• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Keluarga Pengganti dalam Mengembalikan Keberfungsian Sosial Anak di Yayasan SOS Children’s Village Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Keluarga Pengganti dalam Mengembalikan Keberfungsian Sosial Anak di Yayasan SOS Children’s Village Medan"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

Pedoman Wawancara

Peranan Keluarga Pengganti dalam Mengembalikan Keberfungsian Sosial Anak di Yayasan SOS Children’s Village Medan

A. Karakteristik Identitas Informan 1. INFORMAN UTAMA

Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan :

d. Jenis kelamin :

e. Agama :

f. Suku :

B. Asesmen

1. Apa yang menjadi alasan sehingga adik bisa berada di Yayasan SOS

Children’s Village Medan ini?

2. Sebelum berada disini, siapa yang mengasuh adik?

3. Apakah adik masih mempunyai kerabat?

4. Bagaimana hubungan adik dengan keluarga adik sebelumnya?

5. Sebelum masuk ke Yayasan SOS ini,apakah adik sebelumnya sekolah?

6. Bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal adik sebelumnya?

7. Sebelum masuk ke Yayasan SOS inisiapa yang merawat adik ketika

(2)

8. Berapa kali adik makan dalam sehari sebelum masuk ke Yayasan SOS

Children’s Village Medan ini?

9. Kapan adik mulai bergabung di Yayasan SOS Children’s Village Medan

ini?

10. Sudah berapa lama adik berada di Yayasan SOS Children’s Village

Medan?

11. Apakah ada saudara adik yang lain yang juga ikut tinggal di Yayasan

SOS Children’s Village Medan ini?

12. Ketika adik pertama kali tinggal di Yayasan SOS Children’s Village

Medan ini, apa yang adik lakukan?

C. Peranan Keluarga Pengganti a. Kegiatan Harian

13. Bagaimana hubungan adik dengan saudara asuh yang lainnya?

14. Bagaimana sikap ibu asuh terhadap adik?

15. Apakah sikap ibu asuh dengan adik sama dengan saudara asuh lainnya?

16. Apakah ada bimbingan pribadi, seperti pemberian motivasi yang adik

dapatkan dari ibu asuh?

Jika ada, apa saja?

17. Ketika memiliki masalah kepada siapa adik bercerita?

18. Bagaimana tindakan ibu asuh jika adik merasakan sakit atau gejala-gejala

akan sakit?

19. Jika adik memiliki tugas sekolah apakah ibu asuh ikut membantu

menyelesaikannya?

(3)

21. Adakah perubahan yang adik rasakan setelah memiliki ibu dan saudara

asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan?

22. Adakah pengaruh terhadap adik selama diasuh oleh ibu asuh di Yayasan

SOS Children’s Village Medan?

23. Apakah adik sering membersihkan kamar dan rumah?

24. Jika makan, biasanya sendirian atau bersama-sama dengan ibu dan

saudara asuh?

25. Kalau pulang sekolah pernah pulang terlambat?

26. Kegiatan apa yang paling disenangi diSOS Children’s Village Medan ini?

27. Selama tinggal di SOS Medan ini adik sering melakukan olahraga?

28. Olahraga apa yang paling disenangi di SOS Medan ini?

29. Bagaimana kegiatan kerohanian di SOS Children’s Village Medan ini?

30. Ibu asuh pernah mengajak adik untuk melakukan gotong royong

membersihkan rumah?

b. Pelayanan Lembaga

31. Apakah Yayasan SOS Children’s Village Medan pernah memberikan

baju baru?

32. Bagaimana tindakan SOS Children’s Village Medan jika adik sakit?

33. Ketika tahun ajaran baru, apakah SOS Children’s Village Medan pernah

memberikan peralatan sekolah baru?

34. Apakah yayasan SOS pernah mengajak rekreasi?

35. Apakah adik bebas memilih tempat sekolah yang adik inginkan?

(4)

2. INFORMAN KUNCI

Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Riwayat Pendidikan :

d. Agama :

e. Suku :

f. Alamat Asli :

g. Status :

h. Jumlah anak yang dimiliki :

B. Pertanyaan untuk Ibu Asuh

1. Apa yang menjadi alasan anda sehingga bisa menjadi ibu asuh dalam

keluarga pengganti di Yayasan SOS Children’s Village Medan ini?

2. Dari mana anda mendapatkan informasi bahwa Yayasan SOS Children’s

Village Medan membutuhkan ibu asuh untuk menjadi keluarga pengganti

bagi anak-anak asuh?

3. Apakah sebelumnya anda mengetahui apa itu keluarga pengganti?

4. Sudah berapa lama anda menjadi ibu asuh di Yayasan SOS Children’s

Village Medan ini?

5. Bagaimana respon keluarga ketika anda memutuskan untuk menjadi ibu asuh

di Yayasan SOS Children’s Village Medan?

6. Apa saja yang anda lakukan saat pertama sekali mengadakan pertemuan

(5)

7. Pendekatan seperti apa yang anda lakukan terhadap anak-anak asuh agar

mereka mau terbuka terhadap anda?

8. Bagaimana cara anda menangani anak-anak yang terlibat pertengkaran dalam

rumah yang anda tempati?

9. Apa saja kesulitan yang anda alami dalam menjalankan peran sebagai

seorang ibu asuh?

A. Karakteristik Identitas Informan 3. INFORMAN TAMBAHAN

Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Riwayat Pendidikan :

d. Jenis Kelamin :

e. Agama :

f. Suku :

g. Alamat :

h. Jabatan :

B. Pertanyaan untuk Penanggung Jawab Program Keluarga Pengganti, Staff Administrasi dan Bapak Asuh

1. Mengapa Yayasan SOS Children’s Village Medan mendirikan pelayanan

sosial anak berbasis keluarga?

2. Apa saja syarat untuk memenuhi kriteria sebagai ibu asuh di Yayasan

(6)

3. Apakah bapak/ibu pernah mendapatkan keluhan dari ibu asuh dalam

menangani anak asuh?

Jika pernah, apa saja?

4. Menurut bapak/ibu sejauh ini, apakah ibu asuh sudah berkompeten dalam

melaksanakan peran nya untuk mengasuh anak-anak asuh disini?

5. Apa saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anak asuh di SOS

Children’s Village Medan ini?

6. Apakah ibu asuh atau anak-anak asuh pernah mencoba kabur atau

melarikan diri dari Yayasan SOS Children’s Village Medan ini?

7. Apakah ada kendala yang bapak/ibu dapatkan dalam pelaksanaan

program pelayanan sosial anak berbasis keluarga ini?

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Fahrudin, Adi. (2012). Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Khairuddin, H. (1997). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty.

Martono, Nanang. (2013). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Moleong, L.J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Siagian, Matias. (2011). Metode Penelitian Sosial – Pedoman Praktis

PenelitianBidang Ilmu-ilmu Sosial danKesehatan. Medan: PT Grasindo

Monoratama.

Suyanto, Bagong. (2003). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana.

Suyanto, B & Sutinah. (2005). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Pendekatan

Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Sumber Online:

http://www.direktorat.jenderal.rehabilitasi.sosial.com diakses pada tanggal 28 Oktober pukul 14.00 WIB http://www.RumahKemuning.com.2013 diakses pada tanggal 2 November 2015

pukul 11.00 WIB

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan objek dan fenomena

yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel

penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang

berlangsung (Siagian, 2011: 52). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan

keluarga pengganti dalam mengembalikan keberfungsian sosial anak di Yayasan

SOS Children’s Village Medan.

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Yayasan SOS Children’s Village Medan di Jalan

Seroja Raya No.150, Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan.

Alasan peneliti memeilih lokasi ini adalah karena Yayasan SOS Children’s Village

Medan adalah salah satu yayasan yang melaksanakan program keluarga pengganti

sejak tahun 2007 sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di yayasan

tersebut.

3.3 Informan

Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diobservasi dan

diwawancarai sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi

yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-172).

(9)

memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapun informan dalam penelitian

ini meliputi informan kunci, informan utama dan informan tambahan.

3.3.1 Informan Kunci

Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki informasi pokok

yang diperlukan dalam penelitian (Suyatno & Sutinah, 2005: 171-172). Informan

kunci dalam penelitian ini adalah keluarga pengganti binaan Yayasan SOS

Children’s Village Medan untuk memebrikan pengasuhan yaitu 5 keluarga

pengganti.

3.3.2 Informan Utama

Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi

sosial dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut (Suyatno &

Sutinah, 2005: 171-172). Informan utama dalam penelitian ini adalah anak yang

diasuh oleh keluarga pengganti binaan Yayasan SOS Children’s Village Medan

sebanyak 10 orang.

3.3.3 Informan Tambahan

Informan tambahan adalah orang yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti

(Hendarso, dalam Sutinah, 2005: 171-172). Adapun yang menjadi informan

tambahan dalam penelitian ini adalah penanggung jawab program keluarga

pengganti sebanyak 1 orang, staff administrasi 1 orang dan bapak asuh Yayasan SOS

(10)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mendapatkan

infornasi yang dibutuhkan sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber

data pertama di lapangan. Data primer diperoleh dengan metode sebagai

berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

responden, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui :

a. Studi kepustakaan, yaitu proses memperoleh data atau informasi yang

menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaah buku, jurnal dan

karya tulis lainnya.

b. Studi lapangan adalah pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan

penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. (Siagian, 2011:206)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deksriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data

(11)

yang terkumpul, mempelajari data, menelaahm menyususn dalam satu satuan, yang

kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta

mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk

membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2004).

Setiap data dari informasi yang telah dikumpulkan dakam penelitian berupa

catatan lapangan berupa data utama dari hasil wawancara maupun data penunjang

lainnya dilakukan analisis data, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan suatu

(12)

BAB IV

DESRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Profil Yayasan SOS Children’s Village

4.4.1. Sejarah Berdirinya SOS Children’s Village

Herman Gmeiner (1919-1986) mendapat panggilan untuk berbuat sesuatu

bagi perbaikan nasib anak-anak terlantar. Sebagai mahasiswa kedokteran di

Innsburk, Austria, ia menyaksikan betapa kejamnya warisan perang dunia II yang

telah menyebabkan ribuan anak menjadi terlantar dan berkeliaran di dalam kota-kota

yang telah hancur akibat perang dunia II.

Keadaan tersebut menggerakkan hatinya, sehingga pada tahun 1949 ia

meninggalkan bangku kuliah untuk melaksanakan cita-citanya. Segera ia mencari

sumbangan-sumbangan uang yang disatukan dengan uang simpanannya sendiri

sebesar 600 shiling Austria (US $ 30) dan pada november 1949, ia mendirikan

Yayasan SOS Children’s Village, yang bila di Indonesia lebih dikenal dengan

sebutan SOS Desa Taruna.

Dasar pemikirannya untuk mendirikan SOS Children’s Village adalah sangat

sederhana, yaitu bahwa anak-anak terlantar itu telah kehilangan orang tua yang

sangat mencintai mereka. Oleh karena itu, mereka perlu dicarikan orang tua baru.

Pada umumya, yang mampu mencintai anak-anak kecil secara penuh adalah para

wanita. Ia merasa perlu untuk mencari wanita-wanita yang bersedia mencintai

mereka dan sanggup menerima mereka bagaikan anak sendiri. Pada kenyataannya

banyak sekali janda maupun wanita yang tidak bersuami yang ingin hidup mandiri.

(13)

menyayangi anak-anak terlantar dan bersedia hidup bersama mereka, ia yakin bahwa

dengan demikian akan tumbuh keluarga yang bahagia.

Pada tahun 1950 telah terkumpul sejumlah ibu pengasuh dan uang untuk

membangun 5 buah rumah di atas tanah sumbangan pemerintah kotamadya Imst,

sebuah kota kecil kira-kira 35 mil di sebelah barat kota Innsburk. Pada pertengahan

dasawarsa tahun 50-an, SOS Children’s Village telah berkembang ke Prancis,

Jerman Barat, Italia, dan Spayol. Dalam dasawarsa selanjutnya terus berkembang ke

negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Arab. Konsep SOS

Children’s Village cepat berkembang karena didasari oleh gagasan keluarga sebagai

unit terkecil dari masyarakat yang sifatnya sangat universal. Selain itu setiap SOS

Children’s Village selalu menyesuaikan diri dengan adat istiadat, kebudayaan, dan

agama setempat.

Yayasan SOS Children’s Village membuka cabang di Indonesia yang

didirikan pada tahun 1970 oleh Agus Prawoto yang baru selesai menuntut ilmu di

Austria. SOS Children’s Village yang didirikan di Indonesia, yang biasa disebut

dengan SOS Desa taruna yang didirikan oleh Herman Gmeiner. Perkampungan SOS

Children’s Village di Indonesia pertama kali beroperasi di Lembang, Jawa Barat

pada tahun 1972. Sebanyak tiga belas keluarga tinggal di desa ini dan menampung

165 anak. Sepuluh tahun kemudian menyusul, pendirian perkampungan di Cibubur,

Jakarta Timur. Sekitar 150 anak bisa ditampung di kompleks ini, tak lama kemudian

menyusul perkampungan serupa di Semarang, Jawa Tengah, Tabanan (Bali) dan

Maumere (Nusa Tenggara Timur).

Lain halnya di Sumatera, berdirinya SOS Children’s Village dilatarbelakangi

oleh terjadinya bencana alam tsunami di Aceh dan gempa bumi di Nias yang

(14)

sehingga mereka menjadi anak-anak terlantar. Oleh karena itu, didirikanlah SOS

Children’s Village di Banda Aceh, Meulaboh, dan Sumatera Utara, yaitu Medan,

yang disebut dengan SOS Children’s Village Medan.

SOS Children’s Village Medan adalah sebuah lembaga sosial non pemerintah

berbentuk yayasan yang berkarya bagi anak-anak dengan pola pengasuhan anak

jangka panjang berbasis keluarga. Konsep yayasan ini adalah membantu mengasuh

anak dan memberi masa depan yang cerah bagi anak-anak yatim piatu dan yang

kurang beruntung yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama, dan ras.

Memberikan kembali kasih sayang melalui rumah asuh, keluarga, dan kehidupan

yang memadai agar kelak anak memiliki kehidupan yang mandiri, membantu anak

untuk membentuk masa depannya sendiri, dan memberi kesempatan kepada anak

untuk berkembang dalam masyarakat.

4.2 Visi dan Misi SOS Children’s Village 4.2.1. Visi Lembaga

Sesuai dengan visi dan misinya, SOS Children’s Village memiliki tujuan

untuk memberikan masa depan yang lebih cerah bagi setiap anak yang tertuang dan

terwujud melalui visi dan misi. Adapun Visi SOS Children’s Village yaitu, “Setiap

Anak Dibesarkan dalam Keluarga dengan Kasih Sayang, Rasa Dihargai, dan Rasa

Aman”.

4.2.2. Misi Lembaga

Misi yang dilakukan untuk mewujudkan visi diatas adalah sebagai berikut:

(15)

Kami berkarya bagi anak-anak yatim piatu, kurang beruntung atau

keluarganya yang tidak mampu mengasuh mereka. Kami memberikan kesempatan

kepada anak-anak ini untuk membangun hubungan yang langgeng dalam sebuah

keluarga. Pendekatan melalui keluarga di SOS Children’s Village ini didasarkan

pada empat prinsip, yaitu: setiap anak membutuhkan seorang ibu, dan tumbuh secara

alamiah dengan kakak dan adik, di dalam rumah mereka sendiri dan di dalam

lingkungan desa yang mendukungnya.

2. Kami membantu mereka membentuk masa depannya sendiri

Kami memberikan kesempatan anak-anak untuk hidup sesuai budaya dan

agama yang mereka anut dan untuk menjadi anggota masyarakat yang aktif. Kami

membantu anak-anak untuk mengenali dan mengekspresikan kemampuan

individualnya, minat dan bakatnya. Kami menjamin bahwa anak-anak menerima

pendidikan dan pelatihan keterampilan yang mereka perlukan untuk dapat menjadi

anggota masyarkat yang berhasil dan berguna.

3. Kami memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkembang dalam

masyarakat

Kami berbagi dalam kehidupan bermasyarakat dan merespon perkembangan

kebutuhan masyarakat bagi anak-anak dan remaja yang rawan. Kami menyediakan

fasilitas dan program yang bertujuan untuk memperkuat keluarga-keluarga yang

kurang beruntung dan mencegah penelantaran anak-anak. Kami bekerja sama dengan

anggota masyarakat dalam penyediaan pendidikan dan pelayanan kesehatan, serta

(16)

2.3. Letak Yayasan SOS Children’s Village Medan

Yayasan SOS Desa Taruna Medan beralamat di Jalan Seroja Raya No.150,

Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi

Sumatera Utara, Telp (061) 8369080, email: medan@sos.or.id, Website:

www.sos-kd.org.

Yayasan ini menempati tanah seluas 2 hektar dan memilki 24 unit bangunan

yang terdiri dari rumah keluarga atau rumah asuh anak, ruang pusat kegiatan, aula.

Kantor, rumah asisten ibu, rumah tamu, bengkel, rumah dewan pembina, rumah

pimpinan, serta sebuah bangunan taman kanak-kanak dan dilengkapi dengan

berbagai fasilitas darana dan prasarana seperti ruang klinik, perpustakaan dan ruang

komputer.

4.4. Sarana dan Prasarana Yayasan SOS Children’s Village Medan

Sesuai dengan visi dan misi serta nilai-nilai/ prinsip SOS Children’s Village,

maka yayasan ini memberikan sarana dan prasarana bagi anak-anak asuhnya. Hal ini

dilakukan agar anak asuh tersebut dapat tumbuh dengan baik, ada rasa tenang dan

sukacita, serta dapat menjadi matang dan bijaksana agar dapat berguna bagi

masyarakat mendatang. Sarana dan prasarana adalah hal-hal yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan yayasan. Adapun sarana dan prasarana yang ada di Yayasan SOS

Children’s Village Medan, yaitu:

1. Sekolah TK/ Play Group

Taman kanak-kanak merupakan tempat belajar dan mengajar anak-anak TK/

Play Group yang berasal dari anak asuh SOS Children’s Village Medan sendiri

(17)

yang terdiri dari TK A, B dan Play Group. Setiap ruangan kelas memiliki 30 buah

meja dan kursi, 1 buah lemari, 1 set rak tempat mainan anak-anak. Sekolah juga

mempunyai fasilitas bermain anak-anak seperti ayunan, perosotan dan permainan

lainnya.

2. Ruang komputer

Ruang komputer ini berguna untuk menambah keterampilan anak-anak dalam

mengenal dan memahami komputer. Ruangan tersebut berada dalam kondisi yang

baik. Fasilitas yang ada dalam ruangan tersebut terdiri dari 10 set komputer, 13 set

meja dan kursi, I buah AC dan 1 buah papan tulis yang semuanya dalam kondisi

baik.

3. Ruang perpustakaan

Yayasan ini juga memfasilitasi perpustakaan kepada anak asuh, agar mereka

memiliki minat membaca dan dapat menambah wawasan anak. Dalam perpustakaan

tersebut terdapat 4 rak besar tempat buku-buku dengan jumlah buku lebih kurang

sebanyak 800 buku yang terdiri dari buku pelajaran, buku cerita, serta majalah dan

terdapat 1 unit AC.

4. Ruang aktivitas

Ruang aktivitas adalah ruang dimana tempat anak untuk melakukan aktivitas

seperti belajar menyanyi, menari, dan menonton bersama. Ruangan ini biasa disebut

dengan ruang kesenian. Fasilitas yang terdapat dalam ruangan ini adalah, 1 set

televisi, 2 set tape polytron besar, 1 set DVD, 1 set amplifier dan 4 buah speaker, 1

set keyboard, 2 buah gitar, 24 buah kursi plastik, 1 buah papan tulis dan 1 buah kipas

(18)

5. Gedung hall

Gedung hall ini berbentuk gedung terbuka yang biasanya digunakan untuk

acara pertemuan dan berbagai kegiatan yang ada di SOS Children’s Village Medan.

6.Ruang klinik

Dalam ruang klinik atau ruang kesehatan, yayasan SOS memiliki seorang

perawat yang selalu memperhatikan kondisi kesehatan anak asuh.

7. Lapangan olahraga

Lapangan olahraga ini dimanfaatnkan oleh anak asuh untuk bermain sepak

bola dan latihan taekwondo setiap sore hari. Fasilitas yang diberikan adalah 2 buah

bola kaki. Kondisi lapangan ini sangat baik.

8. Rumah asuh (Family house)

Yayasan SOS memiliki 15 unit rumah asuh dimana rumah ini merupakan

tempat anak berlindung dan mendapatkan suasana keluarga yang penuh dengan kasih

sayang. Rumah asuh ini diberikan nama masing-masing dan setiap anak

dikelompokkan sesuai agamanya masing-masing dan memiliki ibu asuh sesuai

dengan agama yang dianut oleh anak-anak tersebut agar terjalin sebuah keluarga

yang baik. Rumah ini memiliki fasilitas layaknya rumah keluarga yang ada di

tengah-tengah masyarakat.

9. Kantor yayasan (Ruang sekretariat)

Kantor ini adalah tempat untuk melakukan kegiatan administrasi yayasan,

terdapat staff pekerja yayasan yaitu, pimpinan yayasan, dewan Pembina, sekretaris

(19)

4.5. Sumber Dana Yayasan SOS Children’s Village Medan

Menjalankan seluruh program pelayanan kepada masyarakat oleh SOS

Children’s Village Medan tidak mungkin tanpa dukungan dana, untuk itu yayasan ini

aktif dalam menggalang donasi baik dari dalam maupun luar negeri, ataupun

masyarakat atau per orang yang sukarela memberi dana bagi SOS. Adapun beberapa

donatur SOS Desa Taruna Medan, yaitu:

1. NUMICO

2. Sari Husada (Indonesia)

3. Heymans

4. Dagblad Norden

Setiap orang juga dapat berpartisipasi dan membantu SOS Children’s Village

di dalam usahanya mengatasi masalah anak-anak terlantar, yaitu dengan menjadi

Sahabat SOS Children’s Village. Partisipasi ini bersifat sukarela, dalam bentuk

maupun bidang yang beraneka ragam, seperti:

a) Sumbangan sukarela secara berkala maupun insidental, baik berupa dana maupun

barang.

b) Menjadi orang tua asuh yang secara berkala membantu seorang anak asuh atau

lebih, yang disebut sponsor.

c) Mengadakan kunjungan secara periodik atau menghibur anak-anak SOS Children

Village dan mengadakan kegiatan lainnya sebagai rasa ikut memiliki SOS

Children Village.

d) Membantu anak remaja SOS untuk mendapatkan pendidikan keahlian dan

keterampilan, serta membantu menyalurkan mereka ke tempat-tempat kerja yang

(20)

4.6. Struktur Organisasi Yayasan SOS Children’s Village Medan

Pengorganisasian merupakan suatu proses merancang struktur formal,

mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara

para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai. Pelaksanaan proses

pengorganisasian yang baik akan membuat suatu organisasi dapat mencapai

tujuannya dengan baik pula. Dengan adanya struktur organisasi memungkinkan

adanya tindakan koordinasi terhadap setiap kegiatan diantara setiap bagian dalam

struktur tersebut. Adapun struktur organisasi yayasan SOS Children;s Village

Medan, yaitu:

Bagan 4.1

Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas

(21)

Berikut ini adalah uraian tugas dari tiap-tiap bidang sesuai dengan fungsinya, yaitu:

1. Village Director (VD/ pimpinan)

a. Merencanakan kegiatan dan kebijakan yang akan diambil dan bekerjasama

dengan dewan pembina untuk mengawasi perkembangan anak.

b. Memastikan semua perencanaan dan kebijakan yang dilaksanakan oleh

setiap departemen yang ada.

c. Mengawasi dan membuat evaluasi atas pelaksanaan kebijakan-kebijakan

yang telah ditetapkan untuk mendukung kemajuan yayasan.

2. Sekretariat

a. Bidang Staff Administrasi: melaksanakan kegiatan korespondensi dan

surat menyurat baik diluar kegiatan lingkungan yayasan maupun lembaga .

b. Bidang Keuangan: bertanggung jawab atas arus kas masuk dan keluar

serta jurnal pembukuan.

3. Staf pendidik

Tugasnya adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SOS

Children’s Village Medan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

4. Bagian keterampilan

Bertanggung jawab atas perkembangan keterampilan anak.

5. Bagian rumah tangga

Tugas dari bagian rumah tangga ini dilakukan oleh ibu asuh. Tugas dari ibu

asuh adalah merawat anak, memberi kasih sayang dan perhatian,

membimbing anak-anak. Di dalam rumah asuh bertanggung jawab ibu asuh

terhadap anak asuh selayaknya bagaimana tugas seorang ibu terhadap

anaknya sendiri daalam sebuah keluarga. Jadi anak merasa mempunyai

(22)

adalah pendampingan ibu asuh apabila ibu asuh ada halangan, tante dapat

mengambil alih atau mengganti ibu asuh bagi anak-anak.

6. Bagian kesehatan

Bertanggung jawab akan kesehatan anak dan juga karyawan di SOS

Children’s Village Medan

7. Bagian akademis

Bagian akademis ini dilakukan oleh guru-guru TK/Play Group. Tugas dari

guru-guru TK/Play Group ini adalah mengajar anak-anak yang bersekolah

di TK/Play Group, baik itu anak-anak yang tinggal di yayasan SOS maupun

anak-anak dari masyarakat luar.

8. Bagian keamanan

Bertanggung jawab akan keamanan di SOS Children’s Village Medan.

9. FSP (Family Strengthening Programme)

Program penguatan keluarga (Family Strethening Programs) ini dilakukan

di desa binaan yaitu Namo Gajah, Sidomulyo, Tanjung Anom dan Ladang

Bambu. FSP bertujuan untuk mencegah anak-anak dari kehilangan merawat

keluarga mereka. Hal yang dilakukan FSP yaitu memberdayakan keluarga,

untuk memperkuat kapasitas mereka dalam melindungi dan merawat

anak-anak mereka, dan memperkuat jaring pengaman untuk anak-anak-anak-anak yang

rentan dan keluarga mereka dalam masyarakat. Mana anak-anak telah

kehilangan perawatan keluarga biologis mereka, FSP menyediakan

(23)

4.7. Program Yayasan SOS Children’s Village Medan

4.7.1. Program Pelayanan Sosial Anak Berbasis Keluarga

Pengasuhan Anak Berbasis Keluarga Jangka Panjang di SOS Children’s

Village berdasarkan pada 4 prinsip, yaitu:

1. Ibu : Tiap anak memiliki orang tua yang mengasuhnya

2. Kakak dan adik : Ikatan keluarga tumbuh secara alami

3. Rumah : Setiap keluarga menciptakan suasana rumah yang

nyaman

4. Desa : Keluarga SOS merupakan bagian dari masyarakat

Standar Pengasuhan Anak Berbasis Keluarga Jangka Panjang di SOS

Children’s Village, yaitu:

1. Pengasuhan anak dalam keluarga SOS merupakan kerangka kerja kita.

2. Ibu keluarga SOS memimpin keluarga SOS.

3. Anak mendapatkan suasana keluarga di rumah SOS sesuai dengan kebutuhan

yang terbaik baginya.

4. Perkembangan anak didukung secara aktif.

5. Program remaja memberikan kesempatan untuk belajar pengembangan diri.

6. Tiap keluarga SOS merupakan bagian dari masyarakat.

7. Desa dan aset-aset digunakan secara bertanggung jawab.

8. Perencanaan dan evaluasi menjamin lingkungan pengasuhan anak yang

berkualitas.

9. Proses belajar dan pengembangan diri pegawai didukung.

10. Seorang pimpinan desa memimpin SOS Children’s Village.

Adapun tanggung jawab yang ada di SOS Children’s Village adalah:

(24)

a. Menciptakan suasana kekeluargaan.

b. Memimpin keluarga SOS.

c. Menjamin kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan anak melalui

perannya sebagai orang tua.

d. Mengembangkan kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan dirinya.

e. Melaksanakan pekerjaan rumah tangga.

f. Membimbing anak untuk dapat bertanggung jawab.

g. Berinteraksi dan memberi sumbangsih bagi masyarakat.

2. Pembina remaja (staf pengasuh remaja), tanggung jawab utamanya adalah:

a. Membimbing pengembangan pribadi remaja yang tinggal di rumah remaja

b. Menciptakan kesempatan untuk berinteraksi dengan keluarga dan

masyarakat

c. Mengembangkan pendidikan dan karir remaja

d. Mendukung ibu SOS dan remaja yang tinggal di rumah keluarga SOS

3. Staf pendukung, berperan untuk memperkuat keluarga SOS. Mereka

mendukung ibu SOS dengan memberi bantuan bila dibutuhkan dan memberi

kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang. Mereka berperan memberi

panutan bagi anak-anak walaupun mereka tidak mempunyai tanggung jawab

penuh dalam pengasuhan dan perkembangan anak-anak.

4. Tante SOS dan Asisten keluarga SOS, tanggung jawab utamanya adalah:

a. Mendukung dan meringankan tugas ibu SOS

b. Membantu ibu SOS dalam aktifitas perkembangan abak-anak

c. Berperan sebagai panutan pengasuhan lain bagi anak

(25)

a. Bekerja sama dengan ibu SOS dalam membuat rancangan perkembangan

anak dan menentukan prioritas sumber daya dalam melaksanakan rancangan

tersebut

b. Memastikan agar keluarga SOS mendapat dukungan seperti program

terapi, kebutuhan khusus, dan pendidikan

c. Mendukung proses penerimaan anak dengan mengumpulkan informasi

mengenai latar belakang anak serta situasinya saat ini, melalui jalur hukum

dan resmi serta bekerja dengan keluarga biologisnya.

6. Staf Administrasi dan Pemeliharaan, tanggung jawab utamanya adalah:

a. Mendukung ibu SOS dalam hal administrasi

b. Memastikan agar sistem administrasi desa berjalan dengan baik, yang

mencakup pendanaan, informasi dan data desa, asset, halaman, gedung,

kendaraan dan peralatan

c. Memastikan penyimpanan data anak dan pegawai dengan baik dan

lengkap

7. Pimpinan desa, tanggung jawab utamanya adalah:

a. Memimpin perkembangan desa dan keluarga secara menyeluruh

b. Membimbing dan mendukung ibu SOS

c. Memastikan kestersediaan dukungan bagi keluarga SOS

d. Mengadakan pertemuan dengan ibu SOS paling tidak sebulan sekali

e. Berperan serta dalam kegiatan di desa dan masyarakat

f. Memimpin tugas administrasi desa

g. Menggerakkan dan mendampingi keluarga SOS sebagai bagian dari

masyarakat

(26)

i. Berpartisipasi dalam program pelatihan pimpinan desa secara

berkesinambungan

j. Memberikan sumbangsih dalam perkembangan organisasi nasional SOS

Children’s Village Medan

8. Dewan-dewan pendukung desa, tanggung jawab utamanya adalah:

a. Bertukar informasi dan pengetahuan

b. Berbagi dan bertukar pendapat mengenai kegiatan desa

c. Mengajukan usul dan menentukan prioritas

d. Membuat rencana tahunan desa dan mengevaluasi pelaksanaannya

9. Dewan penerimaan anak, tanggung jawab utamanya adalah:

a. Menelaah permohonan pendaftaran anak, memastikan bahwa kriteria

penerimaan anak telah sesuai dengan proses penerimaan sehingga dapat

berjalan dengan benar

b. Menelaah keluarga SOS yang paling tepat bagi anak yang akan

bergabung setelah berkonsultasi dengan ibu SOS yang terkait

c. Memastikan bahwa semua dokumen telah diterima dan mematuhu

persayaratan hukum

d. Menyimpan dokumen proses penerimaan anak yang dipersyaratkan

10. Organisasi Nasional, tanggung jawab utamanya adalah:

a. Berperan sebagai pimpinan eksekutif organisasi nasional dan

merupakan penyedia langsung setiap pimpinan desa

b. Memberikan kesempatan pada pimpinan desa untuk memberi

sumbangsih bagi perkembangan kebijakan, perencanaan dan prioritas

(27)

c. Berbagi informasi mengenai rencana dan prioritass nasional dengan

pimpinan desa, terutama hal-hal yang mengenai desa secara langsung.

Membantu pimpinan desa dalam memastikan bahwa perancanaan

tahunan desa sejalan dengan rencana dan prioritas nasional

d. Memastikan bahwa bantuan ahli dan dukungan administrasi disediakan

oleh staf kantor nasional untuk desa

e. Memperhatikan secara aktif perkembangan pimpinan desa dan

memeberikan saran, bimbingan, serta dukungan yang

berkesinambungan. Memastikan bahwa pimpinan desa mendapatkan

kesempatan pelatihan berkala sesuai dengan kebutuhan

perkembangannya

f. Menciptakan kesempatan untuk bertukar gagasan dan pengalaman antar

SOS

11. Yayasan, tanggung jawab utamanya adalah:

a. Membimbing rencana penyusunan jangka panjang organisasi nasional

dan menetapkan arah yang jelas untuk perkembangan kegiatan SOS

Desa Taruna

b. Menelaah dan menyetujui rencana dan anggaran tahunan

c. Mengkonfirmasi pengangkatan pimpinan desa, dan bila diperlukan

menyetujui pemutusan hubungan kerja

4.7.2. FSP (Family Strengthening Programme) SOS Children’s Village Ketidaksejahteraan anak menjadi latar belakang lahirnya program penguatan

keluarga ini. Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak

(28)

karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak

mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Anak juga merupakan

mahkluk sosial, dimana perkembangan sosial anak, membutuhkan pemeliharaan,

kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga mempunyai perasaan,

pikiran, kehendak tersendiri yang semuanya itu merupakan totalitas psikis dan

sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa

kanak-kanak. Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya.

Seperti yang telah diatur dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi

“fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”, dalam hal ini negara

dapat melakukan berbagai usaha agar anak yang terlantar tersebut mendapatkan

penghidupan yang layak. Usaha tersebut diantaranya adalah mencarikan keluarga

alternatif melalui hukum adopsi atau lembaga asuh pengganti keluarga agar mereka

dapat berkembang sebagaimana layaknya anak-anak yang hidup dalam keluarganya

yang asli.

Keluarga, sebagai kelompok masyarakat yang fundamental dan lingkungan

alami bagi pertumbuhan dan kesejahtraan dari seluruh anggota dan khususnya anak,

harus diberikan perlindungan dan pelayanan yang diperlukan sehingga bisa memikul

tanggung jawab sepenuhnya dalam masyarakat. Melihat keluarga keluarga yang

kurang beruntung khususnya secara ekonomi, dikhawatirkan anak anak mereka

terabaikan baik secara jasmani maupun rohani, seperti kurang bahkan tidak ada lagi

perhatian mereka akan kebutuhan pendidikan, kesehatan dan secara keseluruhan

terabaikan kebutuhan anak anak mereka agar dapat berkembang layaknya sebagai

seorang anak. Oleh karena itu SOS Children’s Village adalah salah satu yayasan

yang menerapkan pola pelayanan sosial bagi anak asuh yang berbasis keluarga dan

(29)

Strengtheing Programme atau program penguatan keluarga dimana program ini

memiliki visi, misi, tujuan, strategi dan kegiatan.

Visi dari program penguatan keluarga yaitu memperkuat keluarga dan

masyarakat dimana anak yang beresiko ditelantarkan dan tidak terlindungi

keberadaannya serta anak-anak yang beresiko kehilangan pengasuhan keluarga dapat

tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang menyayangi mereka.

Misi dari program penguatan keluarga adalah membantu membangun

keluarga kurang beruntung yang mempunyai keterbatasan atau kekurangan secara

ekonomi dan sosial untuk dapat mandiri dalam lingkungan masyarakatnya. Sehingga

diharapkan setelah mandiri secara sosial dan ekonomi, para orang tua dari keluarga

tersebut dapat memelihara dan menjaga anak anak mereka.

Tujuan dari program penguatan keluarga adalah:

1. Agar anak-anak yang beresiko kehilangan kasih sayang dan pengasuhan keluarga

dapat tetap berkembang dan diasuh dalam lingkungan keluarga

2. Agar keluarga-keluarga dan komunitas diberi kekuatan untuk dapat secara efektif

menjaga dan merawat anak-anaknya

Strategi dari program penguatan keluarga adalah:

1. Memastikan setiap anak mendapatkan akses pelayanan-pelayanan dasar seperti

pendidikan dan kesehatan

2. Setiap keluarga dibangun kemampuannya agar dapat menjaga dan merawat

anak-anak mereka

3. Memberikan bantuan bagi anak-anak dan keluarganya

Program penguatan keluarga yang ada di SOS Children’s Village Medan secara

(30)

pendek dan jangka panjang agar tercapai tujuan kemandirian keluarga keluarga

tersebut. Adapun pelayanan yang diberikan dalam program ini adalah:

1. Program pendidikan

Tujuan dari program pendidikan ini adalah agar anak-anak dapat mengikuti

pendidikan formal dasar dengan melakukan pembayaran SPP bulanan,

melengkapi perlengkapan sekolah, seperti seragam sekolah dan buku tulis,

pembayaran buku paket dan pembentukan kelompok belajar bersama di

lingkungan.

2. Program penguatan ekonomi keluarga

Berpikiran bahwa banyak orang tua yang tidak mampu membiayai kebutuhan

dasar anak-anak mereka dikarenakan kemampuan finansial yang terbatas, maka

program-program yang diharapkan nantinya akan memberikan kontribusi

kepada kemandirian keluarga-keluarga tersebut secara finansial. Adapun

program-program tersebut adalah:

a. Mengadakan kursus keterampilan penunjang

b. Pembentukan koperasi simpan pinjam pendukung program

3. Program kesehatan

Melihat kurang pedulinya orang tua akan kesehatan terhadap anak-anak, diri

sendiri dan lingkungan, maka melalui program ini diberikan penyuluhan secara

aktif dengan melibatkan dinas terkait di daerah seperti puskesmas atau

posyandu. Para orang tua diberikan dorongan dan motivasi agar menghadiri

program posyandu sehingga masyarakat sadar akan pentingnya menjaga

(31)

4.8. Hubungan Lembaga dengan Lingkungan Sekitar

Keberadaan SOS Children’s Village dapat dirasakan dan dipergunakan untuk

kepentingan masyarakat yang lebih luas, khususnya bagi lembaga-lembaga di

perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga sosial dan organisasi-organisasi wanita,

diantaranya dipergunakan sebagai:

a. Panutan bagi masyarakat sekeliling dalam melaksanakan hidup yang sehat, teratur,

dan bersih sekaligus hangat dan akrab dalam satu keluarga.

b. Turut membantu mengembangkan masayarakat sekeliling melalui proyek sosial

masyarakat seperti posyandu, klinik, puskesmas, sekolah, taman kanak-kanak,

pusat pelatihan keterampilan dan sebagainya.

c. Tempat kuliah, kerja dan riset untuk bidang-bidang yang menyangkut masalah

sosial, psikologi, kesehatan anak-anak dan sebagainya.

d. Tempat praktek para calon pekerja sosial khusunya menangani masalah anak-anak

terlantar.

Setiap orang dapat berpartisipasi pada usaha-usahanya mengatasi

masalah-masalah anak yang kurang beruntung, yaitu dengan menjadi “Sahabat SOS

Children's Village”, partisipasi semacam itu sifatnya sukarela dalam bentuk maupun

bidang yang beraneka ragam, seperti:

a. Sumbangan sukarela secara berkala maupun incidental, baik berupa dana maupun

barang.

b. Menjadi orang tua asuh yang secara berkala membantu seorang anak asuh atau

lebih disebut sponsor.

c. Mengadakan kunjungan secara periodik atau menghibur anak-anak SOS

(32)

d. Membantu anak remaja SOS untuk mendapat pendidikan keahlian dan

keterampilan, serta membantu menyalurkan mereka ke tempat-tempat kerja yang

sesuai dengan keahlian dan keterampilannya. SOS Children’s Village adalah

organisasi sosial non pemerintah yang independen serta berkarya bagi

anak-anak.

e. Kami menghormati bermacam agama dan kebudayaan, misi kami bekerja agar

dapat memberikan sumbangan untuk perkembangan generasi muda di berbagai

negara dan masayarakat. Kami berkarya dengan jiwa semangat konvensi hak

asuh Perserikatan Bangsa-bangsa serta kami mempromosikan hak-hak ini ke

(33)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan

menggunakan teknik analisis deksriptif-kualitatif yang lebih mementingkan

ketetapan dan kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang

peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari

kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-data yang didapatkan

diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan

informan.

Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga

karakteristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk

menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk

melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan

hasil wawancara dengan informan tentang data-data tersebut.

Adapun informan yang peneliti wawancarai adalah informan kunci, informan

utama dan informan tambahan. Informan kunci terdiri 5 orang ibu asuh dalam setiap

keluarga pengganti. Informan utama terdiri 10 anak asuh yang tinggal di Yayasan

SOS Children’s Village Medan. Sedangkan informan tambahan terdiri atas

Penanggung Jawab Program, Staff Administrasi dan Bapak Asuh Yayasan SOS

Children’s Village Medan. Lokasi dari Yayasan SOS Children’s Village Medan ini

terletak di jalan Seroja Raya No.150 Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

(34)

5.2 Hasil Temuan

5.2.1 Informan Kunci 1

Nama : Monica Bangun

Umur : 46 Tahun

Riwayat Pendidikan : D3

Agama : Protestan

Suku : Karo

Alamat Asli : Jalan Bunga Kenanga No.36 Medan

Status : Single Parent

Jumlah Anak yang dimiliki : 8 orang

Monica Bangun merupakan salah satu ibu asuh yang rela meninggalkan

keluarga demi untuk tinggal bersama anak-anak asuh di Yayasan SOS Children’s

Village Medan. Awalnya Ibu Monica tidak sengaja dan tidak ada kepikiran untuk

menjadi seorang ibu asuh. Pada tahun 2005 Pimpinan SOS Children’s Village Medan

datang kerumah Ibu Monica untuk menawarkan agar ia menjadi ibu asuh di Yayasan

SOS Children’s Village.

Sebelum menjadi ibu asuh, Ibu Monica melakukan training di Lembang,

Bandung. Berikut penuturan Ibu Monica:

"Awalnya saya dan kawan-kawan mengontrak satu rumah di Bandung.

Kami diajak oleh Pimpinan SOS Children’s Village Medan untuk

melakukan training ke SOS Children’s Village pertama di Indoneisa yaitu di

Lembang, Bandung. Sampai akhirnya kami dipindahkan ke Yayasan SOS

(35)

Awalnya keluarga Ibu Monica tidak setuju dengan keputusan ia untuk menjadi

ibu asuh, dengan alasan takut itu merupakan salah satu modus penipuan. Namun,

setelah di telusuri lebih jauh akhirnya keluarga memberikan dukungan terhadap Ibu

Monica.

Sebagai ibu asuh, hal yang dilakukan Ibu Monica saat pertama kali berhadapan

dengan anak-anak asuh adalah mengenali watak dan karakter masing-masing anak

serta membangun hubungan yang langgeng dengan ank-anak asuh. Menjalin

pendekatan dengan anak-anak tidaklah mudah, bukan hanya antara ibu dengan anak

asuh, tetapi juga antar sesama saudara asuh.

Tidak jarang pertengkaran terjadi antar anak asuh di dalam rumah yang Ibu

Monica tempati. Biasanya pertengkaran disebabkan karena rebutan mainan, iri dan

cemburu. Dengan memberikan nilai-nilai keagamaan terhadap anak-anak asuhnya

bahwa sesama manusia harus saling mengasihi, merupakan salah satu cara agar

anak-anak asuhnya bisa saling menyayangi dan tidak mau bertengkar antar sesama saudara

asuh, untuk mengatasi masalah tersebut, menurut Ibu Monica:

” Setiap hari kamis saya dan anak-anak yang saya asuh mengadakan acara

kebaktian sendiri dirumah. Sesuai dengan keyakinan kami yaitu kristen, di

dalam kebaktian itu saya sering menjelaskan tentang sesama saudara harus

saling mengasihi. Tidak boleh ada pertengkaran, karena kalian adalah

saudara. Tuhan mengajarkan kita untuk saling mengasihi, kita harus

berhati-hati dalam bertindak. Nilai-nilai ini yang sampai sekarang saya

ajarkan kepada mereka. Sampai saat ini jarang sekali terjadi pertengkaran

di rumah saya sehingga tidak terlalu menjadi masalah untuk saya”.

Pengaruh dari lingkungan luar rumah merupakan salah satu kesulitan yang

(36)

sedang mengalami masa pubertas, akan sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan

dan pergaulan. Menurut Ibu Monica:

“ Menghadapi remaja yang sedang pubertas termasuk salah satu kesulitan

yang saya alami. Anak-anak yang baru masuk SMP, mereka sedang

sibuk-sibuknya mencari jati diri. Pengaruh dari lingkungan luar rumah yang

menjadi salah satu penyebabnya. Seperti remaja laki-laki yang sering

berbicara dan mengeluarkan kata-kata kasar. Namun, saya sering

mengatakan kepada mereka untuk menanamkan sikap-sikap baik agar

tidak salah nantinya, disinilah dilatih kesabaran saya dalam menghadapi

masalah seperti ini.”

5.2.2 Informan Kunci 2

Nama : Bernadeta Munthe

Umur : 45 Tahun

Riwayat Pendidikan : SMA

Agama : Protestan

Suku : Batak

Alamat Asli : Jl. Sempurna DesaPerdamaian, Stabat

Status : Single Parent

Jumlah Anak yang dimiliki : 8 orang

Bernadeta Munthe sudah 10 tahun menjadi ibu asuh di Yayasan SOS

Children’s Village. Setelah berpisah dengan suaminya, Ibu Bernadeta merasa ingin

memberikan kasih sayangnya terhadap anak-anak yang sudah kehilangan

(37)

asuh. Selama 3 tahun Ibu Bernadeta berperang dengan hatinya sendiri. Pada saat

tahun pertama ia sempat kabur selama 10 hari dan sampai akhirnya kembali lagi

karena merasa bersalah sudah meninggalkan anak-anak asuhnya. Sekarang Ibu

Bernadeta merasa sudah sangat dekat dan telah menganggap anak-anak asuhnya

seperti anak kandungnya sendiri.

Ibu Bernadeta mendapat informasi bahwa SOS Children’s Village

membutuhkan ibu asuh, dari ayahnya yang bekerja di bagian Penanggulangan

Bencana yang mempunyai hubungan cukup akrab dengan Pimpinan SOS Children’s

Village Medan. Ibu Bernadeta berangkat ke Bandung untuk melakukan training

sebelum menjadi terjun menjadi seorang ibu asuh yang sesungguhnya. Berikut

penuturannya:

“Saya awalnya cuma coba-coba,selama 3 tahun saya berperang dengan

hati saya sendiri, rasanya berat kaki ini untuk melangkah. Saat tahun

pertama saya sempat kabur. Selama 10 hari saya di biarkan oleh pihak

Yayasan, namun setelah itu saya merasa bersalah dan ingin kembali lagi.

Setelah sekian lama saya baru sadar bahwa seringnya bersama akan

membentuk kekerabatan dan sekarang mereka sudah seperti keluarga saya

sendiri”.

Sebelumnya, keluarga Ibu Bernadeta tidak setuju dengan keputusan ia untuk

bergabung dengan SOS Children’s Village. Keluarga Ibu Bernadeta menganggap

bahwa ibu asuh itu seperti asisten rumah tangga dan tidak ada untungnya. Namun,

karena Ibu Bernadeta sudah sangat yakin dengan keputusannya, keluarga Ibu

(38)

Ketika berhadapan dengan anak-anak asuh pertama kali, Ibu Bernadeta masih

merasa bingung. Tetapi, setelah beberapa lama ia mulai melakukan pendekatan

terhadap anak-anak seperti duduk bersama saat menonton tv, menemani anak-anak

belajar serta makan dan pergi rekreasi bersama.

Ibu Bernadeta mengasuh 8 orang anak yang tidak jarang terjadi

pertengkarang dirumahnya. Maka daripada itu, Ibu Bernadeta selalu menanamkan

rasa persaudaraan yang kuat terhadap anak-anak yang diasuhnya bahwa mereka

merupakan saudara yang harus saling melindungi dan menyanyangi. Berikut menurut

Ibu Bernadeta:

“ Sering terjadi pertengkaran di rumah yang saya tempati, dan saya selalu

mengajarkan mereka tentang persaudaraa, dan saya juga sering

mengatakan kalian itu saudara, jika kalian berkelahi berarti kalian senang

jika saudara kalian di marahi dan sampai akhirnya mereka sadar sendiri

dan diam”.

Menjelang remaja merupakan salah satu kesulitan yang dialami oleh Ibu

Bernadeta. Perubahan usia yang menyebabkan anak-anak ingin bebas dan tidak lagi

mau di perintah. Berikut penuturan Ibu Bernadeta:

“ Saat anak sudah mulai memasuki masa remaja atau pubertas,

anak-anak tidak lagi mau mendengar dan di perintah yang biasanya masih bisa

di suruh untuk melakukan pekerjaan rumah sekarang sudah mulai sulit.

Mengarahkan mereka ke perbuatan yang baik mereka masih suka

membangkang. Bagi saya itu merupakan kesulitan tetapi sekaligus juga

(39)

pelajaran buat saya bagaimana kedepannya agar saya bisa lebih baik

lagi.”

5.2.3 Informan Kunci 3

Nama : Klementina Tampubolon

Umur : 42 Tahun

Riwayat Pendidikan : SMA

Agama : Protestan

Suku : Batak

Alamat Asli : Jl. Sei Asahan, Medan

Status : Single

Jumlah Anak yang dimiliki : 10 orang

Ibu Klementina sudah 3 tahun sejak tahun 2012 menjadi seorang ibu asuh di

Yayasan SOS Children’s Village Medan yang mengasuh 10 orang anak. Ibu

Klementina seorang wanita single yang belum pernah menikah dan memutuskan

untuk menjadi ibu asuh. Menyukai anak-anak merupakan salah satu alasan ia

sehingga ingin menjadi ibu asuh. Ibu Klementina mendapatkan informasi bahwa

SOS Children’s Village Medan membutuhkan ibu asuh melalui teman dekatnya

yang kebetulan satu gereja yang juga merupakan salah satu ibu asuh di Yayasan

SOS Children’s Village Medan.

Sebelum menjadi seorang ibu asuh, Ibu Klementina berperan sebagai seorang

Tante asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan sampai akhirnya bisa menjadi

(40)

“ Sebenarnya ini unsur ketidaksengajaan. Saya tidak pernah kepikiran

untuk menjadi ibu asuh, tetapi karena saya sangat menyukai anak-anak

akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dengan SOS Children’s

Village. Saya mendapat informasi bahwa SOS Children’s Village

membutuhkan ibu asuh melalui teman satu gereja saya yang sudah lebih

dulu bergabung. Awalnya saya masih menjadi tante asuh namun akhirnya

saya bisa menjadi ibu asuh sampai saat ini.”

Tentu saja Ibu Klementina harus bersabar karena sebelumnya keluarga Ibu

Klementina tidak setuju dengan keputusannya untuk menjadi ibu asuh. Keluarganya

mengira bahwa ia akan menjadi seorang asisten rumah tangga atau menjadi seorang

baby sitter. Keluarga merasa aneh, karena SOS Children’s Village belum terlalu

dikenal oleh masyarakat medan. Namun Ibu Klementina menjelaskan kepada

keluarganya dan membawa 2 orang anak yang ia asuh untuk menujukkan kepada

keluarganya bahwa pekerjaannya merupakan pekerjaan yang baik dan sangat berarti

bagi orang lain. Semenjak itulah akhirnya keluarga Ibu Klementina sangat

mendukung dengan apa yang ia lakukan.

Ibu Klemetina tidak merasa canggung saat pertama kali berhadapan dengan

anak-anak asuhnya, karena sebelumnya ia merupakan seorang tante yang sudah

sering berkomunikasi dengan anak-anak asuh SOS Children’s Village Medan. Saat

menjadi tante, Ibu Klementina sering melihat kondisi anak-anak asuh yang sudah

kehilangan pengasuhan orang tua, sehingga muncul belah kasihnya untuk mejadi

(41)

Tidak mau mengalah biasanya menjadi konflik bagi anak-anak yang diasuh

oleh Ibu Klementina. Namun ia mempunyai caranya sendiri untuk mengatasi

masalah seperti ini, menurut Ibu Klementina:

“ Kalau sudah berkelahi biasanya mereka saya kasih pilihan, mau pisau

yang kecil atau yang besar untuk menyelesaikannya, maka setelah itu

mereka akan sadar dan tidak berkelahi lagi. Tapi itu hanya sebagai

candaan saja agar mereka sadar bahwa mereka sebagai saudara tidak

boleh berkelahi.”

Sifat remaja yang sering membangkang merupakan salah satu kesulitan yang

dialami oleh Ibu Klementina. Tidak jarang anak remaja yang ia asuh tidak mau

mendengar nasehat dan perkataannya. Berikut penuturan Ibu Klementina:

“ Menghadapi anak remaja ini yang cukup sulit, sering melawan dan tidak

mau menerima nasehat saya padahal niat saya kan baik untuk kebaikan

mereka. Kalau sudah seperti itu biasanya saya diamkan sebentar, namun

sering juga saya marahi, tapi tetap saya beri mereka nasehat bahwa

mereka kesini bukan untuk gaya-gayan tetapi untuk belajar hidup mandiri

agar kelak mereka bisa menjadi orang yang suskes.”

Dengan demikian, anak-anak dapat mengerti bahwa Ibu Klementina ingin

mereka menjadi anak-anak yang sukses dan bisa dibanggakan dan mereka dapat

(42)

5.2.3 Informan Kunci 4

Nama : Riste Hutabarat

Umur : 49 Tahun

Riwayat Pendidikan : SMA

Agama : Protestan

Suku : Batak

Alamat Asli : Komplek Angkatan Laut, Medan

Status : Single

Jumlah Anak yang dimiliki : 7 orang

Ibu Riste Hutabarat merupakan ibu asuh di SOS Children’s Village Medan

yang sudah hampir 10 tahun ia bergabung. Ibu Riste merupakan wanita single yang

belum pernah menikah, sehingga itu merupakan salah satu alasannya ingin menjadi

seorang ibu asuh. Di SOS Children’s Village inilah menurutnya ia bisa mempunyai

keluarga sendiri walaupun bukan keluarga sedarah, karena sebelumnya Ibu Riste

pernah gagal untuk menikah sehingga ia memutuskan untuk bergabung dan menjadi

seorang ibu asuh.

Ibu Riste mendapat informasi tentang SOS Children’s Village dari

kerabatnya yang juga merupakan ibu asuh di SOS Children’s Village di Bandung.

Dari situlah ia memutuskan untuk pergi training di Bandung agar bisa menjadi

seorang ibu asuh. Berikut penuturan Ibu Riste:

“Saya pernah gagal untuk menikah padahal saya ingin sekali punya

keluarga sendiri. Setelah kejadian itu saya mendapatkan informasi dari

(43)

Bandung. Ya sudah saya ikut training di Bandung, dan akhirnya bisa

menjadi ibu asuh di SOS Children’s Village Medan ini.”

Sebelumnya keluarga Ibu Riste tidak mengijinkan ia untuk menjadi ibu asuh,

karena mengira bahwa ibu Riste bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga. Tapi

setelah ia mengajak keluarga besarnya untuk melihat kondisi tempat ia bekerja dan

anak-anak yang ia asuh, keluarga mulai memberikan dukungan dan respon yang

positif terhadapnya.

Saat pertama kali berhadapan dengan anak-anak Ibu Riste merasa gugup.

Apalagi ketika mendapatkan anak asuh pertamanya adalah kembar, ia mulai bingung

karena anak tersebut sudah umur 2 tahun tapi belum bisa berjalan. Sempat ia ingin

menyerah dan memutuskan untuk pulang dan meninggalkan anak tersebut, namun

hati kecilnya tidak sanggup untuk melakukannya, pelan-pelan ia mengasuh

anak-anak tersbeut dengan kasih sayang sehingga anak-anak tersebut bisa tumbuh dan

berkembang dengan baik.

Pertengkaran juga sering terjadi di rumah yang ditempati oleh Ibu Riste.

Anak-anak yang tidak mau disalahkan merupakan salah satu penyebabnya. Saling

menuduh sama lain, sehingga tidak tahu siapa yang benar, maka Ibu Riste akan

memberikan sanksi kepada anak-anak yang melakukan pertengkararan. Ibu Riste

mempunyai caranya sendiri untuk mengatasi masalah seperti ini, berikut menurut Ibu

Riste:

“ Sering sekali dirumah ini terjadi pertengkaran. Tidak mau disalahkan,

saling menuduh, tidak tahu siapa yang salah dan siapa yang benar.

Biasanya kalau terjadi seperti ini, yang membuat perkelahian saya beri

(44)

mendapat hukuman dengan membersihkan kamar mandi, melipat

pakaian dan merapikan tempat tidur. Selain itu juga saya sering

menasehati mereka bahwa adik harus menuruti perkataan kakaknya, dan

kakak harus mengalah kepada adiknya. Selalu saya tanamkan seperti

ini.”

Pengaruh lingkungan dari luar menjadi salah satu kesulitan Ibu Riste dalam

menghadapi anak-anak asuhnya, terutama yang remaja. Remaja yang suka

membangkang, tidak mau mendengar perkataan Ibu Riste, yang semula tidak mau

mengambil barang-barang dirumah, karena pengaruh dari teman-temannya di luar

rumah anak-anak menjadi suka mengambil barang-barang orang lain. Berikut

penuturan Ibu Riste:

“ Saya sering bingung kalau lihat anak-anak yang remaja ini. Yang

awalnya dirumah penurut, tidak mau melawan, tidak mau mengambil

barang-barang dirumah tetapi karena pengaruh dari luar, dari

teman-temannya mereka menjadi anak yang suka membangkang, diluar rumah

suka mengambil barang-barang orang lain atas dorongan

teman-temannya, anak-anak beranggapan bahwa saya hanya mengoceh tidak

jelas.

Kalau perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak yang diasuh oleh Ibu Riste

melewati batas, biasanya ia akan mengadukan dengan pembina-pembina di Yayasan

SOS Children’s Village Medan agar mendapat solusi untuk menyelesaikan

(45)

5.2.5 Informan Kunci 5

Nama : Salbiah

Umur : 54 Tahun

Riwayat Pendidikan : SD

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat Asli : Jl. Titi Kuning, Medan

Status : Single Parent

Jumlah Anak yang dimiliki : 9 orang

Ibu Salbiah sudah 10 tahun bergabung dengan Yayasan SOS Children’s

Village, sejak tahun 2005. Seorang single parent yang memiliki 2 orang anak.

Sebelumnya Ibu Salbiah tidak mampu menghidupi anaknya, ia ingin

anak-anaknya dapat bersekolah, mendapatkan kehidupan yang layak, sehingga itulah yang

menjadi alasan Ibu Salbiah ingin bergabung di Yayasan SOS Children’s Village.

Sebelum SOS Children’s Village Medan selesai dibangun, pemimpin SOS

Children’s Village Medan yang sudah dibentuk mengunjungi kawasan-kawasan

kumuh di Medan untuk menginformasikan dan menawarkan kepada wanita-wanita

yang single dan single parent untuk menjadi seorang ibu asuh, termasuk Ibu Salbiah.

“ Pada saat itu saya tidak ada pekerjaan, saya ingin anak saya bisa

sekolah, jadi ketika Pemimpin SOS Children’s Village Medan datang ke

rumah saya, saya mau menerima tawarannya untuk menjadi ibu asuh. Jadi

(46)

Tidak ada penolakan dari keluarga Ibu Salbiah saat ia memutuskan untuk

menjadi ibu asuh di SOS Children’s Village Medan, justru sebaliknya keluarga Ibu

Salbiah sangat mendukung dengan keputusannya, karena menurut keluarga Ibu

Salbiah itu juga untuk kebaikan anak-anaknya.

Awal Ibu Salbiah berhadapan dengan anak-anak, ia harus melihat dan

menerima karakter-karakter dari anak-anak asuhnya. Jika anak-anak asuhnya

melakukan kesalahan ia tidak langsung memarahi tetapi dengan memberikan nasehat

kepada anak-anak asuhnya agar anak-anak asuhnya juga dapat menerima Ibu

Salbiah. Dengan duduk dan makan bersama anak-anak asuhnya, membantu

menyelesaikan tugas sekolah merupakan cara-cara Ibu Salbiah melakukan

pendekatan dengan anak-anak pertama kali.

Anak-anak yang diasuh oleh Ibu Salbiah juga sering terjadi pertengkaran,

biasanya karena tidak ada yang mau mengalah anak-anak yang mau menang sendiri.

Untuk mengatasi masalah seperti ini, berikut menurut Ibu Salbiah:

“ Biasanya kalau bertengkar karena tidak ada yang mau mengalah,

pengen menang sendiri. Kalau sudah seperti ini, saya sering menasehati

mereka kalau sesama saudara tidak boleh bertengkar, malu sama

keluarga yang lain. Harusnya saling mengasihi dan melindungi satu sama

lain, setelah itu biasanya mereka akan meredah dan kembali baik seperti

semula lagi.”

Dalam mengasuh anak-anak, Ibu Salbiah sering mengalami kesulitan

terutama dalam mengarahkan anak-anak remaja ke jalan yang benar tetapi justru

(47)

dewasa tidak menjamin bisa membuat keadaan rumah Ibu Salbiah lebih aman, justru

sering memberikan contoh-contoh yang tidak baik kepada adik-adiknya.

” Kalau saya mengarahkan kejalan yang baik, anak-anak malah

membelok ke jalan yang tidak baik. Yang sudah remaja dan cukup dewasa,

dia tidak mau menerima nasehat saya, kalau yang masih kecil biasanya

masih bisa saya bilangin. Awalnya saya pikir karena ada yang cukup

dewasa dirumah bisa membantu saya mengurus adik-adiknya tetapi justru

sebaliknya, mereka sering memberikan contoh yang tidak baik kepada

adik-adiknya, ini kesulitannya kalau mengasuh mereka.”

5.2.6 Informan Utama 1

Nama : YY

Umur : 13 Tahun

Pendidikan : Sedang duduk di kelas 1 SMP

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status dalm Keluarga :Anak yang kehilangan pengasuhan

orang tua karena kemiskinan

YY merupakan siswi di salah satu sekolah negeri yang ada di kota Medan.

Sehari-hari YY sangat aktif di sekolahnya, sehingga tidak heran jika YY termasuk

anak yang cerdas di sekolahnya. Sebelumnya, YY tinggal dengan orang tuanya di

Padang, namun karena terhimpit ekonomi YY terpaksa di masukkan ke SOS

(48)

“Saya sudah berada disini sejak kelas 4 SD saat berumur 10 tahun,

dulunya saya tinggal bersama orang tua saya tetapi karena orang tua

saya miskin akhirnya saya dibawa kesini. Saya hampir putus sekolah

karena orang tua saya tidak bisa membayar biaya sekolah saya.”

YY mengaku ketika masih tinggal dengan orang tua dan keluarganya, YY

hanya sekali makan dalam sehari. Selain itu juga saat YY merasakan sakit atau

gejala-gejala akan sakit, YY hanya berusaha sendiri untuk mengobati dirinya, karena

YY tidak mau membuat orang tuanya khawatir dan bingung karena YY tahu orang

tuanya tidak mempunyai biaya untuk berobat.

Lingkungan tempat YY tinggal sebelumnya tidak memungkinkan YY untuk

tetap tinggal di sana sehingga tepat pada tahun 2012 YY dengan adiknya diantar

oleh keluarga untuk tinggal di Yayasan SOS Children’s Village Medan dan

kemudian beberapa bulan disusul oleh abang kandungnya. YY bersama kedua

saudara kandungnya tinggal bersama di SOS Children’s Village Medan. Berikut

penuturan YY:

“ Tahun 2012 saya masuk ke sini. Tetapi saya tidak sendirian, saya masuk

bersama adik saya, kemudian abang saya juga menyusul masuk kesini.

Abang saya sekarang sekolah kelas 1 SMA, dan adik saya kelas 3 SD.

Kami tinggal satu rumah disini.”

Awal masuk ke SOS Children’s Village Medan, YY masih merasa bingung

dan ingin pulang karena sering rindu dengan orang tuanya. YY masih sering

menangis karena belum terbiasa berada di Yayasan tersebut. YY Cuma bisa diam

(49)

abang kandungnya. YY merasa bahwa orang tuanya tidak menyayanginya karena

sudah memasukkannya ke Yayasan SOS. Namun, ibu asuh menyadarkannya bahwa

alasan orang tua YY memasukkannya ke Yayasan SOS karena ingin melihat YY

menjadi anak yang sehat, pintar dan sukses sehingga bisa membuat orang tuanya

bangga kepada YY. Setelah mendengar perkataan dari ibu asuhnya YY akhirnya

mengerti dan ia pun berjanji untuk rajin belajar dan menjadi anak yang baik.

YY mengaku setelah 3 tahun diasuh oleh ibu asuhnya, ia merasa sangat

bahagia dengan perhatian dan kasih sayang ibu asuhnya. YY sering diajarkan

memasak dan dibantu menyelesaikan tugas sekolah oleh ibu asuhnya. YY juga

mengaku kalau ibu asuhnya tidak pernah pilih kasih atau berpihak pada yang satu,

sikap ibu asuh terhadapnya sama dengan sikap ibu asuh ke saudaranya yang lain. Ibu

asuh YY juga sering mengajak untuk bergotong royong membersihkan rumah di

setiap hari minggu, mengajak makan bersama seperti sarapan dan makan malam

dengan saudara-saudara asuh YY yang lain dirumah.

Hubungan YY dengan saudara asuh lainnya juga cukup akrab, tetapi tidak

jarang di rumah yang YY tinggali terjadi pertengkaran. Namun, YY lebih sering

memilih untuk mengalahagar tidak terjadi keributan di dalam rumahnya. Tidak

hanya dengan saudara asuh di satu rumah dengannya tetapi dengan saudara-saudara

asuh di rumah yang lain YY juga memilih untuk diam dan mengalah saat terjadi

pertengkaran dan keributan. YY mengaku jika ia dan saudara-saudara lainnya

membuat kesalahan, ibu selalu menasehati agar tidak melakukan

kesalahan-kesalahan lagi. YY juga menjelaskan bahwa:

“ Ibu asuh sangat perhatian kepada saya, terutama ketika saya sedang

sakit, ibu memberikan saya obat dan merawat saya sampai saya sembuh.

(50)

dibawa kerumah sakit. Ibu juga tidak pernah memukul saya dan

saudara-saudara yang lain,kecuali kalau membuat kesalahan yang

besar.”

YY juga sering mendapatkan motivasi dari ibu asuhnya agar bisa menjadi

anak yang mandiri dan sukses sehingga bisa membanggakan keluarga nantinya. Saat

memiliki masalah pun YY lebih sering bercerita dengan ibu asuhnya, agar bisa

mendapatkan solusi untuk bisa menyelesaikan masalahnya. Ibu asuh YY selalu

mengajak sarapan, dan makan malam bersama dirumah.

Pengasuhan yang diberikan ibu asuh YY memberikan perubahan dan

pengaruh terhadap kehidupan YY yaitu menjadi lebih disiplin, mengerti bagaimana

saling menyayangi sesama saudara, bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri seperti

mencuci piring, mencuci baju, dan menyetrika pakaian. Berikut penuturan YY:

“ Setelah beberapa tahun diasuh oleh ibu, saya menjadi lebih disiplin.

Dulu saya selalu bangun siang tidak bisa bangun pagi. Ibu juga

mengajarkan saya bagaimana sayang dengan saudara, selain itu

sekarang saya sudah bisa mencuci baju dan piring, menyetrika juga

sudah bisa itu semua ibu yang mengajarkan saya.”

Selama berada di Yayasan SOS Children’s Village Medan, YY menjalani

berbagai kegiatan yang ada di Yayasan yang didampingi oleh Pembina. Kegiatan

yang paling disukai oleh YY adalah kegiatan ibadah, disana YY setiap 3 kali

seminggu dilakukan pengajian pada malam hari. YY merasa dengan kegiatan ibadah

ini, ia semakin rajin beribadah dan lancar membaca kitab suci Al-Qur’an. YY juga

(51)

“ Yayasan SOS sering mengajak rekreasi ke tempat-tempat yang menarik

untuk belajar bersosialisasi dengan berbagai kalangan masyarakat.

Selain itu juga disini sering ada game yang seru, les bahasa inggris, les

komputer, nari dan musik. Saya sering dapat baju baru apalagi kalau

mau masuk sekolah biasanya dapat peralatan sekolah yang baru.”

Banyak hal yang diajarkan dan diberikan oleh ibu asuh dan yayasan kepada

YY. Kasih sayang dan perhatian ibu asuh yang diberikan kepada YY seperti

layaknya anak kandung sendiri. Begitupula dengan YY yang menganggap ibu

asuhnya seperti ibu kandungnya sendiri. YY juga merasa dirinya lebih mandiri dan

hidupnya ada perubahan.

5.2.7 Informan Utama 2

Nama : IG

Umur : 14 Tahun

Pendidikan : Sedang duduk di kelas 1 SMP

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Suku : Karo

Status dalam Keluarga : Anak yang kehilangan pengasuhan

orang tua karena kemiskinan

IG adalah anak sulung dari 2 bersaudara. IG merupakan siswi di salah satu

sekolah menengah pertama negeri di kota medan. IG salah satu anak yang

Gambar

Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Proportion of possible Remote Associates Test (RAT) prob- lems solved incorrectly as a function of the amount of problem-solving- induced forgetting (proportion of baseline

 pada tahapan auction yang sudah aktif, maka dapat diproses dengan klik pada akan muncul seperti pada gambar dibawah ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa good corporate governance yang dilaksanakan oleh perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap hubungan antara sustainability

Dalam membahas masalah sistem operasional prosedur dan pengendalian internal atas penggunaan Letter of Credit pada PT Arwana Citramulia Tbk, maka masalah yang akan

Teori yang dikemukakan oleh Wallace at al (1994) dalam Ikka (2006) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas merupakan ukuran kinerja manajemen dalam mengelola

[r]

untsuir mntrdi pngrulu bagi wnJaga dan mrqaraet Garq Arlt

Pengangguran konjungtur ( cyclical unemployment ) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan- perubahan dalam kegiatan perekonomian. Pada waktu kondisi perekonomian