• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan Efektivitas Modal Kerja, Perputaran Total Aktiva Dan Rasio Hutang Terhadap Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hubungan Efektivitas Modal Kerja, Perputaran Total Aktiva Dan Rasio Hutang Terhadap Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA-1 MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN EFEKTIVITAS MODAL KERJA,

PERPUTARAN TOTAL AKTIVA DAN RASIO HUTANG

TERHADAP RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI OLEH:

RINA G. SILITONGA 070502174 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

ABSTRAK

Rina G. Silitonga (2011). Analisis Hubungan Efektivitas Modal Kerja Perputaran Total Aktiva, dan Rasio Utang terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Muslich Lufti, SE, MBA., dan Ibu Dr. Khaira Amalia F., MBA, AK., selaku Dosen Penguji. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dan Ibu Dr.Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan Efektivitas Modal Kerja, Perputaran Total Aktiva, dan Rasio Utang terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penulis menarik hipotesis bahwa Efektivitas Modal Kerja (WCTO) , Perputaran Total Aktiva (TATO), dan Rasio Utang (DAR) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap Rentabilitas (ROI) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis Korelasi Pearson dengan tingkat signifikansi α = 5%. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik-t, dengan tingkat signifikansi α = 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.0 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Efektivitas Modal Kerja (WCTO) tidak berhubungan secara signifikan dengan Rentabilitas (ROI), Perputaran Total Aktiva (TATO) berhubungan secara positif dan signifikan terhadap Rentabilitas (ROI), dan Rasio Utang (DAR) berhubungan secara negatif dan signifikan terhadap Rentabilitas (ROI).

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat, dan kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus atas kasih setia dan anugerahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan indah pada waktunya. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara materil maupun moril :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritongan, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketu Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(4)

6. Bapak Dr. Muslich Lufti, SE, MBA selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Khaira Amalia, SE, MBA, AK selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak Drs. Chairuddin Nasution selaku Dosen Wali yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

9. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

10. Orangtuaku tercinta P.H. Silitonga dan H.M Napitupulu, abangku tersayang Sahat Perdana Silitonga, dan adikku tersayang Daniel Silitonga yang telah mencurahkan kasih sayang, motivasi, dan doa yang diberikan kepada penulis.

11. Stealermyheart, Maruli Tumpal Sihite, yang selalu memberikan cinta,

perhatian, pengertian, motivasi, dan doa sehingga penulis terpacu untuk selalu memberikan yang terbaik.

(5)

13. Teman-teman berbagi suka dan duka di Berdikari 37A/53, Decky “Choky” Sirait, Sevrina “Rincul” Pujinta Siregar, Donald “dedek” Hutagaol, Bg-Yos Trg.

14. Teman-teman ku yang selalu memberikan semangat dan doa dari kejauhan anak-anak SCIENTIST (Alumni 3IPA-1 SMA N 3, P.Siantar).

15. Semua teman-teman di Manajemen 2007, kakak senior di Manajemen : Lusiana Manalu-04, Dian Lumban Gaol-06, adik-adik junior di Manajemen, teman-teman di Akuntansi, Ekonomi Pembangunan, dan di fakultas lain yang memberikan semangat dan dukungan doa.

16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, atas setiap bantuan materil maupun moril.

Penulis menyadari dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang dapat memperbaiki isi skripsi ini.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Februari 2011 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Kerangka Konseptual ... 8

D. Hipotesis ... 10

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1. Tujuan Penelitian ... 11

2. Manfaat Penelitian ... 11

F. Metode Penelitian... 12

1. Batasan Operasional ... 12

2. Definisi Operasional... 12

3. Populasi dan Populasi Sasaran Penelitian ... 14

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

5. Jenis Data ... 19

6. Teknik Pengumpulan Data ... 20

7. Metode Analisis Data ... 20

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 24

B. Rentabilitas ... 26

C. Modal Kerja ... 29

1.Pengertian Modal Kerja ... 29

2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja ... 31

3.Sumber Modal Kerja ... 32

4.Perputaran Modal Kerja ... 33

D. Aktiva ... 34

1. Pengertian Aktiva ... 34

2. Unsur-unsur Aktiva ... 34

3. Perputaran Total Aktiva ... 36

E. Utang ... 37

1. Pengertian Utang ... 37

2. Penggolongan Utang ... 37

(7)

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 40

B. Sejarah Umum Perusahaan ... 43

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Variabel yang Mempengaruhi Rentabilitas ... 49

B. Analisis Data Statistik ... 56

1. Analisis Hubungan Working Capital Turnover dengan ROI ... 57

2. Analisis Hubungan Total Asset Turnover dengan ROI ... 58

3. Analisis Hubungan Debt to Asset Ratio dengan ROI ... 60

C. Pengujian Hipotesis ... 61

1. Hubungan Working Capital Turnover dengan ROI ... 62

2. Hubungan Total Asset Turnover dengan ROI ... 63

3. Hubungan Debt to Asset Ratio dengan ROI ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Data Perputaran Modal Kerja, TATO, DAR, dan ROI pada

Beberapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

Tahun 2009 ... 6

Tabel 1.2 Jumlah Populasi Sasaran Berdasarkan Karakteristik Yang Ditetapkan... 15

Tabel 1.3 Perusahaan-perusahaan yang Menjadi Data Penelitian... 16

Tabel 1.4 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 22

Tabel 3.1 Profil Perusahaan Manufaktur... 44

Tabel 4.1 Perputaran Modal Kerja, TATO, DAR pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2009 ... 49

Tabel 4.2 Hasil Nilai Koefisien Korelasi Working Capital Turnover dengan Return on Investment program SPSS versi 16.0 for windows ... 57

Tabel 4.3 Hasil Nilai Koefisien Korelasi Total Asset Turnover dengan Return on Investment program SPSS versi 16.0 for windows ... 59

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

ABSTRAK

Rina G. Silitonga (2011). Analisis Hubungan Efektivitas Modal Kerja Perputaran Total Aktiva, dan Rasio Utang terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Muslich Lufti, SE, MBA., dan Ibu Dr. Khaira Amalia F., MBA, AK., selaku Dosen Penguji. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dan Ibu Dr.Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan Efektivitas Modal Kerja, Perputaran Total Aktiva, dan Rasio Utang terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penulis menarik hipotesis bahwa Efektivitas Modal Kerja (WCTO) , Perputaran Total Aktiva (TATO), dan Rasio Utang (DAR) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap Rentabilitas (ROI) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis Korelasi Pearson dengan tingkat signifikansi α = 5%. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik-t, dengan tingkat signifikansi α = 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.0 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Efektivitas Modal Kerja (WCTO) tidak berhubungan secara signifikan dengan Rentabilitas (ROI), Perputaran Total Aktiva (TATO) berhubungan secara positif dan signifikan terhadap Rentabilitas (ROI), dan Rasio Utang (DAR) berhubungan secara negatif dan signifikan terhadap Rentabilitas (ROI).

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya kinerja perusahaan dinilai dari tingkat perolehan laba yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal, perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, bertumbuh serta berkembang dalam persaingan usaha yang ketat. Namun, untuk mempertahankan kelangsungan hidup, perusahaan harus memiliki strategi yang terintegrasi dengan baik dan sesuai dengan karakter perusahaan. Manajemen perusahaan juga dituntut untuk dapat mengelola aktiva atau modalnya secara efektif dan efisien. Perusahaan yang mampu memilih strategi dengan tepat serta mampu mengelolanya akan dapat mempertahankan dan mengungguli persaingan dalam pertumbuhan dan perolehan laba serta mampu bertahan dalam siklus kehidupan bisnis dalam jangka waktu yang panjang.

(12)

menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas yang tinggi menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menjalankan operasinya, ini berarti bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang besar dalam menghasilkan laba. Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada (Harahap,2010:304). Salah satu jenis rasio rentabilitas adalah ROI (Return on Investment) yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir,2009:202).

Dalam menjalankan aktivitas operasinya, pengelolaan modal kerja yang baik pada perusahaan akan terlihat melalui rentabilitasnya yang berguna untuk menetapkan kinerja perusahaan yang profit oriented . Modal kerja merupakan dana yang tertanam dalam aktiva lancar perusahaan yang digunakan untuk membiayai operasional rutin misalnya membeli bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji karyawan, dan biaya lainnya. Pengelolaan modal kerja mempengaruhi posisi keuangan perusahaan sehingga diperlukan keseimbangan dalam hal penyediaan dan penggunaannya. Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana menganggur (idle fund), dimana dana yang tersedia tidak dipergunakan secara efektif, sebaliknya kekurangan modal kerja akan menimbulkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba karena perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan.

(13)

penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Semakin tinggi perputaran modal kerja menunjukkan semakin efektif penggunaan modal kerja yang nantinya berdampak pada peningkatan rentabilitas.

Di samping itu perusahaan memerlukan sejumlah aktiva usaha untuk menghasilkan volume penjualan yang ingin dicapai, yang harus dioperasikan secara efisien. Untuk mengukur pendayagunaan aktiva usaha dalam menghasilkan penjualan dapat dinilai dengan rasio Total Asset Turnover (TATO). Dengan jumlah total aktiva tertentu, diharapkan dapat meningkatkan penjualan yang akhirnya dapat mempercepat Total Asset Turnover. TATO yang rendah menunjukkan perusahaan tidak menghasilkan cukup banyak volume bisnis. Perusahaan sebaiknya melakuka langkah-langkah untuk meningkatkan penjualan, menjual beberapa asset, atau kombinasi dari keduanya (Brigham dan Houston,2009:100).

(14)

Utang merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dimana pada saatnya harus dibayar kembali. Brigham dan Houston (2009:1010) menyatakan, jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari pemilik modal akan diperbesar, atau diungkit (leveraged). Perolehan dana yang berasal dari utang harus dapat dikelola dengan baik karena penggunaan utang mempunyai konsekuensi yang tinggi berupa kewajiban finansial dalam hal membayar angsuran pokok dan angsuran bunga. Utang yang terlalu besar akan menyebabkan tingginya beban yang berakibat pada penurunan laba dan pada akhirnya akan berdampak pada tingkat rentabilitas perusahaan.

Untuk menilai sejauh mana perusahaan mengelola utangnya adalah dengan menggunakan rasio utang (Debt to total asset). Rasio utang merupakan perbandingan total utang dengan total aktiva perusahaan atau dengan kata lain menunjukkan sejauh mana aktiva yang dimiliki perusahaan didanai dengan utang. Semakin tinggi Debt to Asset Ratio (DAR), semakin besar risiko keuangan (Horne dan Wachowicz,2005;210). Manajemen perusahaan harus dapat membuat kebijakan yang tepat dalam mengambil keputusan pendanaan untuk memperoleh aktiva yang digunakannya dalam beroperasi agar dapat menghasilkan laba yang maksimal.

(15)

pembelian bahan baku dilanjutkan dengan proses pengolahan bahan baku serta menjadi produk yang siap dijual dilakukan sendiri oleh perusahaan tersebut. Pemilihan pada kelompok industri manufaktur ini didasarkan pada alasan bahwa industri manufaktur merupakan kelompok emiten yang terbesar dibandingkan kelompok industri yang lain, sehingga dengan asumsi semakin besar objek yang diamati maka akan semakin akurat hasil penelitian.

Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari situs peningkatan ekspor non migas periode Januari-September 2010, terutama didorong oleh industri manufaktur.

Gambar 1.1 Ekspor Non Migas Periode Januari-September 2010 Sumber :

Gambar 1.1 di atas menunjukkan bahwa ekspor produk manufaktur mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 34,2% setelah pada tahun 2009 mengalami kontraksi sebesar 25,5%. Hal ini terkait dengan pulihnya perekonomian dunia dari krisis global yg terlihat dari adanya peningkatan

Jan-Sep 2010 Jan-Sep 2009 68,9

Pertumbuhan (100%) Nilai Ekspor (Juta USD )

51,3

19,4 13,6

3,1

3,6 -11,4 15,7

25,9 42,0 -25,5

(16)

permintaan produk ekspor manufaktur Indonesia. Meningkatnya ekspor manufaktur tersebut didorong oleh menguatnya kinerja ekspor beberapa produk yang naik signifikan, yaitu produk karet, otomotif, serta alas kaki. Kinerja industri manufaktur yang mengalami peningkatan ini menunjukkan kebijakan manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva dan pendanaan perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan.

Dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indoesia tahun 2009 terlihat adanya nilai tertinggi dan terendah dari Working

Capital Turn Over (WCTO), Total Assets Turn Over (TATO), dan Debt to Assets

Ratio (DAR), serta nilai ROI yang terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1

Data Perputaran Modal Kerja, TATO, DAR, dan ROI pada beberapa Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2009

Keterangan Perusahaan WCTO TATO DAR(%) ROI

(%) Nilai WCTO

tertinggi & terendah

Pan Brothers Tex Tbk (PBRX)

Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS)

128,73 2,73 47,95 5,40 Surya Intrindo Makmur Tbk

(SIMM)

19,26 0,07 144,91 -13,75 Nilai DAR

tertinggi & terendah

Jakarta Kyoei Steel Works (JKSW)

2,07 0,76 240,98 2,48 Duta Pertiwi Nusantara Tbk

(DPNS) Aneka Kemasindo Utama Tbk

(AKKU)

(17)

Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa tingginya perputaran modal kerja (WCTO) tidak selalu meningkatkan nilai Return on Investment (ROI). Hal ini berbeda dengan pendapat yang dikemukakan Horne dan Wachowicz (2005:16) bahwa pengelolaan yang efisien terhadap aktiva lancar dan pendanaan pendukungnya (modal kerja) dapat memaksimalkan tingkat laba. Demikian juga terjadi pada perputaran total aktiva, perusahaan dengan TATO yang rendah justru memiliki RoI yang tinggi. Fenomena ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2009:100), Horne dan Wachowicz (2005:222) yang menyatakan bahwa rasio perputaran aktiva yang tinggi menunujukkan tingginya volume bisnis dalam menghasilkan penjualan, yang mengarah pada peningkatan laba perusahaan.

Dengan demikian, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih lanjut fenomena yang ada. Adapun judul penelitian yang dilakukan adalah “Analisis Hubungan Efektivitas Modal Kerja, Perputaran Total Aktiva, dan Rasio Utang Terhadap Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(18)

C. Kerangka Konseptual

Perolehan laba mempengaruhi tingkat rentabilitas pada suatu perusahaan. Dalam artian, laba yang tinggi belum dapat dijadikan ukuran bahwa pengelolaan yang dilakukan perusahaan telah bekerja secara efisien. Maka suatu badan usaha dalam menjalankan usahanya diarahkan untuk mendapatkan tingkat rentabilitas yang optimal. Efisiensi kerja suatu perusahaan baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh selama periode tertentu dengan modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba, inilah yang disebut rentabilitas. Menurut Harahap (2010:304) rasio rentabilitas disebut juga dengan profitabilitas, menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada. Terdapat berbagai macam cara dalam menghitung rentabilitas perusahaan. Salah satunya yaitu, laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva, yang disebut dengan Return on

Investment (ROI).

(19)

Semakin tinggi Working Capital Turn Over maka semakin efektif kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Hal ini sejalan dengan pendapat Syamsuddin (2007:48), yaitu semakin tinggi perputaran (turnover) dana, semakin efisien perusahaan di dalam melaksanakan operasinya. Dalam artian memperoleh laba yang optimal dengan kemampuan mengelola modal kerjanya.

Penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan juga dapat dilihat dari pengelolaan asetnya. Dalam hal ini aset diperlukan untuk digunakan sebgai sarana (aktiva produksi) dalam memperoleh laba. Salah satu rasio untuk mengukur keefektifan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya adalah Total

Asset Turn Over (TATO). Total Asset Turn Over menunjukkan tingkat

penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan. Brigham dan Houston (2009:100), Horne dan Wachowicz (2005:222) menyatakan bahwa rasio perputaran aktiva yang tinggi menunujukkan tingginya volume bisnis dalam menghasilkan penjualan, yang mengarah pada peningkatan laba perusahaan.

Utang dapat diukur dengan menggunakan Debt to Asset Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Penambahan pinjaman menimbulkan risiko yang lebih besar demikian pula potensi pengembalian menjadi lebih besar, karena semakin besar pengaruh keuangan maka potensi risiko dan hasil juga lebih besar. Semakin tinggi Debt to

Asset Ratio (DAR), semakin besar risiko keuangan (Horne dan

(20)

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.2. Kerangka Konseptual

Sumber: Harahap (2004), Syamsuddin (2007), Brigham dan Houston (2009), dan Horne dan Wachowicz (2005), dimodifikasi.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiono,2004:51).

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

Efektivitas Modal Kerja (WCTO), Perputaran Total Aktiva (TATO), dan Rasio Utang (DAR) mempunyai hubungan yang sinifikan terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Efektivitas Modal Kerja:

Working Capital Turn Over (X1)

Total Asset Turn Over (X2)

Debt to Asset Ratio (X3)

Rentabilitas:

(21)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan Efektivitas Modal Kerja (WCTO), Perputaran Total Aktiva (TATO), dan Rasio Utang (DAR) terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:. a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan wawasan, dan pola pikir peneliti, khususnya mengenai hubungan Working Capital Turnover, Total Assets Turnover, dan Debt

to Assets Ratio dengan Rentabilitas Perusahaan.

b. Bagi Pihak lain

(22)

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasa operasional penelitian ini terbatas pada hubungan Working

Capital Turnover, Total Assets Turnover, dan Debt to Assets Ratio sebagai

variabel bebas dengan Rentabilitas (Return on Investment) sebagai variable terikat pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia, dengan memakai laporan keuangan tahun 2008 sampai dengan 2009 yang telah diaudit. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Pearson dengan alat bantu program SPPS versi 16.0 for windows.

2. Defenisi Operasional

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas (independent variable) 1) Efektivitas Modal Kerja (X1)

Efektivitas modal kerja ditunjukkan dengan Working

Capital Turnover (WCTO) yaitu rasio yang memperlihatkan

adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Menurut Riyanto (2001:335) rumus untuk menghitung Working

Capital Turnover (WCTO) sebagai berikut :

kali x s Liabilitie Current

Assets Current

Sales

WCTO 1

(23)

2) Perputaran Total Aktiva (X2)

Total Assets Turnover (TATO) mengukur perputaran dari

semua aset yang dimiliki perusahaan. Total Assets Turnover dihitung dari pembagian antara penjualan dengan asetnya. Rasio ini menunjukkan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Untuk menghitung rasio TATO dapat digunakan rumus (Horne dan Wachowicz, 2005:221) :

Total Assets Turnover = x kali

Assets Total

Sales

1

3) Rasio Utang (X3)

Rasio utang dapat diukur dengan menggunakan Debt to

Assets Ratio (DAR). Rasio ini mengukur berapa besar aktiva

perusahaan yang dibiayai oleh utang. Rumus untuk menghitung

Debt to Assets Ratio adalah sebagai berikut (Kasmir,2009:156):

Debt to Assets Ratio =

Assets Total

Debt Total

b. Variabel terikat (dependent variable) Rentabilitas (Y)

(24)

(Return on Investment) yang menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal perusahaan. Semakin tinggi nilainya, menunjukkan keefektivan pengelolaan modal perusahaan.

Return on Investment (ROI)= ×100

TotalAset Lababersih

%

3. Populasi dan Populasi Sasaran Penelitian

a. Popolasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro,2009:118). Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009, yaitu sebanyak 135 perusahaan.

b. Populasi Sasaran

Adapun kriteria (pertimbangan) yang digunakan dalam penentuan populasi sasaran adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian.

2. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan lengkap setiap akhir tahun selama periode 2006-2009.

(25)

Tabel 1.2

Jumlah Popolasi Sasaran Berdasarkan Karakteristik yang Ditetapkan

Sumber:

Berdasarkan karakteristik penarikan sampel tersebut, maka diperoleh populasi sasaran sebanyak 83 perusahaan. Adapun perusahaan-perusahaan yang menjadi data penelitian ini adalah sebagai berikut:

No. Karakteristik sampel Jumlah

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian

135

2. Perusahaan manufaktur yang tidak mempunyai laporan keuangan lengkap setiap akhir tahun selama periode 2008-2009.

(45)

3. Perusahaan manufaktur yang tidak mempunyai utang dalam laporan keuangan periode2006-2009.

(7)

(26)

Tabel 1.3

Perusahaan-perusahaan yang Menjadi Data Penelitian

No. Kode Nama Perusahaan Sub Sektor

1. ADES Akasha Wira International Tbk Makanan & Minuman 2. ADMG Polychem Indonesia Tbk Tekstil & Garmen 3. AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Makanan & Minuman 4. AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk Plastik & Kemasan 5. APLI Asiaplast Industries Tbk Plastik & Kemasan

6. ARNA Arwana Citra Mulia Tbk Keramik, Poerselen & Kaca 7. ASII Astra International Tbk Otomotif & Komponennya 8. AUTO Astra Otoparts Tbk Otomotif & Komponennya

9. BATA Sepatu Bata Tbk Alas Kaki

10. BIMA Primarindo Asia Infrastr. Tbk Alas Kaki

11. BRNA Berlina TBk Plastik & Kemasan 12. BRPT Barito Pacific Tbk Kimia

13. BUDI Budi Acid Jaya Tbk Kimia

14. CEKA Cahaya Kalbar Tbk Makanan & Minuman 15. CTBN Citra Tubindo Tbk Logam & Sejenisnya 16. DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk Kimia

17. DYNA Dynaplast Tbk Plastik & Kemasan 18. EKAD Ekadharma Internasional Tbk Kimia

19. ESTI Ever Shine Textile Inds. Tbk Tekstil & Garmen 20. FASW Fajar Surya Wisesa Tbk Pulp & kertas

(27)

23. HMSP HM Sampoerna Tbk Rokok

24. IGAR Kageo Igar Jaya Tbk Plastik & Kemasan 25. IKBI Sumi Indo Kabel Tbk Kabel

26. INAF Indofarma (Persero) Tbk Farmasi

27. INAI Indal Alumunium Industri Tbk Logam & Sejenisnya 28. INCI Intanwijaya Internasional Tbk Kimia

29. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk Makanan & Minuman 30. INDR Indorama Syntetics Tbk Tekstil & Garmen

31. INDS Indospring Tbk Otomotif & Komponennya 32. INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Semen

33. JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk Logam & Sejenisnya

34. KAEF Kimia Farma Tbk Farmasi

35. KARW Karwell Indonesia Tbk Tekstil & Garmen 36. KBLM Kabelindo Murni Tbk Kabel

37. KBLV First Media Tbk Elektronika

38. KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk Peralatan Rumah Tangga 39. KICI Kedaung Indah Can Tbk Peralatan Rumah Tangga

40. KLBF Kalbe Farma Farmasi

41. LMPI Langgeng Makmur Plastic I Tbk Peralatan Rumah Tangga 42. LMSH Lionmesh Prima Logam & sejenisnya 43. LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk Otomotif & Komponennya 44. MAIN Malindo Feedmill Tbk Pakan ternak

45. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk Makanan & Minuman 46. MLIA Mulia Industrindo Tbk Keramik, Poerselen & Kaca

47. MRAT Mustika Ratu Tbk Kosmetik

(28)

49. MYOR Mayora Indah Tbk Makanan & Minuman 50. NIPS Nipress Tbk Otomotif & Komponennya 51. PAFI Panasia Filament Tbk Tekstil & Garmen

52. PBRX Pan Brothers Tex Tbk Tekstil & Garmen 53. PICO Pelangi Indah Canindo Tbk Logam & Sejenisnya 54. POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk Tekstil & Garmen

55. PRAS Prima Alloy Steel Tbk Otomotif & Komponennya 56. PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk Makanan & Minuman 57. PTSN Sat Nusapersada Tbk Elektronika

58. PYFA Pyridam Farma Farmasi

59. RDTX Roda Pipatex Tbk Tekstil & Garmen 60. RICY Ricky Putra Globalindo Tbk Tekstil & Garmen 61. RMBA Bentoel Internasional Investama

Tbk

Rokok

62. SAIP Surabaya Agung Industri P. Tbk Pulp & Kertas 63. SCPI Schering Plough Indonesia Tbk Farmasi 64. SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk Alas Kaki 65. SIPD Sierad Produce Tbk Pakan ternak

66. SKLT Sekar Laut Tbk Makanan & Minuman 67. SMCB Holcim Indonesia Tbk Semen

68. SMGR Semen Gresik Tbk Semen

69. SMSM Selamat Sempurna Tbk Otomotif & Komponennya 70. SPMA Suparma Tbk Pulp & Kertas

71. SQMI Allbond Makmur Usaha Tbk Otomotif & Komponennya 72. SRSN Indo Acidatama Tbk Kimia

(29)

74. SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk Kayu & Pengolahannya 75. TBMS Tembaga Mulia Semanan Logam & Sejenisnya 76. TFCO Teijin Indonesia Fiber Tbk Tekstil & Garmen

77. TOTO Surya Toto Indonesia Tbk Keramik, Poerselen & Kaca 78. TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk Kimia

79. TRST Trias Sentosa Tbk Plastik & Kemasan 80. TSPC Tempo Scan Pasific tbk Farmasi

81. ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk Makanan & Minuman 82. UNTX Unitex Tbk Tekstil & Garmen 83. YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk Plastik & Kemasan Sumber:

4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs www.idx.co.id.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan Februari 2011.

5. Jenis Data

(30)

sheet), laporan laba rugi (income statements), Ratio, yang diperoleh dari

hasil publikasi Bursa Efek Indonesia, media internet, buku-buku, dan surat kabar.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka berupa, jurnal, penelitian terdahulu, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder berupa laporan –laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif.

(31)

dari Efektivitas Modal Kerja (WCTO), Perputaran Total AKtiva (TATO), dan Rasio Utang terhadap Rentabilitas (ROI).

c. Metode Analisis Korelasi Pearson

Analisis korelasi Pearson berguna untuk mengetahui hubungan dua variable yang berskala rasio yang menunjukkan hubungan yang linear (Situmorang et al, 2008:47). Korelasi ini sering juga disebut korelasi

Product Moment.

r = Koefisien Korelasi Pearson X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat n = Jumlah data

(32)

penelitian (α) = 5%, maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel-variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y).

Tabel 1.4

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber : Sugiyono (2007:183)

Bentuk pengujian yang digunakan adalah:

Ho : r = 0, artinya tidak terdapat hubungan yang positif (negatif) dan signifikansi antara variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y).

Ha : r ≠ 0, artinya terdapat hubungan yang positif (negatif) dan signifikansi antara variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika – r tabel < r hitung < r tabel , dengan α = 5 % Ha diterima jika – r tabel > r hitung > r tabel , dengan α = 5 % d. Pengujian Hipotesis

(33)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji signifikansi dari koefisien korelasi yang diperoleh. Pengujian signifikansi menggunakan rumus sebagai berikut (Suharyadi dan Purwanto, 2004:466):

t = r 2 1

2

r n

−−

Dimana: t = Nilai t hitung

r = Nilai koefisien korelasi n = Jumlah data pengamatan

Bentuk pengujian yang digunakan adalah:

Ho : t = 0, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel- variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y).

Ha : t ≠ 0, artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel- variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y).

Pengujian selanjutnya akan dilakukan uji signifikansi dengan membandingkan tingkat signifikansi α = 5 % dengan t hitung yang diperoleh. Jika t hitung > t tabel berarti Ho ditolak atau terdapat hubungan yang nyata (signifikan) antara variabel- variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y) dan sebaliknya.

(34)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Bertha (2010), malakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Receivable Turnover Ratio, Inventory Turnover Ratio, dan Total Asset Turnover Ratio dengan Kemampulabaan Perusahaan Pada PTPN III (Persero) Medan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1. Receivable turnover berhubungan secara positif dan signifikan dengan Return on Investment (ROI) pada PTPN III (Persero) Medan. Hal ini dibuktikan dari besarnya nilai r = 0,821 dan nilai signifikansinya t hitung > t

tabel (5,038>2,776).

2. Inventory Turnover tidak berhubungan secara signifikan dengan Return on Investment (ROI) pada PTPN III (Persero) Medan. Hal ini dibuktikan dari besarnya nilai r = 0,621 dan nilai signifikansinya t hitung < t tabel (2,021>2,776).

3. Total Asset Turnover tidak berhubungan secara signifikan dengan Return on Investment (ROI) pada PTPN III (Persero) Medan. Hal ini dibuktikan dari besarnya nilai r = 0,119 dan nilai signifikansinya t hitung < ttabel (0,241 < 2,776).

(35)

Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh antara variabel Working Capital Turnover dan Debt to Asset Ratio dengan rentabilitas ekonomi pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1. Working Capital Turnover memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap rentabilitas ekonomi, meskipun tingkat signifikansinya tidak cukup tinggi. WCT hanya memiliki pengaruh sebesar 0,1 % terhadap rentabilitas ekonomi.

2. Debt to Asset Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

rentabilitas ekonomi. Meskipun demikian tingkat signifikansinya lebih besar daripada WCT, yaitu sebesar 2,5 % terhadap rentabilitas ekonomi.

Riadi (2006), melakukan penelitian dengan judul ‘”Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Plastics and Glass Products Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta Selama Tahun 2002-2005”. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rasio aktivitas (perputaran piutang, perputaran persedian, perputaran aktiva tetap, perputaran total aktiva) berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa :

(36)

(perputaran piutang) dan X2 (perputaran persediaan) berpengaruh secara negatif terhadap Y (rentabilitas ekonomis). Faktor perputaran piutang dan perputaran persediaan mempunyai pengaruh sebesar 17,3684% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.

B. Rentabilitas

Menurut Riyanto (2001:35), rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Dengan demikian maka tingkat rentabilitas yang tinggi dapat mengakibatkan penerimaan yang tinggi pula. Mengukur efisiensi perusahaan berdasarkan jumlah keuntungan semata kurang tepat, sebab keuntungan yang tinggi belum tentu disertai tingkat rentabilitas yang tinggi pula. Untuk mengukur tingkat rentabilitas yang ada pada perusahaan dapat dilakukan dengan bermacam- macam cara, tergantung pada laba atau modal mana yang akan diperbandingkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas lebih penting dibandingkan laba, karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahan itu telah bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. (Riyanto, 2001:37)

(37)

mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Salah satu jenis rasio rentabilitas adalah ROI (Return On Investment) yang menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal perusahaan. Semakin tinggi nilainya, menunjukkan keefektivan pengelolaan modal perusahaan.

Return On Investment (ROI)= ×100

Aset Total

bersih Laba

%

Return On Investment (ROI) merupakan rasio pengukur kinerja

yang baik karena rasio ini memperhitungkan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam aktivitas operasi suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Menurut (Riyanto,2001:39), Ada beberapa cara untuk meningkatkan Earning Power antara lain sebagai berikut:

1. Menaikkan Profit Margin yaitu dengan jalan menambah biaya usaha

(Operating Expenses) sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya

tambahan Sales sebesar-besarnya, atau dengan kata lain, tambahan Sales harus lebih besar daripada tambahan Operating Expenses.

2. Menaikkan Profit Margin dengan mengurangi pendapatan dari Sales sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan Operating

(38)

3. Menaikkan Turnover of Operating Assets dengan menambah modal usaha (Operating Assets) sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan Sales yang sebesar-besarnya.

4. Menaikkan Turnover of Operating Assets dengan mengurangi Sales sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan Operating

Assets sebesar-besarnya.

Kegunaan dan Kelemahan Analisis Return On Investment (ROI): 1. Kegunaan dari Analisis Return On Investment (ROI) dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Salah satu kegunaannya yang prinsipil adalah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka manajemen dengan menggunakan teknik analisis ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal kerja, efesiensi produksi, dan efisiensi bagian penjualan.

b. Analisis ROI juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang digunakan oleh perusahaan. c. Apabila perusahaan memiliki rasio industri maka dengan analisis

ROI ini dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau berada di atas rata-rata.

(39)

dasar untuk pengambilan keputusan apabila perusahaan melakukan ekspansi.

2. Kelemahan-kelemahan dari Analisis Return On Investment (ROI), yaitu:

a. Salah satu kelemahan yang prinsipil ialah kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, mengingat bahwa terkadang praktik akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut adalah berbeda-beda.

b. Kelemahan lain dari analisis ROI ini adalah adanya fluktuasi dari nilai uang atau daya belinya.

c. Dengan menggunakan analisis ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

C. Modal Kerja

1. Pengertian Modal Kerja

(40)

Menurut Keown (2004:644), modal kerja bersih merupakan selisih antara Asset lancar dan kewajiban lancar, menyediakan gambaran yang sangat berguna dalam menentukan kebijaksanaan pembiayaan jangka pendek. Jika modal kerja bersih rendah, keuntungan perusahaan cenderung meningkat, tetapi peningkatan keuntungan ini disaat yang sama juga meningkatkan resiko likuiditas perusahaan. Akibatnya kebijakan pembiayaan jangka pendek perusahaan berpengaruh pada modal kerja bersih.

Menurut Brigham dan Houston (2006:131), modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek (kas, sekuritas, persediaan, dan piutang). Sedangkan Riyanto (2001:57), mengemukakan tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu :

a. Konsep Kuantitatif

Konsep kuantitatif mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor (Gross Working Capital).

b. Konsep Kualitatif

(41)

perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, atau disebut modal kerja bersih (Net Working Capital).

c. Konsep Fungsional

Konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (Income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.

Jadi pada dasarnya modal kerja meliputi kebijakan manajemen yang berupa:

1) Penentuan besarnya aktiva lancar yang harus dipertahankan atau berapa banyak sumber-sumber keuangan perusahaan yang harus diinvestasikan pada aktiva lancar.

2) Kebijakan yang menyangkut hubungan antara berbagai jenis aktiva dan cara pembiayaannya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja

Menurut Syahyunan (2004:40), Kebutuhan modal kerja dalam perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Volume Penjualan

Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhn modal kerja. Apabila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerjapun akan meningkat, demikian pula sebaliknya. b. Besar Kecilnya Skala Usaha Perusahaan

(42)

Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan, sedangkan perusahaan yang menjual barang secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan.

d. Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal.

e. Sikap Perusahaan Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas.

Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi-transaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.

3. Sumber Modal kerja

Menurut Munawir (2001:119-122) pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan terdiri dari:

a. Hasil operasi perusahaan

(43)

b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek).

Dengan adanya surat berharga ini menyebabkan perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah bentuknya menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penghitungan surat berharga ini merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja.

c. Penjualan aktiva tidak lancar

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya. Perubahan aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.

d. Penjualan saham atau obligasi

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi.

4. Perputaran Modal kerja

(44)

(turnover rate-nya). Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. (Riyanto, 2002:62)

Menurut Riyanto (2001:335) rumus untuk menghitung Working

Capital Turnover (WCTO) sebagai berikut :

kali

Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Harta kekayaan tersebut harus dinyatakan secara jelas, diukur dalam satuan uang dan diurutkan berdasarkan lamanya waktu atau kecepatannya berubah kembali menjadi uang kas.

Menurut Riyanto (2001:331), rasio aktivitas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya.

2. Unsur-unsur Aktiva

a. Aktiva Lancar (current assets)

(45)

b. Investasi/penyertaan (Investmen assets)

Investasi merupakan suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan melalui distribusi hasil investasi. Investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki setahun atau kurang dimasukkan ke dalam kelompok aktiva lancar, sedangkan investasi selain investasi lancar digolongkan investasi jangka panjang.

c. Aktiva Tetap (Fixed Assets)

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva tetap meliputi aktiva tidak dapat disusutkan dan yang disusutkan.

d. Aktiva tidak berwujud (Intangible Assets)

(46)

e. Aktiva lain-lain (Miscellaneous assets)

Aktiva lain-lain menggambarkan pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva tetap, dan juga tidak dapat digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/penyertaan maupun aktiva tak berwujud, seperti aktiva tetap yang tidak digunakan, piutang kepada pemegang saham, beban yang ditangguhkan dan aktiva lancar lain-lainnya. Sugiyarso dan Winarni (2005:2-4)

3. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over)

Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Dengan demikian perputaran total aktiva dapat dicari dengan membagi penjualan dengan total aktiva. Sugiyarso dan Winarni (2005:117)

Menurut Horne dan Wachowicz (2005:222), Total Asset Turnover menunjukkan efisiensi relative penggunaan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio total asset

turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di

dalam menghasilkan penjualan. Perhitungan total asset turnover adalah sebagai berikut:

Total Asset Turn Over (TATO) = kali

Aktiva Total

Penjualan

1

(47)

E. Utang

1. Pengertian Utang

Utang merupakan kewajiban perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. (Sugiyarso dan Winarni,2005:4)

Pengertian utang menurut Riyanto (2001:227), utang atau modal asing adalah modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di perusahaan, yang pada saatnya harus dibayar kembali.

Penggunaan utang diharapkan akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Menurut Brigham et al (2006:101), ada dua alasan mengapa utang dapat meningkatkan pengembalian dari modal pemilik, yaitu:

1) beban dapat menjadi pengurang pajak, penggunaan utang akan menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi perusahaan yang tersedia bagi para investornya,

2) jika laba operasi yang dinyatakan sebagai persentase dari aktiva ternyata melebihi tingkat bunga atas pinjaman, maka sebuah perusahaan dapat menggunakan utang untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas utang, dan masih memiliki sisa sebagai “bonus” bagi para pemegang sahamnya.

2. Penggolongan Utang a. Utang Jangka Pendek

(48)

permintaan kreditur atau yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun. Sedangkan menurut Riyanto (2001:227), utang jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Sebagian besar utang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya.

b. Utang Jangka Panjang

Riyanto (2001:238) mengemukakan modal asing atau utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari 10 tahun. Utang jangka panjang ini pada umunya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar.

Utang jangka panjang biasanya terdiri dari utang hipotik dan utang obligasi. Utang hipotik adalah kewajiban kepada pihak luar yang dijamin dengan aktiva tetap, misalnya tanah atau rumah. Utang obligasi adalah kewajiban jangka panjang dari suatu perusahaan atau pemerintah yang disertai dengan sertifikat tanda berutang. (Sugiyarso dan Winarni, 2005:5)

3. Debt to Asset Ratio (DAR)

(49)

pemilik modal akan diperbesar, atau diungkit (leveraged)

Debt to Assets Ratio =

. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Assets Total

Debt Total

(50)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

a. Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

(51)

c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II. f. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

g. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

k.1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

(52)

m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

(53)

v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

w. 02 Maret 2009 : Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.

B. Sejarah Umum Perusahaan

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Perusahaan manufaktur terdiri dari 3 sektor dan 18 subsektor, yakni:

1. Industri Barang Konsumsi a. Makanan dan minuman b. Rokok

c. Farmasi

d. Kosmetik dan barang keperluan rumah tangga e. Peralatan rumah tangga

2. Industri Dasar dan Kimia a. Semen

b. Keramik, porselen dan kaca c. Pulp dan kertas

d. Logam dan sejenisnya e. Kimia

f. Pakan ternak

(54)
(55)
(56)
(57)

57. PTSN Sat

(58)

79. TRST Trias Sentosa Tbk

23 Nov 1979 02 Juli 1990 Plastik & Kemasan

80. TSPC Tempo Scan

Pasific tbk

20 Mei 1970 17 Juni 1994 Farmasi 81. ULTJ Ultra Jaya Milk

Tbk

02 Nov 1971 02 Juli 1990 Makanan & Minuman

82. UNTX Unitex Tbk 14 Mei 1971 28 Jun 1982 Tekstil & Garmen

83. YPAS Yanaprima Hastapersada

14 Des 1995 05 Mar 2008 Plastik & Kemasan

(59)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif Variabel yang Mempengaruhi Rentabilitas (Return on

Investment)

Deskripsi Nilai Variabel Perputaran Modal Kerja (WCTO), Perputaran Total Aktiva (TATO), Rasio Utang (DAR) pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 4.1

Perputaran Modal Kerja (WCTO), Perputaran Total Aktiva (TATO), dan Rasio Utang (DAR) pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

Periode 2006-2009

Kode WCTO (x) TATO (x) DAR (%)

2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009

ADES -0.36 -2.08 -2.31 3.06 0.58 0.74 0.7 0.75 163.38 9.45 45.54 37.93

ADMG 3.44 4.47 -188.17 26.47 0.82 0.93 1.04 0.84 40.27 38.87 46.75 40.87

AISA 26.04 -17.24 -10.6 8.33 0.92 0.61 0.48 0.4 61.84 45.18 55.15 60.78

AKKU 8.43 5.62 -1.91 -0.25 0.44 0.43 0.19 0.08 21.27 21.56 24.09 24.33

APLI -6.33 -11.67 -7.76 8.65 0.6 0.65 1.09 0.94 43.07 43.09 47.06 37.58

ARNA -10.26 -11.55 -10.1 -13.29 0.72 0.8 0.88 0.87 39.51 30.74 36.63 32.86

ASII -12.79 10.3 11.22 9.99 0.96 1.1 1.2 1.11 37.9 31.24 27.15 44.98

AUTO 6.12 4.61 5.33 4.58 1.11 1.21 1.33 1.13 12.4 9.74 8.34 5.03

BATA 3.53 3.48 4.21 4.3 1.58 1.49 1.34 1.44 1.47 0 0 5.04

BIMA -3.05 -7.56 -5.58 -5.08 1.28 2.43 2.64 2.55 139.08 216.01 212.14 203.14

BRNA 3.74 3.66 3.77 5.59 0.75 0.97 1.11 1.06 41.6 32.54 32.96 36.01

BRPT 18.86 0.14 6.53 4.37 0.27 0.02 1.06 0.88 14.78 34.13 34.13 27.68

(60)
(61)
(62)

SULI -1.34 15.18 -2.52 -1.46 0.46 0.57 0.51 0.33 44.23 49.46 62.18 56.61

Kode WCTO (x) TATO (x) DAR (%)

2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009

TBMS 1155.04 -1075.47 -121.86 128.73 4.09 3.21 3.75 2.73 52.24 51.48 62.6 47.95

TFCO -2.65 2.36 -2.03 -2.27 1.02 1.15 1.51 1.33 71.48 84.45 111.8 88.81

TOTO 8.58 7.17 6.39 3.11 0.91 0.97 1.09 0.97 41.26 39.26 37.06 21.69

TPIA 5.28 3.81 4.73 3.97 1.71 1.65 2.1 1.72 34.57 20.32 26.42 17.56

TRST 36.29 29.28 186.52 27.79 0.6 0.7 0.84 0.82 28.71 25.3 30.86 15.77

TSPC 2.21 2.22 2.39 2.68 1.1 1.13 1.22 1.38 1.26 0.93 1.18 2.17

ULTJ 12.72 3.53 3.58 3.76 0.67 0.83 0.79 0.93 28.46 29.34 18.44 15.61

UNTX -0.54 -0.78 -0.67 -0.74 0.82 0.85 1.01 1.01 180.7 140.28 179.25 162.84

YPAS 5.43 211.05 11.05 9.93 1.26 1.92 1.54 1.46 31.55 28.13 21.83 23.16

Rata-rata per tahun

15.98 -8.68 4.58 10.40 1.08 1.09 1.19 1.10 37.78 35.61 41.41 38.78

Sumber : Hasil Penelitian

Tabel 4.1 menggambarkan nilai variabel Perputaran Modal Kerja (WCTO), Perputaran Total Aktiva (TATO), danRasio Utang (DAR), pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 - 2009. Pada tahun 2006 nilai Perputaran Modal Kerja (WCTO) yang tertinggi dimiliki oleh Tembaga Mulia Semanan Tbk yaitu sebesar 1155,04x dan nilai terendah dimiliki oleh Kabelindo Murni Tbk yaitu sebesar -153,40x. Nilai Perputaran Modal Kerja (WCTO) rata-rata pada tahun 2006 adalah 15,98x. Perusahaan-perusahaan yang berada di bawah Perputaran Modal Kerja (WCTO) rata-rata pada tahun 2006 sebanyak 71 perusahaan atau sekitar 85%.

(63)

Perputaran Modal Kerja (WCTO) rata-rata pada tahun 2007 adalah -8,68x. Perusahaan-perusahaan yang berada di bawah Perputaran Modal Kerja (WCTO) rata-rata pada tahun 2007 sebanyak 48 perusahaan atau sekitar 9,6%.

Pada tahun 2008 nilai Perputaran Modal Kerja (WCTO) yang tertinggi dimiliki oleh Trias Sentosa Tbk yaitu sebesar 186,52x dan nilai terendah dimiliki oleh Polychem Indonesia Tbk yaitu sebesar -188,17x. Nilai Perputaran Modal Kerja (WCTO) rata-rata pada tahun 2008 adalah 4,58x. Perusahaan-perusahaan yang berada di bawah Perputaran Modal Kerja (WCTO) rata-rata pada tahun 2008 sebanyak 48 perusahaan atau sekitar 58%.

Tabel 4.1 juga menggambarkan nilai terendah dari Perputaran Modal Kerja (WCTO) pada tahun 2009 yang dimiliki oleh Pan Brother Tex Tbk, yaitu sebesar 443,41x dan nilai terendah dimiliki oleh Nipress Tbk yaitu sebesar -219,72x. Nilai Perputaran Modal Kerja (WCTO) rata-rata pada tahun 2009 adalah 10,40x. Perusahaan-perusahaan yang berada di bawah Perputaran Modal Kerja (WCTO) rata-rata pada tahun 2009 sebanyak 68 perusahaan atau sekitar 82%.

(64)

Perputaran Total Aktiva (TATO) yang tertinggi tahun 2007 dimiliki oleh Tembaga Mulia Semanan Tbk, yaitu sebesar 3,21x dan nilai terendah dimiliki oleh Barito Pacific Tbk sebesar 0,02x. Nilai Perputaran Total Aktiva (TATO) rata-rata pada tahun 2007 adalah 1,09x. Perusahaan-perusahaan yang berada di atas nilai Perputaran Total Aktiva (TATO) rata-rata pada tahun 2007 sebanyak 37 perusahaan atau sekitar 44%.

Perputaran Total Aktiva (TATO) yang tertinggi tahun 2008 dimiliki oleh Tembaga Mulia Semanan Tbk, yaitu sebesar 3,75x dan nilai terendah dimiliki oleh Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 0, hal ini dikarenakan Allbond Makmur Usaha Tbk tidak memilii nilai penjualan pada tahun 2008. Nilai Perputaran Total Aktiva (TATO) rata-rata pada tahun 2008 adalah 1,19x. Perusahaan-perusahaan yang berada di atas nilai Perputaran Total Aktiva (TATO) rata-rata pada tahun 2008 sebanyak 33 perusahaan atau sekitar 40%.

Pada tabel 4.1 juga dapat dilihat nilai Perputaran Total Aktiva (TATO) yang tertinggi pada tahun 2009, yaitu sebesar 2,73x yang dimiliki oleh Tembaga Mulia Semanan Tbk. Sedangkan yang terendah dimiliki oleh Surya Intrindo Makmur Tbk yaitu sebesar 0,07x. Nilai Perputaran Total Aktiva (TATO) rata-rata tahun 2009 adalah 1,10x. Perusahaan-perusahaan yang berada di atas nilai Perputaran Total Aktiva (TATO) rata-rata pada tahun 2009 sebanyak 39 perusahaan atau sekitar 47%.

(65)

Sepatu Bata Tbk, Ekadharma International Tbk, Goodyear Indonesia Tbk, Indofarma Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, dan Siantar Top Tbk. Nilai Rasio Utang (DAR) rata-rata pada tahun 2006 yaitu 37,78%. Perusahaan-perusahaan yang berada di bawah nilai Rasio Utang (DAR) rata-rata pada tahun 2006 sebanyak 50 perusahaan atau sekitar 60%.

Nilai Rasio Utang (DAR) tertinggi pada tahun 2007 dimiliki Primarindo Asia Infrastr. Tbk yaitu 216,01% dan nilai DAR terendah adalah sebesar 0% yang dimiliki oleh beberapa perusahaan yaitu Sepatu Bata Tbk, Duta Pertiwi Nusantara Tbk, Goodyear Indonesia Tbk, Kedaung Indah Can Tbk, Multi Bintang Indonesia Tbk, dan Myoh Tecnology Tbk. Nilai Rasio Utang (DAR) rata-rata pada tahun 2007 yaitu 35,61%. Perusahaan-perusahaan yang berada di bawah nilai Rasio Utang (DAR) rata-rata pada tahun 2007 sebanyak 53 perusahaan atau sekitar 64%.

Nilai Rasio Utang (DAR) tertinggi pada tahun 2008 dimiliki Jakarta Kyoei Steel Works yaitu 213,97% dan nilai DAR terendah adalah sebesar 0% yang dimiliki oleh beberapa perusahaan yaitu Sepatu Bata Tbk, Sumi Indo Kabel Tbk, dan Allbond Makmur Usaha Tbk. Nilai Rasio Utang (DAR) rata-rata pada tahun 2008 yaitu 41,41%. Perusahaan-perusahaan yang berada di bawah nilai Rasio Utang (DAR) rata-rata pada tahun 2008 sebanyak 54 perusahaan atau sekitar 65%.

(66)

Nilai Rasio Utang (DAR) rata-rata pada tahun 2009 yaitu 38,78%. Perusahaan-perusahaan yang berada di bawah nilai Rasio Utang (DAR) rata-rata pada tahun 2009 adalah sebanyak 58 perusahaan atau sekitar 70%.

B. Analisis Data Statistik

Data yang telah diperoleh sebagai nilai dari masing-masing variabel bebas dan terikat akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan rumus korelasi Pearson (r) dan dapat juga dibantu dengan alat bantu program SPSS versi 16.0 for

windows.

Setiap data harus dimasukkan terlebih dahulu untuk menghitung koefisien r, setelah itu setiap variabel X dan variabel Y dijumlahkan untuk mendapatkan nilai ∑X dan ∑Y kemudian dipangkat duakan untuk mendapatkan nilai (∑X)2 dan (∑Y)2. Kemudian dilakukan perkalian antara variabel X dan variabel Y yang hasilnya dijumlahkan untuk mendapatkan nilai ∑XY. Pangkat duakan setiap variabel X dan variabel Y, kemudian jumlahkan nilai (X2) dan (Y2) dan masukkan nilai ini ke dalam rumus korelasi Pearson untuk memperoleh koefisien korelasi Pearson (Situmorang et al, 2008:47).

Hipotesis dari pengujian statistik adalah :

Ho : t = 0, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel- variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y).

(67)

Tingkat signifikansi α = 5 % dengan (df) = 164, maka diperoleh t tabel = 1,97453 . Kriteria pengambilan keputusan pada Uji- t ini adalah:

Ho diterima jika – t tabel < t hitung < t tabel. Ha diterima jika – t tabel > t hitung > t table.

1. Analisis Hubungan antara Working Capital Turnover dengan Return on

Investment (ROI)

Hasil analisis hubungan antara Working Capital Turnover dengan Return

on Investment (ROI) dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson dengan alat

bantu program SPSS versi 16.0 for windows. Tabel 4.2

Hasil Nilai Koefisien Korelasi Working Capital Turnover dengan

Return on Investment (ROI)

program SPSS versi 16.0 for windows

S

Hasil Pengolahan SPSS (2011)

Hasil nilai koefisien korelasi Pearson (r) dengan menggunakan program

SPSS versi 16.0 for windows adalah sebesar 0,041 dan nilai r tabel pada α = 5% adalah sebesar 0,1076 (r hitung < r tabel). Angka tersebut menunjukkan tidak adanya hubungan yang kuat dan searah antara working capital turnover dengan

(68)

Return on Investment (ROI) pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia. Nilai dari signifikansi berdasarkan hasil SPSS versi 16.0 for windows adalah sebesar 0,635, lebih besar dari α = 5%. Kesimpulannya adalah hipotesis Ho

diterima dan hipotesia Ha ditolak, artinya working capital turnover tidak berhubungan secra signifikan dengan Return on Investment (ROI), dimana apabila

working capital turnover meningkat belum tentu Return on Investment (ROI) juga

akan meningkat atau sebaliknya. Hal ini bertentangan dengan teori Horne dan Wachowicz (2005:16) yang menyatakan bahwa pengelolaan yang efisien terhadap aktiva lancar dan pendanaan pendukungnya (modal kerja) dapat memaksimalkan tingkat laba. Semakin tinggi Working Capital Turn Over maka semakin efektif kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Demikian juga dengan pendapat Syamsuddin (2007:48), yang menyatakan semakin tinggi perputaran (turnover) dana, semakin efisien perusahaan di dalam melaksanakan operasinya. Dalam artian memperoleh laba yang optimal dengan kemampuan mengelola modal kerjanya.

2. Analisis Hubungan antara Total Asset Turnover dengan Return on

Investment (ROI)

Hasil analisis hubungan antara Total Asset Turnover dengan Return on

Investment (ROI) dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson dengan alat

bantu program SPSS versi 16.0 for windows.

Gambar

Gambar 1.1 Ekspor Non Migas Periode Januari-September 2010 Sumber      : www.depdag.go.id
Tabel 1.1 Data Perputaran Modal Kerja, TATO, DAR, dan ROI pada beberapa
Gambar 1.2. Kerangka Konseptual Sumber: Harahap (2004), Syamsuddin (2007), Brigham dan Houston (2009), dan Horne dan Wachowicz (2005), dimodifikasi
Tabel 1.2 Jumlah Popolasi Sasaran Berdasarkan Karakteristik yang Ditetapkan
+5

Referensi

Dokumen terkait

strwlMgy-sediundtus

Ini berarti penelitian ini menerirna hipotesis yang me- nyatakan kepuasan kerja ada hubungannya dengan kinerja karyawan pada Bank Riau Kepri Cabang Utama Pekanbaru, dengan

The present study demonstrated that glycation enhanced Lp(a)-induced production of plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1), and further decreased the generation of

This quasi-experimental study compared two parallel groups, subjects given ANT at 5 PHCs with inpatient facilities, and subjects given the control drug

karena atas berkat, rahmat dan cinta-Nya yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Efek Antiinflamasi Benzoil Eugenol secara Topikal terhadap Edema Kaki

6. Seorang pasien laki-laki berusia 55 tahun barusaja menjalani operasi katarak sekitar 2 jam yang lalu.Klien sudah duduk sendiri yang mengatakan ingin buang air kecil. Apa yang sebaiknya

The emission rates from the continuously flooded plot amended with rice straw showed two broad peaks, one of which appeared in the early growth stage (by 6

Ketiga, Pengambilan data berupa sinyal suara dan derau sebaiknya menggunakan alat yang memiliki spesifikasi yang sama dan dilakukan dalam rentan waktu yang