• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kepuasan Konsumen Atas Pelaksanaan Kualitas Pelayanan Pada Restoran BMC Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kepuasan Konsumen Atas Pelaksanaan Kualitas Pelayanan Pada Restoran BMC Bandung"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN ATAS PELAKSANAAN

KUALITAS PELAYANAN PADA RESTORAN BMC

BANDUNG

THE ANALYSIS OF SATIFACTION ON SERVICE QUALITY EXECUTION IN RESTAURANT BMC BANDUNG

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Pada Program Studi Manajemen Pemasaran

Oleh:

NAMA : MARLINA

NIM : 21408025

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASARAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

Pada Restoran BMC Bandung “, di bawah bimbingan Raeny Dwisanty, SE., M.Si. Perkembangan usaha sektor jasa berlangsung cukup pesat meskipun keadaan perekonomian di Indonesia sedang mengalami masa yang cukup sulit pada saat sekarang ini. Seiring dengan meningkatnya usaha-usaha di sektor jasa, menyebabkan terjadinya persaingan diantara perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang jasa, salah satunya jasa restoran.

Semakin maraknya usaha di bidang jasa restoran karena usaha di bidang jasa restoran ini sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Maka dari itu penulis melakukan penelitian terhadap Restoran BMC Bandung.

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan kualitas pelayanan dan tanggapan responden terhadap pelaksanaan kualitas pelayanan pada Restoran BMC Bandung, yang meliputi Tangible

(berwujud), Empathy (empati), Responsive (Daya Tanggap), Reability

(Kehandalan) dan Assurance (Kepastian) . Sedangkan tujuan dari analisis data pada Tugas Akhir ini adalah untuk memperoleh kesimpulan tentang pelaksanaan kualitas pelayanan pada Restoran BMC Bandung sehingga dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kualitas pelayanan pada masa yang akan datang.

Penulis menggunakan metode analisis deskriftif dalam penelitian ini, dengan objek penelitian pelaksanaan kualitas pelayanan pada Restoran BMC Bandung. Adapun teknik pengumpulan data adalah dengan melakukan studi kepustakaan (Libelary Research) studi lapangan (Field Research).

(3)

ABSTRAK

Marlina, " consumer satisfaction analysis on service quality execution in restaurant bmc bandung" , be guidance Raeny Dwisanty, SE., M.Si.

service sector effort development is going on enough fast although economics conditon in indonesia is experiencing time enough difficult at the (time) of this time. along with the increasing of efforts at service sector, causes the happening of rivalry between companies that move membidang service, one of them restaurant service.

more the hoisterous of effort at restaurant service area because effort at this restaurant service area is wanted by everyone so much. so from that is author does watchfulness towards restaurant bmc bandung.

author aim does this watchfulness analyzes service quality execution and respondent conception towards service quality execution in restaurant bmc bandung, cover tangible (extant), empathy (empathy), responsive (power tanggap), reability (reliability) and assurance (certainty). while aim from data analysis in task will end this will get conclusion about service quality execution in restaurant bmc bandung so that can be reference in service quality execution in that time.

author uses analysis method deskriftif in this watchfulness, with service quality execution watchfulness object in restaurant bmc bandung. as to data collecting technique with do study literature (libelary research) field study (field research). keyword: service quality

(4)

segala kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan

judul ”Analisis Kepuasan Konsumen Atas Pelaksanaan Kualitas Pelayanan

Pada Restoran BMC Bandung”. Adapun penyusunan Tugas Akhir ini adalah

untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh ujian

sidang Ahli Madya Program Studi Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari dalam menyusun Tugas Akhir ini masih terdapat

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dalam mengolah data

maupun dalam penyajiannya, yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan serta pemahaman penulis. Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari semua pihak demi perbaikan Tugas Akhir ini.

Penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak, baik secara moril atau materil, maka dari itu dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, MS. Ak selaku Dekan Fakultas

(5)

3. Ibu Dra. Rahma Wahdiniwaty, M.Si selaku Ketua Program Studi

Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Komputer

Indonesia, sekaligus sebagai Dosen Wali Kelas Manajemen Pemasaran I

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Elvira Azis, SE., MT selaku Sekretaris Program Studi Manajemen

Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5. Ibu Raeny Dwisanty, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir

Program Studi Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas

Komputer Indonesia.

6. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Manajemen Pemasaran yang

telah memberikan bekal pendidikan yang berguna dan telah memberikan

kemudahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

7. Bapak Reza Mahdi selaku Business Dev. Senior Mgr Bumbu Desa Kedai Laswi Bandung.

8. Karyawan dan Karyawati (Khususnya Ibu Indri, Bapak Tedi, Bapak

Alex dan saudara Piet) Bumbu Desa Kedai Laswi Bandung yang telah

membantu melengkapi data-data yang diperlukan dalam pembuatan

Tugas Akhir.

9. Kedua orang tua (Bapak M. Amin dan Ibu Hotimah) yang tak henti memberi

do’a, bantuan, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis, serta kakak

-kakakku (Susan Irawati dan Rudi Sumantri) atas do’a, bantuan dan

(6)

bisaa haha... makasihh ya tetewku..

12. Juga Buat Semua yang telah mendukung dan membantu yang tidak bisa

kusebutkan satu-satu.. God Bless You All

Akhir kata penulis mengharapkan semoga kebaikan dan bantuan yang

telah diberikan oleh semua pihak dapat membawa berkah dan mendapatkan

pahala dari Tuhan, amin. Mudah-mudahan laporan Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat bagi semua pihal khususnya penulis sendiri. Atas segala

perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Bandung, Agustus 2011

Penulis

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini Bandung tidak hanya terkenal sebagai kota wisata belanja pakaian,

tetapi Bandung pun terkenal dengan banyaknya tempat-tempat makan yang

menawarkan berbagai jenis makanan baik tradisional maupun internasional.

Di Indonesia perkembangan usaha sektor jasa berlangsung cukup pesat

meskipun keadaan perekonomian di Indonesia sedang mengalami masa yang cukup

sulit pada saat sekarang ini. Seiring dengan meningkatnya usaha-usaha di sektor jasa,

menyebabkan terjadinya persaingan diantara perusahaan-perusahaan yang bergerak di

bidang jasa. Begitupun halnya dengan pertumbuhan dalam sektor jasa restoran, selain

persaingan yang ketat di sektor jasa tersebut, juga diikuti dengan meningkatnya

jumlah pengguna jasa restoran.

BMC saat ini menjadi divisi Industri PT. Agronesia yang bergerak dibidang

makanan dan minuman. BMC dulunya hanya tempat pengolahan susu yang hanya

diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi orang-orang belanda dan

(8)

Sebenarnya BMC baru menjadi restoran ( Industri Makanan dan Minuman)

pada periode tahun 1999-2000. Untuk bertahan ditengah-tengah persaingan antar

restoran dikota Bandung, maka BMC tidak hanya meningkatkan usahanya dibidang

Food & Beverange dan Milk Processing saja. Pada saat ini, BMC juga melakukan inovasi dengan mengadakan berbagai usaha baru yaitu Pastry & Bakery dan air minum dalam kemasan.

Unit-unit usaha divisi industri makanan dan minuman yang menjadi usaha

BMC, yaitu :

1. Bidang Food & Beverage, BMC menyediakan makanan dan minuman dengan cipta rasa yang baik dan sehat.

2. Bidang Milk Processing, BMC mengolah susu sapi yang dijadikan susu segar Acehisasi dan produk olahan susu lainnya.

3. Bidang pastry & Bakery, BMC memproduksi beraneka ragam kue dan roti

serta makanan cemilan.

4. Bidang air minum dalam kemasan, BMC memproduksi sendiri air minum

dalam kemasannya berupa Cup, Botol dan Gallon.

Bukan hanya membuat inovasi baru, tetapi BMC juga merancang strategi

peamasaran dengan mengidentifikasikan tingkat kepuasan pelanggan yang tepat guna.

(9)

3

Kebutuhan pangan merupakan aspek dasar dari kebutuhan primer dan fisiologis

manusia yaitu makan dan minum. Oleh karena itu, BMC menjadikannya sebagai

peluang strategi bisnis untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Jadi sekarang

hanya tinggal bagaimana BMC mampu menyingkapi peluang tersebut dengan suatu

gerakan yang nyata dalam bentuk strategi dan taktik yang sistematis dan tepat guna.

Kini disadari bahwa kepuasan pelanggan merupakan aspek vital dalam rangka

mempertahankan perusahaan dalam bisnis dan memenangkan persaingan. Meski

demikian tidaklah mudah untuk mewujudkan kepuasan pelanggan secara

menyuluruh. Pelayanan yang bertujuan memperoleh kepuasan pelanggan bukanlah

suatu yang mudah untuk dilakukan, sering didapati masalah-masalah dalam

pengelolaan pelayanan

PT. Agronesia Restoran BMC Bandung merupakan sebuah perusahaan yang

bergerak dibidang makanan dan minuman. Salah satu target perusahaan adalah

menjalankan usahanya yaitu memberikan kepuasan dengan kualitas pelayanan yang

baik. Dalam upaya mencapai target tersebut PT. Agronesia BMC berusaha

memberikan kepuasan kepada pelanggan sehingga diharapkan dapat meningkatkan

volume penjualan produknya.

Berdasarkan survey awal terhadap 30 responden yang datang kepada restoran

BMC Bandung didapat hasil yang menyatakan bahwa sekitar 65% atau 20 responden

menyatakan sangat baik akan sarana kebersihan terhadap restoran BMC Bandung

sedangkan 35% menyatakan baik akan sarana kebersihan dari restoran BMC

(10)

menyatakan kurang puas, sedangkan 32,3% menyatakan puas dan 24,4% menyatakan

cukup puas akan kenyamanan suasana interior restoran dikarena kurangnya audio

visual yang disajikan pihak restoran BMC Bandung. Berdasarkan kecermatan

pelayanan 43,3% menyatakan sangat baik terhadap pelayanan yang diberikan restoran

BMC Bandung karena salah satunya adalah keramahan para karyawan juga perhatian

secara individual yang diberikan terhadap konsumen, sedangkan 27,5% menyatakan

baik dan 29,2% menyatakan cukup baik terhadap kecermatan pelayanan BMC

Bandung. Berdasarkan kecepatan waktu pelayanan 65,5% responden menyatakan

baik akan ketepatan waktu akan restoran BMC Bandung tersendiri namun 34,5%

menyatakan cukup akan kecepatan waktu pelayanan.

Dan berdasarkan perhatian terhadap keluhan responden menyatakan 13,3% baik

akan perhatian baik secara individu kepada konsumen, sedangkan 27,7% menyatakan

cukup akan perhatian terhadap keluhan yang ditawarkan dan 59 % menyatakan

kurang atas perhatian terhadap keluhan restoran BMC Bandung. Dan segi Kesopanan

karyawan menyatakan bahwa 35% sangat baik dan 25% responden menyatakan baik

(11)

5

Tabel 1.2

Survey Responden

Indikator Survey Responden

65% atau 20 responden menyatakan sangat baik akan sarana kebersihan terhadap restoran BMC Bandung sedangkan 35% menyatakan baik akan sarana kebersihan dari restoran BMC Bandung.

1.Tangible 43,3% responden menyatakan kurang puas, sedangkan 32,3% menyatakan puas dan 24,4% menyatakan cukup puas akan kenyamanan suasana interior restoran dikarena kurangnya audio visual yang disajikan pihak restoran BMC Bandung.

2. Reability 44,3% menyatakan sangat baik terhadap pelayanan yang diberikan restoran BMC Bandung karena salah satunya adalah keramahan para karyawan juga perhatian secara individual yang diberikan terhadap konsumen, sedangkan 27,5% menyatakan baik dan 29,2% menyatakan cukup baik terhadap kecermatan pelayanan BMC Bandung

3. Ressponsiveness kecermatan pelayanan 43,3% menyatakan sangat baik terhadap pelayanan yang diberikan restoran BMC Bandung karena salah satunya adalah keramahan para karyawan juga perhatian secara individual yang diberikan terhadap konsumen, sedangkan 27,5% menyatakan baik dan 29,2% menyatakan cukup baik terhadap kecermatan pelayanan BMC Bandung.

4. Assurance keluhan responden menyatakan 13,3% baik akan perhatian baik secara individu kepada konsumen, sedangkan 27,7% menyatakan cukup akan perhatian terhadap keluhan yang ditawarkan dan 59 % menyatakan kurang atas perhatian terhadap keluhan restoran BMC Bandung. .

(12)

Dari survey awal tersebut, konsumen yang menyatakan kurang puas atas

perhatian terhadap keluhan restoran dan suasana interior restoran cukup besar, ini

menunjukkan komitmen terhadap kepuasan konsumen masih kurang. Dalam hal ini

dapat dikatakan pula bahwa pihak restoran BMC Bandung kurang peka akan keluhan

terhadap keinginan konsumen. Menyadari pentingnya membangun dan

mempertahankan kualitas pelayanan, maka perlu dilakukan upaya-upaya agar

terciptanya kepuasan pelanggan atas pelaksanaan kualitas pelayanan. Berdasarkan

uraian masalah diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

kepuasan konsumen yang dituang dalam judul :

“ ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN ATAS PELAKSANAAN KUALITAS

PELAYANAN PADA RESTORAN BMC BANDUNG “

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis mengidentifikasi masalah

sebagai berikut :

1. Kualitas Pelayanan yang sudah diterapkan oleh restoran BMC Bandung

berkurang. Ini berdasarkan latar belakang dimana pihak restoran BMC

Bandung kurang peka akan keluhan dan perubahan akan suasana interior

restoran itu sendiri.

Berdasarkan latarbelakang penelitian diatas penulis merumuskan masalah

(13)

7

a. Bagaimana tanggapan responden terhadap Kualitas Pelayanan pada

Restoran BMC Bandung

b. Bagaimana tanggapan responden tentang Kepuasan atas Kualitas

Pelayanana pada restoran BMC Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk menjelaskan serta menilai tentang kepuasan

pelanggan atas pelaksanaan kualitas pelayanan dengan menggunakan praktek

lapangan secara langsung, data melalui wawancara dengan karyawan restoran BMC

Bandung dan konsumen dan melalui internet.

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kualitas pelayanan pada BMC

Bandung

2. Untuk mengetahui Tanggapan Responden Tentang Kepuasan atas Kualitas

Pelayanan pada restoran BMC.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi Perusahaan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

gambaran informasi bagi pengelola perusahaan dalam menentukan

(14)

strategi pemasaran yang beriorentasi atas pelaksanaan kualitas

pelayanan untuk mendapatkan kepuasan konsumen pada restoan

BMC Bandung.

2. Bagi Pihak Terkait

Dari hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan

dan informasi tambahan bagi pihak-pihak terkait seperti investor dan

bagi perusahaan-perusahaan lain yang bergerak pada bidang usaha

yang sama.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Bagi Penulis

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang dunia

kerja, serta secara langsung penulis dapat mengetahui cara dan

metode yang diterapkan perusahaan dalam hal kepuasan atas kualitas

pelayanan.

2. Bagi Pembaca

Dengan adanya hasil penelitian ini, pembaca dapat mengetahui

informasi tentang kepuasan atas kualitas pelayanan pada restoran

(15)

9

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis mengambil lokas di PT.

Agronesia BMC yang beralamat di jalan Aceh No. 30 Bandung, Jawa Barat.

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Mei 2011 sampai dengan bulan

(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Jasa

Menurut Djaslim Saladin (2004:134) pengertian jasa adalah sebagai berikut:

Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Proses produksinya mungkin dan mungkin juga tidak

dikaitkan dengan suatu produk fisik.”

Menurut Zeithaml dan Bitner yang dikutif oleh Ratih Hurriyati (2005:28)

pengertian jasa adalah sebagai berikut:

“Jasa adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam

pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli

pertamanya.”

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka jasa pada dasarnya adalah sesuatu

yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

- Sesuatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

- Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan bantuan

suatu produk fisik.

(17)

11

2.1.2 Karakteristik Jasa

Jasa ini banyak macamnya, mulai dari salon kecantikan sampai dari taman

hiburan rakyat sampai taman hiburan dunia fantasi, dari mess sampai ke hotel

berbintang lima dan sebagainya. Secara umum kita melihat karakteristik umum dari

jasa. Beberapa karakteristik jasa menurut Gasperz (Sadu, 2001:53) terdiri dari 12

karakteristik, yaitu :

1. Pelayanan merupakan output tak berbentuk (intangible outpu)

2. Palayanan merupakan output variabel, tidak standar

3. Pelayanan tidak dapat disimpan dalam inventori, tetapi dapat dikonsumsi

dalam produksi

4. Terdapat hubungan langsung yang erat dengan pelanggan melalui proses

pelayanan.

5. Pelanggan berpartispasi dalam proses memberikan pelayanan.

6. Keterampilan personil diserahkan atau diberikan secara langsung kepada

pelanggan.

7. Perusahaan jasa pada umumnya bersifat padat karya.

8. Membutuhkan pertimbangan pribadi yang tinggi dari individu yang

memberikan pelayanan.

9. Pelayanan tidak dapat diproduksi secara masal

10. Fasilitas pelayanan berada dekat lokasi pelanggan

(18)

12. Option penetapan harga lebih rumit

Menurut Philip Kotler (2005:112) ada empat karakteristik jasa adalah :

1. Tidak berwujud, berbeda dari produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, diraba,

didengar atau dicium sebelum dibeli. Orang yang menjalani operasais wajah

tidak dapat melihat hasilnya yang sesunguhnya sebelum dia membeli jasa

tersebut.

2. Tidak terpisahkan. Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.

3. Tidak tahan lama, karena jasa tidak dapat disimpan, sifatnya yang mudah rusak

maka jasa dibeli dan dikonsumsi pada saat itu juga.

4. Bervariasi, karena bergantung pada siapa yang memberikan dimana dan kapan

diberikannya.

2.2 Kualitas Pelayanan

2.2.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

Dalam memasarkan produknya perusahaan selain harus memiliki strategi

pemasaran untuk mencapai tujuannya harus mempunyai kualitas pelayanan yang baik

(19)

13

Menurut Fandy Tjiptono (2007:59) adalah :

“ Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan

pengendaliannya atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan

pelanggan “.

Menurut wyckof (2002:59) adalah :

“ Kualitas Pelayanan adalah tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan

pengendaliannya atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan atau harapan pelanggan “. Kualitas pelayanan adalah penyampaian pelayanan secara

excellence atau superior dibandingkan dengan harapan konsumen.”

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan

merupakan cara penyampaian pelayanan yang dilakukan perusahaan suapaya dapat

memenuhi harapan dari pelanggan. Sebuah perusahaan yang sudah mampu

memenuhi atau melebihi harapan pelanggannya maka perusahaan tersebut sudah

berkualitas.

Tujuan dari kualitas pelayanan adalah untuk memenuhi kebutuhan dan

kepuasan pelanggan serta berkelanjutan dengan menyerahkan jasa yang berkualitas

dengan harga yang berkompetitif dalam waktu yang singkat. (Fandy Tjiptono,

2000:54)

Menurut Parasuraman yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dalam bukunya

berjudul Strategi Pemasaran (2002;26) dalam memberikan penilaian mengenai

kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan, konsumen memberikan beberapa

(20)

1. Kehandalan (Reability) yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan terpercaya dan akurat.

2. Daya tanggap (Responsive) yaitu kemampuan untuk membantu pelangaan dan memberikan jasa dengan cepat.

3. Kepastian (Assurance) yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan.

4. Empaty (Empathy) yaitu kesediaan untuk peduli memberikan pelatihan pribadi kepada pelanggan.

5. Berwujud (Tangible) yaitu penempatan fasilitas fisik, personil dan materi.

Dengan kualitas pelayanan yang baik maka akan memberikan citra atau

nama perusahaan dimata konsumen pada khususnya, dan dimata masyarakat

pada umumnya, itu merupakan hasil dari kinerja karyawan dalam melayani

konsumen pada masa sekarang juga masa yang akan datang.

2.2.2 Dimensi Kualitas Jasa/Pelayanan

Menurut Parasuraman yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dalam bukunya

yang berjudul Strategi Pemasaran (2002:26) dalam memberikan penilaian mengenai

kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan konsumen memberikan beberapa

kriteria yang secara garis besarnya adalah :

(21)

15

2. Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikas yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para

pelanggan.

3. Reliability (keandalan) adalah konsistensi dari penampilan dan kehandalan

pelayanan yaitu kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan

yanag dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

4. Responsiveness (daya tanggap) yaitu kesigapan dan kecepatan penyedia jasa dalam menyelesaikan masalah dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

5. Assurance (jaminan) yaitu kemampuan dan ketrampilan petugas, keramahan

petugas, kepercayaan dan keamanan.

Sementara itu, Djaslim Saladin (2004:139) yang melakukan penelitian

khusus terhadap beberapa jenis jasa dan telah berhasil mengidentifikasi 10 faktor atau

dimensi utama yang menentukan kualitas jasa. Kesepuluh factor tersebut meliputi :

1. Reliability, mencakup 2 pokok yaitu : a) Konsistensi kerja (performance)

b) Kemampuan untuk dipercaya (Dependability)

Dalam hal ini perusahaan memberikan jasanya secara tepat semenjak saat

pertama (right the first time) dan memenuhi janjinya. Misalnya menyampaikaan jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati.

(22)

3. Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa

tersebut.

4. Access, yaitu meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui. Hal ini

berarti lokasi fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu menunggu yang

tidak terlalu lama, saluran komunikasi mudah dihungi dan lain-lain.

5. Courlesy, yaitu meliputi sikap sopan santun, respect, perhatian dan keramahan yang dimiliki para contact personel ( seperti repsesionis, operator

telepon dan lain-lain).

6. Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan

keluhan para pelanggan.

7. Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibiltas mencakup nama perusahaan, karakteristik pribadi, contact personel dan interaksi pelanggan.

8. Security, yaitu aman dari bahaya, resiko atau dari keragu-raguan. Aspek ini meliputi kemananan secara fisik (phisycal safety), kemananan financial.

9. Understanding/ Knowing the costumer, yaitu usaha untuk memahami pelanggan.

10. Tangible, yaitu bukti fisik dari jasa yang berupa fasilitas baik fisik, peralatan

yang dipergunakan dan reprentasi fisik dari jasa.

(23)

17

1) Kesiapan Sarana Jasa (Access)

2) Komunikasi yang baik ( Communication) 3) Karyawan harus terampil

4) Hubungan baik dengan konsumen

5) Karyawan harus berorientasi pada konsumen

6) Harus nyata

7) Cepat tanggap

8) Keamanan harus terjaga

9) Harus bisa dilhat

10) Memahami Keinginan konsumen

Untuk keperluan penelitian ini, maka pengukuran terhadap kualitas

pelayanan jasa Restoran BMC Bandung ini akan digunakan kelima dimensi kualitas

pelayanan yang dikemukan oleh Parasuraman. Karena dimensi yang dikembangkan

merupakan dimensi yang paling popular dan banyak digunakan bagi penelitian

kualitas pelayanan.

2.2.3 Faktor-faktor penyebab Buruknya Kualitas Pelayanan

Menurut Fandy Tjiptono (2002:85) ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan kualitas suatu jasa menjadi buruk, diantaranya adalah sebagai berikut :

(24)

Salah satu karakteristik jasa yang sangat penting adalah inseparability yang

artinya jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan sehingga dalam

memberikan jasa dibuthkan kehadiran dan partisipasinya pelanggan. Akibatnya

timbul masalah-masalah sehubungan dengan adanya interkasi antara produsen dan

konsumen jasa, yang disebabkan karena tidak terampil dalam melayani

pelanggan,penampilan yang tidak sopan, kurang ramah, cemberut, dll.

2. Intensitas tenaga kerja yang tinggi

Keterlibatan tenaga kerja yang intensif dalam penyampaian jasa dapat

menimbulkan masalah dalam kualitas, yaitu tingkat variabilitas yang tinggi

disebabkan oleh tingkat upah dan pendidikan karyawan yang masih relatif rendah,

kurang perhatian dan tingkat kemahiran karyawan yang tinggi.

3. Dukungan terhadap pelanggan internal yang kurang memadai

Karyawan front line merupakan ujung tombak dari system pemberian jasa. Supaya mereka dapat memberikan jasa yang efektif maka mereka perlu dapat

pemberdayaan dan dukungan dari fungsi-fungsi utama manjemen sehingga nantinya

mereka akan dapat mengendalikan dan menguasai cara melakukan pekerjaan, sadar

dan konteks diimana pekerjaan dilaksanakan, bertanggung jawab ata output kinerja

(25)

19

2.3 Kepuasan Pelanggan

2.3.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kepuasan konsumen merupakan hal penting bagi suatu perusahaan. Maka

sering terlihat slogan-slogan ”Pelanggan adalah raja”. Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin “satis” artinya cukup baik, memadai dan “facio” yang

artinya melakukan atau membuat. Kepuasan itu tidak hanya diindikasikan dengan

keuntungan yang diperoleh, baik untuk perusahaan maupun konsumen.

Kepuasan pelanggan menurut Kotler (2005;70) dinyatakan sebagai berikut :

“ Kepuasan pelanggan adalah Perasaan senang atau kecewa seseorang yang

,muncul setelah membandingkan antara kinerja atau hasil yang diperkirakan

terhadap kinerja yang diharapkan“.

Dari definisi – definisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada dasarnya

kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan prestasi atau hasil yang

dirasakan dan kepuasan adalah semacam langkah perbandingan antara pengalaman

dengan hasil evaluasi, dapat menghasilkan sesuatu yang nyaman secara rohani, bukan

hanya nyaman karena dibayangkan atau diharapka. Puas atau tidak puas bukan

merupakan emosi melainkan sesuatu hasil evaluasi dari emosi.

Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja

berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas, jika kinerja memenuhi harapan

(26)

Tawaran akan berhasil, jika memberikan nilai dan kepuasan kepada pembeli sasaran.

Pembeli memilih diantara beraneka ragam tawaran yang dianggap memberikan nilai

yang paling banyak.

2.3.2 Alat Untuk Mengukur Kepuasan Pelanggan

Menurut Philip Kotler (2005:72) alat yang digunakan untuk melacak dan mengukur

kepuasan pelangaan adalah :

1. System keluhan dan saran

Setiap organisasi yang berpusat pada pelanggan memapermudah para

pelanggannya guna memasukkan saran dan keluhan. Contohnya dengan menyediakan

nomor telpon bebas pulsa, situs web dan e-mail untuk komunikasi dua arah yang

cepat.

2. Survey kepuasan pelanggan

Sejunlah penelitian menunjukkan bahwa walaupun para pelanggan kecewa

pada satu hari dari empat pembelian, kurang dari lima persen yang akan mengadu

keluhan. Kebanyakan pelanggan akan membeli lebih sedikit atau berpindah pemasok.

Perusahaan yang tanggap mengukur kepuasan pelanggan secara langsung dengan

melakukan survey secara berkala, guna mengukur minat membeli ulang dan

(27)

21

3. Belanja siluman.

Perusahaan dapat membayar orang untuk berperan sebagai calon pembeli

guna melaporkan titik kuat dan titik lemah yang dialami sewaktu membeli produk

perusahaan dan pesaing. Pembelanjaan misterius ini dapat cara penjualan karyawan

diperusahaan itu menangani berbagai situasi. Para manajer itu sendiri harus keluar

dari kantor masuk ke situasi penjualan diperusahaannya dan pesaingnya dengan cara

menyamar untuk mengetahui langsung bagaimana karyawannya berinteraksi dan

memperlakukan para pelanggannya.

4. Analisis pelanggan yang hilang

Perusahaan haruas menghubungi para pelanggan yang berhenti atau yang

telah terlatih keperusahaan lain guna memapelajari alas an kejadian itu. Dan supaya

dapat mengambil kebijakan atau penyempurnaan selanjutnya. Serta yang terpenting

juga adalah memantau tingkat kehilangan pelanggan.

2.3.3 Konsep Kepuasan Pelanggan

Berikut ini merupakan gambar konsep kepuasan pelanggan yang dikemukakan

(28)

Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Konsumen

Sumber : Fandy Tjiptono, (Manajemen Jasa, 2002;148)

Pelayanan jasa yang baik tidak terlepas dari penilaian kualitas. Kualitas jasa

merupakan standar pelayanan yang diberikan dan diungkapkan dalam batasan yang

luas terhadap pemenuhan harapan kepuasan pelanggan, selain dari kualitas produk

dan harga serta pengaruh situsional dan pengaruh pribadi dari pelanggan itu sendiri.

Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan

Keinginan Pelanggan

Produk

Nilai Produk bagi Pelanggan

Harapan Pelanggan Terhadap Produk

(29)

23

2.2 Kerangka Pemikiran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh

perusahaan dalam usahannya mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan agar

dapat bertahan dan berkembang. Pemasaran dibagi menjadi dua yaitu pemasaran

produk dan pemasaran jasa.

Pemasaran jasa merupakan suatu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan

dalam menawarkan jasa sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud, dan tidak

menimbulkan kepemilikan apapun. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Adrian

Payne (2000:27) adalah

Pemasaran jasa merupakan suatu proses mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi pasar sasaran yang dipilih secara khusus, dengan menyalurkan sumber-sumber sebuah oerganisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Usaha jasa merupakan suatu usaha dimana pada dasarnya apa yang diterima

atau didapatkan oleh konsumen atau pelanggan adalah sesuatu yang abstrak atau tidak

dapat dilihat bentuk fisiknya yaitu berupa pelayanan, yang ditukarkan dengan

sejumlah uang oleh konsumen atau pelanggan untuk mendapatkan kepuasan dari jasa

yang dihasilkan tersebut.

Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak

pada pihak dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan

sesuatu. Proses produksinya mungkin dan mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu

(30)

Dalam memasarkan produknya perusahaan harus memiliki kualitas pelayanan

yang baik untuk meraih pelanggan, sehingga pelanggan bias merasa puas dengan apa

yang didapatnya. Adapun definisi kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh

Wyckup yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2007:59) adalah :

“ Kualitas pelayanan adalah tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian

atas kesempurnaan tersebut adalah untuk memenuhi keinginan atau harapan

pelanggaan “.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang

penjual telah memberikan kualitas bila produk yang berupa barang atau pelayanan

penjual memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Dalam memberikan penilaian

atas pelayanan yang diterimanya pelanggan menggunakan lima indicator penentu

kualitas pelayanan sebagaimana dikemukakan oleh Philip Kotler diterjemahkaan oleh

Benyamin Molan (2005:123) adalah sebagai berikut :

1. Tangible (Berwujud), yaitu perlengkapan, fasilitas fisik, penampilan

karyawan

2. Empathy (Empati). Yaitu kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan.

3. Responsiveness (Daya Tanggap), yaitu kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.

(31)

25

5. Assurance (Jaminan) yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan

kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan.

Tujuan dari kualitas pelayanan adalah untuk memenuhi kebutuhan dan

kepuasan pelanggan serta berkelanjutan dengan menyerahkan jasa yang berkualitas

dengan harga yang berkompetitif dalam waktu yang singkat. (Fandy Tjiptono

2000:54).

Menurut Kotler alih bahasa Hendra Teguh A Ronny (2000:67)

“terdapat hubungan yang erat antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pelanggan,

dimana semakin tinggi tingkat kualitas pelayanan maka akan menyebabkan semakin

tingginya kepuasan pelanggan “.

Apabila pelanggan merasa puas dalam hal atau setelah melakukan pembelian,

maka konsumen akan terpikirkan untuk melakukan pembelian ulang sehingga

terbentuk loyalitas terhadap jasa yang bersangkutan. Selain hal diatas Fandy Tjiptono

(2000:54) menyatakan bahwa “ kepuasan pelanggan dapat menciptakan loyalitas

pelanggan kepada perusahaan yang memberikan kualitas yang memuaskan itu “.

Jadi jika kualitas pelayanan mendapatkan tanggapan yang positif dari

konsumen maka akan menghasilkan kepuasan konsumen dan selanjutnya akans

menimbulkan loyalitas. Sehingga perusahaan aakans berusaha agar pelayanan yang

diberikan dapat melebihi harapan pelanggan, yang akhirnya pelanggan yang puas

(32)

Kualitas Pelayanan

Tangible (Berwujud)

Reability (Kehandalan)

Responsiveness (Daya Tanggap)

Assurance (Keyakinan)

Emphaty (Empati)

Gambar 2.1

Skema kerangka pemikiran Analisis Bauran Eceran Pada Restoran BMC Bandung

(33)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sarana untuk mendapatkan suatu data. Sesuai

dengan pendapat Sugiyono (2004:13), pengertian objek penelitian yaitu :

“ Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable tentang suatu hal (variable tertentu) “.

Menurut Husein Umar (2005:303) dalam bukunya menerangkan bahwa : “ Objek

penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian.

Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika

dianggap perlu.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan

untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek penelitian yang

akan diteliti dalam penelitian ini : “ Analisis Kepuasan Konsumen atas Pelaksanaan

Kualitas Pelayanan Pada Restoran BMC Bandung “.

Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai topic

penelitian dalam rangka menyusun suatu penelitian. Pengamatan dalam penelitian ini

(34)

menjadi objek penelitian pada penelitian ini adalah menganalisis kepuasan konsumen

atas pelaksanaan kualitas pelayanan pada restoran BMC Bandung yang mencakup

bukti fisik (Tangible), empati (Emphaty), kehandalan (Reliablity), daya tanggap (Rensponsiveness), dan Jaminan (Assurance).

3.2 Metode Penelitian

Setiap penelitian harus menggunakan suatu metode tertentu untuk

mempermudah pencapaian tujuan yang diharapkan dari penelitian. Dalam kegiatan

apapun, metode dan teknik analisis harus selalu ada sebagai satu kesatuan yang

keberadaannya tidak dapat dipisah-pisahkan karena metode dan teknik suatu kegiatan

penelitian ini, maka penulis menentukan metode tertentu yang disesuaikan dengan

masalah dan tujuan yang telah dirumuskan.

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

deskriptif yaitu dengan cara menggambarkan tentang keadaan perusahaan/masalah

yang terjadi di perusahaan yang sifatnya nyata dan sesuai dengan fakta yang ada

khususnya pengembangan produk yang terjadi pada masa sekarang yang kemudian

disusun, dijelaskan, dianalisa untuk diambil suatu kesimpulan dari masalah tersebut.

Menurut Sugiyono (2008:5) metode penelitian adalah :

” cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya

(35)

29

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa metoda penelitian

merupakan cara yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data untuk memberikan

solusi terhadap suatu kondisi yang bermasalah.

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan

pelaksanaan kualitas pelayanan pada restoran BMC Bandung dan apakah pelaksanaan

kualitas pelayanan tersebut dapat meningkatkan hasil penjualan, oleh karena itu

digunakan penelitian deskriftif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang

pelaksanaan kualitas pelayanan pada restoran BMC Bandung

3.2.2 Operasional Variabel

Metode penelitian adalah teknik atau cara mencari, memperoleh,

mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder

yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian

menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan

sehingga akan didapat suatu kebenaran atas data yang diperoleh penulis.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriftif analisis,

yaitu metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan

perusahaan yang sebenarnya, khususnya menyangkut aspek-aspek yang diteliti

dimana data dan informasi yang diperoleh akan dikumpulkan, diuraikan serta di

(36)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel

Konsep

Variabel Indikator Ukuran Skala

(37)
(38)

3.2.3. Sumber Dan Teknik Pengumpulan Data

3.2.3.1 Sumber Data (Primer dan Sekunder)

Untuk memperoleh data yang dikumpulkan dalam penyusunan penelitian

ini tentunya penulis mengunakan teknik pengumpulan data, adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data ini penulis peroleh dari penelitian dan pengamatan secara langsung pada

objek penelitian yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung

dengan pihak yang terkait dengan penelitian ini.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data sekunder

merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, biasanya dari pihak kedua

yang mengolah data keperluan orang lain. Data sekunder dapat diperoleh dengan cara

membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber pada

literatur dan buku-buku.

3.2.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiono (2008:115) adalah wilayah

(39)

33

kesimpulan”. Untuk penelitian diperlukan sekelompok orang dalam satu wilayah

yang diteliti untuk diberikan kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang

berisikan indikator dan variabel yang diteliti. Yang menjadi populasi dalam penelitian

ini adalah sejumlah pengunjung yang datang ke Restoran BMC Bandung selama

kurang lebih satu bulan. Penulis memperoleh data jumlah pengunjung dalam satu

bulan terakhir sebanyak 1500 konsumen.

Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumah dan karakteristik yang dimiliki populasi

tersebut (Sugiyono, 2008:116). Penggunaannya adalah dengan mengambil sampel

acak sederhana (simple random sampling) yaitu sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama

untuk dipilih sebagai sampel.

Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diteliti maka penulis

menggunakan rumus menurut slovin yang dikutip oleh Husein Umar (2002:146)

yaitu:

(40)

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka ukuran sampel dapat dihitung sebagai

Jadi diketahui dari perhitungan untuk ukuran sampel dengan tingkat kesalahan

sebesar 10 % adalah sebanyak 94 responden.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Kuesioner, Wawancara,

Dokumentasi)

Metode Pengumpulan Data yang dilakukan berasal dari sumber-sumber

sebagai berikut :

1. Library research (study kepustakaan)

Adalah suatu rangkaian penelitian yang dilakukan dengan membaca literature,

buku, majalah, jurnal untuk mendapatkan data sekunder. Data sekunder tersebut

(41)

35

a. Interview/Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berkomunikasi

langsung/menanyakan langsung dengan karyawan bersangkutan/ di pimpinan

Restoran BMC Bandung.

b. Quesioner

Yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan membagikan

lembaran kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diisi oleh responden.

Yang kemudian lembaran-lembaran kertas tersebut akan dikumpulkan dan hasilnya

akan diolah menjadi materi yang akan dibahas.

2. Field research (study lapangan)

Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud memperoleh data sekunder yang

berfungsi sebagai landasan teori guna mendukung dan sebagai pembanding data

primer yang diperoleh selama penelitian. Data sekunder ini didapat dari membaca

literature-literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang dibahas baik

(42)

3.2.5 Importance Perfaormance Analysis (IPA)

Metode Importance Performance Analysis (IPA) pertama kali diperkenalkan

oleh Martilla dan James (1997) dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara

persepsi konsumen dan prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula

sebagai quadrant analysis (Brandt, 2000 dan Latu&Everett, 2000). IPA telah diterima

secara umum dan dipergunakan pada berbagai bidang kajian karena kemudahan

untuk diterapkan dan tampilan hasil analisa yang memudahkan usulan perbaikan

kinerja (Martinez, 2003).

IPA mempunyai fungsi utama untuk menampilkan informasi berkaitan

dengan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen sangat mempengaruhi

kepuasan dan loyalitas mereka, dan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen

perlu ditingkatkan karena kondisi saat ini belum memuaskan.

IPA menggabungkan pengukuran faktor tingkat kepentingan dan tingkat

kepuasan dalam grafik dua dimensi yang memudahkan penjelasan data dan

mendapatkan usulan praktis, Intrepertasi gradik IPA sangat mudah, dimana grafik

IPA dibagi menjadi empat buah kuadran berdasarkan hasil pengukuran

(43)

37

Gambar 3.1

Pembagian Kuadran Impotance Performance Analysis

Tingkatkan Kepuasan

Berikut penjelasa untuk masing-masing kuadran (Brandt, 2000) :

Kuadran Pertama, “Pertahankan Kinerja” (high importance % high performance)

faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai faktor penunjang

bagi kepuasan konsumen sehingga pihak manajemen berkewajiban memastikan

bahwa kinerja institusi yang dikelolanya dapat terus mempertahankan prestasi

yang telah dicapai.

Kuadran Kedua “Cenderung Berlebihan” (low importance & high performance)

faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap tidak terlalu penting

sehingga pihak manajemen perlu mengalokasikan sumber daya yang terkait

(44)

penanganan lebih tinggi yang masih membutuhkan peningkatan, semisal

dikuadran keempat

Kuadran ketiga “Prioritas Rendah” (low importance & low performance) faktor

-faktor yang terletak pada kuadran ini mempunyai tingkat kepuasan

Yang rendah dan sekaligus dianggap tidak terlalu penting bagi konsumen,

sehingga pihak manajemen tidak perlu memprioritaskan atau terlalu memberikan

perhatian pada faktor-faktor tersebut.

Kuadran Keempat, “Tingkatkan Kinerja” (high importance & low performance)

Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai faktor yang sangat

penting oleh konsumen namun kondisi pada saat ini belum memuaskan sehingga

pihak manajemen berkewajiban mengalokasikan sumber daya yang memadai

untuk meningkatkan kinerja berbagai faktor tersebut. Faktor-faktor yang terletak

pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan.

Berikut prosedur berkaitan dengan penggunaan metode IPA :

Penentuan faktor-faktor yang akan dianalisa,

Melakukan survey melalui penyebaran kuesioner,

Menghitung nilai rata-rata tingkat kepuasan dan prioritas penanganan,

membuat grafik IPA,

(45)

39

3.2.5 Metode Analisis Data

Dalam penelitian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument

kuesioner. Analisis yang digunakan dalam pengolahan data penulisan Tugas Akhir ini adalah

sebagai berikut :

Ada 2 skala pengukuran yang dapat digunakan :

1. Skala Nominal

Skala yang paling sederhana dimana angka yang diberikan kepada suatu

kategori lainnya, hanya berupa kode atau label (Umar, 2001).

Contoh : gender atau status

2. Skala Interval

Skala yang memiliki jarak yang tetap antar respon yang ditawarkan,

biasanya 1 unit skala (Burns & Bush, 2000).

Untuk menilai jawaban dari setiap pertanyaan dari kuesioner, dilakukan

dengan menggunakan metode Skala Likert. Metode ini mengukur setiap penilaian

responden melalui pemberian bobot pada setiap jawaban pertanyaan sebagai berikut

:

1. Untuk kuesioner berdasarkan tingkat kinerja perusahaan mengenai kualitas

(46)

1. Sangat Tidak Setuju Bobot 1

2. Tidak Setuju Bobot 2

3. Ragu-ragu Bobot 3

4. Setuju Bobot 4

5. Sangat Setuju Bobot 5

2. Untuk kuesioner berdasarkan harapan atau tinggkat kepentingan yang

diterima konsumen adalah :

1. Sangat Tidak Penting Bobot 1

2. Tidak Penting Bobot 2

3. Standar Bobot 3

4. Penting 4

(47)
(48)

3.2.4 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif dan verifikatif

dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi

secara sistematik, actual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta pengaruh

antar fenomena yang diteliti sedangkan verifikatif digunakan untuk meneliti ulang

hasil penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk memverifikasikan kebenaran hasil

penelitian sebelumnya, serta kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan pada

analisis data numeric (angka).

Menurut Umi Narimawati (2008:21) ;

“ Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan atau menguraikan hasil penelitian melalui pengungkapan berupa narasi, grafik, maupun gambar .”

Pengertian verivikatif menurut Umi Narimawati (2008:21) adalah :

“ Metode pengujian hipotesis melalui alat analisis statistik”.

Pengertian data Kuantitatif menurut Sugiyono (2006:13) adalah : “ data yang

berbentuk angka atau data kuantitatif yang diangkakan “.

3.2.4.2 Metode Analisis

(49)

43

“ Merupakan metode analisis yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi

“. (Sugiyono 2008:14).

Selanjutnya untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian dapat

dilihat dari perbandingan antara skor actual dengan skor ideal. Skor actual diperoleh

melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden sesuai klasifikasi bobot yang

diberikan (1,2,3,4,5). Sedangkan skor ideal diperoleh melalui perolehan prediksi nilai

tertinggi dikalikan dengan jumlah kuesioner dikalikan jumlah responden. Misalnya

untuk variabel sumber kompetensi terdiri dari 15 item kuesioner dengan jumlah 67

responden, maka akan diperoleh criteria sebagai berikut :

Skor aktual : jawaban seluruh responden (67) responden atas 15 kuesioner yang

diajukan

Skor ideal : bobot tertinggi yakni 5 x 15 x 67

Apabila digambarkan dengan rumus, maka akan tampak seperti dibawah ini :

(50)

% skor =

X 100

Skor ideal

Selanjutnya hasil tersebut, dikonfirmasi dengan kriteria yang telah

ditetapkan sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kriteria Skor Tanggapan Responden Terhadap Skor Ideal

No. % Jumlah Skor Kriteria

1 20.00 – 36.00 Tidak Baik

2 36. 01 – 52.00 Kurang Baik

3 52. 01 – 68.00 Cukup

4 68. 01 – 84.00 Baik

5 84. 01 - 100 Sangat Baik

Sumber : Umi Narimawati , 2008

Selanjutnya untuk mengolah data-data tersebut peneliti menggunakan

beberapa metode antara lain :

(51)

45

Analisis regresi digunakan jika kita ingin mengetahui bagaimana variabel

dependent atau kritera dapat diprediksikan melalui variabel indepent predictor secara

individual.

Regresi linier yang digunakan dal penelitian ini adalah regresi linier

sederhana. Regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal

satu variabel independent dengan satu variabel dependent

Persamaan regresi linier sederhana ialah sebagai berikut:

Dimana :

Y = subjek dalam variabel dependent yang diprediksikan

a = konstanta yang menyatakan panjangnya sumbu tegak atau vertical regresi

atau besarnya Y bila X sama dengan nol.

b = koefisien arah regresi yang menyatakan perubahan nilai Y bila terjadi

perubahan nilai X

x = subjek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu.

Koefisien a dan b dapat diketahui, dengan rumus sebagai berikut :

(Sugiono,2002 :204)

(52)

Sumber : Sugiyono, 2008

B. Analisis korelasi (Person Product Moment)

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh arus kas bebas terhadap kebijakan

dividen digunakan korelasi dengan rumus “pearson” sebagai berikut :

2

n = jumlah tahun yang dihitung

(Husein Umar,2002 :316)

Angka korelasi berkisar anatara 0 sampai 1. Besar kecilnya angka korelasi

menentukan kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel. Keeratan variabel dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

Koefisien korelasi mempunyai nilai -1≤ r ≤ +1 dimana:

Apabila r = +1, maka korelasi antar kedua variabel dikatakan sangat

kuat dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga akan naik

(53)

47

Apabila r = 0, maka hubungan antar kedua variabel sangat lebar atau

tidak ada hubungannya sama sekali

Apabila r = -1, maka korelasi antar kedua variabel sangat kuat dan

berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y akan turun

sebesar 1. Dan sebaliknya.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi di atas maka

digunakan ketentuan-ketentuan yang tertera pada tabel sebagai berikut :

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Tabel 3.3

C. Analisis Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh arus kas bebas terhadap kebijakan

(54)

Kd = r² x 100%

Keterangan :

r = Koefisien korelasi product moment

100% = Pengali yang menyatakan dalam persentase

Jika r2 = 100% berarti variabel independen berpengaruh sempurna

terhadap variabel dependen, demikian juga sebaliknya

Jika r2 = 0 berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.

3.3.3.2 Perancangan Hipotesis

Digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang memiliki

hubungan yang erat atau saling mempengaruhi antara variabel X (independent) dan

variabel Y (dependent). Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian adalah

sebagi berikut :

Nyatakan H0 dan Ha

H0 : β = 0, artinya terdapat pengaruh kepuasan pelanggan melalui penciptaan

kualitas pelayanan pada travel Citi Trans Bandung.

Ha : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh kepuasan pelanggan melalui penciptaan

(55)

49

Dimana :

β = nilai korelasi dalam formula yang dihipotesiskan.

Untuk lebih meyakinkan lagi, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunkan rumus sebagai berikut :

t

hitung

=

Dimana :

t = Nilai Uji t

r = Koefisien Korelasi

n = jumlah sampel

Nilai thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel dengan tingkat

signifikan sebesar 0.05 (α = 5%) dan dk= -2.

Dinyatakan dengan kriteria sebagai berikut :

Jika ttabel < thitung, maka H0 ada pada daerah penolakan, berarti H1

diterima atau ada hubungannya

Jika ttabel > thitung, maka H0 ada pada daerah penerimaan, berarti H1

(56)

G

a

m

b

a

r

3.1

(57)
(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Tidak banyak yang tahu bahwa BMC merupakan kepanjangan dari

Bandoengsche Melk Centrale. BMC merupakan Divisi Industri Makanan dan Minuman dari PT.Agronesia, sepanjang perjalannya BMC telah melalui beberapa

periode sebagai berikut :

4.1.1.1Periode Sebelum 1945

Pada bulan Maret 1903, sebuah kapal Perancis yang bernama “La Seyne”

mendarat di Pelabuhan Tanjungpriok dengan mengangkut 20 orang Broer yang

berasal dari Afrika Selatan. Dalam perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa

orang-orang Broer ini yang mendirikan Bandoengsche Melk Centrale di Bandung,

sebagai tempat pengolahan produksi susu yang dihasilkan dari peternakan mereka di

Pangalengan dan Lembang. Fasilitas bangunan pengolahan susu ini dimaksudkan

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi orang Belanda akan susu, (dan berbagai

macam produk olahan susu lainnya) setiap hari. Karena itu diperkirakan bahwa BMC

didirikan sekitar tahun 1935.

(59)

42

Dari sejak awal berdirinya, BMC merupakan satu-satunya koperasi dan pusat

pengolahan susu pertama di Bandung. Menurut catatan Haryanto Kunto, pada tahun

1938 terdapat 22 usaha pemerahan susu dengan produksi 13.000 liter susu per hari.

Semua hasil produksi susu tersebut ditampung oleh Bandoengsche Melk Centrale

untuk diolah (dipasteurisasi dan dikemas) sebelum disalurkan kepada para pelanggan

di dalam maupun luar kota Bandung.

Berdasarkan sejarah kepemilikan, diketahui bahwa pemilik pertama bangunan BMC

dengan melihat persil tanah nomor 1713 dan 1714 berdasarkan pengukuran tanah

tanggal 18 Juni 1932 (Jl. Aceh No. 30 sekarang) adalah Louis Hirschland. Ia bersama

Van Zijl adalah pemilik peternakan sapi.

4.1.1.2Periode 1945 – 1965

Setelah Indonesia merdeka kemudian dengan berdasarkan UU No. 86 1958 tentang

nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda, maka pengelolaan BMC dilimpahkan

kepada Kodam Siliwangi, yang dua tahun kemudian diserahkan kepada Departemen

Peternakan. Pada tahun 1965 pengelolaan BMC diserahkan kepada Pemerintah

Propinsi Jawa Barat, sesuai dengan Keputusan Mendagri No. 1 tahun 1965. Pada

pelaksanaannya, pengelola langsung BMC adalah PD Kerta Sari Mamin melalui

(60)

4.1.1.3 Periode 1965 – 1999

Pada tahun 1999 Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat mengeluarkan Peraturan

Daerah No. 3 tahun 1999, tentang peleburan Perusahaan-perusahaan Daerah Tingkat I

Jawa Barat dari 10 Perusahaan Daerah menjadi hanya 3 Perusahaan Daerah, yang

salah satunya adalah Perusahaan Daerah Industri Propinsi Jawa Barat yang bergerak

di bidang industri perkaretan, industri makanan dan minuman dan industri lainnya.

Dimana BMC (Industri Makanan Minuman) adalah merupakan salah satu Unit dari

pada PD. Industri Propinsi Jawa Barat tersebut.

4.1.1.4Periode 2002 hingga sekarang

Perusahaan daerah industri Propinsi Tingkat 1 Jawa Barat telah berubah bentuk

hukumnya menjadi Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan Perda No. 4 Tahun 2002

tentang perubahan bentuk hukum Perusahaan Daerah Industri Propinsi daerah

Tingkat 1 Jawa Barat menjadi Perseroan Terbatas, tanggal 12 April 2001 dan telah

diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Barat tahun 2002 Nomor 8 seri

D.

Sedangkan sesuai dengan akta notaris Popy Kuntari Sutresna, S.H.,M.Hum., di

kota Bandung, tertanggal 17 juni 2001 nomor 8, telah didirikan sebagai Perseroan

Terbatas dengan nama PT. Agronesia disyahkan dengan SK Menteri Kehakiman dan

Hak Asasi Manusia No : C-12614.01-01 tahun 2002 tanggal 10 Juli 2002 dengan

bidang usaha :

(61)

44

nama PD. Industri pun berganti menjadi PT. Agronesia pada bulan Juni 2002

tepatnya pada tanggal 17 Juni 2002 melalui SK Menteri Kehakiman RI no. Y.A

7/6/25 Tgl 22-3-1982 juncto No. C.87-HT.03.01 Th 1990 Tgl 8-10-1990 serta Akta

Notaris Popy Kuntari Sutresna, SH,M Hum no.8 Thn 2002.

Kemudian pendirian PT. Agronesia ini disahkan dengan SK. Menteri

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia No : C – 12614 Ht.01.01 Th. 2002 tanggal 10

Juli 2002 serta telah diundangkan dalam lembaran Berita Negara RI No. 73 tanggal

20 September 2002. Adapun pendiri PT. Agronesia adalah Pemerintah Daerah

Provinsi Jawa Barat beserta dengan Koperasi Karyawan Mitra Industri PT. Agronesia

Selanjutnya dalam perkembangannya, PT. Agronesia yang dahulu bernama

Perusahaan Daerah (PD) Industri, telah mengembangkan usaha-usahanya dibidang

industri manufacture, perdagangan dan jasa. Sehingga dengan demikian bisnis inti (Core Business) dari PT. Agronesia dapat di kelompokan sebagai berikut :

a. Industri Teknik Karet dengan merek dagang “Inkaba

b. Industri Plastik dengan merek dagang ”Agroplas

c. Industri Es Balok dan Ice Tube / Cube dengan merek dagang “ Saripetojo” (Unit Saripetojo Bandung, Saripetojo Bogor, Saripetojo Sukabumi, Saripetojo

Cirebon).

d. Industri Makanan dan Minuman dengan merek dagang ” BMC” (unit Pastry dan

(62)

Pada bulan Maret 1903, sebuah kapal Perancis yang bernama “La Seyne”

mendarat di Pelabuhan Tanjungpriok dengan mengangkut 20 orang Broer yang

berasal dari Afrika Selatan. Dalam perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa

orang-orang Broer ini yang mendirikan Bandoengsche Melk Centrale di Bandung,

sebagai tempat pengolahan produksi susu yang dihasilkan dari peternakan mereka di

Pangalengan dan Lembang.

Fasilitas bangunan pengolahaan susu ini dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi orang Belanda akan susu (dan berbagai macam produk olahan

susu lainnya) setiap hari. Karena itu diperkirakan bahwa BMC didirikan sekitar tahun

1935.

Sejak awal berdirinya, BMC merupakan satu-satunya koperasi dan pusat

pengolahan susu pertama di Bandung. Menurut catatan Haryanto Kunto, pada tahun

1938 terdapat 22 usaha pemerahan susu dengan produksi 13.000 liter susu per hari.

Semua hasil produksi susu tersebut ditampung oleh Bandoengsche Melk Centrale

untuk diolah (dipasteurisasi dan dikemas) sebelum disalurkan kepada para pelanggan

didalam maupun diluar kota Bandung.

Berdasarkan sejarah kepemilikan, diketahui bahwa pemilik pertama bangunan

BMC dengan melihat persil tanah nomor 1713 dan 1714 berdasarkan pengukuran

tanah tanggal 18 Juni 1932 (Jl. Aceh No. 30 sekarang) adalah Louis Hirschland. Ia

bersama Van Zijl adalah pemilik peternakan sapi.

(63)

46

dilimpahkan kepada Kodam Siliwangi, yang dua tahun kemudian diserahkan kepada

Departemen Peternakan.

Pada Tahun 1965 pengelolaan BMC diserahkan kepada Pemerintah Propinsi

Jawa Barat, sesuai dengan Keputusan Mendagri No.1 Tahun 1965. Pada

pelaksanaannya, pengelola langsung BMC adalah PD Kerta Sari Mamin melalui

salah satu unit usahanya yaitu unit Pusat Susu Bandung

Pada Tahun 1999 Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat mengeluarkan

Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1999, tentang peleburan Perusahaan-perusahaan

Daerah Tingkat I Jawa Barat dari 10 Perusahaan Daerah menjadi hanya 3

Perusahaan Daerah, yang salah satunya adalah Perusahaan Daerah Industri Propinsi

Jawa Barat yang bergerak dibidang industri perkaretan, industri makanan dan

minuman dan industri lainnya. Dimana BMC (Industri Makanan Minuman) adalah

merupakan salah satu Unit dari pada PD. Industri Propinsi Jawa Barat tersebut.

Perusahaan Daerah Industri Propinsi Tingkat I Jawa Barat telah berubah

bentuk hukumnya menjadi Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan Perda No. 4

Tahun 2002 tentang perubahan bentuk hukum Perusahaan Daerah Industri Propinsi

Daerah Tingkat I Jawa Barat menjadi Perseroan Terbatas, tanggal 12 April 2001 dan

telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Barat Tahun 2002 Nomor

8 Seri D. Sedangkan sesuai dengan akta notaris Popy Kuntari Sutresna, S.H.,

M.Hum., di kota Bandung, tertanggal 17 Juni 2001 nomor 8, telah didirikan sebagai

(64)

4.1.1.5Logo Perusahaan BMC

Gambar 4.1 Logo Perusahaan

4.2 Visi dan Misi PT. Agronesia

Seperti selayaknya perusahaan-perusahaan lainnya, BMC mempunyai visi dan

misi perusahaan. Visi dan Misi inilah yang mendorong BMC semakin berkembang

dan terus berkembang :

Di bawah ini merupakan visi dari PT. Agronesia:

“Dengan azas-azas profesionalisme Pt. Agronesia berdaya saing tinggi serta

menjadi andalan pendapatan asli daerah dan stake holders lainnya dalam era globalisasi.”

Berdasarkan visi tersebut dapat kita ketahui bahwa PT. Agronesia merupakan

sebuah perusahaan professional yang berambisi untuk menjadi sumber pendapatan

utama daerah dan juga mempunyai daya saing yang tinggi di era global ini.

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1
Gambar 4.1 Logo Perusahaan
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Agronesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen pada Dinar Oil Service Bandung.. Kualitas pelayanan

merupakan Restoran yang tidak hanya mementingkan produk yang dijualnnya saja, tetapi pelayanan yang diberikannya juga. Karena menurut Phoenix menjual produk makanan yang

Tujuan penelitian ini agar dapat mengetahui pelaksanaan kualitas pelayanan di Restoran dan Café The View, mengetahui masalah apa saja yang dihadapi Restoran dan Café The

Hal ini yang melatarbelakangi untuk melakukan penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh antara kualitas pelayanan yang telah dilakukan oleh Soho Music Bandung dengan

TINJAUAN ATAS PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN PADA DINAS PELAYANAN PAJAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan pada Giggle Box Café &amp; Resto Bandung serta untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis kualitas pelayanan pramusaji di restoran kopi pada Hotel Pardede Internasional Medan dapat disimpulkan bahwa dari 91 tamu, yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen pada Fitness Views Bandung dan juga untuk mengetahui dimensi