Pedoman Wawancara
Peranan Keluarga Pengganti dalam Mengembalikan Keberfungsian Sosial Anak di Yayasan SOS Children’s Village Medan
A. Karakteristik Identitas Informan 1. INFORMAN UTAMA
Identitas Informan
a. Nama :
b. Umur :
c. Pendidikan :
d. Jenis kelamin :
e. Agama :
f. Suku :
B. Asesmen
1. Apa yang menjadi alasan sehingga adik bisa berada di Yayasan SOS
Children’s Village Medan ini?
2. Sebelum berada disini, siapa yang mengasuh adik?
3. Apakah adik masih mempunyai kerabat?
4. Bagaimana hubungan adik dengan keluarga adik sebelumnya?
5. Sebelum masuk ke Yayasan SOS ini,apakah adik sebelumnya sekolah?
6. Bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal adik sebelumnya?
7. Sebelum masuk ke Yayasan SOS inisiapa yang merawat adik ketika
8. Berapa kali adik makan dalam sehari sebelum masuk ke Yayasan SOS
Children’s Village Medan ini?
9. Kapan adik mulai bergabung di Yayasan SOS Children’s Village Medan
ini?
10. Sudah berapa lama adik berada di Yayasan SOS Children’s Village
Medan?
11. Apakah ada saudara adik yang lain yang juga ikut tinggal di Yayasan
SOS Children’s Village Medan ini?
12. Ketika adik pertama kali tinggal di Yayasan SOS Children’s Village
Medan ini, apa yang adik lakukan?
C. Peranan Keluarga Pengganti a. Kegiatan Harian
13. Bagaimana hubungan adik dengan saudara asuh yang lainnya?
14. Bagaimana sikap ibu asuh terhadap adik?
15. Apakah sikap ibu asuh dengan adik sama dengan saudara asuh lainnya?
16. Apakah ada bimbingan pribadi, seperti pemberian motivasi yang adik
dapatkan dari ibu asuh?
Jika ada, apa saja?
17. Ketika memiliki masalah kepada siapa adik bercerita?
18. Bagaimana tindakan ibu asuh jika adik merasakan sakit atau gejala-gejala
akan sakit?
19. Jika adik memiliki tugas sekolah apakah ibu asuh ikut membantu
menyelesaikannya?
21. Adakah perubahan yang adik rasakan setelah memiliki ibu dan saudara
asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan?
22. Adakah pengaruh terhadap adik selama diasuh oleh ibu asuh di Yayasan
SOS Children’s Village Medan?
23. Apakah adik sering membersihkan kamar dan rumah?
24. Jika makan, biasanya sendirian atau bersama-sama dengan ibu dan
saudara asuh?
25. Kalau pulang sekolah pernah pulang terlambat?
26. Kegiatan apa yang paling disenangi diSOS Children’s Village Medan ini?
27. Selama tinggal di SOS Medan ini adik sering melakukan olahraga?
28. Olahraga apa yang paling disenangi di SOS Medan ini?
29. Bagaimana kegiatan kerohanian di SOS Children’s Village Medan ini?
30. Ibu asuh pernah mengajak adik untuk melakukan gotong royong
membersihkan rumah?
b. Pelayanan Lembaga
31. Apakah Yayasan SOS Children’s Village Medan pernah memberikan
baju baru?
32. Bagaimana tindakan SOS Children’s Village Medan jika adik sakit?
33. Ketika tahun ajaran baru, apakah SOS Children’s Village Medan pernah
memberikan peralatan sekolah baru?
34. Apakah yayasan SOS pernah mengajak rekreasi?
35. Apakah adik bebas memilih tempat sekolah yang adik inginkan?
2. INFORMAN KUNCI
Identitas Informan
a. Nama :
b. Umur :
c. Riwayat Pendidikan :
d. Agama :
e. Suku :
f. Alamat Asli :
g. Status :
h. Jumlah anak yang dimiliki :
B. Pertanyaan untuk Ibu Asuh
1. Apa yang menjadi alasan anda sehingga bisa menjadi ibu asuh dalam
keluarga pengganti di Yayasan SOS Children’s Village Medan ini?
2. Dari mana anda mendapatkan informasi bahwa Yayasan SOS Children’s
Village Medan membutuhkan ibu asuh untuk menjadi keluarga pengganti
bagi anak-anak asuh?
3. Apakah sebelumnya anda mengetahui apa itu keluarga pengganti?
4. Sudah berapa lama anda menjadi ibu asuh di Yayasan SOS Children’s
Village Medan ini?
5. Bagaimana respon keluarga ketika anda memutuskan untuk menjadi ibu asuh
di Yayasan SOS Children’s Village Medan?
6. Apa saja yang anda lakukan saat pertama sekali mengadakan pertemuan
7. Pendekatan seperti apa yang anda lakukan terhadap anak-anak asuh agar
mereka mau terbuka terhadap anda?
8. Bagaimana cara anda menangani anak-anak yang terlibat pertengkaran dalam
rumah yang anda tempati?
9. Apa saja kesulitan yang anda alami dalam menjalankan peran sebagai
seorang ibu asuh?
A. Karakteristik Identitas Informan 3. INFORMAN TAMBAHAN
Identitas Informan
a. Nama :
b. Umur :
c. Riwayat Pendidikan :
d. Jenis Kelamin :
e. Agama :
f. Suku :
g. Alamat :
h. Jabatan :
B. Pertanyaan untuk Penanggung Jawab Program Keluarga Pengganti, Staff Administrasi dan Bapak Asuh
1. Mengapa Yayasan SOS Children’s Village Medan mendirikan pelayanan
sosial anak berbasis keluarga?
2. Apa saja syarat untuk memenuhi kriteria sebagai ibu asuh di Yayasan
3. Apakah bapak/ibu pernah mendapatkan keluhan dari ibu asuh dalam
menangani anak asuh?
Jika pernah, apa saja?
4. Menurut bapak/ibu sejauh ini, apakah ibu asuh sudah berkompeten dalam
melaksanakan peran nya untuk mengasuh anak-anak asuh disini?
5. Apa saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anak asuh di SOS
Children’s Village Medan ini?
6. Apakah ibu asuh atau anak-anak asuh pernah mencoba kabur atau
melarikan diri dari Yayasan SOS Children’s Village Medan ini?
7. Apakah ada kendala yang bapak/ibu dapatkan dalam pelaksanaan
program pelayanan sosial anak berbasis keluarga ini?
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Fahrudin, Adi. (2012). Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Khairuddin, H. (1997). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty.
Martono, Nanang. (2013). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Moleong, L.J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Siagian, Matias. (2011). Metode Penelitian Sosial – Pedoman Praktis
PenelitianBidang Ilmu-ilmu Sosial danKesehatan. Medan: PT Grasindo
Monoratama.
Suyanto, Bagong. (2003). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana.
Suyanto, B & Sutinah. (2005). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Pendekatan
Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Sumber Online:
http://www.direktorat.jenderal.rehabilitasi.sosial.com diakses pada tanggal 28 Oktober pukul 14.00 WIB http://www.RumahKemuning.com.2013 diakses pada tanggal 2 November 2015
pukul 11.00 WIB
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan objek dan fenomena
yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel
penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang
berlangsung (Siagian, 2011: 52). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan
keluarga pengganti dalam mengembalikan keberfungsian sosial anak di Yayasan
SOS Children’s Village Medan.
3.2 Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di Yayasan SOS Children’s Village Medan di Jalan
Seroja Raya No.150, Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan.
Alasan peneliti memeilih lokasi ini adalah karena Yayasan SOS Children’s Village
Medan adalah salah satu yayasan yang melaksanakan program keluarga pengganti
sejak tahun 2007 sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di yayasan
tersebut.
3.3 Informan
Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diobservasi dan
diwawancarai sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi
yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-172).
memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapun informan dalam penelitian
ini meliputi informan kunci, informan utama dan informan tambahan.
3.3.1 Informan Kunci
Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki informasi pokok
yang diperlukan dalam penelitian (Suyatno & Sutinah, 2005: 171-172). Informan
kunci dalam penelitian ini adalah keluarga pengganti binaan Yayasan SOS
Children’s Village Medan untuk memebrikan pengasuhan yaitu 5 keluarga
pengganti.
3.3.2 Informan Utama
Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi
sosial dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut (Suyatno &
Sutinah, 2005: 171-172). Informan utama dalam penelitian ini adalah anak yang
diasuh oleh keluarga pengganti binaan Yayasan SOS Children’s Village Medan
sebanyak 10 orang.
3.3.3 Informan Tambahan
Informan tambahan adalah orang yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti
(Hendarso, dalam Sutinah, 2005: 171-172). Adapun yang menjadi informan
tambahan dalam penelitian ini adalah penanggung jawab program keluarga
pengganti sebanyak 1 orang, staff administrasi 1 orang dan bapak asuh Yayasan SOS
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mendapatkan
infornasi yang dibutuhkan sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber
data pertama di lapangan. Data primer diperoleh dengan metode sebagai
berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui :
a. Studi kepustakaan, yaitu proses memperoleh data atau informasi yang
menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaah buku, jurnal dan
karya tulis lainnya.
b. Studi lapangan adalah pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan
penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. (Siagian, 2011:206)
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deksriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data
yang terkumpul, mempelajari data, menelaahm menyususn dalam satu satuan, yang
kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta
mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk
membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2004).
Setiap data dari informasi yang telah dikumpulkan dakam penelitian berupa
catatan lapangan berupa data utama dari hasil wawancara maupun data penunjang
lainnya dilakukan analisis data, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan suatu
BAB IV
DESRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Profil Yayasan SOS Children’s Village
4.4.1. Sejarah Berdirinya SOS Children’s Village
Herman Gmeiner (1919-1986) mendapat panggilan untuk berbuat sesuatu
bagi perbaikan nasib anak-anak terlantar. Sebagai mahasiswa kedokteran di
Innsburk, Austria, ia menyaksikan betapa kejamnya warisan perang dunia II yang
telah menyebabkan ribuan anak menjadi terlantar dan berkeliaran di dalam kota-kota
yang telah hancur akibat perang dunia II.
Keadaan tersebut menggerakkan hatinya, sehingga pada tahun 1949 ia
meninggalkan bangku kuliah untuk melaksanakan cita-citanya. Segera ia mencari
sumbangan-sumbangan uang yang disatukan dengan uang simpanannya sendiri
sebesar 600 shiling Austria (US $ 30) dan pada november 1949, ia mendirikan
Yayasan SOS Children’s Village, yang bila di Indonesia lebih dikenal dengan
sebutan SOS Desa Taruna.
Dasar pemikirannya untuk mendirikan SOS Children’s Village adalah sangat
sederhana, yaitu bahwa anak-anak terlantar itu telah kehilangan orang tua yang
sangat mencintai mereka. Oleh karena itu, mereka perlu dicarikan orang tua baru.
Pada umumya, yang mampu mencintai anak-anak kecil secara penuh adalah para
wanita. Ia merasa perlu untuk mencari wanita-wanita yang bersedia mencintai
mereka dan sanggup menerima mereka bagaikan anak sendiri. Pada kenyataannya
banyak sekali janda maupun wanita yang tidak bersuami yang ingin hidup mandiri.
menyayangi anak-anak terlantar dan bersedia hidup bersama mereka, ia yakin bahwa
dengan demikian akan tumbuh keluarga yang bahagia.
Pada tahun 1950 telah terkumpul sejumlah ibu pengasuh dan uang untuk
membangun 5 buah rumah di atas tanah sumbangan pemerintah kotamadya Imst,
sebuah kota kecil kira-kira 35 mil di sebelah barat kota Innsburk. Pada pertengahan
dasawarsa tahun 50-an, SOS Children’s Village telah berkembang ke Prancis,
Jerman Barat, Italia, dan Spayol. Dalam dasawarsa selanjutnya terus berkembang ke
negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Arab. Konsep SOS
Children’s Village cepat berkembang karena didasari oleh gagasan keluarga sebagai
unit terkecil dari masyarakat yang sifatnya sangat universal. Selain itu setiap SOS
Children’s Village selalu menyesuaikan diri dengan adat istiadat, kebudayaan, dan
agama setempat.
Yayasan SOS Children’s Village membuka cabang di Indonesia yang
didirikan pada tahun 1970 oleh Agus Prawoto yang baru selesai menuntut ilmu di
Austria. SOS Children’s Village yang didirikan di Indonesia, yang biasa disebut
dengan SOS Desa taruna yang didirikan oleh Herman Gmeiner. Perkampungan SOS
Children’s Village di Indonesia pertama kali beroperasi di Lembang, Jawa Barat
pada tahun 1972. Sebanyak tiga belas keluarga tinggal di desa ini dan menampung
165 anak. Sepuluh tahun kemudian menyusul, pendirian perkampungan di Cibubur,
Jakarta Timur. Sekitar 150 anak bisa ditampung di kompleks ini, tak lama kemudian
menyusul perkampungan serupa di Semarang, Jawa Tengah, Tabanan (Bali) dan
Maumere (Nusa Tenggara Timur).
Lain halnya di Sumatera, berdirinya SOS Children’s Village dilatarbelakangi
oleh terjadinya bencana alam tsunami di Aceh dan gempa bumi di Nias yang
sehingga mereka menjadi anak-anak terlantar. Oleh karena itu, didirikanlah SOS
Children’s Village di Banda Aceh, Meulaboh, dan Sumatera Utara, yaitu Medan,
yang disebut dengan SOS Children’s Village Medan.
SOS Children’s Village Medan adalah sebuah lembaga sosial non pemerintah
berbentuk yayasan yang berkarya bagi anak-anak dengan pola pengasuhan anak
jangka panjang berbasis keluarga. Konsep yayasan ini adalah membantu mengasuh
anak dan memberi masa depan yang cerah bagi anak-anak yatim piatu dan yang
kurang beruntung yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama, dan ras.
Memberikan kembali kasih sayang melalui rumah asuh, keluarga, dan kehidupan
yang memadai agar kelak anak memiliki kehidupan yang mandiri, membantu anak
untuk membentuk masa depannya sendiri, dan memberi kesempatan kepada anak
untuk berkembang dalam masyarakat.
4.2 Visi dan Misi SOS Children’s Village 4.2.1. Visi Lembaga
Sesuai dengan visi dan misinya, SOS Children’s Village memiliki tujuan
untuk memberikan masa depan yang lebih cerah bagi setiap anak yang tertuang dan
terwujud melalui visi dan misi. Adapun Visi SOS Children’s Village yaitu, “Setiap
Anak Dibesarkan dalam Keluarga dengan Kasih Sayang, Rasa Dihargai, dan Rasa
Aman”.
4.2.2. Misi Lembaga
Misi yang dilakukan untuk mewujudkan visi diatas adalah sebagai berikut:
Kami berkarya bagi anak-anak yatim piatu, kurang beruntung atau
keluarganya yang tidak mampu mengasuh mereka. Kami memberikan kesempatan
kepada anak-anak ini untuk membangun hubungan yang langgeng dalam sebuah
keluarga. Pendekatan melalui keluarga di SOS Children’s Village ini didasarkan
pada empat prinsip, yaitu: setiap anak membutuhkan seorang ibu, dan tumbuh secara
alamiah dengan kakak dan adik, di dalam rumah mereka sendiri dan di dalam
lingkungan desa yang mendukungnya.
2. Kami membantu mereka membentuk masa depannya sendiri
Kami memberikan kesempatan anak-anak untuk hidup sesuai budaya dan
agama yang mereka anut dan untuk menjadi anggota masyarakat yang aktif. Kami
membantu anak-anak untuk mengenali dan mengekspresikan kemampuan
individualnya, minat dan bakatnya. Kami menjamin bahwa anak-anak menerima
pendidikan dan pelatihan keterampilan yang mereka perlukan untuk dapat menjadi
anggota masyarkat yang berhasil dan berguna.
3. Kami memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkembang dalam
masyarakat
Kami berbagi dalam kehidupan bermasyarakat dan merespon perkembangan
kebutuhan masyarakat bagi anak-anak dan remaja yang rawan. Kami menyediakan
fasilitas dan program yang bertujuan untuk memperkuat keluarga-keluarga yang
kurang beruntung dan mencegah penelantaran anak-anak. Kami bekerja sama dengan
anggota masyarakat dalam penyediaan pendidikan dan pelayanan kesehatan, serta
2.3. Letak Yayasan SOS Children’s Village Medan
Yayasan SOS Desa Taruna Medan beralamat di Jalan Seroja Raya No.150,
Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi
Sumatera Utara, Telp (061) 8369080, email: medan@sos.or.id, Website:
www.sos-kd.org.
Yayasan ini menempati tanah seluas 2 hektar dan memilki 24 unit bangunan
yang terdiri dari rumah keluarga atau rumah asuh anak, ruang pusat kegiatan, aula.
Kantor, rumah asisten ibu, rumah tamu, bengkel, rumah dewan pembina, rumah
pimpinan, serta sebuah bangunan taman kanak-kanak dan dilengkapi dengan
berbagai fasilitas darana dan prasarana seperti ruang klinik, perpustakaan dan ruang
komputer.
4.4. Sarana dan Prasarana Yayasan SOS Children’s Village Medan
Sesuai dengan visi dan misi serta nilai-nilai/ prinsip SOS Children’s Village,
maka yayasan ini memberikan sarana dan prasarana bagi anak-anak asuhnya. Hal ini
dilakukan agar anak asuh tersebut dapat tumbuh dengan baik, ada rasa tenang dan
sukacita, serta dapat menjadi matang dan bijaksana agar dapat berguna bagi
masyarakat mendatang. Sarana dan prasarana adalah hal-hal yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan yayasan. Adapun sarana dan prasarana yang ada di Yayasan SOS
Children’s Village Medan, yaitu:
1. Sekolah TK/ Play Group
Taman kanak-kanak merupakan tempat belajar dan mengajar anak-anak TK/
Play Group yang berasal dari anak asuh SOS Children’s Village Medan sendiri
yang terdiri dari TK A, B dan Play Group. Setiap ruangan kelas memiliki 30 buah
meja dan kursi, 1 buah lemari, 1 set rak tempat mainan anak-anak. Sekolah juga
mempunyai fasilitas bermain anak-anak seperti ayunan, perosotan dan permainan
lainnya.
2. Ruang komputer
Ruang komputer ini berguna untuk menambah keterampilan anak-anak dalam
mengenal dan memahami komputer. Ruangan tersebut berada dalam kondisi yang
baik. Fasilitas yang ada dalam ruangan tersebut terdiri dari 10 set komputer, 13 set
meja dan kursi, I buah AC dan 1 buah papan tulis yang semuanya dalam kondisi
baik.
3. Ruang perpustakaan
Yayasan ini juga memfasilitasi perpustakaan kepada anak asuh, agar mereka
memiliki minat membaca dan dapat menambah wawasan anak. Dalam perpustakaan
tersebut terdapat 4 rak besar tempat buku-buku dengan jumlah buku lebih kurang
sebanyak 800 buku yang terdiri dari buku pelajaran, buku cerita, serta majalah dan
terdapat 1 unit AC.
4. Ruang aktivitas
Ruang aktivitas adalah ruang dimana tempat anak untuk melakukan aktivitas
seperti belajar menyanyi, menari, dan menonton bersama. Ruangan ini biasa disebut
dengan ruang kesenian. Fasilitas yang terdapat dalam ruangan ini adalah, 1 set
televisi, 2 set tape polytron besar, 1 set DVD, 1 set amplifier dan 4 buah speaker, 1
set keyboard, 2 buah gitar, 24 buah kursi plastik, 1 buah papan tulis dan 1 buah kipas
5. Gedung hall
Gedung hall ini berbentuk gedung terbuka yang biasanya digunakan untuk
acara pertemuan dan berbagai kegiatan yang ada di SOS Children’s Village Medan.
6.Ruang klinik
Dalam ruang klinik atau ruang kesehatan, yayasan SOS memiliki seorang
perawat yang selalu memperhatikan kondisi kesehatan anak asuh.
7. Lapangan olahraga
Lapangan olahraga ini dimanfaatnkan oleh anak asuh untuk bermain sepak
bola dan latihan taekwondo setiap sore hari. Fasilitas yang diberikan adalah 2 buah
bola kaki. Kondisi lapangan ini sangat baik.
8. Rumah asuh (Family house)
Yayasan SOS memiliki 15 unit rumah asuh dimana rumah ini merupakan
tempat anak berlindung dan mendapatkan suasana keluarga yang penuh dengan kasih
sayang. Rumah asuh ini diberikan nama masing-masing dan setiap anak
dikelompokkan sesuai agamanya masing-masing dan memiliki ibu asuh sesuai
dengan agama yang dianut oleh anak-anak tersebut agar terjalin sebuah keluarga
yang baik. Rumah ini memiliki fasilitas layaknya rumah keluarga yang ada di
tengah-tengah masyarakat.
9. Kantor yayasan (Ruang sekretariat)
Kantor ini adalah tempat untuk melakukan kegiatan administrasi yayasan,
terdapat staff pekerja yayasan yaitu, pimpinan yayasan, dewan Pembina, sekretaris
4.5. Sumber Dana Yayasan SOS Children’s Village Medan
Menjalankan seluruh program pelayanan kepada masyarakat oleh SOS
Children’s Village Medan tidak mungkin tanpa dukungan dana, untuk itu yayasan ini
aktif dalam menggalang donasi baik dari dalam maupun luar negeri, ataupun
masyarakat atau per orang yang sukarela memberi dana bagi SOS. Adapun beberapa
donatur SOS Desa Taruna Medan, yaitu:
1. NUMICO
2. Sari Husada (Indonesia)
3. Heymans
4. Dagblad Norden
Setiap orang juga dapat berpartisipasi dan membantu SOS Children’s Village
di dalam usahanya mengatasi masalah anak-anak terlantar, yaitu dengan menjadi
Sahabat SOS Children’s Village. Partisipasi ini bersifat sukarela, dalam bentuk
maupun bidang yang beraneka ragam, seperti:
a) Sumbangan sukarela secara berkala maupun insidental, baik berupa dana maupun
barang.
b) Menjadi orang tua asuh yang secara berkala membantu seorang anak asuh atau
lebih, yang disebut sponsor.
c) Mengadakan kunjungan secara periodik atau menghibur anak-anak SOS Children
Village dan mengadakan kegiatan lainnya sebagai rasa ikut memiliki SOS
Children Village.
d) Membantu anak remaja SOS untuk mendapatkan pendidikan keahlian dan
keterampilan, serta membantu menyalurkan mereka ke tempat-tempat kerja yang
4.6. Struktur Organisasi Yayasan SOS Children’s Village Medan
Pengorganisasian merupakan suatu proses merancang struktur formal,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara
para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai. Pelaksanaan proses
pengorganisasian yang baik akan membuat suatu organisasi dapat mencapai
tujuannya dengan baik pula. Dengan adanya struktur organisasi memungkinkan
adanya tindakan koordinasi terhadap setiap kegiatan diantara setiap bagian dalam
struktur tersebut. Adapun struktur organisasi yayasan SOS Children;s Village
Medan, yaitu:
Bagan 4.1
Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas
Berikut ini adalah uraian tugas dari tiap-tiap bidang sesuai dengan fungsinya, yaitu:
1. Village Director (VD/ pimpinan)
a. Merencanakan kegiatan dan kebijakan yang akan diambil dan bekerjasama
dengan dewan pembina untuk mengawasi perkembangan anak.
b. Memastikan semua perencanaan dan kebijakan yang dilaksanakan oleh
setiap departemen yang ada.
c. Mengawasi dan membuat evaluasi atas pelaksanaan kebijakan-kebijakan
yang telah ditetapkan untuk mendukung kemajuan yayasan.
2. Sekretariat
a. Bidang Staff Administrasi: melaksanakan kegiatan korespondensi dan
surat menyurat baik diluar kegiatan lingkungan yayasan maupun lembaga .
b. Bidang Keuangan: bertanggung jawab atas arus kas masuk dan keluar
serta jurnal pembukuan.
3. Staf pendidik
Tugasnya adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SOS
Children’s Village Medan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
4. Bagian keterampilan
Bertanggung jawab atas perkembangan keterampilan anak.
5. Bagian rumah tangga
Tugas dari bagian rumah tangga ini dilakukan oleh ibu asuh. Tugas dari ibu
asuh adalah merawat anak, memberi kasih sayang dan perhatian,
membimbing anak-anak. Di dalam rumah asuh bertanggung jawab ibu asuh
terhadap anak asuh selayaknya bagaimana tugas seorang ibu terhadap
anaknya sendiri daalam sebuah keluarga. Jadi anak merasa mempunyai
adalah pendampingan ibu asuh apabila ibu asuh ada halangan, tante dapat
mengambil alih atau mengganti ibu asuh bagi anak-anak.
6. Bagian kesehatan
Bertanggung jawab akan kesehatan anak dan juga karyawan di SOS
Children’s Village Medan
7. Bagian akademis
Bagian akademis ini dilakukan oleh guru-guru TK/Play Group. Tugas dari
guru-guru TK/Play Group ini adalah mengajar anak-anak yang bersekolah
di TK/Play Group, baik itu anak-anak yang tinggal di yayasan SOS maupun
anak-anak dari masyarakat luar.
8. Bagian keamanan
Bertanggung jawab akan keamanan di SOS Children’s Village Medan.
9. FSP (Family Strengthening Programme)
Program penguatan keluarga (Family Strethening Programs) ini dilakukan
di desa binaan yaitu Namo Gajah, Sidomulyo, Tanjung Anom dan Ladang
Bambu. FSP bertujuan untuk mencegah anak-anak dari kehilangan merawat
keluarga mereka. Hal yang dilakukan FSP yaitu memberdayakan keluarga,
untuk memperkuat kapasitas mereka dalam melindungi dan merawat
anak-anak mereka, dan memperkuat jaring pengaman untuk anak-anak-anak-anak yang
rentan dan keluarga mereka dalam masyarakat. Mana anak-anak telah
kehilangan perawatan keluarga biologis mereka, FSP menyediakan
4.7. Program Yayasan SOS Children’s Village Medan
4.7.1. Program Pelayanan Sosial Anak Berbasis Keluarga
Pengasuhan Anak Berbasis Keluarga Jangka Panjang di SOS Children’s
Village berdasarkan pada 4 prinsip, yaitu:
1. Ibu : Tiap anak memiliki orang tua yang mengasuhnya
2. Kakak dan adik : Ikatan keluarga tumbuh secara alami
3. Rumah : Setiap keluarga menciptakan suasana rumah yang
nyaman
4. Desa : Keluarga SOS merupakan bagian dari masyarakat
Standar Pengasuhan Anak Berbasis Keluarga Jangka Panjang di SOS
Children’s Village, yaitu:
1. Pengasuhan anak dalam keluarga SOS merupakan kerangka kerja kita.
2. Ibu keluarga SOS memimpin keluarga SOS.
3. Anak mendapatkan suasana keluarga di rumah SOS sesuai dengan kebutuhan
yang terbaik baginya.
4. Perkembangan anak didukung secara aktif.
5. Program remaja memberikan kesempatan untuk belajar pengembangan diri.
6. Tiap keluarga SOS merupakan bagian dari masyarakat.
7. Desa dan aset-aset digunakan secara bertanggung jawab.
8. Perencanaan dan evaluasi menjamin lingkungan pengasuhan anak yang
berkualitas.
9. Proses belajar dan pengembangan diri pegawai didukung.
10. Seorang pimpinan desa memimpin SOS Children’s Village.
Adapun tanggung jawab yang ada di SOS Children’s Village adalah:
a. Menciptakan suasana kekeluargaan.
b. Memimpin keluarga SOS.
c. Menjamin kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan anak melalui
perannya sebagai orang tua.
d. Mengembangkan kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan dirinya.
e. Melaksanakan pekerjaan rumah tangga.
f. Membimbing anak untuk dapat bertanggung jawab.
g. Berinteraksi dan memberi sumbangsih bagi masyarakat.
2. Pembina remaja (staf pengasuh remaja), tanggung jawab utamanya adalah:
a. Membimbing pengembangan pribadi remaja yang tinggal di rumah remaja
b. Menciptakan kesempatan untuk berinteraksi dengan keluarga dan
masyarakat
c. Mengembangkan pendidikan dan karir remaja
d. Mendukung ibu SOS dan remaja yang tinggal di rumah keluarga SOS
3. Staf pendukung, berperan untuk memperkuat keluarga SOS. Mereka
mendukung ibu SOS dengan memberi bantuan bila dibutuhkan dan memberi
kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang. Mereka berperan memberi
panutan bagi anak-anak walaupun mereka tidak mempunyai tanggung jawab
penuh dalam pengasuhan dan perkembangan anak-anak.
4. Tante SOS dan Asisten keluarga SOS, tanggung jawab utamanya adalah:
a. Mendukung dan meringankan tugas ibu SOS
b. Membantu ibu SOS dalam aktifitas perkembangan abak-anak
c. Berperan sebagai panutan pengasuhan lain bagi anak
a. Bekerja sama dengan ibu SOS dalam membuat rancangan perkembangan
anak dan menentukan prioritas sumber daya dalam melaksanakan rancangan
tersebut
b. Memastikan agar keluarga SOS mendapat dukungan seperti program
terapi, kebutuhan khusus, dan pendidikan
c. Mendukung proses penerimaan anak dengan mengumpulkan informasi
mengenai latar belakang anak serta situasinya saat ini, melalui jalur hukum
dan resmi serta bekerja dengan keluarga biologisnya.
6. Staf Administrasi dan Pemeliharaan, tanggung jawab utamanya adalah:
a. Mendukung ibu SOS dalam hal administrasi
b. Memastikan agar sistem administrasi desa berjalan dengan baik, yang
mencakup pendanaan, informasi dan data desa, asset, halaman, gedung,
kendaraan dan peralatan
c. Memastikan penyimpanan data anak dan pegawai dengan baik dan
lengkap
7. Pimpinan desa, tanggung jawab utamanya adalah:
a. Memimpin perkembangan desa dan keluarga secara menyeluruh
b. Membimbing dan mendukung ibu SOS
c. Memastikan kestersediaan dukungan bagi keluarga SOS
d. Mengadakan pertemuan dengan ibu SOS paling tidak sebulan sekali
e. Berperan serta dalam kegiatan di desa dan masyarakat
f. Memimpin tugas administrasi desa
g. Menggerakkan dan mendampingi keluarga SOS sebagai bagian dari
masyarakat
i. Berpartisipasi dalam program pelatihan pimpinan desa secara
berkesinambungan
j. Memberikan sumbangsih dalam perkembangan organisasi nasional SOS
Children’s Village Medan
8. Dewan-dewan pendukung desa, tanggung jawab utamanya adalah:
a. Bertukar informasi dan pengetahuan
b. Berbagi dan bertukar pendapat mengenai kegiatan desa
c. Mengajukan usul dan menentukan prioritas
d. Membuat rencana tahunan desa dan mengevaluasi pelaksanaannya
9. Dewan penerimaan anak, tanggung jawab utamanya adalah:
a. Menelaah permohonan pendaftaran anak, memastikan bahwa kriteria
penerimaan anak telah sesuai dengan proses penerimaan sehingga dapat
berjalan dengan benar
b. Menelaah keluarga SOS yang paling tepat bagi anak yang akan
bergabung setelah berkonsultasi dengan ibu SOS yang terkait
c. Memastikan bahwa semua dokumen telah diterima dan mematuhu
persayaratan hukum
d. Menyimpan dokumen proses penerimaan anak yang dipersyaratkan
10. Organisasi Nasional, tanggung jawab utamanya adalah:
a. Berperan sebagai pimpinan eksekutif organisasi nasional dan
merupakan penyedia langsung setiap pimpinan desa
b. Memberikan kesempatan pada pimpinan desa untuk memberi
sumbangsih bagi perkembangan kebijakan, perencanaan dan prioritas
c. Berbagi informasi mengenai rencana dan prioritass nasional dengan
pimpinan desa, terutama hal-hal yang mengenai desa secara langsung.
Membantu pimpinan desa dalam memastikan bahwa perancanaan
tahunan desa sejalan dengan rencana dan prioritas nasional
d. Memastikan bahwa bantuan ahli dan dukungan administrasi disediakan
oleh staf kantor nasional untuk desa
e. Memperhatikan secara aktif perkembangan pimpinan desa dan
memeberikan saran, bimbingan, serta dukungan yang
berkesinambungan. Memastikan bahwa pimpinan desa mendapatkan
kesempatan pelatihan berkala sesuai dengan kebutuhan
perkembangannya
f. Menciptakan kesempatan untuk bertukar gagasan dan pengalaman antar
SOS
11. Yayasan, tanggung jawab utamanya adalah:
a. Membimbing rencana penyusunan jangka panjang organisasi nasional
dan menetapkan arah yang jelas untuk perkembangan kegiatan SOS
Desa Taruna
b. Menelaah dan menyetujui rencana dan anggaran tahunan
c. Mengkonfirmasi pengangkatan pimpinan desa, dan bila diperlukan
menyetujui pemutusan hubungan kerja
4.7.2. FSP (Family Strengthening Programme) SOS Children’s Village Ketidaksejahteraan anak menjadi latar belakang lahirnya program penguatan
keluarga ini. Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak
karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak
mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Anak juga merupakan
mahkluk sosial, dimana perkembangan sosial anak, membutuhkan pemeliharaan,
kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga mempunyai perasaan,
pikiran, kehendak tersendiri yang semuanya itu merupakan totalitas psikis dan
sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa
kanak-kanak. Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya.
Seperti yang telah diatur dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi
“fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”, dalam hal ini negara
dapat melakukan berbagai usaha agar anak yang terlantar tersebut mendapatkan
penghidupan yang layak. Usaha tersebut diantaranya adalah mencarikan keluarga
alternatif melalui hukum adopsi atau lembaga asuh pengganti keluarga agar mereka
dapat berkembang sebagaimana layaknya anak-anak yang hidup dalam keluarganya
yang asli.
Keluarga, sebagai kelompok masyarakat yang fundamental dan lingkungan
alami bagi pertumbuhan dan kesejahtraan dari seluruh anggota dan khususnya anak,
harus diberikan perlindungan dan pelayanan yang diperlukan sehingga bisa memikul
tanggung jawab sepenuhnya dalam masyarakat. Melihat keluarga keluarga yang
kurang beruntung khususnya secara ekonomi, dikhawatirkan anak anak mereka
terabaikan baik secara jasmani maupun rohani, seperti kurang bahkan tidak ada lagi
perhatian mereka akan kebutuhan pendidikan, kesehatan dan secara keseluruhan
terabaikan kebutuhan anak anak mereka agar dapat berkembang layaknya sebagai
seorang anak. Oleh karena itu SOS Children’s Village adalah salah satu yayasan
yang menerapkan pola pelayanan sosial bagi anak asuh yang berbasis keluarga dan
Strengtheing Programme atau program penguatan keluarga dimana program ini
memiliki visi, misi, tujuan, strategi dan kegiatan.
Visi dari program penguatan keluarga yaitu memperkuat keluarga dan
masyarakat dimana anak yang beresiko ditelantarkan dan tidak terlindungi
keberadaannya serta anak-anak yang beresiko kehilangan pengasuhan keluarga dapat
tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang menyayangi mereka.
Misi dari program penguatan keluarga adalah membantu membangun
keluarga kurang beruntung yang mempunyai keterbatasan atau kekurangan secara
ekonomi dan sosial untuk dapat mandiri dalam lingkungan masyarakatnya. Sehingga
diharapkan setelah mandiri secara sosial dan ekonomi, para orang tua dari keluarga
tersebut dapat memelihara dan menjaga anak anak mereka.
Tujuan dari program penguatan keluarga adalah:
1. Agar anak-anak yang beresiko kehilangan kasih sayang dan pengasuhan keluarga
dapat tetap berkembang dan diasuh dalam lingkungan keluarga
2. Agar keluarga-keluarga dan komunitas diberi kekuatan untuk dapat secara efektif
menjaga dan merawat anak-anaknya
Strategi dari program penguatan keluarga adalah:
1. Memastikan setiap anak mendapatkan akses pelayanan-pelayanan dasar seperti
pendidikan dan kesehatan
2. Setiap keluarga dibangun kemampuannya agar dapat menjaga dan merawat
anak-anak mereka
3. Memberikan bantuan bagi anak-anak dan keluarganya
Program penguatan keluarga yang ada di SOS Children’s Village Medan secara
pendek dan jangka panjang agar tercapai tujuan kemandirian keluarga keluarga
tersebut. Adapun pelayanan yang diberikan dalam program ini adalah:
1. Program pendidikan
Tujuan dari program pendidikan ini adalah agar anak-anak dapat mengikuti
pendidikan formal dasar dengan melakukan pembayaran SPP bulanan,
melengkapi perlengkapan sekolah, seperti seragam sekolah dan buku tulis,
pembayaran buku paket dan pembentukan kelompok belajar bersama di
lingkungan.
2. Program penguatan ekonomi keluarga
Berpikiran bahwa banyak orang tua yang tidak mampu membiayai kebutuhan
dasar anak-anak mereka dikarenakan kemampuan finansial yang terbatas, maka
program-program yang diharapkan nantinya akan memberikan kontribusi
kepada kemandirian keluarga-keluarga tersebut secara finansial. Adapun
program-program tersebut adalah:
a. Mengadakan kursus keterampilan penunjang
b. Pembentukan koperasi simpan pinjam pendukung program
3. Program kesehatan
Melihat kurang pedulinya orang tua akan kesehatan terhadap anak-anak, diri
sendiri dan lingkungan, maka melalui program ini diberikan penyuluhan secara
aktif dengan melibatkan dinas terkait di daerah seperti puskesmas atau
posyandu. Para orang tua diberikan dorongan dan motivasi agar menghadiri
program posyandu sehingga masyarakat sadar akan pentingnya menjaga
4.8. Hubungan Lembaga dengan Lingkungan Sekitar
Keberadaan SOS Children’s Village dapat dirasakan dan dipergunakan untuk
kepentingan masyarakat yang lebih luas, khususnya bagi lembaga-lembaga di
perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga sosial dan organisasi-organisasi wanita,
diantaranya dipergunakan sebagai:
a. Panutan bagi masyarakat sekeliling dalam melaksanakan hidup yang sehat, teratur,
dan bersih sekaligus hangat dan akrab dalam satu keluarga.
b. Turut membantu mengembangkan masayarakat sekeliling melalui proyek sosial
masyarakat seperti posyandu, klinik, puskesmas, sekolah, taman kanak-kanak,
pusat pelatihan keterampilan dan sebagainya.
c. Tempat kuliah, kerja dan riset untuk bidang-bidang yang menyangkut masalah
sosial, psikologi, kesehatan anak-anak dan sebagainya.
d. Tempat praktek para calon pekerja sosial khusunya menangani masalah anak-anak
terlantar.
Setiap orang dapat berpartisipasi pada usaha-usahanya mengatasi
masalah-masalah anak yang kurang beruntung, yaitu dengan menjadi “Sahabat SOS
Children's Village”, partisipasi semacam itu sifatnya sukarela dalam bentuk maupun
bidang yang beraneka ragam, seperti:
a. Sumbangan sukarela secara berkala maupun incidental, baik berupa dana maupun
barang.
b. Menjadi orang tua asuh yang secara berkala membantu seorang anak asuh atau
lebih disebut sponsor.
c. Mengadakan kunjungan secara periodik atau menghibur anak-anak SOS
d. Membantu anak remaja SOS untuk mendapat pendidikan keahlian dan
keterampilan, serta membantu menyalurkan mereka ke tempat-tempat kerja yang
sesuai dengan keahlian dan keterampilannya. SOS Children’s Village adalah
organisasi sosial non pemerintah yang independen serta berkarya bagi
anak-anak.
e. Kami menghormati bermacam agama dan kebudayaan, misi kami bekerja agar
dapat memberikan sumbangan untuk perkembangan generasi muda di berbagai
negara dan masayarakat. Kami berkarya dengan jiwa semangat konvensi hak
asuh Perserikatan Bangsa-bangsa serta kami mempromosikan hak-hak ini ke
BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deksriptif-kualitatif yang lebih mementingkan
ketetapan dan kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang
peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari
kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-data yang didapatkan
diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan
informan.
Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga
karakteristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk
menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk
melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan
hasil wawancara dengan informan tentang data-data tersebut.
Adapun informan yang peneliti wawancarai adalah informan kunci, informan
utama dan informan tambahan. Informan kunci terdiri 5 orang ibu asuh dalam setiap
keluarga pengganti. Informan utama terdiri 10 anak asuh yang tinggal di Yayasan
SOS Children’s Village Medan. Sedangkan informan tambahan terdiri atas
Penanggung Jawab Program, Staff Administrasi dan Bapak Asuh Yayasan SOS
Children’s Village Medan. Lokasi dari Yayasan SOS Children’s Village Medan ini
terletak di jalan Seroja Raya No.150 Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan
5.2 Hasil Temuan
5.2.1 Informan Kunci 1
Nama : Monica Bangun
Umur : 46 Tahun
Riwayat Pendidikan : D3
Agama : Protestan
Suku : Karo
Alamat Asli : Jalan Bunga Kenanga No.36 Medan
Status : Single Parent
Jumlah Anak yang dimiliki : 8 orang
Monica Bangun merupakan salah satu ibu asuh yang rela meninggalkan
keluarga demi untuk tinggal bersama anak-anak asuh di Yayasan SOS Children’s
Village Medan. Awalnya Ibu Monica tidak sengaja dan tidak ada kepikiran untuk
menjadi seorang ibu asuh. Pada tahun 2005 Pimpinan SOS Children’s Village Medan
datang kerumah Ibu Monica untuk menawarkan agar ia menjadi ibu asuh di Yayasan
SOS Children’s Village.
Sebelum menjadi ibu asuh, Ibu Monica melakukan training di Lembang,
Bandung. Berikut penuturan Ibu Monica:
"Awalnya saya dan kawan-kawan mengontrak satu rumah di Bandung.
Kami diajak oleh Pimpinan SOS Children’s Village Medan untuk
melakukan training ke SOS Children’s Village pertama di Indoneisa yaitu di
Lembang, Bandung. Sampai akhirnya kami dipindahkan ke Yayasan SOS
Awalnya keluarga Ibu Monica tidak setuju dengan keputusan ia untuk menjadi
ibu asuh, dengan alasan takut itu merupakan salah satu modus penipuan. Namun,
setelah di telusuri lebih jauh akhirnya keluarga memberikan dukungan terhadap Ibu
Monica.
Sebagai ibu asuh, hal yang dilakukan Ibu Monica saat pertama kali berhadapan
dengan anak-anak asuh adalah mengenali watak dan karakter masing-masing anak
serta membangun hubungan yang langgeng dengan ank-anak asuh. Menjalin
pendekatan dengan anak-anak tidaklah mudah, bukan hanya antara ibu dengan anak
asuh, tetapi juga antar sesama saudara asuh.
Tidak jarang pertengkaran terjadi antar anak asuh di dalam rumah yang Ibu
Monica tempati. Biasanya pertengkaran disebabkan karena rebutan mainan, iri dan
cemburu. Dengan memberikan nilai-nilai keagamaan terhadap anak-anak asuhnya
bahwa sesama manusia harus saling mengasihi, merupakan salah satu cara agar
anak-anak asuhnya bisa saling menyayangi dan tidak mau bertengkar antar sesama saudara
asuh, untuk mengatasi masalah tersebut, menurut Ibu Monica:
” Setiap hari kamis saya dan anak-anak yang saya asuh mengadakan acara
kebaktian sendiri dirumah. Sesuai dengan keyakinan kami yaitu kristen, di
dalam kebaktian itu saya sering menjelaskan tentang sesama saudara harus
saling mengasihi. Tidak boleh ada pertengkaran, karena kalian adalah
saudara. Tuhan mengajarkan kita untuk saling mengasihi, kita harus
berhati-hati dalam bertindak. Nilai-nilai ini yang sampai sekarang saya
ajarkan kepada mereka. Sampai saat ini jarang sekali terjadi pertengkaran
di rumah saya sehingga tidak terlalu menjadi masalah untuk saya”.
Pengaruh dari lingkungan luar rumah merupakan salah satu kesulitan yang
sedang mengalami masa pubertas, akan sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan
dan pergaulan. Menurut Ibu Monica:
“ Menghadapi remaja yang sedang pubertas termasuk salah satu kesulitan
yang saya alami. Anak-anak yang baru masuk SMP, mereka sedang
sibuk-sibuknya mencari jati diri. Pengaruh dari lingkungan luar rumah yang
menjadi salah satu penyebabnya. Seperti remaja laki-laki yang sering
berbicara dan mengeluarkan kata-kata kasar. Namun, saya sering
mengatakan kepada mereka untuk menanamkan sikap-sikap baik agar
tidak salah nantinya, disinilah dilatih kesabaran saya dalam menghadapi
masalah seperti ini.”
5.2.2 Informan Kunci 2
Nama : Bernadeta Munthe
Umur : 45 Tahun
Riwayat Pendidikan : SMA
Agama : Protestan
Suku : Batak
Alamat Asli : Jl. Sempurna DesaPerdamaian, Stabat
Status : Single Parent
Jumlah Anak yang dimiliki : 8 orang
Bernadeta Munthe sudah 10 tahun menjadi ibu asuh di Yayasan SOS
Children’s Village. Setelah berpisah dengan suaminya, Ibu Bernadeta merasa ingin
memberikan kasih sayangnya terhadap anak-anak yang sudah kehilangan
asuh. Selama 3 tahun Ibu Bernadeta berperang dengan hatinya sendiri. Pada saat
tahun pertama ia sempat kabur selama 10 hari dan sampai akhirnya kembali lagi
karena merasa bersalah sudah meninggalkan anak-anak asuhnya. Sekarang Ibu
Bernadeta merasa sudah sangat dekat dan telah menganggap anak-anak asuhnya
seperti anak kandungnya sendiri.
Ibu Bernadeta mendapat informasi bahwa SOS Children’s Village
membutuhkan ibu asuh, dari ayahnya yang bekerja di bagian Penanggulangan
Bencana yang mempunyai hubungan cukup akrab dengan Pimpinan SOS Children’s
Village Medan. Ibu Bernadeta berangkat ke Bandung untuk melakukan training
sebelum menjadi terjun menjadi seorang ibu asuh yang sesungguhnya. Berikut
penuturannya:
“Saya awalnya cuma coba-coba,selama 3 tahun saya berperang dengan
hati saya sendiri, rasanya berat kaki ini untuk melangkah. Saat tahun
pertama saya sempat kabur. Selama 10 hari saya di biarkan oleh pihak
Yayasan, namun setelah itu saya merasa bersalah dan ingin kembali lagi.
Setelah sekian lama saya baru sadar bahwa seringnya bersama akan
membentuk kekerabatan dan sekarang mereka sudah seperti keluarga saya
sendiri”.
Sebelumnya, keluarga Ibu Bernadeta tidak setuju dengan keputusan ia untuk
bergabung dengan SOS Children’s Village. Keluarga Ibu Bernadeta menganggap
bahwa ibu asuh itu seperti asisten rumah tangga dan tidak ada untungnya. Namun,
karena Ibu Bernadeta sudah sangat yakin dengan keputusannya, keluarga Ibu
Ketika berhadapan dengan anak-anak asuh pertama kali, Ibu Bernadeta masih
merasa bingung. Tetapi, setelah beberapa lama ia mulai melakukan pendekatan
terhadap anak-anak seperti duduk bersama saat menonton tv, menemani anak-anak
belajar serta makan dan pergi rekreasi bersama.
Ibu Bernadeta mengasuh 8 orang anak yang tidak jarang terjadi
pertengkarang dirumahnya. Maka daripada itu, Ibu Bernadeta selalu menanamkan
rasa persaudaraan yang kuat terhadap anak-anak yang diasuhnya bahwa mereka
merupakan saudara yang harus saling melindungi dan menyanyangi. Berikut menurut
Ibu Bernadeta:
“ Sering terjadi pertengkaran di rumah yang saya tempati, dan saya selalu
mengajarkan mereka tentang persaudaraa, dan saya juga sering
mengatakan kalian itu saudara, jika kalian berkelahi berarti kalian senang
jika saudara kalian di marahi dan sampai akhirnya mereka sadar sendiri
dan diam”.
Menjelang remaja merupakan salah satu kesulitan yang dialami oleh Ibu
Bernadeta. Perubahan usia yang menyebabkan anak-anak ingin bebas dan tidak lagi
mau di perintah. Berikut penuturan Ibu Bernadeta:
“ Saat anak sudah mulai memasuki masa remaja atau pubertas,
anak-anak tidak lagi mau mendengar dan di perintah yang biasanya masih bisa
di suruh untuk melakukan pekerjaan rumah sekarang sudah mulai sulit.
Mengarahkan mereka ke perbuatan yang baik mereka masih suka
membangkang. Bagi saya itu merupakan kesulitan tetapi sekaligus juga
pelajaran buat saya bagaimana kedepannya agar saya bisa lebih baik
lagi.”
5.2.3 Informan Kunci 3
Nama : Klementina Tampubolon
Umur : 42 Tahun
Riwayat Pendidikan : SMA
Agama : Protestan
Suku : Batak
Alamat Asli : Jl. Sei Asahan, Medan
Status : Single
Jumlah Anak yang dimiliki : 10 orang
Ibu Klementina sudah 3 tahun sejak tahun 2012 menjadi seorang ibu asuh di
Yayasan SOS Children’s Village Medan yang mengasuh 10 orang anak. Ibu
Klementina seorang wanita single yang belum pernah menikah dan memutuskan
untuk menjadi ibu asuh. Menyukai anak-anak merupakan salah satu alasan ia
sehingga ingin menjadi ibu asuh. Ibu Klementina mendapatkan informasi bahwa
SOS Children’s Village Medan membutuhkan ibu asuh melalui teman dekatnya
yang kebetulan satu gereja yang juga merupakan salah satu ibu asuh di Yayasan
SOS Children’s Village Medan.
Sebelum menjadi seorang ibu asuh, Ibu Klementina berperan sebagai seorang
Tante asuh di Yayasan SOS Children’s Village Medan sampai akhirnya bisa menjadi
“ Sebenarnya ini unsur ketidaksengajaan. Saya tidak pernah kepikiran
untuk menjadi ibu asuh, tetapi karena saya sangat menyukai anak-anak
akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dengan SOS Children’s
Village. Saya mendapat informasi bahwa SOS Children’s Village
membutuhkan ibu asuh melalui teman satu gereja saya yang sudah lebih
dulu bergabung. Awalnya saya masih menjadi tante asuh namun akhirnya
saya bisa menjadi ibu asuh sampai saat ini.”
Tentu saja Ibu Klementina harus bersabar karena sebelumnya keluarga Ibu
Klementina tidak setuju dengan keputusannya untuk menjadi ibu asuh. Keluarganya
mengira bahwa ia akan menjadi seorang asisten rumah tangga atau menjadi seorang
baby sitter. Keluarga merasa aneh, karena SOS Children’s Village belum terlalu
dikenal oleh masyarakat medan. Namun Ibu Klementina menjelaskan kepada
keluarganya dan membawa 2 orang anak yang ia asuh untuk menujukkan kepada
keluarganya bahwa pekerjaannya merupakan pekerjaan yang baik dan sangat berarti
bagi orang lain. Semenjak itulah akhirnya keluarga Ibu Klementina sangat
mendukung dengan apa yang ia lakukan.
Ibu Klemetina tidak merasa canggung saat pertama kali berhadapan dengan
anak-anak asuhnya, karena sebelumnya ia merupakan seorang tante yang sudah
sering berkomunikasi dengan anak-anak asuh SOS Children’s Village Medan. Saat
menjadi tante, Ibu Klementina sering melihat kondisi anak-anak asuh yang sudah
kehilangan pengasuhan orang tua, sehingga muncul belah kasihnya untuk mejadi
Tidak mau mengalah biasanya menjadi konflik bagi anak-anak yang diasuh
oleh Ibu Klementina. Namun ia mempunyai caranya sendiri untuk mengatasi
masalah seperti ini, menurut Ibu Klementina:
“ Kalau sudah berkelahi biasanya mereka saya kasih pilihan, mau pisau
yang kecil atau yang besar untuk menyelesaikannya, maka setelah itu
mereka akan sadar dan tidak berkelahi lagi. Tapi itu hanya sebagai
candaan saja agar mereka sadar bahwa mereka sebagai saudara tidak
boleh berkelahi.”
Sifat remaja yang sering membangkang merupakan salah satu kesulitan yang
dialami oleh Ibu Klementina. Tidak jarang anak remaja yang ia asuh tidak mau
mendengar nasehat dan perkataannya. Berikut penuturan Ibu Klementina:
“ Menghadapi anak remaja ini yang cukup sulit, sering melawan dan tidak
mau menerima nasehat saya padahal niat saya kan baik untuk kebaikan
mereka. Kalau sudah seperti itu biasanya saya diamkan sebentar, namun
sering juga saya marahi, tapi tetap saya beri mereka nasehat bahwa
mereka kesini bukan untuk gaya-gayan tetapi untuk belajar hidup mandiri
agar kelak mereka bisa menjadi orang yang suskes.”
Dengan demikian, anak-anak dapat mengerti bahwa Ibu Klementina ingin
mereka menjadi anak-anak yang sukses dan bisa dibanggakan dan mereka dapat
5.2.3 Informan Kunci 4
Nama : Riste Hutabarat
Umur : 49 Tahun
Riwayat Pendidikan : SMA
Agama : Protestan
Suku : Batak
Alamat Asli : Komplek Angkatan Laut, Medan
Status : Single
Jumlah Anak yang dimiliki : 7 orang
Ibu Riste Hutabarat merupakan ibu asuh di SOS Children’s Village Medan
yang sudah hampir 10 tahun ia bergabung. Ibu Riste merupakan wanita single yang
belum pernah menikah, sehingga itu merupakan salah satu alasannya ingin menjadi
seorang ibu asuh. Di SOS Children’s Village inilah menurutnya ia bisa mempunyai
keluarga sendiri walaupun bukan keluarga sedarah, karena sebelumnya Ibu Riste
pernah gagal untuk menikah sehingga ia memutuskan untuk bergabung dan menjadi
seorang ibu asuh.
Ibu Riste mendapat informasi tentang SOS Children’s Village dari
kerabatnya yang juga merupakan ibu asuh di SOS Children’s Village di Bandung.
Dari situlah ia memutuskan untuk pergi training di Bandung agar bisa menjadi
seorang ibu asuh. Berikut penuturan Ibu Riste:
“Saya pernah gagal untuk menikah padahal saya ingin sekali punya
keluarga sendiri. Setelah kejadian itu saya mendapatkan informasi dari
Bandung. Ya sudah saya ikut training di Bandung, dan akhirnya bisa
menjadi ibu asuh di SOS Children’s Village Medan ini.”
Sebelumnya keluarga Ibu Riste tidak mengijinkan ia untuk menjadi ibu asuh,
karena mengira bahwa ibu Riste bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga. Tapi
setelah ia mengajak keluarga besarnya untuk melihat kondisi tempat ia bekerja dan
anak-anak yang ia asuh, keluarga mulai memberikan dukungan dan respon yang
positif terhadapnya.
Saat pertama kali berhadapan dengan anak-anak Ibu Riste merasa gugup.
Apalagi ketika mendapatkan anak asuh pertamanya adalah kembar, ia mulai bingung
karena anak tersebut sudah umur 2 tahun tapi belum bisa berjalan. Sempat ia ingin
menyerah dan memutuskan untuk pulang dan meninggalkan anak tersebut, namun
hati kecilnya tidak sanggup untuk melakukannya, pelan-pelan ia mengasuh
anak-anak tersbeut dengan kasih sayang sehingga anak-anak tersebut bisa tumbuh dan
berkembang dengan baik.
Pertengkaran juga sering terjadi di rumah yang ditempati oleh Ibu Riste.
Anak-anak yang tidak mau disalahkan merupakan salah satu penyebabnya. Saling
menuduh sama lain, sehingga tidak tahu siapa yang benar, maka Ibu Riste akan
memberikan sanksi kepada anak-anak yang melakukan pertengkararan. Ibu Riste
mempunyai caranya sendiri untuk mengatasi masalah seperti ini, berikut menurut Ibu
Riste:
“ Sering sekali dirumah ini terjadi pertengkaran. Tidak mau disalahkan,
saling menuduh, tidak tahu siapa yang salah dan siapa yang benar.
Biasanya kalau terjadi seperti ini, yang membuat perkelahian saya beri
mendapat hukuman dengan membersihkan kamar mandi, melipat
pakaian dan merapikan tempat tidur. Selain itu juga saya sering
menasehati mereka bahwa adik harus menuruti perkataan kakaknya, dan
kakak harus mengalah kepada adiknya. Selalu saya tanamkan seperti
ini.”
Pengaruh lingkungan dari luar menjadi salah satu kesulitan Ibu Riste dalam
menghadapi anak-anak asuhnya, terutama yang remaja. Remaja yang suka
membangkang, tidak mau mendengar perkataan Ibu Riste, yang semula tidak mau
mengambil barang-barang dirumah, karena pengaruh dari teman-temannya di luar
rumah anak-anak menjadi suka mengambil barang-barang orang lain. Berikut
penuturan Ibu Riste:
“ Saya sering bingung kalau lihat anak-anak yang remaja ini. Yang
awalnya dirumah penurut, tidak mau melawan, tidak mau mengambil
barang-barang dirumah tetapi karena pengaruh dari luar, dari
teman-temannya mereka menjadi anak yang suka membangkang, diluar rumah
suka mengambil barang-barang orang lain atas dorongan
teman-temannya, anak-anak beranggapan bahwa saya hanya mengoceh tidak
jelas.
Kalau perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak yang diasuh oleh Ibu Riste
melewati batas, biasanya ia akan mengadukan dengan pembina-pembina di Yayasan
SOS Children’s Village Medan agar mendapat solusi untuk menyelesaikan
5.2.5 Informan Kunci 5
Nama : Salbiah
Umur : 54 Tahun
Riwayat Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat Asli : Jl. Titi Kuning, Medan
Status : Single Parent
Jumlah Anak yang dimiliki : 9 orang
Ibu Salbiah sudah 10 tahun bergabung dengan Yayasan SOS Children’s
Village, sejak tahun 2005. Seorang single parent yang memiliki 2 orang anak.
Sebelumnya Ibu Salbiah tidak mampu menghidupi anaknya, ia ingin
anak-anaknya dapat bersekolah, mendapatkan kehidupan yang layak, sehingga itulah yang
menjadi alasan Ibu Salbiah ingin bergabung di Yayasan SOS Children’s Village.
Sebelum SOS Children’s Village Medan selesai dibangun, pemimpin SOS
Children’s Village Medan yang sudah dibentuk mengunjungi kawasan-kawasan
kumuh di Medan untuk menginformasikan dan menawarkan kepada wanita-wanita
yang single dan single parent untuk menjadi seorang ibu asuh, termasuk Ibu Salbiah.
“ Pada saat itu saya tidak ada pekerjaan, saya ingin anak saya bisa
sekolah, jadi ketika Pemimpin SOS Children’s Village Medan datang ke
rumah saya, saya mau menerima tawarannya untuk menjadi ibu asuh. Jadi
Tidak ada penolakan dari keluarga Ibu Salbiah saat ia memutuskan untuk
menjadi ibu asuh di SOS Children’s Village Medan, justru sebaliknya keluarga Ibu
Salbiah sangat mendukung dengan keputusannya, karena menurut keluarga Ibu
Salbiah itu juga untuk kebaikan anak-anaknya.
Awal Ibu Salbiah berhadapan dengan anak-anak, ia harus melihat dan
menerima karakter-karakter dari anak-anak asuhnya. Jika anak-anak asuhnya
melakukan kesalahan ia tidak langsung memarahi tetapi dengan memberikan nasehat
kepada anak-anak asuhnya agar anak-anak asuhnya juga dapat menerima Ibu
Salbiah. Dengan duduk dan makan bersama anak-anak asuhnya, membantu
menyelesaikan tugas sekolah merupakan cara-cara Ibu Salbiah melakukan
pendekatan dengan anak-anak pertama kali.
Anak-anak yang diasuh oleh Ibu Salbiah juga sering terjadi pertengkaran,
biasanya karena tidak ada yang mau mengalah anak-anak yang mau menang sendiri.
Untuk mengatasi masalah seperti ini, berikut menurut Ibu Salbiah:
“ Biasanya kalau bertengkar karena tidak ada yang mau mengalah,
pengen menang sendiri. Kalau sudah seperti ini, saya sering menasehati
mereka kalau sesama saudara tidak boleh bertengkar, malu sama
keluarga yang lain. Harusnya saling mengasihi dan melindungi satu sama
lain, setelah itu biasanya mereka akan meredah dan kembali baik seperti
semula lagi.”
Dalam mengasuh anak-anak, Ibu Salbiah sering mengalami kesulitan
terutama dalam mengarahkan anak-anak remaja ke jalan yang benar tetapi justru
dewasa tidak menjamin bisa membuat keadaan rumah Ibu Salbiah lebih aman, justru
sering memberikan contoh-contoh yang tidak baik kepada adik-adiknya.
” Kalau saya mengarahkan kejalan yang baik, anak-anak malah
membelok ke jalan yang tidak baik. Yang sudah remaja dan cukup dewasa,
dia tidak mau menerima nasehat saya, kalau yang masih kecil biasanya
masih bisa saya bilangin. Awalnya saya pikir karena ada yang cukup
dewasa dirumah bisa membantu saya mengurus adik-adiknya tetapi justru
sebaliknya, mereka sering memberikan contoh yang tidak baik kepada
adik-adiknya, ini kesulitannya kalau mengasuh mereka.”
5.2.6 Informan Utama 1
Nama : YY
Umur : 13 Tahun
Pendidikan : Sedang duduk di kelas 1 SMP
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status dalm Keluarga :Anak yang kehilangan pengasuhan
orang tua karena kemiskinan
YY merupakan siswi di salah satu sekolah negeri yang ada di kota Medan.
Sehari-hari YY sangat aktif di sekolahnya, sehingga tidak heran jika YY termasuk
anak yang cerdas di sekolahnya. Sebelumnya, YY tinggal dengan orang tuanya di
Padang, namun karena terhimpit ekonomi YY terpaksa di masukkan ke SOS
“Saya sudah berada disini sejak kelas 4 SD saat berumur 10 tahun,
dulunya saya tinggal bersama orang tua saya tetapi karena orang tua
saya miskin akhirnya saya dibawa kesini. Saya hampir putus sekolah
karena orang tua saya tidak bisa membayar biaya sekolah saya.”
YY mengaku ketika masih tinggal dengan orang tua dan keluarganya, YY
hanya sekali makan dalam sehari. Selain itu juga saat YY merasakan sakit atau
gejala-gejala akan sakit, YY hanya berusaha sendiri untuk mengobati dirinya, karena
YY tidak mau membuat orang tuanya khawatir dan bingung karena YY tahu orang
tuanya tidak mempunyai biaya untuk berobat.
Lingkungan tempat YY tinggal sebelumnya tidak memungkinkan YY untuk
tetap tinggal di sana sehingga tepat pada tahun 2012 YY dengan adiknya diantar
oleh keluarga untuk tinggal di Yayasan SOS Children’s Village Medan dan
kemudian beberapa bulan disusul oleh abang kandungnya. YY bersama kedua
saudara kandungnya tinggal bersama di SOS Children’s Village Medan. Berikut
penuturan YY:
“ Tahun 2012 saya masuk ke sini. Tetapi saya tidak sendirian, saya masuk
bersama adik saya, kemudian abang saya juga menyusul masuk kesini.
Abang saya sekarang sekolah kelas 1 SMA, dan adik saya kelas 3 SD.
Kami tinggal satu rumah disini.”
Awal masuk ke SOS Children’s Village Medan, YY masih merasa bingung
dan ingin pulang karena sering rindu dengan orang tuanya. YY masih sering
menangis karena belum terbiasa berada di Yayasan tersebut. YY Cuma bisa diam
abang kandungnya. YY merasa bahwa orang tuanya tidak menyayanginya karena
sudah memasukkannya ke Yayasan SOS. Namun, ibu asuh menyadarkannya bahwa
alasan orang tua YY memasukkannya ke Yayasan SOS karena ingin melihat YY
menjadi anak yang sehat, pintar dan sukses sehingga bisa membuat orang tuanya
bangga kepada YY. Setelah mendengar perkataan dari ibu asuhnya YY akhirnya
mengerti dan ia pun berjanji untuk rajin belajar dan menjadi anak yang baik.
YY mengaku setelah 3 tahun diasuh oleh ibu asuhnya, ia merasa sangat
bahagia dengan perhatian dan kasih sayang ibu asuhnya. YY sering diajarkan
memasak dan dibantu menyelesaikan tugas sekolah oleh ibu asuhnya. YY juga
mengaku kalau ibu asuhnya tidak pernah pilih kasih atau berpihak pada yang satu,
sikap ibu asuh terhadapnya sama dengan sikap ibu asuh ke saudaranya yang lain. Ibu
asuh YY juga sering mengajak untuk bergotong royong membersihkan rumah di
setiap hari minggu, mengajak makan bersama seperti sarapan dan makan malam
dengan saudara-saudara asuh YY yang lain dirumah.
Hubungan YY dengan saudara asuh lainnya juga cukup akrab, tetapi tidak
jarang di rumah yang YY tinggali terjadi pertengkaran. Namun, YY lebih sering
memilih untuk mengalahagar tidak terjadi keributan di dalam rumahnya. Tidak
hanya dengan saudara asuh di satu rumah dengannya tetapi dengan saudara-saudara
asuh di rumah yang lain YY juga memilih untuk diam dan mengalah saat terjadi
pertengkaran dan keributan. YY mengaku jika ia dan saudara-saudara lainnya
membuat kesalahan, ibu selalu menasehati agar tidak melakukan
kesalahan-kesalahan lagi. YY juga menjelaskan bahwa:
“ Ibu asuh sangat perhatian kepada saya, terutama ketika saya sedang
sakit, ibu memberikan saya obat dan merawat saya sampai saya sembuh.
dibawa kerumah sakit. Ibu juga tidak pernah memukul saya dan
saudara-saudara yang lain,kecuali kalau membuat kesalahan yang
besar.”
YY juga sering mendapatkan motivasi dari ibu asuhnya agar bisa menjadi
anak yang mandiri dan sukses sehingga bisa membanggakan keluarga nantinya. Saat
memiliki masalah pun YY lebih sering bercerita dengan ibu asuhnya, agar bisa
mendapatkan solusi untuk bisa menyelesaikan masalahnya. Ibu asuh YY selalu
mengajak sarapan, dan makan malam bersama dirumah.
Pengasuhan yang diberikan ibu asuh YY memberikan perubahan dan
pengaruh terhadap kehidupan YY yaitu menjadi lebih disiplin, mengerti bagaimana
saling menyayangi sesama saudara, bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri seperti
mencuci piring, mencuci baju, dan menyetrika pakaian. Berikut penuturan YY:
“ Setelah beberapa tahun diasuh oleh ibu, saya menjadi lebih disiplin.
Dulu saya selalu bangun siang tidak bisa bangun pagi. Ibu juga
mengajarkan saya bagaimana sayang dengan saudara, selain itu
sekarang saya sudah bisa mencuci baju dan piring, menyetrika juga
sudah bisa itu semua ibu yang mengajarkan saya.”
Selama berada di Yayasan SOS Children’s Village Medan, YY menjalani
berbagai kegiatan yang ada di Yayasan yang didampingi oleh Pembina. Kegiatan
yang paling disukai oleh YY adalah kegiatan ibadah, disana YY setiap 3 kali
seminggu dilakukan pengajian pada malam hari. YY merasa dengan kegiatan ibadah
ini, ia semakin rajin beribadah dan lancar membaca kitab suci Al-Qur’an. YY juga
“ Yayasan SOS sering mengajak rekreasi ke tempat-tempat yang menarik
untuk belajar bersosialisasi dengan berbagai kalangan masyarakat.
Selain itu juga disini sering ada game yang seru, les bahasa inggris, les
komputer, nari dan musik. Saya sering dapat baju baru apalagi kalau
mau masuk sekolah biasanya dapat peralatan sekolah yang baru.”
Banyak hal yang diajarkan dan diberikan oleh ibu asuh dan yayasan kepada
YY. Kasih sayang dan perhatian ibu asuh yang diberikan kepada YY seperti
layaknya anak kandung sendiri. Begitupula dengan YY yang menganggap ibu
asuhnya seperti ibu kandungnya sendiri. YY juga merasa dirinya lebih mandiri dan
hidupnya ada perubahan.
5.2.7 Informan Utama 2
Nama : IG
Umur : 14 Tahun
Pendidikan : Sedang duduk di kelas 1 SMP
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Suku : Karo
Status dalam Keluarga : Anak yang kehilangan pengasuhan
orang tua karena kemiskinan
IG adalah anak sulung dari 2 bersaudara. IG merupakan siswi di salah satu
sekolah menengah pertama negeri di kota medan. IG salah satu anak yang