• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Reproduksi Ikan Kuniran Upeneus Moluccensis (Bleeker, 1855) Di Perairan Selat Sunda Yang Didaratkan Di Ppp Labuan Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aspek Reproduksi Ikan Kuniran Upeneus Moluccensis (Bleeker, 1855) Di Perairan Selat Sunda Yang Didaratkan Di Ppp Labuan Banten"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN

Upeneus moluccensis

(Bleeker,1855)

DARI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN

DI PPP LABUAN, BANTEN

ROSILIA HERVINA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Aspek reproduksi Ikan Kuniran Upeneus moluccensis (Bleeker,1855) dari perairan selat sunda yang didaratkandi PPP Labuan, Banten” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2014

Rosilia Hervina

(4)

ABSTRAK

ROSILIA HERVINA.Aspek Reproduksi Ikan Kuniran Upeneus moluccensis

(Bleeker, 1855) di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan Banten.Dibimbing oleh NURLISA A BUTET dan YUNIZAR ERNAWATI.

lkan kuniran termasuk kelompok ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis penting di perairan Selat Sunda. Upaya penangkapan ikan kuniran yang terus meningkat dapat menyebabkan ikan yang tertangkap semakin kecil ukurannya dan menurunkan jumlah hasil tangkapan. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji aspek reproduksi ikan kuniran (Upeneus moluccensis) di perairan Selat Sunda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober 2013 dengan interval waktu pengambilan ikan contoh setiap 20 hari sekali. Lokasi pengambilan ikan contoh adalah di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Banten. Ikan contoh diambil dengan metode penarikan contoh acak sederhana (PCAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi ikan kuniran jantan dan betina tidak seimbang. Nilai faktor kondisi ikan kuniran berkisar antara 0,1096-0,4874. Musim pemijahan ikan kuniran di perairan Selat Sunda diduga terjadi pada bulan Juli-Oktober. Potensi reproduksi ikan kuniran di perairan Selat Sunda sebesar 5890-49590 butir telur. Diameter telur ikan kuniran berkisar antara 0,0250-0,6250 mm dengan pola pemijahan secara total (total spawner).

Kata kunci: Ikan kuniran (Upeneus moluccensis), Labuan Banten, reproduksi, dan Selat Sunda.

ABSTRACT

ROSILIA HERVINA. Aspects of Fish Reproduction Goldband goatfish Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) in the Sunda Strait landed in Labuan Banten PPP. Guided by NURLISA A BUTET and YUNIZAR ERNAWATI.

Goldband goatfish including demersal fish groups that have an important economic value in the Sunda Strait. Goldband goatfish fishing effort continues to increase, result in fish being caught are getting smaller in size and lower the amount of the catch. The purpose of this study is to examine aspects of fish reproduction Goldband goatfish (Upeneus moluccensis) in the Sunda Strait. This study was conducted in June-October 2013 by taking fish sample intervals every 20 days. Example is the location of the fish in the Fishing Port Beach (PPP) Labuan, Banten. The results showed that the proportion of male and female fish Goldband goatfish unbalanced. Fish condition factor values ranged from 0.1096 to 0.4874 Goldband goatfish. Goldband goatfish spawning season in the waters of the Sunda Strait allegedly occurred in July-October. Reproductive potential of fish in the waters of the Sunda Strait Goldband goatfishof 5890-49590 eggs. Goldband goatfishegg diameter ranged from 0.0250 to 0.6250 mm and spawning patterns in total (total spawner).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN

Upeneus moluccensis

(Bleeker,1855)

DARI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN

DI PPP LABUAN, BANTEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Reproduksi ikan kuniran Upeneus moluccensis (Bleeker 1855) dari perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten Nama : Rosilia Hervina

NIM : C24100065

Program studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Nurlisa A Butet, MSc Pembimbing I

Dr Ir Yunizar Ernawati, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih adalah Reproduksi ikan kuniran Upeneus moluccensis

(Bleeker,1855) dari perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi. 2. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2013, kode Mak : 2013. 089. 521219, Penelitian Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitan dan Pengabdian

kepada Masyarakat, IPB dengan judul “Dinamika Populasi dan Biologi

Reproduksi Sumber daya Ikan Ekologis dan Ekonomis Penting di Perairan

Selat Sunda, Provinsi Banten” yang dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria

Boer, DEA (sebagai ketua peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi (sebagai anggota peneliti).

3. Dr Ir Nurlisa A Butet, MSc sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr Ir Yunizar Ernawati, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberi arahan dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini.

4. Prof Dr Ir Sulistino, MSc selaku penguji tamu dan Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan atas saran dan masukan yang sangat berarti.

5. Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc sebagai dosen pembimbing akademik.

6. Seluruh staf Tata Usaha dan civitas Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, 7. Keluarga: Mamah (Yuyu Rusmanah), Papah (Nirwan Tarigan), Kakak

(Anggara), Adik (Moudita) atas kasih sayang, doa, dan dukungan baik moril ataupun materil.

8. Teman-teman penelitian Labuan Banten: Nurul Hikmah, Sifa, Raisha, Laras, Siska, Anandinta, Mega, Rivany, Ninda, Wida, Irza, Wisnu, Dwiyanti, Kak Pia, Kak Arni, Kak Viska, Kak Vina, Kak Salma, Mas Genta dan Mba Nur. 9. Teman-teman MSP 47 dan sahabat (Yunia, Astrid, Dendri, Alvin, Intan)

terima kasih atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Manfaat Penelitian 2

METODOLOGI 2

Lokasi Penelitian 2

Metode Pengumpulan Data 3

Pengumpulan Ikan Contoh 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil 6

Pembahasan 16

KESIMPULAN DAN SARAN 19

Kesimpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 22

(10)

DAFTAR TABEL

1 Tabel Penentuan TKG secara morfologi (Cassie in Effendie 2002) 5 2 Rasio kelamin ikan kuniran berdasarkan waktu pengambilan contoh 7

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 2

2 Ikan kuniran (Upeneus moluccensis) 3

3 Hasil Tangkapan Ikan Kuniran 7

4 Hubungan panjang bobot ikan kuniran betina 8

5 Hubungan panjang bobot ikan kuniran jantan 8

6 Hubungan panjang bobot ikan kuniran total 9

7 Faktor kondisi ikan jantan dan betina berdasarkan waktu pengamatan 9

8 Tingkat kematangan gonad ikan kuniran betina 10

9 Tingkat kematangan gonad ikan kuniran jantan 10

10 Tingkat kematangan gonad berdasarkan waktu pengamatan 11 11 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan kuniran jantan dan betina

berdasarkan waktu pengamatan 11

12 Hubungan Indeks Kematangan Gonad dengan Tingkat Kematangan

Gonad ikan kuniran 12

13 Hubungan fekunditas dengan panjang ikan kuniran 13 14 Hubungan fekunditas dengan bobot ikan kuniran 13 15 Sebaran frekuensi diameter telur ikan kuniran berdasarkan selang kelas 14 16 Sebaran frekuensi diameter telur ikan kuniran berdasarkan waktu

pengambilan ikan 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji Chi-square terhadap proporsi kelamin ikan kuniran 22

2 Faktor kondisi ikan kuniran 22

3 Ukuran pertama kali matang gonad 23

4 Indeks kematangan gonad ikan kuniran 24

5 Fekunditas ikan kuniran 25

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

lkan kuniran (Upeneus molucensis) termasuk dalam kelompok ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis penting, sehingga permintaan terhadap ikan kuniran tinggi. Ikan kuniran tersebar diseluruh perairan Indonesia yang meliputi Perairan Berau, Selat Makasar, Perairan Pulau Laut, Laut Jawa, dan Selat Sunda. Salah satu tempat pendaratan ikan di Selat Sunda adalah PPP Labuan Banten (Ernawati and Sumiono 2006).

Masyarakat di Labuan Banten memasarkanikan kuniran, baik dalam keadaan segar maupun dalam bentuk olahan berupa ikan asin, terasi, pakan udang, dan ikan, serta makanan olahan seperti otak-otak. Hasil olahan tersebut cukup diminati oleh para konsumen sehingga permintaan pasar terhadap ikan kuniran semakin meningkat dan menjadikan ikan kuniran sebagai salah satu target utama penangkapan nelayan. Peningkatan penangkapan ikan kuniran tersebut tidak mengikuti kaidah-kaidah pengelolaan sumberdaya perikanan, diantaranya dengan melakukan penangkapan ikan kuniran secara berlebihan dan dalam kondisi belum mengalami matang gonad. Upaya penangkapan ikan kuniran yang terus meningkat dapat menyebabkan pemanfaatan sumberdaya ikan kuniran melebihi batas MSY (Maximum Sustainable Yield), sehingga terjadi overfishing.

Ikan kuniran yang tertangkap di PPP Labuan Banten dominan ikan yang belum mengalami matang gonad. Hal ini dikarenakan kurangnya selektivitas alat tangkap mengakibatkan banyak ikan yang berukuran kecil dan belum matang gonad tertangkap. Penangkapan ikan kuniran yang belum matang gonad dapat mengakibatkan berkurangnya populasi ikan kuniran. Untuk mencegah hal tersebut diperlukan suatu upaya pengelolaan sumberdaya ikan kuniran, salah satunya dengan memperhatikan keterkaitannya dengan aspek-aspek reproduksi ikan tersebut agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Berdasarkan pertimbangan dan pemikiran tersebut diperlukan kajian yang mendalam tentang aspek reproduksi ikan kuniran dari hasil tangkapan di PPP Labuan, Banten.

Perumusan Masalah

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek reproduksi ikan kuniran (Upeneus moluccensis) di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Aspek reproduksi yang dikaji adalah faktor kondisi, rasio kelamin, ukuran pertama kali matang gonad, TKG, IKG, fekunditas, dan diameter telur.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aspek reproduksi ikan kuniran (Upeneus moluccensis) sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan ikan kuniran di Labuan, Banten agar berkelanjutan serta dalam upaya mengurangi dampak overfishing dan petensi reproduksi. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penetapan kebijakan bagi dinas setempat dalam pengelolaan perikanan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

METODOLOGI

Lokasi Penelitian

Pengambilan contoh ikan kuniran dilakukan padabulan Juni 2013 hingga Oktober 2013di PPP Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Gambar 1 menunjukkan lokasi penelitian dan daerah penangkapan dari ikan yang didaratkan.

(13)

3

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan secara dua tahap, yaitu pengumpulan ikan contoh dan analisis laboratorium. Pengumpulan ikan contoh dilakukan di PPP Labuan Banten dan analisis laboratorium dilakukan di laboratorium Biologi Perikanan, Bagian Manajemen Sumber Daya Perikanan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pengumpulan Ikan Contoh

Pengambilan data primer dilakukan sebanyak tujuh kali, dengan interval waktu pengambilan contoh 20 hari. Pengumpulan data primer meliputi pengukuran panjang ikan total (mm), bobot ikan (gram), jenis kelamin, dan tingkat kematangan gonad (TKG). Banyaknya ikan contoh yang diambildari keranjang nelayan di PPP Labuan adalah20-150 ekor pada setiap pengambilan ikan contoh.

Analisis Laboratorium

Panjang dan bobot ikan kuniran diukur menggunakan penggaris dan timbangan digital. Setelah dilakukan pengukuran panjang dan bobot, dilakukan penentuan jenis kelamin ikan berdasarkan ciri-ciri primer.

Gonad ikan jantan dan betina diamati secara morfologi untuk mengetahui tingkat kematangan gonad (TKG) yang ditentukan berdasarkan bentuk, warna, ukuran, dan bobot gonad. Perkembangan isi gonad dianalisis berdasarkan modifikasi dari Cassie (Tabel 1). Bahan yang digunakan adalah formalin 4%, akuades dan ikan kuniran (Upeneus moluccensis) (Gambar 2).

Gambar 2 Ikan Kuniran (Upeneus moluccensis)

Sumber : Dokumen Pribadi

(14)

4

yaitu gabungan antara metode gravimetrik dengan metode volumetrik. Prosedur perhitungan fekunditas dan pengukuran diameter telur adalah sebagai berikut. 1. Gonad dibagi menjadi 3 bagian, yaitu anterior, tengah, dan posterior. Setiap

bagian gonad yang diamati, dilakukan penimbangan bobot (Q) dan pengukuran volume.

2. Gonad contoh diencerkan ke dalam 10 mL air (V).

3. Jumlah telur dapat diketahui dengan cara mengambil sebanyak 1 mL dari masing-masing bagian gonad yang telah diencerkan kedalam 10 mL air. Kemudian seluruh yang ada dalam 1 mL tersebut dihitung jumlahnya.

4. Pengukuran diameter telur dilakukan dengan cara mengamati telur contoh yang dipilih 50 butir pada setiap bagiannya dengan 3 kali ulangan menggunakan mikroskop yangtelah ditera dengan mikrometer dengan perbesaran 4×10.

Analisis Data

Rasio Kelamin

Rasio kelamin adalah perbandingan dari individu jantan dan betina dalam suatu populasi. Rasio kelamin ini dapat dihitung menggunakan rumus (Effendie 2002).

p = A

B ×100% (1)

p adalah rasio kelamin (jantan atau betina), A adalah jumlah jenis ikan tertentu (jantan atau betina), dan B adalah jumlah total individu ikan yang ada (ekor). Hubungan antara jumlah individu jantan dan betina dalam suatu populasi dapat diketahui dengan menggunakan uji Chi-square (�2) (Steel and torrie 1993 in menghampiri sebaran khi kuadrat (Chi-square), oi adalah frekuensi ikan jantan dan betina yang teramati, dan ei adalah frekuensi harapan dari ikan jantan dan betina.

Faktor kondisi

Faktor kondisi (K) digunakan untuk mempelajari perkembangan gonad ikan jantan maupun betina yang belum dan sudah matang gonad yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 2002).

K = W

aLb (3)

(15)

5

Menurut Lagler et al. (1977), nilai K yang berkisar antara antara 1-3 menunjukkan bahwa badan ikan tersebut berbentuk pipih.

Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

Pendugaan ukuran rata-rata ikan kuniran yang pertama kali matang gonad dilakukan menggunakan metode Spearman-Karber (Udupa 1986):

m = xk+ x

Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah (Effendie 2002). Penentuan tingkat kematangan gonad ikan kuniran ditentukan secara morfologi menggunakan klasifikasi dari modifikasi Cassie pada Tabel 1. Tahap-tahap perkembangan gonad ikan ditentukan secara morfologi, yang merupakan modifikasi dari (Cassie 1956 in Effendie 2002) (Tabel 1).

Tabel 1 Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956in Effendie 2002)

TKG Betina Jantan

I Ovari seperti benang, panjangnya

sampai ke depan rongga tubuh, serta permukaannya licin

Testes seperti benang,warna jernih, dan ujungnya terlihat di rongga tubuh

II Ukuran ovari lebih besar. Warna ovari kekuning-kuningan, dan telur belum terlihat jelas

Ukuran testes lebih besar pewarnaan seperti susu

III Ovari berwarna kuning dan secara morfologi telur mulai terlihat

Permukaan testes tampak

bergerigi, warna makin putih dan ukuran makin besar

IV Ovari makin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak, mengisi 1/2-2/3 rongga perut

Dalam keadaan diawet mudah putus, testes semakin pejal

V Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat didekat

pelepasan

(16)

6

Indeks kematangan gonad

IKG adalah perbandingan antara bobot gonad terhadap tubuh ikan (Effendie 2002). IKG dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

IKG (%) = BG

BT (6)

IKG adalah indeks kematangan gonad, BG adalah bobot gonad (gram), dan BT adalah bobot tubuh (gram).

Fekunditas

Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada saat ikan memijah. Menurut Effendie (2002), fekunditas dapat dihitung menggunakan metode gabungan dengan rumus sebagai berikut.

F=G x V x X

Q (7)

F adalah fekunditas (butir), G adalah bobot gonad total (gram), V adalah volume pengenceran (mL), X adalah jumlah telur yang ada dalam 1 mL, dan Q adalah bobot telur contoh (gram).

Diameter Telur

Diameter telur ditentukan dari gonad ikan betina yang memiliki TKG III dan IV, yaitu dengan mengamati diameter dari telur yang diamati fekunditasnya. Pengukuran diameter telur menggunakan mikroskop yang telah dilengkapi dengan mikrometer dilakukan hanya pada 50 butir telur. Setelah diamati hasil pengukuran diameter telur dikalikan dengan 0,025 (perbesaran 4x10).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil Tangkapan Ikan Kuniran (Upeneus moluccensis)

(17)

7

Gambar 3 Hasil tangkapan ikan kuniran (Upeneus moluccensis)

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa hasil tangkapan ikan kuniran mengalami fluktuasi. Jumlah total ikan kuniran selama waktu pengambilan contoh, adalah 526 ekor. Hasil tangkapan tertinggi terdapat pada tanggal 16 Agustus 2013, yaitu sebanyak 143 ekor dan terendah terdapat pada tanggal 7 Juli 2013 sebanyak 27 ekor.

Rasio Kelamin

Rasio kelamin adalah perbandingan jenis kelamin betina dan jantan. Penentuan jenis kelamin ikan kuniran dilakukan secara morfologi. Kestabilan populasi ikan yang ada di alam dapat diketahui dengan cara menghitung nisbah kelamin atau rasio jenis kelamin. Tabel 2 menunjukkan rasio kelamin dari ikan kuniran pada setiap pengambilan contoh.

Tabel 2 Rasio kelamin ikan kuniran berdasarkan waktu pengambilan contoh

Tanggal pengamatan Jumlah Ratio N

(18)

8

40%:60%. Berdasarkan hasil uji Chi-square (Lampiran 1) dengan selang kepercayaan 95%, diperoleh hasil perbandingan ikan kuniran betina dan jantan pada suatu populasi dalam keadaan tidak seimbang, dengan hasil tangkapan yang didominasi oleh ikan kuniran jantan.

Hubungan Panjang dan Bobot

Analisis hubungan panjang dan bobot ikan kuniran dapat digunakan untuk menduga pola pertumbuhan. Gambar 4 dan 5 menyajikan hasil analisis hubungan panjang dan bobot ikan kuniran betina dan jantan. Gambar 6 menyajikan hasil analisis hubungan panjang dan bobot total ikan kuniran. Berdasarkan hasil analisis hubungan panjang dan bobot ikan kuniran, diketahui bahwa ikan kuniran betina memiliki persamaan W = 0.00002L2.956 dan untuk ikan kuniran jantan W=0.00003L2.809. Persamaan yang didapatkan dari perhitungan total ikan kuniran (Gambar 6) adalah W=0.00003L 2.841.

Gambar 4 Hubungan panjang dan bobot ikan kuniran betina

(19)

9

Gambar 6 Hubungan panjang dan bobot ikan kuniran total

Faktor Kondisi

Faktor kondisi merupakan suatu keadaan yang menggambarkan kemontokan ikan atau disebut juga dengan ponderal indeks (Effendie 2002). Gambar 7 menyajikan grafik faktor kondisi ikan kuniran betina dan jantan selama waktu pengambilan contoh.

Gambar 7 Faktor kondisi ikan kuniran jantan dan betina berdasarkan waktu pengamatan

Nilai faktor kondisi ikan kuniran betina dan jantan mengalami fluktuasi selama waktu pengamatan. Nilai faktor kondisi ikan kuniran betina dan jantan tertinggi terdapat pada waktu pengamatan 7 Juli 2013 sebesar 0.4874 untuk betina dan 0.2891 untuk jantan (Lampiran 2).

(20)

10

Tingkat Kematangan Gonad

Pencatatan tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dengan yang tidak melakukan reproduksi (Affandi et al. 2007). Pencatatan komposisi tingkat kematangan gonad dihubungkan dengan waktu akan didapat daur perkembangan gonad tersebut, namun bergantung pada pola pemijahan ikan tersebut (Effendie 2002). Pada Gambar 8 dan 9 disajikan grafik tingkat kematangan gonad (TKG) ikan kuniran betina dan jantan berdasarkan selang kelas. Gambar 8 menyajikan grafik tingkat kematangan gonad (TKG) ikan kuniran berdasarkan waktu pengamatan.

Gambar 8 Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan kuniran betina berdasarkan selang kelas

(21)

11

Gambar 10 Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan kuniran betina berdasarkan waktu pengambilan contoh

Berdasarkan Gambar 8 dan 9, diketahui bahwa pada setiap selang kelas ditemukan ikan kuniran betina yang memiliki TKG II dan ikan kuniran jantan yang memiliki TKG I dan II. Ikan kuniran betina yang matang gonad tertangkap pada selang kelas 105-189 mm (Gambar 8), sedangkan untuk ikan kuniran jantan yang matang gonad tertangkap pada selang kelas 107-181 mm (Gambar 9). Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa tingkat kematangan gonad ikan kuniran didominasi oleh TKG III. Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap pengambilan contoh ditemukan ikan yang telah matang gonad.

Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad pada ikan kuniran dilakukan menggunakan metode Spearman-Karber (Lampiran 3). Ukuran pertama kali matang gonad adalah 130.75-143.37 mm untuk ikan kuniran betina dan 120.58-146.40 untuk ikan kuniran jantan. Hal ini menunjukkan bahwa ikan kuniran jantan lebih cepat mengalami matang gonad dibandingkan ikan kuniran betina.

Indeks Kematangan Gonad

Nilai indeks kematangan gonad (IKG) merupakan nilai dalam persen (%) yang didapatkan dari hasil perbandingan bobot gonad dengan bobot tubuh ikan. Indeks kematangan gonad merupakan cara untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada gonad pada setiap kematangan secara kuantitatif. Selain melalui tingkat kematangan gonad, pendugaan waktu pemijahan pada ikan dapat ditentukan dari nilai indeks kematangan gonad ikan tersebut. Gambar 11 menunjukkan grafik indeks kematangan gonad berdasarkan waktu pengamatan dan Gambar 12 menunjukkan hubungan antara indeks kematangan gonad dan tingkat kematangan gonad ikan kuniran.

(22)

12

Gambar 11 Indeks kematangan gonad (IKG) ikan kuniran berdasarkan waktupengamatan

Gambar 12 Hubungan indeks kematangan gonad dengan tingkat kematangan gonad ikan kuniran

(23)

13

nilai indeks kematangan gonad ikan kuniran. Nilai IKG ikan kuniran betina sebesar 3.8299 dan 2.0735 untuk nilai IKG ikan kuniran jantan.

Fekunditas

Fekunditas merupakan jumlah telur yang terkandung di dalam ovarium (Nikolsky 1963 in Effendie 2002). Fekunditas dapat dihubungkan dengan panjang total ikan maupun bobot total ikan. Fekunditas, secara tidak langsung, dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan (Effendie 2002). Gambar 13 menunjukkan grafik hubungan fekunditas dengan panjang total ikan kuniran dan Gambar 14 menunjukkan grafik hubungan fekunditas dengan bobot total ikan kuniran.

Gambar 13 Hubungan fekunditas dengan panjang ikan kuniran

Gambar 14 Hubungan fekunditas dengan bobot ikan kuniran

Gambar 13 menunjukkan hubungan antara fekunditas dengan panjang total ikan kuniran melalui persamaan F = 87.90L + 964.9 dengan koefisien determinasi

(24)

14

(R2) sebesar 0.232 yang berarti bahwa23.2% keragaman fekunditas dapat dijelaskan oleh panjang total ikan kuniran. Hubungan antara fekunditas dengan bobot ikan kuniran (Gambar 14) ditunjukkan melalui persamaan F = 63.69W + 11172, dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.191 yang berarti bahwa sebanyak 19.31% nilai keragaman fekunditas dapat dijelaskan oleh bobot total ikan (Lampiran 5).

Diameter Telur

Diameter telur dapat diukur dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer okuler yang sudah ditera dengan mikrometer objektif terlebih dahulu (Sulistiono et al. 2001). Gambar 15 menunjukkan sebaran frekuensi diameter telur ikan kuniran berdasarkan selang kelas.

Gambar 15 Sebaran frekuensi diameter telur ikan kuniran berdasarkan selang kelas

Berdasarkan sebaran frekuensi diameter telur ikan kuniran yang memiliki satu modus (Gambar 15), dapat diduga bahwa tipe pemijahan dari ikan kuniran adalah total spawner, yang berarti ikan kuniran memijah pada satu periode. Diameter telur ikan kuniran berkisar antara 0.075-0.654 mm. Frekuensi diameter telur tertinggi pada selang kelas 0.2198-0.2559 mm sebanyak 5251 butir telur (Lampiran 6).

Menurut Novitriana et al. (2004), puncak pemijahan ikan dapat ditentukan pada bulan saat ikan jantan dan betinamengalami matang gonad dalam jumlah yang besar. Gambar 16 menyajikan sebaran diameter telur berdasarkan waktu pengambilan ikan. Berdasarkan Gambar 16,ukuran diameter telur terbesar pada bulan Oktober terdapat pada selang kelas 0.4386-0.6891 mm. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa waktu pemijahan ikan kuniran terjadi pada bulan Juli hingga Oktober dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Oktober.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Fre

k

uens

i

(25)

15

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

0.025-0.0625

100 150 200 250 300 350 400 450

0.025-0.0625

100 150 200 250 300 350

(26)

16

Pembahasan

Ikan kuniran yang terambil secara acak dari keranjang nelayan di Labuan Banten, yaitu sebanyak 526 ekor, dengan jumlah ikan betina sebanyak 212 ekor dan jumlah ikan jantan sebanyak 314 ekor. Ikan kuniran jantan yang tertangkap di Selat Sunda lebih banyak dibandingkan ikan kuniran betina, setelah dilakukan uji Chi-square diperoleh hasil proporsi ikan kuniran dalam keadaan tidak seimbang. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Triana (2011) di Perairan Teluk Jakarta dan Husna (2012) di Perairan Selat Sunda memiliki proporsi ikan betina lebih besar dibandingkan ikan jantan. Variasi dalam rasio kelamin terjadi karena adanya perbedaan tingkah laku seks, kondisi lingkungan, dan proses penangkapan (Bal dan Rao 1984 in Nugraha dan Mardlijah 2006). Purwanto et al, (1986) in Susilawati (2000) menyatakan bahwa perbandingan ikan jantan dan betina dalam suatu populasi diharapkan dalam keadaan yang seimbang. Kondisi lingkungan perairan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan panjang dan bobot ikan. Data panjang dan bobot digunakan untuk menentukan pola pertumbuhan ikan kuniran. Hasil analisis hubungan panjang dan bobot menunjukkan bahwa ikan kuniran jantan maupun betina memiliki tipe pertumbuhan allometrik negatif. Penelitian oleh Triana (2011) di Teluk Jakarta juga menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan kuniran adalah allometrik negatif. Pola pertumbuhan allometrik negatif menandakan bahwa pertambahan panjang lebih dominan dibandingkan pertambahan bobotnya. Analisis hubungan panjang dan bobot pada ikan kuniran jantan menghasilkan nilai b sebesar 2.809, sedangkan untuk ikan kuniran betina menghasilkan nilai b sebesar 2.956. Nilai konstanta b dipengaruhi oleh tingkat perkembangan ontogenik seperti perbedaan umur, tingkat kematangan gonad dan jenis kelamin (Dulcic et al. in Kunto 2005). Penelitian ini serupa dengan penelitian yang telah dilakukan Ruth (2011) dan Syamsiyah (2010) yang menunjukkan bahwa ikan kuniran memiliki tipe pertumbuhan allometrik negatif.

Penentuan faktor kondisi dilakukan untuk mendeteksi perubahan yang terjadi pada suatu perairan yang dapat mempengaruhi kondisi ikan. Nilai faktor kondisi ikan kuniran tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 0.4874 untuk ikan betina dan 0.2891 untuk ikan jantan. Faktor kondisi ikan kuniran betina di setiap waktu pengamatan cenderung lebih tinggi dibandingkan jantan, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Husna (2012). Pada umumnya, nilai faktor kondisi ikan betina lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Effendie (2002) menyatakan bahwa faktor kondisi ikan betina lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan, karena ikan betina memiliki kondisi yang lebih baik untuk proses reproduksi dan bertahan hidup dibandingkan dengan ikan jantan. Penelitian yang dilakukan Triana (2011) berbeda, nilai faktor kondisi jantan lebih tinggi dibandingkan dengan ikan betina.

(27)

17

mempengaruhi kondisi ikan tersebut (Handayani 2006). Saadah (2000) mengatakan bahwa faktor kondisi dipengaruhi oleh aktivitas ikan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan selama proses pematangan gonad hingga proses pemijahan selesai.

Komposisi tingkat kematangan gonad pada setiap saat dapat digunakan untuk menduga waktu pemijahan pada ikan. Ikan kuniran jantan yang telah matang gonad terlihat pada selang kelas 107-111 mm sampai 171-181 mm, sedangkan ikan kuniran betina pada selang kelas 105-109 mm sampai 185-189 mm. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Sperman Karber, diperoleh ukuran pertama kali matang gonad (Lm) ikan kuniran pada penelitian ini adalah 130.75-143.37 mm untuk betina dan 120.58-146.40 mm untuk jantan. Penelitain Husna (2012) menyatakan bahwa ukuran pertama kali matang gonad untuk ikan kuniran betina adalah144 mm dan ikan jantan adalah 159 mm. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Triana (2011) di Teluk Jakarta yang menyatakan bahwa ukuran pertama kali matang gonad ikan kuniran betina lebih cepat dibandingkan ikan jantan, yaitu sebesar 155 mm untuk ikan betina dan ikan jantan sebesar 173 mm.

Ukuran pertama kali matang gonad untuk ikan Upeneus sulphureus di perairan Utara Jawa, untuk ikan jantan pada ukuran panjang 115 mm dan ikan betina pada ukuran panjang 120 mm (Herianti dan Subani 1993). Ukuran waktu pertama kali matang gonad bervariasi antar spesies (Udupa 1986), diantaranya disebabkan oleh perbedaan kecepatan adaptasi ikan (Busing 1987 in Susilawati 2000) serta adanya perbedaan kondisi perairan. Ukuran pertama kali matang gonad suatu ikan bergantung pada faktor genetik dan lingkungan (Mustac dan Sinovcic 2011), ketersediaan makanan, kelimpahan, suhu, periode, arus, ukuran, dan sifat fisiologis dari ikan tersebut (Nikolsky 1963).

Nilai indeks kematangan gonad dipengaruhi oleh nilai tingkat kematangan gonad. Semakin tinggi TKG, semakin tinggi pula nilai IKG. Hal ini menunjukkan bahwa bobot gonad akan mencapai maksimal saat ikan akan memijah dan menurun secara cepat selama berlangsungnya proses pemijahan hingga pemijahan selesai (Effendie 2002). Nilai IKG ikan kuniran betina lebih tinggi dibandingkan dengan IKG ikan kuniran jantan. Hal ini disebabkan pertumbuhan ikan betina cenderung tertuju pada perkembangan gonad (Sulistiono

et al 2001). Nilai IKG terbesar terdapat pada bulan Juli karena didominasi oleh TKG III dan IV, sedangkan nilai IKG terendah terdapat pada bulan Agustus karena didominasi oleh TKG II.

(28)

18

ini menunjukkan bahwa hanya 23.2% dari keragaman nilai fekunditas ikan kuniran yang dapat dijelaskan oleh panjang total dan hanya 19.1% dari keragaman nilai fekunditas yang dapat dijelaskan oleh bobot tubuh. Hasil ini menunjukkan korelasi yang rendah dari hubungan fekunditas dengan panjang total maupun bobot ikan. Hal ini dapat disebabkan oleh variasi nilai fekunditas yang cukup besar pada panjang dan bobot ikan yang sama. Menurut Warjono (1990), variasi fekunditas ini disebabkan oleh adanya kelompok ikan yang baru memijah dan sudah memijah, sehingga produksi telur cenderung lebih tinggi daripada ikan yang baru memijah. Selain itu, variasi fekunditas tersebut juga disebabkan adanya penyebaran produksi telur yang tidak merata.

Menurut Prabhu (1956) dan Kagwade (1968) in Warjono (1990), tipe pemijahan ikan berhubungan dengan perkembangan diameter telur dalam ovarium. Pengukuran diameter telur pada gonad yang sudah matang berguna untuk menduga frekuensi pemijahan, yaitu dengan melihat modus penyebarannya (Prabhu 1956 in Susilawati 2000). Sebaran diameter telur ikan kuniran memiliki satu modus yang menunjukkan bahwa tipe pemijahan ikan kuniran bersifat total spawner dengan ukuran diameter telur berkisar 0.075-0.654 mm. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Husna (2012) di Labuan Banten dan Triana (2011) di Teluk Jakarta juga menyatakan hal yang sama bahwa tipe pemijahan ikan kuniran adalah

total spawner, yang berarti ikan melakukan pemijahan pada satu periode dan melepaskan telur-telurnya sekaligus dalam jangka waktu yang singkat.

Waktu pemijahan dapat diduga dari komposisi tingkat kematangan gonad pada ikan. Tingkat kematangan gonad adalah tahap-tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Ikan kuniran di Labuan Banten mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda, yaitu pada bulan Juli-September. Ismen (2005) memperoleh waktu pemijahan ikan kuniran (U. moluccensis) di Teluk Iskenderun, Mediterania Timur terjadi pada bulan Juni dan September, sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozvarol et al (2010) mengungkapkan waktu pemijahan ikan kuniran (U. moluccensis) di Teluk Antalya, Turki terjadi pada bulan Juli dan Oktober. Musim atau waktu pemijahan terjadi ketika nilai indeks kematangan gonad untuk kedua jenis kelamin mencapai tingkat tertinggi (Ozvarol et al. 2010). Effendie (2002) menyatakan bahwa sejalan dengan pertumbuhan gonad, maka gonad yang dihasilkan akan semakin bertambah besar hingga batas maksimum ketika terjadi pemijahan.

(29)

19

Alternatif Pengelolaan

Upaya pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keberlanjutan populasi ikan adalah dengan melakukan pengaturan ukuran ikan yang boleh ditangkap. Ikan yang boleh ditangkap adalah ikan yang memiliki ukuran yang lebih besar dari ukuran pertama kali matang gonad, sehingga ikan dapat memijah minimal sekali dalam hidupnya untuk mencegah degradasi stok (Moore 1999 in Musbir et al. 2006). Dengan demikian, berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa ukuran ikan kuniran di Selat Sunda yang diperbolehkan untuk ditangkap adalah ikan-ikan yang memiliki ukuran di atas 130.75-143.37 mm untuk betina dan 120.58-146.40 mm untuk jantan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Proporsi kelamin ikan kuniran jant an dan betina tidak seimbang. Berdasarkan tingkat kematangan gonad disimpulkan bahwa awal pemijahan terjadi pada bulan Juli dan puncak pemijahan terjadi pada bulan Oktober. Ikan kuniran yang berasal dari Selat Sunda merupakan total spawner.

Saran

Adanya penentuan tingkat kematangan gonad secara histologis agar lebih tepat dalam menentukan tingkat kematangan gonad ikan dan dibutuhkan data tinggi badan ikan untuk mengatur ukuran mata jaring suatu alat tangkap yang dapat menangkap ikan kuniran.

DAFTAR PUSTAKA

Adisti. 2010. Kajian biologi reproduksi ikan tembang (Sardinella maderensis

Lowe, 1838) di perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di PPP Muara Angke, Jakarta Utara [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Affandi R, Sulistiono, Firmansyah A, Sofiah S, Brojo M, Mamengke J. 2007.

Aspek biologi ikan butini (Glossogobius Matanensis) di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 14(1): 13-22.

Brojo M, Sari RP. 2002. Biologi reproduksi ikan kurisi Nemipterus tambuloides

(Blk.) yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Labuan, Pandeglang.

Jurnal Iktiologi Indonesia. 2(1): 9-13.

(30)

20

Ernawati T dan B Sumiono. 2006. Sebaran dan kelimpahan ikan kuniran (mullidae) di perairan Selat Makassar. Prosiding seminar nasional ikan IV. Balai Riset Perikanan Laut. Jatiluhur, Jakarta.

Handayani T.2006. Aspek biologi ikan lais di Danau lais. Journal of Tropical Fisheries. 1(1): 12-23.

Herianti I, Subani W.1993. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad beberapa jenis ikan demersal di perairan Utara Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Laut (78): 46-58.

Husna F. 2012. Reproduksi Ikan Kuniran Upeneus moluccensis (Bleeker 1855) dari Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ismen A. 2005. Age, growth, and reproduction of the goldband goatfish Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) in Iskenderun Bay, the Eastern Mediterranean.Journal of Zoology Turkey. 29: 301-309.

Kunto P, Katamirardja ES. 2005. Pertumbuhan, mortalitas, dan kebiasaan makan ikan tawes (Barbodes gonionotus) di Waduk Wonogiri. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia . 11(2):1-7.

Lagler KF, Bardach JE, Miller RR, dan Dora M Passino. 1977. Ichthyology. John Willey and Sons, Inc. New York. 505 p.

Musbir, A Mallawa, Sudirman, dan Najamuddin. 2006. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung (Rastreliger kanagurta) di perairan Laut Flores, Sulawesi Selatan. Jurnal Sains dan Teknologi. 6(1): 19-26.

Mustac B dan Sinovcic G. 2011. Reproductive cycleof gilt sardine (Sardinella aurita Valenciennes 1847) in the Eastern Middle Adriatic Sea. 28: 46-50. Nikolsky GV. 1963. The Ecology of Fishes. London: Academic Press. 352 hal. Novitriana R, Y Ernawati, dan MF Rahardjo. 2004. Aspek pemijahan ikan petek,

Leiognathus eqvulus, Forsskal 1775 (Famili Leiognathidae) di pesisir Mayangan Subang, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia. 4(1): 7-13. Nugraha dan Mardlijah. 2006. Hubungan panjang bobot, perbandingan jenis

kelamin dan tingkat kematangan gonad tuna mata besar (Thunnus obesus) di Perairan Laut Banda. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 12(3):195:202. Prahadina VD. 2013. Kajian stok ikan kembung lelaki Rastrelliger

kanagurta(Cuvier,1817) di perairan Teluk Banten yang didaratkan di PPN Karangantu, Banten.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ozvarol ZAB, BA Balci, MGA Tasli, Y Kaya, dan M Pehlivan. 2010. Age, growth, and reproduction of goldband goatfish (Upeneus moluccensis

Bleeker (1855)) from the Gulf of the Antalya (Turkey). Journal of Animal and Veterinary Advances. 9(5): 939-945.

Ruth EK.2011. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Teluk Banten, yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai. [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Saadah. 2000. Beberapa aspek biologi ikan petek (Leiognathus splendens Cuv.) di perairan Teluk Labuan, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(31)

21

di perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia.1(2): 25-30.

Syamsiyah NN. Studi dinamika stok ikan biji nangka (Upeneus sulphureus

Cuvier, 1829) diperairan Utara Jawa yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur [skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Triana N. 2011. Pola pertumbuhan dan biologi reproduksi ikan kuniran (Upeneus molluccensis Bleeker, 1855) di perairan Teluk Jakarta, Jakarta Utara [skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Susilawati R. 2000. Aspek biologi reproduksi, makanan, dan pola pertumbuhan ikan biji nangka (Upeneus moluccensis Blkr.) di Perairan Teluk Labuan, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Udupa KS. 1896. Statistical method of estimating the size at first maturity of fishes. Fishbyte. 4(2):8-1

Usman, Daud S.P dan Rachmansyah. 1996. Beberapa aspek biologi reproduksi dan kebiasaan makan ikan kuwe (Carangidae) di Selat Makasar dan Teluk Ambon. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. 11, No 3.Hal. 12.

(32)

22

LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Chi-square terhadap proporsi kelamin betina dan jantan pada ikan kuniran (Upeneus moluccensis)

TKG I II III IV V Jumlah

Jantan 64 151 79 20 0 314

Betina 20 132 32 28 0 212

526

Lampiran 2 Faktor kondisi ikan kuniran (Upeneus moluccensis) selama tujuh bulan pengamatan

BETINA JANTAN

fk rata2 STDEV fk rata2 stdev

18-Jun-13 0.3377 0.0342 0.1590 0.020141

7-Jul-13 0.4874 0.0455 0.2891 0

28-Jul-13 0.2818 0.1295 0.1568 0.053905

16-Aug-13 0.1820 0.0391 0.1110 0.024794

5-Sep-13 0.2770 0.0539 0.1587 0.028337

28_Sep-13 0.2079 0.0661 0.1096 0.028395

13-Oct-13 0.4698 0.5100 0.1417 0.076678

(33)

23

Lampiran 3 Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan kuniran (Upeneus moluccensis) dengan metode Spearman-Karber

a. Ikan kuniran betina

(34)

24

Lampiran 3 (lanjutan) b. Ikan kuniran jantan

Sk Nt xi Ni Nb Pi 1-Pi (Qi) x(i+1)-xi Pi*Qi Ni-1 Pi*Qi/Ni-1

85 89 87 1.9395 1 0 0.0000 1.0000 0.0243 0.0000 0.0000 0.0000

90 94 92 1.9638 1 0 0.0000 1.0000 0.0230 0.0000 0.0000 0.0000

95 99 97 1.9868 7 0 0.0000 1.0000 0.0218 0.0000 6.0000 0.0000

100 104 102 2.0086 28 0 0.0000 1.0000 0.0208 0.0000 27.0000 0.0000

105 109 107 2.0294 24 1 0.0417 0.9583 0.0198 0.0399 23.0000 0.0017

110 114 112 2.0492 27 0 0.0000 1.0000 0.0190 0.0000 26.0000 0.0000

115 119 117 2.0682 12 1 0.0833 0.9167 0.0182 0.0764 11.0000 0.0069

120 124 122 2.0864 17 3 0.1765 0.8235 0.0174 0.1453 16.0000 0.0091

125 129 127 2.1038 8 5 0.6250 0.3750 0.0168 0.2344 7.0000 0.0335

130 134 132 2.1206 12 0 0.0000 1.0000 0.0161 0.0000 11.0000 0.0000

135 139 137 2.1367 8 3 0.3750 0.6250 0.0156 0.2344 7.0000 0.0335

140 144 142 2.1523 10 7 0.7000 0.3000 0.0150 0.2100 9.0000 0.0233

145 149 147 2.1673 11 7 0.6364 0.3636 0.0145 0.2314 10.0000 0.0231

150 154 152 2.1818 7 5 0.7143 0.2857 0.0141 0.2041 6.0000 0.0340

155 159 157 2.1959 4 4 1.0000 0.0000 0.0136 0.0000 3.0000 0.0000

160 164 162 2.2095 4 3 0.7500 0.2500 0.0132 0.1875 3.0000 0.0625

165 169 167 2.2227 4 3 0.7500 0.2500 0.0128 0.1875 3.0000 0.0625

170 174 172 2.2355 4 3 0.7500 0.2500 0.0124 0.1875 3.0000 0.0625

175 179 177 2.2480 9 6 0.6667 0.3333 0.0121 0.2222 8.0000 0.0278

180 184 182 2.2601 8 4 0.5000 0.5000 0.0118 0.2500 7.0000 0.0357

185 189 187 2.2718 7 9 1.2857 0.0000 0.0000 0.0000 6.0000 0.0000

total 9.0545 12.2312 0.3323 0.4162

rata2 0.0158 0.0198

Lm:130.7548 Lm:143.3765

Lampiran 4 Indeks Kematangan Gonad Ikan Kuniran

betina Jantan

Tanggal ikg rata2 stdev ikg rata2 Stdev 18-Jun-13 2.0890 0.1910 2.1817 0.4243

(35)

25

Lampiran 5 Fekunditas Ikan Kuniran

No Ikan L W JK TKG G X Q F

3 149 44 B 3 0.4929 312.1667 937 9365

4 155 53 B 4 0.7494 408.5000 1226 12255 1 194 116 B 3 0.8616 382.3333 1147 11470 2 185 90 B 3 0.7117 511.1667 1534 15335 3 183 84 B 3 0.5326 481.3333 1444 14440 4 180 91 B 3 0.8343 618.3333 1855 18550 6 172 82 B 3 0.4899 584.8333 1755 17545 7 183 78 B 3 0.6888 732.5000 2198 21975 8 182 90 B 3 0.4261 718.0000 2154 21540 9 185 92 B 3 0.7310 711.5000 2135 21345 10 179 82 B 3 0.7376 767.8333 2304 23035 11 175 71 B 3 0.3334 598.0000 1794 17940 13 182 90 B 3 0.4254 624.6667 1874 18740 14 170 69 B 4 0.7304 768.0000 2304 23040 16 174 75 B 4 0.4641 634.0000 1902 19020 17 175 77 B 4 0.4007 686.5000 2060 20595 18 180 77 B 4 0.4636 826.5000 2480 24795 20 176 81 B 4 0.4063 642.6667 1928 19280 21 184 89 B 4 0.4188 644.1667 1933 19325 23 181 93 B 4 0.6921 788.8333 2367 23665 25 170 72 B 4 0.3957 621.0000 1863 18630 26 192 93 B 4 0.7958 760.0000 2280 22800 28 178 91 B 4 0.7793 784.5000 2354 23535 29 167 76 B 4 0.7627 755.3333 2266 22660 2 150 46 B 3 0.6552 585.0000 1755 17550 4 157 50 B 3 0.7475 475.1667 1426 14255 5 159 60 B 3 0.4409 547.6667 1643 16430 19 152 70 B 3 0.6790 469.1667 1408 14075 22 164 67 B 4 0.7258 588.1667 1765 17645 24 175 82 B 4 0.7937 746.8333 2241 22405 26 158 56 B 4 0.6061 637.6667 1913 19130 31 152 44 B 4 0.7605 538.5000 1616 16155 32 146 45 B 4 0.7457 457.8333 1374 13735 33 165 70 B 4 0.7397 398.0000 1194 11940 35 162 65 B 4 0.6851 643.3333 1930 19300 38 175 77 B 4 0.4735 561.8333 1686 16855

56 102 17 B 4 0.4465 242.0000 726 7260

95 125 23 B 4 0.4879 465.8333 1398 13975

15 120 32 B 3 0.4926 288.6667 866 8660

30 120 20 B 4 0.4807 237.0000 711 7110

33 145 33 B 4 0.8194 302.3333 907 9070

(36)

26

13 145 41 B 4 0.8405 375.3333 1126 11260

60 140 38 B 3 0.5820 228.6667 686 6860

36 150 38 B 3 0.3989 277.3333 832 8320

38 155 33 B 3 0.5996 228.6667 686 6860

82 140 37 B 4 0.4669 258.6667 776 7760

89 150 38 B 4 0.4779 246.3333 739 7390

44 240 171 B 3 1.7686 419.6667 1259 12590 47 260 174 B 3 2.7501 580.3333 1741 17410 49 237 178 B 4 2.8024 457.6667 1373 13730 50 225 164 B 4 2.9644 582.3333 1747 17470 45 200 95 B 4 1.6237 501.6667 1505 15050

Keterangan : G = bobot gonad total V = volume pengenceran

X = jumlah telur yang ada dalam 1mL Lampiran 6 Sebaran Diameter Telur Ikan

N 19350

0.0750 0.1111 0.0751 0.0931 110 0.5684 0.1112 0.1473 0.1113 0.1293 541 2.7958 0.1474 0.1835 0.1475 0.1655 1343 6.9405 0.1836 0.2197 0.1837 0.2017 817 4.2222 0.2198 0.2559 0.2199 0.2379 5251 27.1369 0.2560 0.2921 0.2561 0.2741 3814 19.7105 0.2922 0.3283 0.2923 0.3103 3953 20.4289 0.3284 0.3645 0.3285 0.3465 1338 6.9147 0.3646 0.4007 0.3647 0.3827 1687 8.7183 0.4008 0.4369 0.4009 0.4189 167 0.8630 0.4370 0.4731 0.4371 0.4551 151 0.7803 0.4732 0.5093 0.4733 0.4913 161 0.8320

0.5094 0.5455 0.5095 0.5275 9 0.0465

0.5456 0.5817 0.5457 0.5637 7 0.0361

0.5818 0.6179 0.5819 0.5999 0 0

(37)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Rosilia Hervina, lahir di Bandung 21 Maret 1992, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari ibu bernama Yuyu Rusmanah dan ayah bernama Nirwan Tarigan. Penulis mulai mengikuti pendidikan di TK Al-Bisyaroh Cianjur dan lulus tahun 1998 dilanjutkan sekolah dasar di SDN Ibu Dewi 6 Cianjur lulus pada tahun 2004. Melanjutkan di SMPN 1 Cianjur lulus pada tahun 2007 dan dilanjutkan sekolah di SMAN 1 Cianjur lulus pada tahun 2010. Penulis lulus menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010 sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2 Ikan Kuniran (Upeneus moluccensis)
Tabel 1 Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956in Effendie 2002)
Gambar 3  Hasil tangkapan ikan kuniran (Upeneus moluccensis)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung dapat dilihat pada Tabel 7 yang menunjukkan bahwa ikan betina baik untuk ikan kembung lelaki maupun perempuan mengalami matang gonad

Berdasarkan informasi mengenai kondisi yang terjadi terhadap sumber daya ikan kuniran di PPP Labuan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ikan

Rekomendasi pengelolaan yang disarankan untuk biologi reproduksi ikan tongkol di perairan Selat Sunda sebagai bahan masukan dalam penetapan kebijakan bagi dinas

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola pertumbuhan dan reproduksi ikan kuniran yang mencakup faktor kondisi, rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks

Alternatif pengelolaan perikanan yang dapat diterapkan antara lain perbaikan dalam hal pencatatan data produksi dan nilai produksi untuk seluruh jenis sumber daya ikan

Alternatif pengelolaan perikanan yang dapat diterapkan antara lain perbaikan dalam hal pencatatan data produksi dan nilai produksi untuk seluruh jenis sumber daya ikan

Pengukuran data primer tersebut digunakan untuk menentukan hubungan panjang bobot ikan, rasio kelamin, frekuensi tingkat kematangan gonad, ukuran pertama kali

Pengujian nilai b yang diperoleh terhadap nilai 3 pada taraf selang kepercayaan 95% diketahui bahwa pola pertumbuhan ikan kuniran jantan adalah allometrik