• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Komunikasi Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Komunikasi Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh,

GIRI WANANDI

NIM : 41810030

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

RIWAYAT HIDUP

1. DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Giri Wanandi

Tempat & Tanggal Lahir : Sukabumi, 24 Desember 1992

NIM : 41810030

Tingkat/Semester : 4/8

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jln. Tipar Gang Pesantren No. 04 RT/RW 03/05 Kec. Citamiang Kel. Tipar Kota Sukabumi – Jawa Barat

No. Tlp/HP : 087822020203

Berat Badan : 90 Kg

Tinggi Badan : 173 Cm

(3)

Orang Tua :

a. Nama Ayah : Abdurohman

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jln. Tipar Gang Pesantren No. 04 RT/RW 03/05 Kec. Citamiang Kel. Tipar Kota Sukabumi – Jawa Barat

b. Nama Ibu : Iis Rostiati

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jln. Tipar Gang Pesantren No. 04 RT/RW 03/05 Kec. Citamiang Kel. Tipar Kota Sukabumi – Jawa Barat

2. PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2010 - sekarang

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas di Universitas Komputer

Indonesia

-

2. 2007 - 2010 SMA Negeri 1 Sukabui Berijazah 3. 2005 - 2007 SMP Islam Alazhar 7

Sukabumi Berijazah

(4)

3. PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2009 - 2010 Anggota Eskul Pecinta Alam

Steyrs SMA 1 Sukabumi Wakil Ketua 2. 2006 - 2007 Anggota OSIS SMP Alazhar

7 Sukabumi Div. Tata Tertib 3. 2004 - 2005 Anggota Pramuka SD Tipar

Sukabumi -

Hormat Saya, Peneliti

(5)

x

1. LEMBAR PERNGESAHAN ... i

2. LEMBAR PERNYATAAN ... ii

3. LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

4. ABSTRAK ... iv

5. ABSTRACT ... v

6. KATA PENGANTAR ... vi

7. DAFTAR ISI ... x

8. DAFTAR TABEL ... xv

9. DAFTAR GAMBAR ... xvi

10.DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

11.BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 8

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

(6)

xi

1.4.2.3 Masyarakat ... 11

1.4.2.4 Pemerintah Kabupaten Sukabumi ... 11

12.BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

2.1 Tinjauan Pustaka ... 12

2.1.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu ... 12

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 15

2.1.2.1 Definisi Ilmu Komunikasi ... 15

2.1.2.2 Proses Komunikasi ... 17

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi ... 20

2.1.2.4 Tujuan Komunikasi ... 22

2.1.2.5 Jenis Komunikasi ... 23

2.1.2.4 BentukKomunikasi ... 26

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Ritual... 29

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Budaya ... 31

2.1.5 Tinjauan Tentang Upacara Adat ... 32

2.1.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal ... 33

2.16.1 Definisi Komunikasi Verbal ... 33

2.1.7 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal... 35

(7)

xii

2.2 Kerangka Pemikiran ... 43

2.2.1 Teori Interaksi Simbolik ... 43

13.BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Objek Penelitian... 47

3.1.1 Sejarah Kampung Adat Ciptagelar ... 47

3.1.2 Adat Istiadat Kampung Adat Ciptagelar ... 50

3.1.3 Kepercayaan Kampung Adat Ciptagelar ... 51

3.1.4 Sistem Pertanian Kampung Adat Ciptagelar ... 52

3.1.5 Struktur Organisasi Kampung Adat Ciptagelar ... 53

3.1.6 Ritual Mipit Pare ... 54

3.1.7 Objek Penelitian Etnografi Komunikasi ... 55

3.2 Metode Penelitian……… ... 58

3.2.1 Desain Penelitian ... 58

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 61

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 61

3.2.2.2 Studi Lapangan... 63

3.2.3 Subjek dan Informan Penelitian ... 67

3.2.3.1 Subjek Penelitian ... 67

(8)

xiii

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 76

14.BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

4.1 Profil Informan ... 79

4.2 Hasil Penelitian ... 91

4.2.1 Situasi Komunikatif dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi... 92

4.2.2 Peristiwa Komunikatif dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi... 98

4.2.3 Tindakan Komunikatif dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi... 115

4.3 Pembahasan Penelitian ... 118

4.3.1 Situasi Komunikatif dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi... 119

4.3.2 Peristiwa Komunikatif dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi... 124

4.3.2.1 Tipe Peristiwa... 124

4.3.2.2 Topik ... 125

4.3.2.3 Fungsi & Tujuan ... 125

(9)

xiv

4.3.2.8 Urutan Tindakan... 128

4.3.2.9 Kaidah Interaksi ... 131

4.3.2.10 Norma-norma Interpretasi ... 131

4.3.3 Tindakan Komunikatif dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi... 133

4.3.4 Aktivitas Komunikasi dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi... 136

4.3.5 Aktivitas Komunikasi dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi dalam Interaksionalisme Simbolik ... 140

15.BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 143

5.2 Saran ... 145

5.2.1 Saran Bagi Masyrakat Kampung Adat Ciptagelar ... 145

5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 146

16.DAFTAR PUSTAKA ... 147

17.LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 151

(10)

xv

(11)

xvi

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kampung Adat Ciptagelar ... 53

Gambar 3.2 Komponen dalam Analisi Data ... 72

Gambar 4.1 Informan Abah Ugi ... 80

Gambar 4.2 Informan Ki Daul ... 82

Gambar 4.3 Informan Ki Radi ... 84

Gambar 4.4 Informan Ki Upar ... 86

Gambar 4.5 Informan Ki Katna ... 88

Gambar 4.6 Informan Ki Suhendar ... 90

Gambar 4.7 Imah Gede ... 120

Gambar 4.8 Huma Tempat Prosesi Ritual Mipit Pare ... 121

Gambar 4.9 Model Situasi Komunikatif dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi ... 123

Gambar 4.10 Situasi Imah Gede ... 129

Gambar 4.11 Abah Ugi Melakukan Ritual ... 130

Gambar 4.12 Para Wanita Memotong Padi ... 130

Gambar 4.13 Model Peristiwa Komunikatif dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi ... 132

(12)

xvii

(13)

xviii

Lampiran 1 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang

Sarjana ... 151

Lampiran 2 Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana ... 152

Lampiran 3 Surat Pernyataan Kehilangan Lembar Revisi Usulan Penelitian.... 153

Lampiran 4 Berita Acara Bimbingan ... 154

Lampiran 5 Transkrip Wawancara ... 155

Lampiran 6 Transkrip Observasi ... 178

(14)

147

A Devito, Joseph. 2011. Komunikasi Antar manusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.

Burhan Bungin . 2005 .Penelitian kualitatif : komunikasi, ekonomi, kebijakan public, dan ilmu social lainya , Jakarta: kencana

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Husein, Umar, 2002, Metode Riset Bisnis, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

James P. Spradley. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana, . Edisi II.

Kuswarno, Engkus, 2008, Etnografi Komunikasi, Bandung: Widya Padjadjaran.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

... 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

(15)

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

... 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

... 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Mondry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia.

Natzir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.

Pawito. 2007 Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.

Rakhmat, Jalaludin. 1984. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin. 2003. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja Rosdakarya

Rakhamat, Jalaludin, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

(16)

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakara :Kanisius

Suyatna, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai alternative Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.

Stewart L. Tubbs. 1996. Communication :Konteks-konteks Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya.

B. PENELITIAN TERDAHULU

Septian Restu Unggara. AktivitasKomunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. UNIKOM, Bandung

Al Mushowwir, Komunikasi Ritual Adat Sebam Masyarakat Baduy Luar. UNIKOM, Bandung

Marcelyna, Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba. UNIKOM, Bandung

C. PENELUSURAN DATA ONLINE

(17)

http://www.wacananusantara.org/masyarakat-adat-desa-ciptagelar/ (Senin, 24 Februari 2014 jam 22:50)

http://adybudiman.blogdetik.com/2013/08/31/komunikasi-ritual-dalam-tradisi-kepala-menyan/ (Rabu 2 Maret 2014 jam 02:18) http://titinsetya.wordpress.com/2011/12/07/komunikasi-antar-budaya (Kamis 4 Maret 2014 jam 01:18)

http://adiprakosa.blogspot.com/2008/10/komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html ( Jumat 14 Maret jam 16:10 )

http://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-komunikasi-verbal-dan-nonverbal-beserta-contoh-dan-slogan-produk( Jumat 14 Maret

(18)

vi

diberikan kepada kita sehingga saat ini kita masih di berikan kesehatan, semoga apayang kita lakukan mendapat ridhonya amin. Shalawat serta salam terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta sahabat beliau.Semoga kita tetap menjadi umatnya hingga akhir zaman.

Dan tidak lupa juga peneliti berterima kasih kepada kedua orang tua saya

Bapak Abdurohman dan Ibu Iis Rostiati yang telah memberikan dukungan dan

semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya ilmiah ini yang berjudul "AKTIVITAS KOMUNIKASI RITUAL

MIPIT PARE

DI

KAMPUNG ADAT CIPTAGELAR (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai

Aktivitas Komunikasi Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi).

(19)

vii

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah membantu dalam pembuatan surat pengantar penelitian.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan semangat dan nasihatnya bagi peneliti. 3. Yth. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si selaku Sektretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi yang telah memberikan masukan dan doannya.

4. Yth. Bapak Inggar Prayoga, S.I.Kom selaku Dosen wali yang telah memberikan motivasi, perhatian dan masukan kepada peneliti.

5. Yth. Bapak Adiyana Slamet, S.IP., M.Si, selaku pembimbing yang telah memberikan segala bimbingan, arahan, waktu, dan semangat selama peneliti mengerjakan sampai dengan menyelesaikan penyusunan proposal karya ilmiah ini. Peneliti sangat berterimakasih atas kesediaan waktu yang telah banyak diberikan untuk membimbing peneliti selama ini.

6. Yth. Bapak/Ibu dosen Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia yang telah memberrikan segala ilmunya kepada peneliti.

(20)

viii

9. Untuk Abah Ugi dan informan lainnya dalam mempermudah informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini.

10.Untuk teman-teman IK-H2 yang telah memberikan warna baru bagi

persahabatan kita selama ini dan pastinya peneliti akan selalu merindukan kalian walaupun kita tidak bersama lagi. Dan juga untuk pertemanan serta bantuan selama perkuliahan.

11.Teman-teman seperjuangan Awee, Dhika, Udin, Ejot, Erwin, Nay, Ganjar,

Bayu, Sopian atas pertemanan yang kita jalin selama ini.

12.Penulis juga berterimakasih kepada Novita Yusup yang selalu memberikan perhatian dan dukungan serta menyemangati dan mengingatkan peneliti untuk melakukan penelitian sampai dengan menyelesaikan penyusunan proposal karya ilmiah ini.

13.Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa

peneliti sebutkan satu persatu. Mohon maaf atas segala kekurangan peneliti.

(21)

ix

Bandung, Juli 2014 Peneliti,

(22)

1

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Ritual Mipit pare di kampung adat ciptagelar merupakan ritual yang dilakukan turun temurun dimana ritual ini dilakukan ketika padi berumur 3-4 bulan. Ritual mipit pare dilakukan oleh masyarakat kampung adat ciptagelar sebagai permintaan kepada leluhur agar panen melimpah. Ritual ini dilaksanakan dengan cara masyarakat kampung adat ciptagelar berdatangan secara beriringan keladang baik itu huma atau persawahan dengan membawa sesajen.

Keunikan dari prosesi ritual ini yaitu ketika upacara adat ini dilakukan oleh perwakilan sesepuh kampung dari 360 kampung kecil dan kampung utamanya sendiri yaitu kampung Adat Ciptagelar baik wanita maupun pria dengan beriringan keladang baik itu huma ataupun persawahan dengan memakai pakaian adat dan membawa sesajen. Dalam ritual tersebut terjadi aktivitas komunikasi yaitu aktivitas verbal dan nonverbal.

(23)

Sedangkan aktivitas verbal dari acara ritual mipit pare ini yaitu ketika sang sesepuh atau orang yang memimpin ritual tersebut membacakan doa-doa khusus kepada leluhur ataupun tuhan agar panen melimpah dan nyanyian adat dogdog lojor.

Secara garis besar, ritual mipit pare ini dilakukan setiap panen padi akan tiba dan diawali dengan perwakilan dari masyarakat berkumpul di sebuah ruangan yaitu di imah gede dengan diadakan selametan lalu dilanjutkan dengan instruksi dari sesepuh masyarakat pergi beriringan ke huma atau persawahan dengan diiringi oleh nyanyian dan tarian adat khusus, setelah di ladang sesepuh girang mulai membaca doa dan pemanenan padi pertama (indung pare) di pupuhunan. Setelah selesai di pupuhunan, kegiatan memanen dilanjutkan ke seluruh huma oleh para warga Kasepuhan.

(24)

Oleh karena itu kita bisa lihat dari tahapan upacara ritual mipit pare diatas didalamnya banyak terjadi aktivitas komunikasi dan dengan hal tersebut peneliti dalam hal ini tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai ritual mipit pare yaitu yang dimana ritual ini masih dilakukan oleh masyarakat kampung adat ciptagelar yang masih memegang teguh hukum adat dan adat istiadat kebudayaannya. Sehingga peneliti sangat tertarik akan hal ini karena di era globalisasi ini masih ada sekelompok masyarakat yang masih memegang teguh hukum adat dan masih melaksanakan ritual -ritual adat secara turun menurun meskipun banyak yang beranggapan bahwa upacara adat atau ritual bertentangan dengan ajaran agama yaitu agama Islam.

Aktivitas Komunikasi menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno, merupakan aktivitas yang khas atau kompleks, yang didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks yang tertentu pula. (Kuswarno, 2008:42).

(25)

kampung adat ciptagelar ini yaitu mereka masih menyimpan kearifan lokal secara ketat.

Kampung adat ciptagelar masih mempertahankan adat istiadatnya ketika masyarakat disekitarnya telah berubah seiring dengan perkembangan zaman. Kehadiran perkampungan ini menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia yang sesungguhnya belum terkontaminasi oleh perubahan budaya yang dimana saat ini diibaratkan Indonesia sedang diserang oleh budaya lain khususnya budaya asing.

Sebagai masyarakat adat, warga di Kampung Adat Ciptagelar di Kabupaten Sukabumi ini sangat menarik untuk ditinjau, karena masyarakat kampung adat ini mengatur dirinya dan membentengi gaya hidupnya dengan aturan adat yang sangat kuat. Meskipun aturan yang berasal dari dua aspek berbeda yaitu aturan yang berasal dari agama islam dan aturan yang berasal dari adat istiadat turun temurun1

Masyarakat Kampung Adat Ciptagelar mayoritas penganut agama Islam meskipun ada sebagian warganya masih memegang kepercayaan sunda wiwitan. Meskipun menganut agama Islam akan tetapi masyarakat Adat Ciptagelar masih sangat patuh memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek moyang. Bagi masyarakat Kampung Adat Ciptagelar agama dan adat istiadat merupakan kendali dalam mengatur kehidupan mereka.

1

(26)

Banyak tradisi atau upacara adat yang diwariskan dan masih dilakukan secara turun - temurun oleh generasi dari masyarakat ciptagelar ini yaitu misalnya ritual ngaseuk, ritual sapang jadian pare, ritual sawenan, ritual mipit pare, ritual nganjaran dan ritual seren taun. Ritual - ritual tersebut kebanyakan berkaitan dengan pertanian yang dimana menjadi mata pencaharian dari masyarakat ini

Masyarakat Kampung Adat Ciptagelar dalam menjalankan kehidupannya berpedoman pada tradisi yang diturunkan nenek moyang mereka. Mereka berpegang kepada nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan dan aturan yang dijalani sebagai suatu keyakinan, maka dari itu rangkaian aktivitas ritual upacara Mipit Pare selalu sama dan tidak pernah berubah dalam pelaksanaanya selama turun temurun.2

Sebagai makhluk sosial kehidupan masyarakat Kampung Adat Ciptagelar dalam menjalankan ritual upacara Mipit Pare tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan sosial manusia atau masyarakat.

Ritual adalah teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci (sanctify the custom). Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat

2

(27)

sosial dan agama. Ritual bisa pribadi atau berkelompok. Wujudnya bisa berupa doa, tarian, drama, kata-kata dan sebagainya3.

Komunikasi ritual dapat dimaknai sebagai proses pemaknaan pesan sebuah sekelompok masyarakat terhadap aktifitas religi dan sistem kepercayaan yang dianutnya. Dalam prosesnya selalu terjadi pemaknaan simbol-simbol tertentu yang menandakan berlangsungnya proses komunikasi ritual tersebut. Kerap terjadi persinggungan dengan paham-paham keagamaan formal yang kemudian ikut mewarnai proses tersebut.4

Berbicara mengenai kebudayaan maka berbicara mengenai sistem nilai yang terkandung dalam sebuah keragaman masyarakat. Keragaman tersebut tidak saja terdapat secara internal, tetapi juga karena pengaruh-pengaruh yang membentuk suatu kebudayaan.

Pada etnografi komunikasi, yang menjadi fokus perhatian adalah apa yang individu dalam suatu masyarakat lakukan atau perilaku, kemudian apa yang mereka bicarakan atau bahasa dan apa ada hubungan antara perilaku dengan apa yang seharusnya dilakukan dalam masyarakat tersebut atau kesimpulan dalam fokus

3

http://adybudiman.blogdetik.com/2013/08/31/komunikasi-ritual-dalam-tradisi-kepala-menyan/ (Rabu 2 Maret 2014 jam 02:18)

4

(28)

etnografi komunikasi itu yaitu keseluruhan perilaku dalam tema kebudayaan tertentu. Adapun yang dimaksud dengan perilaku komunikasi menurut ilmu komunikasi adalah tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak ketika terlibat dalam proses komunikasi. (Kuswarno, 2008:35).

Etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai makhluk sosial, ketiga keterampilan itu terdiri dari keterampilan linguistic, keterampilan interaksi, dan keterampilan budaya. (Kuswarno, 2008:18).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menganggap ritual upacara Mipit Pare yang dilaksanakan oleh masyarakat Kampung Adat Ciptagelar Kab.Sukabumi merupakan sebuah kebudayaan yang memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Kampung Adat Ciptagelar. Peneliti ingin mengungkapkan makna dari ritual upacara kebudayaan tersebut dan melihat bagaimana proses aktivitas komunikasi yang terjadi di dalamnya. Dengan adanya kebudayaan atau tradisi ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar tersebut, maka apabila dilihat dengan menggunakan pendekatan etnografi komunikasi akan menjelaskan setiap detail tradisinya.

(29)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan pernyataan yang jelas, tegas, dan konkrit mengenai masalah yang akan diteleliti, adapun rumusan masalah ini terdiri dari pertanyaan makro dan pertanyaan mikro, yaitu sebagai berikut :

1.2.1 Pertanyaan Makro

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan inti dari permasalahan ini adalah :

"Bagaimana Aktivitas Komunikasi Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi ?"

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka inti masalah tersebut peneliti jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana Situasi Komunikatif dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi ?

2. Bagaimana Peristiwa Komunikatif dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi ?

(30)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti memiliki maksud dan tujuan yang menjadi bagian dari penelitian sebagai ranah kedepannya, adapun maksud dan tujuannya sebagai berikut:

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan secara mendalam tentang "Aktivitas Komunikasi Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar kab. Sukabumi".

1.3.2 Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan penelitian ini secara khusus diantaranya :

1. Untuk Mengetahui dan Mengkaji Situasi Komunikatif dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi.

2. Untuk Mengetahui dan Mengkaji Peristiwa Komunikatif dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi.

(31)

4. Untuk mengetahui dan mengkaji Aktivitas Komunikasi dalam Ritual Mipit Pare di Kampung Adat Ciptagelar Kabupaten Sukabumi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis, sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dijadikan sebagai rujukan bagi peneltian - penelitian selanjutnya sehingga mampu menunjang perkembangan dalam bidang ilmu komunikasi secara umum dan menambah wawasan serta referensi. Serta bagi fakultas ilmu komunikasi penelitian ini dapat memberikan sumbangsih ilmiah, pemikiran, dan ide segar serta sarana untuk memahami ilmu komunikasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun dalam penelitian ini, selain memiliki kegunaan teoritis peneliti pun akan memaparkan kegunaan praktis dari penelitian yang peneliti teliti, yaitu :

1.4.2.1 Peneliti

(32)

tentang Aktivitas Komunikasi dalam penelitian etnografi komunikasi.

1.4.2.2 Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih informasi bagi mahasiswa Unikom secara umum dan mahasiswa ilmu komunikasi secara khusus dan dijadikan literatur atau referensi tentang kajian yang sama yaitu etnografi komunikasi.

1.4.2.3 Masyarakat

Semoga penelitian ini dapat memberikan kesadaran dan wawasan kepada masyarakat agar lebih tahu nilai-nilai historis yang masih tersimpan di Masyarakat Kampung Adat Ciptagelar, karena selain sebagai aset di bidang pariwisata, juga sebagai aset pengetahuan, serta pewarisan budaya bagi generasi mendatang.

1.4.2.4 Pemerintah Kabupaten Sukabumi

(33)

12

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

Adapun tinjauan pustaka yang peneliti lakukan untuk melengkapi penelitian ini dilakukan dengan berbagai aspek tinjauan. Ini dilakukan guna menambahkan ilmu dan melengkapi penelitian yang berkaitan dengan keilmuan hubungan masyarakat.

2.1.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu Yang Sejenis

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Desain

Penelitian

(34)
(35)
(36)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.2.1 Definisi Ilmu Komunikasi

Istilah komunikasi (communication) dalam bukunya Deddy Mulyana yaitu Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar berasal dari kata: common, yang berarti “sama”, dengan maksud sama makna, sehingga secara sederhana, dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan proses menyamakan persepsi, pikiran, dan rasa antara komunikator dengan komunikan.

(37)

a. Bernard Barelson & Garry A. Steiner

Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dan sebagainya

b. Theodore M. Newcomb

Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.

c. Everett M. Rogers

Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

d. Gerald R. Miller

Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima

e. Raymond Ross

(38)

f. Harold Lasswell

menjelaskan bahwa “Who Says What In Which Channel To Whom

With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh bagaimana.

Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara lain adalah:

1. Komunikator (komunikator,source,sender) 2. Pesan (message)

3. Media (channel)

4. Komunikan (komunikan,receiver) 5. Efek (effect)

Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.

2.1.2.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi, terdiri atas dua tahap. meliputi proses komunikasi primer dan proses komunikasi sekunder. (Effendy dalam Mondry, 2008: 3).

(39)

orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi meliputi bahasa, kial (gesture), gambar, warna, dan sebagainya. Syaratnya secara langsung dapat “menterjemahkan” pikiran atau perasan komunikator kepada

komunikan.

Bahasa merupakan sarana yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya dengan bahasa (lisan atau tulisan) kita mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, baik yang berbentuk ide, informasi atau opini bisa dalam bentuk konkret ataupun abstrak. Hal itu bukan hanya suatu hal atau peristiwa yang sedang terjadi sekarang, tetapi juga pada masa lalu atau waktu yang akan datang.

(40)

warna) tersebut sangat terbatas kemampuanya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

2. Proses komunikasi sekunder, merupakan proses penyampain pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam berkomunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau dalam jumlah yang banyak. Sarana yang sering dikemukakan untuk komunikasi sekunder sebagai media kedua tersebut, antara lain surat, telepon, faksimili, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet, dan lain–lain.

Setelah pembahasan di atas mengenai proses komunikasi, kini kita mengenal unsur-unsur dalam proses komunikasi. Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut:

a. Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

b. Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.

(41)

d. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

e. Decoding: Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

f. Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. g. Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah

diterpa pesan.

h. Feedback: Umpan Balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

i. Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

(42)

1. Fungsi Komunikasi Sosial

Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep diri Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis.Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri.Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.

2. Fungsi Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-pesan non verbal.

3. Fungsi Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif.Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapakan kata2 dan menampilkan perilaku yang bersifat simbolik.

4. Fungsi Komunikasi Instrumental

(43)

keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif) Suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.

2.1.2.4 Tujuan Komunikasi

R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for effective Communication, menayatakan bahwa tujuan sentral dalam kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:

a. To secure understanding, b. To establish acceptance, c. To motivate action.

Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat mnegerti dan menerima, maka penerimanya itu harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (To motivate action)

(44)

memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yangmelibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. (Mulyana, 2007:4).

Rudolf F Vederber mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi. Pertama fungsi sosial yakni untuk tujuan kesenangan untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan,yakni mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu ( Mulyana. 2007:5).

2.1.2.5 Jenis Komunikasi

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Jenis komunikasi terdiri dari:

1. Komunikasi verbal

(45)

menggunakan bahasa yang dapat di mengerti karena bahasa merupakan sebagai suatu sistem kode verbal

Menurut Larry L. Barker, bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. 1) Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha

mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

2) Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

3) Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

2. Komunikasi non verbal

(46)

rambut, dan penggunaan simbol-simbol. Menurut Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc., Ed. menyatakan bahwa:

“Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata”.

Sedangkan menurut Atep Adya Barata mengemukakan bahwa:

“Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui pakaian dan setiap kategori benda lainnya (the object language), komunikasi dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language), dan komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh (action language).”

a. Bentuk Komunikasi Non Verbal

Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu:

(47)

2.1.2.6Bentuk Komunikasi

Adapun bentuk – bentuk komunikasi seperti yang dikutip dalam buku “Metode Riset Komunikasi Organisasi” adalah sebagai

berikut :

1. Komunikasi Personal (Personal Communication). Terdiri dari

komunikasi intrapersona (intrapersonal communication) dan komunikasi antarpersona (interpersonal Communication).

2. Komunikasi Kelompok (Group Communication). Pertama dalam

bentuk komunikasi kelompok kecil (small group communication) seperti : ceramah (lecture), diskusi panel (panel discussion), simposium (symposium), forum, seminar, dan curahsaran (brainstorming). Kedua, komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking).

3. Komunikasi Massa (Mass Communication),misalnya : pers,

radio, televisi, dan film.

4. Komunikasi Medio (Medio Communication),misalnya : surat,

telepon, pamflet, poster, dan spanduk.

(48)

mengklasifikasi ada empat tipe komunikasi, sedangkan R. Wayne Pace dan teman-temannya dalam bukunya Techniques of Effective Communication (1979) membagi komunikasi atas tiga tipe. (Cangara, 2005)

Berdasarkan sudut pandang beberapa pakar komunikasi, dapat diklasifikasikan ada tujuh tipe atau bentuk komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi Intrapersonal (Komunikasi Dengan Diri

Sendiri)

Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya proses komunikasi disini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. (Cangara, 2005:30)

2. Komunikasi Interpersonal (Komunikasi Antarpribadi)

(49)

3. Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil diartikan sebagai proses pertukaran pesan verbal dan nonverbal anatara tiga orang atau lebih anggota kelompok yang bertujuan untuk saling mempengaruhi.

4. Komunikasi Publik

Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering disebut juga pidato, ceramah atau kuliah umum. (Mulyana, 2003:74).

5. Komunikasi Organisasi

(50)

6. Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya atau antarbudaya yaitu komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda secara ras, etnik atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). (Tubbs, 1996:236)

7. Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau eletronik (televisi, radio), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, ananonim dan heterogen. (Mulyana, 2003:75).

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Ritual

(51)

Memahami Ritual sebagai suatu Habitual Action (Aksi Turun-temurun), mencermati pandangan-pandangan tersebut, dipahami bahwa ritual berkaitan dengan pertunjukan secara sukarela yang dilakukan masyarakat secara turun-temurun (berdasarkan kebiasaan) menyangkut perilaku yang terpola. Pertunjukan tersebut bertujuan mensimbolisasi suatu pengaruh kepada kehidupan kemasyarakatan. (Couldry dalam Thedorus, 2011:51).

Menyadari bahwa ritual sebagai salah satu cara dalam berkomunikasi, maka kemudian muncul istilah komunikasi ritual. Istilah komunikasi ritual pertama kalinya dicetuskan oleh James W. Carey, yaitu ”In a ritual definition, communication is linked to terms such as “sharing,” “participation,” “association,” “fellowship,” and

“the possession of a common faith.” Hal ini berarti, dalam perspektif komunikasi ritual berkaitan dengan berbagi, partisipasi, perkumpulan atau asosiasi, persahabatan, dan kepemilikan akan keyakinan iman yang sama, selanjutnya ditambahkan Carey, dalam pandangan komunikasi ritual tidak secara langsung diarahkan untuk menyebarluaskan pesan dalam suatu ruang, namun lebih kepada pemeliharaan suatu komunitas dalam suatu waktu.

(52)

menghadirkan kembali kepercayaan-kepercayaan bersama. (James W. Carey dalam Theodorus, 2011:56).

Oleh karena itu kajian mengenai komunikasi ritual sangat erat kaitannya dengan komunikasi antar budaya yang menganggap bahwa tidak ada hal yang benar dan hal yang salah sepanjang itu berkaitan dengan kepercayaan.

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Budaya

Bila orang awam berfikir tentang budaya, biasanya mereka berfikir tentang cara-cara orang berpakaian, kepercayaan-kepercayaan yang mereka miliki dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka praktekkan.Tanpa menggunakan definisi yang komprehensif, kita dapat mengakui bahwa hal di atas merupakan aspek budaya, tapi definisi tersebut belum menyeluruh, baik dilihat dari sudut teori maupun dari sudut praktek.

Kata “budaya” berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti “budi” atau

“kaal”. Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai “ hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal”. Istilah culture, yang merupakan

(53)

diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.1

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalampikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

2.1.5 Tinjauan Tentang Upacara Adat

Berbicara mengenai upacara adat tentunya tidak terlepas dari sebuah bentuk kebudayaan atau juga adat istiadat yang sering dilakukan oleh suatu kumpulan masyarakat di suatu daerah tertentu yang memiliki suatu adat istiadat yang harus dapat di pertahankan secara turun-temurun, karena dapat dikatakan bahwa kebudayaan atau istiadat yang dimilki oleh suatu masyarakat di daerah tertentu merupakan sebuah warisan dari para leluhur yang harus dipertankan sampai seterusnya. Pengertian upacara adat itu sendiri adalah suatu bentuk kegiatan yang berhubungan dengan kebudayaan atau adat-istiadat yang sering dilakukan oleh suatu anggota masyarakat yang ada di daerah tertentu, dapat dikatakan juga merupakan sebuah tradisi yang selalu dilakukan secara turun-temurun atau juga merupakan warisan

1

(54)

kebudayan dari para leluhur yang harus dapat dipertahankan, dan juga merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu yang ada disuatu daerah, yang memiliki aturan, dan nilai yangsangat sakral yang harus dijunjung dan apabila melanggarnya dengan sendirinya akan mendapat sanksi.

2.1.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal

2.1.6.1 Definisi Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan. Komunikasi verbal menempati porsi besarkarena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal.Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.2Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk

2

(55)

mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.

(56)

2.1.7 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal menempati porsi penting.Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan.Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya.Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara.3

2.1.7.1 Definisi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling

3

(57)

jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

2.1.7.2 Jenis-jenis Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal yang kita anggap cukup penting ternyata dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis pesan yang digunakannya.Dari jenis komunikasi non verbal yang pernah diberikan oleh para ahli sangat beragam. Adapun jenis-jenis komunikasi non verbal yaitu sebagai berikut :

1. Bahasa :

a. Isyarat tangan b. Gerakan tangan

c. Postur tubuh dan posisi kaki d. Ekspresi wajah dan tatapan mata 2. Sentuhan

3. Parabahasa 4. Penampilan fisik :

a. Busana

b. Karakteristik fisik 5. Bau-bauan

(58)

7. Konsep waktu 8. Diam

9. Arna 10.Artefak

2.1.7.3 Klasifikasi Pesan Non Verbal

Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:

1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

1) Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

(59)

b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan

c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi

d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

2) Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

3) Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah:

a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif

(60)

c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif. 2. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan

ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

3. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

4. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.

5. Pesan sentuhan dan bau-bauan.

(61)

dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.

2) Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.

2.1.7.4 Fungsi Pesan Non Verbal

Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:

1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.

2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.

3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’

(62)

4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata. 5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau

menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.

Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal Communication Systems, menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu:

a. Factor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatamuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banya ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.

b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.

(63)

d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.

e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.

(64)

2.2 KERANGKA PEMIKIRAN

2.2.1 Teori Interaksi Simbolik

Interaksi simbolik pertama kali dikemukakan oleh George Herbert Mead, yang kemudian dimodifikasi oleh Blumer untuk tujuan tertentu. Interaksi simbolik dalam pembahasannya menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu, interaksi yang terjadi antar individu tersebut berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan.

Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blumer mengacu kepada tiga premis utama, yaitu:

1) manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka

2) makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain 3) makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang

berlangsung

(65)

Pemusatan simbolis yang terbangun dalam proses tersebut kemudian menyediakan semacam makna, emosi, dan motif untuk bertindak bagi orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat didalamnya. Dalam kaitan ini Bormann mengatakan bahwa manusia adalah symbol-users yang berarti manusia menggunakan simbol dalam komunikasi secara umum dalam storytelling (dongeng). Lewat simbol-simbol inilah manusia saling mempertemukan pikiran mereka. Hal ini juga serupa dengan etnografi komunikasi yang melibatkan keduanya, dan didalamnya juga dijelaskan adanya suatu aktivitas komunikasi dimana terdapat aktivitas yang khas dan kompleks, serta didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula, sehingga proses komunikasi disini menghasilkan peristiwa-peristiwa yang khas dan berulang.

(66)

Dalam etnografi komunikasi terdapat unsur bahasa yang tidak bisa tepisahakan dalam kajian kebudayaan tersebut.Bahasa menjadi inti dari komunikasi sekaligus sebagai pembuka realitas bagi manusia.Kemudian dengan komunikasi, manusia membentuk masyarakat dan kebudayaannyasehingga bahasa secara tidak langsung turut membentuk kebudayaan pada manusia.

Pada etnografi komunikasi terdapat pemaknaan terhadap simbol-simbol yang disampaikan secara verbal maupun nonverbal, sehingga menimbulkan sebuah interaksi yang didalamnya terdapat simbol-simbol yang memiliki makna tertentu.

Pada penelitian ini terlihat ketika proses dalam ritual mipit pare, dimana terdapat aktivitas komunikasi baik komunikasi verbal dan non verbal, yang khas dan kompleks serta terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi. Peristiwa komunikasi tersebut melibatkan tindakan komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu, sehingga proses komunikasi disini menghasilkan peristiwa-peristiwa yang khas dan berulang.

Untuk medeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, maka memerlukan sebuah unit-unit diskrit aktivitas komunikasi tersebut, yaitu dengan mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif.

(67)

Gambar 2.1

Model Alur Kerangka Pemikiran

Etnografi Komunikasi Kajian Peranan, bahasa, budaya, komunikasi, dalam perilaku suatu masyarakat. Hymes dalam Kuswarno 2008:12

UPACARA ADAT

MIPIT PARE

Peristiwa Komunikatif Unit dasar untuk tujuan deskriptif / termasuk komponen komunikasi

Tindakan Komunikatif

Fungsi interaksi tunggal

Situasi Komunikatif

Konteks terjadinya komunikasi

AKTIVITAS KOMUNIKASI RITUAL MIPIT

PARE DI KAMPUNG CIPTAGELAR

(68)

47 BAB III

OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 OBJEK PENELITIAN

3.1.1 Sejarah Kampung Adat Ciptagelar

Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar adalah sebuah kampung adat yang mempunyai ciri khas dalam lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih dipegang kuat oleh masyarakat pendukungnya. Masyarakat yang tinggal di Kampung Ciptagelar disebut masyarakat kasepuhan. Istilah kasepuhan berasal dari kata sepuh dengan awalan /ka/ dan akhiran /an/. Dalam bahasa Sunda, kata sepuh berarti 'kolot' atau 'tua' dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan pengertian ini, muncullah istilah kasepuhan, yaitu tempat tinggal para sesepuh. Sebutan kasepuhan ini pun menunjukkan model 'sistem kepemimpinan' dari suatu komunitas atau masyarakat yang berasaskan adat kebiasaan para orang tua (sepuh atau kolot). Kasepuhan berarti adat kebiasaan tua atau adat kebiasaan nenek moyang.

(69)

pimpinan kampung adat memberi nama Ciptagelar sebagai tempat pindahnya yang baru. Ciptagelar artinya terbuka atau pasrah. Kepindahan Kampung Ciptarasa ke kampung Ciptagelar lebih disebabkan karena "perintah leluhur" yang disebut wangsit. Wangsit ini diperoleh atau diterima oleh Abah Anom setelah melalui proses ritual beliau yang hasilnya tidak boleh tidak, mesti dilakukan.

Oleh karena itulah perpindahan kampung adat bagi warga Ciptagelar merupakan bentuk kesetiaan dan kepatuhan kepada leluhurnya. Masyarakat atau warga Kampung Ciptagelar sebenarnya tidak terbatas di kampung tesebut saja tetapi bermukim secara tersebar di sekitar daerah Banten, Bogor, dan Sukabumi Selatan. Namun demikian sebagai tempat rujukannya, "pusat pemerintahannya" adalah Kampung Gede, yang dihuni oleh Sesepuh Girang (pemimpin adat), Baris Kolot (para pembantu Sesepuh Girang) dan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar yang ingin tinggal sekampung dengan pemimpin adatnya. Kampung Gede adalah sebuah kampung adat karena eksistensinya masih dilingkupi oleh tradisi atau aturan adat warisan leluhur. Sekarang nama pemimpin adat (Sepuh Girang) adalah Abah Ugi, yang memulai memegang tampuk kepemimpinan sejak tahun 2007 di usia 23 tahun, sepeninggalan ayahandanya yang dikenal dengan Abah Anom.

(70)

Kasepuhan ini dipimpin oleh seorang abah yang diangkat berdasarkan keturunan. Sampai saat ini, kesepuhan adat Ciptagelar sedang dipimpin oleh abah ke XI sejak tercatat kesepuhan dari tahun 1368.

Secara administratif, Kampung Ciptagelar berada di wilayah Kampung Sukamulya Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Jarak Kampung Ciptagelar dari Desa Sirnaresmi 14 Km, dari kota kecamatan 27 Km, dari pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi 103 Km dan dari Bandung 203 Km ke arah Barat. Kampung Ciptagelar dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat (mobil) dan roda dua (motor). Jenis kendaraan roda empat harus mempunyai persyaratan khusus, yakni mempunyai ketinggian badan cukup tinggi di atas tanah serta dalam kondisi prima. Apabila tidak mempunyai persyaratan yang dimaksud kecil kemungkinan kendaraan tersebut sampai ke lokasi. Dan umumnya mobil-mobil demikian hanya sampai di kantor Desa Sirnaresmi yang sekaligus merupakan tempat parkirnya. Selebihnya menggunakan kendaraan ojeg atau mobil umum (jenis jeep) yang hanya ada sewaktu-waktu atau jalan kaki.

(71)

mengerjakan sawah masing-masing atau menjadi buruh tani dari saudara sekampung yang lebih makmur. Untuk menambah penghasilan ada warga Kampung Ciptagelar yang beternak ikan dikolam, beternak ayam dan kambing serta menjual hasil kerajinan anyam-anyaman.

3.1.2 Adat Istiadat Kampung Adat Ciptagelar

Pakaian adat yang biasa digunakan masyarakat sekitar Kasepuhan adalah baju koko warna hitam atau putih (bersih) dan iket atau ikat kepala untuk kaum lelaki.Untuk kaum wanita biasanya menggunakan samping atau kain sarung serta kebaya.Pakaian adat ini harus dipakai saat masuk kedalam Imah Gede (rumah Abah untuk menerima tamu dan tempat melakukan kegiatan-kegiatan adat).Tempat tinggal warga Ciptagelar juga harus mengikuti aturan dari leluhur dengan menggunakan rumah panggung (atap yang terbuat dari daun kirai dan ijuk, dinding dari bilik bambu dan umpakan).Warga kasepuhan Ciptagelar tidak menggunakan genteng sebagai atap rumahnya, karena hidup dibawah genteng yang terbuat dari tanah hanya untuk orang yang sudah meninggal yang berada dibawah tanah.

(72)

panen yang melimpah.Dalam acara Seren Taun berbagai macam kesenian ditampilkan diantaranya Jipeng, Topeng, Angklung, dog-dog lojor, wayang golek dan lain-lain.Acara tradisi Seren Taun ini dihadiri oleh seluruh warga adat Banten Kidul, undangan-undangan, serta masyarakat luar Kasepuhan Ciptagelar.

Seren Taun merupakan acara puncak dari segala kegiatan masyarakat Kasepuhan, seperti: Upacara/ritual Ngaseuk, Syukuran Penanaman Padi/Upacara Sapang Jadian Pare, Selamatan Pare Ngidam, Mapag Pare Beukah, Upacara Sawenan, Ritual Mipit Pare, Nganjaran/Ngabukti, Ponggokan.

3.1.3 Kepercayaan Kampung Adat Ciptagelar

(73)

yang baru. Ciptagelar 'artinya terbuka atau pasrah. Kepindahan Kampung Ciptarasa ke kampung Ciptagelar lebih disebabkan karena "perintah leluhur" yang disebut wangsit. Wangsit ini dlperoleh atau diterima oleh Abah Anom setelah melalui proses ritual beliau yanng hasilnya tidak boleh tidak, mesti dilakukan. Oleh karena itulah kepindahan kampung adat bagi warga Ciptagelar merupakan bentuk kesetiaan dan kepatuhan kepada leluhurnya. 3.1.4 Sistem Pertanian Kampung Adat Ciptagelar

Sebagian besar masyarakat adat ciptagelar bermata pencaharian sebagai petani. Di ciptagelar panen padi hanya dilakukan sekali dalam setahun, hal ini berbeda dengan masyarakat pada umumnya yang melakukan panen 3-4 kali dalam setahun. Sistem penanaman lahan pun memiliki aturan, yaitu lahan digunakan untuk penanaman padi sekali dalam setahun dan diselingi dengan menanam sayuran agar unsur hara didalam tanah tidak rusak dan kembali netral.

(74)

ini, warga yang membutuhkan padi dapat meminjam dari lumbung tersebut. Leuit jimat ini dapat menyimpan sekitar 8700 ikat padi.

3.1.5 Struktur Organisasi Kampung Adat Ciptagelar

Didalam kesepuhan kampung adat ciptagelar terdapat struktur organisasi kesepuhan. Berikut adalah struktur organisasi darikampung adat ciptagelar :

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Kampung Adat Ciptagelar

(75)

3.1.6 Ritual Mipit Pare

Ritual mipit pare merupakan ritual yang selalu dilaksanakan oleh masyarakat adat ciptagelar setiap tahunnya yang dimana ritual ini yaitu ritual panen padi dimana ritual ini untuk permintahan kepada leluhur agar panen melimpah. Ritual mipit pare ini wajib dilakukan oleh masyarakat adat ciptagelar setiap tahunnya karena apabila tidak dilakasanakan di yakini akan terjadi malapetaka bagi masyarakat kesepuhan adat ciptagelar tersebut.

Arti dari mipit yaitu ngumpulken atau mengumpulkan yang dimana artinya yaitu dalam acara mipit pare ini kampung adat ciptagelar sebagai perkampungan utama mengumpulkan perkampungan-perkampungan disekitar yang masih berkaitan dengan kampung adat ciptagelar yaitu ada 568 kampung kecil dalam 360 kampung besar sebagai ajang silaturami.

(76)

makanan yang sudah di sediakan. Setelah prosesi selametan berakhir lalu diadakan hiburan bagi masyarakat adat ciptagelar jipeng dan dodgdog lojor yaitu musik dan nyanyian adat dari masyarakat adat ciptagelar tersebut.

Setelah prosesi selametan berakhir lalu dipagi hari abah ugi sebagai ketua adat dan sebagian masyarakat yang mempunyai ladang padi yang akan dilaksanakan ritual tersebut pergi keladang huma ataupun persawahan secara beriringan dengan menggunakan pakaian adat dan diiringi oleh musik adat dogdog lojor, lalu setelah berada diladang abah ugi mulai memanjatkan doa kepada leluhur dan pemanenan padi pertama atau disebut (indung pare) di pupuhunan pun di mulai. Setelah semua prosesi mipit pare dilaksanakan lalu masyarakat kembali ke rumah masing-masing.

3.1.7 Objek Penelitian Etnografi Komunikasi

Etnografi komunikasi mengkaji bahasa, komunikasi dan budaya akan tetapi istilah istilah yang digunakan dalam etnografi komunikasi berbeda dengan cabang ilmu yang berkaitan seperti komunikasi, kebudayaan bahkan antropolgi sekalipun, istilah yang digunakan pada akhirnya mengacu pada objek yang diteliti. Objek objek penelitian etnografi komunikasi antara lain :

1. Masyarakat Tutur (Speech Community)

(77)

keduanya memiliki batasan yang sama dalam melakukan penelitian, yaitu dalam konteks kebudayaan tertentu. Peter L.Berger mengemukakan bahwa masyarakat sebagai suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Banyak ahli yang telah mendifinisak apa yang dimaksud dengan speech community atau masyarakat tutur akan tetapi dari sekian banyak batasan, hanya ada dua yang dapat digunakan dalam penelitian etnografi komunikasi. Yang pertama menurut Hymes yang menekankan bahwa semua anggota masyarakat tutur tidak saja sama sama memiliki kaidah untuk berbicara, tetapi juga satu variasi linguistic, yang kedua dari Seville-Troike membicarakan level analisis dimana masyarakat tutur tidak harus memiliki satu bahasa, tetapi memiliki kaidah sama dengan berbicara.

2. Aktivitas Komunikasi

Etnografi komunikasi tidak hanya membahas masyarkat tutur akan tetapi juga menemukan aktivitas komunikasi sama artinya dengan identifikasi peristiwa komunikasi dan atau proses komunikasi. Proses atau peristiwa komuikasi yang dibahas dalam etnografi komunikasi adalah khas yang dapat dibedakan dengan proses komunikasi yang dibahas pada konteks komunikasi yang lain.

3. Komponen Komunikasi

(78)

etnografi komunikasi, selain itu melalui komponen komunikasilah sebuah peristiwa komunikasi diidentifikasi. Pada akhirnya melalui etnografi komunikasi dapat ditemukan pola komunikasi sebagai hasil hubungan antara komponen komunikasi.

4. Kompetensi Komunikasi

Tindak komunikatif individu sebagai bagian dari suatu masyarakat tutur, dalam perspektif etnografi komunikasi lahir dari integrasi tiga keterampilan, yaitu keterampilan linguistic, keterampilan interaksi, dan keterampilan kebudayaan. Kompetensi komunikasi akan melibatkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dan dimensi komunikatif dalam setting social tertentu.

5. Varietas Bahasa

(79)

komunikasi dari suatu masyarakat tutur, atau yang dikenal sebagai pemolaan komunikasi. (Kuswarno, 2008: 38-46)

3.2 METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam sebuah penelitian untuk mencapai tujuan dan menentukan semua jawaban yang ada pada masalah yang diajukan (Natsir, 1988:51).

3.2.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan studi etnografi komunikasi, teori subtantif yang diangkat yaitu interaksi simbolik, dimana untuk menganalisis aktivitas komunikasi dalam upacara adat ritual mipit pare.

(80)

bahwa pengetahuan yang ditangkap manusia adalah konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri (Matthews, 1994 dalam Suparno, 1997:24).

Tradisi etnografi komunikasi dalam penjelasannya, memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari interaksi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai mahluk sosial. Ketiga keterampilan itu terdiri dari keterampilan linguistic, keterampilan interaksi, dan keterampilan budaya. (Kuswarno, 2008:18).

Dengan demikian tradisi etnografi komunikasi membutuhkan alat atau metode penelitian yang bersifat kualitatif untuk mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah (natural setting) mereka.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu metode deskriptif. Seperti yang dikemukakan Bogdan dan Taylor (Moleong, 2000:3), pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Sedangkan dalam bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif”,

Deddy Mulyana mengatakan :

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Model Alur Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kampung Adat Ciptagelar
Tabel Informan
+2

Referensi

Dokumen terkait

1) Untuk mengetahui peristiwa Pemolaan Komunikasi Ritual Pamaleaon Bolon Sipahalima Ajaran Kepercayaan Parmalim. 2) Untuk mengetahui komponen yang digunakan dalam Pemolaan

[r]

Subyek penelitian ini adalah beberapa orang yang terlibat dalam Upacara Adat Moponika , terdiri dari 5 (Lima) informan yang diperoleh melalui teknik Purposive Sampling. Teknik

menghormati leluhurnya, sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

Skripsi ini berjudul KOMUNIKASI RITUAL ADAT SEBA MASYARAKAT BADUY LUAR (STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI RITUAL ADAT SEBA MASYARAKT BADUY LUAR DESA KANEKES KECAMATAN

Aktivitas Komunikasi dalam tradisi nyawer pada proses pernikahan adat Sunda adalah sebuah aktivitas yang memiliki ciri khas dari suatu kebudayaan atau adat

(Studi Deskriptif mengenai Komunikasi Ritual dalam Tradisi Haolan di kampung Sukamanah Desa Cibitung Kecamatan Rongga Kabupaten.. Bandung Barat )

Masyarakat Dayak Kanayatn menggunakan babi karena melambangkan hukum adat yang perlu ditegakkan, ketika babi sudah ada dalam ritual adat, maka upacara tersebut sudah siap