• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Upacara Adat Moponika di Kota Gorontalo)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

SHOFYAN TANAIYO NIM : 41810168

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

The Cultural Ceremony of Moponika in the City of Gorontalo) By:

SHOFYAN TANAIYO NIM 41810168

This thesis is under the guidance of:

Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

This research is aimed to analyze in depth about Communication Activity in the Cultural Ceremony of Moponika. Researcher divided the focus of this problem into several sub micro problems such as communicative situation, comm

unicative events, and communicative action in the cultural Ceremony of Moponika.

The used method in this study is a qualitative ethnographic study method of communication with substantive theory of symbolic interaction. The subjects of this study are some people involved in the cultural Ceremony of Moponika, which consists of 5 (five) informant obtained through purposive sampling technique. Th e technique of collecting data are through interviews, observation, field notes, lite rature, documentation, Internet searching. Mechanical test the validity of data by

observation persistence, the adequacy of reference, member checking, triangulation data.

The results showed that, in a communicative situation of the cultural ceremony of Moponika is a wedding tradition that is holy and sacred, where there are steps that must be done. Communicative events in the cultural ceremony

of Moponika contained some cultural values that is on the Motolobalango, Mopotilantahu, Akaji, while communicative action in the form of command cerem

ony of Moponika, statements, applications and nonverbal attitude contained in so me procession of the cultural ceremony of Moponika.

The conclusion of this study is that the Communication Activity in the cultu ral ceremony of Moponika is a wedding tradition of Gorontalo society that has m eaning to honor the bride and groom. a suggestion from researcher fo Gorontalo society is to keep preserve and carry out the cultural wedding ceremonies.

(3)

pernikahan, yang setiap warna memiliki makna atau lambang tertentu. Pasangan yang akan melangsungkan pernikahan biasanya melakukan beberapa tahap atau proses pengenalan lebih lanjut antara pribadi yang satu dengan satu yang lain. Sehingga ketika sudah mencapai tingkat hubungan yang matang maka mereka biasanya akan memutuskan untuk melanjutkan hubungan tersebut ke jenjang yang lebih serius yakni pernikahan. Pengunaan bahasa komunikasi yang disampaikan dalam Upacara adat ini untuk menyampaikan pesan-pesan kedalam suatu proses komunikasi yang berlangsung.

Kata Moponika berasal dari kata Nika (nikah) yang bermakna menghalalkan jasmani seorang perempuan yang sebelumnya haram untuk digauli. Upacara adat Moponika merupakan upacara peresmian, pengumuman dan pengukuhan sepasang muda-mudi untuk mendirikan rumah tangga. Oleh karena itu merupakan peresmian, pengumaman dan pengukuhan hubungan jejaka dan gadis bahkan antara keluarga dengan keluarga. Upacara adat Moponika mempunyai ciri khas didalamnya. Dalam proses upacara adat Moponika ini terjadi komunikasi antar kedua belah pihak.

Proses penyatuan kedua insan tersebut juga bermuara pada penyatuan keluarga dari masing-masing pasangan yang bersangkutan. Misalnya, keluarga pihak laki-laki dengan pihak keluarga perempuan menjalin secara tidak langsung hubungan keluarga yang dahulu tersekat atau terpisah menjadi satu lantaran proses pernikahan yang telah dijalani.

Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak keluarga yang merestui hubungan pasangan tersebut untuk bersatu dalam ikatan pernikahan. Kesepakatan yang dijalin biasanya dilalui dari beberapa tahap atau proses yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk saling mengenal antara satu keluarga dengan yang lain. Pernikahan memiliki unsur-unsur terpenting di dalamnya, seperti agama dan budaya. Begitu halnya dengan Indonesia yang memiliki beragam suku di dalamnya atau yang biasa disebut dengan multikultur. Unsur budaya tidak dapat dilepaskan dari pernikahan khususnya di Indonesia. Setiap Budaya mempunyai ciri-ciri khas tertentu, seperti dalam sebuah pernikahan mempunyai ciri khas tertentu di dalamnya, mulai dari acaranya atau ritual yang terjadi pada saat proses upacara pernikahan tersebut, Pernikahan merupakan bagian dari upacara pada suatu budaya.

(4)

ini. Acaranya begitu kental akan tradisi sehingga tidak heran kalau pernikahan menjadi momen cukup sakral. Bagi setiap orang pernikahan merupakan suatu proses pendewasaan diri. Pernikahan merupakan proses menyatukan dua insan manusia menjadi satu. Hal ini merujuk pada pribadi yang berbeda sifat, watak, kepribadian, sikap, latar belakang, menjadi satu bagian utuh dalam mahligai pernikahan untuk membentuk keluarga baru.

Gorontalo adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki adat istiadat tersendiri, dengan menggunakan bahasa Gorontalo, ragam adat apabila ada sesuatu yang disampaikan melalui proses peradatan di Gorontalo. Bahasa yang digunakan itu kelihatannya lebih unik dan memiliki ciri-ciri tersendiri dari bahasa pengantar sehari-sehari. Keunikan Bahasa dan ragam adat ini memerlukan pemeliharaan dan pelestariannya oleh masyarakat penuturnya. Keunikan bahasa itu terutama terletak pada penggunaan kata-kata yang tetap, penuh kiasan, kalimat-kalimat yang serat dengan nuansa kebudayaan dan adat istiadat lokal. Kadang kala masyarakat yang hidup di zaman sekarang kurang memahami makna kalimat yang diungkapkan oleh para pemangku adat karena bahasa yang digunakan memiliki ciri khas kebudayaan.

Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya. Perubahan itu ada yang disebabkan oleh pengaruh dari dalam masyarakat itu sendiri da nada pula yang disebabkan oleh pengaruh dari luar. Perubahan sosial masyarakat tersebut biasanya menetukan masyarakat sehingga tiap anggota masyarakat rela menerima perubahan. Dan pada dasarnya masyarakat mudah menyesuaikan diri dengan pangaruh yang dating dari luar, apalagi kalau pengaruh itu tidak bertentangan dengan agama.

2. Rumusan Masalah Makro

Peneliti merumuskan pertanyaan makro yaitu: “Bagaimana Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Moponika Gorontalo?”

3. Rumusan Masalah Mikro

1. Bagaimana Situasi Komunikatif dalam Upacara Adat Moponika

di kota Gorontalo ?

2. Bagaimana Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Adat

Moponika di kota Gorontalo ?

3. Bagaimana Tindakan Komunikatif dalam Upacara Adat

Moponika di kota Gorontalo ?

II. Metode Penelitian

(5)

dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna pada generalisasi. (Sugiyono, 2012:1)

Beda dengan pendapat diatas, David Williams (1995) dalam buku Lexy Moleong menyatakan: “Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah” (Moleong, 2007:5)

Dari definisi yang dikemukan diatas, didalamnya terdapat pemaparan tentang yang alamiah, hal ini berarti penelitian ini bersifat apa adanya atau natural setting .Berbeda dengan definisi diatas Kirk dan Miller (1986:9) mengemukakan bahwa :

“ Pendekatan kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pegetahuan sosialyang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalamkawasan sendiri yang berhubungan dengan orang orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.” (Hikmat,2011:38)

Dengan demikian tradisi etnografi komunikasi membutuhkan alat atau metode penelitian yang bersifat kualitatif untuk mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah (Natural setting) mereka.

Dell Hymes memperkenalkan studi ini untuk pertama kalinya pada tahun1962, sebagai kritik terhadap ilmu linguistic yang terlalu memfokuskan diri pada fisik bahasa saja. Definisi etnografi komunikasi itu sendiri adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.

(6)

(Pemangku Adat), Buatula Saraqa (Pegawai Agama), dan pihak keluarga. Situasi komunikatif sendiri bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah, dimisalkan Upacara Adat Moponika dilaksanakan diluar kota Gorontalo.

Situasi komunikatif yang memungkinkan terjadinya komunikasi terjadi dalam beberapa proses, dalam tahap awal terjadinya komunikasi antar keluarga terlebih dulu, dari keluarga calon pengantin laki-laki mendatangi rumah keluarga calon pengantin perempuan dengan maksud mau mengenal calon pengantin perempuan dan keluarganya. Situasi tersebut membuat terjadinya komunikasi pihak pengantin laki-laki dan pihak pengantin perempuan. Walaupun maksud dan tujuannya hanya sebatas pengenalan ke pihak pengantin perempuan dan meminta kesepakatan bahwa pengantin perempuan siap untuk dilamar

Setelah mendapatkan kesepekatan dilakukan proses Tolobalango

dalam bahasa Gorontalo yang artinya peminangan. Situasi tersebut membuat terjadinya komunikasi, dimana terjadi komunikasi antara pihak laki-laki dan pihak perempuan untuk membicarakan mahar dan berapa ongkos yang akan diserahkan, penyediaan pakaian dan pelaminan , serta semua hal yang berhubungan dengan pemenuhan sarana adat. Dan dilanjutkan dengan Motolobalango tahap menghubungkan antara pihak laki-laki dan perempuan dengan cara mengutus pihak laki-laki.

2. Peristiwa komunikatif Dalam Upacara Adat Moponika di Kota Gorontalo.

Setting, mengacu pada dimana lokasi (tempat), waktu, musim dan aspek fisik situasi tersebut. Pelaksanaan Upacara Adat Moponika

dilaksanakan dirumah mempelai orang tua perempuan yang telah menyediakan persiapan yang lebih meriah untuk mempersandingkan kedua mempelai dengan tata upacara adat. Dalam penentuan waktu diadakannya masyarakat Gorontalo sendiri seringkali melihat bulan yang baik untuk melaksanakan Upacara Adat Moponika. Penentuan hari yang baik tersebut bertujuan agar rumah tangga kedepannya bisa lebih harmonis. Karena sudah menjadi tradisi turun temurun untuk melaksanakan Upacara Adat Moponika terlebih dahulu menentukannya dengan bulan baik menurut kalender Hijriah.

(7)

proses interaksinya adalah Ketua Adat (Baate), Pemangku Adat (Buatula Aadati), Pendamping pengantin laki-laki, imam wilayah (Buatula Saraqa),serta pengantin.

Ends, pada ends ini menjelaskan hal-hal yang ingin dicapai oleh semua yang terlibat dalam Upacara Adat Moponika. Pada penelitian ini hal yang ingin dicapai adalah untuk kelancaran terjadinya Upacara Adat

Moponika tahapan persiapan harus dilakukan dengan baik dari mulai meletakkan pelaminan, Kamar rias (Huwali lo wadaka), Kamar adat

(Huwali lo humbio) dan kamar tidur (Huwali lo polihua) karena dalam Upacara Adat Moponika semua itu merupakan salah satu bagian dari sarana adat yang berperan penting untuk kelancaran Upacara Adat

Moponika. Tujuan utamanya adanya Upacara Adat Moponika untuk memuliakan suatu pernikahan yang dilaksanakan secara teratur menurut adat yang jelaskarena dalam masyarakat Gorontalo keagungan suatu masyarakat dinilai dari hukum adat itu sendiri.

Act Sequence,menjelaskan tentang Nilai yang terkandung dalam Upacara Adat Moponika. Pada penelitian ini mengacu pada isi pesan atau nilai yang terkandung dalam setiap prosesi Upacara Adat Moponika. Ada beberapa nilai yang terkandung dalam prosesi Upacara Adat Moponika, seperti kegiatan khatam Qur’an, Molapi saronde, yang memberikan arti kebolehan mempelai laki-laki kebolahan dalam segala hal dan Tidi yang dilakukan oleh pengantin perempuan yang mengandung arti kelembutan seorang perempuan dalam segala hal. Nilai yang terkandung dalam setiap

prosesi Upacara Adat Moponika banyak mengandung arti yang

disampaikan dari pengantin laki-laki untuk pengantin perempuan.

Keys, menjelaskan cara atau spirit pelaksanaan tindak tutur. yang menjadi fokus referensi pada penelitian ini adalah bagaimana tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada saat persiapan maupun pelaksanaan Upacara Adat Moponika. Tahap awalnya dari Upacara Adat Moponika

(8)

merupakan salah satu yang ditonjolkan dalam Upacara Adat Moponika

adalah bahasa verbal dan nonverbal seperti yang terjadi dalam proses ijab Kabul, ketika imam melafalkan Tolimoomu, yang dirangsang dengan pertanyaan engkau terima sekaligus menggoyangkan tangan pengantin laki-laki. Pengantin laki-laki harus cepat melafalkan Tolimoomu, jika tidak cepat-cepat melafalkan Tolimoomu maka ijab Kabul gagal dan harus di ulangi lagi.

Norms, menjelaskan menghasilkan norma-norma interaksi, termasuk di dalamnya pengetahuan umum, pengandaian kebudayaan yang relevan, atau pemahaman yang sama, yang memungkinkan adanya inferensi tertentu yang harus dibuat, apa yang harus dipahami secara harfiah, apa yang perlu diabaikan dan lain-lain. Untuk mengetahui apa saja aturan-aturan khusus dalam persiapan Upacara Adat Moponika. Proses Upacara Adat Moponika merupakan bagian dari kebudayaan Gorontalo yang harus tetap dilaksanaan dan dibuadayakan secara turun temurun. Prosesi tersebut sudah dibakukan dengan ketentuan yang berlaku, tidak biasa lagi dirubah-rubah karena telah disumpahkan oleh para leluhur tanpa yang dikurangi dan ditambahkan. Itu merupakan aturan khusus yang harus dilaksanakan dalam Upacara Adat Moponika.

Genre, untuk menghasilkan jenis peristiwa atau jenis komunikasi yang digunakan pada saat Upacara Adat Moponika berlangsung. Dalam Upacara Adat Moponika tidak terdapat keyakinan apapun prosesi Upacara Adat Moponika hanyalah budaya adat pernikahan masyarkat Gorontalo yang menggunakan komunikasi kelompok yang dilakukan oleh Ketua Adat (Baate), Pemangku Adat (Buatula Aadati), Pendamping pengantin laki-laki, imam wilayah (Buatula Saraqa),serta pengantin dalam setiap proses dalam Upacara Adat Moponika berlangsung.

3. Tindakan Komunikatif dalam Upacara Adat Moponika di Kota Gorontalo

Tindakan komunikatif merupakan pernyataan, perintah, permohonan dan bias bersifat verbal atau nonverbal, tindakan komunikatif merupakan bagian dari peristiwa komunikatif. Dalam hal ini peneliti akan membahas dan menganalisis tindakan komunikatif Upacara Adat

Moponika di Kota Gorontalo yang ditinjau dari aktivitas yang terjadi didalamnya.

Komunikasi non verbal merupakan penciptaan dan pertukaran pesan yang tidak menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan bentuk pesan isyarat seperti gerakan-gerakan tubuh, kontak mata, ekspresi muka, dan sentuhan. Dalam hal ini peneliti akan membahas serta menganalisis

(9)

perempuan. Pakaian yang dipergunakan oleh kedua mempelai adalah

Bili’u dan Makuta yang merupakan pakaian adat kebesaran Gorontalo.

Bili’u terdiri atas bagian yang mempunyai hiasan sendiri-sendiri, hiasan kepala terdiri dari, Baya lo bot, Layi, Pangge, Tuhi-tuhi, Huli, Dongo bitila, Huwoo, Boo tongguho, Wulu wau dehu, Hiasan kuku, Alumbu bide, Bintola etango. Sedangkan pakaian pengantin laki-laki Makuta yang terdiri dari Tudung makuta, ikat pinggang dan pending, pedang.

Proses terjadi inetraksi dalam Upacara Adat Moponika tidak semuanya dilakukan dengan cara komunikasi non verbal saja, tetapi dilakukan dengan cara komunikasi verbal. Komunikasi verbal disini terjadi ketika memberikan perintah dan permohonan kepada mempelai laki-laki dengan menggunakan Tuja’I yang berisikan pesan perintah dan permohonan yang ditujukan kepada mempelai laki-laki.

Dalam Upacara Adat Moponika terdapat beberapa perilaku nonverbal yang terdapat dalam beberapa prosesi Upacara Adat Moponika. Seperti yang terjadi dalam prosesi Molamela Taluhu Tabia, pengantin laki-laki maupun pengantin perempuan sebelum di akad nikah dan dibaiat mereka harus dalam keadaan suci. Oleh karena dalam prosesi Upacara Adat Moponika akan dibatalkan dengan cara disentuh dahinya sebagai tanda bahwa mulai saat itu halallah perempuan tersebut menjadi milik pengantin laki-laki. Perilaku tersebut menggambarkan terjadinya komunikasi nonverbal dalam Upacara Adat Moponika yang berupa sentuhan yang memiliki makna.

4. Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika di Kota Gorontalo

Upacara Adat Moponika merupakan suatu Upacara Adat

Pernikahan Gorontalo yang telah turun temurun dilaksanakann oleh masyarakat Gorontalo. Setiap rangkaian prosesi adatnya memiliki arti dan makna tersendiri. Pelaksanaan upacara adat Moponika memiliki tujuan untuk memberikan penghormatan kepada kedua mempelai yang menjadi raja dan ratu sehari dan untuk memuliakan suatu pernikahan yang dilaksanakaan secara teratur menurut adat yang sudah ditentukan. Keagungan suatu masyarakat biasa dinilai dari hukkumadat pernikahannya sehingga Upacara Adat Moponika tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarkat Gorontalo.

(10)

IV. Kesimpulan

1. Situasi Komunikatif dalam Upacara adat Moponika memiliki rangkaian acara adat yang sudah dari dulu dilakukan secara turun

temuran. Upacara adat Moponika sendiri merupakan sebuah

pengresmian atau pengukuhan calon pengantin. Secara garis besar Upacara adat Moponika dilaksanakan di lingkungan Gorontalo tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dilaksanakan di luar lingkongan Gorontalo, asalkan tetap memakai rentetan acara adat yang sudah ditentukan. Dalam Upacara adat Moponika dilaksanakan di rumah orang tua mempelai perempuan dimana semua proses pelaksanaan Upacara adat Moponika dilakukan di rumah orang tua mempelai perempuan yang akan melibatkan Baate Lo Hulondalo atau Ketua Adat Gorontalo, Buatula Aadati (Pemangku Adat), Buatula Saraqa

(Pegawai Agama), dan pihak keluarga. Setiap berlangsungnya Upacara adat Moponika pasti akan berbeda tempat pelaksanaanya, karena pelaksanaan Upacara adat Moponika selalu melakukan upacara adat di rumah orang tua mempelai perempuan

2. Peristiwa Komunikatif Upacara adat Moponika merupakan adat pernikahan masyarakat Gorontalo. Dalam masyarakat Gorontalo sudah merupakan kewajiban dalam pernikahan melaksanakan Upacara adat

Moponika dengan rentetan acara yang telah ditentukan dari pada para leluhur. Dimulai dari tahap pertama adalah Mongilalo (Meninjau),

Molenilo (Mencari kepastian), Tolobalango (Peminangan), Modutu

(Mengantarkan adat), Mopotilantahu (Malam pengantin), Molapi saronde,Tidi,Akaji (Akad nikah), Molomela taluhu tabia (Pembatalan air wudhu). Tahapan tersebut harus dilakukan dengan dengan baik demi kelancaran prosesi tersebut karena dalam Upacara adat Moponika

terdapat beberapa nilai kebudayaan yang sangat diperlihatkan dari tarian-tarian, musik, dan tata cara pelaksanaan. Selain nilai kebudayaan yang terlihat dalam Upacara adat Moponika bentuk pesan merupakan salah satu yang ditonjolkan dalam Upacara Adat Moponika melalui kode verbal dan nonverbal yang terlihat dalam beberapa prosesi adat. Dengan dilaksanakannya Upacara Adat Moponika bertujuan untuk tetap terus melaksanakan warisan budaya sudah dari turun temurun tetap dilaksanakan oleh masyarakat Gorontalo.

3. Tindakan Komunikatif merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal, bentuk perintah dan pernyataan yang ada ketika pengantin laki-laki diucapkan Tuja’I momuduqo,

(11)

Upacara Adat pernikahan Gorontalo yang telah turun temuran dilaksankan oleh masyarakat Gorontalo. setiap rangkaian prosesi adatnya memilki arti dan makna tersendiri. Pelaksanaan Upacara Adat

Moponika memiliki tujuan untuk memberikan penghormatan kepada kedua mempelai yang menjadi raja dan ratu sehari dan untuk memuliakan suatu pernikahan yang dilaksanakan secara teratur menurut adat yang sudah ditentukan. Keagungan suatu masyarakat biasa dinilai dari hukum adat pernikahannya sehingga Upacara Adat

(12)

Abdussamad, Kadir. 1985. 4 Aspek Adat Daerah Gorontalo

Alo liliweri, 1994. Komunikasi Verbal dan Non Verbal , PT. Citra Aditya Bakti Bandung

Alo liliweri, 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Prenada Media Group, Jakarta

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Effendy, Onong Uchjana. 1994. Ilmu teori & filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung

Littlejhon, 2009. Teori Komunikasi “ Theories of Human Communication” , Salemba Humanika, Jakarta

Hikmat, Mahi. 2011. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. PT Graha Ilmu, Bandung

Meleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif . PT Rosdakarya, Bandung

Mulyana, Deddy.2002 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy.2010. Komunikasi Antar Budaya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Mulyana, Deddy.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.Bandung

Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Suatu Pengantar Dan Contoh Penelitiannya. Widya Padjajaran, Bandung

(13)

http://lifestyle.okezone.com/read/2011/05/13/408/456698/menyibak-prosesi-pernikahan-adat-gorontalo

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/602/jbptunikompp-gdl-mauludindw-30053-9-unikom_m-i.pdf

http://www.gorontalofamily.org/upacara-adat/aspek-adat-perkawinan.html

http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/09/kebudayaan-provinsi-gorontalo.html

http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-budaya-dan-kebudayaan.html

Penelitian terdahulu :

Septian Restu Unggara; NIM. 41808037/Ilmu komunikasi UNIKOM:2012 Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya)

Muhammad Sofyan; /Ilmu komunikasi Telkom University:2014 Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang dilaksanakan di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli (Studi Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali Di Kabupaten Bangli, Desa Tegal Suci)

Ratna Wulansari; NIM. 41810037//Ilmu komunikasi UNIKOM:2014 Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Mapag Pengantin di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat

(14)

iii

Adat Moponika di Kota Gorontalo)

Oleh :

SHOFYAN TANAIYO NIM 41810168

Skripsi ini dibawah bimbingan :

Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika., maka fokus masalah tersebut peneliti bagi menjadi beberapa sub masalah mikro yaitu, situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Moponika.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif studi etnografi komunikasi dengan teori substantif interaksi simbolik. Subyek penelitian ini adalah beberapa orang yang terlibat dalam Upacara Adat Moponika, terdiri dari 5 (Lima) informan yang diperoleh melalui teknik Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, catatan lapangan, studi pustaka, dokumentasi, internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara ketekunan pengamatan, kecukupan referensi, pengecekan anggota, triangulasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, situasi komunikatif dalam Upacara Adat Moponika merupakan tradisi pernikahan yang suci dan sakral, di mana dalam proses ada tahapan yang harus dilakukan. Peristiwa komunikatif dalam Upacara Adat

Moponika terkandung beberapa nilai kebudayaan yaitu pada bagian Motolobalango,

Mopotilantahu, Akaji, sementara tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Moponika berbentuk perintah, pernyataan, aplikasi dan sikap nonverbal yang terdapat dalam beberapa prosesi Upacara Adat Moponika.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika merupakan tradisi pernikahan masyarakat Gorontalo yang mempunyai makna memberikan penghormatan kepada kedua mempelai. Saran dari peneliti bagi masyarakat Gorontalo agar tetap melestarikan dan melaksanakan upacara adat pernikahan.

Keyword: Etnografi Komunikasi, Aktivitas Komunikasi, Dalam Upacara Adat

(15)

iv

Cultural Ceremony of Moponika in the City of Gorontalo) By:

SHOFYAN TANAIYO NIM 41810168

This thesis is under the guidance of:

Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

This research is aimed to analyze in depth about Communication Activity in the Cultural Ceremony of Moponika. Researcher divided the focus of this problem into several sub micro problems such as communicative situation, communicative e vents, and communicative action in the cultural Ceremony of Moponika.

The used method in this study is a qualitative ethnographic study method of communication with substantive theory of symbolic interaction. The subjects of this study are some people involved in the cultural Ceremony of Moponika, which consists of 5 (five) informant obtained through purposive sampling technique. The te

chnique of collecting data are through interviews, observation, field notes, literature,

documentation, Internet searching. Mechanical test the validity of data by observation persistence, the adequacy of reference, member checking, triangulation

data.

The results showed that, in a communicative situation of the cultural ceremony of Moponika is a wedding tradition that is holy and sacred, where there are steps that must be done. Communicative events in the cultural ceremony of Moponika contained some cultural values that is on the Motolobalango, Mopotilantahu, Akaji, while communicative action in the form of command ceremony

of Moponika, statements, applications and nonverbal attitude contained in some procession of the cultural ceremony of Moponika.

The conclusion of this study is that the Communication Activity in the cultural ceremony of Moponika is a wedding tradition of Gorontalo society that has meaning to honor the bride and groom. a suggestion from researcher for Gorontalo society is to keep preserve and carry out the cultural wedding ceremonies.

(16)

12

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan mengenai

penelitian ini, serta studi literature, dokumen atau arsip yang mendukung, yang telah

dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian.

2.1.1 Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu adalah refensi yang berkaitan dengan penelitian.

Penelitian terdahulu dijadikan sebagai bahan ajuan, antara lain sebagai berikut :

1. (Septian Restu Unggara; Nim 41808037/Ilmu Komunikasi UNIKOM:2012)

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam

tentang Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat Sasih Kampung

Naga Tasikmalaya. Untuk menjabarkannya, maka fokus maslah tersebut

peneliti dibagi kedalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi

komunikasti, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikastif dalam

upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

(17)

simbolik dan pemusatan simbolis. Subjek penelitian adalah masyarakat

Kampung Naga yang mengikuti upacara Hajat Sasih sebanya 5 (lima) orang,

terdiri dari 3 (tiga) informan dan 2 (dua) informan kunci yang diperoleh

melalui teknik purposive sampling.

Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi

partisipan, catatan lapangan, studi kepustakaan, dokumentasi dan internet

searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan

pengamatan, triangulasi, kecukupan referensi dan pengecekan anggota.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa, Situasi Komunikatif yang

terdapat dalam Upacara Hajat Sasih ini bersifat sacral, tempat pelaksanaanya

yaitu sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan yang dikeramatkan.

Peristiwa komunikatif dalam Upacar Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk

ritual khusus yantg dilaksanakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari

besar Islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka menghormati

leluhurnya, sedangkan tindakan komunikatif yang terdapat dalam Upacara

Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku

nonverbal.

Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi ritual dalam

Upacara Hajat Sasih bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk

menghormati leluhur Kampung Naga yang pelaksanaanya, namun dalam

(18)

2. (Muhammad Sofyan, 2014. Ilmu Komunikasi. Konsentrasi Marketing

Communication. Telkom University)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji

simbol-simbol tertentu yang menciptakan kebudayaan tersendiri khususnya dalam

Upacara Pernikahan Hindu-Bali. Agar masyarakat memahami pengalaman

mereka melalui makna-makna yang ditemukan dalam simbol-simbol.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif etnografi

komunikasi. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan suatu kebudayaan

dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali. Menjelaskan simbol-simbol, pesan,

dan makna. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksi

simbolik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, situasi komunikatif yang terjadi

saat Upacara Pernikahan Hindu-Bali terdapat tahapan dan proses yang harus

dijalankan, dimana disetiap proses tahap pelaksanaanya terdapat banyak

keluarga dari pihak mempelai wanita dan pria yang ikut dalam berjalannya

prose pernikahan. Pernikahan tersebut sangat sakral dan kental akan

budaya Bali. Peristiwa komunikatif dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali

bermula dari nenek moyang atau leluhurnya yang sudah menjalankan tradisi

tersebut dari dulu hingga sekarang, sedangkan tindakan komunikatif yang

terdapat dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba merupakan bentuk

(19)

3. (Ratna Wulansari; 41810037/Ilmu Komunikasi UNIKOM:2014)

Fokus pada penelitian ini adalah Aktivitas Komunikasi Upacara Adat

Mapag Pengantin di Kota Bandung. Dalam melakukan penelitian peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi komunikasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, dalam pelaksanaanya menjadi

suatu aktivitas khas yang tampak dalam setiap proses pernikahan adat Sunda.

Situasi komunikatif terdiri dari bahwa Upacara Adat Mapag Panganten ini

adalah upacara adat yang ada dalam perikahan adat sunda dan sudah menjadi

tradisi yang ada di tatar Sunda, yang dilaksanakan untuk menjemput calon

pengantin pria yang datang kekediaman calon pengantin perempuan. Peristiwa

komunikatif merupakan unit dasar tujuan deskriptif. Untuk menganalisis

peristiwa komunikatif terdapat beberapa komponen, yaitu kata Speaking, yang

terdiri dari: setting/scence, partipants, ends, act sequence, keys,

instrumentalities, norms of interaction, genre. Tindakan komunikati pada saat

Upacara Adat Mapag Pengantin merupakan bentuk perintah, pernyataan,

(20)

Tabel 2.1

Tebel Penelitian Relevan

Nama Peneliti Uraian Septian Restu

Unggara

Universitas Universitas Komputer Indonesia

Universitas Telkom Universitas Komputer

Indonesia

Judul Penelitian

Aktivitas Komunikasi

Ritual dalam Upacara

Hajat Sasih Kampung

Naga Tasikmalaya

Aktivitas Komunikasi

Upacara Pernikahan

Hindu-Bali yang

dilaksanakan di Desa Tegal

Suci, Kabupaten Bangli

Aktivitas Komunikasi

dalam Upacara Adat

Mapag Pengantin di Kota

(21)

Tujuan

dalam Upacara Hajat

Sasih Kampung Naga

Tasikmalaya

Metode kualitatif studi

etnografi komunikasi

Upacara Hajat sasih

ini bersifat sacral,

tempat pelaksanannya

yaitu sungai Ciwulan,

Hasil penelitian yang

diperoleh yaitu situasi

komunikatif pada

pernikahan tersebut sangat

sakral dan kental akan

budaya Bali. Peristiwa

komunikatif memberikan

Situasi komunikatif terdiri

dari bahwa Upacara Adat

Mapag Panganten ini

adalah upacara adat yang

ada dalam perikahan adat

sunda dan sudah menjadi

(22)

Bumi Ageung serta

Hutan yang

dikeramatkan.

Peristiwa komunikatif

dalam Upacara Hajat

Sasih yaitu perayaan

dalam bentuk ritual

Upacara Hajat Sasih

berbentuk perintah,

gambaran secara

keseluruhan mengenai

proses terjadinya

pernikahan dari awal,

ritual upacara pernikahan

sampai akhir ritual

upacara. Sedangkan tindak

komunikatif

mendeskripsikan secara

mendetail bagaimana

tindakan-tindakan atau

interaksi yang terjadi

memberikan arti simbolik

sebagai pesan komunikasi

non verbal. Ketiga unsur

tersebut menajdi kunci

dalam mendeskripsikan

proses komunikasi yang

terdapat pada pernikahan

Hindu-Bali di Desa Tegal

terdiri dari: setting/scence,

partipants, ends, act

sequence, keys,

instrumentalities, norms

of interaction, genre.

Tindakan komunikati

pada saat Upacara Adat

Mapag Pengantin

(23)

pernyataan,

permohonan dan

perilaku nonverbal.

Bali. perintah, pernyataan,

permohonan dan perilaku

nonverbal.

Sumber : Data Peneliti 2015

Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian Nomor 1 (Satu)

dengan judul Penelitian Aktivitas Komunikasi Ritual dalam Upacara Hajat

Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Dimana penelitian ini dimaksudkan

untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Upacara

Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Untuk menjabarkannya, maka

fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah

mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak

komunikatif dalam Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya. Sedangkan

penelitian yang peneliti membahas aktivitas komunikasi upacara adat

Moponika di Kota Gorontalo. Jika melihat masalah mikro yang sama pada

penilitian ini. Objek penelitian yang peneliti teliti adalah mengenai bagaimana

aktivitas komunikasi pada upacara adat Moponika.

Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian Nomor 2 (Dua)

(24)

Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli pada penelitian ini merupakan

pernikahan dari pasangan yang berbeda agama, menurut agama Hindu agar

perkawinan dianggap sah haruslah kedua belah calon pengantin disamakan

dulu agamanya dengan upacara Suddhi Wadani, dengan persyaratan si wanita

lain agama Hindu rela mengikuti agama suaminya. Setelah dilaksanakan

upacara Suddhi Wadani status seseorang yang sebelumnya beragama di luar

hindu dapat disahkan menjadi agama Hindu, wajib menjunjung tinggi dan

melaksanakan ajaran agama Hindu. Sedangkan penelitian yang peneliti

membahas aktivitas komunikasi upacara adat Moponika di Kota Gorontalo.

Yang merupakan perkawinan dengan menurut ajaran agama Islam.

Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian nomor 3 dengan judul

penelitian Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Adat Mapag Pengantin di

Kota Bandung. adalah Upacara Adat Mapag Panganten ini adalah upacara

adat yang ada dalam perikahan adat sunda dan sudah menjadi tradisi yang ada

di tatar Sunda, yang dilaksanakan untuk menjemput calon pengantin pria yang

datang kekediaman calon pengantin perempuan. Sedangkan penelitian yang

peneliti membahas aktivitas komunikasi upacara adat Moponika di Kota

Gorontalo. Yang merupakan keselurahan ritual upacara adat perkawinan

(25)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu syarat bagi berlangsungnya hubungan

atau interaksi sosial. Karena pada dasarnya manusia tidak bias hidup sendiri,

manusia adalah makhluk sosial yang harus selalu berkomunikasi dengan manusia

yang lain. Oleh karena itu, komunikasi merupakan hal yang bias terjadi didalam

kehidupan manusia.

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal

dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication,

atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah

pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi,

yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi

menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut

secara bersamaan. Komunikasi adalah topik yang amat sering

diperbincangkan, bukan hanya dikalangan ilmuan komunikasi, melainkan

juga di kalangan awam, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki

terlalu banyak arti yang berlainan. (Mulyana, 2007:46)

Kata lain yang mirip dengan komunikasi adala kelempok

(community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan kelompok

merujuk pada pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama

(26)

komunikasi tidak aka nada kelompok. Komunikasi bergantung pada

pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan

kebersamaan itu. Oleh karena itu, kelompok juga berbagi bentuk-bentuk

komunikasi yang berkaitan erat dengan seni, agama Bahasa dan

masing-masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap,

perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah kelompok tersebut.

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar

atau salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari

kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan.

2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas

bahwa komunikasi hanya bisa terjadi jika seseorang yang menyampaikan

pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Artinya komunikasi hanya

bias terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media penerima, dan

efek. Unsur-unsur ini bias juga disebut komponen dan elemen komunikasi.

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau

elemen yang mendudkung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa

elemen yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup didukung

oleh tiga unsur, sementara ada yang menambah umpan balik dan lingkungan

(27)

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, maka Harold

D. Lasswell mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah manusia dapat

mengontrol lingkungannya, beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka

berada, serta melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi

berikutnya.

Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi untuk menumbuhkan

berfungsi untuk mengembangkan kreatifitas imajinasi, memahami dan

mengedalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum

mengambil keputusan. Fungsi komunikasi antar pribadi ialah mengendalikan

lingkunangan guna memperoleh imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi dan

sosial, serta meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengetasi

konflik konflik pribadi. Komunikasi public berfungsi untuk menumbuhkan

semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang banyak, memberi

informasi, mendidik, dan menghibur. Komunikasi massa berfungsi untuk

menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang

pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup

(28)

2.1.2.4 Tujuan Komunikasi

Tujuan yang dimaksud disini menunjuk pada suatu hasil atau akibat

yang diinginkan oleh pelaku komunikasi. Efendy dalam bukunya Ilmu

Komunikasi teori dan praktek, tujuan komunikasi adalah

1. Perubahan sikap (Attitude Change)

2. Perubahan pendapat (opinion Change)

3. Perubahan perilaku (Behavior Change)

4. Perubahan sosial (Sosial Change). (Effendy, 2004:8)

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Antar Budaya

Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak

hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang

menyampaikan pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya

untuk mengirim pesan, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya

seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita

dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila

budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi.

Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan

(29)

komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi antar budaya. Namun,

apa yang terutama menandanai komunikasi antar budaya adalah bahwa sumber

dan penerimaannya berasal dari budaya yang berbeda. Ciri ini saja memadai

untuk mengidentifikasi suatu bentuk interaksi komunikatif yang unik yang harus

memperhitungkan peranan dan fungsi budaya dalam proses komunikasi. Kini

kita akana mendefinisikan komunikasi antarbudaya dan membahasnya melalui

perspektif suatu model. Kemudian kita akan melihat pula berbagai untuk

komunikasi antarbudaya. (Mulyana, 2010:20)

Adapun dalam buku Dasar-Dasar Komunikasi menurut Lustig dan

Koester Intercultur Communication Competence, 1993:

Komunikasi Antarbudaya adalah suatu proses Komunikasi simbolik, interpretative, transaksional, kontekstual, yang dilakukan oleh sejumlah orang yang memiliki perbedaan derajat kepentingan tertentu, memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan.

Komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran system simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.

Selanjutnya komunikasi antar budaya itu dilakukan:

1. Dengan negosiasi untuk melinatkan manusia didalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema

2. Melalui pertukaran system symbol yang tergantung dari

persetujuan antar subjek yang terlibatkan dalam komunikasi sebuah keputusan dibuat untuk berpatisipasi dalam proses pemberian makna yang sama

(30)

4. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lainnya dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara. (Liliweri, 2003:11)

2.1.4 Tinjauan Upacara Adat 2.1.4.1 Definisi Pernikahan

Pernikahan merupakan salah satu jalan atau suratan hidup yang

dialami oleh hampir semua manusia dimuka bumi ini walaupun ada

beberapa diantaranya yang tidak terikat dengan pernikahan sampai ajal

menjemput. Semua agama resmi di Indonesia memandang pernikahan

sebagai sesuatu yang sakral, harus dihormati, dan harus dijaga

kelanggengannya. Oleh karena itu, setiap orang tua merasa tugasnya sebagai

orang tua telah selesai bila anaknya telah memasuki jenjang pernikahan

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal 2.1.5.1 Definisi Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah salah satu bentuk komunikasi yang ada

dalam kehidupan manusia dalam hubungan atau interaksi sosialnya.

Pengertian Komunikasi Verbal (verbal communication) adalah bentuk

komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan lisan

atau dengan tertulis. Peranannya sangat besar karena sebagian besar dengan

(31)

disampaikan secara verbal dibandingkan non verbal. Komunikan juga lebih

mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan dengan komunikasi

verbal ini.

2.1.5.1.1 Pesan dan Bahasa dalam Komunikasi Verbal

Pesan yang disampaikan berupa pesan verbal yang terdiri atas

kode-kode verbal. Dalam penggunaannya kode-kode-kode-kode verbal ini berupa bahasa.

Bahasa adalah seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur

sehingga menjadi kumpulan kalimat yang mengandung arti. Bahasa ini

memiliki tiga fungsi pokok, yaitu :

1. Untuk mempelajari tentang segala hal yang ada di sekeliling kita.

2. Untuk membina hubungan yang baik dalam hubungan manusia sebagai

makhluk sosial antara satu individu dengan individu lainnya.

3. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam perjalanan kehidupan

manusia.

Bahasa dapat dipelajari dengan beberapa cara. Hal ini dijelaskan

dalam beberapa teori, seperti teori Operant Conditioning, teori kognitif, dan

yang terakhir adalah mediating theory.

A. Menurut teori operant conditing bahasa dipelajari dengan adanya

stimulus dari luar yang menyebabkan seseorang pada akhirnya berbicara

(32)

B. Dalam teori kognitif Bahasa merupakan pembawaan manusia sejak lahir

yang merupakan pembawaan biologis. Disini ditekankan bahwa

manusia yang lahir keduania berpotensi untuk bias berbahasa.

C. Mediating theory dikenal dengan istilah teori penengah. Disini

menekankan bahawa manusia dalam mengembangkan kemampuannya

berbahasa, tidak hanya sekedar sebagai reaksi dari adanya stimulus dari

liuar, tapi juga dipengaruhi proses internal yang terjadi dalam diri

manusia itu sendiri.

2.1.5.1.2 Pentingnya Komunikasi Verbal

Dengan komunikasi verbal, pesan dapat diterima dengan baik oleh

komunikan. Komunikan pun dapat memberikan feedback dengan

komunikasi verbal pula. Sehingga dapat dipastikan bahwa dengan

penggunaan komunikasi verbal ini, kesalahan persepsi komunikasi atau miss

communication dapat diminimalisir. Oleh karena itu, kemampuan dalam

berbahasa merupakan bagian yang sangat penting untuk seorang

komunikator. Semakin banyak bahawa yang dikuasai maka semakin besar

pula potensi untuk menjadi seorang komunikator dan komunikan yang baik

untuk mencapai komunikasi efektif yang dibutuhkan dalam kehidupan kita

(33)

2.1.5.2 Definisi Komunikasi Non Verbal

Seperti halnya komunikasi secara umum, komunikasi non verbal juga

memiliki banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam (Mulyana, 2007:343) menuturkan bahwa :

“Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”.

Sementara itu Edward T. Hall “Menamai bahasa nonverbal ini sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden

dimension). Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal

tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional

dalam transaksi komunikasi, pesan nonverbal memberi kita isyarat-isyarat

kontekstual. Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan nonverbal

membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman

komunikasi.”(Mulyana, 2007:344)

2.1.5.2.1 Karakteristik Dan Fungsi Komunikasi Non Verbal

Asente dan Gundykust (1989) dalam (Liliweri, 1994:97-100) mengemukakan bahwa pemaknaan pesan non verbal maupun fungsi non

(34)

Pemaknaan (meanings) merujuk pada cara interpretasi suatu pesan;

sedangkan fungsi (functions) merujuk pada tujuan dan hasil suatu interaksi.

Setiap penjelasan terhadap makna dan fungsi komunikasi non verbal harus

menggunakan sistem. Hal ini disebabkan karena pandangan terhadap

perilaku non verbal melibatkan, penjelasan dari beberapa kerangka teoritis

(penulis : sosiologi, antropologi, psikologi, etnologi, dan lain–lain) seperti

teori sistem, interaksionisme simbolis dan kognisi. Pemaknaan terhadap

perilaku non verbal dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu :

immediacy, statusdan responsiveness

Adapun yang dimaksudkan dengan pendekatan Immediacy

merupakan cara mengevaluasi objek non verbal secara dikotomis terhadap

karakteristik komunikator baik / buruk, positif / negatif, jauh dekat.

Pendekatan yang didasarkan pada karya Mahrebian itu memandang

seseorang maupun objek yang disukainya pada pilihan skala yang bergerak

antara valensi positif hingga ke negatif.

Pendekatan status berusaha memahami makna non verbal sebagai

ciri kekuasaan. Ciri ini dimiliki setiap orang yang dalam prakteknya selalu

mengontrol apa saja yang ada di sekelilingnya.

Pendekatan terakhir adalah pendekatan Responsiveness yang

menjelaskan makna perilaku non verbal sebagai cara orang bereaksi

(35)

Responsiveness selalu berubah dengan indeks tertentu karena manusia pun

mempunyai aktivitas tertentu.

Dimensi–dimensi Mahrabian seperti diungkapkan tersebut analog

dengan pemaknaan verbal daro Osgood, Suci, dan Tannenbaun dalam

semantic differensial antara lain dalam evaluasi, potensi dan aktivitas.

Dimensi tersebut sangat relevan dengan komunikasi antar budaya

sehingga budaya dianggap sebagai kunci untuk menjelaskan perilaku baik

verbal maupun non verbal. Penelitian terhadap tema ini bersandar pada

pertanyaan : bagaimana budaya mempengaruhi pernyataan dan pemaknaan

pesan non verbal.

Pendekatan berikut terhadap non verbal adalah pendekatan

fungsional. Sama seperti pendekatan sistem maka dalam pendekatan

fungsional aspek–aspek penting yang diperhatikan adalah informasi,

keteraturan, pernyataan keintiman/keakraban, kontrol sosial dan sarana –

sarana yang membantu tujuan komunikasi non verbal

2.1.6 Tinjauan Tentang Aktivitas Komunikasi

1. Situasi Komunikatif, merupakan konteks terjadinya komunikasi. Contohnya,

gereja, pengadilan, pesta, lelang, kereta api, atau kelas disekolahnya. Situasi

bisa tetap sama walaupun lokasinya berubah, seperti dalam kereta, bus, atau

(36)

yang berbeda berlangsung di tempat itu pada saat yang berbeda. Situasi yang

sama bisa mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada aktifitas

yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat diversitas

dalam interaksi yang terjadi disana.

2. Peristiwa Komunikatif, merupakan unit dasar untuk tujuan deskriptif. Sebuah

peristiwa tertentu didefinisikan sebagai keseluruhan perangkat komponen

yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang

sama, dan melibatkan partisipan yang sama, yang secara umum

menggunakan varietas bahasa yang sama untuk interaksi, dalam seting yang

sama. Sebuah peristiwa berakhir apabila terdapat perubahan dalam partisipan

utama, misalnya perubahan posisi duduk atau suasana hening. (Kuswarno,

2008:41). Analisis peristiwa komunikatif dimulai dengan deskripsi

komponen-komponen penting, yaitu :

a. Genre, atau tipe peristiwa (misalnya, lelucon, cerita, ceramah, salam, percakapan).

b. Keys, atau fokus referensi yang bertujuan menghasilkan nada emosi yang dihasilkan saat melakukan interaksi..

c. Ends, peristiwa secara umum dan dalam bentuk tujuan interaksi partisipan secara individual.

(37)

e. Partisipan, termasuk usianya, jenis kelamin, etnik,status sosial, atau kategori lain yang relevan, dan hubungannya satu sama lain.

f. Instrumentalities, termasuk saluran vokal dan nonvokal, dan hakekat kode yang digunakan (misalnya, bahasa yang mana, dan

varietas yang mana).

g. Act Sequence, urutan tindakakan, atau urutan tindak komunikatif atau tindak tutur, termasuk alih giliran atau fenomena percakapan.

h. Norms, termasuk pengetahuan umum, kebiasaan kebudayaan, nilai yang dianut, tabu-tabu yang harus dihindari, dan sebagainya.

3. Tindakan Komunikatif, yaitu fungsi interaksi tunggal, seperti peryataan,

permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal (Kuswarno, 2008:41).

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik

Menurut teoritisi interaksi simbolik yang di kutip dari buku Deddy

Mulyana, yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif adalah Kehidupan

sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan

simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang

mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan

(38)

ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Secara

ringkas interaksi simbolik didasarkan pada premis-premis berikut:

1. Individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan,

termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia)

berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan

tersebut bagi mereka. Ketika mereka mengahadapi suatu situasi, respon

mereka tidak bersifat mekanis. Tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor

eksternal. Respon mereka bergantung pada bagaimana mereka

mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi sosial. Jadi

individulah yang dipandang aktif untuk menentukan lingkungan mereka

sendiri.

2. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat

pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa.

Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala

sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindak atau peristiwa (bahkan tanpa

kehadiran objek fisik, tindak atau peristiwa itu), namun juga gagasan

yang abstrak.

3. Makna yang di interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke

waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi

sosial.perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat

(39)

Manusia membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka

lakukaan. (Mulyana, 2008: 71-72)

Adapun menurut Blummer dalam buku Engkus Kuswarno interkasi simbolik

mengacu pada tiga premis utama, yaitu:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada

pada sesuatu pada mereka.

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang

lain.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial

sedang berlangsung. (Kuswarno, 2008:22).

Keunikan dan dinamika simbol dalam proses interaksi sosial menuntut

manusia harus lebih kritis, peka, aktif dan kreatif dalam menginterpretasikan

simbol-simbol yang muncul dalam interaksi sosial, penafsiran yang tepat atas

simbol tersebut turut menentukan arah perkembangan manusia dan lingkungan,

sebaliknya, penafsiran yang keliru atas simbol dapat menjadi petaka bagi hidup

manusia dan lingkungannya.

2.2.2 Simbol

Simbol merupakan hasil kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan tinggi

kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Simbol dapat

(40)

isyarat-isyarat tertentu (nonverbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti

oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam

berkomunikasi. bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup

rumit. Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam

berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama

pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan

simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamana individu yang menerima pesan

itu berbeda dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman. Hal ini di dapat

dari hasil kerja manusia itu pula, dimana yang menunjukan manusia memiliki

keistimewaan sehingga hanya dialah yang dapat menciptakan komunikasi baru

yang mampu menyimpan berbagai ide dan gagasan dalam human memory yang

pada gilirannya tidak mudah dilupakan. (Alo Liliweri : 2011)

Etnografi komunikasi memulai penelitiannya dengan melihat interaksi

antarindividu dalam Setting alamiahnya. Kemudian mengakhiri dengan

menjelaskan pola-pola perilakunya yang khas, atau dengan menjelaskan perilaku

berdasarkan tema kebudayaan dalam masyarakat tersebut.

Kemampuan masyarakat tersebut dalam membangun tradisi budaya,

menciptakan pemahaman terntang realita yang diungkapkan secara simbolik, dan

mewariskannya kepada generasi penerusnya.

Spradley menjelaskan fokus perhatian etnografi adalah pada apa yang

(41)

bicarakan (Bahasa), dan terakhir apakah ada hubungan antara perilaku dengan apa

yang seharusnya dilakukan dalam masyarakat tersebut, sebaik apa yang mereka

buat atau mereka buat atau mereka pakai sehari-hari. (Kuswarno, 2008:35)

Pada etnologi komunikasi terdapat pemaknaan terhadap symbol-simbol

yang disampaikan secara verbal maupun nonverbal, sehingga memunculkan

sebuah interaksi yang didalmnya terdapat symbol-simbol.

Pada penelitian ini terlihat ketika proses dalam upacara adat pernikahan

Gorontalo, dimana terdapat aktivitas komunikasi baik komunikasi verbal atau

nonverbal, yang khas dan kompleks serta terdapat peristiwa khas komunikasi.

Peristiwa komunikasi melibatkan tindakan komunikasi tertentu dan dalam

konteks komunikasi, sehingga proses komunikasi menghasilkan peristiwa yang

khas dan berulang.

Dalam mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, maka

diperlukan sebuah unit-unit diskrit aktivitas komunikasi tersebut, seperti yang

dikatakan oleh Hymes yaitu dengan mengetahui situasi komunikatif, peristiwa

komunikatif, dan tindakan komunikatif.

Seperti di dalamnya terdapat berbagai simbol-simbol yang muncul, Ketika

masuk ke dalam tempat upacara adat tersebut telah terjadi tindak-tindak

komunikatif. Ketika masuk ke dalam tempat acara terdapat berbagai tahapan yang

(42)

tata letak yang telah ditentukan dari adat pernikahan Gorontalo. Dimana ada

tempat yang sudah diatur untuk para tamu dari pihak laki laki dan perempuan.

Begitu juga simbol simbol yang digunakan ketika proses pernikahan adat batak

toba, dari dulu hingga sekarang selalu digunakan, sehingga simbol simbol

tersebut sudah menjadi bagian yang harus ada setiap proses pernikahan adat

Gorontalo.

Dari pemaparan diatas dapat digambarkan tahapan-tahapan model

(43)

Gambar 2.1

Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Data peneliti 2015

(44)

40 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau suatu

penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan yang

teroraganisir untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakikat

penelitian juga dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong

penelitian untuk melakukan penelitian.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.

Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu

rasional, empiris, dan sistematis.

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan

bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang

secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia. Penelitian kualitatif

dalam ilmu komunikasi adalah sebagai perspektif subjektif. Asumsi-asumsi dan

pendekatan serta teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sangat relevan

(45)

1) Sifat realitas yang bersifat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah

berubah-ubah), dikontruksikan, dan holistik : pembenaran realitas

bersifat relatif.

2) Aktor (subyek) bersifat aktif, kreatif dan memiliki kemauan bebas,

dimana perilaku komunikasi secara internal dikendalikan oleh

individu.

3) Sifat hubungan dalam dan mengenai realitas.

4) Hubungan peneliti dengan subjek penelitian juga bersifat strata,

empati, akrab, interaktif, timbal balik, saling mempengaruhi dan

berjangka lama.

5) Tujuan penelitian terkait dengan hal-hal yang bersifat khusus.

6) Metode penelitian yang deskriptif.

7) Otentisitas adalah kriteria kualitas penelitian subyektif.

8) Nilai etika, dan pilihan moral penelitian melekat dalam proses

penelitian (Mulyana, 2002: 147-148).

3.1.1 Paradigma

Kontruktivisme seperti di paparkan oleh Guba dan Lincoln, mengadopsi

ontologi kaum relativis, epistemologi transaksional, dan metodologi hermeneutis

atau dialektis. Tujuan tujuan penelitian dari paradigm ini diarahkan untuk

(46)

dalamnya kriteria kaum positivis tradisional tentang validitas internal dan

eksternal digantikan dengan terma-terma sifat layak dipercaya.

Makna terma terma tersebut bergantung pada maksud orang yang

memakainya. Sebagai alat deskripsi umum bagi sekelompok pandangan

metodologi dan filosofis yang terkait secara longgar, terma terma ini sebaiknya

dipahami secara khusus dan hati hati. (Blumer 1945:146).

Paradigma sebagai pandangan dunia seseorang tersebut, membangun

realitas yang dipersepsikan tentang realitas, memfokuskan perhatian pada

aspek-aspek tertentu dari realitas objektif dan membimbing interpretasi sesorang pada

struktur yang mungkin dan berfungsi kedua realitas yang tampak maupun yang

tidak tampak. Keduanya menekankan bahwa perkembangan kognitif hanya

terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui

suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi baru.

Kaum konstruktivis meyakini bahwa untuk memahami dunia makna ini

orang harus menginterpretasikannya. Peneliti harus menjelaskan proses-proses

pembentuk makna dan menerangkan bagaimana makna-makna tersebut

terkandung dalam bahasa dan tindakan oleh para aktor sosial. Upaya menyusun

interpretasi tidak lain adalah upaya melakukan pembacaan tentang makna-makna

ini, mengemukakan konstruksi peneliti tentang kontruksi-kontruksi (makna) para

(47)

3.1.2 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif, dengan

studi etnografi komunikasi, teori subtantif yang diangkat dalam penelitian adalah

interaksi simbolik, untuk menganalisis aktivitas komunikasi dalam upacara adat

Moponika.

Menurut Sugiyono dalam bukunya mengemukakan bahwa metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana

peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna pada generalisasi. (Sugiyono,

2012:1)

Beda dengan pendapat diatas, David Williams (1995) dalam buku Lexy

Moleong menyatakan: “Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu

latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang

atau peneliti yang tertarik secara alamiah” (Moleong, 2007:5)

Dari definisi yang dikemukan diatas, didalamnya terdapat pemaparan

tentang yang alamiah, hal ini berarti penelitian ini bersifat apa adanya atau

natural setting .Berbeda dengan definisi diatas Kirk dan Miller (1986:9)

(48)

“ Pendekatan kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pegetahuan sosialyang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalamkawasan sendiri yang berhubungan dengan orang orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.” (Hikmat,2011:38)

Dengan demikian tradisi etnografi komunikasi membutuhkan alat atau

metode penelitian yang bersifat kualitatif untuk mengasumsikan bahwa perilaku

dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui

analisis atas lingkungan alamiah (Natural setting) mereka.

Dell Hymes memperkenalkan studi ini untuk pertama kalinya pada

tahun1962, sebagai kritik terhadap ilmu linguistic yang terlalu memfokuskan diri

pada fisik bahasa saja. Definisi etnografi komunikasi itu sendiri adalah

pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu

cara-cara bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda

kebudayaannya.

Etnografi komunikasi (ethnography communication) juga dikenal

sebagai salah satu cabang ilmu dari Antropologi, khususnya turunan dari

Etnografi Berbahasa (ethnography of speaking). Disebut etnografi komunikasi

karena Hymes beranggapan bahwa yang menjadi kerangka acuan untuk

memberikan tempat bahasa dalam suatu kebudayaan haruslah difokuskan pada

komunikasi bukan pada bahasa. Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak

(49)

Etnografi komunikasi sangat percaya bahwa setiap individu dibelahan

dunia manapun ketika berkomunikasi akan dipengaruhi dan diatur oleh

kaidah-kaidah sosiokultural dari mana ia berasal dan dimana ia berkomunikasi.

Dalam penjelasannya, etnografi komunikasi memandang perilaku

komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang

dimiliki setia individu sebagai mahluk sosial. Ketiga keterampilan ini terdiri dari

keterampilan linguistic, keteramilan interaksi, dan keterampilan budaya.

(Kuswarno, 2008:18)

Ketiga keterampilan ini pada dasarnya menggambarkan ruang lingkup

etnografi komunikasi, atau bidang apa saja yang menjadi objek kajian etnografi

komunikasi. Selanjutnya etnografi komunikasi menyebut ketiga keterampilan ini

sebagai kompotensi berkomunikasi. Sehingga melalui penjelasan tersebut dapat

digambarkan model etnografi komunikasi sebagai sebuah model perilaku

komunikasi dalam sebuah peristiwa komunikasi.

Penggambaran model komunikasi dari sudut pandang etnografi

komunikasi menjadi penting karena:

1. Untuk membedakan etnografi komunikasi memandang perilkau

komunikasi dan peristiwa komunikasi dari ilmu yang lain.

2. Untuk mempermudah pemahaman bagaimana etnografi komunikasi

dalam memandang perilaku komunkasi dan peristiwa komunikasi.

(50)

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Sebagai bentuk penunjang dari penelitian yang valid tidak hanya berdasarkan

pengetahuan yang dimiliki, melainkan informasi-informasi dalam bentuk data

yang relevan dan dijadikan bahan-bahan penelitian untuk di analisis pada

akhirnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, sebagai berikut :

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban pertanyaan itu. (Moleong, 2007 : 135)

Wawancara juga dimaksudkan untuk memverifikasi khususnya

pengumpulan data. Wawancara yang akan dilakukan secara terstruktur

bertujuan mencari data yang mudah dikualifikasikan, digolongkan,

diklasifikasikan dan tidak terlalu beragam, dimana sebelumnya peneliti

menyiapkan data pertanyaan. Wawancara dalam etnografi komunikasi

dapat berlangsung selama peneliti melakukan observasi partisipan, namun

seringkali perlu juga wawancara khusus dengan beberapa responden.

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Alur Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Informan Peneliti
Tabel Maneer Hotel Amarossa

Referensi

Dokumen terkait

Pastikan anak menderita gizi buruk dan benar-benar menunjukkan tanda syok Timbang anak untuk menghitung volume cairan yang harus diberikan Pasang infus (dan ambil darah

Many mathematical models to describe the egg production have been published, and they are sufficient to predict the number of egg production a long the age,

(I) mewakili setia mata pelaJaran; (2) sampel adalah PNS ; (3) berpendidikan Stara l(Sl), dan (4) sudah bergolongan III/c. Instrumen penelitian menggunakan angket

[r]

Dari analisis yang dilakukan, terdapat tiga jenis tegangan pada tabung LPG 3 kg yaitu tegangan radial, tegangan keliling (hoop stress) dan tegangan longitudinal.. Nilai

ةذف عمو اههو ذشو ةحيحذصلا ةما ذقلا ناذكرأ ةذف عم نايبو ةيع شلا ماكحأا اهتقَعو بس ام ىلع ةلثمأاو ةما قلا ى

Henny is a teacher, she teachs many student, she works in...A. car, uniform, handphone,

Tesis ini disusun sebagai tugas akhir belajar dan syarat guna memperoleh derajat sarjana S-2 pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Program Pascasarjana