• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penggunaan Media Elektronik Dengan Nyeri Kepala Pada Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Penggunaan Media Elektronik Dengan Nyeri Kepala Pada Remaja"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA ELEKTRONIK

DENGAN NYERI KEPALA

PADA REMAJA

T E S I S

OLEH

ANITA SURYA

NIM: 097112010

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

SPESIALIS ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA ELEKTRONIK DENGAN NYERI KEPALA PADA REMAJA

Nama : ANITA SURYA

NIM : 097112010

Program Studi : ILMU PENYAKIT SARAF

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. DR.Dr.Hasan Sjahrir, Sp.S (K) Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S NIP. 19470930 197902 1 001 NIP. 19621221 199012 1 001

Pembimbing III

Dr. Irina K. Nasution, Sp.S NIP. 19800903 2006042001

Mengetahui / Mengesahkan :

Ketua Departemen / SMF Ilmu Penyakit Saraf FK USU/RSUPHAM Medan

dr. Rusli Dhanu, Sp.S (K) NIP. 19530916 198203 1 003

Ketua Program Studi/ SMF Ilmu Penyakit Saraf

FK USU/ RSUP HAM Medan

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah

memberikan segala berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas

akhir Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik – Spesialis Ilmu

Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan

Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. DR. dr. H. Hasan Sjahrir, Sp.S(K), selaku Guru Besar Tetap

Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara/RSUP H. Adam Malik Medan dan selaku pembimbing penulis

yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing,

mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan,

pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

3. Dr. H. Rusli Dhanu, Sp.S (K), Ketua Departemen Neurologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara disaat penulis melakukan

penelitian dan sebagai Ketua Departemen Neurologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik Medan

saat tesis ini selesai disusun yang banyak memberikan

masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S (K), Ketua Program Studi PPDS-I Neurologi

(4)

disusun yang banyak memberikan masukan-masukan berharga

kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S dan dr. Irina Kemala Nasution Sp.S

selaku pembimbing penulis yang dengan sepenuh hati telah

mendorong, membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai

dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

6. Guru-guru penulis: : Prof. Dr. H. Darulkutni Nasution, Sp.S (K); Dr.

Darlan Djali Chan, Sp.S; Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K); Dr. Aldy

S. Rambe, Sp.S(K); Dr. Irsan NHN Lubis, Sp.S; Dr. Puji Pinta O.

Sinurat, Sp.S; Dr. Cut Aria Arina, Sp.S; Dr. S. Irwansyah, Sp.S; Dr. Kiki

M.Iqbal, Sp.S; Dr.Alfansuri Kadri, Sp.S; Dr.Dina Listyaningrum, Sp.S

Msi Med; Dr.Aida Fithrie,Sp.S ; Dr.Iskandar Nasution,Sp.S; Dr.Haflin

Soraya Hutagalung Sp.S dan guru lainnya yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan masukan

selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik.

7. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah

memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik

sehingga penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Magister

Kedokteran Klinik.

8. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang

telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi

dengan penulis dalam pembuatan tesis ini.

9. Drs.H. Sofyan Raz Ak MM ( Ketua Pembina Yayasan Perguruan

Shafiyyatul Amaliyyah ), terima kasih yang sebesar-besarnya yang

telah mengijinkan saya melakukan penelitian ini di Yayasan Perguruan

Shafiyyatul Amaliyyah .

10. Seluruh staf, guru dan dokter Yayasan Perguruan Shafiyyatul

Amaliyyah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu berlangsungnya penelitian ini.

11. Siswa-siswi SMU Yayasan Perguruan Shafiyyatul Amaliyyah yang

(5)

12. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Departemen Neurologi

FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, teristimewa kepada teman –teman

seangkatan (dr, Inta Lismayani, dr.Fridameria Silitonga, dr. Saulina

Sembiring, dr.Leni Wardaini, dr. Seri Ulina Barus, dr. Suherman

A.Tambunan) yang banyak memberikan masukan berharga kepada

penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal

maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang

membangkitkan semangat kepada penulis menyelesaikan Program

Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.

13. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah

bertugas selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran

Klinik ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani

Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Penyakit Saraf.

14. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan

kepada kedua orang tua saya, Adham Nasution dan Almh. Purnama

Sari Tanjung yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih

sayang, dan senantiasa memberi dukungan moril dan materi,

bimbingan dan nasehat serta doa yang tulus agar penulis tetap sabar

dan tegar dalam mengikuti pendidikan ini sampai selesai.

15. Ucapan terima kasih kepada kedua Bapak / Ibu mertua saya, Alm.

Malim Pareso Lubis dan Manggur Daulay, yang selalu memberikan

dorongan, semangat dan nasehat serta doa yang tulus agar tetap

sabar dan tegar dalam mengikuti pendidikan sampai selesai.

16. Teristimewa kepada suamiku tercinta Nurhudawi Lubis, SE yang

selalu sabar dan penuh pengertian, mendampingi dengan penuh cinta

dan kasih sayang dalam suka dan duka, saya ucapkan terimakasih

yang setulus-tulusnya.

17. Teristimewa kepada buah hatiku tercinta Nadya Azmi Lubis, M. Faiz

(6)

menjadi motivasi dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini dan

mendampingi Bunda dengan penuh cinta dan kasih sayang dalam

suka dan duka selama Bunda menjalani Program Pendidikan Magister

Kedokteran Klinik dan menyelesaikan tesis ini.

18. Kepada seluruh keluarga yang senantiasa membantu, memberi

dorongan, pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan

pendidikan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

19. Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak mungkin saya sebutkan

satu persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya

haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah

melimpahkan rahmat dan kasihnya kepada kita semua. Akhirnya

penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat

bagi kita semua.

Semoga Allah SWT membalas semua jasa dan budi baik mereka

yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-cita

penulis. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan

ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin ya Rabbal alamin.

Penulis

(7)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama lengkap : dr. Anita Surya

Tempat / tanggal lahir : Natal, 18 Juli 1978

Agama : Islam

Pekerjaan : Dokter PNS di Puskesmas TJ Rejo, Kab.Deli

Serdang

3. Ikhwanul Luthfi Tondinta Lubis

Riwayat Pendidikan

Tahun 1984 – 1990 : SD Negeri 1 Natal

Tahun 1990 – 1993 : SMP Negeri 1 Panyabungan

Tahun 1993 – 1996 : SMA Negeri 1 Panyabungan

Tahun 1996 – 2003 : Pendidikan Dokter umum di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Tahun 2010 – sekarang : Pendidikan Spesialis di bidang Ilmu Penyakit

Saraf Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2005 – 2009 : Dokter PTT di Puskesmas Bandar Khalifah,

Kab.Deli serdang,Sumatera Utara

Tahun 2010 – Sekarang : Dokter PNS di Puskesmas TJ Rejo, Kab.Deli

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR SINGKATAN vii

DAFTAR GAMBAR

BAB.I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang 1

I.2. Perumusan Masalah 4

I.3. Tujuan Penelitian 4

I.3.1. Tujuan Umum 4

I.3.2. Tujuan Khusus 5

I.4. Hipotesa 6

I.5. Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Nyeri Kepala 7

II.1.1. Definisi 7

II.1.2. Epidemiologi 7

II.1.3. Klasifikasi 8

II.1.4. Patofisiologi 10

II.2. Media Elektronik 12

II.2.1.Komputer 12

II.2.3.Handphone 15

II.2.4. Televisi

II.3. Efek Paparan Radiasi pada Kesehatan II.3.1. Pendahuluan II.4. Hubungan Penggunaan Media Elektronik dengan Nyeri

Kepala

34

II.5. Kerangka Teori 40

II.6. Kerangka Konsepsional 41

BAB III. METODE PENELITIAN 42

III.1. Tempat dan Waktu 42

III.2. Subjek Penelitian 42

III.2.1. Populasi sasaran 42

III.3. Batasan Operasional 43

(9)

III.5. Pelaksanaan Penelitian 48 IV.1. HASIL PENELITIAN

IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

IV.1.2. Distribusi Penggunaan Media Elektronik

berdasarkan variabel

IV.1.3 Distribusi Nyeri kepala berdasarkan variabel

IV.1.4 Hubungan Penggunaan Media Elektronik dengan

Nyeri Kepala

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN 69

V.2. SARAN 70

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR SINGKATAN

ACTH : Adrenocorticotropic Hormone

Akper : Akademi Keperawatan

AD : Alzheimer Disease

AML : Acute Myeloid Leukemia

AMPS : Advance Mobile Phone System

ATSI : Asosiasi Telepon Selluler Indonesia

BBM : Bahan Bakar Minyak

ELF : Extremely Low Frequency Electromagnetic Fields

EMF : Electromagnetic Fields

FSH : Follicle-Stimulating Hormone

GSM : Global System for Mobile

HP : Handphone

IC : Integrated Circuit

IHS : Internasional Headache Society

(11)

SMU : Sekolah Menengah Umum

SPBU : Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum

SPSS : Statistical Product and Science Service

TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi

TSH : Thyroid Stimulating Hormone

TTH : Tension Type Headache

TV : Televisi

UHF : Ultra-high frequency

VLSI : Very Large Scale Integrated Circuit

VHF :

WAN : Wide Area Network

Wi-fi : Wireless Fidelity

(12)

DAFTAR LAMBANG

p : Tingkat kemaknaan

(13)

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1. Interkoneksi berdasarkan jarak antaramode 14

Tabel 2. Karakteristik Subjek Penelitian 53

Tabel 3. Distribusi Penggunaan Media elektronik berdasarkan

Variabel

55

Tabel 4. Distribusi Nyeri Kepala berdasarkan variabel 56

Tabel 5. Hubungan Penggunaan Media Elektronik dengan

Nyeri Kepala

58

Tabel 6. Hubungan karakteristik Penggunaan Media Elektronik

dengan Nyeri Kepala

61

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gambar 2

Cellular Network

Jarak Layar TV dengan Posisi Duduk

18 20

Gambar 3 Spektrum frekuensi elektromagnetik 23

Gambar 4 Respon sel terhadap radiasi Hp 35

Gambar 5 Pola ekspresi dari F-actin 36

Gambar 6 Pengaruh RF pada struktur seluler dan sub

-selular

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Penderita/Keluarga Lampiran 2. Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 3. Surat Persetujuan ikut dalam Penelitian Lampiran 4. Lembar Pengumpul Data

Lampiran 5. Kuesioner penggunaan media elektronik yang diadaptasi sesuai dengan penelitian Busch dkk (2010), Santini dkk (2002)

Lampiran 6. Pertanyaan yang termasuk dalam kuesioner sesuai dengan

IHS Classification (Kuesioner yang diadaptasi dari HO K-H &

Ong BK-C)

Lampiran 7. Surat Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan FK-USU

(16)

ABSTRAK

Latar Belakang dan Tujuan : Penggunaan media elektronik seperti handphone ,komputer ,televisi adalah sangat populer terutama pada remaja. Terdapat pembahasan tentang apakah penggunaan media elektronik mempunyai efek negatif pada kesehatan terutama nyeri kepala, yang merupakan keluhan yang paling banyak dilaporkan pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala pada remaja.

Metode: Penelitian studi potong lintang ini dilakukan terhadap populasi remaja di SMU Yayasan Perguruan Shafiyyatul Amaliyyah . Setiap subjek mengisi kuesioner penggunaan media elektronik yang diadaptasi sesuai dengan penelitian Busch dkk (2010), Santini dkk (2002) dan kuesioner mengenai nyeri kepala yang diadaptasi dari HO K-H & Ong BK-C) .

Hasil: Dari 278 orang subjek, dtemukan 271 orang (97.5%) yang menggunakan media elektronik dan 270 orang (97.1%) yang menderita nyeri kepala.Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan

media elektronik dengan nyeri kepala ( ρ = 0,001), tetapi tidak terdapat

hubungan yang bermakna dengan jumlah bertelefon/hari ( ρ=0,945 ),

durasi bertelefon/hari ( ρ=0,915 ), lama memiliki hp ( ρ=0,939 ), berapa

jam rata-rata sehari hari menggunakan komputer ( ρ=0,460 ) dan

menonton televisi( ρ=0,785 ).

Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala pada remaja.

(17)

ABSTRACT

Backgound and Purpose : The Using of electronic media, i.e. mobile phones, computers, television, is very populer, especially amongs the adolescents. There is discussion whether using of these media might have negtive effect on health, especially headaches, which are among the most-reported health complaints in adolescents. The aim of the present study was to assess associations between use of electronic media and headache in adolescents.

Methods : This cross sectional study was performed in adolescents population in Senior High School of Yayasan Perguruan Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Every subject was invited to answer a questionnaire use electronic media adapted from study Busch et.all (2010), Santini et.all

(2002) and questionnaire about headhace adapted from study HO K-H &

Ong BK-C).

Result : From 278 subjects, there were 271 subjects ( 97.5 % ) who used electronic media and 270 subjects (97.1%) who suffered headache. There was significant association between use of electronic media and

headache (ρ = 0,001), but there were no significant association with

number of calls per day( ρ=0,945 ), calling duration per day ( ρ=0,915 ),

The phone had been owned( ρ=0,939 ), rate of hours/day in using

computer ( ρ=0,460 ) and warching TV ( ρ=0,785)

Conclusions : There was a significant association between the used of electronic media and headhace in adolescents.

(18)

ABSTRAK

Latar Belakang dan Tujuan : Penggunaan media elektronik seperti handphone ,komputer ,televisi adalah sangat populer terutama pada remaja. Terdapat pembahasan tentang apakah penggunaan media elektronik mempunyai efek negatif pada kesehatan terutama nyeri kepala, yang merupakan keluhan yang paling banyak dilaporkan pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala pada remaja.

Metode: Penelitian studi potong lintang ini dilakukan terhadap populasi remaja di SMU Yayasan Perguruan Shafiyyatul Amaliyyah . Setiap subjek mengisi kuesioner penggunaan media elektronik yang diadaptasi sesuai dengan penelitian Busch dkk (2010), Santini dkk (2002) dan kuesioner mengenai nyeri kepala yang diadaptasi dari HO K-H & Ong BK-C) .

Hasil: Dari 278 orang subjek, dtemukan 271 orang (97.5%) yang menggunakan media elektronik dan 270 orang (97.1%) yang menderita nyeri kepala.Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan

media elektronik dengan nyeri kepala ( ρ = 0,001), tetapi tidak terdapat

hubungan yang bermakna dengan jumlah bertelefon/hari ( ρ=0,945 ),

durasi bertelefon/hari ( ρ=0,915 ), lama memiliki hp ( ρ=0,939 ), berapa

jam rata-rata sehari hari menggunakan komputer ( ρ=0,460 ) dan

menonton televisi( ρ=0,785 ).

Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala pada remaja.

(19)

ABSTRACT

Backgound and Purpose : The Using of electronic media, i.e. mobile phones, computers, television, is very populer, especially amongs the adolescents. There is discussion whether using of these media might have negtive effect on health, especially headaches, which are among the most-reported health complaints in adolescents. The aim of the present study was to assess associations between use of electronic media and headache in adolescents.

Methods : This cross sectional study was performed in adolescents population in Senior High School of Yayasan Perguruan Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Every subject was invited to answer a questionnaire use electronic media adapted from study Busch et.all (2010), Santini et.all

(2002) and questionnaire about headhace adapted from study HO K-H &

Ong BK-C).

Result : From 278 subjects, there were 271 subjects ( 97.5 % ) who used electronic media and 270 subjects (97.1%) who suffered headache. There was significant association between use of electronic media and

headache (ρ = 0,001), but there were no significant association with

number of calls per day( ρ=0,945 ), calling duration per day ( ρ=0,915 ),

The phone had been owned( ρ=0,939 ), rate of hours/day in using

computer ( ρ=0,460 ) and warching TV ( ρ=0,785)

Conclusions : There was a significant association between the used of electronic media and headhace in adolescents.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. LATAR BELAKANG

Nyeri kepala merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

utama. Secara global, persentase dari populasi orang dewasa yang

mengalami gangguan nyeri kepala pada umumnya 47%, 10% Migraine,

38

Dari hasil pengamatan jenis penyakit dari pasien yang berobat jalan di

praktek klinik selama tahun 2003, ternyata nyeri kepala menduduki

proporsi tempat yang teratas, sekitar 42% dari keseluruhan pasien

neurologi (Sjahrir 2004).

% Tension-Type Headache (TTH), 3% Chronic Headache (Jansen dkk

2007).

Penelitian internasional menemukan prevalensi nyeri kepala pada

anak-anak dan remaja terus meningkat. Selain itu, diperkirakan bahwa

nyeri kepala menetap pada saat usia dewasa dalam persentase yang

relatif tinggi (sekitar 50%) dari kasus (Gabman dkk 2009). Hal ini

didukung oleh (Lewis 2002) yang melakukan survei epidemiologi pada

remaja menemukan dari 9.000 anak-anak sekolah dimana frekuensi nyeri

kepala dilaporkan 2.5% setelah berumur tujuh tahun dan15% setelah

berumur 15 tahun

Zuraini dkk 2005 di Medan telah meneliti karekteristik nyeri kepala

(21)

(Akper) di kotamadya Medan didapatkan hasil pada SMU sebanyak 78%

menderita nyeri kepala sedangkan siswa akper sebanyak 83.75%

menderita nyeri kepala.(Sjahrir 2004).

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi bagian

sentral dari keseharian kehidupan anak-anak dan remaja. Menggunakan

komputer untuk belajar, bermain game dan mencari informasi di Internet,

dan berkomunikasi melalui ponsel di mana dan kapan pun mereka mau

Penelitian di Finlandia pada 7292 peserta berusia 12 , 14, 16 dan 18

tahun menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih sering bermain game digital

dan menggunakan internet dibandingkan anak perempuan yang lebih

sering mengunakan Handphone (Hp) (Punamaki dkk 2007).

Penelitian dilakukan pada 400 siswa dalam kelompok usia 10-19

tahun menunjukkan bahwa remaja menghabiskan lebih banyak waktu

bermain game dan

Jumlah Pemakai Hp di Indonesia menurut catatan Asosiasi Telepon

Seluler Indonesia (ATSI), saat ini, sekitar 180 juta penduduk Indonesia

sudah menjadi pelanggan layanan seluler. Itu berarti, sudah sekitar 60

persen populasi di tanah air sudah memiliki perangkat telekomunikasi. menonton televisi (Goel dkk 2009).

( harian berita com).

Pada penelitian (Busch dkk 2010) yang melakukan penelitian

berbasis populasi pada 1.025 remaja usia 13-17 tahun. Menemukan

sebagian besar remaja menggunakan komputer (85%), menonton televisi

(22)

peserta menggunakan ponsel dan hanya 25% bermain game setiap hari.

Penelitian tentang prevalensi nyeri kepala pada pengguna Hp di

Singapura menemukan bahwa sebanyak 808 pria dan wanita antara 12

dan 70 tahun, yang tinggal dalam satu komunitas, dipilih menggunakan

satu tahap cluster random sampling dan mengisi kuesioner

Ada hubungan statistik yang signifikan antara mendengarkan musik dan

nyeri kepala. Ketika stratifikasi untuk jenis nyeri kepala, tidak ada

hubungan statistik yang signifikan.

.

Penelitian Soderqvist 2008 mengenai penggunaan Hp pada

remaja Swedia umur 15-19 tahun menemukan bahwa gejala yang sering

dikeluhkan adalah kelelahan, stress, nyeri kepala, cemas, susah

berkonsentrasi dan gangguan tidur (Soderqvist 2008).

Ditemukan

prevalensi pengguna Hp 44,8%. Nyeri kepala adalah gejala yang paling

umum di kalangan pengguna HP dibandingkan yang bukan pengguna Hp,

Ada peningkatan yang signifikan dalam prevalensi nyeri kepala dengan

semakin lamanya penggunaan (dalam menit per hari). Prevalensi nyeri

kepala berkurang lebih dari 20% di antara mereka yang menggunakan

hand-free dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah menggunakan

(Chia dkk 2000).

Anak-anak di negara maju banyak menghabiskan waktu menonton

televisi. Survei menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan pada masa

anak-anak dan remaja untuk menonton televisi melebihi waktu yang

(23)

televisi oleh anak-anak bisa memiliki efek buruk pada kesehatan (Hancox

dkk 2004)

Meningkatnya prevalensi keluhan fisik seperti nyeri leher, nyeri

bahu, dan nyeri kepala telah dilaporkan pada populasi remaja . Jika

dibandingkan dengan penelitian cross sectional dari 1991-2001, yang

kemungkinan nyeri punggung meningkat antara 23% - 50% untuk anak

laki-laki dan antara 44% - 50% di antara perempuan dalam jangka waktu

10 tahun . Sejalan dengan peningkatan keluhan fisik ,pada remaja terjadi

peningkatan dalam menghabiskan waktu di kegiatan berbasis layar,

seperti TV, computer games, atau jenis hiburan lainnya

berbasis komputer

(Torsheim 2010).

I.2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian-penelitian terdahulu seperti

yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah ada hubungan penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala

pada remaja?

I.3. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan:

I.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan penggunaan media elektronik dengan

(24)

I.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk melihat hubungan antara penggunaan media elektronik dengan

nyeri kepala.

2. Untuk melihat gambaran deskriptik umur, jenis kelamin, jenis media

elektronik, penggunaan media elektronik dan nyeri kepala.

3. Untuk melihat hubungan antara penggunaan Hp dengan nyeri kepala.

4. Untuk melihat hubungan antara penggunaan komputer dengan nyeri

kepala.

5. Untuk melihat hubungan antara penggunaan televisi dengan nyeri

kepala.

6. Untuk melihat hubungan frekuensi penggunaan Hp dengan nyeri

kepala.

7. Untuk melihat hubungan antara durasi penggunaan Hp dengan nyeri

kepala menggunakan.

8. Untuk melihat hubungan antara lama punya Hp dengan nyeri kepala.

9. Untuk melihat hubungan antara durasi menggunakan komputer sehari

dengan nyeri kepala.

10. Untuk melihat hubungan antara durasi sehari menonton televisi

dengan nyeri kepala.

11. Untuk melihat hubungan frekuensi penggunaan Hp dengan tipe nyeri

kepala.

12. Untuk melihat hubungan antara durasi penggunaan Hp dengan tipe

(25)

13. Untuk melihat hubungan antara lama punya Hp dengan tipe nyeri

kepala.

14. Untuk melihat hubungan antara durasi menggunakan komputer sehari

dengan tipe nyeri kepala.

15. Untuk melihat hubungan antara durasi sehari menonton televisi

dengan tipe nyeri kepala.

I.4. Hipotesis

Ada hubungan penggunaan media elektronik dengan nyeri

kepala pada remaja.

I.5. Manfaat Penelitian

I.5.1 Manfaat Penelitian Untuk Ilmu Pengetahuan

Dengan mengetahui hubungan penggunaan media

elektronik dengan nyeri kepala, maka dapat dijadikan sebagai

dasar pertimbangan untuk lebih banyak melakukan penelitian pada

efek media elektronik pada kesehatan.

I.5.2 Manfaat Penelitian Untuk Masyarakat

Dengan mengetahui hubungan penggunaan media

elektronik dengan nyeri kepala, maka dapat dijadikan sebagai

dasar pertimbangan memberi nasehat kepada masyarakat untuk

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. NYERI KEPALA

II.1.1 Definisi

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada

seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah

belakang kepala ( daerah oksipital dan sebahagian daerah tengkuk)

(Sjahrir, 2008).

II.1.2. Epidemiologi

Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada

5 rumah sakit di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala

sebagai berikut : Migren tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%,

Episodik Tension type Headache 31%, Chronic Tension type Headache

(CTTH) 24%, Cluster Headache 0.5%, Mixed Headache 14% (Sjahrir,

2004).

Penelitian berbasis populasi menggunakan kriteria Internasional

Headache Society untuk Migrain dan Tension Type Headache (TTH), juga

penelitian Headache in General dimana Chronic Daily Headache juga

disertakan . Secara global, persentase populasi orang dewasa dengan

gangguan nyeri kepala 46% , 11% Migren, 42% Tension Type Headache

(27)

II.2.3. Klassifikasi Nyeri Kepala

Berdasarkan klassifikasi Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari

Internasional Headache Society (IHS)

Primary headache disorders :

,

1. Migraine

2. Tension-type headache

3. Cluster headache and other trigeminal autonomic cephalalgias

4. Other primary headaches

Secondary headache disorders:

1. Headache attributed to head and/or neck trauma

2. Headache attributed to cranial or cervical vascular disorder

3. Headache attributed to non-vascular intracranial disorder

4. Headache attributed to a substance or its withdrawal

5. Headache attributed to infection

6. Headache attributed to disorder of homeoeostasis

7. Headache or facial pain attributed to disorder of cranium, neck, eyes,

ears, nose, sinuses, teeth,mouth, or other facial or cranial

structures.

8. Headache attributed to psychiatric disorder

9. Cranial Neuralgias and facial pains

10. Cranial neuralgias and central causes of facial pain

(28)

II.2.3. Klassifikasi Nyeri KepalaPrimer

Klasifikasi nyeri kepala primer sesuai The Intemational

Classification of Headache Disorders, 2nd Edition adalah: Untuk nyeri

kepala primer secara garis besar klasifikasinya adalah:

1. Migren:

1.1. Migren tanpa aura

1.2. Migren dengan aura

1.3. Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor

migren

1.4. Migren Retinal

1.5. Komplikasi migren

1.6. Probable migren

2. Tension-type Headache:

2.1. Tension-type headache episodik yang infreguent

2.2 . Tension-type headache episodik yang frequent

2.3 . Tension-type headache kronik

2.4 . Probable tension-type headache

3. Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal-otonomik yang lainnya:

3.1. Nyeri kepala Klaster

3. 2. Hemikrania paroksismal

3.3. Short-lasting unilateral neuralgi form headache with

conjunctival injection and tearing

(29)

4. Nyeri kepala primer lainnya:

4 1.Pimary stabbing headache

4. 2. Primary cough headache

4 3. Primary exertional headache

4.4. Nyeri kepala primer sehubungan dengan aktifitas seksual

4 5. Hypnic headache

4.6. Primary thunderclap headache

4.7. Hemikrania kontinua

4.8. New daily-persistent headache

II.1.3. Patofisiologi Nyeri Kepala Primer

Ada 3 hipotesa dalam hal patofisiologi migren yaitu: (Sjahrir 2004)

1. Pada migren yang tidak disertai Cutaneus Allodynia (CA), berarti

sensitisasi neuron ganglion trigeminal sensoris yang menginervasi

duramater.

2. Pada migren yang menunjukkan adanya CA hanya pada daerah

referred pain, berarti terjadi sensitisasi perifer dari reseptor

meninggeal (first order) dan sensitisasi sentral dari neuron komu

dorsalis medula spinalis (second order) dengan daerah reseptif

periorbital.

3. Pada migren yang disertai CA yang meluas keluar dari area referred

pain, terdiri atas penumpukan dan pertambahan sensitisasi neuron

(30)

Kemungkinan sumber nyeri pada TTH adalah adanya keterlibatan otot

yang melekat pada tulang tengkorak , patofisiologinya sebagian besar

tidak diketahui.(Jan 2007).

Asal nyeri pada TTH dikaitkan dengan meningkatnya kontraksi

dan iskemia otot kepala dan leher. Penelitian berbasis elektromiografi

(EMG), telah melaporkan normal atau hanya sedikit meningkatnya

aktivitas otot pada TTH, dan telah menunjukkan bahwa level laktat otot

normal selama latihan otot statis pada pasien dengan Cronic TTH. Banyak

penelitian menunjukkan bahwa Pericranial Myofascial Tissue jauh lebih

tender pada pasien TTH dari pada subyek sehat. Hal ini juga telah

menunjukkan bahwa konsistensi otot perikranium meningkat, pada pasien

TTH lebih rentan untuk nyeri bahu dan nyeri leher pada respon latihan

statis dari subjek yang sehat. Studi terbaru yang dilaporkan peningkatan

jumlah trigger point aktif dalam otot perikranium pada pasien TTH

episodik lebih sering dan pada pasien yang memiliki TTH kronis

(Bendtsen 2009).

Penyebab pasti Cluster Headache (CH) saat ini belum diketahui.

Hipotesis pertama pada CH, terinspirasi oleh efek zat vasoaktif. Disfungsi

awal atau inflamasi pembuluh darah di daerah sinus parasellar atau area

sinus cavernosus akan mengaktivasi pathway nyeri orbital trigeminus.

Adanya aktivasi sistem trigeminal-vaskular, sebagai penyebab atau akibat

(31)

II.2. Media Elektronik

II.2.1. Definisi

Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau

energi elektromekanis untuk pengguna akhir (penonton) untuk mengakses

content. Media elektronik utama yang dikenal masyarakat umum lebih

dikenal sebagai video recordings, audio recordings, slide presentations,

CD-ROM .Setiap peralatan yang digunakan dalam proses komunikasi

elektronik (misalnya

Hp) juga dapat dianggap media elektronik (freedictionary).

II.2.2. Komputer

Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang berarti

menghitung.(Syafrizal 2005). Seiring dengan berkembang dan

meluasnya bidang ilmu komputer, maka definisi computer yang

dikemukakan oleh beberapa ahlipun komputer berkembang dan

bervariasi(Herwinto dkk 2008)

II.2.2.1.Manfaat Jaringan Komputer

1. Untuk kebutuhan perusahaan

2. Untuk kebutuhan perorangan

a. Akses ke informasi yang berada di tempat lain ( seperti akses

berita hari ini) semuanya uptodate.

(32)

c. Hiburan interaktif seperti nonton acara tv on-line, download film

atau lagu, dll ( Herwinto dkk.2008).

II.2.2.2. Jenis-Jenis Jaringan Komputer (Syafrizal 2005).

1. Local Area Network (LAN)

Sebuah LAN adalah jaringan yang dibatasi oleh area yang relative

kecil, umumnya dibatasi oleh area lingkungan seperti sebuah

kantor pada sebuah bangunan. Dalam LAN umumnya kecepatan

pengiriman data sangat tinggi, misalnya 10 Mbps, 100 Mbps

bahkan ada yang sampai dengan 1000 Mbps.

2. Metropolitan Area Network (MAN )

Metropolitan Area Network biasanya meliputi area yang lebih besar

dari LAN, misalnya antar gedung dalam satu daerah wilayah seperti

propinsi atau Negara bagian.

3. Wide Area Network (WAN)

Wide Area Network adalah jaringan yang biasanya sudah

menggunakan media wirless, sarana internet atau kabel serat optic,

karena jaringannya lebih luas, bukan hanya meliputi satu kota, atau

antar kota dalam satu wilayah, tetapi mulai menjangkau area /

(33)

Jarak antar komputer Lokasi/Area Jenis Jaringan

1-10 M Ruangan

Local Area Network

100 M-< 1Km Gedung Perkantoran

1-10 Km Kota

Metropolitan Area Network

> 10-< 100 Km Kabupaten, Propinsi

≥ 100 Km Negara

Wide Area Network

≥ 1.000 Km Benua

≥ 10.000 Km Planet Internet

Tabel 1. Interkoneksi berdasarkan jarak antaramode dikutip dari pengantar jaringan komputer (syafrizal 2005)

II.2.2.2. Klassifikasi Komputer

1.Berdasarkan Sinyal Masukan

Berdasarkan sinyal masukan, komputer dapat diklassifikasikan

menjadi :

a. Komputer Analog, menerima sinyal masukan berupa data

analog. Contoh : komputer penghitung aliran BBM dalam SPBU.

b. Komputer Digital, mernerima masukan digital, merupakan

komputer kebanyakan yang kita kenal.

c. Komputer hibrid, menerima masukan analog dan digital

(34)

Berdasarkan generasi teknologi penyusunnya, komputer dapat

diklasifikasikan menjadi

1. Generasi I, tahun 1946-1959, menggunakan tabung hampa

2. Generasi II, tahun 1959-1965, menggunakan transistor

3. Generasi III, tahun 1965-1970, menggunakan IC (Integrated

Circuit).

4. Generasi IV, tahun 1970-sekarang, menggunakan VLSI (Very

Large Scale IC).

Internet

Interconnected Network atau yang lebih popular dengan sebutan

internet adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan

komputer-komputer dan jaringan-jaringan komputer seluruh dunia.

Terkoneksi ke internet tidak hanya terhubung dengan perangkat komputer

lain tetapi juga keperangkat lain seperti Hp, web camera, dan perangkat

pribadi lainnya yang dapat terkoneksi ke internet.

II.2.3. Handphone

Handphone merupakan alat komunikasi wireless atau komunikasi

bergerak tanpa kabel. Hp saat ini menjadi barang yang wajib dibawa saat

kita bepergian dari rumah. Dengan kemajuan teknologi saat ini Hp bahkan

dilengkapi dengan pemutar MP3, kamera video, radio, games,

jam,kalkulator. Sehingga menjadikan Hp adalah sesuatu yang wajib

(35)

memungkinkan mobile entertainment melalui handphone. Bahkan

beberapa orang lebih rela ketinggalan dompet daripada ketinggalan

handphone saat bepergian.(Indonesia belajar).

PerkembanganTeknologi Selular (Daryanto 2010)

1. Advance Mobile Phone Sistem (AMPS)

Advance Mobile Phone Sistem merupakan generasi pertama pada

teknologi selular.Merupakan range frekuensi antara 824 Mhz- 894

Mhz. AMPS tidak menawarkan fitur lain yang umum digunakan

pada layanan selular seperti e-mail dan browsing di web. :

(Sandrom dkk 1995) telah meneliti 8.879 pengguna GSM dan 8.113

pengguna analog system atau Nordic Mobile Telephone (NMT)

melaporkan bahwa pada umumnya pengguna GSM memiliki lebih

banyak gejala nyeri kepala, lelah, dari pada pengguna NMT.

2. Global Sistem for Mobile (GSM)

Global Sistem for Mobile telekomuncation merupakan generasi

kedua setelah AMPS. GSM mempunyai frekuensi 900 Mhz dan

1800 Mhz. GSM menyediakan layanan untuk mengirimkan data

dengan kecepatan tinggi. Di Indonesia jaringan GSM di tempati

oleh PT.Telkomsel, Exelcomindo,Satelindo,dan Indosat.

3. Code Division Multiple Acces (CDMA)

Code Division Multiple Acces merupakan generasi ketiga (3G),

(36)

spektrum, tidak memberikan pertanda pada frekuensi khusus pada

setiap user. Di Indonesia ditempati PT Mobile-8,

Telecom,Telkomflexy dan Esia.

(Tryagi dkk 2011) orang yang menggunakan Hp cenderung

menderita darah tinggi, dan gejala lain termasuk telinga jadi panas,

nyeri kepala, kelelahan. Hasil menunjukkan bahwa efek radiasi

lebih tinggi pada GSM daripada CDMA.

Konsep Dasar Teknologi Selular

1. Definisi Selular

Pada sistem selular untuk menggambarkan area secara geografis

digunakan gambaran heksagonal. Areanya disebut sel (Cell).

Semua daerah dapat dicakup tanpa adanya gap sel satu dengan

(37)

Gambar 1 .Cellular network dikutip dari http.bulbing.com

2 Mobile Station

Mobile Station merupakan perangkat yang dibawa oleh pelanggan

atau Handphone yang akan menerima ataupun mengirim data.

Pada GSM identitas panggilan tidak dihubungkan dengan

handphonenya tetapi dengan kartu Subsciber Identity Module

(SIM).

3 Base Station Subsistem

Merupakan peralatan yang menghubungkan antara radio dengan

(38)

II.2.3. Televisi

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata

televisi berasal dari kata tele dan vision; yang memiliki arti masing-masing

jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat

melihat dari jarak jauh.

II.2.3.1.Saluran dan Standar Pemancar Televisi

Kelompok frekuensi yang telah di tetapkan bagi sebuah stasiun pemancar

untuk transmisi signalnya disebut saluran (channel). masing-masing

mempunyai sebuah saluran 6 Mega Hertz (Mhz) dalam salah satu bidang

frekuensi (band) yang dialokasikan untuk penyiaran televisi komersial.

1. VHF bidang frekuensi rendah saluran 2 sampai 6 dari 54 MHz.

2. VHF bidang frekuensi tinggi saluran 7 sampai 13 dari 174 MHz

sampai 216 MHz.

3.UHF saluran 14 sampai 83 dari 470 MHz samapi 890 MHz (Agung

2011)

Jarak dengan media elektronik supaya aman dari gelombang

elektromagnetik yang direkomendasikan 50-70 cm atau (Yao dkk 2012)

(39)

Gambar 2. Jarak Layar TV dengan Posisi Duduk.

Dikutip dari Recommended TV Viewing Distance Chart | Toshiba Research Available

from http://us.toshiba.com/tv/research-center/shopping-guides/recom.

II.2.3 Electromagnetic radiation (ICNIR 2003)

Electromagnetic radiation atau electromagnetic fields (EMF)

adalah istilah yang menggambarkan luas paparan yang dihasilkan oleh

bentangan yang luas dari kabel dan teknologi nirkabel yang telah

mengubah kehidupan manusia. Namun, teknologi ini dirancang untuk

memaksimalkan efisiensi energi, bukan dengan efek biologis pada

manusia. Berdasarkan studi terbaru, telah berkembang fakta-fakta

tentang risiko kesehatan yang terkait dengan

Paparan

teknologi.

EMF terhadap lingkungan dapat berinteraksi dengan

proses dasar biologis dalam tubuh manusia, dapat menyebabkan

(40)

teknologi nirkabel seperti telepon seluler (dua miliar dan dihitung pada

tahun 2006), telepon nirkabel, jaringan WI-FI dan WI-MAX. Riset ilmiah

internasional pada beberapa dekade mengkonfirmasi bahwa EMF secara

biologis aktif pada hewan dan manusia, yang dapat memberi pengaruh

besar pada kesehatan masyarakat.

Sekarang ini, semua orang terkena dua jenis EMF

(1)

:

Frekuensi medan elektromagnetik sangat rendah sumber dari

peralatan listrik dan elektronik dan kabel listrik

(2)

dan

Radiasi frekuensi radio (Radio Frequency) (RF) dari perangkat

nirkabel seperti telepon seluler dan telepon nirkabel, antena selular

dan menara, dan menara siaran transmisi.

Dalam laporan ini akan menggunakan Istilah EMF ketika mengacu

pada semua bidang elektromagnetik secara umum, dan istilah ELF dan

RF ketika mengacu pada

1.

jenis paparan tertentu:

Radiasi non-ionisasi, yang berarti tidak memiliki energi yang cukup

untuk memutuskan elektron dari orbitnya sekitar

2.

atom.

Ionisasi atom, seperti melakukan x-ray, CT scan. (Repacholli 2007).

Dosimetri

Pengukuran atau penentuan dengan perhitungan dari kekuatan

gelombang listrik internal atau absorbsi energi spesifik pada manusia atau

(41)

Specific Absorption Rate (SAR W/Kg)

Perhitungan berapa banyak energi Radio Frekuensi (RF) yang diserap ke

dalam tubuh, misalnya ketika ponsel atau Hp berada di kepala. SAR

dinyatakan dalam watt per kilogram jaringan (W / Kg). Jumlah energi yang

diijinkan dalam 1 gram jaringan otak dari ponsel adalah 1,6 W / kg di

Amerika Serikat. untuk seluruh paparan tubuh, eksposur adalah 0,8 W / kg

rata-rata lebih dari 30 menit untuk umum publik. Standar internasional di

kebanyakan negara serupa, tetapi

Sham

tidak persis sama

Sham adalah sebuah kelompok kontrol yang digunakan untuk

menstimulasi kondisi lingkungan yang sama dengan sampel terkena,

(42)

.

Gambar 3. Spektrum frekuensi elektromagnetik Dikutip dari Bioeffects And Therapeutic Applications of Electromagnetic Energy Habash R W. 2008

II.3. Efek Paparan Radiasi Pada Kesehatan

II.3.1. Pendahuluan

Efek biologis terjadi ketika paparan EMF terkadang terlihat atau terdeteksi

dan menyebabkan perubahan fisiologis pada sistem kehidupan. Perhatian

(43)

didasarkan pada serangkaian studi penilaian epidemiologi berbagai studi

klinis dan eksperimental, penelitian pada manusia, hewan, laboratorium,

preparat jaringan dan sel.

II.3.2. Studi Epidemiologi

Penelitian epidemiologi menunjukkan hubungan antara paparan EMF

dan efek kesehatan, tapi tidak selalu merupakan hubungan kausal.

II.3.2.1 Lingkungan Masyarakat

Lingkungan publik di mana paparan EMF dapat terjadi pada tempat

tinggal, sekolah dan fasilitas transportasi.

1. Kanker pada Anak dan Leukemia

Seperti kanker lainnya, mekanisme munculnya leukemia kemungkinan

melibatkan interaksi gen dan lingkungan. Dengan demikian, penting untuk

mengidentifikasi paparan yang menyebabkan kerusakan DNA dan

menginduksi kerusakan kromosom. Hipotesis melatonin, di mana

frekuensi daya gelombang magnetik menekan produksi melatonin

kelenjar pineal di malam hari, menambah peningkatan resiko dari

leukimia. Penyebab tumor SSP anak belum diketahui, walaupun 5% atau

lebih diperkirakan dapat dijelaskan oleh kecenderungan genetik,

investigasi etiologi lingkungan belum pasti. Beberapa penelitian

menyatakan adanya hubungan antara EMF dan kanker, meskipun risiko

yang cenderung kecil menurut standar epidemiologi, dan tidak dapat

(44)

2. Kanker Payudara

Para peneliti berhipotesis bahwa EMF mungkin berhubungan dengan

kanker payudara melalui hormon melatonin.

II.3.2.2 Lingkungan Kerja

Peralatan listrik, perkakas, dan pasokan listrik pada bangunan adalah

sumber utama paparan EMF pada kebanyakan orang mendapat paparan

di tempat kerja.

1. Kanker pada Dewasa

Pemaparan yang diteliti mempertimbangkan berbagai masalah kesehatan

serta kanker termasuk tumor otak, leukemia , kanker payudara di

kalangan baik pria maupun wanita, limfoma, kanker paru-paru, dan kanker

lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja dengan acute

myeloid leukemia (AML) adalah pekerja dengan paparan gelombang

magnetik kumulatif yang lebih tinggi sekitar tiga kali lebih mungkin dalam

setengah tenaga kerja. Para peneliti juga melaporkan hubungan antara

perkiraan paparan gelombang dan peningkatan risiko untuk chronic

lymphocytic leukemia (CLL). Penggunaan Hp pada jangka panjang lebih

dari 10 tahun dengan paparan kumulatif 2000 jam akan meningkatkan

resiko acustic neurinoma dan glioblastoma multiform.( Nittby dkk 2009)

juga meningioma, tumor kelenjar saliva, limphoma non hodgkin,

melanoma malignant pada mata, tumor testis, tumor nervus facialis

(45)

2. Penyakit Neurodegeneratif

Mungkin ada hubungan moderat antara peningkatan kadar paparan EMF

dan Alzheimer Disease (AD) (Habash 2008). Paparan gelombang

elektromagnetik sedang dan tinggi dapat meningkatkan amiloid beta

perifer. Kadar dari beta amiloid yang tinggi pada otak juga merupakan

faktor risiko untuk AD. Paparan gelombang elektromagnetik sedang dan

tinggi pada sel-sel otak mungkin juga meningkatkan produksi sel-sel dari

beta amiloid yang tinggi bukti paparan jangka panjang ELF, EMF dapat

menghasilkan produksi melatonin menurun, tingkat produksi melatonin

yang rendah berhubungan dengan peningkatan risiko AD dan acute lateral

sclerosis (ALS) (Davanipour dkk 2009) .

3. Efek Toksit pada Reproduksi

EMF, ELF juga telah terbukti

menyebabkan kerusakan DNA. Kerusakan kumulatif DNA di sel saraf otak

telah dikaitkan dengan penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer,

Huntington, dan penyakit Parkinson (Philip dkk 2009).

Penggunaan peralatan elektrik meningkatkan resiko pada kehamilan,

terutama lama kehamilan, berat lahir, kelainan bawaan( bibir sumbing,

kelainan jantung, kelainan saluran pernafasan dan lain-lain) dan

terlambatnya perkembangan janin,menunjukkan bahwa penggunaan

peralatan elektrik dapat menyebabkan efek yang merugikan kesehatan.

Risiko keguguran meningkat dengan meningkatnya tingkat maksimum

paparan gelombang elektromagnetik (Habash 2008). Kerusakan DNA

(46)

abnormal. Kerusakan pada sel Leydig dikaitkan dengan apoptosis dan

penurunan produksi testosteron. (Hamada dkk 2011).

II.3.3. Studi Seluler dan Hewan

Studi laboratorium memberikan sumber informasi yang berharga

mengenai potensi risiko kesehatan dari EMF. Penelitian laboratorium pada

sel atau organisme secara keseluruhan memainkan peran kunci dalam

mengevaluasi respon sistem yang berbeda dari tubuh menyebabkan

informasi tentang mekanisme molekuler yang dapat diterima scientific

pada efek dalam kondisi tertentu.

1. Hipotesis Melatonin

Paparan EMF menginhibisi sintesa melatonin. Penurunan produksi

melatonin tampaknya memiliki konsekuensi berbeda merugikan yang

terkait dengan AD dan kanker payudara. Kelenjar pineal, primer sumber

melatonin, memiliki kecenderungan untuk menjadi kalsifikasi dan,

mungkin, ini adalah alasan mengapa umumnya ada pengurangan

produksi melatonin selama penuaan.

Penurunan produksi melatonin disebabkan oleh:

a. Penentuan tingkat kalsium intraseluler dalam kelenjar pineal sebagai

akibat dari paparan ELF akut dan / atau RF MF.

b. Penentuan tingkat pengapuran kelenjar pineal sebagai akibat dari

berbagai tingkat paparan ELF dan / atau RF MF jangka panjang

(47)

2. Genotoksisitas dan Karsinogenisitas

Ada banyak penelitian bagaimana EMF dapat mempengaruhi DNA atau

menginduksi mutasi. Kerusakan DNA dan penyimpangan kromosom

berhubungan erat dengan karsinogenesis atau "penyebab kanker" (

Habash 2008). Berbeda dengan beberapa penelitian di masa lalu,

sekarang menjadi jelas bahwa efek genotoksik non-termal dari

RF-EMFyang ditunjukkan oleh sejumlah besar penelitian. Studi-studi telah

dilakukan dengan berbagai sistem pengujian yang berbeda - beberapa

penelitian yang digunakan lebih dari satu sistem tes dengan tiga prinsip

genotoksik :

(1) Efek pada kromosom

(2)

,

Fragmentasi DNA, dan

(3) Mutasi gen (Ruediger 2009 ).

(Philip dkk 2009) Telah terbukti EMF ELF menyebabkan kerusakan DNA

dan radikal bebas . Hal ini semakin mendukung pandangan bahwa EMF

mempengaruhi DNA melalui proses sekunder tidak langsung. Efek melalui

reaksi Fenton memprediksi bagaimana sel akan merespon EMF.

Misalnya:

(1) Sel yang secara metabolisme aktif akan lebih rentan pada paparan

EMF, karena peroksida hidrogen lebih banyak yang dihasilkan oleh

mitokondria untuk reaksi bahan bakar.

(2) Sel yang memiliki tingkat tinggi dari besi bebas intraseluler akan lebih

(48)

3. Fungsi Sel

Studi penelitian dasar pada efek EMF pada fungsi seluler telah

memberikan informasi tentang ambang batas biologis dan mekanisme

yang mungkin menjadi dasar pada dampak kesehatan. Banyak laporan

tentang efek paparan EMF pada transportasi ion, proliferasi sel dan

diferensiasi, respon stres, dan aktivitas enzim (Habash 2008).

(3) Karena otak terkena lebih tinggi EMF selama penggunaan ponsel, Di

sisi lain, sel-sel dengan jumlah yang tinggi antioksidan dan enzim

antioksidan akan kurang rentan terhadap EMF. Selanjutnya, efek radikal

bebas bisa bergantung pada status gizi suatu individu, misalnya,

ketersediaan makanan antioksidan, konsumsi alkohol, dan jumlah

konsumsi makanan. Berbagai kondisi kehidupan, seperti stres psikologis

dan latihan fisik yang berat, telah terbukti meningkatkan oksidatif stres dan

meningkatkan efek radikal bebas dalam tubuh. Dengan demikian, orang

juga dapat berspekulasi bahwa beberapa individu mungkin lebih rentan

terhadap efek EMFeksposur.

3.1 Intraselular Kalsium

Fenomena Ca++ effluks (pelepasan ion kalsium ) dari sel akibat paparan

EMF, terutama di otak dan sel limfatik Perhatian yang cukup besar telah

diberikan untuk menjelaskan mekanisme efek paparan ke waktu bervariasi

paparan gelombang elektromagnetik pada jalur sinyal intraselular

(49)

3.2 Proliferasi sel

Proliferasi sel yang berubah secara in vitro karena paparan EMF telah

diamati dalam sejumlah penelitian. Hasil jelas menunjukkan bahwa

paparan RF statis tidak menyebabkan proliferasi, atau mengaktifkan, atau

efek proinflamatori pada sel. (Habash 2008)

3.3 Respon Stres

Stres respon didefenisikan sebagai reaksi pertahanan sel pada

kerusakan lingkungan yang mengakibatkan pada makromolekul. Telah

ditunjukkan bahwa EMF merangsang respon stres seluler, reaksi terhadap

rangsangan yang berbahaya di mana sel-sel mulai mensintesis protein

stres. (Habash 2008)Stress proteins (heat shock proteins atau HSP). Efek

lain yang terdokumentasi dengan baik paparan lowintensity ELF dan RF

adalah penciptaan protein stres yang menandakan sel sedang

ditempatkan di bawah stres

3.4. Ornithine Dekarboksilase (ODC)

Ornithine dekarboksilase adalah enzim yang berperan penting dalam

mengatur pertumbuhan sel melalui sintesis poliamin diperlukan untuk

protein dan sintesis DNA. Enzim diaktifkan selama karsinogenesis.

Berbagai penelitian in vitro telah menunjukkan bahwa EMF paparan

mempengaruhi aktivitas ODC dan proliferasi sel (Habash 2008)(Behari

2011).

fisiologis.

3.5 Sistem Imunologi.

(50)

sistem kekebalan tubuh. Namun, gelombang elektromagnetik yang

kontineu dapat menimbulkan gangguan imunologi pada sistem kekebalan

alami dan adaptif tergantung dosis (Habash 2008).

II.3.4. Studi Kanker Pada Hewan

Belum ada bukti mutlak dalam setiap penelitian yang tingkat rendah EMF

bisa menyebabkan kanker pada hewan. Sementara itu, beberapa

penelitian lain bahwa paparan mencit selama 15 atau 52 minggu ke 50-Hz

menghasilkan peningkatan signifikan pada leukemia.

II.3.5. Studi Hewan Nonkanker

Sejumlah penelitian non kanker diselidiki untuk efek samping yang

mungkin dari paparan EMF.

1. Efek Perilaku

Ada bukti bahwa EMF paparan pada tingkat lingkungan menyebabkan

perubahan perilaku hewan, proses belajar untuk mencari makan,

gangguan vestibular (Habash 2008).

2. Barrier Darah Otak

Beberapa penyelidikan telah menunjukkan bahwa paparan ELF memiliki

efek pada permeabilitas Barrier Darah Otak. (Habash 2008)( Leszcynski

2002).

3. Reproduksi dan Perkembangan

Tidak ada bukti kuat efek reproduksi atau perkembangan dari paparan

(51)

menunjukkan bahwa paparan gelombang magnetik mengakibatkan

malformasi skeletal, peningkatan di resorptions plasenta, dan kesuburan.

II.3.4. Studi Klinis

Studi ini menyelidiki efek paparan EMF pada berbagai sistem seperti

indra, hormon, dan organ, seperti pendengaran, otak, sistem

kardiovaskular, sistem kekebalan tubuh, melatonin, dan mata. Berbagai

efek kesehatan yang diklaim oleh orang-orang karena paparan EMF,

termasuk nyeri kepala, perubahan jantung, perubahan perilaku, ansietas,

depresi, kesulitan dalam berkonsentrasi, gangguan tidur, penurunan

libido, dan gangguan pencernaan.

1. Persepsi dan Sensitivitas

Paparan gelombang listrik, terutama pada frekuensi rendah (hingga 300

Hz), dapat mengakibatkan gangguan dalam persepsi sebagai hasil dari

bolak muatan listrik diinduksi pada permukaan, menyebabkan rambut

pada tubuh bergetar. Paparan gelombang magnetik pada manusia

dijumpai semacam sensasi visual yang disebut "magnetophosphene,"

dimana ada sensasi di sekitarnya penglihatan. Efeknya juga terhubung ke

bio magnetik partikel, yang telah dilaporkan pada otak manusia . Sebuah

sindrom yang disebut "electrosensitivity" atau hipersensitivitas

elektromagnetik seperti reaksi kulit, perubahan elektrofisiologi pada SSP,

efek pada pernapasan, jantung, dan pencernaan. Electrosensibility

(52)

Dengan menganalisis distribusi probabilitas dari ambang persepsi arus

listrik 50 Hz, bukti dapat ditemukan adanya suatu subkelompok orang

meningkatnya hipersensibilitas dengan signifikan dibandingkan pada

masyarakat umum.

2. Otak Dan Perilaku

Susunan saraf pusat adalah daerah berpotensi interaksi dengan EMF

karena sensitivitas listrik dari jaringan. Analisa spektral dilakukan dari EEG

direkam dari relawan terkena-gelombang maknetik. Dijumpai peningkatan

signifikan pada frekuensi rata-rata daya spektral pada α dan β dari

spektrum. Dijumpai juga variabel yang tidak sering dipertimbangkan dalam

studi bioelektromagnetik manusia, seperti kepribadian, perbedaan

individu, dan lateralitas spesifik gelombang magnetik ELF, dan paparan

Hp pada otak.

3. Sistem Kardiovaskular

Denyut jantung, tekanan darah, dan elektrokardiogram (EKG) umum

digunakan untuk menilai fungsi kardiovaskuler. Dalam review terbaru (10

dari 27 studi) melaporkan efek vasodilator karena paparan gelombang

elektromagnetik, meningkatnya aliran darah, atau tekanan darah

meningkat. Sebaliknya, tiga dari 27 penelitian melaporkan penurunan

perfusi darah / tekanan. Empat penelitian melaporkan tidak berpengaruh.

Sisanya 10 studi menemukan bahwa paparan gelombamg

elektromagnetik dapat memicu vasokonstriksi atau vasodilatasi baik

(53)

4. Melatonin pada Manusia

Banyak studi tidak menemukan efek pada melatonin di antara

sukarelawan sehat terkena paparan EMF. Pengaruh paparan magnetik

pada sekresi melatonin memungkinan besar akan terjadi setelah paparan

berulang.

II.4. Hubungan Penggunaan Media Elektronik dengan Nyeri Kepala

II.4.1. Paparan Radiasi dengan Nyeri Kepala

Nyeri kepala sebagai paparan dari gelombang mikro intensitas

rendah dilaporkan dalam literatur sejak 30

Bersama dengan meningkatnya jumlah pengguna Hp

meningkatkan pengaruh EMF yang dipancarkan pada organisme hidup.

Survei dari pengguna Hp yang dilakukan di Swedia, Norwegia, Inggris,

Amerika Serikat, Selandia Baru dan Australia menunjukkan bahwa nyeri

kepala adalah gejala utama, dan lebih jelas pada telepon analog dari

telepon digital. Selain nyeri kepala, kelelahan dan nyeri umum, nyeri otot

dan mual dilaporkan (Bortkiewicz 2001).

tahun yang lalu (Frey 1998).

II.4.1.1. Efek radiasi pada Blood-Brain Barrier

Blood brain barrier memisahkan otak dan cairan serebro-spinal

susunan saraf pusat dari darah. Blood brain barrier tampaknya terlibat

dalam nyeri kepala, dan intensitas microwave paparan energi rendah

(54)

Leszcnski 2002 meneliti Aktivasi atau phosporilasi dari Hsp27 oleh

radiasi Hp (molecular system) regulasi polimerasi dan stabilisasi stress

fibers meningkat sehingga permeabilitas blood-brain barrier meningkat.

Berdasarkan peran selular dari hsp27 overekspresi/posporilasi dan

hipotesis bahwa aktivasi (fosforilasi) hsp27 oleh radiasi Hp merupakan

mekanisme selular

a. Regulasi meningkatnya permiabilitas Blood brain barrier

b. Regulasi apoptosis melalui pathway cyctochrome

c/caspase9/caspade-3 (gambar 4)

.

Gambar 4. Hipotesis yang berkembang tentang kejadian pada sel terhadap radiasi Hp, Dikutip dari Leszczynski 2002

Gambaran human endothelial cell dengan mikroskop ditutupi slide,

dengan paparan 900MHz sinyal GSM dan berkisar SAR 2W/kg. Suhu

(55)

diradiasi. Pewarnaan sel dengan flourescent (AlmexaFlour) phalladoin.

(Gambar 5).

Gambar 5. Pola ekpresi dari F-actin Ea.hy926 sel deteksi dengan menggunakan pengececatan phallodin-AlexaFlour (green flourescence) dan hsp27 dengan indirect immunofluorescence (warna merah). Dikutip dari Leszczynski 2002.

Perubahan pada Blood brain barrier d

Pada akhirnya akan menyebabkan oedema serebri meningkatnya engan meningkat

permeabilitas sehingga mudah lewatnya pada serabut saraf unsur

albumin, ion, metal, zat kimia, virus. Dalam waktu singkat akan berakibat

terbentuknya mikrooedema, inflamasi sehingga timbulnya migren, nyeri

(56)

sirkulasi darah melewati neuron. Terbukanya Blood brain barrier secara

transient bisa menyebabkan kerusakan permanent pada jaringan saraf.(

Nibby dkk 2009)

II.4.1.2. Efek radiasi pada dopamin-opiatesystem

Dopamin-opiate system otak tampaknya terlibat dalam nyeri

kepala, dan intensitas paparan elektromagnetik rendah mempengaruhi

sistem tersebut (Frey 1998).

II.4.1.3. Efek radiasi pada

Studi eksperimental pada hewan

menunjukkan paparan EMF dari frekuensi gelombang mikro mengaktifkan

sistem opioid endogen dalam otak, sedangkan studi tentang aktivitas

neurotransmitter otak belum ada keseragaman, beberapa menunjukkan

penurunan, dan peningkatan aktivitas acetylcholinesterase. (Bortkiewicz

2001)

Dalam studi in vitro menunjukkan EMF dapat menyebabkan perubahan

dalam permeabilitas blood brain barrier dan gangguan dalam transpor

aktif Na +, K + ion dan pelepasan ion Ca + + oleh membran selular.

(Bortkiewicz 2001) (Habbas 2008). (Hamada dkk 2011) transport ion membrane sel

Paparan EMF dapat membangkitkan membran shock dan efek

lainnya. Apalagi bila voltase gelombang elektromagnetik membran

melebihi ambang rangsang, suatu pori-pori lebar pada membran akan

(57)

membran menjadi bocor dengan hilangnya molekul intraselular, ion dan

makromolekul juga termasuk kalsium. (Hamada dkk 2011)

Gambar 6. Pengaruh RF pada struktur seluler dan sub-selular. Paparan RF dapat menyebabkan perubahan pada banyak mekanisme sub-seluler. Plasma potensial membran berubah dan kalsium keluar dan penurunan kalsium. (Hamada dkk 2011).

Pengaruh EMF pada elektron dalam reaksi kimia adalah

Studi eksperimental pada manusia menunjukkan bahwa EMF yang

dipancarkan oleh Hp mungkin berakibat pada peningkatan tekanan darah

arteri, perubahan dalam aktivitas listrik otak (Huber 2002).. Namun, tidak

ada perubahan dalam sekresi hormon hipofisis serebral:

adrenocorticotropic hormone (ACTH), thyroid stimulating hormone (TSH),

terdeteksi tidak langsung dalam studi tentang Na, K-ATPase. Dimana

aktivasi enzim meningkat dan fungsi enzim juga meningkat.Perubahan

aktifitas enzim karena paparan gelombang elektromagnetik faktor yang

(58)

growth hormone, prolactin (PRL), lactogenic hormone (LH),

follicle-stimulating hormone (FSH) dan melatonine.

Studi yang dilakukan sejauh ini belum menghasilkan hasil yang

jelas, tetapi studi tersebut menunjukkan bahwa EMF dari frekuensi

gelombang mikro, termasuk frekuensi yang dipancarkan oleh telepon

selular mungkin bertanggung jawab untuk berbagai efek biologis . Hal ini

penting untuk mengetahui apakah efek ini dapat mempengaruhi

kesehatan manusia. (Bortkiewicz 2001), (Ferreri dkk 2006),(Goodman dkk

2002).

II.4.2. Faktor Otot

Faktor otot dapat memainkan peran penting dalam patogenese

nyeri kepala, satu hipotesis tentang bagaimana nyeri kepala dapat

berhubungan dengan menggunakan komputer adalah bahwa tampilan

komputer yang ditempatkan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat

meningkatkan beban pada otot leher. Bagi mereka yang menggunakan

komputer > 56 jam / minggu, rasio prevalensi secara signifikan meningkat

untuk nyeri leher atau nyeri bahu dan keduanya , dan untuk kelelahan

mata

Posisi duduk yang tidak benar khususnya fleksi leher dan sikap

tubuh yang statis berhubungan dengan nyeri leher dan nyeri kepala

(Hellstenius,2009). ( Palm 2007).

Otot-otot leher berperan penting pada pathogenesis migren juga

(59)
(60)

REMAJA

II.6.Kerangka Konsep

MEDIA ELEKTRONIK

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1.Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di SMU Shafiyyatul Amaliyah Medan dari tanggal

Januari 2012 s/d 30 Maret 2012.

III.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian diambil dari populasi remaja di SMU Yayasan

Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

III.2.1.Populasi Sasaran

Semua remaja SMU Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah

Medan.

III.2.2.Populasi Terjangkau

Semua remaja SMU Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah

Medan.

III.2.3.Besar Sampel

1. Semua remaja SMU Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah

Medan.

III.2.4. Kriteria Inklusi

1. Semua remaja SMU Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah .

(62)

III.2.5.Kriteria Eksklusi

1. Peserta dengan nyeri kepala sekunder

III.2.6.Instrumen

- Kuesioner penggunaan media elektronik yang sesuai dengan

penelitian Busch dkk (2011) Santini (2002)

- Kuesioner yang diadaptasi dari penelitian Ho K-H dan Ong BK

merupakan pertanyaan dalam kuesioner yang merujuk kepada

kriteria nyeri kepala berdasarkan IHS (1988).

III.3. BATASAN OPERASIONAL

a. Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada

seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah

belakang kepala ( daerah oksipital dan sebahagian daerah tengkuk)

(Sjahrir, 2008), dan subjek yang menderita nyeri kepala yang tidak

termasuk dalam migren yang tidak termasuk kriteria dan TTH yang tidak

termasuk kriteria tersebut diklassifikasikan dalam Micellaneous

Headhache (MH) .

1. Migren

Kriteria diagnostik migren.

1.1. Migrain tanpa aura

A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi

(63)

B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak

diobati atau tidak berhasil diobati).

C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik

berikut:

1.Lokasi unilateral

2. Kualitas berdenyut

3. Intensitas nyeri sedang atau berat

4. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita

menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).

D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:

1. Mual dan/atau muntah

2. Fotofobia dan fonofobia

E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.

1.2. Migrain dengan aura

Kriteria diagnostik:

A. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria

B- D.

B. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu

C. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

2. Tension Type-Headache

(64)

Kriteria diagnostik:

A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata <1

hr/bln ( <12 hr/thn ), dan memenuhi kriteria B-D.

B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.

C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas :

1. Lokasi bilateral.

2. Menekan/mengikat ( tidak berdenyut ).

3. Intensitasnya ringan atau sedang.

4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik

tangga.

D. Tidak didapatkan :

1. Mual atau muntah ( bisa anoreksia )

2. Lebih dari satu keluhan : foto fobia atau fonofobia.

E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.

2.2 . Tension Type-Headache episodik yang frequent

Kriteria diagnostik:

A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15

hr/blnselama paling tidak 3 bulan ( <12 hr/thn ), dan memenuhi

kriteria B-D.

B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.

C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas :

Gambar

Tabel 1. Interkoneksi berdasarkan jarak antaramode dikutip dari pengantar jaringan
Gambar 1 .Cellular network dikutip dari http.bulbing.com
Gambar 2.  Jarak Layar TV dengan Posisi Duduk.
Gambar 3. Spektrum frekuensi elektromagnetik  Dikutip dari Bioeffects And
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode: Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe tegang.. Penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara nyeri kepala primer dengan gangguan tidur pada usia remaja dan apakah gangguan tidur merupakan faktor

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan media elektronik terhadap pengetahuan remaja tentang seks di SMP Negeri 2 Surakarta.. Metode: Jenis penelitian observasional

Dengan ini, maka dibuat penelitian tentang hubungan derajat cedera kepala dalam skala skor Glasgow Coma Scale (GCS) terhadap keluhan nyeri kepala pada pasien trauma kepala di

Metode :Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan metode uji T independen dan uji Mann – Whitney, yang terdiri dari 124 subjek yang terdiri dari kelompok nyeri

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif dengan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui gambaran penggunaan obat anti nyeri pada penderita

Saat ini, saya sedang mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Nyeri Kepala Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Poliklinik Neurologi, RSUP Haji Adam Malik, Medan..

Hasil penelitian yang dilakukan pada 32 responden remaja dengan durasi penggunaan alat elektronik gadge, dengan status gizi remaja, terdapat durasi penggunaan gadgetnormal sebanyak 13