Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANGTUA
TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KECAMATAN
BERASTAGI
TUGAS AKHIR
KURNIAWAN SEMBIRING
062407072
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KECAMATAN BERASTAGI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar AhliMadya
KURNIAWAN SEMBIRING 062407072
PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Judul : HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN
ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KECAMATAN BERASTAGI
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : KURNIAWAN SEMBIRING
Nomor Induk Mahasiswa : 062407072
Program Studi : DIPLOMA III STATISTIKA
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan Di Medan, Juni 2009
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU
Ketua, Pembimbing
Dr. Saib Suwilo, M.Sc. Drs.Djenda Djujur Ginting, MS.
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan Karunia-Nya tugas akhir ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
PERNYATAAN
HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KECAMATAN BERASTAGI
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.
Medan, 1 Mei 2009
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Daftar isi v
Daftar Tabel vii
BAB 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Identifikasi Masalah 5
1.3 Batasan Masalah 5
1.4 Metode Penelitian 5
1.5 Lokasi dan Waktu Pendataan 6
1.6 Sistematika Penulisan 7
1.7 Tinjauan Pustaka 7
BAB 2 Landasan Teori 9
2.1 Statistik Non Parametrik 9
2.2 Hipotesa 11
2.3 Analisa yang Digunakan 12
2.3.1 Analisa Univariat 12
2.3.2 Analisa Bivariat 12
2.4 Uji Chi-Kudrat 13
BAB 3 Sejarah Singkat Kecamatan Berastagi 24
3.1 Sebelum Penjajahan Belanda 24
3.2 Masa Penjajahan Belanda 27
3.3 Sistem Adat 29
3.4 Kronologis Pembentukan Kecamatan Berastagi 30
3.4.1 Letak Geografis 35
3.4.2 Kependudukan 36
3.4.3 Pendidikan 37
3.4.4 Kesehatan 39
3.4.5 Pertanian 41
3.4.6 Keuangan 41
BAB 4 Pembahasan 43
4.1 Analisa Univariat 43
4.1.1 Identitas Responden 43
4.2 Analisa Bivariat 45
4.3 Evaluasi 49
BAB 5 Kesimpulan dan Saran 50
5.1 Kesimpulan 50
5.2 Saran 51
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.4.1 Daftar Kontingensi 19
Tabel 2.4.2 Daftar Kontingensi b Dari Frekuensi yang diharapkan xk 20 Tabel 3.4.2.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Menurut Desa Tahun 2006 36
Tabel 3.4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Menuru Desa Tahun 2006 37
Tabel 3.4.3.1 Banyaknya SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2006 38 Tabel 3.4.3.2 Banyaknya Murid SD, SLTP, SLTA
Menurut Desa Tahun 2006 38
Tabel 3.4.3.3 Banyaknya Guru SD, SLTP, SLTA
Menurut Desa Tahun 2006 39
Tabel 3.4.4.1 Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Desa Tahun 2006 40 Tabel 3.4.4.2 Banyaknya Tenaga Medis Menurut Desa Tahun 2006 40
Tabel 3.4.4.3 Banyaknya Pasangan Usia Subur ( PUS ) 41
Menurut Desa Tahun 2006
Tabel 3.4.6.1 Besarnya Pokok Penetapan dan Realisasi
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Menurut Desa Tahun 2006 42 Tabel 3.4.6.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kecamatan Berastagi Tahun 2006 42
Tabel 4.1.1 Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan
Tingkat Pendapatan Orangtua 43
Tabel 4.1.2 Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis
Pekerjaan Orangtua 43
Tabel 4.1.3 Distribusi Tingkat Pendidikan Anak 44
Tabel 4.1.4 Hubungan Pendapatan Orangtua Terhadap Anak 44
Tabel 4.2.1 Daftar Frekuensi yang Diharapkan 46
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sumber daya manusia melalui pendidikan haruslah disadari oleh semua pihak, baik
pemerintah , swasta maupun keluarga. Investasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan
nilai ekonomi di masa yang akan datang melalui pengorbanan yang dilakukan pada
saat sekarang. Perlu disadari bahwa pendidikan erat kaitannya dengan tingkat
penghasilan keluarga, biaya pendidikan, fasilitas pendidikan dan faktor lain yang
berhubungan dengan pendidikan itu sendiri.
Sumber daya manusia yang berkualitas menunjukkan adanya komitmen yang
kuat dari Pemerintah dalam program pembangunan ekonominya. Komitmen yang kuat
ini dapat ditujukan dengan anggaran atau subsidi yang besar untuk pembangunan
sumberdaya manusia, misalnya melalui anggaran pendidikan yang terus ditingkatkan.
Dengan anggaran pendidikan yang selalu meningkat dapat memacu peningkatan
kualitas pendidikan. Seperti yang kita ketahui biaya pendidikan di Indonesia termasuk
mahal, oleh karena itu hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menikmati
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Pendidikan masyarakat yang rendah menunjukkan kualitas sumberdaya
manusia yang rendah yang akan sangat merugikan secara individu maupun Negara.
Karena hal tersebut dapat merupakan suatu pemborosan dana dan daya yang berakibat
pada tingkat produktivitas yang dihasilkan.
Hubungan pendidikan dan masyarakat pada hakekatnya berfungsi untuk
memberikan bimbingan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara
maksimal ke arah tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citaka . Ada 3 faktor yang
menyebabkan perlunya hubungan antara pendidikan dengan masyarakat, yaitu:
1. Faktor perubahan sifat, tujuan dan metode mengajar.
2. Faktor masyarakat yang menuntut adanya perubahan dalam pendidikan di
sekolah dan perlunya bantuan masyarakat terhadap sekolah.
3. Faktor perkembangan idea demokrasi di dalam masyarakat terhadap
pendidikan
Hal itu tak lain merupakan akibat nyata dari adanya pengembangan tujuan
pendididikan bagi setiap orang untuk membentuk dirinya menjadi pribadi yang utuh
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang sehat jasmani
maupun rohaninya, berilmu pengetahuan dan bermoral tinggi. Cara yang ditempuh
adalah dengan jalan memenuhi berbagai kebutuhan dan minat para anak didik serta
mempersiapkan mereka agar kelak menjadi orang-orang yang berguna bagi
masyarakat. Cara lain yang ditempuh adalah dengan jalan mengaitkan mata pelajaran
di sekolah dengan kebutuhan dan persoalan kehidupan masyarakat untuk mencari
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Hubungan antara pendidikan dan persoalan-persoalan sosial terasa serasa
semakin penting mengingat semakin rumit nya kehidupan masyarakat sebagai akibat
dari perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga mendorong masyarakat untuk
merumuskan kembali pengertian dan hakikat masyarakat itu.
Berdasarkan UUD 1945 alinea IV bunyinya”... mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia... ini menyiratkan
bahwa salah satu tujuan Negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti
bahwa yang berupaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang paling utama
adalah Negara atau pemerintah. Baik melalui upaya pendidikan ataupun pelatihan,
upaya ini merupakan sarana penting untuk mengembangkan prestasi warga negara dan
Sumber Daya Manusia Indonesia, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan baik disamping itu juga memberikan alternatif yang tepat untuk
mengatasi masalah hidup dan kehidupan mereka.
Kecenderungan rumah tangga untuk membelanjakan pendapatan mereka untuk
barang-barang yang memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia
(seperti makanan, air, pendidikan dan kesehatan) tergantung dari sejumlah faktor
seperti tingkat pendapatan antar rumah tangga dan juga pada siapa yang mengontrol
alokasi pengeluaran dalam rumah tangga. Sudah umum diketahui bahwa penduduk
kaya untuk kebutuhan pembangunan manusia. Sementara itu,perempuan juga
memiliki andil yang tidak kecil dalam mengatur pengeluaran rumah tangga. Makin
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Pendidikan penduduk sangat menentukan kemampuan untuk menyerap dan
mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitannya dengan
teknologi sampai kelembagaan yang penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan
pendidikan yang baik, pemanfaatan teknologi ataupun inovasi teknologi menjadi
mungkin untuk terjadi. Begitu pula, modal sosial akan meningkat seiring dengan
tingginya pendidikan.
Tentu dalam hal ini juga penting adanya investasi dan juga distribusi
pendapatan yang baik membuka kemungkinan bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Hal ini karena dengan meratanya distribusi pendapatan maka tingkat
pendidikan akan lebih baik dan pada gilirannya juga akan memperbaiki tingkat
produktivitas tenaga kerja. Sementara itu, investasi juga memungkinkan sumber daya
manusia untuk bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi.
Seringkali penelitian yang dilakukan para pengamat tertarik pada masalah
yang berhubungan dengan suatu obyek ataupun respon yang mana pada dasarnya
obyek ataupun respon tersebut dapat dibagi keberbagai kategori.
Dari uraian di atas maka penulis memilih judul HUBUNGAN TINGKAT
PENDAPATAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI
KECAMATAN BERASTAGI.
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan orangtua
terhadap pendidikan anak di kecamatan Berastagi Kabupaten Tanah Karo.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian agar tidak menyimpang dari sasaran yang dituju , maka
penulis hanya menganalisa hubungan tingkat pendapatan orangtua terhadap anak di
Kecamatan Berastagi.
1.4 Metodologi Penelitian
Untuk menganalisa hubungan tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak
dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat yang diuji dengan:
:
2
Χ =
∑
=
n
j
i, 1 ij ij ij
E E
Q )2
( −
Dimana:
2
X : Chi-Kuadrat
Oij : Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke i
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Eij : Banyak kasus yang diharapkan untuk dikategorikan dalan baris ke i dan kolom
ke j
Harga-harga x berdistribusikan Chi-Kuadrat dengan
db = (b-1) (k-1)
dengan b = banyak baris
a = banyak kolom
Kegunaan metode
X
2 ini ditujukan untuk menguji apakah da hubungan yang cukupberarti (signifikan) antara jumlah pengamatan suatu obyek atau respon tertentu pada
tiap klasifikasinya terhadap nailai harapannya yang berdasarkan hipotesa nolnya.
Dilain pihak pengujian
X
2 ini dapat pula digunakan untuk menguji independensiantara suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Variabel yang diamati dalam hubungan tingkat pendapatan orangtua terhadap
pendidikan anak di Kecamatan Berastagi , yaitu variabel bebas (independen variabel)
adalah tingkat pendapatan orangtua sedangkan variabel terikat (dependen variabel)
adalah pendidikan anak (SD, SMP, SMA, PT)
Hipotesis penelitian
Ho = tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak di Kecamatan Berastagi
H1 = ada hubungan antara tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak di Kecamatan Berastagi
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Adapun lokasi pendataan yang dipilih adalah Kecamatan Berastagi dan waktu
pendataan yang dipergunakan adalah tanggal 25 Mei 2009 sampai 28 Mei 2009.
1.6Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan proposa Tugas Akhir ini adalah sebagai berkut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang Latar
Belakang, Tujuan Penelitian, Metologi Penelitian,
Batasan Masalah, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini Penulis menguraikan tentang Statistik
Non Parametrik, Hipotesa, Analisa yang digunakan, dan
Uji Chi-Kuadrat
BAB III : SEJARAH SINGKAT DESA BERASTAGI
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Saleh, Samsubar”Statistik Non Parametrik”
Kegunaan metode
X
2 ini ditujukan untuk menguji apakah ada perbedaan yang cukupberarti(signifikan) antara jumlah pengamatan suatu obyek atau respon tertentu pada
tiap klasifikasinya terhadap nilai harapannya berdasarkan hipotesa nolnya. Dilain
pihak pengujian
X
2 ini dapat pula digunakan untuk menguji indenpendensi antarasuatu variabel terhadap variabel lainnya.
Syamsudin, Drs ”Pendidikan dan Masyarakat”
Pendidikam merupakan proses belajar mengajar yang berkesinambungan dan
integral.Oleh karena iti pendidikan haruslah merupakan proses belajar mengajar yang
bertujuan untuk mengarahkan dan mengembangkan berbagai tujuan anggota
masyarakat. Hubungan antara pendidikan dan persoalan-persoalan sosial terasa
semakin penting mengingat semakin rumitnya kehidupan masyarakat sebagai akibat
dari perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga mendorong masyarakat untuk
merumuskan kembali pengertian dan hakekat masyarakat itu.
Gafur Abdul, 2005
Dalam negara demokrasi peluang untuk berprestasi sangat besar. Di dalam UUD 1945
menyiratkan bahwa salah satu tujuan bernegara adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. Ini berarti bahwa yang berupaya dalan mencerdaskan kehidupan bangsa yang
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Statistik Non Parametrik
Test statistik non parametrik adalah test yang modelnya tidak menetapkan
syarat-syarat yang mengenai parameter-parameter populasi yang merupakan induk
sampel penelitiannya. Oleh karena itu observasi-observasi independent dan variable
yang diteliti pada dasarnya memiliki kontiunitas uji metode non parametrik atau bebas
serapan adalah prosedur pengujian hipotesa yang tidak mengasumsikan pengetahuan
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam kegiatan penelitian, biasanya lebih banyak digunakan analisis statistik
parametrik dari pada statistik non parametrik. Statistik parametrik digunakan jika kita
telah mengetahui model matematis dari distribusi populasi suatu data yang akan
dianalisis. Jika mengetahui suatu model distribusi dari suatu data dan jumlah data
relatif kecil atau asumsi kenormalan tidak selalu dapat dijamin penuh, maka kita harus
menggunakan statistik non parametrik (statistik bebas distribusi).Statistik non
memiliki keunggulan atau kelebihan yaitu kebanyakan prosedur non parametrik
memerlukan asumsi dalam jumlah yang minimal maka kemungkinan untuk beberapa
prosedur parametrik perhitungan-perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan
mudah, terutama bila terpaksa dilakukan secara manual. Jadi penggunaan
prosedur-prosedur ini menghemat waktu yang diperlukan untuk perhitungan dan ini
merupakan bahan pertimbangan bila hasil penyajian harus segera tersaji atau bila
mesin hitung berkemampuan tinggi tidak tersedia. Dengan statistik non parametrik
para peneliti juga dengan dasar matematik dan statistik yang kurang biasanya dan
metode prosedur non parametrik mudah dipahami. Prosedur-prosedur non parametrik
boleh diterapkan bila data telah di ukur dengan menggunakan skala pengukuran.
Sedangkan kelemahan dan statistik non parametrik adalah karena
perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan untuk kebanyakan prosedur parametrik
cepat dan sederhana, prosedur ini kadang-kadang digunakan untuk kasus-kasus yang
lebih tepat bila ditangani prosedur-prosedur non parametrik sehingga cara seperti ini
sering menyebabkan pemborosan informasi. Kendatipun prosedur non prametrik
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
menghitung-menghitung selalu membutuhkan banyak tenaga dan akan menimbulkan
kejenuhan
Dalam implementasi, penggunaan prosedur yang tepat merupakan tujuan dari
peneliti. Beberapa parameter yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penggunaan
statistik non parametrik adalah:
1. Hipotesis yang diuji tidak melibatkan parameter populasi
2. Skala yang digunakan lebih lemah dari prosedur parametrik
3. Asumsi-asumsi parametrik tidak terpenuhi
Banyak prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik,
diantaranya:
1. Uji Chi-Kuadrat
2. Uji Binomial
3. Uji Run
4. Uji Kolmogorov Smirov Satu Sampel
5. Uji Dua Sampel Independen
6. Uji beberapa Sampel Independent
7. Uji Dua Sampel yang berkaitan
8. Uji beberapa Sampel yang berkaitan
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
2.2 Hipotesa
Hipotesa secara etimologis dibentuk dari dua kata yaitu, kata hypo yang berarti kurang
dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hipotesis artinya suatu kesimpulan yang masih
kurang, yang masih belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan
maksud sebagai kesimpulan yang belum sempurna, sehingga Pembuktian itu hanya
dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki untuk menentukan hipotesa adalah:
1. Hipotesis harus muncul dan ada hubungannya dengan teori serta
masalah yang diteliti.
2. Setiap hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap persoalan yang
diteliti.
3. Hipotesis harus dapat diuji atau terukur tersendiri untuk menetapkan
hipotesis yang besar kemungkinannya didukung oleh data empiris.
Perlu diingat, apapun syarat suatu hipotesis yang jelas bahwa penampilan
setiap hipotesis adalah bentuk statement, yaitu pernyataan tentang sifat atau keadaan
hubungan dua atau lebih variable yang akan diteliti.
Adapun jenis hipotesis yang mudah dimengerti adalah hipotesis nol
( )
H , ohipotesa alternatif
( )
Ηa ,hipotesis kerja( )
Ηk . Tetapi yang biasa adalah Η0 yangmerupakan bentuk dasar atau memiliki statement yang menyatakan tidak ada
hubungan antara dua variabel x dan variabel y yang akan diteliti atau variabel
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
2.3 Analisa Yang Digunakan
2.3.1 Analisa Univariat
Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing independent dan
variabel dependent.
2.3.2 Analisa Bivariat
Hipotesa yang diuji biasanya adalah kelompok itu berbeda dalam ciri khas tertentu,
dengan demikian perbedaan itu berhubungan dengan frekuensi relatif masuknya
anggota-anggota kelompok ke dalam beberapa katagori.
Untuk menguji hipotesa ini kita menghitung banyak kasus dari masing-masing
kelompok yang termasuk dalam berbagai katagori dan membandingkan proporsi dari
kasus-kasus dari satu kelompok dalam berbagai kategori dengan proporsi kasus dari
kelompok yang lain. Dalam analisa ini digunakan hipotesa Chi-Kuadrat.
2.4 Uji Chi-Kuadrat
Uji Chi-Kuadrat merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan
dalam analisis statistic yang sering digunakan dalam praktek. Teknik Chi-Kuadrat
( Chi dibaca Square ; Chi dibaca:kai; symbol dari huruf yunani: Χ2 ) yang ditemukan
oleh Helmet pada tahun 1875, tetapi pada tahun 1900, pertama kali diperkenalkan
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
.
Uji Chi-Kuadrat digunakan untuk menguji kebebasan antara dua sampel
( Variabel) yang disusun dalam tabel baris kali kolom atau menguji keselarasan
dimana pengujian dilakukan untuk memeriksa ketergantungan dan homogenitas
apakah data sebuah sampel yang diambil menunjang hipotesia yang menyatakan
bahwa populasi asal sampel tersebut mengikuti suatu distribusi yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, uji ini dapat juga disebut uji keselarasan ( Goodness of fit test),
karena untuk menguji apakah sebuah sampel selaras dengan salah satu distribusi
teoritis ( seperti distribusi normal, uniform, binomial, dll ).
Pada kedua prosedur tersebut selalu meliputi perbandingan frekuensi yang
teramati dengan frekuensi yang diharapkan bila hipotesia nol yang ditetapkan benar,
karena dalam penelitian yang dilakukan data yang diperoleh tiadak selamanya berupa
data skala interval saja, melainkan juga data skala nominal, yaitu berupa penghitungan
frekuensi pemunculan tertentu.
Penghitungan frekuensi pemuculan juga sering dikaitkan dengan perhitungan
persentase, proporsi atau yang lain yang sejenis. Chi-Kuadrat adalah teknik statistik
yang dipergunakan untuk menguji probabilitas seperti itu, yang dilakukan dengan cara
mempertentangkan antara frekuensi yang benar-benar terjadi, frekuensi yang
diobservasi, observed frequencies ( disingkat Fo atau E) dengan frekuensi yang
diharapkan, expected frequencies ( disingkat Fh atau E ).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
1. Chi-kuadrat digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk
frekuensi.
2. Chi-kuadrat tidak dapat digunakan untuk menentukan besar atau
kecilnya korelasi dari variabel-variabel yang dianalisa.
3. Chi-kuadrat pada dasarnya belum dapat mengasilkan kesimpulan
4. Chi-kuadrat cocok digunakan untuk data katagori, data diskrit atau
data nominal
Cara memberikan interprestasi terhadap Chi-kuadrat adlah dengan menentukan
DF (degree of freedom) atau DB (Derajat bebas). Setelah itu berkonsultasi tabel harga
kritik kuadrat. Selanjutnya membandingkan antara harga Chi-kuadrat dari hasil
perhitungan deng
( )
Η an harga kritik Chi-kuadrat, akhirnya mengambil kesimpulandengan ketentuan :
1. Bila harga Chi-kuadrat
( )
X2 sama atau lebih besar dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol( )
Η0 ditolak dan hipotesa alternative( )
Η0 diterima.2. Bila harga Chi-kuadrat
( )
X2 lebih kecil dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol( )
Η0 diterima dan hipotesa alternative( )
Η0 Ditolak.Ada beberapa persoalan yang dapat diselesaikan dengan mengambil manfaat
dari Chi-kuadrat diantaranya adalah:
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Banyak data hasil pengamatan yang dapat digolongkan ke dalam beberapa
faktor,karakteristik atau atribut terdiri dengan tiap faktor atau atribut terdiri dari
beberapa klasifiksi, katagori, golongan atau mu ngkin tingkatan. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap fenomena demikian akan diselidiki mengenai asosiasi atau
hubungan atau kaitan antara faktor-faktor itu, bisa dikatakan bahan faktor-faktor itu
bersifat independent atau bebas, tepatnya bebas statistik. selain daripada itu akan
diselidiki ada atau tidaknya pengaruh beberapa taraf atau tingkatan sesuatu faktor
terhadap kejadian fenomena.
Secara umum untuk menguji independent antara dua faktor di jelaska sebagai
berikut: misalkan diambil sebuah sampel acak berukuran n, dan tiap pengamatan
tunggal diduga terjadi karena adanya dua macam faktor I dan II. Faktor I terbagi atas b
taraf atau tingkatan dan Faktor II terbagi atas k taraf. Banyak pengamatan yang terjadi
ke-1 faktor ke-1 (I=1,2,…..,b) dan taraf ke-j faktor ke-II (j=1,2…..,k) akan dinyatakan
dengan Οij. Hasilnya dapat dicatat dalam sebuah daftar kontingensi b x k. Pasangan
hipotesis yang akan diuji berdasarkan dta dengan memakai penyesuaian persyaratan
data yang diuji sebagai berikut:
0
Η : kedua faktor bebas statistik
1
Η : kedua faktor tidak bebas statistik
Tabel yang disajikan akan dianalisis untuk setiap sel yang diperlukan
kemudian dibentuk tabel kontingensi. Data tabel tersebut di atas agar dapat dicari
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Pengujian eksak sukar digunakan, karena di sini hanya akan dijelaskan
pengujian yang bersifat pendekatan. Untuk ini diperlukan frekuensi teoritik atau
banyak gejala yg diharapkan terjadi yang di sini akan dinyatakan dengan Εij.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
ij
Ε =
(
nioxnoj)
/ nDengan:
ij
Ε = banyak data teoritik (banyak gejala diharapkan terjdi)
io
n = jumlah barisan ke-i noj= jumlah baris ke-j
n = total jumlah data
Dengan demikian misalnya didapat nilai dari teoritik masing-masing data:
11
Ε = (
(
n10xn01)
/ n;Ε12 =(
n10xn02)
/n21
Ε =
(
n20xn01)
/ n;Ε22 =(
n20xn02)
/nDan seterusnya…………..
Jelas bahwa n = + +…+ = + +…+
Sehingga nilai statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis diatas adalah:
2 Χ
=
∑
= − n j i ij ij ij E E O 1 , 2 ) ( Dengan : ijΟ adalah jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009 ij
Ε adalah banyak kasus yang diharapkan untuk di kategorikan dalam baris ke-i dan
kolom ke-j
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Tolak Η0 jika Χ2 hitung ≥ Χ2 tabel
Terima Η0 jika Χ2hitung ≤ Χ2 tabel
Dalam taraf nyata α =0,05 dan darajat kebebasan (dk) untuk distribusi Chi-kuadrat
adalah (b-1) (k-1), dalam hal yang lainnya kita terima hipotesis Η0
.
2. Koefisien Kontingensi
Kegunaan teknik koefisien kontingensi yang diberi simbol C,adalah untuk mencari
atau menghitung keeratan hubugan antara dua veriabel yang mempunya gejala ordinal
(katagori), paling tidak berjenis nominal.
Cara kerja atau pengitungan koefisien kontingensi sangatlah mudah jika di
nilai Chi-kuadrat sudah diketahui. Oleh karena itu, biasanya para peneliti menghitung
harga koefisien kontingensi telah menemukan harga Chi-kuadrat. Fleksibilitas
rumusan ini adalah, tidak terbatas pada beberapa banyaknya kategori-kategori pada
sel-sel petak atau tabel Chi-kuadrat. Tess signifikasi yg digunakan tetap mengunakan
tabel kritik Chi- kuadrat, dengan derjat kebebasan (db) sama dengan jumlah kolom
dikurangi atau dikalikan dengan jumlah baris dikurangi satu (b-1 kali k-1). Rumus
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
C = N hitung X hitung X + 2 2 Keterangan:
C = Koefisien kotingensi
hitung
X2 = Hasil perhitungan Chi-kuadrat N = Banyak data
3. Metode Analisa
Dalam penelitian ini dilakukan metode analisis kuantitatif dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1:
Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mengadakan penelitian pada
penduduk yang ada di Kecamatan Berastagi.
Langkah 2:
Dari data yang dianalisis, lalu disusun dalam tabel distribusi frekuensi
Langkah 3:
Dari data yang dianalisis maka dapat dibentuk daftar kotingensi frekuensi
yang diamati seperti dibawah ini:
Tabel 2.4.1 Daftar Kotingensi
F A KT OR ( B T ARAF )
Faktor II ( K TARAF ) JUMLAH
1 2 K
1 011 012 …………. 01k η10
2 021 022 …………. 02k η20
: : : : : :
: : : : : :
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
JUMLAH η01 ηo2 …………. ηok N
Dimana : faktor I dan faktor II adalah faktor-faktor yang membentuk daftar
kontingensi dengan b dan k kolom. Nij adalah frekuensi yang diamati .
i=1,2,3,……b
j=1,2,3,……k
Langkah 4:
Tentukan frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati dengan
Rumus :
Εij= (noixnoj)/n
Dengan :
Εij adalah frekuensi yang diharapkan
n adalah jumlah data yang diamati
Dari rumus di atas dapat disusun tabel kotingensi dari frekuensi yang di
harapkan.
Tabel 2.4,2 Daftar Kotingensi bxk Dari Frekuensi Yang Diharapkan
F
A
KT
OR
I
( B
T
ARAF
)
1 2 K
1 E11 E12 ………… E1K η10
2 E12 E22 ………… E2K η20
: : : : : :
: : : : : :
B EB1 EB2 …………. EBK ηBo
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
JUMLAH η01 η02 …………. ηok N
Dengan terbentuk daftar frekuensi yang diamati dan daftar frekuensi yang
diharapkan maka dapat ditentukan harga Χ2.
Langkah 5 :
Untuk menghitung harga Chi-kuadrat, perlu diperhatikan kriteria sebagai
berikut:
1. Tidak boleh menggunakan data kurang dari 20
2. Frekuensi teoritis (Εij) minimum harus 5 setiap kotak, sebab 2
Χ hanya
berlaku apabila Ε ≥ij 5, dengan kata lain apabila Εij< 5 maka Χ2
terhadap data tidak dapat dipertanggungawabkan. Untuk tabel dua
baris dan dua kolom dan untuk tabel lebih dari 2 x 2 sebelum
menghitung X2 perlu diperhatikan dahulu Εij pada setiap kotak dalam
tabel. Jika syarat tidak dipenuhi maka beberapa kolom atau baris perlu
di bangun.
3. setiap kotak tidak boleh mempunyai frekuensi kurang dari satu.setelah
kriteria. kriteria di atas dipenuhi maka harga X2 dapat di hitung
dengan rumus:
X2=
∑
(
)
= Ε
Ε − n
j
i ij
ij ij o
1 ,
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Untuk menguji apakah harga Χ2 dianggap berarti pada suatu level of
significant tertentu harus diketahui nilai kritis dari Χ2 dengan menggunakan daftar
pencarian pencarian harga Chi-Kuadrat yang dibandingkan dengan nilai yang
diperoleh dari hasil perhitugan.Dengan membaca nilai Chi-Kuadrat yang tepat harus
terlebih dahulu dipilih confidence coefficient yang akan dipakai dan dengan perkalian
(K-1)dan (b-1) atau baris dikalikan kolom.
Degree of Freedom = (k-1) (b-1)
Langkah 6:
Hipotesa yang diajukan dalah seperti yang di bawah ini:
0
Η : Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan orangtua
Terhadap pendidikan anak
1
Η : terdapat hubungan antara tingkat pendapatan orangtua
Terhadap pendidikan anak
Maka kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa adalah sebagai berikut:
Tolak Η0 jika Χ2 hitung ≥ Χ2 tabel
Terima Η0 jika Χ2hitung < Χ2 tabel
Langkah 7:
Selanjutnya akan ditentukan koefisien kontingensi (C ) dengan
Menggunakan rumus sebagai berikut:
C=
N hitung x
hitung x
+
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Dengan:
C = Contingency coefficient
N = Ukuran jumlah data
X2hitung = Harga Chi-kuadrat
Harga C dipakai untuk nilai derajat asosiasi antar faktor-faktornya adalah
dengan membandingkan harga C dengan koefisien kontingensi maksimum adapun
harga koefisien kontingensi maksimum dihitung dengan runus sebagai berikut:
Cmaks = m m−1
dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom.
Langkah 8:
Dengan membandingkan C dengan Cmaks maka keeratan hubungan
Variabel I dan variabel II ditentukan oleh presentasenya. Hubungan kedua
Variabel ini disimbolkan Q mendekati 1 maka hubungan tambah erat dan bila
Q menjauhi 1 maka hubungan kedua variabel itu semakin kurang erat.
Q = x100% C
C
maks
Symbol Q: untuk menyatakan persentase derajat hubungan variabel I
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
C : koefisien kontingensi
Cmaks: koefisien kontingensi maksimum
Dengan ketentuan-ketentuan Davis(1971) sebagai berikut:
1. Sangat erat jika Q≥0,70
2. Erat jika Q antara 0,50 dan 0,69
3. Cukup erat jika Q antara 0,30 dan 0,49
4. Kurang erat jika Q antara 0,10 dan 0,29
5. Dapat diabaikan jika Q antara 0,01 dan 0,09
6. Tidak ada jika Q= 0,
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
SEJARAH SINGKAT KECAMATAN BERASTAGI
3.1 Sebelum Penjajahan Belanda
Pemerintahan di daerah Tanah Karo sebelum kedatangan penjajahan belanda diawal
abad XX di daerah dataran tinggi karo, di kawasan itu hanya terdapat kampung (kuta),
yang terdiri dari satu atau lebih “kesain” (bagian dari kampung). Tiap-tiap kesain
diperintah oleh seorang “pengulu”. Menurut P .Tambun dalam bukunya “adat
istiadat karo”, balai pustaka 1952, arti dari pengulu adalah seseorang dari marga
tertentu dibantu oleh 2 orang anggotanya dari kelompok “anak beru” dan “senina”.
mereka ini disebut dengan istilah “telu si dalanen” atau tiga sejalanan menjadi satu
badan administrasi atau pemerintahan dalam lingkungannya. Anggota ini secara turun
menurun dianggap sebagai “pembentuk kesain”, sedangkan kekuasaan mereka adalah
pemerintahan kaum keluarga.
Di atas kekuasaan penghulu kesain, diakui pula kekuasaan kepala kampung
asli (perbapaan) yang menjadi kepala dari sekumpulan kampung yang asalnya dari
kampung asli itu. Kumpulan kampung itu dinamai urung. Pimpinannya disebut
dengan bapa urung atau biasa juga disebut raja urung. Urung artinya satu kelompok
kampung dimana semua pendirinya masih dalam satu marga atau dalam satu garis
keturunan.
Menurut P. Tambun seperti di atas ada beberapa sistem atau cara penggantian
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
memperhatikan hasil keputusan “runggun atau permusyawaratan” kaum kerabat
berdasarkan kepada 2 (dua) dasar atau pokok yakni:
a. Dasar adat “sintua-singuda” yang dicalonkan. yang pertama-tama berhak
menjadi perbapaan adalah anak tertua. Namun kalau ia berhalangan atau karena sebab
yang lain, yang paling berhak di antara saudara-saudaranya adalah jatuh kepada anak
yang termuda. Dari semua calon perbapaan maka siapa yang terkemuka atau siapa
yang kuat mendapatkan dukungan, misalnya siapa yang mempunyai banyak anak beru
dan senina, besar kemungkinan jabatan perbapaan atau raja urung atau pengulu, akan
jatuh kepadanya. Jadi dengan demikian, kedudukan perbapaan, yang disebutkan di
atas harus jatuh kepada yang tertua atau yang termuda, tidaklah sepenuhnya
dijalankan secara baik waktu itu. Banyak contoh terjadi dalam hal pergantian
perbapaan seperti itu, antara lain ke daerah perbapaan lima senina. lebih-lebih
kejadian seperti itu terjadi setelah di daerah itu berkuasa kaum penjajah belanda di
permulaan abad XX (1907). Belanda melakukan “intervensi” dalam hal penentuan
siapa yang diangap pantas sebagai perbapaan dari kalangan keluarga yang
memerintah, walaupun ada juga selalu berdasarkan adat.
b. Dasar “bere-bere”, yakni menurut keturunan dari pihak ibu. hanya dari keturunan
ibu atau kemberahen tertentu saja yang pertama-tama berhak menjadi perbapaan.
Namun setelah kedatangan perjajahan belanda sistem atau dasar “bere-bere” ini
dihapuskan. Mengangkat dan mengganti perbapaan dilakukan oleh “kerunggun” anak
beru-senina dan kalimbubu. Namun setelah Zaman belanda cara seperti itu
diper-modern, dengan cara kekuasaannya dikurangi, malah akhirnya diambil alih oleh
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
perbapaan. kekuasaan raja urung yang tadinya cukup luas, dipersempit dengan
keluarnya besluit zelfbestuur no. 42/1926, dimana antara lain dapat
dibaca…………jabatan raja-raja urung dan pengulu akan diwarisi oleh turunan
langsung yang sekarang ada memegang jabatan itu……….
Yang pertama-tama berhak untuk mewarisi jabatan perbapaan urung atau
pengulu ialah anak tertua, kalau dia berhalangan, maka yang paling berhak adalah
anak yang termuda atau bungsu. Sesudah kedua golongan yang berhak tadi itu, yang
berhak adalah anak nomor dua yang tertua, kemudian anak nomor dua yang termuda.
Orang yang berhak dan dianggap sanggup menjadi perbapaan urung tetapi karena
sesuatu sebab menolaknya, maka dengan sendirinya hilang haknya dan berhak
keturunannya yang menjadi perbapaan atau raja urung. Hal ini juga menurut P.
Tambun dalam bukunya merupakan adat baru. maksudnya adalah untuk menjaga
supaya pemangkuan perbapaan yang dilaksanakan oleh orang lain hanya dilakukan
dalam keadaan terpaksa.
Sementara itu orang yang berhak menurut adat menjadi perbapaan atau raja,
tetapi masih dalam keadaan di bawah umur ataupun belum kawin, maka jabatan itu
boleh dipangku atau diwakili kepada orang lain menunggu orang yang berhak itu
sudah mencukupi. peraturan tetap tentang memilih siapa sebagai pemangku itu tidak
ada. yang sering dilakukan ialah orang yang paling cakap diantara kaum sanakeluarga
terdekat, termasuk juga anak beru dan marga yang seharusnya memerintah sebagai
perbapaan raja.
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Adapun jabatan pemangku itu dipilih dari kalangan anak beru dari lain marga dari
perbapaan atau raja. Jadi mustahillah sipemangku itu tadi berhak atas kerajaan yang
dipangkunya untuk selama-lamanya, pasti disatu waktu akan dikembalikan kepada
yang berhak. sedangkan kalau jabatan sebagai perbapaan atau raja dipegang oleh
kaum keluarga dari sipemangku yang berhak, misalnya saudara satu ayah lain ibu, ada
kemungkinan akan mendakwa dan mempertahankan jabatan itu di kemudian hari,
terlebih kalau dia sudah bertahun-tahun sudah memangku jabatan itu, sehingga merasa
segan malah menolak menyerahkannya kembali kepada yang berhak. keadaan seperti
ini juga pernah terjadi, malah menimbulkan perselisihan berkepanjangan antar kerabat
yang seketurunan.
Dalam pemangkuan sementara itu, diadatkan sehingga merupakan kewajiban
bagi si pemangku yaitu menyerahkan 1/3 dari semua pendapatan kerajaan kepada
orang yang seharusnya memangku jabatan tersebut. Seperti diuraikan di depan, baik
perbapaan urung atau raja urung ataupun pengulu yang dibantu oleh “anak
beru-senina”, yang merupakan “telu sidalanen”, maka jabatan dari “anak beru-senina”
itupun juga bersifat turun temurun.
3.2Masa Penjajahan Belanda
Dalam sistem ini pemerintah tradisional karo telah berjalan hampir ratusan tahun.
sistem itu mengalami sedikit perubahan pada abad ke 18 ketika karo berada dibawah
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Masuknya pengaruh kekuasaan belanda ke daerah sumatera timur melalui kerajaan
siak riau maka terjadi pula perubahan penting di dareah ini karena belanda juga ingin
menguasai seluruh tanah karo. di deli waktu itu sudah mulai berkembang perkebunan
tembakau yang diusahai oleh pengusaha-pengusaha belanda. namun tidak selamanya
kekuasaan belanda tertanam dengan mudah di daerah Sumatera Utara terlebih-lebih di
daerah dataran tinggi karo. dan bagi orang karo di masa lampau, kedatangan belanda
identik dengan pengambilan tanah rakyat untuk perkebunan. banyak penduduk di deli
dan langkat yang kehilangan tanahnya karena sultan memberikan tanah secara tak
semena-mena untuk jangka waktu 99 tahun (kemudian konsensi 75 tahun) kepada
perkebunan tanpa menghiraukan kepentingan rakyat. kegetiran dan penderitaan
penduduk melahirkan perang sunggal yang berkepanjangan (1872-1895) yang juga
dikenal sebagai perang tanduk benua atau batakoorlog. dalam perang tersebut orang
melayu dan orang karo bahu-membahu menentang belanda, antara lain dengan
membakari bangsal-bangsal tembakau.
Di satu pihak ada persoalan antara sultan deli dan datuk sunggal karena sultan
deli memberikan konsensi kepada maskapai belanda untuk membuka perkebunan dan
daerah sunggal termasuk di dalamnya. perlawanan rakyat sunggal dipimpin oleh datuk
kecil (datuk muhammad dini), datuk abdul jalil dan datuk sulung barat. Bantuan dari
tanah karo dipusatkan di kampung gajah. tokoh karo yang sangat terkenal dalam
peperangan ini adalah langgah surbakti, berasal dari kampung susuk tanah karo dan
nabung surbakti, dikenal sebagai penghulu juma raja. karena hebatnya
serangan-serangan yang dilancarkan, pihak belanda mengirim ekspedisi ke sunggal
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
serdadu berkebangsaan eropah tewas 28 orang dan serdadu bumi putra tewas 3 orang.
yang luka-luka, serdadu eropah 320 orang dan serdadu bumi putra 270 orang.
Pengabaran injil ke tanah karo (1894) tidak terlepas dari kerusuhan-kerusuhan
perkebunan tersebut. Pihak perkebunan mengharapkan bahwa gangguan-gangguan
orang karo akan dapat dipadamkan melalui pekabaran injil, jadi yang membiayai
misionari (nederlands zendilingsgenotschap), ke karo adalah pihak perkebunan,
diprakarsai oleh j.th gremers, direktur perkebunan tembakau deli maatschappij pada
saat itu. Garamata yang mengadakan perlawanan pada awal abad ini (1901-1905)
juga berpendapat bahwa jika belanda dibiarkan ke tanah karo maka tanah rakyat
mungkin sekali diambil untuk perkebunan. pikiran ini didasarkan pada pengalaman
orang karo di dataran rendah, di deli dan langkat. selanjutnya dia juga berpendapat
bahwa orang karo mempunyai cara hidupnya sendiri dan istiadatnya sendiri dan tidak
perlu dicampuri oleh orang belanda (lihat masri singarimbun, garamata: perjuangan
melawan penjajah belanda, 1901-1905, balai pustaka, jakarta, 1992). namun kekuatan
belanda yang begitu besar tidak dapat dibendung.
Sebelumnya pembangkangan yang sangat terkenal dilakukan oleh sibayak pa
tolong atau sibayak kuta buluh, yang melakukan pembangkangan terhadap
pembayaran pajak kepada belanda (lihat bab VI buku darwan prinst dan darwin prinst:
sejarah dan kebudayaan karo, penerbit grama jakarta, 1985).
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Penduduk asli yang mendiami wilayah kabupaten karo disebut suku bangsa karo.Suku
bangsa karo mempungai adat-istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan
sangat mengikat bagi suku bangsa karo sendiri yang terdiri dari 5 (lima merga),tutur
siwaluh dan rakut sitelu.
5 merga yaitu:
• Karo-karo
• Ginting • Sembiring
• Tarigan
• Perangin-angin
Dari kelima merga tersebut masih ada sub-sub merga yang lain.Berdasarkan
merga tersebut tersusunlah pola kekerabatan atau yang disebut dengan Rakut sitelu,
Tutut Ralut yaitu :
• Senina / Sembuyak
• Kalimbubu
• Anak beru
Dan Tutur siwaluh yaitu:
• Sepemereen Anak beru menteri
• Sibaribanen Anak beru singalon
• Sipengalon Kalimbubu
• Anak Beru Puang Kalimbubu
Perkade-kadeen sepuluh dua :
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
• Bulang Anak Mama
• Kempu Bengkila Mami
• Nande Bibi Bere
3.4 Kronologis Pembentukan Kecamatan Berastagi
Adapun factor-faktor yang mendurung pembentukan Kecamatan Berastagi adalah
sebagai berikut:
1. Adapun awal rencana pembentukan pemerintah kota dimulai dari adanya
muncul aspirasi kelompok masyarakat di berastagi dan menyikapi aspirasi
dimaksud, maka daripada kabupaten karo melakukan rapat paripurna pada
tanggal 12 september 2003 dan ketua daripada kabupaten karo mengeluarkan
surat keputusan dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten karo nomor 12
Tahun 2003 tentang persetujuan pemekaran kota berastagi menjadi pemerintah
kota, yang mana dalam surat tersebut ditegaskan bahwa daripada mendukung
dan menyetujui aspirasi masyarakat tersebut untuk memekarkan/
meningkatkan status kecamatan berastagi menjadi pemerintah kota berastagi.
2. Menindaklanjuti keputusan dari kab. karo nomor 12 Tahun 2003 diatas maka
wakil bupati karo menyampaikan surat kepada gubernur sumatera utara dengan
surat nomor 135/2198 tanggal 24 september 2003 perihal persetujuan prinsip
pemekaran kota berastagi yang isinya menyatakan bahwa pemerintah
kabupaten karo memahami dan pada prinsipnya tidak keberatan rencana
pemekaran kota berastagi menjadi pemko sepanjang pemerosesannya
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
3. Menindaklanjuti surat bupati karo nomor 135/2198 tanggal 24 september 2003
perihal persetujuan prinsip pemekaran kota berastagi, bupati karo kembali
menyurati gubernur sumatera utara dengan surat nomor 135/2577 tanggal 17
nopember 2003 perihal persetujuan prinsip pemekaran kota berastagi yang
isinya menyampaikan nama-nama desa dari kecamatan simpang empat,
kecamatan tigapanah dan kecamatan barusjahe yang merupakan persyaratan
pemko.
4. Pada tanggal 8 maret 2004 menteri dalam negeri menyampaikan surat nomor
135/611/sj yang ditujukan kepada gubernur di seluruh indonesia perihal
penundaan sementara proses pembentukan/pemekaran daerah otonom baru
yang isinya antara lain menyebutkan bahwa mengingat kesibukan pemerintah
menghadapi pemilu tahun 2004 maka sementara waktu seluruh usulan
pembentukan / pemekaran daerah otonom baru prosesnya ditunda sampai
dengan batas waktu yang akan ditentukan kemudian.
5. Berdasarkan surat menteri dalam negeri nomor 135/611/sj tanggal 8 maret
2004 diatas, bupati karo menyampaikan surat kepada pemrakarsa pemko
berastagi dengan surat nomor 135/925 tanggal 20 april 2004 yang isinya
menyebutkan bahwa pembetukan daerah otonom baru untuk sementara waktu
ditunda namun proses pembentukan kecamatan baru tetap dilanjutkan.
6. Oleh panitia (pemrakarsa) pemekaran kota berastagi menyampaikan surat
kepada bupati karo dan daripada karo dengan surat nomor 37/p-pemko
berastagi/ix/2004 perihal data pemko berastagi dari dari komisi II yang isinya
menyampaikan data base dpr ri komisi ii tentang kelengkapan administrasi
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
menindaklanjuti kelengkapan administrasi tersebut antara lain kajian daerah,
perda pembentukan kecamatan baru wilayah pendukung pemko, peta wilayah
pemko dan sk dprd tentang dukungan dana.
7. Selanjutnya pemkab karo menyampaikan surat kepada bapak menteri dalam
negeri dengan surat nomor 527/tap/2004 perihal pertemuan tim pusat dengan
laisson official provinsi dan kabupaten yang isinya menyatakan bahwa pemkab
karo tidak dapat hadir dalam pertemuan dimaksud karena format isian dan
blanko sesuai pp 129/2000 belum dapat disampaikan mengingat 3 kecamatan
yang disyaratkan sebagai wilayah pemko belum terbentuk. dan menyatakan
bahwa pemkab karo sedang memproses pembentukan/pemekaran kecamatan
baru yang merupakan rencana wilayah pemko berastagi yaitu kecamatan
dolatrayat, kecamatan berastagi dan kecamatan merdeka.
8. Pada bulan september 2005 bupati karo menyurati ketua daripada kabupaten
karo dengan surat nomor 136/2241 perihal dukungan daripada kab. karo yang
isinya menyebutkan bahwa menindaklanjuti keputusan dewan perwakilan
rakyat daerah kabupaten karo nomor 12 tahun 2003 tentang persetujuan
pemekaran kota berastagi menjadi pemerintah kota, pemkab karo
menyampaikan bahwa perlu keputusan dprd tentang persetujuan dprd karo
terhadap penetapan ibukota rencana pemko berastagi, persetujuan daripada
tentang penetapan wilayah pendukung dan persetujuan dprd tentang
kesiapan/kemampuan dukungan dana dari kabupaten induk selama masa
transisi.
9. Untuk menindaklanjuti surat bupati karo nomor 136/2241 tanggal 14
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
karo mengeluarkan keputusan nomor 26 tahun 2005 tentang persetujuan
dukungan kelengkapan syarat proses pemekaran kecamatan berastagi menjadi
kota berastagi yang isinya antara lain menyebutkan bahwa mendukung dan
menyetujui rencana pembentukan kota berastagi dan menjadi ibukota rencana
pemko berastagi, mendukung kecamatan berastagi, kecamatan merdeka dan
kecamatan dolatrayat sebagai wilayah pendukung pemko berastagi,
mendukung dan menyetujui dukungan dana kabupaten induk selama transisi.
10.Pada bulan desember 2005 bupati karo menyampaikan surat kepada gubernur
sumatera utara nomor 138/2981 perihal status kecamatan rencana
pembentukan kota berastagi, bahwa telah diterbitkan peraturan daerah
kabupaten karo tentang pembentukan 4 kecamatan baru di kab. karo dan 2
diantaranya menjadi wilayah pendukung pemko berastagi.
11.Menindaklnajuti surat bupati karo surat nomor 138/2981 tanggal 26 desember
2005 perihal status kecamatan rencana pembentukan kota berastagi, gubernur
sumatera utara menyurati bupati karo dengan surat nomor 146/1349 tanggal 3
maret 2006 perihal hasil penyempurnaan kajian daerah tentang pembentukan
kota berastagi yang isinya meminta pemkab karo segera menyampaikan hasil
penyempurnaan kajian daerah kepada gubernur sumatera utara.
12.Bahwa pada bulan maret 2006 bupati karo menyurati gubernur sumatera utara
dengan surat nomor 138/951 perihal penelitian rencana pembentukan pemko
berastagi yang isinya menyebutkan penyempurnaan kajian daerah dimaksud
belum dapat dilaksanakan mengingat wilayah kecamatan pendukung belum
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
13.Pada tanggal 21 juli 2008 menteri dalam negeri mengundang pemerintah
kabupaten karo ke biro otonomi daerah depdagri- jakarta sesuai dengan surat
nomor t-094/1393/otda tanggal 14 juli 2008 guna memberikan penjelasan
dalam rangka persiapan observasi lapangan dan kajian teknis.
14.Dalam rapat yang dilaksankan oleh pemerintah kabupaten karo dengan pihak
departemen dalam negeri tanggal 21 juli 2008 dimaksud, maka telah dilakukan
penandatanganan berita acara hasil rapat koordinasi dan konsultasi depdagri
dengan pemerintah provinsi sumatera utara dan pemerintah kabupaten karo
dalam rangka klarifikasi dan verivikasi data pembentukan calon kota berastagi
pemekaran kabupaten karo di provinsi sumatera utara.
15. Maka dengan diberlakukannya undang-undang nomor 32 tahun 2004 yang
ditindaklanjuti dengan pp. 78 tahun 2007 tentang tata cara pembentukan,
penghapusan dan penggabungan daerah yang ditetapkan pada tanggal 10
desember 2007 maka peraturan pemerintah nomor 129 tahun 2000 tentang
persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan
penggabungan daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. dengan demikian
rencana pembentukan pemerintah kota tersebut dikaitkan dengan jumlah
kecamatan pendukung sesuai peraturan yang berlaku belum mencukupi, karena
pada saat ini jumlah kecamatan pendukung baru ada 3 kecamatan yang
seharusnya terdiri dari 4 kecamatan.
16.Demikianlah kronologis dan proses pembentukan rencana pemko berastagi,
dengan harapan kiranya masyarakat dapat mengetahui informasi yang
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Dengan pertimbangan kronologis inilah nanti terbentukl Kecamatan Berastagi. Dalam
publikasi Kecamatan Dalam Angka Tahun 2006 dapat diketahui hal-hal sebagai
berikut :
3.4.1 Letak Geografis
Luas Kecamatan Berastagi adalah 30,5 Km2 yang terdiri dari 9 (Sembilan desa).
Terletak antara 02º,50 - 03º,19 Lintang Utara dan 97º,55 - 98º,38 bujur Timur
berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Sibolangit
3. Sebelah Barat : Kecamatan Simpang Empat
4. Sebelah Timur : Kecamatan Barus jahe dan Tigapanah
Jarak Kantor Camat Ke Kantor Bupati Adalah 11 Km. Sebagian besar tanahnya
berbukit-bukit dan bergelombang dan alur-alur sungai dalam ler-ng-lereng bukit yang
curam sehingga terjadi iklim hujan tropis.Berastagi adalah ibukota Kecamatan
Berastagi berada pada ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Bulan basah
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Angin laut berhembus kencang dari arah barat menuju timur sewaktu menjelang
musin dingin yang mengakibatkan terjadinya musim hujan. Angin barat berhembus
dengan kecepatan sedang dari arah timur menuju arah barat sewaktu menjelang musim
kemarau.
3.4.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Berastagi tahun 2006 adalah 41442 jiwa dan terdiri dari
4560 rumah tangga.Kepadatan penduduk di Kecamatan Berastagi adalah 79 jiwa/ km2
Dan rata-rata anggota adalah 4 orang. Di kecamatan Berastagi tidak terdapat warga
[image:45.595.102.517.335.592.2] [image:45.595.104.425.669.749.2]Negara asing.
Tabel 3.4.2.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Menurut Desa Tahun 2006
NO DESA Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah Penduduk ( Jiwa)
Kepadatan ( Km2/ jiwa)
1 Gurusinga 6,00 3.730 621,67
2 Raya 5,00 4.167 833,40
3 Rumah Berastagi 3,50 6.324 1.806,86
4 T.Lau Mulgap II 1,00 3.009 3.009,00
5 Gundaling II 2,00 4.905 2.452,50
6 Gundaling I 2,00 8.018 4.009,00
7 T. Lau Mulgap I 1,00 2.560 2.560,00
8 Sempajaya 6,50 6.805 1.046,92
9 Doulu 3,50 1.924 549,71
JUMLAH 30,5 414442 10618,13
Sumber : Dinas Kependudukan Kabupaten Karo
Tabel 3.4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Desa
Tahun 2006
NO DESA Laki-Laki Perempuan
1 Gurusinga 1.822 1.908
2 Raya 2.002 2.165
3 Rumah Berastagi 3.063 3.261
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
5 Gundaling II 2.342 2.563
6 Gundaling I 3.761 4.257
7 T. Lau Mulgap I 1.219 1.341
8 Sempajaya 3.287 3.518
9 Doulu 928 996
JUMLAH 19855 20690
Sumber : Dinas Kependudukan Kabupaten Karo
Ditinjau dari sudut kelompok umur, penduduk kecamatan Berastagi tergolong
dalam penduduk muda karena terdapat penduduk usia 0-4 yang paling banyak yaitu
2407 untuk penduduk laki-laki dan 2507 untuk perempuan sedangkan penduduk umur
5-9 sebanyak 2319 untuk penduduk laki-laki dan 2294 untuk penduduk perempauan.
3.4.2 Pendidikan
Salah satu sumber daya pembangunan adalah manusia, untuk dapat membentuk SDM
yang handal diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan mempungai
peranan penting dalam mendukung proses perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat. Kualitas sumber daya manusia
sangat tergantung dari kualitas pendidikan yang pernah dikecapnya. Peningkatan
sumber daya manusia merupakan kebutuhan yang mendesak untuk menghadapi
tantangan era komunikasi dan informasi yang semakin canggih.
Upaya peningkatan kecerdasan dan kererampilan penduduk melalui proses pendidikan
sangat tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia yaitu gedung
sekolah dan kualitas tenaga pengajar atau guru. Kualitas dan kelengkapan sarana dan
prasarana pendidikan ia akan mempengaruhi keberhasilan siswa pada era kurikulum
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
[image:47.595.102.519.111.300.2] [image:47.595.100.525.123.607.2] [image:47.595.104.527.697.755.2]USU Repository © 2009
Tabel 3.4.3.1 Banyaknya SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2006
NO DESA SD SLTP SLTA
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1 Gurusinga 2 - - - -
-2 Raya 2 - 1 - 1
-3 Rumah Berastagi 2 - - 1 - 3
4 T.Lau Mulgap II - 1 - - -
-5 Gundaling II - 1 - 1 1
-6 Gundaling I 9 3 2 2 1 2
7 T. Lau Mulgap I - 1 - - -
-8 Sempajaya 2 1 - 1 - 1
9 Doulu 2 - - - -
-JUMLAH 19 7 3 5 3 6
Sumber : P dan K Kecamatan Berastagi
Tabel 3.4.3.2 Banyaknya Murid SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2006
NO DESA SD SLTP SLTA
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1 Gurusinga 217 - - - -
-2 Raya 355 - 731 - 348
-3 Rumah Berastagi 508 - - 170 - 645
4 T.Lau Mulgap II - 432 - - -
-5 Gundaling II - 806 - 99 963
-6 Gundaling I 1967 1141 1183 516 752 585
7 T. Lau Mulgap I - 348 - - -
-8 Sempajaya 420 122 - 58 - 126
9 Doulu 230 - - - -
-JUMLAH 3697 2849 1914 843 2063 1356
Sumber : Dinas P dan K kecamatan Berastagi
Tabel 3.4.3.3 Banyaknya Guru SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2006
NO DESA SD SLTP SLTA
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
-Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
2 Raya 25 - 54 - 53
-3 Rumah Berastagi 38 - - 21 - 63
4 T.Lau Mulgap II - 21 - - -
-5 Gundaling II - 29 - 17 106
-6 Gundaling I 79 26 137 32 83 45
7 T. Lau Mulgap I - 10 - - -
-8 Sempajaya 23 5 - 8 - 21
9 Doulu 15 - - - -
-JUMLAH 205 91 191 78 242 129
Sumber : P dan K kabupaten Berastagi
3.4.3 Kesehatan
Modal utama dalam pembangunan adalah manusia yang sehat baik rohani maupun
jasmani.Oleh karena itu pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional dan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh
pelayanan kesehatan secara mudah ,merata dan murah. Dengan adanya upaya tersebut
diharapkan agar tercapai derajat kesehatan yang baik.
Salah satu indicator yang dapat memberikan gambaran pembangunan kesehatan
adalah tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Di samping itu
perlu diperhatikan peningkatan pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan atau
tenaga medis yang tersedia
[image:48.595.104.527.84.207.2]Gambaran Kesehatan Kecamatan Berastagi diuraikan Sebagai Berikut :
Tabel 3.4.4.1 Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Desa Tahun 2006
NO Desa Rumah
Sakit
Puskes mas
Pusk Pemb
BPU BKIA Posya
ndu
JLH
1 Gurusinga - - 1 - 1 1 3
2 Raya - - 2 - 1 1 4
3 Rumah Berastagi 6 - 1 - 1 3 11
4 T.Lau Mulgap II 3 - 1 - - 3 7
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
6 Gundaling I 7 1 1 - 3 6 18
7 T.Lau Mulgap I 3 - 1 - 3 2 10
8 Sempajaya 7 - 1 - 3 3 14
9 Doulu 2 - 1 - 1 2 6
JUMLAH 31 1 10 - 13 28 81
[image:49.595.105.525.84.160.2]Sumber : Puskesmas Kecamatan Berastagi
Tabel 3.3.4.2 Banyaknya Tenaga Medis Menurut Desa Tahun 2006
NO Desa Dokter Bidan Perawat Dukun
Bayi
Lainya JLH
1 Gurusinga - 1 3 - 1 5
2 Raya - 4 3 - 1 8
3 Rumah Berastagi - 4 6 1 2 13
4 T.Lau Mulgap II - 3 20 - 1 24
5 Gundaling II - 2 10 1 2 15
6 Gundaling I - 4 20 1 2 27
7 T.Lau Mulgap I - 3 12 - 1 16
8 Sempajaya 1 5 8 - 2 16
9 Doulu 1 2 4 - - 7
JUMLAH 2 28 64 3 12 131
[image:49.595.102.509.224.407.2]Sumber : Puskesmas Kecamatan Berastagi
Tabel 3.4.3.3 Banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) Menurut Desa 2004
NO Desa Menggunakan
Alat Kontrasepsi Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi JUMLAH
1 Gurusinga 434 78 512
2 Raya 591 82 673
3 Rumah Berastagi 692 94 786
4 T.Lau Mulgap II 356 93 449
5 Gundaling II 712 92 804
6 Gundaling I 1012 89 1101
7 T.Lau Mulgap I 298 48 346
8 Sempajaya 914 58 972
9 Doulu 314 76 390
JUMLAH 5323 710 6033
Sumber : PPLKB Kecamatan Berastagi
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan keadaan alam dan topografi Kecamatan Berastagi dalam sector pertanian
merupakan potensi terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Pertanian
mencakup kegiatan bertani,beternak ikan,keramba maupun tambak, dan memelihara
ternak/unggas.Persentase terbesar merupakan bertani yang menggunahan lahan
sebesar 98 persen dengan produksi tanaman padi dan palawija, tanaman holtikultura
sebagai sumber mata pencarian utama penduduk yang utama.
Hasil-hasil pertanian di Kecamatan Berastagi tahun 2006 adalah buah-buahan
8350 ton, sayur-mayur 13670 ton, jagung 500 ton, padi kering sekitar 120 ton.
3.4.5 Keuangan
Realisasi pencapaian target Pajak Bumi dan Bangunan dari kecamatan Berastagi tahun
2006 mencapai 82 persen. Tingkat perkembangan desa menurut klasifikasi desa
terdapat 7 desa swasembada dan 2 desa swakarsa. Semua Desa yang ada di kecamatan
Berastagi sudah dapat dilalui oleh kendaraan beruda empat dan sudah diaspal.
3.4.5.1Besarnya Pokok Penetapan dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) Menurut Desa Tahun 2006
NO Desa Pokok
Penetapan
Realisasi Persentase
Realisasi
1 Gurusinga 40169431 37440578 93,21
2 Raya 31218281 19350008 61,98
3 Rumah Berastagi 38499862 15429006 40,08
4 T.Lau Mulgap II 15920799 16117120 101,23
5 Gundaling II 34190899 36604052 107,06
6 Gundaling I 127551202 129889730 101,83
7 T.Lau Mulgap I 17298128 19376588 112,3
8 Sempajaya 76466048 253338992 95,72
9 Doulu 28535355 24299010 85,15
Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.
USU Repository © 2009
[image:51.595.100.523.186.590.2]Sumber : Bendeharawan Kantor Camat Berastagi
Tabel 3.4.6.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kecamatan Berastagi
Menurut Desa Tahun 2006
N O
Pendapatan Asli Daerah ( PAD)
Anggaran Realisasi Selisih Anggaran
dan Realisasi
1 Pendapatan Pajak
Daerah
5.491.600.000 5.618.784.199 127.148.129
2 Pendapatan Retribusi Daerah
7.067.958.000 6.209.658.370 858.229.630
3 Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipsahkan
337.000.000 801.297.851 464.297.851
4 Lain-Lain PAD yang Lain
2.298.000.000 4.170.777.411 1.872.777.411
TOTAL 15.194,558.000 16.800.481.761 1.605.923.761 Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Tanah Karo
BAB 4