• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Wartawan terhadap Kinerja Public Relations (Studi Deskriptif tentang Persepsi Wartawan terhadap Kinerja Public Relations khususnya kegiatan media relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional 1 di Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Wartawan terhadap Kinerja Public Relations (Studi Deskriptif tentang Persepsi Wartawan terhadap Kinerja Public Relations khususnya kegiatan media relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional 1 di Medan)"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

Persepsi Wartawan Terhadap Kinerja Public Relations

(Studi Deskriptif tentang Persepsi Wartawan Terhadap Kinerja Public Relations Khususnya Kegiatan Media Relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional

1 Sumatera Utara)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Disusun Oleh

HERBIN RAJAGUKGUK 070904087

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Persepsi Wartawan terhadap Kinerja Public Relations sebuah Studi Deskriptif tentang Persepsi Wartawan terhadap Kinerja Public Relations khususnya kegiatan media relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional 1 di Medan).

Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi wartawan terhadap kegiatan media relations yang dilakukan oleh public relations PT. Pertamina yang meliputi kontak pribadi, konferensi pers, pengiriman siaran berita dan publisitas,

prasaji media, makan bersama media – manajemen, lembar guntingan dan piranti media. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

kuantitatif, yakni suatu metode yang hanya menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori public relations, teori media relations, hubungan public relations dengan media massa, wartawan profesiona, kebutuhan media dan kode etik media. Adapun populasinya adalah seluruh wartawan yang menjalin hubungan kerja secara rutin dengan public relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional 1 di Medan. Total populasi dalam penelitian ini adalah 30 orang wartawan yang berasal dari 30 media yang berbeda. Karena jumlah populasi kurang dari 100 maka penelitian ini mengambil seluruh populasi sebagai sampel (total sampling). Namun karena sulitnya akses pada salah seorang sampel dan seorang lainnya menolak maka peneliti hanya dapat menjaring 28 orang responden. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 28 responden yang terpilih dan kemudian melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa seluruh kegiatan media

relations yang dilakukan oleh public relations PT. Pertamina (Persero) Kantor

Regional 1 di Medan sudah berjalan baik, hal ini dapat dilihat dari pernyataan wartawan yang merasakan bahwa, Public relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional 1 di Medan berusaha menjaga hubungan baik dengan para wartawan, memberikan pelayanan yang baik kepada wartawan dengan melalui kegiatan-kegiatan

(3)

KATA PENGANTAR

Terpujilah Allah yang Maha Kasih dan Esa, Allah yang kami kenal melalui Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul Persepsi Wartawan terhadap Kinerja Public Relations (Studi Deskriptif tentang Persepsi Wartawan terhadap Kinerja Public Relations khususnya kegiatan media relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional 1 di Medan). Judul yang memang cukup sederhana namun telah memberikan tantangan tersendiri bagi penulis untuk dapat menelitinya. Dengan penuh perjuangan dan kerja keras, penulis bersyukur dapat menyelesaikannya dengan baik.

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih penulis kepada kedua orangtua penulis Bapak K. Rajagukguk dan Ibu T. Marbun yang telah memperjuangkan penulis dengan kerja keras yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga sampai saat ini tanpa kekurangan suatu apapun sekalipun kipun ditengah-tengah kesulitan yang ada. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada saudara penulis Bang R. Rajagukguk dan Kak D. Simanungkalit, Kak D. Rajagukguk dan Lae H. Harianja serta Nirawati Rajagukguk dan ketiga keponakan penulis yang masih balita. Terimakasih telah mendukung dan yang telah memberikan kepercayaan yang sangat besar selama penulis mengemban pendidikan.

Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

(4)

2. Ibu Dra. Fatma Wardi Lubis, M.A selaku ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU yang sekaligus menjadi dosen pembimbing penulis yang telah mentransfer ilmu dengan sangat baik sehingga penulis benar-benar tahu bagaimana seharusnya menyusun skripsi dengan baik dan benar.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP

USU.

4. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU periode

2004 – 2010, Bapak Drs. Amir Purba, M.A dan Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si.

5. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D selaku dosen wali penulis.

6. Seluruh dosen-dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang luar biasa yang sudah penulis anggap sebagai orang tua di kampus dan yang telah membuat penulis sangat mencintai ilmu komunikasi.

7. Staf administrasi Departemen Ilmu Komunikasi Kak Icut, Kak Maya, dan Kak Ros yang telah ramah dan dengan tulus membantu penulis dalam setiap proses administrasi penelitian.

8. Keluarga Bapak R. Manalu dan Ibu yang berada di Sosa yang telah sangat banyak membantu penulis dan keluarga di Sosa.

9. Seluruh wartawan yang menjadi objek penelitian penulis dan Pemimpin redaksi serta staf administrasi dari seluruh media baik media cetak dan elektronik yang berada di Medan, di Jakarta dan dimanapun berada yang telah membantu penulis dalam proses administrasi.

(5)

11. Keluarga Besar Rumah Keluarga (RK), Kak Runa, Linda, Christy, Elisabeth, Devi Juliana, Chorry, Nia, Fredy, Marsiyus, Bang Junkel, Bang Lismet dan Yosia.

12. “Saudara kembar” - ku Tabita Silitonga dan Perdana Tua Simatupang. Terimakasih untuk Tabita yang sudah menjadi teman yang memahami penulis apa adanya dan buat Dana yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam banyak hal. Buat teman-teman luar biasa lainnya Emme, Linda, Natasia, Firman, Inggit, Zigun, Angga, Romi, Jeng, Surya, Andre, Grace, Bertha, Harold, Rocky, Rio, Esy, Tetty, Senti, Fazario, dan anak-anak Komunikasi 2007 lainnya yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu yang telah bersama-sama penulis mengarungi badai kehidupan mahasiswa.

13. Kelompok Kecil Rogate feat. Adonai Tzebaot, Kak Rita dan Bang Abed

sebagai pemimpin kelompok kecil yang luar biasa, Dony Lubis, Rascel Sitepu, dan Rika Simbolon. Semoga kita semua dapat tumbuh sebagai anak-anak terang. Amin.

14. UKM KMK USU UP PEMA FISIP yang telah dipakai Tuhan untuk membuat penulis mengerti akan apa artinya hidup dan untuk apa manusia hidup serta bagaimana seharusnya manusia hidup agar segala sesuatunya berkenan dan hanya untuk Kemuliaan Allah sehingga ketika penulis memahami dan berjuang untuk melakukannya penulis memperoleh sukacita dan damai sejahtera. Semoga pelayanan mahasiswa semakin diberkati Tuhan. Amin. 15. Seluruh civitas GMKI FISIP USU, organisasi yang telah mengenalkan penulis

(6)

16. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis uraikan satu persatu yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Sekalipun masih banyak kekurangan pada skripsi ini, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memperkaya khasanah penelitian khususnya mengenai media

relations di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Penulis menyadari

sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati, Penulis sangat mengharapkan masukan dari para pembaca agar kedepannya penulis dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi. Terimakasih.

Medan, April 2011

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 2

I.2 Perumusan Masalah ... 10

I.3 Pembatasan Masalah ... 10

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 11

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 12

I.5 Kerangka Teori ... 12

I.5.1 Public Relations ... 13

I.5.2 Media Relations ... 16

I.5.3 Hubungan Antara Public Relations dan Media Massa . 18 I.5.4 Wartawan Profesional ... 19

I.5.5 Kebutuhan Media ... 20

I.9 Defenisi Variabel Operasional ... 27

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Public Relations ... 30

II.1.1 Pengertian Public Relations ... 30

II.1.2 Fungsi Public Relations ... 31

II.1.3 Syarat-syarat Public Relations ... 31

II.2 Media Relations ... 32

II.2.1 Pengertian Media Relations ... 32

II.2.2 Praktik Media Relations ... 35

II.2.3 Strategi Media Relations ... 35

II.2.4 Ajang Komunikasi dalam Media Relations ... 36

II.3 Wartawan Profesional ... 38

II.3.1 Profesionalisme Wartawan... 38

II.3.2 Profesionalisme dalam Pemberitaan ... 39

II.4 Hubungan Antara Public Relations dengan Media Massa ... 41

II.5 Kebutuhan Media ... 42

II.6 Kode Etik Media... 45

II.6.1 Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) ... 46

II.7 Persepsi ... 47

(8)

II.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 48

II.7.3 Proses Persepsi ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian ... 52

III.2 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52

III.2.1 Sejarah Pertamina ... 52

III.2.2 Profil Pertamina ... 53

III.2.3 Visi, Misi, Tata Nilai, dan Prinsip Dasar Integritas P.T Pertamina (Persero) ... 54

III.2.4 Struktur Organisasi ... 56

III.3 Populasi dan Sampel ... 61

III.3.1 Populasi ... 61

III.3.2 Sampel ... 63

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 63

III.5 Teknik Analisis Data ... 64

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 67

IV.2 Teknik Pengumpulan Data ... 68

IV.3 Analisis Tabel Tunggal ... 68

IV.3.1 Karakteristik Responden ... 68

IV.3.2 Persepsi Wartawan Terhadap Kegiatan Media Relations 76 IV.3.2.a) Persepsi Wartawan terhadap Kontak Pribadi dengan Personil Public Relations PT. Pertamina ... 76

IV.3.2.b) Persepsi Wartawan terhadap Konferensi Pers ... 84

IV.3.2.c) Persepsi Wartawan terhadap Pengiriman Siaran Berita dan Publisitas ... 89

IV.3.2.d) Persepsi Wartawan terhadap Prasaji Media 93 IV.3.2.e) Persepsi Wartawan terhadap Makan Bersama Media –Manajemen ... 96

IV.3.2.f) Persepsi Wartawan terhadap Lembar Guntingan... 102

IV.3.2.g) Persepsi Wartawan terhadap Piranti Media104 IV.4 Pembahasan ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 121

V.2 Saran ... 122

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Populasi ... 62

2 Jenis Kelamin Responden ... 67

3 Usia Responden ... 68

4 Gaji Perbulan ... 69

5 Lamanya Menjadi Wartawan ... 71

6 Lamanya Bermitra dengan Pertamina ... 72

7 Latar Belakang Pendidikan Terakhir ... 73

8 Prioritas Pekerjaan ... 74

9 Kedekatan dengan PR Pertamina ... 75

10 Komunikasi non verbal PR ... 76

11 Expresi Wajah PR ... 77

12 Kesesuaian antara jawaban dengan pertanyaan ... 77

13 Komunikasi verbal PR... 78

14 Penampilan PR ... 79

15 Pengalaman PR melayani wartawan... 80

16 Upaya dalam menjaga hubungan baik ... 81

17 Kepribadian PR ... 81

18 Respon PR ketika kontak pribadi ... 82

19 Kesiapan PR pada konferensi pers ... 83

20 Intensitas PR mengundang wartawan ... 85

21 Kesan terhadap souvenir... 84

(10)

23 Pelayanan PR dalam kegiatan konferensi pers ... 86

24 Kehadiran wartawan dalam konferensi pers ... 87

25 Ketertarikan untuk selalu hadir dalam konferensi pers ... 88

26 Tingkat keteraturan PR mengirim siaran berita ... 88

27 Tingkat intensitas media responden menggunakan siaran berita dari P 89 28 Kaidah penulisan berita pada siaran berita... 90

29 Keseringan selipan iklan pada siaran berita ... 91

30 Pemenuhan siaran berita terhadap kebutuhan akan informasi ... 91

31 Ketertarikan terhadap siaran berita ... 92

32 Tingkat keseringan responden diundang untuk prasaji media ... 93

33 Pemenuhan prasaji media terhadap kebutuhan akan sumber informasi 93 34 Kelengkapan piranti media dalam prasaji media ... 94

35 Pelayanan PR pada kegiatan prasaji media ... 95

36 Ketertarikan wartawan terhadap kegiatan prasaji media ... 95

37 Tingkat intensitas makan bersama antara media dan manajemen ... 96

38 Efektifitas makan bersama antara media dan manajemen untuk meningkatkan keakraban ... 96

39 Efektifitas makan bersama antara media dan manajemen untuk meningkatkan pengetahuan ... 98

40 Makan bersama antara media dan manajemen sebagai sumber informasi ... 98

41 Ketertarikan terhadap menu makanan dan minuman ... 99

42 Pelayanan PR pada kegiatan makan bersama antara media dan manajemen ... 100

(11)

45 Kaidah penulisan berita pada lembar guntingan dari PR Pertamina .... 102 46 Kaidah tata letak dan desain grafis pada lembar guntingan dari PR

Pertamina... 103 47 Tingkat intensitas media responden menyetujui lembar guntingan dari PR Pertamina... 103 48 Tingk Intensitas penerimaan piranti media dari PR Pertamina at

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Departmental Structure The Borden Company ... 15

2 Variabel Psikologis diantara rangsangan dan tanggapan ... 23

3 Model Teoritis ... 25

4 Arus Komunikasi dalam media relations ... 34

(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1 Kuesioner Penelitian

2 Surat Permohonan Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU 3 Memorandum dari HR Pertamina Area Sumbagut Pertamina mengenai izin

Penelitian kepada Asst. Manager External Relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional Sumatera Utara

4 Surat Balasan untuk memberikan izin penelitian dari PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional Sumatera Utara Permohonan Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

5 Surat Permohonan izin penelitian kepada wartawan dan pemimpin redaksi pada media yang terdaftar sebagai populasi penelitian

(14)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Persepsi Wartawan terhadap Kinerja Public Relations sebuah Studi Deskriptif tentang Persepsi Wartawan terhadap Kinerja Public Relations khususnya kegiatan media relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional 1 di Medan).

Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi wartawan terhadap kegiatan media relations yang dilakukan oleh public relations PT. Pertamina yang meliputi kontak pribadi, konferensi pers, pengiriman siaran berita dan publisitas,

prasaji media, makan bersama media – manajemen, lembar guntingan dan piranti media. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

kuantitatif, yakni suatu metode yang hanya menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori public relations, teori media relations, hubungan public relations dengan media massa, wartawan profesiona, kebutuhan media dan kode etik media. Adapun populasinya adalah seluruh wartawan yang menjalin hubungan kerja secara rutin dengan public relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional 1 di Medan. Total populasi dalam penelitian ini adalah 30 orang wartawan yang berasal dari 30 media yang berbeda. Karena jumlah populasi kurang dari 100 maka penelitian ini mengambil seluruh populasi sebagai sampel (total sampling). Namun karena sulitnya akses pada salah seorang sampel dan seorang lainnya menolak maka peneliti hanya dapat menjaring 28 orang responden. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 28 responden yang terpilih dan kemudian melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa seluruh kegiatan media

relations yang dilakukan oleh public relations PT. Pertamina (Persero) Kantor

Regional 1 di Medan sudah berjalan baik, hal ini dapat dilihat dari pernyataan wartawan yang merasakan bahwa, Public relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Regional 1 di Medan berusaha menjaga hubungan baik dengan para wartawan, memberikan pelayanan yang baik kepada wartawan dengan melalui kegiatan-kegiatan

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT. Permina. Kemudian, berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sesuai akta pendiriannya, perusahaan Pertamina adalah perusahaan perseroan (persero) yang bermaksud menyelenggarakan usaha dibidang minyak dan gas bumi, baik didalam maupun diluar negeri, serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut

(16)

organisasi/lembaga yang diwakilinya dengan public sebagai khalayak sasarannya. Khususnya dalam mencapai citra positif, menciptakan kepercayaan, dan membina hubungan baik dengan stake holder atau audience-nya. Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi manajemen perusahaan/organisasi bersifat tiga dimensi yaitu

komunikasi vertical, komunikasi horizontal dan komunikasi eksternal. Komunikasi

eksternal yang dimaksud adalah komunikasi yang berlangsung dua arah antara pihak organisasi/lembaga dengan pihal luar. Didalam komunikasi ekternal, kegiatan public relations dapat berupa pelayanan konsumen atau masyarakat, pelayanan pemerintah,

corporate social responsibility, community relations, maupun media relations (dalam

Ruslan, 2001:86),. Kegiatan media relations menjadi suatu kegiatan yang amat penting dari public relations, karena melalui kegiatan ini, public relations dapat berhubungan langsung dengan media. Disatu sisi media dapat dijadikan suatu sarana publistitas yang merupakan kegiatan image building, namun disisi lain, media juga dapat menjadi penyerang perusahaan yang justru dapat memporak-porandakan citra perusahaan. Public relations didalam menjalankan fungsinya harus dapat memberi informasi yang jelas dan meyakinkan masyarakat dengan menggunakan berbagai media. Selain itu, public relations juga harus dapat membangun dan memelihara citra perusahaan baik secara nasional maupun secara internasional. Didalam menjalankan fungsinya, public relations pada dasarnya bertumpu pada komunikasi dan relasi. Komunikasi dan relasi memerlukan media massa, oleh karena itu media relations menjadi penting dalam kegiatan public relations. Ada dua sisi yang harus dilakukan

media relations. Pertama, menjalin hubungan baik dan berkomunikasi dengan media

(17)

Publik Relations untuk memahami dunia kerja media massa. Selain itu, media massa juga dapat digunakan dalam mempromosikan organisasi kepada publik eksternal (Iriantara, 2005: 250).

Komunikasi yang dikembangkan dalam praktik public relations adalah komunikasi dua arah. Komunikasinya bukan hanya dari organisasi kepada khalayak melainkan juga sebaliknya dari khalayak kepada Public Relations . Inilah satu hal yang ditekankan oleh Oemi. Beliau mengatakan “dalam menjalankan eksternal public

relations, organisasi pun harus pandai menerima informasi”. Konsekuensinya, dalam

praktik media relations pun bukan hanya memberikan informasi yang diberikan melalui media massa, melainkan juga mengikuti dan mengelola informasi yang disampaikan melalui media massa (dalam Iriantara, 2005:30).

Didalam melakukan kegiatan media relations, public relations tentu akan berhubungan dengan salah seorang personil media massa seperti redaktur, penerbit, penulis tajuk rencana, kolumnis, para penyiar berita, dan wartawan. Hubungan yang baik dengan para personil media massa adalah penting sekali untuk melaksanakan publisitas. Namun, diantara semua personil media tersebut, wartawan adalah personil yang paling dekat dengan kegiatan public relations. karena ketika wartawan ingin mendapatkan informasi dari suatu organisasi atau lembaga, maka sumber yang paling berwenang terhadap informasi tersebut adalah public relations dari organisasi atau lembaga tersebut (Moore, 2004:215). Untuk itu seorang public relations harus dapat menjaga hubungan baik dengan wartawan. Karena dengan demikian, wartawan akan selalu nyaman berkerja sama dengan public relations dan selanjutnya kegiatan media

relations tersebut tentu akan berjalan dengan baik.

(18)

masyarakat dapat membaca berita atau informasi tersebut. Dengan demikian, wartawan memiliki peranan yang sangat penting baik itu bagi media maupun bagi public relations dari suatu perusahaan yang membutuhkan publisitas. Tugas utama seorang wartawan adalah mencari fakta aktual untuk sebuah berita dan memasukkannya dalam media-nya. Wartawan merupakan sebuah profesi, untuk itu seorang wartawan harus melaksanakan tugasnya secara profesional. Didalam menjalankan profesinya, wartawan harus memiliki landasan unsur-unsur yang sehat tentang etika dan rasa tanggungjawab atas perkembangan budaya masyarakat dimana wartawan itu berkerja. Landasan unsur-unsur sehat ini tidak hanya terdapat dalam norma-norma yang tercantum dalam Kode Etik saja, tetapi juga terdapat dalam norma-norma teknis profesi wartawan itu sendiri (Kusumaningrat, 2005:116).

Hubungan public relations dengan wartawan tidak selalu berjalan mulus, kadangkala terjadi perbedaan kepentingan maupun perbedaan pemahaman antara public relations dengan wartawan. Meskipun para wartawan menyambut baik informasi yang bernilai berita mengenai rencana aktivitas dan kemajuan sebuah perusahaan, mereka seringkali mempunyai gagasan yang berbeda dengan gagasan para wakil perusahaan; seperti tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting, serta berbagai pertimbangan.

(19)

Public Relations yang tak malu-malu lagi dengan kebiasaannya memberikan informasi yang bias.

Selain itu, sering kali public relations tidak mengharapkan kedatangan media. Ini terjadi tatkala perusahaan atau organisasi tersebut sedang menghadapi masalah. Mereka takut apabila permasalahan tersebut diketahui oleh masyarakat, hal ini akan berpengaruh terhadap citra perusahaan. Dalam situasi seperti ini, tindakan apatis adalah hal yang paling sering diterima oleh wartawan ketika berhadapan dengan Public Relations. Namun disisi lain, public relations sangat mengharapkan kedatangan wartawan ketika public relations melakukan acara konfrensi pers untuk menjelaskan permasalahan yang sedang terjadi dan memperbaiki citra yang terlanjur buruk di masyarakat. Demikian halnya, ketika perusahaan mendapatkan suatu prestasi maupun melaksanakan kegiatan tertentu, public relation sangat mengharapkan kedatangan wartawan dan berharap informasi tersebut dapat dimuat di medianya. Dengan situasi yang seperti ini maka wartawan lah yang pada akhirnya akan menjadi seperti primadona yang sangat diharapkan kehadirannya.

(20)

suatu jalinan atau ikatan yang baik antara perusahaan yang diwakili oleh Public Relations dan media yang diwakili oleh wartawan. Padahal ketika hubungan baik itu terjadi, maka akan lebih mudah dan menyenangkan dalam menjalin kerjasama antara keduanya.

Pendekatan utama yang dapat dilakukan untuk menjalin suatu hubungan baik antara public relations dengan wartawan adalah dengan saling memenuhi kebutuhan tersebut. Ketika perusahaan dalam keadaan krisis, maka wartawan membutuhkan informasi dari public relations, dan ketika perusahaan membutuhkan publisitas, maka public relations yang membutuhkan wartawan. Namun karena sebagian besar perusahaan mengalami situasi krisis yang sangat jarang, maka public relations akan lebih banyak melakuka n kegiatan publisitas dibanding dengan penanganan krisis, sehingga public relations lah yang jauh lebih membutuhkan wartawan.

Jika ingin menjalin hubungan baik dengan media tak ada kata lain kecuali menempatkan wartawan dan media sebagai nomor satu. Ini tidak berarti bahwa public relations tidak memiliki otoritas pada perusahaan. Akan tetapi, saat ini public relations membutuhkan citra baik yang terbentuk dimasyarakat. Citra itu akan cepat terbentuk jika public relations menempatkan wartawan sebagaimana mestinya.

(21)

wartawan yang pernah dikecewakan oleh public relations tadi. Perlu diketahui, sekali wartawan kecewa ia akan mempengaruhi puluhan bahkan ratusan orang yang mengkonsumsi medianya. Kalau sudah begini, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Untuk itu, Public Relations harus membuat konsep pelayanan media

relations yang baik, positif dan profesional agar wartawan nyaman diajak

berkerjasama (Nurudin, 2004:111).

Sebagai perusahaan yang bergerak untuk kepentingan luas, Pertamina tidak jarang mendapat sorotan media dalam melakukan tugas dan fungsinya. Masalah kualitas produk dan layanan bahkan kenaikan harga produk seperti harga minyak dan gas adalah isu utama yang paling sering disorot oleh media. Apalagi pada akhir-akhir ini, banyak terjadi ledakan gas yang merupakan salah satu produk dari Pertamina. Dalam hal ini Pertamina melalui public relations bertanggungjawab kepada publik eksternal yang terdiri dari masyarakat luas, perusahaan, lembaga-lembaga yang menggunakan jasa Pertamina dan pemerintah. Sebagai bagian dari perusahaan yang bertanggung jawab dalam mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara perusahaan dengan publik eksternal, public relations Pertamina harus dapat menjadi sumber informasi dan sarana komunikasi antara perusahaan dengan publik eksternal.

PT. Pertamina (Persero) Kantor Wilayah Sumatera Utara adalah salah satu cabang PT. Pertamina yang merupakan salah satu perusahaan negara yang memiliki tanggungjawab besar terhadap masyarakat. Hal ini tentu akan banyak mengundang sorotan media. Salah satu tugas Divisi public relations PT. Pertamina (Persero) adalah melakukan kegiatan eksternal relations yang terdiri dari masyarakat, konsumen, pemerintah dan media massa. public relations Pertamina memiliki sub divisi yaitu

(22)

kegiatan media relations secara teknis dilaksanakan oleh Costumer Relations. Meskipun kegiatan media relations dilaksanakan secara khusus oleh Costumer

Relations, namun kegiatan media relations tersebut merupakan tanggungjawab penuh

Public Relations.

Didalam melayani wartawan, PT. Pertamina (Persero) Kantor Wilayah Sumatera Utara memiliki komitmen dalam memberikan pelayanan informasi terhadap semua wartawan baik media cetak maupun media elektronik, baik untuk skala nasional maupun skala lokal tanpa membeda-bedakannya. Adapun media-media yang rutin berkerjasama dengan PT. Pertamina (Persero) Kantor Wilayah Sumatera Utara adalah media cetak dan media elektronik yaitu sebagai berikut: Kompas, Seputar Indonesia, Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Analisa, Waspada, Medan Bisnis, Sinar Indonesia Bari, Tempo, TV One, Metro TV, SCTV, ANTV, Trans TV, Trans 7, MMC Group (RCTI, TPI, Global TV, Deli TV), Trijaya FM, Smart FM, Starnews, Most FM, RRI, Elshinta, Detik.com, dan Antara.

Beberapa jenis kegiatan media relations yang rutin dilakukan oleh public relations Pertamina adalah mengirimkan informasi mengenai kegiatan atau peristiwa yang memiliki news value dalam bentuk press release kepada sejumlah media. Sehingga sejumlah media tersebut dapat dengan mudah memperoleh berita mengenai Pertamina. Selain itu, kegiatan publisitas lainnya yang dilakukan public relations Pertamina adalah mengundang wartawan dari sejumlah media untuk menghadiri kegiatan-kegiatan Pertamina misalnya event rutin Pertamina seperti perayaan hari besar keagamaan, ulang tahun Pertamina, launching produk, launching program dan

press conference. Public relations Pertamina selalu berupaya untuk tidak memberikan

(23)

Pertamina seperti kupon gratis Pertamax kepada setiap wartawan yang datang. Dengan demikian, wartawan tidak hanya menjadi mitra kerja namun sekaligus menjadi konsumen Pertamina. Untuk kegiatan tertentu, public relations Pertamina juga menyelenggarakan Press Visit dengan mengundang sejumlah wartawan untuk meliput kegiatan maupun peristiwa mengenai Pertamina di sejumlah wilayah di nusantara dimana seluruh biaya transportasi dan akomodasi ditanggung sepenuhnya oleh Pertamina.

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian tentang bagaimana persepsi wartawan terhadap kinerja Public Relations khususnya khususnya kegiatan media relations PT. Pertamina (Persero) Kantor wilayah Sumatera Utara.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, “Bagaimanakah Persepsi wartawan terhadap kinerja Public Relations PT. Pertamina (pesero) Kantor wilayah Sumatera Utara khususnya tugas media relations yang dilakukan oleh Customer Relations?”.

1.3 Pembatasan masalah

Sesuai dengan masalah penelitsian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksud dari pembatasan masalah ini adalah agar permasalahn yang diteliti menjadi jelas, terarah dan tidak terlalu melebar sehingga tterhindar dari salah pengertian tentang masalah penelitian.

(24)

a. Penelitian ini dibatasi pada kegiatan Customer Relations yang dilaksanakan oleh Public Relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Wilayah Sumatera Utara.

b. Kegiatan Customer Relations yang dimaksud adalah kegiatan yang berkaitan dengan media relations.

c. Wartawan yang dimaksud adalah wartawan media cetak dan media elektronik yang selama ini telah berkerjasama dengan PT. Pertamina (Persero) Kantor Wilayah Sumatera Utara.

d. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1. Untuk melihat kegiatan media relations yang dilakukan oleh Customer

Relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Wilayah Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui persepsi wartawan terhadap kegiatan media relations yang dilakukan oleh Customer Relations.

(25)

1.4.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

memperluas khasanah penelitian di lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

b. Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi

khususnya yang berkaitan dengan kajian Customer Relations. c. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan, wawasan dan cakrawala bagi peneliti, serta memberi masukan bagi Public Relations PT. Pertamina (Persero) Kantor Wilayah Sumatera Utara.

1.5 Kerangka Teori

Dalam melaksanakan penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk mendukung pemecahan masalah dengan jelas dan sistematis, Kerlinger menyebutkan bahwa teori adalah sekumpulan konstruk (konsep), defenisi dan dalil yang saling terkait, yang menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variable, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena (Rakhmat, 2004:6). Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi, 2001:39). Adapun teori-teori yang dianggap relevan adalah public relations, media

relations, hubungan antara public relations dan media massa, wartawan professional,

(26)

I.5.1 Public Relations

Menurut Kriyantono, public relations adalah suatu fungsi manajemen dalam melakukan kegiatan komunikasi, dimana yang menjadi tujuan dasar dari Public Relations tersebut merupakan tujuan-tujuan komunikasi. Dalam realitas praktik Public Relations di perusahaan, tujuan Public Relations antara lain menciptakan pemahaman public, membangun citra korporat, membangun opini publik yang favorable serta membentuk goodwill dan kerjasama (Kriyantono, 2008:5).

Menurut Oemi, pengertian public mengacu pada sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang sama pula. Hal yang menonjol dalam public adalah perhatian dan kepentingan, buka kehidupan atau hubungan antar anggotanya. Emory S. Bogardus dalam bukunya

The Making Public Opinion, menyatakan bahwa public adalah sejumlah besar orang

dimana sumber antara satu dengan yang lainnya bias tidak saling mengenal, akan tetapi semuanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu masalah. Menurut Webster, istilah relations pada hakikatnya dimaksudkan dengan kegiatan membentuk suatu pertalian relasi atau menjalin hubungan satu sama lain. Lebih teknis lagi menurut Echlos, kegiatan yang dimaksud merupakan komunikasi dalam menciptakan hubungan yang harmonis diantara dua pihak, dimana satu dengan yang lainnya sama-sama memperoleh keuntungan sehingga terikat dalam suatu hubungan

kefamilian yang akrab (dalam Suhandang, 2004: 34). Cutlip, Center, dan Broom

(27)

secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memlihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya Menurut British Institute of Public Opinion, yang defenisinya juga telah diikuti disejumlah Negara Commonwealth persemakmuran, “Public Relations adalah usaha sengaja, terencana, dan tidak pernah mati untuk menetapkan dan memelihara saling perngertian antara sebuah organisasi dengan masyrakatnya.” Menurut Dansk public relations Club of Denmark, yang juga menggunakan istilah bahasa Inggris “public relations adalah usaha manajerial secara sistematik dan tidak pernah berhenti yang digunakan sebagai alat oleh organisasi swasta dan pemerintah untuk membina pengertian, simpati, dan dukungan di lingkaran yang diperkirakan akan berhubungan dengan mereka” (Jefkins, 2003:9).

“Praktik public relations adalah seni dan ilmu sosial untuk menganalisis tren, meramalkan konsekuensi tindakan, memberikan konsultasi kepada pimpinan organisasi, dan melaksanakan program tindakan terencana demi kepentingan masyrakat umum dan organisasi.” (Defenisi yang disetujui di World Assembly of public relations di kota Mexico ditahun 1978 dan diikuti oleh 34 organisasi Public Relations nasional) (dalam Wilcox, 2006:16).

(28)

Tujuan Public Relations adalah sebagai berikut:

a. Terpelihara dan terbentuk saling pengertian (aspek kognisi) b. Menjaga dan membentuk saling percaya (aspek afeksi)

c. Memelihara dan menciptakan kerjasama (aspek psikomotoris)

Menurut Effendy, fungsi public relations pada umumnya masih ditempatkan pada posisi yang jauh dari posisi yang jauh dari pimpinan puncak. Lain dengan negara-negara maju seperti misalnya Amerika Serikat. Contoh perusahaan di Amerika Serikat yang memposisikan public relations pada posisi puncak setelah president adalah The Borden Company. Posisi Public Relations pada perusahaan tersebut dapat digambarkan dalam bagan organisasi sebagai berikut (Effendy, 1992:29):

Gambar 1.

Departmental Structure The Borden Company

Sumber: Lesly’s Public Relations Handbook (dalam Effendy, 1992: 29)

(29)

Bagan diatas menunjukkan bagaimana pentingnya humas dalam suatu organisasi sehingga, sesuai dengan fungsinya , ia merupakan penghubung antara pimpinan puncak (top manager) dengan pimpinan tengah (middle manager)

(Effendy, 1992: 29).

I.5.2 Media Relations

Media relations yang dilakukan oleh Public Relations merupakan suatu sarana media komunikasi. Media komunikasi ini diperlukan karena menjadi sarana yang sangat penting dan efisien dalam berkomunikasi dengan publik. Agar komunikasi dengan publik tersebut dapat terpelihara, maka segala kepentingan media masssa terhadap organisasi mesti direspon oleh organisasi tersebut. Tujuannya adalah untuk keberhasilan program. Dengan kata lain, media relations adalah alat untuk mempromosikan organisasi melalui media massa.

Menurut Iriantara, secara struktural, media relations bisa merupakan bagian atau salah satu unit kerja pada divisi atau departemen Public Relations, namun bisa juga merupakan salah satu unit kerja pada salah satu fungsi yang berada dalam divisi atau departemen public relations. Iriantara menyebutkan bahwa ada empat departemen yang umumnya terdapat 4 bidang public relations yaitu media relations,

community relations, costumer relations, dan employe relations. Meskipun dalam

kondisi sebenarnya, bisa saja bidang-bidang kerja tersebut tidak hanya 4 tetapi 5, 6 atau 7 sesuai dengan kebutuhan organisasi.

(30)

Media relations itu pada dasarnya berkenaan dengan pemberian informasi atau

memberi tanggapan pada media massa atas nama organisasi atau klien. Karena berhubungan dengan media massa itulah, maka ada yang menyebutkan bahwa media

relations itu merupakan fungsi khusus didalam satu kegiatan atau program public

relations. Letak kekhususannya ada pada pelibatan media massa yang berada diluar kendali organisasi untuk bisa menopang pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu, Public Relations harus dapat memahami media massa.

Dalam memahami media massa, penting juga bagi Public Relations untuk mengetahui bagaimana cara kerja media. Cara kerja media disini bukan hanya yang berkenaan dengan proses media massa yang memproduksi isi media masa, tetapi juga bagaimana produk media massa itu dipersepsi oleh khalayaknya. Mengetahui proses produksi ini penting untuk menyelaraskan tindakan yang dilakukan public relations dengan keseluruhan proses produksi isi media massa. Sedangkan mengetahui bagaimana isi itu dipersepsi khalayak penting untuk menduga dampak yang akan timbul, khususnya pada public yang menjadi target sasaran (Iriantara, 2005:154).

Menurut Moore, kegiatan media relations dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Kontak Pribadi b. Konfrensi Pers

c. Pengiriman Siaran Berita d. Prasaji Media

e. Makan Bersama Media – Manajemen f. Lembar Guntingan

g. Piranti Media

(31)

I.5.3 Hubungan Antara Public Relations dan Media Massa

Antara public relations dengan media massa memiliki ketertaikan yang sangat dekat. Keduanya merupakan salah satu cabang ilmu komunikasi. Pada pelaksanaannya antara Public Relations dengan media massa merupakan mitra kerja yang berkerjasama untuk membangun antara keduanya.

Tugas seorang public relations adalah membina hubungan yang baik dengan publik organisasi. Ringkasnya, tugas public relations adalah membangun hubungan dengan stakeholder organisasi. Akan tetapi bukan sekedar menjalin hubungan yang baik saja, melainkan bagaimana hubungan tersebut memiliki makna bagi pencapaian tujuan organisasi. Tujuan organisasi menjalin hubungan yang baik dengan publik bisa beragam. Satu diantaranya adalah untuk meningkatkan atau menjaga citra organisasi dimata publik atau stakeholder. Bisa juga untuk mempertinggi atau memelihara reputasi atau memelihara reputasi organisasi. Citra atau reputasi yang baik merupakan asset yang sangat penting. Bila satu organisasi sangat baik reputasinya, maka para karyawan pun akan bangga berkerja di organisasi itu. Pihak-pihak yang berhubungan dengan organisasi pun akan merasa ikut terangkat gengsinya.

Menjalin hubungan dengan media massa merupakan salah satu cara untuk menjaga dan meningkatkan citra atau reputasi organisasi dimata stakeholder-nya. Media massa merupakan suatu lembaga independent yang menyediakan informasi bagi lapisan masyarakat. Fungsinya sebagai to inform (memberi informasi), to

educate (mendidik) dan to entertain (menghibur) membuat media massa menjadi

suatu bagian yang tidak dapat terpisahkan dari masyarakat.

(32)

meningkatkan aspirasi masyarakat yang diiringi dengan perkembangan media massa. Dampaknya, banyak media-media baru muncul dan berkembang. Fenomena yang dialami oleh Indonesia saat ini dinamakan sebagai dunia sesak-media

(media-saturated world). Artinya, berbagai media komunikasi terus menerpa kehidupan

manusia dari waktu ke waktu. Situasi ini bagi public relations tentu akan menjadi suatu kesempatan yang sangat baik dalam kegiatan publikasi, namun bagi public relations yang tidak cakap berkerjasama dengan media massa malah akan membuat media massa itu akan menjadi suatu lembaga yang menakutkan yang kapan saja dapat menyerang citra organisasi.

Hubungan antara publik relations dan media massa akan terihat dalam kerjasama antara keduanya. Berbagai program atau kegiatan public relations yang dilaksanakan organisasi tentunya melibatkan media massa. Begitupun media massa akan selalu membutuhkan informasi, dimana salah satu sumber informasi utamanya adalah Public Relations.

I.5.4 Wartawan Profesional

Pekerjaan seperti pemimpin redaksi, redaktur, wartawan atau reporter disebut sebagai profesi. Seperti juga dokter, pengacara, akuntan, dan pendeta, profesi wartawan adalah profesi yang bukan sekedar mengandalkan keterampilan seorang tukang, namun wartawan merupakan sebuah profesi yang membutuhkan watak, semangat, dan cara kerjanya berbeda dengan seorang tukang.

(33)

dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Berdasarkan kode etik tersebut, dua hal yang harus dijunjung tinggi oleh wartawan professional adalah profesionalisme dalam pemberitaan dan perlindungan terhadap hak pribadi.

Dalam Kode Etik Jurnalistik disebutkan aturan-aturan yang harus dipenuhi oleh seorang wartawan dalam menyajikan berita. Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia berbunyi “ Wartawan Indonesia menyajikan berita secara

berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dan ketepatan, serta tidak

mencampurkan fakta dan opini sendi. Tulisan berisi interpretasi dan opini wartawan

agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya”. Dari ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kode Etik Jurnalistik, maka menjadi jelas bahwa pertama-tama seorang wartawan harus cermat dan tepat atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain cermat dan tepat, berita juga harus lengkap, adil, dan berimbang. Selain itu, berita yang ditulis harus ringkas, jelas dan hangat (Kusumaningrat, 2005:117).

I.5.5 Kebutuhan Media

Salah satu hal yang penting untuk dipahami para praktisi public relations adalah apa yang dibutuhkan media massa dari organisasi. Pada dasarnya, kebutuhan utama media dari organisasi adalah infromasi yang kemudian disampaikan kepada khalayak media massa. Memang dalam praktiknya, disamping informasi, media lokal sering memandang organisasi sebagai salah satu sumber pendapatan melalui iklan yang dipasang organisasi pada media lokal.

(34)

biasanya mengandung unsure-unsur: drama, emosi, konflik, tokoh penting, dan mengejutkan. Sedangkan kecepatan berkaitan dengan kebaruan, sehingga orang merasa memperoleh seseuatu yang sebelumnya belum diketahuinya (Iriantara, 2005: 146).

Dengan mengetahui nilai berita tersebut, seseorang staf public relations hanya akan memberikan atau menyampaikan informasi yang memang bernilai berita ketika dalam menjalankan program/kegiatan media relations, .

Media masssa membutuhkan informasi yang dapat menarik perhatian publik. Karena media massa memang menyajikan informasi untuk kepentingan publik. Titik temu antara media massa dengan organisasi adalah karena kedua pihak memang saling membutuhkan. Organisasi membutuhkan media massa sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan public. Sedangkan media massa membutuhkan organisasi, karena ada peristiwa atau informasi yang patut dan perlu diketahui publik lantaran bernilai berita (Iriantara, 2005: 148)

I.5.6 Kode Etik Media

(35)

produk-produk komersial. Misalnya ras dan warna kulit. Status perkawinan, jenis kelamin atau hal-hal yang berbau seksual, selayaknya hanya disebutkan apabila memang benar-benar relevan dengan isi beritanya.

Menurut Sumandira sebagai salah satu upaya penegakan indepedensi media sekaligus penerapan prinsip pers mengatur diri sendiri secara mandiri (self regulated), maka Dewan Pers masa bakti 2000-2003 sesuai dengan kewenangan dan fungsi yang dimilikinya, telah membuat sekaligus menetapkan dua kode etik. Pertama, kode praktik media pers. Kedua, kode etik bisnis pers. Dalam kode etik praktik media pers, diatur tentang akurasi, privasi, pornografi, diskriminasi, liputan kriminalitas, cara-cara yang tidak dibenarkan, sumber rahasia, dan hak jawab dan bantahan (dalam Iriantara, 2005:164).

I.5.7 Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna dan stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2007:51)

(36)

Gambar 2

Variabel Psikologis diantara rangsangan dan tanggapan

Sumber: Sobur, 2003:447

Dari bagan diatas digambarkan bahwa persepsi dan kognisi diperlukan dalam kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling sedikit berpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan. Secara singkat persepsi didefenisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara manusia memberi arti terhadap rangsangan. Penalaran adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan rangsangan lainnya pada tingkat pembentukan psikologi. Perasaan adalah konnotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan baik diri sendiri atau bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual.

Sobur juga menjelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen utama, yaitu:

1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengaktegorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi dan kompleks menjadi sederhana.

Rangsangan tanggapan

Persepsi Pengenalan

(37)

3. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudia diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi (Sobur, 2003:446).

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001: 33). Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Kerlinger menyebut konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus (Kriyantono, 2008: 17).

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang sebenarnya merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji sebenarnya. Agar konsep-konsep dapat diuji secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian yang bersifat dekstriptif ini, yaitu:

1. Variabel Teoritis 2. Variabel Operasional

1.7 Model Teoritis

(38)

Gambar 3 Model Teoritis

Kinerja Public Relations khususnya

Media Relations

Persepsi Wartawan

(39)

1.8 Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Kinerja Public Relations khususnya Media Relations

• Kontak Pribadi

• Konfrensi Pers

• Pengiriman Siaran Berita

• Prasaji Media

• Makan Bersama Media –

Manajemen

• Lembar Guntingan

• Piranti Media

• Jasa Penyebaran Publisitas

Persepsi Wartawan

1. Seleksi 2. Interpretasi 3. Reaksi

Karakteristik Responden

• Jenis kelamin

• Usia

• Asal media

• Gaji

• Lamanya menjadi wartawan

• Lamanya berkerjasama dengan

Pertamina

• Latar Belakang Pendidikan

(40)

1.9 Defenisi Variabel Operasional

Defenisi operasional adalah penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variable. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46). Maka variabel-variabel dalam operasional ini didefenisikan sebagai berikut

a. Kinerja Public Relations khususnya Media Relations

1. Kontak Pribadi, yaitu komunikasi antar pribadi yang pernah terjadi antara personil Public Relations Pertamina kepada wartawan yang mewakili medianya.

2. Konfrensi Pers, yaitu konfrensi pers yang dilakukan oleh Public Relations yang meliputi persiapan, proses maupun pasca konfrensi pers dengan para wartawan dari berbagai media massa.

3. Pengiriman Siaran Berita, yaitu bentuk publisitas yang berisi berita mengenai Pertamina yang dikirimkan kepada media dimana wartawan tersebut berasal. 4. Prasaji Media, yaitu suatu bentuk kegiatan yang mengundang media tempat

wartawan tersebut berasal, dimana kegiatan tersebut adalah kegiatan

launching atau pralaunching di Pertamina.

5. Makan Bersama Media – Manajemen, yaitu kegiatan makan bersama yang diadakan public relations dengan wartawan yang mewakili beberapa media massa.

(41)

tersebut berasal yang memuat bagaimana berita dan gambar itu akan muncul dalam surat kabar dimana wartawan berasal.

7. Piranti Media, yaitu piranti media (clip sheets) yang berisi lembaran siaran berita, foto, biografi dan lain-lain yang diberikan kepada wartawan ketika terjadi peristiwa khusus di Pertamina.

8. Jasa Penyebaran Publisitas, yaitu pembuatan dan penyebaran berita dan gambar dengan biaya rendah yang disebarkan kepada redaktur media dimana wartawan tersebut berasal.

b. Persepsi Wartawan

1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar,

intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai

arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengaktegorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi dan kompleks menjadi sederhana.

3. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi

c. Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin wartawan 2. Usia, yaitu usia wartawan

(42)

4. Gaji, yaitu besarnya gaji rata-rata perbulan yang diterima wartawan dari media tempatnya berkerja.

3. Lamanya menjadi wartawan, yaitu lama wartawan tersebut dalam menjalani profesinya sebagai wartawan.

4. Lama bekerjasama dengan media, yaitu lamanya wartawan telah berkerjasama dengan Pertamina melalui kegiatan media relations yang dilakukan oleh Public Relations Pertamina.

5. Latar Belakang Pendidikan, adalah latar belakang pendidikan akademis terakhir wartawan.

(43)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Public Relations

II.1.1) Pengertian Public Relations

Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan baik dan bermanfaat antara organisasi tersebut (Cutlip, Scoot M dkk, 2009:6). Sedangkan menurut Jefkins, public relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi sengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan saling pengertian (Jefkins, 2003: 10). Pertemuan asosiasi-asosiasi public relations seluruh dunia di Mexico City pada bulan Agustus 1978, menghasilkan pernyataan mengenai defenisi Public Relations sebagai berikut: “ praktik public relations adalah sebuah seni sekaligus ilmu social yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensinya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan khalayaknya.”

(44)

II.1.2) Fungsi Public Relations

Manajer atau pimpinan seharusnya menyadari bahwa tidak dapat menentukan strategi yang tepat bilaman tidak mendalami fungsi public relations karena public relations terlibat dan bersifat integrative dalam manajemen tempat karyawan berkerja. Maka perlu diketahui fungsi Public Relations (Rumanti, 2002:32) yaitu:

a. Edwin Emery dalam bukunya Introductions to Mass Communications menyatakan upaya yang terencana dan terorganisasi dari sebuah perusahaan atau lembaga yang menciptakan hubungan-hubungan yang saling bermanfaat dengan publiknya.

b. Pada dasarnya public relations adalah sebagai berikut:

1. kegiatan yang bertujuan memperoleh good will, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari public atau masyarakat pada umumnya.

2. memiliki sasaran untuk menciptakan opini public yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak.

3. unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan public, tetapi merupakan kekhasan organisasi. Sangat penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana yang kondusif dan menyenangkan, kinerja yang meningkat, dan produktivitas bisa dicapai secara optimal.

4. usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, internal atau eksternal melalui proses timbal balik, sekaligus menciptakan opini public sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi yang bersangkutan.

c. Kegiatan public relations haruslah dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan.

d. Sukses public relations dalam melaksanakan fungsinya merupakan keterlibatan seluruh individu dalam organisasi, masing-masing dalam tugasnya, mulai dari top dan staff manajemen sampai tingkat yang paling bawah dalam manajemen. Disini komunikasi dan kerjasama sangat vital dalam pencapaian tujuan public relations.

e. Public Relations haruslah dimulai dari masing-masing organisasi itu sendiri.

II.1.3) Syarat-syarat Public Relations

(45)

mutlak diperlukan. Berikut ini adalah enam kriteria yang merangkum keahlian seorang praktisi public relations yang baik, terlepas dari latarbelakang pribadinya (Jefkins, 2003: 24) yaitu:

a. Mampu Menghadapi Semua Orang Yang Memiliki Aneka Ragam Karakter Dengan baik. Itu berarti ia harus mampu dan mau berusaha untuk memahami serta terkadang bersikap toleran kepada setiap orang yang dihadapinya tanpa harus menjadi seorang penakut atau penjilat.

b. Mampu berkomunikasi dengan baik. Artinya, ia harus mampu menjelaskan segala sesuatu dengan jernih, jelas dan lugas, baik itu secara lisan maupun tulisan atau bahkan secara visual (misalnya melalui gambar atau foto-foto). c. Pandai mengorganisasikan segala sesuatu. Hal ini tentunya menuntut suatu

kemampuan perencanaan yang prima.

d. Memiliki integritas personal, baik didalam profesi maupun didalm kehidupan pribadinya.

e. Memiliki imajinasi. Artinya, daya kreatif yang cukup baik sehingga ia mampu membuat jurnal internal, menulis naskah untuk film dan video, menyusun rencana kampanye Public Relations yang rinci dan jelas, serta mampu mencari dan menemukan yang semula tak terbayangkan guna memecahkan berbagai masalah.

f. Kemampuan mencari tahu. Seorang praktisi public relations untuk memiliki akses informasi yang seluas-luasnya. Dalam hal ini, ia memang dituntut untuk menjadi seorang yang serba tahu.

g. Mampu melakukan penelitian dan mengevaluasi hasil-hasil dari suatu kampanye Public Relations, serta belajar dari hasil-hasil tersebut.

II.2 Media Relations

II.2.1) Pengertian Media Relations

Menurut Barbara Averil, “media relations hanyalah salah satu bagian dari Public Relations. Ketika public relations dapat menyusun pesan yang bukan saja diterima tetapi juga dipandang penting oleh media, maka public relations sudah membuat langkah besar menuju keberhasilan program perusahaan.

Menurut Lesly, media relations adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan media komunikasi untuk melakukan publisitas atau merespon kepentingan media terhadap organisasi (dalam Iriantara, 2005:28).

(46)

media komunikasi. Media komunikasi ini diperlukan karena menjadi sarana yang sangat penting dan efisien dalam berkomunikasi dengan publik. Agar komunikasi dengan publik tersebut dapat terpelihara, maka segala kepentingan media masssa terhadap organisasi mesti direspon oleh organisasi tersebut. Tujuannya adalah untuk keberhasilan program. Dalam pengertian media relations tersebut, bila diringkaskan kurang lebih bisa menjadi: mempromosikan organisasi melalui media massa.

Kedua, media relations itu pada dasarnya berkenaan dengan memberi informasi atau memberi tanggapan pada media pemberitaan atas nama organisasi atau klien. Karena berhubungan dengan media massa itulah, maka ada yang menyebutkan bahwa media relations itu merupakan fungsi khusus didalam satu kegiatan atau program public relations. Letak kekhususannya ada pada pelibatan media massa yang berada diluar kendali organisasi untuk bisa menopang pencapaian tujuan organisasi.

Komunikasi yang dikembangkan dalam praktik public relations adalah komunikasi dua arah. Komunikasinya bukan hanya dari organisasi kepada publik-publiknya melainkan juga sebaliknya. Dimensi baru dalam media relations bahwa

media relations bukan hanya untuk berkomunikasi dengan publik, tetapi juga

menggunakan media untuk mendengar dan mengikuti apa yang dikomunikasikan publik-publik organisasi kepada organisasi. Informasi yang datang dari publik pada organisasi itu bukan hanya umpan balik (feed back), tetapi juga pernyataan aspirasi, harapan atau keinginan, bahkan kritik.

Secara sederhana, bila digambarkan arus komunikasi dalam praktik media

(47)

Gambar 4

Arus Komunikasi dalam media relations

Sumber: Iriantara, 2005: 31

Gambar tersebut menyebutkan, organiasi menyampaikan informasi, gagasan atau citra melalui media massa kepada publik. Sedangkan public, bisa menyampaikan aspirasi, harapan dan keinginan atau informasi melalui media massa pada organisasi. Namun publik juga bisa menyampaikan secara langsung melalui saluran komunikasi yang tersedia antara publik dan organisasi.

Dengan demikian, media relations dapat diartikan sebagai bagian dari kegiatan eksternal publik relations yang membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dan publik (-publik)nya untuk mencapai tujuan organisasi.

Dikaitkan dengan implementasi konsep tanggung jawab social korporat, media

relations dikembangkan guna mewujudkan tanggung jawab korporat kepada warga

masyarakat secara keseluruhan. Organisasi sebagai warga Negara dan warga masyarakat, turut memikul tanggungjawab terhadap apa yang terjadi ditengah masyarakat (Iriantara, 2005: 29-33).

Media Massa

(48)

II.2.2) Praktik Media Relations

Kegiatan media relations sebagai salah satu kegiatan Publik Relations dilaksanakan melalui tahapan-tahapan dalam proses publik relations. Proses public relations itu mencakup penelitian, perumusan masalah, perencanaan aksi dan komunikasi serta evaluasi. Selanjutnya, tahapan-tahapan dalam proses media relations terdiri dari;

a. Perencanaan, yaitu usaha untuk mewujudkan segala sesuatu agar terjadi atau tidak terjadi pada masa depan yang terbagi atas jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

b. Implementasi, yaitu sebuah pelaksanaan program yang telah direncanakan sebelumnya yang melibatkan sumber daya manusia, metode atau teknik yang dilakukan dalam berkerja, dan bentuk pekerjaan yang harus dilakukan. Pada implementasi juga dilakukan dimonitoring untuk mengontrol dan mengendalikan pelaksanaan program tersebut.

c. Evaluasi, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan manakala suatu program/kegiatan publik relations sudah diselesaikan. Dalam evaluasi dilakukan penilaian aspek-aspek program/kegiatan yang memerlukan penyempurnaan dan perbaikan, bahkan evaluasi juga digunakan untuk memutuskan apakah suatu program /kegiatan dilanjutkan atau dihentikan (Iriantara, 2005: 45-67).

Berdasarkan uaraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses

media relations, public relations harus melalui serangkaian tahapan dimana antara

satu tahapan dengan tahapan lain merupakan suatu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini bertujuan agar kegiatan

media relations dapat berjalan dengan efektif mulai dari proses persiapan hingga

sampai pada hasil kegiatan.

II.2.3) Strategi Media Relations

(49)

relations. Beberapa strategi Public Relations dalam melakukan kegiatan media

relations adalah sebagai berikut;

a. Mengelola Relasi, yaitu suatu kegiatan agar organisasi dapat berkomunikasi dengan baik dengan publik – publiknya sekaligus mendengar suara dari publik-publiknya. Karena itu dalam konteks media relations sangat penting untuk menjaga relasi dengan media massa. Ukuran keberhasilan kegiatan Publik Relations seringkali didasarkan pada jumlah pemberitaan yang disiarkan media massa.

b. Mengembangkan Strategi, yaitu suatu kebijakan untuk mencapai tujuan yang kemudian dijabarkan kedalam sejumlah taktik untuk pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan dimana taktik-taktik tersebut pada dasarnya dikembangkan dengan menekankan pada tiga aspek yaitu organisasi, media, dan pesan yang disampaikan organisasi kepada publiknya.

c. Mengembangkan jaringan, yaitu bagian dari upaya untuk membangun hubungan yang baik dengan media massa. Salah satu kunci untuk kunci untuk membuka pintu jaringan relasi tersebut adalah dengan menjalin relasi dengan organisasi profesi kehumasan maupun profesi media massa atau organisasi profesi lain (Iriantara, 2005:77-94).

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi public relations didalam menjalankan fungsinya tidak semata-mata menjalin hubungan dengan media saja, namun tujuan sesungguhnya adalah menjalin komunikasi yang baik antara organisasi atau perusahaan terhadap publik.

II.2.4) Ajang Komunikasi dalam Media Relations

Menurut Moore, kegiatan media relations dapat terdiri dari beberapa kegiatan seperti: kontak pribadi, konferensi pers, pengiriman siaran berita, prasaji media,

makan bersama media – manajemen, lembar guntingan, piranti media, dan jasa

penyebaran publisitas (Moore, 2004:217).

a. Kontak Pribadi

(50)

b. Konferensi Pers

Pada kesempatan yang jarang terjadi, konferensi pers diatur oleh kepala Public Relations. Tujuannya adalah untuk memperoleh publisitas sehubungan dengan berita yang sangat penting, seperti pengenalan sebuah produk baru, pemogokan buruh, perubahan dalam manajemen, perluasan pabrik, perjanjian kerjasama, dan kecelakaan. Konferensi pers mungkin tidak perlu diadakan kecuali kalau suatu berita dianggap penting untuk dilakukan demikian, kemudian ditetapkan waktu pemberitaannya terjamin akan tersebar luas. Direktur utama atau wakil manajemen harus hadir untuk menyajikan pengumuman dan menjawab pertanyaan reporter.

c. Pengiriman Siaran Berita

Karena persyaratan redaksional surat kabar dan musim penyiaran beragam, maka publisitas dan gambar seharusnya hanya dikirimkan kepada para redaktur dan pengarah acara berita yang mau menggunakannya. Sebuah daftar harus disiapkan dan diklasifikasikan menurut jenis materi yang mungkin bisa menggunakannya; atau sebuah daftar umum dapat dibagi kedalam daftar materi pilihan. Daftar yang paling disukai terdiri dari media yang menggunakan publisitas kira-kira secara teratur; dan data sekunder akan terdiri dari media yang menggunakannya.

Daftar tersebut dapat saja dimasukkan kedalam kartu punch computer yang menunjukkan nama dan alamat media pemberitaan, nama para redaktur atau pengarah acara berita serta asistennya, nomor telepon, sirkulasi besarnya oplah, informasi khusus mengenai persyaratan redaksional, dan nomor kode klasifikasi, sehingga media tertentu dapat terisolir untuk release tertentu. d. Prasaji Media

Media massa perlu diundang untuk prasaji (preview) guna terjaminnya kerjasama ketika akan memperkenalkan model baru atau membuka pabrik baru dan fasilitas baru. Sehari sebelum pertunjukkan umum dimulai, media diberi suatu prasaji; petugas perusahaan menyambut kedatangan para insan per situ dan menjawab pertanyaan yang diajukan. Kepada mereka dibagikan lembaran siaran berita, foto dan piranti media yang menyajikan informasi selengkapnya mengenai produk baru dan fasilitas baru itu.

e. Makan Bersama Media – Manajemen

Makan bersama, biasanya makan siang, diatur sedemikian rupa sehingga para wakil media berkesempatan untuk berjumpa dengan wakil manajemen, guna mendengarkan perkembangan perusahaan dan melihat-lihar fasilitas. Makan siang antara media dan manajemen mungkin saja diadakan sebelum pertemuan para pemegang saham daerah atau pertemuan tahunan. Diundang pula para penulis bidang bisnis dan permodalan, para redaktu, penerbit, dan koresponden lokal dari majalah bisnis, untuk mendengarkan kemajuan perusahaan dan situasi keuangannya. Para pejabat perusahaan berbicara setelah makan siang. Pertanyaan-pertanyaan dijawab, dan sebuah film diputar untuk menunjukkan operasi perusahaan.

f. Lembar Guntingan

(51)

oleh bagian publisitas kepada para redaktur ruang susun huruf (composing

room) untuk ditata.

g. Piranti Media

Piranti media (media hits) berisi lembaran siaran berita, foto, biografi, dan lain-lain yang diproduksi dengan mimeograph dan disiapkan oleh bagian public relations dan disebarkan kepada media massa pada waktu terjadi peristiwa khusus, seperti hari peringatan, pembukaan pabrik, pengumuman pabrik baru, dan makan bersama pers-manajemen.

h. Jasa Penyebaran Publisitas

Jasa penyebaran publisitas bergiat dalam pembuatan dan penyebaran berita dan gambar dengan biaya rendah kepada para redaktur dan penulis dari majalah bisnis, surat kabar, serta siaran radio dan televisi. Jasa penyebaran publisitas yang terkemuka menangani persiapan, seleksi media, dan penyebaran publisitas untuk berbagai perusahaan.

Pada praktiknya, ajang komunikasi yang disebutkan diatas tidak seluruhnya dilakukan oleh semua public relations dalam suatu organisasi atau perusahaan. Namun ajang komunikasi diatas merupakan ajang komunikasi yang umum dilakukan oleh public relations dari organisasi atau perusahaan yang biasanya sudah mapan.

II.3 Wartawan Profesional

II.3.1) Profesionalisme Wartawan

(52)

II.3.2) Profesionalisme dalam pemberitaan

Menyebut Nama dan Identitas

Profesionalisme dalam pemberitaan ditunjukkan dengan kaidah-kaidah atau adab-adab yang harus diikuti wartawan dalam pemberitaan mereka dibidang hukum yang tercakup dalam Kode Etik Jurnalistik. Beberapa suratkabar dan majalah hanya menuliskan singkatan atau inisial nama dan identitas pelaku, tetapi surat kabar dan majalah lainnya dengan terang-terangan menuliskan namanya secara lengkap.

Bunyi pasal 7 Kode Etik Jurnalistik PWI menyebutkan, “wartawan Indonesia

dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran hukum dan

proses peradilan, harus menghormati asas praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur

dan penyajian yang berimbang.”

Menghormati asas praduga tak bersalah berarti wartawan wajib melindungi tersangka/tertuduh/terdakwa pelaku suatu tindak pidana dengan tidak menyebut nama dan identitasnya dengan jelas. Ini harus dilakukan sebelum ada putusan Pengadilan yang menyatakan kesalahan si pelaku dan putusan itu sudah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Yang lazim digunakan media adalah dengan menyebut nama pelaku hanya dengan inisialnya atau memuat fotonya dengan ditutup matanya atau hanya memperlihatkan foto bagian belakang pelaku saja.

Menyebut Nama dalam Kejahatan Susila

(53)

II.3.3) Perlindungan Terhadap Hak Pribadi

Menghormati Hak atas Privasi

Kaidah untuk melindungi hak atas privasi dalam profesi kewartawanan telah diatur dalam Kode Etik Jurnalistik, misalnya Kode Etik Jurnalistik Pasal 6 tertulis, “wartawan menghormati dan menjunjung tinggi kehidupan pribadi dengan tidak

menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta suara dan gambar) yang

merugikan nama baik atau perasaan susila seseorang, kecuali menyangkut

kepentingan umum.”. artinya, pemberitaan hendaknya tidak merendahkan atau

merugikan harkat-martabat, namun baik serta perasaan susila seseorang, kecuali perbuatan itu bisa berdampak negative bagi masyarakat.”.

Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia, prinsip hidup demikian barangkali masih asing. Tetapi dengan berkembangnya masyarakat yang semakin modern, kebutuhan hak atas privasi semakin nyata, terutama bagi pribadi-pribadi yang sering menjadi objek pemberitaan.

Sudut Berita yang Menyesatkan

Perlindungan terhadap hak pribadi untuk mendapatkan informasi yang benar juga harus diperhatikan dalam upaya wartawan mencari sudut atau angle berita – yaitu focus yang akan dijadikan tema berita. Tidak jarang, upaya dalam menemukan

angle yang tidak mudah sering menyeret wartawan kedalam penyimpangan

professional, yaitu mengembangkan tema-tema yang menyesatkan. Sehingga, setelah memilih angle yang menyesatkan itu, pengembangan berita pun membelok ke hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan permasalahan yang diliput.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Jenis Kelamin Responden
Tabel 4 Gaji Perbulan
Tabel 5 Lamanya Menjadi Wartawan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tim Penyusun Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Hasil pengumpulan data bahwa perencanaan program dibuat dari bawah ke atas ( buttom up ) yaitu puskesmas membuat rencana berdasarkan evaluasi program tahun sebelumnya

Berdasarkan informasi dari guru bimbingan konseling di MTs Wathoniyah Gintung Lor banyak siswa mengalami masalah penyesuaian diri, antara lain ditunjukkan dengan banyak siswa

terapi pada pasien hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSU dr Moewardi Surakarta', Thesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.. Pathophysiology: Concepts

terhadap perubahan laba dengan CAR sebagai variabel intervening.. perbankan yang disalurkan diharapkan dapat memberikan manfaat dan. tambahan informasi serta

Untuk dapat mengenali paper yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia maka kode program tersebut harus disesuaikan dengan cara menambahkan kata-kata

Pelanggan yang memiliki stereotip tertentu pada suatu negara akan memiliki citra pada produk atau merek yang dihasilkan oleh negara tersebut sehingga hal ini berpengaruh

• Plentiful natural resources, workers, wealth, and markets explain why Great Britain was the country where the Industrial Revolution began. 254) • The pace of industrialization