TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRIs
PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI
O L E H
NAMA : RISKA LAILA MAULIDAH NOOR
NIM : 082600085
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
P
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan Laporan Tugas
Akhir dengan judul “PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI”.
Laporan Tugas Akhir ini diajukan guna memenuhi salah satu
persyaratan untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Diploma III
Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna baik
dalam susunan kata, kalimat maupun pembahasannya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya
membangun laporan ini kearah yang lebih baik.
Penulisan laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan
perhatian dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima
kasih setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Hasibuan Batubara, M.Si selaku Ketua Program
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Ibu Dra.Rosmiani, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberikan pengarahan dalam proses penyelesaian
laporan tugas akhir ini.
4. Seluruh Dosen Pengajar Program Diploma III Administrasi Perpajakan
FISIP USU yang telah member ilmu dn wawasannya selama penulis
mengikuti perkuliahan.
5. Seluruh Staf dan Pegawai di Diploma III Perpajakan FISIP USU.
6. Bapak Hermansyah, S.H Selaku Kasubbag Umum KPP Pratama Binjai
yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis melakukan riset di
KPP Pratama Binjai.
7. Seluruh Kepala Seksi dan Staf Pegawai KPP Pratama Binjai yang telah
banyak memberi bantuan, bimbingan, dan informasi dan arahan kepada
penulis.
8. Kedua Orang tua saya yang tidak pernah lelah mengasihi, menyayangi dan
selalu mendukung dan membimbing saya dalam suka maupun duka.
9. Seluruh teman-teman mahasiswa/i Administrasi Perpajakan FISIP USU
Stambuk 2008 Khususnya kelas B yang telah banyak memberikan
semangat dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian laporan tugas
akhir ini.
Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu lagi, penulis
menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Akhir kata penulis harap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita maupun pihak lain yang
memerlukannya.
Medan, Juni 2011 Penulis,
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4
C. Uraian Teoritis ... 6
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 11
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 12
F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 13
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri .. 14
BAB II. GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) …...………16
A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 16
B. Lokasi Geografis Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 17
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 17
D. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 23
BAB III. GAMBARAN UMUM PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ... 25
A. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak………25
B. Dasar Hukum Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak ... 26
C. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak ... 27
D. Arti dari Kode Nomor Pokok Wajib Pajak ... 27
E. Pencantuman Nomor Pokok Wajib Pajak ... 29
F. Perubahan Data Wajib Pajak ... 29
G. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak ... 30
H. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak ... 30
1. Pendaftaran NPWP dan PKP Ke Kantor Pelayanan Pajak ... 30
I. Tata Cara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak ... 35
J. Tata Cara Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ... 38
K. Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak ... 38
BAB IV. ANALISIS DAN EVALUASI ….………...40
A. Prosedur Dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Wajib Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 40
B. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Dan Pengusaha Kena Pajak Melalui Elektronik (Electronic Registration) ... 42
C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Petugas Pajak Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak ... 47
D. Langkah-Langkah Yang Ditempuh Oleh Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) Dalam Melaksanakan Prosedur dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak .... 51
E. Penyebab Subjek Pajak Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak ... 52
F. Solusi Yang Diberikan Oleh Pihak Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) Kepada Wajib Pajak Mengenai Sulitnya Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak ... 53
G. Solusi Yang Dilakukan Pihak Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) Kepada Yang Sudah Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak Tetapi Tidak Menggunakan Hak Yang Dimilikinya ... 54
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………..55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran-Saran ... 57
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dewasa ini pajak merupakan suatu hal yang wajib untuk dipahami
dengan baik, itu terjadi karena pajak sudah menjadi bagian penting dalam
perekonomian. Siapapun terutama wajib pajak pasti akan berurusan dengan
pajak, kendati pajak merupakan hal yang terpenting dalam perekonomian,
namun tidak sedikit masyarakat kesulitan dalam menetapkan pajak. Hal itu
disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik
sehingga kurang memahami tentang pajak. Bagi masyarakat pada umumnya
pajak merupakan hal yang mengalami masalah dalam upayanya melaporkan
serta membayar kewajiban pajaknya.
Pajak menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, adalah Kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat jasa timbal
balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebenar-benarnya kemakmuran rakyat.
Menurut salah satu ahli terkemuka Prof.DR.Rochmat Soemitro, S.H
dalam kutipan Siti Resmi (2007: 1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas
mendapat jasa timbal balik yang berlangsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Perkembangan ekonomi dan teknologi semakin pesat membutuhkan
dana yang tidak sedikit. Dana yang telah ada dipergunakan pemerintah untuk
membangun fasilitas-fasilitas sosial seperti jalan raya, jembatan, rumah sakit,
dan lain-lain. Dalam kondisi yang sekarang ini diperlukan dana yang banyak
serta adanya cara pengelolaan dana yang baik. Hal itu disebabkan banyak
fasilitas-fasilitas sosial yang tidak layak lagi untuk digunakan, sehingga
diperlukan dana yang banyak untuk memperbaiki fasilitas tersebut.
Salah satu sektor penerimaan pemerintah yakni pajak. Pemerintah
berusaha untuk memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak, usaha itu
ditempuh dengan melakukan perubahan peraturan perpajakan. Hal itu
dilakukan untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang ada agar penerimaan
dari sektor pajak dapat diperoleh secara maksimal. Dengan melihat
perkembangan penerimaan sektor pajak yang terus meningkat dari tahun ke
tahun, maka pemerintah berupaya untuk menggali potensi sumber dana dalam
negeri. Namun demikian potensi ini akan sulit digali secara optimal jika
hambatan untuk pelaksanaannya masih belum dapat diatasi. Hambatan
tersebut antara lain kurangnya pemahaman tentang perpajakan, rendahnya
tingkat kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan,
administrasi perpajakan dan kemampuan lembaga perpajakan.
Untuk meningkatkan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak dalam
perpajakan yang cukup, selain itu perlu adanya kemudahan-kemudahan yang
diberikan kepada wajib pajak sehingga dapat menimbulkan kesadaran bagi
wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya, seperti adanya
Undang-Undang atau peraturan yang meringankan wajib pajak.
Maka diperlukan kesigapan aparat perpajakan untuk memperluas
pemahaman Undang-Undang misalnya melalui penyuluhan sebagai sarana
sosialisasi formal maupun informal, media massa seperti surat kabar, majalah
ataupun televisi.
Sebagai acuannya adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut
dengan UU KUP) dan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008 tanggal 6 februari 2008.
Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sendiri menurut
Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP)
adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya (Sihaloho,
2003:87).
Sehubungan dengan diadakannya program praktik kerja lapangan
mandiri ini penulis ingin mengetahui bagaimana sebenarnya NPWP (Nomor
Pokok Wajib Pajak) tersebut. Hal ini penulis tuangkan dalam laporan yang
Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Universitas Sumatera Utara yang berjudul : “PROSEDUR DAN
TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI”.
B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini
adalah :
a. Untuk mengetahui tentang Prosedur dan Tata Cara Pendaftaran
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi wajib pajak orang pribadi
dan badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Pratama
Binjai.
b. Untuk mengetahui perkembangan jumlah wajib pajak berdasarkan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang diterbitkan oleh Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.
c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi wajib pajak dan
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Mahasiswa:
Dapat menerapkan teori yang diperoleh dari perkuliahan ke dalam
permasalahan yang timbul selama melaksanakan PKLM khususnya
menyangkut Prosedur dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib
Pajak.
a. Dapat mempraktikkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah
ke dalam masalah yang nyata dalam dunia kerja dan
pemecahannya.
b. Memahami prosedur permohonan dalam pengurusan Nomor Pokok
Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan.
c. Mendapatkan pengalaman nyata di lapangan sehingga dapat
menambah wawasan serta meningkatkan prestasi dan keahlian
kerja.
Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Universitas Sumatera Utara:
a. Membina hubungan kerjasama antara pihak Universitas khususnya
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
dengan instansi pemerintahan khususnya di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Binjai.
b. Memberikan Kesempatan untuk menguji teori yang dipelajari di
bangku perkuliahan khususnya permasalahan NPWP dan
Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai:
a. Membina Kerjasama antara lembaga pendidikan Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan pihak
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
b. Mendapatkan Ide-Ide baru dalam pengelolaan pajak.
c. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
dalam hal sosialisasi perpajakan kepada masyarakat Wajib Pajak
melalui mahasiswa Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
C. Uraian Teoritis
Pajak menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 adalah
Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sehingga pajak dapat
dikatakan sebagai suatu paksaan yang mau tidak mau harus ditanggung Wajib
Pajak.
Pajak mempunyai fungsi budgetair¸artinya pajak merupakan salah
satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah
berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara (Resmi,
Salah satu upaya untuk meningkatkan peran pajak dalam masyarakat
adalah dengan menetapkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang wajib
dimiliki oleh setiap Wajib Pajak yang penghasilannya telah melebihi atau
diatas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP), yang mana sesuai dengan
tertera dalam peraturan perundang-undangan. Besarnya Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) setahun adalah:
• Rp. 15.840.000,- untuk diri Wajib Pajak.
• Rp. 1.320.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
• Rp.15.840.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami.
• Rp. 1.320.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah
dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, maksimal 3 (tiga) orang untuk
tiap keluarga (pajak.go.id).
Pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak telah melakukan
berbagai kebijakan dan salah satunya adalah melalui ekstensifikasi.
Ekstensifikasi adalah upaya menambah jumlah wajib pajak. Ekstensifikasi
pajak dilakukan untuk membidik wajib pajak baru karena potensi calon wajib
sebenarnya sangat besar. Ekstensifikasi wajib pajak memfokuskan pada
peningkatan kesadaran wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam
administrasi Direktorat Jenderal Pajak. Dengan ekstensifikasi, masyarakat
Peraturan Undang-Undang Perpajakan terus disempurnakan seiring
dengan perkembangan ekonomi maupun sosial. Perubahan selalu dibuat
untuk menyesuaikan kondisi yang ada, pemerintah berupaya untuk membuat
peraturan perpajakan sedemikian rupa melalui intensifikasi maupun
ekstensifikasi pemungutan pajak sehingga diharapkan dapat meningkatkan
penerimaan negara dari sektor pajak (Resmi, 2005:17).
Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang KUP (Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 yang terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2007), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah Suatu sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak, oleh karena itu kepada setiap Wajib Pajak hanya
diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain itu, Nomor Pokok Wajib
Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak
dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.
Nomor Pokok Wajib Pajak sangat diperlukan karena administrasi di
kantor pajak pun berbasis Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), bahkan
beberapa instansi di luar kantor pajak pun mensyaratkan adanya Nomor
Pokok Wajib Pajak ini. Misalnya dalam mengikuti tender pemerintah,
menjadi rekanan pemerintah, urusan perbankan, telekomunikasi, dan
sebagainya.
Bagi kantor pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) memudahkan
banyak urusan misalnya berkaitan dengan perekaman/penyusunan data,
Dengan melihat betapa pentingnya Nomor Pokok Wajib Pajak, maka kantor
pajak berupaya agar pemberian Nomor Pokok Wajib dapat dilakukan dalam
waktu setengah jam (30 menit) bila data sudah lengkap, upaya pelayanan
semacam ini hendaknya terus menerus ditingkatkan (Rakyat Merdeka, 2008)
Sesuai dengan “Self Assessment System” yaitu suatu sistem yang
memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar,
dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang, namun tetap dilakukan
pengawasan atas pelaksanaan kewajiban itu (Suandy, 2008:130).
Semua Wajib Pajak berdasarkan sistem Self Assessment wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai
wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin
yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta. Bagi wajib pajak yang tidak memenuhi
kewajiban untuk mendaftarkan diri maka dapat diterbitkan Nomor Pokok
Wajib Pajak secara jabatan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Bagi wajib pajak
yang telah memenuhi peraturan perundang-Undangan Perpajakan tertentu
tetapi tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
akan dikenakan sanksi (Resmi, 2005:23).
Ada 6 (enam) sasaran dalam pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak
secara jabatan, yakni:
2. Pemilik mobil mewah
3. Pemilik kapal pesiar atau yacht
4. Pemegang saham, baik di dalam negeri maupun di luar negeri
5. Orang asing
6. Pegawai tetap yang berpenghasilan diatas penghasilan tidak kena
pajak (PTKP) dan lain-lain, yang belum ber-NPWP
(laporpajak.com)
Pada tahun 2010 tepatnya 1 januari 2010 yang lalu Direktorat Jenderal
Pajak mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE-141/PJ/2010, dimana
pemerintah membebaskan biaya fiskal luar negeri bagi seluruh warga
Indonesia mulai 1 januari 2010. Peraturan ini termasuk untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Ketentuan tentang tidak dikenakannya kewajiban membayar fiskal diatur
dalam Pasal 25 ayat (8a) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan.
Sebelumnya, pada periode 1 Januari 2009 hingga 31 Desember 2010,
bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memiliki NPWP dan telah berusia
21 tahun yang bertolak ke luar negeri wajib membayar fiskal. Fiskal itu
sebesar Rp. 2.500.000 bagi yang menggunakan pesawat udara, dan Rp.
1.000.000 bagi yang menggunakan angkutan laut. (vivanews.com)
Dengan berpedoman pada pengertian materiil tentang dimulai dan
berakhirnya menjadi Wajib Pajak, maka Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
(NPWP) baru dapat dihapus apabila yang bersangkutan meninggal dunia,
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau menerima penghasilan
dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (pajak.go.id).
Hukum pajak materiil merupakan norma-norma yang menjelaskan
keadaan, perbuatan, dan peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapa
yang harus dikenakan pajak, dan berapa besarnya pajak. Dengan kata lain,
hukum pajak materiil mengatur tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya
hutang pajak beserta hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak
(Resmi, 2008:5).
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
adalah:
1. Prosedur dan Tata Cara Permohonan Pengurusan Nomor Pokok Wajib
Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan Subjek Pajak enggan ataupun tidak mau
mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak.
3. Upaya yang dilakukan pihak Kantor Pelayanan Pajak dalam meningkatkan
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam hal ini penulisan menggunakan metode sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini Penulis melakukan pengajuan dan pengesahan judul
oleh Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU,
seminar proposal, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM), mencari bahan untuk pembuatan proposal serta konsultasi dengan
pihak dosen.
2. Studi Literatur
Dalam tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber-
sumber pustaka seperti buku-buku Perpajakan,Undang-Undang Perpajakan,
Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jenderal Pajak, Struktur
organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dan bahan-bahan lainnya
yang berhubungan dengan objek pembahasan dalam Praktik Kerja Lapangan
Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Pada tahap ini penulis mencari data dan informasi dengan mengikuti
Praktik Kerja Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai,
serta mempelajari laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan
dibahas.
4. Pengumpulan Data
Mengumpulkan secara langsung dari sumbernya yaitu dengan
wawancara langsung dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai.
b. Data Sekunder
Mengumpulkan data dari hasil dokumentasi berupa buku, literatur, dan
perundang-undangan.
5. Analisis dan Evaluasi
Penulis melakukan analisis dan evaluasi data mengenai prosedur dan
tata cara pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai.
F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode
pengumpul data sebagai berikut:
1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara langsung
melibatkan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai secara lisan
maupun tulisan yang berhubungan dengan objek studi.
2. Daftar Observasi (Observation Guide)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan
mandiri (PKLM) sehubungan dengan objek pajak studi yang dispesialisasikan
oleh penulis.
3. Daftar Dokumentasi
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data yang bersumber dari
dokumen-dokumen, buku-buku, Undang-Undang Perpajakan, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Surat Edaran, sumber-sumber lain
yang mendukung penulisan ini.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun sistematika dalam melakukan penyusunan laporan Praktik
Kerja Lapangan Mandiri adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah Praktik
Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Penelitian,Uraian
teoritis, Ruang Lingkup, Metode Pengumpulan Data, dan bentuk
Sistematika penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Dalam hal ini diuraikan gambaran umum mengenai objek Praktik
Kerja Lapangan Mandiri yaitu sejarah singkat berdirinya Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai, tugas dan fungsi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP), dan Struktur Organisasi.
Dalam bab ini diuraikan mengenai prosedur permohonan Nomor
Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama meliputi pengertian
Nomor Pokok Wajib Pajak, fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak,
Tempat pendaftaran Wajib Pajak, jangka waktu pendaftaran dan
penghapusannya, syarat-syarat memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak, serta penyebab dan kendala yang sering timbul dalam
pendaftaran dan perolehan Nomor Pokok Wajib Pajak Orang
Pribadi dan Wajib Pajak Badan.
BAB IV : ANALISA DATA DAN EVALUASI
Dalam bab ini diuraikan mengenai penganalisaan data yang
diperoleh kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan
interpretasi untuk pemecahan masalah.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Di dalam bab ini terdiri dari dua hal, yaitu kesimpulan dan saran.
Kesimpulan merupakan intisari yang mencakup seluruh objek
pembahasan yang dibahas dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri
dan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau gagasan yang harus
dilakukan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang dibahas
dari objek pembahasan yang terdapat dalam laporan pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai didirikan berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK-1/1994
tanggal 29 Maret 1994, dengan wilayah kerja sebagai berikut :
1) Kota Madya Binjai
2) Kabupaten Langkat
3) Kabupaten Deli Serdang
a. Kecamatan Labuhan Deli
b. Kecamatan Sunggal
c. Kecamatan Pancur Batu
d. Kecamatan Hamparan Perak
e. Kecamatan Sibolangit
f. Kecamatan Kutalimbaru
4) Kabupaten Tanah Karo
Pada tanggal 27 Mei 2008, Kantor Pelayanan Pajak Binjai berubah
nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang artinya KPP
Pratama Binjai telah menjadi KPP Modern dimana pelayanan perpajakan
telah menjadi pelayanan satu atap. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
1) Kota Binjai
2) Kabupaten Langkat
B. Lokasi Geografis Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai terletk di jalan Jambi
Nomor 1 Rambung Barat, Binjai Selatan. Kantor Pemerintah ini mempunyai
kewajiban untuk memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan
terhadap masyarakat dalam membayar pajak.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dikepalai oleh seorang
kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang terdiri atas Sub Bagian Umum,
dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.
Agar dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Binjai maka disini penulis akan menggambarkan
tentang struktur organisasi.
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok orang
bekerjasama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Struktur organisasi menyediakan pengadaan personil yang memegang jabatan
tertentu dan masing-masing diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab
sesuai dengan jabatannya. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan
hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Struktur organisasi sangat penting untuk terlaksananya fungsi
pengorganisasian dengan baik sebab dengan adanya struktur organisasi akan
terlihat jelas tugas dan wewenang dari setiap bagian yang terdapat dalam
hierarki organisasi dan ini akan memudahkan setiap karyawan untuk
menjalankan tugas dan fungsinya.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi, dan pemeriksaan
sederhana terhadap wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
Undang-Undang yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai menyelenggarakan fungsi :
1) Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan.
2) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan
dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat
3) Pengawasan, pembayaran masa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
4) Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian
keberatan penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB).
5) Pelaksanaan pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi
perpajakan.
6) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
7) Pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi perpajakan.
8) Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi.
9) Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Binjai.
Adapun struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Binjai adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan
Karikpa maka Kepala KPP Pratama mempunyai tugas
pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak
Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum memiliki Tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Melakukan urusan tata usaha
2. Melakukan urusan kepegawaian
3. Melakukan urusan keuangan
4. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga
3. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Melakukan urusan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT),
surat wajib pajak lainnya, melakukan penatausahaan
pendaftaran, dan pencabutan identitas wajib pajak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Melakukan penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, dan
penyelesaian permohonan penundaan penyampaian SPT sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. Melaksanakan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) dan kearsipan wajib pajak sesuai dengan ketentuan
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi memiliki tugas dan fungsi
sebagai berikut:
1. Memberikan penjelasan tentang kegiatan administrasi
perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak.
2. Menjadi tempat konsultasi dan konseling para wajib pajak.
3. Membuat surat-surat, seperti surat teguran, surat ucapan terima
kasih, surat pemberitahuan kepada wajib pajak, dan lain
sebagainya.
4. Memeriksa Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan
wajib pajak.
5. Mendisposisikan surat-surat, seperti surat masuk dan surat
keluar.
6. Memberikan aturan kepada wajib pajak untuk menghitung
pajak dan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT).
7. Membuat data base Wajib Pajak.
5. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi memiliki Tugas dan fungsi
sebagai berikut:
1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data,
penyajian informasi perpajakan.
2. Perekaman dokumen perpajakan.
4. Merekam SPT Masa PPN 1107, 1107A, dan 1107B.
5. Merekam PPh Pasal 21.
6. Merekam PPh Pasal 23/26.
7. Merekam PPh Final Pasal 4
8. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
9. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
10. Memberikan pelayanan dukungan teknis computer.
11. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing
12. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG.
13. Penyiapan laporan kinerja.
6. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut:
1. Melakukan penatausahaan piutang pajak, usul penghapusan
piutang pajak, penundaan dan angsuran sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2. Melakukan penyiapan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), Sita, Urusan Lelang,
dan dukungan penagihan lainnya berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
7. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut:
2. Pendataan objek dan subjek pajak.
3. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak
dalam menunjang ekstensifikasi.
8. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan memiliki Tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Mengkoordinir penyusunan rencana pemeriksaan.
2. Melakukan pelaksanaan pemeriksaan dan,
3. Penerbitan serta penyaluran Surat Perintah pemeriksaan pajak
serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan
Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara
langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak pratama dalam
melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa
berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat
Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.
D. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
1) Sub Bagian Umum
Jumlah Pegawai : 7 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kasubbag
Umum)
2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
3) Seksi Pelayanan
Jumlah Pegawai : 9 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi)
4) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
Jumlah Pegawai : 5 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi)
5) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
Jumlah Pegawai : 6 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi)
6) Seksi Ekstensifikasi
Jumlah Pegawai : 7 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi)
7) Seksi Penagihan
Jumlah Pegawai : 6 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi)
8) Seksi Pemeriksaan
Jumlah Pegawai : 2 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi)
9) Seksi Fungsi Pemeriksaan
Jumlah Pegawai : 10 Orang
10)Seksi Fungsional Penilai PBB
BAB III
GAMBARAN UMUM PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)
A. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak
Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Ketentuan Umum
Perpajakan (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 yang terakhir diubah
dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007), Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) adalah Nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
Sedangkan yang dimaksud dengan Wajib Pajak adalah Orang pribadi
atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk
pemungutan pajak atau pemotong pajak tertentu.
Dengan identitas ini wajib pajak dapat dengan mudah menyelesaikan
segala urusan yang berkaitan dengan pemungutan kewajiban perpajakan baik
mengenai pembayaran pajak, kepindahan lokasi usaha, perubahan badan
usaha atau kegiatan lain yang diisyaratkan untuk memiliki identitas
perpajakan. Setiap wajib pajak hanya memiliki satu Nomor Pokok Wajib
B. Dasar Hukum Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
Dasar Hukum yang menyangkut tentang Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) adalah:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan
Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
2. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-27/PJ./1995
tanggal 23 Maret 1995 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan
Pelaporan Kegiatan Usaha serta Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
3. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-150/PJ/1999
tentang Perubahan KEP-27/PJ./1995.
4. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-515/PJ./2000
tanggal 4 Desember 2000 tentang Tempat Pendaftaran bagi Wajib
Pajak tertentu dan Tempat Pelaporan Usaha Bagi Pengusaha Kena
Pajak Tertentu.
5. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-516/PJ./2000
tanggal 4 Desember 2000 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan
Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan
Penghapusan NPWP, serta Pengukuhan dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
6. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-161/PJ./2001
Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
(http ://www.pajakonline.com)
C. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak
Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor
SE-41/PJ./2003 adapun fungsi dari Nomor Pokok Wajib Pajak adalah sebagai
berikut:
1. Sarana dalam administrasi perpajakan.
2. Tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
3. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan
administrasi perpajakan.
4. Untuk dicantumkan dalam semua dokumen perpajakan
D. Arti dari Kode Nomor Pokok Wajib Pajak
Kode Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) terdiri dari 15 digit, dengan
perincian sebagai berikut :
1. Dua digit pertama merupakan identitas wajib pajak, yaitu:
a. 01 s.d. 03 = Wajib Pajak Badan
b. 04 s.d. 06 = Wajib Pajak Pengusaha
d. 07,08, dan 09 = Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Enam digit kedua merupakan nomor registrasi / urut yang diberikan
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak Kepada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP), contoh : 885.071
3. Satu digit ketiga diberikan untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
sebagai alat pengaman agar tidak terjadi pemalsuan dan kesalahan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), contoh : 4
4. Tiga digit keempat adalah kode Kantor Pelayanan Pajak, contoh :
119
5. Tiga digit terakhir adalah status wajib pajak (Tunggal,Pusat atau
Cabang), yaitu :
a. 000 = Tunggal atau Pusat
b. 00, dan seterusnya = Cabang ke-, dan seterusnya.
Contoh: NPWP PT.BCA : 01.885.071.4-119.000. dengan
penjelasan sebagai berikut :
a. 01 artinya Wajib Pajak Badan.
b. 885.071. artinya nomor registrasi / nomor urut terdaftar.
c. 4 artinya kode cek digit.
d. 119 artinya kode Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
E. Pencantuman Nomor Pokok Wajib Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak harus dituliskan dalam setiap dokumen
perpajakan, antara lain :
1. Formulir-formulir perpajakan yang dipergunakan Wajib Pajak.
2. Surat-menyurat dalam hubungan perpajakan.
3. Dalam hubungan dengan instansi tertentu yang mewajibkan
mengisi Nomor Pokok Wajib Pajak.
F. Perubahan Data Wajib Pajak
Yang dimaksud dengan perubahan data wajib pajak meliputi
perubahan identitas wajib pajak, pemindahan wajib pajak atau pengusaha
kena pajak, serta penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau
pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
Perubahan Identitas wajib pajak meliputi:
a. Perbaikan data karena kesalahan dalam keluaran (data dalam dokumen
masukan tidak sama dengan data keluaran).
b. Perubahan Nomor Pokok Wajib Pajak karena adanya kesalahan
misalnya kode wajib pajak cabang tidak sama dengan pusat.
c. Perubahan nama wajib pajak karena penggantian nama.
d. Perubahan bentuk badan hukum.
e. Perubahan alamat wajib pajak karena perpindahan tempat tinggal atau
tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha dalam wilayah kerja
f. Perubahan status usaha wajib pajak.
g. Perubahan jenis pajak karena suatu hal yang mengakibatkan
kewajiban jenis pajaknya berubah.
G. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 44/PJ/2008
tentang pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ditentukan sebagai
berikut:
1. Tempat pendaftaran diri Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah di Kantor Direktorat Jenderal
Pajak (Kantor Pelayanan Pajak) yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal (orang/pribadi), tempat kedudukan (badan) atau
tempat kegiatan usaha Wajib Pajak yang bersangkutan.
2. Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak
berada pada dua atau lebih wilayah kerja Kantor Direktorat
Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Pajak menetapkan tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak.
H. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
1. Pendaftaran NPWP dan PKP ke Kantor Pelayanan Pajak
Dalam hal ini Wajib Pajak dapat mendaftarkan dirinya dengan cara
datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak. Berdasarkan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (PKP) di Kantor Pelayanan Pajak dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak harus mengisi Formulir Permohonan Pendaftaran
Wajib Pajak dan atau Formulir Permohonan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) secara lengkap dan jelas. Dalam
hal Wajib Pajak membutuhkan bantuan dalam mengisi
formulir tersebut dapat menanyakan kepada Petugas
Pendaftaran Wajib Pajak.
2. Wajib Pajak menyerahkan Formulir Permohonan Pendaftaran
Wajib dan atau Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(PKP) yang telah diisi secara lengkap dan jelas serta
ditandatangani Wajib Pajak dan atau kuasanya kepada Petugas
Pendaftaran Wajib Pajak.
Petugas Pendaftaran Wajib Pajak mempunyai tugas:
1. Menerima Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak dan
atau Formulir Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak dan atau
Pengusaha Kena Pajak atau kuasanya yang sah.
2. Memeriksa kelengkapan pengisian Formulir Permohonan
Pendaftaran Wajib Pajak dan atau Formulir Permohonan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam hal Formulir
mengembalikan formulir kepada pemohon untuk dilengkapi
pengisiannya.
3. Merekam dan mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen
(LPAD) serta menyerahkan Bukti Penerimaan Surat (BPS)
kepada pemohon setelah ditandatangani petugas Pendaftaran
Wajib Pajak.
4. Mengisi kolom-kolom pada Formulir Permohonan Perubahan
Data dan Wajib Pajak Pindah dan atau Formulir Permohonan
Pendaftaran Wajib Pajak yang diberi keterangan “Diisi oleh
petugas”.
5. Melakukan penelitian administrasi untuk mengetahui apakah
pemohon telah terdaftar sebagai Wajib Pajak atau Pengusaha
Kena Pajak pada tata usaha Kantor Pelayanan Pajak atau
belum.
6. Apabila berdasarkan hasil penelitian administrasi ternyata:
a. Pemohon telah terdaftar sebagai Wajib Pajak, kepadanya
tidak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) lagi,
atau
b. Pemohon pernah terdaftar sebagai Wajib Pajak, kepadanya
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang sama
dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang pernah
c. Pemohon terdaftar sebagai Wajib Pajak, kepadanya
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dengan
catatan khusus untuk pemohon berstatus cabang atau orang
pribadi, pengusaha tertentu atau wanit kawin tidak pisah
harta atau penghasilan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
d. Pemohon telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP), kepadanya tidak diberikan Surat Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (SPPKP), atau
e. Pemohon belum dikukuhkan sebagai (PKP), kepadanya
diberikan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(SPPKP).
7. Merekam data Permohonan sesuai isian pada Formulir
Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak dan atau Formulir
Permohonan Pengusaha Kena Pajak Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (PKP) sesuai dengan tata cara yang telah
ditentukan.
8. Merekam kewajiban Perpajakan Wajib Pajak pada menu
aplikasi Wajib Pajak.
9. Dalam hal pemohon mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (PKP), petugas pendaftaran Wajib
a. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan kartu
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) paling lama 1
(satu) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara
lengkap.
b. Meneruskan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan Surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) kepada
Kepala Seksi Pelayanan/Tata Usaha Perpajakan untuk
ditandatangani.
c. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan kartu
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) paling lama 1
(satu) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara
lengkap.
10. Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang
diberikan pada Formulir Pendaftaran Wajib Pajak.
11. Mengadministrasikan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan
Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) yang
2. Pendaftaran NPWP dan PKP melalui elektronik (Electronic Registration)
Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) selain dengan
datang langsung ke Kantor Pajak dapat juga dilakukan secara
elektronik yaitu melalui internet di situs Direktorat Jenderal Pajak
dengan alamat
Wajib Pajak cukup memasukkan data-data pribadi seperti Kartu
Tanda Penduduk (KTP), SIM, Paspor untuk dapat memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Pendaftaran melalui internet ini dapat memberikan kemudahan bagi
Wajib Pajak yang tidak mempunyai banyak waktu untuk pergi ke
Kantor Pelayanan Pajak. Dan yang paling penting Wajib Pajak
dapat menghemat waktu dan tenaga karena Wajib Pajak dapat
melakukan registrasi dimana saja dan kapan saja sepanjang ada
koneksi internet.
I. Tata Cara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dilakukan dalam
hal diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh:
1. Wajib Pajak dan atau ahli warisnya karena Wajib Pajak sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
a. Wajib Pajak meninggal dan tidak meninggalkan harta warisan,
disyaratkan adanya fotokopi akte kematian atau surat
keterangan kematian dari instansi yang berwenang.
b. Wajib Pajak meninggal dan meninggalkan warisan. Apabla
selesai dibagi kepada ahli warisnya, disyaratkan adanya
keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh ahli
warisnya.
c. Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat
lagi sebagai Wajib Pajak (WP), disyaratkan surat pernyataan
dan keterangan dari instansi yang berwenang.
2. Wanita kawin yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) dan menikah tanpa membuat perjanjian
pemisahan harta serta suaminya telah terdaftar sebagai Wajib
Pajak, disyaratkan adanya surat nikah/akte perkawinan dari catatan
sipil.
3. Wajib Pajak Badan dalam rangka likuidasi atau telah dibubarkan
secara resmi, disyaratkan adanya akte pembubaran.
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT), yang karena sesuatu hal kehilangan
statusnya sebagai BUT, disyaratkan adanya Permohonan Wajib
Pajak yang dilampiri dokumen yang mendukun bahwa BUT
tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk digolongkan sebagai
Permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) hanya
dapat disetujui apabila utang pajak telah dilunasi atau hak untuk melakukan
penagihan telah kadaluarsa, kecuali dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa
utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi antara lain
karena:
a. Wajib Pajak Orang Pribadi meninggal dunia dengan tidak
meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli
waris tidak ditemukan atau,
b. Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan.
Permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Wajib
Pajak harus diberikan keputusan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka
waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) sejak
tanggal permohonan Wajib Pajak diterima secara lengkap. Apabila jangka
waktu 6 bulan tersebut telah lewat, maka permohonan penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak Wajib Pajak (NPWP OP) dianggap dikabulkan dan harus
diterbitkan surat keputusan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh
Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka paling lama 1 (satu) bulan setelah
J. Tata Cara Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dilakukan dalam hal
diajukan permohonan pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena pajak oleh:
a. PKP pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) lain.
b. PKP lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Pengusaha
Kena Pajak.
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dilakukan melalui proses pemeriksaan dn memberikan
keputusan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
Wajib Pajak diterima secara lengkap.
Apabila jangka waktu 6 (enam) bulan tersebut telah lewat, maka
permohonan penghapusan Pengusaha Kena Pajak oleh Wajib Pajak dianggap
dikabulkan dan harus diterbitkan surat keputusan mengenai Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan setelah berakhirnya jangka waktu tersebut.
K. Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan di dalam pasal 39 ayat (1) disebutkan setiap orang yang dengan
1. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak,
2. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok
Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
3. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan,
4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling
lama 6 (enam) tahun, dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terhutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4(empat) kali
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Prosedur Dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Wajib Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Wajib Pajak mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan
secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
setempat dengan melampirkan:
1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas:
a. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi
paspor ditambah surat pernyataan tempat tinggal/domisili
dari yang bersangkutan bagi orang asing (bentuk formulir
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak),
b. Surat pernyataan tempat kegiatan usaha atau usaha
pekerjaan bebas dari Wajib Pajak (bentuk formulir
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak).
2. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas:
a. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi
dari yang bersangkutan bagi orang asing (bentuk formulir
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak),
b. Surat pernyataan tempat kegiatan usaha atau usaha
pekerjaan bebas dari Wajib Pajak (bentuk formulir
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak).
3. Untuk Wajib Pajak Badan:
a. Fotokopi akte pendirian dan perubahan atau surat
keterangan penunjukkan dari kantor pusat bagi Bentuk
Usaha Tetap (BUT),
b. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi
paspor ditambah surat pernyataan tempat tinggal/domisili
dari yang bersangkutan bagi orang asing (bentuk formulir
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak), dari salah
seorang pengurus aktif,
c. Surat pernyataan tempat kegiatan usaha dari salah satu
pengurus aktif.
4. Untuk Bendahara sebagai Pemungut/Pemotong:
a. Fotokopi KTP bendahara,
b. Fotokopi surat penunjukan sebagai bendahara.
5. Untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak
Pemotong/Pemungut:
a. Fotokopi perjanjian kerjasama sebagai joint operation,
c. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi
paspor ditambah surat pernyataan tempat tinggal/domisili
dari yang bersangkutan bagi orang asing (formulir
ditentukan Direktorat Jenderal Pajak), dari salah seorang
pengurus joint operation.
6. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha
tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta harus melampirkan
fotokopi surat keterangan terdaftar Kantor
Pusat/domisili/suami.
B. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak Melalui Elektronik (Electronic Registration)
Aplikasi e-Registration untuk Wajib Pajak adalah aplikasi yang dapat
memudahkan Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri secara online melalui
internet. Sistem aplikasi ini sebagai bagian dari Sistem Informasi Perpajakan
di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat
keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data
yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak.
Sistem ini terbagi dua bagian, yaitu sistem yang dipergunakan oleh
Wajib Pajak yang berfungsi sebagai sarana pendaftaran Wajib Pajak secara
online dan sistem yang dipergunakan oleh Petugas Pajak yang berfungsi
Berikut ini tata cara pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) melalui internet:
1. Membuka situs Direktorat jenderal Pajak dengan alamat
2. Memilih menu sistem e-Registration,
3. Membuat account dengan melakukan login pada sistem
e-Registration,
4. Login ke system sistem e-Registration dengan mengisi username
dan password yang telah dibuat,
5. Memilih menu “Permohonan Pendaftaran NPWP dan/atau
Pengukuhan PKP”,
6. Memilih jenis Wajib Pajak yang sesuai (Orang Pribadi, Badan, atau
Bendahara),
7. Mengisi formulir permohonan pada layar computer dengan lengkap
dan benar,
8. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Permohonan
Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan PKP,
9. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap
dan Surat Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS) melalui aplikasi
e-Registration,
10.Menerima Surat Keterangan Terdaftar (SKT), Nomor Pokok Wajib
(SPPKP) dari Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak
terdaftar.
Kantor Pelayanan Pajak dapat menerbitkan Nomor Pokok Wajib
Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan, apabila Wajib
Pajak tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak. Bila berdasarkan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak ternyata
Wajib Pajak memenuhi syarat untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
atau Pengusaha Kena Pajak.
Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan biasanya
dilakukan oleh petugas pajak setelah Kantor Pelayanan Pajak melakukan
ekstensifikasi pajak yaitu dengan jalan penyisiran yang dilakukan di wilayah
kerja Kantor Pelayanan Pajak tersebut.
Penyisiran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jumlah
Wajib Pajak. Penyisiran dilakukan guna mengetahui apakah masyarakat
sudah mendaftarkan dirinya menjadi Wajib Pajak dan memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak serta melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Ketika Subjek Pajak mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, maka
petugas pajak akan memberikan formulir dimana formulir tersebut berguna
untuk mengetahui data-data Wajib Pajak. Dalam hal pengisian formulir Wajib
Pajak dapat menanyakan secara langsung kepada petugas pajak mengenai
hal-hal yang kurang jelas dan belum dimengerti agar tidak terjadi kesalahan
member petunjuk, keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak
dengan sejelas-jelasnya khususnya mengenai Prosedur Pengurusan Nomor
Pokok Wajib Pajak.
Secara umum tahap-tahap dalam mengisi formulir antara lain:
1. Mengisi formulir yang telah diberikan oleh petugas pajak.
2. Mengisi data yang ada dalam formulir dengan benar dan jelas.
3. Menandatangai formulir tersebut oleh Subjek Pajak ataupun
ditandatangani oleh kuasa hukum Subjek Pajak yang sah.
4. Memberikan lampiran-lampiran yang diminta oleh petugas pajak.
Setelah selesai mengisi formulir dan memberikan data-data yang baik
dan benar maka Subjek Pajak selesai dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib
Pajak. Setelah itu petugas pajak akan mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) Subjek Pajak tersebut sampai selesai. Berdasarkan Surat Edaran
Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-37/PJ/2007 tanggal 14 Agustus 2007
tentang Percepatan Jangka Waktu Penyelesaian Layanan Unggulan Direktorat
Jenderal Pajak, penyelesaian proses pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) paling lama 1 (satu) hari sejak permohonan diterima lengkap.
Apabila pengurusan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
sudah selesai, maka:
1. Subjek Pajak telah menjadi Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai dan Direktorat Jenderal Pajak.
3. Subjek Pajak mendapat pelayanan dari Instansi dimana Subjek
Pajak bisa mendapatkan atau mengajukan kredit dan dapat
membuat izin usaha.
Oleh karena itu, semua Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha
yang berhubungan dengan perpajakan agar menggunakan Nomor Pokok
Wajib Pajak dengan sebagaimana mestinya, yaitu dengan mencantumkan
Nomor Pokok Wajib Pajak pada setiap dokumen ataupun berkas perpajakan.
Berikut ini akan disajikan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan
Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
[image:52.595.148.521.445.511.2]Binjai untuk 3 tahun dapat dilihat dari table di bawah ini:
Tabel : Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib
Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
WAJIB PAJAK TERDAFTAR T A H U N
2009 2010 2011
PPh ORANG PRIBADI 56.267 69.849 75.186
PPh BADAN 3.129 3.755 4.002
Sumber: Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah Wajib Pajak terdaftar selama 3
tahun terakhir. Dari data di atas menunjukkan jumlah Wajib Pajak mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011
yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
Dalam pengurusan permohonan Nomor Pokok Wajib Pajak, tidak
selalu berjalan lancar. Kadang-kadang sering timbul kendala-kendala atau
hambatan-hambatan baik yang datangnya dari dalam Kantor Pelayanan Pajak
C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Petugas Pajak dalam Melayani Wajib Pajak Untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
Berikut ini beberapa kendala yang sering timbul dalam pendaftaran
dan perolehan Nomor Pokok Wajib Pajak khususnya di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Binjai:
1. Jangka waktu penyelesaian proses pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Pemenuhan jangka waktu penyelesaian proses pendaftaran Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan salah satu masalah yang
dialami oleh pegawai Seksi Pelayanan. Penyelesaian pendaftaran
Nomor Pokok Wajib Pajak terkadang lebih dari 1 (satu) hari kerja
sejak dokumen diterima lengkap sehingga sering menimbulkan
komplain dari Wajib Pajak yang ingin agar proses pendaftaran
NPWP-nya dapat diproses secepat mungkin, terutama oleh Wajib
Pajak yang memiliki kepentingan cukup mendesak. Apalagi Wajib
Pajak sering membandingkan jangka waktu penyelesaian
pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai dengan Kantor Pelayanan Pajak lainnya yang ada di
Kantor Wilayah Sumut I yang jangka waktu penyelesaian
pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak bahkan ada yang hanya 15
menit. Hal ini membuat petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)
yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dengan
Kantor Pelayanan Pajak lainnya.
2. Kesulitan menentukan Kelompok Lapangan Usaha (KLU) Wajib Pajak
Nomor Kelompok Lapangan Usaha (KLU) yang akan diberikan
kepada Wajib Pajak dalam penyelesaian proses pendaftaran Nomor
Pokok Wajib Pajak sangat berpengaruh terhadap hak dan
kewajiban yang akan diperoleh oleh Wajib Pajak sehingga
pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan salah satu hal
penting yang harus diperhatikan oleh petugas TPT agar tidak
terjadi kesalahan pemenuhan kewajiban dan perolehan hak wajib
pajak di bidang perpajakan di kemudian hari.
3. Adanya pendaftaran kembali Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) oleh Wajib Pajak yang sama
Terkadang terjadi masalah dimana Wajib Pajak tersebut telah
terdaftar namun mengajukan pendaftaran Nomor Pokok Wajib
Pajak kembali.
4. Jaringan e-Registrasi yang sering bermasalah
Sistem e-Registrasi merupakan sistem yang digunakan oleh Seksi
Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai untuk
melakukan proses perekaman data pendaftaran Nomor Pokok
Wajib Pajak. Proses pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak sering
gangguan sehingga sistem e-Registrasi sama sekali tidak bisa
diakses. Jaringan e-Registrasi paling sering mengalami gangguan
apabila terjadi hujan yang deras.
5. Besarnya jumlah permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
Jumlah permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak setiap
hari kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai berkisar antara
50 sampai dengan 200 permohonan. Banyaknya jumlah
permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak ini
dikarenakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki
wilayah kerja sebanyak 2 (dua) Daerah Tingkat II, yaitu
Kotamadya Binjai yang terdiri dari 5 Kecamatan dan Kabupaten
Langkat yang terdiri dari 23 Kecamatan. Untuk memproses
permohonan yang relatif besar tersebut memerlukan waktu yang
cukup lama dalam penyelesaiannya.
6. Relatif luasnya wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
Luasnya wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai juga
berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk memproses
permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain
memberikan pelayanan permohonan pendaftaran Nomor Pokok
terhadap penerimaan dokumen masuk lainnya seperti menerima
Surat Pemberitahuan Masa dan memberikan penjelasan ataupun
jawaban atas pertanyaan Wajib Pajak tentang hal-hal yang
berkaitan dengan perpajakan yang cenderung memerlukan waktu
yang lama. Luasnya wilayah kerja ini terlihat dari besarnya jumlah
Wajib Pajak setiap harinya dengan berbagai kepentingan. Dalam 1
(satu) hari kerja, nomor antrian Wajib Pajak di Tempat Pelayanan
Terpadu (TPT) berkisar antara 120 sampai dengan 250.
7. Jumlah SDM yang tidak sesuai dengan beban kerja secara keseluruhan
Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT) yang khusus memberikan pelayanan
terhadap bidang perpajakan selain Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) tidak sebanding dengan beban kerja yang diemban. Selain
menerima dokumen masuk serta memberikan penjelasan kepada
Wajib Pajak tentang aspek perpajakan tertentu dan memproses
pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak, petugas TPT juga
melaksanakan tugas-tugas administrasi lainnya. Oleh karena itu
petugas TPT tidak langsung memproses permohonan pendaftaran
Nomor Pokok Wajib Pajak yang diajukan Wajib Pajak.
Hal-hal tersebut mengakibatkan penundaan penyelesaian
yang seharusnya hanya 1(satu) hari kerja menurut ketentuan yang
berlaku.
D. Langkah-Langkah Yang Ditempuh Oleh Pihak Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) Dalam Melaksanakan Prosedur dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Oleh Subjek Pajak
Berikut ini beberapa langkah-langkah yang dilakukan oleh pihak
Direktorat Jenderal Pajak atau lebih dikenal dengan DJP (Fiskus) agar Subjek
Pajak mau mendaftarkan dirinya untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak:
1. Sunset Policy 2008, pada tahun 2008 Direktorat Jenderal Pajak
mengadakan Sunset Policy dimana Wajib Pajak yang secara
sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak dalam tahun 2008 dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pajak Penghasilan (SPT PPh) untuk tahun 2007 maka tidak
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana diatur
dalam Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP) Nomor 28 tahun 2007.
2. Membuat aplikasi Pendaftaran Wajib Pajak Massal (PWPM)
adalah program aplikasi yang digunakan oleh Fiskus untuk
memproses pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi
maupun Wajib Pajak Badan berdasarkan e-NPWP atau daftar
3. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan yang berhubungan dengan
pajak khususnya mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak, keunggulan
Nomor Pokok Wajib Pajak, beserta sanksi yang diberikan jika
Subjek Pajak dengan sengaja tidak mau mendaftarkan dirinya
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.
4. Menggunakan media cetak dan elektronik agar dapat memberikan
informasi yang lebih luas tentang perpajakan.
5. Mengadakan seminar-seminar.
E. Penyebab Subjek Pajak Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
Setiap Wajib Pajak yang sudah memenuhi persyaratan Subjektif dan
Objektif sesuai dengan Ketentuan Peraturan Undang-Undang Perpajakan
diwajibkan untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak. Tetapi ada faktor yang menyebabkan Subjek Pajak tersebut enggan
ataupun tidak mau mendaftarkan dirinya, diantaranya:
1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentinya pajak, banyak
yang beranggapan bahwa membayar pajak merupakan beban bagi
dirinya bukan kewajiban. Semua fasilitas yang dibangun
merupakan kewajiban pemerintah sendiri. Masyarakat merasa
terlibat sebagai orang yang mempunyai hutang yang harus
2. Adanya anggapan bahwa prosedur pendaftaran Nomor Pokok
Wajib Pajak berbelit-belit dan lama proses administrasinya.
3. Adanya anggapan bahwa permohonan pengurusan Nomor Pokok
Wajib Pajak dipungut biaya padahal dalam mengurus Nomor
Pokok Wajib Pajak tidak dikenakan biaya sedikitpun.
F. Solusi Yang Diberikan Oleh Pihak Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) Kepada Wajib Pajak Mengenai Sulitnya Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
Demi kemudahan bagi Wajib Pajak adapun solusi-solusi yang
diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) kepada Wajib Pajak dalam
hal memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak adalah sebagai berikut:
1. Kantor Pelayanan Pajak melaksanak