• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Graph Coloring Dalam Pemetaan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Graph Coloring Dalam Pemetaan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI GRAPH COLORING DALAM PEMETAAN

DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

VIVI SEPTIANITA HUTABARAT

0 4 1 4 0 1 0 0 5

PROGRAM STUDI STRATA 1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERSETUJUAN

Judul :

IMPLEMENTASI GRAPH COLORING

DALAM PEMETAAN DAERAH

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Kategori : SKRIPSI

Nama : VIVI SEPTIANITA HUTABARAT

Nomor Induk Mahasiswa : 041401005

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Bisman Perangin-angin, M.Eng Drs. Partano Siagian, M.Sc

NIP 131 459 465 NIP 131 877 994

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,

(3)

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI GRAPH COLORING DALAM PEMETAAN

DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 12 Desember 2008

(4)

PENGHARGAAN

Segala puji dan hormat hanya bagi Tuhan Allah Yang Maha Esa yang mengizinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Sebab kasih-Nya hebat dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.

(5)

IMPLEMENTASI GRAPH COLORING DALAM PEMETAAN

DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ABSTRAK

Banyak hal dalam dunia ini yang merupakan implementasi dari graph theory, karena model-modelnya sangat bermanfaat untuk aplikasi yang luas, seperti : penjadwalan, optimisasi, ilmu komputer, jaringan komunikasi, analisis algoritma dan graph

coloring. Graph coloring dan penyamarataannya menggunakan tools dalam membuat

model yang beraneka ragam untuk menyelesaikan masalah penjadwalan dan masalah pemberian tugas. Salah satu aplikasi dalam graph theory adalah memberikan warna pada sebuah peta, baik warna minimum maupun warna maksimum. Proses pewarnaan dilakukan dengan menghindari warna yang sama pada vertex yang edjacency, sehingga dapat diperoleh warna minimum. Sedangkan warna maksimum ditentukan dengan menggunakan warna-warna yang berbeda pada tiap kecamatan, agar dapat dibedakan warna pada suatu kecamatan dan kecamatan yang lain.

(6)

IMPLEMENTATION GRAPH COLORING OF REGION MAPPING SERDANG BEDAGAI REGENCY

ABSTRACT

There’re many things in the world that can be implementated of graph theory, because the modellings are useful for wide variety, such as: schedulling, optimisation, computer science, network communication, algorithm analysis and graph coloring. Graph coloring and its generalizations are useful tools in schedulling, and assigment problem. One of the application in the graph theory giving a color on a map, minimum coloring although maximum coloring. Coloring process is avoid an aqual color at the adjacency of vertex, therefore, it can be get a minimum color. Whereas maximum color are given different color for each subdistrict.

(7)

DAFTAR ISI 3.2 Cara merepresentasikan daerah Kabupaten Serdang Bedagai

ke dalam suatu Graph . 24

3.3 Cara Mewarnai Peta Kabupaten Serdang Bedagai 25 3.4 Data Potensi Masing-masing Kecamatan di Kebupaten

Serdang Bedagai 32

3.5 Algoritma Perancangan Sistem Informasi Potensi Daerah

Kabupaten Serdang Bedagai 32

3.6 Flowchart Perancangan Sistem Informasi Potensi Daerah

Kabupaten Serdang Bedagai 33

Bab 4 Perancangan Sistem 37

(8)

4.2 Pembahasan Program Aplikasi 37

4.2.1 Menu Utama 37

4.2.2 Menu Data Kecamatan 42

4.2.3 Menu Informasi Kecamatan 42

Bab 5 Kesimpulan Dan Saran 44

5.1 Kesimpulan 44

5.2 Saran 44

Daftar Pustaka 46

Lampiran A: Pengkodean 47

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jembatan Kőnigsberg 7

Gambar 2.2 Graph yang merepresentasikan jembatan Kőnigsberg 8

Gambar 2.3 Contoh sebuah graph 9

Gambar 2.4 Graph dengan 5 vertex dan 7 edge 11

Gambar 2.5 Graph yang berbeda digambar 12

Gambar 2.6 Perpaduan, Perbedaan dan Persimpangan; Vertek 2, 3, 4 menyebabkan segitiga dalam G G’ tetapi tidak dalam G 13 Gambar 2.7 Graph G dengan subgraph G’ dan G’’; G’

adalah penyebab subgraph G, tetapi G’’ tidak 14

Gambar 2.8 Graph G dan Subgraph H 15

Gambar 2.9 Graph Sederhana 16

Gambar 2.10 Graph tak-sederhana 16

Gambar 2.11 Graph berarah dan tak berarah 17

Gambar 2.12 Graph berarah dan tak berarah K4 18

Gambar 3.1 Batas-batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai 22 Gambar 3.2 Region Kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri dari 32 vertex

dan 49 edge 24

Gambar 3.3 Graph Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu masing-masing

kecamatan diwakilkan oleh satu vertex 26

Gambar 3.4 Graph G2 yang telah diberi warna (vertex) 30 Gambar 3.5 Peta Kabupaten Serdang Bedagai yang diberi warna minimum 31 Gambar 3.6 Peta Serdang Bedagai yang diberi warna maksimum 32 Gambar 3.7 Flowchart Sistem Informasi Potensi Daerah 33

Gambar 3.8 Flowchart pewarnaan daerah minimum 35

Gambar 3.9 Flowchart pewarnaan daerah maksimum 36

(10)

Gambar 4.2 Serdang Bedagai dengan Warna Minimum 39

Gambar 4.3 Serdang Bedagai dengan Warna Maksimum 40

Gambar 4.4 Serdang Bedagai berdasarkan Warna Potensi 41

Gambar 4.5 Menu Data Kecamatan 42

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Langkah Pewarnaan Graph G2 27

Tabel 2. Nama dan Jarak ibukota kecamatan ke Ibukota Kabupaten 2005 72 Tabel 3. Rata-rata Kelembaban Udara, Curah Hujan 2005 73 Tabel 4. Penyinaran Matahari, Kecepatan Angin dan Penguapan

(Stasiun Sampali) 2005 74

Tabel 5. Rata-rata Kelembaban Udara, Curah / Hari Hujan, Penyinaran

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Teori graph merupakan topik yang banyak mendapat perhatian saat ini, karena model-model yang ada pada teori graph berguna untuk aplikasi yang luas. Walaupun teori

graph berasal dari bidang ilmu Matematika, namun pada penerapannya, teori graph

dapat dihubungkan dengan berbagai bidang ilmu dan juga kehidupan sehari-hari. Sedemikian banyaknya pengaplikasian graph dalam dunia ini, bila perlu dikatakan tidak ada habis-habisnya jika dibahas setiap aplikasi graph, karena setiap bidang ilmu dapat dikaitkan dengan graph seperti masalah dalam jaringan komunikasi, transportasi, ilmu komputer, riset operasi, ilmu kimia, Sosiologi, Kartografi dan lain sebagainya. Teori-teori mengenai graph ini telah banyak dikembangkan dengan berbagai algoritma yang memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing dalam menyelesaikannya.

Graph adalah himpunan pasangan tak berurut antara vertex (titik atau node)

dan edge (garis atau arcs).

Begitu banyak struktur yang dapat direpresentasikan dengan graph, dan banyak masalah yang bisa diselesaikan dengan bantuan graph. Jaringan persahabatan pada situs pertemanan online atau facebook bisa direpresentasikan dengan graph,

vertex-nya adalah para pemakai facebook dan ada edge antara A dan B jika dan hanya

jika A berteman dengan B. Perkembangan algoritma untuk menangani graph akan berdampak besar bagi ilmu komputer.

Teori pewarnaan graph merupakan salah satu objek yang menarik dan terkenal dalam bidang teori graph. Pewarnaan graph dibagi dalam 3 bagian, yaitu pewarnaan

(13)

graph dapat dilakukan (seperti pemberian warna pada wilayah-wilayah di peta)

dengan cara membuat dual dari peta tersebut.

Salah satu aplikasi dalam teori pewarnaan graph adalah menentukan warna-warna yang sesuai pada sebuah peta. Teori pewarna-warnaan wilayah (region coloring) ini diaplikasikan pada peta Kabupaten Serdang Bedagai.

Algoritma yang digunakan dalam menentukan warna pada peta Kabupaten Serdang Bedagai ini, yaitu algoritma Seguential Coloring meskipun algoritma ini masih bergantung pada urutan penomoran dari vertex pada graph, namun keuntungan dari algoritma Sequential Coloring adalah efiensinya.

Algoritma Sequential Coloring adalah sebuah algoritma untuk mewarnai sebuah graph dengan k-warna, k adalah bilangan integer positif. Metoda yang digunakan algoritma ini adalah dengan pewarnaan langsung pada sebuah graph dengan warna yang sesedikit mungkin. Namun Algoritma Sequential Coloring ini masih bergantung pada urutan penomoran dari vertex-vertex pada graph.

1.2 Rumusan masalah

Apabila pemetaan Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilakukan maka potensi masing-masing kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Serdang Bedagai dapat diketahui dengan cepat. Permasalahannya adalah bagaimana cara mengimplementasikan graph

coloring dalam memetakan Kabupaten Serdang Bedagai agar dengan melihat peta

dapat dengan mudah mengetahui potensi daerah Serdang Bedagai.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang menjadi acuan dalam pengerjaan skripsi ini adalah :

1. Graph Coloring yang akan diimplementasikan yaitu hanya pada bagian region coloring saja.

(14)

3. Perancangan sistem yang dilakukan tidak sampai kepada perancangan sistem

online.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengimplementasikan graph coloring dalam pemetaan daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Merancang sistem informasi potensi daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

1.5 Manfaat Penelitian

Apabila penelitian ini berhasil, maka diharapkan Bupati Kabupaten Serdang Bedagai dapat mengetahui peta potensi daerah dengan cepat dan dapat mengakses informasi potensi daerah masing-masing dari sistem yang telah disediakan. Kemudian langkah selanjutnya yaitu dapat dilakukan perencanaan program sistem online di daerah-daerah kecamatan Kabupaten Serdang Bedagai.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu : 1. Studi literatur tentang graph coloring.

2. Merepresentasikan batas wilayah kecamatan sebagai edge dan perpotongan antara batas wilayah sebagai vertex.

3. Merepresentasikan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai suatu graph. 4. Mengimplementasikan coloring graph dalam pewarnaan masing-masing daerah

kecamatan pada Kabupaten Serdang Bedagai.

(15)

6. Perancangan sistem informasi potensi masing-masing kecamatan pada Kabupaten Serdang Bedagai.

7. Pengujian.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan

graph, graph coloring dan region coloring. Pada bagian teori graph dibahas mengenai definisi graph, sejarah teori graph,

jenis-jenis pewarnaan graph termasuk pewarnaan wilayah.

BAB 3 PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas bagian yang berkaitan dengan region

coloring yang pembahasannya dilakukan dengan menggunakan

algoritma dan flowchart.

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM

Bab ini menjelaskan langkah-langkah bagaimana mengimplementasikan region coloring dalam sebuah program komputer dan dilanjutkan dengan pengujian program tersebut

(16)
(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Graph

Secara kasar, graph adalah suatu diagram yang memuat informasi tertentu jika diinterpretasikan secara tepat. Dalam kehidupan sehari-hari, graph digunakan untuk menggambarkan berbagai macam struktur yang ada. Tujuannya adalah sebagai visualisasi objek-objek agar lebih mudah dimengerti.

Teori Graph merupakan cabang ilmu matematika diskrit yang banyak penerapannya dalam berbagai bidang ilmu seperti engineering, fisika, biologi, kimia, arsitektur, transportasi, teknologi komputer, ekonomi, sosial dan bidang lainnya. Teori

Graph juga dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan, seperti Travelling Salesperson Problem, Chinese Postman Problem, Shorest Path, Electrical Network Problems, Seating Problem serta Graph Coloring.

2.1.1 Sejarah Teori Graph

Masalah jembatan Kőnigsberg (Kőnigsberg Bridge Problem) bisa menjadi contoh

(18)

dengan mengalir mengitari pulau Kneiphof lalu bercabang menjadi dua buah anak sungai, seperti tampak pada gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Jembatan Kőnigsberg

Pada abad kedelapan belas, dibangunlah tujuh jembatan yang menghubungkan keempat daratan tersebut. Pada hari Minggu, masyarakat Kőnigsberg biasanya berjalan-jalan dari daratan ke suatu daratan lainnya melalui jembatan tersebut. Mereka berfikir apakah mungkin untuk berjalan menyeberangi ketujuh jembatan tanpa melalui jembatan yang sama dari suatu daratan dan kembali ke tempat semula. Masalah ini pertama kali dipecahkan oleh Leonard Euler, ahli Matematika dari Swiss yang menemukan salah satu cabang dari Matematika yang saat ini dikenal sebagai “Teori

Graph”. Solusi Euler merepresentasikan masalah ini ke dalam sebuah graph dengan

ke empat daratan sebagai empat vertex (node) dan ke tujuh jembatan sebagai empat sisi (edge). Graph yang dibuat Euler diperlihatkan pada gambar di bawah :

Gambar 2.2 Graph yang merepresentasikan jembatan Kőnigsberg C

A

B

(19)

2.1.2. Definisi Graph

Suatu linier graph atau sederhana G = (V,E) terdiri atas himpunan benda V = {v1, v2, . . .} disebut vertex, dan himpunan E = {e1, e2, . . . }, yang elemen-elemennya disebut edge sehingga setiap edge ek diidentifikasikan dengan pasangan tak berurut

vertex (vi, vj).

Di dalam teori graph, graph adalah kumpulan titik yang mungkin terhubung maupun tidak terhubung dengan titik lainnya dengan garis. Tidak penting seberapa besar titik itu, atau seberapa panjang garisnya, atau apakah garis itu lurus atau melengkung dan titik itupun tidak harus bulat. Intinya adalah bahwa titik-titik itu terhubung oleh garis.

Masalah pertama dalam mempelajari teori graph yaitu terdapat begitu banyak definisi. Semuanya sesuai untuk gagasan intuitif, tetapi dapat disarikan dengan seketika. Beberapa pendapat tentang graph memiliki nama jamak. Sebagai contoh,

graph terkadang disebut networks, vertex terkadang disebut simpul atau nodes atau

titik, dan edge terkadang disebut sisi atau arcs atau garis. Dalam tulisan ini yang digunakan untuk menjelaskan simpul dan sisi yaitu vertex dan edge. Peristiwa terburuk, tidak ada yang setuju pada arti yang terdapat dalam terminologi. Sebagai contoh, dalam definisi setiap graph harus memiliki paling sedikit satu vertex. Karena itu pengarang yang lain mengizinkan graph dengan nol vertex. (Graph dengan nol

vertex hanya ada satu, contoh yang tidak baik jika menjadi sebuah teorema). Secara

teori, setiap penulis yang setuju sedikit banyaknya maksud dari masing-masing teorema, tetapi tidak setuju dengan kasus graph dengan nol vertex tersebut. Jadi, tidak perlu diingat jika definisi ini berbeda dengan definisi yang dilihat dimanapun. Pada umumnya perbedaan ini tidak menjadi masalah.

2.1.3. Terminologi dan Konsep Dasar Teori Graph

(20)

Gambar 2.3 Contoh sebuah graph

Namun, definisi ini tidak begitu tepat dalam diskusi matematika. Secara formal, suatu graph adalah pasangan dari himpunan berhingga (V, E), yaitu :

V yaitu himpunan titik-titik tidak kosong (simbol V(G)) disebut vertex atau

nodes.

 E yaitu kumpulan garis-garis (simbol E(G)), yang merupakan himpunan bagian E disebut edge atau arcs.

Vertex dapat disamakan dengan dots dalam gambar, dan edge dapat disamakan

dengan lines. Demikian, diagram dots dan lines di atas adalah gambaran Graph (V,E), yaitu :

V = {A, B, C, D, E, F, G, H, I}

E = {{A,B},{A,C},{B,D},{C,D},{C,E},{E,F},{E,G},{H,I}}

Setiap garis berhubungan dengan satu atau dua titik. Titik-titik tersebut dinamakan titik ujung. Garis yang hanya behubungan dengan satu titik ujung disebut loop. Dua garis berbeda yang menghubungkan titik yang sama disebut garis paralel.

Dua titik dikatakan berhubungan (adjacent) jika ada garis yang menghubungkan keduanya dan sebuah garis dikatakan incident untuk vertex yang menghubungkan garis tersebut. Sejumlah incident edge pada sebuah vertex disebut derajat vertex (degree). Sebagai contoh, graph di atas, A adjacent dengan B dan B

adjacent dengan D, dan edge A-C incident dengan vertex A dan C. Vertex H memiliki

derajat 1, D memiliki deajat 2 dan E memiliki derajat 3.

A

B

F

C

D

E

G H

(21)

Titik yang tidak mempunyai garis yang berhubungan dengannya disebut titik terasing (isolating point).

Graph yang tidak mempunyai titik (sehingga tidak mempunyai garis) disebut graph kosong).

Untuk graph kosong ( ,), bentuk sederhananya . Sebuah graph dengan perintah 0 atau 1 disebut trivial. Dimulai dengan sebuah induksi, trivial graph dapat digunakan; tetapi selain hal tersebut graph ini menjadi contoh yang buruk dan mengganggu. Untuk menghindari kerusakan teks dengan kondisi non-triviality,

trivial-graph paling banyak ditawarkan, dan terutama graph kosong , dengan banyak sekali penolakan.

Graph linier (graph sederhana) G=(V,E) terdiri atas satu set objek V={v1,v2..} disebut vertex, dan set yang lain E={e1,e2,...}, yang elemen-elemennya disebut edge, seperti masing-masing edge ek diidentifikasikan dengan tidak mengurutkan

vertex(vi,vj). Vertex vi,vj diasosiasikan dengan ek. Gambaran umum sebuah graph yang diartikan sebagai sebuah diagram, dimana vertex menggambarkan poin-poin dan masing-masing edge sebagai segmen garis bagiannya dan vertex. Kerap kali diagram ini berdasar pada sebuah graph. Objek ditunjukkan pada gambar 2.3, sebagai contoh sebuah graph.

Gambar 2.4 Graph dengan 5 vertex dan 7 edge

Meninjau bahwa definisi ini mengizinkan sebuah edge diasosiasikan dengan pasangan vertex (vi,vi). Seperti sebuah edge memiliki vertex yang sama pada kedua akhir vertex disebut “self-loop” (atau loop sederhana). Kata loop, bagaimanapun

e1

e2 e3

e4 e5

e6

e7

v1 v2

v3 v4

(22)

memiliki arti yang berbeda dalam teori Jaringan Listrik; untuk itu akan digunakan istilah self-loop untuk menghindari kebingungan). Edge e1 dalam gambar 2.4 adalah self-loop. Definisi ini mengizinkan lebih dari 1 edge diasosiasikan dengan pasangan

vertex yang diberikan, sebagai contoh, edge e4 dan e5, dalam gambar 2.4. Vertex tersebut disebut sebagai parallel edge.

Sebuah graph yang tidak memiliki self-loop ataupun parallel edge disebut

simple graph. Dalam beberapa literatur graph-theory, sebuah graph didefinisikan

hanya untuk menjadi sebuah graph sederhana, tetapi teknik aplikasi yang paling banyak parallel edge dan self-loop diizinkan; hal ini dari definisi termasuk graph dengan self-loops and/or parallel edge. Beberapa penulis menggunakan istilah general

graph untuk menekankan bahwa parallel edge dan self-loops diizinkan.

Dalam menggambar sebuah graph, tidak penting apakah garis yang digambar lurus atau bengkok, panjang atau pendek : yang terpenting adalah besarnya pengaruh antara edge dan vertex. Sebagai contoh dua graph pada gambar 2.5 (a) dan (b) adalah sama, karena pangaruh antara edge dan vertex adalah sama dalam dua persoalan. Banyaknya vertex pada suatu graph disebut order dan banyaknya edge disebut size.

Sebuah kelas graph yang ditutup di bawah isomorphism disebut graph

property. Sebagai contoh, graph yang berisi sebuah segitiga disebut graph property

jika G berisi tiga pasangan vertex yang adjacent demikian setiap graph isomorphic untuk G. Sebuah peta menggunakan graph sebagai argumen disebut graph invariant

Gambar 2.5 Graph yang berbeda digambar

berbeda

1

2 3

4 1

2

4

3

(23)

jika graph tersebut menentukan kesamaan nilai untuk graph yang isomorphic. Jumlah

vertex dan jumlah edge pada sebuah graph adalah dua graph invarian sederhana,

jumlah terbesar pasangan vertex adjacent adalah yang lain.

GG’ := (VV’, EE’) dan GG’:=(VV’, EE’). Jika GG’=, kemudia G dan G’ adalah disjoint. JikaV’G dan E’E, kemudian G’ adalah

subgraph G (dan G supergraph G’), ditulis G’G. Secara tidak formal, dikatakan bahwa G berisi G’. Jika G’G dan G’G, kemudian G’ adalah proper subgraph G.

Jika G’G dan G’ berisi semua edge xy V’, kemudian G’ adalah penyebab subgraph G, dikatakan bahwa V’ induces atau spans G’ dalam G, dan ditulis G’=:G[V’]. Demikian jika UV adalah himpunan vertex, kemudian G[U] menandakan graph U yang edge-edgenya yaitu secara tepat edge-edge pada G dengan akhir keduanya dalam U. Jika H adalah subgraph G, tidak perlu dijabarkan, disingkat G[V(H)] menjadi G[H]. Akhrinya G’G adalah spanning subgraph pada G jika V’ memaparkan semua G, sebagai contoh jika V’=V.

1

2 4

3 5

G

6 4

3 5

1

2 4

3 5

6 1

2 4

3 5

G’

GG’ G - G’ GG’

(24)

Jika U adalah himpunan vertex (pada umumnya G), ditulis G-U untuk G[V\U]. Dengan kata lain, G - U yang diperoleh dari G oleh penghapusan semua vertex dalam UV dan edge-edge yang incident. Jika U = {u} adalah tunggal, ditulis G - u dari pada G {u}. Sebagai ganti G-V(G’) ditulis dalam bentuk sederhana G-G’. Sebagai himpunan bagian F pada [V]2 ditulis G-F := (V, E \ F) dan G+F := (V,EF); G-{e}dan G+{e} disingkat menjadi G - e dan G + e. Disebut G edge-minimal dengan memberikan graph property jika G sendiri memiliki property tetapi graph G+xy tidak melakukannya, untuk vertex tidak adjecent x, yG.

Secara lebih umum, ketika disebut graph minimum atau maksimum dengan beberapa property tetapi belum dispesifikkan perintah tertentu, menunjukkan hubungan pada subgraph. Ketika dibahas masalah himpunan minimum dan maksimum pada vertex atau edge acuannya adalah untuk himpunan masukan secara sederhana.

Jika G dan G’ adalah disjoint, ditunjukkan dengan G*G’, graph tersebut ditandai dari GG’ oleh sambungan semua vertex G menjadi semua vertex G’. Sebagai contoh, K2 * K3 = K5. Komplemen G pada G adalah graph pada V dengan himpunan edge [V]2 \ E. Graris graph L(G) pada G adalah graph pada E dalam x,y E adalah adjacent sebagai vertex jika dan hanya jika garis tersebut adalah adjacent sebagai edge dalam G.

Penghapusan beberapa vertex atau edge dari sebuah graph meninggalkan sebuah subgraph. (matematika diskrit dan aplikasinya pada ilmu komputer Jong Jek Siang). Konsep subgraph sama dengan konsep himpunan bagian. Dalam teori

G G’ G’’

(25)

himpunan, himpunan A dikatakan merupakan himpunan bagian B jika dan hanya jika setiap anggota A merupakan anggota B. Karena graph merupakan himpunan yang terdiri dari titik dan garis maka H dikatakan subgraph G jika semua titik dan garis H juga merupakan titik dan garis dalam G. Secara formal, subgraph didefinisikan sebagai berikut :

Misalkan G adalah suatu graph. Graph H dikatakan subgraph G jika dan hanya jika :

a. V(H)  V(G) b. E(H)  E(G)

c. Setiap garis dalam H mempunyai titik ujung yang sama dengan garis tersebut dalam G.

Dari definisi tersebut ada bebrapa hal yang dapat diturunkan : 1. Sebuah titik dalam G merupakan subgraph G.

2. Sebuah garis dalam G bersama-sama dengan titik-titik ujungnya merupakan

subgraph G.

3. Setiap graph merupakan subgraph dari dirinya sendiri.

4. Dalam subgraph berlaku sifat transitif : jika H adalah subgraph G dan G adalah

subgraph K, maka K adalah subgraph K.

Sebagai contoh, dapat diperlihatkan pada gambar graph berikut ini :

Gambar 2.8 Graph G dan Subgraph H

Penyelesaian :

V(H) = {v1, v4} dan V(G) = {v1, v2, v3, v4} sehingga V(H) V(G). E(H) = {e3} dan E(G) = {e1, e2, e3} sehingga E(H)E(G). Garis e3 menghubungkan

V2

V1

V4

V4

V1

e1

e3

e4

V3

e3

(26)

titik v1 dengan v4. Hal yang sama juga berlaku pada G. Maka H merupakan subgraph G. Perhatikan bahwa posisi titik tidaklah mempengaruhi.

2.1.4 Jenis-jenis Graph

Jenis-jenis graph dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor-faktor sebagai berikut :

a. Berdasarkan ada tidaknya gelang atau edge ganda pada suatu graph, maka graph digolongkan menjadi dua jenis, yaitu :

i. Graph sederhana (Simple graph)

Graph sederhana yaitu graph yang tidak mengandung edge maupun edge-

ganda. Gambar di bawah ini adalah contoh graph sederhana.

Gambar 2.9 Graph Sederhana

ii. Graph tak-sederhana (Unsimple-graph)

Graph tak-sederhana yaitu graph yang mengandung edge ganda atau edge.

Gambar di bawah ini adalah contoh graph tidak sederhana.

Gambar 2.10 Graph tak-sederhana

b. Berdasarkan jumlah vertex pada suatu graph, maka secara umum graph dapat digolongkan menjadi dua jenis :

1. Graph berhingga (limited graph)

2 1

3

4

4 1

e4

2 3

e1

e2

e3

e5

e6

(27)

Graph berhingga adalah graph yang jumlah vertexnya n berhingga.

2. Graph tak berhingga (unlimited graph)

Graph tak behingga adalah graph yang jumlah vertexnya n tidak berhingga

banyaknya.

c. Berdasarkan orientasi arah pada edge, maka secara umum graph dibedakan atas dua jenis :

i. Graph tak berarah (undirect graph)

Graph tak berarah adalah graph yang edgenya tidak mempunyai orientasi

arah.

Gambar 2.11 Graph berarah dan tak berarah

ii. Graph berarah (direct graph atau digraph)

Graph berarah adalah graph yang setiap edge-nya diberikan orientasi arah.

2

(28)

2.1.5. Graph Planar

Suatu graph G yang dapat digambarkan tanpa adanya edge-edge yang saling memotong disebut sebagai graph planar jika tidak demikian graph G disebut tak-planar.

Contoh : Pandang graph G (K4) pada gambar dibawah ini, karena K4 dapat digambar kembali tanpa ada edge-edgenya yang berpotongan, maka graph K4 adalah suatu

graph Planar.

2.1.6. Pewarnaan Graph

Sebuah pewarnaan graph G adalah sebuah pemetaan warna-warna ke vertises dari G sedemikian hingga vertex adjacency atau simpul yang berdampingan mempunyai warna yang berbeda. Graph planar G dikatakan berwarna n jika terdapat sebuah pewarnaan dari G yang menggunakan n warna. Jumlah warna minimum yang diperlukan untuk mewarnai G disebut bilangan chromatic dari G.

Ada tiga macam pewarnaan graph, yaitu pewarnaan vertex, pewarnaan edge, dan pewarnaan wilayah (region).

Pewarnaan simpul (Vertex Coloring) suatu graph adalah pemberian warna terhadap vertex sedemikian hingga dua vertex yang berdampingan mempunyai warna

1 2

4 3

1 2

3 4

(29)

yang berlainan. Sebuah vertex dapat diberikan sembarang warna asalkan warna yang diberikan berbeda dengan vertex yang berdekatan dengannya. Dikatakan G berwarna n, bila terdapat pewarnaan dengan menggunakan n warna. Jumlah minimum warna yang dibutuhkan disebut bilangan khromatis dari G, ditulis K(G).

Permasalahan empat warna pertama kali diperkenalkan pada tahun 1852 ketika Francis Guthrie mencoba untuk mewarnai peta wilayah di Inggris, ia menyadari bahwa hanya empat warna yang dibutuhkan. Pada saat itu, Guthrie adalah seorang mahasiswa dari Agustus De Morgan pada University College.

Referensi pertama yang dipublikasikan dalam buku Arthur Cayley, On the

colourings of maps.

Dalam membuktikan teorema ini, beberapa percobaan terdahulu telah gagal. Salah satu bukti dari teorema ini diberikan oleh Alfred Kempe pada tahun 1879, bukti ini diakui oleh Peter Guthrie Teit pada 1880. Namun pada tahun 1890 bukti Kempe ditunjukkan kesalahannya oleh Percy Heawood, dan pada tahun 1891 ditunjukkan kesalahannya oleh Julius Petersen. Masing-masing bukti berdiri selama 11 tahun hingga akhirnya ditunjukkan kesalahannya.

Pada tahun 1890, sebagai tambahan dari penunjukan kecacatan bukti Kempe, Heawood membuktikan bahwa semua graph-planar dapat diwarnai oleh lima warna.

Sepanjang tahun 1960an hingga 1970an, matematikawan Jerman Heinrich Heesch mengembangkan metode utnuk mencari bukti.

Hingga pada tahun 1976, dugaan empat warna ini akhirnya dibuktikan oleh Kenneth Appel dan Wolfgang Haken dari University of Illiois. Mereka dibantu dalam beberapa algoritmik oleh John Koch.

(30)

menunjukkan bahwa contoh-kontra minimal semacam itu tidak ada melalui penggunaan dari dua konsep teknis :

 Sebuah kumpulan yang tak dapat dihindari mengandung daerah sedemikian hingga setiap peta haruslah memiliki sedikitnya satu daerah dari kumpulan tersebut.

 Sebuah konfigurasi yang dapat diturunkan adalah sebuah susunan dari daerah-daerah yang tidak dapat terjadi dalam contoh-kontra minimal. Jika sebuah peta mengandung konfigurasi yang dapat diturunkan, dan sisa dari peta dapat diwarnai dengan empat warna, maka keseluruhan peta dapat diwarnai dengan empat warna, dan maka peta tersebut tidaklah minimal.

Dengan menggunakan aturan matematika dan prosedur yang berdasarkan pada sifat konfigurasi yang dapat diturunkan, Apple dan Haken menemukan sebuah kumpulan yang tak dapat dihindari, itu membuktikan bahwa kontra contoh minimal dari dugaan empat warna tidak dapat ditemukan. Bukti mereka mereduksi ketidakterbatasan dari peta yang mungkin menjadi 1936 konfigurai yang dapat diturunkan (kemudian dikurangi lagi menjadi 1476) yang harus diperiksa satu per satu oleh komputer. Bagian dari pekerjaan ini telah diperiksa dua kali gengan program dan komputer yang berbeda. Bagian yang tak dapat dihindari dari bukti ini adalah lebih dari 500 halaman tulis tangan kontra-kontra contoh, sebagian besar merupakan anak remaja Haken, Lippold, membuktikan pewarnaan graph. Program komputer sendiri berjalan selama ribuan jam.

(31)

penggunaan sebuah komputer dan sangat tidak mungkin bagi manusia untuk mengecek dengan tangan.

Pada 1980, matematikawan asal Inggris George Spencer-Brown telah meletakkan bukti dugaannya mengenai peta empat warna pada Royal Society. Bukti yang dimaksud dinyatakan tidak valid.

Pada 2004, Benyamin Werner dan Georges Gonthier membentuk sebuah bukti dari teorema di dalam Coq proof assistant. Ini menghilangkan keharusan untuk mempercayai bermacam program komputer yang digunakan untuk memverifikasi kasus semacam ini, yang diperlukan hanyalah memercayai Coq proof assistant.

(32)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambar wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

Berikut ini adalah gambaran dari wilayah Kabupaten Serdang Bedagai:

Gambar 3.1 Batas-batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

Keterangan: Kecamatan-kecamatan yang berada pada Kabupaten Serdang Bedagai

r1

r7

r3

r4

r5

r6

r2

r8

r9

r10

r11

r12

r13

r14

r15

r16

(33)

r1 : Kecamatan Bandar Khalifah r2 : Kecamatan Bintang Bayu r3 : Kecamatan Dolok Masihul r4 : Kecamatan Dolok Merawan r5 : Kecamatan Kotarih

r6 : Kecamatan Pantai Cermin r7 : Kecamatan Pegajahan r8 : Kecamatan Perbaungan r9 : Kecamatan Sei Bamban r10: Kecamatan Sei Rampah r11: Kecamatan Serbajadi r12: Kecamatan Silinda r13: Kecamatan Sipispis

r14: Kecamatan Tanjung Beringin r15: Kecamatan Tebing Syahbandar r16: Kecamatan Tebing Tinggi r17: Kecamatan Teluk Mengkudu

(34)

3.2 Cara merepresentasikan daerah Kabupaten Serdang Bedagai ke dalam

suatu Graph.

Perpotongan antar batas kecamatan direpresentasikan sebagai vertex, dan garis yang menghubungkan antara vertex yang satu dan vertex yang lain disebut edge.

Gambar 3.2 Region Kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri dari 32 vertex dan

49 edge

Berdasarkan gambar di atas, Kabupaten Serdang Bedagai merupakan sebuah

graph, karena terdiri dari region yang menghubungkan vertex dan edge, yaitu:

(35)

v23), (v20, v21), (v21, v22), (v22, v23), (v23, v24), (v24, v25), (v24, v32), (v2, v26), (v26, v27) , (v26,v32), (v27, v28), (v27, v31), (v28, v29), (v29, v28), (v29, v30), (v30, v31), (v31, v32).

3.3 Cara Mewarnai Peta Kebupaten Serdang Bedagai

Pewarnaan pada peta Kabupaten Serdang Bedagai dilakukan dengan region coloring berdasarkan teori graph. Region coloring dapat direpresentasikan dengan pewarnaan maksimum dan pewarnaan minimum.

Cara yang digunakan dalam pewarnaan region dengan menggunakan algoritma pewarnaan vertex, adalah :

1. Nyatakan wilayah sebagai vertex, dan batas antar dua wilayah bertetangga sebagai edge.

2. Mewarnai wilayah pada peta berarti mewarnai vertex pada graph yang berkoresponden.

3. Setiap wilayah bertetangga harus mempunyai warna berbeda (warna setiap

vertex harus berbeda).

(36)

Gambar 3.3 Graph Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu masing-masing

kecamatan diwakilkan oleh satu vetrex

Pseudo code untuk pewarnaan daerah dengan menggunakan algoritma Sequential Coloring untuk memperoleh warna yang minimum:

{input: vertex(v): v1, v2, v3, v4, v5, v6, v7, v8, v9, v10, v11, v12, v13, v14, v15, v16, v17} {proses: pewarnaan graph}

{output: warna-warna yang ditampilkan dan jumlah warna yang digunakan}

Kamus Data:

V, E, Li, Ci, Lj : integer

Algoritma: 1. Start

2. Masukkan Vertex (V) dan Edge (E) 3. Proses Li = 1, ..., v.

x1

x2

x3

x4

x6

x5

x7

x8

x9

x10

x11

x12

x13

x14

x15

x16

(37)

4. Proses i = 1 to v 5. Proses Ci = Xi pada Li 6. Proses for j=i to v 7. Pilih if((Xi,Xj)  E(G)) 8. Proses Lj=Lj-Ci

9. Keluaran Xi..Xv = Ci 10. Keluaran n=Cv 11. Stop

Langkah-langkah pada Algoritma Sequential Coloring di atas digunakan untuk mewarnai daerah Kabupaten Serdag Bedagai, sebagai berikut:

Langkah 1: Masukkan Vertex (V) dan Edge (E) G2 = (V,E)

V = {x1, x2, x3, x4, x5, x6, x7, x8, x9, x10, x11, x12, x13, x14, x15, x16, x17}

E = {(x1,x2), (x2,x3), (x2,x4), (x2,x5), (x3,x4), (x3,x8), (x4,x5), (x4,x6), (x4,x7), (x4,x8), (x4,x9), (x5,x6), (x6,x7), (x6,x11), (x7,x9), (x7,x10), (x8,x9), (x8,x15), (x8,x16),

(x9,x10), (x9,x14), (x9,x15), (x10,x11), (x10,x12), (x10,x13), (x10,x14), (x11,x12), (x12,x13), (x13,x14), (x15,x16)}

Langkah 2 dan 3 :

Tabel 1 Langkah Pewarnaan Graph G2

Langkah i Li Ci J Lj

2 1 <1>

2 2 <1,2>

2 3 <1,2,3>

2 4 <1,2,3,4>

2 5 <1,2,3,4,5>

2 6 <1,2,3,4,5,6>

2 7 <1,2,3,4,5,6,7>

2 8 <1,2,3,4,5,6,7,8>

2 9 <1,2,3,4,5,6,7,8,9>

2 10 <1,2,3,4,5,6,7,8,9,10>

2 11 <1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11>

2 12 <1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12>

(38)

2 14 <1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14>

2 15 <1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15>

2 16 <1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16>

2 17 <1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17>

(39)

3.2 11 12 <1,2,4,5,6,7,8,9,10,11,12>

3.1 12 1

3.2 12 13 <2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13>

3.1 13 3

3.2 13 14 <1,2,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14>

3.1 14 1

3.1 15 1

3.2 15 16 <2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16>

3.1 3

3.2 17 <1,2,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17

>

3.1 17 1

Langkah 4 :

x1 memperoleh warna 1, x2 memperoleh warna 3, x3 memperoleh warna 1, dan x4 memperoleh warna 3, x5 memperoleh warna 1, x6 memperoleh warna 2, x7 memperoleh warna 1, x8 memperoleh warna 2, x9 memperoleh warna 4, x10 memperoleh warna 2, x11 memperoleh warna 3, x12 memperoleh warna 1, x13 memperoleh warna 3, x14 memperoleh warna 1, x15 memperoleh warna 1, x16 memperoleh warna 3, x17 memperoleh warna 1. Jumlah warna yang digunakan adalah 4.

(40)

Gambar 3.4 Graph G2 yang telah diberi warna (vertex)

(41)

Gambar 3.5 Peta Serdang Bedagai yang diberi warna minimum

Pewarnaan maksimum dalam pemetaan daeran Kabupaten Serdang Bedagai, dilakukan dengan menberikan warna-warna yang berbeda pada masing-masing kecamatan. Sehingga jumlah warna yang diperlukan sama dengan jumlah region yang dimiliki kabupaten tersebut.

Langkah-langkah yang dilakukan pada pewarnaan maksimum ini, yaitu: Langkah 1: Masukkan region

Langkah 2: Hitung jumlah edge pada region tersebut

Langkah 3: Masukkan edge yang merupakan batas dengan region berikutnya Langkah 4: Keluaran region

(42)

Gambar 3.6 Peta Serdang Bedagai yang diberi warna maksimum

3.4 Data Potensi Masing-masing kecamatan di Kebupaten Serdang Bedagai

Data potensi daerah Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada lampiran.

3.5 Perancangan Sistem Informasi Potensi Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

Langkah-langkah yang dilakukan dalam merancang sistem informasi potensi daerah Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu:

Langkah 1. Mulai atau Start

Langkah 2. Tentukan daerah yang akan dipetakan

Langkah 3. Representasikan daerah tersebut sebagai graph

Langkah 4. Lakukan metode Coloring Graph dalam mewarnai masing-masing daerah Langkah 5. Merancang Sistem Informasi Potensi Daerah

(43)

3.6 Flowchart Perancangan Sistem Informasi Potensi Daerah Kabupaten

Serdang Bedagai

Flowchart atau diagram alir merupakan representasi grafis yang paling luas dipakai

untuk desain prosedural, memberikan bentuk yang menggambarkan detail prosedural.

Berdasarkan algoritma yang dilakukan, maka flowchart dari perancangan sistem informasi potensi daerah Kabupaten Serdang Bedagai yaitu seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.7 Flowchart Sistem Informasi Potensi Daerah

Start

peta daerah Serdang Bedagai

representasi daerah ke dalam graph

Stop Apakah daerah Serdang

Bedagai dapat direpresentasikan pada Graph

Pengujian program Yes No

region coloring

(44)

Predefined process pada region coloring terdiri dari dua proses, yaitu proses

pewarnaan maksimum dan proses pewarnaan minimum.

(45)

Flowchart untuk proses region coloring untuk memperoleh warna minimum,

yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.8 Flowchart pewarnaan daerah minimum

Start

v = 17

n = Cv Li = Xi, ...Xv

for i = 1 to v

Ci = X1 pada Li

for j = i to v

Lj = Lj - Ci

if((Xi,Xj)E(G))

Xi, ...,Xv = Ci E

Stop

No

Yes

If (j = v)

(46)

Flowchart untuk proses region coloring untuk memperoleh warna maksimum, yaitu

sebagai berikut: rb = region berikutnya, w = jumlah warna, rw

Gambar 3.9 Flowchart pewarnaan daerah maksimum

Start

region (r)

jumlah edge (n) w = r = 17

warnai rb

e ϵ rb(v,e) e = n

Start e

rw

Yes

No

(47)

BAB IV

IMPLEMENTASI SISTEM

4.1. Ruang Implementasi

Impelmentasi teori graph khususnya pewarnaan wilayah yang dirancang ini dapat diakses pada memberikan pengguna informasi dari tiap-tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Informasi tersebut di sajikan dengan menampilkan peta kabupaten yang memiliki warna yang berbeda-beda pada setiap kecamatan.

Berbagai standar perangkat lunak yang biasa digunakan seperti minimal sistem operasi windows 98, dengan menginstall program aplikasi visual basic dan crystal report 8.0. Spesifikasi perangkat keras yaitu : RAM minimal 128 MB, Processor Intel Pentium II, Harddisk minimal 20 GB, Monitor SVGA 15”, VGA Card 32 MB, keyboard dan Mouse.

4.2. Pembahasan Program Aplikasi

4.2.1 Menu Utama

(48)

Gambar 4.1 Form Utama

Pada Form ini, dapat ditampilkan Form :

a. Serdang Bedagai dengan Warna Minimum.

(49)

Gambar 4.2 Serdang Bedagai dengan Warna Minimum

b. Serdang Bedagai dengan Warna Maksimum

(50)

Gambar 4.3 Serdang Bedagai dengan Warna Maksimum

c. Serdang Bedagai dengan Warna Berdasarkan Potensi

(51)
(52)

4.2.2 Menu Data Kecamatan

Data-data kecamatan dimasukkan melalui form ini :

Gambar 4.5 Menu Data Kecamatan

Kode y ang dimintakan dalam program ini harus empat karakter.

4.2.3 Menu Informasi Kecamatan

(53)
(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Coloring graph dapat diimplementasikan untuk pemetaan daerah Kabupaten

Serdang Bedagai.

2. Pemetaan daerah Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilakukan dengan menggunakan metode graph coloring agar diperoleh perbedaan warna pada masing-masing kecamatan.

3. Dengan terbentuknya peta daerah Kabupaten Serdang Bedagai maka informasi potensi masing-masing kecamatan diklik langsung pada peta daerah tersebut.

5.2 Saran

Berikut adalah saran-saran untuk pengembangan lebih lanjut terhadap aplikasi ini : 1. Pewarnaan wilayah (region coloring) pada sebuah peta dapat dilakukan dengan

menggunakan lebih dari satu variabel.

2. Konsep pewarnaan wilayah yang ada dalam graph coloring dapat diimplementasikan untuk mewarnai wilayah pada sebuah provinsi.

(55)

DAFTAR PUTSAKA

Bang-Jesen, Jorgen dan Gregory Gutin. 2007. Digraph Theory, Algorithms and

Application. Springer-Verlag, Berlin Keidelberg New York.

Iryanto. 2003. Pengantar Teori dan Aplikasi Graph. USU Press, Medan.

Iskandar, Husni Pohan dan Kusnassriyanto Saiful Bahri. 1997. Pengantar

Perancangan Sistem. Penerbit Erlangga, Jakarta

Narsingh Deo. 1980. Graph Theory with Application to Engineering and Computer

Science. Prentice Hall of India Private Limited, New Delhi

Prahasta, Eddy. 2007. Sistem Informasi Geografis. Membangun Aplikasi Web-based

GIS dengan MapServer. Informatika Bandung, Bandung

Pressman, Roger S, Ph.D. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak. Penerbit ANDI dan McGraw-Hill Book Co, Yogyakarta

Rinaldi, M. 2006. Diktat Kuliah IF 2153 Matematika Diskrit”, Program Studi Teknik Informatika, Bandung, Indonesia.

(56)

LAMPIRAN A: PENGKODEAN

a. frm Utama

Option Explicit

Public flagvar As Integer

Private Sub dfgdfg_Click()

Private Sub MDIForm_MouseDown(Button As Integer, Shift As Integer, X As Single, Y As Single)

If Button = 2 Then With CrystalReport1

.DataFiles(0) = App.Path & "\Database\produksi.Mdb"

.ReportFileName =

(57)

.WindowState = crptMaximized .Action = 2

End With

End Sub

Private Sub Toolbar1_ButtonClick(ByVal Button As

(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)

End Sub

(71)

Private Sub cmdCancel_Click() Me.cmdupdate.Visible = True

lv1.Enabled = True

Call OpenTable("SELECT*FROM [kecamatan] WHERE kode='" &

Me.txtkode.Text & "'", rskecamatan) With rskecamatan

Call LoadDataToListView("SELECT * FROM [kecamatan]",

rskecamatan, Me.lv1, 4) Me.txtsearch.Text = "" cmdCancel_Click

End Sub

Private Sub cmdRefresh_Click()

Call LoadDataToListView("SELECT * FROM [kecamatan]",

rskecamatan, lv1, 4)

(72)

Call SaveData

Call LoadDataToListView("SELECT * FROM [kecamatan]",

rskecamatan, lv1, 4) Me.txtnama_kecamatan.Text & "'," & _

"[geografis]='" & Me.txtgeografis.Text & "'," & [kode]='" & Me.txtkode.Text & "'"

On Error Resume Next Me.cmdupdate.Visible = False

cmdAdd.Enabled = False

(73)

Unload Me

ElseIf KeyAscii = 13 Then SendKeys "{Tab}"

SendKeys "{End}+{Home}" End If

End Sub

Private Sub Form_Load() Lokasi = App.Path Call SetFormCenter(Me)

Call LoadDataToListView("SELECT * FROM [kecamatan]",

rskecamatan, lv1, 4)

For Each txt In Me.Controls

If TypeOf txt Is ComboBox Then

Me.txtkode.Text = .Fields(0)

Me.txtnama_kecamatan.Text = .Fields(1) Me.txtgeografis.Text = .Fields(2) Me.txtSDA.Text = .Fields(3)

Me.txtkependudukan.Text = .Fields(4) Me.txtdesa.Text = .Fields(4)

End With End Sub

Private Sub lv1_Click()

If lv1.ListItems.Count <> 0 Then

Call OpenTable("SELECT * FROM [kecamatan] WHERE kode='" &

lv1.ListItems.Item(lv1.SelectedItem.Index).Text & "'",

(74)

Me.txtsearch.Text = ""

Private Sub txtkode_KeyPress(KeyAscii As Integer) If KeyAscii = 13 Then Me.txtkode.Text & "'", rskecamatan)

With rskecamatan

txtnama_kecamatan.SetFocus End With

End If End If End Sub

(75)

Call LoadDataToListView("SELECT * FROM [kecamatan] WHERE kode LIKE'" & Me.txtsearch.Text & "%'", rskecamatan, lv1, 4)

Call OpenTable("SELECT * FROM [kecamatan] WHERE kode='" & Me.txtsearch.Text & "'", rskecamatan)

With rskecamatan cn.Execute (SQlSimpan)

End Sub

Private Sub cmdupdate1_Click() Dim sekarang As Date

Dim strsql As String

If txtkode.Text <> "" And txtnama_kecamatan.Text <> "" _ And txtgeografis.Text <> "" And txtSDA.Text <> "" And txtkependudukan.Text <> "" And txtdesa.Text <> "" Then

strsql = "update kecamatan set kode='" &

Me.txtkode.Text & "'" _

(76)

End Sub

g. dbModule

Public cn As New ADODB.Connection

Public rsserdang_bedagai As New ADODB.Recordset Public rskecamatan As New ADODB.Recordset

Public AddFlag As Boolean Public EditFlag As Boolean Public Isitext As String Public List As ListItem Public i As Integer Public reply As String

Public cTgl, cBln, cThn As String Public strsql As String

Public SQlSimpan As String Public SQLHapus As String Public SQLUpdate As String

Public Sub Connect() Static strAa As String Static strBb As String

strAa = "C:\SERDANG BEDAGAI\Database\serdang_bedagai.mdb"

Set cn = New ADODB.Connection

cn.ConnectionString = "Provider =Microsoft.Jet.OLEDB.4.0;" & _

"Data Source=" & App.Path &

cn.ConnectionString = "Provider =Microsoft.Jet.OLEDB.4.0;" & _

"Data Source=" & App.Path &

Inf (App.Path & "\Database\*.mdb") Inf (App.Path & "\Modul\*.*") End Sub

Public Sub LoadDataToListView(strsql As String, rs As

ADODB.Recordset, Grid As ListView, CountFields As Integer) Call OpenTable(strsql, rs)

Grid.ListItems.Clear Do While Not rs.EOF

Set List = Grid.ListItems.Add(, , rs.Fields(0)) For i = 1 To CountFields

(77)

List.SubItems(i) = rs.Fields(i) Next i

rs.MoveNext Loop

End Sub

Public Sub LoadKodeProdToCombo(strsql As String, rs As

ADODB.Recordset, Combo As ComboBox) Call OpenTable(strsql, rs)

Combo.Clear

Do While Not rs.EOF

Combo.AddItem rs.Fields(0) rs.MoveNext

Loop End Sub

Public Sub LoadKodeBrgToCombo(strsql As String, rs As

ADODB.Recordset, Combo As ComboBox) Call OpenTable(strsql, rs)

Combo.Clear

Do While Not rs.EOF

Combo.AddItem rs.Fields(0) rs.MoveNext

Loop End Sub

Public Sub LoadNoMskToCombo(strsql As String, rs As

ADODB.Recordset, Combo As ComboBox) Call OpenTable(strsql, rs)

Combo.Clear

Do While Not rs.EOF

Combo.AddItem rs.Fields(0) rs.MoveNext

Loop End Sub

Public Sub LoadNoKlrToCombo(strsql As String, rs As

ADODB.Recordset, Combo As ComboBox) Call OpenTable(strsql, rs)

Combo.Clear

Do While Not rs.EOF

Combo.AddItem rs.Fields(0) rs.MoveNext

Loop End Sub

Public Sub SetFormCenter(Frm As Form)

Frm.Move (frmUtama.ScaleWidth \ 2) - (Frm.Width \ 2),

(frmUtama.ScaleHeight / 2) - (Frm.Height / 2) End Sub

Public Sub OpenTable(strsql As String, rs As ADODB.Recordset) Set rs = New ADODB.Recordset

If rs.State = adStateOpen Then Set rs = Nothing rs.Open strsql, cn, adOpenDynamic, adLockOptimistic End Sub

Public Sub PesanSudahAda(Frm As Form)

MsgBox "Data sudah ada!", vbCritical, "Data Suda Ada" End Sub

(78)

MsgBox "Data tidak boleh kosong!", vbCritical, "Data Kosong" End Sub

Public Sub PesanSimpan(Frm As Form)

MsgBox "Data sudah disimpan!", vbInformation, "Simpan Data" End Sub

Public Sub PesanUpdate(Frm As Form)

MsgBox "Data sudah di-update!", vbInformation, "Update Data" End Sub

Public Sub PesanHapus(Frm As Form)

MsgBox "Data sudah terhapus!", vbInformation, "Hapus Data" End Sub

Public Sub IsiDataText1()

Isitext =

"AaBbCcDdEeFfGgHhIiJjKkLlMmNnOoPpQqRrSsTtUuVvWwXxYyZz.," End Sub

Public Sub IsiDataText2() Isitext = "0123456789" End Sub

(79)

LAMPIRAN B: POTENSI YANG DIMILIKI KABUPATEN SERDANG

BEDAGAI

LETAK WILAYAH

Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57” Lintang Utara, 30 16” Lintang

Selatan, 980 33” Bujur Timur, 990 27” Bujur Barat dengan luas wilayah 1.900,22 km2

dengan batas wilayah sebagai berikut sebelah utara dengan Selat Malaka, sebelah

Selatan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah timur dengan Kabupaten Asahan dan

Kabupaten Simalungun, serta sebelah barat dengan kabupaten Deli Serdang. Dengan

ketinggian wilayah 0-500 meter dari permukaan laut.

IKLIM

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondisi iklimnya hampir

sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk. Pengamatan Stasiun

Sampali menunjukkan rata-rata kelembapan udara per bulan sekitar 84%, curah hujan

berkisar antara 30 sampai dengan 340 mm perbulan dengan periodik tertinggi pada

bulan Agustus-September 2004, hari hujan per bulan berkisar 8-26 hari dengan

periode hari hujan yang besar pada bulan Agutus-September 2004. Rata-rata

kecepatan udara berkisar 1,9 m/dt dengan tingkat penguapan sekitar 3,47 mm/hari.

(80)

TABEL-TABEL INFORMASI

Tabel 2. Nama dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten 2005

KECAMATAN

Sub Regency

Ibukota Kecamatan

Capital of District

Jarak

Distance

(Km)

01. Kotarih Kotarih 32

02. Dolok Masihul Dolok Masihul 51

03. Sipispis Sipispis 28

04. Dolok Merawan Dolok Merawan 22

05. Tebing Tinggi Tebing Tinggi 15

06. Bandar Khalipah Bandar Khalipah 25

07. Tanjung Beringin Tanjung Beringin 7

08. Teluk Mengkudu Sialang Buah 9

09. Sei Rampah Sei Rampah 0

10. Perbaungan Perbaungan 19

11. Pantai Cermin Pantai Cermin 29

(81)

Tabel 3. Rata–Rata Kelembaban Udara, Curah / Hari Hujan 2005

B u l a n /Month

Kelembababan Udara (%)/Air Humidity Curah

Hujan

(82)

Tabel 4. Penyinaran Matahari, Kecepatan Angin dan Penguapan (Stasiun Sampali)

2005

B u l a n /Mont Penyinaran Mataari / Sun-sine

(%)

Kecepatan Angin /

Wind Velocity

(m/dt)

Penguapan /

Evaporation

(mm/ari)

(1) (8) (9) (10)

01. Januari/ January 51 0,47 3,7

02. Februari/ February 53 0,49 3,6

03. Maret/ Marc 51 0,51 3,9

04. April/ April 63 0,48 4,3

05. Mei/ May 51 0,35 3,5

06. Juni / June 62 0,35 4,1

07. Juli / July 61 0,43 5,2

08. Agustus/ August 55 0,54 4,4

09. September/ September 58 0,36 4,6

10. Oktober / October 34 0,46 3,6

11. Nopember/ November 41 0,46 3,9

12. Desember/ December 35 0,52 3,1

Rata &ndas; rata/ Average 51,25 0,45 3,99

(83)

Tabel 5. Rata–Rata Kelembaban Udara, Curah / Hari Hujan, Penyinaran Matahari,

Kecepatan Angin dan Penguapan (Stasiun Gunung Pamela) 2005

B u l a n / Kelembababan Udara (%) Air Humidity Curah

(Sumber : http://serdangbedagaikab.go.id/)

PERDAGANGAN

Dalam bidang perdagangan dapat dilihat bahwa SIUP yang diterbitkan oleh

Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengalami kenaikan yaitu dari 61 SIUP

tahun 2002 menjadi 71 SIUP pada tahun 2003 atau naik sebesar 16,39 persen. Namun

pada tahun 2004 meningkat lagi sebesar 154,93 persen atau naik dari 71 SIUP pada

(84)

TDP pada tahun 2004 terlihat TDP yang diterbitkan dapat dirinci 162 yang

berkategori baru dan 79 yang berkategori ulang. Jumlah TDP yang diterbitkan untuk

PT/CV sebanyak 41 buah, untuk FA/kop sebanyak 1 buah dan untuk PO/Bul sebanyak

203 buah. Banyaknya usaha sektor perdagangan di Kabupaten Serdang Bedagai hasil

sensus ekonomi 1996 menunjukkan bahwa jumlah perdagangan besar sebanyak 597

usaha, perdagangan eceran sebanyak 6.693 usaha, rumah makan 2.385 usaha dan

hotel/penginapan sebanyak 3 usaha.

PEMERINTAHAN

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas wilayah 1.900,22 km persegi, terbagi

dalam 11 kecamatan dan 237 desa dan 6 kelurahan, didiami oleh penduduk dari

beragam etnik/suku bangsa, agama dan budaya. Dimana suku tersebut antara lain

Karo, Melayu, Tapanuli, Simalungun, Jawa dan lain-lain. Potensi sumber daya alam di

Kabupaten Serdang Bedagai yang paling menonjol diantaranya: sektor pertanian,

perkebunan dan perikanan serta sektor pariwisata. Sejak terbentuknya pemerintahan

daerah yang baru, Sei Rampah merupakan ibukota Kabupaten sebagai pusat

pemerintahan, jaraknya dengan kota-kota kecamatan sangat bervariasi antara 7 Km s/d

51 Km. disamping Kec. Sei Rampah sebagai pusat kota, Kec. Perbaungan juga

merupakan kota pusat perdagangan di kab. Serdang Bedagai yang diandalkan dimana

kedua kecamatan ini menjadi indicator keberhasilan pertumbuhan pembangunan yang

dilaksanakan.

Kota-kota kecamatan yang letaknya relatif jauh (diatas 50 km) antara lain, kec. Dolok

Merawan, Kecamatan-kecamatan lain jaraknya berkisar 7 sampai dengan 32 km.

Adanya wacana pemekaran wilayah kecamatan, dimungkinkan beberapa kecamatan

yang masih memiliki wilayah cukup luas berpeluang untuk dimekarkan. Diantaranya

kec. Perbaungan, Sei Rampah dan Dolok Masihul. Hal ini sejalan dengan upaya untuk

percepatan proses pelaksanaan pembangunan di daerah. Dalam mewujudkan

keamanan rakyat semesta telah dilakukan serangkaian pembinaan di dalam satuan

masyarakat diantaranya satuan pertahanan sipil (hansip), perlawanan rakyat (wanra),

(85)

seluruh desa dan kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai dengan rincian 2.568

personil hansip, 1.455 personil wanra dan 1.429 personil karma yang terlatih.

KEUANGAN

Sebagai kabupaten baru, kabupaten Serdang Bedagai mulai berpacu diri untuk

melaksanakan pembangunan di segala bidang demi memakmurkan seluruh rakyatnya

sesuai tuntutan pembangunan era ekonomi. Untuk itu, di dalam melaksanakan proses

pembangunan wilayahnya, pemerintah kabupaten akan membutuhkan sumber-sumber

pembiayaan untuk menjalankan roda pemerintahan.

Gambar

Gambar 4.6 Menu Informasi Kecamatan Sei Rampah
Gambar 2.1 Jembatan Kőnigsberg
Gambar 2.5  Graph yang berbeda digambar berbeda
Gambar 2.6 Perpaduan, Perbedaan dan Persimpangan; Simpul 2, 3, 4 menyebabkan segitiga dalam G  G’ tetapi tidak dalam G
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketika orang-orang berkata kepada Ajahn Chah bahwa mereka mendapatkan bahwa tidak mungkin untuk bisa berlatih di masyarakat, beliau akan bertanya kepada mereka, “Jika saya

Kandungan Logam Berat Pada Air, Sedimen dan Ikan Nila (Oreochromisniloticus Linn.) Di Karamba.. Danau

Penelitian lanjutan mengenai jenis logam berat yang berbeda serta parameter lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap akumulasi logam berat oleh organisme seperti suhu, pH

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan teknis penyelenggaraan usaha peternakan puyuh di Desa Jati Mulyo, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai dan desa

Berapakah perbandingan komposisi karbopol dan HPMC dalam sediaan gel ekstrak kulit pisang ambon ( Musa paradisiaca L.) yang menghasilkan formula paling optimum

Saat ini melalui salah satu program kegiatannya, DED Rehabilitasi Sedang Berat Gedung Kantor , Pemrintah Kota Manado telah mengarahkan suatu kebijakan

Adapun evaluasi untuk PkM ini terhadap siswa-siswi setelah melakukan praktikum, latihan dan diskusi yaitu mereka dapat memahami proses pembuatan website sederhana

Aplikasi disertai dengan sistem pelaporan dalam Microsoft Excel, sehingga memudahkan dalam pembuatan laporan dengan format yang berbeda-beda (Aplikasi Keuangan-Akuntansi)..