• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kuantifikasi Kayu Sisa Penebangan Di Kph Bogor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kuantifikasi Kayu Sisa Penebangan Di Kph Bogor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN

DI KPH BOGOR PERUM PERHUTANI

DIVISI REGIONAL JAWA BARAT & BANTEN

SANTI WULANDARI

E14090051

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kuantifikasi Kayu Sisa Penebangan Di KPH Bogor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Santi Wulandari

(4)

ABSTRAK

SANTI WULANDARI. Kuantifikasi kayu sisa penebangan di KPH Bogor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten. Dibimbing oleh AHMAD BUDIAMAN.

Kayu sisa pemanenan di hutan tanaman Indonesia kurang mendapat perhatian dan ditinggalkan di lapangan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menghitung volume kayu sisa pemanenan pada petak tebang akibat pemanenan kayu di KPH Bogor dan membandingkan volume kayu sisa pemanenan dengan pedekatan dua rumus volume garis intersek dan rumus volume sebenarnya pada plot ukur contoh persegi seluas 1 ha. Metode garis intersek (Line Intersect Method, LIM) adalah metode yang cukup baik dan mewakili data jumlah kayu sisa di lapangan karena metode ini tidak hanya menghitung volume kayu sisa pemanenan yang disebabkan oleh individu pohon yang ditebang saja, namun menghitung volume dari semua kayu sisa pemanenan yang ditinggalkan di lapangan dengan luasan tertentu. Penelitian ini menggunakan 3 macam garis intersek yaitu 10 m, 20 m dan 30 m. Hasil penelitian menunjukan pendugaan volume kayu sisa pemanenan dengan menggunakan metode garis intersek cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan volume sebenarnya. Jarak garis intersek tidak berpengaruh nyata terhadap pendugaan volume kayu sisa pemanenan.

Kata kunci : hutan tanaman, kayu sisa, line intersect method

ABSTRACT

SANTI WULANDARI. Quantification of logging residual in Perum Perhutani Bogor Regional Division West Java & Banten. supervised by AHMAD BUDIAMAN.

Logging residual was given less attention as it was left in the field. The aim of this research is to calculate the volume of logging residual and residual estimation using intersect line method and actual volume with square sample measurement plot of 1 ha. Line Intersect Method (LIM) represents the number of remaining wood which has left in the field. This method is not only calculate the volume of residual wood resulted from individual trees logging, but also calculate the volume of all the wood waste left in a particular area. Various line intersects are used for this research, namely: line intersect of 10 m, 20 m and 30 m. The results showed estimation of the volume of residual wood using line intersect method tends to be higher than the actual volume. Intersect line spacing did not significantly affect the rest of the timber volume estimation.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Departemen Manajemen Hutan

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN

DI KPH BOGOR PERUM PERHUTANI

DIVISI REGIONAL JAWA BARAT & BANTEN

SANTI WULANDARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil selesai. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan April–Mei 2015 ini berjudul Kuantifikasi Kayu Sisa Penebangan di KPH Bogor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F Trop selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada KPH Bogor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten beserta para pegawai yang telah membantu perizinan dan pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik serta keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan MNH 46 &48 atas kerjasama, semangat, dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, September 2015

(10)
(11)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE PENELITIAN 2

Tempat 2

Alat dan Bahan 2

Batasan Masalah 2

Prosedur Pengumpulan Data 2

Prosedur Penelitian 2

Prosedur Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 7

Jumlah dan Ukuran Kayu Sisa pemanenan 7

Volume Kayu Sisa Pemanenan 8

Pengaruh Jarak Garis Intersek Terhadap Volume Kayu Sisa 9 Pemanenan

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

(12)
(13)

DAFTAR GAMBAR

1 Skema peletakan garis intersek pada plot bujur sangkar 3 100x100m

2 Ilustrasi pengukuran kayu sisa pemanenan menggunakan 3 LIM

3 Illustrasi pengukuran diameter kayu sisa pemanenan 4 menggunakan metode volume sebenarnya

4 Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan jarak garis 8 intersek

5 Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter 9

DAFTAR TABEL

1 Konstanta konversi satuan Van Wagner (1982) 5

2 Analisis ragam percobaan RAL 6

3 Jumlah kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter dan 8 jarak garis intersek

5 Analisis keragaman pengujian pengaruh jarak garis intersek 10 terhadap volume kayu sisa pemanenan

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan sumberdaya alam hayati yang memiliki potensi sangat besar bagi kehidupan manusia. Salah satu sumberdaya hutan yang dimanfaatkan adalah kayu. Untuk mengubah kayu bernilai ekonomi diperlukan kegiatan mengeluarkan kayu dari hutan yang disebut dengan pemanenan kayu. Tujuan pemanenan kayu adalah untuk memaksimalkan nilai hutan, mengoptimalkan suplai bahan baku industri, meningkatkan kesempatan kerja dan mengembangkan ekonomi regional.

Dalam rangkaian kegiatan pemanenan kayu, tahapan kegiatan yang berpotensi menghasilkan kayu sisa terbesar adalah kegiatan penebangan (Sastrodimedjo dan Simarmata 1981). Kayu sisa pemaenan di hutan tanaman di Indonesia kurang mendapat perhatian dan ditinggalkan di lapangan. Kayu sisa pemanenan ini cenderung tidak dimanfaatkan karena tidak sesuai dengan spesifikasi kayu yang dibutuhkan oleh industri kehutanan dan nilai ekonomisnya rendah.

Sejauh ini, penelitian kuantifikasi kayu sisa pemanenan di areal hutan tanaman, baik di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa, menggunakan metode pohon penuh (whole tree method), yang mana pada metode ini hanya dapat memberikan informasi volume kayu sisa pemanenan pada tiap individu pohon yang ditebang, sehingga tidak dapat menduga volume kayu sisa pemanenan keseluruhan di lapangan. Selain metode pohon penuh, terdapat metode yang dapat digunakan untuk menduga kayu sisa pemanenan, yaitu metode garis intersek (Line Intersect Method, LIM). Metode ini tidak hanya menghitung volume kayu sisa pemanenan yang disebabkan oleh individu pohon yang ditebang, namun juga dapat menghitung volume dari semua kayu sisa pemanenan yang ditinggalkan di lapangan pada luasan tertentu.

Penelitian kuantifikasi kayu sisa pemanenan dengan metode garis intersek belum banyak digunakan di Indonesia. Penelitian dengan metode ini di hutan tropis pertama kali dilakukan di hutan Pelagat Malaysia (Howard dan Ward 1972). Sementara di Indonesia, penggunaan metode ini dilakukan dibeberapa IUPHHK-HA di Papua Barat (Nurfadilah 2014), IUPHHK-IUPHHK-HA Malinau (Reza 2014), dan di hutan tanaman di Kalimantan Selatan (Rawenda 2004).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menghitung volume kayu sisa pemanenan pada petak tebang akibat pemanenan kayu dan membandingkan pendugaan volume kayu sisa pemanenan dengan menggunakan LIM dan volume sebenarnya.

Manfaat Penelitian

(16)

2

merencanakan pemanenan kayu yang meminimalkan kayu sisa pemanenan dan potensi pemanfaatan kayu sisa pemanenan untuk beberapa penggunaan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di petak tebang 24C Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Maribaya, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat & Banten. Pengambilan data lapangan berlangsung mulai bulan April–Mei 2015.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: pita meter 10 m, tambang plastik 100 m, phiband, kamera, tally sheet, software Excel, alat tulis dan alat hitung. Bahan penelitian ini adalah kayu sisa yang ada di petak penelitian.

Batasan masalah

Batasan kayu sisa pemanenan yang menjadi objek penelitian adalah kayu sisa pemanenan atau bagian kayu yang dianggap tidak mempunyai nilai ekonomi dalam suatu produksi pada waktu dan tempat tertentu, ditinggalkan di tempat tebangan, tetapi masih mungkin untuk dilakukan pemanfaatan dengan diameter ≥ 2 cm.

Prosedur pengumpulan data

Jenis Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer merupakan data pokok yang diperlukan dalam penelitian ini yang didapat dari pengukuran langsung di lapangan. Data primer teridiri atas data panjang dan diameter ujung kayu sisa pemanenan, diameter intersek kayu sisa pemanenan, deskripsi bentuk dan jenis kayu sisa pemanenan.

Data sekunder terdiri atas data yang didapat dari informasi yang diperoleh dari perusahaan. Data sekunder terdiri atas: kondisi umum lokasi penelitian, luas dan letak areal blok tebangan, potensi hutan (laporan hasil cruising), sistem pemanenan kayu, kebijakan bagi batang (bucking policy), sistem pengujian kayu (grading system).

Prosedur Penelitian

1. Jumlah, Bentuk dan Ukuran Plot

(17)

3

lokasi penelitian sebesar 45.01 ha, besarnya intensitas sampling ditentukan sebesar 10%, sehingga didapat jumlah plot contoh sebanyak 5 plot contoh.

2. Pengukuran Diameter Kayu Sisa Pemanenan

Kayu sisa pemanenan yang diukur adalah semua jenis kayu sisa pemanenan, baik kayu sisa yang berasal dari pohon ditebang maupun pohon rusak akibat pohon ditebang, kayu sisa pemanenan berupa patah, pecah, tercabut seratnya sampai batas cabang yang ditinggalkan di petak tebang. Batasan kayu sisa pemanenan yang diukur adalah semua kayu sisa yang berdiameter 2–5 cm (Perhutani 2015). Data kayu dikumpulkan setelah kegiatan pemanenan kayu selesai. Terdapat dua metode pengukuran kayu sisa pemanenan, yaitu LIM dan volume sebenarnya. LIM adalah plot contoh berdasar pada sebuah garis contoh tanpa lebar. Pada penelitian ini garis intersek dibuat secara pola sistematik dengan interval 10 m, 20 m, dan 30 m. Garis pertama diletakan di selatan plot bergerak menuju ke utara (Gambar 1). Diameter yang diukur pada metode ini adalah diameter yang dilewati garis intersek (Gambar 2).

Gambar 1 Skema peletakan garis intersek pada plot bujur sangkar 100x100 m.

Gambar 2. Illustrasi pengukuran diameter kayu sisa pemanenan menggunakan LIM

1

0

0

m

(18)

4

Metode pengukuran volume kayu sebenarnya dilakukan dengan menggunakan sistem jalur pada masing-masing garis intersek, yang mana garis interseknya sebagai pusat jalur dan lebar jalurnya 1 m. Diameter yang diukur pada metode ini adalah diameter ujung, diameter pangkal, dan panjang kayu sisa pemanenan pada setiap jalur (Gambar 3).

Gambar 3.Ilustrasi pengukuran diameter kayu sisa pemanenan menggunakan metode volume sebenarnya

Diameter kayu sisa pemanenan selanjutnya dikelompokkan ke dalam kelas diameter kayu sisa pemanenan yang ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Supangat 1997):

� =� Keterangan:

P = panjang kelas diameter R = diameter max – diameter min

B = banyak kelas, diperoleh dari 1 + 3.3 log n n = jumlah kayu sisa pemanenan pada garis intersek

Prosedur Analisis Data

1. Perhitungan volume kayu sisa dengan garis intersek

Persamaan dasar yang digunakan adalah sebagai berikut (Van Wagner 1982):

� =�� × ∑��

Keterangan :

V = volume per unit area (m3) k = konstanta Van Wagner (1982)

d = diameter dari kayu sisa pemanenan pada titik yang berpotongan (m) L = panjang garis contoh (m)

L

eb

ar

1

(19)

5

Faktor konversi yang digunakan untuk mendapatkan satuan dalam m3/ha

adalah disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Konstanta konversi satuan Van wagner (1982). Kombinasi Unit

Diameter Panjang Volume Weight konstanta

cm m m3/m2 0.0001234

2. Perhitungan volume kayu sisa sebenarnya

Rumus yang digunakan untuk menentukan volume sebenarnya kayu sisa pemanenan menggunakan rumus Brerenton sebagai berikut (Depatemen Kehutanan 2007):

V= ¼ x π x d2 x p

Diameter yang digunakan pada rumus tersebut adalah diameter rata-rata dari diameter ujung dan pangkal pada batang utama maupun cabang.

� =�� + ��

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), yang hanya menggunakan satu faktor perlakuan dan beberapa taraf (level) perlakuan, dengan kondisi lingkungan percobaan yang seragam. Model linier rancangan satu faktor dalam RAL disajikan pada persamaan berikut (Gomez & Gomez 2007), dan tabel analisis ragam disajikan pada Tabel 2.

Yij = µj+ εij

Keterangan :

Yij = volume kayu sisa pada pengukuran (jarak garis intersek) ke-i dan

(20)

6

µi = rata-rata perlakuan ke-i = µ + τi

εij = sisaan acak pada unit percobaan yang dikenai perlakuan ke-i ulangan

ke-j i = 1,2,...,t j = 1,2,...,ri

Hipotesa yang diuji adalah sekurangnya ada satu perlakuan jarak yang memberikan volume berbeda yang dinotifikasikan sebagai berikut :

H0: τi = 0 : Pada semua taraf perlakuan jarak memberikan nilai volume kayu

sisa pemanenan yang sama.

H1: τi≠ 0 : Sekurangnya ada taraf perlakuan jarak yaang memberikan volume

kayu sisa pemanenan berbeda.

Penerimaan H0 pada taraf uji atau tingkat nyata α menunjukan bahwa

perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

respon percobaan pada tingkat nyata α. Sebaliknya jika H1 diterima maka

sekurangnya ada satu taraf perlakuan yang memberikan respon yang berbeda. Sebagai uji statistik adalah nilai Fhit, dengan kriterium uji atau kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika Fhit ≤ Ftab α(dbp,dbs) : terima H0 pada tingkat nyata α

Jika Fhit > Ftab α(dbp,dbs) : terima H1pada tingkat nyata α

Tabel 2 Analisis ragam percobaan RAL. Sumber

Data deskriptif merupakan uraian data yang diperoleh saat di lapangan. Data yang diuraikan secara deskriptif pada penelitian ini adalah sistem pemanenan dan proses penebangan yang dilakukan oleh Perum Perhutani. Penyajian data dengan menggunakan grafik dapat digunakan untuk menyajikan data sebaran jumlah kayu sisa pemanenan dan sebaran volume kayu sisa pemanenan berdiameter ≥2 cm pada setiap jarak garis intersek. Penyajian data secara tabulasi digunakan pada penyajian data jumlah kayu sisa pemanenan, kelas diameter kayu sisa pemanenan, volume kayu sisa pemenenan pada setiap jarak garis intersek.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis BKPH Parung Panjang yang juga termasuk dalam kelas perusahaan mangium terletak pada 106°26’03” BT sampai 106°35’16” BT dan

(21)

7

Ferguson (1951), wilayah BKPH Parung Panjang memiliki kriteria bulan basah, dimana rata-rata curah hujan per bulan di atas 100 mm/bulan. BKPH Parung Panjang memiliki konfigurasi lapang sebagian besar relatif datar s/d landai, dengan kemiringan lapang bervariasi mulai dari (0-8%) dan kemiringan agak curam (15-25%).

Sistem pemanenan yang dilakukan di Perhutani adalah pemanenan semi mekanis. Alat yang digunakan untuk menebang adalah chainsaw dengan jumlah alat sebanyak 3 chainsaw, dimana 2 alat digunakan menebang dan 1 alat sebagai cadangan. Peralatan yang digunakan untuk penebangan di Perhutani hanya chainsaw yang tergolong modern, tetapi untuk penyaradan masih menggunakan tenaga manual (manusia), begitu juga kegiatan muat bongkar, kegiatan pengangkutan menggunakan alat angkut truk.

Sistem bagi batang yang digunakan di Perhutani adalah ukuran panjang 2 m untuk kayu perkakas atau biasa dikenal kayu pertukangan, kemudian 0.5 m untuk kayu bakar dengan batas diameter 5-9 cm, dan kayu sisa pemanenan adalah sortimen yang berdiameter <5 cm dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, sedangkan untuk pemanfaatan khusus dari pihak Perhutani sampai saat ini belum ada.

Jumlah dan Ukuran Kayu Sisa Pemanenan

Kayu sisa pemanenan yang terdapat di areal petak tebang 24C terdiri atas ranting dan cabang yang ukuran dan bentuknya beragam. Tabel 3 menyajikan data banyaknya kayu sisa pemanenan dengan sajian kelas diameter. Total kayu sisa pemanenan dari 5 plot yang masing-masing berukuran 1 ha dengan pengambilan sample pada garis intersek 10 m, 20 m, dan 30 m sebanyak 440 batang, 215 batang dan 140 batang. Berbeda dengan Rawenda (2004) yang menyatakan jumlah kayu sisa pemanenan pada HTI sebanyak 3106 batang. Perbedaan disebabkan oleh pemanfaatan dari pihak Perhutani berkembang tidak hanya untuk batang utama, namun untuk kayu sisa berdiameter antara 5-9 cm dimanfaatkan menjadi komoditi kayu bakar dengan sasaran pasar pabrik pembakaran batu bata, sehingga jumlah yang ditinggalkan di lapangan berkurang hanya dalam bentuk ranting dan cabang kecil berdiameter <5 cm.

(22)

8

Tabel 3 Jumlah kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter dan jarak garis intersek.

Volume Kayu Sisa Pemanenan

Gambar 4 menyajikan data volume kayu sisa pemanenan di masing-masing jarak garis intersek. Gambar 4 menunjukan volume kayu sisa pemanenan yang ditemukan pada penelitian ini memiliki nilai yang relatif sama pada setiap garis intersek, baik untuk perhitungan volume kayu sisa pemanenan menggunakan metode garis intersek maupun perhitungan volume sebenarnya. Volume intersek dan volume sebenarnya memiliki nilai yang berbeda, seperti disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan jarak garis intersek. Volume kayu sisa pemanenan pada metode intersek nilainya lebih kecil dibanding nilai yang diperoleh Bate et.al (2009) sebesar 62.6 m3/ha dan Rawenda (2004) sebesar 27.456 m3/ha, yaitu untuk volume kayu sisa pemanenan

menggunakan LIM pada jarak garis intersek 10 m, 20 m, dan 30 m masing-masing

(23)

9

nilai volume kayu sisa pemanenannya sebesar 1.04 m3/ha, 0.96 m3/ha, dan 1.05

m3/ha. sedangkan untuk volume kayu sisa pemanenan menggunakan metode volume sebenarnya pada jarak garis intersek 10 m, 20 m, dan 30 m masing-masing nilai volume kayu sisa pemanenannya 0.43 m3/ha, 0.41 m3/ha, dan 0.60 m3/ha. Hal ini disebabkan karena kayu sisa yang terdapat di petak tebang hanya berupa ranting dan cabang pohon yang berdiameter kecil dan jumlahnya pun tidak banyak. Sebaran diameter kayu sisa pemanenan yang terdapat di petak tebang berkisar antara 2 cm– 4.8 cm. Diameter kecil antara 2-2.9 cm, diameter sedang antara 3-3.9 cm dan diameter besar antara 4-4.9 cm. Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan sebaran kelas diameter disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter. Gambar 5 menunjukan bahwa untuk volume intersek kayu sisa pemanenan paling besar ada pada kelas diameter kecil (2-2.9 cm). Keteraturan meningkatnya nilai volume berlaku untuk semua jenis jarak intersek 10 m, 20 m dan 30 m. Hal ini disebabkan karena pohon yang ditebang menyisakan kayu sisa pemanenan yang berdiameter kecil. Berbeda dengan volume intersek pada volume sebenarnya, nilai volume kayu pemanenan perkelas diameter menunjukan nilai terbesar ada pada kelas diameter sedang (3-3.9 cm). Hal ini disebabkan karena perhitungan volume sebenarnya memperhatikan cabang dari setiap kayu sisa yang ditemukan, sehingga terjadi penambahan volume untuk kayu sisa pemanenan yang memiliki cabang, sedangkan untuk volume intersek perhitungannya hanya memperhatikan volume kayu sisa pemanenan pada diameter yang menyinggung garis intersek.

Pengaruh Jarak Garis Intersek terhadap Volume Kayu Sisa

Tabel 4 menunjukan bahwa nilai Fhit 0.01 dan Ftab pada taraf nyata 5% sebesar 3.885 dan untuk taraf nyata 1% sebesar 6.927. Nilai Fhit lebih kecil dibandingkan nilai Ftab pada taraf nyata 5% dan 1%, yang berarti tolak H1, yaitu

pada semua perlakuan jarak garis intersek memberikan nilai volume kayu sisa pemanenan yang sama, menandakan bahwa jarak garis intersek tidak berpengaruh terhadap volume kayu sisa pemanenan, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut.

(24)

10

Sajian analisis keragaman pengujian pengaruh jarak garis intersek terhadap volume kayu sisa pemanenan (Tabel 4).

Tabel 4 Analisis keragaman pengujian pengaruh jarak garis intersek terhadap volume kayu sisa pemanenan. pada jarak garis intersek 10 m, 20 m, dan 30 m masing-masing nilainya 1.04 m3/ha, 0.96 m3/ha, dan 1.05 m3/ha. Sedangkan volume kayu sisa pemanenan menggunakan volume sebenarnya pada jarak garis intersek 10 m, 20 m, dan 30 m masing-masing nilainya 0.43 m3/ha, 0.41 m3/ha, dan 0.60 m3/ha. Pendugaan volume kayu sisa pemanenan dengan menggunakan LIM cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan volume sebenarnya. Jarak garis intersek tidak berpengaruh nyata terhadap volume kayu sisa pemanenan.

Saran

Pendugaan volume sebenarnya yang dilakukan dalam penelitian ini hanya satu ukuran lebar, yaitu 1 m. Sebagai bahan kajian lanjutan perlu dibandingkan dengan berbagai ukuran lebar jalur atau dengan sensus.

DAFTAR PUSTAKA

Bate LJ, Torgese TR, Wisdom MJ, Garton EO. 2009. Forest Ecology and Management. For Sci 1-6.

Budiaman A. 2000. Kuantifikasi Kayu Bulat Kecil Limbah Pemanenan pada Pengusahaan Hutan Alam. Jurnal Teknologi Hasil Hutan 12(2) : 34-43. Departemen Kehutanan. 2007. Metode Pengukuran Kayu Bulat Rimba Indonesia.

Jakarta (ID) : Direktorat Jendral Bina Produksi Kehutanan.

(25)

11

Howard JO, Ward FR. 1972. Measurement of Logging Residue, Alternative Applications of The Line Intersect Method. USDA Forest Service. Research Note. PNW-183.

Nurfadilah S. 2014. Kau Sisa Penebangan Pohon Dengan Intensitas Tinggi Di PT Wijaya Sentosa Manokwari Papua Barat. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Perum Perhutani. 2015. Bahan Ajar Dalam Rangka Cutting Test . Bogor: Perhutani. Rawenda. 2004. Kuantifikasi Limbah Pemanenan Kayu Pada Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Kayu Pulp Dengan Metode Garis Transek. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Reza CF. 2014. Kayu Sisa Penebangan Pohon Dengan Dua Intensitas Penebangan Di IUPHHK-HA PT INHUTANI II Malinau. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sastrodimedjo S, Simarmata SR. 1981. Limbah Eksploitasi. Di dalam : Prosiding Diskusi Industri Perkayuan tahun 1981: Jakarta, 1981. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Schmidt FH and Furguson JHA. 1951. Rainfall Types Based On Wet And Dry Period Ratio For Indonesia And Western New Guinea. Jakarta.

Supangat A. 1997. Statistika dalam kajian deskriptif, inferensi, dan nonparametrik. Jakarta (ID): Prenada Media Group.

(26)

12

RIWAYAT HIIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang, pada tanggal 18 Desember 1991 dari pasangan Nuridin dan Cucum. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah menengah Pertama Negeri 6 Sumedang dan lulus pada tahun 2006. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rancakalong pada tahun 2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur masuk Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI), di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas kehutanan.

Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis ikut berpartisipasi dalam himpro (himpunan profesi) Forest Manajemen Student Club (FMSC) sebagai anggota periode 2011-2012, Angggota Kelompok Studi (KS) Pemanfaatan periode 2011-2012, anggota Sylva Indonesia PCSI IPB periode 2010-2012.

Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2011 di Kamojang-Sancang Barat, Praktik Pengelolaah Hutan (P2H) pada tahun 2012 di Hutan Pendidikan Gunung Walat-Sukabumi (HPGW), dan Praktik Kerja Lapang (PKL) pada 2013 di KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat&Banten.

Gambar

Gambar 1 Skema peletakan garis intersek pada plot bujur sangkar 100x100 m.
Gambar 3.Ilustrasi pengukuran diameter kayu sisa pemanenan menggunakan  metode volume sebenarnya
Tabel 1 Konstanta konversi satuan Van wagner (1982).
Tabel 2 Analisis ragam percobaan RAL.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data/fakta yang tepat (shahih, benar, valid) dan dapat dipercaya (reliabel) tentang sejauh mana hubungan antara bauran promosi dengan

yang sangat berpengaruh terhadap situasi lalu lintas. Etika, sopan-santun, toleransi antar pengguna jalan, kematangan dalam pengendalian emosi serta kepedulian pengguna

Baik kopi arabika biji tunggal (peaberry) maupun kopi arabika biji normal mengandung kafein yang dapat meningkatkan memori jangka pendek, namun saat ini belum ada penelitian

sebuah game edukasi yang menarik, interaktif dan dapat membantu anak. berkebutuhan khusus tunagrahita mengenali

Perilaku prososial dapat ditanamkan pada anak dengan cara bermain peran prososial agar anak juga dapat merasakan langsung respon positif dan penerimaan sosial yang dapat

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui informasi mendasar apa mengenai pemilu yang harus diketahui oleh pemilih pemula dan mendapatkan bentuk pengemasan informasi

Ketentuan tersebut dipertegas mengenai pengecualian terhadap kewajiban penggunaan Rupiah untuk pembayaran atau penyelesaian kewajiban dalam valuta asing telah

Terima kasih pula penulis sampaikan kepada seluruh keluarga besar, rekan kantor yang telah memberikan keleluasaan waktu kepada penulis sehingga dapat berkonsentrasi