• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERILAKU AGRESIF PADA SUPORTER SEPAK BOLA DI KOTA MEDAN

Skripsi Psikologi

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

HENDRA LEVY MANURUNG 041301110

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya,

sehingga penulis diberi kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang

berjudul “Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota

Medan” ini merupakan suatu karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikolgi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan ini penulis banyak mendapat bantuan dari beberapa pihak

dalam penyelesaian skripsi. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam proses

penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A (K) selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ari Widyanta, Msi, Psikolog selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas

diskusi-diskusi, kesabaran serta dukungannya.

3. Ibu Raras Sutatminingsih, Msi selaku dosen Pembimbing Akademik

selama saya menjalani pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara

4. Ibu Rika Eliana, Msi, Psikolog sebagai kordiantor bidang Psikologi sosial,

terima kasih karena telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

bergabung kepada tim sosial.

5. Bapak Eka Danta MA., Psikolog terima kasih atas informasi metodologi

(3)

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara (Pak Is, Pak Aswan, Pak Anto, dll) yang telah banyak

membantu penulis dalam administrasi perkuliahan.

7. Orang tua penulis dan keluarga tercinta, yang telah memberikan semangat

dan dukungan penuh. Bapak T. Manurung dan Ibu F. Br Siahaan terima

kasih banyak bapak dan ibuku buat motivasi dan doanya selama ini. Buat

abang dan adik-adikku semua terima kasih atas dukungan kalian semua,

aku berharap kalian juga dapat segera menyelesaikan pendidikan kalian.

8. Buat temen-teman satu kampus (Joko, Rayez, Bima Sandro

Sumbayak.,S.Psi Lian B T, S.Psi, Roy Apriady Bancin., S.Psi, Raja

Siregar, Benny Setiawan, OK Alfy, dan semua kawan-kawan yang tidak

dapat disebutkan satu persatu ). Kalian sudah menjadi sahabat

dikampusku.

9. Buat karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (Pak

Sahrial, Ari, Bang Endang, Jono, dll) terima kasih buat celotehannya

selama ini.

Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan

saudara-saudara semua. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan

mamfaat bagi orang-orang yang memerlukannya

Medan, September 2009

Penulis,

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 10

D. Manfaat penelitian 11

E. Sistematika Penulisan 12

BAB II LANDASAN TEORI 13

A. Perilaku Agresif 13

1. Pengertian Perilaku Agresif 13

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif 15

3. Bentuk-Bentuk perilaku Agresif 18

A. Variabel Penelitian 26

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 27

1. Defenisi Operasional Perilaku Agresi 27

C. Populasi Dan Sampel 28

1. Populasi 28

2. Sampel 29

D. Metode Pengumpulan Data 29

1. Sumber Data 29

2. Instrumen Penelitian 30

(5)

E. Hasil Uji Coba Alat Ukur 31

1. Validitas Alat Ukur 31

F. Prosedur Penelitian 32

1. Tahap Persiapan Penelitian. 32

2. Tahap Pelaksanaan 32

3. Tahap Pengelolaan Data. 32

G. Metode Analisa Data 32

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 34

A. Gambaran Subjek Penelitian 34

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia 34 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin 35 3. Gambaran Subjek Penelitan Berdasarkan Suku Bangsa 35

B. Hasil Utama Penelitian 36

1. Gambaran Umum Perilaku Agresif Berdasarkan Usia 37 2. Gambaran Perilaku Agresi Berdasarkan Jenis Kelamin 38 3. Gambaran Perilaku Agresi Berdasarkan Suku 40

C. Hasil Tambahan 42

1. Menyerang Fisik 43

2. Menyerang Suatu Objek Atau Benda Mati 44

3. Menyerang Secara Verbal Atau Simbolis 45

4. Pelanggaran Terhadap Hak Milik Atau Daerah Orang Lain.

46

D. Pembahasan 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51

A. Kesimpulan 51

B. Saran 52

1. Saran Metodologis 53

2. Saran Praktis 53

DAFTAR PUSTAKA 63

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Distribusi Perilaku Agresi 28

Tabel 2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia 34

Tabel 3 Penyebaran Data Berdasarkan Jenis Kelamin 35

Tabel 4 Penyebaran Data Berdasarkan Suku Bangsa 36

Tabel 5 Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan

37

Tabel 6 Gambaran Perilaku Agresif Remaja 37

Tabel 7 Gambaran Perilaku Agresif Dewasa 38

Tabel 8 Gambaran Perilaku Agresif Laki-Laki 39

Tabel 9 Gambaran Perilaku Agesif Perempuan 39

Tabel 10 Gambaran Perilaku Agresif Suku Padang 40

Tabel 11 Gambaran Perilaku Agresif Suku Batak 41

Tabel 12 Gambaran Perilaku Agresif Suku Jawa 41

Tabel 13 Gambaran Perilaku Agresi Suku Melayu 42

Tabel 14 Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Fisik 43

Tabel 15 Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Suatu Objek Atau Benda Mati

44

Tabel 16 Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Secara Verbal Atau Simbolis

45

Tabel 17 Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Pelanggaran Terhadap Hak Milik Atau Daerah Orang Lain

(7)

Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan

Hendra dan Ari Widianta

ABSTRAK

Kerusuhan antara suporter sepak bola akhir-akhir ini semakin meningkat. Ekkers (dalam Gunarsa, 1989) dalam penelitiannya mengatakan olah raga sering menaikkan tingkat aktivasi melalui aneka ragam emosi dan tanda-tanda agresivitas, sehingga memungkinkan timbulnya agresivitas pada atlet maupun penonton. kerusuhan yang terjadi biasanya di sebakan karena im yang di bela oleh suporter mengalami kekalahan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bentuk gambaran perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 200 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Meddisun dan Johnson (dalam Dayakisni, 2003). Dari hasil penelitian ini menunjukkan 5,59 % bentuk perilaku agresif adalah menyerang secara verbal atau simbolis, sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan adalah menyerang verbal atau simbolis.

(8)

Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan

Hendra dan Ari Widianta

ABSTRAK

Kerusuhan antara suporter sepak bola akhir-akhir ini semakin meningkat. Ekkers (dalam Gunarsa, 1989) dalam penelitiannya mengatakan olah raga sering menaikkan tingkat aktivasi melalui aneka ragam emosi dan tanda-tanda agresivitas, sehingga memungkinkan timbulnya agresivitas pada atlet maupun penonton. kerusuhan yang terjadi biasanya di sebakan karena im yang di bela oleh suporter mengalami kekalahan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bentuk gambaran perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 200 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Meddisun dan Johnson (dalam Dayakisni, 2003). Dari hasil penelitian ini menunjukkan 5,59 % bentuk perilaku agresif adalah menyerang secara verbal atau simbolis, sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan adalah menyerang verbal atau simbolis.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini banyak media yang membicarakan tentang agresi sebagai

istilah yang memayungi berbagai macam manifestasinya. Dewasa ini media massa

hampir setiap hari melaporkan tentang berbagai insiden agresi dari hampir seluruh

wilayah kedudukan sosial. Banyak diantara insiden yang disulut oleh sebab-sebab

sepele berakhir menjadi kekerasan serius. Bentuk-bentuk agresi yang terjadi di

lingkungan publik, sayangnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

kehidupan sehari-hari seperti bullying di sekolah dan ditempat kerja, agresi yang

di motivasi oleh prasangka etnis dan kepentingan politik dan agresi yang timbul

dari konfrontasi antar kelompok yang saling bermusuhan, seperti hooliganisme di

dunia sepak bola dan lain-lain.

Russell (1993) mengatakan bahwa diluar peperangan, olah raga

merupakan salah satu wahana bagi tindakan agresi yang ditoleransi oleh sebagian

besar masyarakat. Perilaku agresi tidak hanya terjadi pada pemain tetapi juga

terjadi pada penonton. Selanjutnya Arm, dkk (1979) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa responden yang menonton pertandingan gulat atau

pertandingan hoki menunjukkan sikap bermusuhan yang lebih tinggi

(10)

pertandingan olah raga beregu dan profesional, kekerasan fisik juga terjadi pada

penonton, seperti kerusuhan antara suporter sepak bola atau kasus hooliganisme

Salah satu faktor penting dari sepak bola adalah keberadaan suporter atau

pendukung sepak bola. Kehadiran suporter dapat meningkatkan motivasi pemain

sehingga pertandingan semakin seru. Bagi klub, suporter sudah menjadi aset

berharga karena dapat menguntungkan seperti penjualan tiket masuk ke stadion,

penjualan merchandise klub (kostum, pernak, pernik sepak bola dan lain-lain) dan

dapat juga merugikan klub seperti kerusuhan yang dapat merusak fasilitas stadion

sampai sanksi yang diberikan oleh otoritas tertinggi sepak bola berupa denda,

sehingga perlu pengarahan dan pengaturan yang cermat agar potensi negatif dari

suporter bisa diminimalkan dan mengembangkan potensi positif untuk menuju

iklim yang kondusif bagi sepak bola secara umum (Satujiwa, 2007)

Menurut Hinca (2007), Suporter atau fans club adalah sebuah organisasi

yang terdiri dari sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub

sepak bola. Suporter harus berafiliasi dengan klub sepak bola yang didukungnya,

sehingga perbuatan suporter akan berpengaruh terhadap klub yang didukungnya.

Klub dapat diberikan sanksi apabila suporter baik perorangan maupun per grup

melakukan tindakan yang merusak atau tindakan anarki. Namun, klub juga harus

menyediakan fasilitas dalam bentuk subsidi finansial, infrastruktur dan pendidikan

kepada suporter. Klub juga harus memberikan penjelasan kepada suporter

mengenai peraturan permainan, dan peraturan perwasitan yang bertujuan agar

(11)

sopan dan memberikan dukungan, sehingga akan memberi respons positif dari

penonton atau suporter yang lain sehingga tingkat kerusuhan dapat di minimalisir.

Ajiwibowo (2007), suporter saat ini mengambil dua peran sekaligus yaitu

sebagai penampil (performer) dan penonton (audience). Sebagai penampil

(performer) yang ikut menentukan jalannya pertandingan sepakbola, suporter

kemudian menetapkan identitas yang membedakannya dengan penonton biasa.

Suporter jauh lebih banyak bergerak, bersuara dan berkreasi di dalam stadion

dibanding penonton yang terkadang hanya ingin menikmati pertandingan sepak

bola dari kedua tim yang bertanding. Suporter dengan peran penyulut motivasi

dan penghibur itu biasanya membentuk kerumunan dan menempati area atau

tribun tertentu di dalam stadion. Para suporter ini menemukan kebahagiaan

dengan jalan mendukung secara all out tim kesayangannya, sekaligus memenuhi

kebutuhan mereka akan kepuasan yang tidak dapat dilakukan sendirian.

Suryanto (1996) mengatakan penonton adalah orang yang melihat atau

menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat pasif. Sementara itu

suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehinga bersifat aktif. Di

lingkungan sepakbola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi

oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim. Dalam hal ini terdapat tiga alasan

dalam pemakaian makna penonton dengan suporter: pertama, penonton maknanya

lebih luas dari suporter artinya setiap suporter adalah penonton, tetapi tidak semua

penonton adalah suporter. Kedua tidak semua suporter juga memakai atribut tim

(12)

suporter atau penonton. Ketiga baik penonton maupun suporter juga bisa

melakukan tindakan agresi ketika berada dalam suatu situasi dan kondisi

lingkungan tertentu

Ekkers (dalam Gunarsa, 1989) dalam penelitiannya mengatakan olah raga

sering menaikkan tingkat aktivasi melalui aneka ragam emosi dan tanda-tanda

agresivitas, sehingga memungkinkan timbulnya agresivitas pada atlet maupun

penonton. Atlet dan penonton dalam pertandingan melakukan tingkah laku agresif

tanpa perasaan bersalah. Bahkan agresivitas dibenarkan dalam usaha mencapai

kemenangan dan tujuannya. Dengan demikian terjadinya perubahan dalam

penilaian mereka, yakni perilaku agresif tidak lagi menimbulkan perasaan

bersalah, tidak di hukum, tidak dianggap sebagai pelanggaran melainkan

dibenarkan.

Perilaku suporter Indonesia dewasa ini menunjukkan sikap fanatisme yang

berlebihan yang dimanifestasikan dalam perilaku agresif seperti kerusuhan antar

suporter, pengerusakan fasilitas stadion dan di luar stadion, cacian, cemohan, dan

lain-lain ketika tim kesayangannya kalah atau tidak puas dengan hasil

pertandingan. Besarnya dukungan suporter tidak saja memberikan konsekuensi

positif terhadap tim, melainkan juga memberikan dampak negatif pada tim,

terutama akibat tindakan agresi atau kebrutalan yang ditimbulkannya. Seperti

kerusuhan yang terjadi yang dilakukan pendukung pada saat pertandingan antara

Persija Jakarta melawan Persikab di Bogor dan melawan Persita di Tangerang

(13)

(Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) menjatuhkan sanksi kepada tim Persija

denda sebesar 25 (dua puluh lima) juta Rupiah. (Media Indonesia, 2008)

Faktor yang berpengaruh pada perilaku agresif sangat beragam dan

kompleks. Salah satunya faktor sosial yaitu; pertama, frustasi dimana ketika

individu gagal mendapatkan apa yang diinginkan atau diharapkan dan dengan

demikian dapat menimbulkan perilaku agresif. Kedua, provokasi yaitu aksi yang

dilakukan orang lain yang memicu agresi individu, ketika individu mendapatkan

perlakuan yang membuatnya marah atau terganggu oleh karena seseorang

individu. Seperti kasus pada pertandingan antara PSMS Medan dengan PSIS

Semarang, manajer PSIS Yoyok Sukawi mencoba memukul wasit Sunarjo karena

menilai tidak adil dalam memimpin pertandingan. Akibat tindakannya, suporter

PSIS jadi terprovokasi dengan melempari wasit dengan tong sampah ketika dia

diamankan keluar stadion. (Kompas, 2008).

Baron (2002) juga mengatakan bahwa faktor situasional dapat membuat

individu untuk terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum minuman

keras dalam jumlah yang melewati batas, suhu yang tinggi atau panas, kepadatan,

kebisingan dan ditengah keramaian atau massa. Hal ini dapat dilihat pada suporter

fanatik Dynamo Dresden di Jerman. Sebelum mereka masuk stadion, para

suporter menunggu kedatangan tim kesayangannya sambil menikmati minuman

beralkohol yaitu bir, sehingga tidak jarang para suporter Dynamo Dresden bentrok

dengan suporter lain yang mengakibatkan pihak kepolisian dan dari pihak suporter

(14)

Bandura (1983), menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan perilaku

yang dipelajari dari pengalaman masa lalu, apakah melalui pengamatan langsung

(imitasi), pengukuh positif, dan karena stimulus negatif. Sifat asertif pemain atau

perilaku agresi yang di perlihatkan oleh pemainnya selama pertandingan

memberikan stimulus agresif tambahan yang bisa menguatkan kecenderungan

agresif penontonnya. Selanjutnya, Simon dan Taylor (1992) menyatakan bahwa

olah raga yang membutuhkan kontak fisik ekstensif lebih mungkin meningkatkan

kecenderungan agresif penontonnya. Seperti hasil kutipan wawancara dengan

beberapa suporter sepak bola yang ada di kota Medan., yaitu J (20 tahun)

“biasanya kalau kondisi tim sedang menang ekspresi penonton itu senang

seperti ketawa, menari-nari dan kalaupun perilaku agresif yang di tunjukkan yaitu dengan mengolok-olok pemain lawan yang kalah seperti bodoh kali kau main bola, dikandang lembu aja maen bola. Maen di tarkam (antar kampung) aja kau tidak cocok maen di liga”.

Hal serupa juga dikemukakan oleh L (20 tahun) dengan mengatakan,

“kalau tim kalah, ekspresi yang di tunjukkan adalah kekecewaan seperti

diam dan kadang-kadang memaki pemain baik lawan ataupun pemain yang didukung dan tidak terdorong untuk memotivasi. Sebenarnya pada saat kalah itulah suporter harus memberi motivasi dengan meneriakkan yel-yel. Tapi kalau sudah keadaan seri suporter baru memberi motivasi. Tapi suporter PSMS Medan kadang-kadang jika melihat timnya kalah kadang-kadang ekspresi kekecewaan ditunjukkan dengan membela tim lawan dan memaki-maki tim yang didukung”.

Demikian juga menurut D (36 tahun) yaitu

“kalau di Medan, Suporter melempari botol minuman ke stadion biasanya

(15)

ada unsur balas dendam karena ketika tim PSMS Medan bertandang mereka diperlakukan kasar oleh suporter lawan dan motivasi penonton melempar botol ke stadion adalah untuk menurunkan motivasi lawan”.

Burhanuddin (1997), mengindikasikan bahwa tindak kerusuhan pada

suporter sepak bola dan agresivitas massa muncul dari arus sosial yang

menghanyutkan emosi mereka ke luar kontrol kesadaran dirinya sendiri. Tindakan

tersebut merupakan gejala sosial yang tidak memiliki bentuk yang jelas dan bisa

saja terjadi pada setiap orang. Seperti yang terjadi pada stadion Brawijaya Kediri,

Aremania (suporter klub sepak bola Arema) melakukan aksi kerusuhan dengan

masuk kedalam stadion dan memukul wasit. Bahkan diluar stadion Aremania

menunjukkan agresif nya dengan melakukan pembakaran dan fasilitas lain dari

stadion Brawijaya. (Kompas, 2008).

Dari hasil penelitian Suryanto (2005) pada suporter sepak bola Jawa Timur

pada PON XV/2000 mengatakan walaupun suporter tersebut pernah berkonflik

ketika membela klub nya masing-masing, tetapi interaksi sesama penonton yang

pernah berkonflik di saat mendukung klub sepak bola sangat baik. Ada pencairan

identitas sosial penonton sepak bola ketika kepentingan dan tujuan yang lebih

tinggi yang harus dicapai. Seperti Lamongan, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang,

Kediri, dan lain-lain kota di Jawa Timur tidak lagi menjadi sasaran identitas

tersebut. Semua pendukung tim kota beralih menjadi pendukung tim wilayah

propinsi. Peralihan dukungan tentunya dilandasi oleh problem-problem psikologis

seperti persepsi, interaksi dan faktor situasional yang memungkinkan

(16)

Durkheim (dalam Burhanuddin, 1997) menyatakan bahawa setiap fakta

(gejala) sosial selalu memiliki karakteristik yang bersifat eksternal. Ada fakta

sosial yang bersifat memaksa individu. Fakta ini bersifat umum atau tersebar

secara meluas dalam masyarakat. Ia bukan sekedar hasil penjumlahan beberapa

fakta individu per orangan melainkan benar-benar bersifat kolektif yang secara

keseluruhan telah mempengaruhi setiap individu. Berdasar asumsi diatas, luapan

kemarahan dan emosi dalam berbagai kerusuhan tersebut meskipun berskala

massal dan merupakan kumpulan dari sejumlah individu, tapi luapan dan

emosinya secara substansial tidak datang dari individu-individu itu sendiri.

Mereka secara reflektif bertindak melakukan kerusahan dan kekerasan jika dalam

kondisi berkumpul. Jika dalam kondisi sendirian dan secara sadar lebih menguasai

dirinya.

Ancaman atau serangan sering menimbulkan pembalasan respon yang

agresif. Jika seseorang yang diancam oleh orang lain, maka sebagai responnya

dapat berupa perilaku yang agresif. Suatu kelompok yang diserang oleh kelompok

yang lain akan memberikan respon yang agresif pula. (Walgito, 2007)

Selanjutnya, Wann dkk (1999) memperlihatkan bahwa individu-individu yang

terlibat atau sedang menonton olah raga agresif percaya pada ide tentang katarsis

simbolis yang terdapat dalam olah raga. Seperti dalam wawancara kepada salah

satu suporter PSMS Medan

“saya datang ke stadion teladan karena saya merasa stress dan jenuh

(17)

Fenomena kerusuhan yang diakibatkan suporter sepak bola di Indonesia

tidak hanya terjadi di kota-kota besar, melainkan hampir di seluruh wilayah

Indonesia. Seperti yang terjadi di Medan, saat PSMS Medan melawan PSIS

Semarang di Stadion Teladan. Sebelum pertandingan selesai ribuan suporter yang

berada di tribun tertutup masuk kedalam lapangan sambil melempari pemain

dengan potongan kayu dan besi. Kemarahan massa menyerbu pemain ke tengah

lapangan, kemungkinan disebabkan kekalahan yang diderita PSMS Medan.

(Kompas, 1998)

PSMS Medan sendiri memiliki dua suporter resmi yang sudah terdaftar

dalam Assosiasi Suporter Seluruh Indonesia yaitu KAMPAK FC dan SMeck FC.

Walaupun keduanya sama-sama mendukung PSMS Medan tetapi kedua

komunitas tersebut berbeda secara organisasi.

Kampak FC adalah singkatan dari Kesatuan Anak Medan Pecinta Ayam

kinantan yang berdiri pada tanggal 14 Februari 2001 dan menjadi suporter resmi

yang mendukung tim sepak bola professional yaitu PSMS Medan. KAMPAK FC

mempunyai visi dan misi sebagai badan usaha yang kreatif dan inovatif untuk

mengawal dan mendukung PSMS Medan untuk menjurai Liga Indonesia.(Sumut

Pos, 2001)

Demikian juga dengan SMeCK FC yang merupakan singkatan dari

Suporter Medan Cinta Kinantan yang berdiri pada tanggal 30 September 2003

juga mempunyai tujuan yang sama dengan KAMPAK FC yaitu mendukung

PSMS Medan bertanding di liga Indonesia sehingga kejayaan PSMS Medan

(18)

Pertandingan sepak bola dari tahun ke tahun saat kompetisi tengah

berjalan, dapat dipastikan selalu terjadi kerusuhan. Baik itu di dalam arena stadion

maupun di luar stadion, bahkan hingga memakan korban jiwa. Titik terang sepak

bola nasional sebagal hiburan masyarakat, tontonan yang menarik, indah

dipandang dengan mata telanjang akan menjadi bumerang di kemudian hari.

Penonton senatiasa merasa was - was, tidak nyaman, dan ketakutan saat duduk di

Stadion melihat pertandingan sepak bola secara langsung. Hal ini karena

keselamatan mereka belum tentu terjamin. (Haristanto, 2005)

Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana

gambaran agresivitas suporter sepak bola di Kota Medan.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan fenomena di atas peneliti ingin mengetahui beberapa hal yang

dirumuskan dalam pertanyaan dibawah ini :

“Bagaimana gambaran bentuk perilaku agresi secara umum pada suporter sepak

bola di Kota Medan”

Secara mendetail, operasionalisasi permasalahan dalam penelitian ini bisa

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa bentuk umum Perilaku Agresi pada suporter sepak bola di Kota

Medan?

2. Apa bentuk Perilaku Agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan, di

(19)

C.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara

umum perilaku pada suporter sepak bola di Kota Medan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun yang diperoleh dari penlitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis.

Diharapakan dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan khasanah ilmu

psikologi khususnya bidang psikologi sosial mengenai perilaku agresif pada

suporter sepak bola

2. Manfaat praktis

a. Kepada PSSI (Persatuan Sepak Bola Indonesia) sebagai lembaga

tertinggi sepak bola di Indonesia untuk dapat mengetahui gambaran

kecenderungan perilaku agresi pada suporter sepak bola khususnya di

Kota Medan agar dapat mengambil kebijakan dalam menangani

suporter sepak bola dan kepada BLI (Badan Liga Indonesia) dan

panitia penyelenggara dapat membuat langkah preventif dalam

menangani suporter.

b. Sebagai masukan kepada PSMS Medan, agar dapat memahami

bentuk-bentuk perilaku agresi yang terjadi pada suporter sepak bola yang

sudah ber afiliasi dengan klub.

c. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

(20)

E. SISTEMATIKA PENULISAN.

Penelitian ini dibagi atas tiga bab dan masing-masing bab dibagi atas

beberapa sub-bab. Sistematika penulisan penelitian ini adalah:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan kepustakaan yang menjadi landasan teori yang

mendasari masalah yang menjadi objek penelitian.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini menceritakan tentang metode kuantitatif yang digunakan dalam

penelitian yang meliputi identifikasi variabel penelitian, defenisi

operasional, populasi, dan metode pengambilan sampel, instrumen atau

alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Bab IV : Analisa Data Dan Pembahasan.

Terdiri dari uraian singkat hasil penelitian, interpretasi data dan

pembahasan.

(21)

BAB II Landasan Teori A. PERILAKU AGRESI

A.1 Pengertian Perilaku Agresi

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif.

Mungkin terlintas dalam pikiran kita segala tindakan yang berbentuk negatif,

berupa kekerasan atau perilaku-perilaku aktif. Secara umum agresif dapat

diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh organisme terhadap

organisme lain, objek lain atau bahkan pada dirinya sendiri (Dayakisni &

Hudaniah, 2003)

Robert Baron (dalam Koeswara, 1998) menyatakan bahwa agresi adalah

tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakai individu lain

yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Defenisi dari Baron ini

mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu : tujuan untuk melukai atau

mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban dan

ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku.

Menurut Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) mendefenisikan

perilaku agresi yaitu segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti

atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu.

Kartono (2002), mengungkapkan bahwa agresi adalah ledakan-ledakan

emosi dan kemarahan hebat meluap-luap dalam bentuk sewenang-wenang,

(22)

menimbulkan penderitaan dan kesakitan, pengrusakan, dan tindakan permusuhan

ditujukan kepada sesorang atau benda.

Medinnus dan Johnson (1974), menjelaskan bahwa tingkah laku agresi

bisa berupa tingkah laku fisik maupun secara verbal. Agresivitas menurut

penelitian Jersild dan Marley (1978), ditunjukkan melalui berbagai macam bentuk

tingkah laku seperti menyerang orang lain, mengancam secara fisik maupun

verbal, menuntut orang lain, mencoba memaksa untuk memiliki benda-benda

yang bukan miliknya.

Berkowitz (dalam Koeswara, 1988) mendefenisikan agresi dalam

hubungannya dengan pelanggaran norma atau perilaku yang tidak dapat diterima

secara sosial. Selanjutnya Berkowitz membedakan dua macam agresif yaitu

agresif instrumental dan agresi benci atau disebut juga agresi impulsive. Agresi

instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat atau cara

untuk mencapai tujuan tertentu. Agresi benci atau agresi impulsive adalah agresi

yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau

menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan,

kesakitan atau kematian pada sasaran.

Menurut Baron dan Byrne (1990), perilaku agresif adalah segala bentuk

perilaku yang disengaja terhadap orang lain yang bertujuan untuk melukainya dan

orang yang dilukainya tersebut berusaha untuk menghindarinya.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif

adalah perilaku yang dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negatif terhadap

(23)

menghasilkan sesuatu oleh individu atau pun kelompok dengan menggunakan

kekerasan fisik atau verbal.

A.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresi.

1. Faktor sosial, terdiri dari 3 elemen :

Frustasi, terjadi karena ketika individu gagal mendapatkan apa yang

diingingkan atau diharapkan dan dengan demikian dapat menyebabkan

timbulnya perilaku agresif.

Provokasi, adalah aksi yang dilakukan oleh orang lain yang memicu agresi

individu. Ketika individu mendapatkan perlakuan yang membuatnya

marah atau terganggu oleh karena seseorang, individu cenderung

membalas perlakuan yang tidak menyenangkan itu kepada orang yang

memberikan perlakuan tersebut.

Media kekerasan, yang menyajikan tayangan-tayangan berbau tindakan

agresif. Ress & Roth, 1993 menyatakan bahwa film-film banyak yang

bermuatan kekerasan bahkan tayangan kekerasan tersebut lebih banyak

dalam kehidupan nyata.

2. Faktor Personal.

Pengaruh dari tipe kepribadian A yang berkarakteristikkan berjiwa

kompetitif, orientasi pada waktu dan bersifat hostility (bermusuhan) lebih

agresif dibandingkan dengan individu dengan tipe kepribadian B dengan

(24)

Selain itu, keinginan personal individu untuk menjadi sosok yang memiliki

kekuasaan menjadi determinan penting dalam perilaku agresif karena

hasrat tersebut mendorong individu untuk menghalalkan segala cara untuk

menggapai keinginannya.

3. Faktor Situasional

Didasarkan pada keadaan disekitar individu yang membuat individu

terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum minuman keras

dalam jumlah yang melewati batas atau mabuk, suhu yang tinggi atau

panas, kepadatan, kebisingan dan polusi udara menunjukkan bahwa

faktor-faktor ini mendorong terjadinya perilaku agresif

Menurut Deaux, (1993) faktor atau kondisi yang mempengaruhi

munculnya perilaku agresif yaitu :

1. General arousal

Model general arousal menunjuk pada keadaan arousal yang umum yang

akan meningkatkan kecenderungan tingkah laku agresi. Zilmann

berpendapat bahwa ekspresi kemarahan maupun emosi yang lainnya

tergantung pada tiga faktor yaitu kebiasaan / watak seseorang yang

dipelajari, beberapa sumber yang memberikan arousal, dan interprestasi

seseorang tentang keadaan arousal

2. Serangan secara fisik dan verbal

Perkataan langsung dan serangan fisik adalah pengaruh yang paling nyata

(25)

terpancing (dan akan bereaksi) untuk membalas agresi fisik dan verbal

tersebut.

3. Dorongan pihak ketiga

Agresi tidak selalu muncul dalam keadaan terisolasi. Seringkali

orang-orang lain yang berada disekitar kita ikut terlibat dalam interaksi.

Contohnya dalam suatu pertarungan penonton penonton dapat secara

antusias memaksa petarung favorit mereka untuk menghancurkan lawan.

4. Deindividusiasi

Saat orang-orang tidak bisa terindentifikasi, mereka cenderung untuk

membentuk sikap anti sosial. Jelasnya, agresi lebih mungkin dan lebih

dapat ditoleransi saat kita tidak bisa melihat konsekuensi dari tindakan kita

5. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan sering kali mempengaruhi mood seseorang.

Donnerstein dan Wilson (1976) berdasarkan hasil penelitiannya

menemukan bahwa tingkat tingkat keributan dapat menambah tingkat

agresif. Kondisi udara yang tidak menyenangkan seperti asap, kabut, juga

mempengaruhi sikap agresi. Banyak orang juga mempengaruhi sugesti

dalam hubungan antara temperatur dan kekerasan. Robert Baron dan

mahasiswanya menemukan bahwa dalam beberapa kondisi, cuaca panas

menambah kecenderungan sikap agresi, bahkan pada subjek yang tidak

(26)

6. Media massa

Di beberapa media televisi sering menampilkan program yang acaranya

sebagian besar berupa penayangan film yang bertemakan kekerasan,

perkelahian, pemukulan, pembunuhan, kekerasan media massa semacam

ini dianggap dapat merangsang untuk berperilaku agresif.

7. Frustasi

Tahun 1939 Dollard, Miller, Mowrer dan Sears membuat hipotesa bahwa

frustasi adalah sebagai penyebab dari agresi. Hipotesa frustai – agresi

mengangatakan bahwa “terjadinya agresi selalui diikuti oleh frustasi”.

Disisi lain Wagiman (1997) menyatakan bahwa hukuman merupakan salah

satu alat yang digunakan untuk mendisiplinkan anak. Namun hukuman

juga dapat mengakibatkan anak menjadi frustasi. Sesuai dengan hipotesa

frustasi – agresi, keadaan frustasi akaan mengakibatkan anak menjadi

agresif.

A.3 Bentuk Perilaku Agresi

Menurut Buss, (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003 ) agresi dapat terjadi

dalam beberapa bentuk. Dapat di ekpresikan secara verbal, seperti memaki atau

penyerangan meliputi serangan langsung terhadap orang lain atau serangan tidak

langsung sebagai contoh posesif terhadap orang lain. Agresi dapat diekspresikan

secara pasif, seperti ketika seseorang menghalangi pekerjaan orang lain dengan

(27)

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Buss (dalam Dayakisni & Hudaniah,

2003) membagi agresi kedalam beberapa bentuk yaitu:

1. Agresi fisik aktif langsung

Agresi fisik aktif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan

individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan

individu atau kelompok lain yang menjadi target dan terjadi kontak fisik

secara langsung. Contohnya memukul, menikam atau menembak seseorang.

2. Agresi fisik pasif langsung

Agresi fisik pasif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh

individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langung dengan

individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak

fisik secara langsung. Contohnya memasang ranjau atau jebakan untuk

melukai orang lain, menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh orang lain.

3. Agresi fisik aktif tidak langsung

Agresi fisik aktif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan

oleh individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya namun tidak terjadi

kontak fisik secara langsung. Contohnya demonstrasi, aksi mogok dan aksi

diam

4. Agresi fisik pasif tidak langsung

Agresi fisik pasif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan

oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu

(28)

secara langsung. Contohnya tidak peduli, apatis, masa bodoh, menolak

melakukan tugas penting, tidak mau melakukan perintah.

5. Agresi verbal aktif langsung.

Agresi verbal aktif langsung adalah tindakan agresi verbal yang dilakukan

oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan

individu atau kelompok lain. Contoh menghina orang lain dengan kata-kata

yang menyakitkan, mengomel.

6. Agresi fisik aktif langsung.

Agresi verbal aktif tidak langsung adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh

individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan

individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya. Contoh menyebarkan

berita tidak benar atau gosip tentang orang lain.

7. Agresi verbal pasif langsung.

Agresi verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh

individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau

kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung seperti

menolak bicara, bungkam

8. Agresi verbal pasif tidak langsung.

agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan

oleh individu atau kelompok lain yang menajdi targetnya dan tidak terjadi

kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak

(29)

Sementara itu Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni, 2003)

mengelompokkan agresi menjadi empat kategori, yaitu :

1. Menyerang fisik, yang termasuk didalamnya adalah memukul, mendorong,

meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas.

2. Menyerang suatu objek, yang dimaksudkan disini adalah menyerang benda

mati atau binatang

3. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk didalamnya adalah

mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap

mengancam dan sikap menuntut.

4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.

A.4 Perilaku Agresif Pada Pria Dan Wanita.

Menurut Condry dan Ross (dalam Hogg dan Vaughan, 2002) sejak awal

masa anak-anak, laki-laki cenderung lebih agresif daripada wanita. Hocker (dalam

sarwono, 2000) menyebutkan bahwa perbedaan proses sosialisasi antara pria dan

wanita menghasilkan perbedaan agresivitas antara keduanya. Perbedaan ini mudah

terlihat dalam tingkah laku bermain. Anak laki-laki melakukan permainan yang

menuntut kekuatan motorik, bersifat ekspansif dan agresif (bermain bola,

perang-perangan) sedangkan anak perempuan melakukan permainan yang menuntut

kehalusan motorik dan non agresif (masak-masakan, bermain boneka).

Menurut Maccobay & jacklin kebanyakan laki-laki lebih agresif daripada

kebanyakan wanita (dalam Santrock, 2003). Darvill & Cheyne (dalam

(30)

perempuan berbeda dalam cara tertentu. Laki-laki cenderung membalas setelah

diserang daripada perempuan.

Hasil penelitian Sears (dalam Koeswara, 1988) menemukan bahwa anak

laki-laki lebih agresif dibandingkan wanita. Anak wanita cenderung melakukan

penyerangan secara psikologis seperti perilaku agresif secara verbal, sedangkan

laki-laki memperlihatkan perilaku agresifnya dengan melakukan penyerangan

fisik.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa laki-laki

cenderung lebih agresif dibandingkan wanita.

A.5 Perkembangan Perilaku Agresi.

Menurut Loeber dan Hay (Krahe, 2005) mengatakan sampai batas tertentu

agresi bersifat normatif umur (age-normatif) dikalangan anak-anak dan remaja. Ini

berarti bahwa perilaku yang dilakukan dengan niat menyakiti orang lain

diperlihatkan, paling tidak sekali-sekali, oleh banyak atau kebanyakan anggota

kelompok umur ini. Tetapi, ada sejumlah anak dan remaja yang menyimpang dari

proses perkembangan normal ini.

Pada tahun-tahun awal sekolah, perbedaan gender dalam hal agresi

menjadi tampak jelas. Anak laki-laki pada umumnya memperlihatkan tingkat

agresi fisik yang lebih tinggi daripada umumnya memperlihatkan tingkat agresi

fisik yang lebih tinggi daripada perempuan.

Loeber dan Hay (Krahe, 2005) mengemukakan bahwa perilaku agresi

(31)

Perubahan penting pada perilaku agresif tersebut karena lebih terorganisasi secara

sosial. Selanjutnya Loeber dan Stouthamer (1998) mengatakan bahwa perilaku

agresi terus menurun sebagaimana fungsi umur.

Berdasarkan diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat

perilaku agresi dengan perkembangan usia.

A.6. Perilaku Agresi Dalam Telaah Lintas Budaya

Menurut Krahe (2005) semua perilaku agesif dapat terjadi di semua

masyarakat, tetapi akan beragam tingkat agresifnya. Biasanya mereka melakukan

tindakan agresi dalam tingkatan yang berbeda, dalam cara yang berbeda, dan

untuk alasan yang berbeda.

Hasil penelitian Landau (dalam Dayakisni, 2004) menunjukkan ada

tingkat pembunuhan yang relatif tinggi dan konsisten (Finlandia, Israel, USA, dan

Jerman), sementara yang lain menunjukkan angka pembunuhan yang relatif

rendah dan stabil (Austria, Swiss, Inggris, Nederland, Swedia, Norwegia, ddan

Denmark) sedangkan Jepang memiliki tingkat pembunuhan yang rendah dan

semakin menurun.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan adanya pengaruh budaya dalam

(32)

B. SUPORTER

B.1 Pengertian Suporter

Menurut Hinca (2007), Suporter atau fans club adalah sebuah organisasi

yang terdiri dari sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub

sepak bola. Suporter harus berafiliasi dengan klub sepak bola yang didukungnya,

sehingga perbuatan suporter akan berpengaruh terhadap klub yang didukungnya.

Suryanto (1996) mengatakan Suporter adalah orang-orang yang

memberikan dukungan atau support kepada satu tim yang di bela.

B.2 Struktur Organisasi dan Keanggotaan. B.2.1 Struktur Organisasi.

Berdasarkan peraturan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia),

dalam organisasi fans club atau Suporter setidaknya harus terdiri dari :

1. Ketua

2. Sekretaris

3. Bendahara

4. Kordinator Suporter

5. Kordinator Humas

6. Kordinator keamanan

7. Kordiantor Peralatan atau Perlengkapan

(33)

B.2.2 Keanggotaan.

Mengenai keanggotaan sebuah suporter, BLI (Badan Liga Indonesia)

menetapkan peraturan sebagai berikut :

1. Terdaftar sebagai anggota suporter dalam organisasi suporter

2. Terikat dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh suporter yang

bersangkutan

3. Anggota membayar iuran bulanan yang jumlahnya ditentukan oleh

organisasi suporter

4. Anggota mendapat kartu suporter yang didalamnya terdapat nomor

keanggotaan fan yang bersangkutan

5. Lama berlakunya keanggotaan ditentukan oleh suporter yang

bersangkutan

6. Anggota dapat membeli tiket dari pengurus suporter dengan potongan

harga

7. Dengan menjadi anggota suporter, anggota mendapatkan

keuntungan-keuntungan yang ditentukan dalam peraturan keanggotaan suporter yang

bersangkutan.

B.3 Hubungan Suporter Dengan Klub

Suporter harus berafiliasi kepada klub. Perbuatan anggota suporter akan

berpenagruh terhadap klub yang didukungnya. Klub dapat dikenakan sanksi

apabila suporter baik perorangan maupun per group melakukan tindakan yang

(34)

Klub wajib memberikan fasilitas dalam bentuk subsidi finansial, infrastruktur dan

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penjelasan pada bab pendahuluan peneliti ingin mendapatkan

gambaran mengenai perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian terhadap

fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subjek berupa

individu, organisasional, industri, atau perspektif yang lain (Erlina, 2007).

Puck (1998) menyatakan ada 2 tujuan dilakukan penelitian deskriptif.

Pertama untuk mengembangkan teori baru yang masih baru dan belum yang

belum banyak dikenal. Kedua untuk membantu mempelajari faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi suatu variabel untuk kemudian dapat dilakukan penelitian

lebih lanjut terhadap faktor-faktor tersebut.

Penelitian jenis ini tidak untuk meramalkan hasil tapi hanya ingin melihat

gambaran suatu keadaan, ciri-ciri atau karakteristik suatu populasi yang menjadi

sampel penelitian (Setiadi, Matindas, Chairy, 1998).

A. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku agresi pada suporter sepak

(36)

B. DEFENISI OPERASIONAL

Defenisi operasional merupakan suatu defenisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang diamati

(Azwar, 2000).

B.1. Defenisi Operasional Perilaku Agresi

Definisi operasional dari perilaku agresi adalah tindakan yang berbentuk

negatif yang dapat berupa fisik dan verbal. Agresi yang berbentuk fisik berupa

memukul, menendang, membayar orang lain untuk mencedarai korban,

menakut-nakuti, tidak memberi dukungan yang dapat mengakibatkan sakit atau luka pada

orang atau objek. Sedangkan agresi yang berbentuk verbal yaitu mencaci maki,

menghina, memfitnah, mengeluarkan kata-kata yang kotor dan bentuk-bentuk

yang sifatnya lisan atau verbal.

Perilaku agresi ini akan di kategorisasikan berdasarkan bentuk-bentuk

perilaku agresi yang dikemukakan Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni,

2003), yaitu Menyerang Fisik, Menyerang suatu Objek, Menyerang secara Verbal

atau simbolis dan pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang

lain. . Semakin tinggi nilai persentase dari satu bentuk perilaku agresi akan

menunjukkan gambaran umum perilaku agresi. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1

(37)

Tabel.1

Distribusi Perilaku Agresi

Bentuk Agresi Jumlah

Menyerang fisik 7

Menyrang suatu objek 8

Secara verbal atau simbolis 8

Pelangaran terhadap hak milik atau

menyerang daerah orang lain

7

Jumlah 30

C. POPULASI DAN SAMPEL C.1. Populasi

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan

salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah objek, gejala

atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk siapa

kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu hendak digeneralisasikan.

Menurut Kuncoro (2003), populasi adalah sekelompok elemen yang

lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita

tertarik untuk mempelajari atau menjadikan sebagai objek penelitian. Populasi

pada penelitian ini adalah Suporter Sepak bola di Kota Medan. Karakteristik

populasi dalam penelitian ini adalah anggota Suporter Sepak Bola yang terdaftar

(38)

C.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili

populasi (Kuncoro, 2003). Agar informasi yang diperoleh dari sampel benar-benar

mewakili populasi, sampel tersebut harus mewakili karakteristik populasi yang

diwakilinya (Kuncoro, 2003).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability

sampling secara incidental. Melalui metode ini, tidak semua individu dalam

populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dapat dipilih menjadi anggota

sampel, hanya individu-individu yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja

yang diteliti (Hadi, 2000).

Penggunaan teknik ini bertujuan untuk memperoleh data dari daftar

pertanyaan dalam jumlah yang besar dan lengkap secara cepat dan hemat, serta

peneliti tidak memerlukan daftar populasi dalam pemilihan sampel penelitian

(Kuncoro, 2003).

Penggunaan teknik ini dilakukan dengan pertimbangan kurangnya data

yang lengkap mengenai subjek penelitian sehingga sampel dipilih berdasarkan

kemudahan ditemui dengan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian ini.

D. PENGUMPULAN DATA D.1. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian adalah data primer yang diperoleh

dari para responden. Kepada responden diberikan daftar pertanyaan (kuesioner)

(39)

D.2. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan merupakan metode pengumpulan data dalam

kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai

variabel yang di teliti (Azwar, 1999)

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode angket (kusioner). Metode angket mendasarkan diri pada laporan tentang

diri sendiri (self reports) atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan

pribadi (Hadi, 2000)

Angket digunakan untuk mengungkapkan data faktual atau yang dianggap

fakta oleh subjek (azwar, 2002). Angket yang digunakan dalam penelitian ini

adalah angket perilaku agresi. Angket ini terdiri dari item-item berupa pertanyaan

langsung terarah kepada informasi mengenai data yang hendak di ungkap dan

meminta responden untuk memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif

jawaban yang telah disediakan. Angket disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku

agresi.

D.2.1 Angket perilaku Agresi

Angket dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek bentuk perilaku

agresi yang di kemukakan oleh Medinus dan Johnson (dalam dayakisni, 2003)

yaitu:

1. Menyerang fisik

(40)

3. Menyerang secara verbal atau simbolis

4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.

Angket yang di gunakan dalam penelitian ini merupakan kusioner

langsung karena daftar pertanyaannya dikirimkan langsung kepada orang yang

diminta pendapatnya atau diminta untuk menceritakan tentang keadaan dirinya

sendiri (Hadi, 2003)

Pada pengisian angket ini subjek diminta untuk menjawab pertanyaan

yang ada dengan memilih salah satu jawaban yang tersedia. Pertanyaan diberikan

dua alternatif jawaban, yaitu alternatif ”ya” dan alternatif ”tidak”.

E. UJI COBA ALAT UKUR E.1. Validitas Alat Ukur

Untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut mampu menghasilkan data

yang akurat yang sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian

validitas. Suatu alat tes atau istrumen pengukuran dapat dikatakan memiliki

validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau

memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran

tersebut (Azwar, 2000). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini ádalah

content validity (validitas isi) dimana peneliti meminta pendapat profesional

(profesional judgement) dari dosen pembimbing dalam proses telaah soal baik

(41)

F. PROSEDUR PENELITIAN F.1 Tahap Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian ini dilakukan dengan mempersiapkan alat ukur

penelitian terlebih dahulu, yaitu angket perilaku agresi. Jumlah angket yang

digunakan ada sebanyak 200 ekslempar. Sebelum angket ini disebarkan terlebih

dahulu dilakukan uji validitas dengan menggunakan face validty.

F.2. Tahap Pelaksanaan

Setelah dilakukan uji validitas maka peneliti langsung melakukan

pengambilan data dengan memberikan alat ukur berupa angket perilaku agresi.

F.3. Tahap Pengelolaan Data.

Setelah diperoleh hasil skor orientasi nilai pada masing-masing subjek,

maka untuk pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan aplikasi

SPSS for windows 15.0 version.

G. Metode Analisa Data

Azwar (2001) menyatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisis dan

menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan

disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga

(42)

Untuk mendapatkan gambaran skor perilaku agresi digunakan statistik

deskriptif. Data yang akan diolah yaitu frekuensi (Mean). Azwar (2001)

menyatakan bahwa uraian kesimpulan dalam penelitian deskriptif didasari oleh

angka yang diolah secara tidak terlalu mendalam. Pengelolaan data didasarkan

pada analisis persentase. Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan

(43)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil dan interpretasi hail sesuai

dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran

umum subjek penelitian dan hasil penelitian tentang gambaran perilaku agresif

pada suporter sepak bola di Kota Medan.

IV.A Gambaran Subjek Penelitian.

Subjek penelitian berjumlah 200 orang berasal dari suporter sepak bola

yang ada di Kota Medan. Berdasarkan hal tersebut diperoleh gambaran umum

subjek penelitian berdasrkan usia , suku dan Jenis kelamin.

IV.A.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Individu pada subjek penelitian ini dibedakan berdasarkan 2

pengelompokan kategori usia yaitu remaja (14-19 tahun) dan dewasa awal (20-31

tahun) dengan penyebaran sebagai berikut :

Tabel 2

Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia

No Subjek Jumlah subjek Persentase

1 Remaja 33 16,5 %

2 Dewasa 167 63,5 %

(44)

Dari gambaran diatas dapat diketahui bahwa jumlah subjek dewasa 63,5%

dan remaja sebanyak 16,5 % tidak seimbang dimana jumlah subjek dewasa

sebanyak 167 orang dan remaja 33 orang.

IV.A.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Individu pada subjek penelitian ini dibedakan jenis kelaminnya yaitu

laki-laki dan perempuan dengan penyebaran sebagai berikut:

Tabel 3

Penyebaran Data Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Subjek %

1 Laki-Laki 123 61,5 %

2 Perempuan 77 38,5 %

Jumlah 200 orang 100 %

Dari gambaran diatas dapat diketahui bahwa jumlah subjek laki-laki 61,5

% dan perempuan 38,5 % tidak seimbang dimana jumlah subjek laki-laki

sebanyak 123 orang dan perempuan 77 orang.

IV.A.3 Gambaran Subjek Penelitan Berdasarkan Suku Bangsa

Individu pada subjek penelitian ini dibedakan berdasarkan kategori suku

(45)

Tabel 4

Penyebaran Data Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Frekuensi Persentase

1 Padang 18 9 %

2 Batak 64 32 %

3 Jawa 53 26,5 %

4 Melayu 9 4,5 %

5 Lain-lain 8 4 %

6 Tidak tertulis 48 24 %

Jumlah 200 orang 100 %

Dari gambaran diatas dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang paling

banyak menjadi subjek penelitian berdasarkan suku yaitu suku Batak sebanyak 64

orang (32 %), kemudian suku Jawa sebanyak 53 orang (26,5%), kemudian suku

Padang sebanyak 18 orang, kemudian suku Melayu sebanyak 9 orang (4,5%) dan

paling sedikit kategori lain-lain (Aceh, Banten, Minang) sebanyak 8 orang (4%).

Sedangkan untuk kategori tidak tertulis sebanyak 48 orang (24%) dan tidak

dimasukkan dalam pengolahan data.

B. HASIL PENELITIAN

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran umum

mengenai perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan.

Berdasarkan tujuan penelitian maka dilakukan analisa statistik dengan

menggunakan descriptive statistik. Hasil uji coba ststistik dapat dilihat dalam

(46)

Tabel 5

Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan

No Perilaku Agresif Persentase

1 Menyerang Fisik 15,3

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 16,5 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 21,8 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang

lain

12,6

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku menyerang secara

verbal atau simbolis sebanyak 21,8 %, kemudian menyerang secara objek atau

benda mati sebanyak 16,5 %, kemudian menyerang secara fisik sebesar 15,3 %

dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 12,6 %.

B.1. Gambaran Umum Perilaku Agresif Berdasarkan Usia B.1.1. Gambaran Umum Perilaku Agresif Remaja

Gambaran perilaku agresi pada suporter sepak bola berdasarkan usia

remaja dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 6

Gambaran Perilaku Agresif Remaja

No Perilaku Agresif Persentase

1 Menyerang Fisik 4,55

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 4,56 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 5,59 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau daerah

orang lain

3,32

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi suporter

(47)

atau simbolis sebesar 5,59%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati

sebesar 4,56 %, kemudian menyerang fisik 4,55% dan pelanggaran terhadap hak

milik atau daerah orang lain sebesar 3,32%.

B.1.2. Gambaran Perilaku Agresif Dewasa

Gambaran perilaku agresi pada suporter sepak bola berdasarkan usia

dewasa dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 7

Gambaran Perilaku Agresif Dewasa

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 1,58

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 1,75 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 2,28 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

1,35

Bedasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi suporter

sepak bola di Kota Medan berdasarkan usia dewasa yaitu menyerang secara verbal

yaitu 2,28%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati 1,75%, kemudian

menyeang fisik 1,58% dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain

sebesar 1,35%.

B.2. Gambaran Perilaku Agresi Berdasarkan Jenis Kelamin B.2.1. Gambaran Perilaku Agresif Laki-laki

Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan jenis

(48)

Tabel 8

Gambaran Perilaku Agresif Laki-Laki

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 2,10

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 2,16 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 2,70 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

1,69

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi suporter

sepak bola di Kota Medan berdasarkan jenis kelamin laki-laki yaitu menyerang

secara verbal 2,70%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati 2,16%,

kemudian menyerang fisik 2,10% dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah

orang lain sebesar 1,69%.

B.2.2. Perempuan

Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan jenis

kelamin perempuan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9

Gambaran Perilaku Agesif Perempuan

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 1,89

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 2,38 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 3,56 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

1,75

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada

(49)

menyerang secara verbal atau simbolis sebesar 3,56%, kemudian menyerang suatu

objek atau benda mati sebesar 2,38%, kemudian menyerang fisik sebesar 1,89%

dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 1,75%.

B.3. Gambaran Perilaku Agresi Berdasarkan Suku B.3.1 Gambaran Perilaku Agresi Suku Padang

Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan suku

Padang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10

Gambaran Perilaku Agresif Suku Padang

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 3,83

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 4,80 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 6,00 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

4,87

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi

pada suporter sepak bola di Kota Medan dilihat darisuku Padang yaitu menyerang

secara verbal atau simbolis sebesar 6%, kemudian pelanggaran terhadap hak milik

atau daerah orang lain sebesar 4,87%, kemudian menyerang suatu objek atau

benda mati sebesar 4,80% dan menyerang fisik 3,83%.

B.3.2 Gambaran Perilaku Agresi Suku Batak

Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan suku

(50)

Tabel 11

Gambaran Perilaku Agresif Suku Batak

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 2,29

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 2,75 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 3,41 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

1,97

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada

suporter sepak bola di Kota Medan dilihat dari suku Batak yaitu menyerang secara

verbal atau simbolis sebesar 3,41%, kemudian menyerang suatu objek atau benda

mati sebesar 2,75%, kemudian menyerang fisik sebesar 2,29% dan pelanggaran

terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 1,97%.

B.3.3 Gambaran Perilaku Agresi Suku Jawa

Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan suku

Batak dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12

Gambaran Perilaku Agresif Suku Jawa

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 2,72

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 2,73 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 3,74 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

(51)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada

suporter sepak bola di Kota Medan dilihat dari suku Jawa yaitu menyerang secara

verbal atau simbolis sebesar 3,74%, kemudian menyerang suatu objek atau benda

mati sebesar 2,73%, kemudian menyerang fisik sebesar 2,72% dan pelanggaran

terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 1,66%.

B.3.4. Gambaran Perilaku Agresif Suku Melayu

Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan suku

Melayu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 13

Gambaran Perilaku Agresi Suku Melayu

No Perilaku Agresi Persentase

1 Menyerang Fisik 8,33

2 Menyerang suatu objek atau benda mati 6,01 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 9,86 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau

daerah orang lain

6,96

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada

suporter sepak bola di Kota Medan dilihat dari suku Melayu yaitu menyerang

secara verbal atau simbolis sebesar 9,86%, kemudian menyerang fisik sebesar

8,33%, kemudian pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar

(52)

C. HASIL TAMBAHAN

Setelah dilakukan analisa terhadap perilaku agresi pada suporter sepak

bola di Kota medan berdasarkan usia, jenis kelamin dan suku, maka peneliti juga

ingin melihat bentuk spesifik perilaku agresi berdasarkan bentuk perilaku agresi

seperti menyerang fisik, menyerang suatu objek atau benda mati, menyerang

secara verbal atau simbolis dan pelanggran terhadap hak milik atau daerah orang

lain.

C.1. Menyerang Fisik

Gambaran sasaran perilaku agresi dalam bentuk menyerang sacara fisik

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 14

Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Fisik

NO Sasaran perilaku agresi Frekuensi Persentase

1 Melempar suporter lawan 32 21,1

2 Melempar wasit 35 23,0

3 Melempari pemain yang didukung 28 18,4

4 Memukul suporter lawan 11 7,2

5 Melempari pelatih lawan 25 16,4

6 Melempari pelatih tim yang didukung 25 16,4

7 Melempari penjaga keamanan 27 17,8

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada bentuk spesifik

perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan untuk menyerang fisik

yaitu melempar wasit sebanyak 35 orang (23%), kemudian melempar suporter

lawan sebanyak 32 orang (21,1%), kemudian melempari pemain yang di dukung

(53)

orang (17,8%) kemudian melempari pelatih lawan 25 orang (16,4%), kemudian

melempari pelatih tim yang didukung sebesar 25 orang (16,4%) dan memukul

suporter lawan 11 orang (7,2%).

C.2. Menyerang Suatu Objek Atau Benda Mati

Gambaran sasaran perilaku agresi dalam bentuk menyerang suatu objek

atau benda mati dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 15

Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Suatu Objek Atau Benda Mati

NO Sasaran perilaku agresi Frekuensi Persentas

e

1 Melempari benda kedalam lapangan 50 32,9

2 Merusak fasilitas stadion 24 15,8

3 Merusak fasilitas publik disekitar stadion 24 15,8

4 Menendangi bangku stadion 54 35,8

5 Merusaki pagar stadion 28 18,4

6 melempari bus pemain yang didukung 27 17,8

7 Melempari bus pemain lawan 29 19,1

8 Melempari bus penjaga keamanan 17 11,2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku spesifik dari

menyerang suatu objek atau benda mati yaitu menendangi bangku stadion

sebanyak 54 orang (35,8%), kemudian melempari benda kedalam lapangan

sebesar 50 orang (32,9%),kemudian melempari bus pemain lawan sebesar 29

(54)

kemudian melempari bus pemain yang didukung sebesar 27 orang (17,8%),

kemudian merusak fasilitas stadion sebesar 24 orang (15,8%), kemudian merusak

fasilitas publik disekitar stadion sebanyak 24 orang (15,8%) dan melempari bus

penjaga keamanaan sebesar 17 orang (11,2%).

C.3. Menyerang Secara Verbal Atau Simbolis

Gambaran sasaran perilaku agresi dalam bentuk menyerang secara verbal

atau simbolis dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 16

Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Secara Verbal Atau Simbolis

NO Sasaran perilaku agresi Frekuensi Persentase

1 Menghina pemain lawan 78 51,3

2 Mencaci maki pemain yang didukung 72 47,4

3 Mencaci maki suporter lawan 66 43,4

4 Mencaci maki wasit 70 46,1

5 Mencaci maki penjaga keamanaan 54 35,5

6 Mencaci maki pelatih lawan 59 38,8

7 Mengatakan pemain disuap 36 27,3

8 Mengatakan wasit tidak adil dalam

pertandingan

75 49,3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku spesifik dari

menyerang secara verbal atau simbolis yaitu menghina pemain lawan sebanyak 78

orang (51,9%), kemudian mengatakan wasit tidak adil dalam pertandingan sebesar

75 orang (49,3%), kemudian mencaci maki pemain yang didukung 72 orang (47,4

%),kemudian mencaci maki wasit sebanyak 70 orang (46,1%), kemudian mencaci

(55)

sebanyak 54 orang (35,5%) dan terkahir mengatakan pemain disuap sebanyak 36

orang (27,3%).

C.4. Pelanggaran Terhadap Hak Milik Atau Daerah Orang Lain.

Gambaran sasaran perilaku agresi dalam bentuk pelanggaran terhadap hak

milik atau daerah orang lain dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 17

Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Pelanggaran Terhadap Hak Milik Atau Daerah Orang Lain

NO Sasaran perilaku agresi Frekuensi Persentase

1 Memblokir jalan pada saat pertandingan selesai

32 21,1

2 melempari mobil orang yang sedang parkir diareal stadion

11 7,2

3 mencoreti dinding rumah disekitar

stadion

29 11,1

4 merusak barang dagangan yang ada

disekitar stadion

17 11,2

5 membakari spanduk milik panitia

pertandingan

16 11,5

6 menendangi sepeda motor milik orang lain

22 14,5

7 menghadang wasit keluar 28 18,4

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perilaku spesifik dari

pelanggaran terhadap hak milik orang atau daerah orang lain yaitu memblokir

jalan pada saat pertandingan selesai sebanyak 32 orang (21,1%), kemudian

Gambar

Tabel.1
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 6 Gambaran Perilaku Agresif Remaja
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku agresif adalah segala bentuk perilaku individu yang ditujukan untuk melukai atau mengganggu orang lain atau suatu subyek, baik secara verbal maupun nonverbal yang

Berdasarkan pengertian tersebut diatas perilaku agresif yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli, maka disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang dilakukan

Kontribusi Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Terhadap Perilaku Agresif Pada Suporter Usia Dewasa Klub Sepak Bola Liga Eropa. Di

Sedangkan ciri-ciri perilaku agresif secara fisik atau non verbal antara lain menggigit, menendang, memberontak, menggangu, merusak, mendorong, menyerang,

Secara umum tingkat perilaku agresif verbal sebelum diberikan layanan konseling kelompok dalam penelitian ini terdapat 5 siswa dengan kategori perilaku agresif

Karakteristik kedua dari perilaku agresif dalam penelitian ini yaitu agresi verbal (verbal aggression) merupakan kecenderungan untuk menyerang orang lain yang dapat

Hal-hal tersebut terjadi karena adanya perilaku agresif yang dimana penelitian dari Alghaffar 2017 menunjukkan bahwa perilaku agresif pada suporter timbul karena adanya persaingan

Hasil penelitian ini mengenai peran Guru BK dalam menangani perilaku agresif siswa di SMK N 5 Singkawang dapat disimpulkan bahwa 1 Faktor penyebab siswa berperilaku agresif verbal