PEMBELAJARAN TARI PIRING DUA BELAS MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS X SMA NEGERI 3 BANDAR
LAMPUNG
Oleh
FREDI TENANG (skripsi)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
SANWACANA ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Batasan Masalah ... 5
1.3. Rumusan Masalah ... 6
1.4. Tujuan Penelitian ... 6
1.5. Manfaat Penelitian ... 6
1.6. Ruang Lingkup ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Tinjauan Pustaka ... 8
2.2. Pembelajaran ... 9
2.3. Metode Demonstrasi ... 11
2.3.1. Kelebihan Metode Demostrasi ... 11
2.3.2. Kelemahan Metode Demonstrasi ... 12
2.4.3. Busana Tari Piring Dua Belas ... 21
2.4.4. Musik Pengiring Tari Piring Dua Belas ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1. Metode Penelitian ... 26
3.2. Sumber Data ... 27
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 27
3.3.1. Observasi ... 28
3.3.2. Wawancara ... 28
3.3.3. Dokumentasi ... 29
3.4. Instrumen Penelitian ... 29
3.4.1. Instrumen Pengamatan aktivitas Guru ... 29
3.4.2. Tes Praktik ... 31
3.4.3. Non Tes ... 34
3.5. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1. Profil Sekolah SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 39
4.1.1. Sejarah Sekolah ... 39
4.1.2. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 40
4.1.3. Daftar Nama Dewan Guru SMA Negeri 3 Bandar Lampung. 41 4.1.4. Sarana dan Prasarana ... 44
4.2. Persiapan Penelitian ... 45
4.3. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 46
4.3.1. Pertemuan Pertama ... 46
4.3.1.1. Deskripsi Pertemuan Pertama ... 46
4.3.1.2. Pembahasan Pertemuan Pertama ... 49
4.3.1.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Pertama ... 50
4.3.1.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama ... 51
4.3.2. Pertemuan Kedua ... 52
4.3.2.1. Deskripsi Pertemuan Kedua ... 52
4.3.2.2. Pembahasan Pertemuan Kedua ... 55
4.3.2.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kedua ... 57
4.3.2.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua ... 58
4.3.3. Pertemuan Ketiga ... 60
4.3.3.1. Deskripsi Pertemuan Ketiga ... 60
4.3.3.2. Pembahasan Pertemuan Ketiga ... 64
4.3.3.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Ketiga ... 65
4.3.3.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Ketiga ... 67
4.3.4. Pertemuan Keempat ... 69
4.3.4.1. Deskripsi Pertemuan Keempat ... 69
4.3.4.2. Pembahasan Pertemuan Keempat ... 73
4.3.5.2. Pembahasan Pertemuan Kelima ... 80
4.3.5.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kelima ... 81
4.3.5.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kelima ... 83
4.3.6. Pertemuan Keenam ... 84
4.3.6.1. Deskripsi Pertemuan Keenam ... 84
4.3.6.2. Pembahasan Pertemuan Keenam ... 88
4.3.6.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Keenam ... 89
4.3.6.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Keenam ... 90
4.3.7. Pertemuan Ketujuh ... 92
4.3.7.1. Deskripsi Pertemuan Ketujuh ... 92
4.3.7.2. Pembahasan Pertemuan Ketujuh ... 95
4.3.7.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Ketujuh ... 96
4.3.7.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Ketujuh ... 97
4.3.8. Pertemuan Kedelapan ... 99
4.3.8.1. Deskripsi Pertemuan Kedelapan ... 99
4.3.8.2. Pembahasan Pertemuan Kedelapan ... 103
4.3.8.3. Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kedelapan ... 104
4.3.8.4. Pengamatan Aktivitas Siswa Pertemuan Kedelapan ... 105
4.4. Penggunaan Metode Demonstrasi ... 106
4.5. Temuan ... 108
BAB V HASIL PENELITIAN ... 110
5.1. Kesimpulan ... 110
5.2. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikaan merupakan bagian integral dalam pembangunan.Proses pendidikan tak
dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.Pembangunan diarahkan dan
bertujukan untuk mengembangkan sumber daya manusia dan berkualitas dan
pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan yang lainya saling berkaitan dan
berlangsung dengan bersamaan. Bersamaan tentang proses suatu pendidikan sudah
tentu tak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakaukan unntuk
mngembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia
berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam
tujuan pendidikan nasional(Hamalik 2014:1).
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh siswa
setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran dan latihan
merupakan suatu komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan
fungsi sentral. Itu sebabnya, setiap tenaga pendidikan perlu memahami dengan baik
tujuan pendidikan, supaya berupaya melaksanakan tugas dan funngsinya untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan ( Hamalik 2014:3-4).
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan
bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan
berbagai kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan
berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan siswa diarahkan
dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun
dan ditata dalam suatu kurikulum, yang ada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk
proses pembelajaran (Hamalik, 2014 : 3).
Pendidikan seni pada dasarnya adalah bagaimana seni itu ada dan dimasukan dalam
pendidikan untuk diterapkan atau diajarkan, agar siswa dapat mengembangkan bakat
seni yang dimilikinya. Pendidikan seni secara umum berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan setiap anak atau siswa untuk memperkenalkan warisan
budaya, memperluas kesadaran sosial dan sebagai jalan untuk pengetahuan.
Pendidikan seni sangat mengutamakan kreativitas siswa untuk aktif dalam setiap jenis
seni yang dipelajari disekolah baik seni tari, seni musik, seni drama dan seni rupa
(Mustika, 2013 : 26).
Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan diajari oleh siswa
sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah
disusun secara sistematis dan logis. Maka berkat penemuan penemuan masa
lampau,maka diadakan pemilihan dan selanjutnya disusun secara sistematis, artinya
dapat diterima oleh akal pikiran. Semakin banyak pengalaman dan penemuan
penemuan, maka semakin banyak pula mata ajaran yang harus di susun dalam
kurikulum dan harus dipelajari oleh siswa di sekolah. Kurikulum adalah suatu
program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa (Hamalik, 2014 :
16-17).
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan
siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,
sehingga terjadi perubahan dan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan
dan pembelajaran. Dengan kata lain sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa
yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum disusun
sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada
sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat
mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran,
perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain, yang
pada giliranya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan
dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu
kurikulum (Hamalik 2014:17).
Setiap Provinsi mempunyai tarian traditional masing-masing yang mempunyai
yakni tari piring dua belas yang berasal dari provinsi Lampung. Tari piring dua belas
merupakan tari tunggal traditional yang dimiliki oleh masyarakat lampung dan
merupakan tari pergaulan masyarakat Lampung Pesisir yang beradatkan Saibatin.
Masyarakat Lampung Pesisir merupakan masyarakat yang tinggal di pinggir pantai.
Tari piring dua belas belum banyak dikenal oleh masyarakat Lampung secara
keseluruhan, maka dari itu untuk mengenalkan dan melestarikan tari piring dua belas
maka tarian ini diajarkan oleh siswa di sekolah dalam pembelajaran seni budaya. Dan
salah satu sekolah yang ada di Bandar Lampung yang mengajarkan tari piring dua
belas adalah SMA Negeri 3 Bandar Lampung.
SMA Negeri 3 Bandar Lampung merupakan sekolah Negeri yang ada di Bandar
Lampung yang telah mendapatkan akreditasi A, Dimana dalam proses
belajar-mengajar pihak sekolah telah menyusun kegiatan pembelajaran yang disusun dalam
rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) yang telah disesuikan dengan satuan
pendidikan.
Proses pembelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 3 Bandar Lampung guru
melaksanakan pembelajaranya dengan metode demontrasi pada pembelajaran
sebelumnya guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media audio
visual media ini dianggap kurang efektik karena siswa hanya terpaku pada video yang
ditayangkan oleh guru, guru hanya menayangkan video tari tanpa memberikan contoh
ragam gerak secara detail kepada siswa. Metode demonstrasi adalah pertunjukan
laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh siswa secara nyata
atas tiruannya ( Sagala, 2012 : 211).
Dengan diterapkan metode demontrasi maka di harapkan pembelajaran seni budaya
materi tari piring dua belas dapat meningkatkan minat belajar siswa di kelas X SMA
Negeri Bandar Lampung, yang mana siswa harus bisa memperagakantari piring dua
belas baik siswa laki laki maupun perempuan. Dipilihnya metode demontrasi dalam
pembelajaran tari piring dua belas karena metode ini dianggap sebagai metode yang
efektif dalam pembelajaran tari yang diajarkan oleh guru kepada pesereta didik,
karena siswa cenderung mengikuti apa yang diajarkan dan dicontohkan oleh guru dan
siswa menganggap yang dicontohkan oleh guru adalah materi yang mudah pelajari.
Tujuan diadakanya Pembelajaran tari piring dua belas di kelas X agar siswa dapat
menyalurkan bakat di bidang seni tari dan dapat melestarikan warisan budaya
setempat dan dapat membentuk kepribadian siswa.
Berdasarkan uraian di atas penulis mengambil judul “ Pembelajaran tari piring dua
belas menggunakan metode demonstrasi di kelas X SMA Negeri 3 Bandar
Lampung’’. Namun dalam penelitian kali ini di fokuskan pada proses dan hasil
belajar siswa.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas penulis membatasi masalah penelitian yaitu
bagaimana proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari piring dua belas
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah :
1. Bagaimana proses pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan
metode demontrasi di kelas X SMA Negeri 3 Bandar Lampung?
2. Bagaimana hasil pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan
metode demontrasi di kelas X SMA Negeri 3 Bandar Lampung?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari piring dua belas di kelas X SMA
Negeri 3 Bandar Lampung.
2. Mendeskripsikan hasil pembelajaran tari piring dua belas di kelas X SMA
Negeri 3 Bandar Lampung.
1.5 Manfaat Penelitian
Jika tujuan yang sudh dipaparkan di atas dapat tercapai maka manfaat dari penelitian
ini adalah :
1.5.1 Manfaat bagi peneliti, diharapkan peneliti dapat menambah wawasan
dan pengetahuan dalam mengembangkan proses pembelajaran seni tari
di sekolah.
1.5.2 Manfaat bagi guru seni budaya, dapat membantu menambah wawasan
guru dengan menggunakan model atau metode baru sehingga siswa
aktif dalam proses pembelajaran.
1.5.3 Manfaat bagi siswa, siswa mendapatkan pengalaman dalam proses
pembelajaran tari piring dua belas.
1.5.4 Manfaat bagi pembaca dapat menggunakan sebagai bahan
pembelajaran dan bahan referensi bacaan.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup objek penelitian, subjek penelitian, tempat
penelitian dan waktu penelitian.
1.6.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pembelajaran tari piring dua belas
menggunakan metode demontrasi di SMA Negeri 3 Bandar Lampung.
1.6.2 Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa dalam pembelajaran
tari piring dua belas di kelas X SMA Negeri 3 Bandar Lampung.
1.6.3 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini bertempat di Ruang Kelas X SMA Negeri 3
Bandar Lampung.
1.6.4 Waktu Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan pustaka
Pada penelitian terdahulu tari piring dua belas telah diteliti oleh saudari Septi
Hidayati dalam skripsinya menuliskan tentang “ Penggunaan media audio visual
dan kemampuan mendemontrasikan tari piring dua belas siswa SMA Negeri 1
Kalirejo Lampung Tengah’’(2012), dalam tulisanya mengkaji penggunaan media
audio visualnya saja dan kemampuan mendemontrasikan tari piring dua belas.
Yinyin Septiani dalam skripsinya menuliskan tentang “Kemampuan menarikan
tari piring dua belas melalui pendekatan kooperatif teknik jigsaw pada siswa
kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Kota Agung”(2012), dalam tulisanya mengkaji
penggunaan teknik jigsaw dalam kemampuan menarikan tari piring dua belas
oleh siswa.
Devi Nurmalasari dalam skripsinya menuliskan tentang “Penggunaan Model
Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Tari Piring dua belas di SMA Negeri
1 Kalirejo Lampung Tengah” (2013), dalam tulisannya hanya mengkaji
budaya. Penelitian tersebut guru menjadi fokus pengamatan dalam penggunaan
STAD yang diteliti, sedangkan pada hasil penelitian guru tidak menerapkan
langkah-langkah STAD yang sesuai dengan teori dan tidak ada instrumen
penilaian terkait ketercapaian penggunaan model STAD dalam pembelajarannya.
Sementara dalam penelitian ini dalam mengkaji tentang pembelajaraan tari piring
dua belas menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 3 Bandar Lampung.
Dalam penelitian ini mengkaji proses dan hasil belajar siswa yang dilengkapi
dengan instrumen penilaian yang sesuai dengan metode demonstrasi untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembelajaran tari piring dua belas
menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu adalah tempat
pelaksanaan, waktu pelaksanaan, dan metode yang digunakan.
2.2 Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem
pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
laboraturuim. Material meliputi, buku-buku, papan tulis, slide dan film. Sistem
pembelajaran dapat dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar
dikelas atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara
berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan siswa (Hamalik,
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
“learning is defined as the modifacation or streng thening of behavior through
experriencing” (Hamalik, 2014: 36). Menurut pengertian ini, belajar merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan. Bukti bawha
seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya tersebut
masih lemah atau kurang.
Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan nampak pada
setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah :
pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi, emosional,
hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, sikap, dan lain-lain. Kalau seseorang
sudah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau
beberapa aspek tingkah laku tersebut. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap
perubahan dalam arti belajar. (Slameto, 2013: 2).
Kegiatan belajar-mengajar, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan
bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu siswalah yang lebih
aktif, bukan guru. Sebaiknya guru memperhatikan perbedaan individu siswa, yaitu
pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Dengan demikian kegiatan
belajar mengajar yang bagaimana pun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya
pogram pengajaran yang telah dilakukan dan akan berpengaruh terhadap tujuan
Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan
kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas sedangkan latihan
(training) lebih menekankan pada pembentukan ketrampilan (skill). Para siswa
perlu juga memiliki ketrampilan, dengan ketrampilan yang dia miliki dia dapat
bekerja, berproduksi dan menghasilkan hal-hal untuk memenuhi kebutuhan
banyak orang. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
formal dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam PBM sebagian
besar hasil belajar siswa ditentukan oleh peranan guru. (Suryosubroto, 2009: 16).
2.3 Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan
dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode demonstrasi adalah pertunjukan
tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan
tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh siswa
secara nyata atas tiruannya. Metode ini adalah yang paling pertama digunakan
manusia yaitu tatkala manusia menambah kayu untuk memperbesar nyala api
unggun, sementara anak-anak mereka memperhatikan dan menirukannya. Dengan
metode demonstrasi siswa berkesempatan mengembangkan kemampuan
mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil
kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan ( Sagala, 2012 : 211).
2.3.1 Kelebihan metode demonstrasi
Menurut Sagala dalam bukunya yang berjudul “Konsep dan makna pembelajaran”
mengungkapkan bahwa tujuan pengajaran menggunakan demonstrasi adalah
pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami siswa dalam pengajaran kelas.
Metode demonstrasi mempunyai kelebihan-kelebihan, antara lain :
1. Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh
guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Disamping itu
perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan pada proses belajar mengajar dan
tidak kepada lainnya.
2. Dapat membimbing siswa kearah berpikir kearah yang sama dalam satu pikiran
yang sama.
3. Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang
panjang dapat diperlihatkan demonstrasi dengan waktu yang pendek.
4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya
membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas
dari hasil pengamatannya.
5. Karena gerakan dan prosespertunjukan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak.
6. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat
dijawab melalui proses demonstrasi.
2.3.2 Kelemahan metode demonstrasi
Sagala juga menyebutkan bahwa metode demonstrasi mempunyai beberapa
kelemahan antara lain sebagai berikut :
1. Derajat vasibilitasnya kurang, siswa tidak dapat melihat atau mengamati
keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadang-kadang
2. Untuk menentukan demonstrasi diperlukan alat-alat khusus yang terkadang alat
tersebut sukar didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tak wajar bila alat
yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.
3. Pada saat mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan
diperlukan pemusatan perhatian, dalam hal ini banyak diabaikan siswa.
4. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.
5. Memerlukan banyak waktu sedangkan kadang-kadang hasilnya minimum.
6. Terkadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika
proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata/sebenarnya.
7. Agar proses demonstrasi mendapat hasil yang baik maka diperlukan kesabaran
yang tinggi.
2.3.3 Langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi
1) Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
a. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi
berakhir.
b. Persiapan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.
c. Lakukan uji coba demonstrasi
2) Tahap Pelaksanaan
a. Langkah pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di
a) Atur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memeperhatikan
dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
b) Kemukaakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
c) Kemukaakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan siswa, misalnya siswa
ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksaaan
demonstrasi.
b. Langkah pelaksaan demonstrasi
a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa
untuk berfikir, misalnya melalui pernyataan-pernyataan yang
mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik
memperhatikan demonstrasi.
b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan.
c) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalanya demonstrasi dengan
memperhatikan reaksi seluruh siswa.
d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih
lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
3) Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan
memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitanya dengan pelaksanaan
demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk
meyakinkan apakah siswa memahami apakah siswa memahami proses
guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalanya proses demonstrasi
itu untuk perbaikan selanjutnya.
2.4 Tari Piring dua belas
2.4.1. Asal Usul Tari Piring dua belas
Tari Piring Pua Belas adalah tari pergaulan masyarakat Lampung Pesisir yang
beradat Saibatin. Piring dua belas berarti penari menarikan bersama piring yang
sudah disiapkan dibawah berjajar sebanyak dua belas piring ditambah dua piring
yang akan dibawa penari. Para penari menggunakan cincin dijari telunjuk waktu
menari sehingga dalam permainan atau melempar piring terdengar bunyi yang
menambah suasana lebih semarak. Tari Piring dua belas dipentaskan pada waktu
Nayuh (pesta perkawinan) dan penyambutan tamu angung dari Penyimbang Adat
Lampung Saibatin yang dibawakan oleh Mulei Mengkhanai (bujang gadis).
Tari Piring dua belas merupakan tari pertunjukan yang bersifat hiburan sebagai
pelengkap dari acara gawi adat Saibatin. Menurut Sarbini Zainudin dalam buku
yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah
Provinsi Lampung tari Piring dua belas berasal dari Sekala Brak Kecamatan
Belalau Lampung Barat. Masuknya tari Piring dua belas di Kecamatan Kota
Agung wilayah Teluk Semangka dibawa oleh masyarakat Lampung Pesisir dari
Belalau yang berpindah mencari daerah penghidupan baru pada abad XV.
Kemudian di Kecamatan Kota Agung tari Piring dua belas dikembangkan pada
1) Tari Piring Biasa/Asli, dapat dibawakan oleh bujang dan gadis (mulei
mengkhanai).
2) Tari Piring Buha/Buaya, yang hanya dibawakan oleh mengkhanai
3) Tari Piring Maju Ngekkes/pengantin yang membersihkan tempat hidangan
makanan yang hanya dapat dibawakan oleh mulei/gadis.
4) Tari Piring dua belas dapat dibawakan oleh mulei mengkhanai
Dalam tari Piring dua belas mempunyai warna tersendiri yaitu membedakan
antara pangeran dan masyarakat pada warna kuning disebelah kanan, warna ini
milik pengeran atau ratu dan warna putih biasanya dikenakan disebelah kiri yang
merupakan milik masyarakat Saibatin atau pemilik adat tersebut. Adat Saibatin
terdiri dari 4 paksi:
1) Marga Benawang Kecamatan Kota Agung.
2) Marga Ngarip Kecamatan Wonosobo.
3) Way Nipah Pematang Sawah Kecamatan Perwakilan Pematang Sawah.
4) Marga Buai Belunggu Kecamatan Kota Agung.
Tari piring dua belas mempunyai fungsi sebagai tari hiburan pada acara pesta adat
yaitu dapat dalam dipertunjukan dalam acara:
1) Pesta perkawinan
2) Pesta penempatan gelar
3) Pesta penyambutan tamu agung
4) Pesta pada hari hari besar nasional
Tempat penyelenggaraan atau tempat penyelenggaraan dilakukan ditempat balai
diberi izin berdeasarkan musyawarah adat. Penyelenggaran tari ini di pimpin oleh
pemangku atau penyimbang adat (Pelatih untuk masa masa sekarang). Dalam
penyajian tari piraing dua belas dapat dilakukan oleh beberapa penari paling
sedikit dua orang namaun dahulu tarian ini dibawakan oleh satu orang saja.
Bentuk penyajian tari piring dua belas disajikan pada saat berlangsungnya gawi
adat merupakan penggambaran tata cara dan kewajiban serta hak yang harus
dipenuhi pada masyarakat lampung pesisir yaitu sembambangan atau kawin
jujukh (Bujang melarikan gadis untuk dipersunting). Sedangkan waktu
pementasanya disesuaikan dengan waktu kegiatan atau gawi adat dilaksanakan.
Jika gawi adat dilakukan pada malam hari maka pementasan tari piring dua belas
dilakukan setelah solat isya sampai dengan selesai. Jika gawi adat dilaksanakan
pada siang hari maka pementasan tari piring dua belas dilakukan menurut waktu
yang ditentukan oleh panitia penyelenggara. Umumnya tari piring dua belas
dilakukan kurang lebih 15 menit. Pada saat pementasan jumlah penari tidak
terbatas namun jumlahnya harus ganjil minimal 1 orang atau 3 orang. Bila tokoh
keratuan harus berada di tengah diapit kanan-kiri oleh pengiring ratu tersebut.
Dalam melakukan gerak tari piring dua belas ada istilah arti dalam gerak tersebut
misalnya :
1) Mejong Sumbah adalah duduk bersimpuh sebagai persembahan butangguh
appai sappai (menyatakan baru tiba atau datang)
2) Ketekh Kikhi Kananmenyatakan kami akan Beguai (menari)
4) Laga Puyuh menunjukan kepada masyarakat penonton bahwa di daerah
Lampung hidup semboyan Sang Bumi Ruwa Jurai
5) Salimpat menyatakan masyarakat Saibatin dan Pepadun untuk bersatu
6) Sakhak Hibos kedua tangan mengangkat kedua piring artinya mengimpun
atau menyatukan kekeluargaan Lampung Saibatin dan Pepadun untuk hidup
mufakat
2.4.2. Ragam Gerak Tari Piring dua belas
Tabel 2.1 Ragam gerak tari Piring Dua Belas
Ragam Gerak Hit Uraian Gerak Keterangan
Ngakhakelap 1 Kedua telapak tangan disilangkan menghadap depan dan telapak tangan menghadap samping kanan kiri
Gerakan ini berarti
memanggil
2 Kedua telapak tangan dipisahkan atau dibuka kearah yang berhadapan dan jari tangan dengan ibu jari menyatu
Sabatang masuk 1-2 Kedua tangan berada disamping pinggang sambil membawa piring dan memutar kedalam seperti membentuk angka delapan
Gerakan ini diartikan sebagai sungai
batang hari, bermakna walau
berasal dari berbagai arah namun satu 3-4 Kedua tangan digerakan
muara.
Sebatang keluar 1-2 Kedua tangan memutar membuat setengah lingkaran dimulai dari atas dan menuju kesamping pinggang.
Gerakan ini diartikan sebagai sungai
batang hari, bermakna walau
berasal dari berbagai arah namun satu muara. 3-4 Kedua tangan digerakan
kembali ke posisi awal
Ngahilok 1-2 Tangan kiri berada ditempat, tangan kanan memutar kedalam dari samping pinggang kanan dan seperti membentuk angka delapan.
Gerakan ini berarti
berjalan biasa
Laga Puyuh 1-2 Pergelangan tangan kanan diputar di depan tangan kiri kemudian kembali ke posisi awal
Gerakan ini berarti
seekor
burung kecil yang tidak merusak sekitarnya walau sedang berkelahi 3-4 Kemudian diikuti dengan
gerakan pergelangan tangan kiri dengan memutar keluar dan kembali ketempat semula
Nokokh 1 Sambil membawa piring kedua tangan dinaikan keatas sedikit banyak dua kali dan bersiap-siap menukarkan piring
Gerakan ini berarti
keterampilan
2.4.3 Busana Tari Piring dua belas
Tabel 2.2 Busana tari piring dua belas
Nama Gambar
Gelang kano
Papan jajar
Gelang burung
Kalung buah jukum
Peneken
Pending
Kembang melur/Kembang melati
Sanggul
Subang
Anting
Selendang kuning
Babatukh/ kalung gajah minung
Baju kurung
2.4.4. Musik pengiring tari piring dua belas
Musik yang di gunakan dalam mengiringi tari piring dua belas adalah :
1). Gitar gambus
2). Rebana
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dan dapat
dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau
hal-hal lain yang hasilnya sudah dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian
(Sugiyono, 2008: 6).
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan memaparkan apa yang
terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Data
yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompokan menurut jenis, sifat, atau
kondisinya. Sesudah datanya lengkap kemudian dibuat kesimpulan. (Arikunto,
Penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil
kontruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh
(holistic) karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Pada penelitian kualitatif tidak ditunjukan untuk menarik
kesimpulan suatu populasi melainkan untuk mempelajari karakteristik yang
diteliti, baik itu perorangan atau kelompok sehingga berdasarkan hasil penelitian
tersebut hanya untuk orang atau kelompok yang sedang diteliti tersebut.
Tujuan penelitian kualitatif diwarnai oleh adanya interaksi di dalam realitas.
Untuk memaknai kegiatan interaktif ini peneliti seyogyanya langsung dengan para
responden, antara lain dengan menginterviu dan mengobservasi dalam latar
alamiah, agar beroleh pemahaman emik/menurut pandangan responden
(Alwasilah, 2009: 103).
3.2 Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari nama data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172).
Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data-data yang berasal dari
informan, yaitu Guru Seni Budaya di SMA N 3 Bandar Lampung, dan siswa
dalam pembelajaran tari piring dua belas. Siswa yang mengikuti kegiatan
pembelajaran tari sebanyak 36 yang terdiri dari 12 siswa laki laki dan 24 siswi
perempuan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008: 308).
3.3.1 Observasi
Dalam menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi cara yang paling
efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai
instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah
laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2010: 272).
Pengamatan secara langsung pada pembelajaran tari di SMA N 3 Bandar
Lampung yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengamatan
secara langsung terhadap pembelajaran seni tari disekolah. Melalui tahap
observasi diharapkan dapat diperoleh data tentang pembelajaran tari piring 12 di
SMA N 3 Bandar Lampung. Observasi dilakukan dengan cara melakukan
wawancara secara langsung dengan guru seni budaya ibu dan salah satu siswa
kelas X mengenai pembelajaran seni budaya.
3.3.2 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang
diperoleh (Sugiyono, 2013: 319). Wawancara dilakukan tidak terstruktur, Adapun
yang dimewawancarai guru seni budaya Rina Widiawati dan siswa yang
mengikuti kegiatan pembelajaran tari disekolah.
Pedodaman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan.
informan yaitu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru seni budaya, dan
siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran.
3.3.3 Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan,
transkip, buku, majalah, prasasti, dan sebagainya. Dokumentasi sudah lama
digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dengan banyak hal
dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,
bahkan untuk meramalkan (Arikunto, 2010: 274).
Pada penelitian kali ini dokumentasi digunakan untuk pengambilan foto, video
yang diambil dalam setiap pertemuan. Teknik dokumentasi digunakan dengan
cara pengambilan foto untuk mendapatkan informasi tentang sekolah yang diteliti
dan proses pembelajaran tari pada SMA Negeri 3 Bandarlampung.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada
penelitian pengambilan data, observasi dan wawancara dilakukan oleh peneliti itu
sendiri. Dalam instrumen penelitian meliputi instrumen pengamatan aktifitas guru,
instrumen penilaian aktifitas siswa dalam kelompok , instrumen tes praktik dan
instrumen penggunaan metode demonstrasi.
3.4.1 Instrumen Pengamatan Aktivitas Guru
Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengecek dan melihat
kegiatan guru di dalam kelas. Guru berperan aktif dalam penggunaan metode
Tabel 3.1 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru
NO Instrumen P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
1 Menarik perhatian siswa
2 Memberikan apersepsi (kaitan materi yang sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan) 3 Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan diberikan
4 Kejelasan artikulasi suara
5 Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP. 6 Kejelasan dalam menjelaskan
bahan belajar (materi). 7 Kejelasan dalam memberikan
contoh
8 Kesesuaian metode dengan bahan belajar yang disampaikan 9 Ketepatan dalam penggunaan
alokasi waktu yang disediakan. 10 Membagi kelompok yang
tingkat kemampuan berbeda-beda terdiri dari 36 peseta didikmenjadi 7 kelompok 11 Mendemonstrasikan materi
pelajaran tari piring dua belas yang dilakukan secara klasikal atau audiovisual
12 Mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi tari piring dua belas yang telah dipelajari.
13 Melakukan penilaian terhadap penampilan tari piring dua belas yang telah dipelajari sebagai hasil kerja masing-masing kelompok.
14 Memberikan penghargaan atas keberhasilan kelompok
16 Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan
17 Memberi kesimpulan kegiatan pembelajaran
Pada penilaian aktifitas guru ini menggunakan sistim ceklist dalam setiap
penilaian, sehingga tidak memerlukan pensekoran dalam penilaian ini.
3.4.2 Tes Praktik
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sampai sejauh mana
keberhasilan mereka melakukan proses pembelajaran. Untuk itu perlu dilakukan
tes aktifitas belajar siswa, dengan instrumen yang berupa lembar pengamatan tes
praktik. Instrumen ini digunakan pada pertemuan kedelapan saat pengambilan
[image:35.595.116.509.84.158.2]nilai praktik dilaksanakan, Dengan uraian sebagai berikut :
Tabel 3.2 lembar pengamatan tes praktik
No Aspek Deskriptor Skor Kriteria
1 Wiraga a. siswa mampu
memeragakan urutan gerak tari piring dua belas dari awal sampai akhir tanpa kesalahan
5 Baik
sekali
b. Siswa memeragakan urutan gerak tari piring dua belas akan tetapi masih
mengalami kesalahan 1-2 kali pada enam ragam gerak.
4 Baik
c. Siswa memeragakan urutan gerak tari piring dua belas akan tetapi masih
mengalami kesalahan 3-4 kali pada enam ragam gerak
3 Cukup
gerak tari piring dua belas akan tetapi masih
mengalami kesalahan 5-6 pada enam ragam gerak e. Siswa tidak hafal urutan
gerak tari piring dua belas sehingga siswi terlihat tidak tertib.
1 Gagal
2 Wirama a. Siswa mampu
memeragakan semua gerak tari piring dua belas dengan ketepatan hitungan gerak dan musik.
5 Baik
sekali
b. Siswa memeragakan gerak tari piring dua belas 1-2 kali terlambat atau
mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.
4 Baik
c. Siswa memeragakan gerak tari piring dua belas 3-4 kali terlambat atau
mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.
3 Cukup
d. Siswa memeragakan gerak tari piring dua belas 5-6 kali terlambat atau
mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak tidak senyum.
2 Kurang
e. Siswa memeragakan gerak tari piring dua belas lebih dari 6 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.
1 Gagal
3 Wirasa a. Tersenyum dan pandangan kedepan.
5 Baik
sekali b. Tidak tersenyum dan
pandangan kedepan
4 Baik
c. Tersenyum tetapi pandangan kebawah (menunduk).
3 Cukup
pandangan kebawah (menunduk).
e. Tidak tersenyum tetapi pandangan kebawah (menunduk), dan ekpresi wajah tegang.
1 Gagal
Jumlah maksimum 15
Hasil belajar gerak tari piring dua belas siswi dapat diukur dengan lembar
pengamatan tes praktik dengan total skor keseluruhan berjumlah 15 sehingga hasil
belajar siswi dapat dilihat menggunakan patokan dengan perhitungan nilai untuk
[image:37.595.113.515.85.184.2]Skala lima, sebagai berikut :
Tabel 3.3 Penentuan Patokan Nilai untuk Skala Lima
Interval Nilai Tingkat Kemampuan Keterangan 80-100
66-79 56-65 40-55 30-39
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Gagal (Arikunto, 2008 : 246)
Setelah skor didapat, maka dilakukan perhitungan untuk siswi berdasarkan tiga
aspek yang akan dijadikan indicator penilaian yaitu hafalan ragam gerak,
ketepatan gerak dengan music dan kekompakan dalam kelompok saat siswi
menari dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel lembar
pengamatan tek praktik yang memiliki skor maksimal 15.
Selanjutnya setelah skor siswa diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus
berikut.
N = � �� � �
3.4.3 Non tes
Teknik Nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas
siswi dalam pembelajaran tari piring dua belas di dalam kelompoknya dan
aktivitas guru dalammengajar di kelas dengan menggunakan metode demontrasi.
Untuk memperoleh data tentang penggunaan metode demontrasi pada
pembelajaran tari piring dua belas yang diamati pada lembar pengamatan
aktivitas siswa dalam penentuan instrumen aktivitas siswa peneliti berkordinasi
dengan guru terlebih dahulu mengenai instrumen penelitian yang di gunakan
ketika pembelajaran tari yang akan berlangsung, instrumen aktivitas siswa sebagai
[image:38.595.116.514.419.753.2]berikut:
Tabel 3.4 Lembar Penilaian Aktivitas Siswa
No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Kriteria
1 Visual Activities
a. Seluruh siswa memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan
pembelajaran tari piring dua belas. 5 Baik
Sekali
b.Dari 36 siswa terdapat 1-8 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan
pembelajaran tari piring dua belas.
4 Baik
c. Dari 36 siswa terdapat 9-16 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan
pembelajaran tari piring dua belas.
3 Cukup
d. Dari 36 siswa terdapat 17-24 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan
pembelajaran tari piring dua belas.
2 Kurang
e. Dari 36 siswa terdapat lebih dari 24 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru
mendemonstrasikan pembelajaran tari piring dua belas.
1 Gagal
2. Listening Activities
a. Seluruh siswa mendengarkan guru pada saat guru mendemonstrasikan
pembelajaran tari piring dua belas. 5 Baik
b. Dari 36 siswa terdapat 1-8 siswa yang tidak mendengarkan guru pada saat guru mendemonstrasikan pembelajaran tari piring dua belas.
4 Baik
c. Dari 36 siswa terdapat 9-16 siswa yang tidak mendengarkan guru pada saat guru mendemonstrasikan pembelajaran tari piring dua belas.
3 Cukup
d. Dari 36 siswa terdapat 17-24 siswa yang tidak mendengarkan guru pada saat guru mendemonstrasikan pembelajaran tari piring dua belas.
2 Kurang
e. Dari 36 siswa terdapat lebih dari 24 siswa yang tidak mendengarkan guru pada saat guru
mendemonstrasikan pembelajaran tari piring dua belas.
1 Gagal
3 Motor Activities
a. Seluruh siswa mampu
memperagakan ragam gerak tari piring dua belas dengan baik.
5 Baik sekali
b. Dari 36 siswa terdapat 1-8 siswa yang tidak dapat memperagakan ragam gerak tari piring dua belas dengan baik.
4 Baik
c. Dari 36 siswa terdapat 8-16 siswa yang tidak dapat memperagakan ragam gerak tari piring dua belas dengan baik.
3 Cukup
d. Dari 36 siswa terdapat 17-24 siswa yang tidak dapat memperagakan ragam gerak tari piring dua belas dengan baik.
2 Kurang
e. Dari 36 siswa terdapat lebih dari 24 siswa yang tidak dapat
memperagakan ragam gerak tari piring dua belas dengan baik.
1 Gagal
Total Skor Maksimum 15
Setelah skor aktivitas siswi didapat, maka dilakukan perhitungan untuk
mengetahui nilai aktivitas berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indicator
penilaian aktivitas siswi yaitu visual activities, listening activities, dan motor
telah ditentukan pada tabel yaitu lembar penelitian aktivitas siswa yang memiliki
skor maksimum 15. Selanjutnya setelah skor aktivitas siswa diperoleh maka
diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.
N = � � � �
[image:40.595.108.517.259.745.2]� � � × skor ideal
Tabel 3.5 Instrumen Penggunaan Metode Demonstrasi
No Aspek P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
1. Langkah Persiapan
a. Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi b. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan
2. Langkah Pembukaan a. Mengatur tempat siswa
yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan b.Mengemukakan tujuan
yang harus dicapai siswa c. Mengemukakan tugas-tugas
yang harus dilakukan siswa misalnya untuk mencatat dan memperhatikan hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi 3. Langkah Pelaksanaan
memperhatikan kegiatan demonstrasi
b.Menciptakan suasana yang menyejukkan/rileks dengan menghindari suasana yang menegangkan
c. Semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa d.Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya secara aktif mengenai apa yang telah didemonstrasikan
4. Langkah Mengakhiri a. Memberikan tugas yang
berkaitan dengan
pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran b. Melakukan evaluasi
bersama mengenai jalannya proses demonstrasi untuk perbaikan pada pertemuan selanjutnya
3.5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain
(Sugiyono, 2013 :244). Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan Penerapan
metode demonstrasi pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 3
Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mengamati aktivitas siswi selama proses pembelajaran tari piring dua belas
menggunakan metode demontrasi.
2. Menganalisis hasil tes tari piring dua belas dengan menggunakan metode
demonstrasi yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes praktik
dengan baik dan benar.
3. Member nilai hasil tes praktik Proses penerapan metode demonstrasi dalam
pembelajaran tari piring dua belas pada pembelajaran tari di SMA Negeri
Bandar Lampung, dengan menggunakan rumus sebagai berikut
N = � �� � �
� �� � × skor ideal
4. Menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur hasil
belajar siswi dalam pembelajaran tari piring dua belas.
5. Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal
yang pokok yang sesuai untuk dianalisis
6. Membuat kesimpulan data dengan cara mengelola dan menganalisis data-data
pada saat observasi, catatan lapangan, dokumentasi, hasil tes praktik serta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan dengan 8 kali
pertemuan pembelajaran tari piring dua belas menggunakan metode demonstrasi
di kelas X SMA Negeri 3 Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa proses
pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah
pelaksanaan metode pembelajaran yang dipilih. Tahapan pelaksanaan
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi sudah dilaksanakan dalam setiap
pertemuan.
Hasil pembelajaran didapat melalui aktivitas pembelajaran dalam setiap
pertemuan. Hasil pembelajaran pada pertemuan pertama menunjukan bahwa
seluruh siswa telah memperhatikan guru saat memberikan materi tentang teori tari
piring dua belas dengan metode ceramah dan materi tersebut dapat dipahami oleh
siswa secara keseluruhan. Hasil pembelajaran pada pertemuan kedua menunjukan
bahwa terdapat empat belas siswa dengan inisial AM, AF, AP, DD, DH, LL, MA,
MF, MZ, RM, SK, TA, VL dan WT mengalami kesulitan memperagakan gerakan
Hasil pembelajaran pada pertemuan ketiga menunjukan tedapat sembilan siswa
dengan inisial DD, DA, MA, ML, QN, VL, SK, WT dan YK yang mengalami
kesulitan dalam mempraktikan ragam gerak ngahilok kanan kiri dan sebatang
masuk. Hasil pembelajaran pada pertemuan keempat menunjukan bahwa terdapat
delapan siswa dengan inisial AR, MA, MF, RM, SC, AM, ML dan WT terlihat
kesulitan pada saat memperagakan ragam gerak tari nokoh dan laga puyuh. Hasil
pembelajaran pada pertemuan kelima menunjukan bahwa terdapat tujuh siswa
dengan inisial MA, MF, RM, SC, AM, ML dan WT terlihat kesulitan mengikuti
ragam gerak nokoh dan ngahilok kanan kiri yang didemonstrasikan oleh guru.
Hasil pembelajaran pada pertemuan keenam menunjukan bahwa terdapat Lima
belas siswa dengan inisial AM, AF, AP, DD, DP, DA, HD, LL, MC, MR, MF,
RM, TI, TP dan WT mengalami kesulitan pada saat menari dengan iringan musik
ketika gerakan laga puyuh, sebatang masuk dan nokoh. Hasil pembelajaran pada
pertemuan ketujuh menunjukan bahwa terdapat sembilan siswa dengan inisial
AM, AF, AP, DD, DP, DA, HD, LL, dan MC mengalami kesulitan pada saat
menari dengan iringan musik ketika gerakan nokoh dan laga puyuh. Hasil
pembelajaran pada pertemuan kedelapan menunjukan terdapat 15 siswa yang
dinyatakan belum lulus oleh guru yaitu siswa dengan inisial AF, AP, DD, AR,
MA, MF, MZ, Ml, MR, RM, SK, TS, TA, Vl dan WT. Siswa-siswa tersebut tidak
5.2.Saran
Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa saran yang bisa digunakan untuk
peningkatan proses pembelajaran maupun penelitian yang berhubungan dengan
materi ini, diantaranya :
1. Kepada pihak sekolah disarankan untuk dapat meningkatkan sarana dan
prasana agar tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru dapat
tercapai dengan maksimal.
2. Kepada guru sebaiknya melakukan pendekatan kepada siswa untuk
mengetahui karakteristik dan tingkat kecerdasannya, agar tidak ada siswa
dengan kecerdasan yang rendah semakin tertinggal prestasinya dari siswa
lain.
3. Pemakaian seragam praktik dalam pembelajaran tari memang harus
digunakan sehingga guru dan siswa lebih nyaman dan bebas dalam bergerak
untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
4. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya aktivitas guru dan siswa agar lebih
ditingkatkan guna mendapatkan pembelajaran yang lebih detail.
5. Guru perlu mencari model pembelajaran yang sesuai dengan metode
demonstrasi agar pembelajaran berlangsung lebih menaraik dan berkesan bagi
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik.. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Bahri, Syaiful, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad
21. Bogor : Ghalia Indonesia.
Iriantara, Yosal. 2014. Komunikasi Pembelajaran. Bandung : Sembiosa Rekatama
Media.
Mustika, I Wayan. 2013. Teknik Dasar Gerak Tari Lampung. Bandar Lampung:
AURA.
Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful, 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Slameto. 2013.Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Alfabeta
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Tim Taman Budaya. 2016. Diskripsi Tari Piring Dua Belas. Departemen