• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan metode pemberian tugas terhadap hasil belajar sejaran pada materi tradisi sejarah dalam Masyarakat indonesia masa pra aksara di SMA islam Cikal Harapan BSD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan metode pemberian tugas terhadap hasil belajar sejaran pada materi tradisi sejarah dalam Masyarakat indonesia masa pra aksara di SMA islam Cikal Harapan BSD"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBERIAN TUGAS (RESITASI) TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH PADA

MATERI TRADISI SEJARAH DALAM MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA DI SMA ISLAM CIKAL

HARAPAN BSD

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

Yati Musnayati

NIM: 107015002009

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH PADA MATERI TRADISI SEJARAH DALAM MASYARAKAT INDONESIA MASA PRAAKSARA

DI SMA ISLAM CIKAL HARAPAN BSD

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan IPS

(S.Pd)

Oleh:

Yati Musnayati 107015002009

Pembimbing

Drs, H. Nurochim, MM 1959 0715 1984 03 1003

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Terhadap Hasil Belajar Sejarah Pada Materi Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Pra Aksara Di SMA Islam Cikal Harapan BSD”, disusun oleh Yati Musnayati, NIM: 17015002009, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada hari Senin, 15 Agustus 2011 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Pendidikan IPS/Pendidikan Ekonomi).

Jakarta, 15 Agustus 2011 Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Drs. H. Nurochim, MM NIP: 1959 0715 1984 03 1003

Sekretaris Sidang (Sekretaris Jurusan)

Dr. Iwan Purwanto, M.Pd NIP: 19730424 200801 1 012

Penguji I

Dr. Iwan Purwanto, M.Pd NIP: 19730424 200801 1 012

Penguji II

Drs. A. Banadjid, MM ... ... NIP:19541224 198103 1004

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Yati Musnayati

NIM : 107015002009

Jurusan : Pendidikan IPS Angkatan tahun : 2007

Alamat : Kp. Tuis Rt/Rw 008/004 Desa Mekar Kondang Kec. Sukadiri Kab. Tangerang Banten 15530

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Terhadap Hasil Belajar Sejarah Pada Materi Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Indonesia Masa Praaksara di SMA Islam Cikal Harapan BSD” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan:

Nama : Drs. H. Nurochim, MM NIP : 1959 0715 1984 03 1003 Dosen Jurusan : Pendidikan IPS

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 06 Juni 2011 Yang menyatakan

(5)

ABSTRAK

YATI MUSNAYATI (107015002009). “Pengaruh Penggunaan Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Terhadap Hasil Belajar Sejarah pada Materi Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Indonesia Masa Pra Aksara di SMA Islam Cikal Harapan BSD”. Skripsi Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2011.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan siswa kelas X, mengenai penggunaan metode di SMA Islam Cikal Harapan BSD diketahui kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran sejarah. Untuk mengatasinya, peneliti menggunakan metode pemberian tugas (Resitasi). penelitian ini bertujuan untuk mengetahui begaimana penggunaan metode pemberian tugas (Resitasi) terhadap hasil belajar sejarah pada materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa praaksara. Siswa kelas X.I sebagai kelompok eksperimen (menggunakan metode pemberian tugas) dan kelas X.2 sebagai kelas kontrol (tanpa menggunakan metode pemberian tugas) di SMA Islam Cikal Harapan BSD.

Perbedaan perlakuan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menyebabkan perbedaan hasil belajar sejarah pada materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa praaksara, untuk kelompok eksperimen meningkat lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Adapun indikator keberhasilannya adalah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) Sejarah siswa kelas X indikator keberhasilannya adalah 70% sebesar 70.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes berupa pretes dan postes, serta nontes berupa hasil wawancara, dan observasi.

Berdasarkan Gain, nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen sebesar 0,63 dan lebih tinggi dibanding kelompok kontrol sebesar 0,52. Selain itu berdasarkan hasil uji “t” postes pada kedua kelompok menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai thitung postes = 2,14 > ttabel = 2, 06 (taraf signifikan 5%). Sedangkan

indikator keberhasilan nilai sejarah kedua kelompok telah mencapai KKM yang telah ditentukan sebesar 70, nilai rata-rata untuk kelompok eksperimen sebesar 81,07 lebih tinggi dari kelompok kontrol sebesar 70,36. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode pemberian tugas terhadap hasil belajar sejarah pada materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa praaksara di SMA Islam Cikal Harapan BSD. Ini berarti Hipotesis (Ha) diterima karena terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok.

(6)

ABSTRACT

YATI MUSNAYATI (107015002009). “Influence of using of Task Giving Method (recitation) to result of Study in History on the lesson Historic Tradition in Indonesia Society in the time of Pre Literacy (Pra Aksara) in SMA Islam Cikal Harapan BSD”. Thesis of the Department of IPS Edication, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, June 2011.

Based on interviews and observations of class X, about the using of the method in SMA Islam Cikal Harapan BSD, that the student of that class in the lesson of history was absolutely inactive. To solve the problem, the observer use the Task Giving Method (recitation), this observation aim to know how the using of Task Giving Method (recitation) and its effect to the result of the history study in the material of Historic Tradition in Indonesia Society in the time of Pre Literacy (Pra Aksara). This class distributed in two classes, the first (X1) will be positioned as the experiment class (that using Task Giving Method, and the other (X2) as the control class (without using Task Giving Method) in SMA Islam Cikal harapan BSD.

Different treatment of these two class cause different result of the history study on the lesson Historic Tradition in Indonesia Society in the time of Pre Literacy (Pra Aksara). The first class (experiment class) grow highest than control class. The indicator of this successful in the value of KKM (exhaustiveness Minimum Criteria) of the history student is 70%=70.

The method used in this research is experimental research method. Using test instrument, include pre-test and post-test, this observation emphasis to the result of interviews and observations.

Based on gain, the average value of the experiment class about 0.63 and this is higher than control class which is 0.52. Besides that, the result of“t” post-test to these two class indicate significant differences between experiment class and control class with the value of “tcount ” post-test = 2.14> ttable =2, 06

(significant level at 5%). While, history study success indicator of these two reach KKM that determined in 70, the average value of the experiment class is 81.07, its higher than control class which is 70.36. This result indicate that there are influence of the using of Task Giving Method of Study in History on the lesson Historic Tradition in Indonesia Society in the time of Pre Literacy in SMA Islam Cikal Harapan BSD. This means that Hypothesis (Ha) being accepted because there are significant differences between these two.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunianya kepada penulis, maka selesailah skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Terhadap Hasil Belajar Sejarah pada Materi Tradisi Sejarah dalam Masyarakat Indonesia Masa Praaksara di SMA Islam Cikal Harapan BSD”, dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu dicurahkan kepada junjungan umat manusia, pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam, Nabi Muhammad SAW, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis telah dapat menyeleseikan skripsi ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Adapun keberhasilan penulis dalam menyeleseikan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis patut mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua Ayahanda (H. Munir) dan Ibunda tercinta (HJ. Juju Jumiyati) yang telah mendidik, mengajar dan memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melangkah lebih jauh, menyeleseikan skripsi tepat pada waktunya, yang selalu berdoa dalam setiap hela napas dan sujudnya, yang selalu membanggakan dan mendukung penulis mempunyai kepercayaan diri yang sangat tinggi serta optimis dalam menjalani hidup. 2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

4. Bapak Iwan Purwanto, M. Pd, Sekertaris Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh Dosen, staff, dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan perkuliahan

6. Seluruh staff Perpustakaan UIN dan Perpustakaan FITK yang telah mempermudah penulis dalam mencari referensi.

7. Seluruh staff SMA Islam Cikal Harapan BSD khususnya ibu Kepala Sekolah Diana Ismail, S.Pd, dan seluruh siswa-siswi, yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data tentang skripsi ini.

8. Adik-adikku tersayang (HJ. Umun Muhimah, Ahmad Fahru Roji Hasania, Aef Bahrul Husni Mubarok) yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya teman-teman Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan sahabat kotsan, yang telah banyak memberikan pengalaman kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kebersamaan.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umunya.

Jakarta, 06 Juni 2011

(9)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka... 7

1. Hasil Belajar... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Tipe– tipe Belajar... 8

c. Pengertian Hasil Belajar... 9

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 12

e. Macam-macam Pengukuran Hasil Belajar... 14

2. Pengertian Metode Belajar... 16

3. Metode Pemberian Tugas... 18

a. Pengertian Metode Pemberian Tugas... 18

b. Langkah-langkah Pemberian Tugas ... 21

c. Fase-fase Pemberian Tugas... 22

d. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas .. 23

e. Manfaat Metode Pemberian Tugas ... 25

f. Saran-saran dalam menggunakan Metode Pemberian Tugas ... 25

4. Sejarah... 27

a. Pengertian Sejarah... 27

(10)

c. Fungsi Sejarah... 30

d. Karakteristik dan kedudukan ilmu sejarah... 30

B. Kerangka Berfikir... 32

C. Perumusan hipotesis... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

1. Tempat Penelitian ... 34

2. Waktu Pelaksanaan ... 34

B. Metode dan Desain Intervensi Penelitian... 34

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 36

1. Populasi ... 36

2. Sampel... 36

D. Operasional Variabel... 36

E. Teknik Pengumpulan Data... 36

F. Instrumen Penelitian... 37

G. Validitas isi ... 39

H. Analisa Data ... 40

1. Pengujian Persyaratan Analisis ... 40

a. Uji Normalitas... 41

b. Uji Homogenitas ... 41

2. Analisis Data Aspek Kognitif ... 42

3. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 42

I. Hipotesis Statistik ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA ISLAM CIKAL HARAPAN BSD... 45

1. Profil Sekolah... 45

2. Latar Belakang Sekolah ... 46

3. Visi dan Misi SMA ISLAM CIKAL HARAPAN BSD ... 48

(11)

5. Dana Sekolah ... 49

6. Keadaan Guru dan Siswa ... 49

7. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 51

B. Deskripsi Data... 52

1. Deskripsi data kelompok eksperimen ... 52

a. Data pretes... 52

b. Data postes ... 54

2. Deskripsi data kelompok kontrol ... 57

a. Data pretes... 57

b. Data postes ... 58

C. Hasil Belajar Sejarah... 60

D. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 62

1. Uji Normalitas... 62

2. Uji Homogenitas ... 63

E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan... 64

F. Analisis dan Interpretasi Data ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rancangan Penelitian ... 35

Tabel 2 Kisi-Kisi Instrument Tes Hasil Belajar ... 38

Tabel 3 Daftar Nama Guru SMA Islam Cikal Harapan I BSD... 49

Tabel 4 Perincian Jumlah Siswa SMA Islam Cika Harapan BSD 3 (tiga) Tahun terakhir: ... 50

Tabel 5 Ruang Penunjang Belajar Siswa SMA Islam Cikal Harapan BSD ... 51

Tabel 6.1 Deskripsi Data Pretes Kelompok Eksperimen ... 53

Tabel 6.2 Konversi Skor ... 53

Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Pretes kelompok eksperimen ... 54

Tabel 6.4 Deskripsi Data Postes Kelompok Eksperimen... 55

Tabel 6.5 Distribusi Frekuensi Postes kelompok eksperimen... 56

Tabel 6.6 Deskripsi Data Pretes Kelompok Kontrol... 57

Tabel 6.7 Distribusi Frekuensi Pretes kelompok Kontrol ... 57

Tabel 6.8 Deskripsi Data Postes Kelompok Kontrol ... 59

Tabel 6.9 Distribusi Frekuensi Postes kelompok Kontrol... 59

Tabel 6.10 Hasil Belajar Sejarah Pada Materi Prinsip Dasar Ilmu Sejarah Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 60

Tabel 6.11 Hasil perhitungan Rata-rata Pretest, Postest, dan Selisih, yang menggunakan Metode Pemberian Tugas (Resitasi) dan Tidak Menggunakan Metode Pemberian Tugas (Resitasi). ... 61

Tabel 6.12 Hasil Perhitungan Uji Normalitas tes Kemampuan kelas Eksperimen... 62

Tabel 6.13 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Tes Kemampuan Kelas Kontrol ... 63

Tabel 6.14 Perhitungan uji homogenitas... 63

Tabel 6.15 Pengujian Hipotesis dengan “t” : test... 64

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Histogram Frekuensi Hasil Pretes Kelompok Eksperimen... 54

Gambar 6.2 Histogram Frekuensi Hasil Postes Kelompok Eksperimen ... 56

Gambar 6.3 Histogram Frekuensi Hasil Pretes Kelompok Kontrol... 58

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Eksperimen Lampiran 2 RPP Kontrol

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Lampiran 4 Soal

Lampiran 5 Kunci Jawaban Uji coba Soal

Lampiran 6 Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal Lampiran 7 Uji Normalitas dan Homogenitas Lampiran 8 Data Hasil Belajar Siswa

Lampiran 9 Pedoman Wawancara Siswa Lampiran 10 Lembar Observasi Siswa

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk dinamis, bukan makhluk yang statis. Sebagai makhluk yang dinamis, manusia terus-menerus berada di dalam proses menjadi to be, manusia memerlukan kebebasan. Hanya dengan kebebasan, manusia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk menjadi dewasa. Tujuan pendidikan kita mengantarkan anak didik menjadi manusia dewasa, yakni manusia yang mampu berpikir dan melakukan tindakan atas pilihannya sendiri.

Pendidikan merupakan suatu usaha secara sengaja dan terencana yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik baik dalam bentuk arahan, bimbingan maupun motivasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Selain itu pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan merupakan kegiatan mengajar yang berlangsung secara terus menerus. Kegiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Pengertian pendidikan yang terdapat dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, Ayat 1, yang menyebutkan bahwa:

(16)

mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1

Pendidikan dapat dilakukan dimana saja tidak mengenal ruang, tempat dan waktu, serta dapatdilakukan oleh siapa saja, karena pada dasarnya pendidikan merupakan pemberian pengetahuan dan bimbingan dari orang yang lebih dewasa

kepada orang yang lebih muda. Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pembelajaran. Karena itu, inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pembelajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara atkif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi keilmuan. “Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai”.2

Seiring dengan kemajuan zaman, pengetahuan semakin berkembang. Suatu negara bisa lebih maju jika negara tersebut memiliki sumber daya manusia yang mengetahui berbagai ilmu pengetahuan disamping itu juga studi sosial lebih menekankan pengetahuan sejarah menjadi sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak ada masyarakat di dunia ini yang tidak mengenal sejarah, walaupun tidak semuanya mengetahui bagaimana kehidupan bangsa atau masyarakatnya terdahulu. Hal ini disebabkan kurangnya peninggalan-peninggalan tertulis yang ditinggalkan oleh masyarakat terdahulu yang sampai kepada generasi berikutnya.

Sejarah telah menjadi suatu pengetahuan yang penting dalam kehidupan suatu bangsa atau suatu Negara. Dengan mempelajari sejarah, kita akan mendapat gambaran tentang kehidupan masyarakat di masa lampau atau mengetahui peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang terjadi di masa lampau. Peristiwa maupun kejadian yang terjadi di masa lampau itu dapat di

1

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SIKDISNAS BAB I Pasal I, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 72

2

(17)

jadikan sebagai suatu pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan sejarah ini. Sedangkan perkembangan ilmu sejarah akan terjadi bila disertai dengan peningkatan mutu pendidikan Ilmu sejarah. Mutu pendidikan ilmu sejarah dipengaruhi oleh kualitas proses belajar-mengajar yang mana ditentukan oleh peran guru dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Agar kualitas belajar siswa baik, salah satu peran guru adalah menciptakan kondisi yang mengarahkan siswa agar mau belajar dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar. Metode mengajar merupakan bagian dari strategi mengajar, dimana metode mengajar berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan mmeberikan latihan kepada siswa unutk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode mengajar sesuai digunakan untuk mencapai tujuan intruksional tertentu. Banyak metode intruksional yang dapat digunakan dalam menyajikan pelajaran kepada siswa, sperti metode ceramah, metode diskusi, metode karya wisata, metode demonstrasi, metode simulasi, metode prakitkum, metode seminar, dan metode pemberian tugas atauresitasi dan lain-lain. “Masing-masing metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan”.3

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa pada pokok bahasan sejarah diharapkan setelah mempelajari pokok bahasan ini, siswa mampu menjelaskan perkembangan sejarah dan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari dalam memenuhui kebutuhan serta penerapannya. Untuk mempelajari sejarah ini diperlukan keterlibatan siswa secara aktif selama kegiatan belajar mengajar dengan cara tanya jawab baik antar siswa dan guru atau dengan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari, sejarah sulit dipahami jika hanya diberi penjelasan saja tanpa diberikan tugas. Oleh karena itu agar siswa dapat memahami sejarah dan tercapainya tujuan

3

(18)

pembelajaran yang dilaksanakan dalam situasi kehidupan nyata. maka tidak cukup hanya dengan metode ceramah atau teacher centered (berpusat pada guru), tetapi harus juga dikembangkan metode pembelajaran yang membantu siswa untuk lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit salah satunya yaitu, penyajian pelajaran sejarah dengan metode pemberian tugas (resitasi). Tugas yang diberikan kepada siswa dapat dikerjakan di sekolah dan di rumah, serta bisa juga dikerjakan pada waktu luang. Dengan menggunakan metode pemberian tugas tersebut siswa diharapkan dapat turut aktif dalam proses belajar mengajar dan dapat memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif dan efisien. Bila memanfaatkan waktu yang tersedia di sekolah saja, maka tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran yang harus diseleseikan seperti tercantum dalam kurikulum. Hal ini disebabkan oleh padatnya kegiatan pendidikan dalam usaha menigkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran. Dengan metode pelajaran tersebut siswa dapat lebih giat belajar dan memperdalam penguasaan materi pembelajaran serta terbiasa mengisi waktu luang di luar jam pelajaran.

Dengan melihat latar belakang di atas, maka peneliti melihat masalah tersebut untuk perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang efektif guna meningkatkan hasil belajar peserta didik. Salah satu solusinya yaitu dengan menggunakan satu metode pembelajaran yang membuat peserta didik lebih mudah memahami materi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan “Pengaruh Penggunaan Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Terhadap Hasil Belajar Sejarah Pada Materi Tradisi Sejarah Dalam Masyarakat Indonesia Masa Praaksaradi SMA ISLAM CIKAL HARAPAN BSD”.

B. Identifikasi Masalah

(19)

1. Belum diketahui tingkat hasil belajar sejarah di SMA Islam Cikal Harapan BSD (Bumi Serpong Damai).

2. Belum diketahui Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar sejarah di SMA Islam Cikal Harapan BSD.

3. Metode pembelajaran di SMA Islam Cikal Harapan BSD kurang membangkitkan keaktifan siswa dalam pelajaran Sejarah.

4. Belum diketahui metode pemberian tugas (resitasi) dapat meningkatkan hasil belajar Sejarah di SMA Islam Cikal Harpan BSD.

C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan metode Pemberian Tugas (resitasi) terhadap hasil belajar Sejarah. Batasan-batasan masalahanya adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan metode Pemberian Tugas (resitasi)dalam meningkatkan hasil belajar sejarah pada materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa praakasara di SMA Islam Cikal Harapan BSD.

2. Pengaruh penggunaan metode pemberian tugas (Resitasi) dapat meningkatkan Hasil belajar sejarah pada materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa prakasara di SMA Islam Cikal Harapan BSD.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penggunaan metode pemberian tugas (resitasi) dalam meningkatkan hasil belajar sejarah pada materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa praakasara di SMA Islam Cikal Harapan BSD?

(20)

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penggunaan metode pemberian tugas (resitasi) dalam meningkatkan hasil belajar sejarah pada materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa praaksara di SMA Islma Cikal Harapan BSD. 2. Untuk mengetahui ada dan tidaknya pengaruh penggunaan metode

pemberian tugas (Resitasi) terhadap hasil belajar sejarah pada materi tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa praaksara di SMA Islam Cikal Harapan BSD.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi pihak-pihak yang terkait yaitu:

1. Sebagai informasi bagi pihak sekolah dalam memilih metode pembeljaran yang tepat sesuia dengan kemampuan anak didiknya dan situasi serta pada lingkungannya.

2. FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai lembaga pendidikan bagi calon guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam upaya meningkatkan kualitas para lulusannya. 3. Bagi guru yang terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam perencanaan pengajaran khususnya dalam menentukan dan mengkombinasikan metode mengajar yang tepat untuk pengajaran mata pelajaran sejarah.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR,

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kewajiban bagi setiap manusia, karena sebagai makhluk sosial dan berbudaya memerlukan perkembangan yang baik antara dirinya dan lingkungannya. Sehingga dengan belajar manusia dapat mengembangkan dirinya. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”4. Sedangkan menurut Zikri Neni Iska menyebutkan “Belajar merupakan perubahan yang secara umum berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman”.5

4

Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono,Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. I, h. 121

5

(22)

Menurut pengertian di atas, Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan yang meliputi jiwa dan raga seseorang dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Belajar bukan sekedar menghafal atau mengembangkan kemampuan intetlektual, akan tetapi mengembangkan setiap aspek, baik kemampuan kognitif, sikap, emosi, kebiasaan.

Hasil belajar bukan suatu penguasaan terhadap hasil latihan atau suatu tes melainkan perubahan dalam perilaku. perubahan tingkah laku seseorang sebagai akibat dari pengalaman yang ia dapat melalui penglihatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Pengalaman haruslah fleksibel dan tidak kaku, serta perlu menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan kea rah kedewasaan

b. Tipe– tipe Belajar

Dalam bukuThe Condition of LearningGagne mengemukakan delapan tipe belajar, yang membentuk suatu hierarki dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu:

1) Belajar tanda-tanda atausignal learning.Individu belajar mengenal dan memberi respon kepada tanda-tanda.

2) Belajar perangsang-jawaban atau stimulus-respons learning. Belajar ini merupakan upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban.

3) Rantai perbuatan atau chaining. Individu belajar melakukan rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan.

4) Hubungan verbal atau verbal association. Hubungan verbal berbentuk hubungan bahasa.

5) Belajar membedakan ataudiscrimination learning.Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda dengan yang lainnya.

(23)

7) Belajar aturan-aturan atau rule learning. Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di rumah ataupun aturan-aturan perdagangan, pemerintahan bahkan ilmu pengetahuan.

8) Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning.Dalam kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus dipecahkan.6

Dari beberapa tipe-tipe belajar di atas, pada hakikatnya sama bahwa belajar adalah memberikan pandangan tentang bagaimana usaha mengaktifkan berfikir kepada tanda-tanda atau signa learning, bereaksi, dan berbuat terhadap suatu objek yang dipelajari sehingga timbul suatu pengalaman baru dalam diri seseorang.

c. Pengertian Hasil Belajar

Aktifitas yang dirancang dan dilakukan seseorang merupakan proses belajar, maka sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, dan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Alisuf Sabri, “hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif)”.7

Sudjana mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.8 Dengan demikian hasil belajar mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan mental setiap siswa.

Menurut Dimyati: “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,

6

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan.(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993), h. 68-71.

7

Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan,(Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet. 3, h. 55

8

(24)

“hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses

belajar”.9

Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie” dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Dalam literature, prestasi selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert M. Gagne dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.

Hasil belajar menurut Bloom ada tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif.

Menurut Damriani, “hasil belajar bukti dari usaha yang telah dilakukan dalam kegiatan balajar mengajar diperoleh siswa dari proses belajarnya”.10 Dengan demikian perilaku belajar seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap sesuatu yang diperoleh yang kemudian dapat diketahui malalui tes dan pada akhirnya memunculkan hasil belajar dalam bentuk riil.

Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang diadakan, evaluasi atau penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan informasi tentang siswa, baik kemampuan penguasaan, sikap maupun keterampilan. Hal ini dapat digunakan sebagai balikan yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar siswa. Adapun pengertian dari bahan evaluasi adalah suatu bahan yang

9

Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h. 3

10

(25)

terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan.11

“Hasil belajar merupakan realisasi dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.12 Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dengan melakukan organisasi dalam struktur kognitifnya sehingga orang dapat memahami dan mencapai pemahaman dan pengetahuan konsep pembelajaran. Hasil ini sesuai dan ditegaskan oleh Sudjana yang mengatakan bahwa kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah ia mengalami pengalaman belajar ada hasil belajar.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang berciri sebagai berikut:

1. Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa

2. Menambah keyakinan akan kemampuan siswa 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna dengan dirinya

4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif)

5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengandalkan dirinya, terutama dalam minat hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengandalkan proses dan usaha belajarnya.13

Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Proses belajar yang baik memungkinkan hasil belajar yang baik pula. “hasil

belajar bukanlah suatu hasil latihan, melainkan suatu perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kogitif, afektif dan psikomotorik”.14

11

Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswin Zain,Strategi Belajar Mengajar,…..h, 131

12

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003). h. 120

13

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001). h. 56-57

14

(26)

Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut yakni penilaian terhadap penguasaan materi akademik (kognitif), hasil belajar (afektif) dan aplikasi (psikomotor).

Ali Imron juga menjelaskan tentang hasil belajar, bahwa hasil belajar relatif menetap dan tidak berubah-ubah. Perubahan tingkah laku yang sifatnya tidak relatif menetap, bukanlah karena belajar. Hanya perubahan-perubahan tertentu saja yang memenuhi syarat untuk disebut hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah suatu perubahan ke arah yang lebih baik sebagai akibat dari suatu proses perubahan dalam diri, dimana perubahan itu terjadi pada perubahan intelektual, perubahan pribadi siswa maupun perubahan dalam pengetahuan terutama penguasaan materi. Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau beberapa aspeknya.

Jadi kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar. Sedangkan perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar. Dengan demikian belajar menyangkut proses belajar dan hasil belajar.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam mencapai hasil belajar. Menurut Zikri Neni Iska dalam bukunya dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan secara umum menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:

1. Faktor internal (dalam), yakni aspek fisiologi dan aspek psikologi. 2. Faktor eksternal (luar) terdiri atas dua macam yaitu:

(27)

b. “Instrumental yang terdiri dari kurikulum, tenaga pendidik, sarana prasarana sekolah, dan peralatan belajar”.15

Yang dimaksud dengan faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang melalui aspek fisiologi dan aspek psikologi. Yang termasuk ke dalam aspek fisiologi yaitu kesehatan jasmani, keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif. Seorang murid yang sering sakit biasanya mengalami kesulitan tertentu dalam belajar; misalnya cepat lelah, tidak bisa berkonsentrasi, merasa malas dan sebgaianya. Dengan demikian sehat dan tidaknya jasmani seorang murid dapat mempengaruhi prestasi belajaranya.

Faktor internal yang kedua adalah faktor psikologi. Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor yang menyangkut psikologi dapat di uraikan sebagai berikut:

1) Kecerdasan, merupakan salah satu aspek penting, dan asangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensial ia dapat mencapai prestasi yang tinggi

2) Bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar, akan menjadi kecakapan yang nyata. Setiap murid mempunyai bakat yang berbeda anatar yang satu denagn yang lain.

3) Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinu baik

15

(28)

secara sadar maupun tidak pada obyek tertentu, biasanya dapat membangkitkan miant pada obyek tersebut.

4) Motif merupakan dorongan yang mendaari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Dalam belajar hendaknya murid mempunyai motif belajar yang kuat. Hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Bila motif tersebut makin berkurang, maka berkurang pulalah usaha dan kegiatan serta kemungkinan untuk mencapai prestasi yang tinggi.

Selain faktor-faktor ynag mempengaruhi hasil belajar di atas Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono menambahkan “bahwa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor stimuli belajar, metode belajar, dan faktor individual”.16

Jadi menurut uraian di atas faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor eksternal yaitu adanya stimuli belajar, metode belajar, dan faktor internal yaitu faktor yang berada dalam diri individu seseorang yang meliputi psikologis dan fisiologis.

e. Macam-macam Pengukuran Hasil Belajar

Hasil belajar dapat diketahui melalui proses penilaian, penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu. Penilaian tidak hanya pada penguasaan materi tetapi seorang pendidik harus mampu memberikan penilaian terhadap ranah afektif, dan psikomotorik siswa, berikut uraian macam-macam mengukur hasil belajar:

1) Penilaian kognitif atau penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci utama. Ranah

16

(29)

kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan mental atau otak.

2) Penilaian afektif berkaitan dengan sikap dan nilai, beorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode.

3) Penilain psikomotorik yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak seseorang menerima pengalaman belajar tertentu

Berdasarkan uraian di atas macam-macam penilaian terhadap hasil belajar ada tiga yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk mengukur ketiga domain tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya melalaui pengukuran secara tertulis, pengukuran secara lisan, pengukuran secara observasi.

Setiap pengukuran, baik melalui prosedur tertulis, lisan, maupun observasi memerlukan alat ukur tertentu yang tetap. Alat ukur dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar yakni test dan bukan test. Yang termasuk kedalam alat ukur tes adalah lisan, tulisan, tindakan, sedangkan yang termasuk ke dalam bukan tes adalah observasi, wawancara, studi kasus, skala (sikap, minat)

Tes adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus dijawab oleh siswa dengan menggunakan alternative jawaban dan pengetahuan-pengetahuan serta kemampuan penalarannya.

(30)

Selain alat ukur yang digunakan dalam pengukuran hasil belajar ada juga jenis dan sistem penilaian, yaitu sebagi berikut:

a. Penilain formatif adalah penialian yang dilakukan pada akhir proses belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasiln proses belajar mengajar itu sendiri, dengan harapan seorang pendidik dapat memperbaiki sistem pengajarannya.

b. Penilain sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada akhir unit pembelajaran, seperti pada ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ujiana akhir sekolah.

c. Penilaian diagnosis adalah penilaian dengan tujuan untuk dapat melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. d. Penilaian penempatan adalah penilaian dengan tujuan untuk

mengetahui kesiapan siswa dalam menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.17

Beradasarkan uraian di atas ada beberapa jenis dan sistem penilaian yang digunakan dalam mengukur hasil belajar dengan tujuan agar guru dapat mengetahui tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Pengertian Metode Belajar

Metode mengajar adalah salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar mengajar karena penggunaan metode yang tepat akan turut menetukan efektivitas dan efisiensi pembelajara. Metode mengajar menurut Muhibbin Syah “yaitu metode secara harfiah berarti cara”18.

“Metode mengajar adalah cara mengajar yang dilakuakn oleh guru

atau instruktur ketika menyampaikan bahan ajar atau materi pelajaran”.19 Metode pembelajaran yang dimaksudkan sebagai cara atau strategi yang digunakan guru unutk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks transfer of knowledge dan transfer of values. “Metode tersebut, membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran

17

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), cet. III. h. 5

18

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendeketan Baru, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2003), cet. VIII, h. 201

19

(31)

sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal”.20 Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas metode mengajar adalah suatau pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang pengajar atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai pengajar untuk mengajar atau mneyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok atau klasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan.

Dalam setiap inetraksi belajar mengajar, metode mengajar dipandang sebagai salah satu komponen yang ada di dalamnya yang mana komponen yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Metode mengajar sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran yang hendak dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar semakin berhasilah pencapian tujuan. Kiranya dapatlah dikatakan bahwa metode yang tepat untuk salah salah satu tujuan pengajaran atau bahan pengajaran belum tentu tepat untuk tujuan dan bahan pengajaran yang berbeda. Sehingga pemilihan metode mengajar merupakan spesifik pada interaksi belajar mengajar tertentu.

Setiap guru harus memiliki keterampilan dalam memilih metode mengajar yang tepat digunakan ketika menyampaikan bahan ajar. Perlu diingat Metode dan teknik dapat dibedakan berdasarkan kemungkinan luasnya penggunaan cara penyajian bahan atau pengorganisasian kegiatan belajar mengajar. Kalau cara tersebut hanya cocok untuk bidang studi atau bagian tertentu yang spesifik, disebut teknik, sedangkan kalau dapat dipergunakan dalam berbagai konteks bidang studi, disebut metode.

20

(32)

Adapun untuk memilih metode yang sesuai dengan pembelajarn siswa harus memperhatikan beberapa kriteria pemilihan metode, yaitu sebagai berikut:

1) Tujuan pengajaran.

2) Materi pengajaran, yaitu bahan ajar yang akan disajikan dalam pengajaran.

3) Jumlah siswa yang ada pada suatu kelas.

4) Kemampuan siswa, yaitu kemampuan siswa untuk menangkap dan memperkembangkan materi pelajaran yang telah diajarkan.

5) Kemampuan pendidik. 6) Fasilitas yang tersedia. 7) Waktu yang tersedia.21

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode digunakan sebagai suatu cara dalam menyampaikan suatu pesan atau materi pelajaran kepada anak didik. Semakin baik pemilihan metode mengajar yang sesuai denagn tujuan yang ingin dicapai semakin baik pula hasil belajar yang akan dicapai. Hal ini menunjukan guru atau pendidik dapat memilih metode yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai maka tujuan itu akan lebih mudah dicapai.

3. Metode Pemberian Tugas

a. Pengertian Metode Pemberian Tugas

“Metode pemberian tugas adalah penyajian bahan di mana guru

memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”.22 Masalahnya tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah, laboraturium, perpustakaan, rumah siswa, atau dimana saja asal itu dapat dikerjakan. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang

21

Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswin Zain,Strategi Belajar Mengajar,….. h. 76-81

22

(33)

seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya.

Metode pemberian tugas menurut Slameto “adalah cara

penyajian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggung jawabkan (dilaporkan) kepada guru atau instruktur”.23

Berdasarkan teori di atas metode pemberian tugas atauresitasi adalah metode mengajar dengan cara memberikan sejumlah tugas terstruktur pada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran sekolah. Dalam prakteknya, siswa dapat mengerjakan tugas tersebut di perpustakaan, laboratorium, dan tempat-tempat belajar lainnya sesuai dengan tugas yang diberikan.

Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dilakukan di rumah, sekolah, perpustakaan, dan di tempat lainnya. Metode tugas merangsang anak aktif belajar baik secara individual, atau dapat pula secara kelompok. Perbedaan metode resitasi dengan pekerjaan rumah biasa adalah terletak pada perencanaan dan sistem penilaiannya, adalah sebagai berikut:

1) Tugas pada metode resitasi sudah direncanakan sebelumnya, sehingga terstruktur dan cara penilaiannya pun sudah di tentukan. 2) Tugas pada pekerjaan rumah biasa, seringkali bersifat spontan dan

tidak selalu ada penilaian karena hanya bersifat spontan dan tidak selalu ada penilaian karena hanya bersifat latihan di rumah untuk siswa.24

23

Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet 1, h. 115

24

(34)

Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan metode pemberian tugas adalah metode yang dipergunakan oleh guru dalam mengajar dengan tujuan agar siswa lebih giat dalam belajar karena tugas yang diberikan melalui metode pemberian tugas dapat dilaksanakan tidak hanya disekolah tetapi juga diluar sekolah, seperti: perpustakaan, laboraturium, rumah dan tempat lain yang dapat mempermudah siswa dalam melaksanakan tugas tersebut.

Metode tugas belajar atauresitasi dapat dipergunakan apabila: 1) Suatu pokok bahasan tertentu yang membutuhkan latihan atau

pemecahan yang lebih banyak di luar jam pelajaran yang melibatkan beberapa sumber belajar.

2) Ruang lingkup bahan pengajaran terlalu luas, sedangkan waktu terbatas.

3) Suatu pekerjaan yang menyita waktu banyak, sehingga tidak mungkin dapat diselesaikan hanya melalui jam pelajaran disekolah. 4) Apabila guru berhalangan untuk melaksanakan pengajaran, sedangkan tugas yang harus disampaikan murid sangat banyak. Untuk itulah maka pemberian tugas patut diberikan kepada siswa dengan bimbingan guru lain yang mneguasai bahan pengajaran yang dipegang oleh guru yang berhalangan tadi.25

5) “Ingin memupuk minat dan rasa tanggung jawab siswa”.26

Jadi, metode pemberian tugas dapat digunakan jika materi pembelajaran terlalu luas dan membutuhkan pemecahan yang lebih banyak yang memakan waktu di luar jam sekolah, dan metode pmeberian tugas juga dapat digunakan apabila guru berhalangan datang ke sekolah untuk melaksanakan pengajaran dengan memberikan tugas kepada siswa melalui guru yang lain yang menguasai materi tersebut, setelah tugas di kumpulkan pada pertemuan beirikutnya guru harus mengevaluasi tugas tersebut dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugasnya.

25

Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Bealajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasionla, 1993), cet. I, h. 161

26

(35)

b. Langkah-langkah Pemberian Tugas

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalm pelaksanaan metodeResitasi adalah sebagi berikut:

1) Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan.

Tugas harus direncanakn jelas dan sistematis, terutama tujuan penugasan dan cara penegrjaannya. Sebaiknya tujuan penugasan dikomunikasikan kepada peserta didik agar tahu arah tugas yang dikerjakan.

2) Pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan metode Resitasi itu telah tepat dapat mencapai tujuan yang telah anda rumuskan. 3) Tugas yang diberikan harus dapat dipahami peserta didik, kapan

mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu atau kelompok. Hal tersebut sangat menentukan efektivitas penggunaan metode penugasan dalam pembelajaran.

4) Perlu menetapkan bentuk penugasan yang akan dilaksanakan, sehingga siswa pasti mengerjakannya, karena bentuknya telah pasti.

5) Perlu diupayakan guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik.

6) Menyiapkan alat evaluasi, sehingga setelah Resitasi selesei dilaporkan di depan kelas, atau didiskusikan atau untuk Tanya jawab, maka guru segera mengevaluasi hasil kerja siswa itu.27

Menurut Lily Budiardjo ada tiga hal yang diperhatikan dalam pemberian tugas. Hal ini berguna bagi guru dalam menentukan tugas yang diberikan kepada siswa, yaitu:

1) Sistematika Tugas

Dalam pemberian tugas, penting sekali dilakukan analisis tugas sehingga tiap tugas yang diberikan telah memiliki dasar keterampilan awal yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan tugas. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah siswa dari kegagalan atau frustasi.

2) Relevansi Tugas

Tugas disebut relevansi bila bermanfaat bagi siswa dan sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, dan daya imajinasi siswa. 3) Waktu untuk menyelesaikan Tugas

Dalam menentukan jumlah waktu untuk menyelesaikan tugas, guru perlu mempertimbangkan kesukaran dan kemudahan tugas serta fasilitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.28

27

Roestiyah, dan Yumiati Suharto, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1985) cet I, h. 136

28

(36)

Berdasarkan pendapat di atas, sebelum guru memberikan tugas kepada siswa, seharusnya guru perlu memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa agar tugas tersebut dapat dikerjakan dengan baik dan selesai tepat waktu

c. Fase-fase Pemberian Tugas

Metode resitasi mempunyai tiga fase: 1) Guru memberi tugas

2) Fase belajar, dalam fase belajar siswa melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan dan petunjuk-petunjuk guru.

3) “Siswa mempertangnggung jawabkan kepada guru apa yang telah mereka pelajari”29.

Adapun langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas, yaitu:

1) Fase pemberian tugas:

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:

a) Tujuan yang akan dicapai.

Tujuan harus dirumuskan secara spesifik agar hasil belajar siswa memuaskan yang hendaknya dicapai oleh murid-murid. b) Tugas-tugas yang diberikan harus jelas arahnya.

Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.

c) Sesuai dengan kemampuan siswa.

Sebelum memberikan tugas guru harus mengetahui kemampuan siswa, apakah siswa mampu atau tidak dalam menyeleseikan tugas yang diberikan oleh guru.

d) Guru memberikan petunjuk-petunjuk dalam pelaksanaan tugas. Adanya petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa dan sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.30

Tugas yang harus dilakukan oleh siswa perlu jelas. Ini berarti bahwa guru, dalam memberikan tugas harus

29

Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: C.V. Jemmars, 1961) , cet I, h. 90

30

(37)

menjelaskan aspek-aspek yang perlu dipelajari oleh para siswa, agar para siswa tidak merasa bingung apa yang harus mereka pelajari dan segi-segi mana yang harus diperlukan. “Jika aspek -aspek yang diperhatikan sudah jelas, maka perhatian siswa waktu belajar akan lebih dipusatkan pada aspek-aspek yang diperlukan itu”.31 apabila siwa sudah merasa cukup jelas terhadap tugas yang telah diberikan oleh guru tahap selanjutnya adalah siswa fokus terhadap menyeleseikan tugasnya.

2) Fase pertanggung jawaban tugas.

a) Laporan siswa baik lisan maupun tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.

b) Ada tanya jawab atau diskusi yang dilakukan siswa di dalam kelas.

c) Evaluasi dengan memberikan Penilaian hasil pekerjaan siswa baik berupa tes maupun nontes atau cara lainnya.32

Fase mempertanggung jawabkan tugas inilah yang disebut resitasi.

d. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas

Metode tugas dan resitasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain:

1) Kelebihan metode pemberian tugas adalah:

a) Dapat membangkitkan siswa untuk lebih giat belajar apalagi tugas yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak.

b) Siswa menjadi aktif dan memiliki rasa tanggung jawab.

c) Dapat mengembangkan pola berfikir, keterampilan, maupun afektif anak yang berhubungan tugas yang diberikan kepadanya33.

d) Menanamkan disiplin waktu pada siswa

e) Membiasakan siswa belajar dengan giat, bukan hanya di sekolah tetapi juga di rumah.34

31

Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: C. V. Jemmars, 1961) , cet I, h. 91

32

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,Stategi Belajar Mengajar,…….., h. 86

33

Soetomo,Dasar-dasar Interaksi Bealajar Mengajar, h. 161

34

(38)

f) “Pengetahuan yang pelajar peroleh dari hasil belajar, hasil eksperimen atau penyelidikan banyak berhubungan dengan minat mereka dan yang lebih mereka rasakan berguna untuk hidup mereka, akan lebih lama diingat”.35

2) Kelemahan metode pemberian tugas

a) “Dapat menimbulkan keraguan, karena adanya kemungkinan tugas yang diberikan kepada siswa tidak dikerjakan olehnya, justru dikerjakan oleh orang lain.”36

b) Menyebabkan guru sering mengalami kesukaran dalam pemberian tugas yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa karena siswa memiliki perbedaan kemampuan individu, integensi, dan kematangan mental.

c) Sering memberikan tugas yang tidak bervariasi dapat menimbulkan kebosanan pada siswa.37

d) Terkadang siswa mengerjakan tugas secara asal atau cukup mencontek hasil pekerjaan temannya.

e) Jika guru tidak bisa mengukur berat ringannya tugas yang diberikan, akan membuat siswa merasa terbebani yang memicu tekanan secara psikis.38

Berdasarkan uraian di atas bahwa metode pemberian tuags (Resitasi) terdapat kelebihan dan kelemahannya. Adapun kelebihannya dapat mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan dengan yang berguna dan konstruktif dan metode pemberian tugas ini dapat membangkitkan keaktifan siswa karena setelah menyeleseikan tugas siswa harus dapat mempertanggung jawab tugasnya. Sedangkan kelemahannya siswa terkadang siswa tidak mengerjakan tugas karena kurang mengerti terhadap tugas yang diberikan guru dan menimbulkan kebosanan karena kurang kreatif dalam memberikan tugas.

35

Winarno Surachmad M, Metodologi Pengajaran Nasional,h. 91

36

Soetomo,Dasar-dasar Interaksi Bealajar Mengajar, h. 162

37

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,Strategi Belajar Mengajar, h. 87

38

(39)

e. Manfaat Metode Pemberian Tugas

Manfaat yang dapat diambil dalam menggunakan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut:

1) Tugas dapat membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan, efektif, dan efesien.

2) Tugas dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerima informasi baru, mengaplikasikan, menganalisis bahkan mengevaluasi informasi tersebut.

3) Tugas dapat melatih siswa berfikir kreatif

4) Menciptakan proses belajar mengajar yang berpusat pada siswa.39 5) “Tugas yang diberikan guru kepada siswa dapat meningkatkan

hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas sehingga pengalaman siwa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi”.40

6) Pemberian tugas yang diberikna secara teratur, berkala, dan ajeg akan menanamkan kebiasaan dan sikap belajar yang positif yang pada gilirannya dapat memotivasi anak untuk belajar sendiri.

f. Saran-saran dalam menggunakan Metode Pemberian Tugas 1) Tugas yang diberikan harus jelas, sehingga anak mengerti bentuk

apa yang harus dikerjakan.

2) Adakah control yang sistematis sehingga mendorong anak-anak bekerja dengan sungguh-sungguh.

3) Tugas yang diberikan anak-anak bersifat: a) Menarik perhatian anak-anak

b) Mendorong anak untuk mencari, mengalami, dan menyampaikan

c) Anak-anak mempunyai kemungkinan dapat menyelesaikan d) Bersifat praktis dan ilmiah.

Dari berbagai uraian tentang metode pemberian tugas, maka dapat disintesiskan bahwa yang dimaksud dengan metode pemberian

39

Lily Budiardjo,Metode Pemberian Tugas, (Jakarta: PAU-UT, 2001), Cet. 1, h. 1

40

(40)

tugas dalam penelitian ini adalah cara penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik agar peserta didik memiliki kompetensi tertentu melalui pemberian tugas yang dapat dikerjakan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboraturium, di perpustakaan, atau dimana saja asalkan tugas tersebut dapat dikerjakan. Dalam menggunakan metode pemberian tugas guru hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tugas yang diberikan harus jelas, sehingga anak mengerti bentuk apa yang harus dikerjakan, adakah kontrol yang sistematis sehingga mendorong anak-anak bekerja dengan sungguh-sungguh, tugas yang diberikan anak-anak bersifat: menarik perhatian anak-anak, mendorong anak untuk mencari, memgalami, dan menyampaikan, anak-anak mempunyai kemungkinan dapat menyelesaikan, dan bersifat praktis dan ilmiah.

Ada pun tugas yang diberikan ada berbagai macam, diantaranya Jenis-jenis tugas yang dapat diberikan:

1) Tugas meneliti.

2) Tugas menyusun laporan secara lisan dan tulisan. 3) Tugas di laboratorium.

4) Membuat rangkuman materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru di dalam kelas

5) Membuat makalah yang sesuai dengan materi yang telah diberikan oleh guru di dalam kelas.

6) Mengadakan latihan-latihan tertulis atau lisan

Cara-cara pelaksanaan metode penugasan: 1) Melakukan persiapan dengan cara:

a) Merumuskan masalah dengan jelas. b) Mengemukakan tujuan pelaksanaan tugas c) Menentukan jenis tugas.

(41)

e) Menentukan batas waktu pelaksanaan. 2) Pelaksanaan tugas dengan cara:

a) Guru mengadakan bimbingan dalam pelaksanaan tugas kepada siswa

b) Memberikan motivasi atau dorongan

c) Memberikan pelayanan apa yang dibutuhkan siswa d) Pertangung jawab dari penilaian tugas:

e) Pelaporan secara lisan, tulisan, dan tindakan.

f) “Melakukan penilaian terhadap tugas berdasarkan laporan yang telah disampaikan”.41

Jadi, tahapan pelaksanaan tugas yang terakhir adalah memberikan penilaian terhadap hasil tugas siswa agar para siswa merasa dihargai dalam menyeleseikan tugasnya.

4. Sejarah

a. Pengertian Sejarah

Pada penelitian ini penulis akan membahas pelajaran sejarah, untuk mengatahui lebih jelas tentang pengertian sejarah penulis telah mengumpulkan pendapat beberapa ahli sejarah, yang akan dipaparkan dibawah ini.

1) Bernheim

“Dalam bukunya yang berjudul Die Geschichte Screibrs

mendefinisikan sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perubahan manusia dalam perkembangannya sebagai makhluk social”.42

2) Herodotus

“Ahli sejarah pertama didunia berkebangsaan yunani,

dijuluki sebagai The Father Of History atau bapak sejarah. Menurut dia sejarah tidak berkembang kearah depan serta dengan

41

Nana Supriatna,Pendidikan IPS di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2008), hal. 131-132

42

(42)

tujuan yang pasti, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia”.43

3) Moh. Hatta

“Sejarah wujudnya mengenai pengertian dari dimasa yang

lampau, ia menggambarkan dimuka kita suatu tipe bentuk rupa dimasa itu, bukan gambaran yang sebenarnya, tapi gambaran yang dimudahkan”.44

4) Moh. Yamin

“Sejarah ialah ilmu pengetahuan dengan umumnya yang

berhubungan cerita bertarikh, tentang kejadian dalam masyarakat manusia pada masa lampau, sebagai susunan hasil penyelidikan bahan tulisan atau tanda-tanda yang lain”.45

Dari berbagai pendapat di atas menurut para ahli sejarah dapat disimpulkan pengertian sejarah, yaitu suatu studi yang berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami (termasuk yang diucapkan, dipikirkan dan dilaksanakan) oleh manusia di masa lampau yang bukti-buktinya masih bisa ditelusuri/ditemukan masa sekarang.

b. Kegunaan Sejarah 1) Kegunaan Edukatif

Kegunaan Sejarah yang pertama adalah edukatif atau pelajaran. Banyak manusia yang belajar dari sejarah, belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan. Pengalaman hanya terbatas pengalaman yang dialaminya sendiri, melainkan juga dari generasi sebelumnya.

43

Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat, Dan Iptek. h. 11

44

Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat, Dan Iptek. h. 15

45

(43)

Nenek moyang bangsa Indonesia, telah mendapat pengaruh Hindhu-Budha, hidup dalam masyarakat yang berbentuk kerajaan. Batas antara kerajan yang satu dan yang lain tidak permanen. Apabila kerajaan itu kuat cenderung memperluas kerajaan tersebut. Sifat majemuk bangsa Indonesia yang terdiri berbagai-bagai suku, agama,ras, dan golongan dimanfaatkan oleh para pihak ketiga untuk di adu dhomba.

2) Kegunaan Inspiratif

Kegunaan Sejarah yang kedua adalah sebagai Inspiratif. Berbagai kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya. Belajar dari kebangkitan nasional yang dipelopori berdirinya organisasi perjuangan yang modern diawal abad 20, masyarakat Indonesia sekarang berusaha menggambarkan kebangkitan nasional ke-2. Pada kebangkitan nasional yang pertama, bangsa Indonesia berusaha meebut kemerdekaan yang sekarang ini sudah dirasakan hasilnya.

3) Kegunaan Rekreatif

Kegunaan Sejarah yang ketiga adalah kegunaan Rekreatif. Kegunaan sejarah sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui penulisan kisah sejarah yang menarik pembaca dan dapat menghibur. Gaya penulisan yang hidup dan komunikatif dari beberapa sejawan terasa mampu menghipnotis pembaca. Pembaca merasa nyaman membaca buku tulisannya.

Melalui proses rekreasi terhadap berbagai peristiwa sejarah dimasa lampau dapat memungkinkan orang untuk bercermin diri. Orang yang pesimis dapat diajak menjadi optimis dengan ditunjukan masa depan umat manusia yang masih terbuka. “Peristiwa masa lampau memang sudah berlalu, tetapi yang lampau

(44)

dapat mengambil suatu kebijakan untuk kepentingan sekarang dan masa depan”.46

Jadi manfaat sejarah masih dapat di rasakan dan dapat di ambil pelajarannya hingga masa sekarang.

c. Fungsi Sejarah

Selain kegunaan sejarah yang dapat dipetik setelah mempelajari sejarah ada juga fungsi sejarah, melalui pengajaran sejarah tersebut sejarah dapat berfungsi dalam mengembangkan kepribadian peserta didik, terutama dalam hal berikut ini:

1) Membangkitkan perhatian serta minat kepada sejarah masyarakatnya sebagai satu kesatuan komunitas.

2) Mendapat inspirasi dari cerita sejarah.

3) Memupuk kebiasaan berpikir secara kontekstual.

4) Tidak mudah terjebak pda opini, karena dalam berpikir lebih mengutamakan sikap kritis dan rasional dengan dukungan fakta yang benar.

5) Menghormati dam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.47

Dengan melihat kelima aspek di atas diharapkan dapat merangsang perkembangan kepribadian siswa untuk dapat membangkitkan rasa semangat patriotisme, nasionalisme secara bijak yang di dalam sejarah terlibat adanya manusia.

d. Karakteristik dan kedudukan ilmu sejarah

Ilmu sejarah memiliki karakteristik dan kedudukan yang sama dalam ilmu-ilmu social lainnya, yang akan dipaparkan dibawah ini.

Dalam pengertian yang luas sejarah mengandung makna segala peristiwa yang sifatnya sudah terjadi (Historia artinya Description, Narration Complexus Faktorum), termasuk berita yang faktual yang

46

Hariyono,Mempelajari Sejarah Secara Efektif, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1995) cet ke-1, h. 192-196

47

(45)

sudah tejadi. Dengan demikian kita bisa membedakan suatu Sejarah bumi, atau tumbuh-tumbuhan, sejarah manusia yaitu berita atau peristiwa, bagaimana terjadinya dan akibat apa yang timbul akan peristiwa tersebut.

Jadi ilmu sejarah memperoleh kedudukan sebagai ilmu setelah berbagai peristiwa sejarah itu disoroti sebagai suatu permasalahan dengan cara menganalisis hubungan sebab akan akibatnya sedemikian rupa, sehingga dapat ditemukan hukum-hukum sejarah tertentu yang menjadi patokan bagi terjdinya peristiwa-peristiwa dimaksud. Sejarah juga memiliki kriteria yang harus dipenuhi atau ciri-ciri ilmu yaitu : 1) Sejarah memiliki tujuan atau objek sasaran tertentu.

2) Memiliki metode atau cara 3) Sejarah bersifat sistematis

4) Sejarah bersifat empiris yaitu berupa pengalaman 5) Bersifat rasional dan objektif

6) Dapat diberikan kritik terhadap sumber sejarah yang terkumpul, maka sejarah adalah pengetahuan yang bersifat ilmiah.48

Oleh karena itu, hasil penelitian ilmu sejarah berupa “histografi” atau penulisan ilmu sejarah pada akhirnya harus dapat dipakai sebagai aturan untuk pedoman bagi keadaan masa sekarang dan memperhitungkan segala sesuatu yang mungkin dapat terjadi pada waktu yang akan datang.

Selain karakteristik sejarahjuga memiliki kegunaan sejarah bagi ilmu-ilmu sosial lainnya, sebagai berikut:

1) Sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial. 2) Permaslahan sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu-ilmu sosial 3) Pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi

baru pada ilmu-ilmu sosial yang sinkronis.49

Berdasarkan uraian di atas, sejarah sebagai ilmu mempunyai keunikan tersendiri dari pada ilmu-ilmu lainnya. Konsep dalam ilmu

48

Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat,h. 16-21

49

(46)

sejarahmeliputi waktu, ruang, perubahan, akitivitas manusia, dan kesinambungan. Meskipun berbeda dengan disiplim ilmu sosial lainnya, perkembangan ilmu sejarah tidak dapat dilepaskan dari peran-peran ilmu sosial. Dalam penulisan sejarah, para sejarawan banyak meminjam teori atau konsep ilmu sosial lainnya.

B. Kerangka Berfikir

Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan begitu pesatnya, dan itu dapat dicapai oleh manusia karena belajar terus menerus untuk menemukan sesuatu yang baru. Belajar haruslah bermakna. Belajar yang bermakna itu dapat berlangsung bila anak didik berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga anak mempunyai pengalaman sendiri dalam menerima pelajaran. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar tidak lagi bersifatteacher centered(berpusat pada guru).

Gambar

Gambar 6.1Histogram Frekuensi Hasil Pretes Kelompok Eksperimen........... 54
Tabel 1Rancangan Penelitian
Tabel 2Kisi-Kisi Instrument Tes Hasil Belajar
Tabel 3Daftar Nama Guru SMA Islam Cikal Harapan I BSD
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dengan metode kualitatif ini menemukan bahwa: (1) politik ekonomi air sangat dinamis melibatkan beragam aktor lokal, nasional, global dengan kepentingan dan ideologi

atau perubahan kemampuan dalam merespon yang atau perubahan kemampuan dalam merespon yang relatif permanen (Schmidt yang dikutip oleh Rusli. relatif permanen (Schmidt yang dikutip

Analisis hubungan korelasi yang diperoleh dari faktor lingkungan dan kandungan klorofil didapatkan pengaruh tertinggi terdapat pada bahan organik, dan salinitas

The last algorithm in doc2vec is modeled after the word2vec skip-gram model, with one exception-- instead of using the focus word as the input, we will now take the document ID as

Skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Motivasi dan Prestasi pokok bahasan kubus dan balok Siswa kelas VIII SMPI

Dengan demikian, apabila semasa hidupnya seorang pewaris membuat suatu wasiat atau hibah kepada pihak ketiga, yang telah melanggar bagian mutlak ahli waris legitimaris,

Menurut Soerjono Soekamto, terdapat beberapa sumber atau faktor dalam (internal) yang menjadi penyebab perubahan sosial budaya dalam masyarakat yaitu:.. Bertambah dan

The results of the study showed that the factors significantly affecting the poverty among rural communities around gold mine areas were material poverty, physical weakness,