• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori pada Anak Usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori pada Anak Usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat Tahun 2015"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Syarat Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

M. ZIKRI

NIM : 1112103000050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya masih diberi kesehatan dan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran. Dengan keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, penulis berharap skripsi ini tetap bermanfaat untuk semua kalangan kesehatan dan masyarakat untuk mengetahui dan menangani masalah kesehatan gizi terutama pada remaja.

Adapun dalam pembuatan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada :

1. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Yanti Susianti, Sp.A(K) selaku dosen pembimbing 1 yang tanpa lelah selalu membimbing dan mengarahkan selama pembuatan skripsi ini. 3. dr. Ahmad Luthfi Sp.B-KBD selaku dosen pembimbing 2 yang tanpa lelah

selalu membimbing dan mengarahkan selama pembuatan skripsi ini. 4. dr. Flori R, Ph.D selaku ketua penanggung jawab riset PSPD 2012.

5. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK yang telah membantu dan mengarahkan dalam pembuatan skripsi ini.

6. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT yang telah membantu dan mengarahkan dalam pembuatan skripsi ini.

7. Bpk Dimyath dan Ibu Zuraida selaku kedua orang tua saya, serta Dema Zurtika, Rahma Febriyanti, dan Syifadiza Hanum selaku kakak adik saya sebagai penyemangat saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

vi

9. Seluruh angkatan PSPD 2012 sebagai keluarga saya dalam menempuh pendidikan selama di sini.

10.Seluruh staf dan dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11.Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ciputat, 1 Oktober 2015

(7)

vii

Asupan Kalori pada Anak Usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat Tahun 2015.

Masalah status gizi pada remaja meliputi masalah status gizi kurang dan status gizi lebih, masing-masing berpengaruh terhadap kejadian kekurangan energi protein (KEP) dan obesitas. Status gizi sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya dari asupan kalori makanan. Madrasah Pembangunan (MP) Tsanawiyah Ciputat merupakan salah satu sekolah dengan kantin yang banyak menjual fast food serta terdapat banyak jajanan di sekitar sekolah. Tingkat ekonomi orang tua siswa rata-rata termasuk menengah keatas dilihat dari biaya sekolah. Dari kondisi tersebut membuat anak-anak di sekolah tersebut rentan mengalami BB berlebih hingga obesitas, namun tidak menutup kemungkinan ditemukan anak dengan status gizi kurang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sebaran status gizi, asupan kalori, dan hubungan keduanya pada siswa usia 13-15 tahun di MP Tsanawiyah Ciputat. Penelitian ini menggunakan desain analitik potong lintang. Pengambilan data dilakukan pada tahun 2015. Pemilihan sampel menggunakan metode cluster sampling dan didapat jumlah sampel penelitian sebanyak 82 anak. Hasil penelitian didapatkan nilai tengah usia anak yaitu 13 tahun 8 bulan. Nilai tengah BB anak 46,4 (32,2 – 121,8) kg dan nilai rerata tinggi badan 157,4 ± 8,34 cm. Sebagian besar anak memiliki status gizi normal berdasarkan indikator BB/U, TB/U, dan IMT/U. Anak gemuk berdasarkan indikator IMT/U sebanyak 19 anak (23,2%). Hasil nilai asupan kalori didapatkan anak dengan asupan kurang sebanyak 28 anak (34,1%), asupan baik 32 anak (39%), dan asupan lebih 22 anak (26,8%). Nilai tengah asupan kalori anak yaitu sebesar 2328,1 (694,2 – 6285,4) kkal. Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan tidak terdapat hubungan antara status gizi berdasarkan BB/U (p = 0,988), TB/U (p = 1,0000), dan IMT/U (p = 0,883) dengan asupan kalori.

(8)

viii ABSTRACT

M. Zikri. Medical Education Program. The Relationship Between Nutritional Status with Calorie Intake in Children Aged 13-15 Years at the School of Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat in 2015.

The problem of nutritional status of adolescent include undernutritional state and overnutritional state, each affect the incidence of Protein-Energy Malnutrition (PEM) and obesity. Nutritional status is influenced by many factors, such as calorie intake of food. Madrasah Pembangunan (MP) Tsanawiyah Ciputat is one of the schools with a canteen that sells a lot of fast food and there are plenty of street vendors around the school. On average, economic level of parents are middle to high based on school fees. Of these conditions make the children in these schools susceptible to excessive weight to obesity, but it doesn’t rule out the possibility to found the children with malnutrition status. This study was conducted to determine the distribution of nutritional status, calorie intake, and both relationships at students aged 13-15 years in MP Tsanawiyah Ciputat. This study used a cross-sectional analytical design. Data were collected in 2015. The sample uses cluster sampling method and number of samples are 82 children. The result showed that the mean age of 13 years 8 months. The median weight of children is 46,4 (32.2 to 121.8) kg and the average value of child’s height is 157.4 ± 8.34 cm. Most children have normal nutritional status based on the indicator weight for age, height for age and body mass index for age. Total number of obese children by body mass index for age as many as 19 children (23.2%). The results of child's calorie intake with less intake by 28 children (34.1%), good intake of 32 children (39%), and over intake by 22 children (26.8%). The median value of caloric intake by child is 2328.1 (694.2 to 6285.4) kcal. By using the Kolmogorov-Smirnov test found there was no correlation between nutritional status based on weight for age (p = 0.988), height for age (p = 1.0000), and body mass index for age (p = 0.883) with caloric intake.

(9)

ix

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.4.1 Tujuan Umum ... 3

1.4.2 Tujuan Khusus ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat ... 4

1.4.2 Manfaat Bagi Pemerintah ... 4

1.3.1 Manfaat Bagi Peneliti ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

(10)

x

2.1.1 Definisi Status Gizi ... 5

2.1.2 Klasifikasi Status Gizi ... 5

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 8

2.1.4 Penilaian Status Gizi ... 9

2.2 Asupan Kalori ... 13

2.2.1 Pengertian Kalori ... 13

2.2.2 Fungsi Kalori ... 13

2.2.3 Kandungan Nilai Kalori Makanan ... 14

2.2.4 Perhitungan Persen AKG Asupan Kalori ... 14

2.2.5 Kategori Tingkat Konsumsi Zat Gizi Kalori ... 14

2.2.6 Angka Kebutuhan Kalori Anak Usia 13 – 15 Tahun ... 15

2.3 Nutrisi pada Remaja ... 15

2.3.1 Kebutuhan Energi (Kalori) pada Remaja ... 16

2.3.2 Perilaku dan Pola Makan Remaja ... 16

2.4 Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori ... 17

2.5 Kerangka Teori ... 19

2.5 Kerangka Konsep ... 20

2.6 Definisi Operasional ... 21

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Desain Penelitian ... 23

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.2.1 Waktu Penelitian ... 23

3.2.2 Tempat Penelitian ... 23

3.3 Populasi dan Sampel ... 23

3.3.1 Populasi Target ... 23

3.3.2 Populasi Terjangkau ... 23

(11)

xi

3.3.6 Cara Pengambilan Sampel ... 25

3.3.7 Kriteria Sampel ... 25

3.3.7.1 Kriteria Inklusi ... 25

3.3.7.2 Kriteria Eksklusi ... 25

3.4 Cara Kerja Penelitian ... 26

3.5 Manajemen Data ... 26

3.5.1 Pengumpulan Data ... 26

3.5.1.1 Data Umum ... 26

3.5.1.2 Data Antropometri ... 27

3.5.1.3 Data Wawancara Konsumsi Makanan ... 27

3.5.2 Pengolahan Data ... 27

3.5.2.1 Pengolahan Data Umum dan Antropometri ... 27

3.5.2.2 Pengolahan Data Wawancara Konsumsi Makanan ... 28

3.5.3 Analisa Data ... 28

3.5.4 Penyajian dan Pelaporan Data ... 29

3.6 Identifikasi Variabel ... 29

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Sebaran Karakteristik Sosiodemografik Sampel ... 30

4.2 Sebaran Status Gizi ... 31

4.3 Sebaran Asupan Kalori ... 32

4.4 Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori ... 34

4.4.1 Hubungan Status Gizi Berdasarkan BB/U dengan Asupan Kalori ... 34

4.4.2 Hubungan Status Gizi Berdasarkan TB/U dengan Asupan Kalori ... 35

(12)

xii

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(13)

xiii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri ... 5

Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Kurva CDC 2000 ... 6

Tabel 2.3 Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik ... 7

Tabel 2.4 Kelebihan dan Kelemahan Indeks-Indeks Antropometri ... 10

Tabel 2.5 Kategori Tingkat Asupan Kalori Berdasarkan Persen AKG ... 15

Tabel 4.1 Sebaran karakteristik subyek berdasarkan jenis kelamin ... 30

Tabel 4.2 Sebaran subek berdasarkan indikator status gizi BB/U, TB/U, dan IMT/U ... 31

Tabel 4.3 Sebaran indeks antropometri subyek ... 32

Tabel 4.4 Sebaran subyek berdasarkan tingkat asupan kalori persen AKG ... 32

Tabel 4.5 Nilai sebaran asupan kalori subyek ... 33

Tabel 4.6 Hubungan antara status gizi berdasarkan berat badan terhadap umur dengan asupan kalori (n = 82) ... 34

Tabel 4.7 Hubungan antara status gizi berdasarkan tinggi badan terhadap umur dengan asupan kalori (n = 82) ... 35

Tabel 4.8 Hubungan antara status gizi berdasarkan indeks massa tubuh terhadap umur dengan asupan kalori (n = 82) ... 36

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Informed Consent ... 43

Lampiran 2 Formulir Food Frequency Questionnare ... 46

Lampiran 3 Food Model ... 49

Lampiran 4 Timbangan GM-TD 150 ... 50

(15)

xv KEP = Kurang Energi Protein

MP = Madrasah Pembangunan

FFQ = Food Frequency Questionnare URT = Ukuran Rumah Tangga

IMT = Indeks Massa Tubuh

BB = Berat Badan

TB = Tinggi Badan

AKG = Angka Kecukupan Gizi Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, data Nasional untuk anak usia 13 – 15 tahun yang kurus didapatkan data sebesar 11,1% (3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus). Prevalensi sangat kurus terendah di Bangka Belitung (1,4%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (9,2%).Sedangkan prevalensi anak gemuk sebesar 10,8 %, dengan rincian 8,3 % gemuk dan 2,5 % sangat gemuk (obesitas). Provinsi DKI Jakarta termasuk salah satu dari 13 provinsi dengan prevalensi gemuk diatas angka Nasional.1

Penelitian yang dilakukan di SDN X Kampung Serang Bekasi, mendapatkan hasil anak dengan tubuh kurus sebanyak 22,1 %, sisanya dengan tubuh normal. Sedangkan anak dengan tingkat asupan kalori kurang sebanyak 48,5 %. Pada penelitian tersebut mendapatkan hasil terdapat hubungan antara status gizi dengan indikator berat badan menurut umur (BB/U) dan tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan asupan kalori.2

Di negara berkembang, prevalensi anak sekolah gemuk tertinggi berada di kawasan Asia, yaitu sekitar 60 % populasi atau 10,6 juta jiwa. Penelitian yang dilakukan di Kota Tomohon dan Tondano tahun 2010 didapatkan hasil prevalensi obesitas pada remaja masing-masing mencapai 35 % dan 38,2 %. Penelitian yang dilakukan di daerah perkotaan di Indonesia tahun 1989 ditemukan peningkatan prevalensi obesitas yaitu dari 4,6 % pada anak laki-laki dan 5,9 % pada anak perempuan masing-masing menjadi 6,3 % dan 8 % empat tahun kemudian.3Sementara itu penelitian yang dilakukan di salah satu SMP di Semarang tahun 2005 didapatkan anak dengan overweight dan obesitas sebesar 31,02 %. 4

(17)

Makanan sumber karbohidrat, lemak, dan protein bisa menghasilkan kalori sebagai sumber energi. Kekurangan makanan sumber energi secara umum dan protein bisa mengakibatkan penyakit kurang energi protein (KEP). Pada anak-anak, KEP dapat menghambat laju pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi, dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan.6Sementara itu kelebihan asupan kalori bisa menyebabkan berat badan lebih hingga obesitas pada remaja, yang dapat berisiko untuk kesehatan seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan permasalahan tulang serta sendi.7

Dari masalah-masalah status gizi yang ada, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor makanan dan faktor kesehatan seseorang. Faktor makanan seperti kandungan zat gizi dalam makanan, ada tidaknya program pemberian makanan di luar keluarga, dan kebiasaan makan. Sedangkan faktor kesehatan meliputi daya beli keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, serta lingkungan fisik dan sosial.8

Berdasarkan hasil observasi di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, ditemukan banyak kantin yang menjual makanan fast food dan jajanan di sekitar lingkungan sekolah. Selain itu peneliti berasumsi tingkat ekonomi orangtua para siswa yaitu menengah keatas ditinjau dari pembayaran SPP sekolah. Dari pengamatanyang telah diuraikan siswa sekolah tersebut berisiko untuk mengalami berat badan lebih dan obesitas.

Berdasarkan uraian di atas, menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori pada Anak Usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat”. Peneliti berharap laporan penelitian ini bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah yang telah diuraikan diatas.

1.2. Rumusan Masalah

(18)

3

1. Bagaimana status gizi pada siswa usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan tahun 2015?

2. Bagaimana asupan kalori pada siswa usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan tahun 2015?

3. Bagaimana hubungan antara status gizi dengan asupan kalori pada siswa usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan tahun 2015?

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara status gizi dengan asupan kalori pada siswa usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan tahun 2015.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara status gizi dengan asupan kalori pada siswa usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan tahun 2015.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui sebaran status gizi berdasarkan indikator IMT/U, BB/U, dan TB/U pada siswa usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan tahun 2015.

(19)

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut : 1.5.1. Manfaat bagi masyarakat

Memberi pengetahuan dan informasi mengenai status gizi dan asupan kalori siswa usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan tahun 2015 kepada masyarakat.

1.5.2. Manfaat bagi pemerintah

Memberi data kepada instansi kesehatan mengenai status gizi, asupan kalori, serta hubungannya dalam menangani masalah gizi pada anak usia sekolah.

1.5.3. Manfaat bagi peneliti

1. Memenuhi tugas skripsi sebagai syarat mendapat gelar sarjana kedokteran.

(20)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

2.1.1 Definisi Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi yang dibagi menjadi empat status, yaitu status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Sedangkan zat gizi itu sendiri adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan fungsinya, yaitu membangun dan memelihara jaringan, menghasilkan energi, serta mengatur proses-proses kehidupan.9

Status gizi seseorang secara klasik hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh. Status gizi seseorang berpengaruh terhadap potensi ekonomi seseorang, karena berpengaruh terhadap produktivitas kerja, perkembangan otak, dan kemampuan belajar.9

2.1.2Klasifikasi Status Gizi

Tabel 2.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks antropometri10

Indeks Status Gizi Ambang Batas

Berat badan menurut umur (BB/U)

Gizi lebih > 2 SD

Gizi baik ≥ - 2 SD sampai + 2 SD

Gizi kurang < - 2 SD sampai ≥ - 3 SD

(21)

Tabel 2.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks antropometri (lanjutan)

Indeks Status Gizi Ambang Batas

Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Normal ≥ 2 SD

Pendek (stunted) < - 2 SD Berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB)

Gemuk > + 2 SD

Normal ≥ - 2 SD sampai + 2 SD

Kurus (wasted) < - 2 SD sampai ≥ - 3 SD

Kurus sekali < - 3 SD Sumber : Depkes RI, 2002

Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan Kurva CDC 200011

Anthropometric Index Percentile Cut-off

Values

Nutritional Status

Indicator

BMI for age ≥ 95th Obesity

BMI for age ≥85th and < 95th Overweight

BMI for age <5th Underweight

Stature for age <5th Short Stature

(22)

7

Tabel 2.3 Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT menurut kriteria Asia Pasifik12

Klasifikasi IMT

Berat badan kurang <18,5 Kisaran normal 18,5-22,9 Berat badan lebih 23,0-24,9 Obesitas 1 25,0-29,9 Obesitas 2 >30,0 Sumber : Nanan DJ, 2002

Berdasarkan asupan konsumsi, status gizi dibedakan menjadi tiga keadaan yaitu :

A. Eunutritional State

Asupan konsumsi yang optimal membuat tubuh mencapai kesehatan gizi yang optimum (eunutritional state). Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Tubuh juga mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya.13

B. Undernutritional State

(23)

C. Overnutritional State

Dampak asupan konsumsi yang berlebih akan menimbulkan keadaan (overnutritional state). Kondisi ini mempunyai tingkat kesehatan lebih rendah

dibanding dengan kesehatan gizi optimum; tubuh kelebihan berat badan disebut overweight. Bila kelebihan berat badan di atas berat badan ideal sudah melebihi

20% pada wanita dan di atas 15% pada pria dikategorikan gemuk atau obesitas.13 Pada tingkat overweight, kapasitas dan efisiensi kerja menurun. Selain itu daya tahan tubuh juga menurun, sehingga angka morbiditas dan mortalitas akan meningkat. Timbul penyakit-penyakit tertentu yang sering dijumpai pada orang kegemukan, seperti penyakit-penyakit kardiovaskular yang menyerang jantung dan pembuluh darah, hipertensi, diabetes mellitus, dan lainnya.13

Pada orang yang menderita obesitas, tempat-tempat penimbunan cadangan zat gizi sudah penuh, sehingga kelebihan zat gizi yang tersisa akan disimpan di tempat-tempat lain yang tidak biasa. Terjadi penimbunan lemak di sekitar organ-organ dalam yang vital, seperti jantung, ginjal, dan hati. Keadaan ini akan menurunkan fungsi organ-organ tersebut.13

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

(24)

9

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi14 Sumber : Supariasa, 2002.

2.1.4 Penilaian Status Gizi

Dalam menilai status gizi seseorang, terdapat dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung meliputi : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung meliputi : survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.15

Dalam penelitian ini penilaian status gizi menggunakan penilaian antropometri dan survei konsumsi makanan.

A. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Antropometri

Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.16

(25)

Tabel 2.4 Kelebihan dan kelemahan indeks-indeks antropometri17

Indeks Kelebihan Kelemahan

BB/U - Baik untuk mengukur status gizi akut/kronis

- Berat badan dapat berfluktuasi

- Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil

- Umur sering sulit ditaksir secara tepat

TB/U - Baik untuk menilai status gizi masa lampau

- Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa

- Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun

BB/TB - Tidak memerlukan data umur

- Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)

- Membutuhkan 2 macam alat ukur

- Pengukuran relatif lebih lama

- Membutuhkan 2 orang untuk melakukannya

Sumber : Hartini, 1983

(26)

11

IMT tidak mengukur massa lemak tubuh secara langsung, tetapi berkorelasi dengan pengukuran tebal lipatan kulit, impedansi bioelektrikal, densitometri, dual energy x-ray absorptiometry (DXA), dan metode lainnya. Secara umum, pengukuran IMT murah dan mudah dilakukan untuk mengukur status gizi yang menandakan permasalahan kesehatan.18

IMT/U merupakan imdikator yang umum untuk mengukur ukuran dan pola pertumbuhan pada anak dan remaja. Kategori untuk IMT/U sendiri dibagi menjadi 4 kategori, yaitu underweight (< persentil 5), normal or healthy weight (persentil 5 – 85), overweight (persentil 85 – 95), dan obesity (> persentil 95).The American Academy of Pediatrics(AAP) merekomendasi untuk menentukan

overweight dan obesity pada anak dimulai ketika anak berumur 2 tahun.

Sedangkan pada anak berumur < 2 tahun menggunakan standar WHO.18 Kelebihan penggunaan indikator IMT/U sebagai berikut :

a. Satu-satunya indikator yang menampilkan pengukuran BB dan TB terhadap umur dengan satu grafik. Berbeda dengan BB/TB yang mengharuskan kita menggunakan dua grafik.

b. IMT/U merupakan pengukuran yang konsisten dimulai dari umur 2 tahun hingga dewasa.

c. IMT saat anak-anak akan menggambarkan IMT saat dewasa terbukti oleh penelitian Withaker R tahun 1997.

d. IMT/U berkorelasi dengan faktor resiko penyakit kardiovaskular termasuk hiperlipidemia, peningkatan insulin, dan tekanan darah tinggi.

e. IMT/U saat proses menuju remaja berhubungan dengan kadar lipid, lipoportein, dan tekanan darah saat usia pertengahan.

(27)

g. CDC merekomendasi penggunaan IMT/U untuk anak berumur 2 tahun dan lebih.19

B. Penilaian Gizi Berdasarkan Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan zat gizi pada seseorang.20

Dalam penilaian status gizi dengan survei konsumsi makanan, dapat menghasilkan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif bergantung dari metode yang digunakan. Metode-metode pengukuran konsumsi makanan yang bersifat kualitatif antara lain : metode frekuensi makanan (food frequency), metode dietary history, metode telepon, dan metode pendaftaran makanan (food list). Sedangkan

metode-metode pengukuran konsumsi makanan yang bersifat kuantitatif antara lain : metode recall 24 jam, perkiraan makanan (estimated food records, penimbangan makanan (food weighing), metode food account, metode inventaris (inventory method), serta pencatatan (household food records).20

Dalam penelitian ini menggunakan metodeFood Frequency Questionnare (FFQ) yang merupakan metode retrospektif. Dalam metode ini menanyakan rata-rata konsumsi suatu makanan dalam suatu periode dengan daftar makanan yang telah ditentukan. Metode ini menggunakan kuisioner yang berisikan daftar makanan, frekuensi konsumsi, dan ukuran yang dikonsumsi. Periode makanan yang dikonsumsi bisa bervariasi, dari asupan harian sampai dalam satu tahun terakhir.21

(28)

13

daftar makanan yang ditentukan, sulit memperkirakan porsi makanan, memerlukan validasi, tidak bisa mengamati variasi konsumsi makanan dari waktu ke waktu, dan pelaporan konsumsi makanan dari responden bisa salah.21

2.2 Asupan Kalori

2.2.1 Pengertian Kalori

Kalori adalah satuan dari energi atau panas. Kalori didefinisikan sebagai satuan dari panas yang dibutuhkan 1 gram air untuk mencapai suhu 1oC dalam tekanan 1 standard atmosphere. Penggunaan istilah kilokalori (kkal) lebih sering digunakan dalam pengukuran nilai metabolisme dari makanan. 1 kilokalori adalah 1000 kalori.22

Selain itu energi juga bisa menggunakan satuan kilojoule (kJ). Satu kilojoule adalah energi yang diperlukan untuk menggeser suatu benda dengan berat 1 kg sejauh 1 meter dengan 1 Newton (unit kekuatan). 1 kkal = 4,18 kJ.9

2.2.2 Fungsi Kalori

Fungsi kalori bagi tubuh ada tiga yang utama, yaitu : • Basal Metabolic Rate (BMR)

Kalori sebagai sumber energi dalam aktivitas sel, kontraksi serabut otot dalam kerja mekanis (seperti respirasi dan denyut jantung), dan sintesis molekul baru.

• Aktivitas Fisik

Kalori dibutuhkan sebagai sumber energi dalam seseorang melakukan aktivitas. • Specific Dynamic Action(SDA)

Kalori dibutuhkan sebagai energi dalam pengolahan makanan di tubuh. • Pertumbuhan

(29)

2.2.3 Kandungan Nilai Kalori Makanan

Makanan yang kita konsumsi akan dimetabolisme tubuh dan akan menghasilkan kalori sebagai sumber energi. Terdapat tiga komponen utama dalam makanan yang menghasilkan kalori sebagai berikut :

• 1 gram karbohidrat mengandung 4 kalori • 1 gram protein mengandung 4 kalori • 1 gram lemak mengandung 9 kalori.24

2.2.4 Perhitungan Persen AKG Asupan Kalori

Perhitungan anjuran asupan kalori seseorang dapat disesuaikan dengan koreksi berat badan nyata dengan berat badan standar yang terdapat pada tabel AKG dan dikali dengan nilai asupan kalori dari tabel AKG. Setelah itu didapat nilai persen AKG dengan membandingkan asupan kalori nyata dengan anjuran asupan kalori berdasarkan tabel AKG. Adapun rumus perhitungannya sebagai berikut:25

BB aktual

Anjuran asupan kalori = x asupan kalori tabel AKG BB standar

asupan kalori aktual

Persen AKG = x 100 % asupan kalori tabel AKG

2.2.5 Kategori Tingkat Konsumsi Zat Gizi Kalori

(30)

15

Tabel 2.5 Kategori Tingkat Asupan Kalori Berdasarkan Persen AKG26 Kategori Tingkat Konsumsi (% AKG)

Defisiensi Tingkat Berat < 70 Defisiensi Tingkat Sedang 70 – 79 Defisiensi Tingkat Ringan 80 – 89

Normal 90 – 119

Di Atas Kecukupan >119

Sumber : Muhilal dan Hardinsyah, 1998.

2.2.6 Angka Kebutuhan Kalori Anak Usia 13 – 15 Tahun

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) No 75 Tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia, untuk anak usia 13 – 15 tahun dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Untuk anak laki-laki kebutuhan kalorinya per hari adalah 2475 kkal dengan nilai median BB dan TB orang Indonesia dengan status gizi normal berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2010 masing-masing 46 kg dan 158 cm. Sedangkan untuk anak perempuan, kebutuhan kalorinya per hari adalah 2125 kkal dengan nilai medianBB dan TBmasing-masing 46 kg dan 155 cm.27

2.3 Nutrisi pada Remaja

Kebutuhan nutrisi pada remaja mulai dibedakan berdasarkan jenis kelamin karena terjadi perubahan fisiologi tubuh sesuai dengan gender masing-masing.28

(31)

• Tinggi Badan

Sekitar 15-20% tinggi badan dewasa dicapai pada masa remaja. Percepatan tumbuh anak laki-laki terjadi belakangan dan puncak pertumbuhan lebih tinggi dibanding anak perempuan.28

• Berat Badan

Sekitar 25-50% berat badan ideal dewasa dicapai pada masa remaja. Penambahan jumlah berat badan bergantung pada asupan energi dan pengeluaran energi.28

• Komposisi Tubuh

Pada remaja laki-laki, terjadi penambahan massa otot yang lebih tinggi dibanding penambahan massa lemak. Sehingga massa tubuh tanpa lemak pada remaja laki-laki lebih tinggi dibanding remaja perempuan. Sekitar 45% tambahan massa tulang terjadi pada usia remaja.28

2.3.1 Kebutuhan Energi (Kalori) pada Remaja

Kebutuhan energi pada masa remaja dipengaruhi oleh aktivitas, metabolisme basal, dan peningkatan kebutuhan untuk menunjang percepatan tumbuh kembang masa remaja. Metabolisme basal erat kaitannya dengan jumlah komposisi tubuh tanpa lemak, sehingga metabolisme basal pada remaja laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Karena usia terjadinya percepatan tumbuh sangat bervariasi, sehingga perhitungan kebutuhan kalori lebih sesuai berdasarkan TB. 28

2.3.2 Perilaku dan Pola Makan Remaja

(32)

17

ngemil (makanan padat kalori), waktu makan tidak teratur, sering mengonsumsi fast food, jarang makan buah dan sayur, serta pola diet yang salah pada remaja

perempuan. Hal tersebut berakibat gizi yang kurang atau bahkan gizi yang berlebih (obesitas) pada remaja. Di negara berkembang banyak ditemukan gangguan perilaku makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia, terutama terjadi pada remaja perempuan.28

2.4 Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori

Berdasarkan penelitian terhadap 30 pasien di RS di Padang, didapatkan kesimpulan terdapat hubungan antara penurunan status gizi dengan asupan kalori yang tidak sesuai kebutuhan. Status gizi yang turun dibuktikan dengan terjadinya penurunan angka IMT rata-rata pasien saat awal masuk RS sampai 2 minggu setelah perawatan dari 19,07 ±3,84 menjadi 18,75 ± 3,64. Selain itu juga terdapat penurunan signifikan BB pasien saat awal masuk RS sampai 2 minggu setelah perawatan (p=0,013). Sebagian besar pasien (73,33%) mendapatkan asupan kalori yang kurang saat perawatan di RS.29

Sedangkan penelitian mengenai pengaruh beban kerja dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja peternak ayam broiler tahun 2011, didapatkan hasil bahwa asupan kalori pekerja yang masih banyak dibawah kecukupan asupan kalori untuk pekerja di peternakan dengan status gizi di bawah normal. Jenis penelitian yang dilakukan adalah explanatory research yang dilakukan terhadap 58 pekerja di peternakan.30

(33)

anak rentan terhadap penyakit infeksi, dan infeksi sendiri dapat memperburuk keadaan kurang gizi pada anak.31

Sementara itu kelebihan kalori diikuti dengan rendahnya tingkat aktivitas berisiko untuk terjadinya overweight dan obesitas. Penyebab terjadinya obesitas ini multifaktorial. Namun obesitas bisa terjadi karena dua hal, yang pertama karena faktor idiopatik (obesitas primer atau nutrisional), yang kedua karena faktor endogen (obesitas sekunder atau non nutrisional) yang disebabkan kelainan hormonal, defek genetik, dan lain-lain. Faktor yang pertama yang lebih sering terjadi (>90% kasus).32

(34)

19

karbohidrat lemak protein

(35)

2.6 Kerangka Konsep

Keterangan:

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Hubungan yang diteliti

Hubungan yang tidak diteliti

Faktor makanan

Program pemberian makanan di luar

keluarga

Lingkungan fisik dan

sosial Pemeliharaan

kesehatan Asupan

kalori

Status gizi

Daya beli keluarga

Faktor kesehatan

(36)

21

2.7 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah yang memiliki batasan sebagai berikut:

1. Status gizi adalah keadaan tubuh akibat dari asupan nutrisi sesorang yang diukur berdasarkan persentil berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U), dan indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U). Klasifikasi berdasarkan kurva CDC 2000, yaitu status gizi kurang (p<5th), status gizi normal (5th<p<95th), dan status gizi lebih (p>95th).

2. Tinggi badan merupakan hasil dari rata-rata dua kali pengukuran panjang badan dari puncak kepala sampai mata kaki menggunakan alat GM-TD 150 dengan anak berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, tangan sejajar disamping badan, dan kaki dirapatkan. Hasil pengukuran dengan satuan centimeter (cm).

3. Berat badan merupakan hasil rata-rata dari dua kali pengukuran massa tubuh anak dengan menggunakan timbangan digital GM-TD 150 dengan anak berdiri diatas timbangan dan melepas sepatu. Hasil pengukuran didapat dengan satuan kilogram (kg).

4. Usia merupakan selisih dari tanggal lahir anak dengan tanggal dilakukan pengambilan data umum. Usia dinyatakan dalam tahun dan bulan.

5. Asupan kalori merupakan hasil dari asupan semua makanan yang mengandung kalori yang dinyatakan dalam satuan kilokalori (kkal). Asupan makanan diperoleh melalui survei konsumsi makanan yang kemudian diolah dengan aplikasi nutrisurvey untuk mendapat nilai asupan kalori. Tingkatan asupan kalori dibagi menjadi tiga secara umum berdasarkan persen AKG, yaitu asupan kalori kurang (<90% AKG), baik (90 - 119% AKG), dan lebih (>119% AKG).

(37)

dan ukuran makanan yang dikonsumsi. Hasil penilaian ini mendapatkan data semikuantitatif. Pada penelitian ini menggunakan formulir FFQ yang sudah divalidasi oleh Tim Fakultas Gizi Universitas Indonesia. Hasil validasi dari formulir FFQ belum didapatkan sehingga menjadi keterbatasan penelitian, namun formulir FFQ ini sudah dipakai luas oleh peneliti-peneliti sebelumnya.

(38)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan studi analitik potong lintang dengan data primer dari hasil pengukuran antropometri dan wawancara asupan makanan (kalori) dengan metode FFQ.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 13 April 2015 – 16 April 2015 dan 8 September 2015.

3.2.2 Tempat Penelitian

Pengambilan data dilakukan di Ruang Bimbingan Konseling Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat.

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah anak sekolah usia 13 – 15 tahun.

3.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah anak sekolah usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat tahun 2015.

3.3.3 Sampel yang Dikehendaki

(39)

3.3.4 Subyek yang Benar Diteliti

Subyek yang benar diteliti dalam penelitian ini adalah 82 anak sekolah usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat tahun 2015. 3.3.5 Jumlah Sampel

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n1 = n2 = (Zα√ + Zβ√ )2

(P1 – P2)2

Variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini sebagai berikut :

n1 = jumlah sampel dengan status gizi kurang

n2 = jumlah sampel dengan status gizi cukup (normal dan lebih)

Zα = telah ditetapkan bahwa α adalah 0,05 sehingga Zα bernilai 1,96 Zβ = telah ditetapkan bahwa β adalah 0,2 sehingga Zβ bernilai 0,842

P = ½ (P1 + P2)

P1 = proporsi subyek yang memiliki status gizi lebih(gemuk dan sangat gemuk) bernilai 10,8%berdasarkan Data Nasional Riskesdas 2013 P2 = perkiraan proporsi subyek yang memiliki status gizi lebih (gemuk dan sangat gemuk) di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah sebesar 35%

(40)

25

Adapun nilai-nilai diatas jika dimasukkan kerumus akan diperoleh hasil sebagai berikut :

n1 = n2 = (1,96 √ + 0,842 √ 2

(0,1 – 0,35)2 n1 = n2 = 40,96 41

Jadi sampel yang dibutuhkan sebanyak 41 anak dengan status gizi kurang (n1=41) dan 41 anak dengan status gizi cukup (n2=41).

3.3.6 Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dengan metode cluster sampling berdasarkan lokal kelas.

3.3.7 Kriteria Sampel

3.3.7.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah : 1. Anak usia 13 – 15 tahun berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. 2. Siswa/siswi Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat pada tahun 2015. 3. Mendapat izin dari orang tua untuk mengikuti penelitian.

3.3.7.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria subyek yang tidak diikutsertakan dalam peneltian ini adalah : 1. Anak yang sedang dalam kondisi sakit.

(41)

3.4 Cara Kerja Penelitian

3.5 Managemen Data

3.5.1 Pengumpulan Data

3.5.1.1 Data Umum

Pengumpulan data umum diperoleh saat survei ke lokasi pengambilan data yang meliputi data nama, jenis kelamin, dan tanggal lahir siswa/siswi di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat tahun 2015. Data diperoleh sebelum dilakukan pengambilan data yaitu pada tanggal 6 April 2015 dan 7 September 2015.

(42)

27

3.5.1.2 Data Antropometri

A. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan menggunakan alat ukur tinggi badan GM-TD150. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali dan diambil hasil rata-rata dari dua kali hasil pengukuran tinggi badan. Pengukuran dilakukan dengan anak melepas sepatu, berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, tangan lurus sejajar disamping badan, dan kaki dirapatkan. Alat ditarik kebawah sampai menyentuh kepala bagian atas dari anak. Lalu membaca hasil pengukuran dari alat dengan satuan centimeter (cm).33

B. Pengukuran Berat Badan

Pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital GM-TD150. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali dengan mengambil nilai rata-rata dari hasil dua kali pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan anak melepas sepatu dan berdiri diatas timbangan. Lalu membaca hasil pengukuran saat angka pada timbangan tidak berubah lagi dengan satuan kilogram (kg).33

3.5.1.3Data Wawancara Konsumsi Makanan

Data mengenai jumlah asupan makanan diperoleh melalui metode FFQ. Metode ini menggunakan Formulir FFQ yang berisikan bahan makanan yang umum dikonsumsi. Dengan metode ini, diperoleh data harian, mingguan, bulanan, hingga jarang/tidak pernah dalam mengonsumsi makanan. Wawancara dibantu dengan food model untuk memperkirakan porsi dari setiap makanan.

3.5.2 Pengolahan Data

3.5.2.1 Pengolahan Data Umum dan Antropometri

(43)

dapat dihitung usia anak dalam tahun dan bulan. Status gizi anak ditentukan berdasarkan kurva CDC 2000 dalam BB/U, TB/U, dan IMT/U. Status gizi berdasarkan BB/U dan TB/U didapat dengan nilai normal berada pada persentil 5 – 95. Sedangkan untuk IMT/U nilai normal pada persentil 5 – 85. Selanjutnya dicari sebaran jenis kelamin, usia, dan status gizi menggunakan analisis statistik SPSS 22.0.

3.5.2.2 Pengolahan Data Wawancara Konsumsi Makanan

. Data yang didapatkan dari wawancara makanan dengan metode FFQ dengan satuan ukuran rumah tangga (URT) dikonversi menjadi satuan gram menggunakan Daftar Bahan Makanan Penukar Departemen Kesehatan RI. Kemudian semua data makanan dihitung jumlah konsumsinya per hari. Selanjutnya data tersebut dimasukkan ke dalam aplikasi nutrisurvey untuk mendapatkan nilai kalori per harinya. Nilai kalori per hari yang didapatkan dimasukkan ke dalam Ms.Excel dan ditentukan nilai kecukupan kalorinya per hari berdasarkan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013. Angka kecukupan kalori yang baik jika memenuhi 90 – 119 % AKG. Selanjutnya dicari sebaran asupan kalori menggunakan analisis statistik SPSS 22.0.

3.5.3 Analisa Data

Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan SPSS 22.0. Analisis data meliputi:

A. Analisis univariat

(44)

29

bentuk persentase untuk data jenis kelamin, status gizi (BB/U, TB/U, dan IMT/U), serta kategori asupan kalori.

B. Analisis bivariat

Analisis bivariat meliputi mencari hubungan antara status gizi (berdasarkan persentil BB/U, TB/U, dan IMT/U) dengan asupan kalori menggunakan uji Chi Square. Karena tabel dalam penelitian merupakan tabel BxK dalam hal ini tabel 3x3, maka apabila uji Chi Square test tidak memenuhi akan dilanjutkan dengan uji penggabungan sel untuk membentuk tabel yang baru yaitu tabel 2x3. Pada tabel 2x3 yang baru tersebut kemudian dilakukan uji chi square kembali dan jika tidak memenuhi syarat uji chi square dilanjutkan dengan

Uji Kolmogorov-Smirnov tabel 2xK. Nilai p < 0,05 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.

3.5.4 Penyajian dan Pelaporan Data

Data disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan penjelasan deskriptif. Pelaporan data dalam bentuk makalah laporan penelitian yang akan dipresentasikan saat sidang di depan penguji dari Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.6 Identifikasi Variabel

(45)

30

4.1 Sebaran Karakteristik Sosiodemografik Sampel

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat dengan pengambilan data dilakukan pada tanggal 13 April 2015 – 16 April 2015 dan 8 September 2015. Sampel populasi yang dipilih adalah anak usia 13 – 15 tahun yang bersekolah di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat. Namun saat perizinan pengambilan data ke sekolah, kami hanya bisa mengambil data murid kelas VIII saja, dikarenakan murid kelas VII banyak yang masih berusia 12 tahun, sedangkan murid kelas IX tidak diizinkan untuk dilakukan pengambilan data agar fokus menghadapi ujian.

Tabel 4.1 Sebaran karakteristik subyek berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 36 43,9

Perempuan 46 56,1

(46)

31

Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

BB/U BB kurang (<p5) 4 4,9

(47)

Tabel 4.3 Sebaran indeks antropometri subyek Indeks

Antropometri

Jenis

Kelamin Nilai

Berat badan (kg) Laki-laki Median (min – max) 51,4 (32,2 – 121,8) Perempuan Median (min – max) 45,0 (34,2 – 74,7) Tinggi badan (cm) Laki-laki Rata – rata (±SD) 161,0 (±9,0)

Perempuan Rata – rata (±SD) 154,5 (±6,5)

Sebaran data BB dan TB dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Untuk anak laki-laki didapatkan nilai median BB dan nilai rerata TB masing-masing 51,4 kg dan 161 cm. Nilai ini berada diatas Angka Nasional dari nilai median BB dan TB untuk anak laki-laki usia 13-15 tahun, yaitu 46 kg dan 158 cm.Sedangkan nilai median BB dan nilai rerata TB untuk anak perempuan yang didapat ialah 45 kg dan 154,5 cm. Nilai ini sedikit berada dibawah Angka Nasional dari nilai median BB dan TB untuk anak perempuan usia 13-15 tahun, yaitu 46 kg dan 155 cm.27

4.3 Sebaran Asupan Kalori

Tabel 4.4 Sebaran subyek berdasarkan tingkat asupan kalori persen AKG Tingkat Asupan Kalori Jumlah (n) Persentase (%)

Kurang (<90% AKG) 28 34,1

Baik (90-119% AKG) 32 39,0

(48)

33

Dari hasil tingkat asupan kalori berdasarkan persen AKG, didapatkan hasil anak dengan asupan kalori kurang cukup banyak yaitu sebanyak 28 anak (34,1%). Apabila asupan kalori kurang pada anak tidak diperbaiki, anak beresiko menderita penyakit Kekurangan Energi Kronis (KEK). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 6 Surakarta pada 40 siswi, yang mendapat hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan kejadian Kurang Energi Kronis pada siswi (p = 0,000).34

Sementara itu anak dengan asupan kalori baik dan lebih lebih dari setengah jumlah subyek yaitu sebanyak 54 anak (65,8%). Keadaan ekonomi orang tua siswa di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah yang diperkirakan baik berpengaruh terhadap asupan kalori siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Makassar yang meneliti terhadap 104 siswa SD, didapatkan hasil terdapat hubungan antara pendapatan ayah dengan asupan karbohidrat makan pagi siswa (p = 0,004). Karbohidrat sendiri mengandung kalori sebagai sumber energi.35

Keadaan ekonomi orang tua siswa yang baik apabila tidak diikuti dengan pola konsumsi yang baik, membuat anak beresiko untuk mengalami overweight hingga obesitas.36Ditambah dengan pola konsumsi makanan siap saji (fast food) yang tinggi kalori, risiko untuk anak-anak mengalami obesitas semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan penelitian yang dilakukan di Manado pada tahun 2013, bahwa terdapat hubungan antara konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada anak SD di Kota Manado (p = 0,024).37

(49)

Bedasarkan hasil wawancara konsumsi makanan dengan metode FFQ, didapat nilai median asupan kalori anak laki-laki sebesar 2458,3 kkal. Nilai ini sedikit lebih rendah dari nilai anjuran asupan kalori untuk anak laki-laki usia 13-15 tahun dari tabel AKG 2013, yaitu 2475 kkal. Sedangkan nilai rerata asupan kalori untuk anak perempuan yang didapat sebesar 2392,5 kkal. Nilai ini lebih besar dari nilai anjuran asupan kalori untuk anak perempuan usia 13-15 tahun dari tabel AKG 2013, yaitu 2125 kkal.27

4.4 Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori

4.4.1 Hubungan Status Gizi Berdasarkan BB/U dengan Asupan Kalori

Tabel 4.6 Hubungan antara status gizi berdasarkan berat badan terhadap umur dengan asupan kalori (n = 82)

Tingkat

*Tingkat asupan kalori baik dan lebih digabung menjadi satu agar bisa dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov tabel 2 x k

Dari hasil status gizi dengan indikator BB/U didapatkan anak dengan tingkat asupan kalori kurang, namun tidak ada satupun yang memiliki berat badan kurang, sebaliknya terdapat 5 anak (6%) dengan berat badan lebih. Sementara dengan tingkat asupan kalori baik dan lebih masing-masing terdapat 2 anak (2,4%) dengan berat badan kurang. Namun anak dengan tingkat asupan kalori baik, memiliki berat badan normal terbanyak yaitu 27 anak (32,9%).

(50)

35

sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi berdasarkan BB/U dengan asupan kalori.

Hasil ini bisa tidak sesuai karena berat badan mudah terjadi perubahan dan dipengaruhi dengan asupan makanan terkini, sementara pencatatan frekuensi makanan dengan FFQ menanyakan rata-rata konsumsi makanan bervariasi dari hari hingga tahun. Sehingga tidak menggambarkan asupan makanan yang terkini.

4.4.2 Hubungan Status Gizi Berdasarkan TB/U dengan Asupan Kalori

Tabel 4.7 Hubungan antara status gizi berdasarkan tinggi badan terhadap umur dengan asupan kalori (n = 82)

Tingkat

Asupan Kalori

TB/U

Keterangan

Pendek Normal Tinggi

Kurang 2 (2,4%) 24 (29,2%) 2 (2,4%) p = 1,000

(Kolmogorov-Smirnov test)

Baik * 5 (6%) 26 (31,7%) 1 (1,2%)

Lebih * 3 (3,6%) 19 (23,1%) 0 (0%)

*Tingkat asupan kalori baik dan lebih digabung menjadi satu agar bisa dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov tabel 2 x k

Status gizi dengan indikator TB/U, menunjukkan anak dengan tingkat asupan kalori kurang memiliki tinggi normal sebanyak 24 anak (29,2%) dan tubuh tinggi sebanyak 2 orang (2,4%). Sedangkan anak dengan asupan kalori baik memiliki tinggi tubuh normal terbanyak, yaitu 26 anak (31,7%). Anak dengan asupan kalori lebih memiliki tubuh pendek sebanyak 3 orang (3,6%) dan tidak ada satupun memiliki tubuh tinggi (0%).

Dari hasil analisis data di SPSS variabel TB/U dengan asupan kalori menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan hasil nilai p = 1,000 (p>0,05) sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi berdasarkan TB/U dengan asupan kalori.

(51)

terdapat hubungan asupan energi dengan status gizi berdasarkan TB/U (p = 0,353).38

Tidak ada hubungannya antara status gizi berdasarkan TB/U dengan asupan kalori karena tinggi tubuh seseorang dipengaruhi oleh hal yang kompleks, seperti faktor genetik, aktivitas fisik, hormon, dan gizi terutama kalsium. Tingkat asupan kalsium yang memadai mendukung penambahan massa tulang. Sementara itu kebiasaan merokok dan minum alkohol yang berlebihan menimbulkan pengaruh buruk terhadap tulang.39

Asupan kalori sendiri mempunyai peranan dalam pertumbuhan, terutama masa remaja yang terjadi lonjakan pertumbuhan. Namun peran kalori sebagai sumber energi untuk pertumbuhan tidaklah terlalu besar, untuk pertumbuhan normal jarang melebihi 5% dari kebutuhan energi harian.40

4.4.3 Hubungan Status Gizi Berdasarkan IMT/U dengan Asupan Kalori

Tabel 4.8 Hubungan antara status gizi berdasarkan indeks massa tubuh terhadap umur dengan asupan kalori (n = 82)

Tingkat

*Tingkat asupan kalori baik dan lebih digabung menjadi satu agar bisa dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov tabel 2 x k

(52)

37

Dari hasil analisis data di SPSS variabel IMT/U dengan asupan kalori menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan hasil nilai p = 0,883 (p>0,05) sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi berdasarkan IMT/U dengan asupan kalori.

Hasil ini berbeda dengan penelitian terhadap 245 siswa di SMPN 3 Rambang Dangku Sumatera Selatan tahun 2014, yang mendapatkan hubungan antara status gizi dengan frekuensi makan (p value = 0,000). Pada penelitian tersebut, untuk frekuensi makanan hanya berdasarkan tingkat keseringan makan, yaitu <3 kali sehari dan ≥ 3 kali sehari, sehingga akan didapatkan data secara umum.41Berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan metode FFQ yang rawan bias dikarenakan pelaporan yang salah dari subyek penelitian dalam pendataan makanan yang dikonsumsi.

Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan indikator IMT/U dengan asupan kaloridikarenakan banyak faktor yang berpengaruh terhadap status gizi seseorang selain faktor konsumsi, seperti faktor pengetahuan dan faktor kesehatan. Anak yang mengetahui tentang gizi dengan baik tentunya akan mengatur porsi makananannya seimbang, selain itu seseorang yang sakit tentu juga berpengaruh terhadap status gizinya.

(53)

38

5.1 Kesimpulan

1. Nilai median dari usia subyek penelitian adalah 13 tahun 8 bulan, dengan seluruh anak berasal dari kelas VIII. Jumlah perempuan lebih banyak dibanding laki-laki.

2. Rerata status gizi anak berdasarkan indikator BB/U, TB/U, dan IMT/U termasuk kategori normal, namun prevalensi anak gemuk cukup tinggi dan berada diatas Angka Nasional.

3. Tingkat asupan kalori terbanyak pada anak adalah asupan kalori baik, dengan hasil anak dengan asupan kalori kurang dan lebih tidak berbeda jauh.

4. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan indikator BB/U, TB/U, dan IMT/U dengan asupan kalori.

5.2 Saran

1. Diperlukan kerjasama antar pihak sekolah dan orang tua siswa untuk memberikan pengarahan kepada siswa mengenai pola konsumsi seimbang. 2. Anak kurus dan/atau asupan kalori kurang sebaiknya ditingkatkan jumlah asupan makanan tinggi kalori seperti nasi, daging, keju, susu, dll agar tercapai jumlah asupan kalori baik (90-119% AKG).

3. Anak gemuk dan/atau asupan kalori lebih sebaiknya dikurangi makan makanan siap saji (fast food) dan ditingkatkan konsumsi sayur dan buah agar mencapai jumlah asupan kalori baik (90-119% AKG).

4. Untuk penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan kombinasi food recall 24 jam dan food frequency questionnairedalam melakukan survei

konsumsi makanan agar mendapat data yang lebih valid.

(54)

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. Status Gizi Anak Umur 13 – 15 tahun. Dalam: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2013. h.219-20. 2. Zurtika D. Status Gizi Anak Sekolah Usia 10-12 Tahun dan Hubungannya

dengan Asupan Kalori di SDN X Kampung Serang, Bekasi Tahun 2011 [skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2011.

3. Chandra DA, Manampiring AE, Fatimawali. Jurnal e-Biomedik : Prevalensi Obesitas pada Remaja SMA YPKM di Kota Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi; Juli 2014; 2(2).

4. Widhayati RE. Efek Pendidikan Gizi terhadap Perubahan Konsumsi Energi dan Indeks Massa Tubuh pada Remaja Kelebihan Berat Badan [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang; 2009.

5. Barasi ME. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga; 2009. h.84.

6. Almatsier S. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan dan Masalah Gizi di Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama; 2009. h.307.

7. Heath AL dan Taylor R. Gizi Anak dan Remaja [Hartono A, alih bahasa]. Edisi 4. Jakarta : EGC; 2014; h.523.

8. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Konsep Dasar Timbulnya Masalah Gizi. Jakarta : EGC; 2001. h.6.

9. Almatsier S. Keseimbangan Energi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama; 2009. h.133.

10. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks antropometri. Departemen Kesehatan RI. 2002.

11. CDC Growth Charts 5th and 95th Percentile. National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion [internet]. 2013 May (diakses tanggal 2 Februari 2015). Diunduh dari : www.cdc.gov

12. Nanan DJ. Suggested BMI to determine risk of co-morbidities in Asians. Journal of Pakistan Medical Association [internet]. 2002 August (diakses

tanggal 2 Januari 2015). Diunduh dari :

(55)

13. Sediaoetama AD. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jilid I, Jakarta : Dian Rakyat; 2008. h.25-6.

14. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi. Dalam: Penilaian Status Gizi. Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002. h.14.

15. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Metode Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC; 2001. h.20-1.

16. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Antropometri Gizi. Jakarta : EGC; 2001. h.36.

17. Hartini S. Studi penggunaan SKDN sebagai alat ukur Status Gizi Anak Balita dalam UPGK (tesis). 1983.

18. Centers for Disease Control and Prevention. Child and Teen BMI. Division of Nutrition, Physical Activity, and Obesity [internet]. 2015 May 15 (diakses tanggal 5 September 2015). Diunduh dari : www.cdc.gov

19. Centers for Disease Control and Prevention. Advantages to Using BMI for Age. Division of Nutrition, Physical Activity, and Obesity [internet]. 2013 (diakses tanggal 10 September 2015). Diunduh dari : www.cdc.gov

20. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Survei Konsumsi Makanan. Jakarta : EGC; 2001. h.87-9.

21. Brantsaeter AL. Design, Use, and Interpretation of Food Frequency Questionnaires. Norwegian Institute of Public Health; 2010.

22. Calorie. Encyclopaedia Britannica. 2014 July 10 (diakses tanggal 18 Maret 2015). Diunduh dari : http://www.britannica.com/science/calorie

23. Ilmu Gizi Anak. Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik FK-USU/RS.HAM. 2011 (diakses tanggal 10 Maret 2015). Diunduh dari : ocw.usu.ac.id

24. Nordqvist C. Calorie. 2014 Sept 26 (diakses tanggal 18 Maret 2015). Diunduh dari : http://www.medicalnewstoday.com/articles/263028.php

25. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi. Jakarta : EGC; 2001; h.114.

(56)

41

27. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.

28. Nutrisi Pada Remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia [internet]. 10 September 2013 (diakses tanggal 25 Maret 2015).. Diunduh dari : http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-remaja.html

29. Lipoeto NI, Megasari N, Putra AE. Malnutrisi dan Asupan Kalori Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit [skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2005. 30. Ginting S. Pengaruh beban kerja dan asupan kalori terhadap status gizi

peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutilambaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2011 [tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2011.

31. Suyadi ES. Kejadian KEP [skripsi]. Jakarta; Universitas Indonesia; 2009. 32. Sjarif DR. Obesitas Anak dan Remaja. Jilid I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI;

2011; h.233.

33. Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI [internet]. Jakarta; 2007 (diakses tanggal : 27 September 2015). h.13-7. Diunduh dari : riskesdas.litbang.depkes.go.id

34. Pujiatun T. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada Siswa Putri di SMA Muhammadiyah 6 Surakarta [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah; 2014.

35. Galani MR, Sirajuddin S, Alharini S. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dan Asupan Makan Pagi dengan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar Negeri Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. Makassar : Universitas Hasanudin.; 2014.

36. Heath AL dan Taylor R. Gizi Anak dan Remaja [Hartono A, alih bahasa]. Edisi 4. Jakarta : EGC; 2014; h.523.

(57)

38. Yulni, Hadju V, Virani D. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013 [skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2013.

39. Lanham-New SA, Hakim O, Goulding A, Grant A. Mineral Utama : Kalsium dan Magnesium [Hartono A, alih bahasa]. Edisi 4. Jakarta : EGC; 2014; h.138-9.

40. Prentice AM. Energi [Hartono A, alih bahasa]. Edisi 4. Jakarta : EGC; 2014; h.99-100.

(58)

43

Lampiran 1. Formulir Informed Consent Yth

Orangtua/ Wali Murid Tsanawiyah di tempat

Ciputat, 6 April 2015 Assalamualaikum wr.wb

Dalam dunia pendidikan tinggi, penelitian sangat dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah baru. Penelitian juga menjadi salah satu syarat untuk lulus dari sebuah universitas.

Kami sebagai mahasiswa/I pendidikan tinggi di UIN akan melakukan penelitian tentang hubungan asupan makanan terhadap status gizi.

Atas dasar tersebut, kami mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama surat ini meminta izin kepada orangtua/wali murid Madrasah Pembangunan Tsanawiyah untuk mengambil data putra/i Bapak/Ibu sebagai bahan untuk penelitian kami. Adapun data yang akan diambil berupa berat badan, tinggi badan, serta hasil wawancara tentang asupan makanan. Data dari putra/I Bapak/Ibu tidak akan disebarluaskan ke publik dan nama putra/I Bapak/Ibu akan dirahasiakan. Data tersebut hanya akan dipakai sebagai bahan penelitian.

(59)

LEMBAR PERIZINAN PERSETUJUAN

Nama Orangtua : …... Nama Murid : …... Kelas : …...

Dengan ini menyetujui putra/i kami untuk diwawancarai dan diambil datanya oleh mahasiswa/I Program Studi Pendididkan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data putra/I kami hanya dipakai sebagai bahan penelitian dan nama putra/I kami tetap dirahasiakan.

Orangtua/Wali Murid Madrasah Pembangunan Tsanawiyah ………, …. April 2015

(60)

45

BIODATA MURID MADRASAH PEMBANGUNAN TSANAWIYAH

(61)

Lampiran 2. Formulir Food Frequency Questionnare

FORMULIR

FOOD FREQUENCY QUESTIONNARE

Nama peneliti : Tanggal:

Harian Mingguan Bulanan jarang/tdk URT Gram

(62)
(63)
(64)
(65)
(66)

51

(67)

Lampiran 5. Output SPSS

1. Uji Normalitas Data Usia

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Usia (Bulan) ,113 82 ,012 ,974 82 ,101

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji Normalitas Data BB, TB, dan Nilai Asupan Kalori pada Anak Laki-Laki

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

3. Uji Normalitas Data BB, TB, dan Nilai Asupan Kalori pada Anak Perempuan

(68)

53

4. Uji Chi-Square BB/U dengan Asupan Kalori Crosstab

a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,07.

(69)

Chi-Square Tests

a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,80.

6. Uji Chi-Square IMT/U dengan Asupan Kalori Asupan Kalori * IMT/U Crosstabulation Count

(70)

55

7. Uji Chi-Square BB/U dengan Asupan Kalori Setelah Penggabungan Sel

Crosstab

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,37.

8. Uji Chi-Square TB/U dengan Asupan Kalori Setelah Penggabungan Sel

(71)

Chi-Square Tests

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,02.

9. Uji Chi-Square IMT/U dengan Asupan Kalori Setelah Penggabungan Sel

Crosstab

(72)

57

10.Uji Alternatif Kolmogorov-Smirnov dengan Tabel 2 x K Frequencies

AsupanKal

2 N

BB/U 1,00 28

2,00 54

Total 82

TB/U 1,00 28

2,00 54

Total 82

IMT/ U

1,00 28

2,00 54

Total 82

Test Statisticsa

BB/U TB/U IMT/U

Most Extreme Differences

Absolute ,104 ,077 ,136

Positive ,104 ,077 ,136

Negative ,000 ,000 -,034

Kolmogorov-Smirnov Z ,449 ,329 ,585

Asymp. Sig. (2-tailed) ,988 1,000 ,883

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks antropometri10
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan Kurva CDC 200011
Tabel 2.3 Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT menurut kriteria Asia Pasifik12
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi14
+7

Referensi

Dokumen terkait

0.784 dengan nilai probabilitas 0,376 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan gizi mikro dengan status gizi berdasarkan IMT.. Berdasarkan

Asupan zat gizi dan status gizi dapat mempengaruhi siklus menstruasi, asupan zat gizi dan status gizi yang kurang atau lebih akan berpengaruh pada pertumbuhan

Hasil analisis menggunakan uji kolerasi Spearman dengan tingkat kemaknaan 95%(α=0,05) menunjukkan bahwa hubungan antara asupan energi dengan status gizi IMT/U

Tidak terdapat hubungan antara asu- pan energi dengan status gizi menurut indikator TB/U yang menunjukkan bahwa asupan energi kurang memberikan kontribusi terhadap terjadi-

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anak dengan status gizi kurus sebagian besar mendapatkan asupan karbohidrat kurang yaitu 15 orang anak (21,42%), anak dengan status gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terda- pat perbedaan yang signifikan pada usia, asupan energi dan kalsium, status gizi (IMT/U), dan persen lemak tubuh antara subjek

Hasil analisis bivariat dengan uji korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi menurut IMT/U, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, asupan zat besi, dan

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan hubungan antara asupan energi dengan status gizi bahwa dari 30 santri dengan kategori asupan energi defisit terdapat 8 santri 26,7% berstatus gizi