• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN TARI PIRING DUA BELAS MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS X SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN TARI PIRING DUA BELAS MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS X SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN TARI PIRING DUA BELAS MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS X SMA NEGERI 3 BANDAR

LAMPUNG

Oleh

FREDI TENANG (skripsi)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Batasan Masalah ... 5

1.3. Rumusan Masalah ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

1.6. Ruang Lingkup ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Tinjauan Pustaka ... 8

2.2. Pembelajaran ... 9

2.3. Metode Demonstrasi ... 11

2.3.1. Kelebihan Metode Demostrasi ... 11

2.3.2. Kelemahan Metode Demonstrasi ... 12

(3)

2.4.3. Busana Tari Piring Dua Belas ... 21

2.4.4. Musik Pengiring Tari Piring Dua Belas ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Metode Penelitian ... 26

3.2. Sumber Data ... 27

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.3.1. Observasi ... 28

3.3.2. Wawancara ... 28

3.3.3. Dokumentasi ... 29

3.4. Instrumen Penelitian ... 29

3.4.1. Instrumen Pengamatan aktivitas Guru ... 29

3.4.2. Tes Praktik ... 31

3.4.3. Non Tes ... 34

3.5. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1. Profil Sekolah SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 39

4.1.1. Sejarah Sekolah ... 39

4.1.2. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 40

4.1.3. Daftar Nama Dewan Guru SMA Negeri 3 Bandar Lampung. 41 4.1.4. Sarana dan Prasarana ... 44

4.2. Persiapan Penelitian ... 45

4.3. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 46

4.3.1. Pertemuan Pertama ... 46

4.3.1.1. Deskripsi Pertemuan Pertama ... 46

4.3.1.2. Pembahasan Pertemuan Pertama ... 49

4.3.1.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Pertama ... 50

4.3.1.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama ... 51

4.3.2. Pertemuan Kedua ... 52

4.3.2.1. Deskripsi Pertemuan Kedua ... 52

4.3.2.2. Pembahasan Pertemuan Kedua ... 55

4.3.2.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kedua ... 57

4.3.2.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua ... 58

4.3.3. Pertemuan Ketiga ... 60

4.3.3.1. Deskripsi Pertemuan Ketiga ... 60

4.3.3.2. Pembahasan Pertemuan Ketiga ... 64

4.3.3.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Ketiga ... 65

4.3.3.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Ketiga ... 67

4.3.4. Pertemuan Keempat ... 69

4.3.4.1. Deskripsi Pertemuan Keempat ... 69

4.3.4.2. Pembahasan Pertemuan Keempat ... 73

(4)

4.3.5.2. Pembahasan Pertemuan Kelima ... 80

4.3.5.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kelima ... 81

4.3.5.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kelima ... 83

4.3.6. Pertemuan Keenam ... 84

4.3.6.1. Deskripsi Pertemuan Keenam ... 84

4.3.6.2. Pembahasan Pertemuan Keenam ... 88

4.3.6.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Keenam ... 89

4.3.6.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Keenam ... 90

4.3.7. Pertemuan Ketujuh ... 92

4.3.7.1. Deskripsi Pertemuan Ketujuh ... 92

4.3.7.2. Pembahasan Pertemuan Ketujuh ... 95

4.3.7.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Ketujuh ... 96

4.3.7.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Ketujuh ... 97

4.3.8. Pertemuan Kedelapan ... 99

4.3.8.1. Deskripsi Pertemuan Kedelapan ... 99

4.3.8.2. Pembahasan Pertemuan Kedelapan ... 103

4.3.8.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kedelapan ... 104

4.3.8.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kedelapan ... 105

4.4. Penggunaan Metode Demonstrasi ... 106

4.5. Temuan ... 108

BAB V HASIL PENELITIAN ... 110

5.1. Kesimpulan ... 110

5.2. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikaan merupakan bagian integral dalam pembangunan.Proses pendidikan tak

dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.Pembangunan diarahkan dan

bertujukan untuk mengembangkan sumber daya manusia dan berkualitas dan

pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan yang lainya saling berkaitan dan

berlangsung dengan bersamaan. Bersamaan tentang proses suatu pendidikan sudah

tentu tak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakaukan unntuk

mngembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia

berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam

tujuan pendidikan nasional(Hamalik 2014:1).

Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh siswa

setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran dan latihan

(6)

merupakan suatu komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan

fungsi sentral. Itu sebabnya, setiap tenaga pendidikan perlu memahami dengan baik

tujuan pendidikan, supaya berupaya melaksanakan tugas dan funngsinya untuk

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan ( Hamalik 2014:3-4).

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan

bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan

berbagai kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan

berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan siswa diarahkan

dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun

dan ditata dalam suatu kurikulum, yang ada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk

proses pembelajaran (Hamalik, 2014 : 3).

Pendidikan seni pada dasarnya adalah bagaimana seni itu ada dan dimasukan dalam

pendidikan untuk diterapkan atau diajarkan, agar siswa dapat mengembangkan bakat

seni yang dimilikinya. Pendidikan seni secara umum berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan setiap anak atau siswa untuk memperkenalkan warisan

budaya, memperluas kesadaran sosial dan sebagai jalan untuk pengetahuan.

Pendidikan seni sangat mengutamakan kreativitas siswa untuk aktif dalam setiap jenis

seni yang dipelajari disekolah baik seni tari, seni musik, seni drama dan seni rupa

(Mustika, 2013 : 26).

Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan diajari oleh siswa

(7)

sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah

disusun secara sistematis dan logis. Maka berkat penemuan penemuan masa

lampau,maka diadakan pemilihan dan selanjutnya disusun secara sistematis, artinya

dapat diterima oleh akal pikiran. Semakin banyak pengalaman dan penemuan

penemuan, maka semakin banyak pula mata ajaran yang harus di susun dalam

kurikulum dan harus dipelajari oleh siswa di sekolah. Kurikulum adalah suatu

program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa (Hamalik, 2014 :

16-17).

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan

siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,

sehingga terjadi perubahan dan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan

dan pembelajaran. Dengan kata lain sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa

yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum disusun

sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada

sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat

mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran,

perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain, yang

pada giliranya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan

dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu

kurikulum (Hamalik 2014:17).

Setiap Provinsi mempunyai tarian traditional masing-masing yang mempunyai

(8)

yakni tari piring dua belas yang berasal dari provinsi Lampung. Tari piring dua belas

merupakan tari tunggal traditional yang dimiliki oleh masyarakat lampung dan

merupakan tari pergaulan masyarakat Lampung Pesisir yang beradatkan Saibatin.

Masyarakat Lampung Pesisir merupakan masyarakat yang tinggal di pinggir pantai.

Tari piring dua belas belum banyak dikenal oleh masyarakat Lampung secara

keseluruhan, maka dari itu untuk mengenalkan dan melestarikan tari piring dua belas

maka tarian ini diajarkan oleh siswa di sekolah dalam pembelajaran seni budaya. Dan

salah satu sekolah yang ada di Bandar Lampung yang mengajarkan tari piring dua

belas adalah SMA Negeri 3 Bandar Lampung.

SMA Negeri 3 Bandar Lampung merupakan sekolah Negeri yang ada di Bandar

Lampung yang telah mendapatkan akreditasi A, Dimana dalam proses

belajar-mengajar pihak sekolah telah menyusun kegiatan pembelajaran yang disusun dalam

rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) yang telah disesuikan dengan satuan

pendidikan.

Proses pembelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 3 Bandar Lampung guru

melaksanakan pembelajaranya dengan metode demontrasi pada pembelajaran

sebelumnya guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media audio

visual media ini dianggap kurang efektik karena siswa hanya terpaku pada video yang

ditayangkan oleh guru, guru hanya menayangkan video tari tanpa memberikan contoh

ragam gerak secara detail kepada siswa. Metode demonstrasi adalah pertunjukan

(9)

laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh siswa secara nyata

atas tiruannya ( Sagala, 2012 : 211).

Dengan diterapkan metode demontrasi maka di harapkan pembelajaran seni budaya

materi tari piring dua belas dapat meningkatkan minat belajar siswa di kelas X SMA

Negeri Bandar Lampung, yang mana siswa harus bisa memperagakantari piring dua

belas baik siswa laki laki maupun perempuan. Dipilihnya metode demontrasi dalam

pembelajaran tari piring dua belas karena metode ini dianggap sebagai metode yang

efektif dalam pembelajaran tari yang diajarkan oleh guru kepada pesereta didik,

karena siswa cenderung mengikuti apa yang diajarkan dan dicontohkan oleh guru dan

siswa menganggap yang dicontohkan oleh guru adalah materi yang mudah pelajari.

Tujuan diadakanya Pembelajaran tari piring dua belas di kelas X agar siswa dapat

menyalurkan bakat di bidang seni tari dan dapat melestarikan warisan budaya

setempat dan dapat membentuk kepribadian siswa.

Berdasarkan uraian di atas penulis mengambil judul “ Pembelajaran tari piring dua

belas menggunakan metode demonstrasi di kelas X SMA Negeri 3 Bandar

Lampung’’. Namun dalam penelitian kali ini di fokuskan pada proses dan hasil

belajar siswa.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas penulis membatasi masalah penelitian yaitu

bagaimana proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari piring dua belas

(10)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah :

1. Bagaimana proses pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan

metode demontrasi di kelas X SMA Negeri 3 Bandar Lampung?

2. Bagaimana hasil pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan

metode demontrasi di kelas X SMA Negeri 3 Bandar Lampung?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari piring dua belas di kelas X SMA

Negeri 3 Bandar Lampung.

2. Mendeskripsikan hasil pembelajaran tari piring dua belas di kelas X SMA

Negeri 3 Bandar Lampung.

1.5 Manfaat Penelitian

Jika tujuan yang sudh dipaparkan di atas dapat tercapai maka manfaat dari penelitian

ini adalah :

1.5.1 Manfaat bagi peneliti, diharapkan peneliti dapat menambah wawasan

dan pengetahuan dalam mengembangkan proses pembelajaran seni tari

di sekolah.

1.5.2 Manfaat bagi guru seni budaya, dapat membantu menambah wawasan

(11)

guru dengan menggunakan model atau metode baru sehingga siswa

aktif dalam proses pembelajaran.

1.5.3 Manfaat bagi siswa, siswa mendapatkan pengalaman dalam proses

pembelajaran tari piring dua belas.

1.5.4 Manfaat bagi pembaca dapat menggunakan sebagai bahan

pembelajaran dan bahan referensi bacaan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup objek penelitian, subjek penelitian, tempat

penelitian dan waktu penelitian.

1.6.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pembelajaran tari piring dua belas

menggunakan metode demontrasi di SMA Negeri 3 Bandar Lampung.

1.6.2 Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa dalam pembelajaran

tari piring dua belas di kelas X SMA Negeri 3 Bandar Lampung.

1.6.3 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini bertempat di Ruang Kelas X SMA Negeri 3

Bandar Lampung.

1.6.4 Waktu Penelitian

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan pustaka

Pada penelitian terdahulu tari piring dua belas telah diteliti oleh saudari Septi

Hidayati dalam skripsinya menuliskan tentang “ Penggunaan media audio visual

dan kemampuan mendemontrasikan tari piring dua belas siswa SMA Negeri 1

Kalirejo Lampung Tengah’’(2012), dalam tulisanya mengkaji penggunaan media

audio visualnya saja dan kemampuan mendemontrasikan tari piring dua belas.

Yinyin Septiani dalam skripsinya menuliskan tentang “Kemampuan menarikan

tari piring dua belas melalui pendekatan kooperatif teknik jigsaw pada siswa

kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Kota Agung”(2012), dalam tulisanya mengkaji

penggunaan teknik jigsaw dalam kemampuan menarikan tari piring dua belas

oleh siswa.

Devi Nurmalasari dalam skripsinya menuliskan tentang “Penggunaan Model

Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Tari Piring dua belas di SMA Negeri

1 Kalirejo Lampung Tengah” (2013), dalam tulisannya hanya mengkaji

(13)

budaya. Penelitian tersebut guru menjadi fokus pengamatan dalam penggunaan

STAD yang diteliti, sedangkan pada hasil penelitian guru tidak menerapkan

langkah-langkah STAD yang sesuai dengan teori dan tidak ada instrumen

penilaian terkait ketercapaian penggunaan model STAD dalam pembelajarannya.

Sementara dalam penelitian ini dalam mengkaji tentang pembelajaraan tari piring

dua belas menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 3 Bandar Lampung.

Dalam penelitian ini mengkaji proses dan hasil belajar siswa yang dilengkapi

dengan instrumen penilaian yang sesuai dengan metode demonstrasi untuk

mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembelajaran tari piring dua belas

menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu adalah tempat

pelaksanaan, waktu pelaksanaan, dan metode yang digunakan.

2.2 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem

pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga

laboraturuim. Material meliputi, buku-buku, papan tulis, slide dan film. Sistem

pembelajaran dapat dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar

dikelas atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara

berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan siswa (Hamalik,

(14)

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

learning is defined as the modifacation or streng thening of behavior through

experriencing” (Hamalik, 2014: 36). Menurut pengertian ini, belajar merupakan

suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan

hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Belajar

bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan. Bukti bawha

seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku

pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya tersebut

masih lemah atau kurang.

Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan nampak pada

setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah :

pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi, emosional,

hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, sikap, dan lain-lain. Kalau seseorang

sudah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau

beberapa aspek tingkah laku tersebut. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap

perubahan dalam arti belajar. (Slameto, 2013: 2).

Kegiatan belajar-mengajar, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan

bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu siswalah yang lebih

aktif, bukan guru. Sebaiknya guru memperhatikan perbedaan individu siswa, yaitu

pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Dengan demikian kegiatan

belajar mengajar yang bagaimana pun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya

pogram pengajaran yang telah dilakukan dan akan berpengaruh terhadap tujuan

(15)

Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan

kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas sedangkan latihan

(training) lebih menekankan pada pembentukan ketrampilan (skill). Para siswa

perlu juga memiliki ketrampilan, dengan ketrampilan yang dia miliki dia dapat

bekerja, berproduksi dan menghasilkan hal-hal untuk memenuhi kebutuhan

banyak orang. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan

formal dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam PBM sebagian

besar hasil belajar siswa ditentukan oleh peranan guru. (Suryosubroto, 2009: 16).

2.3 Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan

dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode demonstrasi adalah pertunjukan

tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan

tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh siswa

secara nyata atas tiruannya. Metode ini adalah yang paling pertama digunakan

manusia yaitu tatkala manusia menambah kayu untuk memperbesar nyala api

unggun, sementara anak-anak mereka memperhatikan dan menirukannya. Dengan

metode demonstrasi siswa berkesempatan mengembangkan kemampuan

mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil

kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan ( Sagala, 2012 : 211).

2.3.1 Kelebihan metode demonstrasi

Menurut Sagala dalam bukunya yang berjudul “Konsep dan makna pembelajaran”

mengungkapkan bahwa tujuan pengajaran menggunakan demonstrasi adalah

(16)

pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami siswa dalam pengajaran kelas.

Metode demonstrasi mempunyai kelebihan-kelebihan, antara lain :

1. Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh

guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Disamping itu

perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan pada proses belajar mengajar dan

tidak kepada lainnya.

2. Dapat membimbing siswa kearah berpikir kearah yang sama dalam satu pikiran

yang sama.

3. Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang

panjang dapat diperlihatkan demonstrasi dengan waktu yang pendek.

4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya

membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas

dari hasil pengamatannya.

5. Karena gerakan dan prosespertunjukan maka tidak memerlukan

keterangan-keterangan yang banyak.

6. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat

dijawab melalui proses demonstrasi.

2.3.2 Kelemahan metode demonstrasi

Sagala juga menyebutkan bahwa metode demonstrasi mempunyai beberapa

kelemahan antara lain sebagai berikut :

1. Derajat vasibilitasnya kurang, siswa tidak dapat melihat atau mengamati

keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadang-kadang

(17)

2. Untuk menentukan demonstrasi diperlukan alat-alat khusus yang terkadang alat

tersebut sukar didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tak wajar bila alat

yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.

3. Pada saat mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan

diperlukan pemusatan perhatian, dalam hal ini banyak diabaikan siswa.

4. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.

5. Memerlukan banyak waktu sedangkan kadang-kadang hasilnya minimum.

6. Terkadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika

proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata/sebenarnya.

7. Agar proses demonstrasi mendapat hasil yang baik maka diperlukan kesabaran

yang tinggi.

2.3.3 Langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi

1) Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:

a. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi

berakhir.

b. Persiapan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.

c. Lakukan uji coba demonstrasi

2) Tahap Pelaksanaan

a. Langkah pembukaan

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di

(18)

a) Atur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memeperhatikan

dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

b) Kemukaakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.

c) Kemukaakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan siswa, misalnya siswa

ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksaaan

demonstrasi.

b. Langkah pelaksaan demonstrasi

a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa

untuk berfikir, misalnya melalui pernyataan-pernyataan yang

mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik

memperhatikan demonstrasi.

b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang

menegangkan.

c) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalanya demonstrasi dengan

memperhatikan reaksi seluruh siswa.

d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih

lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

3) Langkah mengakhiri demonstrasi

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan

memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitanya dengan pelaksanaan

demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk

meyakinkan apakah siswa memahami apakah siswa memahami proses

(19)

guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalanya proses demonstrasi

itu untuk perbaikan selanjutnya.

2.4 Tari Piring dua belas

2.4.1. Asal Usul Tari Piring dua belas

Tari Piring Pua Belas adalah tari pergaulan masyarakat Lampung Pesisir yang

beradat Saibatin. Piring dua belas berarti penari menarikan bersama piring yang

sudah disiapkan dibawah berjajar sebanyak dua belas piring ditambah dua piring

yang akan dibawa penari. Para penari menggunakan cincin dijari telunjuk waktu

menari sehingga dalam permainan atau melempar piring terdengar bunyi yang

menambah suasana lebih semarak. Tari Piring dua belas dipentaskan pada waktu

Nayuh (pesta perkawinan) dan penyambutan tamu angung dari Penyimbang Adat

Lampung Saibatin yang dibawakan oleh Mulei Mengkhanai (bujang gadis).

Tari Piring dua belas merupakan tari pertunjukan yang bersifat hiburan sebagai

pelengkap dari acara gawi adat Saibatin. Menurut Sarbini Zainudin dalam buku

yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah

Provinsi Lampung tari Piring dua belas berasal dari Sekala Brak Kecamatan

Belalau Lampung Barat. Masuknya tari Piring dua belas di Kecamatan Kota

Agung wilayah Teluk Semangka dibawa oleh masyarakat Lampung Pesisir dari

Belalau yang berpindah mencari daerah penghidupan baru pada abad XV.

Kemudian di Kecamatan Kota Agung tari Piring dua belas dikembangkan pada

(20)

1) Tari Piring Biasa/Asli, dapat dibawakan oleh bujang dan gadis (mulei

mengkhanai).

2) Tari Piring Buha/Buaya, yang hanya dibawakan oleh mengkhanai

3) Tari Piring Maju Ngekkes/pengantin yang membersihkan tempat hidangan

makanan yang hanya dapat dibawakan oleh mulei/gadis.

4) Tari Piring dua belas dapat dibawakan oleh mulei mengkhanai

Dalam tari Piring dua belas mempunyai warna tersendiri yaitu membedakan

antara pangeran dan masyarakat pada warna kuning disebelah kanan, warna ini

milik pengeran atau ratu dan warna putih biasanya dikenakan disebelah kiri yang

merupakan milik masyarakat Saibatin atau pemilik adat tersebut. Adat Saibatin

terdiri dari 4 paksi:

1) Marga Benawang Kecamatan Kota Agung.

2) Marga Ngarip Kecamatan Wonosobo.

3) Way Nipah Pematang Sawah Kecamatan Perwakilan Pematang Sawah.

4) Marga Buai Belunggu Kecamatan Kota Agung.

Tari piring dua belas mempunyai fungsi sebagai tari hiburan pada acara pesta adat

yaitu dapat dalam dipertunjukan dalam acara:

1) Pesta perkawinan

2) Pesta penempatan gelar

3) Pesta penyambutan tamu agung

4) Pesta pada hari hari besar nasional

Tempat penyelenggaraan atau tempat penyelenggaraan dilakukan ditempat balai

(21)

diberi izin berdeasarkan musyawarah adat. Penyelenggaran tari ini di pimpin oleh

pemangku atau penyimbang adat (Pelatih untuk masa masa sekarang). Dalam

penyajian tari piraing dua belas dapat dilakukan oleh beberapa penari paling

sedikit dua orang namaun dahulu tarian ini dibawakan oleh satu orang saja.

Bentuk penyajian tari piring dua belas disajikan pada saat berlangsungnya gawi

adat merupakan penggambaran tata cara dan kewajiban serta hak yang harus

dipenuhi pada masyarakat lampung pesisir yaitu sembambangan atau kawin

jujukh (Bujang melarikan gadis untuk dipersunting). Sedangkan waktu

pementasanya disesuaikan dengan waktu kegiatan atau gawi adat dilaksanakan.

Jika gawi adat dilakukan pada malam hari maka pementasan tari piring dua belas

dilakukan setelah solat isya sampai dengan selesai. Jika gawi adat dilaksanakan

pada siang hari maka pementasan tari piring dua belas dilakukan menurut waktu

yang ditentukan oleh panitia penyelenggara. Umumnya tari piring dua belas

dilakukan kurang lebih 15 menit. Pada saat pementasan jumlah penari tidak

terbatas namun jumlahnya harus ganjil minimal 1 orang atau 3 orang. Bila tokoh

keratuan harus berada di tengah diapit kanan-kiri oleh pengiring ratu tersebut.

Dalam melakukan gerak tari piring dua belas ada istilah arti dalam gerak tersebut

misalnya :

1) Mejong Sumbah adalah duduk bersimpuh sebagai persembahan butangguh

appai sappai (menyatakan baru tiba atau datang)

2) Ketekh Kikhi Kananmenyatakan kami akan Beguai (menari)

(22)

4) Laga Puyuh menunjukan kepada masyarakat penonton bahwa di daerah

Lampung hidup semboyan Sang Bumi Ruwa Jurai

5) Salimpat menyatakan masyarakat Saibatin dan Pepadun untuk bersatu

6) Sakhak Hibos kedua tangan mengangkat kedua piring artinya mengimpun

atau menyatukan kekeluargaan Lampung Saibatin dan Pepadun untuk hidup

mufakat

2.4.2. Ragam Gerak Tari Piring dua belas

Tabel 2.1 Ragam gerak tari Piring Dua Belas

Ragam Gerak Hit Uraian Gerak Keterangan

Ngakhakelap 1 Kedua telapak tangan disilangkan menghadap depan dan telapak tangan menghadap samping kanan kiri

Gerakan ini berarti

memanggil

2 Kedua telapak tangan dipisahkan atau dibuka kearah yang berhadapan dan jari tangan dengan ibu jari menyatu

Sabatang masuk 1-2 Kedua tangan berada disamping pinggang sambil membawa piring dan memutar kedalam seperti membentuk angka delapan

Gerakan ini diartikan sebagai sungai

batang hari, bermakna walau

berasal dari berbagai arah namun satu 3-4 Kedua tangan digerakan

(23)

muara.

Sebatang keluar 1-2 Kedua tangan memutar membuat setengah lingkaran dimulai dari atas dan menuju kesamping pinggang.

Gerakan ini diartikan sebagai sungai

batang hari, bermakna walau

berasal dari berbagai arah namun satu muara. 3-4 Kedua tangan digerakan

kembali ke posisi awal

Ngahilok 1-2 Tangan kiri berada ditempat, tangan kanan memutar kedalam dari samping pinggang kanan dan seperti membentuk angka delapan.

Gerakan ini berarti

berjalan biasa

(24)

Laga Puyuh 1-2 Pergelangan tangan kanan diputar di depan tangan kiri kemudian kembali ke posisi awal

Gerakan ini berarti

seekor

burung kecil yang tidak merusak sekitarnya walau sedang berkelahi 3-4 Kemudian diikuti dengan

gerakan pergelangan tangan kiri dengan memutar keluar dan kembali ketempat semula

Nokokh 1 Sambil membawa piring kedua tangan dinaikan keatas sedikit banyak dua kali dan bersiap-siap menukarkan piring

Gerakan ini berarti

keterampilan

(25)

2.4.3 Busana Tari Piring dua belas

Tabel 2.2 Busana tari piring dua belas

Nama Gambar

Gelang kano

Papan jajar

(26)

Gelang burung

Kalung buah jukum

Peneken

(27)

Pending

Kembang melur/Kembang melati

Sanggul

(28)

Subang

Anting

Selendang kuning

(29)

Babatukh/ kalung gajah minung

Baju kurung

2.4.4. Musik pengiring tari piring dua belas

Musik yang di gunakan dalam mengiringi tari piring dua belas adalah :

1). Gitar gambus

2). Rebana

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dan dapat

dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau

hal-hal lain yang hasilnya sudah dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian

(Sugiyono, 2008: 6).

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan memaparkan apa yang

terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Data

yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompokan menurut jenis, sifat, atau

kondisinya. Sesudah datanya lengkap kemudian dibuat kesimpulan. (Arikunto,

(31)

Penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil

kontruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh

(holistic) karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan. Pada penelitian kualitatif tidak ditunjukan untuk menarik

kesimpulan suatu populasi melainkan untuk mempelajari karakteristik yang

diteliti, baik itu perorangan atau kelompok sehingga berdasarkan hasil penelitian

tersebut hanya untuk orang atau kelompok yang sedang diteliti tersebut.

Tujuan penelitian kualitatif diwarnai oleh adanya interaksi di dalam realitas.

Untuk memaknai kegiatan interaktif ini peneliti seyogyanya langsung dengan para

responden, antara lain dengan menginterviu dan mengobservasi dalam latar

alamiah, agar beroleh pemahaman emik/menurut pandangan responden

(Alwasilah, 2009: 103).

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari nama data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172).

Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data-data yang berasal dari

informan, yaitu Guru Seni Budaya di SMA N 3 Bandar Lampung, dan siswa

dalam pembelajaran tari piring dua belas. Siswa yang mengikuti kegiatan

pembelajaran tari sebanyak 36 yang terdiri dari 12 siswa laki laki dan 24 siswi

perempuan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

(32)

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008: 308).

3.3.1 Observasi

Dalam menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi cara yang paling

efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai

instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah

laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2010: 272).

Pengamatan secara langsung pada pembelajaran tari di SMA N 3 Bandar

Lampung yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengamatan

secara langsung terhadap pembelajaran seni tari disekolah. Melalui tahap

observasi diharapkan dapat diperoleh data tentang pembelajaran tari piring 12 di

SMA N 3 Bandar Lampung. Observasi dilakukan dengan cara melakukan

wawancara secara langsung dengan guru seni budaya ibu dan salah satu siswa

kelas X mengenai pembelajaran seni budaya.

3.3.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau

pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

diperoleh (Sugiyono, 2013: 319). Wawancara dilakukan tidak terstruktur, Adapun

yang dimewawancarai guru seni budaya Rina Widiawati dan siswa yang

mengikuti kegiatan pembelajaran tari disekolah.

Pedodaman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan.

(33)

informan yaitu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru seni budaya, dan

siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran.

3.3.3 Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan,

transkip, buku, majalah, prasasti, dan sebagainya. Dokumentasi sudah lama

digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dengan banyak hal

dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,

bahkan untuk meramalkan (Arikunto, 2010: 274).

Pada penelitian kali ini dokumentasi digunakan untuk pengambilan foto, video

yang diambil dalam setiap pertemuan. Teknik dokumentasi digunakan dengan

cara pengambilan foto untuk mendapatkan informasi tentang sekolah yang diteliti

dan proses pembelajaran tari pada SMA Negeri 3 Bandarlampung.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada

penelitian pengambilan data, observasi dan wawancara dilakukan oleh peneliti itu

sendiri. Dalam instrumen penelitian meliputi instrumen pengamatan aktifitas guru,

instrumen penilaian aktifitas siswa dalam kelompok , instrumen tes praktik dan

instrumen penggunaan metode demonstrasi.

3.4.1 Instrumen Pengamatan Aktivitas Guru

Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengecek dan melihat

kegiatan guru di dalam kelas. Guru berperan aktif dalam penggunaan metode

(34)
[image:34.595.116.509.116.741.2]

Tabel 3.1 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru

NO Instrumen P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

1 Menarik perhatian siswa

2 Memberikan apersepsi (kaitan materi yang sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan) 3 Menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan diberikan

4 Kejelasan artikulasi suara

5 Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP. 6 Kejelasan dalam menjelaskan

bahan belajar (materi). 7 Kejelasan dalam memberikan

contoh

8 Kesesuaian metode dengan bahan belajar yang disampaikan 9 Ketepatan dalam penggunaan

alokasi waktu yang disediakan. 10 Membagi kelompok yang

tingkat kemampuan berbeda-beda terdiri dari 36 peseta didikmenjadi 7 kelompok 11 Mendemonstrasikan materi

pelajaran tari piring dua belas yang dilakukan secara klasikal atau audiovisual

12 Mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi tari piring dua belas yang telah dipelajari.

13 Melakukan penilaian terhadap penampilan tari piring dua belas yang telah dipelajari sebagai hasil kerja masing-masing kelompok.

14 Memberikan penghargaan atas keberhasilan kelompok

(35)

16 Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab

pertanyaan

17 Memberi kesimpulan kegiatan pembelajaran

Pada penilaian aktifitas guru ini menggunakan sistim ceklist dalam setiap

penilaian, sehingga tidak memerlukan pensekoran dalam penilaian ini.

3.4.2 Tes Praktik

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sampai sejauh mana

keberhasilan mereka melakukan proses pembelajaran. Untuk itu perlu dilakukan

tes aktifitas belajar siswa, dengan instrumen yang berupa lembar pengamatan tes

praktik. Instrumen ini digunakan pada pertemuan kedelapan saat pengambilan

[image:35.595.116.509.84.158.2]

nilai praktik dilaksanakan, Dengan uraian sebagai berikut :

Tabel 3.2 lembar pengamatan tes praktik

No Aspek Deskriptor Skor Kriteria

1 Wiraga a. siswa mampu

memeragakan urutan gerak tari piring dua belas dari awal sampai akhir tanpa kesalahan

5 Baik

sekali

b. Siswa memeragakan urutan gerak tari piring dua belas akan tetapi masih

mengalami kesalahan 1-2 kali pada enam ragam gerak.

4 Baik

c. Siswa memeragakan urutan gerak tari piring dua belas akan tetapi masih

mengalami kesalahan 3-4 kali pada enam ragam gerak

3 Cukup

(36)

gerak tari piring dua belas akan tetapi masih

mengalami kesalahan 5-6 pada enam ragam gerak e. Siswa tidak hafal urutan

gerak tari piring dua belas sehingga siswi terlihat tidak tertib.

1 Gagal

2 Wirama a. Siswa mampu

memeragakan semua gerak tari piring dua belas dengan ketepatan hitungan gerak dan musik.

5 Baik

sekali

b. Siswa memeragakan gerak tari piring dua belas 1-2 kali terlambat atau

mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.

4 Baik

c. Siswa memeragakan gerak tari piring dua belas 3-4 kali terlambat atau

mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.

3 Cukup

d. Siswa memeragakan gerak tari piring dua belas 5-6 kali terlambat atau

mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak tidak senyum.

2 Kurang

e. Siswa memeragakan gerak tari piring dua belas lebih dari 6 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.

1 Gagal

3 Wirasa a. Tersenyum dan pandangan kedepan.

5 Baik

sekali b. Tidak tersenyum dan

pandangan kedepan

4 Baik

c. Tersenyum tetapi pandangan kebawah (menunduk).

3 Cukup

(37)

pandangan kebawah (menunduk).

e. Tidak tersenyum tetapi pandangan kebawah (menunduk), dan ekpresi wajah tegang.

1 Gagal

Jumlah maksimum 15

Hasil belajar gerak tari piring dua belas siswi dapat diukur dengan lembar

pengamatan tes praktik dengan total skor keseluruhan berjumlah 15 sehingga hasil

belajar siswi dapat dilihat menggunakan patokan dengan perhitungan nilai untuk

[image:37.595.113.515.85.184.2]

Skala lima, sebagai berikut :

Tabel 3.3 Penentuan Patokan Nilai untuk Skala Lima

Interval Nilai Tingkat Kemampuan Keterangan 80-100

66-79 56-65 40-55 30-39

Baik Sekali Baik Cukup Kurang

Gagal (Arikunto, 2008 : 246)

Setelah skor didapat, maka dilakukan perhitungan untuk siswi berdasarkan tiga

aspek yang akan dijadikan indicator penilaian yaitu hafalan ragam gerak,

ketepatan gerak dengan music dan kekompakan dalam kelompok saat siswi

menari dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel lembar

pengamatan tek praktik yang memiliki skor maksimal 15.

Selanjutnya setelah skor siswa diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus

berikut.

N = � �� � �

(38)

3.4.3 Non tes

Teknik Nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas

siswi dalam pembelajaran tari piring dua belas di dalam kelompoknya dan

aktivitas guru dalammengajar di kelas dengan menggunakan metode demontrasi.

Untuk memperoleh data tentang penggunaan metode demontrasi pada

pembelajaran tari piring dua belas yang diamati pada lembar pengamatan

aktivitas siswa dalam penentuan instrumen aktivitas siswa peneliti berkordinasi

dengan guru terlebih dahulu mengenai instrumen penelitian yang di gunakan

ketika pembelajaran tari yang akan berlangsung, instrumen aktivitas siswa sebagai

[image:38.595.116.514.419.753.2]

berikut:

Tabel 3.4 Lembar Penilaian Aktivitas Siswa

No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Kriteria

1 Visual Activities

a. Seluruh siswa memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan

pembelajaran tari piring dua belas. 5 Baik

Sekali

b.Dari 36 siswa terdapat 1-8 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan

pembelajaran tari piring dua belas.

4 Baik

c. Dari 36 siswa terdapat 9-16 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan

pembelajaran tari piring dua belas.

3 Cukup

d. Dari 36 siswa terdapat 17-24 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan

pembelajaran tari piring dua belas.

2 Kurang

e. Dari 36 siswa terdapat lebih dari 24 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru

mendemonstrasikan pembelajaran tari piring dua belas.

1 Gagal

2. Listening Activities

a. Seluruh siswa mendengarkan guru pada saat guru mendemonstrasikan

pembelajaran tari piring dua belas. 5 Baik

(39)

b. Dari 36 siswa terdapat 1-8 siswa yang tidak mendengarkan guru pada saat guru mendemonstrasikan pembelajaran tari piring dua belas.

4 Baik

c. Dari 36 siswa terdapat 9-16 siswa yang tidak mendengarkan guru pada saat guru mendemonstrasikan pembelajaran tari piring dua belas.

3 Cukup

d. Dari 36 siswa terdapat 17-24 siswa yang tidak mendengarkan guru pada saat guru mendemonstrasikan pembelajaran tari piring dua belas.

2 Kurang

e. Dari 36 siswa terdapat lebih dari 24 siswa yang tidak mendengarkan guru pada saat guru

mendemonstrasikan pembelajaran tari piring dua belas.

1 Gagal

3 Motor Activities

a. Seluruh siswa mampu

memperagakan ragam gerak tari piring dua belas dengan baik.

5 Baik sekali

b. Dari 36 siswa terdapat 1-8 siswa yang tidak dapat memperagakan ragam gerak tari piring dua belas dengan baik.

4 Baik

c. Dari 36 siswa terdapat 8-16 siswa yang tidak dapat memperagakan ragam gerak tari piring dua belas dengan baik.

3 Cukup

d. Dari 36 siswa terdapat 17-24 siswa yang tidak dapat memperagakan ragam gerak tari piring dua belas dengan baik.

2 Kurang

e. Dari 36 siswa terdapat lebih dari 24 siswa yang tidak dapat

memperagakan ragam gerak tari piring dua belas dengan baik.

1 Gagal

Total Skor Maksimum 15

Setelah skor aktivitas siswi didapat, maka dilakukan perhitungan untuk

mengetahui nilai aktivitas berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indicator

penilaian aktivitas siswi yaitu visual activities, listening activities, dan motor

(40)

telah ditentukan pada tabel yaitu lembar penelitian aktivitas siswa yang memiliki

skor maksimum 15. Selanjutnya setelah skor aktivitas siswa diperoleh maka

diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

N = � � � �

[image:40.595.108.517.259.745.2]

� � � × skor ideal

Tabel 3.5 Instrumen Penggunaan Metode Demonstrasi

No Aspek P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

1. Langkah Persiapan

a. Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi b. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan

2. Langkah Pembukaan a. Mengatur tempat siswa

yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan b.Mengemukakan tujuan

yang harus dicapai siswa c. Mengemukakan tugas-tugas

yang harus dilakukan siswa misalnya untuk mencatat dan memperhatikan hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi 3. Langkah Pelaksanaan

(41)

memperhatikan kegiatan demonstrasi

b.Menciptakan suasana yang menyejukkan/rileks dengan menghindari suasana yang menegangkan

c. Semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa d.Memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya secara aktif mengenai apa yang telah didemonstrasikan

4. Langkah Mengakhiri a. Memberikan tugas yang

berkaitan dengan

pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran b. Melakukan evaluasi

bersama mengenai jalannya proses demonstrasi untuk perbaikan pada pertemuan selanjutnya

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga

dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain

(Sugiyono, 2013 :244). Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan Penerapan

metode demonstrasi pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 3

(42)

Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengamati aktivitas siswi selama proses pembelajaran tari piring dua belas

menggunakan metode demontrasi.

2. Menganalisis hasil tes tari piring dua belas dengan menggunakan metode

demonstrasi yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes praktik

dengan baik dan benar.

3. Member nilai hasil tes praktik Proses penerapan metode demonstrasi dalam

pembelajaran tari piring dua belas pada pembelajaran tari di SMA Negeri

Bandar Lampung, dengan menggunakan rumus sebagai berikut

N = � �� � �

� �� � × skor ideal

4. Menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur hasil

belajar siswi dalam pembelajaran tari piring dua belas.

5. Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal

yang pokok yang sesuai untuk dianalisis

6. Membuat kesimpulan data dengan cara mengelola dan menganalisis data-data

pada saat observasi, catatan lapangan, dokumentasi, hasil tes praktik serta

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan dengan 8 kali

pertemuan pembelajaran tari piring dua belas menggunakan metode demonstrasi

di kelas X SMA Negeri 3 Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa proses

pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah

pelaksanaan metode pembelajaran yang dipilih. Tahapan pelaksanaan

pembelajaran menggunakan metode demonstrasi sudah dilaksanakan dalam setiap

pertemuan.

Hasil pembelajaran didapat melalui aktivitas pembelajaran dalam setiap

pertemuan. Hasil pembelajaran pada pertemuan pertama menunjukan bahwa

seluruh siswa telah memperhatikan guru saat memberikan materi tentang teori tari

piring dua belas dengan metode ceramah dan materi tersebut dapat dipahami oleh

siswa secara keseluruhan. Hasil pembelajaran pada pertemuan kedua menunjukan

bahwa terdapat empat belas siswa dengan inisial AM, AF, AP, DD, DH, LL, MA,

MF, MZ, RM, SK, TA, VL dan WT mengalami kesulitan memperagakan gerakan

(44)

Hasil pembelajaran pada pertemuan ketiga menunjukan tedapat sembilan siswa

dengan inisial DD, DA, MA, ML, QN, VL, SK, WT dan YK yang mengalami

kesulitan dalam mempraktikan ragam gerak ngahilok kanan kiri dan sebatang

masuk. Hasil pembelajaran pada pertemuan keempat menunjukan bahwa terdapat

delapan siswa dengan inisial AR, MA, MF, RM, SC, AM, ML dan WT terlihat

kesulitan pada saat memperagakan ragam gerak tari nokoh dan laga puyuh. Hasil

pembelajaran pada pertemuan kelima menunjukan bahwa terdapat tujuh siswa

dengan inisial MA, MF, RM, SC, AM, ML dan WT terlihat kesulitan mengikuti

ragam gerak nokoh dan ngahilok kanan kiri yang didemonstrasikan oleh guru.

Hasil pembelajaran pada pertemuan keenam menunjukan bahwa terdapat Lima

belas siswa dengan inisial AM, AF, AP, DD, DP, DA, HD, LL, MC, MR, MF,

RM, TI, TP dan WT mengalami kesulitan pada saat menari dengan iringan musik

ketika gerakan laga puyuh, sebatang masuk dan nokoh. Hasil pembelajaran pada

pertemuan ketujuh menunjukan bahwa terdapat sembilan siswa dengan inisial

AM, AF, AP, DD, DP, DA, HD, LL, dan MC mengalami kesulitan pada saat

menari dengan iringan musik ketika gerakan nokoh dan laga puyuh. Hasil

pembelajaran pada pertemuan kedelapan menunjukan terdapat 15 siswa yang

dinyatakan belum lulus oleh guru yaitu siswa dengan inisial AF, AP, DD, AR,

MA, MF, MZ, Ml, MR, RM, SK, TS, TA, Vl dan WT. Siswa-siswa tersebut tidak

(45)

5.2.Saran

Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa saran yang bisa digunakan untuk

peningkatan proses pembelajaran maupun penelitian yang berhubungan dengan

materi ini, diantaranya :

1. Kepada pihak sekolah disarankan untuk dapat meningkatkan sarana dan

prasana agar tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru dapat

tercapai dengan maksimal.

2. Kepada guru sebaiknya melakukan pendekatan kepada siswa untuk

mengetahui karakteristik dan tingkat kecerdasannya, agar tidak ada siswa

dengan kecerdasan yang rendah semakin tertinggal prestasinya dari siswa

lain.

3. Pemakaian seragam praktik dalam pembelajaran tari memang harus

digunakan sehingga guru dan siswa lebih nyaman dan bebas dalam bergerak

untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

4. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya aktivitas guru dan siswa agar lebih

ditingkatkan guna mendapatkan pembelajaran yang lebih detail.

5. Guru perlu mencari model pembelajaran yang sesuai dengan metode

demonstrasi agar pembelajaran berlangsung lebih menaraik dan berkesan bagi

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik.. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Bahri, Syaiful, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad

21. Bogor : Ghalia Indonesia.

Iriantara, Yosal. 2014. Komunikasi Pembelajaran. Bandung : Sembiosa Rekatama

Media.

Mustika, I Wayan. 2013. Teknik Dasar Gerak Tari Lampung. Bandar Lampung:

AURA.

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful, 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Slameto. 2013.Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Alfabeta

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Tim Taman Budaya. 2016. Diskripsi Tari Piring Dua Belas. Departemen

Gambar

Tabel 2.1 Ragam gerak tari Piring Dua Belas
Nama Gambar Gelang kano
Tabel 3.1 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru
Tabel 3.2 lembar pengamatan tes praktik
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran seni tari yaitu guru, sarana prasarana sekolah, ragam gerak tari, dan siswa kelas XI.MIA.1 SMA Negeri 9 Bandar

Hasil pembelajaran tari Melinting pada siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran seni tari di SMA Negeri 07 Bandar Lampung dengan menggunakan model discovery learning memeroleh

Berkaitan dengan judul penelitian yaitu pembelajaran tari muli siger menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung, maka

Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap pembelajaran gerak tari sigeh penguten melalui metode demonstrasi

Berkaitan dengan judul penelitian yaitu pembelajaran tari muli siger menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 10 Bandar Lampung, maka

Sumber data dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran seni tari yaitu guru, sarana prasarana sekolah, ragam gerak tari, dan siswa kelas XI.MIA.1 SMA Negeri 9 Bandar

Proses pembelajaran gerak tari bedana pada kegiatan ekstrakurikuler siswa di SMA Negeri 15 Bandar Lampung yang dilakukan guru menggunakan metode demonstrasi ada 4

Hasil pembelajaran gerak tari Bedayo Tulang Bawang dengan menggunakan metode demonstrasi pada kelas ekstrakurikuler tari di SMP Negeri 16 Bandar Lampung