• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Kecil Baju Motif Batak (Studi Pada Usaha Kecil Cok Ko Tengok (CKT) Jalan Adam Malik Pematang Siantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Kecil Baju Motif Batak (Studi Pada Usaha Kecil Cok Ko Tengok (CKT) Jalan Adam Malik Pematang Siantar)"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Tabel 2.2 QSPM

Strategi Alternatif

Strategi 1 Strategi 2

Faktor-faktor kunci Bobot AS TAS AS TAS

Faktor-faktor Kunci Eksternal

-Faktor-faktor Kunci Internal

(2)

KUESIONER QSPM

Keterangan Attractive Score (AS) untuk strategi X

Tentukan Attractive Score (AS) atau daya tarik dari masing-masing faktor

eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) untuk strategi X berikut ini dengan cara memberikan tanda centang pada pilihan.

Pilihan Attractive Score (AS) pada isian berikut terdiri dari:

1: not attractive 2: somewhat attractive 3: reasonable attractive 4: hight attractive

Kuesioner QSPM untuk Strategi Faktor-faktor Internal Cok Ko Tengok

Attractive Score untuk

Strategi

Kekuatan 4 3 2 1

Kemampuan menjual baju Cok Ko Tengok (CKT) sesuai kebutuhan konsumen

Sering mengikuti pameran

Mampu mensupplai produk secara berkelanjutan

Lokasi yang strategis

(3)

Pelayanan terhadap konsumen menjadi prioritas

Memiliki pelanggan tetap

Sistem pencatatan keuangan sudah memenuhi standarisasi akuntansi Kelemahan

Loyalitas dan pengalaman karyawan

Keterbatasan modal dalam proses produksi

Memiliki hak cipta Keterbatasan lahan untuk pengembangan usaha

Keterangan pengisisan Attractive Score (AS) untuk strategi Y:

Tentukan Attractive Score atau daya tarik dari masing-masing faktor eksternal

(peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) untuk strategi Y berikut ini dengan cara memberi tanda centang pada pilihan.

Pilihan Attractive Score (AS) pada isian berikut terdiri dari:

1: not attractive 2: somewhat attractive 3: reasonable attractive 4: hight attractive

Kuesioner QSPM untuk Strategi Pengembangan Usaha Faktor-faktor Eksternal Cok Ko

Tengok

Attractive Score untuk Strategi

Peluang 4 3 2 1

(4)

pertumbuhan UMKM Sering mengikuti pameran

Membaiknya kondisi perekonomian

Tingginya rasa cinta terhadap kebudayaan Batak oleh masyarakat Batak

Tingginya jumlah masyarakat suku Batak Indonesia

Kemudahan dan efisiensi produksi Hubungan yang baik dengan pembeli Hubungan yang baik dengan pemasok

Penerapan perdagangan bebas

masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) Perkembangan TI

Ancaman

Dominasi perusahaan besar

Bertambahnya jumlah pesaing baru di pasar

Bahan baku bersinergi dengan usaha kecil lain

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Alfi. Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada UKM Batik Semarangan di Kota Semarang

Apriyanto, Imam Ma’ruf. 2012. Strategi Pengembangan Usaha pada UMKM Rumah Busana Faiza Bordir di Kecamatan Bangil Pasuruan.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

David, Fred R.2012. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta: Salemba Empat.

Erlina.2011. Metodologi Penelitian, Medan: USU Press

Hari Purnomo, Setia dan Zulkieflimansyah. 1999. Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Juliandi, Azuar dan Irfan.2013. Metodologi penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Bisnis. Bandung: PT Gramedia Pustaka Utama.

Justin G. Longenecker, dkk.2001. Kewirausahaan-Manajemen Usaha Kecil.Jakarta: Salemba Empat

Kotler, Philip.2009. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga

Limakrisna, Nandan dan Wihelmus. 2012. Manajemen Pemasaran Teori dan Aplikasi dalam Bisnis. JakartaMitra Wacana Media

(10)

Novia Maya Riyanze. 2012. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Industri Kecil Souvenir Di Kelurahan Penggilingan Kecamatan Cakung Kota

Administrasi Jakarta Timur

Pearch II, John A.2013. Manajemen Strategis. Jakarta:Salemba Empat

Putra, Nusa. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Medan: USU Press

Riyanze, Novia Maya. 2012. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Industri Kecil Souvenir Di Kelurahan Penggilingan Kecamatan Cakung Kota

Administrasi Jakarta Timur

R. M. Moch. Wispandono. Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Melalui Evaluasi Internal dan Eksternal Di Lingkungan Industri Kecil Sepatu

Mojokerto.

Solihin, Ismail. 2012. Manajemen Strategik, Jakarta: Erlangga

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Tjiptono, Fandy. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta: ANDI

Umar, Husein. 2010. Desain Penelitian Manajemen Strategik. Jakarta: Raja Grafindo

. 2005. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penulis menggunakan metode ini yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data-data yang objektif dalam rangka mengetahui strategi pengembangan usaha mikro kecil menengah Baju Motif Batak Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar.

3.2 Lokasi Penelitian dan waktu penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan adalah di toko baju motif batak Cok Ko Tengok (CKT) berada di Jalan Adam Malik nomor 72 B Pematang Siantar, Sumatera Utara.Waktu penelitian yang direncanakan oleh peneliti adalah bulan Juni hinggaJuli 2016.

3.3 Jenis dan Sumber Data

(12)

a. Sumber primer berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara yang penulis lakukan. Selain itu, penulis juga melakukan observasi lapangan dan mengumpulkan data dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian di tempat penelitian.

b. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain. Data ini digunakan untuk mendukung infomasi dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara, maupun dari observasi langsung ke lapangan. Penulis juga menggunakan data sekunder hasil dari studi pustaka. Dalam studi pustaka, penulis membaca literatur-literatur yang dapat menunjang penelitian, yaitu literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini baik itu jurnal-jurnal dan internet.

3.4 Subjek/ Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini, yakniInforman kunci, (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pemilik toko baju Cok Ko Tengok yaitu Bapak Aloysius Purba.

3.5 Defenisi Konsep.

(13)

pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competence). Perusahaan perlu mencari kompetensi mencari kompetensi inti di

dalam bisnis yang dilakukan (Rangkuti, 2013:4).

2. Pengembangan suatu usaha adalah tanggung jawab darisetiap pengusaha atau wirausaha yang membutuhkan pandangan kedepan, motivasi dan kreativitas.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan :

1. Data Primer

Data primer adalah data informasi yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Data primer dilakukan dengan instrumen:

a. Pengamatan (Observasi)

Observasi ialah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisasi, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. Dalam melakukan pengamatan peneliti secara langsung melakukan pengamatan di Toko Cok Ko Tengok Jalan Adam Malik Pematang Siantar Sumatera Utara.

b. Wawancara

(14)

2. Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.

Data sekunder didapat melalui instrumen : a. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2008:422). Dalam praktek kerja lapangan ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berhubungan dengan strategi pengembangan usaha Cok Ko Tengok Pematang Siantar Sumatera Utara.

b. Studi Pustaka

Peneliti menggunakan studi pustaka dalam teknik pengumpulan data. Studi pustaka dalam teknik pengumpulan data ini merupakan jenis data sekunder yang digunakan untuk membantu proses penelitian, yakni dengan menggunakan buku-buku, jurnal-jurnal maupun artikel dari internet yang relevan dengan penelitian ini.

3.7 Teknik Analisis Data

(15)

1. Tahap pengumpulan data

Tahap pertama dilakukan dengan melakukan penggumpulan data dengan analisis EFAS untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang muncul dari lingkungan eksternal perusahaan dan analisis IFAS untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.

2. Tahap pencocokan

Identifikasi faktor ekternal dan faktor internal pada tahap I diproses pada tahap ini dengan menggunakan matriks SWOT dan mtriks SPACE. Melalui matriks SWOT diketahui empat alternatif strategi bagi perusahaan yang dihasilkan melalui identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan.

3. Tahap pengambilan keputusan

(16)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha Kecil Cok Ko Tengok (CKT)

Usaha kecil Cok Ko Tengok ( CKT) merupakan usaha kecil keluarga berdiri pada tahun 2013 di jalan Adam Malik nomor 72 B Pematang Siantar oleh Aloysius Purba dengan mengusung konsep Batak. Usaha ini didirikan dengan latar belakang kondisi yang terpisah dengan istri beliau. Awalnya Bapak Aloysius bekerja di salah satu perusahaan pertambangan batu bara di Kalimantan Timur, sementara istri beliau bekerja di Bank Panin kota Pematang Siantar. Kondisi inilah yang membuat Bapak Aloysius untuk meninggalkan pekerjaan yang sangat menjanjikan itu dan memutuskan untuk mendirikan usaha Cok Ko Tengok. Bapak Aloysius beserta adik ipar (Denal Naibaho) berkolaborasi dalam menentukan produk yang akan dijual yakni baju motif Batak. Dasar pemilihan motif Batak adalah banyaknya jumlah penduduk Batak yang tinggal di Indonesia sebagai segmen pasar produk.

(17)

pernikahan yang diadakan di kota Pematang Siantar. Di samping itu, usaha kecil ini belum memiliki karyawan, sehingga segala aktivitas dilakukan sendiri oleh pengusahanya. Kegigihan yang dimiliki oleh Bapak Aloysius yang semakin hari semakin memperbaharui sistem mananjemen mampu mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Modal awal yang disediakan oleh pengusaha ini Rp 60.000.000, 00 dengan cara deposit. Uang sebesar itu diberikan oleh pengusaha kepada bagian produksi dan kemudian baju diproduksi berdasarkan desain yang sudah ditentukan oleh tim desainer. Order baju dari Pematang Siantar dapat dilakukan saat deposit masih mencukupi untuk melakukan pemelian produk. Seiring berjalannya waktu usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar memasarkan baju dengan baik. Kemampuan memasarkan produk yang dilakukan semakin baik, maka tim manajemen usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) memberikan kemudahan untuk tidak lagi menggunakan sistem deposit namun dengan sistem Purchase Order. Yakni dengan mengirim barang ke Pematang Siantar dengan pembayaran setelah melakukan penjualan baju.

Kemajuan pemasaran yang dilakukan oleh usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar dapat terlihat dari beberapa pelanggan tetap sebagai reseller ataupun toko produk baju Cok Ko Tengok di beberapa daerah yang

(18)

Usaha kecil ini awalnya merupakan head office usaha kecil Cok Ko Tengok. Karena merupakan pusat pemasaran. Namun semakin berkembangnya permintaan pasar di pulau Sumatera dan pulau Jawa dimana Cok Ko Tengok Pematang Siantar tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan pasar yang pada saat itu memiliki manajamen bisnis yang tidak efektif dan efisien, maka bagian pemasaran di Bandung pun dibuka. Permintaan pasar yang sangat tinggi menuntut sistem manajemen harus semakin kuat untuk menghandle aktivitas pemasaran dan produksi, pemasaran Bandung dijadikan head office 1 tanpa mengubah fungsi head office Cok Ko Tengok Pematang Siantar.

a. Visi

Adapun visi usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) adalah menjadi pengusaha baju motif Batak sebagai oleh-oleh khas kota Pematang Siantar bahkan Internasional.

b. Misi

Untuk mencapaai visi tersebut, maka usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar memiliki misi yakni:

- Menjaga kualitas baju motif Batak Cok Ko Tengok (CKT) tetap.

- Melakukan pemasaran yang agresif untuk mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

(19)

4.1.2 Lokasi Usaha

Lokasi usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) berada di jalan Adam Malik nomor 72 B Pematang Siantar. Dapat digambarkan bahwa jalan Adam Malik berada di sebelah jalan Kartini yang merupakan pusat kota Pematang Siantar kalau malam hari. Lokasi usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) terdapat banyak usaha kuliner maupun cafe. Di samping itu juga terdapat di depannya toko baju Almos Distro yang cukup dikenal oleh masyarakat dan merupakan bagian keluarga pengusaha usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT), sehingga konsumen yang mencari pakaian sejenis produk CKT bisa langsung diarahkan ke toko CKT. Tepat di depan usaha kecil ini terdapat usaha kuliner.

4.1.3 Struktur Organisasi

Usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) merupakan usaha keluarga yang tidak memiliki struktur organisasi yang baku. Adapun komposisi bagian produksi pengembangan usaha yang ada di usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) ini adalah tim desainer yang berada di Bandung terdiri dari satu orang. Tim produksi berikutnyaa adalah bagian pemotongan kain terdiri dari tiga orang, tim di bagian sablon terdapat sepuluh orang, bagian jahitan ada lima belas orang, bagian steam pakaian terdapat tiga orang dan bagian pengkemasan ada tiga orang.

(20)

dengan pengembangan usahanya, termasuk mengecek jumlah barang yang tersedia dan menata letak baju-baju yang merupakan persediaan.

Gambar 4.1

Struktur Organisasi usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar

Sumber : data diolah 2016

4.1.4 Aktivitas Usaha Kecil Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar

Berdasarkan analisis data yang dihasilkan dari wawancara dan tinjauan langsung dalam tujuh hari di usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar bahwa usaha kecil ini memiliki aktivitas yang cenderung sama dalam keseharian. Pukul 10.00 WIB usaha ini buka dan untuk memulai kegiatan harus diawali dengan doa oleh semua karyawan. Dilanjut dengan kegiatan membereskan tempat, pakaian dan segala sesuatu yang di toko agar terlihat rapi sehingga nyaman untuk melakukan aktivitas dan enak dipandang oleh mata.

Pemilik Aloysius

Kasir Alpon Purba

(21)

Kondisi yang nyaman menandakan karyawan siap untuk melakukan aktivitas pemasaran melalui handphone untuk mengakses semua media sosial dengan id media sosial yang berbeda-beda yang digunakan sebagai sarana pemasaran sembari menjaga toko oleh keempat karyawan usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar. Karyawan yang menangani pemasaran ini terdiri dari tiga orang, tidak termasuk kasir dang pengusahanya. Setiap karyawan bertanggung jawab atas dua handphone sarana pemasaran. Konsumen atau pelanggan yang mengorder ataupun bertanya di handphone yang dipertanggungjawabi dilayani oleh karyawan tersebut, bahkan sampai terjadi transaksi dan produk tersebut dikirim.

Transaksi yang dilakukan oleh karyawan dengan setiap konsumen dilayani dengan pelayanan terbaik yang sebelumnya sudah disampaikan pengusahanya agar konsumen merasa nyaman. Konsumen yang sudah pasti melakukan perbelanjaan akan disarankan untuk melakukan transfer untuk produk yang akan dibeli dan ongkos pengiriman barang berdasarkan lokasi. Dan ketika konfirmasi transfer antara karyawan dan konsumen sudah terjadi, maka karyawan akan mengkonfirmasi kembali dengan kasir apakah benar transfer sudah dilakukan oleh konsumen.

(22)

biayanya terjangkau. Tidak seperti jasa pengiriman lain yang memiliki keterbatasan jangkauan daerah daerah pelosok.

Aktivitas pemasaran online yang dikerjakan oleh karyawan dilakukan sampai saatnya usaha kecil ini diakhiri dalam hari itu. Adapun pemasaran yang dilakukan karyawan usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) ini membagikan gambar produk yang memiliki stock dan gambar yang baru diproduksi melalui instagram, facebook, blackberry messanger, dan line.

Masuknya barang-barang yang dikirim dari Bandung tidak terjadwal dengan baik. Kedatangan barang merupakan bagian pekerjaan karyawan untuk mengecek jenis dan jumlah barang yang masuk dikonfirmasi dengan pengusaha. Orderan barang dilakukan oleh pengusaha langsung ke manajemen Cok Ko Tengok (CKT) yang berada di Bandung. Namun kesibukan ini tidak terjadi setiap hari.

Aktivitas pengusaha usaha kecil ini setiap harinya memantau produktivitas kinerja karyawan dalam memasarkan produk dan tanggung jawab atas setiap pekerjaan yang dibebankan. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja sepanjang hari, baik itu tingkah laku di dalam toko, sikap dalam melayani konsumen (kecakapan berkomunikasi), tata krama dalam menanggapi konsumen melalui media sosial, pencatatan penjualan berdasarkan sistematika yang sudah ditentukan oleh pengusaha dan penguasaan jenis – jenis produk yang ditawarkan.

(23)

Tengok Pematang Siantar. Dan pengusaha juga menuntut pertanggungjawaban dan komitmen perubahan atas hal tersebut, dan mengenakan teguran dan sanksi atas kesalahan yang menghambat produktivitas usaha kecil Cok Ko Tengok. Misalnya karyawan yang tidak menguasai pemasaran di media sosial akan diberi tenggang waktu dalam satu bulan, apabila tidak terjadi perkembangan dalam pemasaran maka karyawan tersebut terancam dikeluarkan dari pekerjaannya.

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan diperlukan dalam menilai lingkungan usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) secara keseluruhan, yang meliputi faktor-faktor yangberada di luar (eksternal) maupun di dalam (internal) yang dapat mempengaruhi kemajuan usaha kecil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, analisis lingkungn usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) meliputi dua bagian besar yang terdiri dari analisis lingkungan faktor eksternal dan analisis lingkungan faktor internal.

4.2.1.1 Analisis Lingkungan Eksternal

(24)

manajemen untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang serta menghindari ancaman.

a. Analisis Lingkungan Makro

Lingkungan makro merupakan segala sesuatu yang berada di luar kendali suatu usaha tetapi sangat berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis. Lingkungan makro biasanya tidak berhubungan secara langsung dengan situasi operasional usaha kecil. Identifikasi faktor-faktor eksternal lingkungan makro bertujuan untuk mengetahui kecenderungan-kecenderungan dan kejadian-kejadian yang berada di luar kendali usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT). Identifikasi yang dilakukan juga berfokus pada penentuan faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang, sehingga dapat memudahkan manajemen usaha untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang serta menghindari ancaman. Identifikasi lingkungan makro yang termasuk ke dalam peluang dan ancaman bagi usaha kecil ini dilakukan secara bersama-sama antara peneliti dengan pemilik dan tenaga kerja usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT). Faktor-faktor lingkungan makro usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT). antara lain:

1. Kondisi Ekonomi

Pengukuran atau parameter kondisi perekonomian suatu negara adalah dengan melihat laju inflasi dan laju pertumbuhan yang diukur dengan Product Domestic Bruto (PDB) dan Gross Domestik Product (GDP) per kapita.

(25)

pendapatan per kapita Indonesia meningkat sebesar 1% pada bulan Juni 2016 pemerintah dan Bank Indonesia (BI) berhasil menekan laju inflasi. Hal tersebut mengindikasikan adanya perubahan kondisi ekonomi Indonesia menjadi lebih baik. Rendahnya inflasi juga mengindikasikan daya beli masyarakat semakin meningkat.

2. Politik dan Hukum

Politik dan hukum yang terdiri dari undang-undang, kebijakan pemerintah, lembaga pemerintah, dan kelompok berpengaruh pada keputusan penyusunan strategi usaha. Di negara Indonesia lingkungan politik memiliki pengaruh nyata terhadap keberhasilan dan kegagalan usaha melalui dan ancaman bisnis yang ditimbulkannya. Kebijakan pemerintah saat ini yang sedang menggalakkan usaha kecil dan menengah terutama yang berbasis ekonomi kreatif merupakan suatu peluang.

Pembangunan ekonomi yang berbasis masyarakat seharusnya menjadi prioritas utama pembangunan ekonomi nasional, karena tujuan pembangunan ekonomi rakyat yang sesuai dengan amanat konstitusi yaitu meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penentuan kebijakan ini tidak terlepas dari kemampuan ekonomi kreatif yang mampu dipertahankan untuk peningkatan taraf hidup.

(26)

kecil di daerah kota Pematang Siantar khususnya usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) kurang merasakan secara optimal, baik dari dana bantuan usaha maupun pelatihannya.

Kebijakan pemerintah dalam perdagangan bebas dengan disetujuinya perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menciptakan peluang dengan semakin terbukanya pasar ekspor. Sebaliknya, dapat menjadi ancaman, jika tekanan produk luar negeri lebih besar dan berdaya saing tinggi. Bagi usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) kemungkinan akibat yang muncul adalah jatuhnya harga produk di pasar akibat kebijakan pasar bebas menyebabkan membanjirnya produk di pasar domestik. Untuk akses tentang kondisi pasar akan lebih dimanfatkan oleh perusahaan besar sedangkan oleh usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) lebih dirasakan sebagai ancaman serius.

3. Sosial-Budaya dan Demografi

Mencintai dan melestarikan budaya Batak yang dimiliki oleh masyarakat Batak tetap dipertahankan dengan salah satu cara melalui pakaian bercorak Batak maupun bertuliskan kata-kata Batak. Keunikan motif baju kaos yang diproduksi usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) juga mampu menarik perhatian suku non Batak. Hal ini merupakan suatu kekuatan bagi usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) untuk memasuki pasar dengan persaingan yang sangat ketat.

(27)

4. Teknologi

Salah satu kekuatan yang paling berpengaruh dalam membentuk kehidupan manusia adalah teknologi. Penggunaan teknologi dalam usaha kecil akan memberikan efektifitas dan efisiensi yang akan berpengaruh terhadap biaya operasional usaha kecil. Selain itu juga pengunaan teknologi akan dapat menciptakan pasar baru dan pola konsumsi pasar. Teknologi yang senantiasa berkembang harus selalu diikuti oleh setiap perusahaan yang ingin maju dan berkembang. Adaptasi teknologi yang canggih akan berdampak pada perencanaan usaha kecil melalui perkembangan produk baru atau perbaikan produk lama dan peningkatan pemasaran. Beberapa kemajuan teknologi yang terjadi antara lain dibidang komunikasi, pemasaran dan transportasi, proses produksi pengolahan dan pengemasan, komputer dan internet akan berpengaruh terhadap perkembangan usaha.

Bagi usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) media sosial sebagai sarana utama pemasaran produk. Jenis media sosial yang digunakan adalah instagram dan facebook, dengan pemesanan melalui blackberry messanger, line, whats app, dan telepon untuk mempermudah konsumen untuk mengakses dan melihat jenis produk yang tersedia di toko tanpa harus mengunjungi toko. Pengiriman barang usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) dilakukan melalui J&T ataupun pengiriman express lainnya yang diinginkan oleh konsumen. Pemilihan jenis J&T ini menjangkau sampai ke daerah pedalaman sehingga pengiriman lebih efektif dan efisien bagi konsumen.

(28)

Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan yang ada di sekitar perusahaan. Hal ini mengakibatkan, faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan, seperti ancaman-ancaman dan kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk persaingan itu sendiri. Michael E. Porter mengungkapkan struktur persaingan dalam industri dapat dilihat sebagai kombinasi dari lima kekuatan yaitu ancaman pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan tawar-menawar pemasok, dan persaingan antar perusahaan/usaha kecil dalam industri (Solihin 2012). Adapun kelima kekuatan tersebut adalah:

1. Potensi Pesaing Baru

Masuknya sejumlah pendatang baru dalam bisnis ekonomi kreatif dengan produk baju kaos akanmenimbulkan sejumlah implikasi terhadap bisnis jual beli produk baju yang sudahada, misalnya kapasitas produk dipasar menjadi bertambah, terjadinya perebutankonsumen, serta perebutan sumberdaya yang terbatas seperti ketersediaan bahan baku baju. Pendatang baru tersebut bisa datang dari luar daerahataupun masih satu daerah.Indikasi munculnya ancaman tersebut dapat dilihat dari mudahnyamemulai bisnis ini dengan modal yang tidak terlalu besar dan munculnya banyakpeluang seiring dengan makin banyaknya pasar yang membutuhkan pasokan baju.

2. Daya Tawar Pembeli

(29)

yang mereka miliki. Pelanggan usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) tersebar di Lampung, Tarutung, Balige, Dolok Sanggul, Medan, Tanjung Balai, Aek Kanopan, Parapat, Pangururan dan Sidikalang. Untuk menjaga hubungan dengan pelanggan yang loyal, usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) memberikan pelayanan yang berbeda, seperti pemberian harga yang lebih murah dengan penggambilan jumlah baju lebih banyak. Menjaga ketepatan waktu pengiriman pesanan, menjaga kualitas barang sesuai dengan harga yang disepakati.

Segmentasi pembeli baju usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) memiliki daya tawar lebih kuat pada kalangan anak muda maupun orang dewasa. Contohnya daerah Medan yang berada di Pajak USU, setiap minggunya melakukan permintaaan mencapai enam lusin dalam setiap minggunya. Mengenai pembayaran, biasanya dilakukan dengan sistem deposit, yakni mentransfer sejumlah uang kepada pemilik usaha Cok Ko Tengok (CKT) kemudian melakukan permintaan berdasarkan kekuatan uang yang sudah diberikan. Sementara untuk pembeli perorangan, kekuatan tawar menawar pembeli yang datang ke toko berbeda, karena harga baju dikenai biaya operasional. Namun hal ini bisa lebih fleksibel apabila pengambilan jumlah baju yang lebih banyak.

(30)

3. Daya Tawar Pemasok

Pemasok usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar berada di Bandung merupakan sekalian head office yang memproduksi baju yang sudah di desain. Head office usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) di Bandung akan mengirimkan sebanyak 50% setiap jenis produk yang diproduksi dan juga akan mengirimkan barang yang diminta dari CKT Pematang Siantar ketika persediaan di Pematang Siantar sudah habis. Namun yang menjadi kelemahan bahwa pemasok yang di Bandung sering tidak memiliki barang-barang tertentu yang diminta oleh CKT Pematang Siantar karena banyaknya permintaan dari konsumen. Kendala demikian diatasi dengan menunggu waktu beberapa lama lagi untuk memproduksi jenis barang yang sama. Sementara konsumen ditawarkan untuk memmilih baju dengan motif lain.

4. Ancaman Produk Pengganti

Pengertian produk substitusi adalah produk yang memiliki karakteristik yang berbeda, namun ia dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Oleh sebab itu munculnya produk substitusi baju akan mengancam jumlah permintaan baju apalagi kalau produk substitusi tersebut memiliki harga lebih rendah, produk yang biasa menjadi substitusi baju adalah kaos dengan motif yang berbeda dengan produk usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT). Contohnya baju yang tidak memiliki motif bernuansa Batak.

5. Persaingan Antar Kompetitor

(31)

berupa aset dan idealisme bisnis. Dalam usaha ekonomi kreatif busana saat persaingannya sangat ketat. Untuk produksi baju bermotif Batak di kota Pematang Siantar ada beberapa. Diantaranya Batak Kaos, Junggal Meong, Taoko Medan.

Sejauh ini usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) untuk kriteria motif Batak masih mengusung toko yang paling diminati dan paling dikenal. Berdasarkan tinjauan peneliti ke beberapa konsumen baju motif Batak, dominan hanya mengenal usaha ini.

4.2.2.2 Analisis Lingkungan Internal

1. Aspek Pemasaran

Pemasaran merupakan bagian penting dalam suatu usaha. Pemasaran yang efektif akan menentukan keberlangsungan suatu usaha dalam jangka panjang. Pemasaran yang efektif haruslah inovatif memanfaatkan kemajuan teknologi dalam menjangkau pasar global sehingga selalu dekat dengan pelanggan. Dalam penelitian ini usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) memanfaatkan teknologi untuk menjangkau pelanggan. Di masa era digital ini masyarakat Indonesia dominan melakukan transaksi atau berbelanja melalui media sosial (online) maupun aplikasi yang mendukung perbelanjaan yang sering disebut internet marketing (e-marketing). Usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) memasarkan produk melalui Blackberry Messanger, Line, Whats App, Facebook,Website dan Instagram.

(32)

media sosial dan memahami cara penggunaan teknologi. Pemasaran ini menguntungkan konsumen dan produsen karena tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk melakukan pemilihan produk.

Di samping itu juga usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) juga melakukan pemasaran mulut ke mulut para konsumen dan pelanggan. Konsumen yang membeli produk disarankan juga untuk merekomendasikan kepada teman atau orang lain untuk membeli produk Cok Ko Tengok (CKT) juga. Pemasaran jenis ini juga membantu pemasaran yang dilakukan usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT). Hal ini dapat dilihat dari beberapa konsumen yang langsung datang ke toko berbelanja merupakan rekomendasi dari temannya unyuk mendatangi ke tempat.

2. Aspek Keuangan dan Akuntansi

Sistem pencatatan keuangan yang dilakukan oleh usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) dilakukan dengan baik sesuai dengan sistem akuntansi standar oleh pengusahanya. Setiap transaksi uang keluardan uang masuk dicatat dalam buku keuangan yang sudah dipersiapkan. Pencatatan transaksi dilakukan sejak usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) ini dibuka. Kompetensi pengusaha di bagian keuangan sangat mendukung pencatatan keuangan usaha kecil ini. Jadi pengusaha usaa kecil ini dapat melihat perkembangan usaha kapan balik modal dan kapan keuntungan tertinggi terjadi. Kurva perubahan keuntungan usaha kecil ini pun terlihat sejak dimulai sampai pada saat ini.

3. Aspek Produksi/ Operasi dan Penelitian Pengembangan

(33)

diproduksi di Bandung dengan bahan 100% katun jenis Cotton Combed (lebih halus permukaannya).

4. Aspek Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakanaset suatu usaha yang merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam menjalankan roda usaha. Sumber daya terlibat menjalakan usaha ini melayani konsumen. Pelayanan yang terbaik kepada konsumen akan mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap produk. Usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) memiliki karyawan sebanyak empat orang. Kasir usaha kecil ini ada satu orang dan tiga orang lainnya adalah karyawan yang menangani penjualan online dengan masing-masing handphone yang telah disediakan sekaligus menangani konsumen yang datang langsung ke toko bahkan juga melakukan segala aktivitas yang ada di toko. Sejauh ini usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) tidak memiliki karyawan yang memiliki loyalitas tinggi. Karyawan yang paling lama yang bekerja di toko ini terdiri dari satu orang dan menjalani lamanya bekerja empat bulan.

(34)

4.2.3 Identifikasi Peluang, Ancaman, Kekuatan, dan Kelemahan Usaha Kecil Cok Ko Tengok (CKT)

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal maka didapatkan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT). Peluang dan ancaman tersebut berasal dari lingkungan makro dan lingkungan mikro. Sedangkan berdasarkan analisis internal didapatkan kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dan kelemahan tersebut berasal dari fungsional usaha berupa sumber daya manusia, produksi dan operasi, keuangan dan pemasaran.

1. Peluang

Suatu peluang bagi usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar dengan adanya pelatihan dan pengembangan bagi pengusaha-pengusaha yang sedang merintis usaha kecil. Bukan hanya itu, kementerian koperasi dan UMKM membantu para pengusaha dalam permodalan melalui pola dana bergulir untuk wirausaha pemula dan perijinan usaha di pemerintah daerah. Rancangan stragis tersebut dapat menggali potensi pengusaha untuk mampu bersaing dengan usaha-usaha yang ada di dalam pasar melalui kompetensi yang inovatif untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas memenuhi standarisasi nasional.

(35)

Diterapkannya perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN akan merupakan peluang bagi usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar dalam perluasan pasar. Produk usaha kecil ini akan bersaing dengan produk domestik maupun manca negara dengan kualitas yang berbeda-beda bahkan harga yang bersaing. Hal ini mendorong usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar harus inovatif dan kreatif untuk mempertahankan pasar yang sudah ada dan memperluas pasar.

2. Ancaman

Kebijakan pemerintah yang menyetujui perjanjian perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan suatu kesempatan bagi usaha-usaha kecil manca negara memasuki pasar Indonesia. Datangnya usaha- pengusaha-pengusaha lain yang memiliki kompetensi yang lebih tinggi dan kualitas produk yang lebih baik akan menguasai pasar yang ada di Indonesia.

3. Kekuatan

Usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) merupakan salah satu usaha ekonomi kreatif yang memproduksi baju bermotif Batak baik dalam tulisan, gambar, maupun gorga. Kekuatan usaha kecil ini mampu memproduksi baju sesuai dengan keinginan masyarakat Batak dengan kualitas yang mampu bersaing dengan adanya persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan. Hubungan kekerabatan terjalin baik dengan pelanggan maupun karyawan.

(36)

yang didapat dari waktu ke waktu, kapan balik modal (break even point), juga mengetahui saat pendapatan pada titik terendah.

Pemasaran dilakukan melalui media sosial dengan teknologi yang canggih sangat membantu pelanggan dan produsen, karena sanagat efektif dan efisien terhadap waktu dan biaya.

4. Kelemahan

Kelemahan usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) pada faktor internal adalah kemajuan teknologi tidak mampu menjangkau seluruh lapisan pasar khususnya orang yang tidak menggunakan teknologi dan media sosial maupun lapisan masyarakat yang tidak terlalu sering membuka media sosial.

[image:36.595.109.517.509.749.2]

Keterbatasan modal berdampak pada jumlah produksi menjadi suatu kendala usaha kecil ini dalam memenuhi permintaan konsumen atau pasar. Di samping itu juga waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi baju membutuhkan waktu yang lama.

Tabel 4.1 Peluang dan Ancaman Lingkungan Eksternal Usaha Kecil Cok Ko Tengok (CKT)

Faktor Eksternal

Peluang Ancaman

a. Kondisi Ekonomi

b. Politik dan Hukum

1. Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia diikuti meningkatnya daya beli masyarakat.

2. Pemko Pematang Siantar mendukung pengembangan usaha kecil.

3. Kementerian Koperasi dan UMKM melalui rancangan stragisnya sangat membantu para pengusaha pemula dalam memulai wirausaha melalui

1. Perdagangan bebas Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA)

(37)

c.

Sosial-Budaya dan Demografi

d. Teknologi

e. Pesaing Baru

f. Daya Tawar Pembeli g. Daya Tawar

Pemasok h. Produk

pengganti

bantuan permodalan, perijinan usaha dan pengembangan sumber daya manusia. 4. Kesepakatan perdagangan

bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN membuka pasar. 5. Kecintaan masyarakat Batak

dalam melestarikan kebudayaan sangat tinggi. 6. Kebiasaan masyarakat yang

merantau akan kembali ke daerahnya pada saat hari raya tertentu.

7. Meningkatnya kemudahan dan efisiensi biaya produksi dan pemasaran.

8. Menjalin hubungan yang baik dengan pembeli/pelanggan. 9. Memiliki hubungan yang baik

dengan pemasok.

2. Budaya asing mempengaruhi gaya hidup masyarakat Batak.

3. Adanya niat jahat orang lain untuk meng hack website atau media sosial lainnya.

4. Konsumen beralih ke tempat lain.

(38)
[image:38.595.106.518.137.748.2]

Tabel 4.2 Kekuatan dan Kelemahan Lingkungan Internal Usaha Kecil Cok Ko Tengok (CKT)

Faktor Internal Kekuatan Kelemahan

a. Pemasaran

b. Keuangan dan Akuntasi

c. Produksi/ Operasi dan Penelitian Pengembangan

1. Pemasaran berbasis teknologi yakni menggunakan media sosial.

2. Mempunyai

pelanggan yang tetap. 3. Terjalin mitra kerja

yang baik terhadap semua pelanggan dan konsumen.

4. Memiliki lokasi yang strategis.

5. Penentuan harga yang fleksibel. terhadap pelanggan. 6. Pencatatan keuangan

sudah memenuhi standarisasi

akuntansi.

7. Pencatatan sudah diterapkan dengan baik sejak usaha Cok Ko Tengok (CKT) dirintis.

8. Desain produk yang kreatif dan inovatif. 9. Kemampuan menjual

produk sesuai kebutuhan

konsumen. 10. Kemampuan

memasok baju Cok Ko Tengok (CKT) secara berkelanjutan. 11. Kebutuhan baku

tersedia banyak. 12. Kualitas produk baik

dan mampu bersaing dalam pasar.

1.Tidak dapat

menjangkau kalangan konsumen yang tidak menggunakan

teknologi dengan efektif.

2.Strategi promosi melalui iklan kurang agresif.

3.Keterbatasan produksi berdasarkan modal yang tersedia.

(39)

d. Sumber Daya Manusia

13. Pelayanan terhadap konsumen menjadi prioritas

14. Pelayanan purna jual yang baik.

5.Perekrutan karyawan memiliki kriteria yang rendah.

6.Insentif pada karyawan tidak berdasarkan kemampuan karyawan dalam memasarkan produk CKT.

Sumber : data primer diolah 2016

4.3 Analisis Data

4.3.1 Eksternal stratgic Factor Analysis Summary (EFAS)

[image:39.595.108.518.84.198.2]

Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal usaha oleh kecil Cok Ko Tengok (CKT) didapatkan sejumlah peluang dan ancaman sebagai faktor strategis eksternal usaha. Faktor stategis eksternal tersebut kemudian dilakukan pembobotan dan pemberian peringkat oleh peneliti. Pengisian bobot dan rating pada analisis EFAS berdasarkan daftar isian yang diberikan kepada pengusaha CoK Ko Tengok sebagai informan kunci sesuai dengan ketentuan.

Tabel 4.3 Analisis EFAS

Faktor Strategis Eksternal Peluang

Bob ot ( a )

Rating ( b )

Skor (c=axb) Pemerintah daerah mendukung

pertumbuhan UMKM

0,07 3 0,27 Membaiknya kondisi perekonomian 0,09 4 0,36 Tingginya rasa cinta terhadap kebudayaan

Batak oleh masyarakat Batak

0,1 4 0,4

Tingginya jumlah masyarakat suku Batak Indonesia

0,11 4 0,44 Kemudahan dan efisiensi produksi 0,08 4 0,32 Responsif pada peluang pasar 0,1 3 0,3 Penerapan perdagangan bebas masyarakat

ekonomi ASEAN (MEA)

0,1 4 0,4

Perkembangan TI 0,1 4 0,4

Sub total 0,75 2,89

Ancaman Bob

ot

(40)

Dominasi perusahaan besar 0,07 3 0,21 Bertambahnya jumlah pesaing baru di

pasar

0,06 4 0,24 Bahan baku bersinergi dengan usaha kecil

lain

0,07 3 0,21

Kenaikan BBM 0,05 2 0,1

Sub total 0,25 0,76

Jumlah 1,00 3, 65

Sumber : data primer diolah 2016

Hasil analisis EFAS pada penelitian ini menunjukkan bahwa usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) memiliki peluang dalam hal tingginya rasa cinta terhadap kebudayaan oleh masyarakat Batak yakni dengan skor 0,44 dan ancaman terdapat pada dominasi perusahaan besar dan bahan baku bersinergi usaha kecil lain dengan skor 0,21.

4.3.2 Matriks Internal stratgic Factor Analysis Summary (IFAS)

[image:40.595.113.487.83.206.2]

Identifikasi terhadap faktor-faktor internal yang ada oleh usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) didapatkan sejumlah kekuatan dan kelemahan yang disebut sebagai faktor strategis internal usaha yang kemudian dilakukan pembobotan dan pemberian peringkat.

Tabel 4.4 Analisis IFAS Faktor Strategis Internal Kekuatan

Bobot ( a )

Rating ( b )

Score (c=axb) Kemampuan menjual baju Cok Ko

Tengok (CKT) sesuai kebutuhan konsumen

0,08 3 0,24

Sering mengikuti pameran 0,1 4 0,4 Mampu mensupplai produk secara

berkelanjutan

0,07 3 0,21

Lokasi yang strategis 0,08 3 0,24

Kualitas bahan baku yang baik 0,1 4 0,4 Desain produksi kreatif dan

inovatif

(41)

Pelayanan terhadap konsumen menjadi prioritas

0,10 4 0,4

Memiliki pelanggan tetap 0,09 3 0,27 Sistem pencatatan keuangan sudah

memenuhi standarisasi akuntansi

0,09 4 0,36

Sub total 0,80 2,61

Kelemahan Bobot Rating Skor

Loyalitas dan pengalaman karyawan

0,06 3 0,18

Keterbatasan modal dalam proses produksi

0,07 3 0,21

Memiliki hak cipta 0,06 3 0,18

Keterbatasan lahan untuk pengembangan usaha

0,04 3 0,12

Sub total 0,20 0,69

Jumlah 1,00 3,3

Sumber : data primer diolah 2016

Berdasarkan tabel di atas skor total matriks IFAS adalah 3,3 menunjukkan bahwa usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) memiliki kekuatan usaha pada seringnya usaha kecil ini mengikuti pameran, kualitas bahan baku produksi yang bagus dan pelayanan terhadap konsumen menjadi perhatian utama. Masing masing skor faktor strategis internal tersebut adalah sebesar 0,4.

Ancaman utama usaha kecil ini adalah keterbatasan modal dalam modal produksi, yakni sebesar 0,21 disusul oleh loyalitas dan pengalaman karyawan yang rendah dan belum memiliki hak cipta yakni sebesar 0,18.

4.3.3 Analisis Strategic Factor Analysis Summary ( SFAS)

(42)
[image:42.595.109.506.289.632.2]

untuk mendapatkan informasi mengenai posisi perusahaan guna mempermudah dalam pemberian alternatif strategi usaha dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Tabel 4.5 Analisis SFAS

Faktor Strategis B R S Durasi

pendek menengah panjang Sering mengikuti pameran 0,11 4 0,44 X

Kualitas bahan baku yang baik

0,11 4 0,52 X

Desain produksi kreatif dan inovatif

0,12 4 0,48 X

Pelayanan terhadap

konsumen menjadi prioritas

0,12 4 0,48 X

Sistem pencatatan keuangan sudah memenuhi

standarisasi akuntansi

0,12 4 0,48 X

Tingginya rasa cinta

terhadap kebudayaan Batak oleh masyarakat Batak

0,11 4 0,44 X

Tingginya jumlah masyarakat suku Batak Indonesia

0,09 4 0,36 X

Hubungan yang baik dengan pembeli

0,11 4 0,44 X

Perkembangan TI 0,11 4 0,44 X

Jumlah 1,00 4,00

Sumber : data primer diolah 2016

(43)
[image:43.595.106.472.287.375.2]

Dalam jangka pendek strategi usaha kecil Cok Ko Tengok tetap mengikuti pameran dengan skor sebesar 0,33. Hal ini berarti usaha kecil Cok Ko Tengok dalam jangka pendek ini memiliki kekuatan yang peningkatan pengenalan produk terhadap konsumen. Dalam jangka menengah jumlah penduduk Indonesia yang bersuku Batak menjadi pertahanan usaha keci ini dengan skor 0,36 dan untuk jangka panjang kualitas bahan baku yang baik dengan skor 0,52.

Tabel 4.6 Persentase Hasil Perhitungan EFAS dan IFAS

Kategori Faktor % Skor Bobot %

IFAS Kekuatan

Kelemahan

80 20

3,3 47,6

EFAS Peluang

Ancaman

75 25

3,65 52,5

Total 6,95 100

Sumber : data primer diolah 2016 Keterangan :

Kekuatan = 2,61 Kelemahan = 0,69 Peluang = 2,89 Ancaman = 0,76

(44)
[image:44.595.177.465.100.421.2]

Gambar 4.2 Matriks SFAS

SKOR TOTAL IFAS

Kuat Rata-rata Lemah

3,0

2 , 0

Tinggi I II III

Menengah IV Ckt V VI

Rendah VII VIII IX

Masing-masing total skor dari kedua matriks tersebut dipetakan dalam matriks SFAS dan menempatkan usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) ke dalam sel V dengan koordinat (2,61;2,89). Kedudukan ini menunjukan posisi eksternal dan internal usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) berada pada posisi rata-rata. Peta kekuatan ini meletakan perusahaan pada posisi pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Adapun strategi yang umum diterapkan pada sel V ini adalah

(45)

menambah promosi dan publisitas . Penetrasi pasar yang dapat dilakukan oleh usaha kecil Cok Ko Tengok adalah menambah efektifitas promosi dengan membuat spanduk, flier, atau billboard, yang jelas menunjukan lokasi.

4.3.4 Analisis Strength, Weakness, Oppurtunity and Threat ( Analisis SWOT) Analisis matriks SWOT dilakukan dengan membandingkan secara sistematis hasil kekuatan dan kelemahan dari lingkungan internal dengan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal secara terukur untuk menghasilkan strategi pengembangan bisnis yang sesuai.Matriks SWOT ini menggambarkan dan memberikan informasi bagaimana manajemen dapat mencocokan peluang-peluang yang dimiliki serta ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi oleh usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) melalui kekuatan dan kelemahan internalnya untuk menghasilkan empat alternatif strategi. Keempat alternatif strategi tersebut terdiri dari strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan yang terakhir yaitu strategi WT. 1. Strategi S-O

Strategi SO merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internaluntuk memanfaatkan peluang eksternal guna memperoleh keuntungan bagi usaha kecil.Adapun beberapa alternatif strategi SO yang dihasilkan yakni :

(46)

melihat produk CKT di media sosial akan lebih ingin tahu lagi terhadap produk ketika produk tersebut berada di depan mata sendiri. Dan akan dimulai ketika melihat-lihat produk bertanya bahkan pada akhirnya memutuskan untuk membeli produk. Dengan jumlah masyarakat Indonesia yang bersuku Batak sangat tinggi, tidak terjangkau dari media sosial maupun tidak mengakses internet, dengan mengikuti pameran akan memudahkan usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) tetap dikenal oleh masyarakat luas.

2. Usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) meningkatkan kualitas bahan baku dan desain baju yang diproduksi tetap kreatif dan inovatif. Hal ini berdampak positif terhadap konsumen usaha kecil ini, yakni memiliki loyalitas terhadap produk.

3. Seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia dan pemenuhan permintaan pasar, mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang memiliki kecintaan terhadap budaya suku Batak. Produk dan sistem pemasaran yang berbasis teknologi akan mempermudah pemenuhan kebutuhan konsumen pada masa era digital ini. Sangat baik bagi konsumen dan pengusaha dalam melakukan transaksi dengan kemajuan teknologi. Oleh karena itu pengusaha harus mampu mengikuti perkembangan jaman agar mampu bersaing di dalam pasar. Didukung dengan kebijakan pemerintah dalam penerapan perdagangan bebas Masyarkat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan peluang bagi usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) untuk memperluas pasar hingga manca negara.

2. Strategi WO

(47)

usaha kecil. Adapun beberapa alternatif strategi W-O yang dihasilkan sebagai berikut:

1. Melakukan promosi dengan sistem mulut ke mulut oleh konsumen dengan mengusulkan agar konsumen yang sudah menggunakan produk Cok Ko Tengok merekomendasikan kepada teman atau orang lain. Promosi melalui iklan di media sesuai dengan kemajuan teknologi yang dapat dilihat orang ketika mengakses sosial media.

2. Memanfaatkan peluang yang diberikan oleh pemerintah melalui rancangan strategis 2014-2019 dalam mengembangkan usaha kecil menengah dalam kekurangan modal untuk produksi. Produsen memproduksi baju yang sudah didesain dengan peralatan berbasis teknologi untuk mengefisienkan waktu produksi. Dan perekrutan karyawan yang berpengalaman dan menguasai teknologi media sosial sangat membantu dalam memasarkan produk. Melihat strategi pemasaran yang dilakukan oleh usah kecil ini didominasi melalui media sosial (online market) untuk menjangkau segmen pasar.

3. Membuat hak cipta usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) Pematang Siantar untuk jangka panjang yang berdampak memberikan peluang kepada usaha kecil ini merintis usaha franchise. Kondisi pasar yang begitu baik untuk dimasuki dengan pelanggan tetap yang berjumlah banyak.

3. Strategi S-T

(48)

1. Menyediakan produk yang berkualitas

Adanya ancaman dari pesaing dan pendatang baru di pasar mampu bersaing dengan menyediakan produk yang berkualitas. Usaha kecil Cok Ko Tengok bisa menerapkan standarisasi kualitas nasional maupun internasional ISO 9000 untuk mampu bersaing di pasar era perdagangan bebas ini.

2. Meningkatkan sinergisme dan kemitraan dengan pihak lain.

Munculnya para pesaing dampak dari perjanjian perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang disetujui oleh pemerintah akan mempermudah masuknya produk pakaian dari luar negeri ke Indonesia. Ancaman dari dalam negeri berupa dominasi perusahaan besar, ataupun stigma negatif terhadap baju akan semakin mengancam keberadaan usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT). Untuk itu diperlukan strategi kerjasama dengan pihak lain dengan meningkatkan sinergisme dan kemitraan, karena semuanya tidak bisa dikerjakan seorang diri oleh usaha kecil, hubungan baik dengansemua pihak perlu ditingkatkan lagi, sehingga tidak sampai terjadi persaingan yang tidak sehat antar usaha kecil atau perusahaan yang ada.

(49)

4. Strategi W-T

Strategi WT merupakan strategi yang mengurangi kelemahan internal danmenghindari ancaman eksternal yang ada. Beberapa alternatif strategi WT yang dihasilkan antara lain:

1. Untuk meningkatkan loyalitas karyawan sebaiknya diberikan insentif yang sesuai. Baik itu berdasarkan kuantitas penjualan personal maupun ditetapkan langsung oleh pengusaha sesuai penilaian tertentu. Mengurus hak cipta produksi untuk menjaga nama baik usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) dalam jangka panjang melihat banyaknya pendatang baru dan pengusaha-pengusaha baru yang memasuki pasar.

2. Melakukan peningkatan modal untuk menghadapi perusahaan besar yang mendominasi pasar dan menghindari bahan baku lebih banyak dipasokkan kepada usaha kecil lainnya.

4.3.5 Analisis Strategic Position and Action Evaluation (SPACE)

(50)

Pilihan Strategi Alternatif Internal Eksternal

AGRESIF S>W O>T

[image:50.595.132.450.90.433.2]

2,61>0,69 2,89>0,76

Gambar 4.3

peluang

kelemahan

kekuatan

ancaman sumber : Freddy (2009)

4.3.6 Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Berdasarkan hasil QSPM pada tabel 4.7 maka prioritas strategi terbaik yang harus dilakukan saat ini adalah:

1. Mempertahankan produk dengan memenuhi permintaan konsumen dari tingginya rasa cinta terhadap kebudayaan Batak dengan TAS 0,24.

2. Mempergunakan kemajuan teknologi dalam pengembangan usaha ditunjukkan dengan TAS 0,24.

(51)

4. Mengembangkan pasar ke luar daerah bahkan ke luar negeri dengan peluang adanya perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Tabel Matriks 4.7 Quantitatif Strategic PlanningMatrix Cok Ko Tengok

No

Faktor Kunci Bobot Alternatif Strategi Penetrasi

pasar

Pengemban gan produk AS TAS AS TAS Peluang

1 Pemerintah daerah mendukung pertumbuhan UMKM

0,02 3 0,06 3 0,06 2 Membaiknya kondisi perekonomian 0,04 3 0,12 2 0,08 3 Tingginya rasa cinta terhadap

kebudayaan Batak oleh masyarakat Batak

0,06 4 0,24 4 0,24

4 Tingginya jumlah masyarakat suku Batak Indonesia

0,05 4 0,2 3 0,15 5 Kemudahan dan efisiensi produksi 0,04 3 0,12 4 0,16 6 Responsif pada peluang pasar 0,05 4 0,2 4 0,2 7 Penerapan perdagangan bebas

masyarakat ekonomi ASEAN (MEA)

0,06 3 0,18 4 0,24

8 Perkembangan TI 0,06 4 0,24 3 0,18

Ancaman

9 Dominasi perusahaan besar 0,03 2 0,06 3 0,09 10 Bertambahnya jumlah pesaing baru

di pasar

0,03 2 0,06 3 0,09 11 Bahan baku bersinergi dengan

usaha kecil lain

0,03 2 0,06 3 0,06

[image:51.595.109.517.230.731.2]
(52)

Kekuatan

13 Kemampuan menjual baju Cok Ko Tengok (CKT) sesuai kebutuhan konsumen

0,04 4 0,16 3 0,12

14 Sering mengikuti pameran 0,05 4 0,2 3 0,15 15 Mampu mensupplai produk secara

berkelanjutan

0,04 3 0,12 3 0,12

16 Lokasi yang strategis 0,02 3 0,06 2 0,04 17 Kualitas bahan baku yang baik 0,06 4 0,24 3 0,18 18 Desain produksi kreatif dan

inovatif

0,05 4 0,2 4 0,2 19 Pelayanan terhadap konsumen

menjadi prioritas

0,05 4 0,2 3 0,15

20 Memiliki pelanggan tetap 0,05 4 0,2 3 0,15 21 Sistem pencatatan keuangan sudah

memenuhi standarisasi akuntansi

0,04 3 0,12 3 0,12

Kelemahan

22 Loyalitas dan pengalaman karyawan

0,04 3 0,12 4 0,16 23 Keterbatasan modal dalam proses

produksi

0,03 4 0,12 4 0,12

24 Memiliki hak cipta 0,02 3 0,06 2 0,04

25 Keterbatasan lahan untuk pengembangan usaha

0,02 2 0,04 3 0,06

TOTAL 3,42 3,2

(53)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal serta matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary) menunjukan bahwa kemampuan usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) dalam merespon dan mengahadapi faktor eksternal berada pada kondisi rata-rata, dimana peluang terbesar berasal dari tingginya jumlah masyarakat bersuku Batak. Sedangkan ancaman utama yang dihadapi adalah bertambahnya jumlah pesaing baru di pasar.

2. Hasil analisis internal dan matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) menunjukan bahwa kemampuan internal usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) adalah dalam kondisi rata-rata dengan kekuatan terbesar adalah sering mengikuti pameran, kualitas bahan baku yang baik dan memprioritaskan playanan terhadap konsumen. Kelemahan utama dari usaha kecil ini adalah keterbatasan modal dalam produksi.

3. Analisis matriks SFAS menempatkan perusahaan berada dalam kuadran V, kondisi ini menunjukan bahwa perusahaan saat ini berada dalam posisi “pertahankan dan pelihara” (Hold and maintain). Strategi yang biasa diterapkan

(54)

prioritas strategi yang ingin dijalankan oleh usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) adalah: (1) Mempertahankan produk dengan memenuhi permintaan konsumen dari tingginya rasa cinta terhadap kebudayaan Batak dengan TAS 0,24. (2) Mempergunakan kemajuan teknologi dalam pengembangan usaha ditunjukkan dengan TAS 0,24. (3) Tetap mempertahankan kualitas bahan baku produk usaha Cok Ko Tengok (CKT) untuk mampu menjadi pilihan terbaik konsumen dan meningkatkan loyalitas konsumen. (4) Mengembangkan pasar ke luar daerah bahkan ke luar negeri dengan peluang adanya perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN.

5.2 Saran

Menghadapi persaingan di dalam pasar usaha kecil harus menerapkan strategi-strategi untuk mampu bertahan. Manajemen usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) harus mampu melihat strategidan perkembangan para pesaing, agar dapat mengantisipasi strategi yang dilakukan. Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, penulis menyarankan:

1. Pemasaran dan promosi yang dilakukan usaha kecil Cok Ko Tengok (CKT) lebih agresif melalui iklan di internet dan konvensional untuk menjangkau konsmen yang tidak aktif di media sosial.

(55)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Strategi

2.1.1 Pengertian Strategi

Menurut Hamel dan Prahalad, strategi merupakan suatu tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competence). Perusahaan perlu mencari kompetensi mencari kompetensi inti di

dalam bisnis yang dilakukan (Rangkuti, 2009:4).

(56)

Menurut porter (Rangkuti 2009), strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Dari defenisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi adalah cara atau teknik yang dilakukan sebuah perusahaan untuk mendapatkan keunggulan bersaing dengan mempelajari dan memahami lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) sehingga perusahaan bisa tetap bertahan (survive).

2.1.2 Konsep Strategi

Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2013:5).

a. Distrinctive Competence : tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.

b. Competitive Advantages : kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh

perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

2.1.3 Tipe-tipe Strategi

(57)

1. Strategi Manajemen

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. Misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan sebagainya.

2. Strategi Investasi

Strategiini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi.Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya. 3. Strategi Bisnis

Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen. Misalnya, strategi pemasaran, startegi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

2.1.4 Level-level Strategi

Dalam perusahaan terdapat tiga level strategi, yaitu level korporasi, level unit bisnis, dan level fungsional (Tjiptono, 2003:4).

1. Strategi Level Korporasi (Corporate Strategy)

(58)

keseluruhan mendukung dan meningkatkan nilai unit usaha di dalamnya; dan menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita membangun struktur bisnis secara

keseluruhan, agar semua bagian-bagiannya menciptakan nilai lebih bersama-sama daripada mereka akan secara individual?”

Perusahaan dapat melakukan ini dengan cara membangun kompetensi internal yang kuat, berbagi teknologi dan sumber daya antar unit bisnis, dengan meningkatkan efektivitas modal dan biaya, dengan mengembangkan dan memelihara brand perusahaan yang kuat, dan lain sebagainya.

2. Strategi Level Unit Bisnis (Business Unit Strategy)

Strategi dalam ruang lingkup unit bisnis terkonsentrasi kepada bagaimana suskes memenangkan pasar. Namun demikian strategi unit bisnis tetap selaras dengan strategi pada level perusahaan. Analisa yang kompetitif termasuk mengumpulkan data-data intelijen kompetitif adalah titik awal membuat Business Unit Strategy. Dengan mencari tahu kompetensi inti, pengusaha dapat memenuhi

kebutuhan pelanggan dari berbaga cara.Strategi dalam unit bisnis akan sangat tampak pergerakannya karena terkait langsung dengan pekerjaan masing-masing orang. Ketika orang-orang memahami bagaimana mereka dapat membantu unit bisnis mereka “menang,” pengusaha memiliki dasar menentukan tenaga kerja

(59)

3. Strategi Level Fungsional

Strategi level fungsional merupakan strategi dalam kerangka fungsi-fungsi manajemen yang dapat mendukung strategi level unit bisnis. Strategi fungsional lebih bersifat operasional karena akan langsung diimplementasikan oleh fungsi-fungsi manajemen yang ada dibawah tanggung jawabnya, seperti fungsi-fungsi manajemen pemasaran, sumber daya manusia, dan lain-lain.

2.1.5 Jenis-Jenis Strategi

Strategi-strategi alternatif yang dapat diambil oleh perusahaan (David, 2012:251) adalah:

1. Strategi Integrasi

Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal kadang-kadang bersama-sama disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok, dan atau pesaing.

a. Integrasi ke depan

(60)

b. Integrasi ke Belakang

Integrasi ke belakang adalah strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Strategi ini sangat cocok ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.

c. Integrasi Horizontal

Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan. Salah satu tren yang paling signifikan dalam manajemen strategis saat ini adalah meningkatnya penggunaan integrasi horizontal sebagai strategi pertumbuhan. Merger, akuisisi, dan pengambilalihan antar pesaing memungkinkan meningkatnya skala ekonomi dan mendorong transfer sumber daya dan kompetensi.

2. Strategi Intensif

Kelompok strategi ini disebut sebagai intensif karena mensyaratkan berbagai upaya intensif untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada. Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu:

a. Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration Strategy)

(61)

penjualan, meningkatkananggaran iklan, menawarkan secara gencar berbagai item promosi penjualan, atau bahkan meningkatkan aktivitas publisitas.

b. Strategi Pengembangan Pasar (Market Development Strategy)

Memperkenalkan produk yang ada saat ini pada pasar baru. Strategi pengembangan pasar ke pasar baru ini dijalankan dengan memperluas area geografi baru, menambah segmen baru, mengubah dari bukan pemakai menjadi pemakai, menarik pelanggannya pesaing.

c. Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy)

Merupakan strategi yang dijalankan untukmenaikkan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk yang ada saat ini. Menjalankan strategi ini berarti melibatkan pengeluaran biaya penelitian dan pengembangan yang besar.

3. Strategi Diversifikasi

Ada tiga tipe umum dari strategi diversifikasi, yaitu konsentrik (terfokus), horizontal, dan konglomerat.

a. Diversifikasi Konsentrik

(62)

b. Diversifikasi Horizontal

Menambahkan produk atau jasa baru, yang tidak berkaitan, untuk pelanggan saat ini disebut diversifikasi horizontal. Strategi ini tidak seberesiko diversifikasi konglomerat karena perusahaan seharusnya sudah lebih dikenal dengan pelanggan saat ini.

c. Diversifikasi Konglomerat

Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait, namun dilakukan dengan cara mengakuisisi perusahaan lain yang memiliki line of business yang sama sekali berbeda.

4. Strategi Defensif

a. Retrechment

Retrechement terjadi jika suatu organisasi mengelompokkan ulang melalui

pengurangan kas dan biaya untuk membalikkan penjualan dan laba yang menurun. Retrechment didesain untuk memperkuat kompetensi dasar organisasi yang unik.

Selama retrenchment, penyusunan strategi bekerja dengan sumber daya yang terbatas dan menghadapi tekanan dari pemegang saham, karyawan, media. Retrenchment dapat melibatkan penjualan tanah dan gedung untuk meningkatkan

(63)

b. Likuidasi

Menjual seluruh aset perusahaan, secara terpisah-pisah atau sepotong-sepotong untuk nilai rill disebut likuidasi. Likuidasi adalah pengakuan atas kekalahan, konsekuensinya dapat menjadi strategi yang sulit secara emosional. 2.2 Manajemen Strategik

2.2.1 Pengertian Manajemen Strategik

(64)

Manajemen strategi dapat diberlakukan pada semua perusahaan mulai dari perusahaan-perusahaan kecil (seperti rumah makan kecil dan bengkel las) hingga perusahaan-perusahaan besar (seperti perusahaan pembuat mobil dan bank-bank antar-bangsa); mulai dari lembaga yang tidak mencari laba (seperti rumah sakitdan panti asuhan) hingga lembaga-lembaga pencari laba (seperti hotel-hotel besar dan pusat perbelanjaan); dan mulai dari perusahaan-perusahaan swasta (seperti Indofood dan Toyota) hingga perusahaan-perusahaan milik negara (seperti PT Perkebunan Nusantara dan perusahaan penerbangan Garuda Indonesia).

2.2.2 Ruang Lingkup Manajemen Strategik

Ruang lingkup manajemen strategik menunjukkan seluruh kegiatan yang dicakup oleh manajemen strategik. Ruang lingkup ini dapat dianggap sebagai fungsi-fungsi manajemen strategikyang akan membantu para pemimpin organisasi atau perusahaan dalam merancangnya. Keseluruhan kegiatan manajemen strategik mempunyai dua lingkup utama yaitu (Pontas M. Pardede 2011:25) :

1. Perencanaan strategik

2. Pemberlakuan dan pengendalian siasat

2.2.2.1 Perencanaan Strategik

(65)

yang mempunyai pengaruh atau akibat jangka panjang atas misi, falsafah, kebijakan, sasaran termasuk cara-cara pencapaian sasaran perusahaan. Putusa-putusan strategik dirumuskan sebagai persiapan unuk menyongsong peluang-peluang dan ancaman-ancaman yang diramalkan akan terwujud di masa yang akan datang.

Kegiatan perencanaan strategik merupakan serangkaian pembuatan putusan yang terdiri dari:

1. Perumusan tujuan, misi, dan visi perusahaan.

2. Perumusan nilai, keyakinan, falsafah dan kebijakan perusahaan.

3. Penafsiran atau pengukuran kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berkaitan dengan perusahaan

4. Perumusan sasaran-sasaran

Gambar

Tabel 2.2 QSPM
Gambar 4.1
Tabel 4.1 Peluang dan Ancaman Lingkungan Eksternal Usaha Kecil Cok Ko
Tabel 4.2 Kekuatan dan Kelemahan Lingkungan Internal Usaha Kecil
+7

Referensi

Dokumen terkait