PERANAN KADER POSYANDU DAN PENGETAHUAN IBU
TENTANG IMUNISASI BALITA DI POSYANDU
KELURAHAN BINJAI ESTATE KOTA BINJAI
SKRIPSI
Oleh
Muhammad Taufik Daniel Hasibuan
091121074
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Segala puji kepada Allah AWT atas segala rahmat dan hidayahNya penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang dengan judul “Peranan Kader posyandu Dan
pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Balita Di Posyandu Binjai Estate Kota Binjai.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian
Skripsi ini, sebagai berikut :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Lufthiani, S.Kep. Ns selaku Pembimbing 1 yang telah banyak membantu
dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
4. Ibu Reni Asmara Ariga, SKp, MARS selaku Pembimbing 2 yang turut
membantu dan membimbing penulis dalam meyempurnakan hasil skripsi ini.
5. Bapak Iwan Rusdi, SKp, MNS selaku Penguji yang telah banyak memberikan
kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
7. Bapak Sutrisno selaku Lurah Binjai Estate Kota Binjai, Bapak Drg. Nimbangsa
selaku Kepala Puskesmas Binjai Estate, dan Bapak Metrizal, SKM, M.Kes
selaku sekretaris yang mewakili Kepala Dinas Kesehatan Kota Binjai yang
telah memberikan izin kepada peneliti untuk dapat melakukan penelitian di
8. Ayahanda Drs. H. Abdul Manan Hasibuan dan Ibunda Drg. Hj. Zuliani yang
telah memberikan kasih sayang, dukungan, semangat, doa, dan semua jerih
payah sangat berarti bagi penulis.
9. Abangku Husni Fadli Hasibuan S.IP dan Adikku Yusuf Tri Ananda Hasibuan
yang telah memberikan motivasi bagi penulis.
10.Sahabat-sahabatku angkatan tahun 2009 di S1 keperawatan-B Fakultas
Keperawatan USU yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis dan
semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Semua saran dan kritik akan menjadi masukan yang sangat berarti untuk
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan,...Januari 2011
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan... i
Prakata... ii
Daftar Isi... iv
Daftar Tabel... vii
Abstrak... viii
Bab 1. Pendahuluan... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Pertanyaan Penelitian... 7
1.3. Tujuan Penelitian... 7
1.4. Manfaat Penelitian... 7
Bab 2. Tinjauan pustaka... 8
2.1. Peranan kader... 8
2.1.1. Defenisi peranan... 8
2.1.2. Kader... 8
2.2. Konsep posyandu... 9
2.2.1. Defenisi posyandu... 9
2.2.2. Tujuan posyandu... 9
2.2.3. Pelayanan posyandu... 9
2.2.4. Peranan kader posyandu... 10
2.3. Pengetahuan... 12
2.3.1. Defenisi Pengetahuan... 12
2.3.2. Cakupan pengetahuan... 13
2.3.3. Peranan ibu... 15
2.4.1. Defenisi imunisasi... 16
2.4.2. Tujuan imunisasi... 16
2.4.3. Jenis imunisasi... 17
2.4.4. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi... 17
2.4.5. Jadwal pemberian imunisasi... 18
2.4.6. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu... 19
Bab 3. Kerangka konseptual... 20
3.1. Kerangka Konsep... 20
3.2. Defenisi Konseptual dan Operasional... 20
Bab 4. Metodologi penelitian... 23
4.1. Desain Penelitian... 23
4.2. Populasi dan Sampel... 23
4.2.1. Populasi penelitian... 23
4.2.2. Sampel Penelitian... 23
4.3. Lokasi dan waktu Penelitian... 24
4.4. Pertimbangan Etik Penelitian... 24
4.5. Instrumen Penelitian... 25
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas... 27
4.7. Pengumpulan Data... 27
4.8. Analisa Data... 28
Bab 5. Hasil dan Pembahasan... 29
5.1. Hasil Penelitian... 29
5.1.1. Karakteristik Responden... 29
5.1.2. Deskripsi Peranan Kader Posyandu Dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Balita... 31
5.1.3. Peranan Kader Posyandu Dan Pengetahuan Ibu
Binjai Estate Kota Binjai... 32
5.2. Pembahasan... 37
5.2.1. Peranan Kader Posyandu... 37
5.2.2. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Balita... 40
Bab 6. Kesimpulan dan Saran... 44
6.1. Kesimpulan... 44
6.2. Saran... 44
6.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan... 44
6.2.2. Bagi Penelitian Berikutnya... 45
6.2.3. Bagi Pendidikan Keperawatan... 45
Daftar Pustaka... 46
Lampiran-lampiran... 48
1. Inform Consent... 49
2. Transaksi Dana... 50
3. Instrumen Penelitian... 51
4. Riwayat Hidup... 53
5. Uji Validitas dan Reliabilitas... 54
6. Distribusi Frekuensi... 58
7. Surat Izin... 68
DAFTAR TABEL
1. Jadwal pemberian imunisasi... 18
2. Defenisi operasional... 21
3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik
Responden... 30
4. Distribusi frekuensi dan persentase peranan kader posyandu... 31
5. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu tentang
imunisasi balita... 31
6. Distribusi frekuensi dan persentase tentang peranan kader
posyandu... 33
7. Distribusi frekuensi dan persentase tentang pengetahuan ibu
Judul : Peranan Kader Posyandu Dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Balita Di Posyandu Kelurahan Binjai Estate Kota Binjai
Peneliti : Muhammad Taufik Daniel Hsb
Nim : 091121074
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2011
Abstrak
Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian norma keluarga kecil bahagia sejahtera. Peranan kader posyandu dalam penelitian ini yaitu memberikan pelayanan yang memuaskan, menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan, melakukan penimbangan bayi, memeriksa dan mengisi mengisi kartu KMS, membantu tim puskesmas dalam memberikan imunisasi balita.
Pengetahuan ibu tentang imunisasi dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, dan sumber informasi. Ibu berperan menentukan gejala-gejala dan memutuskan pencarian sumber-sumber yang penting. Ia juga mempunyai kontrol substansial terhadap kepuasan apakah anaknya akan mendapatkan layanan kuratif atau preventif dan bertindak sebagai sumber ketenegaan dan bantuan pada masa-masa sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peranan kader posyandu dan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita di posyandu Kelurahan Binjai Estate Kota Binjai. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, sample diambil dengan metode random sampling dan instrumen yang digunakan adalah kuisioner. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan berpedoman pada kuisioner dan data diolah dengan sistem komputerisasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Dari penelitian diperoleh peranan kader posyandu baik 31 orang (88,6 %), peranan kader posyandu cukup baik 4 orang (11,4 %), dan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita baik 27 orang (77,1 %), pengetahuan ibu tentang imunisasi balita cukup baik 8 orang (22,9 %). Tidak ada peranan kader posyandu dan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita kurang baik. Peran aktif kader posyandu sangat mempengaruhi pengetahuan ibu tentang imunisasi, namun tetap perlu adanya kerja sama antara kader posyandu dengan ibu untuk dapat meningkatkan kesehatan pada balita.
Judul : Peranan Kader Posyandu Dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Balita Di Posyandu Kelurahan Binjai Estate Kota Binjai
Peneliti : Muhammad Taufik Daniel Hsb
Nim : 091121074
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2011
Abstrak
Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian norma keluarga kecil bahagia sejahtera. Peranan kader posyandu dalam penelitian ini yaitu memberikan pelayanan yang memuaskan, menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan, melakukan penimbangan bayi, memeriksa dan mengisi mengisi kartu KMS, membantu tim puskesmas dalam memberikan imunisasi balita.
Pengetahuan ibu tentang imunisasi dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, dan sumber informasi. Ibu berperan menentukan gejala-gejala dan memutuskan pencarian sumber-sumber yang penting. Ia juga mempunyai kontrol substansial terhadap kepuasan apakah anaknya akan mendapatkan layanan kuratif atau preventif dan bertindak sebagai sumber ketenegaan dan bantuan pada masa-masa sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peranan kader posyandu dan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita di posyandu Kelurahan Binjai Estate Kota Binjai. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, sample diambil dengan metode random sampling dan instrumen yang digunakan adalah kuisioner. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan berpedoman pada kuisioner dan data diolah dengan sistem komputerisasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Dari penelitian diperoleh peranan kader posyandu baik 31 orang (88,6 %), peranan kader posyandu cukup baik 4 orang (11,4 %), dan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita baik 27 orang (77,1 %), pengetahuan ibu tentang imunisasi balita cukup baik 8 orang (22,9 %). Tidak ada peranan kader posyandu dan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita kurang baik. Peran aktif kader posyandu sangat mempengaruhi pengetahuan ibu tentang imunisasi, namun tetap perlu adanya kerja sama antara kader posyandu dengan ibu untuk dapat meningkatkan kesehatan pada balita.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya yang besar,
sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa adanya keterlibatan
masyarakat. Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak
balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera,
pelaksanaannya tidak saja melalui, program-program kesehatan melainkan
berhubungan erat dengan program keluarga berencana. Upaya menggerakkan
masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan melalui pembangunan
kesehatan masyarakat desa (PKMD), yang pelaksanaanya secara operasional
dibentuklah pos pelayanan terpadu (posyandu). Pos pelayanan terpadu ini
merupakan wadah titik temu antara pelayanan profesional dari petugas kesehatan
dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat,
terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran. Kader
kesehatan merupakan perwujutan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan
terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan
diperioritaskan pada lima program dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan
terutama pada kegiatan yang mereka tidak kompeten memberikannya. (Zulkifli,
Tingkat pendidikan dan pendapatan merupakan indikator penting yang
berkaitan dengan status kesehatan karena indikator tersebut tampaknya
berpengaruh tidak langsung pada kesehatan, barangkali karena faktor tersebut
dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dan kepercayan yang dianut
serta penerapan perilaku sehat untuk mempertahankan kesehatan dan ikut seta
dalam upaya pencegahan (McKenzie, 2007). Promosi atau pendidikan kesehatan
pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan
kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan
adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat
memperoleh pengertahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan
tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruhi terhadap perilaku. Dengan
kata lain dengan adanya promoisi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa
akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran. (Notoadmojo, 2005).
Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut: 1)
Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya
pencegahan penyakit sekaligus dengan pelayanan keluarga berencana. 2)
Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga
menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan
dan keluarga berencana. (Effendi, 1998).
Kepercayaan masyarakat terhadap program imunisasi harus tetap terjaga,
sebab bila tidak dapat mengakibatkan turunnya angka cakupan imunisasi. Perlu
ditekankan bahwa pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya
yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan
adanya peningkatan tingkat imunitas secara umum di masyarakat. Oleh karena itu
pandangan serta sikap setiap dokter atau orang tua sangat penting untuk dipahami
tentang arti imunisasi. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah
penting. Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras, pendidikan, dan status
sosial ekonomi berhubungan dengan cakupan imunisasi, dan opini orang tua
tentang vaksin berhubungan dengan status imunisasi anak mereka. Kepercayaan
dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang penting, karena penggunaan sarana
kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan ibu tentang
kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi. Masalah pengertian dan
keikutsertaan orang tua dalam program imunisasi tidak akan menjadi halangan
yang besar jika pendidikan yang memadai tentang hal itu diberikan. (Ali, 2003).
Penyakit infeksi banyak menyebabkan kematian anak-anak. Penyakit ini
disebabkan oleh kuman-kuman yang menyerang tubuh dan dapat di tularkan dari
orang ke orang. Tubuh bisa melindungi diri dari kuman bila orang tersebut
“diimunisasi”. Imunisasi berarti bahwa obat yang disebut “vaksin” disuntikan
kedalam tubuh atau ditelan (vaksin poliomielitis ditelan) untuk melindungi
terhadap kemungkinan serangan dari kuman-kuman. Penyakit menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi: TBC, difteri, batuk rejan, tetanus, poliomielitis, dan
campak. (Heru, 1995).
Imunisasi dilakukan secara bertahap dan diatur sesuai dengan tujuan
pusat berupa dana, vaksin serta riset imunisasi. Pemerintah memutuskan program
imunisasi sebagai prioritas tertinggi dalam bidang kesehatan. (Sumijatun, 2005).
Pemberian Imunisasi sangat penting di berikan karena bertujuan untuk
meningkatkan angka kesehatan dan mencegah angka kecacatan/kematian pada
balita/anak, disamping itu kader kesehatan harus berperan memberikan
penyuluhan tentang manfaat dan tujuan imunisasi agar pihak orang tua termotivasi
untuk mengimunisasi anak nya. Sitem kesehatan nasional imunisasi adalah salah
satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalm upaya menurunkan
angka kemnatian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, Bidang
preventif merupakn prioritas. Penurunan insidens penyakit mernular telah terjadfi
berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negarta maju yang telah melakukan
imunisasi dengan teratu dengan cukup luas. Demikian juga di Indonesia;
dinyatakan bebas penyakit cacar tahun 1972 dan penurunan insidens beberapa
penyakit menular secara mencolok terjadi sejak tahun 1985, terutama untuk
penyakit difteria, tetanus, pertusis, campak dan polio. Bahkan kini pernyakit polio
sercara virologis tidak ditemukan lagi sejak tahuin 1995, dan di harapkan
beberapa tahun yang akan datang Indonesia akan di nyatakan bebas polio.
(Rezeki, 2008).
Di Indonesia, upaya Depkes menyukseskan Pekan Imunisasi Nasional
(PIN) tampaknya belum cukup. PIN putaran I yang digelar serentak di seluruh
Indonesia pada 30 Agustus lalu ternyata belum mencapai target yang diinginkan.
sementara Depkes ternyata baru 80 persennya saja yang mendapatkan vaksin
polio saat PIN digelar. (Dani, 2005).
Cakupan imunisasi di Sumatera Utara secara umum cukup tinggi, tetapi
tidak merata setiap kabupaten, ada di antaranya dibawah 80 persen. Hal ini
memungkinkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit misalnya campak,
polio, tetanus dan sebagainya. Sehingga peningkatan cakupan imunisasi yang
tinggi harus terus diupayakan dan diharapkan dalam waktu 2 tahun ke depan,
cakupan bisa mencapai minimal 80,5 persen di Sumatera Utara. Program
imunisasi di Sumatera Utara pernah mencatat keberhasilannya sebelum tahun
1999 hingga 2005 maka pada tahun 2005 kita tidak terhindar dari penyakit polio.
Untuk mengantisipasi dampak penurunan cakupan imunisasi, maka mulai tahun
2007 dilakukan program peningkatan cakupan imunisasi di Sumatera Utara yang
didukung oleh Millenium Challenge Corporation Indonesia/Immunization Project
(MCCI/IP). Secara demografi penduduk Sumatera Utara sebanyak 12.760.700
jiwa dengan sarana kesehatan meliputi Puskesmas sebanyak 451, Pustu 1861,
Rumah Sakit 135 dan Posyandu 14.492. Yang menjadi target sasaran bayi (0-11
bulan) sebanyak 314.407, anak SD kelas 1 sebanyak 319.441 dan kelas 2 &3
sebanyak 660.570, sedangkan wanita usia subur (15-39 tahun) sebanyak
3.196.480 jiwa. (Sulani, 2007).
Di medan angka kematian bayi dan anak yang disebabkan oleh penyakit
infeksi masih sangat tinggi. Secara nasional angka kematian itu mencapai 35/1000
kelahiran hidup dan pelatihan peningkatan cakupan serta mutu pelayanan
angka kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi seperti campak sangat
tinggi. Setiap tahun 1 juta anak di Indonesia belum mendapat imunisasi campak.
kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) campak cenderung terjadi pada masyarakat
dengan populasi padat penduduk. Karena itu, Kota Medan termasuk daerah yang
rawan terhadap penyakit campak dan membutuhkan perhatian serius. (Dinkes,
2007).
Posyandu Kelurahan Binjai Estate Kota Binjai merupakan salah satu
posyandu yang memberikan pelayanan imunisasi pada balita, Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai balita dan berkunjung
untuk imunisasi balita di Posyandu Kelurahan Binjai Estate Kota Binjai yaitu
sebanyak 175 orang ibu dengan balita. Jumlah populasi di dapat dari observasi
awal yang langsung di ambil oleh peneliti dan telah di samakan oleh data yang
ada pada Puskesmas Binjai Estate. Dari hasil wawancara dan pengamatan lansung
yang dilakukan peneliti pada 9 orang ibu, ternyata 5 orang ibu kurang mengerti
tentang imunisasi dan jenis penyakit yang dapat dicegah dari pemberian
imunisasi, dan mereka hanya menyerahkan sepenuhnya kepada para kader
posyandu untuk menangani balitanya. Hal ini menunjukkan kurang adanya
pemberian pendidikan kesehatan dari para kader kepada para ibu yang
mempunyai balita.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti
bagaimana peranan kader posyandu dan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita
1.2 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana peranan kader posyandu dan pengetahuan ibu tentang
imunisasi balita di Posyandu Kelurahan Binjai Estate Kota Binjai?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi peranan kader posyandu dan pangetahuan ibu tentang
imunisasi balita di Posyandu Kelurahan Binjai Estate Kota Binjai.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai informasi dan
tambahan pengetahuan khususnya tentang peranan kader posyandu dan
pengetahuan ibu tentang imunisasi balita, yang bertujuan menambah ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan komunitas.
1.4.2 Bagi praktek keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat di terapkan oleh perawat ataupun
petugas kesehatan lainnya tentang pentingnya pemberian informasi terhadap
pengetahuan ibu tentang imunisasi.
1.4.3 Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber
data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan kader
2.1.1 Defenisi peranan
Peranan adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat
stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada
situasi sosial tertentu. (Mubarak, 2005).
Peran adalah suatu kumpulan norma atau perilaku seseorang dalam suatu
posisi khusus, seperti seorang istri, suami, anak, guru, hakim, dokter, perawat,
rohaniwan, mahasiswa, dosen, perdanan menteri, pelayanan toko, dan
sebagainya. (maramis, 2006).
2.1.2 Kader
Kader posyandu adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat
dan dilantik untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat
dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Para kader kesehatan
itu seyogyanya memiliki latar belekang pendidikan yang cukup sehingga
memungkinkan mereka untuk membaca, menulis, dan mengjhitung secara
2.2 Konsep posyandu
2.2.1 Defenisi posyandu
Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang
dikelola dan diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari
petugas kesehatan dalam rangka pencapaian norma keluarga kecil bahagia
sejahtera (NKKBS). Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi
dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy, 1998).
2.2.2 Tujuan posyandu
Tujuan pokok dari pelayanan posyandu adalah mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan anak, meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk
menurunkan IMR, mempercepat penerimaan NKKBS, meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk mengermbangkan kegiatan kesehatan, dan
kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat.
Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada penduduk
berdasarkan letak geografis. ( Mubarak, 2009).
2.2.3 Pelayanan posyandu
Adapun pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh posyandu tentang
pemeliharaan kesehatan bayi dan balita meliputi:
a) Penimbangan bulanan
c) Immunisasi bayi 3-14 bulan
d) Pemberian orlit untuk menanggiulangi diare
e) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari tujuh kegiatan
Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu:
1. Kesehatan Ibu dan Anak
2. Keluarga Berencana
3. Immunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan Diare
6. Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan
air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman
7. Penyediaan Obat essensial.
(Syakira
2.2.4 Peranan kader posyandu , 2009).
Peranan kader posyandu dalam rangka menyelenggarakan posyandu
terbagi 3, yaitu:
1. Sebelum hari buka posyandu meliputi:
a) Menyiapkan alat dan bahan, meliputi: alat penimbang bayi, kartu
menuju sehat (KMS), alat peragaan pengukur, obat-obatanyang
b) Mengundang dan menggerakkan masyarakat
c) Menghubungi pokja posyandu
d) Melaksanakan pembagian tugas antar kader.
2. Pada hari buka posyandu meliputi:
a) Pendaftaran bayi, balita, ibu menyusui, pasangan usia subur.
b) Penimbangan bayi, ibu hamil, dan mencatat hasil penimbangan
c) Pengisian KMS
d) Penyuluhan kesehatan
e) Pelayanan, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulang dan kondom.
f) Pemberian imunisasi
3. Setelah hari buka posyandu meliputi:
a) Memindahkan catatan-catatan dalam kartu menuju sehat kedalam buku
register atau buku bantu kader
b) Menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu pada
bulan berikutnya.
c) Kegiatan diskusi kelompok bersama ibu-ibu yang lokasi rumahnya
d) Kegiatan kunjungan rumah, sekaligus untuk tindak lanjut dan mengajak
ibu-ibu datang keposyandu pada kegiatan bulan berikutnya.
(Mubarak, 2009).
Dalam pelaksanaan tugasnya kader pada posyandu selalu didampingi
oleh tim dari Puskesmas, apabila kader menemui masalah kesehatan, kader
harus berkonsultasi pada petugas kesehatan yang ada, masalah tersebut dapat
berupa:
1. Balita yang berat badanya tidak naik tiga kali berturut-turut.
2. Balita yang berat badanya di bawah garis merah.
3. Balita yang sakit; batuk, sukar bernafas, demam dan sakit telinga.
4. Balita yang mencret.
5. Anak yang menderita buta senja atau mata keruh.
6. Balita dengan penyimpangan tumbuh kembang atau perkembangan
terlambat.
7. Ibu yang pucat, sesak nafas, bengkak kaki terutama ibu hamil.
8. Ibu hamil yang menderita perdarahan, pusing kepala yang terus menerus.
(Depkes RI-Unicef, 2000).
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Defenisi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan (kognitif) merupoakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2.3.2 Cakupan pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
(Notoatmodjo, 2003) yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
badfan yang dipelajarioi atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu
“Tahu” ini adalah merupakan tingkat pendidikan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan,
dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benara. Orang yang telah paham terhadap objek harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemamuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain,
misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah didalam pemecahan masalah dari kasus yang
diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabrkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.Kemampuan
analisis ini dapat dilihatr dari penggunaan kata-kata kerja dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilain itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteri-kriteria yang telah ada.
Menurut (Arikunto, 2002), Pengetahuan seorang ibu dibedakan
atas 3 kategori, yaitu:
1. Baik : Bila skor >75% dari total skor
2. Cukup : Bila skor 60%-75% dari total skor.
3. Kurang : Bila skor <60% dari total skor.
2.3.3 Peranan ibu
Peranan ibu adalah menentukan gejala-gejala dan memutuskan pencarian
sumber- sumber yang penting. Ia juga mempunyai kontrol substansial
terhadap kepuasan apakah anaknya akan mendapatkan layanan kuratif atau
preventif dan bertindak sebagai sumber ketenagaan dan bantuan pada
masa-masa sakit. (Friedman, 1998).
Peran orang tua dalam sehat dan sakit, dapat ditunjukkan bahwa dalam
posisi sebagai istri, sebagai pemimpoin dan pemberi asuhan kesehatan. Peran
sentral ibu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama, pendidik
konselor, dan pemberi asuhan keluarga. (Gunarsa, 2000).
2.4 Imunisasi
2.4.1 Defenisi imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Anak
diimunisasi, berati diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu Ag, sehingga bila ia terpapar
pada Ag yang serupa, tidak terjadi penyakit. (Gebyar, 2008).
Proses imunisasi sebenarnya adalah pengenalan suatu substansi yang
dapat menimbulkan reaksi sistem imun melalui pembentukan antibody
penolak penyakit. Ada substansi yang diberikan melalui oral. Akan tetapi,
kebanyakan substansi diberikan melalui injeksi/ suntikan, atau
tusukan-tusukan pada kuli. Antigen spesifik yang berasal dari bakteri, virus, atau
toksin mikroba yang dinaktifikasi dimasukkan di dalam tubuh bentuk vaksin.
(Timmreck, 2005).
2.4.2 Tujuan imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
penyakit-penyakit tersebut adalah tuberkulosis, disentri, tetanus, batuk rejan
(pertusis), campak (measles), polio, dan hepatitis B. (Notoatmodjo, 2007).
Manfaat imunsasi adalah untuk melindungi bayi dari penyakit. Karena
semakin banyak orang yang diimunisasi, kesempatan anak terkena penyakit
semakin berkurang dan akhirnya penyakit tersebut akan hilang dan tidak
memerlukan imunsasi lagi. (Robinson, 2002).
2.4.3 Jenis imunisasi (Gupte, 2004) yaitu:
1. Imunisasi aktif
Adalah Perlindungan dari luar membuat tubuh memiliki simpanan
antibody yang berfungsi melawan penyakit tertentu maka tubuh secara
aktif berpartisipasi menolak infeksi.
2. Imunisasi Pasif
Adalah perlindungan diberikan dari luar dan tidak berlangsung
lama tanpa ada partisipasi pertahanan tubuh dari dalam yang biasa
disebut antibody.
2.4.4 Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Notoatmodjo,
2007) yaitu:
1. BCG
Mencegah penularan TBC (Tuberkulosis) yang berat.
2. Hepatitis B
3. DPT
Mencegah penularan difteri yang menyebabkan penyumbatan jalan
nafas, batuk rejan (batuk 100 hari), Tetanus.
4. Polio
Mencegah penularan polio yang dapat menyebabkan lumpuh layuh
pada tungkai, dan atau lengan.
5. Campak
Mencegah penularan campak yang dapat mengakibatkan
komplikasi radang paru, radang otak dan kebutaan.
2.4.5 Jadwal pemberian imunisasi menurut (Notoatmodjo, 2007) yaitu:
Vaksin Jumlah vaksinasi Selang pemberian Umur
BCG 1x - 0-11 Bulan
DPT 3x 4 Minggu 2-11 Bulan
POLIO 3x 4 Minggu 2-11 Bulan
CAMPAK 1x - 9-11 Bulan
2.4.6 Faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang imunisasi
(Hurlock,1998) yaitu:
1. Umur
Usia dewasa 20-40 tahun merupakan dimana seseorang seseorang
secara maksimum dan mencapai prestasi yang memuaskan dalam
karirnya. Pada usia tangah 42-60 tahun seseorang tinggal
mempertahankan prestasi yang telah dicapainya pada usia dewasa.
Sedangkan usia tua 70 tahun adalah usia yang tidak produktif lagi dan
hanya menikmati hasil prestasi.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan peranan yang penting dalam menentukan
kualitas manusia. Menurut Tobing dengan pendidikan manusia dianggap
akan memperoleh pengetahuan, aplikasinya semakin tinggi, pendidikan
hidup manusia akan berkualitas.
3. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara
dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran, dan kemampuan.
Sumber informasi kesehatan dibagi dua yaitu sumber informasi ekstern
dan intern. Sumber informasi ekstern adalah informasi yang diperoleh
dari petugas kesehatan, TV, massmedia, dan elektronik. Sedangkan
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 KERANGKA KONSEPTUAL
Posyandu Kelurahan Binjai Estate Kota Binjai merupakan salah satu
posyandu yang memberikan pelayanan imunisasi pada balita. Dari hasil
wawancara dan pengamatan lansung yang dilakukan peneliti pada 9 orang ibu,
ternyata 5 orang ibu kurang mengerti tentang imunisasi dan jenis penyakit yang
dapat dicegah dari pemberian imunisasi, dan mereka hanya menyerahkan
sepenuhnya kepada para kader posyandu untuk menangani balitanya. Hal ini
menunjukkan kurang adanya pemberian pendidikan kesehatan dari para kader
kepada para ibu yang mempunyai balita.
Skema 1. Kerangka konsep peranan kader posyandu terhadap pengetahuan ibu tentang imunisasi balita di Posyandu Kelurahan Binjai Estate Kota Binjai
3.2 Defenisi Konseptual dan Operasional
3.2.1 Defenisi konseptual
- Peranan: seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran Pengetahuan ibu tentang
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu. (Mubarak, 2005).
- Kader posyandu: laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan
dilantik untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat
dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Para kader
kesehatan itu seyogyanya memiliki latar belekang pendidikan yang
cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis, dan
mengjhitung secara sederhana. (Heru, 1995).
- Pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan (kognitif) merupoakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2003).
3.2.2 Defenisi operasional
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Peranan Peranan adalah keikutsertaan
ibu-ibu kader dalam
memberikan pendidikan
kesehatan kepada ibu tentang
Kuisioner
berisi 15
pertanyaan
Baik: skor 36-45,
Cukup Baik: skor
26-35, Kurang
Baik: skor 15-25
imunisasi agar ibu dapat
mengerti tentang pentingnya
imunisasi balita.
Kader
Posyandu
Kader posyandu: Petugas yang
ditunjuk dari puskesmas yang
memberikan pelayanan
kesehatan pada balita dan
pendidikan kesehatan bagi ibu.
Kuisioner
berisi 15
pernyataan
Baik: skor 36-45,
Cukup Baik: skor
26-35, Kurang
Baik: skor 15-25
Ordinal
Pengetahuan Pengetahuan adalah
pemahaman ibu-ibu yang
diterima dari penjelasan para
kader posyandu
Kuisioner
berisi 15
pernyataan
Baik: skor 36-45,
Cukup Baik: skor
26-35, Kurang
Baik: skor 15-25
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
yang bertujuan untuk mengidentifikasi peranan kader posyandu dan pengetahuan
ibu tentang imunisasi balita di posyandu.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai
balita dan berkunjung untuk imunisasi balita di Posyandu Kelurahan Binjai
Estate Kota Binjai yaitu sebanyak 175 orang ibu dengan balita. Jumlah
populasi di dapat dari observasi awal yang langsung di ambil oleh peneliti dan
telah di samakan oleh data yang ada pada puskesmas Puskesmas Binjai Estate.
4.2.2 Sampel penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Random Sampling yaitu apabila subjek lebih dari 100 dapat diambil 20% dari
jumlah populasi (Arikunto, 2006), yaitu:
n= 35 orang
dengan kriteria sebagai barikut:
1. Ibu-ibu yang mempunyai balita
2. Bersedia menjadi responden
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan 14 Juni sampai 9 Agustus
2010 di Posyandu Kelurahan Binjai Estate Kota Binjai, dengan alasan bahwa
posyandu ini merupakan salah satu posyandu yang memberikan pelayanan
imunisasi pada balita dan dari hasil observasi oleh peneliti ternyata ada beberapa
ibu yang kurang mengerti tentang jenis penyakit yang dapat dicegah dari
pemberian imunisasi, dan mereka hanya menyerahkan sepenuhnya kepada para
kader posyandu untuk menangani balitanya. Hal ini menunjukkan kurang adanya
pemberian pendidikan kesehatan dari para kader kepada para ibu yang
mempunyai balita.
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat rekomendasi dari bagian
pendidikan PSIK USU dan permintaan izin kepada Lurah Binjai Estate Kota
Binjai. Kemudian peneliti mendekati responden dan menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian dan responden dipersilahkan menandatangani informed consent.
Peneliti juga menjelaskan bahwa partisipasi responden yang diteliti tersebut
bersifat sukarela, responden mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari
Untuk menjaga kerahasiaan, maka kuesioner yang diberikan kepada
responden diberi kode tertentu tanpa nama dan hnya peneliti yang mempunyai
akses terhadap informasi tersebut.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen dibuat berdasarkan studi kepustakaan dan dimodifikasi oleh
peneliti. Instrumen penelitian dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama yaitu
data demografi berisi kode kuesioner, usia, suku, pendidikan terakhir, pekerjan.
Bagian kedua yaitu kuesioner berisi sejumlah pertanyaan yang dapat digunakan
untuk mengetahui peranan kader posyandu dan pengetahuan ibu tentang imunissi
balita. Bagian ketiga yaitu berupa observasi oleh peneliti, terkait dengan dengan
kuesioner bagian kedua untuk melihat kondisi nyata dari peranan kader posyandu
dan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita.
Dalam penelitian ini, peneliti menilai jawaban responden pada kuesioner
dengan menggunakan Skala Likert dimana responden diminta memberikan tanda
checklist (√) pada salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai.
Kuesioner ini terdiri dari 30 pertanyaan dan terbagi dari 2 jenis instrumen
yaitu peranan kader posyandu dan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita,
dengan skor berkisar antara (1-3) untuk setiap pertanyaan, yaitu:
1). Instrumen I: Berjumlah 15 pernyataan mengenai peranan kader posyandu,.
Menurut (Hidayat, 2007) penghitungan menggunakan rumus statistika p
= rentang/ banyak kelas, dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai
tertinggi dikurangi nilai terendah) sebesar 30 dan dibagi atas 3 kategori yaitu
p=10. Nilai terendah adalah 15 sebagai batas interval pertama dan nilai tertinggi
adalah 45. Data tentang peranan kader posyandu dikategorikan masing-masing
atas kelas interval nsebagai berikut: Baik (36-45), Cukup Baik (26-35), Kurang
Baik (15-25).
2). Instrumen II: Berjumlah 15 pernyataan mengenai pengetahuan ibu tentang
imunsasi.
Dimana dengan jumlah skor (Benar : 3, Salah : 2, Tidak di jawab : 1). Alasan
peneliti memberi nilai 1 pada kuisioner yang tidak dijawab karena peneliti
ingin membuat insrumen yang simple dan mudah dimengerti oleh responden
dan tidak membuat respomden jenuh dan bingung bila tidak dapat menjawab
peratanyaan yanag ada.
Penghitungan menggunakan rumus statistika p = rentang/ banyak kelas,
dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai
terendah) sebesar 30 dan dibagi atas 3 kategori yaitu p=10. Nilai terendah adalah
15 sebagai batas interval pertama dan nilai tertinggi adalah 45. Data tentang
pengetahuan ibu tentang imunisasi balita dikategorikan masing-masing atas kelas
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan oleh ibu Siti Zahara selaku Dosen
Keperawatan Keluarga Fakultas Keperawatan USU.
Kuesioner penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti, oleh karena itu
penting untuk dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas instrumen ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk
mengukur secara konsisten sasaran yang diukur.
Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama
meskipun digunakan beberapa kali pada kelompok sampel (Ritonga, 2003). Uji
reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi untuk
analisis Cronchbach Alpha mengenai peranan kader posyandu terhadap
pengetahuan ibu tentang imunisasi balita. Untuk instrumen yang baru akan
reliabel jika memiliki reliabilitas lebih dari 0.70 (polit & Hungler, 1995).
4.7 Pengumpulan Data
Ada beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu:
1. Mengajukan permohona izin kepada Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatra Utara.
2. Mengajuka permohona izin kepada Lurah Binjai Estate Kota Binjai,
Kepala puskesmas Binjai Estate, dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Binjai.
3. Setelah mendapat izin, peneliti kemudian melaksanakan pengumpulan data
4. Peneliti mendekati calon responden dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian yang akan dilakukan.
5. Responden dipersilahkan untuk menjawab semua pertanyaan yang
diajukan peneliti dalam kuisioner dan diberikan waktu untuk mengisi
kuisioner tersebut.
6. Pengolahan/analisa data dilakukan setelah semua data yang diberikan
terkumpul.
4.8 Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa
tahap dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian memberi
kode (coding) untuk memudahkan melakukan tabulasi. Selanjutnya memasukkan
(entry) data kedalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan teknik
komputerisasi dimana data akan dianalisis secara statistik deskriptif dan disajikan
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai peranan kader
posyandu dan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita di posyandu kelurahan
Binjai Estate Kota Binjai.
Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 14 Juni sampai 9 Agustus
2010 di posyandu kelurahan Binjai Estate Kota Binjai dengan jumlah responden
35 orang.
5.1.1 Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden mencakup usia, suku, pendidikan
terakhir, dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan umur, responden yang
terbanyak berada dalam kelompok umur 26-30 tahun yaitu 16 orang (45,7%),
dengan umur termuda adalah 16 tahun dan umur tertua adalah 40 tahun serta
rata-rata (mean) umur adalah 30 tahun. Sebagian besar responden bersuku jawa yaitu
24 orang (68.6%). Tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah SMA
yaitu 18 orang (51.4%). Mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga
Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden
(N = 35)
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
5.1.2 Deskripsi peranan kader posyandu dan pengetahuan ibu tentang
imunisasi balita
Hasil penelitian tentang peranan kader posyandu dalam kategori baik 31
orang (88,6 %) dan 4 orang (11,4 %) dengan cukup baik. Deskripsi tentang
peranan kader posyandu dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase peranan kader posyandu di posyandu
kelurahan Binjai Estate Kota Binjai (N=35).
Peranan Kader Posyandu Frekuensi Persentase
Kategori
1. Baik 31 88,6 %
2. Cukup Baik 4 11,4 %
Total 35 100 %
Hasil penelitian tentang pengetahuan ibu tentang imunisasi balita dalam
kategori baik 27 orang (77,1 %) dan 8 orang (22,9 %) dengan cukup baik.
Deskripsi tentang pengetahuan ibu tentang imunisai balita dapat dilihat pada tabel
3.
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu tentang imunisasi
balita di posyandu kelurahan Binjai Estate Kota Binjai (N=35).
Pengetehuan Ibu Tentang Frekuensi Persentase
Imunisasi Balita
Kategori
1. Baik 27 77,1 %
2. Cukup Baik 8 22,9 %
5.1.3 Peranan Kader Posyandu Dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi
Balita Di Posyandu Kelurahan Binjai Estate Kota Binjai.
Hasil dari peranan kader posyandu menunjukkan 34 orang (97,1 %)
responden menyatakan kader selalu berusaha untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang memuaskan. Sebanyak 33 orang (94,3 %) responden menyatakan
kader selalu menyiapkan alat dan bahan, meliputi: timbangan bayi, KMS,
obat-obatan dan bahan materi penyuluhan setiap ada kegiatan posyandu. Sebanyak 32
orang (91,4 %) responden menyatakan kader selalu memeriksa dan mengisi kartu
munuju sehat (KMS) setiap datang kunjungan. Sebanyak 32 orang (91,4 %)
responden menyatakan kader selalu melakukan penimbangan kepada balita dan
mencatat hasil penimbangan setiap datang kunjungan. Sebanyak 30 orang (85,7
%) responden menyatakan kader selalu membantu tim puskesmas dalam
memberikan imunisasi pada balita. Sebanyak 30 orang (85,7 %) responden
menyatakan kader selalu didampingi oleh tim puskesmas dalam menjalani
tugasnya. Sebanyak 30 orang (85,7 %) responden menyatakan kader selalu
bersikap baik dan ramah dalam menjalankan tugasnya sehingga saya senang
berkunjung ke posyandu.
Hasil dari pengetahuan ibu tentang imunisasi balita menunjukkan
sebanyak 33 orang (94,3 %) responden menyatakan benar Imunisasi Campak bisa
diberikan setelah bayi berumur 9 bulan. Sebanyak 30 orang (85,7 %) responden
menyatakan benar imunisasi yang dapat diberikan segera setelah bayi lahir adalah
BCG dan Hepatitis B. Sebanyak 28 orang (80 %) responden menyatakan benar
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Posyandu Kelurahan
Binjai Estate Kota Binjai, diperoleh bahwa kader selalu berusaha untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan yaitu seperti kader selalu
menyiapkan alat dan bahan, meliputi: timbangan bayi, KMS, obat-obatan dan
bahan materi penyuluhan setiap ada kegiatan posyandu, kader selalu memeriksa
dan mengisi kartu munuju sehat (KMS) setiap datang kunjungan, kader selalu
melakukan penimbangan kepada balita dan mencatat hasil penimbangan setiap
datang kunjungan, kader selalu membantu tim puskesmas dalam memberikan
imunisasi pada balita, kader selalu bersikap baik dan ramah dalam menjalankan
tugasnya sehingga ibu-ibu senang berkunjung ke posyandu untuk membawa balita
nya. Deskripsi tentang jawaban responden ini dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase peranan kader posyandu di posyandu kelurahan Binjai Estate Kota Binjai (N=35)
No Pernyataan Selalu Jarang Tidak
Kader menyiapkan alat dan bahan, meliputi: timbangan bayi, KMS, obat-obatan dan bahan materi penyuluhan setiap ada kegiatan posyandu.
Kader memeriksa dan mengisi kartu munuju sehat (KMS) setiap datang kunjungan.
Kader memberikan penyuluhan kepada ibu tentang imuniasi setiap datang kunjungan.
5
kepada ibu untuk menjaga dan meningkatkan status kesehatan balita.
Kader melakukan penimbangan kepada balita dan mencatat hasil penimbangan setiap datang kunjungan.
Kader mendapatkan pelatihan dari tim puskesmas unuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan.
Kader berkonsultasi atau meminta bantuan kepada tim kesehatan apabila mendapat permasalahan kesehatan.
Kader membantu tim puskesmas dalam memberikan imunisasi pada balita.
Kader mengundang dan menggerakkan masyarakat untuk
berpartisipasi membantu pelayanan posyandu.
Kader melakukan kegiatan kunjungan rumah, sekaligus untuk tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang keposyandu pada kegiatan bulan berikutnya.
Kader didampingi oleh tim puskesmas dalam menjalani tugasnya.
Kader menilai hasil kegiatan dan merencanankan kegiatan hari posyandu pada bulan berikutnya.
Kader memindahkan catatan-catatan dalam kartu menuju sehat kedalam buku register atau buku bantu kader.
14
15
Kader bersikap baik dan ramah dalam menjalankan tugasnya sehingga saya senang berkunjung ke posyandu.
Kader berusaha untuk mamberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan.
30
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu tentang imunisasi balita di posyandu kelurahan Binjai Estate Kota Binjai (N=35)
No Pernyataan Benar Salah Tidak
Imunisasi berasal dari kata imun, yang artinya…….
a. Tidak kebal b. Tidak resisten c. Kebal atau resisten
Tujuan imunisasi adalah membuat anak kebal terhadap suatu……..
a. Penyakit
b.Racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan c. Tidak ada yang benar
Jumlah jenis penyakit yang
dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi dasar adalah...
a. 5 b. 6 c. 7
5
Imunisasi Polio diberikan sebanyak………kali
a. 2 kali b. 3 kali c. 4 kali
Imunisasi Polio diberikan melalui……….
a. Suntikan pada bokong b. Suntikan pada lengan c. Melalui mulut
Imunisasi Hepatitis B diberikan pada anak sebanyak……….kali
a. 2 kali c. 4 kali b. 3 kali
Imunisasi Hepatitis B berguna
untuk mencegah penyakit………..
a. TBC yang berat dan parah b. Hepatitis B dan kerusakan hati
c. Kelumpuhan pada anggota gerak
Imunisasi DPT -1 diberikan pada umur……..
a. 2 bulan b. 3 bulan c. 4 bulan
Dengan Imunisasi DPT, maka anak akan terhindar dari penyakit………..
a. Tetanus dan Hepatitis b. Radang otak dan kebutaan c. Difteri, pertusis, dan tetanus
12
13
14
15
b. Nyeri pada bekas suntikan c. Penyakit kejang dan demam kompleks
Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit……….. a. TBC yang berat dan parah b. Kelumpuhan pada anggota
gerak
c. Radang otak dan kebutaan
Imunisasi Campak bisa diberikan setelah bayi berumur………..
a. 9 bulan b. 10 bulan c. 11 bulan
Imunisasi Campak berguna untuk menghindarkan anak dari penyakit……
a. Kelumpuhan anggota gerak b. Tetanus
c. Campak
Imunisasi Polio bertujuan untuk menghindarkan anak dari penyakit…….
a. Tetanus
b. Kelumpuhan anggota gerak c. Demam
5.2.1 Peranan Kader Posyandu
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa peranan kader posyandu
adalah baik (88,6 %) dan cukup baik (11,4 %). Peran serta kader posyandu dalam
upaya mewujudkan dan meningkatkan pembangunan kesehatan sudah mulai
terorganisir dengan tepat dan jelas. Dimana kader telah berusaha memberikan
pengarahan dan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi, peran aktif kader
dalam membantu pelaksanaan serta penyiapan alat dan bahan baik pada sebelum,
sesaat, dan sesudah hari buka posyandu. Depkes RI (1990) Peran serta atau
keikutsertaan kader Posyandu melalui berbagai organisasi kader Posyandu dalam
upaya mewujudkan dan meningkatkan pembangunan kesehatan harus dapat
terorganisir dan terencana dengan tepat dan jelas. Beberapa hal yang dapat atau
perlu dipersiapkan oleh kader seharusnya sudah dimengerti dan dipahami sejak
awal oleh kader posyandu. Karena disadari atau tidak keberadaan posyandu
adalah sebuah usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun
tugas dari kader diantara nya berupa penyuluhan dan imunisasi.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 34 orang (97,1 %) responden
menyatakan kader selalu berusaha untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
memuaskan. Pemberian pelayanan yang baik dan memuaskan dilakukan untuk
menimbulkan rasa senang kepada ibu dan meningkatkan minat berkunjung
keposyandu. Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang
menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas
pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan pasien, makin baik pula kualitas
pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil 33 orang (94,3 %) responden menyatakan kader selalu
menyiapkan alat dan bahan, meliputi: timbangan bayi, KMS, obat-obatan dan
bahan materi penyuluhan setiap ada kegiatan posyandu, sebanyak 32 orang (91,4
%) responden menyatakan kader selalu memeriksa dan mengisi kartu munuju
sehat (KMS) setiap datang kunjungan, dan sebanyak 32 orang (91,4 %) responden
hasil penimbangan setiap datang kunjungan. Peran serta kader dalam pelayanan
posyandu sangat membantu dalam berlangsungnya kegiatan. Penyiapan alat dan
bahan, penimbangan bayi serta pencatatan adalah tugas dan peran kader pada saat
kegiatan berlangsung, dimana terbagi dalam 3 hal yaitu pada saat sebelum hari
buka posyandu, pada hari buka posyandu, dan setelah hari buka posyandu.
Menurut Mubarak (2009) Peranan kader posyandu dalam rangka
menyelenggarakan posyandu terbagi 3, yaitu pada saat sebelum hari buka
posyandu, pada hari buka posyandu, dan setelah hari buka posyandu.
Berdasarkan hasil 30 orang (85,7 %) responden menyatakan kader selalu
membantu tim puskesmas dalam memberikan imunisasi pada balita, dan sebanyak
30 orang (85,7 %) responden menyatakan kader selalu didampingi oleh tim
puskesmas dalam menjalani tugasnya. Dalam menjalankan tugasnya kader dan
tim puskesmas bekerja sama dalam tindak pelayanan, dan apabila kader menemui
masalah dalam pelayanan kesehatan dapat berkonsultasi kepada petugas yang ada.
Menurut Depkes RI-Unicef (2000) Dalam pelaksanaan tugasnya kader pada
posyandu selalu didampingi oleh tim dari puskesmas agar apabila kader menemui
masalah kesehatan dapat berkonsultasi pada petugas kesehatan yang ada.
Berdasarkan hasil 30 orang (85,7 %) responden menyatakan kader selalu
bersikap baik dan ramah dalam menjalankan tugasnya sehingga senang
berkunjung ke posyandu. Sikap dan perilaku adalah salah satu penilaian utama
dalam melakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan
bagi ibu yang berkunjung ke posyandu dan sebagai penilai dari suatu kualitas
menilai kualitas jasa/pelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa/ pelayanan
diantaranya yaitu Courtesy (keramahan), Communication (komunikasi).
Dari hasil penelitian ditemukan nilai yang terendah terletak pada
pertanyaan 10, dimana berdasarkan hasil hanya 13 orang (37,1 %) responden
menyatakan kader selalu melakukan kegiatan kunjungan rumah, sekaligus untuk
tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang keposyandu pada kegiatan bulan
berikutnya. Kegiatan kunjungan rumah jarang diberikan oleh para kader karena
alasan banyak kesibukan dirumah yang harus dikerjakan dan juga karena alasan
sudah tahu dan mengertinya ibu-ibu tentang jadwal kunjungan posyandu itu
sendiri. Kegiatan kunjungan rumah merupakan salah satu peran dan tugas kader
setelah hari buka posyandu, dimana hendaknya agar selalu dilakukan untuk
mengingatkan ibu-ibu yang mempunyai balita agar datang setiap kunjungan. Hal
ini bertujuan agar ibu-ibu yang mempunyai balita tidak lupa untuk membawa
balitanya keposyandu dan bertujuan juga agar cepat tercapainya tujuan dari
program posyandu itu sendiri. Menurut (Mubarak,2009) peran kader setelah hari
buka posyandu yaitu salah satunya adalah kegiatan kunjungan rumah, sekaligus
untuk tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang keposyandu pada kegiatan bulan
berikutnya.
5.2.2 Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Balita
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang
imunisasi balita adalah baik (77,1 %) dan cukup baik (22,9 %). Hal ini memberi
arti bahwa ibu sudah mengerti tentang tujuan dan manfaat dari imunisasi untuk
formal maupun pendidikan non formal. Sebagai contoh pendidikan formal yaitu
dengan mengikuti pendidikan disekolah kesehatan dan pendidikan non formal
yaitu melalui informasi yang diperoleh ibu baik secara langsung maupun tidak
langsung seperti iklan dan penyuluhan. Menurut data demografi pendidikan
terbanyak dari ibu yang menjadi responden adalah SMA, dimana pendidikan
tersebut sudah cukup untuk membentuk pengetahuan dan pola pikir ibu tentang
pentingnya kesehatan kususnya imunisasi pada balita. Informasi juga
mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisai. Informasi ini dapat
diperoleh baik melalui media cetak maupun melalui media elektronik serta
informasi dari orang lain maupun kader kesehatan. Umur juga mempengaruhi
tingkat pengetahuan ibu karena semakin tinggi umur maka semakin banyak
pengalaman hidup yang didapat dan semakin kritisnya pola pikir ibu, dimana
umur terbanyak dari ibu yang menjadi responden adalah 26-30 tahun. Menurut
Hurlock (1998) faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang imunisasi
adalah umur, pendidikan, dan sumber informasi.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 33 orang (94,3 %) responden
menyatakan benar Imunisasi Campak bisa diberikan setelah bayi berumur 9 bulan.
Campak adalah salah satu jenis penyakit yang mudah menular yang ditularkan
oleh virus morbilli. Pemberian imunisasi campak di berikan pada usia 9 bulan,
karena antibodi yang didapat anak dari ibu sudah mulai menurun dan penyakit
campak cenderung menyerang anak usia balita. Vani (2008) Pemberian imunisasi
campak diberikan sebanyak 2 kali yaitu 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6
dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang
anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak,
maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella
Berdasarkan hasil 30 orang (85,7 %) responden menyatakan benar
imunisasi yang dapat diberikan segera setelah bayi lahir adalah BCG dan
Hepatitis B. Pemberian imunisasi BCG dan Hepatitis B adalah bagian dari
imunisasi wajib yang di berikan segera setelah bayi lahir, dimana BCG bertujuan
untuk mencegah komplikasi dari infeksi tuberculosis dan pemberian setelah lahir
bertujuan untuk mencapai cakupan kerja yang lebih luas dan Hepatitis B bertujuan
untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternaldari ibu kepada
bayi. Rezeki (2008) Pemberian imunisasi BCG dianjurkan pada umur 0-12 bulan
yang bertujuan untuk mencapai cakupan kerja yang lebih luas. Dan pemberian
Hepatitis B harus diberikan setelah bayi lahir yang berguna untuk pencegahan
yang efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui tranmisi meternal dari
ibu kepada bayinya.
).
Berdasarkan hasil 28 orang (80 %) responden menyatakan benar imunisasi
berasal dari kata imun yang artinya kebal atau resisten. Pemberian imunisasi
bertujuan untuk meningkatkan kekebalan terhadap suatu penyakit, sehingga bila ia
terpapar pada Antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Menurut Gebyar (2008)
anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal
seseorang secara aktif terhadap suatu Ag, sehingga bila ia terpapar pada Ag yang
serupa tidak terjadi penyakit.
Dari hasil penelitian ditemukan nilai yang terendah terletak pada
pertanyaan 3, dimana berdasarkan hasil hanya 5 orang (14,3 %) responden
menyatakan benar jumlah penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi dasar adalah 7 penyakit. Pemberian penyuluhan kepada para ibu
hendaknya diberikan langsung oleh petugas kesehatan berupa pembahasan yang
lebih kompleks yang bertujuan agar ibu-ibu dapat lebih mengerti tentang
imunisasi dan penyakit apa saja yang dapat dicegah dalam pemberian imunisasi
itu sendiri, karena mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga
profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Menurut
Zulkifli (2003) menyatakan Kader bukanlah tenaga profesional dibidang
kesehatan melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini
perlu adanya diberi batasan tugas yang jelas, baik menyangkut jumlah tugas
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Penelitian telah dilakukan pada tanggal 14 Juni sampai 9 Agustus 2010.
Berdasarkan hasil penelitian dari 35 orang (n = 35) diketahui bahwa responden
yang terbanyak berusia 26 – 30 tahun (n = 16 ; 45,7 %), sebagian besar responden
bersuku jawa (n = 24 ; 68,6 %), tingkat pendidikan responden terbanyak adalah
SMA (n = 18 ; 51,4 %), dan mayoritas pekerjaan responden adalah IRT (n = 32 ;
91,4 %).
Peranan kader posyandu dan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita di
posyandu kelurahan Binjai Estate Kota Binjai diperoleh data yaitu peranan kader
posyandu baik (n = 31 ; 88,6 %), peranan kader posyandu cukup baik (n = 4 ;
11,4 %) serta tidak ada diperoleh data peranan kader posyandu kurang baik (n =
0). Pengetahuan ibu tentang imunisasi balita baik (n = 27 ; 77,1 %), Pengetahuan
ibu tentang imunisasi balita cukup baik (n = 8 ; 22,9 %), serta tidak ada diperoleh
data pengetahuan ibu tentang imunisasi balita kurang baik (n = 0).
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Dari hasil penelitian yang dilakukan khususnya perawat komunitas
diharapkan agar dapat membina kerja sama dengan orang tua khususnya bagi ibu
masyarakat sehingga seorang ibu dapat mengetahui dan melakukan tindakan yang
seharusnya ia lakukan untuk balitanya.
6.2.2. Bagi Penelitian berikutnya
Keterbatasan jumlah responden pada penelitian ini belum dapat mewakili
peranan kader posyandu dan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita di
kelurahan Binjai Estate Kota Binjai. Maka untuk penelitian berikutnya diharapkan
lebih banyak jumlah responden dan jumlah pertanyaan khususnya peranan kader
posyandu dan pengetahuan ibu tentang imunisasi. Selain itu, untuk penelitian
berikutnya perlu dikaji perkembangan status balita yang telah diberikan imunisasi.
6.2.3 Bagi Pendidikan keperawatan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan
masukan dalam pengembangan pendidikan keperawatan khususnya keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2003). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja tentang Imunisasi. Diambil tanggal 9 Maret 2010 dari http://library.usu.ac.id.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar (1996).
Dani, A. (2005). Target PIN. Diambil tanggal 9 Maret 2010 dari http://www.detiknews.com.
Profesinalisle Petugas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan. Diambil tanggal 25 November 2010 dari http://library.usu.ac.id..
Depkes, RI. Unicef. (2000). Imunisasi Campak Cegah Kematian. Diambil tanggal 5 Maret 2010 dari http://syakira /2009/01/tentang-posyandu.com
_______ (1990). Peranan Kader Pos Pelayanan Terpadu Dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Diambil dari http://digilib.unnes.ac.id
Dinkes, Medan. (2007). Angka Kematian Bay dan Anak Akibat Infeksi Sangat Tinggi. Diambil tanggal 8 April 2010 dari http://www.waspada.co.id.
Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawtan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.
Gebyar, B. (2008). IMUNISASI; Pengertian dan Ruang Lingkup. Diambil tanggal 5 Maret 2010 dari http://astaqauliyah.com.
Gupte, S. (2004). Panduan Perawatan anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Gunarsa, S. D. (2000). Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Heru, A. S. (1995). Kader kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. A. A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Ed 1. Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock B. (1998). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Marasmis, 2006. Ilmu perilaku dalam pelayanan kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.
McKenzie, J. F. dkk. (2006). Kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC.
Mubarak,W. I. (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV. SAGUNG SETO.
_______ (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
_______ (2005). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.
_______ (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.
Polit, D. F & Hungler, B. P. (1995). Nursing Research Principle and Method. Philadephia: J. B. Lippincott Comapany.
Rezeki, S. Dkk. (2008). Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: BPIDAI.
Ritonga, A. R. (2003). Statistika Untuk Peneliti dan Pendidikan. Jakarta: Lembaga Pendidikan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Robinson, C. D. (2002). Tanya Jawab Pertanyaan Bayi Tahun Pertama. Jakarta: Arcan.
Sulani, (2007). Kelemahan dan Tantangan Program Imunisasi. Diambil tanggal 9 Maret 2010 dari http://www.waspada.co.id.
Sumijatun, dkk. (2005). Konsep dasar keperawatan komunitas. Jakarta, EGC.
Syakira
Taufik, M. (2007). Prinsip-prinsip promosi kesehatan dalam bidang keperawatan. Jakarta: Infomedika.
, G. (2009). Tentang Posyandu. Diambil tanggal 9 Maret 2010 dari http://syakira-blog.blogspot.com.
Vani, vina. (2008). Imunisasi Campak. Diambil tanggal 10 Desember 2010 dari http://vinadanvani.wordpress.com.
Zeithmalh, dkk (1990: 23). Kualitas Jasa Pelayanan. Diambil tanggal 18 November 2010 dari
Zulkifli, (2003). Posyandu dan Kader Kesehatan. Diambil tanggal 9 Maret 2010 dari http://library.usu.ac.id.