorang. Motif diperoleh dari hasil belajar. Motif didasari oleh
emosi, dan tidak dapat dilihat dari tingkah laku yang ditampilkan. Munculnya
motif tertentu pada diri seseorang disebabkan oleh adanya kebutuhan dalam diri.
Bila situasi sangat bermakna bagi seseorang dan secara emosional mengikutinya,
maka motif tertentu dapat muncul. Bila dibandingkan dengan motif motivasi lebih
jelas (As’ad,1987).
Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga
tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Sehingga motif
tersebut merupakan suatu penguatan yang menggerakan manusia untuk bertingkah
laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu (As’ad, 1987).
Menurut McClelland (1987) timbulnya tingkah laku karena dipengaruhi
oleh kebutuhan-kebutuhann yang ada dalam diri manusia. Dalam konsepnya
mengenai motif, dalam diri individu terdapat tiga kebutuhan pokok yang
mendorong tingkah lakunya. Konsep motif lebih dikenal dengan motif sosial teori.
Adapun kebutuhan dimaksud menurut teori motif sosial ini yang berperan penting
dalam dunia kerja yaitu motifi berprestasi (n-Ach), motif berkuasa (n-Pow), dan
motif berafiliasi (n-Aff).
Motif berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai
keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik berasal dari
standard prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain. Motif
berkuasa (n-Pow) adalah motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai
atau mendominasi orang lain dalam berhubungan dengan lingkunganya. Motif
berhubungan dengan orang lain. Yang menjadi tujuan seseorang disini adalah
suasana yang penuh dengan keakraban dan persahabatan (McClelland, 1987).
Dari ketiga motif dasar tersebut, motif berprestasi memiliki peranan yang
sangat besar dalam dunia kerja karena dengan usaha yang terus-menerus meraih
prestasi, secara empiris terbukti memberikan sumbangan yang besar terhadap
munculnya bentuk-bentuk perilaku berwiraswasta serta pertumbuhan ekonomi
negara (McClelland, 1987).
Sedangkan pada organisasi nonprofit seperti LSM (lembaga Swadaya
Masyrakat) motif untuk berhubungan dengan orang lain cenderung memiliki
peranan yang sangat penting dimana salah satu tujuan organisasi nonprofit adalah
melayani masyarakat tanpa mempunyai tujuan untuk memperoleh laba atau
keuntungan dalam bentuk materi (Priandoyo, 2007).
Di dalam kehidupan sehari-hari, ketiga kebutuhan tersebut diatas akan
selalu muncul pada tingkahlaku individu, hanya saja kekuatanya tidak sama antara
kebutuhan-kebutuhan itu pada diri seseorang (As’ad, 1998).
Ketiga kebutuhan tersebut muncul dipengaruhi oleh situasi yang sangat
spesifik. Motivasi seseorang tergantung pada kekuatan motif-motif mereka. Motif
kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan atau
implus-implus yang muncul dalam diri seseorang individu. Motif-motif diarahkan
ke arah tujuan-tujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar atau dalam kondisi
di bawah sadar (McClelland, 1987).
Motivasi atau motif merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan
yang ditunjukkan oleh seseorang tenaga kerja dalam menghadapi situasi tertentu
dibandingkan dengan orang lain yang menghadapi situasi sama. Bahkan seseorang
akan menunjukkan dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda
dan dalam waktu yang berlainan (Siagian, 1995).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti melihat bahwa motif itu muncul
dipengaruhi oleh situasi yang sangat spesifik. Jadi di sini peneliti ingin meneliti
bagaimana perbedaan motif sosial (motif berprestasi, motif berkuasa dan motif
beraffiliasi) pada tenaga kerja organisasi profit dan nonprofit.
I.B. Rumusan Masalah
1. Apakah motif berperstasi berbeda pada tenaga kerja organisasi profit
dengan nonprofit?
2. Apakah motif berkuasa berbeda pada tenaga kerja organisasi profit
dengan nonprofit?
3. Apakah motif berafiliasi berbeda pada tenaga kerja organisasi profit
dengan nonprofit?
I.B. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui ”perbedaan
motif sosial (motif berprestasi, motif berkuasa dan motif affiliasi) pada tenaga
I .C. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
I.C.1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana
pengetahuan di bidang psikologi khususnya di bidang psikologi industri
dan organisasi.
I.C.2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat:
a. Memberikan masukan bagi perusahaan mengenai motif sosial yang ada di
organisasi profit maupun di organisasi nonprofit sebagai pertimbangan
untuk melakukan pelatihan motivasi pada organisasi tersebut.
b. Memberikan masukan mengenai motif sosial yang ada di organisasi profit
maupun di organisasi nonprofit bagi trainer-trainer yan berfukus pada
pelatihan untuk meningkatkan motivasi.
I.D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,
pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta
BAB II : Landasan Teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam
pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori yang
berhubungan dengan motif sosial (McClelland).
BAB III : Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi variable penelitian,
populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data,
BAB II
LANDASAN TEORI
II.A Motivasi
II.A.1 Pengertian motivasi
Motivasi merupakan konsep hipotetis, karena tidak secara langsung dapat
diamati (Fox, 1993). Secara umum motivasi sering diartikan sebagai kondisi
psikologis yang menimbulkan, mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku
tertentu (Pintrich & Schunk, 1996).
II.A.2 Pengertian Motif
Motif adalah faktor intern yang membangun, mengarahkan dan
mengintegrasikan tingkah laku seseorang. Motif diperoleh dari hasil belajar. Motif
didasari oleh emosi, dan tidak dapat dilihat dari tingkah laku yang ditampilkan.
Atkinson dan McClelland (1987) banyak melakukan penelitian berkaitan dengan
motif berprestasi, mengemukakan bahwa motif merupakan disposisi yang
mendorong seseorang untuk bertindak dalam mencapai suatu tujuan yang
memiliki insentif baginya.
Munculnya motif tertentu pada diri seseorang disebabkan oleh adanya
kebutuhan dalam diri. Bila situasi sangat bermakna bagi seseorang dan secara
emosional meningkat, maka motif tertentu dapat muncul. Bila dibandingkan
dengan motif motivasi lebih jelas.
Konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan munculnya kecenderungan
dengan jelas. Sedangkan pada motif belum tergambar dengan jelas. Dapat
diketahui motif yang mendasari suatu tingkah laku bila kita sudah mengetahui
motivasi tingkah laku tersebut, dimana tujuan serta obyek yang akan diperoleh
dari tingkah laku tersebut, dimana tujuan serta obyek yang akan diperoleh dari
tingkah laku tersebut sudah terlebih dahulu diketahui. Secara lebih tajam dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan aktualisasi dari motif (As’ad, 1998).
II.B Jenis-jenis Motif
Adapun jenis motif yang dikemukakan oleh McClelland (1987) adalah:
1. Motif afiliasi
Motif untuk berhubungan atau berafiliasi adalah motif yang mengarahkan
tingkah laku seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Yang menjadi
tujuan seseorang disini adalah suasana yang penuh dengan keakraban dan
keharmonisan.
Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) mengatakan bahwa salah satu
kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan beraffiliasi yang menimbulkan motif
untuk mendeatkan diri dengan orang lain, bekerjasama, membalas ajakan orang
lain, bersekutu dan mencari afeksi dari orang lain.
Baron & Birney (2005) mendefinisikan kebutuhan affiliasi sebagai motif
dasar untuk mencari dan mempertahankan relasi interpersonal.
Pathon & Griffin (1982) menyatakn bahwa affiliasi merupakan prilaku
verbal yang mencakup mengetahui persepsi masing-masing, memilih kata-kata
yang mengindikasikan keaslian dari hubungan dan juga mampu menyediakan
Ciri-ciri prilaku mereka dengan motif afiliasi yang tinggi (McClelland, 1987)
antara lain adalah:
a. Performa yang lebih baik ketika ada insentif dari organisasi dimana dia
berada.
Pada tugas yang diasumsikan sulit jika mendapat persetujuan dari orang
lain maka hasilnya akan seperti yang diharapkan/lebih optimal, mencari
persetujuan dari orang lain dalam memutuskan sesuatu
b. Memelihara hubungan interpersonal
Sensitif pada raut muka orang lain, dan memakai lebih banyak berdialog
dengan orang lain (bertelepon, menulis surat), untuk memelihara hubungan
interpersonal, lebih menyukai berteman dengan orang yang mempunyai keahlian
kusus seperti teman kerja, jika di feedback mereka lebih senang mengatakan
bagaimana kelompok ini terus bersama daripada bagaimana mereka mengerjakan
tugas dengan baik.
c. Kerja sama , konformitas dan konflik
mudah menyetujui pendapat orang tidak dikenal apabila atractive, melakukan
pekerjaan lebih efektif apabila ekerjasama brsama orang lain dalam suasana yang
lebih kooperatif.
d. Prilaku memimpin
Sulit membuat keputusan pada suatu waktu, menolong orang lain tanpa
e. Takut ditolak
Menghindari konflik dan kompetisi karena takut endapat feedback yang
negative dari orang lain, cemas ketika performa mereka diobservasi, tidak
menyukai orang yang memandang mereka berbeda dari yang lainya, menghindari
kemungkinan untuk bergaul dengan seseorang yang tidak setuju dengan mereka.
2. Motif Berkuasa
Motif untuk berkuasa adalah motif yang menyebabkan seseorang ingin
menguasai atau mendominasi orang lain dalam berhubungan dengan
lingkunganya. Orang yang memiliki motif ini cenderung bertingkah laku otoriter.
Berbeda dengan mereka yang memiliki motif afiliasi yang kuat, mereka dengan
motif kekuasaan tidak mengacuhkan perasaan orang lain. Dalam memberikan
bantuanya kepada orang lainpun mereka tidak memberikanya secara tulus,
keinginan dasarnya adalah agar orang lain menjadi meghormatinya. Pemberian
bantuannya digunakan untuk menunjukan kelebihan diri mereka. Ciri-ciri perilaku
mereka dengan motif berkuasa yang tinggi antara lain adalah:
a. Aggresiveness
lebih suka berkompetisi, berteriak di lampu merah, melempar
barang-barang ketika marah, mengambil barang-barang-barang-barang dari hotel misalnya.
b. Mencari prestise
membeli barang dari luar negri, menyukai pembayaran menggunakan
kartu kredit
Memilih teman yang mempunyai jabatan yang bukan merupakan
sainganya untuk menunjukan prestise, menyukai orang yang lebih loyal untuk
mendukungnya dan respek kepadanya, bekerja di kelompok untuk mendapatkan
perhatian anggota kelompok, bergabung dengan suatu kelompok kualisi untuk
memperoleh keuntungan dari rekan kerja, mengevaluasi anggota kelompok lebih
negatif.
d. Mengambil resiko
Tahan dengan resiko fisik yang berbahaya, uka bertaruh, melakukan taruhan
yang ekstrim.
3. Motif Berprestasi
Motif untuk berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk
mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik
berasal dari standard prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain.
Hal terpenting adalah bagaimana caranya agar dapat mencapai suatu prestasi
tertentu.
Schultz & Sydney (1993) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu
dorongan atau kebutuhan dalam diri individu untuk meraih hasil atau prestasi
tertentu.
Ciri-ciri perilaku mereka dengan motif berprestasi (McClelland,1987) yang tinggi
adalah:
a. Menyukai tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang atau
Mencoba setiap tugas yang menantang dan sulit tetapi mampu untuk
diselesaikan, selalu mempersiapkan diri pada tugas-tugas yang menantang.
b. Suka menerima umpan balik (suka membandingkan kinerja dengan orang lain)
Menerima umpan balik dengan cara membandingkan performansinya
dengan orang lain atau suatu standar tertentu, berusaha mencapai standar yang
ditetapkan yang ditetapkan dengan orang lain karena takut kalah dengan orang
lain.
c. Tekun dan gigih terhadap tugas yang berkaitan dengan kemajuanya
Memiliki kinerja yang baik, aktif, berproduktifitas, serta tekun dalam
bekerja, selalu berusaha mancapai prestasi sebaik-baiknya dengan selalau tekun
dalam menjalankan tugas.
d. Mengontrol hasil kerjanya
Mengontrol hasil kerja mereka dengan menerima umpan balik atas kinerja
mereka.
e. Melakukan peningkatan performa
Mempunyai dorongan yang kuat sekali untuk berhasil, berusaha
melakukan sesuatu yang lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah
II.C. Faktor-faktor Yang Mempegaruhi Motif Sosial (Social Motive)
Faktor-faktor yang yang mempengaruhi motif sosial (McClelland, 1987;
Atkinson & Raynor, 1974) yaitu;
1. Lingkungan
Lingkungan tempat seorang bekerja mempengaruhi motivasi seseorang
dalam bekerja, seperti lingkungan fisik tempat kerja, orang-orang yang ada di
lingkungan organisasi.
Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya seperti
orang tua dan teman-temanya (eastwood, 1983). Bernstein mengatakan bahwa
budaya juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi individu. Sebagaimana di
ungkapkan oleh Irmawaty (2002) dalam penelitianya bahwa faktor budaya dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Hal ini disebabkan nilai-nilai
historis budaya yang diajarkan pada individu sejak kecil, dimana historis tersebut
mengandung unsur-unsur prestasi.
Menurut Atkinson, faktor lingkungan merupakan penentu dari motif.
Beberapa pikiran pokok yang dikemukakanya adalah sebagai berikut :
a. setiap individu memiliki motif atau kebutuhan dasar tertentu.
Motif-motif tersebut mencerminkan potensi tingkah laku dan mempengaruhi
tingkah laku hanya bila motif-motif tersebut muncul.
b. Muncul atau tidaknya motif-motif tersebut tergantung pada situasi atas
lingkungan yang dialami individu.
c. Keadaan suatu lingkungan tertentu akan menimbulkan atau
akan mempengaruhi tingkah laku sampai motif tersebut dimunculkan
melalui pengaruh dari suatu lingkunan yang tepat dan sesuai.
d. Perubahan dalam penerimaan terhadap suatu lingkungan akan
menghasilkan perubahan dalam munculnya motivasi. Setiap motivasi
diarahkan atau ditujukan untuk memuaskan berbagai macam
kebutuhan.
2. Motif sosial juga dipengaruhi oleh faktor Usia
Schultz (1993) mengatakan bahwa usia dapat mempengaruhi motivasi
berprestasi seseorang. Ia mengatakan bahwa kulaitas motivasi berprestasi
mengalami perubahan sesuai dengan usia individu tersebut. Motivasi berprestasi
individu tertinggi pada usia 20-30 tahun, dan mengalami penurunan setelah usia
pertengahan (Middle Age)
Pengalaman seseorang mengenai suatu pekerjaan mempengaruhi motif
sosial mereka dalam melakukan pekerjaan. Apakah dia pernah gagal melakukan
suatu pekerjaan atau kesuksesan didalam melakukanya.
3. Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat
McClelland (dalam morgan dkk,1986) menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi suatu masyarakat juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi
seseorang. Seperti hal diatas Zainuddin (2004) menegaskan bahwa stastus kerja,
upah, rasa aman dalam bekerja (job security), kesempatan karir dan lain-lain,
semua faktor tersebut akan memberikan andil terhadap munculnya motivasi
4. Jenis Kelamin
McClelland menjelaskan bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi
motivasi motif sosial (motif beraffiliasi, motif berkuasa, motif berprestasi)
seseorang. Troll & Schwartz (Sopah,1999) menambahkan bahwa perbedaan
tersebut disebabkan adanya perbedaan perlakuan dan sosialisasi mereka.
Menurutnya laki-laki lebih dilatih untuk atif, kompetitif dan mandiri sehingga
memiliki motivasi berprestasi yang berbeda daripada perempuan yang dibiasakan
pasif, selalu bergantung pada orang lain dan kurang percaya diri. Sehingga
menurut McClelland prempuan mempunyai motif beraffiliasi lebih tinggi.
Bertentangan dengan hal tersebut, morgan (1986) menyatakan bahwa tingkah laku
berprestasi selalu muncul pada laki-laki maupun perempuan, yang membedakan
keduanya hanya pada prilaku berprestasinya karena banyak perempuan dengan
motivasi berprestasi tinggi namun tidak menampilkan karakter prilaku berprestasi
layaknya laki-laki. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Bosow (1992)
bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak berbeda motivasi
berprestasinya, yang berbeda hanya tingkah laku berprestasi dan cara untuk
meraih prestasinya. Santrock (1991) juga menyatakan pendapatnya bahwa
motivasi berprestasi laki-laki dan perempuan adalah sama.
II.D. Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat.
Pengertian Organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya
tidak ada perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan
The Executive Functions mengemukakan bahwa organisasi adalah sistem
kerjasama antara dua orang atau lebih.
James D. Mooney mengatakan bahwa:
“organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama”
Menurut Dimock, organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada
bagian-bagian yang saling ketergantungan atau berkaitan untuk membentuk suatu
kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam
usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap
organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu :
a. Orang-orang (sekumpulan orang),
b. Kerjasama,
c. Tujuan yang ingin dicapai.
II.D.1 Ciri-Ciri Organisasi
Seperti telah diuraikan di atas bahwa organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan
secara lebih rinci organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal;
b. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan
yang merupakan kesatuan kegiatan;
c. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa pemikiran,
tenaga, dan lain-lain;
e. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
II.D.2 Jenis-jenis Organisasi
Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan
kriteria sebagai berikut (Salusu, 2005;Richard, 1986; Newstrom, 1993) :
a. Berdasarkan jumlah orang yang memegang puncak pimpinan
1. Bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang,
semua kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu
orang;
2. Bentuk komisi, pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang
terdiri dari beberapa orang, semua kekuasaan dan tanggung jawab
dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan.
b. Berdasarkan lalu lintas kekuasaan
Bentuk organisasi ini meliputi;
1. Organisasi ini atau bentuk lurus, kekuasaan mengalir dari puncak
pimpinan organisasi langsung lurus kepada para pejabat yang
memimpin unit-unit dalam organisasi;
2. Bentuk lini dan staff, dalam organisasi ini pucuk pimpinan dibantu
oleh staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai pembantu pucuk
pimpinan dalam menjalankan roda organisasi;
3. Bentuk fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi
dalam fungsi-fungsi yang dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya,
c. Berdasarkan sifat hubungan personal, yaitu :
1. Organisasi formal, adalah organisasi yang diatur secara resmi,
seperti organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum;
2. Organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena
hubungan bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby,
dll.
d. Berdasarkan tujuan. yaitu :
1. Organisasi yang tujuannya mencari keuntungan atau profit
oriented;
2. Organisasi sosial atau nonprofit oriented.
e. Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu :
1. Organisasi pendidikan;
2. Organsasi kesehatan;
3. Organisasi pertanian, dan lain lain.
f. Berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani, yaitu :
1. Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan;
2. Organisasi berorientasi pada politik, misalnya partai politik;
3. Organisasi yang bersifat integratif, misalnya serikat pekerja;
4. Organisasi pemelihara, misalnya organisasi peduli lingkungan, dan
lain lain.
g. Berdasarkan pihak yang memakai manfaat, yaitu :
1. Organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh
2. Organisasi yang kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan,
misalnya bank;
3. Organisasi yang bergerak dalam dunia usaha, seperti
perusahaan-perusahaan.
4. Organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh
masyarakat umum, seperti organisasi pelayanan kesehatan,
contohnya rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain.
II.D.3 Prinsip-Prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya
Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya
Organization of Canadian Government Administration (1965), bahwa
prinsip-prinsip organisasi meliputi ;
a. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas;
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan
demikian tidak mungkin statu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya,
organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai statu
organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.
b. Prinsip Skala Hirarkhi;
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan,
pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang
efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
c. Prinsip Kesatuan Perintah;
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab
kepada seorang atasan saja.
d. Prinsip Pendelegasian Wewenang;
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya
hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan
meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan
dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih
dahulu kepada atasannya lagi.
e. Prinsip Pertanggungjawaban;
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasan.
f. Prinsip Pembagian Pekerjaan;
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas
atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan
pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari
memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta
menunjang efektivitas jalannya organisasi.
g. Prinsip Rentang Pengendalian;
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh
seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan
bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai
yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.
h. Prinsip Fungsional;
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas
tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari
pekerjaannya.
i. Prinsip Pemisahan ;
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung
jawabnya kepada orang lain.
j. Prinsip Keseimbangan;
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan
organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan
tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan
melalui aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya
struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota
besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
k. Prinsip Fleksibilitas;
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan dinamika organisasi sendiri atau faktor internal dan juga karena
adanya pengaruh di luar organisasi faktor eksternal, sehingga organisasi mampu
menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.
l. Prinsip Kepemimpinan;
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau
dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya
proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.
II.D.4 Pengertian Organsaisi Nonprofit
Organisasi nirlaba atau organisasi nonprofit adalah suatu organisasi yang
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik
perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian
terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba. Organisasi nirlaba meliputi gereja,
sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis,
bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan,
serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para
petugas pemerintah.(Salusu, 2005).
Anthony dan Young (Gies, 1990) mencoba merumuskan beberapa karateristk
a. Tidak bermotif mencari keuntungan;
b. Adanya pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak;
c. Adanya kecenderungan berorientasi semata-mata pada pelayanan;
d. Banyak menghadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi;
e. Kurang banyak menggantungkan diri pada kienya untuk mendapatkan antuan
keuangan;
f. Pengaruh politik biasanya memainkan peranan yang sangat penting.
Ditambahkan oleh Koteen bahwa salah satu karateristik utamanya adalah
birokasi yang kurang responsif. Jika diperhatikan baik-baik, ternyata
profesionalisme dalam organisasi nonprofit lebih banyak tanpak dalam organisasi
keagamaan.
Jadi suatu organisasi disebut organisasi nonprofit apabila organisasi itu
menyebut dirinya sebagai nonprofit, yaitu tidak menjadikan keuntungan sebagai
tujuan utamnya pada saat didirikan.kemudian, menyatakan dalam statusnya bahwa
bila ada keuntungan yang diperoleh dari suatu transaksi atau aktivitas, tidak akan
dibagikan kepada pengurus sebagai tambahan penghasilan diluar gaji. Dengan
kata lain, tidak dipandang sebagai dividen yang harus diperoleh setiap pemegang
II.D.5 Pengertian Organsaisi Profit
Organisasi profit adalah organisasi yang telah memiliki sumber pendanaan
yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung
jawab, pada organisasi profit/laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan
Komisaris, yang kemudian memilih seorang direktur pelaksana (Nawawi, 1997 ).
Penelusuran pengertian organisasi bisnis dan non-bisnis yang mempengaruhi
akuntansi dilakukan oleh Anthony yang dimuat dalam Financial Accounting in
Nonbusiness Organization (1978). Sebagaimana ditemukan oleh Anthony
organisasi dapat dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut:
1) Profit Oriented- organisasi yang tujuan utamanya adalah mencari laba;
2) Type A Non-profit- organisasi nirlaba yang sumber keuangannya
seluruhnyadiperoleh dari pendapatan dari penjualan barang dan jasa;
3) Type B Non-profit- organisasi nirlaba yang memperoleh sumber keuanganya
diperoleh dari sumber selain penjualan barang dan jasa.
Kategori 1) contohnya adalah perusahaan publik atau perusahaan
negara/daerah dan kategori 3) contohnya adalah pemerintah atau pemerintah
daerah yang memperoleh pendapatannya dari pajak, hibah dll. Kategori 2)
sebenarnya sangat sulit karena berada di tengah-tengah. Contoh di Inggris
untuk kategori 2) ini adalah industri nasional, di Indonesia Badan Layanan
Umum (BLU) mungkin dapat dijadikan sebagai contoh kategori ini. Tujuan
Anthony menggolongkan organisasi dalam kategori di atas adalah untuk
menjawab pertanyaan bagaimana organisasi bisnis dan nonbisnis dibedakan
alternatif yaitu pembedaan menurut profit atau nonprofit, pembedaan sumber
pembiayaan, dan tidak membedakan sama sekali.
II.D.6 Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.(Undang-Undang Ketenagakerjaan, 2003)
II.D.7 Perbedaan Organisasi Nonprofit dengan Organisasi profit
Dilihat dari sudut teori organisasi, menurut Dwight Waldo (dalam Gortner
et al, 1987) sesungguhnya sudah ada gerakan yang mencoba menghindari
perbedaan yang tajam antara organisasi profit dan organissi nonprofit, bahkan
mencoba menguburkan perbedaan itu sekaligus menggabungkannya ia
menegaskan bahwa baik organisasi profit maupun nonprofit masing-masing
memiliki karateristik profit dan nonprofit. Mengingat keduanya memiliki
karateristik profit dan nonprofit, maka seharusnyalah mereka diperlakukan sama
dan tidak dipisahkan. Akan tetapi, tidak boleh diartikan sebagai menghilangkan
karateristik yang khas dari masing-masing organisasi itu.
Banyak hal yang membedakan antara organisasi nonprofit dengan organisasi
lainnya profit atau laba. Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya
pemilik organisasi nonprofit, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi
laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal
donatur, organisasi nonprofit membutuhkannya sebagai sumber pendanaan.
Berbeda dengan organisasi profit atau laba yang telah memiliki sumber pendanaan
jawab, pada organisasi profit atau laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan
Komisaris, yang kemudian memilih seorang direktur pelaksana. Sedangkan pada
organisasi nonprofit, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris
bukanlah pemilik organisasi (Nawawi, 2007).
II.D.8. Perbedaan Motif Sosial pada Organisasi Profit dan Nonprofit
Motif adalah faktor intern yang membangunkan, mengarahkan dan
mengintegrasikan tingkah laku seseorang. Motif diperoleh dari hasil belajar. Motif
didasari oleh emosi, dan tidak dapat dilihat dari tingkah laku yang ditampilkan
(McClelland,1987). Ada 3 (tiga motif sosial yaitu motif berprestasi, motif
berafiliasi dan motif berkuasa. Ketiga motif ini ada pada diri setiap individu tetapi
tinggi rendahnya motif tersebut dipengaruhi oleh situasi yang spesifik dan
lingkungan dia bekerja.
Menurut penelitian Kock (1965) tentang motif social dia menyatakan bahwa
ada pengaruh motif berprestasi yang tinggi dengan expansi bisnis. Salah satu
aspek dari expansi bisnis ini adalah profit, dan Kock menyatakan bahwa
hubungan antara profit dengan motif berprestasi didapat hubungan positif yaitu
sebesar 0,27. Tetapi hubungan profit atau keuntungan dengan motif berafiliasi itu
hubungan negatif sebesar 0,30 sedangkan untuk hubungan profit dengan motif
berkuasa yaitu hubungan positif sebesar 0,01, dengan p= 0.05.
Michael Stahl (1996) juga membuat penelitian mengenai perbedaan motif
berkuasa pada pelayan gereja dan perawat rumah sakit swasta. Dia menyatakan
pelayan gereja yaitu dengangan mean 63 dan standard deviasi 0.5. sedangkan pada
pelayan gereja meanya sebesar 56 dengan standart deviasi 27. Dari hasil uji t
diperoleh t=5.88,p<0.01.
Organisasi berdasarkan tujuanya dapat dibagi menjadi dua yaitu organisasi
profit dan organisasi nonprofit. Singkatnya organisasi profit adalah organisasi
yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari profit atau
keuntungan usahanya. Sedangkan organisasi nonprofit membutuhkan pendanaan
dari donator.
Jika dikaitkan dengan penelitian Kock bahwa organisasi profit cenderung
memiliki motif berprestasi yang lebih tinggi dari dua motif lainya yaitu berafiliasi
dan motif berkuasa. Sedangkan untuk organisasi nonprofit mungkin kebalikan
dari profit karena organisasi ini tujuan utamanya tidak mencari keuntungan.
II.E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
1. Ada perbedaan motif berprestasi pada karyawan organisasi profit dengan
organisasi nonprofit
2. Ada perbedaan motif berafiliasi pada karyawan organisasi profit dengan
organisasi nonprofit
3. Ada perbedaan motif berkuasa pada karyawan organisasi profit dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
III.A Identifikasi Variabel
III.A.1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah jenis organisasi berdasarkan
tujuanya.
III.A.2. Variabel tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah motif sosial yaitu motif
berprestasi, motif berkuasa, motif berafiliasi.
III.B. Definisi Operasional
Motif Sosial
Motif sosial terdiri dari tiga motif yaitu:
1. Motif Berafiliasi
Motif berafiliasi adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain, lebih efektif bekerjasama bersama orang
lain, kooperatif dan lebih baik jika suatu pekerjaan dilakukan secara bersama atau
berkelompok.
2. Motif Berkuasa
Motif Berkuasa adalah motif yang menyebabkan seseorang ingin
pertolong itu tidak diminta, aktif menentukan arah kegiatan, mengumpulkan
barang-barang yang dapat mencerminkan prestise dan peka terhadap struktur
pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organisasi.
3. Motif Berprestasi
Motif berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai
keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik berasal dari
standard prestasinya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain. Selalu
berusaha, tidak mudah menyerah dalam berkompetisi, lebih baik pada tugas-tugas
khusus yang memiliki arti bagi mereka, tidak didorong atau dipengaruhi oleh
reward, cenderung mengambil resiko yang wajar atau bertaraf sedang, mencoba
memperoleh umpan balik, mencari kesempatan, bergaul untuk memperoleh
pengalaman, mencari cara-cara yang unik dalam menyelesaikan suatu masalah,
kreatif dan bekerja seakan-akan dikejar waktu.
Organisasi Nonprofit
Organisasi nonprofit adalah organisasi yang tidak bermotif mencari
keuntungan, kecenderungan berorientasi semata-mata pada pelayanan, sumber
keuangannya diperoleh dari sumber selain penjualan barang dan jasa. Contohnya
organisasi keagamaan, sekolah negeri, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan
lain-lain.
Organisasi profit adalah organisasi yang tujuanya jelas memperoleh
untung dari hasil usaha organisasinya, berorientasi pada pelanggan untuk mencari
keuntungan. Contohnya perbankan dan perusahaan-perusahaan swasta yang
bertujuan mencari untung.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat (Undang-Undang Ketenagakerjaan, 2003).
III.C Subjek Penelitian
III.C.1 Populasi
Adalah seluruh individu atau tenaga kerja yang dimaksudkan untuk
diteliti. Populasi dibatasi sebagai jumlah tenaga kerja atau individu yang paling
sedikit mempuyai satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi dalam penelitian ini
adalah tenaga kerja yang bekerja pada organisasi profit yang bergerak di bidang
perbankkan dan yang nonprofit pada organisasi keagamaan di kecamatan Medan
Baru. Besar populasi untuk tenaga kerja organisasi profit sebanyak ±201 orang
yang terdiri dari 14 bank dan untuk tenaga kerja organisasi sebanyak ±455 orang
tenaga kerja yang terdiri dari 43 lembaga keagamaan.
III.C.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (Hadi, 2000). Sampel juga harus
memiliki sedikitnya satu sifat yang sama agar dapat dilakukan
penelitian. Dalam usaha untuk memperoleh sampel yang representatif maka harus
digunakan teknik pengambilan sampel yang benar.
Pada penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah tenaga kerja
suatu organisasi profit dan tenaga kerja di suatu organisasi non profi yang
bergerak di bidang jasa. Organisasi nonprofit adalah organisasi keagamaan
(pengurus gereja,mesjid) dan Organisasi profit adalah perbankkan.
III.C.3. Karateristik Sampel
Yang menjadi karakteristik atau ciri-ciri sampel pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Tenaga kerja organisasi profit dan organisasi nonprofit yang telah bekerja
minimal selama 1 tahun.Alasannya karena pengalaman sangat menentukan
bagaimana motif-motif yang ada dalam dirinya.
b. Tenaga kerja organisasi profit dan organisasi nonprofit dengan tingkat
pendidikan minimal SMU sederajat.
III.C.4.Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah seluruh tenaga kerja yang dimaksudkan untuk diselidiki.
Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk yang sedikitnya memiliki satu sifat
yang sama (Hadi, 2000).
Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk yang
jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus memiliki paling sedikit satu sifat
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster proporsional
random sampling, dimana pemilihan subjek di kelompokkan terlebiih dahulu
yaitu menjadi sampel untuk organisasi profit dan organisasi nonprofit dan jumlah
dari masing-masing sampel untuk organisasi profit dan untuk organisasi nonprofit
di proporsikan. Serta diambil secara acak dan semua subjek yang ada dipopulasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Hadi, 2000).
III.D. Instrumen / Alat Ukur yang Digunakan Untuk Pengumpulan Data
Pada penelitan ini peneliti menggunakan 1 (satu) alat pengumpulan data,
yaitu skala motif sosial McClelland yang terdiri dari 3 motif yaitu motif
berprestasi, motif berkuasa dan motif berafiliasi.
Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode skala. Ada beberapa alasan dan pertimbangan dalam penggunaan metode
skala (Hadi, 2000):
1. Subjek adalah individu yang paling tahu tentang dirinya;
2. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat di
percaya;
3. Interpretasi subjek tentang peryataan-pernyataan yang diajukan kepadanya
cenerung sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Metode skala yang digunakan adalah metode rating yang dijumlahkan atau
dikenal dengan metode Likert (Azwar, 2000).
Pada skala Likert untuk mengukur motif sosial, peneliti menggunakan 4
opsi jawaban, yaitu; SS: Sangat Sesuai, S : Sesuai, TS : Tidak Sesuai, dan STS:
Jawaban pada aitem favorable diberi skor 4 untuk opsi SS (sangat sesuai),
3 untuk opsi S (sesuai), 2 untuk opsi TS (tidak sesuai), dan 1 untuk opsi STS
(sangat tidak sesuai).
Sedangkan untuk jawaban pada aitem unfavorable diberi skor sebaliknya,
yaitu 1 untuk opsi SS (sangat sesuai), 2 untuk opsi S (sesuai), 3 untuk opsi TS
(tidak sesuai), dan 4 untuk opsi STS (sangat tidak sesuai).
Pada skala ini peneliti menghilangkan opsi jawaban netral/ragu-ragu yang
bertujuan untuk menghindari kecenderungan subjek menjawab pada pilihan
tengah.
Pernyataan-pernyataan di dalam skala motif sosial seluruhnya berbentuk
penilaian terhadap kondisi atau keadaan diri subjek yang dinilai sendiri oleh
subjek tersebut. Penilaian tersebut kemudian dituliskan melalui pemilihan
jawaban pada empat alternatif jawaban (1-4) yang diberikan, yang dinilai paling
sesuai ataupun mendekati sesuai. Pengelompokan aitem-aitem skala motif sosial
adalah sebagai berikut.
Tabel 1
Blue Print Skala Motif Sosial sebelum uji coba
No. Motif Sosial
Indikator Prilaku Favourable Unfavourable Jlh
Performa ketika ada
Memelihara hubungan
interpersonal
Kerjasama dan
konformitas
3,13,23 8,18,28 6
Prilaku memimpin 4,14,24,29 9,19, 6
Takut ditolak 5,15,20,25,30 10 6
Agresif 31,39,47,55 35,43,51,59 8
Mencari prestise 32,40,48,56 36,44,52 7
Bekerja agar diakui pada
suatu kelompok
33,41,49,57,60 37,45,53 8 2. Motif
berkuasa
Mengambil resiko 34,42,50,58,54 38,46 7 Menyukai tugas yang
Alasan-alasan penggunaan skala (Azwar, 2000), yaitu :
1. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari
keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang
bersangkutan,
3. Subjek tidak menyadari arah jawaban yang sesungguhnya diungkap dari
pertanyaan skala,
4. Jawaban terhadap skala dapat diberi skor, melalui proses penskalaan.
III. E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Azwar (1997) mengatakan bahwa tujuan dilakukannya uji coba alat ukur
adalah untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa
yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan
pengukuran. Uji coba skala dilakukan dengan menyebarkan skala kepada
responden uji coba yang memiliki karakteristik hampir sama dengan karakteristik
subjek penelitian.
III. E. 1. Uji Validitas
Validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur
apa yang dimaksudkannya untuk diukur, artinya derajat fungsi mengukurnya
suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes (Azwar, 2000). Untuk mengkaji
validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah
isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content validity). Pegkajian ini
dilakukan oleh profesional judgement.
Setelah mengkaji validitas isi kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji
daya beda aitem. Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana item
mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki
digunakan dalam analisis item ini adalah dengan memilih item-item yang fungsi
alat ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain,
memilih item yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai
keseluruhan (Azwar, 2000).
III. E. 2. Uji Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat
tersebut dapat dipercaya (Azwar, 2001). Dari sejumlah aitem yang terpilih
memiliki daya beda aitem yang tinggi dilakukan komputasi untuk memperoleh
koefisien reliabilitas. Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien
reliabilitas merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan
fungsi ukurnya secara bersama-sama.
Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal
yang mana prosedurnya hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada
sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis
dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2001). Teknik yang digunakan adalah teknik
koefisien reliabilitas Alpha Cronbach.
Penghitungan daya beda aitem dan koefisien reliabilitas dalam uji coba ini
dilkukan dengan menggunakan program SPSS version 12.0 for Windows.
III. E. 3. Uji Coba Reliabilitas Alat Ukur
Uji coba skala motif sosial(motif berafiliasi, motif berkuasa, motif
berprestasi) dilakukan terhadap 105 orang tenaga kerja organisasi profit dan 67
Untuk melihat daya diskriminasi item, dilakukan analisa uji coba dengan
menggunakan aplikasi komputer SPSS versi 12.0 for windows.kemudian nilai
corrected item total correlation yang diperoleh dibandingkan dengan Pearson
Product Moment dengan interval kepercayaan 95 %. Semua item yang mencapai
koefisien korelasi minimal 0.25 akan dipakai di dalam penelitian, karena menurut
Azwar (2003), daya pembedanya dianggap cukup memuaskan. Jumlah aitem yang
diuji cobakan adalah 90 aitem (30 aitem motif beraffiliasi, 30 aitem motif
berkuasa dan 30 aitem motif berprestasi).
Dari 30 aitem motif beraffiliasi diperoleh 13 aitem yang mempunyai
koefisien korelasi minimal 0.25 dan ke 13 aitem itu dianalisis lagi sehingga
mendapatkan 12 aitem yang dengan korelasi minimal 0.25 dengan alpha cronbach
sebesar 0.822 dan ini akan digunakan didalam penelitian. Dan 30 aitem motif
berkuasa diperoleh 14 aitem yang mempunyai nilai korelasi minimal 0.25 dengan
alpha cronbach 0.770 dan ini akan menjadi skala motif berkuasa untuk skala
penelitian. Serta dari 30 aitem motif berprestasi diperoleh 28 aitem yang
mempunyai nilai korelasi minimal 0.25 dan 28 aitem ini dianalisis lagi sehingga
mendapatkan 27 aitem yang mempunyai nilai korelasi minimal 0.25 dengan alpha
Tabel 2
Distribusi aitem-aitem skala motif sosial setelah uji coba
N Performa ketika ada dukungan
anggota kelompok
11,26 16 3
Memelihara hubungan
interpersonal
7,17 2
Kerjasama dan konformitas 3,13 18 3
Prilaku memimpin 14,14 2
Bekerja agar diakui pada suatu
kelompok
Menyukai tugas yang memiliki
taraf kesulitan sedang
71,81 86 3
Suka menerima umpan balik/feedback
62,72,82 67,77,87 6
Tekun dan gigih terhadap tugas
63,73,83, 88
68,78 6
Jumlah 53
Sebelum skala digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu item disusun
kembali
Tabel 3
Blue print sakala data yang dipakai
No. Motif Sosial Indikator Prilaku Favourable Unfavourable Jlh Performa ketika ada
dukungan anggota
kelompok
1, 8 5 3
Memelihara hubungan
interpersonal
Mencari prestise 14,21 17,23 4
Bekerja agar diakui pada
suatu kelompok
18 1 2. Motif
berkuasa
Mengambil resiko 15,22,25,26 19 5
balik/feedback
Tekun dan gigih terhadap tugas
29,39,47,51 34,43 6
Mengontrol hasil kerjanya 30,40,48,52 35,44 6
Melakukan peningkatan performa,
31,41,49,53 36,45 6
Jumlah 53
III.F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Pada subbab ini akan dijelaskan tentang prosedur pelaksanaan penelitian,
baik dalam pra penelitian maupun pelaksanaan penelitian.
III.F.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif (Suryabrata, 2002) yaitu
penelitian yang berusaha menjawab hipotesis apakah terdapat perbedaan antara
dua variabel yaitu motif sosial pada tenaga kerja organisasi profit dan tenaga kerja
organisasi nonprofit.
III.F.2. Tahap Penyusunan Alat Ukur
Sebelum alat-alat penelitian digunakan pada sampel yang sesungguhnya,
maka terlebih dahulu dilakukan beberapa tahapan kegiatan supaya alat-alat ini
dapat digunakan sesuai dengan kondisi sampel yang dipilih dengan tetap menjaga
a. Skala Motif Sosial
Alat ukur motif sosial belum ada yang telah dipublikasikan secara luas
dan dapat dibeli ataupun digunakan oleh kalangan umum. Oleh karena itu peneliti
mencoba membuat alat ukur sendiri, yang disusun berdasarkan teori McClelland
(1997). Tahapan yang dilakukan adalah:
1. Peneliti mengadakan studi literatur untuk mengkaji teori-teori tentang motif
sosial,
2. Dari indikator-indikator yang diperoleh dari masing-masing motif sosial,
kemudian disusun aitem-aitem yang dapat mewakili masing-masing indikator.
Dari indikator-indikator tersebut dapat disusun sebanyak 140 aitem dalam
bentuk pernyataan pada skala sikap.
3. Peneliti kemudian meminta penilaian orang yang ahli pada dosen pembimbing
untuk mendiskusikan content validity skala serta memeriksa apakah
aitem-aitem tersebut dapat diterima oleh subjek penelitian secara umum serta
memeriksa redaksi dan keterbacaannya.
4. Uji Coba Alat Ukur
Uji coba skala motif sosial ini dilakukan pada tenaga kerja organisasi profit
dan tenaga kerja organisasi nonprofit. Uji coba skala skala moti sosial
dilakukan pada tanggal 3 Maret – 21 Maret 2008. Uji coba dilakukan dengan
cara memberikan skala tersebut langsung kepada subjek penelitian. Setelah
itu, peneliti mengumpulkan kembali skala yang sudah disebarkan.
5. Setelah hasil terkumpul kemudian peneliti menghitung secara statistik dengan
III.G. Metode Analisa Data
Metode yang digunakan untuk melihat perbedaan pada data penelitian
ini adalah Uji t. Uji t digunakan untuk mengukur derajat perbedaan antara dua
variabel. Uji t digunakan untuk pengujian dua sampel (Hadi, 2002).
Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui perbedaan
motif sosial (motif berprestasi, motif berkuasa dan motif berafiliasi) pada
organisasi profit dan nonprofit adalah dengan uji t.
Sebelum dilakukan uji t-test, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
penelitian yang meliputi:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua
variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS version
12.0. for Windows.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dan sampel
penelitian adalah homogen. Pengukuran homogenitas dilakukan dengan Anova