• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi dan Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan di PPN Karangantu Upaya Meningkatkan Aktivitas Kepelabuhanan Perikanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi dan Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan di PPN Karangantu Upaya Meningkatkan Aktivitas Kepelabuhanan Perikanan"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PPN KARANGANTU: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS KEPELABUHANAN PERIKANAN

ASEP HAMZAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

1

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul potensi dan strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu: upaya meningkatkan aktivitas kepelabuhanan perikanan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015 Asep Hamzah NIM C451120021

(4)

RINGKASAN

ASEP HAMZAH. Potensi dan Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan di PPN Karangantu: Upaya Meningkatkan Aktivitas Kepelabuhanan Perikanan. Dibimbing oleh ANWAR BEY PANE, ERNANI LUBIS, dan IIN SOLIHIN

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu terletak di Pantai Utara Banten, merupakan pelabuhan perikanan tipe B yang ada di Provinsi Banten. Produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan pelabuhan perikanan yang ada di sekitarnya yaitu 93 % (2.797 ton) di Kota dan Kabupaten Serang pada tahun 2013. Produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan memiliki peranan penting dalam industri pengolahan ikan. Produksi yang relatif tinggi di suatu pelabuhan perikanan secara tidak langsung dapat menarik investor untuk melakukan investasi, agar keberlangsungan usaha dapat terjamin. Keunggulan tersebut, menjadikan PPN Karangantu ditunjuk sebagai kawasan industri perikanan (sebelumnya minapolitan) subsektor perikanan tangkap sejak tahun 2010.

Namun demikian, sejak penunjukan tersebut sampai saat ini, kegiatan pengolahan ikan belum terdapat di dalam PPN Karangantu sebagai akibat belum adanya kawasan/lahan khusus pengolah ikan. Hal ini sebagai dampak dari peraturan pemerintah pusat sampai tahun 2012 tentang pengkelasan pelabuhan perikanan yang hanya mengembangkan industri untuk PP kelas Samudera (tipe A) saja, sehingga sejak berstatus kelas PPP (tipe C) dan PPI (tipe D), pelabuhan ini belum direncanakan untuk mengembangkan industri. Industri pengolahan ikan saat ini berada di sekitar PPN Karangantu berupa pengasinan ikan dengan jumlah pengolah ikan sebanyak 40 unit. Kegiatan industri pengolahan ikan tersebut perlu dipindahkan dan dikonsentrasikan kedalam kawasan PP; selain agar pelaku industri dapat menikmati/ memanfaatkan fasilitas dan pelayanan pemerintah, juga sesuai dengan kebijakan pemerintah saat ini yang mengembangkan industri pengolahan ikan di dalam PP karena sangat menguntungkan bagi pelaku industri pengolahan.

Keberadaan kegiatan pengolahan ikan di PPN Karangantu, juga akan berdampak positif yaitu berupa peningkatan aktivitas penangkapan ikan, seperti jumlah armada dan volume produksi hasil tangkapan karena meningkatnya permintaan bahan baku untuk industri. Dalam perkembangannya, pemenuhan kebutuhan ikan bahan baku tidak dapat dilakukan oleh pengelola pelabuhan itu sendiri, melainkan diperlukan kerjasama antar pelabuhan perikanan lain di sekitarnya sehingga terjadi keterkaitan antara pelabuhan yang satu dengan pelabuhan lainnya. Beberapa contoh pelabuhan perikanan yang memanfaatkan keterkaitan pelabuhan perikanan yang satu dengan yang lain dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku ikan diantaranya PPN Palabuhanratu dengan PPI-PPI sekitarnya seperti PPI Cisolok (Pane 2010) dan pelabuhan Boulogne Sur Mer di Prancis yang memenuhi bahan baku dari negara-negara Eropa sekitarnya (Lubis et al 2013). Adanya keterkaitan atau konektivitas antar pelabuhan perikanan bisa menjadi solusi pemenuhan kebutuhan bahan baku ikan bagi pengusaha pengolahan.

(5)

pengolahan ikan; (2) Menentukan alternatif produksi hasil tangkapan dari pelabuhan perikanan sekitarnya yang mendukung industri pengolahan ikan di PPN Karangantu. (3) Mendapatkan strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu sebagai upaya meningkatkan aktivitas kepelabuhanan perikanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 jenis ikan yang memiliki nilai pertumbuhan LQ positif dengan skor 3 yaitu cumi-cumi, kembung, kuniran, kurisi, lemuru, tongkol dan manyung. Skor LQ 3 mengindikasikan bahwa jenis-jenis ikan tersebut terkonsentrasi pendaratannya secara relatif di PPN Karangantu dan dapat terus dikembangkan kedepannya untuk menjadi bahan baku industri pengolahan ikan di PPN Karangantu. Alternatif produksi ikan hasil tangkapan dapat diperoleh dari PPI Pulo Kalih, PPI Pulo Panjang, PPI Wadas, PPI Terale, dan PPI Lontar dengan jenis ikan yang disesuaikan dengan kebutuhan pengolah ikan di PPN Karangantu dan didatangkan dari laut atau melalui transportasi darat.

Terdapat tiga strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu diantaranya; (1) Mengoptimalkan sarana dan prasarana yang telah tersedia untuk pengembangan industri perikanan di PPN Karangantu; (2) Meningkatkan kerjasama antara PPN Karangantu, STP Karangantu dan DKP Kota Serang agar tercipta iklim industri perikanan yang baik. (3) Kerjasama antar institusi (PPN Karangantu dan DKP Kota Serang) agar industri perikanan di PPN Karangantu dapat berkembang.

(6)

SUMMARY

ASEP HAMZAH. Potency and Strategy of Fish Processing Industry Development in Karangantu Archipelago Fishing Port: The Efforts to Increase Fishing Ports Activities. Supervised by ANWAR BEY PANE, ERNANI LUBIS, and IIN SOLIHIN

Karangantu Archipelago Fishing Port (AFP/PPN) located in Northern Coast of Banten, a type B fishing port in Banten Province. Fish landed production is also the biggest compared to the existing fishing port around it which 93% (2,797 tons) in the City and County of Serang in 2013. Production of the fish landed has an important role in the fish processing industry. Relatively high production in a fishing port indirectly can attract the investor to invest, in order to guaranteed business continuity. These advantages, make the PPN Karangantu designated for fishery industry (formerly minapolitan) fisheries subsector since 2010.

However, since the appointment until now, there has been no fish processing activities in PPN Karangantu as a result of the lack of region / specific area for fish processors. This is as a result of central government regulations until 2012 on the grading of fishing ports which is only develop the industry for type A fishing port only, so that since fishing port status is type C and type D, the fishing port has not been planned for developing the industries. Currently, the fish processing industry is around PPN Karangantu such fish salting by the number of fish processors as many as 40 units. The activities of fish processing industries needs to be moved and concentrated in fishing port area; in order to industry actors can enjoy /utilize the facilities and government services, also in accordance with currently government policies that developing the fish processing industries in fishing port is very profitable for the processing industry.

The existence of a fish processing activities in PPN Karangantu, will have a positive impact of increased fishing activities. Increase in fishing activity, it can such an increase in the number of fleets and production volume of the catch due to the increased of raw materials demand for industries. During its development, the fulfillment of fish as raw material can not be done by the Port itself, but rather needed cooperation among fishing ports around them, resulting relation of one port to the other ports. Some examples of fishing ports that utilize the fishing ports linkages one with other in fulfilling the needs of fish as raw material such PPN Palabuhanratu with vicinity such as PPI Cisolok (Pane 2010) and Boulogne Sur Mer in France which fulfillment the raw material from around European countries (Lubis et al 2013). Connectivity among fishing ports could be a solution for fulfilling the needs of raw materials for fish processing actors.

This research aims to: (1) Determine the potential featured of fish catches landed in PPN Karangantu for raw materials of fish processing industries; (2) Getting production alternatives of catches fish around fishing ports that supports of fish processing industries in PPN Karangantu; (3) Getting of fish processing industries development strategy in PPN Karangantu an effort to increase the activity of the fishing port.

(7)

concentrated relative its landing in PPN Karangantu and can be developed in the future to become a raw material of fish processing industries in PPN Karangantu. Alternative production of the fish cathes can be obtained from Pulo Kalih Coastal Fishing Port (CFP/PPP), PPP Pulo Panjang, PPP Wadas, PPP Terale and PPP Lontar with the type of fish adapted to the needs of fish processors in Karangantu TFP and brought in by the sea or via land transportation.

There are three of fish processing industries development strategy in PPN Karangantu including; (1) Optimizing infrastructure that already available for the development of the fishing industry in PPN Karangantu; (2) Increase the cooperation between PPN Karangantu, Karangantu Fisheries Institut and Serang Fisheries and Marine Agencies (FMA) in order to create a good condition for fisheries industry. (3) Cooperation between institutions (PPN Karangantu and of Serang City FMA) in order to fishery industry in PPN Karangantu can be developed.

(8)

©Hak Cipta Milik IPB 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PPN KARANGANTU: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS KEPELABUHANAN PERIKANAN

ASEP HAMZAH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

Pada

Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Usulan Penelitian : Potensi dan Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan di PPN Karangantu: Upaya Meningkatkan Aktivitas Kepelabuhanan Perikanan

Nama Mahasiswa : Asep Hamzah

NIM : C451120021

Program Studi : Teknologi Perikanan Laut

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA Ketua

Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA Anggota

Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si Anggota

Diketahui Oleh: Ketua Program Studi

Teknologi Perikanan Laut

Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Topik penelitian yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari sampai April 2014 adalah mengenai

Potensi dan Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan di PPN Karangantu: Upaya Meningkatkan Aktivitas Kepelabuhanan Perikanan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA, Dr Ir Ernani Lubis, DEA dan Dr Iin Solihin, S.Pi. MSi selaku Komisi Pembimbing Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua atas doa, dan dukungannya, serta kepada kerabat dan teman-teman yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Permasalahan 4

Tujuan 4

Manfaat 4

2 METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat 5

Metode Penelitian 5

Analisis Data 8

3 KEADAAN UMUM

Keadaan umum daerah Kota Serang 18

Keadaan umum PPN Karangantu 19

Kondisi industri pengolahan di PPN Karangantu dan sekitarnya 23

4 POTENSI UNGGULAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PPN KARANGANTU

Kondisi industri pengolahan ikan di PPN Karangantu dan sekitarnya 26 Komoditas unggulan ikan bahan baku industri pengolahan ikan di PPN

Karangantu

29 Produksi ikan hasil tangkapan di PP/PPI sekitar PPN Karangantu 47 Distribusi ikan hasil tangkapan dari PPI-PPI sekitar PPN Karangantu 50

Potensi industri pengolahan ikan di PPN Karangantu 52

5 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PPN KARANGANTU

Faktor-faktor internal pengembangan industri pengolahan ikan 55 Faktor-faktor eksternal pengembangan industri pengolahan ikan 60

Strategi pengembangan industri pengolahan ikan 63

6 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 66

Saran 66

DAFTAR PUSTAKA 67

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah responden nelayan pada penelitian pengembangan industri

pengolahan ikan di PPN Karangantu di Kota Serang, 2013 7 2 Matrik IFAS potensi pengembangan industri kepelabuhanan perikanan

di PPN Karangantu, 2014 12

3 Matrik EFAS potensi pengembangan industri kepelabuhanan

perikanan di PPN Karangantu, 2014 14

4 Penilaian bobot faktor strategi internal potensi pengembangan industri

kepelabuhanan perikanan di PPN Karangantu 2014 15

5 Penilaian bobot faktor strategi eksternal potensi pengembangan

industri kepelabuhanan perikanan di PPN Karangantu 2014 16 6 Perkembangan jumlah penduduk menurut jenis kelamin Kota Serang

tahun 2012 18

7 Fasilitas dan kondisi fasilitas di PPN Karangantu 2013 20 8 Frekuensi bongkar muat kapal penangkapan di PPN Karangantu tahun

2009 - 2013 (kali) 21

9 Jumlah alat tangkap menurut jenis di PPN Karangantu Tahun 2013 21 10 Jumlah nelayan yang melakukan aktivitas di PPN Karangantu, 2013 21

11 Produksi dan Nilai Produksi Ikan di PPN Karangantu 22

12 Daftar PPI-PPI yang berada di Kabupaten Serang 24

13 Jenis-jenis ikan didaratkan dan volume produksinya per jenis ikan per

tahun di PPN Karangantu tahun 2008-2013 29

14 Jenis-jenis ikan didaratkan dan volume produksinya per jenis ikan per

tahun di Propinsi Banten tahun 2008-2013 30

15 Nilai dan Skor Location Quotient (LQ) per jenis ikan di PPN

Karangantu Tahun 2008-2012 31

16 Volume produksi ikan hasil tangkapan di PPN Karangantu 2004-2013 32 17 Proyeksi kemampuan penyediaan volume produksi ikan di PPN

Karangantu 2014-2028 33

18 Proyeksi kemampuan penyediaan volume produksi ikan hasil

tangkapan per jenis ikan di PPN Karangantu 2014-2028 (dalam ton) 37 19 Jenis-jenis ikan dominan yang didaratkan di PPN karangantu, 2013 38 20 Kemampuan Penyediaan jenis-jenis ikan dominan di PPN Karangantu,

Tahun 2013 38

21 Nilai mutu organoleptik ikan sampel dominan yang didaratkan di PPN

Karangantu, Februari-April 2014. 39

22 Ukuran panjang individu ikan sampel dominan didaratkan di PPN

Karangantu, Februari-April 2014 42

23 Indikator rata-rata harga menurut jenis ikan dominan yang didaratkan

di PPN Karangantu tahun 2013 46

24 Produksi ikan hasil tangkapan per jenis di tiap PPI di Kabupaten

Serang, 2013 (dalam ton) 48

25 Pola jalur distribusi ikan hasil tangkapan dari PPI di Kabupaten Serang

ke PPN Karangantu. 51

26 Potensi Industri Pengolahan Ikan berdasarkan Jenis Ikan di PPN

(15)

27 Matrik IFAS Strategi pengembangan industri perikanan di PPN

Karangantu, 2014 59

28 Matrik EFAS strategi pengembangan industri perikanan di PPN

Karangantu, 2014 63

29 Matrik SWOT Strategi pengembangan pengolahan ikan di PPN

Karangantu 64

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Proporsi produk ikan yang dipasarkan di PPN Karangantu 2009-2012 2 2 Lokasi penelitian PPN Karangantu dan lokasi pangkalan-pangkalan

pendaratan ikan disekitarnya 5

3 Kerangka operasional penelitian potensi dan strategi pengembangan

industri pengolahan ikan di PPN Karangantu, 2014 17

4 Perkembangan jumlah produksi dan nilai produksi di PPN Karangantu

2009-2013 22

5 Pedagang ikan eceran di PPI-PPI Kab. Serang, 2013 25

6 Jenis-jenis ikan asin pada industri pengolahan di sekitar di PPN

Karangantu 27

7 Contoh kemasan produk sate bandeng 29

8 Kurva perkembangan volume produksi ikan hasil tangkapan di PPN

Karangantu 2008-2012 30

9 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi ikan hasil

tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu, 2004-2013 34 10 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil

tangkapan ikan tenggiri yang didaratkan di PPN Karangantu,

2009-2013 34

11 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil tangkapan ikan tembang yang didaratkan di PPN Karangantu,

2009-2013 34

12 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil

tangkapan ikan teri yang didaratkan di PPN Karangantu, 2009-2013 34 13 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil

tangkapan ikan layang yang didaratkan di PPN Karangantu, 2009-2013 35 14 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil

tangkapan ikan cumi yang didaratkan di PPN Karangantu, 2009-2013 35 15 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil

tangkapan ikan cendro yang didaratkan di PPN Karangantu, 2009-2013 35 16 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil

tangkapan ikan kurisi yang didaratkan di PPN Karangantu, 2009-2013 36 17 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil

tangkapan ikan kuniran yang didaratkan di PPN Karangantu,

2009-2013 36

18 Sebaran mutu ikan berdasarkan nilai mutu organoleptik untuk ikan sampel dominan yang didaratkan di PPN Karangantu pada

(16)

19 Histogram sebaran persentase jumlah individu ikan menurut ukuran panjang ikan dari ketiga jenis sampel ikan dominan didaratkan di PPN

Karangantu, Februari-April 2014 44

20 Armada penangkapan ikan yang sedang tambat labuh di PPI Pasauran,

tahun 2013 49

21 Peta kemungkinan distribusi ikan hasil tangkapan yang dapat dilakukan dari PPI-PPI di Kabupaten Serang ke PPN Karangantu untuk suplai

bahan baku industri pengolahan ikan 51

22 Instalasi air bersih dan pabrik es di PPN Karangantu 57

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Nama lokal dan latin ikan hasil tangkapan di PPN Karangantu dan PPI-PPI sekitar PPN Karangantu

69

2 Spesifikasi dan nilai organoleptik ikan basah 70

3 Altenatif skor untuk analisis SWOT 71

4 Perhitungan bobot analisis SWOT 75

5 Peta area PPN Karangantu dan pengolahan ikan 77

6 Kondisi kolam pelabuhan/Sungai Cibanten saat mengalami surut 78 7 Armada penangkapan di PPI-PPI Kabupaten Serang yang berukuran <

(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelabuhan Perikanan merupakan simpul penting yang menjadi penghubung antara kegiatan penangkapan ikan di laut dengan kegiatan pengolahan dan pemasaran yang dilakukan di darat. Lubis (2012) menyatakan bahwa peran pelabuhan dalam kegiatan ekonomi regional sangat penting. Hal ini karena pelabuhan perikanan mempunyai tanggung jawab untuk dapat menjamin keberlangsungan suplai bahan baku bagi pelaku industri kepelabuhan perikanan yang ada di dalam kawasan pelabuhan perikanan. Peraturan Menteri KP Nomor 8 Tahun 2012 menyatakan juga bahwa pelabuhan perikanan mempunyai fungsi untuk melaksanakan pengusahaan berupa pelayanan pengolahan hasil perikanan.

Industri Kepelabuhanan Perikanan (IKP) merupakan kegiatan industri yang berhubungan dengan perikanan dan dilakukan di dalam pelabuhan perikanan. Kegiatan ini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu industri penangkapan ikan, industri pengolahan ikan dan industri tambahan atau pendukung. Industri pengolahan ikan merupakan salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting karena mampu memberikan nilai tambah pada ikan hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan perikanan (Pane 2007).

Kegiatan yang mampu memberikan nilai tambah seperti halnya pengolahan ikan akan memberikan dampak positif bagi nelayan dan pedagang. Adanya kegiatan pengolahan akan memicu meningkatnya aktivitas kepelabuhanan lainnya seperti aktivitas penangkapan ikan. Peningkatan aktivitas penangkapan ikan tersebut, dapat berupa peningkatan jumlah armada dan volume produksi hasil tangkapan karena meningkatnya permintaan bahan baku untuk industri.

Pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), mendorong muncul atau berkembangnya aktivitas kepelabuhanan dengan mengeluarkan kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.27 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Industrialisasi Kelautan dan Perikanan, bahwa kebijakan ini merupakan integrasi sistem produksi hulu dan hilir untuk meningkatkan skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing dan nilai tambah sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan serta dapat memberikan multiplier effect terhadap perekonomian wilayah sekitarnya. Saat ini sudah terdapat 115 kawasan industrialisasi perikanan yang tersebar di seluaruh Indonesia, salah satunya adalah PPN Karangantu (Noviana 2013).

(18)

dengan jalan bebas hambatan. Posisi tersebut memiliki peranan penting terkait dengan kegiatan ekspor ikan segar.

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu dipilih sebagai kawasan industrialisasi perikanan, tidak terlepas dari statusnya sebagai pelabuhan perikanan Tipe B, karena berdasarkan klasifikasi pelabuhan perikanan menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.8 Tahun 2012, bahwa pelabuhan perikanan Tipe A, B dan C, memiliki mandat melakukan kegiatan industri perikanan. Akan tetapi, sejak berganti status dari pelabuhan perikanan Tipe C (PPP) ke Tipe B (PPN) pada tahun 2010, aktivitas pengolahan/industri di PPN Karangantu belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Menurut pengamatan awal, pengolahan ikan yang ada di sekitar PPN Karangantu baru sebatas pengasinan ikan, sehingga sebagian besar ikan hasil tangkapan masih dijual segar ke konsumen. Jumlah pengolah di sekitar PPN Karangantu saat ini masih relatif banyak yaitu 40 unit, jika dilihat dari jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP).

Pelaksanaan program minapolitan di PPN Karangantu terkendala oleh tidak tersediaanya zona industri. Menurut Pane (2014), tidak tersedianya zona industri di PPN Karangantu sebagai akibat dari peraturan pemerintah yang tidak mewajibkan pelabuhan perikanan Tipe B, C dan D memiliki zona industri. Saat itu, zona industri hanya diwajibkan bagi pelabuhan perikanan Tipe A. Hal ini menjadi kendala saat PPN Karangantu ditunjuk sebagai salah satu kawasan minapolitan di Kota Serang, sehingga sulit untuk mengembangkan industri pengolahan ikan. Berdasarkan data Kota Serang Dalam Angka pada tahun 2012 bahwa sebanyak 64% (40.431 ton) ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu dipasarkan dalam bentuk segar, sedangkan 26% (14.446 ton) dipasarkan setelah dilakukan penggaraman (Gambar 1).

Sumber: Kota Serang Dalam Angka, 2013

Gambar 1 Proporsi produk ikan yang dipasarkan di PPN Karangantu, 2012

Industri pengolahan ikan di PPN Karangantu saat ini masih sebatas industri skala mikro dan kecil berupa pengasinan dan dalam jumlah terbatas serta berada di luar wilayah pelabuhan. Meskipun demikian keberadaan industri skala kecil dan mikro memiliki posisi yang sangat penting dan telah menjadi perhatian pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagaimana telah disebutkan sebelumnya (penetapan kawasan minapolitan). Undang-Undang RI

(19)

No.20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah, menyatakan bahwa usaha skala kecil, mikro dan menengah merupakan pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya.

Selain keterbatasan lahan untuk pengembangan industri pengolahan ikan, proses pemasaran ikan hasil tangkapan di PPN Karanganantu juga tidak menguntungkan bagi nelayan. Proses pemasaran di PPN Karangantu selama penelitian berlangsung tidak melalui mekanisme pasar yang menguntungkan, baik bagi nelayan maupun pedagang yaitu dengan tidak adanya pelelangan ikan. Pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari sistem pemasaran ikan di pelabuhan perikanan untuk mendapatkan harga yang layak, khususnya bagi nelayan (Lubis et al 2005). Lubis juga mengatakan bahwa hanya 40% dari seluruh PP dan PPI yang melaksanakan pelelangan ikan, sebagian lagi dengan sistem opow termasuk didalamnya PPN Karangantu. Sistem pemasaran seperti ini mengakibatkan nelayan tidak mendaratkan ikan hasil tangakapnnya di PPN Karangantu dan memilih untuk mendaratkan ikan hasil tangkapannya di pelabuhan perikanan yang memiliki lelang seperti PPI Kronjo, PPI Cituis, PPP Muara Angke dan PPI Labuan. Meskipun demikian, PPN Karangantu yang merupakan pelabuhan perikanan tipe B yang ada di Provinsi Banten, masih memiliki produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan terbesar dibandingkan dengan pelabuhan perikanan yang ada di sekitarnya yaitu 93 % (2.797 ton) di Kota dan Kabupaten Serang pada tahun 2013.

(20)

ikan bagi pengusaha pengolahan. Hal ini akan menguntungkan pengelola PPN Karangantu mengingat terbatasnya lahan yang dimiliki sehingga berimplikasi pada terbatasnya usaha pemenuhan kebutuhan bahan baku jika terfokus pada peningkatan kualitas maupun kuantitas armada penangkapan.

Gambaran dan kondisi yang telah dikemukakan di atas kiranya mendasari perlunya diadakan penelitian mengenai kajian potensi industri pengolahan ikan di PPN Karangantu, sehingga dapat menentukan strategi pengembangannya.

Permasalahan

1) Saat ini, industri pengolahan ikan di PPN Karangantu masih belum berkembang. Kegiatan pengolahan ikan di PPN Karangantu masih terbatas dan sebagian besar ikan hasil tangkapan masih dijual dalam bentuk segar.

2) Terbatasnya lahan yang dimiliki oleh PPN Karangantu, menyebabkan peningkatan kebutuhan akan sumber bahan baku tidak dapat dilakukan secara cepat melalui peningkatan armada penangkapan dari sisi kualitas maupun kuantitas, sehingga perlu dicari solusi lain salah satunya alternatif sumber ikan bahan baku dari PP/PPI lain sekitar PPN Karangantu.

3) Zona industri di PPN Karangantu saat ini belum tersedia, sehinga pengolahan ikan masih dilakukan di luar pelabuhan perikanan. Untuk itu perlu dianalisis strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu agar keberadaan pengolah ikan dapat juga berimplikasi pada peningkatan aktivitas kepelabuhanan perikanan di PPN Karangantu.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengetahui potensi unggulan ikan–ikan hasil tangkapan yang didaratkan untuk bahan baku industri pengolahan ikan di PPN Karangantu;

2) Mendapatkan alternatif produksi hasil tangkapan dari pelabuhan perikanan sekitarnya yang mendukung industri pengolahan ikan di PPN Karangantu.

3) Mendapatkan strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu sebagai upaya meningkatkan aktivitas kepelabuhanan perikanan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1) Pemerintah Kota Serang dan PPN Karangantu, sebagai informasi dalam rencana pengembangan industri pengolahan ikan.

2) Investor, sebagai bahan pertimbangan melakukan investasi dibidang pengolahan ikan di PPN Karangantu; dan

(21)

2

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan April 2014 dengan tempat penelitian di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, Kota Serang Provinsi Banten dan pangkalan pendaratan ikan lainnya di sekitar PPN Karangantu, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Lokasi penelitian PPN Karangantu dan lokasi pangkalan-pangkalan pendaratan ikan di sekitarnya

Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah studi kasus terhadap potensi industri perikanan di PPN Karangantu. Aspek potensi industri pengolahan ikan yang diteliti meliputi 2 aspek sebagai berikut:

1) Ketersediaan bahan baku industri pengolahan ikan di PPN Karangantu, meliputi:

a. Produksi dan jenis ikan unggulan yang didaratkan di PPN Karangantu. b. Alternatif produksi dan jenis ikan dari PP/PPI sekitar PPN Karangantu. c. Ketersediaan bahan baku aktual dan alternatifnya.

(22)

Karangantu terhadap jenis-jenis ikan dominan yaitu lemuru, tongkol dan pepetek.

2) Kondisi pengolahan ikan di PPN Karangantu dan sekitarnya. 2.3. Metode pengambilan data

Jenis data yang dikumpulkan pada saat melakukan penelitian terbagi dua jenis, data utama dan data tambahan.

1) Data utama

Data utama merupakan data penelitian yang merupakan pokok, yang paling penting untuk dicari sehingga peneliti mampu melakukan analisis data. Data utama terbagi menjadi dua bagian, yaitu primer dan sekunder. Data utama primer merupakan data yang hanya bisa diambil di lapangan secara aktual.

(1) Data Utama Primer

a. Kekuatan ikan hasil tangkapan (panjang, mutu, dan volume) di PPN Karangantu dan PP/PPI lain di sekitarnya.

b. Pola distribusi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu. c. Jenis ikan hasil tangkapan didaratkan di PPN Karangantu dan pelabuhan

perikanan sekitarnya.

d. Sumber ikan bahan baku untuk pengolah ikan yang terdapat di PPN Karangantu.

e. Prasarana dan sarana untuk menunjang kegiatan industri kepelabuhanan yang terdapat di PPN Karangantu.

(2) Data Utama Sekunder

a. Perkembangan produksi dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis ikan yang didaratkan di PPN Karangantu (bulan dan tahun dalam 10 tahun terakhir).

b. Jenis dan jumlah fasilitas terkait industri perikanan di PPN Karangantu dan pelabuhan-pelabuhan perikanan sekitarnya

c. Jumlah nelayan dan pedagang ikan yang ada di PPN Karangantu dan pelabuhan perikanan sekitarnya (tahun terakhir).

d. Perkembangan alat tangkap di PPN Karangantu dan pelabuhan perikanan sekitarnya (tahun terakhir).

Data ini didapat dengan melakukan wawancara terhadap responden dan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

(1) Pengamatan;

a. Pengamatan terhadap aktivitas dan kondisi fasilitas yang digunakan dalam kegiatan industri di PPN Karangantu.

b. Pengamatan dan pengukuran organoleptik terhadap ikan hasil tangkapan yang ada di PPN Karangantu dan PP/PPI lain di sekitarnya.

(2) Wawancara.

(23)

a. Pengelola PPN Karangantu (1 orang).

Meliputi rencana strategis atau arah kebijakan program PPN Karangantu untuk jangka pendek, menengah, dan panjang; prioritas pembangunan; kendala yang dihadapi dalam penerapan kebijakan;

b. Dinas Perikanan Kota Serang (1 orang).

Meliputi rencana strategis atau arah kebijakan Dinas perikanan Kota Serang untuk jangka pendek, menengah, dan panjang; prioritas pembangunan, program prioritas dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program; kendala yang dihadapi dalam penerapan kebijakan; dan potensi daerah Kota Serang.

c. Pedagang ikan (3 orang).

Meliputi asal, jenis dan tujuan ikan yang dijual; jalur distribusi ikan; harga ikan; daerah pemasaran dan sarana transportasi yang digunakan.

d. Pengolah Ikan (3 orang).

Meliputi asal, jenis dan tujuan ikan yang diolah; jalur distribusi ikan; harga produk olahan ikan; pangsa pasar produk hasil perikanan; pendapatnya tentang industri pengolahan ikan, proses pegolahan, volume produksi olahan (produk), dan daerah pemasaran.

e. Nelayan pemilik/pengusaha penangkapan sebagai penjual (27 orang).

Meliputi kekuatan hasil tangkapan (produksi, jenis, panjang, mutu); tempat pendaratan; tempat pemasaran ikan; harga jual ikan, pendapatnya tentang pendirian industri pengolahan ikan. Jenis responden nelayan tertera pada Tabel 1:

Tabel 1 Jumlah responden nelayan pada penelitian pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu di Kota Serang, 2013

Jenis Unit

Data tambahan merupakan data pendukung dari data primer sehingga mampu memperkuat peneliti dalam melakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh. Seperti halnya data utama, data tambahan pun dibagi menjadi dua bagian yaitu data tambahan primer dan data tambahan sekunder.

(1) Data Tambahan Primer

a. Gambar/foto-foto kegiatan pemasaran dan pengolahan ikan di PPN Karangantu

b. Hasil pengamatan mengenai kondisi sarana dan prasarana PPN Karangantu serta wilayah lingkungan industrinya.

(2) Data Tambahan Sekunder

a. Kondisi umum PPN Karangantu.

b. Kondisi umum dan fasilitas PPN Karangantu. c. Letak geografis dan luas wilayah.

(24)

Analisis Data

Analisis data dilakukan secara statistik deskriptif melalui penghitungan rata-rata, penyajian tabel dan grafik setelah dilakukan identifikasi terhadap kekuatan hasil tangkapan yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Selanjutnya digunakan analisis data sebagai berikut:

1) Analisis potensi unggulan bahan baku industri pengolahan ikan di PPN Karangantu

a. Analisis Location Quotient (LQ).

Analisis LQ digunakan untuk mengetahui potensi unggulan ketersediaan jenis-jenis ikan bahan baku produksi untuk industri pengolahan ikan PPN Karangantu dan terhadap Provinsi Banten atau PP/PPI lainnya di Provinsi Banten. Penentuan potensi unggulan tersebut merupakan langkah awal menuju pembangunan industri pengolahan ikan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif. Potensi unggulan ketersediaan ikan bahan baku tersebut dalam konteks LQ meliputi jumlah/volume dan jenis ikan. Potensi unggulan produksi atau ikan bahan baku dari aspek pemasaran, dicirikan oleh keunggulan dari sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, potensi unggulan per jenis ikan dapat dicirikan oleh kuatnya permintaan pasar. Dari sisi penawaran, potensi unggulan produksi atau ikan bahan baku dapat dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan jumlah produksi ikan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan.

Penentuan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas pengembangan perikanan di PPN Karangantu, dibuat matrik pendekatan Location Quotient (LQ) menurut Budiharsono (2001). Selanjutnya dimodifikasi oleh peneliti untuk per jenis ikan, sehingga formula LQ sebagai berikut:

Keterangan:

Xij : Volume produksi ikan jenis ke-j di PPN Karangantu Xi. : Volume total produksi ikan jenis ke-j di PPN Karangantu X.j : Volume produksi jenis ke-j yang diuji di Provinsi Banten X.. : Volume total Produksi jenis ke-j yang diuji di Provinsi Banten j : 1,2, ..., n (banyak jenis ikan yang di uji).

Setelah mengetahui jenis-jenis komoditas ikan hasil tangkapan di PPN Karangantu, kemudian wilayah Provinsi Banten dipilih sebagai daerah acuan dalam menentukan komoditas unggulan perikanan tangkap di PPN Karangantu dengan menggunakan analisis LQ. Provinsi Banten merupakan wilayah yang memiliki cakupan lebih luas dimana PPN Karangantu berada didalamnya. Data produksi ikan hasil tangkapan di PPN Karangantu selanjutnya dibandingkan dengan data produksi ikan hasil tangkapan di Provinsi Banten.

Jenis-jenis ikan di PP sekitar PPN Karangantu dan berada di wilayah Kabupaten Serang, dengan jumlah komoditas yang telah disesuaikan dengan jenis-jenis ikan yang diproduksi di PPN Karangantu selama lima tahun terakhir. Jenis-jenis ikan yang tidak ditangkap atau diperoleh di PP/PPI yang berada di

(25)

Provinsi Banten tidak dimasukkan dalam proses perhitungan nilai LQ karena volume produksi yang bernilai 0 (nol) ton ini akan menghasilkan nilai LQ yang juga bernilai 0 (nol). Komoditas unggulan yang terpilih haruslah memenuhi kriteria nilai LQ lebih besar dari satu (LQ > 1) sehingga komoditas-komoditas yang diproduksi di PP/PPI Provinsi Banten tidak semuanya ditampilkan namun disesuaikan dengan komoditas yang terdapat di PPN Karangantu.

Interpretasi nilai LQ:

 LQ > 1, menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi/ pasar perikanan di PPN Karangantu secara relatif dibandingkan dengan produksi/pasar perikanan Provinsi Banten, atau dapat terjadi pemusatan aktivitas terkait produksi dan pemasaran ikan di PPN Karangantu, atau terjadi produksi yang lebih tinggi di PPN Karangantu dibandingkan di PP/PPI lainnya di Provinsi Banten atau dapat dikatakan bahwa jenis-jenis ikan di PPN Karangantu dapat merupakan/dijadikan basis industri pengolahan di PPN Karangantu dibandingkan di PP-PP lainnya di Provinsi Banten.

 LQ = 1, maka pada PPN Karangantu mempunyai produksi/pasar perikanan, atau aktivitas perikanan setara dengan produksi total Provinsi Banten atau setara dengan semua PP-PP lainnya di Provinsi Banten.

 LQ < 1, maka PPN Karangantu mempunyai produksi/pasar perikanan atau aktivitas perikanan relatif lebih kecil dibandingkan dengan di Provinsi Banten atau produksi ikan di PPN Karangantu lebih kecil dibandingkan di PP/PPI lainnya di Provinsi Banten.

Pendekatan adanya pemusatan produksi atau pasar atau kegiatan perikanan menggunakan LQ, dibedakan dalam 2 kelompok. Kelompok-kelompok tersebut masing-masing terdiri atas tiga dan dua kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ, yakni terpusat (LQ>1), mendekati terpusat (LQ=0,80 – 0,99) dan tidak terpusat (LQ<1). Masing-masing kelompok secara berurutan dibobot dengan nilai 3,2 dan 1. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan diberi bobot 3, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 2 dan untuk nilai LQ yang mengalami penurunan diberi bobot 1.

b) Kekuatan Hasil Tangkapan

Kekuatan Hasil Tangkapan (KHT) merupakan kemampuan suatu pelabuhan perikanan menyediakan produksi ikan hasil tangkapan dalam aspek-aspek jumlah (volume), jenis, ukuran (panjang), mutu dan harga (Pane, 2008).

Pengukuran mutu organoleptik dilakukan dalam tiga tahap waktu bulanan mulai dari Februari sampai April; terhadap 3 jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu yaitu tongkol, lemuru, dan pepetek. Ketiga ikan hasil tangkapan ini paling dominan selama waktu pengukuran organoleptik dilakukan. Pengukuran organoleptik dilakukan berdasarkan ketentuan Badan Standardisasi Nasional (BSN) tahun 2006 yang meliputi pengukuran terhadap mata, daging, insang dan konsistensi.

(26)

Analisis proyeksi produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu untuk 15 tahun kedepan dapat menggunakan metode dekompisisi multiplikatif berdasarkan Gasperz (1990).

a. Analisis dilakukan terhadap volume produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu.

b. Metode dekomposisi multiplikatif berdasarkan metode Gasperz (1990) digunakan untuk melakukan peramalan terhadap produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu sebagai bahan baku industri dan diformulasikan dalam rumus sebagai berikut:

Yt = It x Tt x Ct x Et

... (2) Dimana:

Yt : nilai deret waktu (data aktual volume produksi HT) pada periode t It : komponen atau indeks musiman pada periode t

Tt : komponen trend pada periode t Ct : komponen siklik pada periode t Et : komponen galat pada periode t

Analisis proyeksi menggunakan 120 titik data bulanan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu selama 120 bulan (mulai tahun 2003 sampai 2013). Analisis data yang digunakan pada pembahasan ini yaitu metode peramalan (forecasting).

Model proyeksi yang akan digunakan dalam peramalan, untuk mengetahui apakah termasuk model polinomial, eksponensial, linear atau model lainnya. Pane (2010) menyatakan bahwa pada tahap pertama dilakukan analisis grafik Yi dengan memplotkan data bulan produksi pada sumbu horizontal (sumbu x) dan data produksi bulanan hasil tangkapan pada sumbu vertikal (sumbu y), kemudian digambarkan garis kurvanya yang bentuknya mengikuti bentuk pola kecenderungan sebaran titik-titiknya. Tahap kedua dilanjutkan dengan pemilihan model-model dengan menguji model tersebut dan mencari koefisien korelasi tertinggi. Tahap berikutnya, setelah diperoleh model peramalan produksi, maka dihitung proyeksi produksi ikan yang akan didaratkan. Pada penelitian ini proyeksi produksi ikan yang didaratkan dilakukan selama 120 bulan atau 10 tahun ke depan, yaitu dari tahun 2013 sampai dengan 2023. Pada analisis proyeksi untuk data produksi bulanan hasil tangkapan yang digunakan selama 120 bulan, yaitu data tahun 2003-2013 terlebih dahulu dilakukan moving average dan penggantian data ekstrim dengan nilai rata-rata untuk tujuan ”penghalusan” data. Setelah itu akan didapatkan data proyeksi jumlah hasil tangkapan didaratkan untuk 15 tahun kedepan.

2) Analisis Produksi ikan hasil tangkapan PP/PPI sekitar

Analisis ini bertujuan untuk:

1) mengetahui ketersediaan bahan baku secara aktual di PP/PPI sekitar PPN Karangantu yaitu PPI Kepuh, PPI Pasauran, PPI Domas, PPI Tanara, PPI Wadas, PPI Terale, PPI Tengkurak, PPI Pulo Panjang, PPI Lontar, PPI Anyer, PPI Terale, dan PPI Tenjoayu

(27)

Perhitungan pada analisis ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif seperti telah dikemukakan sebelumnya. Selanjutnya akan dilakukan pembuatan peta distribusi ikan hasil tangkapan dari PP/PPI sekitar tersebut diatas ke PPN Karangantu.

3) Analisis Strength Weakness Opportunity Treath (SWOT)

Dalam merumuskan strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu maka dilakukan analisis matrik Internal Factor Analysis Sumarry (IFAS) dan External Factor Analysis Sumarry (EFAS). Analisis matrik IFAS dan EFAS pada PPN Karangantu diperoleh berdasarkan hasil identifikasi terhadap faktor kekuatan dan kelemahan sebagai elemen yang menyusun faktor internal (Rangkuti 2010). Faktor eksternal didapatkan berdasarkan komponen yang menyusunnya yaitu berupa peluang dan ancaman yang terdapat pada pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu.

Tahapan-tahapan dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut:

(1) Mengetahui faktor-faktor SWOT.

a. Faktor Internal : Kekuatan dan kelemahan.

Faktor internal pada analisis SWOT ini adalah faktor-faktor yang ada dalam lingkup pelabuhan perikanan (PPN Karangantu). Dipilihnya PPN Karangantu sebagai faktor internal karena industri pengolahan yang direncanakan merupakan industri pengolahan yang berada didalam Pelabuhan Perikanan (PP). Keberadaan industri pengolahan didalam lingkungan PP sangat penting untuk PP itu sendiri maupun pelaku industri. Keberadaan industri pengolahan di area PP akan membuat eksistensi pelabuhan tersebut tetap terjaga melalui aktivitas kepelabuhanan sebagai dampak turunan dari adanya industri pengolahan ikan. Maka, faktor internal pada analisis SWOT disini adalah faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh PPN Karangantu sebagai pengelola pelabuhan untuk menjaga keberlangsungan kegiatan pengolahan ikan.

Faktor internal dapat menjadi keunggulan bagi PP yang dapat digunakan sebagai suatu kekuatan atau kemampuan PP tersebut dalam membaca kelemahan yang dimiliki sehingga dapat menyiasati kemungkinan yang akan terjadi. Faktor internal dari analisis SWOT untuk strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu adalah sebagai berikut:

a) Kestrategisan lokasi PPN Karangantu.

b) Ketersediaan/ketidaktersediaan jenis dan volume produksi ikan hasil tangkapan didaratkan di PPN Karangantu.

c) Ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu memiliki mutu yang baik.

d) Ketersediaan/ketidaktersediaan prasarana yang terkait industri pengolahan ikan dan pendukng kegiatan industri pengolahan ikan (pabrik es, sumber air bersih).

e) Ketersediaan/ketidaktersediaan sarana yang terkait industri pengolahan ikan dan pendukungnya dalam kondisi baik.

f) Ketersediaan/ketidaktersediaan mekanisme penyediaan ikan bahan baku industri di TPI PPN Karangantu.

(28)

i) Pengolah yang ada di luar PP yang berpeluang melakukan usaha pengolahan ikan di PPN Karangantu.

j) Potensi pengusaha lain (ada/tidaknya pengusaha pedagang ikan; ada/tidaknya pengusaha-pengusaha lainnya) yang berpeluang melakukan usaha pengolahan ikan di PPN Karangantu.

k) Ada/tidaknya nelayan yang terikat oleh langgan.

l) Ada/tidak adanya visi atau kemampuan pengelola (sumberdaya manusia pengelola PPN Karangantu) terhadap pengembangan PP.

m) Ada/tidak adanya kebijakan pengelola PP terkait kegiatan industri pengolahan. Kebijakan ini dapat berupa:

(a) Upaya-upaya dari pengelola PP untuk meningkatkan kegiatan industri pengolahan di pelabuhan.

(b) Adanya aturan-aturan atau kebijakan terkait industri olahan dari instansi yang lebih tinggi atau dari pemerintah Kota Serang di PPN Karangantu (c) Aturan-aturan turunan terkait industri pengolahan

Faktor-faktor internal diatas kemudian dianalisis dengan melakukan wawancara kepada pengelola perikanan/instansi perikanan (pengelola pelabuhan, Kepala DKP Kota Serang) dan pakar yang mengetahui benar mengenai industri pengolahan ikan di pelabuhan perikanan. Hasil dari analisis dan pengamatan di lapangan kemudian disubstitusikan ke matrik IFAS seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Matrik IFAS (Internal Faktor Analysis Summary ) potensi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu, 2014

Internal Skor Bobot Nilai

Min Max Min Max

(1) Kestrategisan lokasi PPN Karangantu. 1 4 6,8 6,8 27,2

(2) Ketersediaan jenis dan volume produksi hasil

tangkapan didaratkan di PPN Karangantu. 1 4 9,1 9,1 36,4 (3) Ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN

Karangantu memiliki mutu yang baik. 1 4 8,6 8,6 34,4

(4) Ketersediaan prasarana yang terkait industri pengolahan ikan dan pendukung kegiatan industri pengolahan ikan (pabrik es, sumber air bersih).

1 4 8,6 8,6 34,4

(5) Adanya visi atau kemampuan pengelola sumberdaya manusia pengelola PPN Karangantu terhadap pengembangan PP

1 4 10,0 10,0 40

(6) Adanya pengolah ikan di dekat PPN

Karangantu 1 4 9,5 9,5 38

(7) Ketidaktersediaan lahan di dalam PPN Karangantu yang terkait industri pengolahan ikan dan prasarana pendukungnya

1 4 12 12 48

(8) Kurangnya koordinasi antara PPN

Karangantu dengan pemerintah Kota Serang 1 4 9,5 9,5 38 (9) Ketidaktersediaan mekanisme penyediaan

ikan bahan baku industri. 1 4 10,0 10,0 40

(10) Terikatnya nelayan oleh langgan 1 4 9,5 9,5 38

(11) Belum adanya kebijakan-kebijakan turunan yang mendukung kegiatan industri

pengolahan ikan.

1 4 6,4 6,4 25,6

(29)

Data dan informasi kekuatan dan kelemahan di atas, kemudian disusun matrik analisis IFAS untuk menganalisis strategi pengembangan industri kepelabuhanan perikanan di PPN Karangantu. Berdasarkan nilai (skor x bobot) untuk faktor internal, diperoleh nilai total faktor internal maksimum, maka ditetapkan kriteria penilaian faktor internal sebagai berikut:

Sangat Baik : >80% (>320) dari nilai maksimum ; faktor kekuatan yang dimiliki PPN Karangantu sangat baik dan sangat dominan Baik : 70-80% (320-280) dari nilai maksimum; faktor kekuatan PPN

Karangantu dalam keadaan baik

Cukup Baik : 60-70% (280-240) dari nilai maksimum; faktor kekuatan PPN Karangantu dalam keadaan cukup

Cukup : 50-60% (240-200) dari nilai maksimum; faktor kelemahan PPN Karangantu dalam keadaan cukup

Kurang Baik : <50% (<200) dari nilai maksimum; faktor PPN Karangantu dalam sangat dominan

b. Faktor Eksternal : Ancaman dan peluang.

Faktor eksternal pada analisis SWOT disini adalah segala faktor yang berada diluar wilayah PPN Karangantu, sehingga pihak PP tidak dapat menggunakan wewenangnya untuk mengendalikan/melakukan kontrol terhadap faktor tersebut untuk keberlangsungan industri pengolahan ikan di PP.

Pengaruh faktor eksternal sangat penting untuk diperhatikan dalam menentukan strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu. Pihak pelabuhan harus pandai dalam membaca situasi dari lingkungan baik berupa peluang maupun ancaman. Faktor eksternal dai analisis SWOT untuk strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu adalah sebagai berikut:

Ketersediaan/ketidaktersediaan pedagang ikan dari luar pelabuhan yang memasukkan ikan dari luar PPN Karangantu ke dalam PPN Karangantu.

(1) Potensi pasar yang baik dari kota-kota sekitar PPN Karangantu.

(2) Ketersediaan/ketidaktersediaan sumberdaya manusia/tenaga kerja terampil dari luar pelabuhan yang dapat bekerja di perusahaan pengolahan ikan. (3) Legalitas/kebijakan instansi perikanan dan instansi lainnya yang mendukung

industri pengolahan ikan di PPN Karangantu.

(4) Prasarana untuk kegiatan suplai ikan dari luar PP ke dalam PP melalui jalur darat.

(5) Prasarana untuk kegiatan pendistribusian produk hasil olahan ke luar PPN Karangantu.

(6) Sarana untuk kegiatan suplai dari luar PP ke dalam PP (angkutan seperti kendaraan umum)

(7) Sarana untuk kegiatan pendistribusian produk olahan dari luar pelabuhan. (8) Kondisi alur pelayaran menuju dan keluar PP bagi kapal yang mendaratkan

hasil tangkapan di PP

(9) Jarak PPN Karangantu ke sarana transportasi

(30)

Faktor-faktor eksternal diatas kemudian dianalisis dengan melakukan wawancara kepada ahli (pengelola pelabuhan, ketua DKP Kota Serang, dan ekspert yang mengetahui benar mengenai industri pengolahan ikan di pelabuhan perikanan). Hasil dari analisis dan pengamatan di lapangan kemudian disubstitusikan ke matrik EFAS seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Matrik EFAS (Eksternal Factor Analysis Summury) potensi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu, 2014

Eksternal Skor Bobot Nilai

Min Max Min Max

(1) Ketersediaan pedagang ikan di luar PPN Karangantu yang memasukkan ikan ke dalam PPN Karangantu.

1 4 9,7 9,7 38,8

(2) Potensi pasar yang baik dari kota-kota

sekitar PPN Karangantu 1 4 13,9 13,9 55,6 (3) Jarak PPN Karangantu ke sarana

transportasi (pelabuhan niaga dan bandara) relatif dekat dan mudah ditempuh

1 4 11,1 11,1 44,4

(4) Ketersediaan institusi penyedia sumberdaya manusia/tenaga kerja terampil yang mendukung industri pengolahan ikan.

1 4 9,0 9,0 36

(5) Telah adanya legalitas/kebijakan yang mendukung industri pengolahan ikan di PPN Karangantu.

1 4 13,9 13,9 55,6

(6) Adanya dukungan prasarana sarana kereta api untuk kegiatan pendistribusian produk hasil olahan ikan

1 4 9,0 9,0 36

(7) Ketersediaan prasarana sarana angkutan jalan darat (angkutan umum) untuk kegiatan suplai ikan dari PP/PPI luar ke dalam PPN Karangantu

1 4 9,0 9,0 36

(8) Ketersediaan jalan darat untuk kegiatan suplai ikan dari PP/PPI luar ke PPN Karangantu sempit dan kurang baik.

1 4 10,4 10,4 41,6

(9) Kondisi alur pelayaran PPN Karangantu

mengalami sedimentasi 1 4 14 14 56

Jumlah 100 100 400

Matrik analisis EFAS kemudian disusun untuk menganalisis strategi pengembangan industri kepelabuhanan perikanan di PPN Karangantu. Berdasarkan nilai (skor x bobot) untuk faktor eksternal, diperoleh nilai total faktor internal maksimum, maka ditetapkan kriteria penilaian faktor eksternal sebagai berikut:

Sangat Baik : >80% (>319,7) dari nilai maksimum ; PPN Karangantu dapat merespon dengan sangat baik peluang yang ada

Baik : 70-80% (319,7-279,7) dari nilai maksimum; PPN Karangantu dapat merespon dengan baik peluang yang ada

Cukup Baik : 60-70% (279,7-239,8) dari nilai maksimum; PPN Karangantu dapat merespon dengan cukup, peluang yang ada

Cukup : 50-60% (239,8-199,8) dari nilai maksimum; PPN Karangantu belum dapat merespon dengan baik peluang yang ada

(31)

Menentukan bobot setiap variabel

Penentuan bobot dilakukan dengan melakukan analisis faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak pengelola PPN Karangantu menggunakan metode “Paired Comparison” (Kinnear dan Taylor, 1991). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Penentuan bobot pada setiap faktor internal dan eksternal bertujuan untuk mengkuantifikasi faktor internal dan eksternal yang telah dianalisis. Skala yang digunakan dalam penentuan bobot setiap variabel yaitu 1,2 dan 3 dengan aturan sebagai berikut:

1: Jika faktor horizontal kurang penting dari pada faktor vertikal 2: Jika faktor horizontal sama penting dari pada faktor vertikal 3: Jika faktor horizontal lebih penting dari pada faktor vertikal

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:

Dimana:

ai: bobot variabel ke-i Xi: nilai variabel ke-i

i: 1,2,3,…. N

n: jumlah variabel

Penilaian bobot faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan penilaian bobot faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategis internal potensi pengembangan industri

kepelabuhanan perikanan di PPN Karangantu 2014

Internal

Sumber: Kinnear dan Taylor (1991)

(32)

Tabel 5. Penilaian bobot faktor strategis eksternal potensi pengembangan industri kepelabuhanan perikanan di PPN Karangantu 2014

Eksternal

pedagang ikan di luar PPN Karangantu yang Sumber: Kinnear dan Taylor (1991)

(2) Penentuan Skor

Penentuan skor dilakukan berdasarkan pada variabel-variabel yang mempengaruhi pengembangan pengolahan ikan di PPN Karangantu. (Lampiran 3)

(3) Membuat Matrik SWOT

(33)

Penelitian yang telah dilakukan terangkum pada kerangka operasional yang tergambarkan pada Gambar - 3 berikut ini:

Gambar 3. Kerangka operasional penelitian potensi dan strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu, 2014

1. Potensi unggulan ikan-ikan hasil tangkapan di PPN Karangantu untuk dapat dikembangkan dalam IKP.

2. Mendapatkan alternatif produksi hasil tangkapan yang dimasukkan ke PPN Karangantu dan pelabuhan perikanan sekitarnya.

3. Strategi pengadaan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu. a. Aktivitas dan

kondisi fasilitas yang digunakan dalam kegiatan industri di PPN Karangantu.

b. Organoleptik terhadap ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu dan PP/PPI lain di sekitarnya.

Responden: Pengelola PPN Karangantu, Kepala Dinas KP Kota Serang, nelayan, pedagang, dan pengolah (36 orang)

Analisis Data:

1. Location Quotient (LQ)

2. Deskriptif kualitatif &kuantitatif 3. Dekomposisi Multiplikatif 4. SWOT

Pengamatan Wawancara

1) Pengolahan ikan di PPN Karangantu masih belum berkembang.. 2) Lahan yang tersedia untuk pengolahan tidak tersedia.

3) Perlu dikaji alternatif sumber ikan bahan baku bagi pengolah ikan dari sekitar PPN Karangantu untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku ikan bila pengolahan ikan dikembangkan di PP Karangantu.

Studi Kasus

Volume Produksi ikan hasil tangkapan 2004-2013.

(34)

3

KEADAAN UMUM

Keadaan Umum Daerah Kota Serang

Geografis

Kota Serang terletak di Provinsi Banten dan merupakan ibukota Provinsi. Secara geografis, Kota Serang terletak antara 5o99‟–6o22‟ LS dan 106o07‟

-106o25‟ BT, berada pada dataran rendah dan berhadapan langsung dengan Teluk

Banten di sebelah utara (BPS Kota Serang 2013).

Posisi Kota Serang dengan wilayah seluas 266,74 km2 berada di bagian utara Provinsi Baten dikelilingi secara langsung dari arah Timur, Selatan dan Barat oleh Kabupten Serang. Terdapat 6 kecamatan dan terdapat 30 desa serta 36 kelurahan di Kota Serang (BPS Kota Serang 2013).

Demografi

Jumlah penduduk yang berada di Kota Serang secara umum menggambarkan seberapa besar potensi sumberdaya manusia di daerah ini. Selain itu, jumlah penduduk juga dapat mengindikasikan sebera padat dan sebesara besar tekanan yang mungkin timbul terhadap kondisi sumberdaya alam yang ada.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Serang mencatat jumlah penduduk Kota Serang pada tahun 2012 adalah 611.897 orang dengan rincian 314.049 laki-laki dan 297.848 perempuan. Kota Serang memiliki kepadatan penduduk 2.293,98 orang/km2. Konsentrasi jumlah penduduk terbesar di Kota Serang terdapat di Kecamatan Serang dengan jumlah 8.376,55 orang/km2 sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Curug dengan jumlah penduduk sebanyak 990,12 orang/km2.

Jumlah penduduk Kota Serang mengalami pertumbuhan sebesar 2,9% pada tahun 2012. Perkembangan jumlah penduduk Kota Serang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel-6 berikut ini:

Tabel 6. Perkembangan jumlah penduduk menurut jenis kelamin Kota Serang tahun 2011-2012

Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah (orang) Pertumbuhan

Penduduk (%)

2011 297.187 280.598 577.785 -

2,91

2012 314.049 297.848 611.897

Sumber: BPS Kota Serang 2013

Prasarana dan sarana umum

1) Perhubungan

(35)

didukung dengan fasilitas sarana perhubungan darat yang memadai, akses jalan menuju beberapa wilayah terkendala oleh kondisi jalan yang rusak dan lebar jalan yang tidak memadai sehingga hanya bisa diakses oleh kendaraan roda empat jenis minibus.

2) Komunikasi

Telekomunikasi sangat penting dalam mendukung kegiatan perekonomian di Kota Serang. Potensi yang dimiliki oleh Kota Serang di bidang perikanan da wisata , menjadikan telekomunikasi menjadi sangat penting dalam era globalisasi ini. Penyediaan sarana telekomunikasi di wilayah Kota Serang telah cukup baik dengan telah didistribusikannya sistem jaringan kabel telekomunikasi maupun seluler.

3) Listrik dan air

Sarana listrik yang tersedia di wilayah Kota Serang dikelola oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pengguna sarana listrik dari PLN di Kota Serang pada tahun 2012 adalah 9.015 rumah.

Kebutuhan air bersih di Kota Serang selain berasal dari air tanah juga menggunakan air yang disuplai oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Serang. Menurut BPS Kota Serang (2013) pengguna terbesar air PPDAM adalah rumah tempat tinggal sebanyak 6.643 pengguna.

Keadaan Umum PPN Karangantu

Kondisi geografis PPN Karangantu

Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu secara geografis terletak pada koordinat 06002‟ LS–106009‟ BT. Pelabuhan perikanan ini dibangun pada tahun 1976-1977 dan mulai beroperasi pada tahun 1978. Sebelumnya PPN Karangantu masih berstatus PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) kemudian pada tahun 2011 pelabuhan ini dinaikkan statusnya menjadi PPN.

Secara administratif, PPN Karangantu berada di Desa Banten, yaitu salah satu desa di Kecamatan Kasemen. Areal yg digunakan untuk lokasi PPN Karangantu adalah tanah milik pemerintah sesuai dengan SK Gubernur Jawa Barat Nomor: 593.321/SK.367/Dit.age/1986 Tk.1 Jawa Barat untuk Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu yaitu seluas 2,5 ha. Letak PPN Karangantu tidak begitu jauh dari ibukota provinsi yaitu berjarak 15 km dan relatif dekat dengan pasar Karangantu sehingga mudah untuk dijangkau dengan sarana transportasi yang cukup baik berupa angkutan kota maupun kendaraan lainnya.

Prasarana dan sarana di PPN Karangantu

(36)

pelabuhan di PPN Karangantu antara lain, mess operator dan rumah dinas (Tabel-7).

Fasilitas-fasilitas tersebut sangat bervariasi kondisinya, ada yang masih dalam kondisi yang layak dan dapat digunakan dan ada juga yang sudah dalam kondisi yang tidak layak atau bahkan rusak. Kolam pelabuhan dan dermaga sebagai tempat kapal berlabuh dan bongkar muat memiliki peranan yang penting dalam kegiatan di PPN Karangantu ini. Sayangnya kondisi kolam pelabuhan kurang layak karena terjadi pendangkalan. Hal ini membuat kapal-kapal besar tidak dapat memasuki kolam pelabuhan di PPN Karangantu.

Tabel 7. Fasilitas dan kondisi fasilitas di PPN Karangantu, 2013

Fasilitas Volume Satuan Kondisi

I. Fasilitas Pokok

Fasilitas yang berkaitan langsung dengan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu, diantaranya 1).Fasilitas pokok berupa dermaga, kolam, breakwater, jalan komplek pelabuhan; 2). Fasilitas fungsional berupa gedung TPI, pabrik es, tangki BBM, listrik, genset, slipway, bengkel, cold storage.

Unit penangkapan ikan

1) Armada Penangkapan

(37)

Tabel 8. Frekuensi bongkar muat kapal penagkapan di PPN Karangantu tahun

Sumber : PPN Karangantu (2014)

2) Alat Tangkap

Jenis alat tangkap yang digunakan oleh kapal perikanan di PPN Karangantu adalah bagan perahu, gillnet, jaring payang, jaring rampus, jaring dogol, pancing dan alat tangkap lainnya, seperti pada Tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9. Jumlah alat tangkap menurut jenisnya di PPN Karangantu Tahun 2013

Jenis Jumlah (Unit)

8.Jaring Insang Tetap 122

9.Alat tangkap Lainnya 174

Jumlah 546

Sumber : PPN Karangantu tahun (2014)

3) Nelayan

Domisili masyarakat nelayan yang ada di Kawasan PPN Karangantu berasal dari Desa Banten dan yang berada dalam wilayah Kecamatan Kesemen, bahkan terdapat nelayan pendatang yang berasal dari luar Wilayah Kabupaten/Kota Serang seperti halnya dari wilayah Lampung, Bojonegoro, Labuan, Cilincing, Indramayu dan daerah lainnya yang singgah untuk menjual ikan di TPI Karangantu maupun untuk mengisi keperluan logistik pelayaran. Nelayan yang berfishing base di PPN Karangantu (Tabel 10).

Tabel 10. Jumlah nelayan yang berfishing base di PPN Karangantu, 2013

Tahun Jumlah Nelayan

(38)

Produksi dan nilai produksi PPN Karangantu

Kegiatan pendaratan ikan di PPN Karangantu dilakukan di dermaga bongkar. Hasil tangkapan tersebut berasal dari daerah penangkapan perairan Teluk Banten dan sekitarnya, serta perairan sebelah barat Pulau Sumatera. Ikan– ikan hasil tangkapan tersebut umumnya ditangkap dengan menggunakan alat tangkap pancing, bagan, payang, gillnet, dogol, sero serta alat tangkap lainnya.

Ikan hasil tangkapan tersebut dibongkar dari kapal kemudian dibawa ke Tempat Pemasaran Ikan (TPI) untuk kemudian ditimbang dan dilakukan pendataan. Ikan yang ditimbang tersebut tidak melalui sistem pelelangan namun langsung dijual kepada bakul – bakul yang telah menjadi langganan mereka. Hal ini dilakukan karena para bakul telah memberi dana operasional melaut kepada nelayan sehingga hasil tangkapannya tidak boleh dijual kepada orang lain.

Kegiatan pendaratan ikan di PPN Karangantu mengalami peningkatan, setelah dilakukan penertiban terhadap bakul–bakul ikan yang berada di sepanjang bantaran Sungai Cibanten terutama pendaratan oleh nelayan–nelayan lampara, pancing, dogol dan bagan pada tahun 2010.

Tabel 11. Produksi dan Nilai Produksi Ikan di PPN Karangantu, 2009-2013

Tahun Pendaratan Ikan

Volume Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp. juta)

2009 2.313 24.336

Sumber : PPN Karangantu Tahun 2014

Volume produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu selalu mengalami peningkatan demikian pula nilai produksinya (Tabel 11 dan Gambar 4). Rata–rata peningkatan volume produksi ikan hasil tangkapan dan nilai produksinya selama kurun lima tahun terakhir masing-masing 4,9 % dan 11,8% pada tahun 2009 sampai 2013.

(39)

Jenis ikan yang banyak didaratkan di PPN Karangantu terdiri dari ikan pepetek, cumi, kembung, tembang, teri serta jenis-jenis ikan lainnya. Ikan pepetek merupakan hasil tangkapan terbesar yakni mencapai 299,68 ton atau 12% dari total tangkapan per tahun pada tahun 2010.

Daerah dan Musim Penangkapan Ikan

Daerah penangkapan ikan bagi nelayan di PPN Karangantu adalah di Laut Jawa, Selat Sunda dan perairan sekitar Teluk Jakarta. Lamanya operasi penangkapan ikan berkisar antara 1-7 hari di laut.

Musim penangkapan ikan di PPN Karangantu terjadi pada bulan April dan November karena pada bulan-bulan tersebut terjadi kenaikan produksi bila dibandingkan dengan bulan lainnya. Akan tetapi, musim ikan kadang mengalami pergeseran.

Kondisi Industri Pengolahan di PPN Karangantu dan Sekitarnya

Menurut UU No.45 Tahun 2012, Pelabuhan perikanan (PP) merupakan tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem agribisnis perikanan, tetapi belum semua PP/PPI melaksanakan hal tersebut, terutama PP yang memang diberi mandat untuk mempunyai bisnis perikanan. Pusat bisnis perikanan di pelabuhan perikanan baru terpusat di beberapa pelabuhan besar seperti PPI Muara Angke, PPS Jakarta, PPN Palabuhanratu, PPS Cilacap. Padahal, dengan pengguna PP yang terdiri dari pemodal, nelayan, pedagang, dan pengolah, jika dikelola dengan baik maka akan terjadi interaksi antara pengguna sehingga menimbulkan manfaat secara sosial-ekonomi bagi setiap pengguna. Manfaat sosial-ekonomi yang dapat diperoleh adalah semakin ramainya PP/PPI oleh kegiatan bisnis perikanan dan selanjutnya PP/PPI tersebut akan berkembang. Pedapatan nelayan, pedagang dan pelaku bisnis perikanan lainnya diharapkan akan mengalami peningkatan. Lubis (2012) menyatakan bahwa suatu PP tidak berkembang, diantaranya, kondisi di foreland dan atau di hinterland, dan keterkaitan dengan PP yang lain.

Keterkaitan antar PP menjadi sangat penting peranannya, terutama bagi PP yang memiliki kekurangan dari sisi lahan dan volume produksi. Pane (2008) menyatakan bahwa dengan adanya interaksi pelabuhan perikanan Boulogne-sur-Mer di Prancis dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya di Prancis dan Uni Eropa maka pleabuhan Boulogne-sur-Mer telah berkembang menjadi salah satu PP dengan industri pengolahan yang terbesar di Uni Eropa meskipun volume produksi hasil tangkapan didaratkan di pelabuhan tersebut mengalami penurunan. Pengelola pelabuhan memperluas jaringan dengan pelabuhan lainnya yang memiliki volume produksi hasil tangkapan yang relatif tinggi untuk kemudian didistribusikan ke pelabuhan Boulogne sur Mer. Merujuk contoh pelabuhan Boulogne sur Mer, hal ini menunjukkan bahwa interaksi antar PP ini sangat bermanfaat diantaranya:

(1) Meningkatkan aktivitas PP seperti industri olahan, perdagangan ikan dan produksi.

Gambar

Gambar 2 Lokasi penelitian PPN Karangantu dan lokasi pangkalan-pangkalan
Tabel 2. Matrik IFAS (Internal Faktor Analysis Summary ) potensi
Tabel 3. Matrik EFAS (Eksternal Factor Analysis Summury) potensi
Tabel 5. Penilaian bobot faktor strategis eksternal potensi pengembangan industri kepelabuhanan perikanan di PPN Karangantu 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melihat dari berbagai sisi, terutama pada sisi pendapatan pengolahan ikan dan hasil produksi pengolahan ikan di Kabupaten Sukabumi, perlu kiranya untuk membuat sebuah strategi

Industri pengolahan ikan di Muncar terdiri dari berbagai jenis industri pengolahan ikan, antara lain; industri pembuatan tepung ikan, industri pembuatan minyak ikan, industri

1) Kondisi aktual fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang terkait perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu sebagian besar masih dalam keadaan baik dan

Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan salah satu pusat pendaratan ikan yang berlokasi di Kota Serang dan menjadi pelabuhan yang meningkat kelasnya dari

Industri pengolahan ikan di Muncar terdiri dari berbagai jenis industri pengolahan ikan, antara lain; industri pembuatan tepung ikan, industri pembuatan minyak ikan, industri

Hasil analisis menggunakan SWOT menyimpulkan bahwa strategi yang dapat diterapkan dalam rangka mendorong pengembangan industri pengolahan ikan di Kota Palopo

Berdasarkan pemahaman tersebut maka perlu adanya penelitian yang bertujuan untuk mengestimasi ketersediaan ikan dan kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan di

Di daerah ini belum ada usaha produktif yang khusus bergerak dalam pemanfaatan limbah ikan dari hasil pengolahan makanan tradisional khas Palembang berbasis ikan menjadi