HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA ELEKTRONIK
DENGAN NYERI KEPALA
PADA REMAJA
T E S I S
OLEH
ANITA SURYA
NIM: 097112010
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK
SPESIALIS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA ELEKTRONIK DENGAN NYERI KEPALA PADA REMAJA
Nama : ANITA SURYA
NIM : 097112010
Program Studi : ILMU PENYAKIT SARAF
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. DR.Dr.Hasan Sjahrir, Sp.S (K) Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S NIP. 19470930 197902 1 001 NIP. 19621221 199012 1 001
Pembimbing III
Dr. Irina K. Nasution, Sp.S NIP. 19800903 2006042001
Mengetahui / Mengesahkan :
Ketua Departemen / SMF Ilmu Penyakit Saraf FK USU/RSUPHAM Medan
dr. Rusli Dhanu, Sp.S (K) NIP. 19530916 198203 1 003
Ketua Program Studi/ SMF Ilmu Penyakit Saraf
FK USU/ RSUP HAM Medan
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan segala berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas
akhir Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik – Spesialis Ilmu
Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan
Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. DR. dr. H. Hasan Sjahrir, Sp.S(K), selaku Guru Besar Tetap
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/RSUP H. Adam Malik Medan dan selaku pembimbing penulis
yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing,
mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan,
pembuatan dan penyelesaian tesis ini.
3. Dr. H. Rusli Dhanu, Sp.S (K), Ketua Departemen Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara disaat penulis melakukan
penelitian dan sebagai Ketua Departemen Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik Medan
saat tesis ini selesai disusun yang banyak memberikan
masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S (K), Ketua Program Studi PPDS-I Neurologi
disusun yang banyak memberikan masukan-masukan berharga
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S dan dr. Irina Kemala Nasution Sp.S
selaku pembimbing penulis yang dengan sepenuh hati telah
mendorong, membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai
dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.
6. Guru-guru penulis: : Prof. Dr. H. Darulkutni Nasution, Sp.S (K); Dr.
Darlan Djali Chan, Sp.S; Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K); Dr. Aldy
S. Rambe, Sp.S(K); Dr. Irsan NHN Lubis, Sp.S; Dr. Puji Pinta O.
Sinurat, Sp.S; Dr. Cut Aria Arina, Sp.S; Dr. S. Irwansyah, Sp.S; Dr. Kiki
M.Iqbal, Sp.S; Dr.Alfansuri Kadri, Sp.S; Dr.Dina Listyaningrum, Sp.S
Msi Med; Dr.Aida Fithrie,Sp.S ; Dr.Iskandar Nasution,Sp.S; Dr.Haflin
Soraya Hutagalung Sp.S dan guru lainnya yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan masukan
selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik.
7. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah
memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik
sehingga penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Magister
Kedokteran Klinik.
8. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang
telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi
dengan penulis dalam pembuatan tesis ini.
9. Drs.H. Sofyan Raz Ak MM ( Ketua Pembina Yayasan Perguruan
Shafiyyatul Amaliyyah ), terima kasih yang sebesar-besarnya yang
telah mengijinkan saya melakukan penelitian ini di Yayasan Perguruan
Shafiyyatul Amaliyyah .
10. Seluruh staf, guru dan dokter Yayasan Perguruan Shafiyyatul
Amaliyyah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu berlangsungnya penelitian ini.
11. Siswa-siswi SMU Yayasan Perguruan Shafiyyatul Amaliyyah yang
12. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Departemen Neurologi
FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, teristimewa kepada teman –teman
seangkatan (dr, Inta Lismayani, dr.Fridameria Silitonga, dr. Saulina
Sembiring, dr.Leni Wardaini, dr. Seri Ulina Barus, dr. Suherman
A.Tambunan) yang banyak memberikan masukan berharga kepada
penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal
maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang
membangkitkan semangat kepada penulis menyelesaikan Program
Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
13. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah
bertugas selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran
Klinik ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani
Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu
Penyakit Saraf.
14. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan
kepada kedua orang tua saya, Adham Nasution dan Almh. Purnama
Sari Tanjung yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih
sayang, dan senantiasa memberi dukungan moril dan materi,
bimbingan dan nasehat serta doa yang tulus agar penulis tetap sabar
dan tegar dalam mengikuti pendidikan ini sampai selesai.
15. Ucapan terima kasih kepada kedua Bapak / Ibu mertua saya, Alm.
Malim Pareso Lubis dan Manggur Daulay, yang selalu memberikan
dorongan, semangat dan nasehat serta doa yang tulus agar tetap
sabar dan tegar dalam mengikuti pendidikan sampai selesai.
16. Teristimewa kepada suamiku tercinta Nurhudawi Lubis, SE yang
selalu sabar dan penuh pengertian, mendampingi dengan penuh cinta
dan kasih sayang dalam suka dan duka, saya ucapkan terimakasih
yang setulus-tulusnya.
17. Teristimewa kepada buah hatiku tercinta Nadya Azmi Lubis, M. Faiz
menjadi motivasi dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini dan
mendampingi Bunda dengan penuh cinta dan kasih sayang dalam
suka dan duka selama Bunda menjalani Program Pendidikan Magister
Kedokteran Klinik dan menyelesaikan tesis ini.
18. Kepada seluruh keluarga yang senantiasa membantu, memberi
dorongan, pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan
pendidikan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
19. Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak mungkin saya sebutkan
satu persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya
haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah
melimpahkan rahmat dan kasihnya kepada kita semua. Akhirnya
penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua.
Semoga Allah SWT membalas semua jasa dan budi baik mereka
yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-cita
penulis. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin ya Rabbal alamin.
Penulis
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Data Pribadi
Nama lengkap : dr. Anita Surya
Tempat / tanggal lahir : Natal, 18 Juli 1978
Agama : Islam
Pekerjaan : Dokter PNS di Puskesmas TJ Rejo, Kab.Deli
Serdang
3. Ikhwanul Luthfi Tondinta Lubis
Riwayat Pendidikan
Tahun 1984 – 1990 : SD Negeri 1 Natal
Tahun 1990 – 1993 : SMP Negeri 1 Panyabungan
Tahun 1993 – 1996 : SMA Negeri 1 Panyabungan
Tahun 1996 – 2003 : Pendidikan Dokter umum di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Tahun 2010 – sekarang : Pendidikan Spesialis di bidang Ilmu Penyakit
Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara
Riwayat Pekerjaan
Tahun 2005 – 2009 : Dokter PTT di Puskesmas Bandar Khalifah,
Kab.Deli serdang,Sumatera Utara
Tahun 2010 – Sekarang : Dokter PNS di Puskesmas TJ Rejo, Kab.Deli
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN vii
DAFTAR GAMBAR
BAB.I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Perumusan Masalah 4
I.3. Tujuan Penelitian 4
I.3.1. Tujuan Umum 4
I.3.2. Tujuan Khusus 5
I.4. Hipotesa 6
I.5. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Nyeri Kepala 7
II.1.1. Definisi 7
II.1.2. Epidemiologi 7
II.1.3. Klasifikasi 8
II.1.4. Patofisiologi 10
II.2. Media Elektronik 12
II.2.1.Komputer 12
II.2.3.Handphone 15
II.2.4. Televisi
II.3. Efek Paparan Radiasi pada Kesehatan II.3.1. Pendahuluan II.4. Hubungan Penggunaan Media Elektronik dengan Nyeri
Kepala
34
II.5. Kerangka Teori 40
II.6. Kerangka Konsepsional 41
BAB III. METODE PENELITIAN 42
III.1. Tempat dan Waktu 42
III.2. Subjek Penelitian 42
III.2.1. Populasi sasaran 42
III.3. Batasan Operasional 43
III.5. Pelaksanaan Penelitian 48 IV.1. HASIL PENELITIAN
IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian
IV.1.2. Distribusi Penggunaan Media Elektronik
berdasarkan variabel
IV.1.3 Distribusi Nyeri kepala berdasarkan variabel
IV.1.4 Hubungan Penggunaan Media Elektronik dengan
Nyeri Kepala
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. KESIMPULAN 69
V.2. SARAN 70
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SINGKATAN
ACTH : Adrenocorticotropic Hormone
Akper : Akademi Keperawatan
AD : Alzheimer Disease
AML : Acute Myeloid Leukemia
AMPS : Advance Mobile Phone System
ATSI : Asosiasi Telepon Selluler Indonesia
BBM : Bahan Bakar Minyak
ELF : Extremely Low Frequency Electromagnetic Fields
EMF : Electromagnetic Fields
FSH : Follicle-Stimulating Hormone
GSM : Global System for Mobile
HP : Handphone
IC : Integrated Circuit
IHS : Internasional Headache Society
SMU : Sekolah Menengah Umum
SPBU : Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum
SPSS : Statistical Product and Science Service
TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi
TSH : Thyroid Stimulating Hormone
TTH : Tension Type Headache
TV : Televisi
UHF : Ultra-high frequency
VLSI : Very Large Scale Integrated Circuit
VHF :
WAN : Wide Area Network
Wi-fi : Wireless Fidelity
DAFTAR LAMBANG
p : Tingkat kemaknaan
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1. Interkoneksi berdasarkan jarak antaramode 14
Tabel 2. Karakteristik Subjek Penelitian 53
Tabel 3. Distribusi Penggunaan Media elektronik berdasarkan
Variabel
55
Tabel 4. Distribusi Nyeri Kepala berdasarkan variabel 56
Tabel 5. Hubungan Penggunaan Media Elektronik dengan
Nyeri Kepala
58
Tabel 6. Hubungan karakteristik Penggunaan Media Elektronik
dengan Nyeri Kepala
61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Gambar 2
Cellular Network
Jarak Layar TV dengan Posisi Duduk
18 20
Gambar 3 Spektrum frekuensi elektromagnetik 23
Gambar 4 Respon sel terhadap radiasi Hp 35
Gambar 5 Pola ekspresi dari F-actin 36
Gambar 6 Pengaruh RF pada struktur seluler dan sub
-selular
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Penderita/Keluarga Lampiran 2. Persetujuan Setelah Penjelasan
Lampiran 3. Surat Persetujuan ikut dalam Penelitian Lampiran 4. Lembar Pengumpul Data
Lampiran 5. Kuesioner penggunaan media elektronik yang diadaptasi sesuai dengan penelitian Busch dkk (2010), Santini dkk (2002)
Lampiran 6. Pertanyaan yang termasuk dalam kuesioner sesuai dengan
IHS Classification (Kuesioner yang diadaptasi dari HO K-H &
Ong BK-C)
Lampiran 7. Surat Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan FK-USU
ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan : Penggunaan media elektronik seperti handphone ,komputer ,televisi adalah sangat populer terutama pada remaja. Terdapat pembahasan tentang apakah penggunaan media elektronik mempunyai efek negatif pada kesehatan terutama nyeri kepala, yang merupakan keluhan yang paling banyak dilaporkan pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala pada remaja.
Metode: Penelitian studi potong lintang ini dilakukan terhadap populasi remaja di SMU Yayasan Perguruan Shafiyyatul Amaliyyah . Setiap subjek mengisi kuesioner penggunaan media elektronik yang diadaptasi sesuai dengan penelitian Busch dkk (2010), Santini dkk (2002) dan kuesioner mengenai nyeri kepala yang diadaptasi dari HO K-H & Ong BK-C) .
Hasil: Dari 278 orang subjek, dtemukan 271 orang (97.5%) yang menggunakan media elektronik dan 270 orang (97.1%) yang menderita nyeri kepala.Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan
media elektronik dengan nyeri kepala ( ρ = 0,001), tetapi tidak terdapat
hubungan yang bermakna dengan jumlah bertelefon/hari ( ρ=0,945 ),
durasi bertelefon/hari ( ρ=0,915 ), lama memiliki hp ( ρ=0,939 ), berapa
jam rata-rata sehari hari menggunakan komputer ( ρ=0,460 ) dan
menonton televisi( ρ=0,785 ).
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala pada remaja.
ABSTRACT
Backgound and Purpose : The Using of electronic media, i.e. mobile phones, computers, television, is very populer, especially amongs the adolescents. There is discussion whether using of these media might have negtive effect on health, especially headaches, which are among the most-reported health complaints in adolescents. The aim of the present study was to assess associations between use of electronic media and headache in adolescents.
Methods : This cross sectional study was performed in adolescents population in Senior High School of Yayasan Perguruan Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Every subject was invited to answer a questionnaire use electronic media adapted from study Busch et.all (2010), Santini et.all
(2002) and questionnaire about headhace adapted from study HO K-H &
Ong BK-C).
Result : From 278 subjects, there were 271 subjects ( 97.5 % ) who used electronic media and 270 subjects (97.1%) who suffered headache. There was significant association between use of electronic media and
headache (ρ = 0,001), but there were no significant association with
number of calls per day( ρ=0,945 ), calling duration per day ( ρ=0,915 ),
The phone had been owned( ρ=0,939 ), rate of hours/day in using
computer ( ρ=0,460 ) and warching TV ( ρ=0,785)
Conclusions : There was a significant association between the used of electronic media and headhace in adolescents.
ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan : Penggunaan media elektronik seperti handphone ,komputer ,televisi adalah sangat populer terutama pada remaja. Terdapat pembahasan tentang apakah penggunaan media elektronik mempunyai efek negatif pada kesehatan terutama nyeri kepala, yang merupakan keluhan yang paling banyak dilaporkan pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala pada remaja.
Metode: Penelitian studi potong lintang ini dilakukan terhadap populasi remaja di SMU Yayasan Perguruan Shafiyyatul Amaliyyah . Setiap subjek mengisi kuesioner penggunaan media elektronik yang diadaptasi sesuai dengan penelitian Busch dkk (2010), Santini dkk (2002) dan kuesioner mengenai nyeri kepala yang diadaptasi dari HO K-H & Ong BK-C) .
Hasil: Dari 278 orang subjek, dtemukan 271 orang (97.5%) yang menggunakan media elektronik dan 270 orang (97.1%) yang menderita nyeri kepala.Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan
media elektronik dengan nyeri kepala ( ρ = 0,001), tetapi tidak terdapat
hubungan yang bermakna dengan jumlah bertelefon/hari ( ρ=0,945 ),
durasi bertelefon/hari ( ρ=0,915 ), lama memiliki hp ( ρ=0,939 ), berapa
jam rata-rata sehari hari menggunakan komputer ( ρ=0,460 ) dan
menonton televisi( ρ=0,785 ).
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala pada remaja.
ABSTRACT
Backgound and Purpose : The Using of electronic media, i.e. mobile phones, computers, television, is very populer, especially amongs the adolescents. There is discussion whether using of these media might have negtive effect on health, especially headaches, which are among the most-reported health complaints in adolescents. The aim of the present study was to assess associations between use of electronic media and headache in adolescents.
Methods : This cross sectional study was performed in adolescents population in Senior High School of Yayasan Perguruan Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Every subject was invited to answer a questionnaire use electronic media adapted from study Busch et.all (2010), Santini et.all
(2002) and questionnaire about headhace adapted from study HO K-H &
Ong BK-C).
Result : From 278 subjects, there were 271 subjects ( 97.5 % ) who used electronic media and 270 subjects (97.1%) who suffered headache. There was significant association between use of electronic media and
headache (ρ = 0,001), but there were no significant association with
number of calls per day( ρ=0,945 ), calling duration per day ( ρ=0,915 ),
The phone had been owned( ρ=0,939 ), rate of hours/day in using
computer ( ρ=0,460 ) and warching TV ( ρ=0,785)
Conclusions : There was a significant association between the used of electronic media and headhace in adolescents.
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG
Nyeri kepala merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
utama. Secara global, persentase dari populasi orang dewasa yang
mengalami gangguan nyeri kepala pada umumnya 47%, 10% Migraine,
38
Dari hasil pengamatan jenis penyakit dari pasien yang berobat jalan di
praktek klinik selama tahun 2003, ternyata nyeri kepala menduduki
proporsi tempat yang teratas, sekitar 42% dari keseluruhan pasien
neurologi (Sjahrir 2004).
% Tension-Type Headache (TTH), 3% Chronic Headache (Jansen dkk
2007).
Penelitian internasional menemukan prevalensi nyeri kepala pada
anak-anak dan remaja terus meningkat. Selain itu, diperkirakan bahwa
nyeri kepala menetap pada saat usia dewasa dalam persentase yang
relatif tinggi (sekitar 50%) dari kasus (Gabman dkk 2009). Hal ini
didukung oleh (Lewis 2002) yang melakukan survei epidemiologi pada
remaja menemukan dari 9.000 anak-anak sekolah dimana frekuensi nyeri
kepala dilaporkan 2.5% setelah berumur tujuh tahun dan15% setelah
berumur 15 tahun
Zuraini dkk 2005 di Medan telah meneliti karekteristik nyeri kepala
(Akper) di kotamadya Medan didapatkan hasil pada SMU sebanyak 78%
menderita nyeri kepala sedangkan siswa akper sebanyak 83.75%
menderita nyeri kepala.(Sjahrir 2004).
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi bagian
sentral dari keseharian kehidupan anak-anak dan remaja. Menggunakan
komputer untuk belajar, bermain game dan mencari informasi di Internet,
dan berkomunikasi melalui ponsel di mana dan kapan pun mereka mau
Penelitian di Finlandia pada 7292 peserta berusia 12 , 14, 16 dan 18
tahun menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih sering bermain game digital
dan menggunakan internet dibandingkan anak perempuan yang lebih
sering mengunakan Handphone (Hp) (Punamaki dkk 2007).
Penelitian dilakukan pada 400 siswa dalam kelompok usia 10-19
tahun menunjukkan bahwa remaja menghabiskan lebih banyak waktu
bermain game dan
Jumlah Pemakai Hp di Indonesia menurut catatan Asosiasi Telepon
Seluler Indonesia (ATSI), saat ini, sekitar 180 juta penduduk Indonesia
sudah menjadi pelanggan layanan seluler. Itu berarti, sudah sekitar 60
persen populasi di tanah air sudah memiliki perangkat telekomunikasi. menonton televisi (Goel dkk 2009).
( harian berita com).
Pada penelitian (Busch dkk 2010) yang melakukan penelitian
berbasis populasi pada 1.025 remaja usia 13-17 tahun. Menemukan
sebagian besar remaja menggunakan komputer (85%), menonton televisi
peserta menggunakan ponsel dan hanya 25% bermain game setiap hari.
Penelitian tentang prevalensi nyeri kepala pada pengguna Hp di
Singapura menemukan bahwa sebanyak 808 pria dan wanita antara 12
dan 70 tahun, yang tinggal dalam satu komunitas, dipilih menggunakan
satu tahap cluster random sampling dan mengisi kuesioner
Ada hubungan statistik yang signifikan antara mendengarkan musik dan
nyeri kepala. Ketika stratifikasi untuk jenis nyeri kepala, tidak ada
hubungan statistik yang signifikan.
.
Penelitian Soderqvist 2008 mengenai penggunaan Hp pada
remaja Swedia umur 15-19 tahun menemukan bahwa gejala yang sering
dikeluhkan adalah kelelahan, stress, nyeri kepala, cemas, susah
berkonsentrasi dan gangguan tidur (Soderqvist 2008).
Ditemukan
prevalensi pengguna Hp 44,8%. Nyeri kepala adalah gejala yang paling
umum di kalangan pengguna HP dibandingkan yang bukan pengguna Hp,
Ada peningkatan yang signifikan dalam prevalensi nyeri kepala dengan
semakin lamanya penggunaan (dalam menit per hari). Prevalensi nyeri
kepala berkurang lebih dari 20% di antara mereka yang menggunakan
hand-free dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah menggunakan
(Chia dkk 2000).
Anak-anak di negara maju banyak menghabiskan waktu menonton
televisi. Survei menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan pada masa
anak-anak dan remaja untuk menonton televisi melebihi waktu yang
televisi oleh anak-anak bisa memiliki efek buruk pada kesehatan (Hancox
dkk 2004)
Meningkatnya prevalensi keluhan fisik seperti nyeri leher, nyeri
bahu, dan nyeri kepala telah dilaporkan pada populasi remaja . Jika
dibandingkan dengan penelitian cross sectional dari 1991-2001, yang
kemungkinan nyeri punggung meningkat antara 23% - 50% untuk anak
laki-laki dan antara 44% - 50% di antara perempuan dalam jangka waktu
10 tahun . Sejalan dengan peningkatan keluhan fisik ,pada remaja terjadi
peningkatan dalam menghabiskan waktu di kegiatan berbasis layar,
seperti TV, computer games, atau jenis hiburan lainnya
berbasis komputer
(Torsheim 2010).
I.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian-penelitian terdahulu seperti
yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah ada hubungan penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala
pada remaja?
I.3. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan:
I.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan penggunaan media elektronik dengan
I.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk melihat hubungan antara penggunaan media elektronik dengan
nyeri kepala.
2. Untuk melihat gambaran deskriptik umur, jenis kelamin, jenis media
elektronik, penggunaan media elektronik dan nyeri kepala.
3. Untuk melihat hubungan antara penggunaan Hp dengan nyeri kepala.
4. Untuk melihat hubungan antara penggunaan komputer dengan nyeri
kepala.
5. Untuk melihat hubungan antara penggunaan televisi dengan nyeri
kepala.
6. Untuk melihat hubungan frekuensi penggunaan Hp dengan nyeri
kepala.
7. Untuk melihat hubungan antara durasi penggunaan Hp dengan nyeri
kepala menggunakan.
8. Untuk melihat hubungan antara lama punya Hp dengan nyeri kepala.
9. Untuk melihat hubungan antara durasi menggunakan komputer sehari
dengan nyeri kepala.
10. Untuk melihat hubungan antara durasi sehari menonton televisi
dengan nyeri kepala.
11. Untuk melihat hubungan frekuensi penggunaan Hp dengan tipe nyeri
kepala.
12. Untuk melihat hubungan antara durasi penggunaan Hp dengan tipe
13. Untuk melihat hubungan antara lama punya Hp dengan tipe nyeri
kepala.
14. Untuk melihat hubungan antara durasi menggunakan komputer sehari
dengan tipe nyeri kepala.
15. Untuk melihat hubungan antara durasi sehari menonton televisi
dengan tipe nyeri kepala.
I.4. Hipotesis
Ada hubungan penggunaan media elektronik dengan nyeri
kepala pada remaja.
I.5. Manfaat Penelitian
I.5.1 Manfaat Penelitian Untuk Ilmu Pengetahuan
Dengan mengetahui hubungan penggunaan media
elektronik dengan nyeri kepala, maka dapat dijadikan sebagai
dasar pertimbangan untuk lebih banyak melakukan penelitian pada
efek media elektronik pada kesehatan.
I.5.2 Manfaat Penelitian Untuk Masyarakat
Dengan mengetahui hubungan penggunaan media
elektronik dengan nyeri kepala, maka dapat dijadikan sebagai
dasar pertimbangan memberi nasehat kepada masyarakat untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. NYERI KEPALA
II.1.1 Definisi
Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada
seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah
belakang kepala ( daerah oksipital dan sebahagian daerah tengkuk)
(Sjahrir, 2008).
II.1.2. Epidemiologi
Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada
5 rumah sakit di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala
sebagai berikut : Migren tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%,
Episodik Tension type Headache 31%, Chronic Tension type Headache
(CTTH) 24%, Cluster Headache 0.5%, Mixed Headache 14% (Sjahrir,
2004).
Penelitian berbasis populasi menggunakan kriteria Internasional
Headache Society untuk Migrain dan Tension Type Headache (TTH), juga
penelitian Headache in General dimana Chronic Daily Headache juga
disertakan . Secara global, persentase populasi orang dewasa dengan
gangguan nyeri kepala 46% , 11% Migren, 42% Tension Type Headache
II.2.3. Klassifikasi Nyeri Kepala
Berdasarkan klassifikasi Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari
Internasional Headache Society (IHS)
Primary headache disorders :
,
1. Migraine
2. Tension-type headache
3. Cluster headache and other trigeminal autonomic cephalalgias
4. Other primary headaches
Secondary headache disorders:
1. Headache attributed to head and/or neck trauma
2. Headache attributed to cranial or cervical vascular disorder
3. Headache attributed to non-vascular intracranial disorder
4. Headache attributed to a substance or its withdrawal
5. Headache attributed to infection
6. Headache attributed to disorder of homeoeostasis
7. Headache or facial pain attributed to disorder of cranium, neck, eyes,
ears, nose, sinuses, teeth,mouth, or other facial or cranial
structures.
8. Headache attributed to psychiatric disorder
9. Cranial Neuralgias and facial pains
10. Cranial neuralgias and central causes of facial pain
II.2.3. Klassifikasi Nyeri KepalaPrimer
Klasifikasi nyeri kepala primer sesuai The Intemational
Classification of Headache Disorders, 2nd Edition adalah: Untuk nyeri
kepala primer secara garis besar klasifikasinya adalah:
1. Migren:
1.1. Migren tanpa aura
1.2. Migren dengan aura
1.3. Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor
migren
1.4. Migren Retinal
1.5. Komplikasi migren
1.6. Probable migren
2. Tension-type Headache:
2.1. Tension-type headache episodik yang infreguent
2.2 . Tension-type headache episodik yang frequent
2.3 . Tension-type headache kronik
2.4 . Probable tension-type headache
3. Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal-otonomik yang lainnya:
3.1. Nyeri kepala Klaster
3. 2. Hemikrania paroksismal
3.3. Short-lasting unilateral neuralgi form headache with
conjunctival injection and tearing
4. Nyeri kepala primer lainnya:
4 1.Pimary stabbing headache
4. 2. Primary cough headache
4 3. Primary exertional headache
4.4. Nyeri kepala primer sehubungan dengan aktifitas seksual
4 5. Hypnic headache
4.6. Primary thunderclap headache
4.7. Hemikrania kontinua
4.8. New daily-persistent headache
II.1.3. Patofisiologi Nyeri Kepala Primer
Ada 3 hipotesa dalam hal patofisiologi migren yaitu: (Sjahrir 2004)
1. Pada migren yang tidak disertai Cutaneus Allodynia (CA), berarti
sensitisasi neuron ganglion trigeminal sensoris yang menginervasi
duramater.
2. Pada migren yang menunjukkan adanya CA hanya pada daerah
referred pain, berarti terjadi sensitisasi perifer dari reseptor
meninggeal (first order) dan sensitisasi sentral dari neuron komu
dorsalis medula spinalis (second order) dengan daerah reseptif
periorbital.
3. Pada migren yang disertai CA yang meluas keluar dari area referred
pain, terdiri atas penumpukan dan pertambahan sensitisasi neuron
Kemungkinan sumber nyeri pada TTH adalah adanya keterlibatan otot
yang melekat pada tulang tengkorak , patofisiologinya sebagian besar
tidak diketahui.(Jan 2007).
Asal nyeri pada TTH dikaitkan dengan meningkatnya kontraksi
dan iskemia otot kepala dan leher. Penelitian berbasis elektromiografi
(EMG), telah melaporkan normal atau hanya sedikit meningkatnya
aktivitas otot pada TTH, dan telah menunjukkan bahwa level laktat otot
normal selama latihan otot statis pada pasien dengan Cronic TTH. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa Pericranial Myofascial Tissue jauh lebih
tender pada pasien TTH dari pada subyek sehat. Hal ini juga telah
menunjukkan bahwa konsistensi otot perikranium meningkat, pada pasien
TTH lebih rentan untuk nyeri bahu dan nyeri leher pada respon latihan
statis dari subjek yang sehat. Studi terbaru yang dilaporkan peningkatan
jumlah trigger point aktif dalam otot perikranium pada pasien TTH
episodik lebih sering dan pada pasien yang memiliki TTH kronis
(Bendtsen 2009).
Penyebab pasti Cluster Headache (CH) saat ini belum diketahui.
Hipotesis pertama pada CH, terinspirasi oleh efek zat vasoaktif. Disfungsi
awal atau inflamasi pembuluh darah di daerah sinus parasellar atau area
sinus cavernosus akan mengaktivasi pathway nyeri orbital trigeminus.
Adanya aktivasi sistem trigeminal-vaskular, sebagai penyebab atau akibat
II.2. Media Elektronik
II.2.1. Definisi
Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau
energi elektromekanis untuk pengguna akhir (penonton) untuk mengakses
content. Media elektronik utama yang dikenal masyarakat umum lebih
dikenal sebagai video recordings, audio recordings, slide presentations,
CD-ROM .Setiap peralatan yang digunakan dalam proses komunikasi
elektronik (misalnya
Hp) juga dapat dianggap media elektronik (freedictionary).
II.2.2. Komputer
Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang berarti
menghitung.(Syafrizal 2005). Seiring dengan berkembang dan
meluasnya bidang ilmu komputer, maka definisi computer yang
dikemukakan oleh beberapa ahlipun komputer berkembang dan
bervariasi(Herwinto dkk 2008)
II.2.2.1.Manfaat Jaringan Komputer
1. Untuk kebutuhan perusahaan
2. Untuk kebutuhan perorangan
a. Akses ke informasi yang berada di tempat lain ( seperti akses
berita hari ini) semuanya uptodate.
c. Hiburan interaktif seperti nonton acara tv on-line, download film
atau lagu, dll ( Herwinto dkk.2008).
II.2.2.2. Jenis-Jenis Jaringan Komputer (Syafrizal 2005).
1. Local Area Network (LAN)
Sebuah LAN adalah jaringan yang dibatasi oleh area yang relative
kecil, umumnya dibatasi oleh area lingkungan seperti sebuah
kantor pada sebuah bangunan. Dalam LAN umumnya kecepatan
pengiriman data sangat tinggi, misalnya 10 Mbps, 100 Mbps
bahkan ada yang sampai dengan 1000 Mbps.
2. Metropolitan Area Network (MAN )
Metropolitan Area Network biasanya meliputi area yang lebih besar
dari LAN, misalnya antar gedung dalam satu daerah wilayah seperti
propinsi atau Negara bagian.
3. Wide Area Network (WAN)
Wide Area Network adalah jaringan yang biasanya sudah
menggunakan media wirless, sarana internet atau kabel serat optic,
karena jaringannya lebih luas, bukan hanya meliputi satu kota, atau
antar kota dalam satu wilayah, tetapi mulai menjangkau area /
Jarak antar komputer Lokasi/Area Jenis Jaringan
1-10 M Ruangan
Local Area Network
100 M-< 1Km Gedung Perkantoran
1-10 Km Kota
Metropolitan Area Network
> 10-< 100 Km Kabupaten, Propinsi
≥ 100 Km Negara
Wide Area Network
≥ 1.000 Km Benua
≥ 10.000 Km Planet Internet
Tabel 1. Interkoneksi berdasarkan jarak antaramode dikutip dari pengantar jaringan komputer (syafrizal 2005)
II.2.2.2. Klassifikasi Komputer
1.Berdasarkan Sinyal Masukan
Berdasarkan sinyal masukan, komputer dapat diklassifikasikan
menjadi :
a. Komputer Analog, menerima sinyal masukan berupa data
analog. Contoh : komputer penghitung aliran BBM dalam SPBU.
b. Komputer Digital, mernerima masukan digital, merupakan
komputer kebanyakan yang kita kenal.
c. Komputer hibrid, menerima masukan analog dan digital
Berdasarkan generasi teknologi penyusunnya, komputer dapat
diklasifikasikan menjadi
1. Generasi I, tahun 1946-1959, menggunakan tabung hampa
2. Generasi II, tahun 1959-1965, menggunakan transistor
3. Generasi III, tahun 1965-1970, menggunakan IC (Integrated
Circuit).
4. Generasi IV, tahun 1970-sekarang, menggunakan VLSI (Very
Large Scale IC).
Internet
Interconnected Network atau yang lebih popular dengan sebutan
internet adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan
komputer-komputer dan jaringan-jaringan komputer seluruh dunia.
Terkoneksi ke internet tidak hanya terhubung dengan perangkat komputer
lain tetapi juga keperangkat lain seperti Hp, web camera, dan perangkat
pribadi lainnya yang dapat terkoneksi ke internet.
II.2.3. Handphone
Handphone merupakan alat komunikasi wireless atau komunikasi
bergerak tanpa kabel. Hp saat ini menjadi barang yang wajib dibawa saat
kita bepergian dari rumah. Dengan kemajuan teknologi saat ini Hp bahkan
dilengkapi dengan pemutar MP3, kamera video, radio, games,
jam,kalkulator. Sehingga menjadikan Hp adalah sesuatu yang wajib
memungkinkan mobile entertainment melalui handphone. Bahkan
beberapa orang lebih rela ketinggalan dompet daripada ketinggalan
handphone saat bepergian.(Indonesia belajar).
PerkembanganTeknologi Selular (Daryanto 2010)
1. Advance Mobile Phone Sistem (AMPS)
Advance Mobile Phone Sistem merupakan generasi pertama pada
teknologi selular.Merupakan range frekuensi antara 824 Mhz- 894
Mhz. AMPS tidak menawarkan fitur lain yang umum digunakan
pada layanan selular seperti e-mail dan browsing di web. :
(Sandrom dkk 1995) telah meneliti 8.879 pengguna GSM dan 8.113
pengguna analog system atau Nordic Mobile Telephone (NMT)
melaporkan bahwa pada umumnya pengguna GSM memiliki lebih
banyak gejala nyeri kepala, lelah, dari pada pengguna NMT.
2. Global Sistem for Mobile (GSM)
Global Sistem for Mobile telekomuncation merupakan generasi
kedua setelah AMPS. GSM mempunyai frekuensi 900 Mhz dan
1800 Mhz. GSM menyediakan layanan untuk mengirimkan data
dengan kecepatan tinggi. Di Indonesia jaringan GSM di tempati
oleh PT.Telkomsel, Exelcomindo,Satelindo,dan Indosat.
3. Code Division Multiple Acces (CDMA)
Code Division Multiple Acces merupakan generasi ketiga (3G),
spektrum, tidak memberikan pertanda pada frekuensi khusus pada
setiap user. Di Indonesia ditempati PT Mobile-8,
Telecom,Telkomflexy dan Esia.
(Tryagi dkk 2011) orang yang menggunakan Hp cenderung
menderita darah tinggi, dan gejala lain termasuk telinga jadi panas,
nyeri kepala, kelelahan. Hasil menunjukkan bahwa efek radiasi
lebih tinggi pada GSM daripada CDMA.
Konsep Dasar Teknologi Selular
1. Definisi Selular
Pada sistem selular untuk menggambarkan area secara geografis
digunakan gambaran heksagonal. Areanya disebut sel (Cell).
Semua daerah dapat dicakup tanpa adanya gap sel satu dengan
Gambar 1 .Cellular network dikutip dari http.bulbing.com
2 Mobile Station
Mobile Station merupakan perangkat yang dibawa oleh pelanggan
atau Handphone yang akan menerima ataupun mengirim data.
Pada GSM identitas panggilan tidak dihubungkan dengan
handphonenya tetapi dengan kartu Subsciber Identity Module
(SIM).
3 Base Station Subsistem
Merupakan peralatan yang menghubungkan antara radio dengan
II.2.3. Televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata
televisi berasal dari kata tele dan vision; yang memiliki arti masing-masing
jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat
melihat dari jarak jauh.
II.2.3.1.Saluran dan Standar Pemancar Televisi
Kelompok frekuensi yang telah di tetapkan bagi sebuah stasiun pemancar
untuk transmisi signalnya disebut saluran (channel). masing-masing
mempunyai sebuah saluran 6 Mega Hertz (Mhz) dalam salah satu bidang
frekuensi (band) yang dialokasikan untuk penyiaran televisi komersial.
1. VHF bidang frekuensi rendah saluran 2 sampai 6 dari 54 MHz.
2. VHF bidang frekuensi tinggi saluran 7 sampai 13 dari 174 MHz
sampai 216 MHz.
3.UHF saluran 14 sampai 83 dari 470 MHz samapi 890 MHz (Agung
2011)
Jarak dengan media elektronik supaya aman dari gelombang
elektromagnetik yang direkomendasikan 50-70 cm atau (Yao dkk 2012)
Gambar 2. Jarak Layar TV dengan Posisi Duduk.
Dikutip dari Recommended TV Viewing Distance Chart | Toshiba Research Available
from http://us.toshiba.com/tv/research-center/shopping-guides/recom.
II.2.3 Electromagnetic radiation (ICNIR 2003)
Electromagnetic radiation atau electromagnetic fields (EMF)
adalah istilah yang menggambarkan luas paparan yang dihasilkan oleh
bentangan yang luas dari kabel dan teknologi nirkabel yang telah
mengubah kehidupan manusia. Namun, teknologi ini dirancang untuk
memaksimalkan efisiensi energi, bukan dengan efek biologis pada
manusia. Berdasarkan studi terbaru, telah berkembang fakta-fakta
tentang risiko kesehatan yang terkait dengan
Paparan
teknologi.
EMF terhadap lingkungan dapat berinteraksi dengan
proses dasar biologis dalam tubuh manusia, dapat menyebabkan
teknologi nirkabel seperti telepon seluler (dua miliar dan dihitung pada
tahun 2006), telepon nirkabel, jaringan WI-FI dan WI-MAX. Riset ilmiah
internasional pada beberapa dekade mengkonfirmasi bahwa EMF secara
biologis aktif pada hewan dan manusia, yang dapat memberi pengaruh
besar pada kesehatan masyarakat.
Sekarang ini, semua orang terkena dua jenis EMF
(1)
:
Frekuensi medan elektromagnetik sangat rendah sumber dari
peralatan listrik dan elektronik dan kabel listrik
(2)
dan
Radiasi frekuensi radio (Radio Frequency) (RF) dari perangkat
nirkabel seperti telepon seluler dan telepon nirkabel, antena selular
dan menara, dan menara siaran transmisi.
Dalam laporan ini akan menggunakan Istilah EMF ketika mengacu
pada semua bidang elektromagnetik secara umum, dan istilah ELF dan
RF ketika mengacu pada
1.
jenis paparan tertentu:
Radiasi non-ionisasi, yang berarti tidak memiliki energi yang cukup
untuk memutuskan elektron dari orbitnya sekitar
2.
atom.
Ionisasi atom, seperti melakukan x-ray, CT scan. (Repacholli 2007).
Dosimetri
Pengukuran atau penentuan dengan perhitungan dari kekuatan
gelombang listrik internal atau absorbsi energi spesifik pada manusia atau
Specific Absorption Rate (SAR W/Kg)
Perhitungan berapa banyak energi Radio Frekuensi (RF) yang diserap ke
dalam tubuh, misalnya ketika ponsel atau Hp berada di kepala. SAR
dinyatakan dalam watt per kilogram jaringan (W / Kg). Jumlah energi yang
diijinkan dalam 1 gram jaringan otak dari ponsel adalah 1,6 W / kg di
Amerika Serikat. untuk seluruh paparan tubuh, eksposur adalah 0,8 W / kg
rata-rata lebih dari 30 menit untuk umum publik. Standar internasional di
kebanyakan negara serupa, tetapi
Sham
tidak persis sama
Sham adalah sebuah kelompok kontrol yang digunakan untuk
menstimulasi kondisi lingkungan yang sama dengan sampel terkena,
.
Gambar 3. Spektrum frekuensi elektromagnetik Dikutip dari Bioeffects And Therapeutic Applications of Electromagnetic Energy Habash R W. 2008
II.3. Efek Paparan Radiasi Pada Kesehatan
II.3.1. Pendahuluan
Efek biologis terjadi ketika paparan EMF terkadang terlihat atau terdeteksi
dan menyebabkan perubahan fisiologis pada sistem kehidupan. Perhatian
didasarkan pada serangkaian studi penilaian epidemiologi berbagai studi
klinis dan eksperimental, penelitian pada manusia, hewan, laboratorium,
preparat jaringan dan sel.
II.3.2. Studi Epidemiologi
Penelitian epidemiologi menunjukkan hubungan antara paparan EMF
dan efek kesehatan, tapi tidak selalu merupakan hubungan kausal.
II.3.2.1 Lingkungan Masyarakat
Lingkungan publik di mana paparan EMF dapat terjadi pada tempat
tinggal, sekolah dan fasilitas transportasi.
1. Kanker pada Anak dan Leukemia
Seperti kanker lainnya, mekanisme munculnya leukemia kemungkinan
melibatkan interaksi gen dan lingkungan. Dengan demikian, penting untuk
mengidentifikasi paparan yang menyebabkan kerusakan DNA dan
menginduksi kerusakan kromosom. Hipotesis melatonin, di mana
frekuensi daya gelombang magnetik menekan produksi melatonin
kelenjar pineal di malam hari, menambah peningkatan resiko dari
leukimia. Penyebab tumor SSP anak belum diketahui, walaupun 5% atau
lebih diperkirakan dapat dijelaskan oleh kecenderungan genetik,
investigasi etiologi lingkungan belum pasti. Beberapa penelitian
menyatakan adanya hubungan antara EMF dan kanker, meskipun risiko
yang cenderung kecil menurut standar epidemiologi, dan tidak dapat
2. Kanker Payudara
Para peneliti berhipotesis bahwa EMF mungkin berhubungan dengan
kanker payudara melalui hormon melatonin.
II.3.2.2 Lingkungan Kerja
Peralatan listrik, perkakas, dan pasokan listrik pada bangunan adalah
sumber utama paparan EMF pada kebanyakan orang mendapat paparan
di tempat kerja.
1. Kanker pada Dewasa
Pemaparan yang diteliti mempertimbangkan berbagai masalah kesehatan
serta kanker termasuk tumor otak, leukemia , kanker payudara di
kalangan baik pria maupun wanita, limfoma, kanker paru-paru, dan kanker
lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja dengan acute
myeloid leukemia (AML) adalah pekerja dengan paparan gelombang
magnetik kumulatif yang lebih tinggi sekitar tiga kali lebih mungkin dalam
setengah tenaga kerja. Para peneliti juga melaporkan hubungan antara
perkiraan paparan gelombang dan peningkatan risiko untuk chronic
lymphocytic leukemia (CLL). Penggunaan Hp pada jangka panjang lebih
dari 10 tahun dengan paparan kumulatif 2000 jam akan meningkatkan
resiko acustic neurinoma dan glioblastoma multiform.( Nittby dkk 2009)
juga meningioma, tumor kelenjar saliva, limphoma non hodgkin,
melanoma malignant pada mata, tumor testis, tumor nervus facialis
2. Penyakit Neurodegeneratif
Mungkin ada hubungan moderat antara peningkatan kadar paparan EMF
dan Alzheimer Disease (AD) (Habash 2008). Paparan gelombang
elektromagnetik sedang dan tinggi dapat meningkatkan amiloid beta
perifer. Kadar dari beta amiloid yang tinggi pada otak juga merupakan
faktor risiko untuk AD. Paparan gelombang elektromagnetik sedang dan
tinggi pada sel-sel otak mungkin juga meningkatkan produksi sel-sel dari
beta amiloid yang tinggi bukti paparan jangka panjang ELF, EMF dapat
menghasilkan produksi melatonin menurun, tingkat produksi melatonin
yang rendah berhubungan dengan peningkatan risiko AD dan acute lateral
sclerosis (ALS) (Davanipour dkk 2009) .
3. Efek Toksit pada Reproduksi
EMF, ELF juga telah terbukti
menyebabkan kerusakan DNA. Kerusakan kumulatif DNA di sel saraf otak
telah dikaitkan dengan penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer,
Huntington, dan penyakit Parkinson (Philip dkk 2009).
Penggunaan peralatan elektrik meningkatkan resiko pada kehamilan,
terutama lama kehamilan, berat lahir, kelainan bawaan( bibir sumbing,
kelainan jantung, kelainan saluran pernafasan dan lain-lain) dan
terlambatnya perkembangan janin,menunjukkan bahwa penggunaan
peralatan elektrik dapat menyebabkan efek yang merugikan kesehatan.
Risiko keguguran meningkat dengan meningkatnya tingkat maksimum
paparan gelombang elektromagnetik (Habash 2008). Kerusakan DNA
abnormal. Kerusakan pada sel Leydig dikaitkan dengan apoptosis dan
penurunan produksi testosteron. (Hamada dkk 2011).
II.3.3. Studi Seluler dan Hewan
Studi laboratorium memberikan sumber informasi yang berharga
mengenai potensi risiko kesehatan dari EMF. Penelitian laboratorium pada
sel atau organisme secara keseluruhan memainkan peran kunci dalam
mengevaluasi respon sistem yang berbeda dari tubuh menyebabkan
informasi tentang mekanisme molekuler yang dapat diterima scientific
pada efek dalam kondisi tertentu.
1. Hipotesis Melatonin
Paparan EMF menginhibisi sintesa melatonin. Penurunan produksi
melatonin tampaknya memiliki konsekuensi berbeda merugikan yang
terkait dengan AD dan kanker payudara. Kelenjar pineal, primer sumber
melatonin, memiliki kecenderungan untuk menjadi kalsifikasi dan,
mungkin, ini adalah alasan mengapa umumnya ada pengurangan
produksi melatonin selama penuaan.
Penurunan produksi melatonin disebabkan oleh:
a. Penentuan tingkat kalsium intraseluler dalam kelenjar pineal sebagai
akibat dari paparan ELF akut dan / atau RF MF.
b. Penentuan tingkat pengapuran kelenjar pineal sebagai akibat dari
berbagai tingkat paparan ELF dan / atau RF MF jangka panjang
2. Genotoksisitas dan Karsinogenisitas
Ada banyak penelitian bagaimana EMF dapat mempengaruhi DNA atau
menginduksi mutasi. Kerusakan DNA dan penyimpangan kromosom
berhubungan erat dengan karsinogenesis atau "penyebab kanker" (
Habash 2008). Berbeda dengan beberapa penelitian di masa lalu,
sekarang menjadi jelas bahwa efek genotoksik non-termal dari
RF-EMFyang ditunjukkan oleh sejumlah besar penelitian. Studi-studi telah
dilakukan dengan berbagai sistem pengujian yang berbeda - beberapa
penelitian yang digunakan lebih dari satu sistem tes dengan tiga prinsip
genotoksik :
(1) Efek pada kromosom
(2)
,
Fragmentasi DNA, dan
(3) Mutasi gen (Ruediger 2009 ).
(Philip dkk 2009) Telah terbukti EMF ELF menyebabkan kerusakan DNA
dan radikal bebas . Hal ini semakin mendukung pandangan bahwa EMF
mempengaruhi DNA melalui proses sekunder tidak langsung. Efek melalui
reaksi Fenton memprediksi bagaimana sel akan merespon EMF.
Misalnya:
(1) Sel yang secara metabolisme aktif akan lebih rentan pada paparan
EMF, karena peroksida hidrogen lebih banyak yang dihasilkan oleh
mitokondria untuk reaksi bahan bakar.
(2) Sel yang memiliki tingkat tinggi dari besi bebas intraseluler akan lebih
3. Fungsi Sel
Studi penelitian dasar pada efek EMF pada fungsi seluler telah
memberikan informasi tentang ambang batas biologis dan mekanisme
yang mungkin menjadi dasar pada dampak kesehatan. Banyak laporan
tentang efek paparan EMF pada transportasi ion, proliferasi sel dan
diferensiasi, respon stres, dan aktivitas enzim (Habash 2008).
(3) Karena otak terkena lebih tinggi EMF selama penggunaan ponsel, Di
sisi lain, sel-sel dengan jumlah yang tinggi antioksidan dan enzim
antioksidan akan kurang rentan terhadap EMF. Selanjutnya, efek radikal
bebas bisa bergantung pada status gizi suatu individu, misalnya,
ketersediaan makanan antioksidan, konsumsi alkohol, dan jumlah
konsumsi makanan. Berbagai kondisi kehidupan, seperti stres psikologis
dan latihan fisik yang berat, telah terbukti meningkatkan oksidatif stres dan
meningkatkan efek radikal bebas dalam tubuh. Dengan demikian, orang
juga dapat berspekulasi bahwa beberapa individu mungkin lebih rentan
terhadap efek EMFeksposur.
3.1 Intraselular Kalsium
Fenomena Ca++ effluks (pelepasan ion kalsium ) dari sel akibat paparan
EMF, terutama di otak dan sel limfatik Perhatian yang cukup besar telah
diberikan untuk menjelaskan mekanisme efek paparan ke waktu bervariasi
paparan gelombang elektromagnetik pada jalur sinyal intraselular
3.2 Proliferasi sel
Proliferasi sel yang berubah secara in vitro karena paparan EMF telah
diamati dalam sejumlah penelitian. Hasil jelas menunjukkan bahwa
paparan RF statis tidak menyebabkan proliferasi, atau mengaktifkan, atau
efek proinflamatori pada sel. (Habash 2008)
3.3 Respon Stres
Stres respon didefenisikan sebagai reaksi pertahanan sel pada
kerusakan lingkungan yang mengakibatkan pada makromolekul. Telah
ditunjukkan bahwa EMF merangsang respon stres seluler, reaksi terhadap
rangsangan yang berbahaya di mana sel-sel mulai mensintesis protein
stres. (Habash 2008)Stress proteins (heat shock proteins atau HSP). Efek
lain yang terdokumentasi dengan baik paparan lowintensity ELF dan RF
adalah penciptaan protein stres yang menandakan sel sedang
ditempatkan di bawah stres
3.4. Ornithine Dekarboksilase (ODC)
Ornithine dekarboksilase adalah enzim yang berperan penting dalam
mengatur pertumbuhan sel melalui sintesis poliamin diperlukan untuk
protein dan sintesis DNA. Enzim diaktifkan selama karsinogenesis.
Berbagai penelitian in vitro telah menunjukkan bahwa EMF paparan
mempengaruhi aktivitas ODC dan proliferasi sel (Habash 2008)(Behari
2011).
fisiologis.
3.5 Sistem Imunologi.
sistem kekebalan tubuh. Namun, gelombang elektromagnetik yang
kontineu dapat menimbulkan gangguan imunologi pada sistem kekebalan
alami dan adaptif tergantung dosis (Habash 2008).
II.3.4. Studi Kanker Pada Hewan
Belum ada bukti mutlak dalam setiap penelitian yang tingkat rendah EMF
bisa menyebabkan kanker pada hewan. Sementara itu, beberapa
penelitian lain bahwa paparan mencit selama 15 atau 52 minggu ke 50-Hz
menghasilkan peningkatan signifikan pada leukemia.
II.3.5. Studi Hewan Nonkanker
Sejumlah penelitian non kanker diselidiki untuk efek samping yang
mungkin dari paparan EMF.
1. Efek Perilaku
Ada bukti bahwa EMF paparan pada tingkat lingkungan menyebabkan
perubahan perilaku hewan, proses belajar untuk mencari makan,
gangguan vestibular (Habash 2008).
2. Barrier Darah Otak
Beberapa penyelidikan telah menunjukkan bahwa paparan ELF memiliki
efek pada permeabilitas Barrier Darah Otak. (Habash 2008)( Leszcynski
2002).
3. Reproduksi dan Perkembangan
Tidak ada bukti kuat efek reproduksi atau perkembangan dari paparan
menunjukkan bahwa paparan gelombang magnetik mengakibatkan
malformasi skeletal, peningkatan di resorptions plasenta, dan kesuburan.
II.3.4. Studi Klinis
Studi ini menyelidiki efek paparan EMF pada berbagai sistem seperti
indra, hormon, dan organ, seperti pendengaran, otak, sistem
kardiovaskular, sistem kekebalan tubuh, melatonin, dan mata. Berbagai
efek kesehatan yang diklaim oleh orang-orang karena paparan EMF,
termasuk nyeri kepala, perubahan jantung, perubahan perilaku, ansietas,
depresi, kesulitan dalam berkonsentrasi, gangguan tidur, penurunan
libido, dan gangguan pencernaan.
1. Persepsi dan Sensitivitas
Paparan gelombang listrik, terutama pada frekuensi rendah (hingga 300
Hz), dapat mengakibatkan gangguan dalam persepsi sebagai hasil dari
bolak muatan listrik diinduksi pada permukaan, menyebabkan rambut
pada tubuh bergetar. Paparan gelombang magnetik pada manusia
dijumpai semacam sensasi visual yang disebut "magnetophosphene,"
dimana ada sensasi di sekitarnya penglihatan. Efeknya juga terhubung ke
bio magnetik partikel, yang telah dilaporkan pada otak manusia . Sebuah
sindrom yang disebut "electrosensitivity" atau hipersensitivitas
elektromagnetik seperti reaksi kulit, perubahan elektrofisiologi pada SSP,
efek pada pernapasan, jantung, dan pencernaan. Electrosensibility
Dengan menganalisis distribusi probabilitas dari ambang persepsi arus
listrik 50 Hz, bukti dapat ditemukan adanya suatu subkelompok orang
meningkatnya hipersensibilitas dengan signifikan dibandingkan pada
masyarakat umum.
2. Otak Dan Perilaku
Susunan saraf pusat adalah daerah berpotensi interaksi dengan EMF
karena sensitivitas listrik dari jaringan. Analisa spektral dilakukan dari EEG
direkam dari relawan terkena-gelombang maknetik. Dijumpai peningkatan
signifikan pada frekuensi rata-rata daya spektral pada α dan β dari
spektrum. Dijumpai juga variabel yang tidak sering dipertimbangkan dalam
studi bioelektromagnetik manusia, seperti kepribadian, perbedaan
individu, dan lateralitas spesifik gelombang magnetik ELF, dan paparan
Hp pada otak.
3. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, tekanan darah, dan elektrokardiogram (EKG) umum
digunakan untuk menilai fungsi kardiovaskuler. Dalam review terbaru (10
dari 27 studi) melaporkan efek vasodilator karena paparan gelombang
elektromagnetik, meningkatnya aliran darah, atau tekanan darah
meningkat. Sebaliknya, tiga dari 27 penelitian melaporkan penurunan
perfusi darah / tekanan. Empat penelitian melaporkan tidak berpengaruh.
Sisanya 10 studi menemukan bahwa paparan gelombamg
elektromagnetik dapat memicu vasokonstriksi atau vasodilatasi baik
4. Melatonin pada Manusia
Banyak studi tidak menemukan efek pada melatonin di antara
sukarelawan sehat terkena paparan EMF. Pengaruh paparan magnetik
pada sekresi melatonin memungkinan besar akan terjadi setelah paparan
berulang.
II.4. Hubungan Penggunaan Media Elektronik dengan Nyeri Kepala
II.4.1. Paparan Radiasi dengan Nyeri Kepala
Nyeri kepala sebagai paparan dari gelombang mikro intensitas
rendah dilaporkan dalam literatur sejak 30
Bersama dengan meningkatnya jumlah pengguna Hp
meningkatkan pengaruh EMF yang dipancarkan pada organisme hidup.
Survei dari pengguna Hp yang dilakukan di Swedia, Norwegia, Inggris,
Amerika Serikat, Selandia Baru dan Australia menunjukkan bahwa nyeri
kepala adalah gejala utama, dan lebih jelas pada telepon analog dari
telepon digital. Selain nyeri kepala, kelelahan dan nyeri umum, nyeri otot
dan mual dilaporkan (Bortkiewicz 2001).
tahun yang lalu (Frey 1998).
II.4.1.1. Efek radiasi pada Blood-Brain Barrier
Blood brain barrier memisahkan otak dan cairan serebro-spinal
susunan saraf pusat dari darah. Blood brain barrier tampaknya terlibat
dalam nyeri kepala, dan intensitas microwave paparan energi rendah
Leszcnski 2002 meneliti Aktivasi atau phosporilasi dari Hsp27 oleh
radiasi Hp (molecular system) regulasi polimerasi dan stabilisasi stress
fibers meningkat sehingga permeabilitas blood-brain barrier meningkat.
Berdasarkan peran selular dari hsp27 overekspresi/posporilasi dan
hipotesis bahwa aktivasi (fosforilasi) hsp27 oleh radiasi Hp merupakan
mekanisme selular
a. Regulasi meningkatnya permiabilitas Blood brain barrier
b. Regulasi apoptosis melalui pathway cyctochrome
c/caspase9/caspade-3 (gambar 4)
.
Gambar 4. Hipotesis yang berkembang tentang kejadian pada sel terhadap radiasi Hp, Dikutip dari Leszczynski 2002
Gambaran human endothelial cell dengan mikroskop ditutupi slide,
dengan paparan 900MHz sinyal GSM dan berkisar SAR 2W/kg. Suhu
diradiasi. Pewarnaan sel dengan flourescent (AlmexaFlour) phalladoin.
(Gambar 5).
Gambar 5. Pola ekpresi dari F-actin Ea.hy926 sel deteksi dengan menggunakan pengececatan phallodin-AlexaFlour (green flourescence) dan hsp27 dengan indirect immunofluorescence (warna merah). Dikutip dari Leszczynski 2002.
Perubahan pada Blood brain barrier d
Pada akhirnya akan menyebabkan oedema serebri meningkatnya engan meningkat
permeabilitas sehingga mudah lewatnya pada serabut saraf unsur
albumin, ion, metal, zat kimia, virus. Dalam waktu singkat akan berakibat
terbentuknya mikrooedema, inflamasi sehingga timbulnya migren, nyeri
sirkulasi darah melewati neuron. Terbukanya Blood brain barrier secara
transient bisa menyebabkan kerusakan permanent pada jaringan saraf.(
Nibby dkk 2009)
II.4.1.2. Efek radiasi pada dopamin-opiatesystem
Dopamin-opiate system otak tampaknya terlibat dalam nyeri
kepala, dan intensitas paparan elektromagnetik rendah mempengaruhi
sistem tersebut (Frey 1998).
II.4.1.3. Efek radiasi pada
Studi eksperimental pada hewan
menunjukkan paparan EMF dari frekuensi gelombang mikro mengaktifkan
sistem opioid endogen dalam otak, sedangkan studi tentang aktivitas
neurotransmitter otak belum ada keseragaman, beberapa menunjukkan
penurunan, dan peningkatan aktivitas acetylcholinesterase. (Bortkiewicz
2001)
Dalam studi in vitro menunjukkan EMF dapat menyebabkan perubahan
dalam permeabilitas blood brain barrier dan gangguan dalam transpor
aktif Na +, K + ion dan pelepasan ion Ca + + oleh membran selular.
(Bortkiewicz 2001) (Habbas 2008). (Hamada dkk 2011) transport ion membrane sel
Paparan EMF dapat membangkitkan membran shock dan efek
lainnya. Apalagi bila voltase gelombang elektromagnetik membran
melebihi ambang rangsang, suatu pori-pori lebar pada membran akan
membran menjadi bocor dengan hilangnya molekul intraselular, ion dan
makromolekul juga termasuk kalsium. (Hamada dkk 2011)
Gambar 6. Pengaruh RF pada struktur seluler dan sub-selular. Paparan RF dapat menyebabkan perubahan pada banyak mekanisme sub-seluler. Plasma potensial membran berubah dan kalsium keluar dan penurunan kalsium. (Hamada dkk 2011).
Pengaruh EMF pada elektron dalam reaksi kimia adalah
Studi eksperimental pada manusia menunjukkan bahwa EMF yang
dipancarkan oleh Hp mungkin berakibat pada peningkatan tekanan darah
arteri, perubahan dalam aktivitas listrik otak (Huber 2002).. Namun, tidak
ada perubahan dalam sekresi hormon hipofisis serebral:
adrenocorticotropic hormone (ACTH), thyroid stimulating hormone (TSH),
terdeteksi tidak langsung dalam studi tentang Na, K-ATPase. Dimana
aktivasi enzim meningkat dan fungsi enzim juga meningkat.Perubahan
aktifitas enzim karena paparan gelombang elektromagnetik faktor yang
growth hormone, prolactin (PRL), lactogenic hormone (LH),
follicle-stimulating hormone (FSH) dan melatonine.
Studi yang dilakukan sejauh ini belum menghasilkan hasil yang
jelas, tetapi studi tersebut menunjukkan bahwa EMF dari frekuensi
gelombang mikro, termasuk frekuensi yang dipancarkan oleh telepon
selular mungkin bertanggung jawab untuk berbagai efek biologis . Hal ini
penting untuk mengetahui apakah efek ini dapat mempengaruhi
kesehatan manusia. (Bortkiewicz 2001), (Ferreri dkk 2006),(Goodman dkk
2002).
II.4.2. Faktor Otot
Faktor otot dapat memainkan peran penting dalam patogenese
nyeri kepala, satu hipotesis tentang bagaimana nyeri kepala dapat
berhubungan dengan menggunakan komputer adalah bahwa tampilan
komputer yang ditempatkan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
meningkatkan beban pada otot leher. Bagi mereka yang menggunakan
komputer > 56 jam / minggu, rasio prevalensi secara signifikan meningkat
untuk nyeri leher atau nyeri bahu dan keduanya , dan untuk kelelahan
mata
Posisi duduk yang tidak benar khususnya fleksi leher dan sikap
tubuh yang statis berhubungan dengan nyeri leher dan nyeri kepala
(Hellstenius,2009). ( Palm 2007).
Otot-otot leher berperan penting pada pathogenesis migren juga
REMAJA
II.6.Kerangka Konsep
MEDIA ELEKTRONIK
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1.Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di SMU Shafiyyatul Amaliyah Medan dari tanggal
Januari 2012 s/d 30 Maret 2012.
III.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian diambil dari populasi remaja di SMU Yayasan
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
III.2.1.Populasi Sasaran
Semua remaja SMU Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
Medan.
III.2.2.Populasi Terjangkau
Semua remaja SMU Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
Medan.
III.2.3.Besar Sampel
1. Semua remaja SMU Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
Medan.
III.2.4. Kriteria Inklusi
1. Semua remaja SMU Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah .
III.2.5.Kriteria Eksklusi
1. Peserta dengan nyeri kepala sekunder
III.2.6.Instrumen
- Kuesioner penggunaan media elektronik yang sesuai dengan
penelitian Busch dkk (2011) Santini (2002)
- Kuesioner yang diadaptasi dari penelitian Ho K-H dan Ong BK
merupakan pertanyaan dalam kuesioner yang merujuk kepada
kriteria nyeri kepala berdasarkan IHS (1988).
III.3. BATASAN OPERASIONAL
a. Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada
seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah
belakang kepala ( daerah oksipital dan sebahagian daerah tengkuk)
(Sjahrir, 2008), dan subjek yang menderita nyeri kepala yang tidak
termasuk dalam migren yang tidak termasuk kriteria dan TTH yang tidak
termasuk kriteria tersebut diklassifikasikan dalam Micellaneous
Headhache (MH) .
1. Migren
Kriteria diagnostik migren.
1.1. Migrain tanpa aura
A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi
B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak
diobati atau tidak berhasil diobati).
C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik
berikut:
1.Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita
menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:
1. Mual dan/atau muntah
2. Fotofobia dan fonofobia
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
1.2. Migrain dengan aura
Kriteria diagnostik:
A. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria
B- D.
B. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu
C. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
2. Tension Type-Headache
Kriteria diagnostik:
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata <1
hr/bln ( <12 hr/thn ), dan memenuhi kriteria B-D.
B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas :
1. Lokasi bilateral.
2. Menekan/mengikat ( tidak berdenyut ).
3. Intensitasnya ringan atau sedang.
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik
tangga.
D. Tidak didapatkan :
1. Mual atau muntah ( bisa anoreksia )
2. Lebih dari satu keluhan : foto fobia atau fonofobia.
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
2.2 . Tension Type-Headache episodik yang frequent
Kriteria diagnostik:
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15
hr/blnselama paling tidak 3 bulan ( <12 hr/thn ), dan memenuhi
kriteria B-D.
B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas :