• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sindroma Depresif Pada Lanjut Usia Di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sindroma Depresif Pada Lanjut Usia Di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

SINDROMA DEPRESIF PADA LANJUT USIA

DI PUSKESMAS PADANG BULAN KOTA MEDAN

T E S I S

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Keahlian Dalam Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa Pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

M. SURYA HUSADA No. Registrasi CHS : 17425

DEPARTEMEN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama kegiatan : Tesis

Judul : Sindroma Depresif Pada Lanjut Usia Di Puskesmas

Padang Bulan Kota Medan

Diajukan oleh : M. Surya Husada

Peserta PPDS – I / Psikiatri FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan

Nomor Registrasi CHS : 17425

Pembimbing

Prof. dr. Syamsir BS, Sp. KJ (K) NIP. 194512171974121001

Mengetahui / Mengesahkan :

Kepala Departemen / SMF Ketua Program Studi

Psikiatri Psikiatri

FK – USU / RSUP HAM Medan FK – USU / RSUP HAM Medan

Prof. dr. Syamsir BS, Sp. KJ (K) Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. KJ (K)

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya berkat Ridha dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas yang ada sebelumnya dan memenuhi salah satu syarat untuk melengkapi keahlian dalam bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. Saya menyadari bahwa laporan hasil penelitian tesis ini masih banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

“Sindroma Depresif Pada Lanjut Usia Di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Prof. dr. Syamsir BS, Sp. KJ (K), sebagai Ketua Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai pembimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, yang penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing dan memberi pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan masukan-masukan yang berharga di dalam menyelesaikan tesis ini dan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

(4)

selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi, baik dalam pertemuan formal maupun informal.

4. dr. Harun T. Parinduri, Sp. KJ (K), sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

5. dr. Raharjo Suparto, Sp. KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

6. Alm. dr. Marhanuddin Umar, Sp. KJ (K), sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

7. Prof. dr. M. Joesoef Simbolon, Sp. KJ (K), sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi, terutama di bidang Psikiatri Anak.

8. dr. Elmeida Effendy, Sp. KJ, sebagai Sekretaris Program Studi PPDS I Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan guru penulis yang telah banyak membimbing, memberikan pengarahan, pengetahuan, dorongan, dan dukungan, selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi. 9. dr. Mustafa M. Amin, Sp. KJ, sebagai guru dan senior yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

10. dr. Vita Camellia, Sp. KJ, sebagai guru dan senior yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

(5)

12. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, Direktur BLUD RSJ Propinsi Sumatera Utara, Kepala Badan Pelayanan Kesehatan RS dr. Pirngadi Medan, Direktur RS Tembakau Deli Medan, dan Kepala RS Brimob Poldasu Medan yang telah memberikan izin, kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

13. Kepala Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan beserta seluruh staf dan pegawai, terutama di bagian posyandu lansia, yang telah banyak membantu penulis selama berlangsungnya penelitian.

14. Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp. S (K), sebagai Ketua Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dr. Rusli Dhanu, Sp. S (K), sebagai Ketua Program Studi PPDS I Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dr. Kiking Ritarwan, Sp. S, dan dr. Puji PO. Sinurat, Sp. S, yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani stase di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

15. Prof. dr. Habibah Hanum Nasution, Sp. PD (K-Psi), sebagai Kepala Divisi Psikosomatik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membimbing penulis selama menjalani stase di Divisi Psikosomatik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

16. dr. Dharma Lindarto, Sp. PD (K-EMD), selaku kepala Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU, dan dr. Pirma Siburian, Sp. PD (K-Ger), yang telah menerima dan membimbing penulis selama belajar di stase Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU.

17. Prof. dr. Iskandar Z. Lubis, Sp. A (K), selaku kepala Divisi Tumbuh-Kembang Pediatri Sosial Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU, dan dr. Sri Sofyani, Sp. A (K), yang telah menerima dan membimbing penulis selama belajar di stase Divisi Tumbuh-Kembang Pediatri Sosial Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU.

(6)

19. Teman-teman sejawat peserta PPDS I Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : dr. Silvy A. Hasibuan, dr. Victor E. Pinem, dr. Siti Nurul Hidayati, dr. Lailan Sapinah, dr. Herny T. Tambunan, dr. Mila Astari Harahap, dr. Ira Aini Dania, dr. Baginda Harahap, dr. Ricky W. Tarigan, dr. M. Yusuf Siregar, dr. Ferdinand Leo Sianturi, dr. Superida Ginting, dr. Hanip Fahri, dr. Lenni C. Sihite, dr. Saulina D. Simanjuntak, dr. Duma M. Ratnawati, dr. Endang S. Rahayu, dr. Dian B. Amalina, dr. Tiodoris Siregar, dr. Andreas X. Bangun, dr. Nirwan Abidin, dr. Nauli Aulia Lubis, dan dr. Nanda Sari Nuralita yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis baik dalam pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan yang membangkitkan semangat penulis dalam menyelesaikan pendidikan spesialisasi.

20. Dokter Muda, perawat, pegawai RSUP. H. Adam Malik, RS dr. Pirngadi Medan, RS Tembakau Deli Medan, dan BLUD RSJ Propinsi Sumatera Utara, yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

21. Kedua orangtua yang sangat penulis hormati dan cintai : Alm. dr. H. Masudiharso dan dr. Hj. Lily Emsyah, Sp. A atas kasih sayang, dorongan semangat dan doa yang telah diberikan selama ini.

22. Kepada mertua : Pungut Prihartono dan Hj. Tuty Suryani, S. Pd yang penulis hormati dan sayangi, abang dan kakak ipar : Heru Pranoto, ST dan Kemalahayati, ST; Ivo Nilasari, S.Sos dan Willianto, S.Sos, serta keponakan-keponakan yang telah banyak memberikan dorongan semangat serta doa kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

(7)

Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan bermohon semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada seluruh keluarga handaitolan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materiil, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2010

(8)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian : Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan, dan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan tersebut berbeda berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, suku, pekerjaan, penyakit medis penyerta, dan agar lanjut usia di Puskesmas padang Bulan yang memiliki sindroma depresif dapat dirujuk ke Departemen Psikiatri untuk mendapatkan penilaian dan perawatan lebih lanjut.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan suatu studi analitik dengan pendekatan cross sectional untuk menilai apakah terdapat sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan, dan apakah sindroma depresif tersebut berbeda berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, suku, pekerjaan, dan penyakit medis penyerta. Sampel adalah 90 orang lanjut usia yang datang untuk memeriksakan kesehatannya di Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia) Puskesmas Padang Bulan Kota Medan. Penelitian dilakukan dari bulan September 2009 sampai dengan November 2009. Data-data dikumpulkan dengan cara seluruh sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi mengisi kuesioner Geriatric

Depression Scale (GDS) 30-item, dan kemudian hasilnya dilakukan analisis

statistik menggunakan uji hipotesis chi square.

Hasil Penelitian : Pada 90 orang lansia di Puskesmas Padang Bulan yang menjadi sampel penelitian didapati 26 orang (28,9%) yang mengalami sindroma depresif. Sampel didominasi oleh kelompok umur 65-74 tahun (50,0%), jenis kelamin perempuan (65,6%), tingkat pendidikan tamat SD (40,0%), status perkawinan kawin (52,2%), suku Karo (33,3%), pekerjaan tidak bekerja (56,7%), dan penyakit medis penyerta yang tanpa ada riwayat penyakit (30,0%).

Kesimpulan : Proporsi sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan sebesar 28,9%. Terdapat perbedaan sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berdasarkan status perkawinan. Tidak terdapat perbedaan sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berdasarkan kelompok umur, tingkat pendidikan, suku, pekerjaan, dan penyakit medis penyerta.

(9)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ... i

ABSTRAK... vi

BAB II TUJUAN PENELITIAN ... 5

II.1. TUJUAN PENELITIAN... 5

II.2. MANFAAT PENELITIAN... 5

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 7

III.1. DEPRESI PADA LANJUT USIA ... 7

III.2. MMSE ... 13

III.3. GDS... 14

III.4. PUSKESMAS ... 15

BAB IV KERANGKA KONSEP ... 17

BAB V METODE PENELITIAN ... 18

V.1. DESAIN PENELITIAN ... 18

V.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 18

V.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 18

V.4. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI... 18

V.5. BESAR SAMPEL... 19

V.6. CARA KERJA... 20

V.7. IDENTIFIKASI VARIABEL... 20

V.8. RENCANA MANAJEMEN DAN ANALISIS DATA ... 20

V.9. DEFINISI OPERASIONAL ... 21

BAB VI KERANGKA OPERASIONAL... 23

BAB VII HASIL PENELITIAN ... 24

(10)

SINDROMA DEPRESIF PADA LANSIA DI PUSKESMAS PADANG

BULAN... 26 SEBARAN UMUR DENGAN SINDROMA

DEPRESIF... 26 SEBARAN JENIS KELAMIN DENGAN SINDROMA

DEPRESIF... 27 SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROMA

DEPRESIF... 27 SEBARAN STATUS PERKAWINAN DENGAN SINDROMA

DEPRESIF... 28 SEBARAN SUKU DENGAN SINDROMA DEPRESIF ... 28 SEBARAN PEKERJAAN DENGAN SINDROMA

DEPRESIF... 29 SEBARAN PENYAKIT MEDIS PENYERTA DENGAN

SINDROMA DEPRESIF ... 29 FAKTOR RISIKO STATUS PERKAWINAN UNTUK TERJADINYA

SINDROMA DEPRESIF ... 30 BAB VIII PEMBAHASAN ... 31 SINDROMA DEPRESIF PADA LANSIA DI KECAMATAN

MEDAN BARU... 31 SEBARAN UMUR PENDERITA DENGAN SINDROMA

DEPRESIF... 32 SEBARAN JENIS KELAMIN DENGAN SINDROMA

DEPRESIF... 32 SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROMA

DEPRESIF... 32 SEBARAN STATUS PERKAWINAN DENGAN SINDROMA

DEPRESIF... 33 SEBARAN SUKU DENGAN SINDROMA DEPRESIF ... 33 SEBARAN PEKERJAAN DENGAN SINDROMA

DEPRESIF... 34 SEBARAN PENYAKIT MEDIS PENYERTA DENGAN SINDROMA

(11)

SINDROMA DEPRESIF PADA LANSIA DI PUSKESMAS PADANG

BULAN KOTA MEDAN ... 37

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

IX.1. KESIMPULAN ... 36

IX.2. SARAN ... 36

DAFTAR PUSTAKA... 37

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Demografik dan Penyakit Medis Penyerta ... 25

Tabel 2. Sindroma Depresif pada Lansia di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan ... 26

Tabel 3. Sebaran Umur Penderita dengan Sindroma Depresif... 26

Tabel 4. Sebaran Jenis Kelamin dengan Sindroma Depresif ... 27

Tabel 5. Sebaran Tingkat Pendidikan dengan Sindroma Depresif ... 27

Tabel 6. Sebaran Status Perkawinan dengan Sindroma Depresif ... 28

Tabel 7. Sebaran Suku dengan Sindroma Depresif... 28

Tabel 8. Sebaran Pekerjaan dengan Sindroma Depresif... 29

Tabel 9. Sebaran Penyakit Medis Penyerta dengan Sindroma Depresif ... 29

(13)

DAFTAR SINGKATAN

DSM-IV-TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders- fourth edition-text revision

df : degree of freedom

EURODEP : The European Depression Study

GDS : The Geriatric Depression Scale

ICD-10 : The International Classification of Diseases-tenth edition

KB : Keluarga Berencana KIA : Kesehatan Ibu dan Anak MMSE : Mini Mental State Examination

Posyandu Lansia : Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia Puskesmas : Pusat Kesehatan masyarakat

SD : Standard Deviation

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1... 42

Lampiran 2... 43

Lampiran 3... 44

Lampiran 4... 46

Lampiran 5... 47

Lampiran 6... 48

(15)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian : Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan, dan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan tersebut berbeda berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, suku, pekerjaan, penyakit medis penyerta, dan agar lanjut usia di Puskesmas padang Bulan yang memiliki sindroma depresif dapat dirujuk ke Departemen Psikiatri untuk mendapatkan penilaian dan perawatan lebih lanjut.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan suatu studi analitik dengan pendekatan cross sectional untuk menilai apakah terdapat sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan, dan apakah sindroma depresif tersebut berbeda berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, suku, pekerjaan, dan penyakit medis penyerta. Sampel adalah 90 orang lanjut usia yang datang untuk memeriksakan kesehatannya di Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia) Puskesmas Padang Bulan Kota Medan. Penelitian dilakukan dari bulan September 2009 sampai dengan November 2009. Data-data dikumpulkan dengan cara seluruh sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi mengisi kuesioner Geriatric

Depression Scale (GDS) 30-item, dan kemudian hasilnya dilakukan analisis

statistik menggunakan uji hipotesis chi square.

Hasil Penelitian : Pada 90 orang lansia di Puskesmas Padang Bulan yang menjadi sampel penelitian didapati 26 orang (28,9%) yang mengalami sindroma depresif. Sampel didominasi oleh kelompok umur 65-74 tahun (50,0%), jenis kelamin perempuan (65,6%), tingkat pendidikan tamat SD (40,0%), status perkawinan kawin (52,2%), suku Karo (33,3%), pekerjaan tidak bekerja (56,7%), dan penyakit medis penyerta yang tanpa ada riwayat penyakit (30,0%).

Kesimpulan : Proporsi sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan sebesar 28,9%. Terdapat perbedaan sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berdasarkan status perkawinan. Tidak terdapat perbedaan sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berdasarkan kelompok umur, tingkat pendidikan, suku, pekerjaan, dan penyakit medis penyerta.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Usia lanjut bukanlah suatu penyakit. Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan proses dari kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun secara mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.1 Dalam 40 tahun terakhir, penanganan untuk orang lanjut usia menjadi perhatian khusus. Perhatian ini dikarenakan dampak meningkatnya jumlah orang lanjut usia di populasi. Meningkatnya proporsi orang lanjut usia ini diakibatkan bertambahnya usia harapan hidup.2Usiaharapan hidupdi Indonesia semakin meningkat, dari 48 tahun pada tahun 1900 menjadi 73,5 tahun pada tahun 2000.3

Keterbatasan mobilitas fisik dan defisit kognitif yang sering terjadi pada orang lanjut usia meningkatkan risiko institusionalisasi pada pusat-pusat perawatan.4 Orang lanjut usia (lansia) biasanya dibagi 2, yaitu orang yang

young-old” yang berusia 65 tahun sampai dengan 74 tahun dan yang “old-old

yang berusia lebih dari 75 tahun. Beberapa ahli menggunakan istilah “oldest-old” untuk yang berusia lebih dari 85 tahun.1

(17)

gangguan-gangguan neurologis di otak yang mempunyai gejala-gejala yang mirip dengan gejala depresi. Kadang-kadang pada beberapa kasus dapat terjadi gejala-gejala yang saling menutupi (overlap) sehingga depresi dapat didiagnosis setelah diberi obat antidepresan.8

Simtom-simtom depresif sering dijumpai pada orang tua. Pada studi yang dilakukan oleh EURODEP (The European Depression Study) disimpulkan bahwa prevalensi gangguan depresi mayor pada orang lanjut usia mendekati 1,8 persen, gangguan depresi minor 9,8 persen sedangkan yang mengalami simtom-simtom depresif yang relevan secara klinis diperkirakan sebesar 13,5 persen.9

Lansia yang mengunjungi pusat layanan kesehatan primer atau praktek-praktek umum sering memperlihatkan simtom-simtom depresif. Kebanyakan depresi pada lansia didiagnosis dan diobati di tempat-tempat pelayanan kesehatan primer tersebut. Sistem pengenalan untuk depresi pada tempat-tempat pelayanan kesehatan primer ini sangat dibutuhkan oleh karena prevalensi depresi pada pasien lansia berkisar antara 7 hingga 36 persen, tergantung pada kriteria diagnostik yang dipergunakan. Walaupun depresi pada lansia merupakan salah satu gangguan yang paling umum dijumpai dan diobati pada tempat-tempat praktek primer, beberapa studi memperlihatkan bahwa hanya kurang dari 50 persen dari keseluruhan kasus yang dapat dikenali oleh klinisi pada tempat-tempat pelayanan kesehatan primer.10,11,12

Depresi geriatrik telah dihubungkan dengan faktor-faktor jenis kelamin wanita, status perkawinan bercerai atau berpisah, tingkat sosial-ekonomi yang rendah, dukungan sosial yang buruk,13 adanya peristiwa kehidupan yang tak terduga dan tidak menyenangkan, dan penyakit fisik.13,14

(18)
(19)

I.2. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan ?

2. Apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan kelompok umur?

3. Apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan jenis kelamin?

4. Apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan tingkat pendidikan?

5. Apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan status perkawinan?

6. Apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan suku?

7. Apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan pekerjaan?

8. Apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan penyakit medis penyerta?

I.3. Hipotesis

1. Terdapat sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan. 2. Terdapat perbedaan sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas

Padang Bulan berdasarkan kelompok umur.

3. Terdapat perbedaan sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berdasarkan jenis kelamin.

4. Terdapat perbedaan sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berdasarkan tingkat pendidikan.

5. Terdapat perbedaan sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berdasarkan status perkawinan.

6. Terdapat perbedaan sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berdasarkan suku.

7. Terdapat perbedaan sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berdasarkan pekerjaan.

(20)

BAB II

TUJUAN PENELITIAN

II.1. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui proporsi sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan dengan menggunakan kuesioner Geriatric

Depression Scale (GDS) 30-item.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan kelompok umur.

b. Untuk mengetahui apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan jenis kelamin.

c. Untuk mengetahui apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan tingkat pendidikan. d. Untuk mengetahui apakah sindroma depresif pada lanjut usia di

Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan status perkawinan. e. Untuk mengetahui apakah sindroma depresif pada lanjut usia di

Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan suku.

f. Untuk mengetahui apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan pekerjaan.

g. Untuk mengetahui apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berbeda berdasarkan penyakit medis penyerta.

II.2. Manfaat Penelitian

(21)

2. Dari hasil penelitian ini juga diharapkan agar lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan yang sudah memiliki sindroma depresif dapat dirujuk ke Departemen Psikiatri FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan untuk mendapatkan penilaian dan penatalaksanaan yang lebih lengkap dan menyeluruh.

(22)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1. Depresi Pada Lanjut Usia

Depresi pada lanjut usia (late-life depression) merujuk pada sindroma-sindroma depresif yang didefinisikan di dalam revisi teks edisi keempat dari

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) dan di dalam

edisi kesepuluh dari The International Classification of Diseases (ICD-10) yang terjadi pada lansia. Diagnosis dari sindroma-sindroma depresi tersebut dapat berupa : gangguan depresi mayor, gangguan depresi minor, gangguan distimik, gangguan bipolar I atau II (episode kini depresi), gangguan penyesuaian dengan

mood terdepresi, depresi yang disebabkan oleh kondisi medis umum, dan depresi yang diinduksi oleh zat.16

Prevalensi sindroma depresi pada lansia lebih sering dijumpai pada tempat-tempat perawatan medis.16 Pada studi-studi yang dilakukan di masyarakat menunjukkan bahwa 25 persen dari populasi lansia mengeluhkan pernah mengalami simtom-simtom depresi, tetapi hanya 1 sampai dengan 9 persen yang memenuhi kriteria gangguan depresi mayor.17 Prevalensi simtom depresi pada orang lansia yang berobat jalan berkisar antara 10 sampai dengan 20 persen, sedangkan pada lansia yang diopname prevalensi simtom depresi bahkan lebih tinggi mencapai 22 sampai dengan 34 persen.18 Namun beragam prevalensi dijumpai tergantung dari populasi yang dijadikan sampel. Sebagai contoh, prevalensi yang lebih tinggi dilaporkan pada lansia yang diopname di rumah sakit sekitar 36 sampai dengan 46 persen dan 10 sampai dengan 22 persen pada tempat perawatan jangka panjang (long-term care facilities).19

Suatu studi meta analisis pada komunitas melaporkan prevalensi depresi pada lansia sekitar 13,5 persen. Studi lainnya melaporkan bahwa prevalensi depresi pada lansia bervariasi, tergantung pada situasi tempat dimana dilakukan penilaian, mulai dari 15 persen pada populasi umum, 25 persen pada tempat pelayanan kesehatan primer, hingga lebih dari 30 persen pada lansia yang tinggal di panti-panti jompo.20

(23)

gejala-gejala depresi yang rendah selama sedikitnya 2 tahun atau lebih, terjadi kira-kira 2 persen pada lanjut usia.21

Copeland dkk mengatakan bahwa prevalensi depresi pada penyakit klinis yang berat kira-kira 10 persen pada yang berusia > 65 tahun dan 2-3 persen cenderung depresi berat.2 Koenig & Blazer melaporkan rasio depresi pada lanjut usia sekitar 0,4-1,4 persen di masyarakat, 5-10 persen pada pasien rawat jalan, 10-15 persen pada pasien rawat inap dan 15-20 persen pada penderita yang dilakukan perawatan di rumah.2

Hasil penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, Oxford Institute of Ageing mengungkapkan bahwa 30 persen dari responden lanjut usia (usia di atas 60 tahun) tidak bahagia atau depresi.22

Prevalensi secara umum dari gangguan depresi mayor pada orang-orang yang berusia 65 tahun atau lebih diperkirakan 1 persen (sekitar 1,4 persen pada wanita dan 0,4 persen pada pria). Suatu persentase yang lebih besar pada orang-orang lanjut usia, diperkirakan sebesar 15 persen, memiliki simtomatologi depresif yang tidak memenuhi suatu kriteria untuk sindroma depresif yang spesifik.8

Laporan mengenai prevalensi simtom-simtom depresif yang signifikan secara klinis pada komunitas lanjut usia diperkirakan sekitar 8 hingga 16 persen. Simtom-simtom depresif pada lanjut usia yang lebih sering dijumpai mungkin berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan proses penuaan, seperti proporsi jenis kelamin wanita yang lebih tinggi, lebih banyak terjadi disabilitas fisik dan gangguan kognitif, serta status sosial-ekonomi yang lebih rendah.23

(24)

Depresi pada orang tua dapat dibagi dalam onset awal (early-life onset) yang terjadi sebelum berusia 65 tahun yang kemudian dapat berulang kembali pada usia lanjut, dan onset akhir (late-life onset) yang terjadi setelah usia 65 tahun. Baik early-life onset maupun late-life onset penyebabnya masih belum jelas, namun faktor-faktor biologi, psikologi dan sosial dipercaya berperan untuk terjadinya depresi.21

Selain faktor biologi, faktor psikologi, sosial dan faktor medis lain dapat menjadi predisposisi pada orang lanjut usia untuk menjadi depresi. Stresor psikologis banyak dialami orang lanjut usia diantaranya perubahan dalam status yang terjadi ketika mereka yang dahulu bekerja sekarang memasuki masa pensiun. Kematian atau penyakit yang terjadi pada teman dekat dan orang yang dicintai sangat mempengaruhi untuk berkembangnya depresi.21 Adanya disabilitas dan gangguan kognitif juga merupakan faktor yang mempengaruhi.16 Adanya persepsi atas tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada seseorang sebelumnya dapat menjadi prediktor yang kuat akan perkembangan gejala-gejala depresif di masa depannya.27

Walaupun telah diketahui bahwa risiko depresi akan lebih banyak dijumpai jika ditemukan adanya riwayat keluarga yang depresi, tidak ada faktor biologi tunggal sebagai penyebab depresi pada lanjut usia.21 Faktor-faktor risiko lainnya mencakup status kesehatan yang buruk, trauma otak, rendahnya asupan folat dan vitamin B12, serta meningkatnya kadar homosistein di dalam plasma darah.28

Faktor sosial yang dapat sebagai predisposisi orang lanjut usia untuk menjadi depresi adalah menjadi janda/duda atau bercerai, sosial ekonomi yang rendah, pendukung sosial yang buruk dan kejadian kehidupan yang tidak diperkirakan dan laki-laki lebih rentan terhadap faktor-faktor ini.21

Selama tahun pertama setelah berduka, 10 sampai dengan 20 persen akan berkembang menunjukkan simtom-simtom depresi yang secara umum akan menetap jika tidak ditangani.16

(25)

Depresi pada lanjut usia dipandang sebagai suatu yang heterogen. Depresi pada lanjut usia umumnya terjadi pada gangguan medis. Kadang-kadang kondisi-kondisi gangguan medis ini dapat menjadi predisposisi atau pencetus terjadinya depresi, seperti depresi pada penderita infark miokard, penderita kanker29, penderita penyakit kronis30, penyakit serebrovaskuler26,

penderita penyakit Parkinson31 yang menimbulkan disabilitas dan merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya depresi.7 Lansia yang mengalami depresi dengan nyeri kronis lebih rentan untuk memiliki ide-ide bunuh diri.28

Penderita depresi lebih banyak memiliki penyakit medis dibandingkan yang tidak depresi. Pasien depresi dengan penyakit medis dirawat lebih lama dibandingkan penderita berpenyakit kronis.8 Penyakit-penyakit neurologis dan penyakit fisik lain sering mengalami depresi dibandingkan orang lansia yang tidak depresi. Gangguan depresi dengan onset pada lanjut usia (late-onset

depressive disorder) kira-kira 2/3 kasusnya mempunyai gangguan neurologis

atau medis lain.32,33 Depresi, baik sebagai gejala maupun sebagai diagnosis, sering dijumpai pada populasi umum. Seringnya dijumpai pada yang berpenyakit medis dikarenakan dua hal yaitu, penyakit dan pengobatan penyakit itu sendiri dan kerentanan dari faktor psikologis pasien itu sendiri. Pada suatu penelitian epidemiologi mengenai depresi pada orang lanjut usia, disimpulkan bahwa penyakit (ill health) merupakan prediktor timbulnya gejala depresi (predictor of

subsequent depressive symptoms). Terdapat juga bukti bahwa disabilitas dan

keterbatasan aktivitas sebagai prediktor munculnya gejala depresi.34

Depresi juga secara konsisten dilaporkan lebih sering terjadi pada pasien lansia dengan penyakit fisik dibandingkan dengan lansia yang sehat. Kennedy dkk mendapatkan hasil bahwa 30 persen pasien lanjut usia dengan 4 atau lebih penyakit mengalami depresi dibandingkan dengan hanya 5 persen pada lanjut usia yang sehat.34

Depresi pasca stroke juga sering terjadi dengan rentang 18 sampai dengan 61 persen, selama periode akut pasca stroke lebih dari 50 persen pasien stroke berkembang menjadi depresi, sedangkan pada populasi stroke yang dirawat jalan prevalensi depresi sekitar 30 persen.32,35

(26)

didapati pada lansia.37 Jarang dikenalinya depresi pada lansia mungkin karena pengamatan bahwa depresi lebih sering tampak dengan gejala somatik daripada depresi pada kelompok yang lebih muda.1 Post menyatakan bahwa pasien depresi yang lanjut usia mempunyai gejala retardasi dan agitasi yang berat. Abas menyatakan bahwa 70 persen penderita depresi yang lanjut usia mengalami gangguan kognitif (menyelesaikan tugas, belajar, memori dan konsentrasi yang buruk).2

Gambaran klinis penderita dengan depresi adalah sebagai berikut: A. Mood Depresif.

Suatu mood depresif dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan gejala utama dari depresi. Mood yang tertekan adalah karakteristik yang utama pada gejala, timbul hampir pada 90 persen dari seluruh pasien.1 Gambaran diri pasien biasanya seperti perasaan sedih, rendah diri, kosong, tidak tertolong lagi atau putus asa, murung atau tampak seperti orang bodoh.8,36 Pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, dalam kesedihan atau tidak berguna lagi. Pasien sering kali menggambarkan gejala depresi sebagai suatu rasa nyeri emosional yang menderita sekali dan kadang-kadang mereka mengeluhkan sudah tidak bisa menangis lagi.1

Untuk mendiagnosis depresi dengan menggunakan DSM-IV-TR membutuhkan gambaran mood depresif atau kehilangan minat atau kegembiraan (anhedonia), sedangkan jika menggunakan ICD-10 harus memenuhi 3 gejala, yaitu mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan keadaan yang mudah lelah.,37,38

B. Kehilangan minat, Kelelahan, Gangguan Tidur, Kehilangan Nafsu Makan. Ketidakmampuan dalam menikmati aktivitas adalah yang paling umum dijumpai pada pasien depresi. Pasien atau keluarga pasien akan melaporkan pengurangan minat pada hampir semua aktivitas yang dahulu dinikmati. Pasien atau keluarga pasien akan melaporkan pengurangan minat pada semua hal, aktivitas yang selalu dinikmati seperti seks, hobi dan kegiatan rutin sehari-hari.17,38

(27)

efisiensi pada pekerjaan kecil atau sedang yang menyebabkan mereka kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan kurang termotivasi.17,33

Delapan puluh persen pasien depresi mengeluhkan beberapa tipe gangguan tidur, yang paling sering adalah insomnia selama masa mereka mungkin merenungkan masalahnya. Insomnia biasanya dibagi menjadi insomnia awal (masalah susah untuk memulai tidur), pertengahan tidur (tertidur tetapi sering terbangun sepanjang malam) atau akhir tidur (pasien bangun terlalu cepat).13,33

Sekitar 70 persen pasien diobservasi mengalami pengurangan nafsu makan dan disertai kehilangan berat badan, hanya sebagian kecil pasien yang mengalami kenaikan nafsu makan, peningkatan berat badan dan tidur yang berlebihan.13,34

C. Retardasi dan Agitasi Psikomotor.

Sekitar setengah dari pasien depresi berkembang dengan terjadinya kemunduran dan perlambatan gerakan atau aktivitas. Kadang-kadang timbul keluhan seperti lambat dalam berpikir, berbicara, gerakan tubuh atau pengurangan kosa kata dengan diam yang lama sebelum menjawab.13,31 Retardasi psikomotor tidak selalu ada dan umumnya dikaitkan dengan gambaran melankolik atau depresi vaskuler.35 Gerakan-gerakan yang melambat ini, pada kasus yang berat ditandai dengan pikiran yang melambat, dapat membawa meningkatnya kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan aktivitas hidup sehari-hari, diet yang buruk dan akhirnya tidak mau makan dan minum. Berkurangnya mobilitas dapat berlanjut sampai tidak ada gerakan sama sekali 34

D. Sulit Konsentrasi.

(28)

E. Perasaan Bersalah.

Perasaan bersalah dan menyalahkan diri, perasaaan tidak berharga yang berlebihan dan rasa bersalah yang tidak sesuai pada individu.13,33

F. Bunuh Diri.

Bunuh diri kira-kira dua kali lebih sering terjadi pada orang lanjut usia dibanding populasi umum.8,16 Banyak pasien depresi mengalami pikiran yang berulang-ulang untuk mati, perasaan singkat bahwa orang lain akan lebih baik dengan kematiannya, juga merencanakan untuk melakukan bunuh diri. Lebih dari 15 persen pasien depresi berat yang parah menyukai kematian dengan bunuh diri. Risiko bunuh diri pasien timbul pada episode depresif tetapi kemungkinan tinggi setelah permulaan terapi dan selama 6-9 bulan setelah periode perbaikan simtomatik. Kira-kira 2/3 dari semua pasien terdepresi merenungkan untuk melakukan bunuh diri dan 10 sampai dengan 15 persen melakukan bunuh diri.13,33

Pada orang lanjut usia diatas 74 tahun yang melakukan bunuh diri, sekitar 80 persen menunjukkan sindroma depresi.8 Gangguan mood pada orang lanjut usia merupakan faktor risiko bunuh diri sementara itu penyakit fisik dan disabilitas akan meningkatkan risiko bunuh diri tetapi pengaruhnya diperantarai oleh depresi.8,16 Kebanyakan yang bunuh diri adalah mereka yang hidup sendiri (janda/duda, tidak menikah, bercerai). Faktor yang sering mempresipitasi bunuh diri pada lanjut usia adalah masalah kesehatan fisik dan rasa kehilangan.8

III.2. MMSE

Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan suatu pemeriksaan

(29)

III.3. GDS

Terdapat suatu alat untuk menilai depresi pada lanjut usia yang disebut dengan The Geriatric Depression Scale (GDS). Pertama sekali dibuat oleh Yesavage dan kawan-kawan, alat penilaian ini telah teruji dan digunakan secara luas pada populasi kaum lanjut usia. Formulir panjang GDS merupakan suatu kuesioner singkat yang terdiri atas 30 butir pertanyaan dimana setiap peserta dimintakan untuk memberi jawaban ya atau tidak sebagai rujukan pada bagaimana perasaan mereka selama satu minggu terakhir. Secara umum direkomendasikan sebagai bagian dari penilaian rutin yang lengkap pada lansia. Juga semakin luas penggunaannya pada studi-studi mengenai depresi pada lansia. Formulir panjang GDS terdiri atas 30 butir pertanyaan. Dari 30 butir pertanyaan tersebut, 20 buah diantaranya (2, 3, 4, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 26, dan 28) mengindikasikan adanya depresi ketika dijawab dengan positif (ya), sedangkan 10 buah pertanyaan lainnya (nomor 1, 5, 7, 9, 15, 19, 21, 27, 29 dan 30) mengindikasikan depresi ketika dijawab dengan negatif (tidak). Respons berupa jawaban ya atau tidak terlihat lebih mudah untuk dipergunakan daripada meminta jawaban yang bertingkat seperti pada skala penilaian depresi standar lainnya seperti penilaian depresi dari Beck (Beck

Depression Inventory), The Hamilton rating scale for depression, atau Zung

self-rating depression scale. GDS dapat dipakai baik pada lanjut usia yang sehat,

yang menderita penyakit medis umum, maupun yang menderita gangguan kognitif ringan hingga sedang. Alat penilaian ini telah digunakan secara luas di dalam komunitas, di tempat-tempat perawatan akut, maupun jangka panjang. Formulir pendek GDS lebih mudah untuk digunakan pada pasien yang mengalami penyakit fisik dan menderita demensia ringan hingga sedang yang memiliki tahanan perhatian yang singkat dan/atau lebih mudah untuk merasa lelah. Dibutuhkan waktu sekitar 5 hingga 7 menit untuk menyelesaikan pemeriksaannya. Validitas dan reliabilitas dari GDS dapat berkurang pada subyek-subyek dengan fungsi kognitif yang terganggu.40,41

(30)

III.4. Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu tempat diperolehnya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat dan yang terdekat di masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya sebagai tempat pelayanan masyarakat, puskesmas memiliki tugas-tugas pokok, dan mempunyai tujuan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.42

Fungsi puskesmas di era desentralisasi adalah : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2. Memberdayakan masyarakat dan memberdayakan keluarga 3. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama

Dari seluruh kegiatan pokok puskesmas, Puskesmas Padang Bulan membagi dalam dua kelompok kegiatan, yaitu :

a. Upaya Kesehatan Wajib, antara lain : 1. Promosi Kesehatan

2. Kesehatan Lingkungan

3. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana) 4. Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Pengobatan Dasar

b. Upaya Kesehatan Pengembangan : 1. Kesehatan Sekolah

2. Kesehatan Kerja

3. Kesehatan Gigi dan mulut 4. Kesehatan Jiwa

5. Kesehatan Mata 6. Kesehatan Lanjut Usia 7. Laboratorium

(31)

Puskesmas Padang Bulan awalnya bukanlah sebuah Puskesmas melainkan sebuah poliklinik dan rumah dokter. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Pangdam I /Bukit Barisan yaitu Bapak Sarwo Edhi Wibowo (Brigjen TNI) pada tanggal 27 Maret 1968 dan selesai pada tanggal 20 Juli 1968. Lokasi Puskesmas ini terletak di Jalan Letjen. Jamin Ginting, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru Kota Medan. Puskesmas Padang Bulan wilayahnya meliputi satu kecamatan yaitu Kecamatan Medan Baru, dan enam kelurahan yaitu : Titi Rante, Padang Bulan, Merdeka, Babura, Darat dan Petisah Hulu. Di setiap kelurahan terdapat Pos Pelayanan Terpadu Lansia (Posyandu Lansia) dimana setiap lanjut usia berhak memeriksakan kesehatannya setiap satu bulan sekali. Setiap bulannya lansia yang datang ke Puskesmas berjumlah sekitar 600-an orang, sebagian diobati dan sebagian lagi dirujuk ke rumah sakit-rumah sakit umum milik pemerintah yang ada di kota Medan.42

Data-data geografis Kecamatan Medan Baru yaitu : a. Luas wilayah : 540 Ha

b. Jumlah kelurahan : 6 c. Jumlah lingkungan : 63

(32)

BAB IV

KERANGKA KONSEP

LANJUT USIA

Kriteria Inklusi

Karakteristik Demografi : - umur

- jenis kelamin

- tingkat pendidikan - status perkawinan

- suku - pekerjaan

SINDROMA DEPRESIF

Penyakit medis penyerta

(33)

BAB V

METODE PENELITIAN

V.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross

sectional43-45 untuk menilai apakah terdapat sindroma depresif pada lanjut

usia di Puskesmas Padang Bulan dan apakah sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan tersebut berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, suku, pekerjaan, dan penyakit medis penyerta.

V.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian :

- Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia) Puskesmas Padang Bulan Dinas Kesehatan Kota Medan.

Waktu penelitian :

- 28 September 2009 – 28 Januari 2010.

V.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target :

- Lanjut usia berusia ≥ 65 tahun. Populasi terjangkau :

- Lanjut usia berusia ≥ 65 tahun yang tinggal di Kecamatan Medan Baru Kota Medan.

Sampel penelitian :

- Lanjut usia berusia ≥ 65 tahun yang datang memeriksakan kesehatannya di Pos Pelayanan Terpadu lanjut usia Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan.

V.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi :

(34)

3. Kooperatif dan bersedia menjadi subyek penelitian.

Kriteria eksklusi :

1. Memiliki gangguan kognitif (skor MMSE < 17). 2. Tidak dapat berbahasa Indonesia.

V.5. Besar Sampel

Besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi menggunakan ketepatan absolut dengan rumus yang digunakan adalah :

Zα2PQ

n ≥ d2

Zα= Nilai batas bawah dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai α yang ditentukan ; untuk nilai α = 0,05 → Zα = 1,96.

P = Proporsi sindroma depresif pada lanjut usia = 25 %. q = 1-p : 1-0,25 = 0,75.

d = ketepatan penelitian (tingkat ketepatan absolut yang dihendaki) = 0,1.

(1,96)2 x (0,25) x (0,75) n ≥

(0,1)2

n ≥ 72,03 → n = 90

(35)

V.6. Cara Kerja

Seluruh penderita lanjut usia yang memenuhi kriteria inklusi dan dapat berbahasa Indonesia mengisi persetujuan secara tertulis untuk ikut ke dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas dan selanjutnya subyek penelitian mengisi kuesioner MMSE untuk menyingkirkan adanya gangguan kognitif. Sampel yang memiliki skor MMSE ≥ 17 kemudian diikutkan dalam penelitian dan diminta untuk mengisi kuesioner GDS 30-item. Sampel yang memiliki skor > 11 merupakan sampel yang memiliki simtom-simtom depresi yang signifikan secara klinis (sindroma depresif (+)). Sedangkan yang memiliki skor ≤ 11 merupakan sampel dengan sindroma depresif (-). Kemudian melalui uji statistik dilihat apakah terdapat perbedaan antara sindroma depresif yang dialami penderita dengan kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, suku, pekerjaan, dan penyakit medis penyerta.

V.7. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas :

Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, suku, pekerjaan, dan penyakit medis penyerta.

2. Variabel tergantung :

Sindroma depresif yang dinilai dengan menggunakan kuesioner GDS 30-item.

V.8. Rencana Manajemen dan Analisis Data

(36)

V.9. Definisi Operasional

1. Lanjut usia adalah orang yang berusia 65 tahun atau lebih.

2. Depresi adalah suatu sindroma klinis yang terdiri dari sifat mood yang menurun (perasaan sedih yang menyakitkan), kesulitan dalam berpikir, dan retardasi psikomotor.

3. Sindroma depresif adalah kumpulan dari simtom-simtom depresif yang signifikan secara klinis yang dinilai berdasarkan kuesioner GDS 30-item dengan skor > 11.

4. Mini Mental State Examination (MMSE) adalah suatu kuesioner untuk

mendeteksi ada tidaknya gangguan kognitif pada seseorang.

5. The Geriatric Depression Scale (GDS) 30-item adalah suatu kuesioner

untuk mengevaluasi ada tidaknya sindroma depresif pada lanjut usia. 6. Umur : lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun.

Dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu :

• Umur 65-74 tahun

• Umur 75-84 tahun

• Umur ≥ 85 tahun

7. Jenis kelamin : terdiri atas laki-laki dan perempuan.

8. Pendidikan : jenjang pengajaran yang telah diikuti subyek melalui pendidikan formal.

Pendidikan dibagi atas :

• SD (Sekolah Dasar)

• SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)

• SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)

• PT (Perguruan Tinggi)

9. Status perkawinan : ditentukan apakah subyek masih dalam ikatan perkawinan (menikah), atau tidak dalam ikatan perkawinan

(bercerai hidup atau mati, dan tidak kawin).

10. Suku : ditentukan apakah lanjut usia suku Batak, Karo, Minang, Jawa, dan lain-lain.

(37)

12. Penyakit medis penyerta : penyakit medis umum yang sedang diderita oleh subyek pada saat dilakukan penelitian, yang telah dialami oleh subyek sekurang-kurangnya selama 2 tahun, yang dibuktikan melalui data rekam medis yang ada di puskesmas. Bila terdapat lebih dari satu jenis penyakit medis umum, maka dipilih yang paling berat tingkat keparahannya atau yang paling dikeluhkan oleh subyek. Berdasarkan penyakit medis penyertanya, subyek dikategorikan atas :

• Tanpa riwayat penyakit medis penyerta.

• Penyakit sistem susunan saraf, seperti stroke, epilepsi, dan lain-sebagainya.

• Penyakit sistem kardiovaskular, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan lain sebagainya.

• Penyakit sistem pernafasan, seperti asma (bronkhiale), tuberculosis paru, dan lain sebagainya.

• Penyakit sistem muskuloskeletal, seperti rheumatoid arthritis, osteo

arthritis, gout arthritis, dan lain sebagainya.

(38)

BAB VI

KERANGKA OPERASIONAL

LANJUT USIA

Kriteria Inklusi

Karakteristik Demografi : - umur

- jenis kelamin

- tingkat pendidikan - status perkawinan

- suku - pekerjaan

MMSE Kriteria Eksklusi

Penyakit Medis Penyerta

GDS

SINDROMA

DEPRESIF (+)

ANALISIS DATA

(39)

BAB VII HASIL PENELITIAN

(40)

VII.1. DATA UMUM

Tabel 1. Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Status Perkawinan, Suku, Pekerjaan, dan Penyakit Medis Penyerta.

Karakteristik Sampel Jumlah %

(41)

Dari tabel 1 diatas dapat diamati bahwa sampel didominasi oleh kelompok umur 65-74 tahun (50,0%), jenis kelamin perempuan (65,6%), tingkat pendidikan tamat SD (40,0%), status perkawinan yang kawin (52,2%), suku Karo (33,3%), pekerjaan yang tidak bekerja (56,7%), dan penyakit medis penyerta yang tanpa ada riwayat penyakit (30,0%).

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Ada Tidaknya Sindroma Depresif

Sindroma Depresif Jumlah %

Ya 26 28,9

Tidak 64 71,1 Total 90 100,0

Dari tabel 2 diatas dapat diamati bahwa 28,9% sampel menunjukkan adanya simtom-simtom depresif yang bermakna secara klinis (yaitu skor GDS>11). Mean skor GDS didapati sebesar 20,8 (SD : 6,7).

VII.2. DATA KHUSUS

Tabel 3. Sebaran Umur Penderita dengan Sindroma Depresif

Umur Sindroma Depresif (+) Sindroma depresif (-) Total N % N % N %

65-74 tahun 13 50,0 32 50,0 45 50,0 75-84 tahun 6 23,1 24 37,5 30 33,3

≥ 85 tahun 7 26,9 8 12,5 15 16,7 Total 26 100 64 100 90 100

p= 0,177; degree of freedom (df) = 2

(42)

Tabel 4. Sebaran Jenis Kelamin dengan Sindroma Depresif

Jenis Sindroma Depresif (+) Sindroma depresif (-) Total Kelamin N % N % N % Laki-laki 5 19,2 26 40,6 31 34,4 Perempuan 21 80,8 38 59,4 59 65,6 Total 26 100 64 100 90 100

p= 0,053; df = 1

Dari tabel 4 diatas dapat diamati bahwa sindroma depresif paling banyak terjadi pada lanjut usia dengan jenis kelamin perempuan (80,8%) daripada laki-laki. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada sindroma depresif berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 5. Sebaran Tingkat Pendidikan dengan Sindroma depresif

Tingkat Sindroma Depresif (+) Sindroma depresif (-) Total Pendidikan N % N % N %

SD 13 50,0 23 35,9 36 40,0 SLTP 7 26,9 24 37,5 31 34,4 SLTA 6 23,1 13 20,3 19 21,1 Perguruan Tinggi 0 0 4 6,3 4 4,4 Total 26 100 64 100 90 100

p= 0,361; df = 3

(43)

Tabel 6. Sebaran Status Perkawinan dengan Sindroma Depresif

Status Sindroma Depresif (+) Sindroma depresif (-) Total Perkawinan N % N % N %

Kawin 6 23,1 41 64,1 47 52,2 Tidak Kawin/ 20 76,9 23 35,9 43 47,8 Janda/Duda

Total 26 100 64 100 90 100

p= 0,001; df = 1

Dari tabel 6 diatas dapat diamati bahwa sindroma depresif paling banyak terjadi pada lanjut usia yang tidak kawin/janda/duda (76,9%) daripada yang kawin. Terdapat perbedaan bermakna pada sindroma depresif berdasarkan status perkawinan.

Tabel 7. Sebaran Suku dengan Sindroma Depresif

Suku Sindroma Depresif (+) Sindroma depresif (-) Total N % N % N %

Batak 3 11,5 10 81,8 13 14,4 Karo 11 42,3 19 58,0 30 33,3 Minang 3 11,5 10 75,0 13 14,4 Jawa 5 19,2 16 79,3 21 23,3 Lain-lain 4 15,4 9 73,3 13 14,4 Total 26 100 64 100 90 100

p= 0,809; df = 4

(44)

Tabel 8. Sebaran Pekerjaan dengan Sindroma Depresif

Status Sindroma Depresif (+) Sindroma depresif (-) Total Pekerjaan N % N % N %

Bekerja 8 30,8 31 48,4 39 43,3 Tidak bekerja 18 69,2 33 51,6 51 56,7 Total 26 100 64 100 90 100

p= 0,125; df = 1

Dari tabel 8 diatas dapat diamati bahwa sindroma depresif paling banyak terjadi pada lanjut usia yang tidak bekerja (69,2%) daripada yang bekerja. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada sindroma depresif berdasarkan pekerjaan.

Tabel 9. Sebaran Penyakit Medis Penyerta dengan Sindroma Depresif Penyakit Sindroma Depresif (+) Sindroma depresif (-) Total Medis penyerta N % N % N %

Tanpa riwayat 4 15,4 23 35,9 27 30,0 Sist.Sus.Saraf 4 15,4 4 6,3 8 8,9 Sist.Kardiovaskuler 5 19,2 16 25,0 21 23,3 Sist.Pernafasan 1 3,8 2 3,1 3 3,3 Sist.Muskuloskletal 9 34,6 16 25,0 25 27,8 Lain-lain 3 11,5 3 4,7 6 6,7 Total 26 100 64 100 90 100

p= 0,256; df = 5

(45)

Tabel 10. Faktor Risiko Status Perkawinan Untuk Terjadinya Sindroma Depresif Pada Lanjut Usia di Puskesmas Padang Bulan

Variabel B p Prevalence Ratio 95 % IK* (PR) Paling Paling

rendah tinggi

Status

Perkawinan 1,782 0,001 5,942 2,089 16,904 *IntervalKepercayaan

(46)

BAB VIII PEMBAHASAN

Penelitian “Sindroma Depresif pada Lanjut Usia” ini merupakan suatu penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan dengan menggunakan kuesioner GDS 30-item dan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui apakah sindroma depresif pada lanjut usia berbeda berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, suku, pekerjaan, penyakit medis penyerta, dan agar lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan yang sudah memiliki sindroma depresif dapat dirujuk ke Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran USU untuk mendapatkan penilaian dan perawatan lebih lanjut.

VIII.1. Data Umum

Tabel 1 menunjukkan bahwa sampel didominasi oleh kelompok umur 65-74 tahun (50,0%), jenis kelamin perempuan (65,6%), tingkat pendidikan tamat SD (40,0%), status perkawinan kawin (52,2%), suku Karo (33,3%), pekerjaan tidak bekerja (56,7%), dan penyakit medis penyerta tanpa riwayat penyakit (30,0%).

VIII.2.Proporsi Sindroma Depresif

(47)

daripada yang dilaporkan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia yang menyatakan bahwa 30 persen lanjut usia di Indonesia tidak bahagia atau depresi.22

VIII.3. Sebaran Umur dengan Sindroma Depresif

Tabel 3 menunjukkan bahwa sindroma depresif paling banyak terjadi pada lanjut usia kelompok umur 65-74 tahun (50,0%) daripada kelompok umur 75-84 tahun dan ≥ 85 tahun. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada sindroma depresif berdasarkan kelompok umur (p=0,177). Hasil ini berbeda dengan yang telah dilaporkan oleh Teresi dkk bahwa prevalensi depresi pada lanjut usia yang paling tinggi pada kelompok umur 80-89 tahun, yaitu sebesar 48,6 persen.46 Hasil ini juga berbeda dengan yang telah dilaporkan oleh Jongenelis dkk, yaitu 40,6 persen lanjut usia pada kelompok umur 80-99 tahun menunjukkan adanya depresi dalam berbagai tingkatan.47

VIII.4. Sebaran Jenis Kelamin dengan Sindroma Depresif

Tabel 4 menunjukkan bahwa sindroma depresif paling banyak terjadi pada lanjut usia dengan jenis kelamin perempuan (80,8%) daripada laki-laki. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada sindroma depresif berdasarkan jenis kelamin (p=0,053). Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Lapid dkk bahwa wanita lansia memiliki prevalensi yang lebih besar daripada pria lansia untuk mengalami depresi, dengan perbandingan 1,4 persen dan 0,4 persen.21 Hasil ini juga sesuai dengan yang dilaporkan oleh Blazer dkk serta Tweedy dkk yang menyatakan bahwa depresi geriatrik berhubungan dengan jenis kelamin wanita.13,14

VIII.5. Sebaran Tingkat Pendidikan dengan Sindroma Depresif

(48)

lansia dengan tingkat pendidikan 0 tahun sebesar 33 persen, lebih tinggi daripada tingkat pendidikan 1-6 tahun (19,8%) dan 7 tahun atau lebih (15,9%). Mohd. Sidik dkk juga menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan depresi. Mereka melaporkan prevalensi depresi pada lanjut usia tanpa pendidikan formal sebesar 29,6 persen lebih besar daripada pendidikan formal (5%). Schullman dkk dalam studi terhadap lanjut usia dalam komunitas telah melaporkan bahwa prevalensi simtom-simtom depresif paling banyak terjadi pada tingkat pendidikan 9-12 tahun (43,3%).48,49,50

VIII.6. Sebaran Status perkawinan dengan Sindroma Depresif

Tabel 6 menunjukkan bahwa sindroma depresif paling banyak terjadi pada lanjut usia yang tidak kawin/janda/duda (76,9%) daripada yang kawin. Terdapat perbedaan bermakna pada sindroma depresif berdasarkan status perkawinan (p=0,001). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohd. Sidik dkk terhadap lanjut usia pada pelayanan klinik primer, yang melaporkan adanya hubungan yang bermakna antara status perkawinan dan depresi. Mereka melaporkan bahwa lanjut usia yang tidak menikah, janda atau duda memiliki kemungkinan 3,46 kali untuk terjadinya depresi dibandingkan dengan yang menikah. Hasil ini juga sesuai dengan yang dilaporkan oleh Blazer dkk serta Tweedy dkk yang menyatakan bahwa depresi geriatrik berhubungan dengan status perkawinan bercerai atau berpisah. Chi dkk, dalam suatu penelitian terhadap lanjut usia dalam komunitas, juga telah melaporkan prevalensi depresi yang lebih besar pada lanjut usia janda/duda (33%) daripada yang menikah (21,6%). Schullman dkk dalam satu penelitian di komunitas, juga melaporkan prevalensi depresi yang lebih besar pada lanjut usia yang tidak menikah (37,4%) daripada yang menikah (18,2%).13,14,49-51

VIII.7. Sebaran Suku dengan Sindroma Depresif

(49)

pelayanan kesehatan primer di Malaysia telah melaporkan bahwa prevalensi depresi pada suku Melayu lebih tinggi (18,2%) daripada non-Melayu (17,4%), tetapi perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Dalam penelitian lainnya, mereka telah melaporkan bahwa keturunan India memiliki prevalensi depresi yang lebih tinggi (33,3%) dibandingkan dengan etnis Melayu dan keturunan Cina. Perbedaan ini bermakna secara statistik. Swenson dkk, dalam satu penelitian terhadap lanjut usia dalam komunitas, melaporkan bahwa prevalensi depresi lebih tinggi pada lanjut usia keturunan Hispanik (13,2%) daripada lanjut usia kulit putih non-Hispanik (9,2%).49,52

VIII.8. Sebaran Pekerjaan dengan Sindroma Depresif

Tabel 8 menunjukkan bahwa sindroma depresif paling banyak terjadi pada lanjut usia yang tidak bekerja (69,2%) daripada yang bekerja. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada sindroma depresif berdasarkan pekerjaan (p=0,125). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohd. Sidik di daerah perkotaan Selangor, Malaysia yang telah melaporkan bahwa prevalensi depresi lebih tinggi pada lanjut usia yang tidak bekerja (7%) daripada yang bekerja (0%). Hasil ini juga sesuai dengan yang dilaporkan oleh Chi dkk, dalam satu penelitian di komunitas, melaporkan bahwa prevalensi depresi lebih tinggi pada lanjut usia yang tidak bekerja (13,2%) daripada yang bekerja (8%).50,53

VIII.9. Sebaran Penyakit Medis Penyerta dengan Sindroma Depresif

(50)

VIII.10. Faktor Risiko Status Perkawinan Untuk Terjadinya Sindroma Depresif Pada Lanjut Usia di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan

Tabel 10 menunjukkan bahwa faktor risiko status perkawinan untuk terjadinya sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan adalah status perkawinan tidak kawin/janda/duda (PR=5,942; IK 95% 2,089 sampai 16,904).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohd. Sidik dkk terhadap lanjut usia pada pelayanan klinik primer, yang melaporkan adanya hubungan yang bermakna antara status perkawinan dan depresi. Mereka melaporkan bahwa lanjut usia yang tidak menikah, janda atau duda memiliki kemungkinan 3,46 kali untuk terjadinya depresi dibandingkan dengan yang menikah. Hasil ini juga sesuai dengan yang dilaporkan oleh Blazer dkk serta Tweedy dkk yang menyatakan bahwa depresi geriatrik berhubungan dengan status perkawinan bercerai atau berpisah.13,14,49

(51)

BAB IX

KESIMPULAN DAN SARAN

IX.1. KESIMPULAN

Penelitian ini mendapati hasil bahwa proporsi sindroma depresif cukup tinggi dijumpai pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan, yaitu sebesar 28,9 persen. Salah satu hipotesis terbukti benar, yaitu terdapat perbedaan sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berdasarkan status perkawinan. Tidak terdapat perbedaan sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, suku, pekerjaan, dan penyakit medis penyerta.

IX.2. SARAN

Melihat tingginya angka sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan, maka perlu ditekankan pentingnya deteksi sedini mungkin dan penanganan awal yang tepat, sebelum dilakukan konsultasi dan rujukan untuk penatalaksanaan yang lebih lanjut.

Perlunya peranan dokter-dokter di pusat-pusat pelayanan primer, baik dari instansi pemerintah seperti puskesmas maupun dari pihak swasta untuk lebih mewaspadai adanya gejala-gejala depresi pada lanjut usia yang datang untuk berobat maupun yang datang untuk memeriksakan kesehatannya saja. tinggal di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan. Untuk peningkatan pelayanan terhadap lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan yang memiliki sindroma depresif, perlu dipertimbangkan adanya kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Medan dengan Departemen Psikiatri FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. Behavior Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007, p.53-61;527-78; 1348-58.

2. Gelder M, Gath D, Mayou R, Cowen P. Oxford Textbook of Psychiatry. 3rd ed. New York: Oxford University Press, 1996, p.,510, 527-29

3. Agus D, Surilena. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Depresi Pada Lansia Di Jakarta. Majalah Kedokteran Damianus, Vol.5, no.2, 2006. h.115.

4. Bonsdorf Mv, Rantanen T, Laukkanen P, Suutama T, Heikkinen E. Mobility Limitations and Cognitive Deficits as Predictors of Institutionalization among Community-Dwelling Older People. Gerontology 2006;52:359.

5. Glasser M, Vogels L, Gravdal J. Geriatric Depression Assesment by Rural Primary Care Physicians. Rural and Remote Health, 2009. Available at : URL : http://www.rh.org.au.

6. Ghaemi, SN. Mood Disorder. A Practical Guide. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2003, p.242-3.

7. Dharmono, S. Waspadai Depresi pada Lansia. Available at : URL : http://prana-indonesia.blogspot.com.

8. Alexopoulos, GS. Mood Disorders. In: Sadock BJ, Sadock VA, eds. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005, p.3677-86.

9. Hybels CF, Blazer DG. Epidemiology of Psychiatric Disorders. In: Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005, p.3595-610.

10. Lawhome, L. Depression in the Older Adult. Primary Care, 2005 Sep;32(3):777-92.

11. Scogin F, Shah A. Screening Older Adults for Depression in Primary Care Settings. Health Psychology. Vol 25(6), Nov 2006, 675-77.

(53)

13. Blazer DG, Koenig HG. Mood Disorders. In: Buse EW, Blazer DG, eds, Textbook of Geriatric Psychiatry. 2nd ed. Washington DC: American Psychiatric Press, 1996. p.235-63.

14. Tweedy K, Morrison MF, DeMichele SG. Depression in Older Women. Psychiatric Annals 2002; 32(7): p.417-29.

15. Pemerintah Kota Medan. Kecamatan Medan Baru. Available at : URL : http://www.pemkomedan.go.id/mdnbar.php.

16. Alexopoulos, GS. Depression in the Elderly. The Lancet; June 2005; 365. p.1961-70.

17. Lebowitz BD, Pearson JL, Schneider LS, et al. Diagnosis and treatment of depression in late life: consensus statement update. JAMA 1997;278(14):1186-90.

18. German L, Feldblum I, Bilenko N, Castel H, Harman-Boehm I, Shahar DR. Depressive Symptom and Risk For Malnutriton Among Hospitalized Elderly People. The Journal of Nutrition, Helath & Aging. May 2008; 12;5, p. 313-18.

19. Teresi J, Abrams R, Holmes D, Ramirez M, Eimicke J. Prevalence of depression and depression recognition in nursing homes. Soc Psychiatry. Psychiatry Epidemiol 2001;36(12):613-20.

20. Habib, F. Primary Care Physicians’ Attitude and Practice in Managing Geriatric Depression. Bahrain Medical Bulletin, Vol. 31, No.4, 2009, p. 1-8. 21. Lapid MI, Rummans TA. Evaluation and Management of Geriatric

Depression in Primary Care. Mayo Clinic Proceedings; Nov 2003; 78, 11, p.1423-29.

22. Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 30 Persen Lansia Tidak Bahagia dan Depresi. Available at : URL :

www.menkokesra.go.id/content/view/11433/39/.

23. Blazer DG. Depression in Late Life: Review and commentary. J Gerontology Med Sci 2003; 58A(3); p.249-65.

24. Unetzer J, Bruce ML. The Elderly. Mental Health Services Research; Dec 2002; 4, 4; p. 245-7.

(54)

26. Mast BT, Yochim B, MacNaill SE, Litshenberg PA. Risk Factor for Geriatric Depression: The Importance of Executive Functioning Within the Vascular Depression Hypothesis. The Journals of Gerontology; Dec 2004; 59A, 12;. p. 1290-94.

27. Blazer DG, Sachs-Ericsson N, Hybels CF. Perception of Unmet Basic Needs as a Predictor of Depressive Symptoms Among Community-Dwelling Older Adults. The Journals of Gerontology, 2007;62A, 2, p.191. 28. Heok KE, Ho R. The Many Faces of Geriatric Depression. Current Opinion

Psychiatry. Vol.21, No. 6, 2008, p. 540-5.

29. Rodin G.Treatment of depression in patients with cancer. The Lancet; Jul 2008; 372. p. 8-10.

30. Reynolds SL, Haley WE, Kozlenko N. The Impact of Depressive Symptoms and Chronic Diseases on Active Life Expectancy in Older Americans. The American Journal of Geriatric Psychiatry; 2008; 16,5. p. 425-32.

31. Poewe W. Depression in Parkinson Disease. J Neurol 2007; 254 (suppl 5). p.49-55.

32. Reiman EM, Alexander GE. Neuroimaging: Overview. In: Sadock BJ, Sadock VA, eds. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005, p.3636-46.

33. Mayou RA. Depression and Type of Physical Disorder and Treatment. In: Robertson MM, Katona CLE. Depression and Physical Illness. Chichester: John Wiley & Sons, 1997, p. 31-33.

34. Walker Z, Katona CLE. Depression in Elderly People with Physical Illness. In: Robertson MM, Katona CLE. Depression and Physical Illness. Chichester: John Wiley & Sons, 1997, p. 169-79.

35. Robertson MM. Depression in Neurological Disorders. In: Robertson MM, Katona CLE. Depression and Physical Illness. Chichester: John Wiley & Sons, 1997, p. 305-27.

36. Gelder M, Mayou R, Geddes J. Psychiatry. 3rd ed. Oxford University Press, 2005, p.226.

(55)

38. Evans M, Mottram MF. Diagnosis of Depression in Elderly Patients. Advances in Psychiatric Treatment. 2000; 6. p.49-56.

39. Asosiasi Alzheimer Indonesia. Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia Lainnya. Jakarta, 2003.

40. Minddisorders. Geriatric Depression Scale. Available at : URL : http://www.minddisorders.com/Flu-Inv/Geriatric-Depression-Scale.html. 41. Nasrun, MWS. Hendaya Kognitif Non Demensia pada Populasi ”Brain At

Risk”. Ed. I. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009, h. 8-9. 42. Dinas Kesehatan Kota Medan. Evaluasi Kinerja Puskesmas Padang

Bulan Puskesmas Padang Bulan , 2009, h. 3-20.

43. Sastroasmoro S, Gatot Dj, Kadri N, Pudjiarto PS. Usulan Penelitian. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ketiga. Jakarta : Sagung Seto, 2008. h. 29-56.

44. Ghazali MV, Sastromihardjo S, Rochani S, Soelaryo T, Pramulyo H. Studi

cross-sectional. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar

Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ketiga. Jakarta : Sagung Seto, 2008. h. 112-125.

45. Portney LG, Watkins MP. Foundations of Clinical Research Application to Practice. New Jersey : Prentice-Hall, 2000. h. 269-71.

46. Teresi J, Abrams R, Holmes D, Ramirez M, Eimicke J. Prevalence of depression and depression recognition in nursing homes. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol 2001; 36: p.613-20.

47. Jongenelis K, Pot AM, Eisses AMH, Beekman ATF, Kluiter H, Ribbe MW. Prevalence and risk indicators of depression in elderly nursing home patients: the AGED study. J Affect Disord 2004; 83: p.135-42.

48. Chong MY, Chen CC, Tsang HY, et al. Community study of depression in old age in Taiwan : Prevalence, life avents and sociodemographic correlates. Br J Psychiatry 2001; 178; p.28-35.

49. Mohd. Sidik S, Mohd. Zulkifli NA, Shah SA. Factors associated with depression among elderly patients in a primary health care clinic in Malaysia. Asia Pacific Family Medicine 2003; 2: p.148-152.

(56)

51. Chi I, Yip PSF, Ciu HFK, et al. Prevalence of depression and its correlates in Hong Kong’s Chinese older adults. Am J Geriatr Psychiatry 2005; 13: p.409-15.

52. Swenson CJ, Baxter J, Shetterly, Scarbro SL, Hamman RF. Depressive symptoms in Hispanic and Non-hispanic with rural elderly: The San Luis Valley Health and Aging Study. Am J Epidemiol 2000; 152: p.1048-55. 53. Mohd. Sidik S, rampal L, Aini M, Norhidayati H. the prevalence of

depression among elderly in an urban area of Selangor, Malaysia. The International Medical Journal 2005; 4(2): p.57-63.

54. Caserta, MT. Late-Life Depression. Available at : URL : http://www.thecjc.org/pdf/gc08/gco8-5.pdf.

(57)

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

No : _____

Nama : _________________________________ Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Umur : __________tahun Pendidikan : SD / SLTP / SLTA / PT

Suku : ___________________ Status Perkawinan : kawin / bercerai / janda / duda

Alamat : _______________________________________ Pekerjaan : ada / tidak ada

Penyakit medis penyerta : _______________________________________ Skor MMSE : _________

(58)

LAMPIRAN 2

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

(modifikasi Folstein)

Sekarang tahun, musim, bulan, tanggal, hari apa? Kita berada di mana? Negara, propinsi, kota, puskesmas

REGISTRASI

Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin), tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat mengulangi dengan benar dan catat jumlah pengulangan.

ATENSI DAN KALKULASI

Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “WAHYU” ( nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan, misalnya uyahw = 2 nilai)

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas.

BAHASA

Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku) Pasien disuruh mengulang kata-kata : “namun”, “tanpa”, “bila”

(59)

9 10 11

lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”

Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah “pejamkan mata anda” Pasien disuruh menulis dengan spontan

Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini.

1 1 1

Total 30

Skor : 24 – 30 : normal

17 – 23 : probable gangguan kognitif < 17 : definite gangguan kognitif

Dikutip dari : Asosiasi Alzheimer Indonesia. Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Status
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Ada Tidaknya Sindroma Depresif
Tabel 4. Sebaran Jenis Kelamin dengan Sindroma Depresif
Tabel 6. Sebaran Status Perkawinan dengan Sindroma Depresif
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis dalam penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas belajar dan motivasi siswa dengan model pembelajaran CTL dengan teknik word square pada pelajaran Bahasa

Memiliki NPWP dan Telah melunasi kewajiban perpajakan tahun pajak terakhir (SPT Tahunan) Tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak setempat sesuai

BIDANG CIPTA KARYA DPU KABUPATEN KLATEN.. JL Sulaw

Unilever Tbk dari tahun 2012-2014 berada dibawah standar yang berarti perusahaan memiliki kas yang belum cukup untuk membayar kewajiban jangka pendek atau utang lancar

[r]

target pada awal tahun buku dengan hasil yang dicapai (realisasi), dan target atau proyeksi yang ingin dicapai untuk satu tahun mendatang mengenai pendapatan, laba, struktur

baik lagi terhadap para pihak sehingga para pihak memiliki pengetahuan yang baik terhadap pelaksanaan mediasi, diharapkan agar fasilitas yang telah ada dibuat sedemikian

Analisis laporan keuangan yang berdasarkan nilai, yang mana banyak digunakan pada perusahaan dan berbagai penelitian dibeberapa tahun belakangan ini adalah Economic