• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Pelayanan Sosial Berbasis Keluarga Bagi Anak Asuh Oleh Yayasan SOS Kinderdorf (Childrents Village) Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Program Pelayanan Sosial Berbasis Keluarga Bagi Anak Asuh Oleh Yayasan SOS Kinderdorf (Childrents Village) Medan"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL

BERBASIS KELUARGA BAGI ANAK ASUH

OLEH YAYASAN SOS KINDERDORF

(CHILDRENTS VILLAGE) MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

HOTNIDA PURBA

050902001

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL BERBASIS KELUARGA BAGI ANAK ASUH OLEH YAYASAN SOS KINDERDORF (CHILDRENT VILLAGE) MEDAN” yang disusun oleh: Hotnida Purba, Nim: 050902001 dibimbing oleh Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si.

ABSTRAK

Dalam Konvensi Hak Anak (KHA) secara garis besar hak-hak anak meliputi hak bertahan hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dan hak partisipasi. Dalam perkembanganya anak membutuhkan orang lain, keluarga adalah tempat yang terbaik untuk tumbuh kembangnya anak. Mengingat tidak semua keluarga dapat mengasuh anaknya dengan baik dan memberikan apa yang sudah menjadi haknya untuk itu perlu adanya pengasuhan alternatif berbasis keluarga seperti yang dilaksanakan oleh SOS Kinderdorf. Hal tersebut juga menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian di SOS kinderdorf dengan mengangkat judul implementasi program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh oleh SOS Kinderdorf Medan.

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif dimana penelitian ini mendeskripsikan pengimplementasian program pelayanan sosial berbasis keluarga yang dilaksanakankan oleh SOS Kinderdorf. Penelitian dilaksanakan di SOS Kinderdorf yang berada di Jl. Seroja raya No , Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak asuh yang ada di SOS Kinderdorf yang berjumlah 97 anak. dengan menggunakan teknik penarikan sampel non random secara Purposive Sampling dengan jumlah sampel 21 anak. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti mengunakan teknik studi kepustakaan dan studi lapangan dengan cara melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara. Kemudian untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan maka peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif.

Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan program pelayanan sosial berbasis keluarga tersebut SOS memberikan berbagai pelayanan bagi anak yaitu: menciptakan lingkungan sosial yang disebut desa, memberikan rumah sebagai tempat berlindung, membentuk keluarga baru yang terdiri dari orang tua (ayah/ibu), saudara (kakak dan adik), tante, dan bimbingan dan kehangatan kasih sayang, pelayanan pendidikan formal dan informal, pelayanan kesehatan, dan penyediaan fasilitas pendukung program. Dengan pelayanan yang diberikan oleh yayasan SOS melalui program tersebut maka anak-anak yang dulunya terlantar mendapatkan haknya kembali.

Kata kunci: pelayanan sosial anak berbasis keluarga

(3)

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL BERBASIS KELUARGA BAGI ANAK ASUH OLEH YAYASAN SOS KINDERDORF (CHILDRENTS VILLAGE) MEDAN” Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penyusunan skripsi ini Penulis menyadari akan sejumlah

kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik

yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Skripsi ini Saya persembahkan terkhusus buat Ayahanda J. Purba dan

ibunda T. Br Napitu yang sudah menjadi spirit buat saya serta semua

saudara-saudara yang telah mendukung Penulis selama penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara

khusus Penulis menghanturkan Banyak Terima Kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si. Selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara dan selaku dosen wali penulis selama kuliah di

departemen ilmu kesejahteraan sosial FISI USU dan juga selaku dosen

(4)

dukungan dalam penyelesaian Skripsi ini. Terima kasih banyak pak sudah

berkenan membagi ilmu dan waktunya kepada Saya.

3. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing

penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Tatang kurnia selaku pimpinan SOS Kinderdorf yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SOS, dan

kepada seluruh staf yang ada di SOS yang telah membantu penulis dalam

proses penelitian untuk penyelesaian skripsi ini pak Mardi, ka Vona, ka

Anggel, ka Debora dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

5. Kepada semua anak asuh yang ada di desa SOS, ibu-ibu asuh, bapak SOS

dan tante SOS yang sudah membantu penulis dalam hal pengumpulan data

6. Buat kedua orang tua yang penulis cintai dan kasihi bapak J. Purba dan

mama T. Br Napitu yang dengan tulus memberikan kasih sayangnya buat

penulis. Terimakasih buat semua kasih sayang, pengorbanan doa dan

dukungan yang telah kalian berikan selama ini, Tuhan selalu menyertai

keluarga kita.

7. Buat saudara-saudaraku broth Marik abangku yang paling baik, sabar dan

penyayang, broth Rian adekku yang selalu purlem, ster Darma yang selalu

menyebalkan dan ster santy yang baik hati I luv U all.

8. Terkhusus buat yang tercinta, yang selalu setia dan sabar memberikan

dukungan pada penulis sejak mengawali kuliah sampai menyelesaikan

skripsi ini “katanya sih abang baiku” M. Andreas Hutahaean, SE. thx for

(5)

9. Buat teman-teman Kezouz ’05 (KOMA)……. Kita yang terbaik woi.

Katanya anak Kezouz hehehe. Buat Kariz Gurkey: tetap semangat shob !,

Poote: jangan suka ngibul say!, Ninot S.sos, Chie, Nuva, Hanie, Samri,

JD, Ico, Jolli, Rudi, Jonis, tina, Timoty, Ramot, Tio, Etty, Maxwel, Erni,

Nurhayati, Mexxi, S.Sos, Theo, S.Sos, Watiek, S.Sos, Eva, S.Sos, Ocyk,

S.Sos dan yang lainya. Semua senior dan juniorku di Kezouz….dan semua

yang tidak bisa aku sebutkan namanya satu persatu….thanx buat

semuanya….

10.Sobat-sobatku yang pada kece Evong , koeat , zhoes twu ga sih kmu

semua nyebelin shob….!

11.Buat keluargaku disimalinggkar abang J. Purba & kak ilde sekeluarga,

novi, dikky & briyan yang cakep, dan buat keluarga ka micael yang sudah

banyak membantu selama ini adek-adekku claudia, anggel, jemi, dan

micael Manurung yang cakep-cakep.

12.Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung

dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, aku ucapin terima kasih

(6)

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat

kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna

menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terima

Kasih

Medan, juni 2009

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah ... 1

B Perumusan Masalah ... 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1 Tujuan Penelitian ... 9

C.2 Manfaat Penelitian... 9

D Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Implementasi ... 11

B Defenisi dan Fungsi Pelayanan Sosial B.1 Defenisi Pelayanan Sosial ... 14

B.2 Fungsi Pelayanan Sosial ... 20

C Pengertian Anak dan Hak-Hak Anak C.1 Pengertian anak ... 23

C.2 Hak-Hak Anak... 23

D Fungsi Sosial Keluarga... 29

E Yayasan... 33

F Kerangka Pemikiran... 34

G Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional G.1 Defenisi Konsep ... 37

G.2 Defenisi Operasional ... 38

(8)

C Populasi dan Sampel

C.1 Populasi ... 42

C.2 Sampel ... 43

D Teknik Pengumpulan Data ... 43

E Teknik Analisa Data ... 44

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A Profil Yayasan SOS Kinderdorf A.1 Sejarah Berdinya SOS Kinderdorf ... 46

C Fasilitas, Sarana dan Prasarana Lembaga... 59

D Pendidikan Pengelola Lembaga D.1 Daftar Nama-nama Staf Pekerja Yayasan SOS Desa Taruna Medan... 67

D.2 Daftar Nama-nama Ibu Asuh dan Rumah Keluarga yang diasuh ... 69

E Donatur Lembaga... .... 70

F Hubungan Lembaga dengan Lingkungan Sekitar... 71

G Struktur Organisasi Dan Pembagian Tugas……… 72

BAB V ANALISA DATA A Identitas Responden ... .. 76

(9)

Bagi Anak Asuh Oleh Yayasan SOS Kinderdorf Medan

B.1 Desa (village)... 82

B.2 Rumah (home)... . 88

B.2.1 Orang Tua (Ibu dan Bapak SOS... 92

B.2.2 Saudara (kakak dan adik) ... 94

B.2.3 Tante SOS ... 97

B.2.4 Bimbingan dan Kehangatan Kasih Sayang ... 98

B.3 Pelayanan Pendidikan dan Keterampilan B.3.1 Pendidikan Formal... 103

B.3.2 Pembinaan dan Pelatihan Keterampilan ... 106

B.4 Pelayanan dan Perawatan kesehatan ... 112

B.5 Fasilitas Hidup... 116

BAB VI PENUTUP A Kesimpulan dan Saran A.1 Kesimpulan ... . 120

A.2 Saran ... . 123

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Inventaris Rumah Asuh/FH per rumah asuh dari

15 rumah asuh Yayasan SOS Kinderdorf …...………... 63

Tabel 2 Daftar Inventaris Klinik Yayasan SOS

Kinderdorf Medan………... 66

Tabel 3 Daftar Nama Staf Pekerja Yayasan SOS Kinderdorf

Medan………..………...……… 67

Tabel 4 Daftar Nama-nama Ibu Asuh dan Rumah Keluarga

yang mereka asuh………. ………...………… 69

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………… ..…... 76

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ……… 77

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Agama……… 78

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan suku bangsa………... 79

Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Lama

Tinggal di SOS……….. 80

Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Status

Orang tua Kandung……… 81

Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Merasa

Senang Tidaknya Tinggal di Desa SOS……… 82

Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan kenal tidaknya

Semua Anak yang ada di Desa SOS……… …. 83

Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan sering tidaknya

Anak Berinteraksi di SOS……… 83

Tabel 14 Distribusi Responden Berdasarkan Senang tidaknya

Berinteraksi dengan anak beda Agama atau Suku………... 84

Tabel 15 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah tidaknya

Membedakan Agama atau Suku Dalam Berteman………... 85

Tabel 16 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi

(11)

Tabel 17 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Mengikuti

Kegiatan Gotong Royong……….. 86

Tabel 18 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah memiliki

Waktu Luang Untuk Bermain……… 87

Tabel 19 Distribusi Responden Berdasarkan

Penyelesaian Pekerjaan Rumah Diterapkan……….. 88

Tabel 20 Distribusi Responden Berdasarkan Adil Tidaknya Peraturan

Yang Diterapkan Dirumah SOS……...……….. 89

Tabel 21 Distribusi Responden Berdasarkan Suka Tidaknya

Dengan Peraturan yang Diterapkan di SOS……… 90

Tabel 22 Distribusi Responden Berdasarkan

Perasaan Selama Tinggal Dirumah Keluarga SOS………. 91

Tabel 23 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Mempunyai

Ibu yang Tetap di SOS……… 92

Tabel 24 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Ibu

SOS Setiap Hari Mengurus Rumah……… 93

Tabel 25 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Memiliki

Bapak yang Tetap di SOS………. 93

Tabel 26 Distribusi Responden Berdasarkan Menganggap atau Tidaknya

Teman Satu Rumah Sebagai Kakak dan Adik………. 94

Tabel 27 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau Tidaknya

Bermasalah Dengan Saudara di SOS………. 95

Tabel 28 Distribusi Responden Berdasarkan Senang atau Tidaknya

Memiliki Saudara di SOS……… 96

Tabel 29 Distribusi Responden Berdasarkan Senang atau Tidaknya

Memiliki Tante SOS……… 97

Tabel 30 Distribusi Responden Berdasarkan Kepada Siapa

Diberitahu Jika Sedang Sakit……… 98

Tabel 31 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan

Keluarga SOS Jika Sedang Sakit………..………. 99

Tabel 32 Distribusi Responden Berdasarkan Membantu atau Tidaknya

(12)

Tabel 33 Distribusi Responden Berdasarkan yang Dilakukan

Ibu/Bapak SOS jika Berbuat Salah……… 101

Tabel 34 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah tidaknya Ibu/Bapak SOS

Melakukan Kekerasan Fisik……… . 101

Tabel 35 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ibu/Bapak SOS

Membimbing Dalam Belajar……….… 102

Tabel 36 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ibu?Bapak SOS

Memberikan Bimbingan Keagamaan……….. 103

Tabel 37 Distribusi Responden Berdasarkan Adil Tidaknya Perhatian dan

Kasih Sayang Orang tua SOS Pada Semua Anak………..………. .. 104

Tabel 38 Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan…... 104

Tabel 39 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya

Mengalami Masalah Biaya Pendidikan……… 105

Tabel 40 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Mengikuti

Pembinaan dan Pelatihan yang Ada di SOS………. 106

Tabel 41 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan

Mengikuti Pembinaan dan Pelatihan……….. 107

Tabel 42 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Pembinaan

Dan Pelatihan Sesuai Dengan Minat dan Bakat………. 107

Tabel 43 Distribusi Responden Berdasarkan Senang Tidaknya

Dengan Adanya Pembinaan Dan Pelatihan……… 108

Tabel 44 Distribusi Responden Berdasarkan Terjadwal Tidaknya Pembinaan

Dan Pelatihan ………..………... 109

Tabel 45 Distribusi Responden Berdasarkan Sesuai Tidaknya Pelaksanaan

Pembinaan dan Pelatihan dengan Jadwal……….. …….. 110

Tabel 46 Distribusi Responden Berdasarkan Pembina

Sudah Memiliki Keterampilan Dalam Memberikan Pembinaan… 111

Tabel 47 Distribusi Responden Berdasarkan Bermanfaat Tidaknya Pembinaan

dan Pelatihan ………….. ……… 112

tabel 48 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan

(13)

Tabel 49 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Konsumsi

Terhadap Nasi Perharinya……… 113

Tabel 50 Distribusi Responden Berdasarkan Memenuhu Gizi atau

Tidaknya Menu Makanan di SOS ……… 114

Tabel 51 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Konsumsi

Terhadap Susu……… 115

Tabel 52 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi

Mengganti Pakayan Bersih……….. ………. 116

Tabel 53 Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan

Fasilitas yang Ada di SOS……… 116

Tabel 54 Distribusi Responden Berdasarkan Layak Pakai Tidaknya Semua

Fasilitas di SOS ……….……….. 117

Tabel 55 Distribusi Responden Berdasarkan Puas Tidaknya

Dengan Fasilitas yang Ada di SOS……… 118

Tabel 56 Distribusi Responden Berdasarkan Perlu Tidaknya Adanya

(14)

DAFTAR BAGAN

1. Bagan Kerangka Pemikiran………... 36

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner (Angket)

2. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian

Skripsi

3. Lembar Kegiatan Bimbingan Penulisan Proposal Penelitian

4. Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian/ Penulisan Skripsi

5. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara Medan

6. Surat Keterangan telah mengadakan penelitian dari Yayasan SOS

(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL BERBASIS KELUARGA BAGI ANAK ASUH OLEH YAYASAN SOS KINDERDORF (CHILDRENT VILLAGE) MEDAN” yang disusun oleh: Hotnida Purba, Nim: 050902001 dibimbing oleh Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si.

ABSTRAK

Dalam Konvensi Hak Anak (KHA) secara garis besar hak-hak anak meliputi hak bertahan hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dan hak partisipasi. Dalam perkembanganya anak membutuhkan orang lain, keluarga adalah tempat yang terbaik untuk tumbuh kembangnya anak. Mengingat tidak semua keluarga dapat mengasuh anaknya dengan baik dan memberikan apa yang sudah menjadi haknya untuk itu perlu adanya pengasuhan alternatif berbasis keluarga seperti yang dilaksanakan oleh SOS Kinderdorf. Hal tersebut juga menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian di SOS kinderdorf dengan mengangkat judul implementasi program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh oleh SOS Kinderdorf Medan.

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif dimana penelitian ini mendeskripsikan pengimplementasian program pelayanan sosial berbasis keluarga yang dilaksanakankan oleh SOS Kinderdorf. Penelitian dilaksanakan di SOS Kinderdorf yang berada di Jl. Seroja raya No , Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak asuh yang ada di SOS Kinderdorf yang berjumlah 97 anak. dengan menggunakan teknik penarikan sampel non random secara Purposive Sampling dengan jumlah sampel 21 anak. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti mengunakan teknik studi kepustakaan dan studi lapangan dengan cara melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara. Kemudian untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan maka peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif.

Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan program pelayanan sosial berbasis keluarga tersebut SOS memberikan berbagai pelayanan bagi anak yaitu: menciptakan lingkungan sosial yang disebut desa, memberikan rumah sebagai tempat berlindung, membentuk keluarga baru yang terdiri dari orang tua (ayah/ibu), saudara (kakak dan adik), tante, dan bimbingan dan kehangatan kasih sayang, pelayanan pendidikan formal dan informal, pelayanan kesehatan, dan penyediaan fasilitas pendukung program. Dengan pelayanan yang diberikan oleh yayasan SOS melalui program tersebut maka anak-anak yang dulunya terlantar mendapatkan haknya kembali.

Kata kunci: pelayanan sosial anak berbasis keluarga

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak

membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan

kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang

lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Anak

juga merupakan mahkluk sosial, dimana perkembangan sosial anak,

membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya.

Anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang semuanya itu

merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada

tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak. Perkembangan pada suatu fase

merupakan dasar bagi fase selanjutnya (Fitri, 2008. http : // duniapsikologi .

dagdigdug. com diakses tanggal 7 Februari 2009 pukul 15: 37 wib).

Masa kanak-kanak merupakan bagian terpenting dari seluruh proses

pertumbuhan manusia, karena pada masa kanak-kanaklah sesungguhnya karakter

dasar seseorang dibentuk baik yang bersumber dari fungsi otak maupun

emosionalnya. Berkualitastidaknya seseorang di masa dewasa sangat dipengaruhi

oleh proses pengasuhan dan pendidikan yang diterima di masa kanak-kanak.

Dengan kata lain, kondisi seseorang di masa dewasa adalah merupakan hasil dari

proses pertumbuhan yang diterima di masa anak-anak.

Menurut Konvensi Hak Anak (KHA) (Anshor dan Ulfah, 2007)

(18)

dalam pasal 1 berikut “setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun kecuali

berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia

dewasa dicapai lebih awal, kewajiban orang tua mengasuh dan mendidik

anak-anaknya sampai dengan mereka berusia 18 tahun”. Setelah usia tersebut

diasumsikan bahwa anak sudah menjadi dewasa, sehingga tidak lagi menjadi

tanggungan orang tua, meskipun secara ekonomi dan psikis seringkali masih

bergantung pada orang tuanya karena kedewasaannya belum matang.

Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pembentukan dan

pertumbuhan anak adalah orang tua, sekolah dan lingkungan. Ketiga faktor

tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam konteks

pengasuhan dan perlindungan anak, orang tua dan keluarga mempunyai peran

sentral, karena dalam hal ini anak sangat tergantung pada orang dewasa. Bagi

anak yang memiliki orang tua, pengasuhan anak menjadi tanggung jawab orang

tuanya, tetapi bagi anak-anak terlantar dan yang dalam kondisi tertentu tidak

memiliki orang tua, maka anak tersebut menjadi tanggung jawab negara.

Seperti yang telah diatur dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi

“fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara” (Tim redaksi Fokus

media, 2004: 79). Dalam hal ini negara dapat melakukan berbagai usaha agar

anak yang terlantar tersebut mendapatkan penghidupan yang layak. Usaha

tersebut diantaranya adalah mencarikan keluarga alternatif melalui hukum adopsi

atau lembaga asuh pengganti keluarga agar mereka dapat berkembang

sebagaimana layaknya anak-anak yang hidup dalam keluarganya yang asli.

Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak yang

(19)

perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran,

kekejaman, kekerasan dan penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah

lainnya (Anshor dan Ulfah, 2007, http://www. fatayat. or. Id diakses tanggal 7

februari 2009 pukul 16: 30 wib).

Sesuai data Departemen Sosial, jumlah anak terlantar di Indonesia pada

2008 mencapai 2.815.393 anak. Jumlah terbanyak di Jawa Timur sebanyak

347.297 anak, Sumatera Utara 333.113 anak, Jawa Barat 246.490 anak, Jawa

Tengah 190.320 anak, dan Sumatera Selatan 146.381 anak. Jumlah anak terlantar

di DKI Jakarta sebanyak 14.804 anak (Tem

Hingga saat ini keadaan dan kondisi anak-anak terlantar tersebut masih

sangat memprihatinkan, bahkan anak-anak yang dipelihara di dalam suatu

lembaga atau panti asuhan pun belum mendapatkan kehidupan layak seperti yang

diharapkan. Hal ini disebapkan oleh banyak hal termasuk di antaranya karena

jumlah pengasuhan di panti asuhan anak di Indonesia masih sangat minim.

Kondisi itu membuat anak asuh di banyak panti asuhan di Tanah Air tidak

mendapat perhatian. Untuk itu, perlu ada sistem pengasuhan alternatif yang

berbasis kekeluargaan bagi anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Sistem itu

bisa berdasarkan kekerabatan, perwalian, orang tua asuh, dan lain sebagainya

termasuk di dalamnya penerapan pelayanan sosial berbasis keluarga di yayasan

atau di panti asuhan-panti asuhan.

Berdasarkan penelitian Save The Childrent UNICEF dan Depsos mengenai

panti asuhan (YKAI, 2008) dari sekitar 8000 panti asuhan yang tersebar di seluruh

(20)

anak dengan maksimal dan keberadaan pengasuh profesional dengan jumlah

memadai belum diprioritaskan.

Berdasarkan penelitian tersebut mayoritas panti yang diteliti memiliki

rasio kurang dari satu staf berbanding 10 anak, selain itu pengasuh panti yang

bekerja secara penuh di panti asuhan relatif sedikit. Staf yang ditugaskan di panti

asuhan kebanyakan ditempatkan di berbagai posisi pada saat yang sama dan

hanya sedikit yang ditugaskan untuk benar-benar bekerja dengan anak (Bactiar

dan Tutur.

15: 05 wib).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Save the Children tersebut

ditemukan bahwa dari seluruh anak yang tinggal di panti asuhan, hanya 6 persen

diidentifikasi sebagai anak yatim piatu, selebihnya memiliki salah satu atau kedua

orang tua. Sekitar 8000 panti asuhan yang tersebar diseluruh Indonesia hanya

sedikit diantaranya yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia, lebih dari 99

persen panti asuhan diselenggarakan oleh masyarakat terutama organisasi

keagamaan (YKAI. 2008

7 Februari 2009 pukul 17: 15 wib).

Dapat diketahui secara jelas bahwa keluarga adalah lingkungan terbaik

bagi anak-anak untuk tumbuh, ini merupakan langkah penting untuk memastikan

bahwa kebutuhan anak-anak yang memerlukan pengasuhan alternative dipenuhi

dengan profesionalisme dan pengasuhan yang berkualitas. Banyak anak-anak

ditempatkan di panti asuhan oleh keluarganya yang mengalami kesulitan ekonomi

dan juga secara sosial dalam konteks tertentu, dengan tujuan untuk memastikan

(21)

panti asuhan tidak memberikan ‘pengasuhan’ sama sekali, melainkan

menyediakan akses pendidikan saja.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa hampir tidak ada penerapan

tentang adanya kebutuhan pengasuhan anak-anak baik sebelum, selama maupun

selepas mereka meninggalkan panti asuhan. Kriteria seleksi anak untuk masuk

kepanti asuhan sangat mirip di hampir semua panti asuhan. Mereka fokus kepada

anak-anak usia sekolah, keluarga miskin, keluarga yang kurang beruntung dan

yang terlalu tua untuk mengasuh sendiri.

Temuan lapangan lainnya, peneliti menemukan bahwa pada kenyataannya,

‘pengasuhan’ di panti asuhan sangat kurang. Hampir semua fokus ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan kolektif, khususnya kebutuhan materi sehari-hari sementara

kebutuhan emosional dan pertumbuhan anak-anak tidak dipertimbangkan. Sekali

anak-anak memasuki panti asuhan, mereka diharapkan untuk tinggal di sana

sampai lulus dari SMA kecuali mereka melanggar peraturan atau tidak berprestasi

di sekolah.

Selama menempati panti asuhan, bahkan selama 12 tahun, hubungan

dengan keluarga terbatas. Kebanyakan panti asuhan membolehkan anak-anak

pulang ke rumah hanya sekali setahun pada hari raya, itupun kalau mereka

menginginkannya. Anak-anak berhak tumbuh dan berkembang bersama

keluarganya dan berhak mendapatkan pendidikan. Anak dan keluarganya tidak

boleh diminta memilih dua hak tersebut.

Selanjutnya diketahui juga bahwa pengasuhan dimengerti dalam konteks

merespon masalah dan terkait isu-isu disiplin, sehingga panti asuhan membuat

(22)

Untuk itu diharapkan adanya panti asuhan yang memiliki kebijakan perlindungan

anak atau mekanisme untuk mengidentifikasi, mencegah, dan merespon kekerasan

terhadap anak. Penelitian ini memasukkan sejumlah rekomendasi untuk

menanggapi kebutuhan mencegah penempatan anak di panti asuhan yang tidak

perlu dan meningkatkan kualitas pelayanan dan pengasuhan yang diberikan oleh

panti asuhan-panti asuhan.

Melalui penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa dalam usaha

perlindungan anak atau mekanisme untuk mengidentifikasi, mencegah, dan

merespon kekerasan terhadap anak dibutuhkan suatu program pelayanan sosial

bagi anak seperti program pelayanan sosial berbasis keluarga (YKAI. 200

wib).

SOS Kinderdorf (childrents village) adalah salah satu yayasan yang

menerapkan pola pelayanan sosial bagi anak asuh yang berbasis keluarga dan

bersifat jangka panjang. Anak-anak diharapkan mendapatkan kasih sayang

seorang ibu dan adik-kakak layaknya dalam sebuah keluarga. Anak-anak baru

dilepas dari desa setelah mandiri. Aturan bagi para ibu asuh untuk tidak menikah,

merupakan upaya agar anak-anak bisa menerima kasih sayang ibu sepenuhnya.

Ibu asuh yang menikah terpaksa diberhentikan. Adapun sosok ayah digantikan

beberapa bapak pembina yang juga tinggal di desa.

Yayasan SOS Kinderdorf didirikan di Indonesia pada 1970 oleh Agus

Prawoto, yang baru selesai menuntut ilmu di Austria. SOS Kinderdorf yang

didirikan di Indonesia, yang biasa disebut dengan nama SOS Desa Taruna

(23)

pada 1949 di Imst, Austria. Gmeiner mendirikan SOS Kinderdorf untuk menolong

anak-anak yang telantar akibat perang dunia. Perkampungan SOS Kinderdorf di

Indonesia pertama beroperasi tahun 1972 di Lembang, Jawa Barat. Tiga belas

keluarga tinggal di desa ini dan menampung 165 anak. Sepuluh tahun kemudian,

menyusul pendirian perkampungan di Cibubur, Jakarta Timur. Di kompleks ini

150 anak bisa tertampung. Tak lama kemudian menyusul perkampungan serupa di

Semarang, Jawa Tengah, Tabanan (Bali), dan Maumere (Nusa Tenggara Timur).

Kemudian dilatarbelakangi terjadinya bencana alam tsunami di Aceh dan

gempa bumi di Nias yang mengakibatkan banyaknya anak yang kehilangan

keluarga, orang tua dan tempat tinggal mereka. Dimana akibat dari bencana alam

tersebut banyak anak-anak yang terlantar, maka berdirilah SOS Kinderdorf di

Banda aceh, Meulaboh dan Sumatra utara yaitu di Medan yang disebut dengan

nama SOS Kinderdorf Medan yang menjadi tempat penelitian penulis.

Di SOS Kinderdorf selain bantuan uang untuk hidup dan sekolah,

anak-anak juga diasuh didalam sebuah rumah keluarga, dimana anak-anak-anak-anak tumbuh dan

berkembang didalam layaknya sebuah keluarga dan komunitas bagi anak-anak.

Rumah-rumah SOS kinderdorf berada dalam sebuah kompleks yang biasa disebut

village (desa). Didesa tersebut anak-anak banyak dibantu, setiap sore yayasan

melaksanakan berbagai program, termasuk pemberian pelajaran tambahan seperti

matematika dan bahasa Inggris. Ada pula pelatihan keterampilan seperti komputer

atau menari, desa juga menyediakan lapangan tempat anak-anak bisa berolahraga

bersama (Ahmad dan Prabandari

(24)

SOS Kinderdorf adalah sebuah organisasi social independent non

pemerintah yang berkarya bagi anak-anak dengan pola pelayanan sosial anak

jangka panjang berbasis keluarga. Konsep SOS Kinderdorf adalah membantu

mengasuh dan memberi masa depan yang cerah bagi anak-anak yatim piatu dan

kurang beruntung, yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama dan ras.

Memberikan kembali kasih sayang melalui rumah tinggal, keluarga dan

kehidupan yang memadai agar kelak anak memiliki kehidupan yang mandiri.

Membantu anak untuk membentuk masa depanya sendiri, dan memberi

kesempatan kepada anak untuk berkembang dalam masyarakat

Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

mengkaji lebih dalam mengenai program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi

anak asuh yang dilaksanakan oleh yayasan SOS Kinderdorf khususnya yang ada

di Medan dengan mengangkat judul “Implementasi program pelayanan sosial

berbasis keluarga bagi anak asuh oleh yayasan SOS Kinderdorf (childrents

village) Medan.”

B. Perumusan Masalah

Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian (Arikunto, 1998:

47). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan

masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah implementasi program

pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh oleh Yayasan SOS

(25)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi

program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh oleh Yayasan SOS

Kinderdorf

C.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi dalam rangka

memperhatikan masalah pelayanan sosial bagi anak terlantar dan anak asuh, yang

dipelihara atau diasuh di dalam suatu yayasan atau panti asuhan, terutama

program pelayanan sosial berbasis keluarga bagi anak asuh yang dilaksanakan

oleh yayasan SOS Kinderdorf Medan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat

menjadi masukan bagi instansi terkait baik pemerintah maupun swasta dalam

mengambil kebijakan dan perhatian terhadap masalah pelayanan sosial bagi anak

terlantar yang di asuh atau di pelihara dalam suatu yayasan atau panti asuhan.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

(26)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran,

definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi

dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi

penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah

ini.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Implementasi

Van Mater dan Van Hom merumuskan proses implementasi atau

pelaksanaan sebagai ” tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu

atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang

diartikan pada terciptanya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijakan” (Wahab, 1991: 49).

Selanjutnya Jeffery L.Pressman dan Aaron B.Wildansky dengan tepat

mendefinisikan implementasi sebagai berikut ”implementasi penerapan mungkin

dapat dipandang sebagai sebuah proses interaksi antara sebuah perangkat tujuan

dan tindakan yang mampu untuk meraihnya” (Wahab, 1991: 50).

Sementara Daniel A.Mazmania dan Paul A.Sakatrer 1979, mendefinisikan

implementasi adalah ”memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu

program diberlakukan atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi

kebijakan yaitu kejadian-kejadian yang timbul sesudah disahkan

pedoman-pedoman kebijaksanaan negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikan ataupun untuk menimbulkannya akibat /dampak masyarakat

atau kejadian-kejadian (Wahab, 1991: 51).

Sedangkan menurut Webster pengertian implementasi dirumuskan secara

pendek, dimana ”to implementasi” (mengimplementasikan) berarti ”to provide

(28)

bantu untuk melaksanakan, menimbulkan dampak/berakibat sesuatu (Wahab,

1991: 64).

Dari beberapa defenisi diatas dapat dipahami bahwa implementasi

merupakan suatu proses pelaksanaan suatu kebijakan organisasi dalam bentuk

program. Sebelum adanya suatu implementasi maka diadakan terlebih dahulu

suatu kebijakan.

Tahapan-tahapan dalam pembuatan kebijakan adalah sebagai berikut

Identifikasi Program

Pengembangan Program

Proses Pengambilan Keputusan

Hasil-hasil Program

Implementasi

Evaluasi

(Jones, 1996: 67)

Program adalah rencana yang telah diolah dengan memperhatikan

faktor-faktor kemampuan ruang waktu dan urutan penyelenggaraannya secara tegas dan

teratur sehingga menjawab pertanyaan tentang siapa, dimana, sejauhmana dan

bagaimana. Program juga merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian yang berisi

langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Untuk mengimplementasikan suatu program atau kebijakan ada 3 kegiatan

yaitu:

1. Organisasi adalah pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit-unit

serta metode untuk menjadikan program berjalan.

(29)

pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan

3. Penerapan adalah ketentuan rutin dari pelayanan pembayaran atau yang

lainnya yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan dari program

(Jones, 1996: 296).

Berdasarkan penjelasan dan pengertian implementasi maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa awalnya program merupakan sesuatu yang harus ada demi

tercapainya kegiatan implementasi. Selanjutnya adanya kelompok yang menjadi

sasaran program sehingga kelompok menjadi ikut dilibatkan dan membawa hasil

dari program yang dijalankan dan adanya program dan peningkatan dalam

kehidupannya. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program

tersebut telah dimuat berbagai aspek yaitu:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

2. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai

tujuan.

3. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus

dinilai.

4. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

Dalam prakteknya implementasi program sering mendapatkan

masalah-masalah baru yaitu umumnya disebabkan kesenjangan-kesenjangan antara waktu

penetapan atau kebijaksanaan dengan pelaksanaannya. Sehingga oraganisasi yang

mengoperasionalkan implementasi program memiliki kemampuan yang tinggi

dalam menjalankannya. Organisasi yang mengoperasionalkan implementasi

(30)

dikatakan sebagai kebijaksanaan yang telah disepakati dan dikomunikasikan

untuk dilaksanakan dari atas hingga ke bawah

B. Defenisi dan Fungsi Pelayanan sosial B.1 Defenisi Pelayanan Sosial

Konsep pelayanan berasal dari usaha untuk memberikan sesuatu yang

terbaik bagi individu, kelompok dan masyarakat. Ini sama halnya dengan

pelayanan sosial pada umumnya dilakukan oleh seorang pekerja sosial. Untuk

meningkatkan kesejahteraan kelompok atau individu yang mengalami masalah

baik dalam diri, kelompok dan lingkungan sosialnya. Pada umumnya masyarakat

awam belum begitu tahu dengan apa yang di maksud dengan pelayanan sosial itu

sendiri dan siapa saja yang terlibat dalam melakukan pelayanan sosial itu. Hal

tersebut disebabkan karena mereka hanya mengetahui pelayanan yang bersifat

menolong ’sesaat’ atau dengan kata lain hanya mengenal pelayanan itu dalam

bentuk bantuan langsung.

Luasnya konsepsi mengenai pelayanan-pelayanan sosial sebagaimana

dikemukakan Romanyshyn 1971, bahwa pelayanan sosial bukan hanya sebagai

usaha memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kemampuan berfungsi sosial

individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin

berfungsinya kolektifitas seperti kelompok-kelompok sosial, organisasi serta

masyarakat. Pelayanan-pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau

intervensi-intervensi kasus yang dilaksanakan secara individualisasi langsung dan

terorganisir, yang bertujuan membantu individu atau kelompok dan lingkungan

(31)

program ini memberikan jasa kepada orang-orang dan membantu mewujudkan

tujuan-tujuan mereka, bukan untuk kepentingan atau kepentingan sendiri (Nurdin,

1990: 50).

Menurut Walter.A.Ffriedlander, kesejahteraan sosial merupakan sistem

yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang

bertujuan untuk membantu individu dan kelompok agar dapat mencapai standar

hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang

mungkin mereka mengembangkan kemampuanya sepenuh mungkin dan

meningkatkan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat.

Defenisi di atas menjelaskan bahwa:

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem yang berintikan

lembaga-lembaga pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera

dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti : pangan, sandang, papan,

kasehatan, juga relasi-relasi sosial dengan lingkunganya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan saran meningkatkan kemampuan

individu-individu dalam memecahkan masalah maupun memenuhi

kebutuhannya (Muhidin 1992: 1-2).

Adapun kegiatan-kegiatan utama di dalam lapangan pekerja sosial itu

dapat diklasifikasikan menurut jenis atau pelayanan yang dibutuhkan yaitu

sebagai berikut:

(32)

Pelayanan sosial bagi orang-orang yang membutuhkan biaya, termasuk

bantuan sosial atau asistensi sosial untuk menanggulangi kemiskinan,

bantuan untuk lansia, orang-orang cacat dan anak-anak yatim piatu.

2. Asuransi sosial (social insurance).

Bantuan bagi para karyawan yang memiliki asuransi, bantuan bagi para

buruh serta keluarganya untuk menanggulangi hilangnya mata pencaharian

mereka karena disebapkan umur yang lanjut, pengangguran, kecelakaan di

dalam industri, dan penyakit selama bekerja, meninggalnya aggota

keluarga yang menanggung biaya rumah tangga, serta usaha untuk

mengatasi aspek-aspek tertentu dari penyakit yang lain dengan jalan

memberikan bantuan pemeliharaan kesehatan, perawatan rumah sakit dan

di tempat-tempat rehabilitasi.

3. Pelayanan kesejahteraan keluarga (family services).

Memberikan petunjuk dan penyuluhan tentang hubungan-hubungan

pribadi dan keluarga, tentang soal-soal perkawinan, kesehatan dan masalah

keluarga lainya.

4. Pelayanan kesejahteraan anak (child welfare service).

Menempatkan anak-anak yatim di rumah-rumah orng tua angkat dan di

rumah-rumah perawatan anak-anak (panti-panti asuhan) tempat-tempat

penitipan anak pada siang hari, supervisi asuhan keluarga dan adopsi anak,

pelayanan berupa perlindungan anak untuk mencegah perbuatan-perbuatan

yang salah (menyimpang) serta perilaku yang a-sosial, pemeliharaan bagi

bayi serta anak-anak sebelum masa sekolah, pelayanan sosial di dalam

(33)

5. Pelayanan kesehatan dan pengobatan (health and medical services).

Mendirikan pelayanan kesehatan bagi para ibu dan anak mendirikan

pusat-pusat kesehatan bagi anak-anak, kunjungan juru rawat (perawat

kerumah-rumah, pemberian perawatan dan pengobatan bagi orang-orang mendapat

tunjangan dari masyarakat, memberikan bantuan financial, pengobatan,

serta mengusahakan rehabilitasi bagi anak-anak cacat penderita penyakit

seperti kanker, paru-paru, penyakit lumpuh pada anak-anak, keduanya

dibawah pimpinan lembaga pemerintahan swasta.

6. Pelayanan kesejahteraan kesehatan jiwa (mental higiene service).

Pelayanan di rumah sakit dan sanabrium untuk orang-orang yang sakit

jiwa dan yang jiwanya lemah, pengawasan serta penempatan para pasien

yang menderita penyakit syaraf baik iyu anak-anak mauun orang dewasa.

7. Pelayanan kesejahteraan dalam bidang kejahatan (corektinol services).

Pelayanan bagi pemuda yang mendapat pelayanan percobaan dan

pengadilan kriminal, pelayanan-pelayanan diagnosa dan pengobatan,

bimbingan sosial perorangan (case work) dan bimbingan sosial kelompok

(social group work) di dalam rumah-rumah tahanan, lembaga

pemasyarakatan, bantuan agar para tahanan dapat menyesuaikan serta

mempersiapkan diri untuk kembali ketengah kehidupan masyarakat.

8. Pelayanan kesejahteraan para pemuda di dalam pengisian waktu luangnya

(youth leure-time service).

Mendirikan pusat-pusat kegiatan masyarakat dan pemuda, rumah-rumah

penampungan, rumah-rumah rukun tetangga, serta menyediakan

(34)

pemuda dan pemudi seperti klub-klub anak-anak, kepramukaan

(kependuan) putra dan putri, maupun organisasi pemuda lainnya.

9. Pelayanan kesejahteraan bagi veteran (veteran’s services).

Pelayanan yang diberikan demi kesejahteraan veteran, diantaranya

bimbingan sosial perorangan dan bimbingan sosial kelompok bagi para

veteran yang cacat dan para veteran perang yang membutuhkan perawatan

medis atau perawatan jiwa di rumah sakit dan klinik-klinik: bimbingan

sosial perorangan bagi para keluarga veteran, usaha rehabilitasi serta

bimbingan jabatan (pekerjaan), usaha bantuan pendidikan dan bantuan

lainya.

10. Pelayanan kesejahteraan di bidang penempatan tenaga kerja (employment

services)

Mencarikan lapangan bagi para karyawan, membantu perindustrian dan

pertanian guna mendapatkan para karyawan yang cakap, memberikan

bimbingan jabatan (pekerjaan), memberikan perlindungan bagi

kepentingan buruh, memberikan pendidikan keselamatan kerja,

memberikan bantuan terhadap usaha rehabilitasi jabatan (pekerjaan).

11. Pelayanan kesejahteraan sosial di bidang perumahan (hausing services).

Pelayanan yang diberikan pada individu atau keolompok untuk

mendapatkan perumahan, seperti pelayanan keluarga dan anak-anak untuk

meperoleh tempat pada proyek-proyek perumahan bagi umum (rakyat)

serta pada rumah-rumah yang baru di bangun (semacam perumnas),

usaha-usaha untuk membersihkan daerah kumuh dan pembangunan kota kembali

(35)

12. Pelayanan-pelayanan sosial internasional

Pada lembaga-lembaga seperti misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa,

WHO, Program bantuan teknik PBB, Dana anak-anak PBB, Konfrensi

internasional mengenai pekerja sosial, Uni Pan-Amerika, Komite palang

merah internasional, Federasi Kesehatan Mental sedunia, Lembaga Sosial

Internasional, dan persatuan pemuda sedunia, atau di lembaga-lembaga

sosial yang beroperasi di negara-negara asing.

13. Pelayanan kesejahteraan sosial masyarakat (comunity walfare service).

Usaha-usaha untuk perencanaan, pengorganisasian, dan dana-dana sosial

kesehatan melalui media-media seperti misalnya badan kesejahteraan

masyarakat dan badan lainya (Hariwoerjanto 1986: 43)

Kemudian secara garis besarnya pelayanan sosial dapat dibedakan menjadi

dua yaitu:

1. Pelayanan sosial dalam arti luas yaitu pelayanan sosial yang mencakup

fungsi pengembangan termasuk dalam bidang kesehatan, pendidikan,

perumahan, tenaga kerja, dan sebagainya. Defenisi ini biasanya

berkembang di negara-negara maju.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit disebut juga pelayanan kesejahteraan

sosial yang mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada

golongan-golongan yang tidak beruntung, seperti pelayanan sosial bagi

anak terlantar, keluarga miskin, orang cacat, tuna susila dan sebagainya.

Defenisi sering digunakan oleh negara-negara yang sedang berkembang

(36)

B.2 Fungsi pelayanan sosial

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan

sosialsebagai berikut:

1. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat.

2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi.

3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan

penyesuaian.

4. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat, untuk tujuan

pembangunan.

5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar

pelayanan-pelayanan yang terorganisir dapat berfungsi.

Sementara Ricart M. Titmus mengemukakan fungsi pelayanan sosial di

tinjau dari perspektif masyarakat sebagai berikut:

1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk

lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat

untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

2. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan

sebagai suatu investasi yang di perlukan untuk mencapai tujuan-tujuan

sosial (suatu program tenaga kerja).

3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk

melindungi masyarakat.

4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan

sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapat

(37)

Sedangkan Alfred j. Khan menyatakan bahwa fungsi utama pelayanan sosial

adalah:

1. Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan.

2. Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan, dan rehabilitasi.

3. Pelayanan akses.

Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk

mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui

program-program pemeliharaan, pendidikan (non formal), dan pengembangan. Tujuanya

untuk menanamkan nilai-nilai masyarakat dalam usaha pengembangan

kepribadian anak.

Bentuk-bentuk pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan yang

dimaksut tersebut diantaranya adalah:

1. Program penitipan anak.

2. Program-program kegiatan remaja/pemuda.

3. Program-program pengisian waktu luang bagi anak dan remaja dalam

keluarga.

Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan, dan rehabilitasi

mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan pada seseorang, baik secara

individual maupun di dalam kelompok/keluarga dan masyarakat agar mampu

mengatasi masalah-masalahnya

Bentuk-bentuk pelayanan sosial tersebut antara lain:

a. Bimbingan sosial bagi keluarga.

b. Program asuhan keluarga dan adopsi anak.

(38)

d. Program-program rehabilitasi bagi penderita cacat.

e. Program-program bagi lanjut usia.

f. Program-program penyembuhan bagi penderita gangguan mental.

g. Program-program bimbingan bagi anak-anak yang mengalami masalah

dalam bidang pendidikan.

h. Program-program bimbingan bagi para pasien di rumah sakit.

Kebutuhan akan program pelayanan sosial akses disebabkan karena:

a. Adanya birokrasi modern.

b. Perbedaan akan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang

hal-hal dan kewajiban/tanggung jawabnya.

c. Diskriminasi.

d. Jarak geografi antara lambaga-lembaga pelayanan dan orang-orang yang

memerlukan pelayanan sosial.

Dengan adanya berbagai kesenjangan tersebut, maka pelayanan sosial

mempunyai fungsi sebagai ”akses” untuk menciptakan hubungan bimbingan yang

sehat antara berbagai program, sehingga program-program tersebut dapat

berfungsi dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkanya.

Pelayanan akses juga menghubungkan seseorang dengan sumber-sumber yang

(39)

C. Pengertian Anak dan Hak – Hak Anak C.1 Pengertian Anak

Menurut Bab I (satu) peraturan Perundang-undangan tentang perlindungan

dan kesejahteraan anak bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Anak asuh adalah anak terlantar yang hidup atau kehidupanya tidak

mendapatkan pemenuhan yang wajar baik materi maupun non materi dan

dipelihara di yayasan atau panti asuhan. Kemudian kesejahteraan anak dapat

diartikan sebagai keadaan hidup yang mengandung rasa aman, tentram dan

makmur secara jasmaniah dan rohaniah bagi anak sehingga memungkinkan anak

untuk tumbuh dan berkembang secara wajar (Suparlan, 1983: 53 dan 57).

C.2 Hak-Hak Anak

Sebagaimana Undang-undang pada umumnya, undang-undang

perlindungan anak diperlukan guna memberikan jaminan atau kepastian hukum

dalam pengertian terhadap hak-hak anak, mengingat:

1. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

2. Anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran

strategis, dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang diharapkan dapat

menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa depan.

3. Anak perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan

berkembang secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial dan

(40)

4. Pada kenyataannya masih terdapat banyak anak yang:

a. Belum terlindungi dari berbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi

b. Masih hidup terlantar dan tidak mendapat kesempatan memperoleh

pendidikan yang wajar, apalagi memadai.

Anak merupakan sumber modal bagi keberlangsungan pemerintahan,

karena tanpa mereka maka sebuah pemerintahan akan berada pada ambang yang

tidak menguntungkan dimana tidak adanya generasi penerus (lose generation),

oleh karena itu sudah sepatutnya kita/negara memberikan apa yang menjadi hak

anak.

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,

dilindungi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Dalam

UNICEF 1993, hak-hak anak yang dimaksud disini paling tidak meliputi 4

kategori utama hak anak yang diklasifikasikan oleh Republik Indonesia tahun

1990, yaitu:

1. Hak-hak bertahan hidup (survival rights) adalah hak anak untuk hidup dan

memperoleh semua kebutuhan hidup dasar seperti standart hidup yang

layak, tempat berlindung/rumah, nutrisi/makanan bergizi, akses pada

pelayanan kesehatan.

2. Hak-hak tumbuh kembang (development rights) adalah hak-hak yang

harus ada agar anak dapat mencapai potensi yang tertinggi, seperti hak

untuk memperoleh pendidikan, bermain dan rekreasi, kegiatan

kebudayaan, akses pada informasi dan kebebasan berfikir dan beragama.

3. Hak-hak perlindungan (protection rights) adalah melindungi anak dari

(41)

menyediakan tempat dan pelayanan bagi anak yang mengalami siksaan

dan kekerasan dalam sistem pengadilan, perlindungan bagi anak-anak

yang dieksploitasi secara seksual, buruh anak dan lain-lain.

4. Hak-hak partisipasi (participation rights) adalah yang memungkinkan

anak-anak berperan dan terlibat aktif dalam masyarakat atau bangsanya

seperti kebebasan berpendapat dalam hal-hal yang menyangkut

kehidupannya, bergabung dalam organisasi dan berkumpul secara aman

dan damai berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat agar siap menjadi

orang dewasa yang bertanggung jawab (Joni dan Tanamas, 1999: 35).

Disamping hak diatas, dalam hal ini komite hak-hak anak PBB telah

mengembangkan KHA menjadi 8 kategori. Berdasarkan kategori tersebut, secara

substansial hak-hak anak meliputi:

1. Hak sipil dan kemerdekaan, yang memberikan jaminan mencakup hak

untuk mendapat dan dipertahankan identitasnya dan kewarganegaraannya,

kebebasan berekspresi, berfikir, beragama, dan berhati nurani, kebebasan

berserikat, mendapat perlindungan dan kehidupan pribadi, memperoleh

informasi yang layak serta perlindungan dan penganiayaan dan

perenggutan atas kebebasan.

2. Hak atas lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif yang memberikan

jaminan mencakup tanggung jawab dan bimbingan orang tua, hak anak

yang terpisah dari keluarganya, pemulihan dan pemeliharaan anak, anak

yang terenggut dari lingkungan keluarganya, adopsi, dan peninjauan

berkala atas penempatan anak serta jaminan perlindungan dari kekerasan

(42)

3. Hak atas kesehatan dan kesejahteraan dasar yang memberikan jaminan,

diantaranya mencakup akses kesehatan dan pelayanan kesehatan, jaminan

sosial serta pelayanan dan fasilitas perawatan anak dan standart kehidupan.

4. Hak atas pendidikan waktu luang dan budaya.

5. Hak atas perlindungan khusus yang memberikan jaminan terhadap

perlindungan anak dari situasi darurat (pengungsi anak dan anak dalam

konflik bersenjata, anak yang berkonflik dalam hukum, situasi eksploitatif

(eksploitatif ekonomi, drug abuse, eksploitasi seksual, penjualan dan

perdagangan anak, dan berbagai eksploitasi lainnya) dan perlindungan

khusus untuk anak kelompok minoritas.

Konvensi Hak Anak merupakan komitmen dan pemenuhan kebutuhan

dasar agar anak dapat bertumbuh secara wajar. Di Indonesia hak anak tersebut

diatur dalam Undang-undang No.4 1979 tentang Kesejahteraan anak sebagai

berikut:

1. Anak adalah potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasar-dasarnya

telah diletakkan oleh generasi sebelumnya.

2. Agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka anak

perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang

dengan wajar baik secara rohani, jasmani, dan sosial.

3. Kesempatan pemeliharaan dan berusaha menghilangkan hambatan tersbut

hanya dapat dilaksanakan dan diperoleh bila mana kesejahteraan anak

(43)

Menurut Oswald Kroh bahwa didalam perkembangan anak sangat

memerlukan kebutuhan yang meliputi:

1. Kebutuhan fisik biologi, sebagai tuntutan yang harus dipenuhi oleh

makhluk jasmaniah, sebab kalau tidak terpenuhi maka dapat terlambat

pertumbuhan fisiknya.

2. Kebutuhan mental fisikis, yaitu untuk menjamin kesehatan jasmani dan

rohani anak yang berkaitan dengan eksistensinya sebagai makhluk metal

fisikis.

3. Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang berkitan dengan eksistensi

manusia sebagai makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup sendiri

tanpa orang lain.

Selanjutnya Mrs. Engglatine jebb, pendiri save dhe children fund

mengembangkan tujuh gagasan mengenai hak-hak anak yaitu:

1. Anak harus dilindungi di luar dari segala pertimbangan mengenai ras,

kebangsaan dan kepercayaan.

2. Anak harus tetap di pelihara dengan tetap menghargai kebutuhan keluarga.

3. Bagi anak harus disediakan sarana yang diperlukan untuk perkembangan

secara normal.

4. Anak yang lapar harus diberi makan, anak yang sakit harus dirawat, anak

cacat mental atau cacat tubuh harus dididik, anak terlantar dan anak yatim

piatu harus diurus dan diberi perumahan.

5. Anaklah pertama-tama yang harus mendapatkan bantuan/pertolongan saat

(44)

6. Anak harus menikmati dan sepenuhnya mendapat manfaat dari program

kesejahteraan dan jaminan sosial, mendapat pelatihan agar saat diperlukan

nanti dapat dipergunakan untuk mencari nafkah, serta harus dilindungi dari

segala jenis eksploitasi.

7. Anak harus diasuh dan dididik dengan suatu pemahaman bahwa bakatnya

dibutuhkan untuk pengabdian kepada sesama umat (Joni dan Tanamas,

1999: 30).

Dengan kata lain bahwa terpenuhinya kebutuhan akan kebutuhan dasar

yang diperlukan dalam perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri adalah

merupakan wujud dari pemenuhan akan hak-hak anak yang tentunya sudah

merupakan kewajiban kita sebagai orang dewasa yang berada di lingkungannya

ataupun orang yang peduli akan kebutuhan dan hak mereka.

D. Fungsi Sosial Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam

masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan

laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk

menciptakan dan membesarkan anak-anak (Ahmadi, 2002: 239).

Menurut Prof.DR.J.Verkuyl ada tiga tugas dan panggilan dari orang tua

yaitu:

1. Mengurus keperluan materil anak-anak.

Merupakan tugas pertama dimana orang tua harus memberi makan, tempat

(45)

masih tergantung kepada orang tuanya karena anak belum mampu

mencukupi kebutuhannya sendiri.

2. Menciptakan suatu ”home” bagi anak-anak.

”Home” disini berarti bahwa di dalam keluarga itu anak-anak dapat

dengan subur, merasakan kemesraan, kasih sayang, keramah tamahan,

merasa aman, terlindungi dan lain-lain. Di rumahlah anak merasa

tenteram, tidak pernah kesepian dan selalu gembira.

3. Tugas pendidikan.

Tugas mendidik merupakan tugas terpenting dari orang tua terhadap anak-.

Tujuan pendidikan disini adalah mengajar dan melatih orang-orang muda

sehingga mereka dapat memenuhi tugas mereka terhadap Tuhan, sesama

manusia dan sekeliling mereka sebagai anak kerajaan. (Ahmadi, 2002:

245)

Menurut Ogburn fungsi keluarga tidak saja didalam lingkungan keluarga

sendiri tetapi juga di dalam masyarakat. Melihat pendapat tersebut nyata bahwa

tugas atau fungsi keluarga bukan merupakan fungsi yang tunggal tapi jamak.

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa tugas orang tua adalah:

1. Situasi keluarga: dalam arti stabilisasi situasi ekonomi rumah tangga.

2. Mendidik anak.

3. Pemeliharaan fisik dan psikis keluarga, termasuk disini kehidupan religius

(Ahmadi, 2002: 246).

Keluarga juga dikenal sebagai dasar umat manusia, karena itu keluarga

funda mental bagi kehidupan masyarakat. Tidak ada satupun lembaga masyarakat

(46)

hanya membentuk anak secara fisik tetapi juga sangat berpengaruh secara

psikologis

Dalam usaha kesejahteraan anak ada Program penting untuk anak yang

terdiri dari usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anak baik fisik, mental

maupun sosial. pelayanan kasejahteraan sosial anak termasuk asuhan bagi anak di

dalam keluarganya sendiri, di dalam keluarga pengganti (substitute family homes),

atau di dalam lembaga. Dalam bukunya, Muhidin membagi empat jenis pelayanan

bagi anak yaitu:

1. Bantuan finansial.

2. Adopsi.

3. Asuhan keluarga.

4. Bimbingan keluarga (Muhidin 1992: 49).

Di dalam bukunya Muhidin juga membagi tiga jenis asuhan bagi anak

yaitu:

1 Asuhan keluarga (foster care).

Asuhan anak (foster care) adalah asuhan yang dilaksanakan kepada anak

diluar lingkungan keluarganya sendiri, baik di lingkungan keluarga

maupun di dalam panti asuhan. Di dalam panti biasanya untuk jangka

waktu tertentu dan sebagian diakhiri dengan adopsi atau di kembalikan

pada keluarganya sendiri, baik di lingkungan keluarga maupun di dalam

panti asuhan. Sebagian lagi harus tinggal lama di dalam panti dan dapat

dikeluarkan dari panti apabila telah mendapat pekerjaan. foster home care

tidak hanya ditujukan kepada anak-anak tetapi juga kepada bayi. Agar

(47)

keluarga dan sebaliknya tingkah laku keluarga asuhan (foster parent) tidak

berbahaya bagi anak.

2. Asuhan dalam panti (institutional care).

Asuhan dalam panti diberikan kepada anak-anak yang sangat terlantar atau

karena tingkah lakunya tidak bisa diterima oleh keluarga asuhnya. Asuhan

dalam panti adalah sebagai pengganti bagi anak yang berasal dari keluarga

besar dan anak merasa terjamin hidup dalam kelompok anak-anak.

3. Asuhan non panti.

Asuhan non panti adalah asuhan secara berkelompok dalam rumah bagi

anak-anak remaja yang tidak menyesuaikan diri dengan keluarga asuh.

Setting ini biasanya digunakan bagi anak-anak yang mengalami

masalah-masalah konflik seperti: fisik, intelektual dan emosional (Muhidin, 1992:

50).

Selain fungsi di atas keluarga juga berfungsi sebagai unit sosial terkecil

yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedang lingkungan

sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu

baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh

baik buruknya pertumbuhan kepribadian anak (Kartono, 1986: 57). Dari

penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan tentang arti pentingnya keluarga dalam

(48)

E. Yayasan

Pendirian sebuah yayasan di Indonesia sampai saat ini hanya berdasar

pada kebiasaan dalam masyarakat dan Yurespudensi Mahkamah Agung, karena

belum ada undang-undang yang mengaturnya. Dalam Undang-undang No 28

Tahun 2004 Republik Indonesia tentang yayasan bahwa pendirian sebuah yayasan

dilakukan dengan akte notaris dan memperoleh status badan hukum setelah akte

pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia atau pejabat yang ditunjuk.

Yayasan merupakan suatu hunian dan perkumpulan yang berbentuk badan

hukum dengan pengertian yang dinyatakan dalam Undang-undang No 28 tahun

2004 tentang yayasan yaitu suatu badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang

dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial,

keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.

Berdasarkan definisi tersebut yayasan memiliki ciri-ciri khas yaitu:

1. Bersifat dan bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

2. Tidak semata-mata mengutamakan keuntungan atau mencuri penghasilan

yang sebesar-besarnya.

3. Tidak mempunyai anggota .

Yayasan sebagai badan hukum mampu dan berhak serta berwenang untuk

melakukan tindakan-tindakan perdata. Pada dasarnya keberadaan badan hukum

bersifat permanen, artinya badan hukum tidak dapat dibubarkan hanya dengan

persetujuan para pendiri atau anggotanya.

Yayasan juga memiliki hak dan kewajiban yaitu:

(49)

2. Kewajiban yaitu wajib mendaftarkan yayasan tersebut pada instansi yang

berwenang untuk mendapatkan status badan hukum (Tim redaksi Fokus

media, 2004)

Sebagai badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan sosial,

keagamaan dan kemanusiaan yayasan mempunyai organ yang terdiri atas

pembina, pengurus, dan pengawas. Yayasan dilakukan sepenuhnya oleh pengurus

oleh karena itu pengurus wajib memberikan laporan tahunan yang disampaikan

pada pembina mengenai keadaan keuangan dan perkembangan kegiatan yayasan.

Selanjutnya terhadap yayasan yang kekayaannya berasal dari negara, bantuan luar

negeri atau pihak lain sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang.

Kekayaan wajib diaudit oleh akuntan publik dan laporan tahunannya wajib

diumumkan dalam surat kabar berbahasa Indonesia. Ketentuan ini dalam rangka

penerapan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas pada masyarakat

F. Kerangka Pemikiran

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak

membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan

kemampuannya. Perkembangan sosial anak membutuhkan pemeliharaan, kasih

sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan,

pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan

sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada

masa kanak-kanak.

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib di jamin,

(50)

Negara. adapun hak anak tersebut adalah hak untuk hidup layak, hak untuk

berkembang, hak untuk dilindungi, hak untuk berperan serta, dan hak untuk

memperoleh pendidikan. Oleh karena hal tersebut diatas maka anak harus

mendapatkan pembinaan dan pengasuhan yang layak agar dapat tumbuh dan

berkembang secara wajar sehingga pada giliranya, mampu meneruskan cita-cita

perjuangan dan eksistensi bangsa dan Negara.

Secara nyata dapat kita lihat bahwa tidak semua anak lahir sebagai

manusia yang sempurna, ketidak sempurnaannya menyebabkan ia menghadapi

berbagai permasalahan sosial. Ketidaksempurnaan disini yaitu karena dilatar

belakangi banyak hal, diantaranya perceraian orang tua, yatim piatu, kemiskinan,

dan lain sebagainya dimana hal tersebut menyebabkan anak tidak dapat

memperoleh haknya atau dengan kata lain anak kehilangan haknya.

Berdasarkan hal tersebut yayasan sosial SOS Kinderdorf

menyelenggarakan pelayanan sosial untuk menangani masalah kesejahteraan anak

terlantar dan kurang beruntung dengan pola.” pengasuhan anak jangka panjang

berbasis keluarga.” Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan sosial bagi anak

dengan menciptakan keluarga baru (orang tua/saudara) , pelayanan pendidikan,

keterampilan, kesehatan, lingkungan sosial berupa desa (village), tempat

tinggal/rumah (home), taman bermain, bimbingan dan kasih sayang dari ibu serta

fasilitas hidup bagi anak, disana setiap anak dibesarkan dalam keluarga, tumbuh

dalam kasih sayang dan cinta dan rasa dihargai, rasa aman, dan disana anak-anak

yang dahulunya terlantar dan kurang beruntung mendapatkan keluarga baru dan

memiliki ibu asuh tetap, kakak adik, rumah yang nyaman dan desa sebagai

(51)

Program pelayanan sosial berbasis keluarga yang dilakukan oleh yayasan

SOS Kinderdorf bertujuan untuk memberikan dan melindungi hak anak-anak

terlantar yang telah disebutkan sebelumnya dengan harapan agar anak dapat

memperoleh haknya kembali sebagai mana layaknya seorang anak, agar anak

Gambar

Tabel 1. Inventaris Rumah Asuh/FH per rumah asuh dari 15 rumah asuh
Tabel 2. Daftar Inventaris Klinik Yayasan SOS Kinderdorf Medan
Table 3 Daftar Nama Staf Pekerja Yayasan SOS Kinderdorf
Tabel 4. Tabel Nama-nama Ibu Asuh dan Rumah Keluarga yang mereka
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa pemberian tunjangan tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi kepada dokter spesialis jiwa pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan

Saat penghentian pengakuan aset keuangan terhadap satu bagian saja (misalnya ketika Perusahaan dan entitas anak masih memiliki hak untuk membeli kembali bagian aset

pelaksanaan  pelatihan,  evaluasi,   pelaporan, penyusunan  data  statistik  hasil  pelaksanaan pelatihan, penempatan serta pemantauan;.. pemasyarakatan  peningkatan 

 pada tahapan auction yang sudah aktif, maka dapat diproses dengan klik pada akan muncul seperti pada gambar dibawah ini.

Saran peneliti adalah agar ditambah kapasitas terpasang PLTB sebesar 10 MW sehingga nilai LOLP pada tahun 2018 dari 12.05508568 hari/tahun menjadi 3.00346792 pembulatan

Tahap II, pada Bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh persen). Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD tahap I dilakukan setelah Menteri c.q. Direktur Jenderal Perimbangan

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti apakah ekstrak buah Leunca ( Solanum nigrum L.) mempunyai efek insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti dan

Pelaksanaan Lomba Inovasi Pembelajaran bagi Guru Jenjang Pendidikan Menengah Tingkat Nasional Tahun 2018 merupakan upaya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui