• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Diversifikasi Produk terhadap Keputusan Pembelian Sari Roti pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Diversifikasi Produk terhadap Keputusan Pembelian Sari Roti pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUISIONER PENELITIAN

No. Responden : … a. Umum

Responden yang terhormat,

Pertanyaan yang ada di kuisioner ini bertujuan untuk melengkapi data penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul :

“Pengaruh Diversifikasi Produk terhadap Keputusan Pembelian Sari Roti pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara”. Oleh karena itu, kepada responden saya sebagai penulis megharapkan :

1. Saudara dapat menjawab setiap pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Dan perlu diketahui bahwa jawaban dari kuisioner ini tidak berhubungan dengan benar atau salah.

2. Pilihlah jawaban dengan memeberi tanda check ( √ ) pada salah satu jawaban yang paling sesuai menurut Saudara. Penilaian dapat dilakukan berdasarkan skala berikut ini :

Jawaban Sangat Setuju (SS) : 5

Jawaban Setuju (S) : 4

(2)

b. Identitas Responden

Nama :

Stambuk :

Jenis Kelamin : a.Laki-laki b.Perempuan

1. Diversifikasi Produk (X)

No. Pertanyaan SS S KS TS STS

1. Sari roti menawarkan jenis produk yang beragam untuk dinikmati

2. Produk Sari Roti memiliki pilihan rasa yang beragam untuk dinikmati

3. Produk Sari Roti memiliki bentuk yang beragam

4. Disain dan warna kemasan produk Sari Roti beraneka ragam

(3)

6. Sari Roti menganekaragamkan produknya dengan menciptakan jenis produk yang baru yang berbeda dari sebelumnya.

2. Keputusan Pembelian (Y)

No. Pertanyaan SS S KS TS STS

1. Saya membeli produk Sari Roti karena ragam produk yang ditawarkan oleh Sari Roti mampu memenuhi kebutuhan saya.

2. Saya membeli produk Sari Roti setelah mengetahui informasi tentang ragam produk yang ditawarkan oleh Sari Roti.

3. Saya membeli produk Sari Roti setelah membandingkannya dengan produk roti lain.

(4)

Lampiran 2 DATA KUESIONER

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

(5)

Lampiran 3 OUTPUT UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.819 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 4.30 .651 30

P2 4.23 .626 30

P3 3.77 .774 30

P4 4.00 .643 30

P5 3.90 .712 30

P6 3.73 .640 30

P7 3.60 .770 30

P8 3.47 .776 30

(6)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 30.73 12.133 .675 .783

P2 30.80 12.303 .666 .785

P3 31.27 12.754 .410 .816

P4 31.03 13.068 .460 .807

P5 31.13 12.740 .467 .807

P6 31.30 13.183 .436 .810

P7 31.43 12.392 .486 .806

P8 31.57 11.978 .566 .795

P9 31.00 13.034 .567 .797

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

(7)

Lampiran 4 DATA KUISIONER PENELITIAN

(8)
(9)

Lampiran 5 OUTPUT ANALISIS DESKRIPTIF

Statistics

JENISKELAMIN STAMBUK

N Valid 81 81

Missing 0 0

JENISKELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid LAKI-LAKI 25 30.9 30.9 30.9

PEREMPUAN 56 69.1 69.1 100.0

Total 81 100.0 100.0

STAMBUK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2009 29 35.8 35.8 35.8

2010 36 44.4 44.4 80.2

2011 6 7.4 7.4 87.7

2012 10 12.3 12.3 100.0

Total 81 100.0 100.0

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

N Valid 81 81 81 81 81 81 81 81 81

Missi

(10)

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 7 8.6 8.6 8.6

4 48 59.3 59.3 67.9

5 26 32.1 32.1 100.0

Total 81 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 1 1.2 1.2 1.2

3 7 8.6 8.6 9.9

4 52 64.2 64.2 74.1

5 21 25.9 25.9 100.0

Total 81 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 5 6.2 6.2 6.2

3 19 23.5 23.5 29.6

4 45 55.6 55.6 85.2

5 12 14.8 14.8 100.0

(11)

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(12)

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 11 13.6 13.6 13.6

3 19 23.5 23.5 37.0

4 42 51.9 51.9 88.9

5 9 11.1 11.1 100.0

Total 81 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 14 17.3 17.3 17.3

3 25 30.9 30.9 48.1

4 36 44.4 44.4 92.6

5 6 7.4 7.4 100.0

Total 81 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 5 6.2 6.2 6.2

3 20 24.7 24.7 30.9

4 37 45.7 45.7 76.5

5 19 23.5 23.5 100.0

(13)

Lampiran 6

OUTPUT ANALISIS REGRESI LINEAR SEDERHANA Variables Entered/Removedb

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN

Model Summary

a. Predictors: (Constant), DIVERSIFIKASI PRODUK

Coefficientsa

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN

(14)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Alma, Buchari. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran jasa, edisi revisi, Alfa beta, Bandung.

Amir, M.Taufiq. 2005. Dinamika Pemasaran, Jelajahi dan Rasakan!, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Pemasaran, Dasar, Konsep, dan Strategi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, USUpress, Medan.

Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen: Implikasi pada Strategi Pemasaran, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Ginting, P dan S. Situmorang. 2008. Filsafat Ilmu dan Metodologi Riset. USUpress, Medan.

Gitosudarmo, Indriyo. 2001. Manajemen Pemasaran, edisi pertama, BPFE, Yogyakarta.

Ismanthono, Henricus. 2003. Kamus istilah ekonomi popular, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Klimchuck, Marianne Rosner and Sandra A. Krasovec. 2007. Desain Kemasan, Perencanaan Merek produk yang Berhasil Mulai dari Konsep sampai penjualan. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler dan Amstrong. 2001. Prinsip-prinsip pemasaran, edisi kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran, edisi keduabelas, PT.Indeks. Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Edisi ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Laksana Fajar, 2008. Manajemen Pemasaran Pendekatan Praktis, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Jakarta.

Lamb, Charles dan Mc. Daniel. 2001. Pemasaran Buku I, Salemba Pustaka, Jakarta.

Prodjo, S.R dan I. Gitosudarmo. 1996. Manajemen Produksi. Edisi keempat, BPFE, Yogyakarta.

(15)

Silalahi, Udin & Rayendra L. Toruan. 2007. Perusahaan saling mematikan dan bersenggol, Edisi pertama, Exel Media Komputindo, Jakarta.

Situmorang, Syafrizal Helmi, Iskandar Muda, Doli M. Jafar Dalimunthe, Fadli Fauzie Syarif. 2010. Analisis Data Penelitian (menggunakan program SPSS), USU Press, Medan

Situmorang, Syafrizal Helmi. 2012. Analisis Data untuk Riset Manajemen dan bisnis, USUPress, Medan.

Sudarsono, E. 2001. Kamus Ekonomi Uang dan Bank, Rineka Cipta, Jakarta. Suliyanto. 2006. Metode riset bisnis, Penerbit Andi,Yogyakarta.

Supramono & Haryanto. 2003. Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Supranto, J dan H. Limakrisna. 2011. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasran untuk memenangkan persaingan bisnis. Edisi 2. Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen Implikasi Pada Strategi Pemasaran. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy, 2008. Strategi Pemasaran, edisi ketiga, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Internet :

(18April

2013)

(20 April 2013)

Skripsi:

(16)

Siregar, Nurhajani Hanum, 2010.

Bakery dan Cakes (Studi kasus pada

Majestyc Bakery & Cake Shop di Medan, Skripsi UNIMED.

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Erlina (2011: 74) jenis penelitian adalah “suatu rencana induk yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi yang dibutuhkan untuk dapat menjawab pertanyaan–pertanyaan penelitian”. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah asosiatif.

Penelitian Asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Ginting & Situmorang, 2008: 57). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan hubungan antara diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian Sari Roti pada mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

(18)

3.3 Batasan operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan, maka penulis melakukan pembatasan terhadap penelitian ini dimana variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Independent Variable) (X) yaitu Diversifikasi produk Sari Roti

2. Variabel Terikat (Dependent variable) yaitu (Y) Keputusan Pembelian produk Sari Roti pada mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini, defenisi operasional variabel adalah sebagai berikut:

(19)

2. Variabel Terikat merupakan variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah keputusan pembelian. Keputusan pembelian adalah rangkaian proses yang dilalui konsumen dalam menentukan keputusan pembelian suatu produk (sampai konsumen benar-benar membeli produk tersebut).

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Variabel Defenisi Operasional

Variabel perusahaan melalui pengembangan/penamb ahan varian baru pada lini produk yang telah ada sebelumnya ataupun melalui penciptaan produk baru dengan lini produk yang berbeda.

1. Keragaman jenis

(20)

Pembelian (Y)

dilalui konsumen dalam menentukan keputusan pembelian suatu produk (sampai konsumen

Sumber: Tjiptono (2008: 132), Ismanthono (2003: 65), (Kotler dan Amstrong, 2001: 223) (diolah)

3.5 Skala pengukuran variabel

(21)

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No. Pertanyaan Skor

1. Sangat Setuju 5

2. Setuju 4

3. Kurang Setuju 3

4. Tidak Setuju 2

5. Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : Suliyanto (2006:83)

Responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia pada penelitian ini, kemudian masing-masing jawaban diberi skor tertentu (5,4,3,2,1). Skor jawaban dari responden dijumlahkan, dan jumlah ini merupakan total skor. Total skor inilah yang ditafsir sebagai posisi responden dalam skala Likert.

3.6 Populasi dan sampel penelitian

3.6.1 Populasi

(22)

3.6.2 Sampel

Sampel (Kuncoro, 2009: 118) adalah himpunan bagian (subset) dari unit populasi. Sampel dalam penelitian ini belum diketahui (unidentified sample). Penentuan banyaknya sampel yang akan diteliti diambil dengan menggunakan rumus Supramono (2003: 62) sebagai berikut:

=

(��

2)()()

�2

Dimana :

n = Jumlah sampel

Za = Nilai Standard normal yang jumlahnya tergantung α

p = Estimasi proporsi popuolasi q = 1-p

d = penyimpangan yang ditolerir.

Berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan peneliti terhadap Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dari 20 orang mahasiswa, 14 orang sudah pernah melakukan pembelian produk Sari Roti. Hal ini berarti estimasi proporsi populasi (p) dalam penelitian ini adalah sebesar 70% dan q adalah sebesar 30%. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:

n =

(��

2)()()

�2

� = (1.96

2)(0.7)(0.3)

0.12

(23)

Jadi Sampel dalam penelitian ini adalah 81 orang. Sampel pada penelitian diambil dengan menggunakan Accidental Sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, artinya siapa saja yang kebetulan ditemui peneliti dapat digunakan sebagai sampel apabila orang tersebut dipandang cocok sebagai sumber data (Ginting & Situmorang, 2008: 141). Adapun kriteria dalam pengambilan sampel ini adalah Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang sudah pernah melakukan pembelian produk Sari Roti.

3.7 Jenis data

Data adalah “sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan” (Kuncoro, 2009: 45). Menurut sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai variabel penelitian.

2. Data sekunder

(24)

3.8 Metode pengumpulan data

Metodologi pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis, adalah sebagai berikut :

1. Wawancara (interview), yaitu wawancara langsung dengan responden yang terpilih untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

2. Daftar pertanyaan (questionnaire), yaitu daftar pertanyaan yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk diisi oleh para responden.

3. Studi dokumentasi, yaitu dilakukan dengan mengumpulkan data dan mempelajari data-data yang diperoleh dari buku literatur, jurnal, skripsi (penelitian terdahulu), dan situs internet yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

(25)

yang menyangkut variabel bebas yaitu diversifikasi produk dan variabel terikat yaitu keputusan pembelian.

3.9.1 Uji Validitas

Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Hasil pengolahan dari uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut:

(26)

Ketentuan pengambilan keputusan pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika �ℎ����� positif dan �ℎ����� > ������ maka butir pernyataan itu adalah valid.

2) Jika �ℎ����� negatif dan �ℎ����� < ����� maka butir pernyataan itu tidak valid. 3) �ℎ����� dapat dilihat pada kolom Corrected Item Correlation.

Dari tabel 3.3 dapat diketahui bahwa:

a. Scale mean if item deleted menerangkan nilai rata-rata total jika variabel tersebut dihapus, misalnya jika pernyataan (item) 1 dihapus, maka nilai rata-rata variabel sebesar 30.73 dan jika pernyataan (item) 2 dihapus maka rata-rata-rata-rata totalnya bernilai 30.80 dan seterusnya.

b. Scale variance if item deleted menerangkan besarnya variance total jika variabel tersebut dihapuskan. Apabila variabel (butir) item 1 dihapus maka besarnya variance adalah sebesar 12.133 dan jika variabel (butir) item 2 dihapus maka besarnya variance adalah 12.303 dan seterusnya.

c. Corrected item total correlation menunjukkan korelasi antara skor item dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrument. Nilai pada kolom Corrected item total correlation merupakan nilai rhitung yang akan

dibandingkan dengan rtabel untuk mengetahui validitas pada setiap butir

(27)

Tabel 3.4 berikut dapat dilihat bahwa 9 butir pernyataan yang dibuat dalam kuesioner adalah valid karena rhitung > rtabel .

Tabel 3.4

Validitas Tiap Pernyataan Pernyataan Corerected Item-Total

Correlation (

r

hitung)

r

tabel Validitas

P 1 .675 0,361 Valid

P 2 .666 0,361 Valid

P 3 .410 0,361 Valid

P 4 .460 0,361 Valid

P 5 .467 0,361 Valid

P 6 .436 0,361 Valid

P 7 .486 0,361 Valid

P 8 .566 0,361 Valid

P 9 .567 0,361 Valid

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 16.0, 2013)

3.9.2 Uji reliabilitas

Reliabitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda. Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan realibilitasnya dengan kriteria berikut:

Jika ralpha > rtabel ,maka pertanyaan dinyatakan reliabel.

(28)

Hasil pengujian untuk uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.819 9

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 16.0, 2013)

Tabel 3.5 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,819. Menurut Ghozali dan Kuncoro dalam Situmorang, et.al (2010: 80), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan Cronbach Alpha > 0,60 atau nilai Cronbach Alpha > 0,80. Berdasarkan tabel Reliability Statistics diatas maka

seluruh butir dinyatakan reliabel karena 0.819 > 0,60 dan 0,819 > 0,80.

3.10 Teknik analisis

3.10.1 Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah kegiatan mengumpulkan dan mengelompokkan data mentah untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif (Kuncoro, 2009: 192). Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan dan mengelompokkan data yang diperoleh, kemudian dianalisis dan menginterpretasikan untuk memperoleh gambaran tentang strategi diversifikasi produk dan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian.

(29)

3.10.2 Analisis Regresi Linear Sederhana

Dalam penelitian ini model analisis yang digunalkan untuk menjawab hipotesis adalah regresi linear sederhana. Regresi linear sederhana akan mengukur pengaruh diversifikasi produk Sari Roti terhadap keputusan pembelian pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara. Metode regresi linier sederhana dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 16.0 Adapun model persamaan yang digunakan yaitu:

Y = a + bX + e Keterangan :

Y = Keputusan pembelian

a = konstanta dari persamaan regresi b = koefisien regresi dari variabel X X = Diversifikasi Produk

e = Standar error

Selanjutnya dalam pengujian atas hipotesis berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh ditentukan tingkat signifikan 5% atau 0,05 (α). Kemudian untuk melakukan pengujian signifikansi atas persamaan regresi yang diperoleh, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Uji t-test

(30)

Kriteria pengujiannya adalah:

H0 : b = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel

independen yaitu diversifikasi produk terhadap variabel dependen (Y) yaitu keputusan pembelian.

Ha : b ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel

independen yaitu diversifikasi produk terhadap variabel dependen (Y) yaitu keputusan pembelian.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

Hoditerima jika thitung < ttabel pada α = 5%

H0ditolak jika thitung > ttabel pada α = 5%

2. Koefisien Determinansi (R2)

Uji determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel bebas (diversifikasi produk) dalam menerangkan variasi variabel terikat (keputusan pembelian). Nilai koefisien determinansi adalah diantara nol dan satu. Jika Koefisien determinansi semakin besar (mendekati satu) menunjukkan semakin baik kemampuan X yaitu diversifikasi produk menerangkan Y yaitu keputusan pembelian, dimana 0 < R2 < 1.

(31)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk

Pada awalnya PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk berdiri sebagai suatu perusahaan patungan Indonesia-Jepang, yaitu antara PT Sari Indoroti dengan Nissho Iwai Corporation dan Shikishima Baking Co. Ltd. di mana penanaman modal ini telah mendapat Surat Persetujuan Presiden atas Penanaman Modal Asing nomor B-91/Pres/02/1995 tanggal 16 Februari 1995. Kemudian pada tanggal 8 Maret 1995 dengan akta nomor 11 didirikanlah perseroan terbatas dengan nama PT Nippon Indosari Corporation. Perusahaan ini berkantor di Jababeka Blok W, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat dan bergerak dalam bidang industri makanan, khususnya produk bakery.

(32)

Dengan sasaran utama wanita karir dan ibu rumah tangga, perubahan skala industri bakery diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu produk bakery yang dihasilkan. Dari industri tradisional yang terkadang kurang higienis, pengemasan yang kurang menarik, serta tidak adanya jaminan pangan halal, dan menggunakan teknologi tradisional, menjadi produk berteknologi tinggi dengan kemasan yang menarik dan terjamin kehalalan serta higienitas produknya.

Masyarakat Indonesia menyambut baik produk roti PT. Nippon Indosari Corporation. Penjualan dari bulan demi bulan terus bertumbuh, sehingga untuk memenuhi permintaan pelanggan, pada 2001 Perseroan meningkatkan kapasitas produksi menjadi dua kali lipat dengan menambah dua lini mesin. Sehingga mulai 2001 perseroan menjalankan 4 lini mesin, 2 lini untuk membuat roti tawar dan 2 lini untuk membuat roti manis. Untuk lebih meningkatkan pemasaran, mencapai konsumen pada tingkat menengah ke bawah dan meningkatkan nilai jual produk, maka dikembangkan pula beberapa variasi produk yang tetap mengacu pada mutu interasional, namun dengan tidak meninggalkan cita rasa lokal.

(33)

berkelanjutan, pada tahun 2002 perseroan ini telah menjadi pemimpin bidang industri makanan produk bakery.

Dengan semakin berkembangnya pasar dan permintaan dari konsumen yang cukup besar, maka sejak tanggal 15 Desember 2008 Perseroan membuka dan mengoperasikan pabrik baru di Kawasan Industri Jababeka Blok U, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Pabrik ketiga ini memiliki 2 lini mesin, satu lini digunakan untuk jenis roti tawar dan satu lini mesin untuk jenis roti manis. Selain itu, di tempat yang sama Perseroan membangun auditorium factory visit, yaitu auditorium yang digunakan untuk menerima kunjungan konsumen dari berbagai segmen dan golongan. Di sini konsumen dapat melihat secara langsung dari dekat proses produksi segala jenis roti yang dilakukan oleh Perseroan secara higienis dan halal. Hal ini merupakan cara pemasaran terbaru yang digunakan Perseroan untuk lebih mendekatkan Perseroan dengan konsumennya.

Pada 2010 di tempat produksi ketiga, Perseroan menambah kapasitas produksi dengan memasang 2 lini mesin lagi. Satu lini untuk membuat roti tawar dan satu lini untuk membuat roti manis. Pada tanggal 28 Juni 2010, Perseroan juga melakukan Penawaran Umum Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia.

(34)

Selatan) dan Makassar (Sulawesi Selatan), serta menambahkan masing-masing satu lini mesin pada tiga pabrik yang telah ada di Pasuruan, Semarang dan Medan.

4.1.2 Visi, Misi dan Kebijakan Mutu PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk bisa ada dan menjadi besar karena visi dan misi yang jelas, intuisi bisnis yang brilian, keuletan dan strategi marketing yang handal serta didukung dengan jalur distribusi yang luar biasa. Visi dan Misi perusahaan ini yaitu:

Visi PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk ialah : “Menjadi perusahaan roti terbesar di Indonesia dengan menghasilkan dan mendistribusikan produk-produk berkualitas tinggi dengan harga terjangkau bagi rakyat Indonesia”.

Misi PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk ialah: “Membantu meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dengan memproduksi dan mendistribusikan makanan yang bermutu tinggi, sehat, halal dan aman bagi pelanggan”.

Dalam menjalankan visi dan misi, Perseroan telah menentukan Jaminan Mutu sebagai berikut:

1. Senantiasa menghasilkan produk yang bermutu tinggi, sehat, halal dan aman untuk dikonsumsi melalui penerapan GMP (Good Manufacturing Practice), SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure), HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point), dan SJH (Sistem Jaminan Halal) sehingga dapat

(35)

2. Menggalang partisipasi aktif dan positif seluruh karyawan dalam rangka memelihara, mengembangkan dan meningkatkan mutu kerja secara berkelanjutan.

4.1.3 Ragam Produk PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk

PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk memproduksi produk - produk roti dengan rasa, bentuk dan kemasan yang beragam dan menarik. Tabel 4.1 berikut merupakan daftar produk-produk yang dihasilkan oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk yang terbagi kedalam 3 lini produk utama, yaitu: White bread, Sweet bread, dan cake.

Tabel 4.1

Ragam Produk PT Nippon Indosari Corpindo Tbk

1. White Bread

(36)

Roti Sobek isi

4.1.4 Penghargaan PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk

Sebagai produsen roti terbesar di Indonesia, dengan kiprahnya yang sudah berjalan selama 17 tahun, PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk telah mendapatkan banyak penghargaan untuk brand Sari Roti, antara lain:

1. Best of the Best oleh Forbes Indonesia Tahun 2012

2. Investor Award “Best Listed Company 2012” untuk kategori Emiten Terbaik Sektor Makanan dan Minuman dari Majalah Investor

3. ICSA 2012 dari Frontier Consulting Group dan Majalah SWA

4. Top Brand 2012 dari Frontier Consulting Group dan Majalah Marketing

(37)

6. Top Brand 2011 dari Frontier Consulting Group dan Majalah Marketing

7. Top Brand For Kids 2011 dari Frontier Consulting Group dan Majalah Marketing

8. Rekor Bisnis (ReBi) pada tahun 2011 sebagai Perseroaan dengan kapasitas produksi roti terbesar di Indonesia.

9. Best Under A Billion 2011 dari Majalah Forbes Asia

10.Top Brand 2010 dari Frontier Consulting Group dan Majalah Marketing. 11.Indonesia Original Brands 2010 dari majalah SWA

12.Marketing Award 2010 untuk ‘The Best Innovation in Marketing’ dari

Frontier Consulting Group

13.Sertifikat Sistem HACCP sebagai perusahaan industri makanan oleh M-Brio tahun 2010

14.Top Brand 2009 dari Frontier Consulting Group dan Majalah Marketing

15.Top Brand For Kids 2009 dari Frontier Consulting Group dan Majalah Marketing

4.1.5 Proses Produksi Sari Roti a. Tahap Persiapan

(38)

Bahan baku yang terpilih harus memenuhi syarat dapat memberikan hasil berupa roti yang berkualitas, baik dari segi penampakan, tekstur, aroma, hingga rasa. Selain itu, bahan baku yang digunakan harus memenuhi persyaratan halal agar dapat menjamin status kehalalan roti yang dihasilkan.

Bahan baku yang dikirim oleh pemasok diperiksa terlebih dahulu melalui proses yang cukup ketat, dengan tujuan agar pemasok yang telah terpilih dapat menjaga konsistensi kualitas dari bahan baku yang diterima. Bahan baku yang diterima selanjutnya disimpan di gudang bahan baku sesuai dengan persyaratan standar penyimpanan masing-masing bahan.

Pada saat proses pembuatan roti akan dimulai, bahan baku ditimbang sesuai dengan standar formulasi yang telah ditetapkan. Operator yang bertugas harus memastikan bahwa masing-masing bahan baku yang digunakan telah ditimbang dengan benar agar dapat menjaga konsistensi kualitas roti yang dihasilkan.

b. Proses Pembuatan Roti

Dalam proses pembuatan roti, dikenal beberapa metode proses pembuatannya. Mulai dari proses yang hanya memerlukan satu kali pencampuran seperti straight dough mixing dan no time dough mixing, hingga proses pembuatan roti yang memerlukan dua kali proses pencampuran seperti sponge and dough mixing. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan.

Dalam proses pembuatan roti, Sari Roti menggunakan metode sponge and dough mixing. Metode ini memiliki kekurangan berupa proses yang diperlukan

(39)

memberikan roti dengan kualitas terbaik, baik dari segi tekstur, kelembutan, aroma, dan rasa dari roti yang dihasilkan.

Pada proses pencampuran pertama atau sponge mixing, sebagian bahan baku dicampurkan terlebih dahulu untuk menghasilkan adonan biang. Bahan baku yang telah tercampur selanjutnya disimpan pada tempat khusus untuk kemudian disimpan pada ruang fermentasi. Pada proses fermentasi ini, ragi yang ada pada adonan akan bekerja memecah karbohidrat yang terdapat pada tepung terigu dan beberapa bahan lainnya menjadi alkohol dan beberapa jenis asam. Alkohol dan asam tersebut yang akan berperan besar terhadap aroma dan rasa khas dari adonan roti yang dihasilkan.

Pada proses fermentasi ini juga dihasilkan gas CO2 yang kemudian

terperangkap di dalam adonan sehingga volume adonan akan mengembang beberapa kali lipat dari volume adonan awal. Proses fermentasi ini berlangsung antara 3 hingga 4 jam pada ruangan khusus yang dijaga suhu dan kelembabannya agar proses fermentasi dapat berlangsung secara sempurna.

Setelah proses fermentasi selesai, adonan akan kembali dimasukkan ke dalam mixer untuk dilakukan proses pencampuran bahan kedua atau dikenal sebagai dough mixing. Pada proses ini adonan akan ditambahkan beberapa bahan baku lainnya seperti gula, garam, susu, dan beberapa bahan lainnya yang bertujuan untuk memberikan rasa yang khas pada masing-masing adonan roti yang dihasilkan.

(40)

hal ini merupakan indikator utama bahwa adonan roti telah cukup baik dan dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya.

Adonan selanjutnya diistirahatkan selama beberapa menit untuk menstabilkan suhu adonan dan untuk menjaga kualitas adonan. Selanjutnya adonan roti dipotong sesuai dengan standar berat yang telah ditetapkan untuk setiap produk menggunakan mesin pemotong khusus (divider) dan kemudian dibulatkan secara otomatis menggunakan rounder. Adonan yang telah dipotong dan dibulatkan tersebut selanjutnya akan masuk ke dalam intermediate proofer. Proses ini bertujuan agar adonan lebih relaks sehingga adonan menjadi lebih lembut dan mudah untuk dibentuk pada proses selanjutnya.

Untuk menghasilkan adonan roti dengan ukuran pori yang seragam, adonan dipipihkan terlebih dahulu. Pada proses ini gas yang terdapat pada kantung udara akan dikeluarkan sehingga adonan akan memiliki pori-pori yang halus dan seragam. Adonan selanjutnya dibentuk sesuai dengan bentuk yang dikehendaki. Bentuk dapat berupa bentuk bulat, oval, bentuk seperti tabung, atau bentuk-bentuk lainnya. Khusus untuk roti manis, sebelum dibentuk biasanya adonan akan diisi terlebih dahulu dengan isian roti.

Setelah dibentuk, adonan selanjutnya disusun pada loyang khusus. Loyang yang sudah penuh dengan adonan selanjutnya disimpan pada rak khusus dan dimasukkan ke dalam ruang fermentasi akhir. Proses fermentasi akhir (final proofing) ini memiliki prinsip yang sama dengan proses fermentasi pertama,

(41)

dan diperoleh volume adonan yang sesuai dengan standar yang diharapkan, adonan selanjutnya dikeluarkan dan siap untuk dipanggang.

Proses pemanggangan adonan (baking) dilakukan pada tunnel oven yang memiliki panjang sekitar 12 meter selama 10 hingga 30 menit, tergantung dari jenis roti yang akan dibuat, dengan suhu pemanggangan yang dijaga ketat agar roti dapat matang dengan sempurna. Selama proses ini, adonan akan dimatangkan baik di bagian dalam maupun bagian luar. Pada proses ini akan diperoleh warna roti yang diharapkan. Demikian pula dengan aroma khas roti akan muncul pada saat proses pemanggangan berlangsung.

Roti yang telah matang selanjutnya akan dikeluarkan dari loyang (depanning) dan dilakukan proses pendinginan (cooling) pada cooling tower terlebih dahulu sebelum roti siap untuk dikemas. Proses pendinginan ini bertujuan agar uap air yang terdapat pada roti dapat keluar terlebih dahulu secara optimal. Apabila roti dikemas dalam kondisi yang masih panas akan lebih berpotensi menyebabkan roti mudah berjamur.

(42)

Pada kemasan Sari Roti selalu tercantum kode produksi dan dilengkapi dengan tanggal baik sebelum, yang menyatakan roti baik untuk dikonsumsi sebelum tanggal yang tertera pada kemasan. Khusus untuk roti tawar Sari Roti, tanggal baik sebelum tertera pada kwiklok atau penjepit kemasan roti. Roti yang telah dikemas selanjutnya akan dilewatkan terlebih dahulu pada metal detector. Hal ini bertujuan agar roti yang akan dijual kepada konsumen bebas dari kontaminasi fisik dan tidak membahayakan konsumen.

Proses metal detecting ini juga merupakan salah satu bagian implementasi sistem HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) pada proses pembuatan Sari Roti. Roti yang telah lolos dari metal detector selanjutnya akan disusun pada krat khusus, diserahkan kepada gudang Finished Goods dan siap untuk didistribusikan.

c. Distribusi

Proses pendistribusian produk Sari Roti berlangsung selama 24 jam. Dan untuk menjamin bahwa produk yang sampai kepada konsumen adalah produk yang fresh, Sari Roti dibuat setiap hari, sehingga setelah Sari Roti selesai diproduksi, Sari Roti akan segera dikirimkan kepada konsumen, baik melalui jalur traditional market maupun modern market.

(43)

4.2 Metode Analisis Deskriptif

Metode deskriptif responden merupakan suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan pertama disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti. Data utama dalam penelitian ini adalah primer berupa kuesioner yang berisikan tentang karakteristik responden, psikografik responden dan pernyataan-pernyataan yang dibuat untuk mendapatkan informasi yang relevan dan dibutuhkan untuk menganalisis masalah penelitian yang telah diisi oleh responden penelitian.

4.2.1 Analisis Deskriptif Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang pernah membeli produk Sari Roti. Kuesioner sebagai data primer dalam penelitian ini telah disebarkan kepada sampel yang telah ditentukan. Tabel-tabel dalam penjelasan berikut menjelaskan karakteristik responden yang berjumlah 81 orang.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2

Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden (orang) Presentse

Laki-laki 25 30,9%

Perempuan 56 69,1%

Total 81 100%

Sumber : Data primer, diolah (2013)

(44)

orang atau 30,9%. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa berjenis kelamin perempuan adalah responden yang paling banyak dalam penelitian ini.

Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa perempuan lebih menyukai ragam produk Sari Roti dibandingkan mahasiswa laki-laki, karena perempuan lebih memilih makan atau ngemil dalam mengisi waktu istirahat atau saat berkumpul bersama teman. Disamping itu, perempuan lebih menyukai makanan dengan rasa manis seperti yang ditawarkan dalam ragam produk Sari Roti.

b.Karakteristik Responden Berdasarkan Stambuk Tabel 4.3

Karakteristik Berdasarkan Stambuk

Stambuk Jumlah Responden (orang) Presentse

2009 29 35,8%

2010 36 44,4%

2011 6 7,4%

2012 10 12,4%

Total 81 100%

Sumber : Data primer, diolah (2013)

(45)

ditemui peneliti dan kebetulan sudah pernah melakukan pembelian produk Sari Roti.

4.2.2 Analasis Deskriptif Variabel

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diukur dalam Skala Likert untuk menyatakan pengaruh diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian Sari Roti. Jumlah seluruh pernyataan adalah 9 butir yang terdiri dari 6 pernyataan untuk variabel diversifikasi produk (X), serta 3 pernyataan untuk variabel keputusan pembelian (Y). Berikut adalah table-tabel yang dapat menjelaskan secara deskriptif persentase hasil penelitian setiap variabel.

a. Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Diversifikasi Produk (X)

Tabel 4.4

Distribusi penilaian responden terhadap variabel X

Item STS TS KS S SS Total

Sumber : Data primer, diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa:

(46)

tidak ada responden (0%) menjawab tidak setuju, 7 responden (8,6%) menjawab kurang setuju, 48 responden (59,3%) menjawab setuju dan 26 responden (32,1%) menjawab sangat setuju. Mayoritas responden menyatakan setuju, yaitu sebanyak 48 orang dengan nilai persentase sebesar 59,3%. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis produk Sari Roti beragam untuk dinikmati.

b. Frekuensi jawaban responden sampel terhadap pernyataan (item) 2 mengenai produk Sari Roti memiliki pilihan rasa yang beragam untuk dinikmati diketahui tidak ada responden (0%) menjawab sangat tidak setuju, 1 responden (1,2%) menjawab tidak setuju, 7 responden (8,6%) menjawab kurang setuju, 52 responden (64,2%) menjawab setuju dan 21 responden (25,9%) menjawab sangat setuju. Mayoritas responden menyatakan setuju, yaitu sebanyak 52 orang dengan nilai persentase sebesar 64,2%. Hal ini mengindikasikan bahwa pilihan rasa Sari Roti beragam untuk dinikmati.

(47)

d. Frekuensi jawaban responden sampel terhadap pernyataan (item) 4 mengenai disain dan warna kemasan produk Sari Roti beraneka ragam diketahui bahwa 1 responden (1,2 %) menjawab sangat tidak setuju, 3 responden (3,7%) menjawab tidak setuju, 26 responden (32,1%) menjawab kurang setuju, 43 responden (53,1%) menjawab setuju dan 8 responden (9,9%) menjawab sangat setuju. Mayoritas responden menyatakan setuju, yaitu sebanyak 43 orang dengan nilai persentase sebesar 53,1%. Hal ini mengindikasikan bahwa Sari Roti memiliki disain dan warna kemasan produk Sari Roti beraneka ragam. e. Frekuensi jawaban responden sampel terhadap pernyataan (item) 5 mengenai

Sari Roti menganekaragamkan produknya dengan mengembangkan atau menambah varian rasa, bentuk atau kemasan baru diketahui bahwa tidak ada responden (0%) yang menjawab sangat tidak setuju, 3 responden (3,7%) menjawab tidak setuju, 15 responden (18,5%) menjawab kurang setuju, 53 responden (65,4%) menjawab setuju dan 10 responden (12,3%) menjawab sangat setuju. Mayoritas responden menyatakan setuju, yaitu sebanyak 53 orang dengan nilai persentase sebesar 65,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa Sari Roti menganekaragamkan produknya dengan mengembangkan atau menambah varian rasa, bentuk atau kemasan yang baru.

(48)

menjawab setuju dan 7 responden (8,6%) menjawab sangat setuju. Mayoritas responden menyatakan setuju, yaitu sebanyak 36 orang dengan nilai persentase sebesar 44,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa Sari Roti menganekaragamkan produknya dengan menciptakan jenis produk yang baru yang berbeda dari sebelumnya.

b. Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Tabel 4.5

Distribusi penilaian responden terhadap variabel Y

Item STS TS KS S SS Total

Sumber : Data primer, diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa:

(49)

b. Frekuensi jawaban responden sampel terhadap pernyataan (item) 2 yaitu responden membeli produk Sari Roti setelah mengetahui informasi tentang ragam produk yang ditawarkan oleh Sari Roti diketahui bahwa tidak ada responden (0%) yang menjawab sangat tidak setuju, 14 responden (17,3%) menjawab tidak setuju, 25 responden (30,9%) menjawab kurang setuju, 36 responden (44,4%) menjawab setuju dan 6 responden (7,4%) menjawab sangat setuju. Mayoritas responden menyatakan setuju, yaitu sebanyak 36 orang dengan nilai persentase sebesar 44,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa Konsumen membeli produk Sari Roti setelah mengetahui terlebih dahulu informasi tentang ragam produk yang ditawarkan oleh Sari Roti.

c. Frekuensi jawaban responden sampel terhadap pernyataan (item) 3 yaitu responden membeli produk Sari Roti setelah membandingkannya dengan produk roti lain diketahui bahwa tidak ada responden (0%) yang menjawab sangat tidak setuju, 5 responden (5,2%) menjawab tidak setuju, 20 responden (24,7%) menjawab kurang setuju, 37 responden (45,7%) menjawab setuju dan 19 responden (23,5%) menjawab sangat setuju. Mayoritas responden menyatakan setuju, yaitu sebanyak 37 orang dengan nilai persentase sebesar 45,7%. Hal ini mengindikasikan bahwa Konsumen membeli produk Sari Roti setelah membandingkannya dengan produk roti lain sebelumnya.

4.2.3 Analisis Regresi Linear Sederhana

(50)

Universitas Sumatera Utara. Hasil perhitungan regresi linear sederhana yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Analisis Regresi linear Sederhana Coefficientsa

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 16.0, 2013)

Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditunjukkan pada Tabel 4.10 maka diperoleh persamaan hasil regresi sederhana sebagai berikut:

Y = 3,392 + 0,322X

Berdasarkan persamaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Konstanta (a) = 3,392 menunjukkan nilai konstan. Apabila nilai variabel bebas = 0, maka keputusan pembelian (Y) akan tetap sebesar 3,392.

(51)

4.3 Uji Hipotesis

4.3.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara parsial pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas, yaitu variabel diversifikasi produk. Kriteria Pengujiannya:

Ho : b1 = 0 artinya variabel bebas, yaitu diversifikasi produk secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat, yaitu keputusan pembelian.

Ha : b1 ≠ 0 artinya variabel bebas, yaitu Diversifikasi produk secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat, yaitu keputusan pembelian.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah: Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%

Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5%

Apabila keputusan yang diambil adalah menerima Ho berarti variasi model regresi tersebut tidak dapat menerangkan variasi variabel terikatnya. Sebaliknya, jika keputusan yang diambil adalah menolak Ho berarti variasi model regresi tersebut dapat menerangkan variasi variabel terikatnya.

Nilai t hitung akan diperoeh dengan menggunakan software SPSS 16,0 for Windows, kemudian akan dibandingkan dengan nilai t tabel pada tingkat α = 5%

(52)

Tabel 4.7

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 16.0, 2013)

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai t hitung variabel diversifikasi produk adalah 4,139 sedangkan ttabel pada tingkat signifikansi (α) 5%

dan df = 79 adalah sebesar 1.9905. Jadi t hitung > t tabel (4,139 > 1.9905), Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel bebas, yaitu diversifikasi produk secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat, yaitu keputusan pembelian Sari Roti pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4.3.2 Koefisien Determinansi (��)

(53)

(mendekati 0) menunjukkan kemampuan X yaitu diversifikasi produk menerangkan Y yaitu keputusan pembelian semakin tidak baik.

Sumber : Hasil

pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 16.0, 2013)

Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 4.8 diketahui nilai R sebesar 0,422. Hal ini berarti hubungan (relation) antara diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian sebesar 42,2% atau cukup erat. Hal ini menunjukkan bahwa diversifikasi produk (X) mampu mencerminkan proporsi variabel terikat keputusan pembelian (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (diversifikasi produk) mendekati angka satu dan menjauhi angka nol sehingga model regresi linear sederhana ini layak digunakan untuk memprediksi atau meramalkan pengaruh diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian.

Penjelasan lain yang dapat diperoleh yaitu nilai R Square (R2) sebesar 0,178 yang menjelaskan bahwa diversifikasi produk sebagai variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat yaitu keputusan pembelian sebesar 17,8 % dan sisanya sebesar 82,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Angka Standart Error of Estimate (SEE) akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel. Angka 1.951 dapat dikatakan kecil, sehingga dapat dikatakan model adalah baik untuk memprediksi variabel bebas dalam penelitian ini.

Tabel 4.8

(54)

4.4 Pembahasan

Berdasarkan uji t diperoleh koefisien variabel diversifikasi produk sebesar 0,322 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (kurang dari 0,05), dengan demikian dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa diversifikasi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini berarti bahwa apabila tingkat diversifikasi produk semakin tinggi, maka keputusan pembelian juga akan semakin tinggi. Apabila diversifikasi produk Sari Roti ditingkatkan sebesar satu satuan maka keputusan pembelian produk Sari Roti akan meningkat sebesar 0,322.

(55)

dengan pernyataan bahwa responden membeli produk Sari Roti karena ragam produk yang ditawarkan oleh Sari Roti mampu memenuhi kebutuhannya.

Hasil tersebut menggambarkan bahwa diversifikasi produk yang dijelaskan oleh adanya jenis produk yang beragam yang ditawarkan oleh Sari Roti dapat mempengaruhi keputusan yang dilakukan oleh konsumen untuk membeli produk Sari Roti, karena produk Sari Roti yang beragam dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini sesuai dengan teori menurut Supranto dan Limakrisna (2011: 184) yang menyatakan bahwa “Produk yang beragam mampu memenuhi kebutuhan konsumen karena konsumen memilki selera yang berbeda-beda dan selera tersebut dapat berubah menurut waktu.”

Berdasarkan data dari jawaban responden terhadap variabel diversifikasi produk untuk pernyataan ke-2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 52 orang (64,2%) menyatakan setuju bahwa pilihan rasa Sari Roti beragam untuk dinikmati, sementara hanya 7 orang (64,2%) responden menjawab kurang setuju. Kemudian untuk pertanyaan ke-3 dapat ditemukan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 45 orang (55,6%) menyatakan setuju bahwa Sari Roti terdiri dari beragam bentuk, sementara 19 orang (23,5%) menjawab kurang setuju.

(56)

mengubah berbagai varian bentuk, rasa, dan ukuran”. Venches juga menambahakn bahwa rasa merupakan nilai yang terkandung dalam produk yang dapat dinikmati oleh konsumen dan memberikan ciri tersendiri dari suatu produk , sedangkan bentuk berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli suatu barang.

Berdasarkan data dari jawaban responden terhadap variabel diversifikasi produk untuk pernyataan ke-4 dapat ditemukan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 43 orang (53,1%) menyatakan setuju bahwa Sari Roti memiliki disain dan warna kemasan produk Sari Roti beraneka ragam. Hal ini megindikasikan bahwa PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk mendiversifikasikan produknya dengan menciptakan disain dan warna kemasan yang beraneka ragam dalam setiap jenis produknya.

Hal tersebut sesuai dengan teori dalam Klimchuk dan Krasovec (2007: 49) yang menyatakan bahwa “Salah satu tujuan dari desain dan kemasan adalah untuk memperkuat perbedaan antara ragam produk dan lini produk.” Klimchuck dan Krasovec (2007: 36), juga menyatakan bahwa “Penampilan fisik desain dan kemasan produk sering menjadi alasan utama terjualnya sebuah produk, karena desain dan kemasan produk dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli produk.”

(57)

menganekaragamkan produknya dengan mengembangkan atau menambah varian rasa, bentuk atau kemasan yang baru, 10 orang (12,3%) menjawab sangat setuju, sementara 15 responden (18,5%) menjawab kurang setuju dan 3 orang (3,7%) menjawab tidak setuju.

Untuk pertanyaan ke-6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 36 orang (44,4%) menyatakan setuju bahwa Sari Roti menganekaragamkan produknya dengan menciptakan jenis produk yang baru yang berbeda dari sebelumnya, 7 orang (8,6%) menjawab sangat setuju, sementara 32 orang (39,5%) menjawab kurang setuju dan 6 orang (7,4%) menjawab tidak setuju.

Kedua hal tersebut mengindikasikan bahwa mayoritas responden setuju bahwa PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk telah melakukan strategi diversifikasi pada produk yang dihasilkannya dengan baik melalui mengembangkan atau menambah varian rasa, bentuk atau kemasan yang baru serta dengan menciptakan jenis produk yang baru yang berbeda dari sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pengertian diversifikasi produk yang diutarakan oleh Ismanthono (2003: 65) yakni “Diversifikasi produk merupakan upaya perusahaan untuk meningkatkan penjualan melalui penganekaragaman produk, baik melalui pengembangan produk baru atau pengembangan produk yang sudah ada.”

(58)

konsumen. Sementara, Suryani (2008: 305) mengatakan bahwa “Produk baru yang dibuat perusahaan perlu dikenalkan kepasar agar produk tersebut diterima dan dipakai secara meluas.”

Kemudian, berdasarkan data dari jawaban responden terhadap variabel keputusan pembelian, untuk pernyataan ke-2, mayoritas responden yaitu sebanyak 36 orang (44,4%) menyatakan setuju bahwa konsumen membeli produk Sari Roti setelah mengetahui terlebih dahulu informasi tentang ragam produk yang ditawarkan oleh Sari Roti, 6 responden (7,4%) menjawab sangat setuju, sementara itu 25 responden (30,9%) menjawab kurang setuju, dan 14 responden (17,3%) menjawab tidak setuju. Meskipun mayoritas responden menyatakan setuju bahwa mereka telah mengetahui terlebih dahulu informasi tentang ragam produk yang ditawarkan oleh Sari Roti, namun total persentasi untuk responden yang tidak setuju dan yang kurang setuju juga cukup besar yaitu 48,2%.

Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak responden yang belum memiliki informasi/pengetahuan tentang keragaman produk yang menjelaskan diversifikasi produk yang ada dan telah dilakukan oleh Sari Roti. Hasil tersebut menjadi suatu pertimbangan kepada perusahaan agar semakin baik dalam merancang strategi komunikasi dalam rangka memberikan informasi kepada pasar mengenai keragaman produk Sari Roti. Suryani (2008: 187) mengatakan bahwa informasi yang diterima konsumen melalui komunikasi memainkan peran penting untuk membentuk persepsi konsumen dalam pengambilan keputusan konsumen.

(59)

(45,7%) responden menyatakan bahwa mereka membeli produk Sari Roti setelah membandingkannya dengan produk roti lain sebelumnya. Sementara itu 5 orang (5,2%) menjawab tidak setuju, 20 orang (24,7%) menjawab kurang setuju, dan 19 orang (23,5%) menjawab sangat setuju. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen membeli produk Sari Roti setelah membandingkannya dengan produk roti lain, dan dalam proses tersebut konsumen memiliki pengalaman yang baik dengan produk Sari Roti. Pengalaman tersebut dapat diperoleh ketika konsumen sebelumnya telah memperoleh informasi tentang ragam produk Sari Roti, mencicipi produk Sari Roti ataupun ataupun merasakan adanya kemudahan dalam memperoleh produk tersebut.

(60)

menjadi salah satu faktor unggulan yang dimiliki perusahaan dalam merebut hati konsumen agar membeli produk Sari Roti tersebut.

Kemudian pada variabel keputusan pembelian faktor yang paling banyak mempengaruhi konsumen memutuskan untuk membeli adalah pemilihan alternatif. Adapun jumlah responden yang menjawab sangat setuju adalah sebesar 23,5%. Hal ini mengindikasikan bahwa kebanyakan konsumen telah membandingkan terlebih dahulu produk Sari Roti dengan berbagai produk roti lainnya sebelum mereka memutuskan untuk membeli. Tentunya, informasi dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber akan menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk mengambil keputusan (Suryani, 2008: 18). Nilai lebih berupa banyaknya pilihan produk yang ditawarkan pada produk Sari Roti dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membeli produk Sari Roti. Berdasarkan penelitian terdahulu, Rona Apriani (2012) dengan judul “Pengaruh Diversifikasi Produk terhadap Keputusan Pembelian Mie Instant Supermie: Survei pada Konsumen Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung” menyatakan bahwa diversifikasi produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Nilai R Square sebesar 0,693 dimana diversifikasi produk sebagai variabel bebas mampu menjelaskan keputusan pembelian sebagai variabel terikat sebesar 69,3% dan sisanya 30,7% dijelaskan oleh faktor lain.

(61)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Nilai R square yang diperoleh adalah sebesar 0,487 (4,78%), dan variabel yang paling mempengaruhi adalah Harga dilanjutkan dengan Merek dan Diversifikasi Produk. Dalam penelitian ini, perhitungan koefisien determinasi (�2) dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas diversifikasi produk (X) terhadap variabel terikat (Y) adalah hubungan yang cukup erat positif dengan nilai r = 0,422. Nilai R Square = 0,178, berarti 17,8% keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel bebas yaitu diversifikasi produk, sedangkan sisanya 82,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Diversifikasi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk Sari Roti pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Diversifikasi produk memilki kemampuan untuk menjelaskan variasi dari keputusan pembelian produk Sari Roti pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sebesar 17,8% sedangkan sisanya sebesar 82,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Berdasarkan evaluasi dan analisis dari hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan diatas, maka peneliti memberikan saran kepada pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:

(63)

Roti pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Ditambah lagi, berdasarkan pembahasan dari jawaban responden juga diperoleh informasi bahwa keragaman produk Sari Roti merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membeli produk Sari Roti.

2. Dalam pelaksanaan strategi diversifikasi produk, perusahaan sebaiknya melakukan survey kepada konsumen untuk mengetahui pembaharuan yang dapat dilakukan pada produk Sari Roti. Diversifikasi yang dapat dilakukan misalnya penciptaan varian rasa yang lebih sesuai dengan lidah orang indonesia, penciptaan kemasan dan bentuk yang lebih menarik, dan penambahan produk baru yang lebih menarik dan berbeda dari sebelumnya. 3. Dalam pelaksanaan strategi diversifikasi produk, adalah lebih baik jika

didukung dengan kegiatan promosi, terlebih promosi terhadap produk baru yang dihasilkan oleh perusahaan seperti Sari Cake. Dengan demikian konsumen akan mengetahui keberadaan ragam produk baru yang dihasilkan oleh Indosari, dan kemudian tertarik untuk melakukan pembelian produk Sari Roti.

(64)

5. Kepada peneliti selanjutnya, sebaiknya meneliti strategi lain misalnya strategi merek, strategi harga, strategi saluran distribusi ataupun strategi produk lain yang mungkin dapat memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap keputusan pembelian konsumen terhadap produk Sari Roti.

(65)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Masih banyak diantara kita yang mendefenisikan pemasaran secara sempit. Umumnya mereka berpendapat bahwa kegiatan pemasaran hanya merupakan kegiatan penjualan dan pengiklanan suatu produk. Namun, istilah pemasaran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan marketing ini memiliki pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar menawarkan ataupun menjual barang.

Dalam pemasaran tercakup berbagai kegiatan yang kompleks yang meliputi perumusan jenis produk yang diinginkan oleh konsumen, perhitungan berapa banyak kebutuhan akan produk itu, penentuan cara menyalurkan produk tersebut kepada konsumen, seberapa tinggi harga yang seharusnya ditetapkan terhadap produk tersebut yang cocok dengan kondisi konsumennya, bagaimana cara promosi untuk mengkomunikasikan produk tersebut kepada konsumen, bagaimana mengatasi kondisi persaingan yang dihadapi oleh perusahaan dan sebagainya. Untuk memperjelas pengertian pemasaran, penulis mengutip beberapa defenisi pemasaran menurut pendapat para ahli.

(66)

promosi dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi”. Berdasarkan kedua defenisi tersebut, dapat dilihat bahwa konsep inti pemasaran adalah pemenuhan dan pemuasan kebutuhan dan keinginan individu dan kelompok melalui suatu proses penciptaan, penawaran dan pertukaran satu produk dengan yang lain.

2.1.2 Pengertian Bauran Pemasaran

Dalam proses pemasaran, perusahaan berusaha mempengaruhi konsumen sehingga konsumen sebagai target pasar yang hendak dituju menjadi tahu, senang dan mau membeli produk yang ditawarkan dan pada akhirnya tercipta pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam usaha mempengaruhi konsumen ini, diperlukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap bauran pemasaran (marketing mix) nya.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001: 71), “bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang terdiri dari

(67)

Bauran pemasaran (marketing mix) dikenal dengan istilah Empat P, terdiri dari: produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Variabel bauran pemasaran menurut Indriyo Gitosudarmo (2008: 182) adalah sbb: 1. Produk (Product)

Produk adalah barang atau jasa yang bisa ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Pembeli akan membeli kalau merasa cocok, karena itu produk harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli agar pemasaran produk berhasil.

2. Harga (Price)

Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan penjualan. Perusahaan perlu memikirkan tentang penetapan harga jual produknya secara tepat karena harga yang tepat akan menarik para pembeli untuk membeli barang tersebut.

3. Tempat (Place)

Perusahaan haruslah menyebarkan barang-barang yang diproduksinya ke tempat dimana konsumen itu berada. Hal ini merupakan tugas untuk mendistribusikan barangnya kepada konsumen. Untuk keperluan tersebut pengusaha dapat menggunakan berbagai bentuk saluran distribusi yang mungkin dilakukannya.

4. Promosi (Promotion)

(68)

perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli produk tersebut.

Program pemasaran yang efektif memadukan seluruh elemen pemasaran kedalam suatu program koordinasi, yang dirancang untuk meraih tujuan pemasaran perusahaan dengan mempersembahkan nilai kepada konsumen (Kotler dan Amstrong, 2001: 75). Jadi, agar perusahaan dapat menghadapi persaingan serta meningkatkan penjualan diperlukan kombinasi variabel-variabel dalam bauran pemasaran yang terpadu.

2.1.3 Produk

2.1.3.1 Pengertian Produk

Keberadaan produk tidak bisa dilepaskan dari pemasaran. Dalam pemasaran, kepuasan dipenuhi dengan cara menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai diantara pihak-pihak yang terlibat.

(69)

Secara konseptual, Tjiptono (2008: 95) menyebutkan bahwa produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Pengertian tentang produk tersebut, menitik beratkan pada segala sesuatu yang dapat ditawarkan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar (pembeli). Oleh sebab itu, produsen harus memperhatikan secara hati-hati kebijakan terhadap produknya dengan tetap berfokus kepada pasar.

2.1.3.2 Tingkatan produk

Dalam merencanakan penawaran atau produk, pemasar perlu memahami tingkatan produk. Kotler dan keller (2007: 4) membagi produk dalam lima tingkatan, yaitu:

1. Manfaat inti (Core product)

Manfaat inti adalah layanan atau manfaat mendasar yang sesungguhnya dibeli pelanggan.

2. Produk dasar (Basic product)

Produk dasar adalah bentuk lahiriah yang diubah dari manfaat inti produk tersebut.

(70)

3. Produk yang diharapkan (Expected product)

Produk yang diharapkan yaitu beberapa atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika membeli produk.

4. Produk yang ditingkatkan (Augmented product)

Produk yang ditingkatkan merupakan produk yang melampaui harapan pelanggan. 5. Calon produk (Potential product)

Calon produk meliputi segala kemungkinan peningkatan dan perubahan yang mungkin akan dialami produk atau tawaran tersebut pada masa yang akan datang.

2.1.3.3 Klasifikasi Produk

Secara tradisional, pemasar mengklasifikasikan produk kedalam berbagai jenis berdasarkan karakteristik-karakteristik produknya, antara lain:

1. Klasifikasi berdasarkan daya tahan dan berwujud tidaknya produk

Berdasarkan daya tahan dan wujudnya, produk dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok, yaitu:

a. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods): barang yang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. b. Barang tahan lama (Durable goods): barang berwujud yang biasanya tetap

bertahan walaupun sudah digunakan berkali-kali.

(71)

2. Klasifikasi barang konsumen

Barang konsumen adalah barang-barang yang dibeli oleh konsumen akhir, baik berupa individu maupun rumah tangga, untuk memenuhi kebutuhan personal. Pengklasifikasian barang konsumsi merupakan pengklasifikasian barang-barang berdasarkan kebiasaan berbelanja konsumen, yaitu antara lain:

a. Barang sehari-hari (Convenience Goods): barang-barang yang biasanya sering dibeli pelanggan dengan cepat dan dengan upaya yang sangat sedikit.

b. Barang toko (Shopping Goods): barang-barang yang biasanya dibandingkan berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihandan pembeliannya.

c. Barang khusus (Specialty Goods): barang- barang yang memiliki ciri-ciri atau identifikasi merek yang unik dan karena itulah cukup banyak pembeli bersedia melakukan upaya pembelian yang khusus.

d. Barang yang tidak dicari (Unsought Goods): barang yang tidak diketahui konsumen atau biasanya mereka tidak berpikir untuk membelinya atau diketahui tetapi mereka biasanya tidak berpikir untuk membelinya.

3. Klasifikasi barang industri

(72)

a. Bahan Baku dan Suku cadang (Materials and parts): barang yang seluruhnya masuk ke produk produsen tersebut.

b. Barang Modal (Capital items): barang-barang tahan lama yang memudahkan pengembangan atau pengelolaan produk akhir.

c. Perlengkapan dan Layanan (Supplies and business service): barang dan jasa berumur pendek memudahkan pengembangan atau mengelola produk akhir.

2.1.3.4 Bauran Produk

Menurut Kotler dan Keller (2007: 15) bauran produk (product mix/ product assortment) adalah kumpulan seluruh produk dan barang yang ditawarkan

penjual tertentu kepada pembeli. Bauran produk suatu perusahaan memiliki lebar, panjang, kedalaman dan konsistensi tertentu.

(73)

2.1.3.5 Atribut Produk

Menurut Tjiptono (2008: 103), atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi), pelayanan, dan sebagainya.

1. Merek

Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Suatu merek dapat menyampaikan enam makna penting dari suatu produk kepada konsumen, yaitu: Atribut, manfaat, nilai-nilai, budaya, kepribadian, dan pemakai.

2. Kemasan

Pengemasan merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah atau pembungkus suatu produk. Tiga manfaat utama dari kemasan yaitu manfaat komunikasi,manfaat fungsional, dan manfaat perceptual. 3. Pemberian label

Label yang berkaitan erat dengan pengemasan merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Sebuah label bias merupakan bagian dari kemasan, atau bias pula berupa etiket yang dicantelkan pada produk.

4. Layanan pelengkap

(74)

pelngkap. Layanan pelengkap dapat berupa informasi, konsultasi, order taking, dan lain sebagainya.

5. Jaminan

Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.

2.1.3.6 Siklus Hidup Produk

Setelah produk baru diluncurkan, manajemen menginginkan agar produknya menikmati kehidupan yang panjang dan menyenangkan. Perusahaan menginginkan pencapaian laba yang memuaskan untuk menutup semua upaya dan resiko yang ditanggung ketika meluncurkannya. Setiap produk akan mengalami daur hidup produk.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001: 419) daur hidup produk adalah perjalanan penjualan dan laba suatu produk selama masa hidupnya. Daur hidup produk sejak masih konsep sampai produk mati terdiri dari lima tahap, yaitu:

1. Pengembangan produk, dimulai ketika perusahaan menemukan dan mengembangkan suatu gagasan produk baru selama pengembangan produk, penjualan sebesar nol dan biaya investasi perusahaan menumpuk.

(75)

3. Pertumbuhan, adalah periode penurunan pasar dan peningkatan laba yang pesat.

4. Kedewasaan, adalah periode pertumbuhan penjualan yang menurun karena produk telah diterima oleh sebagian besar pembeli potensial. Tingkat laba tetap atau menurun karena pengeluaran pemasaran bertambah untuk mempertahankan produk menghadapi pesaing.

5. Penurunan, adalah periode ketika penjualan turun dan laba merosot.

Tidak semua produk mengikuti seluruh tahapan daur hidup produk. Beberapa produk diperkenalkan dan mati dengan cepat, lainnya tetap berada dalam tahap kedewasaan untuk waktu yang lama. Konsep daur hidup produk dapat diterapkan oleh pemasar sebagai kerangka kerja yang bermanfaat untuk menggambarkan bagaimana mekanisme produk dalam pasar bekerja. Konsep ini dapat membantu dalam mengembangkan strategi pemasaran yang baik untuk berbagai tahap daur hidup produk yang berbeda (Kotler dan Amstrong 2001: 421).

2.1.3.7 Strategi produk

Menurut Tjiptono (2008: 109), secara garis besar strategi produk dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis atau kategori, yaitu:

1. Strategi Positioning Produk

(76)

2. Strategi Repositioning Produk

Strategi ini dijalankan dengan jalan meninjau kembali posisi produk dan bauran pemasaran saat ini, serta berusaha mencari posisi baru yang lebih tepat bagi produk tersebut.

3. Strategi Overlap Produk

Strategi ini merupakan strategi yang menciptakan persaingan terhadap merek tertentu milik perusahaan sendiri dengan cara pengenalan produk bersaing dengan produk yang sudah ada, penggunaan label pribadi, atau menjual komponen-komponen yang dipergunakan dalam produk perusahaan sendiri kepada pesaing.

4. Strategi Lingkup Produk

Strategi ini berkaitan dengan perspektif terhadap bauran produk suatu perusahaan, dimana perusahaan dapat menerapkan strategi produk tunggal, strategi multi produk, atau strategi system-of-products.

5. Strategi Desain Produk

Strategi ini berkaitan dengan tingkat standarisasi produk yang terdiri dari tiga pilihan, yaitu produk standar, costumized product, dan produk standar dengan modifikasi.

6. Strategi Eliminasi Produk

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Validitas Tiap Pernyataan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk positioning yang terdiri dari atribut produk, manfaat produk, pesaing produk, dan pemakai produk baik secara simultan maupun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel atribut produk yakni Merek, Mutu Produk, Kemasan, Harga dan Layanan terhadap Keputusan Pembelian produk

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kemasan, harga, dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian shampo Clear pada mahasiswa

Berdasarkan hasil iji F, terlihat bahwa variabel Atribut produk yang terdiri dari Kualitas produk, Fitur produk, Rancangan produk, Merek dan Label secara simultan

Perilaku pembelian konsumen pada dasarnya merupakan proses memilih, membeli dan menggunakan produk untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam menjalankan usahanya harus selalu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kemasan, harga, dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian shampo Clear pada mahasiswa

Produk yang di tawarkan kartu seluler Simpati Menjadi pertimbangan saya dalam pembelian kartu seluler yang saya gunakan Keputusan saya dalam pembelian kartu perdana seluler

Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih serta pertolongan-Nya yang senantiasa melimpah, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini