• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Restrukturisasi Dewan Keamanan PBB Ditinjau Dari Piagam PBB Dan Hukum Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Restrukturisasi Dewan Keamanan PBB Ditinjau Dari Piagam PBB Dan Hukum Internasional"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku:

Barros, James. PBB Dulu Kini dan Esok,Bumi Aksara,Jakarta,1984

Djamily, Mizwar, Mulyadi Abdullah, dan Badril Saleh. Mengenal PBB dan 170Negara di Dunia, PT Kreasi Jaya Utama,Jakarta,1996

Hasibuan, Rosmi. Diktat “Hukum Internasional Lanjutan”,Medan,2012 Hutauruk M. Kenallah PBB,Erlangga,Jakarta,1989

Mandalangi,Pereira,Segi-segi Hukum Organisasi Internasional, Binacipta, Bandung,1986

Merrils.J,G, Penyelesaian Sengketa internasional, Tarsito, Bandung,1986

Siregar, Hasnil Basri. Hukum Organisasi Internasional, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU,Medan,1994

R. Soeroso,Pengantar Ilmu Hukum,Sinar Grafika,Jakarta,1992

Suryokusumo, Sumaryo. Organisasi Internasional,Universitas Indonesia, Jakarta, 1987

Suryokusumo, Sumaryo. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional,Alumni,Bandung,1997

Starke,J.G. Pengantar Hukum Internasional, Terjemahan Sumitro,Aksara Persada Indonesia

Referensi Internet:

(Diakses tanggal 6 Desember 2012).

journal.unair.ac.id/filerPDF/04_Wulan%20Purnamawati.pdf‎ (diakses tanggal

31 Desember 2013)

(2)

(diakses tanggal 11 Februari 2014)

diakses tanggal 14 Februari 2014)

17 Februari 2014)

(diakses tanggal 13 Februari 2014)

(diakses tanggal 14 Februari 2014)

(diakses tanggal 10 Februari 2014)

(3)

(diakses tanggal 18 Februari 2014)

(diakses tanggal 21 Februari 2014)

(4)

menghentikan-israel/ (diakses tanggal 15 Februari 2014)

tanggal 16 Maret 2014)

(diakses tanggal 28 Desember 2013)

(diakses tanggal 17 Maret 2014)

(diakses tanggal 17 Maret 2014)

(diakses tanggal 17 Maret 2014)

(5)

22 Maret 2014)

Putusan Bias Dewan Keamanan PBB (1), (diakses tanggal 24 Maret 2014)

(diakses tanggal 23 Maret 2014)

(6)

penghapusan Hak Veto itu secara konsisten termasuk mendesak kelima negara pemilik Hak Veto agar bersedia melepaskan Hak Vetonya.

BAB III

EKSISTENSI DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN

BANGSA-BANGSA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA PERDAMAIAN

DUNIA

A. Peranan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam

Proses Penyelesaian Konflik Internasional

Untuk menganalisa peran Dewan Keamanan PBB maka penulis menggunakan kerangka konseptual yang dikemukakan pada Summit tahun 1992, oleh Sekretaris Jenderal PBB Boutros Boutros Ghali sebagai pondasi konseptual untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia yang disebut “An Agenda for Peace”. Agenda untuk perdamaian ini berisi lima konsep yaitu: preventive diplomacy, peace enforment, peace making, peace keeping, postconflict peacebuilding.34

Preventive diplomacy adalah langkah yang dilakukan untuk mencegah perselisihan atau permusuhan yang timbul diantara negara-negara anggota PBB agar tidak berubah menjadi sebuah konflik terbuka, dalam preventive diplomacyjuga dilakukan cara-cara untuk mencegah terjadinya konflik akibat dari perselisihan atau permusuhan tersebut serta mengupayakan agar konflik tidak

(7)

semakin meluas.35

Peace Enforcement adalah tindakan yang dilakukan oleh pasukan perdamaian dibawah mandat dari untuk menghentikan gencatan senjata baik dengan maupun tanpa persetujuan dari para pihak yang bermusuhan. Pasukan perdamaian yang dikirimkan oleh ini adalah pasukan yang berasal dari tentara nasional negara anggota PBB. Pasukan Perdamaian PBB yang dikirim melalui misi peace enforcement ini telah dipersenjatai dengan senjata atau peralatan militer yang berat dengan tujuan untuk menghentikan gencatan senjata antara para pihak yang berkonflik. Pasukan perdamaian ini bekerja dengan perintah langsung dari Sekretaris Jenderal PBB.

Preventive diplomacy dilakukan dengan melibatkan upaya confidence-building measures, fact finding, peringatan dini dan memungkinkan PBB untuk mengirimkan pasukan perdamaian. Preventive diplomacy ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya konflik dan mengupayakan penyelesaian konflik atau masalah secara damai tanpa adanya tindakan militer. Dalam preventive diplomacydapat digunakan cara-cara seperti dalam konsep multi track diplomasi, baik diplomasi secara terbuka maupun secret diplomacy.

36

Peace Makingadalah upaya yang dilakukan dengan membawa para pihak untuk melalukan perjanjian perdamaian dengan bantuan dari pihak ketiga sebagai penegah atau mediator. Konsep dari perjanjian perdamaian ini seperti yang ada dalam BAB VI Piagam PBB. Upaya peace making dapat dilakukan melalui penyelesaian secara hukum, mediasi, kompromi atau upaya-upaya negosiasi yang

35

http://myworldempires.blogspot.com/2010/12/diplomasi-preventif.html diakses pada tanggal 12 Oktober 2011(diakses tanggal 19 februari 2014)

36

(8)

lain. Tetapi, peran dalam melakukan upaya perdamaian melalui mekanisme perjanjian perdamaian antar para pihak memiliki porsi yang berbeda. memiliki pertimbangan dalam memilih pihak ketiga atau mediator. Pihak-pihak yang dapat menjadi mediator selain PBB sebagai organisasi internasional, negara-negara anggota PBB juga dapat menjadi mediator. Pada umumnya, negara yang ditunjuk menjadi mediator adalah negara yang memilki hubungan baik dengan kedua belah pihak yang bersengketa sehingga diharapkan mampu membantu untuk menyelesaikan konflik atau masalah yang terjadi antara para pihak tersebut melalui jalan damai.

(9)

Postconflict peacebuildingadalah tindakan yang dilakukan Dewan Keamanan PBB dalam upaya untuk membantu proses pemulihan atau perkembangan suatu negara yang baru terjadi konflik. Akibat dari konflik atau perang yang menghancurkan suprastuktur dan infrastruktur yang ada di suatu negara, maka peran Dewan Keamanan PBB dalam tahap ini adalah membantu negara tersebut untuk membangun kembali sosial, ekonomi, dan politiknya. Dewan Keamanan PBB juga dapat membentuk badan subsider yang bertugas untuk membentuk pemerintahan baru atau membantu membentuk pemerintahan baru pada negara yang tadinya telah hancur akibat konflik yang terjadi. 37

Postconflict peacebuildingadalah tahap yang membutuhkan perhatian yang lebih khusus karena Dewan Keamanan PBB harus memastikan bahwa tidak akan ada lagi perang atau konflik di negara tersebut pada masa yang akan datang. Sehingga, Dewan Keamanan PBB biasanya membuat dasar atau landasan hukum untuk upaya tercapainya perdamaian yang sesungguhnya yaitu perdamaian yang panjang (lasting peace). Pada dasarnya, Postconflict peacebuildingdilakukan untuk mencapai perdamaian abadi (lasting peace). Wujud yang lebih konkret dari perdamian abadi adalah terwujudnya konsep perdamaian dengan jalur peacebuilding process untuk mewujudkan perdamaian positif (positive peace). Pada tahap ini situasi tidak saja didefinisikan sebagai keadaan tanpa konflik kekerasan atau perang tetapi juga keadaan yang ditandai dengan adanya berbagai bentuk mekanisme penyelesaian konflik, adanya keadilan, kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi, sehingga

(10)

kerjasama yang baik dapat tercipta demi masa depan yang lebih damai. Sehingga, setelah para pihak berhenti bermusuhan maka upaya Postconflict peacebuilding harus segara dilaksanakan baik dengan cara-cara formal maupun informal sebagai landasan dasar untuk menciptakan perdamaian.

Lima konsep perdamaian tersebut adalah landasan utama yang digunakan oleh Dewan Keamanan PBB sebagai badan yang bertanggungjawab untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Dewan Keamanan PBB selalu mendasari semua tindakannya dengan kelima konsep perdamaian tersebut. Namun, dalam prakteknya tidak semua konsep perdamaian tersebut dapat diimplementasikan atau dilaksanakan. Perbedaan situasi, masalah, serta variabel-variabel lain yang berbeda dalam setiap konflik juga mempengaruhi setiap tindakan yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB sebagai Dewan Keamanan. Tetapi pada umumnya Dewan Keamanan PBB selalu melandaskan semua tindakan perdamaian yang dilakukannya berdasarkan kelima konsep perdamaian tersebut. Lima konsep perdamaian yang berisi langkah-langkah untuk menciptakan perdamaian serta menjaga keamanan dunia secara konsisten terus dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB sampai sekarang.

(11)

usaha-usaha pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, PBB telah meletakkan lima prinsip dasar dalam piagamnya, yaitu

1. Prinsip untuk menyelesaikan perselisihan internasional secara damai (pasal 2 ayat 3 jo. Bab VI dan VII Piagam).

2. Prinsip untuk tidak menggunakan ancaman atau kekerasan (Pasal 2 ayat 4 Piagam).

3. Prinsip mengenai tanggung jawab untuk menentukan adanya ancaman (Pasal 39).

4. Prinsip mengenai pengaturan persenjataan (Pasal 26 Piagam). 5. Prinsip umum mengenai kerjasama di bidang pemeliharaan

perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 11 ayat 1 Piagam).38

Dalam hal ini, jika terjadi sengketa yang mengancam perdamaian dunia, maka, badan-badan PBB yang terlibat dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional turut serta dalam menyelesaikan sengketa tersebut.Dewan Keamanan mempunyai tanggung jawab utama (Primary responsibility) dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 24 ayat 1 Piagam).Wewenang Dewan Keamanan berdasarkan piagam dianggap cukup ekstensif memberi peluang bagi organisasi tersebut.Lebih jauh lagi, hal ini berguna untuk merumuskan dan membedakan kewenangannya dengan wewenang Majelis Umum yang lebih umum dan kurang bersifat paksaan. Wewenang Dewan Keamanan dalam mencapai tujuan utama, khususnya dalam memelihara

38 Suryokusumo, Sumaryo. 1987. Organisasi Internasional. Jakarta: Universitas

(12)

perdamaian dan keamanan internasional dilakukan dengan dua cara, yaitu usaha penyelesaian sengketa secara damai (Bab VI Piagam) dan penyelesaian sengketa secara paksa berupa tindakan terhadap adanya ancaman perdamaian, pelanggaran perdamaian dan tindakan agresi. (Bab VII Piagam).

Pada hakikatnya wewenang Dewan Keamanan tersebut merupakan konsekuensi logis dari tanggung jawab utama Dewan Keamanan. Bab VI Piagam, mengatur penyelesaian sengketa secara damai, member wewenang Dewan Keamanan untuk membuat rekomendasi prosedur dan syarat-syarat penyelesaian sengketa.Langkah-langkah yang dapat diambil Dewan Keamanan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penyelidikan terhadap sengketa atau situasi untuk menentukan apakah perdamaian dan keamanan internasional berbahaya.

2. Dapat meminta semua pihak untuk menggunakan cara-cara damai jika situasi membahayakan perdamaian internasional.

3. Merekomendasikan prosedur-prosedur atau metode-metode yang layak untuk penyelesaian, contohnya menyerahkan sengketa hukum ke ICJ.

4. Merekomendasikan syarat-syarat penyelesaian sengketa.

(13)

menganjurkan (recommendatory) dan terbatas pada sengketa yang kemungkinan membahayakan perdamaian dan keamanan. Walau demikian, Dewan Keamanan tidak memiliki wewenang berkenaan dengan segala macam sengketa. Tetapi, Dewan Keamanan juga dapat menyelidiki suatu sengketa untuk mengetahui sampai sejauh mana hal tersebut membahayakan perdamaian dan keamanan

Negara-negara PBB telah melimpahkan tanggung jawab utama kepada Dewan Keamanan dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.Tanggung jawab Dewan Keamanan tercermin dalam beberapa hal.

1. Meski Dewan Keamanan hanya terdiri dari anggota PBB yang jumlahnya terbatas, tindakan-tindakan yang dilakukan adalah atas nama seluruh anggota PBB.

2. Dewan Keamanan mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan yang mengikat tidak saja pada anggotanya tetapi juga mengikat semua negara anggota PBB dan negara bukan anggota (Pasal 2 ayat 6).

3. Hak untuk memutuskan itu dibatasi oleh aturan untuk kebulatan suara (rule of unanimity) atau yang lazim disebut “Veto”, sehingga kelima anggota DK mempunyai hak untuk memblokir usul-usul yang bersifat non prosedural yang diajukan di Dewan Keamanan termasuk amandemen terhadap piagam.

4. Dewan Keamanan harus dapat berfungsi setiap waktu.

(14)

Badan-badan PBB lain yang berhubungan dengan masalah perdamaian dan keamanan internasional adalah Majelis Umum dan Sekertaris Jenderal. Peranan Majelis Umum menurut pasal 10 Piagam PBB: “Majelis umum dapat membahas semua persoalan atau hal-hal yang termasuk dalam kerangka piagam atau yang berhubungan dengan kekuasaan dan fungsi salah satu organ yang tercantum dalam piagam ...dan membuat rekomendasi-rekomendasi kepada anggota-anggota PBB atau ke Dewan Keamanan”

Peranan Majelis dalam pemeliharaan perdamaian terdapat dalam pasal 11 ayat 2 yang menyatakan bahwa.“Majelis dapat membahas dan membuat rekomendasi-rekomendasi mengenai semua persoalan yang berhubungan dengan pemeliharaan keamanan internasional yang diajukan oleh salah satu anggota PBB atau Dewan Keamanan atau oleh satu negara bukan anggota PBB”.

Berdasarkan pasal di atas, Majelis Umum berwenang atas berbagai persoalan baik terhadap negara anggotanya maupun bukan. Majelis Umum juga mempunyai kekuasaan untuk intervensi langsung dalam dua hal yakni; Pertama, menurut pasal 11 ayat 3, Majelis dapat menarik perhatian Dewan Keamanan terhadap semua keadaan yang dapat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional. Selanjutnya, menurut pasal 14; “Majelis dapat mengusulkan tindakan-tindakan untuk penyelesaian secara damai semua keadaan, tanpa memandang asal-usul yang mengganggu kesejahteraan umum atau membahayakan hubungan baik antar bangsa”.

(15)

dan membuat rekomendasi-rekomendasi mengenai masalah-masalah yang berada dalam wewenang nasional negara-negara anggota, kecuali dalam melaksanakan tindakan kekerasan yang diambil oleh Dewan Keamanan.Pembatasan khusus diatur dalam pasal 12 Piagam dan 11 ayat 2.Dalam pasal 12, Majelis Umum tidak boleh membuat rekomendasi-rekomendasi terhadap persoalan-persoalan atau keadaan-keadaan yang sedang dibahas Dewan Keamanan.Atas dasar tanggung jawab Dewan Keamanan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan perdamaian.

Seandainya, Dewan Keamanan gagal mengambil langkah-langkah untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional karena Veto dari negara anggota tetapnya, maka, Dewan Keamanan dapat melimpahkan kepada Majelis Umum atas tanggung jawab residual (residual responsibility). Akan tetapi, hal ini dianggap kurang efektif karena keputusan yang diambil hanya bersifat rekomendatif.Harapan agar Dewan Keamanan mengambil keputusan dengan cepat dalam menghadapi masalah genting sering tidak dapat dipenuhi.Dewan sering kali tidak dapat mengambil keputusan karena diveto oleh salah satu anggota tetapnya.Dengan memperhatikan kenyataan itu, maka, Majelis Umum berkali-kali mengajukan appeal kepada Dewan Keamanan agar melaksanakan kewajibannya dengan lebih baik.

(16)

maka, Majelis Umum akan segera membicarakan masalah tersebut agar dapat memberikan rekomendasi kepada semua anggota untuk mengambil tindakan kolektif. Termasuk penggunaan kekerasan senjata jika dianggap perlu. Meski sebagian besar keputusan Majelis Umum hanya bersifat rekomendatif, tetapi karena mayoritas anggota PBB hadir dalam sidang majelis, maka, kecenderungan negara anggota PBB seolah-olah menghormati keputusan itu mengikat secara hukum.

Sekretaris Jenderal juga mempunyai hak untuk meminta perhatian Dewan Keamanan yang menurutnya dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 99 Piagam PBB).Ketentuan ini adalah hal baru bagi para pendiri PBB dan tidak ingin mengulangi kesalahan PBB yang tidak memberikan wewenang kepada Sekretaris Jenderalnya untuk mengambil prakarsa atas keadaan yang dapat mengancam perdamaian.39

Dalam kaitannya dengan pasal 99 Piagam, pada 1960 Sekretaris Jenderal pernah meminta perhatian Dewan Keamanan mengenai krisis Kongo, dan pada 1961 untuk melaporkan situasi di Tunisia atas tuduhannya terhadap Prancis. Pada 1979, Sekretaris Jenderal meminta Dewan Keamanan untuk bersidang

Sekretaris Jenderal dalam sistem PBB dapat melancarkan tanda bahaya dan memainkan peranan penting dalam masalah yang menyangkut kepentingan masyarakat dunia pada umumnya. Dalam beberapa hal, Dewan Keamanan juga meminta Sekretaris Jenderal PBB untuk memberikan jasa-jasa baiknya dalam mencari penyelesaian sengketa secara damai.

(17)

membicarakan penahanan staf diplomatik Amerika Serikat di Teheran.Hal ini menunjukkan Sekjen turut mengambil inisiatif terhadap masalah-masalah yang mengganggu perdamaian dan keamanan internasional.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memiliki 6 badan-badan utama.Salah satunya adalah Dewan Keamanan.Dewan Keamanan memiliki wewenang yang diberikan oleh anggota-anggota PBB untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.Dan selaku penerima mandat, Dewan Keamanan PBB harus mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan internasional seperti yang tertuang dalam pasal 24 ayat 1 Piagam. Hal ini menunjukkan walaupun Dewan Keamanan hanya beranggotakan 15 negara, tetapi setiap tindakan yang dilakukannya adalah atas nama seluruh anggota PBB.

Demi terciptanya perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan PBB menempuh dua pendekatan, yakni penyelesaian sengketa internasional secara damai dan penyelesaian sengketa secara paksa. Cara- cara penyelesaian sengketa secara damai meliputi: perundingan (negotiation), arbitrase (arbitration), penyelesaian yudisial (judicial settlement), penyelidikan (inquiry), dan penyelesaian di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Pasal 33 Piagam). Sementara, penyelesaian sengketa secara paksa meliputi: perang, retorsi (retorsion), tindakan-tindakan pembalasan (reprisals), blockade secara damai (pacific blockade), dan intervensi (intervention)

(18)

penyelesaian. Beberapa ragam dan penyempurnaan cara-cara tradisional telah dikembangkan oleh PBB, antara lain40

1. Perundingan, merupakan cara yang paling umum untuk menyelesaikan sengketa. Cara ini melibatkan pada pembicaraan secara langsung diantara pihak-pihak yang bersengketa dengan tujuan untuk mencapaisuatu persetujuan.

2. Jasa-jasa baik, merupakan satu-satunya upaya penyelesaian sengketa yang tidak termuat dalam pasal 33 Piagam, tetapi sering digunakan oleh badan badan PBB. Jasa-jasa baik melibatkan bantuan dari pihak ketiga atau negara yang bukan menjadi pihak yang bersengketa. Pihak ketiga dalam memberikan jasa baiknya hanya dapat menawarkan suatu saluran komunikasi atau kemudahan bagi pihak-pihak yang bersangkutan tetapi tidak menawarkan saran apapun bagi bagi syarat-syarat penyelesaian. 3. Mediasi adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga yang bias

berupa negara, organisasi internasional atau individu. Pihak ketiga ikut pula dalam negosiasi yang dilangsungkan para pihak yang bersengketa. 4. Konsiliasi yaitu cara penyelesaian sengketa secara damai oleh suatu organ

yang telah dibentuk sebelumnya atau kemudian atas kesepakatan pihak yang bersengketa.

5. Penyelidikan adalah suatu proses pembentukan misi perdamaian yang terdiri dari kelompok penyelidik yang netral.

(19)

6. Arbitrase adalah penyerahan sukarela kepada pihak ketiga yang netral serta putusan yang dikeluarkan sifatnya final dan mengikat.

7. Penyelesaian sengketa di bawah pengawasan PBB ditentukan oleh tujuan dasar dari PBB dan kewajiban-kewajiban anggota-anggotanya. Salah satu tujuan dasar pembentukan PBB adalah penyelesaian sengketa secara damai atas sengketa antar negara. Adapun salah satu kewajiban anggota PBB adalah mereka harus menahan diri untuk mengancam perang atau menggunakan kekerasan. Peranan PBB dalam penyelesaian sengketa secara damai dapat dilakukan melalui penyelesaian secara politik dan hukum. Penyelesaian sengketa secara politik dilakukan oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan sedang penyelesaian sengketa secara hukum dilakukan oleh Mahkamah Internasional.

8. Penyelesaian Hukum merupakan proses untuk menyampaikan perselisihan kepada Mahkamah Internasional untuk memperoleh keputusan

Apabila negara-negara yang bersengketa tidak mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa secara damai, mungkin, cara pemecahannya dengan melalui cara-cara kekerasan. Masing-masing sarana kekerasan itu adalah sebagai berikut.

(20)

setiap pertikaian bersenjata disebut sebagai perang. Suatu sengketa dianggap sebagai perang dan dapat diterapkan hukum perang ditentukan oleh hal sebagai berikut: 1) besarnya konflik, 2) tujuan para pihak yang bersengketa, 3) sikap dan reaksi pihak ketiga. Jadi, perang adalah pertikaian senjata yang memenuhi persyaratan tertentu, yakni pihak yang bersengketa adalah negara dan disertai dengan pernyataan perang. Sedang pertikaian bersenjata bukan perang adalah pertikaian bersenjata yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan bagi perang.

2. Retorsi adalah istilah teknis untuk pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap tindakan-tindakan yang tidak pantas atau tidak patut dari negara lain. Balas dendam tersebut dilakukan dalam bentuk tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat di dalam konferensi kehormatan negara yang kehormatannya dihina, misalnya merenggangnya hubungan diplomatik, pencabutan previlege-previlege diplomatik.

(21)

4. Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang dilakukan pada waktu damai. Kadang-kadang digolongkan sebagai suatu pembalasan, pada umumnya tindakan itu ditujukan untuk memaksa negara yang pelabuhannya diblokade untuk menaati permintaan ganti rugi kerugian yang diderita oleh negara yang memblokade. 5. Intervensi adalah campur tangan secara diktator oleh suatu negara

terhadap urusan dalam negeri lainnya dengan maksud baik untuk memelihara atau mengubah keadaan, situasi atau barang di negara tersebut.

Dalam dokumen-dokumen internasional, kata intervensi terdapat dalam pasal 2 (7) dan pasal 2 (4) Piagam PBB.Pasal ini mensyaratkan bahwa organisasi (PBB) dilarang untuk ikut campur tangan dalam urusan domestik suatu negara, kecuali dalam rangka memelihara perdamaian menurut Bab VII Piagam.

(22)

Menurut Starke hanya ada empat macam jenis intervensi yang diperkenankan, yaitu.

1. Kolektif intervensi menurut piagam PBB. Dalam kaitan ini intervensi yang dimaksud adalah tindakan penegakan yang dilaksanakan menurut keputusan Dewan Keamanan PBB sesuai dengan Bab VII atau setiap tindakan yang disetujui oleh Majelis Umum berdasarkan Uniting For Peace Resolution.

2. Dalam rangka melindungi hak-hak, kepentingan dan keselamatan warga negaranya di luar negeri.

3. Dalam rangka melindungi negara protektorat.

4. Jika negara yang melakukan intervensi itu disalahkan karena melanggar hukum internasional.

Cara-cara penyelesaian sengketa di atas, baik dilakukan secara damai maupun secara paksa merupakan upaya menghindari terjadinya konflik lebih luas yang memungkinkan terganggunya perdamaian dan keamanan internasional. Namun, jika upaya-upaya penyelesaian sengketa secara damai gagal dan pihak yang berkonflik tidak mematuhi Piagam PBB, khususnya Bab IV yakni mengadakan tindakan-tindakan yang mengancam perdamaian, melanggar perdamaian, dan negara tersebut tetap melancarkan agresi terhadap negara lain, maka, Dewan Keamanan dapat menjatuhkan sanksi kepada negara tersebut melalui sebuah resolusi.

(23)

ekonomi,komunikasiudara, laut, kereta api, ptt, radio dan komunikasi lainnya, baik sebagian maupun seluruhnya serta memutuskan hubungan diplomatik.41

B. Efektivitas Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam

Menjaga dan Memelihara Perdamaian Dunia

Dengan sanksi ekonomi tersebut diharapkan agar negara yang melakukan agresi segera menghentikan agresinya.Namun, jika sanksi ekonomi dirasakan tidak memadai, kurang efektif dan masih tetap tidak ditaati, maka, Dewan Keamanan dapat menerapkan sanksi militer.

Tindakan-tindakan tersebut meliputi demonstrasi, blokade, dan operasi militer melalui udara, laut dan darat yang dilakukan oleh negara-negara anggota sesuai dengan pasal 42 Piagam PBB.Sanksi-Sanksi tersebut pernah dijatuhkan kepada Libya, Irak, dan beberapa negara lainnya. Dengan demikian, sanksi ekonomi yang dikenakan pada sesuatu negara, dimaksudkan agar negara tersebut tidak lagi memperoleh kebutuhan-kebutuhan strategis, sehingga tidak lagi ada lagi pilihan lain kecuali mentaati keputusan Dewan Keamanan PBB.

Selama Bertahun-tahun sudah sering diperdebatkan bahwa efektivitas Dewan Keamanan sedang dirusak oleh penggunaan veto yang berlebihan. Dalam tahun-tahun belakangan ini penggunaan veto sudah sangat berkurang. Dalam banyak kejadian Dewan Keamanan masih belum dapat mengambil keputusan- atau sekurang-kurangnya mengambil suatu keputusan yang oleh banyak negara

41 Suryokusumo, Sumaryo. 1997. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional.

(24)

dianggap memadai untuk situasi saat itu oleh karena tidak adanya Konsensus yang diperlukan di antara para anggotanya.

Bahkan ketika Dewan Keamanan telah mengambil suatu keputusan, sebagaimana halnya dengan resolusi tanggal 22 November 1967, yang menggariskan cara-cara penyelesaian Timur Tengah, Dewan Keamanan masih belum mungkin untuk menjamin pemenuhan keputusan tersebut. Oleh pihak-pihak yang berkepentingan ketidakefektifan relatif Dewan Keamanan ini didalam melaksanakan tanggungjawabnya-tanggungjawabnya telah merupakan sumber perhatian yang utama bagi negara-negara anggota dan bagi seluruh rakyat yang berkepentingan dalam apa yang seharusnya dicapai oleh PBB. 42

Fungsi-Fungsi Dewan Keamanan secara kasar dapat digolongkan kedalam 2 kategori, Pertama, fungsi-fungsi konstituante yang berhubungan dengan masalah-masalah seperti keanggotaan, perujudan Sekretariat Jenderal, pemilihan

Ini juga sangat kontras dengan pernyataan-pernyataan yang dibuat pada mulanya yang mengatasnamakan Perserikatan Bangsa-Bangsa pengganti dari Liga Bangsa-Bangsa.Kemudian ditekankan bahwa organisasi baru ini mempunyai “gizi” yang tidak dimiliki oleh Liga Bangsa-Bangsa, Sebagai alat yang membantu menguatkan keputusan-keputusannya. Tanpa tujuan umum dan alat yang dimufakati itu, Dewan Keamanan sering kali tidak lebih dari sebuah organ diskusi belaka. Tetapi meskipun kadang-kadang tidak ada pemufakatan diantara para anggotanya, Dewan Keamanan telah melaksanakan tanggungjawab-tanggungjawabnya dengan agak berhasil daripada yang telah diakui.

(25)

hakim-hakim, dan pembentukan organ-organ subside ; dan yang kedua, fungsi-fungsi substantif, dalam pemeliharaan-pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, yang berhubungan dengan penanganan perselisihan-perselisihan dan situasi-situasi tertentu dan perluasan rencana-rencana yang mungkin untuk pengaturan persenjataan. Kefektifan pekerjaan Dewan Keamanan dapat kita tinjau dari kedua kategori pokok ini.

Menurut piagam, sebuah negara disahkan menjadi anggota PBB dengan keputusan Majelis Umum dan berdasarkan rekomendasi Dewan Keamanan.Dewan Keamanan dihubungkan dengan Majelis Umum dalam pengesahan para anggota baru karena tanggungjawab utamanya untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional sebagai salah satu tujuan organisasi tersebut. Oleh karena telah diputuskan di San Fransisco bahwa keanggotaan PBB tidaklah bersifat otomatis dan ada beberapa persyaratan tertentu yang harus dipenuhi, termasuk kemauan dan kesanggupan menjalankan kewajiban-kewajiban keanggotaan PBB tidak bersifat otomatis dan ada beberapa persyaratan tertentu yang harus dipenuhi, termasuk kemauan dan kesanggupan menjalankan kewajiba-kewajiban keanggotaan, agaknya beralasan bahwa dewan keamanan harus mengambil bagian tersebut.

Menurut Piagam, fungsi Dewan Keamanan dalam proses tertentu tersebut berfungsi membuat keputusan awal tentang apakah sebuah calon anggota memenuhi syarat dan kemudian memberikan kepada Majelis Umum tanggungjawab untuk membuat keputusan akhir.43

(26)

Dengan demikian secara tiba-tiba Dewan Keamanan perpindah dari pengekangan yang berlebihan kepada sikap serta boleh sangat longgar.Hanya yang berkenaan dengan negara-negara terbagi dua saja keberatan-keberatan pengakuan kadang masih dipertahankan. Kasus khusus negara-negara terbagi para penganjur universalitas hanya mempunyai sedikit alasan untuk menganjurkan keluhan terhadap tingkah laku Dewan Keamanan.

Pelaksanaan tanggungjawab-tanggungjawab Dewan Keamanan secara penuh dalam berurusan dengan perselisihan-perselisihan dan situasi-situasi internasional sejak dari mula diketahui tergantung pada penyelesaian rencana rencana tertentu yang diuraikan dalam Piagam yang menyaratkan tindakan berikutnya dari Dewan Keamanan itu sendiri. Dalam satu hal, Piagam dengan implikasi yang ada didalamnya menetapkan, dan ini secara jelas telah dipahami di San Fransisco, bahwa kekuasaan Dewan Keamanan untuk mengambil keputusan-keputusan yang mengikat para anggota dalam hal penggunaan kekuatan-kekuatan bersenjata akan tergantung pada kesimpulan atas persetujuan-persetujuan khusus dengan mana para anggota akan berusaha menempatkan pasukan-pasukan dan fasilitas-fasilitas yang membantu dewan keamanan. Artikel 43 dari piagam mempersiapkan pencapaian kesimpulan atas persetujuan-persetujuan itu antara dewan keamanan dan anggota.

(27)

Korea Utara terhadap Korea Selatan yang dibawakan ke depan Dewan Keamanan sebagai suatu yang dinyatakan merupakan pelanggaran dan tindakan agresi.44

Dalam keadaan-keadaan dimana suatu konflik bersenjata sesungguhnya terjadi atau dimana terdapat suatu gerakan pasukan militer melintasi perbatasan-perbatasan nasional, sebagai langkah pertama Dewan Keamanan biasanya meminta pihak-pihak yang bersangkutan untuk menarik pasukan-pasukan mereka dan menghentikan permusuhan-permusuhan yang timbul.45

Dalam berurusan dengan situasi palestina 1948, Dewan Keamanan meminta pihak-pihak yang bersengketa untuk mengusahakan kesepakatan gencatan senjata dengan perundingan-perundingan yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui penengah sementara (acting mediator).untuk membantu pelaksanaan penghentian pertempuran atau gencatan senjata, Dewan Keamanan dapat memutuskan untuk mengirim peninjau PBB agar melaporkan pelangaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pihak yang bersengketa dan mengadakan diskusi-diskusi dengan penguasa setempat untuk menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran kecil. Dalam masalah-masalah persetujuan gencatan senjata Kemudian Dewan Keamanan dapat membentuk suatu komisi penyelidik dengan kekuasaan sebagai perantara atau penawar jasa-jasa baik untuk datang ketempat persengketaan dan memberi informasi yang berkenaan dengan kenyataan-kenyataan dari situasi tersebut kepada Dewan Keamanan dan berdasarkan tangungjawab sendiri berusaha mengadakan diskusi dengan tujuan mencapai kesepakatan dalam cara-cara pengehentian pertempuran dan gencatan senjata.

(28)

Tengah, Dewan Keamanan member kuasa kepada Personil Truce Supervision Organization (organisasi pengawas gencatan senjata) untuk membantu pihak-pihak yang bersengketa dalam mencapai penyelesaian dan meminta kepada staf-nya melaporkan hasil peninjauanstaf-nya.46

Efektifitas kinerja Dewan Keamanan terkini dapat dilihat dari krisis politik dan kemanusiaan terus di Suriah. Sebagaimana diketahui, sejak Januari 2011 Presiden Suriah Bashar al-Assad berperang melawan pemberontak sipil Suriah yang menuntut pembaharuan politik dan meminta Presiden Bashar mundur dari kursi kekuasaan. Sebagai lembaga pemelihara perdamainan dan keamananan internasional,Dewan Keamanan PBB kemudian mengajukan rancangan resolusi untuk mengecam kekerasan yang dilakukan oleh rezim Bashar terhadap rakyat sipil di Suriah. Akan tetapi, resolusi itu gagal terwujud lantaran Rusia dan China sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB terus memveto rancangan resolusi tersebut hingga tiga kali.47

46 Barros, PBB dulu kini,Op.Cit., hal 51

Resolusi itu sendiri dirancang untuk menekan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan menghentikan konflik yang telah menewaskan ribuan orang.Dewan Keamanan PBB lebih memfokuskan pada upaya menciptakan perdamaian di Suriah, bukan malah mempermasalahkan kedudukan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Jika Dewan Keamanan PBB menitikberatkan fokus perhatian pada kedudukan Presiden Suriah Bashar al-Assad niscaya kesamaan sikap dan suara bulat tidak akan dapat tercapai.

(29)

Bahkan, Kegagalan Dewan Keamanan untuk bersuara bulat dalam mengeluarkan resolusi guna mengatasi krisis di Suriah menyiratkan pesan penting kepada dunia internasional bahwa ada sesuatu yang salah (something wrong) di internal Dewan Keamanan. Kegagalan Dewan Keamanan itu juga sekaligus sebagai bentuk konfirmasi mengenai perlunya pembaharuan komposisi keanggotaan Dewan Keamanan.48

C. Intervensi Terhadap Konflik Internal Yang Mengancam Perdamaian

Dunia

Keberhasilan Dewan Keamanan yang terbatas itu tidak menandakan adanya kesalahan dalam pemikiran dasar piagam yang menyatakan bahwa kekuasaan harus menyaratkan persetujuan kekuatan-kekuatan besar.Sangatlah sukar untuk membayangkan bagaimana Dewan Keamanan dapat menjadi lebih efektif jika Dewan Keamanan tersebut dapat mengambil keputusan-keputusan dengan pemilihan suara mayoritas atau sederhana tanpa mensyaratkan persetujuan anggota tetap.Kenyataan dalam hubungan-hubungan internasional dalam periode setelah perang dunia II lah yang bertanggung jawab atas keberhasilan-keberhasilan yang terbatas ini bukan struktur dan prosedur pemilihan suara dalam Dewan Keamanan.

Intervensi humanitarian berasal dari bahasa Inggris “humanitarian intervention” yang berarti langsung intervensi kemanusiaan atau intervensi humanitarian. Intervensi humanitarian berarti tindakan ikut campur atau

(30)

menengahi masalah dalam negeri sebuah negara, yang dilakukan oleh 1 atau beberapa negara, yang tergabung ataupun tidak, dalam sebuah komunitas internasional atas nama kemanusiaan. Dalam definisi ini, dapat dilihat bahwa tujuan utama intervensi humanitarian adalah penghentian pelanggaran hak asasi manusia dalam segala bentuk.49

1. Just cause: intervensi militer boleh dilakukan bila negara sasaran perang itu benar-benar dalam kondisi bencana kemanusiaan; bila ada realitas ‘kehilangan jiwa dalam skala besar’ atau ‘pembersihan etnis dalam skala besar’.

bahwa pada dasarnya, Hukum Internasional memiliki itikad baik untuk melindungi umat manusia dari pelanggaran HAM berat yang dilakukan pemerintah suatu negara. Hukum Internasional dianggap sah bila memenuhi empat kriteria berikut ini:

2. Just intention: intervensi militer harus dilakukan dengan tujuan yang benar, yaitu untuk menghentikan penderitaan manusia.

3. Just authority: keputusan intervensi militer harus diambil oleh otoritas yang paling berhak (yaitu PBB)

4. Last resort: intervensi militer hanya boleh dilakukan ‘jika dan hanya jika’ semua upaya damai lain sudah dilakukan dan tidak menemui hasil.50

(31)

Intervensi kemanusiaan telah lama menjadi praktek dalam masyarakat internasional. Hal ini telah dilakukan oleh negara-negara secara individual atau kolektif, misalnya intervensi kemanusiaan yang dilakukan oleh Rusia di Turkiatas nama kaum nasionalis Bulgaria Tahun 1877, intervensi Amerika Serikat di Kuba Tahun 1898, Prancis melakukan intervensi di Syria Tahun 1860, dan Negara-negara besar Eropa ditambah Jepang melakukan intervensi di China Tahun 1900.51

Praktek ini terus berlanjut hingga dewasa ini.Hal ini dapat dilihat dariintervensi-intervensi kemanusiaan yang dilakukan di Somalia Tahun 1992, diRwanda tahun 1994, di Haiti Tahun 1994, di Boznia-Herzegovina Tahun 1992-1995, di Kosovo Tahun 1998-1999, di Siere Leone Tahun 1999,52

(32)

keamanan internasional, yang mana menjadi salah satu syarat utama diizinkannya penggunaan kekuatan militer untuk melakukan intervensi.Di era ini juga, kebanyakan intervensi humanitarian dilakukan beberapa negara, yang diotorisasi oleh Dewan Keamanan PBB.Ini memperlihatkan bukti transparan bahwa PBB telah mulai menerima adanya intervensi humanitarian.Hal ini dapat dilihat juga pada jumlah intervensi kemanusiaan yang diotorisasi Dewan Keamanan PBB melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB.Sejak 1989, PBB telah mengotorisasi intervensi humanitarian dalam bentuk penjatuhan embargo sebanyak 14 kali dan intervensi militer sebanyak 11 kali hingga 2001.53

Kategori yang ke-2 adalah intervensi yang bersifat memaksa. Intervensi inilah yang dikenal sebagai intervensi militer. Intervensi dengan menggunakan kekuatan militer ini dijadikan pilihan terakhir untuk mengatasi konflik dalam suatu negara apabila upaya damai dan persuasif menemui jalan buntu. Contoh penerapan intervensi ini adalah intervensi NATO ke Kosovo dan Libya. Intervensi dengan menggunakan aset-aset militer NATO utamanya kekuatan udara dilakukan setelah berbagai upaya damai yang dilakukan sebelumnya gagal. Dalam kasus di Libya, beberapa upaya dan intervensi non-militer telah dilakukan oleh beberapa negara seperti Amerika Serikat, Swiss, dan beberapa negara lainnya berupa pembekuan aset Moammar Khadafy yang ada di negara mereka. PBB pun juga telah berusaha melalui himbauan, seruan, dan penjatuhan embargo melalui beberapa Resolusi Dewan Keamanan PBB atas Libya agar Khadafy mau menghentikan penggunaan kekuatan militer terhadap rakyatnya sendiri. Tetapi

(33)

karena tidak berhasil, PBB melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1973 mengotorisasi pelaksanaan operasi militer ke Libya oleh pasukan koalisi di bawah pimpinan NATO.

Dalam kasus di Libya, dikeluarkannya Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1970 dan No. 1973 mengenai penjatuhan sanksi dan pengesahan intervensi militer sebagai upaya penghentian kekerasan yang terjadi di Libya dilakukan berdasarkan voting dalam Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara yang terdiri atas 5 negara anggota tetap (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, dan Cina) dan 10 negara anggota tidak tetap (Bosnia Herzegovina, Kolombia, Libanon, Nigeria, Portugal, India, Jerman, Brazil, Gabon, dan Afrika Selatan). 10 dari negara-negara tersebut menyetujui dilakukannya intervensi dan 5 lainnya yaitu Cina, India, Rusia, Jerman, dan Brazil menyatakan abstain.

Dewan Keamanan PBB segera mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1973 segera setelah pemungutan suara tersebut mengeluarkan hasil. Resolusi ini sebagai bentuk otorisasi dilakukaknnya intervensi militer oleh negara-negara anggota PBB di Libya sebagai upaya terakhir menghentikan pelanggaran hak asasi manusia di negara tersebut, dengan bekerjasama penuh dengan Dewan Keamanan PBB sebagai akibat sikap cuek pemerintah Libya atas sanksi embargo melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1970 terhadap mereka.54

Dilema masyarakat internasional saat ini adalah penghormatan atas "kesucian" kedaulatan suatu negara di satu pihak, di pihak lain moralitas

(34)

internasional menghendaki PBB melakukan intervensi atas pelanggaran HKI dan HAM besar-besaran dalam konflik suatu negara.

Semua negara anggota PBB terikat pada Piagam PBB.Pada pasal 1 ayat 7 dikatakan, PBB tidak mempunyai hak untuk intervensi terhadap masalah dalam negeri suatu negara.Namun, Dewan Keamanan (DK), yang bertanggung jawab untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional (pasal 24), boleh melakukan intervensi guna memaksakan perdamaian, termasuk melalui kekuatan militer. Mandat ini dikandung dalam Bab VII Piagam tentang "tindakan terhadap ancaman perdamaian, pelanggaran perdamaian dan agresi" (action with respect to threats to peace, breaches of peace, and acts of aggression). Pada era Perang Dingin, hak itu digunakan di Perang Korea dan Perang Teluk awal 1990-an (saat Presiden George Bush dari AS mendeklarasikan the New International Order).

Kini Bab VII juga digunakan untuk konflik internal lewat operasi perdamaian.Seringkali penggelaran operasi perdamaian atas dasar Bab VII dilakukan dalam situasi yang bukan merupakan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional.Kasus Timtim umpamanya, bagaimanapun kehancuran dan kekejian yang terjadi, bukanlah ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Di lain pihak, untuk kasus-kasus yang jelas merupakan ancaman, misalnya konflik di Bosnia, Kosovo, dan terakhir di Kongo yang amat berbahaya karena keterlibatan pasukan banyak negara Afrika, Dewan Keamanan PBB justru enggan memaksakan perdamaian.

(35)

lemah untuk memaksakan perdamaian terhadap berbagai konflik parah di Benua Hitam itu.

Tindakan-tindakan Dewan Keamanan itu lebih mencerminkan kepentingan beberapa anggota tetap, terutama AS, Inggris, dan Perancis.Hal ini terjadi karena komposisi DK yang anakronistik, yakni berubah hanya satu kali sejak PBB berdiri tahun 1945, dan dianggap tidak mewakili seluruh masyarakat internasional maupun kepentingannya. Waktu PBB berdiri, anggotanya adalah 51 negara, sebelas di antaranya duduk di Dewan Keamanan (lima anggota tetap dan enam anggota tidak tetap). Kini anggota PBB berjumlah 188 negara, tetapi Dewan Keamanan "hanya" 15.

(36)

BAB IV

RESTRUKTURISASI DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN

BANGSA DITINJAU DARI PIAGAM PERSERIKATAN

BANGSA-BANGSA DAN HUKUM INTERNASIOAL

A. Pelaksanaan Restrukturisasi Dewan Keamanan Perserikatan

Bangsa-Bangsa

Dalam struktur organisasi PBB, Dewan Keamanan merupakan salah satu organ utama selain lima organ utama yang lain. Dengan demikian asas dan tujuan PBB merupakan juga asas dan tujuan seluruh organ PBB.

Dibagian terdahulu sudah dikemukakan dalam pasal 2 ayat (1) piagam PBB tercantum suatu asas yang amat penting, yaitu asas “persamaan kedaulatan” atau “the principle of sovereign equality”.Asas ini memperlihatkan dengan jelas sifat kelembagaan dan politik dari PBB dan berdasarkan asas ini pula sesuatu negara anggota tidak dapat dipaksa ataupun didesak untuk menyetujui sesuatu dan menjalankan hal-hal yang bertentangan dengan kedaulatan negara dan kepentingan nasionalnya. Dipihak lain asas ini sering menjadi batu sandungan dan hambatan bagi kelancaran penyelesaian masalah-masalah politik tingkat internasional.55

Menurut pendapat Starke “Pasal 2 Piagam PBB juga mengemukakan prinsip-prinsip tertentu. dua dari prinsip ini ditetapkan untuk ketaatan organic oleh PBB sendiri, yakni bahwa dasar PBB adalah persamaan kedaulatan dari semua

55 Pareira Mandalangi,1986,Segi-segi Hukum Organisasi

(37)

anggotanya dan bahwa PBB tidak akan cmapur tangan (kecuali bila diperlukan “tidakan pemaksaaan) dalam persoalan yang “pada dasarnya” berada dalam yurisdiksi dalam suatu negara.56

Sesuai dengan pasal 24 ayat (2) semua tindakan Dewan Keamanan PBB yang dilakukan termasuk tindakan dalam rangka pengenaan sanksi, baik sanksi Dengan kata lain sesungguhnya prinsip atau asas “persamaan kedaulatan” dapat dikatakan sebagai suatu norma dasar hukum internasional atau jus cogens, yaitu suatu norma yang diterima dan diakui oleh masyarakat internasional secara keseluruhan sebagai suatu norma tidak boleh dilanggar dan hanya boleh diubah oleh suatu norma dasar hukum internasional umum yang baru yang mempunyai sifat yang sama.

PBB bukanlah organisasi supra negara atau supranasional, hal ini tercermin dalam pasal 2 ayat (1) piagam PBB bahwa badan dunia tersebut didirikan atas dasar prinsip persamaan kedaulatan diantara semua negara anggotanya. PBB juga bukanlah suatu badan berdaulat, tidak seperti negara menurut sistem hukum internasional dapat bertindak asalkan apa saja tidak bertentangan prinsip-prinsip hukum secara umum atau kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam suatu perjanjian. Karena itu walaupun Dewan Keamanan dikatakan mempunyai kekuasaan yang berlebihan (ultra virex). Hal itu tidak berarti kekuasaannya tidak terbatas, melainkan adanya pembatasan secara hukum. Oleh sebab itu Dewan Keamanan tidak dapat bertindak diluar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam pasal 24 ayat (2) dan pasal ayat (1) piagam PBB.

56 Starke,J.G. Pengantar Hukum Internasional,terjemahan Sumitro,Aksara Persada

(38)

ekonomi maupun militer haruslah tetap didasarkan atas prinsip-prinsip/asas-asas/ dan tujuan PBB.Yaitu tetap menghormati persamaan kedaulatan, hak negara untuk mempertahankan kemerdekaan politik dan keutuhan wilayah suatu negara. Dalam rangka memelihara perdamaian dan keamanan internasional melalui langkah-langkah secara kolektif untuk mengatasi adanya ancaman dan pelanggaran perdamaian dunia tindakan agresi terhadap suatu negara, tindakan Dewan Keamanan PBB sesuai denga pasal 1 ayat (1) tersebut haruslah didasarkan prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional tanpa merugikan kepentingan nasional suatu negara.

Dasar pengaturan persamaan kedaulatan dan pengambilan keputusan di Dewan Keamanan PBB adalah pasal 2 ayat (1) piagam PBB yang merupakan asas atau prinsip dari PBB dan seluruh organ-organnya. Artinya, Dewan Keamanan PBB sebagai salah satu organ utama harus menempatkan persamaan kedaulatan sebagai landasan dalam setiap pengambilan keputusan.57

Tuntutan akan restrukturisasi PBB terutama memang menyangkut khususnya Dewan Keamanan, badan yang paling penting, paling berperanan dan paling berkuasa, sebab itu paling berpengaruh dan paling bergengsi. Badan inilah yang bertanggungjawab atas masalah-masalah keamanan internasional yang menjadi tujuan utama dibentuknya PBB.Dan Dewan Keamanan merupakan satu-satunya badan PBB yang keputusan-keputusannya mengikat semua negara anggota.Di atas telah dikatakan bahwa sejak Perang Teluk dan intervensinya di Somalia, PBB, khususnya Dewan Keamanan dan Sekjen, bertambah popularitas

(39)

dan gengsinya. Sebab utamanya adalah bahwa dengan berakhirnya Perang Dingin, untuk pertama kalinya dalam Dewan itu dapat tercapai kesepakatan atau konsensus antara negara-negara anggota tetap yang sebelumnya terlibat permusuhan, untuk terlibat bersama menghadapi sesuatu konflik yang dianggap mengancam perdamaian dan keamanan internasional, seperti dimaksudkan oleh Piagam PBB dalam bentuk tindakan keamanan bersama (collective security).

Di lain pihak, apa yang dapat digambarkan sebagai "kebangkitan kembali" Dewan Keamanan itu telah menonjolkan adanya jurang perbedaan dalam hal kedudukan, hak dan wewenang antara Dewan itu dan negara-negara anggota yang tidak terwakili di dalamnya, dan antara kelima negara anggota tetap di satu pihak dan negara-negara anggota tidak tetap di lain pihak, terutama karena hak veto yang dimiliki oleh negara-negara anggota tetap. Ini telah memicu tuntutan-tuntutan agar komposisi keanggotaan Dewan Keamanan tidak lagi didominasi oleh negara-negara "pemenang perang" (Perang Dunia II), tetapi hendaknya lebih mencerminkan dunia yang nyata dewasa ini.Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa tuntutan restrukturisasi Dewan Keamanan sebenarnya merupakan juga tuntutan atau berdasarkan tuntutan demokratisasi PBB.58

Tuntutan akan perubahan seperti itu tidak akan mudah apa lagi cepat-cepat terpenuhi, karena menurut Piagam PBB, hal itu harus mendapatkan persetujuan masing-masing dari kelima negara anggota tetap Dewan Keamanan. Tetapi tulisan ini tidak hendak membahas aspek yuridis kemungkinan restrukturisasi. Titik berat pembahasan di sini akan diletakkan lebih pada segi politis. Ketika Dewan

(40)

Keamanan relatif tidak efektif selama Perang Dingin, tuntutan untuk merombak komposisi keanggotannya tidak banyak.Perkecualiannya adalah usaha yang berhasil tahun-tahun 1963-65 untuk menambah jumlah negara anggota tidak tetap daru 6 menjadi 10 seperti sekarang. Tahun 1979 India mengusulkan agar jumlah negara anggota tidak tetap ditambah dari 10 menjadi 14, yaitu dengan tambahan dua dari kelompok Afrika (sehingga jumlah total menjadi 5), dan masing-masing satu dari kelompok Asia dan Latin Amerika (sehingga masing-masing menjadi 3). Kecuali Cina, semua negara anggota tetap Dewan menolak usul itu.59

1.Bilamana perlu, Dewan Keamanan mempergunakan pengaturan-pengaturan atau badan-badan regional untuk melakukan tindakan pemaksaan dibawah kekuasaannya. Tetapi tidak ada tindakan-tindakan pemaksaan yang dapat diambil oleh pengaturan-pengaturan atau badan-badan regional tanpa diberikan wewenang Dewan Keamanan, kecuali tindakan-tindakan terhadap setiap negara musuh, seperti disebutkan dalam ayat 2 Pasal ini, diatur sesuai denga

Mudah dimengerti jika pembahasan tentang kemungkinan perubahan komposisi keanggotaan Dewan Keamanan berpusat pada masalah keanggotaan tetap dengan hak vetonya. Hingga kini Jepang dan Jerman nampaknya secara luas dianggap pantas menjadi anggota tetap, meskipun beberapa negara lain telah sering disebut-sebut, khususnya India, Indonesia, Brazil, Mexico, Nigeria, dan Mesir. Dalam hal Jepang dan Jerman, terlepas dari masalah hak veto, harus dilakukan perubahan pada pasal 53, khususnya ayat (2),

Pasal 53

dalam pengaturan regional ditujukan terhadap pembaharuan berulangnya politik agresif negara yang dimaksud itu, hingga saat dimana Organisasi ini, atas permintaan Pemerintah-pemerintah yang bersangkutan, dibebankan dengan tanggung jawab untuk mencegah lebih lanjut agresi oleh keadaan tersebut.

(41)

2. lstilah negara musuh yang dimaksud dalam ayat I Pasal ini dipergunakan untuk sesuatu negara yang selama Perang Dunia Kedua telah menjadi musuh dari salah satu penandaiangan Piagam ini.

yang menggolongkan kedua negara itu sebagai "enemy state", yaitu "any state which during the Second World War has been an enemy of any signatory of the present Charter".60

Hal itu dapat dimengerti.Dewan Keamanan harus dapat secara cepat menanggapi ancaman-ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Penangguhan dalam mengambil keputusan mengandung risiko bahwa respons terhadap ancaman seperti itu akan terlambat. Ini akan membuat negara-negara besar enggan membuang-buang waktu dan tenaganya untuk bergerak melalui Dewan Keamanan, dan mungkin cenderung memilih tindakan unilateral. Sebab itu masalahnya adalah bagaimana mengusahakan agar setiap usaha perubahan atau restrukturisasi Dewan Keamanan perlu memenuhi dua persyaratan.Pertama, restrukturisasi itu hendaknya mencerminkan secara lebih tepat pola hubungan antar negara yang sedang berlangsung secara global. Dengan demikian Dewan Keamanan akan menjadi lebih "demokratis" dan memperoleh legitimasinya yang lebih kuat dan mapan. Faktor ini pen-ting, karena efektivitas Dewan Keamanan tergantung pada kerjasama dan komitmen negara-negara anggota PBB yang lain untuk melaksanakan keputusan-keputusannya yang bersifat mengikat. Inilah kiranya yang dimaksudkan oleh pernyataan Sekjen Boutros-Boutros Ghali bahwa "agreement among the permanent members must have the deeper support of the other members of the Council, and the memberhsip more widely, if the Council's decisions are to be effective and endure".61

(42)

Jika persyaratan itu kurang dipenuhi, seperti halnya Dewan Keamanan hingga sekarang ini, hal itu akan memperkuat citra Dewan Keamanan, kalau sebelumnya selama Perang Dingin sebagai klik dan dominasi Barat, khususnya AS, kini dapat menimbulkan citra Dewan sebagai kondominium negara besar yang hendak mempertahankan dominasinya dan mengatur dunia. Sejak Perang Teluk, dengan kelemahan Rusia (waktu itu masih Uni Soviet) dan RRC, sebenarnya citra Dewan Keamanan sebagai didominasi AS menjadi kuat lagi, bahkan lebih daripada selama Perang Dingin. Kedua, restrukturisasi itu hendaknya sekaligus juga sejauh mungkin menghindari berkurangnya efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan, khususnya dalam proses pengambilan keputusan.

(43)

Kedua.Dengan demikian PBB yang mereka ciptakan merupakan cermin atau refleksi "tatanan dunia" pasca Perang Dunia Kedua yang demikian itu.62

Tetapi umumnya sudah menjadi salah satu sifat hubungan antar negara sepanjang sejarah, khususnya antar neggara-negara besar, bahwa peningkatan kekuatan satu negara cenderung mendorong yang lain untuk mengejar dan menyamai, menandingi atau mengimbanginya. Sebab itu perubahan tatanan dunia tidak dapat dan tidak perlu direkayasa apalagi dipaksakan oleh siapa pun. Ini akan merupakan proses yang wajar, meskipun mungkin sekali akan memakan waktu panjang. Bagaimana pun, jika benar PBB merupakan cermin wajah tatanan dunia Tatanan yang didambakan dunia, perubahan tidak akan terjadi dengan merombak PBB, baik melalui restrukturisasi maupun demokratisasi. Seperti telah disebutkan, PBB adalah cermin tatanan dunia yang ada.Jadi dominasi PBB oleh AS, melalui dominasinya di Dewan Keamanan, memang merupakan cermin atau refleksi tatanan dunia pasca Perang Dingin saat ini. Oleh sebab itu, restrukturisasi PBB, khususnya Dewan Keamanan, nampaknya hanya mungkin, artinya kelima negara anggota tetap, khususnya AS yang kini merupakan negara super tunggal, tidak dapat menolak dan terpaksa menyetujui jika dihadapkan pada tatangan dunia yang berubah. Perubahan itu harus berarti ditinggalkannya sistem monopolar yang sekarang berlangsung, yang dapat diduga kuat memang tidak dikehendaki juga oleh negara-negara besar lainnya kecuali mungkin sekutu-sekutunya, sedang Rusia dan RRC tidak berada dalam posisi untuk menentang atau melawannya, kearah sistem multipolar yang berimbang.

(44)

yang ada, kita hanya dapat melihat perubahan pada apa yang kita lihat dalam cermin itu jika terjadi perubahan dalam tatanan dunia yang dicerminkannya, bukan karena kita merubah cermin itu sendiri, sedang merubah tatanan dunia berada di luar kemampuan kita.

Sebab itu, meskipun benar bahwa restrukturisasi PBB memerlukan perubahan Piagam secara fundamental, dan itu hanya mungkin jika kelima negara anggota tetap Dewan Keamanan menyetujuinya, persoalannya bukan semata-mata bersifat yuridis, melainkan terutama bersifat politis. Meskipun jarang diakui, hubungan antar negara selalu dilandasi oleh apa yang dikenal sebagai power politics, dan ditandai oleh balance of power, kalaupun pengertian-pengertian yang kompleks dan beragam dari peristilahan itu tidak mudah didefinisikan dan mudah disalah-mengerti. Balance of powerdapat mengacu pada suatu sistem, situasi, atau policy, bisa dalam bidang militer atau non-militer. Dalam hubungan ini saya menunjuk pada perimbangan kekuatan sebagai sistem, yang setelah akhir Perang Dingin saya duga (dan saya harapkan) akan berkembang dalam mana tiada satu negara besar pun menduduki posisi yang dominan. Lebih penting lagi, dalam sistem balance of power, saya menerima prinsip bahwa negara besar memiliki kewajiban-kewajiban tertentu (atas perdamaian), tetapi pada saat yang sama juga menikmati hak-hak (privileges) tertentu, seperti misalnya Hak Veto dalam organisasi PBB.

(45)

mengesampingkan berbagai usaha untuk memperlemah kekuasaan formalnya (Hak Veto). Meski dari 186 negara anggota PBB telah mengkritik bahwa Hak Veto adalah ketidakadilan, tetapi hak veto telah menyisakan rintangan dan tantangan untuk drestrukturisasi karena tak adanya ketentuan dalam piagam yang meminta mereka (5 Anggota Dewan Keamanan PBB) untuk melepaskan Hak Veto ini.63

Sedangkan dalam Pasal 56 Piagam mengharuskan negara-negara anggota PBB baik sendiri atau berkelompok bekerjasama dengan PBB untuk mempromosikan dan menghargai nilai-nilai HAM.Bisa dikatakan apabila Hak Veto telah melanggar tegaknya nilai-nilai HAM maka Hak Veto tersebut bisa batal demi hukum.Sudah saatnya PBB (semua organ PBB) berpihak pada kebenaran dan keadilan. Perombakan pasal-pasal Hak Veto sudah merupakan hal yang harus dilakukan, khususnya untuk rakyat di Gaza Palestina dan dunia pada umumnya dimana HAM meraka telah diinjak-injak oleh Israel dan sekutunya.

Meskipun tak ada ketentuan untuk bisa merombak Hak Veto ini, akan tetapi ketidakadilan Hak Veto ini dapat dilawan dengan prinsip-prinsip HAM (Deklarasi HAM 1948) dan Pasal 55 Ayat c Piagam PBB. Pasal 55, 56 Piagam PBB sangat berkaitan dengan Deklarasi HAM 1948 dan Konvensi HAM lainnya.Pasal 55 Piagam PBB menegaskan untuk mempromosikan penghargaan dan pelaksanaan HAM dan Hak-hak dasar lainnya.

64

63

http://imanprihandono.wordpress.com/2009/01/08/reformasi-dk-pbb-kunci-menghentikan-israel/ (diakses tanggal 15 februari 2014)

(46)

Masalah lain yang terjadi pada PBB bukan hanya menyangkut masalah pembaharuan dalam Dewan Keamanan (Dewan Keamanan) PBB, namun juga masalah keuangan yang dikaitkan dengan isu Pembaharuani Dewan Keamanan. Awal mula masalah keuangan terjadi saat terjadi krisis Kongo 1960-an. Walaupun telah dilakukan beberapa cara termasuk dengan mengurangi program-program serta melakukan pengketatan anggaran, rupanya masalah keuangan PBB makin berkembang seiring dengan banyaknya negara-negara maju seperti Amerika Serika (AS) dan Rusia yang menunggak untuk melakukan pembayaran sebagaimana yang telah disepakati selama ini. (Begitu pula dengan adanya gagasan mengenai kententuan pengurangan pembayaran minimum dari 0,02% (1973) menjadi 0,01%( 1978) cenderung tidak membuahkan hasil, bahkan hutang-hutang PBB masih saja terlihat menumpuk.

(47)

itu African Union mengusulkan Nigeria, Afrika Selatan dan Mesir sebagai kandidat utamanya untuk menduduki kursi anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB.KeinginanAfrican Union ini tertuang dalam sebuah proposal, pada intinya menginginkan penambahan enam anggota baru sebagai anggota tetap, termasuk dua kursi untuk negara Afrika.

Kenyataan di atas sangat menarik bila dihubungkan dengan menggunakan beberapa kerangka pemikiran mengenai kepentingan nasional dari Thomas W. Robinson.Menurut Thomas Robinson bahwa pencapaian kepentingan nasional dapat dilakukan dengan menggunakan kekuatan baik perang maupun menggunakan kekuatan militer lainnya. Model kedua adalah dengan cara aliansi yakni, suatu negara membentuk kerjasama dengan negara lain atas dasar persamaan kepentingan dan saling menguntungkan. Sementara dalam melakukan interaksinya dengan negara lain, kelompok-kelompok ini cenderung berkonflik satu sama lain (conflicting interest), kepentingannya berlainan satu sama lain, cenderung saling menjegal antara satu dengan yang lain.

(48)

digunakan untuk menjelaskan tujuan dari berbagai usaha yang dilakukan oleh negara-negara yang sebagian besar berkeinginan menjadi anggota tetap.65

B. Perubahan Komposisi Anggota Dewan Keamanan Perserikatan

Bangsa-Bangsa

Di dalam tubuh Dewan Keamanan terdapat 15 anggota yang dimana 5 diantaranya adalah anggota tetap yang memiliki Hak Veto. Kelima anggota tersebut adalah Negara-negara yang menjadi Negara pemenang Perang Dunia II, diantaranya adalah; Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Cina, dan Inggris.Sedangkan kesepuluh anggota lainnya adalah anggota tidak tetap yang dipilih oleh Majelis Umum dan bermasa jabatan selama dua tahun. Tidak seperti organ-organ PBB yang lain, Dewan Keamanan menyelenggarakan pertemuan kapanpun ketika dibutuhkan. Dewan Keamanan dipimpin oleh seorang presiden yang diangkat dari anggota negara Dewan Keamanan secara bergilir dengan masa jabatan selama satu bulan. Dibandingkan dengan organ-organ di masa Liga Bangsa-Bangsa, para anggota represif negara Dewan Keamanan PBB ini diharuskan untuk selalu berada di dalam kantor Dewan Keamanan yang bertempat di New York. Hal ini bertujuan agar para anggota dapat selalu ditemui, kapanpun ketika terjadi konflik atau isu yang harus dibahas sesegera mungkin.

(49)

Seperti yang telah diketahui, seluruh organ inti bertindak dan berperilaku sesuai dengan Piagam PBB yang telah ditetapkan sebagai dokumen konstitusional yang juga menyangkut pembagian kekuatan dan fungsi diantara masing-masing organ.Demikian halnya di dalam Dewan Keamanan PBB.Di bawah pasal enam Piagam PBB, Dewan Keamanan dapat merekomendasikan prosedur dan metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan konflik yang membahayakan perdamaian dan keamanan internasional.

Namun sifat rekomendasi ini tidaklah mengikat anggota PBB.Cara kerja Dewan Keamanan tidak hanya sebatas memberikan rekomendasi saja, tetapi juga dapat bertindak secara langsung dengan melakukan senjata ataupun dengan sanksi ekonomi. Dalam menetapkan resolusi, Dewan keamanan menetapkannya lewat pemungutan suara Voting oleh lima anggota tetap dan lima anggota tidak tetap. Dalam melakukan pemungutan suara, masing-masing dari anggota Dewan Keamanan memiliki satu suara dan bagi yang tidak setuju maka akan dinyatakan abstain dari pemungutan suara. Seperti yang ditetapkan di dalam pasal 27 Piagam PBB, konsep resolusi pada non-prosedural akan berlaku dan ditetapkan apabila diadopsi oleh Sembilan atau lebih dari lima belas anggota Dewan Keamanan untuk memilih resolusi tersebut dan tidak ada anggota permanen yang menggunakan Hak Vetonya terhadap resolusi tersebut.66

Sejak terbentuknya pada tahun 1946, Dewan Keamanan telah menghadapi berbagai macam kritik dan sejak itu pula Dewan Keamanan mengalami banyak perubahan.Kritik yang sering dilayangkan kepada organ PBB ini adalah terkait

(50)

kekuatan Hak Veto yang dimiliki oleh anggota permanen saja serta terkait dengan struktur Dewan Keamanan itu sendiri yang diyakini tidak demokratis. Struktur Dewan Keamanan ini tidak demokratis di dalam privileges serta penggunaan kekuatannya. Penulis juga memiliki pendapat yang sama terkait dengan struktur Dewan Keamanan.

Dapat dilihat bahwa di dalam dewan keamanan, kehadiran anggota permanen seolah-olah menjadi kelompok kecil yang tidak dapat disentuh dan eksklusif.Maksud penulis disini adalah anggota permanen seperti aktor utama yang dapat mengatur segala macam berikut dengan segala macam ‘kemewahan’ yang dapat diasumsikan sebagai memiliki kewenangan diatas organisasi ini (PBB).67

Kritik lainnya terkait dengan keefektifan dan relevansi Dewan Keamanan di dalam kasus high-profile yang dinilai dalam pelaksanaan resolusinya

Serta, terkait dengan kekuatan veto, yang mampu menggagalkan segala bentuk pengajuan hanya dengan satu kata tidak dari salah satu anggota pemegang Hak Veto.Perilaku para pemegang Hak Veto di dalam menyetujui atau tidaknya sebuah resolusi agaknya selalu berlandaskan kepentingan pribadi.Contohnya saja bagaimana sikap Rusia yang selalu menolak resolusi yang diberikan oleh Amerika Serikat karena mengingat kecenderungan Politik Luar negeri Rusia yang selalu ingin mengalahkan Amerika Serikat.Hal ini menunjukkan betapa Rusia menggunakan emosi pribadi di dalam memutuskannya. Hal yang sama berlaku pada Amerika Serikat, bagaimana Amerika Serikat mengambil keputusan untuk menginvasi Irak yang merupakan berdasarkan kepentingan dan emosi pribadinya.

(51)

terkandung kekerasan di dalamnya.68

Dari hal tersebut berkembang wacana perlu adanya tambahan dalam komposisi keanggotaan tetap Dewan Keamanan PBB yang dirasa mampu dan Maksudnya disini adalah terkait dengan wewenang Dewan Keamanan dalam menggunakan kekerasan atau senjata di dalam melancarkan misi peacebuilding dan peacekeeping nya.

Misalnya saja dalam kasus krisis Darfur di Sudan, Dewan Keamanan justru memperbolehkan militan Janjaweed yang merupakan instrumen pemerintahan Sudan untuk melakukan kekerasan hingga membunuh ratusan masyarakat yang bukan angkatan bersenjata. Serta bagaimana tentara Serbia dibiarkan melakukan aksi genosida melawan Bosnia dan hal itu dilakukan di dalam area aman yang dideklarasikan oleh Serbia, terlebih lagi di area tersebut dijaga oleh tentara peacekeeper dari Belanda yang ditunjuk langsung oleh Dewan Keamanan PBB.

Piagam PBB menyatakan bahwa masing-masing dari anggota Dewan Keamanan memiliki satu hak suara di dalam pemungutan suara, penulis dapat menyimpulkan bahwa semua keputusan tetap tergantung pada para anggota tetap yang memiliki Hak Veto.Inilah yang menjadi kritikan utama kepada Dewan Keamanan. Hak Veto yang tidak mungkin dihabiskan ini seolah-olah mengindikasikan betapa eksklusifnya ”The Big Five” di dalam semua proses dan aktivitas dewan ini, bahkan di dalam PBB. Dengan adanya Hak Veto ini, Negara pemegang hak ini terasa begitu bebas dalam menyalurkan kepentingan nasionalnya.

(52)

tidak hanya menyalurkan kepentingan nasional.pembahasan masalah Pembaharuan Dewan Keamanan PBB dibahas dalam rapat mekanisme informal yang membahas tentang lima persoalan utama di dalam Dewan Keamanan PBB, yaitu:

1. Jenis keanggotaan (Categories of membership) 2. Persoalan hak veto (Question of veto)

3. Keterwakilan kawasan (Regional representation)

4. Jumlah anggota Dewan Keamanan setelah perluasan serta metoda kerjanya (Size of the enlarged Security Council and its working methods); 5. Hubungan antara Dewan Keamanan dengan Majelis Umum PBB (The

relationship between the Security Council and the General Assembly).69 Upaya reformasi Dewan Keamanan PBB disambut baik oleh negara-negara anggota PBB.Sambutan tersebut bermunculan dengan adanya deklarasi dari negara-negara yang ingin mengusulkan diri menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB.Negara tersebut adalah Brasil, Jerman, Jepan dan India.Keempat negara tersebut dikenal dengan sebutan G-4, yang telah medeklarasikan diri untuk menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB.Negara G-4 ini telah melobi negara-negara PBB untuk mendukung usulan reformasi di dalam Dewan Keamanan PBB.

Jerman mengklaim dirinya telah mendapat dukungan dari Amerika Serikat.Jerman juga merasa berhak untuk menjadi anggota Dewan Keamanan PBB dikarenakan Jerman merupakan negara yang memiliki kontribusi yang besar

(53)

ketiga dalam pendanaan di tubuh PBB.Belum lagi dari segi perekonomian dan finansial Jerman merupakan negara yang tergolong maju.Jerman merasa berhak untuk bergabung dan menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB dikarenakan dukungan dunia internasional terhdap Jerman pun sangat besar.Belum lagi keterlibatan Jerman dalam perdamaian dan juga keamanan internasional.70

Brazil merupakan salah satu negara yang paling terindustrialisasikan di Amerika Latin, dengan modernisasi yang relatif cepat dan populasi urban yang semakin besar. Segera, kekayaan dari hasil sumberdaya alam, manufaktur, dan beberapa industri menjadikan Brazil sebagai perekonomian terbesar di Amerika Selatan.Brazil memainkan peran sebagai pemimpin di Amerika Selatan baik

Dikawasan Amerika Selatan, Brazil merupakan negara yang memimpin negara tersebut, hal tersebut dikarenakan Brazil berhasil memaikan peran sebagai penggagas kerjasama kawasan di Amerika tersebut Brazil telah memainkan peran yang penting dalam hubungan internasional di kawasan Selatan Benua Amerika. Meski negeri ini mewarisi tradisi Portugal, di mana sebagian Amerika Latin adalah bekas koloni Spanyol, namun keberadaan dan posisinya akan sangat berpengaruh dalam trend maraknya ide-ide sosialisme. Tentu saja, Brazil adalah salah satu negara yang mengawali trend tersebut.Namun, pembahasan karakter sosialisme pemerintahan Brazil saat ini mejadi menarik karena perbedaannya dengan sosialisme yang lebih dahulu diterapkan di Kuba dan sosialisme yang belakangan diserukan oleh Hugo Chavez dan Evo Morales.Banyak kalangan menilai sosialisme pemerintah Brazil lebih moderat.

(54)

dalam usahanya menggalang keamanan kolektif, maupun menggalang kerjasama kooperasi ekonomi di kawasan, Brazil bergabung dengan Organisasi Negara Amerika (OAS), yang merupakan perjanjian inter-Amerika yang merupakan timbale-balik dari Perjanjian Rio, Brazil memprioritaskan Kerjasama di kawasan untuk membangun kawasan tersebut secara tidak langsung mampu meningkatkan daya tawar Brazil di luar negeri atau di kancah internasional, Brazil yang merupakan salah satu pendiri sekaligus anggota dari Asosiasi Pengintegrasian Amerika Latin (ALADI), dan termasuk dalam organisasi Masyarakat negara-negara selatan Amerika (CASN), dan MERCOSUL, yaitu merupakan suatu perserikatan negara-negara Amerika Latin: diantaranya,Argentina, Uruguay, Negara Paraguay, Venezuela dan Brazil, dengan Cili, Bolivia, Negara Peru, Kolumbia, dan Ecuador sebagai anggota peninjau.

Keterlibatan Brazil dalam menciptakan kedamaian didunia di buktikan dengan keikutsertaan Brazil sebagai Penjamin dari Proses perdamaian di Ecuador, yang berada di bawah mandat PBB sebagai pasukan perdamaian di wilayah-wilayah yang terjadi konflik, diantaranya sebagai pasukan perdamaian di Timur Tengah, Kongo, Belgia, Cyprus, Mozambique, Angola, Timor Timur, dan yang terakhir memimpin misi pasukan perdamaian di Haiti.71

Pelan tetapi pasti. Demikian nampaknya langkah yang menjadi pilihan Jepang untuk mewujudkan ambisinya, yaitu yang memiliki kekuatan ekonomi dan juga politik di tingkat global.Saat ini Jepang belum bisa disebut negara normal, mengingat dunia saat ini hanya mengakuinya sebagai kekuatan ekonomi semata,

(55)

tetapi impoten dalam kekuatan politik. Perlindungan dan kebijakan keamanan yang selalu meminta restu Amerika Serikat mempertegas julukannya sebagai negara boneka AS.Tidak heran kalau terpilihnya kembali Jepang sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK) PBB pada 18 Oktober lalu, seperti membuka kembali jalan Jepang meneruskan ambisinya sebagai negara normal. Dengan menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB akan memberi "legitimate" bagi Negeri Sakura itu untuk berperan aktif dalam percaturan politik internasional. Sebuah legitimasi internasional nampaknya diperlukan untuk mengubah bangunan konstitusi Jepang yang "melarang" kegiatan militer aktif kecuali untuk membela diri. Apalagi dengan dimasukinya millenium baru terjadi transformasi paradigma dari anti komunis menjadi anti terorisme, yang membutuhkan kehadiran aktif Jepang di kancah global.72

Negara lainnya dari benua asia adalah India merupakan salah satu negara Asia yang juga dianggap telah pantas untuk menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Hal ini dikarenakan India merupakan negara demokrasi yang memiliki jumlah populasi yang tergolong besar dan merupakan salah satu negara yang perekonomiannya berkembang dengan pesat.Banyak negara yang menganggap India merupakan salah satu negara berkembang yang besar dalam

Jepang merasa mampu dalam mengemban tugas sebagai Dewan Keamanan PBB.Jepang merupakan negara yang memiliki perekonomian yang kuat di dunia dan GDP yang tinggi. Jepang juga merupakan negara penyumbang dana yang besar kepada PBB yaitu sekitar 19,5% dari total biaya PBB.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

UPZ merupakan satuan organisasi yang dibentuk BAZ disemua tingkatan untuk melayani muzakki yang menyerahkan zakatnya. BAZ Nasional dapat membentuk UPZ pada instansi negara,

dengan menggunakan metode jarimatika yang telah diperbaiki untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian pada materi pecahan. Dan menyiapkan lembar kerja

Mereka yang akan berpartisipasi dalam penyelidikan termasuk pekerja yang terluka, saksi kejadian atau kejadian sebelumnya, dan yang terluka atasan langsung pekerja jika ada

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Rank Order Mean, efektivitas iklan televisi Telkomsel dan XL berada pada kategori efektif, dan berdasarkan uji Mann-Whitney

Bila menjalan percubaan yang mungkin merbahaya ( misalnya pembakaran gas hidrogen ), adang keselamatan hendaklah digunakan. Letupan juga boleh berlaku akibat kebocoran gas

ا ةيعاتجا ةرهاظك ةدرلا ةيضق ةجاعم ةرور يه ثحبلا اهراثأ ةطقن مهأ لعل ،يماسإا عمتجملل يايسلاو يركفلاو يدقعلا نايكلا دده ةيسايس ةيضقك هذه ىع ءاضقلا ةلواحو ،دادتراا ىإ

terhadap iklan A Mild versi Untuk Diri di kota Bandung cukup baik,. sedangkan pengaruh iklan televisi tersebut terhadap keputusan