IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGURANGAN ANGKA GIZI BURUK DI KABUPATEN LOMBOK UTARA
TAHUN 2014
Oleh :
ASTO WIRATNO
20110520057
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
HALAMAN JUDUL
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGURANGAN ANGKA GIZI BURUK DI KABUPATEN LOMBOK UTARA
TAHUN 2014
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
ASTO WIRATNO 20110520057
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan judul :
“IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGURANGAN ANGKA GIZI BURUK DI KABUPATEN LOMBOK UTARA
TAHUN 2014” Oleh:
ASTO WIRATNO NIM. 20110520057
Telah di pertahankan dan disahkan di depan tim penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pada:
Hari dan Tanggal : Kamis 25 Agustus 2016 Tempat : Ruang Ujian IP
Jam : 09.00 – 10.00
SUSUNAN TIM PENGUJI Ketua.
Drs. Juhari Sasmito Aji, M.Si.
Penguji I Penguji II
Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si DR. Zuli Qodir, M.Si
Mengetahui KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Nama : ASTO WIRATNO Nomor Mahasiswa :
20110520057
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya dan atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila dikemudian hari terbukti terdapat duplikasi, serta ada pihak lain yang merasa dirugikan dan menuntut, maka saya akan bertanggung jawab serta menerima segala konsekuensi yang menyertainya.
Yogyakarta, 2016
iv
MOTTO
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap nya, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah buahan
sebagai rezeki untukmu, karna itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi ALLAH,
padahal kamu mengetahui.
(QS. AL-BAQARAH 22)
Berbaktilah kepada kedua orang tua mu, buat mereka bangga karna sudah melahirkanmu,
istikomah dalam kebaikan, lalu kembalilah kepada penciptamu dalam keadaan yang suci,
sebagaimana kamu suci pada saat kamu di lahirkan oleh Ibumu.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
ني م ل ع لا ر ه دمح لا
Untuk kedua orang tuaku dan seluruh keluargaku aku cinta kalian semua dan terimakasih yang tak terhingga
untuk segalanya yang telah kalian berikan untuk ku, dan utuk sahabat dan teman-temanku saya ucapkan
terimakasih yang setulus dan sebanyak banyaknya karna sudah memberikan warna di hidupku.
vi
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmattulahi Wabarakaatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan Dalam Program Pengurangan Angka Gizi Buruk Di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014” dapat terselesaikan dengan baik. Tersusunnya Skripsi ini atas bantuan dari beberapa pihak secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Ali Muhammad, M.A,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Soisal dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Dr. Titin Purwaningsih, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Bapak Drs. Juhari Sasmito Aji, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan memberikan ide-ide bimbingan serta ilmu-ilmu dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai.
5. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan telah memberikan yang terbaik untuk Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
vii
7. Kepada semua Teman-teman IP angkatan 2011, terutama sahabat sahabat dekat saya ucapkan banyak sekali terimakasih dan semoga tuhan membalas semua kebaikan kalian amin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Yogyakarta, 2016
viii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ... ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... .... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... ... iii
HALAMAN MOTTO ... ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... .. vii
DAFTAR ISI ... . viii
DAFTAR TABEl ... ... xi
DAFTAR GAMBAR ... ... xi
DAFTAR GRAFIK ... .. xii
DAFTAR LAMPIRAN ... ... .. xii
SINOPSIS ... ... viii
BAB I : PENDAHULUAN ... .... 1
A. Latar Belakang Masalah ... .... 1
B. Perumusan Masalah ... ... .... 6
C. Tujuan Penelitian ... .... 6
D. Manfaat Penelitian ... .... 7
E. Kerangka Dasar Teori ... .... 7
1. Desentralisasi ... .... 8
2. Pemerintah Daerah ... .. 13
3. Kebijakan Publik ... .. 16
4. Implementasi Kebijakan Publik ... .. 20
ix
3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... .. 40
4. Jumlah Rumah Tangga ... .. 40
5. Kepadatan Penduduk ... .. 41
6. Administrasi Pemerintahan ... .. 41
B. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara ... .. 42
1. Kedudukan Dinas Kesehatan ... .. 42
2. Tugas Pokok dan Fungsi ... .. 42
a. Tugas Pokok ... .. 42
b. Fungsi ... .. 43
c. Struktur Organisasi ... .. 44
C. Kondisi Masyarakat Kabupaten Lombok Utara ... .. 56
1. Kondisi Kesehatan dan Upaya Pemerintah ... .. 56
2. Kondisi Penderita Gizi Buruk ... .. 61
BAB III : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGURANGAN ANGKA GIZI BURUK DI KABUPATEN LOMBOK UTARA TAHUN 2014 ... .. 63
x
B. Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan Dalam Program Pengurangan Angka Gizi Buruk Di Kabupaten Lombok Utara Tahun
2014 ... .. 66
1. Komunikasi ... .. 68
a. Transformasi informasi (transimisi)... .. 69
b. Kejelasan informasi (clarity)... .. 70
c. Konsistensi informasi (consistency)... .. 70
2. Sumberdaya ... .. 70
a. Sumberdaya Manusia ... .. 71
b. Anggaran ... .. 73
c. Fasilitas ... .. 75
d. Informasi dan Kewenangan ... .. 80
3. Disposisi ... .. 82
4. Struktur Birokrasi ... .. 83
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ... .. 86
1. Faktor-faktor Pendukung ... .. 86
2. Faktor-faktor Penghambat ... .. 91
BAB IV : PENUTUP ... .. 94
A. Kesimpulan ... .. 94
B. Saran ... .. 95
DAFTAR PUSTAKA ... . xiv
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Data Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Dusun, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Jiwa/Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ... ... 38
Tabel 2.2 Luas Wilayah Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ………... ... 39
Tabel 2.3 Jumlah Desa dan Dusun Menurut Kecamatan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ………... ... 39
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ………... ... 40
Tabel 2.5 Data Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Jiwa/Rumah Tangga Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ... ... 40
Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Miskin yang tercakup pelayanan Jamkesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2013 ... ... 58
Tabel 2.7 Jumlah kasus gizi buruk menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas di Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 ... ... 62
Tabel 2.8 Jumlah tenaga gizi di fasilitas kesehatan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 ... ... 63
Tabel 3.1 Jumlah Kasus Gizi Buruk di KLU tahun 2012-2014 ... ... 67
Tabel 3.2 Jumlah Tenaga Gizi di Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 …... ... 72
Tabel 3.3 Anggaran Kesehatan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 …... ... 74
Tabel 3.4 Data Sarana Kesehatan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ... ... 78
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Grafik Perkembangan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2012-2014 ... .... 41 Grafik 3.1 Kasus Gizi Buruk dirinci per Kecamatan di Kabupaten Lombok Utara tahun
2010-2014 ... .... 67
DAFTAR LAMPIRAN
1. Poto poto atau dokumen ganbar.
2. Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014
3. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur Kabupaten Lombok Utara tahun 2014
4. Bayi berat badan lahir rendah menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2014
5. Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2014
6. Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 7. Cakupan jaminan kesehatan penduduk menurut jenis jaminan dan jenis kelamin
Kabupaten Lombok Utara tahun 2014
8. Presentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2014
9. Presentase rumah sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2014
10.Jumlah sarana kesehatan menurut kepemilikan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014
11.Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2014
12.Jumlah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat menurut kecamatan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014
13.Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan di fasilits kesehatan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014
14.Jumlah tenaga gizi di fasilitas kesehatan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 15.Jumlah tenaga kesehatan lain di fasilitas kesehatan Kabupaten Lombok Utara
tahun 2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan judul :
“IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGURANGAN ANGKA GIZI BURUK DI KABUPATEN LOMBOK UTARA
TAHUN 2014” Oleh:
ASTO WIRATNO NIM. 20110520057
Telah di pertahankan dan disahkan di depan tim penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pada:
Hari dan Tanggal : Kamis 25 Agustus 2016 Tempat : Ruang Ujian IP
Jam : 09.00 – 10.00
SUSUNAN TIM PENGUJI Ketua.
Drs. Juhari Sasmito Aji, M.Si.
Penguji I Penguji II
Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si DR. Zuli Qodir, M.Si
Mengetahui KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
xiii
SINOPSIS
Skripsi ini mengambil judul “Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan Dalam Program Pengurangan Angka Gizi Buruk Di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014” dimana yang diketahui bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa tetapi yang terjadi bahwa masih tingginya jumlah kasus gizi buruk yang ada di Indonesia, khususnya di Kabupaten Lombok Utara. Penelitian ini dilakukan di Dinas esehatan Kabupaten Lombok Utara. Studi ini merupakan deskripsi dan analisis terkait pelaksanaan dari program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara tahun 2014.
Dalam skripsi ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang akan berusaha mengungkapkan fakta-fakta yang menjelaskan bagaimana implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara. Adapun data yang dipakai dalam skripsi ini adalah data primer dan data sekunder, sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini adalah interview atau wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data dengan cara mendeskripsikan data yang ada dengan kata -kata yang ada dengan sistematis.
Hasil penelitian bahwa implementasi kebijakan program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur, dimana hal ini ditunjukkan dengan sudah menurunnya jumlah kasus gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara. Hal ini didukung oleh komunikasi yang terarah, sumberdaya yang memenuhi antara lain adanya anggaran yang mencukupi, sarana dan prasarana yang memadai di Dinas Kesehatan maupun disemua tempat pelayanan kesehatan, informasi yang diterima jelas, adanya dukungan dari para pemimpin dan struktur organisasi yang jelas terkait dengan tugas pokok dan fungsinya. Tetapi dalam pelaksanaan program ini ada beberapa hambatan dalam mencapai tujuan yaitu kurangnya tenaga medis termasuk tenaga ahli gizi untuk melayani masyarakat dan kurangnya kesadaran masyarakat (ibu) dalam memberikan gizi yang cukup kepada anak mereka.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan pertumbuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
desentralisasi dan otonomi daerah secara terus menerus mengalami
perkembangan dengan didasari oleh berbagai dinamika yang terjadi di daerah,
baik dinamika politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Sebagai tonggak awal
peraturan perundang-undangan Negara Kesatuan Republik mengatur mengenai keberadaan Komite Nasional Daerah adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945.1
Tujuan pembentukan daerah otonom baru adalah untuk mendukung
terwujudnya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah daerah
dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah
dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Suatu daerah
dapat dimekarkan apabila memenuhi kriteria pemekaran yang dirumuskan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang tatacara
1
2
pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah. 2
Otonomi daerah telah digulirkan oleh Pemerintah Pusat dengan program
desentralisasi. Kebijakan tersebut menuntut pengendalian yang lebih kuat
dalam artian perumusan perangkat peraturan yang dapat mengendalikan dan
mengarahkan arah pembangunan masyarakat serta dibentuknya daerah otonom,
kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah tersebut menuntut pengendalian
yang lebih kuat dalam artian perumusan perangkat peraturan yang dapat
mengendalikan dan mengarahkan arah pembangunan masyarakat secara umum.
Urusan Wajib dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah
salah satunya tentang Kesehatan Masyarakat. Pemerintah mempunyai fungsi
untuk menjamin kesehatan seluruh masyarakatnya. Akan tetapi Indonesia saat
ini masih dihantui dengan banyaknya masalah yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat. Salah satu dari permasalah itu adalah masalah gizi
buruk.
Masalah gizi sendiri adalah termasuk ke dalam masalah yang sangat
mendasar bagi kehidupan, karena bila ada seseorang mengalami masalah gizi
maka dampaknya akan sangat luas. Hal itu terjadi karena anak yang mengalami
kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan dan perkembangannya terhambat
dan nantinya akan menurunkan kualitasnya sebagai sumberdaya manusia
2
3
secara luas, yang selanjutnya dapat menurunkan kemampuan produktif suatu
bangsa di masa yang akan datang.
Gizi Buruk merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari -hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Gizi buruk biasanya menyerang
balita dan anak-anak. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan maramus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. 3
Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan
ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat
berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan
anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan
yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat
menyebabkan kematian.
Secara langsung gizi buruk disebabkan oleh kurangnya asupan makanan
dan adanya penyakit infeksi, sementara itu keadaan masyarakat di Indonesia
yang masih banyak dalam keadaan kurang mampu (hampir 40 juta penduduk
hidup dibawah garis kemiskinan) sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi
untuk anak mereka. Separuh dari total rumah tangga masyarakat Indonesia
mengkonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari. Lima juta balita berstatus kurang gizi dan lebih dari 100 juta penduduk beresiko terhadap
3
4
berbagai masalah kurang gizi. Hal ini menjadi gambaran sederhana tingkat
kesejahteraan rakyat Indonesia yang mencerminkan rendahnya kesadaran gizi
di kalangan masyarakat.
Selain hal ini, keterbatasannya pengetahuan tentang gizi, cara pemberian
makanan yang tidak tepat kepada anak, pola pengasuhan anak, kondisi
kesehatan dan lingkungan serta ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga
merupakan faktor penyebab terjadinya gizi buruk. Lingkungan yang tidak sehat
juga menjadi faktor terjadinya masalah gizi buruk ini.
Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional mencatat lebih
dari 8 juta anak Indonesia mengalami kekurangan gizi. Prevalensi rata-rata Indonesia masih rendah dan berada pada posisi buruk. Saat ini Indonesia masih
menjadi penyumbang angka pendek dan kurang gizi didunia, yang jumlah
totalnya mencapai 165 juta. Anak kurang gizi dapat dilihat dari ukuran badan
yang pendek dan berat badan yang rendah. Anak-anak yang kurang gizi biasanya lahir dengan berat badan dibawah 2,5 kilogram.4
Pada tahun 2012, Indonesia merupakan Negara kekurangan gizi nomor 5
di dunia. Indonesia mendapatkan Peringkat kelima karena jumlah penduduk
Indonesia juga di urutan ke empat terbesar dunia. Jumlah balita yang
kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut
merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah
5
yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya didaerah
bagian timur Indonesia saja. Melainkan di provinsi NTB juga merupakan
daerah penderita gizi buruk tertingi ke dua di indonesia.5
Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah daerah yang paling tinggi jumlah
penderita Gizi Buruk setelah Nusa Tenggara Timur. Menurut Infosketsa, Pada
tahun 2006-2007 sebanyak 3,45% dan 62 anak meninggal dunia, pada tahun 2008 sebanyak 3,18% dan ada 45 orang meninggal dari 127 penderita, dan
tahun 2009 sebanyak 4,5% dan 44 orang meninggal dari 926 penderita. Pada
data tersebut pada tahun 2008 terdapat penurunan jumlah penderita gizi buruk,
tetapi tidak terlalu signifikan, hanya 0,27%. Sedangkan pada tahun selanjutnya
yaitu tahun 2009 angka penderita gizi buruk mengalami peningkatan sebanyak
4,5% dan mempunyai selisih sebesar 1,32% dengan tahun sebelumnya.6
Menurut Laporan Pemantauan Status Gizi Provinsi Nusa Tenggara Barat
tahun 2012, angka gizi buruk di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada Tahun
2012 (Data khusus Gizi Buruk, data gizi kurang, gizi baik, gizi lebih tidak
dimasukkan) yaitu Kota Mataram dengan jumlah presentase 2,03%, Lombok
Barat 2,79%, Kabupaten Lombok Utara adalah 5,7%, Kabupaten Lombok
Tengah 2,69%, Kabupaten Lombok Timur 3,5%, Kabupaten Sumbawa Besar
1,31%, Sumbawa sebanyak 2,73%, Kabupaten Dompu 4,46%, Kota Bima
5,19%, dan Kabupaten Bima sebanyak 5,16%.
5
www.indonesiafightpoverty.com 6
6
Dari data di atas, terlihat bahwa Kabupaten Lombok Utara merupakan
daerah tertinggi di Nusa Tenggara Barat yang menderita gizi buruk dengan
jumlah presentase 5,7%. Untuk mengatasi hal ini, maka sangat diperlukan
peran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara dalam mengurangi
angka Gizi Buruk di Kabupaten Lombok Utara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian tersebut diatas maka penulis menarik suatu rumusan
masalah yaitu :
1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program
pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun
2014?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di
Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014?
C. TujuanPenelitian
1. Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara
Tahun 2014.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk
7
D. Manfaat Penelitian
Selain dari tujuan di atas, diharapkan penelitian tersebut dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini nantinya diharapkan mampu memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan mengurangi angka gizi Buruk.Selain itu hasil penelitian yang dilakukan nantinya diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai tambahan referensi bagi penelitian lebih lanjut.
2.Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara dalam mengurangi angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara diperiode berikutnya agarlebih baik.
E.Kerangka Dasar Teori
Kerangka dasar teori dimaksudkan adalah teori-teori yang digunakan dalam melaksanakan penelitian sehingga kegiatan menjadi jelas, sistematis, dan ilmiah.
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, abstrak, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatian.7 Untuk memperoleh kesatuan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam skripsi ini, Dengan demikian dalam penelitian ini
7
8
dasar teori yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Desentralisasi
Definisi desentralisasi Dari sudut pandang etimologi, desentralisasi berasal dari bahasa latin, yaitu De yang artinya lepas dan Centrum yang artinya pusat. Sedangkan dari sudut pandang terminologi, desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.8Dengan demikian desentralisasi berarti melepaskan diri dari pusat. Kondisi ini mencerminkan adanya kewenangan dari bagian atau bawahannya untuk melaksanakan sesuatu yang diserahkan dari pusat, dengan tetap adanya hubungan antara pusat dan bagian bawahannya (daerah).9
Pengertian desentralisasi menurut Cheema dan Rondinelli, Mereka dalam memberikan batasan mencangkup juga persfektif administratif dan persfektif politik. Dalam konteks itu mereka mengartikan desentralisasi mencangkup: Dekonsentrasi, delegasi, devolusi, dan privatisasi atau debirokratisasi.10
Desentralisasi merupakan sebuah mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menyangkut pola hubungan antara pemerintahan
8
B.N. Marbun. 2005. Otonomi Daerah 1945-2005 dan Realita, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal 195.
9
Tjahya Supriatna, 1996. Sistem Administrasi Pemerintah di Daerah, Jakarta: Bumi Aksara, hal 1 10
9
nasional melimpahkan kewenangan kepada pemerintah dan masyarakat setempat untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri guna meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.
Ada empat bentuk desentralisasi, antara lain :
a. Dekonsentrasi yaitu pengalihan beberapa kewenangan atau tanggung jawab administrasi (Internal) dari suatu kementrian atau jawatan. Bawahan menjalankan kewenangan atasannya dan bertanggungjawab kepada atasannya.
b. Delegasi yaitu transfer (pelimpahan) tanggung jawab fungsi-fungsi tertentu kepada organisasi diluar struktur birokrasi pemerintah dan dikontrol secara tidak langsung oleh pemerintah pusat.
c. Devolusi yaitu pembentukan dan pemberdayaan unit-unit pemerintahan ditingkat lokal oleh pemerintah pusat dengan kontrol pusat seinimal mungkin dan terbatas pada bidang-bidang tertentu. d. Privatisasi/debirokratisasi yaitu pelepasan semua tanggung jawab
fungsi-fungsi kepada organisasi-organisasi pemerintahan atau perusahaan swasta.
10
desentralisasi teritorial dan desentralisasi fungsional.
Desentralisasi teritorial berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada wilayah di alam Negara. Desentralisasi fungsional berarti pelimpahan wewenang kepada organisasi fungsional (teknis) yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat. Dengan demikian desentralisasi adalah prinsip pendelegasian wewenang dari pusat ke bagian-bagiannya, baik bersifat kewilayahan maupun fungsional.
Bila desentralisasi dipahami berdasarkan persfektif Hubungan Negara-Masyarakat, maka akan diketahui bahwa sesungguhnya keberadaan desentralisasi tidak lain adalah untuk mendekatkan pemerintah kepada masyarakat sedemikian rupa, sehingga antara keduanya dapat tercipta interaksi yang dinamis, baik pada proses pengambilan keputusan maupun dalam implementasi kebijakan. Secara implisit juga mengindikasikan bahwa tujuan utama hendak dicapai melalui desentalisasi meliputi, terwujudnya demokrasi di tingkat lokal, terciptanya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemeritahan daerah dan pembangunan ekonomi di daerah.11
Dalam hal tujuan, negara-negara yang menerapkan kebijakan desentralisasi, menurut pandangan Smith, berdasarkan beberapa tujuan. Pertama, desentralisasi diterapkan dalam upaya untuk pendidikan politik. Kedua, untuk latihan kepemimpinan politik. Ketiga, untuk memelihara
11
11
stabilitas politik. Keempat, untuk mencegah konsentrasi kekuasaan di Pusat. Kelima, untuk memperkuat akuntabilitas publik. Keenam, untuk meningkatkan kepekaan elit terhadap kebutuhan masyarakat.12
Dalam dunia sekarang ini, sesuatu hanya akan berjalan lebih baik jika mereka yang bekerja di organisasi publik mempunyai otoritas untuk mengambil keputusan sendiri. Menurut David Osborne, lembaga yang terdesentralisasi mempunyai sejumlah keunggulan. 13 Pertama, lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih fleksibel, lembaga tersebut dapat memberi respon dengan cepat terhadap lingkungan dan kebutuhan pelanggan. Kedua, lembaga terdesentralisasi jauh lebih efektif daripada yang tersentralisasi. Ketiga, lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih inovatif daripada yang tersentralisasi. Keempat, lembaga yang terdesentralisasi menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi, lebih banyak komitmen dan lebih produktivitas.
Menurut Nelson Kasfir, alasan menerapkan desentralisasi lebih didasarkan pada pertimbangan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan mempercepat proses pembangunan ekonomi daerah.14 Ada tiga alasan mengapa kebijakan desentralisasi yang dipilih, yaitu: Pertama, untuk menciptakan efisiensi penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Kedua, untuk memperluas
12
Ibid. hal 7-8
13David Osborne. 1996. Mewirausahakan Birokrasi. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. hal
282-284 14
12
otonomi daerah. Ketiga, untuk beberapa kasus sebagai strategi untuk mengatasi instabilitas politik.
Ada dua kendala yang tentang desentalisasi.15 Pertama, berkaitan dengan skala besaran wilayah operasi pemerintah daerah yang mengakibatkan penyelenggaraan pemerintah daerah menjadi kurang efektif, utamanya dalam menangani berbagai persoalan sosial dan ekonomi. Kedua, adanya ketidaktulusan dikalangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mendudukan partisipasi masyarakt sebagai elemen penting dalam proses pengambilan keputusan.
Menurut pendapat The Liang Gie yang dikutip Josep Kaho tentang alasan dianutnya desentralisasi adalah sebagai berikut:16
a. Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi dimaksud untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang akhirnya dapat menimbulkan tirani.
b. Dalam bidang politik penyelenggaraan desentralisasi di anggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunkana hak-hak demokrasi.
c. Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan desentralisasi adalah untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien.
15
Ibid. hal 8
16B.N. Marbun, 2005. Otonomi Daerah. 1945-2005 dan Realita, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
13
d. Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakannya supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpahkan kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi watak kebudayaan, atau latar belakang sejarahnya.
e. Dari suduut pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan langsung membantu pembangunan tersebut.
Desentralisasi diharapkan akan menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu: Pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreativitas serta kemandirian masyarakt daerah. Kedua, memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah paling rendah yang memiliki informasi paling lengkap.
2. Pemerintah Daerah
Berdasarkan ketentuan pasal 1 huruf (a) Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah
Negara Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan berdasarkan ketentuan pasal 1
huruf (b) Undang-undang otonomi daerah No 32 tahun 2004, Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah sebagaimana unsur
penyelenggara pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah oleh
14
dengan prinsip otonom seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945.
Pemerintah daerah adalah Organ elit yang memiliki kewenangan dan
legitimasi untuk mengatur rakyat dan daerah. Kewenangan daerah Kabupaten
meliputi kawasan pelabuhan, Kawasan Bandar udara, kawasan perumahan,
kawasan industry, kawasan perkebunan, kawasan pertambangan, kawasan
kehutanan, kawasan pariwisata, kawasan jalan bebas hambatan dan kawasan lain
yang sejenis.17
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 2 dan 3 Pemerintah Daerah mempunyai fungsi dan tugas mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi seluas-luasnya, kecuali dalam urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah, dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.
Prinsip penyelenggaraan Pemerintah Daerah, adalah :
a. Digunakannya asas desentralisasi, dekonsentralisasi dan tugas pembantuan.
b. Penyelenggara asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
c. Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, Daerah Kota dan Desa
Dalam rangka untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan,
17
15
pemerintah daerah dibekali dengan hak dan kewajiban yaitu :
1. Hak-hak pemerintah daerah, sebagai berikut :18
a. Mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahannya b. Memilih Pemimpin Daerah
c. Mengelola aparatur daerah d. Mengelola Kekayaan daerah
e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah
f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumberdaya lainnya yang berada di daerah
g. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah
h. Mendapatkan hak lainnya yang di atur dalam peraturan perundang -undangan.
2. Kewajiban pemerintah daerah, sebagai berikut :
a. Melindungi Masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat c. Mengembangkan kehidupan demokrasi d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan
18
16
g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak h. Mengembangkan sistem jaminan sosial
i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah j. Mengembangkan sumber daya produktif didaerah k. Melestarikan lingkungan hidup
l. Mengelola administrasi kepedudukan m.Melestarikan nilai sosial budaya
n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya
o. Kewajiban lainnya yang di atur dalam peraturan perundang -undangan.
3. Kebijakan Publik
Secara umum istilah Kebijakan atau policy digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.19 Pada dasarnya terdapat banyak batasan atau definisi mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan publik (public policy) dalam literatur-litaratur politik. Masing-masing definisi tersbut memberi penekanan yang berbeda-beda. Perbedaan ini timbul karena masing-masing ahli mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
19
17
Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Robert Eyestone, mengatakan bahwa secara luas kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya. Konsep yang diberikan oleh Eyestone mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang pasti karena apa yang dimaksud dengan kebijakn publik dapat mencangkup banyak hal. Batasan yang lain diberikan oleh Thomas R.Dye yang mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh peemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan.20
Masing-masing definisi tersebut cukup memuaskan untuk menjelaskan satu aspek, namun besar kemungkinan gagal dalam menjelaskan aspek yang lain. Oleh karena itu, proposisi yang menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan kebijakan yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah harus mendapat perhatian sebaik-baiknya agar bisa membedakan kebijakan publik dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain.
Kebijakan publik merupakan arah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, meliputi segala tindakan yang dilakukan pemerintah dan mempunyai pengaruh terhadap kepentingan masyarakat secara luas, seperti misalnya kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan menyangkut wajib belajar sembilan tahun dan bidang kesehatan menyangkut kesehatan terhadap seluruh masyarakat.
18
Kebijakan publik secara garis besar mencangkup tahap-tahap perumusan masalah kebijakan, implementasi kebijakn dan evaluasi kebijakan. Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses kompleks karena melibatkan banyak variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan dalam mengkaji kebijakan publik.21 Tahap-tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut:22
a. Tahap penyusunan Agenda
Para pejabat yang dipilih dan di angkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk kedalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini seuatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.
b. Tahap Formulasi Kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian di cari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut
21
Charles Lindblom. 1986. Proses Penetapan Kebijakan Publik. Edisi Kedua. Penerjemah Ardian Syamsudin. Jakarta: Airlangga. Hal 3.
22
19
berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusahn kebijakan masing-masing alterntif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang di ambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan bermain untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.
c. Tahap Adopsi Kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.
d. Tahap Implementasi Kebijakan
20
implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.
e. Tahap Evaluasi Kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.
4. Implementasi Kebijakan Publik
Menurut Nakamura dan Smallwod pertanyaan pokok yang harus dijawab
oleh study implementasi adalah mengapa suatu kebijakan atau program
mengalami kegagalan.23
Sedangkan menurut Mc Clintock keberhasilan implementasi belum
menjadi lahan studi karena jumlahnya relative terbatas, baik untuk Negara
berkembang maupun negara-negara kapitalis maju. Kedua pendapat itu menunjukkan bahwa studi implementasi sebenarnya lebih fokus pada pencarian
akar masalah mengapa sebuah kebijakan gagal atau tidak efektif
diimplementasikan.
23
21
Implementasi merupakan tahapan yang menghubungkan antara rencana
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain Implementasi
merupakan proses penerjemah pernyataan kebijakan (policy Statement) ke
dalam aksi kebijakan (policy action). Sedangkan Ripley mengartikan
implementasi sebagai proses yang terjadi setelah sebuah produk hukum
dikeluarkan yang memberikan otoritas terhadap suatu kebijakan program atau
output tertentu.24 Dengan demikian implementasi merujuk pada serangkaian
aktifitas yang dijalankan oleh pemerintah yang mengikuti arahan tertentu
tentang tujuan dan hasil yang diharapkan. Implementasi meliputi tindakan -tindakan dan non -tindakan oleh berbagai aktor, terutama birokrasi yang sengaja
didesain untuk menghasilkan efek tertentu demi tercapainya tujuan.
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Menurut Gridle menyatakan, implementasi merupakan proses
umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu.
Sedangkan Van Meter dan Horn, menyatakan bahwa implementasi kebijakan
merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara
individu maupun secara kelompok yang dimaksutkan untuk mencapai tujuan.25
Grindle menambahkan bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila
tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun, dana telah
siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran.
24
Randall B Ripley, political analisys in political sciences, Chicago: Nelson Hill 1985 hal 30 25
22
Menurut Lane dalam implementasi sebagai konsep dapat dibagi kedalam
dua bagian. Pertama, implementation = F (Intention, Output, Outcome). Sesuai
definisi tersebut, implementasi merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan
tujuan, hasil sebagai produk dan hasil dari akibat. Kedua, implementasi
merupakan persamaan fungsi dari Implementation = F (Policy, Formator,
Implementator, Initiator, Time). Penekanan utama dua fungsi ini adalah kepada
kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh
Implementator dalam kurun waktu tertentu.26
Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan
realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Hal ini sesuai dengan
pandangan Van Meter dan Horn. 27 bahwa tugas implementasi adalah
membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik
direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai
pihak yang berkepentingan.
Menurut Supriyono agar kinerjanya optimal, beberapa tahap perlu dilalui
dalam implementasi kebijakan, yaitu pembentukan organisasi pelaksana,
sosialisasi program, pelaksanaan program, evaluasi pelaksanaan, dan
rekomendasi pelaksanaan
Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak
variabel atau faktor, dan masing-masing. Variabel tersebut saling berhubungan
26Haedar Akib dan Antonius Tarigan. Artikulasi Konsep Kebijakan: Perspektif, Model dan
Kriteria Pengukurannya. Jurnal. 2008
23
satu sama lain. Dalam pandangan Edwards III,28implementasi kebijakan
dipengaruhi oleh empat variabel, yakni :
a. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari
komunikator kepada komunikan . Sementara itu, komunikasi kebijaka
berarti proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan
(policy makers) kepada pelaksana kebijakan (policy Implementors).29
Widodo kemudian menambahkan bahwa informasi perlu disampaikan
kepada pelaku kebijakan agar pelaku kebijakan dapat memahami apa saja
yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (target group) kebijakan,
sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal-hal apa saja yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi
kebijakan bisa berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan
itu sendiri.
Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencangkup beberapa
dimensi penting yaitu transformasi informasi (transimisi), kejelasan
informasi (clarity), dan konsistensi informasi (consistency). Dimensi
transformasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada
pelaksana kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak terkait.
Dimensi kejelasan menghendaki agar informasi yang jelas dan mudah
28
Edwards III dalam Joko Widodo. 2011. Analisis Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing. hal 98
24
dipahami, selain itu untuk mengindari kesalahan interpretasi dari pelaksana
kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang terkait dalam
implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi konsistensi menghendaki agar
informasi yang disampaikan harus konsisten sehingga tidak menimbulkan
kebingunagan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait.
b. Sumber daya
Sumberdaya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan.
Edward III mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dari konsistensinya
ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang
mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. 30
Sumberdaya disini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan
untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.
Sumber daya ini mencangkup sumber daya manusia, anggaran,
fasilitas, informasi dan kewenangan yang dijelaskan sebagai berikut :
Sumber daya manusia (staff)
Sumberdaya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
implementasi. Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa
didukung dengan adanya sumber daya manusia yang cukup kualitas dan
kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan
30
25
keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompetensi dibidangnya,
sedangkan kuantitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia
apakah sudah cukup untuk melingkup seluruh kelompok sasaran.
Anggaran (Budgetary)
Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan
kecukupan modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan untuk
menjamin terlaksananya kebijakan, Sebab tanpa dukungan anggaran
yang memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam
pencapaian tujuan dan sasaran.
Fasilitas (Facility)
Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas
yang layak, seperti gedung, tanah dan peralatan perkantoran akan
menunjang dalam keberhasilan implementasi suatu program atau
kebijakan.
Informasi dan Kewenangan (Information and Authority)
Informasi juga menjadi faktor penting dalam implementasi
kebijakan, terutama informasi yang relevan dan cukup, terkait bagaimana
mengimplementasikan suatu kebiajkan.Sementara wewenang berperan
penting terutama untuk meyakinkan dan menjamin bahwa kebijakan
yang dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki.
26
Disposisi adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh
Implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu
faktor yang mempengaruhi efektivitas implementasi kebijakan adalah sikap
implementor. Jika implementor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan
mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan
mengalami banyak masalah.
Ada tiga bentuk sifat atau respon implementor terhadap kebijakan,
kesadaran pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana untuk merespon program
kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut.Para
pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali
mengalami kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena
mereka menolak tujuan yang ada didalamnya sehingga secara sembunyi
mengalihkan dan menghindari implementasi program. Disamping itu dukungan
para pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program.
Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program
dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan
pimpinan ini adalah Menempatkan kebijakn menjadi prioritas program,
penempatan pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program, memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin, dan
karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup
27
mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan kebijakan/program.
d. Struktur organisasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah
satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya
prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP).SOP
menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.
Struktur organisasi yang panjang akan cenderung melemahkan
pengawasan dan menimbulkan red-tape yaitu prosedur birokrasi yang rumit
dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak
fleksibel.
5. Gizi Buruk
Gizi Buruk merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan maramus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.31
Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan
31
28 kematian.
Gizi buruk berbeda dengan kelaparan. Orang yang menderita kelaparan biasanya karena tidak mendapat cukup makanan dan kelaparan yang diderita dalam jangka panjang dapat menuju ke arah gizi buruk. Walaupun demikian, orang yang banyak makan tanpa didasari gizi yang cukupjuga bisa menderita gizi buruk apabila mereka tidak makan makanan yang mengandung nutrisi, vitamin, dan mineral secara mencukupi. Jadi gizi buruk sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja, tanpa mengenal struktur sosial dan faktor ekonomi.
Gejala Klinis kurang Energi Protein (KEP) dari maramus adalah : a. Wajah seperti orang tua
b. Sering disertai : Peny.Infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC) c. Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)
d. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada e. Perut cekung
f. Iga gambang
g. Diare kronik atau konstipas
h. Mudah menangis/cengeng dan rewel
Gejala Teknis Kurang Energi Protein (KEP) dari kwasiokor adalah : a. Mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran nafas dan diare
b. Edema, umumnya seluruh tubuh membulat dan lembab c. Pandangan mata sayu
29 tanpa sakit dan mudah rontok.
e. Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel f. Terjadi pembesaran hati
g. Otot mengecil, lebih nyata bila periksa pada posisi berdiri atau duduk
h. Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas
i. Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut. Dampak gizi buruk pada anak terutama balita yaitu:
a. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak terhambat b. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi c. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.
Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
a. Memberikan Asi eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun. b. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya : untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan,sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
30
Jika tidak sesuai, segera konsultasikan halitu kedokter.
d. Jika anak dirawat dirumah sakit karena gizi buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
e. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.
Sedangkatan untuk pengobatan gizi buruk bisa dilakukan dengan cara perbaikan gizi (jika pada stadium ringan), dan jika pada stadium berat, penderita sebaiknya dirawat di Rumah Sakit untuk mendapat pergatian medis secara penuh.
F. Definisi Konseptual
Definisi konseptual dimaksudkan sebagai gambaran yang jelas untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pengertian atau batasan tentang istilah yang ada dalam pokok permasalahan. Adapun batas pengertian konsepsional dalam bahasan ini adalah :
1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, baik berupa teritorial (kewilayahan) maupun fungsional (teknis) dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintah Daerah merupakan aparatur negara yang bertugas atau berwenang disalah satu daerah kesatuan batas hukum wilayah tertentu, yang memiliki
hak dan kewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
31
pengaruh terhadap kepentingan masyarakat secara luas.
4. Implementasi Kebijakan publik, yaitu pelaksanaan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah berdasarkan otoritas formal dalam mengambil pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam mengatur kehidupan bermasyarakat guna menciptakan ketertiban politik di ruang publik.Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan, yaitu publik.Faktor-faktor-publik.Faktor-faktor yang jika ditangani dengan baik, maka sifatnya “mendukung”, sementara jika
sebaliknya, maka sifatnya “menghambat” Implementasi Kebijakan Dinas
Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014.
5. Gizi Buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama.Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala maramus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.
G. Definisi Operasional
Pengertian definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan
informasi tentang bagaimana cara mengukur suatu variable atau semacam
petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur untuk mempermudah dalam
penelitian. Menurut Saifudin Anwar definisi operasional adalah bahasa atau
32 atau tidak menunjukan indikator jelas.32
Untuk memudahkan dalam menganalisis data maka perlu diberikan batasan -batasan dan gejala-gejala yang diidentifikasikan dengan tujuan untuk menjawab masalah penelitian. Definisi Operasional untuk Implementasi Kebijakan Dinas
Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok
Utara Tahun 2014.
1. Variabel Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014.
Hal ini dapat diukur dari beberapa indikator, antara lain :
a) Komunikasi
i. Transformasi informasi ii. Kejelasan informasi iii. Konsistensi informasi b) Sumberdaya
i. Sumber daya manusia ii. Anggaran
iii. Fasilitas
iv. Informasi dan kewenangan c) Disposisi
d) Struktur organisasi
2. Variabel faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Dinas
32
33
Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten
Lombok Utara Tahun 2014.
H. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan kebenaran yang dapat dipercaya, maka suatu penelitian harus dilakukan dengan metode yang benar dan tepat.
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang ingin diteliti maka jenis penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta.
Penelitian yang digunakan masuk dalam jenis penelitian kualitatif karena adanya situasi dan fenomena yang diteliti, peneliti terlibat dengan orang, data yang dimiliki secara detail, deskripsi yang padat, serta adanya sistem yang dinamis dengan perhatian pada proses dan perubahan. Digunakannya jenis penelitian ini, dikarenakan keunggulan yang dimiliki yaitu, berusaha berinteraksi dengan informannya secara alamiah, tidak menonjol, dan dengan cara yang tidak memaksa.33 Pertama, peneliti meneliti orang dalam setting alamiah mereka. Peneliti masuk ke lapangan, mengamati apa yang terjadi, berinteraksi kepada mereka dengan membuatnya nyaman dan bersikap bersahabat. Hal ini dilakukan agar peneliti tidak terlihat menonjol kepada informannya. Kedua, dengan
33
34
keadaan yang seperti ini, maka dengan mudah para informan akan memberikan informasinya secara mengalir tanpa ada perasaan yang seolah-olah sedang dipaksa oleh peneliti.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan tujuan untuk mengetahui
Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan
angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi kepustakaan atau dokumentasi
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari bahan-bahan tertulis berupa buku-buku, dokumen-dokumen resmi, peraturan perundang-undangan serta sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Wawancara
35 terpendam maupun manifest.34 c. Observasi Langsung
Selain menggunakan kedua teknik diatas, penulis juga menggunakan teknik observasi. yaitu memperoleh data dengan pengamatan dan penggalian data kemudian dilakukan pencatatan secara sistematis.
d. Jenis Data
Karena yang digunakan adalah metode deskriptif maka yang dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder, Kedua tipe sumber ini akan saling melengkapi satu sama lain sebagai rangkaian data.
1) Data primer
Menurut Prastowo “Data Primer adalah data yang diperoleh
langsung dari sumber yang diamati dan dicatat untuk pertama kalinya”
yang didapat melalui wawancara dan observasi. Data ini didapat
melalui hasil wawancara dari berbagai pihak yang mengetahui dan
memahami tentang “Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara
Tahun 2014.
2) Data Sekunder
Data Sekunder merupakan sumber tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data seperti lewat orang lain atau dokumen,
34
36
data sekunder yang penulis pakai adalah dokumen, arsip, dan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini.
e. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan
analisis data secara kualitatif. Penelitian ini guna menunjang gambaran
situasi secara sistematis mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan fenomena yang diselidiki tanpa menggunakan perhitungan statistik. Jadi
dengan analisa data yang diperoleh, maka akan memberikan gambaran
secara deskriptif tentang aspek-aspek yang menjadi fokuspenelitian, sehingga akan memberikan jawaban atas masalah yang akan diteliti.
Selanjutnya data tersebut dapat dianalisa dan diinterpretasikan
kebenarannya.
Langkah yang perlu dilakukan dalam proses analisa data menurut
Moleong adalah dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber. 35 Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, langkah
selanjutnya mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat
abstraksi atau rangkuman inti, kemudian menyusun dalamsatuan-satuan. Satuan-satuan ini kemudian dikategorikan sambil membuat koding. Tahapan terakhir dari analisis data adalah mengadakan keabsahan data.
35
37 BAB II
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Lombok Utara
Secara geografis wilayah Kabupaten Lombok Utara bila digambarkan
mempunyai wilayah yang berbukit dan pegunungan, berjarak 40 Km arah
Utara Kota Mataram Ibu Kota Propinsi NTB. Kabupaten Lombok Utara adalah
salah satu dari kabupaten yang ada di NTB dan disahkan sesuai dengan
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2008. Tentang
Pembentukan Kabupaten Lombok Utara di Provinsi Nusa Tenggara Barat
sekitar akhir tahun 2008. Kabupaten Lombok Utara di Resmikan Terpisah dari
Kabupaten Lombok Barat.
Wilayah Kabupaten Lombok Utara secara geografis terletak antara
(115⁰46’-115⁰28’) Bujur Timur dan antara (8⁰120’- 8⁰550’) Lintang Selatan. Total luas daratan Kabupaten Lombok Utara mencapai 809,53 Km2 dan luas
perairan laut mencapai 503,24 km2, dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Sambelia Kabupaten Lombok Timur, sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat;
Kecamatan Batukliang Kabupaten Lombok Tengah dan sebelah barat
38
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Lombok Utara
Sumber : Bappeda Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014
Tabel 2.1.
Data Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Dusun, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Jiwa/Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014.
NO KECAMATAN Luas Wilayah
(Km2)
1 Bayan 329,10 9 80 48.214 13.851 3 147 2 Kayangan 126,35 8 72 40.206 12.782 3 318 3 Gangga 157,35 5 54 43.608 12.782 3 277 4 Tanjung 115,64 7 70 48.126 15.207 3 416 5 Pemenang 81,90 4 37 35.364 10.680 3 432 JUMLAH 810,34 33 312 215.518 65.166 3 266
39
1. Jumlah Kecamatan
Kabupaten Lombok Utara terbagi ke 5 wilayah Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Pemenang, Tanjung, Gangga, Kayangan dan Bayan.
Tabel 2.2
Luas Wilayah Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 NO Kecamatan Luas Areal
Sumber : Bappeda Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014
2. Jumlah Desa dan Dusun
Kabupaten Lombok Utara mempunyai 33 Desa di 5 Kecamatan, daftar desa
perkecamatan adalah sebagai berikut
Tabel 2.3
Jumlah Desa dan Dusun
Menurut Kecamatan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014
No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Dusun
40
3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 adalah 215.518
jiwa dengan jumlah 103.643 jiwa penduduk laki-laki dan 111.875 jiwa
1 Laki-laki 103.643 Jiwa
2 Perempuan 111.875 Jiwa
Jumlah 215.518 Jiwa
Sumber : Bappeda Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014
4. Jumlah Rumah Tangga
Jumlah Rumah Tangga yang ada di Kabupaten Lombok Utara Tahun
2014 adalah 65.166, dimana Kecamatan Tanjung memiliki jumlah rumah
tangga yang berjumlah 15.207 dan kecamatan Pemenang memiliki jumlah
rumah tangga terendah dengan jumlah 10.680.
Tabel 2.5
Data Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Jiwa/Rumah Tangga Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014
No Kecamatan Jumlah Rumah
Tangga Jiwa/Rumah Rata-rata Tangga
41
5. Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk di Kabupaten Lombok Utara adalah 266 jiwa/Km2
meningkat dari jumlah tahun 2014 yang tercatat 254 jiwa/km2, kecamatan
terpadat adalah Kecamatan Pemenang dengan angka kepadatan 432 jiwa/Km2.
Bayan adalah Kecamatan terendah kepadatan penduduknya 147 jiwa/Km2.
Grafik 2.1
Grafik Perkembangan Penduduk
Per Kecamatan di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2012-2014
Sumber : Bappeda Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014
6. Administrasi Pemerintahan
Kabupaten Lombok Utara adalah daerah otonom baru hasil pemekaran
Kabupaten Lombok Barat yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara di Provinsi
42
Gangga, Kayangan dan Bayan yang sebelumnya menjadi wilayah Kabupaten
Lombok Barat dengan terbitnya Undang-Undang tersebut membentuk Kabupaten Lombok Utara dengan ibukota kabupaten di Kecamatan Tanjung.
Secara administrasi Pemerintahan Kabupaten Lombok Utara terdiri dari
33 Desa, 312 Dusun dan 33 BPD. Seimbang dengan luas wilayah masing -masing kecamatan dan peran salah satu kecamatan sebagai ibukota Kabupaten,
jumlah desa masing-masing kecamatan tersebar di kecamatan Pemenang sebanyak 4 desa, Kecamatan tanjung 7 Desa, Kecamatan Gangga 5 Desa,
Kecamatan Kayangan 8 Desa dan Kecamatan Bayan 9 Desa.
B. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten lombok Utara
1. Kedudukan Dinas Kesehatan
a. Dinas merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah, dibidang Kesehatan.
b. Dinas dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Seretaris Daerah.
2. Tugas Pokok dan Fungsi a. Tugas Pokok
Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintahan daerah dibidang kesehatan.
b. Fungsi
Dinas Kesehatan dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :