GAMBARAN PERILAKU AGRESIF PADA SUPORTER SEPAK BOLA DI KOTA MEDAN
Skripsi Psikologi
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh :
HENDRA LEVY MANURUNG 041301110
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya,
sehingga penulis diberi kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang
berjudul “Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota
Medan” ini merupakan suatu karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikolgi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan ini penulis banyak mendapat bantuan dari beberapa pihak
dalam penyelesaian skripsi. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam proses
penyusunan skripsi ini, antara lain :
1. Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A (K) selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ari Widyanta, Msi, Psikolog selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
diskusi-diskusi, kesabaran serta dukungannya.
3. Ibu Raras Sutatminingsih, Msi selaku dosen Pembimbing Akademik
selama saya menjalani pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara
4. Ibu Rika Eliana, Msi, Psikolog sebagai kordiantor bidang Psikologi sosial,
terima kasih karena telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
bergabung kepada tim sosial.
5. Bapak Eka Danta MA., Psikolog terima kasih atas informasi metodologi
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara (Pak Is, Pak Aswan, Pak Anto, dll) yang telah banyak
membantu penulis dalam administrasi perkuliahan.
7. Orang tua penulis dan keluarga tercinta, yang telah memberikan semangat
dan dukungan penuh. Bapak T. Manurung dan Ibu F. Br Siahaan terima
kasih banyak bapak dan ibuku buat motivasi dan doanya selama ini. Buat
abang dan adik-adikku semua terima kasih atas dukungan kalian semua,
aku berharap kalian juga dapat segera menyelesaikan pendidikan kalian.
8. Buat temen-teman satu kampus (Joko, Rayez, Bima Sandro
Sumbayak.,S.Psi Lian B T, S.Psi, Roy Apriady Bancin., S.Psi, Raja
Siregar, Benny Setiawan, OK Alfy, dan semua kawan-kawan yang tidak
dapat disebutkan satu persatu ). Kalian sudah menjadi sahabat
dikampusku.
9. Buat karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (Pak
Sahrial, Ari, Bang Endang, Jono, dll) terima kasih buat celotehannya
selama ini.
Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
saudara-saudara semua. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan
mamfaat bagi orang-orang yang memerlukannya
Medan, September 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 9
C. Tujuan Penelitian 10
D. Manfaat penelitian 11
E. Sistematika Penulisan 12
BAB II LANDASAN TEORI 13
A. Perilaku Agresif 13
1. Pengertian Perilaku Agresif 13
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif 15
3. Bentuk-Bentuk perilaku Agresif 18
A. Variabel Penelitian 26
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 27
1. Defenisi Operasional Perilaku Agresi 27
C. Populasi Dan Sampel 28
1. Populasi 28
2. Sampel 29
D. Metode Pengumpulan Data 29
1. Sumber Data 29
2. Instrumen Penelitian 30
E. Hasil Uji Coba Alat Ukur 31
1. Validitas Alat Ukur 31
F. Prosedur Penelitian 32
1. Tahap Persiapan Penelitian. 32
2. Tahap Pelaksanaan 32
3. Tahap Pengelolaan Data. 32
G. Metode Analisa Data 32
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 34
A. Gambaran Subjek Penelitian 34
1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia 34 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin 35 3. Gambaran Subjek Penelitan Berdasarkan Suku Bangsa 35
B. Hasil Utama Penelitian 36
1. Gambaran Umum Perilaku Agresif Berdasarkan Usia 37 2. Gambaran Perilaku Agresi Berdasarkan Jenis Kelamin 38 3. Gambaran Perilaku Agresi Berdasarkan Suku 40
C. Hasil Tambahan 42
1. Menyerang Fisik 43
2. Menyerang Suatu Objek Atau Benda Mati 44
3. Menyerang Secara Verbal Atau Simbolis 45
4. Pelanggaran Terhadap Hak Milik Atau Daerah Orang Lain.
46
D. Pembahasan 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51
A. Kesimpulan 51
B. Saran 52
1. Saran Metodologis 53
2. Saran Praktis 53
DAFTAR PUSTAKA 63
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Distribusi Perilaku Agresi 28
Tabel 2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia 34
Tabel 3 Penyebaran Data Berdasarkan Jenis Kelamin 35
Tabel 4 Penyebaran Data Berdasarkan Suku Bangsa 36
Tabel 5 Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan
37
Tabel 6 Gambaran Perilaku Agresif Remaja 37
Tabel 7 Gambaran Perilaku Agresif Dewasa 38
Tabel 8 Gambaran Perilaku Agresif Laki-Laki 39
Tabel 9 Gambaran Perilaku Agesif Perempuan 39
Tabel 10 Gambaran Perilaku Agresif Suku Padang 40
Tabel 11 Gambaran Perilaku Agresif Suku Batak 41
Tabel 12 Gambaran Perilaku Agresif Suku Jawa 41
Tabel 13 Gambaran Perilaku Agresi Suku Melayu 42
Tabel 14 Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Fisik 43
Tabel 15 Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Suatu Objek Atau Benda Mati
44
Tabel 16 Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Secara Verbal Atau Simbolis
45
Tabel 17 Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Pelanggaran Terhadap Hak Milik Atau Daerah Orang Lain
Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan
Hendra dan Ari Widianta
ABSTRAK
Kerusuhan antara suporter sepak bola akhir-akhir ini semakin meningkat. Ekkers (dalam Gunarsa, 1989) dalam penelitiannya mengatakan olah raga sering menaikkan tingkat aktivasi melalui aneka ragam emosi dan tanda-tanda agresivitas, sehingga memungkinkan timbulnya agresivitas pada atlet maupun penonton. kerusuhan yang terjadi biasanya di sebakan karena im yang di bela oleh suporter mengalami kekalahan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bentuk gambaran perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan.
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 200 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Meddisun dan Johnson (dalam Dayakisni, 2003). Dari hasil penelitian ini menunjukkan 5,59 % bentuk perilaku agresif adalah menyerang secara verbal atau simbolis, sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan adalah menyerang verbal atau simbolis.
Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan
Hendra dan Ari Widianta
ABSTRAK
Kerusuhan antara suporter sepak bola akhir-akhir ini semakin meningkat. Ekkers (dalam Gunarsa, 1989) dalam penelitiannya mengatakan olah raga sering menaikkan tingkat aktivasi melalui aneka ragam emosi dan tanda-tanda agresivitas, sehingga memungkinkan timbulnya agresivitas pada atlet maupun penonton. kerusuhan yang terjadi biasanya di sebakan karena im yang di bela oleh suporter mengalami kekalahan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bentuk gambaran perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan.
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 200 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Meddisun dan Johnson (dalam Dayakisni, 2003). Dari hasil penelitian ini menunjukkan 5,59 % bentuk perilaku agresif adalah menyerang secara verbal atau simbolis, sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan adalah menyerang verbal atau simbolis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini banyak media yang membicarakan tentang agresi sebagai
istilah yang memayungi berbagai macam manifestasinya. Dewasa ini media massa
hampir setiap hari melaporkan tentang berbagai insiden agresi dari hampir seluruh
wilayah kedudukan sosial. Banyak diantara insiden yang disulut oleh sebab-sebab
sepele berakhir menjadi kekerasan serius. Bentuk-bentuk agresi yang terjadi di
lingkungan publik, sayangnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari seperti bullying di sekolah dan ditempat kerja, agresi yang
di motivasi oleh prasangka etnis dan kepentingan politik dan agresi yang timbul
dari konfrontasi antar kelompok yang saling bermusuhan, seperti hooliganisme di
dunia sepak bola dan lain-lain.
Russell (1993) mengatakan bahwa diluar peperangan, olah raga
merupakan salah satu wahana bagi tindakan agresi yang ditoleransi oleh sebagian
besar masyarakat. Perilaku agresi tidak hanya terjadi pada pemain tetapi juga
terjadi pada penonton. Selanjutnya Arm, dkk (1979) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa responden yang menonton pertandingan gulat atau
pertandingan hoki menunjukkan sikap bermusuhan yang lebih tinggi
pertandingan olah raga beregu dan profesional, kekerasan fisik juga terjadi pada
penonton, seperti kerusuhan antara suporter sepak bola atau kasus hooliganisme
Salah satu faktor penting dari sepak bola adalah keberadaan suporter atau
pendukung sepak bola. Kehadiran suporter dapat meningkatkan motivasi pemain
sehingga pertandingan semakin seru. Bagi klub, suporter sudah menjadi aset
berharga karena dapat menguntungkan seperti penjualan tiket masuk ke stadion,
penjualan merchandise klub (kostum, pernak, pernik sepak bola dan lain-lain) dan
dapat juga merugikan klub seperti kerusuhan yang dapat merusak fasilitas stadion
sampai sanksi yang diberikan oleh otoritas tertinggi sepak bola berupa denda,
sehingga perlu pengarahan dan pengaturan yang cermat agar potensi negatif dari
suporter bisa diminimalkan dan mengembangkan potensi positif untuk menuju
iklim yang kondusif bagi sepak bola secara umum (Satujiwa, 2007)
Menurut Hinca (2007), Suporter atau fans club adalah sebuah organisasi
yang terdiri dari sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub
sepak bola. Suporter harus berafiliasi dengan klub sepak bola yang didukungnya,
sehingga perbuatan suporter akan berpengaruh terhadap klub yang didukungnya.
Klub dapat diberikan sanksi apabila suporter baik perorangan maupun per grup
melakukan tindakan yang merusak atau tindakan anarki. Namun, klub juga harus
menyediakan fasilitas dalam bentuk subsidi finansial, infrastruktur dan pendidikan
kepada suporter. Klub juga harus memberikan penjelasan kepada suporter
mengenai peraturan permainan, dan peraturan perwasitan yang bertujuan agar
sopan dan memberikan dukungan, sehingga akan memberi respons positif dari
penonton atau suporter yang lain sehingga tingkat kerusuhan dapat di minimalisir.
Ajiwibowo (2007), suporter saat ini mengambil dua peran sekaligus yaitu
sebagai penampil (performer) dan penonton (audience). Sebagai penampil
(performer) yang ikut menentukan jalannya pertandingan sepakbola, suporter
kemudian menetapkan identitas yang membedakannya dengan penonton biasa.
Suporter jauh lebih banyak bergerak, bersuara dan berkreasi di dalam stadion
dibanding penonton yang terkadang hanya ingin menikmati pertandingan sepak
bola dari kedua tim yang bertanding. Suporter dengan peran penyulut motivasi
dan penghibur itu biasanya membentuk kerumunan dan menempati area atau
tribun tertentu di dalam stadion. Para suporter ini menemukan kebahagiaan
dengan jalan mendukung secara all out tim kesayangannya, sekaligus memenuhi
kebutuhan mereka akan kepuasan yang tidak dapat dilakukan sendirian.
Suryanto (1996) mengatakan penonton adalah orang yang melihat atau
menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat pasif. Sementara itu
suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehinga bersifat aktif. Di
lingkungan sepakbola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi
oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim. Dalam hal ini terdapat tiga alasan
dalam pemakaian makna penonton dengan suporter: pertama, penonton maknanya
lebih luas dari suporter artinya setiap suporter adalah penonton, tetapi tidak semua
penonton adalah suporter. Kedua tidak semua suporter juga memakai atribut tim
suporter atau penonton. Ketiga baik penonton maupun suporter juga bisa
melakukan tindakan agresi ketika berada dalam suatu situasi dan kondisi
lingkungan tertentu
Ekkers (dalam Gunarsa, 1989) dalam penelitiannya mengatakan olah raga
sering menaikkan tingkat aktivasi melalui aneka ragam emosi dan tanda-tanda
agresivitas, sehingga memungkinkan timbulnya agresivitas pada atlet maupun
penonton. Atlet dan penonton dalam pertandingan melakukan tingkah laku agresif
tanpa perasaan bersalah. Bahkan agresivitas dibenarkan dalam usaha mencapai
kemenangan dan tujuannya. Dengan demikian terjadinya perubahan dalam
penilaian mereka, yakni perilaku agresif tidak lagi menimbulkan perasaan
bersalah, tidak di hukum, tidak dianggap sebagai pelanggaran melainkan
dibenarkan.
Perilaku suporter Indonesia dewasa ini menunjukkan sikap fanatisme yang
berlebihan yang dimanifestasikan dalam perilaku agresif seperti kerusuhan antar
suporter, pengerusakan fasilitas stadion dan di luar stadion, cacian, cemohan, dan
lain-lain ketika tim kesayangannya kalah atau tidak puas dengan hasil
pertandingan. Besarnya dukungan suporter tidak saja memberikan konsekuensi
positif terhadap tim, melainkan juga memberikan dampak negatif pada tim,
terutama akibat tindakan agresi atau kebrutalan yang ditimbulkannya. Seperti
kerusuhan yang terjadi yang dilakukan pendukung pada saat pertandingan antara
Persija Jakarta melawan Persikab di Bogor dan melawan Persita di Tangerang
(Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) menjatuhkan sanksi kepada tim Persija
denda sebesar 25 (dua puluh lima) juta Rupiah. (Media Indonesia, 2008)
Faktor yang berpengaruh pada perilaku agresif sangat beragam dan
kompleks. Salah satunya faktor sosial yaitu; pertama, frustasi dimana ketika
individu gagal mendapatkan apa yang diinginkan atau diharapkan dan dengan
demikian dapat menimbulkan perilaku agresif. Kedua, provokasi yaitu aksi yang
dilakukan orang lain yang memicu agresi individu, ketika individu mendapatkan
perlakuan yang membuatnya marah atau terganggu oleh karena seseorang
individu. Seperti kasus pada pertandingan antara PSMS Medan dengan PSIS
Semarang, manajer PSIS Yoyok Sukawi mencoba memukul wasit Sunarjo karena
menilai tidak adil dalam memimpin pertandingan. Akibat tindakannya, suporter
PSIS jadi terprovokasi dengan melempari wasit dengan tong sampah ketika dia
diamankan keluar stadion. (Kompas, 2008).
Baron (2002) juga mengatakan bahwa faktor situasional dapat membuat
individu untuk terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum minuman
keras dalam jumlah yang melewati batas, suhu yang tinggi atau panas, kepadatan,
kebisingan dan ditengah keramaian atau massa. Hal ini dapat dilihat pada suporter
fanatik Dynamo Dresden di Jerman. Sebelum mereka masuk stadion, para
suporter menunggu kedatangan tim kesayangannya sambil menikmati minuman
beralkohol yaitu bir, sehingga tidak jarang para suporter Dynamo Dresden bentrok
dengan suporter lain yang mengakibatkan pihak kepolisian dan dari pihak suporter
Bandura (1983), menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan perilaku
yang dipelajari dari pengalaman masa lalu, apakah melalui pengamatan langsung
(imitasi), pengukuh positif, dan karena stimulus negatif. Sifat asertif pemain atau
perilaku agresi yang di perlihatkan oleh pemainnya selama pertandingan
memberikan stimulus agresif tambahan yang bisa menguatkan kecenderungan
agresif penontonnya. Selanjutnya, Simon dan Taylor (1992) menyatakan bahwa
olah raga yang membutuhkan kontak fisik ekstensif lebih mungkin meningkatkan
kecenderungan agresif penontonnya. Seperti hasil kutipan wawancara dengan
beberapa suporter sepak bola yang ada di kota Medan., yaitu J (20 tahun)
“biasanya kalau kondisi tim sedang menang ekspresi penonton itu senang
seperti ketawa, menari-nari dan kalaupun perilaku agresif yang di tunjukkan yaitu dengan mengolok-olok pemain lawan yang kalah seperti bodoh kali kau main bola, dikandang lembu aja maen bola. Maen di tarkam (antar kampung) aja kau tidak cocok maen di liga”.
Hal serupa juga dikemukakan oleh L (20 tahun) dengan mengatakan,
“kalau tim kalah, ekspresi yang di tunjukkan adalah kekecewaan seperti
diam dan kadang-kadang memaki pemain baik lawan ataupun pemain yang didukung dan tidak terdorong untuk memotivasi. Sebenarnya pada saat kalah itulah suporter harus memberi motivasi dengan meneriakkan yel-yel. Tapi kalau sudah keadaan seri suporter baru memberi motivasi. Tapi suporter PSMS Medan kadang-kadang jika melihat timnya kalah kadang-kadang ekspresi kekecewaan ditunjukkan dengan membela tim lawan dan memaki-maki tim yang didukung”.
Demikian juga menurut D (36 tahun) yaitu
“kalau di Medan, Suporter melempari botol minuman ke stadion biasanya
ada unsur balas dendam karena ketika tim PSMS Medan bertandang mereka diperlakukan kasar oleh suporter lawan dan motivasi penonton melempar botol ke stadion adalah untuk menurunkan motivasi lawan”.
Burhanuddin (1997), mengindikasikan bahwa tindak kerusuhan pada
suporter sepak bola dan agresivitas massa muncul dari arus sosial yang
menghanyutkan emosi mereka ke luar kontrol kesadaran dirinya sendiri. Tindakan
tersebut merupakan gejala sosial yang tidak memiliki bentuk yang jelas dan bisa
saja terjadi pada setiap orang. Seperti yang terjadi pada stadion Brawijaya Kediri,
Aremania (suporter klub sepak bola Arema) melakukan aksi kerusuhan dengan
masuk kedalam stadion dan memukul wasit. Bahkan diluar stadion Aremania
menunjukkan agresif nya dengan melakukan pembakaran dan fasilitas lain dari
stadion Brawijaya. (Kompas, 2008).
Dari hasil penelitian Suryanto (2005) pada suporter sepak bola Jawa Timur
pada PON XV/2000 mengatakan walaupun suporter tersebut pernah berkonflik
ketika membela klub nya masing-masing, tetapi interaksi sesama penonton yang
pernah berkonflik di saat mendukung klub sepak bola sangat baik. Ada pencairan
identitas sosial penonton sepak bola ketika kepentingan dan tujuan yang lebih
tinggi yang harus dicapai. Seperti Lamongan, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang,
Kediri, dan lain-lain kota di Jawa Timur tidak lagi menjadi sasaran identitas
tersebut. Semua pendukung tim kota beralih menjadi pendukung tim wilayah
propinsi. Peralihan dukungan tentunya dilandasi oleh problem-problem psikologis
seperti persepsi, interaksi dan faktor situasional yang memungkinkan
Durkheim (dalam Burhanuddin, 1997) menyatakan bahawa setiap fakta
(gejala) sosial selalu memiliki karakteristik yang bersifat eksternal. Ada fakta
sosial yang bersifat memaksa individu. Fakta ini bersifat umum atau tersebar
secara meluas dalam masyarakat. Ia bukan sekedar hasil penjumlahan beberapa
fakta individu per orangan melainkan benar-benar bersifat kolektif yang secara
keseluruhan telah mempengaruhi setiap individu. Berdasar asumsi diatas, luapan
kemarahan dan emosi dalam berbagai kerusuhan tersebut meskipun berskala
massal dan merupakan kumpulan dari sejumlah individu, tapi luapan dan
emosinya secara substansial tidak datang dari individu-individu itu sendiri.
Mereka secara reflektif bertindak melakukan kerusahan dan kekerasan jika dalam
kondisi berkumpul. Jika dalam kondisi sendirian dan secara sadar lebih menguasai
dirinya.
Ancaman atau serangan sering menimbulkan pembalasan respon yang
agresif. Jika seseorang yang diancam oleh orang lain, maka sebagai responnya
dapat berupa perilaku yang agresif. Suatu kelompok yang diserang oleh kelompok
yang lain akan memberikan respon yang agresif pula. (Walgito, 2007)
Selanjutnya, Wann dkk (1999) memperlihatkan bahwa individu-individu yang
terlibat atau sedang menonton olah raga agresif percaya pada ide tentang katarsis
simbolis yang terdapat dalam olah raga. Seperti dalam wawancara kepada salah
satu suporter PSMS Medan
“saya datang ke stadion teladan karena saya merasa stress dan jenuh
Fenomena kerusuhan yang diakibatkan suporter sepak bola di Indonesia
tidak hanya terjadi di kota-kota besar, melainkan hampir di seluruh wilayah
Indonesia. Seperti yang terjadi di Medan, saat PSMS Medan melawan PSIS
Semarang di Stadion Teladan. Sebelum pertandingan selesai ribuan suporter yang
berada di tribun tertutup masuk kedalam lapangan sambil melempari pemain
dengan potongan kayu dan besi. Kemarahan massa menyerbu pemain ke tengah
lapangan, kemungkinan disebabkan kekalahan yang diderita PSMS Medan.
(Kompas, 1998)
PSMS Medan sendiri memiliki dua suporter resmi yang sudah terdaftar
dalam Assosiasi Suporter Seluruh Indonesia yaitu KAMPAK FC dan SMeck FC.
Walaupun keduanya sama-sama mendukung PSMS Medan tetapi kedua
komunitas tersebut berbeda secara organisasi.
Kampak FC adalah singkatan dari Kesatuan Anak Medan Pecinta Ayam
kinantan yang berdiri pada tanggal 14 Februari 2001 dan menjadi suporter resmi
yang mendukung tim sepak bola professional yaitu PSMS Medan. KAMPAK FC
mempunyai visi dan misi sebagai badan usaha yang kreatif dan inovatif untuk
mengawal dan mendukung PSMS Medan untuk menjurai Liga Indonesia.(Sumut
Pos, 2001)
Demikian juga dengan SMeCK FC yang merupakan singkatan dari
Suporter Medan Cinta Kinantan yang berdiri pada tanggal 30 September 2003
juga mempunyai tujuan yang sama dengan KAMPAK FC yaitu mendukung
PSMS Medan bertanding di liga Indonesia sehingga kejayaan PSMS Medan
Pertandingan sepak bola dari tahun ke tahun saat kompetisi tengah
berjalan, dapat dipastikan selalu terjadi kerusuhan. Baik itu di dalam arena stadion
maupun di luar stadion, bahkan hingga memakan korban jiwa. Titik terang sepak
bola nasional sebagal hiburan masyarakat, tontonan yang menarik, indah
dipandang dengan mata telanjang akan menjadi bumerang di kemudian hari.
Penonton senatiasa merasa was - was, tidak nyaman, dan ketakutan saat duduk di
Stadion melihat pertandingan sepak bola secara langsung. Hal ini karena
keselamatan mereka belum tentu terjamin. (Haristanto, 2005)
Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana
gambaran agresivitas suporter sepak bola di Kota Medan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan fenomena di atas peneliti ingin mengetahui beberapa hal yang
dirumuskan dalam pertanyaan dibawah ini :
“Bagaimana gambaran bentuk perilaku agresi secara umum pada suporter sepak
bola di Kota Medan”
Secara mendetail, operasionalisasi permasalahan dalam penelitian ini bisa
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa bentuk umum Perilaku Agresi pada suporter sepak bola di Kota
Medan?
2. Apa bentuk Perilaku Agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan, di
C.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara
umum perilaku pada suporter sepak bola di Kota Medan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun yang diperoleh dari penlitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis.
Diharapakan dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan khasanah ilmu
psikologi khususnya bidang psikologi sosial mengenai perilaku agresif pada
suporter sepak bola
2. Manfaat praktis
a. Kepada PSSI (Persatuan Sepak Bola Indonesia) sebagai lembaga
tertinggi sepak bola di Indonesia untuk dapat mengetahui gambaran
kecenderungan perilaku agresi pada suporter sepak bola khususnya di
Kota Medan agar dapat mengambil kebijakan dalam menangani
suporter sepak bola dan kepada BLI (Badan Liga Indonesia) dan
panitia penyelenggara dapat membuat langkah preventif dalam
menangani suporter.
b. Sebagai masukan kepada PSMS Medan, agar dapat memahami
bentuk-bentuk perilaku agresi yang terjadi pada suporter sepak bola yang
sudah ber afiliasi dengan klub.
c. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
E. SISTEMATIKA PENULISAN.
Penelitian ini dibagi atas tiga bab dan masing-masing bab dibagi atas
beberapa sub-bab. Sistematika penulisan penelitian ini adalah:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini menguraikan kepustakaan yang menjadi landasan teori yang
mendasari masalah yang menjadi objek penelitian.
Bab III : Metodologi Penelitian
Bab ini menceritakan tentang metode kuantitatif yang digunakan dalam
penelitian yang meliputi identifikasi variabel penelitian, defenisi
operasional, populasi, dan metode pengambilan sampel, instrumen atau
alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian, dan metode analisis data.
Bab IV : Analisa Data Dan Pembahasan.
Terdiri dari uraian singkat hasil penelitian, interpretasi data dan
pembahasan.
BAB II Landasan Teori A. PERILAKU AGRESI
A.1 Pengertian Perilaku Agresi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif.
Mungkin terlintas dalam pikiran kita segala tindakan yang berbentuk negatif,
berupa kekerasan atau perilaku-perilaku aktif. Secara umum agresif dapat
diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh organisme terhadap
organisme lain, objek lain atau bahkan pada dirinya sendiri (Dayakisni &
Hudaniah, 2003)
Robert Baron (dalam Koeswara, 1998) menyatakan bahwa agresi adalah
tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakai individu lain
yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Defenisi dari Baron ini
mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu : tujuan untuk melukai atau
mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban dan
ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku.
Menurut Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) mendefenisikan
perilaku agresi yaitu segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti
atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu.
Kartono (2002), mengungkapkan bahwa agresi adalah ledakan-ledakan
emosi dan kemarahan hebat meluap-luap dalam bentuk sewenang-wenang,
menimbulkan penderitaan dan kesakitan, pengrusakan, dan tindakan permusuhan
ditujukan kepada sesorang atau benda.
Medinnus dan Johnson (1974), menjelaskan bahwa tingkah laku agresi
bisa berupa tingkah laku fisik maupun secara verbal. Agresivitas menurut
penelitian Jersild dan Marley (1978), ditunjukkan melalui berbagai macam bentuk
tingkah laku seperti menyerang orang lain, mengancam secara fisik maupun
verbal, menuntut orang lain, mencoba memaksa untuk memiliki benda-benda
yang bukan miliknya.
Berkowitz (dalam Koeswara, 1988) mendefenisikan agresi dalam
hubungannya dengan pelanggaran norma atau perilaku yang tidak dapat diterima
secara sosial. Selanjutnya Berkowitz membedakan dua macam agresif yaitu
agresif instrumental dan agresi benci atau disebut juga agresi impulsive. Agresi
instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat atau cara
untuk mencapai tujuan tertentu. Agresi benci atau agresi impulsive adalah agresi
yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau
menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan,
kesakitan atau kematian pada sasaran.
Menurut Baron dan Byrne (1990), perilaku agresif adalah segala bentuk
perilaku yang disengaja terhadap orang lain yang bertujuan untuk melukainya dan
orang yang dilukainya tersebut berusaha untuk menghindarinya.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif
adalah perilaku yang dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negatif terhadap
menghasilkan sesuatu oleh individu atau pun kelompok dengan menggunakan
kekerasan fisik atau verbal.
A.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresi.
1. Faktor sosial, terdiri dari 3 elemen :
Frustasi, terjadi karena ketika individu gagal mendapatkan apa yang
diingingkan atau diharapkan dan dengan demikian dapat menyebabkan
timbulnya perilaku agresif.
Provokasi, adalah aksi yang dilakukan oleh orang lain yang memicu agresi
individu. Ketika individu mendapatkan perlakuan yang membuatnya
marah atau terganggu oleh karena seseorang, individu cenderung
membalas perlakuan yang tidak menyenangkan itu kepada orang yang
memberikan perlakuan tersebut.
Media kekerasan, yang menyajikan tayangan-tayangan berbau tindakan
agresif. Ress & Roth, 1993 menyatakan bahwa film-film banyak yang
bermuatan kekerasan bahkan tayangan kekerasan tersebut lebih banyak
dalam kehidupan nyata.
2. Faktor Personal.
Pengaruh dari tipe kepribadian A yang berkarakteristikkan berjiwa
kompetitif, orientasi pada waktu dan bersifat hostility (bermusuhan) lebih
agresif dibandingkan dengan individu dengan tipe kepribadian B dengan
Selain itu, keinginan personal individu untuk menjadi sosok yang memiliki
kekuasaan menjadi determinan penting dalam perilaku agresif karena
hasrat tersebut mendorong individu untuk menghalalkan segala cara untuk
menggapai keinginannya.
3. Faktor Situasional
Didasarkan pada keadaan disekitar individu yang membuat individu
terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum minuman keras
dalam jumlah yang melewati batas atau mabuk, suhu yang tinggi atau
panas, kepadatan, kebisingan dan polusi udara menunjukkan bahwa
faktor-faktor ini mendorong terjadinya perilaku agresif
Menurut Deaux, (1993) faktor atau kondisi yang mempengaruhi
munculnya perilaku agresif yaitu :
1. General arousal
Model general arousal menunjuk pada keadaan arousal yang umum yang
akan meningkatkan kecenderungan tingkah laku agresi. Zilmann
berpendapat bahwa ekspresi kemarahan maupun emosi yang lainnya
tergantung pada tiga faktor yaitu kebiasaan / watak seseorang yang
dipelajari, beberapa sumber yang memberikan arousal, dan interprestasi
seseorang tentang keadaan arousal
2. Serangan secara fisik dan verbal
Perkataan langsung dan serangan fisik adalah pengaruh yang paling nyata
terpancing (dan akan bereaksi) untuk membalas agresi fisik dan verbal
tersebut.
3. Dorongan pihak ketiga
Agresi tidak selalu muncul dalam keadaan terisolasi. Seringkali
orang-orang lain yang berada disekitar kita ikut terlibat dalam interaksi.
Contohnya dalam suatu pertarungan penonton penonton dapat secara
antusias memaksa petarung favorit mereka untuk menghancurkan lawan.
4. Deindividusiasi
Saat orang-orang tidak bisa terindentifikasi, mereka cenderung untuk
membentuk sikap anti sosial. Jelasnya, agresi lebih mungkin dan lebih
dapat ditoleransi saat kita tidak bisa melihat konsekuensi dari tindakan kita
5. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan sering kali mempengaruhi mood seseorang.
Donnerstein dan Wilson (1976) berdasarkan hasil penelitiannya
menemukan bahwa tingkat tingkat keributan dapat menambah tingkat
agresif. Kondisi udara yang tidak menyenangkan seperti asap, kabut, juga
mempengaruhi sikap agresi. Banyak orang juga mempengaruhi sugesti
dalam hubungan antara temperatur dan kekerasan. Robert Baron dan
mahasiswanya menemukan bahwa dalam beberapa kondisi, cuaca panas
menambah kecenderungan sikap agresi, bahkan pada subjek yang tidak
6. Media massa
Di beberapa media televisi sering menampilkan program yang acaranya
sebagian besar berupa penayangan film yang bertemakan kekerasan,
perkelahian, pemukulan, pembunuhan, kekerasan media massa semacam
ini dianggap dapat merangsang untuk berperilaku agresif.
7. Frustasi
Tahun 1939 Dollard, Miller, Mowrer dan Sears membuat hipotesa bahwa
frustasi adalah sebagai penyebab dari agresi. Hipotesa frustai – agresi
mengangatakan bahwa “terjadinya agresi selalui diikuti oleh frustasi”.
Disisi lain Wagiman (1997) menyatakan bahwa hukuman merupakan salah
satu alat yang digunakan untuk mendisiplinkan anak. Namun hukuman
juga dapat mengakibatkan anak menjadi frustasi. Sesuai dengan hipotesa
frustasi – agresi, keadaan frustasi akaan mengakibatkan anak menjadi
agresif.
A.3 Bentuk Perilaku Agresi
Menurut Buss, (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003 ) agresi dapat terjadi
dalam beberapa bentuk. Dapat di ekpresikan secara verbal, seperti memaki atau
penyerangan meliputi serangan langsung terhadap orang lain atau serangan tidak
langsung sebagai contoh posesif terhadap orang lain. Agresi dapat diekspresikan
secara pasif, seperti ketika seseorang menghalangi pekerjaan orang lain dengan
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Buss (dalam Dayakisni & Hudaniah,
2003) membagi agresi kedalam beberapa bentuk yaitu:
1. Agresi fisik aktif langsung
Agresi fisik aktif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan
individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan
individu atau kelompok lain yang menjadi target dan terjadi kontak fisik
secara langsung. Contohnya memukul, menikam atau menembak seseorang.
2. Agresi fisik pasif langsung
Agresi fisik pasif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh
individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langung dengan
individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak
fisik secara langsung. Contohnya memasang ranjau atau jebakan untuk
melukai orang lain, menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh orang lain.
3. Agresi fisik aktif tidak langsung
Agresi fisik aktif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan
oleh individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya namun tidak terjadi
kontak fisik secara langsung. Contohnya demonstrasi, aksi mogok dan aksi
diam
4. Agresi fisik pasif tidak langsung
Agresi fisik pasif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan
oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu
secara langsung. Contohnya tidak peduli, apatis, masa bodoh, menolak
melakukan tugas penting, tidak mau melakukan perintah.
5. Agresi verbal aktif langsung.
Agresi verbal aktif langsung adalah tindakan agresi verbal yang dilakukan
oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan
individu atau kelompok lain. Contoh menghina orang lain dengan kata-kata
yang menyakitkan, mengomel.
6. Agresi fisik aktif langsung.
Agresi verbal aktif tidak langsung adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh
individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan
individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya. Contoh menyebarkan
berita tidak benar atau gosip tentang orang lain.
7. Agresi verbal pasif langsung.
Agresi verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh
individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau
kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung seperti
menolak bicara, bungkam
8. Agresi verbal pasif tidak langsung.
agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan
oleh individu atau kelompok lain yang menajdi targetnya dan tidak terjadi
kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak
Sementara itu Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni, 2003)
mengelompokkan agresi menjadi empat kategori, yaitu :
1. Menyerang fisik, yang termasuk didalamnya adalah memukul, mendorong,
meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas.
2. Menyerang suatu objek, yang dimaksudkan disini adalah menyerang benda
mati atau binatang
3. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk didalamnya adalah
mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap
mengancam dan sikap menuntut.
4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.
A.4 Perilaku Agresif Pada Pria Dan Wanita.
Menurut Condry dan Ross (dalam Hogg dan Vaughan, 2002) sejak awal
masa anak-anak, laki-laki cenderung lebih agresif daripada wanita. Hocker (dalam
sarwono, 2000) menyebutkan bahwa perbedaan proses sosialisasi antara pria dan
wanita menghasilkan perbedaan agresivitas antara keduanya. Perbedaan ini mudah
terlihat dalam tingkah laku bermain. Anak laki-laki melakukan permainan yang
menuntut kekuatan motorik, bersifat ekspansif dan agresif (bermain bola,
perang-perangan) sedangkan anak perempuan melakukan permainan yang menuntut
kehalusan motorik dan non agresif (masak-masakan, bermain boneka).
Menurut Maccobay & jacklin kebanyakan laki-laki lebih agresif daripada
kebanyakan wanita (dalam Santrock, 2003). Darvill & Cheyne (dalam
perempuan berbeda dalam cara tertentu. Laki-laki cenderung membalas setelah
diserang daripada perempuan.
Hasil penelitian Sears (dalam Koeswara, 1988) menemukan bahwa anak
laki-laki lebih agresif dibandingkan wanita. Anak wanita cenderung melakukan
penyerangan secara psikologis seperti perilaku agresif secara verbal, sedangkan
laki-laki memperlihatkan perilaku agresifnya dengan melakukan penyerangan
fisik.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa laki-laki
cenderung lebih agresif dibandingkan wanita.
A.5 Perkembangan Perilaku Agresi.
Menurut Loeber dan Hay (Krahe, 2005) mengatakan sampai batas tertentu
agresi bersifat normatif umur (age-normatif) dikalangan anak-anak dan remaja. Ini
berarti bahwa perilaku yang dilakukan dengan niat menyakiti orang lain
diperlihatkan, paling tidak sekali-sekali, oleh banyak atau kebanyakan anggota
kelompok umur ini. Tetapi, ada sejumlah anak dan remaja yang menyimpang dari
proses perkembangan normal ini.
Pada tahun-tahun awal sekolah, perbedaan gender dalam hal agresi
menjadi tampak jelas. Anak laki-laki pada umumnya memperlihatkan tingkat
agresi fisik yang lebih tinggi daripada umumnya memperlihatkan tingkat agresi
fisik yang lebih tinggi daripada perempuan.
Loeber dan Hay (Krahe, 2005) mengemukakan bahwa perilaku agresi
Perubahan penting pada perilaku agresif tersebut karena lebih terorganisasi secara
sosial. Selanjutnya Loeber dan Stouthamer (1998) mengatakan bahwa perilaku
agresi terus menurun sebagaimana fungsi umur.
Berdasarkan diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat
perilaku agresi dengan perkembangan usia.
A.6. Perilaku Agresi Dalam Telaah Lintas Budaya
Menurut Krahe (2005) semua perilaku agesif dapat terjadi di semua
masyarakat, tetapi akan beragam tingkat agresifnya. Biasanya mereka melakukan
tindakan agresi dalam tingkatan yang berbeda, dalam cara yang berbeda, dan
untuk alasan yang berbeda.
Hasil penelitian Landau (dalam Dayakisni, 2004) menunjukkan ada
tingkat pembunuhan yang relatif tinggi dan konsisten (Finlandia, Israel, USA, dan
Jerman), sementara yang lain menunjukkan angka pembunuhan yang relatif
rendah dan stabil (Austria, Swiss, Inggris, Nederland, Swedia, Norwegia, ddan
Denmark) sedangkan Jepang memiliki tingkat pembunuhan yang rendah dan
semakin menurun.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan adanya pengaruh budaya dalam
B. SUPORTER
B.1 Pengertian Suporter
Menurut Hinca (2007), Suporter atau fans club adalah sebuah organisasi
yang terdiri dari sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub
sepak bola. Suporter harus berafiliasi dengan klub sepak bola yang didukungnya,
sehingga perbuatan suporter akan berpengaruh terhadap klub yang didukungnya.
Suryanto (1996) mengatakan Suporter adalah orang-orang yang
memberikan dukungan atau support kepada satu tim yang di bela.
B.2 Struktur Organisasi dan Keanggotaan. B.2.1 Struktur Organisasi.
Berdasarkan peraturan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia),
dalam organisasi fans club atau Suporter setidaknya harus terdiri dari :
1. Ketua
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Kordinator Suporter
5. Kordinator Humas
6. Kordinator keamanan
7. Kordiantor Peralatan atau Perlengkapan
B.2.2 Keanggotaan.
Mengenai keanggotaan sebuah suporter, BLI (Badan Liga Indonesia)
menetapkan peraturan sebagai berikut :
1. Terdaftar sebagai anggota suporter dalam organisasi suporter
2. Terikat dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh suporter yang
bersangkutan
3. Anggota membayar iuran bulanan yang jumlahnya ditentukan oleh
organisasi suporter
4. Anggota mendapat kartu suporter yang didalamnya terdapat nomor
keanggotaan fan yang bersangkutan
5. Lama berlakunya keanggotaan ditentukan oleh suporter yang
bersangkutan
6. Anggota dapat membeli tiket dari pengurus suporter dengan potongan
harga
7. Dengan menjadi anggota suporter, anggota mendapatkan
keuntungan-keuntungan yang ditentukan dalam peraturan keanggotaan suporter yang
bersangkutan.
B.3 Hubungan Suporter Dengan Klub
Suporter harus berafiliasi kepada klub. Perbuatan anggota suporter akan
berpenagruh terhadap klub yang didukungnya. Klub dapat dikenakan sanksi
apabila suporter baik perorangan maupun per group melakukan tindakan yang
Klub wajib memberikan fasilitas dalam bentuk subsidi finansial, infrastruktur dan
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penjelasan pada bab pendahuluan peneliti ingin mendapatkan
gambaran mengenai perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian terhadap
fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subjek berupa
individu, organisasional, industri, atau perspektif yang lain (Erlina, 2007).
Puck (1998) menyatakan ada 2 tujuan dilakukan penelitian deskriptif.
Pertama untuk mengembangkan teori baru yang masih baru dan belum yang
belum banyak dikenal. Kedua untuk membantu mempelajari faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi suatu variabel untuk kemudian dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut terhadap faktor-faktor tersebut.
Penelitian jenis ini tidak untuk meramalkan hasil tapi hanya ingin melihat
gambaran suatu keadaan, ciri-ciri atau karakteristik suatu populasi yang menjadi
sampel penelitian (Setiadi, Matindas, Chairy, 1998).
A. VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku agresi pada suporter sepak
B. DEFENISI OPERASIONAL
Defenisi operasional merupakan suatu defenisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang diamati
(Azwar, 2000).
B.1. Defenisi Operasional Perilaku Agresi
Definisi operasional dari perilaku agresi adalah tindakan yang berbentuk
negatif yang dapat berupa fisik dan verbal. Agresi yang berbentuk fisik berupa
memukul, menendang, membayar orang lain untuk mencedarai korban,
menakut-nakuti, tidak memberi dukungan yang dapat mengakibatkan sakit atau luka pada
orang atau objek. Sedangkan agresi yang berbentuk verbal yaitu mencaci maki,
menghina, memfitnah, mengeluarkan kata-kata yang kotor dan bentuk-bentuk
yang sifatnya lisan atau verbal.
Perilaku agresi ini akan di kategorisasikan berdasarkan bentuk-bentuk
perilaku agresi yang dikemukakan Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni,
2003), yaitu Menyerang Fisik, Menyerang suatu Objek, Menyerang secara Verbal
atau simbolis dan pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang
lain. . Semakin tinggi nilai persentase dari satu bentuk perilaku agresi akan
menunjukkan gambaran umum perilaku agresi. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1
Tabel.1
Distribusi Perilaku Agresi
Bentuk Agresi Jumlah
Menyerang fisik 7
Menyrang suatu objek 8
Secara verbal atau simbolis 8
Pelangaran terhadap hak milik atau
menyerang daerah orang lain
7
Jumlah 30
C. POPULASI DAN SAMPEL C.1. Populasi
Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan
salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah objek, gejala
atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk siapa
kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu hendak digeneralisasikan.
Menurut Kuncoro (2003), populasi adalah sekelompok elemen yang
lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita
tertarik untuk mempelajari atau menjadikan sebagai objek penelitian. Populasi
pada penelitian ini adalah Suporter Sepak bola di Kota Medan. Karakteristik
populasi dalam penelitian ini adalah anggota Suporter Sepak Bola yang terdaftar
C.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili
populasi (Kuncoro, 2003). Agar informasi yang diperoleh dari sampel benar-benar
mewakili populasi, sampel tersebut harus mewakili karakteristik populasi yang
diwakilinya (Kuncoro, 2003).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability
sampling secara incidental. Melalui metode ini, tidak semua individu dalam
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dapat dipilih menjadi anggota
sampel, hanya individu-individu yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja
yang diteliti (Hadi, 2000).
Penggunaan teknik ini bertujuan untuk memperoleh data dari daftar
pertanyaan dalam jumlah yang besar dan lengkap secara cepat dan hemat, serta
peneliti tidak memerlukan daftar populasi dalam pemilihan sampel penelitian
(Kuncoro, 2003).
Penggunaan teknik ini dilakukan dengan pertimbangan kurangnya data
yang lengkap mengenai subjek penelitian sehingga sampel dipilih berdasarkan
kemudahan ditemui dengan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian ini.
D. PENGUMPULAN DATA D.1. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian adalah data primer yang diperoleh
dari para responden. Kepada responden diberikan daftar pertanyaan (kuesioner)
D.2. Instrumen Penelitian
Alat ukur yang digunakan merupakan metode pengumpulan data dalam
kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai
variabel yang di teliti (Azwar, 1999)
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode angket (kusioner). Metode angket mendasarkan diri pada laporan tentang
diri sendiri (self reports) atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan
pribadi (Hadi, 2000)
Angket digunakan untuk mengungkapkan data faktual atau yang dianggap
fakta oleh subjek (azwar, 2002). Angket yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket perilaku agresi. Angket ini terdiri dari item-item berupa pertanyaan
langsung terarah kepada informasi mengenai data yang hendak di ungkap dan
meminta responden untuk memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif
jawaban yang telah disediakan. Angket disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku
agresi.
D.2.1 Angket perilaku Agresi
Angket dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek bentuk perilaku
agresi yang di kemukakan oleh Medinus dan Johnson (dalam dayakisni, 2003)
yaitu:
1. Menyerang fisik
3. Menyerang secara verbal atau simbolis
4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.
Angket yang di gunakan dalam penelitian ini merupakan kusioner
langsung karena daftar pertanyaannya dikirimkan langsung kepada orang yang
diminta pendapatnya atau diminta untuk menceritakan tentang keadaan dirinya
sendiri (Hadi, 2003)
Pada pengisian angket ini subjek diminta untuk menjawab pertanyaan
yang ada dengan memilih salah satu jawaban yang tersedia. Pertanyaan diberikan
dua alternatif jawaban, yaitu alternatif ”ya” dan alternatif ”tidak”.
E. UJI COBA ALAT UKUR E.1. Validitas Alat Ukur
Untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut mampu menghasilkan data
yang akurat yang sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian
validitas. Suatu alat tes atau istrumen pengukuran dapat dikatakan memiliki
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut (Azwar, 2000). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini ádalah
content validity (validitas isi) dimana peneliti meminta pendapat profesional
(profesional judgement) dari dosen pembimbing dalam proses telaah soal baik
F. PROSEDUR PENELITIAN F.1 Tahap Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian ini dilakukan dengan mempersiapkan alat ukur
penelitian terlebih dahulu, yaitu angket perilaku agresi. Jumlah angket yang
digunakan ada sebanyak 200 ekslempar. Sebelum angket ini disebarkan terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dengan menggunakan face validty.
F.2. Tahap Pelaksanaan
Setelah dilakukan uji validitas maka peneliti langsung melakukan
pengambilan data dengan memberikan alat ukur berupa angket perilaku agresi.
F.3. Tahap Pengelolaan Data.
Setelah diperoleh hasil skor orientasi nilai pada masing-masing subjek,
maka untuk pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan aplikasi
SPSS for windows 15.0 version.
G. Metode Analisa Data
Azwar (2001) menyatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan
disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga
Untuk mendapatkan gambaran skor perilaku agresi digunakan statistik
deskriptif. Data yang akan diolah yaitu frekuensi (Mean). Azwar (2001)
menyatakan bahwa uraian kesimpulan dalam penelitian deskriptif didasari oleh
angka yang diolah secara tidak terlalu mendalam. Pengelolaan data didasarkan
pada analisis persentase. Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil dan interpretasi hail sesuai
dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran
umum subjek penelitian dan hasil penelitian tentang gambaran perilaku agresif
pada suporter sepak bola di Kota Medan.
IV.A Gambaran Subjek Penelitian.
Subjek penelitian berjumlah 200 orang berasal dari suporter sepak bola
yang ada di Kota Medan. Berdasarkan hal tersebut diperoleh gambaran umum
subjek penelitian berdasrkan usia , suku dan Jenis kelamin.
IV.A.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Individu pada subjek penelitian ini dibedakan berdasarkan 2
pengelompokan kategori usia yaitu remaja (14-19 tahun) dan dewasa awal (20-31
tahun) dengan penyebaran sebagai berikut :
Tabel 2
Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia
No Subjek Jumlah subjek Persentase
1 Remaja 33 16,5 %
2 Dewasa 167 63,5 %
Dari gambaran diatas dapat diketahui bahwa jumlah subjek dewasa 63,5%
dan remaja sebanyak 16,5 % tidak seimbang dimana jumlah subjek dewasa
sebanyak 167 orang dan remaja 33 orang.
IV.A.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Individu pada subjek penelitian ini dibedakan jenis kelaminnya yaitu
laki-laki dan perempuan dengan penyebaran sebagai berikut:
Tabel 3
Penyebaran Data Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Subjek %
1 Laki-Laki 123 61,5 %
2 Perempuan 77 38,5 %
Jumlah 200 orang 100 %
Dari gambaran diatas dapat diketahui bahwa jumlah subjek laki-laki 61,5
% dan perempuan 38,5 % tidak seimbang dimana jumlah subjek laki-laki
sebanyak 123 orang dan perempuan 77 orang.
IV.A.3 Gambaran Subjek Penelitan Berdasarkan Suku Bangsa
Individu pada subjek penelitian ini dibedakan berdasarkan kategori suku
Tabel 4
Penyebaran Data Berdasarkan Suku Bangsa
No Suku Bangsa Frekuensi Persentase
1 Padang 18 9 %
2 Batak 64 32 %
3 Jawa 53 26,5 %
4 Melayu 9 4,5 %
5 Lain-lain 8 4 %
6 Tidak tertulis 48 24 %
Jumlah 200 orang 100 %
Dari gambaran diatas dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang paling
banyak menjadi subjek penelitian berdasarkan suku yaitu suku Batak sebanyak 64
orang (32 %), kemudian suku Jawa sebanyak 53 orang (26,5%), kemudian suku
Padang sebanyak 18 orang, kemudian suku Melayu sebanyak 9 orang (4,5%) dan
paling sedikit kategori lain-lain (Aceh, Banten, Minang) sebanyak 8 orang (4%).
Sedangkan untuk kategori tidak tertulis sebanyak 48 orang (24%) dan tidak
dimasukkan dalam pengolahan data.
B. HASIL PENELITIAN
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran umum
mengenai perilaku agresif pada suporter sepak bola di Kota Medan.
Berdasarkan tujuan penelitian maka dilakukan analisa statistik dengan
menggunakan descriptive statistik. Hasil uji coba ststistik dapat dilihat dalam
Tabel 5
Gambaran Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola Di Kota Medan
No Perilaku Agresif Persentase
1 Menyerang Fisik 15,3
2 Menyerang suatu objek atau benda mati 16,5 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 21,8 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang
lain
12,6
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku menyerang secara
verbal atau simbolis sebanyak 21,8 %, kemudian menyerang secara objek atau
benda mati sebanyak 16,5 %, kemudian menyerang secara fisik sebesar 15,3 %
dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 12,6 %.
B.1. Gambaran Umum Perilaku Agresif Berdasarkan Usia B.1.1. Gambaran Umum Perilaku Agresif Remaja
Gambaran perilaku agresi pada suporter sepak bola berdasarkan usia
remaja dapat dilihat pada tebel berikut :
Tabel 6
Gambaran Perilaku Agresif Remaja
No Perilaku Agresif Persentase
1 Menyerang Fisik 4,55
2 Menyerang suatu objek atau benda mati 4,56 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 5,59 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau daerah
orang lain
3,32
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi suporter
atau simbolis sebesar 5,59%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati
sebesar 4,56 %, kemudian menyerang fisik 4,55% dan pelanggaran terhadap hak
milik atau daerah orang lain sebesar 3,32%.
B.1.2. Gambaran Perilaku Agresif Dewasa
Gambaran perilaku agresi pada suporter sepak bola berdasarkan usia
dewasa dapat dilihat pada tebel berikut :
Tabel 7
Gambaran Perilaku Agresif Dewasa
No Perilaku Agresi Persentase
1 Menyerang Fisik 1,58
2 Menyerang suatu objek atau benda mati 1,75 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 2,28 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau
daerah orang lain
1,35
Bedasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi suporter
sepak bola di Kota Medan berdasarkan usia dewasa yaitu menyerang secara verbal
yaitu 2,28%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati 1,75%, kemudian
menyeang fisik 1,58% dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain
sebesar 1,35%.
B.2. Gambaran Perilaku Agresi Berdasarkan Jenis Kelamin B.2.1. Gambaran Perilaku Agresif Laki-laki
Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan jenis
Tabel 8
Gambaran Perilaku Agresif Laki-Laki
No Perilaku Agresi Persentase
1 Menyerang Fisik 2,10
2 Menyerang suatu objek atau benda mati 2,16 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 2,70 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau
daerah orang lain
1,69
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi suporter
sepak bola di Kota Medan berdasarkan jenis kelamin laki-laki yaitu menyerang
secara verbal 2,70%, kemudian menyerang suatu objek atau benda mati 2,16%,
kemudian menyerang fisik 2,10% dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah
orang lain sebesar 1,69%.
B.2.2. Perempuan
Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan jenis
kelamin perempuan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9
Gambaran Perilaku Agesif Perempuan
No Perilaku Agresi Persentase
1 Menyerang Fisik 1,89
2 Menyerang suatu objek atau benda mati 2,38 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 3,56 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau
daerah orang lain
1,75
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada
menyerang secara verbal atau simbolis sebesar 3,56%, kemudian menyerang suatu
objek atau benda mati sebesar 2,38%, kemudian menyerang fisik sebesar 1,89%
dan pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 1,75%.
B.3. Gambaran Perilaku Agresi Berdasarkan Suku B.3.1 Gambaran Perilaku Agresi Suku Padang
Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan suku
Padang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10
Gambaran Perilaku Agresif Suku Padang
No Perilaku Agresi Persentase
1 Menyerang Fisik 3,83
2 Menyerang suatu objek atau benda mati 4,80 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 6,00 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau
daerah orang lain
4,87
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi
pada suporter sepak bola di Kota Medan dilihat darisuku Padang yaitu menyerang
secara verbal atau simbolis sebesar 6%, kemudian pelanggaran terhadap hak milik
atau daerah orang lain sebesar 4,87%, kemudian menyerang suatu objek atau
benda mati sebesar 4,80% dan menyerang fisik 3,83%.
B.3.2 Gambaran Perilaku Agresi Suku Batak
Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan suku
Tabel 11
Gambaran Perilaku Agresif Suku Batak
No Perilaku Agresi Persentase
1 Menyerang Fisik 2,29
2 Menyerang suatu objek atau benda mati 2,75 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 3,41 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau
daerah orang lain
1,97
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada
suporter sepak bola di Kota Medan dilihat dari suku Batak yaitu menyerang secara
verbal atau simbolis sebesar 3,41%, kemudian menyerang suatu objek atau benda
mati sebesar 2,75%, kemudian menyerang fisik sebesar 2,29% dan pelanggaran
terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 1,97%.
B.3.3 Gambaran Perilaku Agresi Suku Jawa
Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan suku
Batak dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12
Gambaran Perilaku Agresif Suku Jawa
No Perilaku Agresi Persentase
1 Menyerang Fisik 2,72
2 Menyerang suatu objek atau benda mati 2,73 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 3,74 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau
daerah orang lain
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada
suporter sepak bola di Kota Medan dilihat dari suku Jawa yaitu menyerang secara
verbal atau simbolis sebesar 3,74%, kemudian menyerang suatu objek atau benda
mati sebesar 2,73%, kemudian menyerang fisik sebesar 2,72% dan pelanggaran
terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar 1,66%.
B.3.4. Gambaran Perilaku Agresif Suku Melayu
Gambaran Perilaku Agresi pada suporter sepak bola berdasarkan suku
Melayu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13
Gambaran Perilaku Agresi Suku Melayu
No Perilaku Agresi Persentase
1 Menyerang Fisik 8,33
2 Menyerang suatu objek atau benda mati 6,01 3 Menyerang secara verbal atau simbolis 9,86 4 Pelanggaran terhadap hak milik atau
daerah orang lain
6,96
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku agresi pada
suporter sepak bola di Kota Medan dilihat dari suku Melayu yaitu menyerang
secara verbal atau simbolis sebesar 9,86%, kemudian menyerang fisik sebesar
8,33%, kemudian pelanggaran terhadap hak milik atau daerah orang lain sebesar
C. HASIL TAMBAHAN
Setelah dilakukan analisa terhadap perilaku agresi pada suporter sepak
bola di Kota medan berdasarkan usia, jenis kelamin dan suku, maka peneliti juga
ingin melihat bentuk spesifik perilaku agresi berdasarkan bentuk perilaku agresi
seperti menyerang fisik, menyerang suatu objek atau benda mati, menyerang
secara verbal atau simbolis dan pelanggran terhadap hak milik atau daerah orang
lain.
C.1. Menyerang Fisik
Gambaran sasaran perilaku agresi dalam bentuk menyerang sacara fisik
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 14
Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Fisik
NO Sasaran perilaku agresi Frekuensi Persentase
1 Melempar suporter lawan 32 21,1
2 Melempar wasit 35 23,0
3 Melempari pemain yang didukung 28 18,4
4 Memukul suporter lawan 11 7,2
5 Melempari pelatih lawan 25 16,4
6 Melempari pelatih tim yang didukung 25 16,4
7 Melempari penjaga keamanan 27 17,8
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada bentuk spesifik
perilaku agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan untuk menyerang fisik
yaitu melempar wasit sebanyak 35 orang (23%), kemudian melempar suporter
lawan sebanyak 32 orang (21,1%), kemudian melempari pemain yang di dukung
orang (17,8%) kemudian melempari pelatih lawan 25 orang (16,4%), kemudian
melempari pelatih tim yang didukung sebesar 25 orang (16,4%) dan memukul
suporter lawan 11 orang (7,2%).
C.2. Menyerang Suatu Objek Atau Benda Mati
Gambaran sasaran perilaku agresi dalam bentuk menyerang suatu objek
atau benda mati dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 15
Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Suatu Objek Atau Benda Mati
NO Sasaran perilaku agresi Frekuensi Persentas
e
1 Melempari benda kedalam lapangan 50 32,9
2 Merusak fasilitas stadion 24 15,8
3 Merusak fasilitas publik disekitar stadion 24 15,8
4 Menendangi bangku stadion 54 35,8
5 Merusaki pagar stadion 28 18,4
6 melempari bus pemain yang didukung 27 17,8
7 Melempari bus pemain lawan 29 19,1
8 Melempari bus penjaga keamanan 17 11,2
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku spesifik dari
menyerang suatu objek atau benda mati yaitu menendangi bangku stadion
sebanyak 54 orang (35,8%), kemudian melempari benda kedalam lapangan
sebesar 50 orang (32,9%),kemudian melempari bus pemain lawan sebesar 29
kemudian melempari bus pemain yang didukung sebesar 27 orang (17,8%),
kemudian merusak fasilitas stadion sebesar 24 orang (15,8%), kemudian merusak
fasilitas publik disekitar stadion sebanyak 24 orang (15,8%) dan melempari bus
penjaga keamanaan sebesar 17 orang (11,2%).
C.3. Menyerang Secara Verbal Atau Simbolis
Gambaran sasaran perilaku agresi dalam bentuk menyerang secara verbal
atau simbolis dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 16
Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Menyerang Secara Verbal Atau Simbolis
NO Sasaran perilaku agresi Frekuensi Persentase
1 Menghina pemain lawan 78 51,3
2 Mencaci maki pemain yang didukung 72 47,4
3 Mencaci maki suporter lawan 66 43,4
4 Mencaci maki wasit 70 46,1
5 Mencaci maki penjaga keamanaan 54 35,5
6 Mencaci maki pelatih lawan 59 38,8
7 Mengatakan pemain disuap 36 27,3
8 Mengatakan wasit tidak adil dalam
pertandingan
75 49,3
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku spesifik dari
menyerang secara verbal atau simbolis yaitu menghina pemain lawan sebanyak 78
orang (51,9%), kemudian mengatakan wasit tidak adil dalam pertandingan sebesar
75 orang (49,3%), kemudian mencaci maki pemain yang didukung 72 orang (47,4
%),kemudian mencaci maki wasit sebanyak 70 orang (46,1%), kemudian mencaci
sebanyak 54 orang (35,5%) dan terkahir mengatakan pemain disuap sebanyak 36
orang (27,3%).
C.4. Pelanggaran Terhadap Hak Milik Atau Daerah Orang Lain.
Gambaran sasaran perilaku agresi dalam bentuk pelanggaran terhadap hak
milik atau daerah orang lain dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 17
Gambaran Perilaku Agresif Bentuk Pelanggaran Terhadap Hak Milik Atau Daerah Orang Lain
NO Sasaran perilaku agresi Frekuensi Persentase
1 Memblokir jalan pada saat pertandingan selesai
32 21,1
2 melempari mobil orang yang sedang parkir diareal stadion
11 7,2
3 mencoreti dinding rumah disekitar
stadion
29 11,1
4 merusak barang dagangan yang ada
disekitar stadion
17 11,2
5 membakari spanduk milik panitia
pertandingan
16 11,5
6 menendangi sepeda motor milik orang lain
22 14,5
7 menghadang wasit keluar 28 18,4
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perilaku spesifik dari
pelanggaran terhadap hak milik orang atau daerah orang lain yaitu memblokir
jalan pada saat pertandingan selesai sebanyak 32 orang (21,1%), kemudian