• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Persepsi Masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Tentang Pelayanan Kesehatan Dengan Kunjungan Di RSU Parapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Persepsi Masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Tentang Pelayanan Kesehatan Dengan Kunjungan Di RSU Parapat"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

DENGAN KUNJUNGAN DI RSU PARAPAT

TESIS

Oleh

ERIKA N. GIRSANG 067013011/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

HUBUNGAN PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

DENGAN KUNJUNGAN DI RSU PARAPAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERIKA N. GIRSANG 067013011/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KUNJUNGAN DI RSU PARAPAT

Nama Mahasiswa : Erika N. Girsang Nomor Induk Mahasiswa : 067013011

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, MSi) (dr. Fauzi, SKM)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi)

(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 10 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, MSi Anggota : 1. dr. Fauzi, SKM

2. Dr. Muslich Lufti, Drs, MBA, IDS

(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

DENGAN KUNJUNGAN DI RSU PARAPAT

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis saya ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2009

(6)

ABSTRAK

Rumah Sakit Umum Parapat merupakan rumah sakit tipe D dengan kapasitas 33 tempat tidur. Berdasarkan data yang didapat dari bagian rekam medis RSU Parapat, jumlah kunjungan masyarakat ke rumah sakit ini sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai BOR, BTO, LOS dan TOI tahun 2005 sampai tahun 2007 yang masih jauh dari ideal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan persepsi masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon tentang pelayanan kesehatan (yang terdiri dari lokasi rumah sakit, fasilitas rumah sakit, perilaku perawat dan perilaku dokter) dengan kunjungan di RSU Parapat. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan analitik kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dan jumlah sampel sebanyak 75 responden, dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah uji chi square.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa ada dua variabel yang berhubungan dengan jumlah kunjungan masyarakat di RSU Parapat, yaitu persepsi masyarakat tentang lokasi rumah sakit (p = 0,001) dan persepsi masyarakat tentang fasilitas rumah sakit (p = 0,001), sedangkan perilaku perawat dan perilaku dokter tidak berhubungan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dianjurkan kepada pemerintah daerah Simalungun untuk mengupayakan RSU Parapat sebagai rumah sakit tipe C dan melengkapi standar peralatan, ruangan, obat-obatan dan tenaga rumah sakit. Juga diharapkan pemerintah daerah dapat melebarkan jalan ke rumah sakit untuk mempermudah keluar masuknya sarana transportasi dan membuka jalur transportasi umum.

(7)

ABSTRACT

Parapat General Hospital is a type D hospital with the capacity of 33 beds. Based on the data from Parapat General Hospital medical record, the number of people’s visit to Parapat General Hospital was very low, shown by the rates of BOR, BTO, LOS and TOI which, from 2005 to 2007, was still far from the ideal.

The purpose of this survey study quantitative analytical approach is to analyze the relationship between the Girsang Sipangan Bolon sub-district community’s perception concerning the health service ( including the location of the hospital, hospital facilities, nurses’ behavior, and doctors’ behavior ) with the number of visit to Parapat General Hospital. Population on this study is the people who lived in Girsang Sipangan Bolon sub-district and 75 persons of them were selected through the purposive sampling technique. The data obtained were analyzed through chi- square test.

Based on the result of this study, it can be concluded that there are two variables that related to the number of people’s visit to Parapat General Hospital such as community’s perception on the location of the hospital (p = 0,001) and community’s perception on the facilities owned by the hospital (p =0,001), meanwhile community’s perception on nurse’s behavior and doctor’s behavior were not related.

Based on the result of this study, it is suggested to District Government of Simalungun to strive for Parapat General Hospital as a type C hospital and to complete the standard of equipment, rooms, medicines and hospital human resources. It is also expected the government to widen the road to hospital to facilitate transportation and to open the public transportation.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang berjudul ”Hubungan Persepsi Masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon tentang Pelayanan Kesehatan dengan Kunjungan di RSU Parapat.”

Dalam proses penelitian dan dan penyusunan tesis ini penulis tidak terlepas dari bantuan, dukungan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku Anggota komisi Pembimbing yang juga telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak dr. Harlen Saragih, MARS, selaku mantan Direktur RSU Parapat dan Bapak dr. T. Damanik selaku Direktur RSU Parapat beserta seluruh staf dan Bapak dr. R. Simarmata selaku Kepala Puskesmas Parapat yang telah memberikan izin dan bantuan bagi penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

7. Bapak Camat Girsang Sipangan Bolon yang telah memberikan izin penelitian beserta masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon yang telah meluangkan waktu untuk menjadi responden

8. Bapak Bupati dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun serta Kepala Puskesmas Tapian Dolok yang telah mengizinkan penulis untuk menjalani tugas belajar serta memberikan dukungan moral selama menjalani masa pendidikan.

9. Teman-teman mahasiswa/i program studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Administrasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara angkatan 2006 dan juga drg. Eva Hutapea yang telah memberikan bantuan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

(10)

11.Kedua orangtua, mertua dan saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan moril dan materil selama menjalani masa pendidikan.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya yang telah banyak membantu penulis selama penyelesaian tesis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bertujuan untuk menyempurnakan tesis ini.

Mudah-mudahan tesis ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan bagi yang membacanya.

Medan, Juni 2009 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Erika Natalia Girsang dilahirkan di Medan, pada tanggal 27 Desember 1980, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ir. Batara Girsang, MM dan ibu Yualita Purba. Telah menikah dengan Dapot Sitanggang, ST dan sekarang menetap di Jl. Karya I no. 18, Medan.

Memulai pendidikan di TK Pembina Medan dari tahun 1986 sampai dengan 1987, melanjutkan sekolah di SD Methodist 1 Medan dari tahun 1987 sampai dengan 1993, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Methodist 1 Medan dari tahun 1993 sampai dengan 1996, melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Medan dari tahun 1996 sampai dengan 1999, kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan dari tahun 1999 sampai dengan 2005.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Permasalahan... 9

1.3Tujuan Penelitian... 10

1.4Hipotesis... 10

1.5Manfaat Penelitian... 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu... 12

2.2 Persepsi... 13

2.2.1 Proses Terjadinya Persepsi... 14

2.2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi... 15

2.3 Pelayanan Kesehatan... 16

2.3.1 Mutu Pelayanan Kesehatan... 17

2.4 Rumah Sakit... 21

2.5 Kunjungan ke Rumah Sakit... 24

2.6 Landasan Teori... 26

2.7 Kerangka Konsep Penelitian... 27

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 29

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi... 29

(13)

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Sumber Data... 31

3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas... 33

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian... 34

3.5.2 Variabel dan Definisi Operasional... 34

3.6 Metode Pengukuran... 36

3.7 Metode Analisis Data... 36

3.7.1 Analisis Univariat... 36

3.7.2 Analisis Bivariat... 37

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 38

4.2 Deskripsi Karakteristik Responden... 38

4.2.1 Umur... 39

4.2.2 Jenis Kelamin... 39

4.2.3 Pendidikan... 40

4.2.4 Pekerjaan... 40

4.2.5 Suku... 41

4.3 Distribusi Persepsi Responden... 41

4.3.1 Lokasi rumah sakit... 41

4.3.2 Fasilitas rumah sakit... 43

4.3.3 Perilaku perawat... 44

4.3.4 Perilaku dokter... 45

4.4 Kesediaan untuk berkunjung ke RSU Parapat... 47

4.5 Analisis Hubungan Antara Variabel Independen dengan variabel dependen... 48

4.5.1 Hubungan Antara Persepsi Masyarakat tentang Lokasi Rumah Sakit dengan Kesediaan melakukan kunjungan berobat ke rumah sakit... 48

4.5.2 Hubungan Antara Persepsi Masyarakat tentang Fasilitas Rumah Sakit dengan Kesediaan melakukan kunjungan berobat ke rumah sakit... 49

4.5.3 Hubungan Antara Persepsi Masyarakat tentang Perilaku Perawat dengan Kesediaan melakukan kunjungan berobat ke rumah sakit... 50

(14)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Hubungan antara persepsi masyarakat tentang lokasi rumah sakit dengan kunjungan di RSU Parapat... 52 5.2 Hubungan antara persepsi masyarakat tentang fasilitas rumah sakit dengan kunjungan di RSU Parapat... 53 5.3 Hubungan antara persepsi masyarakat tentang perilaku perawat di rumah sakit dengan kunjungan di RSU Parapat... 54 5.4 Hubungan antara persepsi masyarakat tentang perilaku dokter di rumah sakit dengan kunjungan di RSU Parapat... 56

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan... 58 6.2 Saran... 59

DAFTAR PUSTAKA... 60

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Tabel BOR, BTO,LOS dan TOI RSU Parapat Tahun 2005

s/d 2007... 6 1.2. Perbandingan jumlah pasien rawat jalan di RSU Parapat dan

Puskesmas Parapat tahun 2005 s/d 2007... 8 3.1. Jumlah responden di tiap kelurahan/nagori di Kecamatan Girsang

Sipangan Bolon... 31 3.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Pasien tentang Pelayanan

Kesehatan... 33 3.3. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Persepsi Pasien tentang Pelayanan

Kesehatan... 34 3.4. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen... 36 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kelurahan/Nagori

di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon tahun 2007... 38 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan

Girsang Sipangan Bolon... 39 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan

Girsang Sipangan Bolon... 39 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Girsang Sipangan Bolon... 40 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Girsang

Sipangan Bolon... 40 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Suku di Kecamatan Girsang

Sipangan Bolon... 41 4.7. Distribusi Persepsi Responden tentang Lokasi Rumah Sakit Umum

(16)

4.8. Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Responden terhadap Lokasi

Rumah Sakit Umum Parapat... 42 4.9. Distribusi Persepsi Responden tentang Fasilitas Rumah Sakit Umum

Parapat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon... 43 4.10. Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Responden terhadap Fasilitas

Rumah Sakit Umum Parapat... 44

4.11. Distribusi Persepsi Responden tentang Perilaku Perawat di Rumah

Sakit Umum Parapat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon... 45 4.12. Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Responden terhadap Perilaku

Perawat di Rumah Sakit Umum Parapat... 45 4.13. Distribusi Persepsi Responden tentang Perilaku Dokter di Rumah

Sakit Umum Parapat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon... 46 4.14. Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Responden terhadap Perilaku

Dokter di Rumah Sakit Umum Parapat... 47 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Kesediaan untuk Berkunjung

ke Rsu Parapat... 47 4.16. Analisis Bivariat Antara Persepsi Masyarakat tentang Lokasi Rumah

Sakit dengan Kesediaan Melakukan Kunjungan ke RSU Parapat... 49 4.17. Analisis Bivariat Antara Persepsi Masyarakat tentang Fasilitas Rumah

Sakit dengan Kesediaan Melakukan Kunjungan ke RSU Parapat... 50 4.18. Analisis Bivariat Antara Persepsi Masyarakat tentang Perilaku Perawat

Rumah Sakit dengan Kesediaan Melakukan Kunjungan ke RSU

Parapat... 50 4.19. Analisis Bivariat Antara Persepsi Masyarakat tentang Perilaku Dokter

Rumah Sakit dengan Kesediaan Melakukan Kunjungan ke RSU

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1.1. Grafik Barber-Johnson RSU Parapat Tahun 2005 s/d 2007... 7 2.1. Proses Keputusan Pembelian... 26

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Surat Permohonan Izin Penelitian... 63

2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian... 65

3. Kuesioner penelitian………... 66

4. Uji Validitas dan Reliabilitas... 68

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit pada hakikatnya adalah salah satu jenis industri jasa, dalam hal ini industri jasa kesehatan. Menurut American Hospital Association yang dikutip oleh Azwar (1996), rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

(20)

Masyarakat melihat pelayanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakannya dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit. Pelayanan kesehatan adalah segala upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Dimensi mutu yang berhubungan dengan kepuasan pasien akan mempengaruhi kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat. Definisi mutu pelayanan kesehatan banyak menjadi kajian para ahli. Menurut Tracendi dalam Aditama (2003), salah satu isu yang paling kompleks dalam dunia pelayanan kesehatan adalah penilaian mutu pelayanan. Ruang lingkupnya sangat luas, mulai dari kemungkinan derajat kesempurnaan (perfectability), teknik intervensi klinik, sampai pada peranannya dalam menurunkan angka mortalitas.

(21)

Berdasarkan pendapat Brown dalam Pohan (2003), dimensi mutu pelayanan kesehatan antara lain adalah sebagai berikut : kompetensi teknis, keterjangkauan atau akses, efektivitas, efisiensi, kesinambungan, keamanan, kenyamanan,informasi, ketepatan waktu dan hubungan antar manusia.

Berdasarkan ketentuan DEPKES yang dikutip oleh Djojodibroto (1997), indikator yang digunakan menilai efisiensi pelayanan rumah sakit, adalah :

1. BOR (Bed Occupancy Rate) merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR ini idealnya antara 60 – 85 %.

2. BTO (Bed Turn Over ) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

3. LOS (Length Of Stay) merupakan rata-rata lama rawatan seorang pasien. Indikator ini selain memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Nilai LOS yang ideal adalah 6 – 10 hari.

4. TOI (Turn Over Interval) adalah waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain. Nilai TOI yang ideal diusahakan lebih kecil dari 5 hari.

(22)

mutu pelayanan dan tingkat efisiensi pelayanan. Pelayanan kesehatan yang bermutu harus mempunyai paling sedikit tiga dimensi, yaitu :

1. Dimensi konsumen, yaitu pelayanan kesehatan itu memenuhi kebutuhan dan harapan pasien/konsumen, yang akan diukur dengan kepuasan pasien atau keluhan pasien.

2. Dimensi profesi, yaitu pelayanan kesehatan itu telah memenuhi kebutuhan pasien/konsumen yang telah ditentukan oleh profesi pelayanan kesehatan, dan akan diukur dengan menggunakan prosedur atau standar profesi, yang diyakini akan memberi hasil dan kemudian hasil itu dapat pula diamati.

3. Dimensi manajemen atau Dimensi proses, yaitu bagaimana proses pelayanan kesehatan itu menggunakan sumberdaya yang paling efisien dalam memenuhi

(23)

memilih makanan, sanitasi dan sebagainya. Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan.

Penelitian yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan pelayanan pengobatan oleh masyarakat telah banyak dilakukan, baik di Indonesia maupun di negara berkembang lainnya. Dari penelitian tersebut telah banyak dikemukakan faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap pemilihan pelayanan pengobatan / kesehatan tersebut.

Parapat merupakan salah satu daerah tujuan wisata, baik domestik maupun mancanegara. Untuk mengantisipasi masalah kesehatan yang timbul dari para turis maupun penduduk, maka pada tahun 1982 Gubernur Sumatera Utara mencanangkan pembangunan rumah sakit di Parapat, dan rumah sakit ini diresmikan pada tahun 1983. Rumah Sakit Umum Parapat merupakan rumah sakit tipe D dengan kapasitas 33 tempat tidur. Rumah sakit ini terletak di daerah wisata Parapat yang berada di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun. Selain itu, di lokasi yang sama juga ada Puskesmas Parapat. Secara geografi, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon berbatasan dengan Kecamatan Dolok Panribuan di sebelah utara, Kabupaten Toba Samosir di sebelah Selatan, Kabupaten Samosir di sebelah barat dan Kecamatan Hatonduhan di sebelah timur. Data kependudukan menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Girsang Sipangan Bolon pada tahun 2007 adalah sebanyak 14.102 jiwa dengan luas wilayah 120,38 km².

(24)

RSU Parapat berada kira-kira 1 km dari pusat Kota Parapat dan 500 m dari tepi jalan raya dengan posisi menanjak kira-kira 50 m. Sumber daya manusia di rumah sakit Parapat sebanyak 31 orang pada tahun 2005, termasuk 1 orang dokter spesialis bedah dan 1 dokter umum. Sedangkan pada tahun 2006 rumah sakit ini memiliki 3 orang dokter umum, namun tidak memiliki dokter spesialis bedah. Pada tahun 2007 rumah sakit Parapat memiliki 3 orang dokter umum dan 1 orang dokter gigi. Berdasarkan data yang didapat dari bagian rekam medis rumah sakit Parapat, pelayanan di rumah sakit ini belum efisien. Hal ini terlihat dari nilai BOR, BTO, LOS dan TOI yang masih jauh dari ideal, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini dan sebagaimana digambarkan dalam Grafik Barber-Johnson.

Tabel 1.1 Tabel BOR, BTO, LOS dan TOI RSU PARAPAT Tahun 2005 s/d 2007

(25)

Gambar 1.1 Grafik Barber Johnson RSU Parapat Tahun 2005 s/d 2007

Berdasarkan grafik Barber Johnson di atas dapat dilihat bahwa pelayanan rawat inap di RSU Parapat dari tahun 2005 sampai tahun 2007 masih sangat jauh dari efisien. Selain itu, penurunan juga terjadi pada jumlah pasien rawat jalan di RSU Parapat. Bila dibandingkan dengan jumlah kunjungan pasien rawat jalan di Puskesmas Parapat terdapat perbedaan yang mencolok, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :

Turn Over Interval (hari)

(26)

Tabel 1.2 Perbandingan Jumlah Pasien Rawat Jalan di RSU Parapat dan Puskesmas Parapat Tahun 2005 s/d 2007

TAHUN RSU PARAPAT PUSKESMAS PARAPAT

2005 2.495 orang 6.274 orang

2006 1.578 orang 6.943 orang

2007 1.337 orang 8.015 orang

Ada perbedaan yang sangat besar antara jumlah kunjungan di RSU Parapat dengan kunjungan di Puskesmas Parapat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lokasi rumah sakit yang lebih susah untuk dijangkau masyarakat.

Survei pendahuluan yang dilakukan pada 20 responden yang berada di kelurahan Parapat diperoleh informasi bahwa persepsi masyarakat tentang biaya berobat: tidak mahal (70 %), mahal (30%); lokasi rumah sakit : tidak baik (90%), baik (10%); fasilitas : baik (75%), tidak baik (25%); perilaku petugas : baik (60%), tidak baik (40%); perilaku dokter : baik (65%), tidak baik (35%). Dari 20 responden tersebut 45% di antaranya belum pernah berobat ke RSU Parapat.

(27)

variabel persepsi masyarakat kecamatan Girsang Sipangan Bolon tentang pelayanan kesehatan. Dari survei pendahuluan juga didapat keterangan dari responden, bahwa masyarakat lebih cenderung untuk berobat ke kota Siantar, dimana terdapat satu rumah sakit umum tipe B pendidikan dan dua rumah sakit swasta.

Rendahnya utilisasi (penggunaan) fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dan sebagainya, seringkali kesalahan atau penyebabnya dilemparkan kepada faktor jarak antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh (baik jarak secara fisik maupun secara sosial), tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya. Kita sering melupakan faktor persepsi atau konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit. Pada kenyataannya di dalam masyarakat terdapat beraneka ragam konsep sehat–sakit yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggara pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Hubungan antara persepsi masyarakat tentang pelayanan kesehatan dengan kunjungan di RSU Parapat perlu diketahui untuk mewujudkan agar pelayanan kesehatan berjalan secara optimal dengan jumlah kunjungan pasien yang meningkat.

1.2 Permasalahan

(28)

rumah sakit, perilaku perawat dan perilaku dokter) berhubungan dengan kunjungan di RSU Parapat.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui dan menganalisis hubungan antara persepsi masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon tentang pelayanan kesehatan (yang terdiri dari lokasi rumah sakit, fasilitas rumah sakit, perilaku perawat dan perilaku dokter) dengan kunjungan di RSU Parapat.

1.4 Hipotesis

Ada hubungan antara persepsi masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon tentang pelayanan kesehatan (lokasi rumah sakit, fasilitas rumah sakit, perilaku perawat, perilaku dokter) dengan kunjungan di RSU Parapat.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak antara lain :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi RSU Parapat untuk memperbaiki pelayanannya agar sesuai dengan harapan masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Sebagai bahan masukan bagi Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan

(29)
(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rifai (2005), tentang pengaruh persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan pengobatan di puskesmas Binjai kota tahun 2004 menyebutkan bahwa ruang lingkup persepsi masyarakat terhadap puskesmas adalah biaya, lokasi, fasilitas, perilaku petugas dan perilaku dokter. Juga dikatakan bahwa persepsi biaya berobat dan lokasi tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan pengobatan puskesmas Binjai kota.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2005), tentang pengaruh persepsi pasien tentang pelayanan terhadap kunjungan di unit rawat jalan rumah sakit Sri Pamela Tebing Tinggi menyebutkan bahwa pelayanan yang terdiri dari fasilitas, sumber daya manusia, tarif dan proses pelayanan di rumah sakit secara keseluruhan sangat berpengaruh terhadap persepsi pasien.

(31)

2.2 Persepsi

Menurut Krech yang dikutip oleh Thoha (1999), dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang komplek dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati objek yang sama.

Robbin (2003) mendefenisikan persepsi sebagai proses dimana sesorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna terhadap lingkungannya. Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.

Menurut Widayatun (1999), yang dimaksud dengan persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi serta meraba (kerja indra) di sekitar kita. William James mengatakan, persepsi adalah suatu pengalaman yang terbentuk berupa data-data yang didapat melalui indra, hasil pengolahan otak dan ingatan.

(32)

2.2.1 Proses terjadinya persepsi

Proses terjadinya persepsi adalah karena adanya objek/stimulus yang meransang untuk ditangkap oleh panca indra (objek tersebut menjadi perhatian pancaindra), kemudian stimulus/objek perhatian tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya ”kesan” atau jawaban (respon) adanya stimulus, kesan atau respon dibalikkan ke indra kembali berupa ”tanggapan” atau persepsi atau hasil kerja indra berupa pengalaman hasil pengolahan otak.

Menurut Thoha ada beberapa subproses dalam persepsi ini, dan yang dapat dipergunakan sebagai bukti bahwa sifat persepsi itu merupakan hal yang komplek dan interaktif. Subproses pertama yang dianggap penting ialah stimulus, atau situasi yang hadir. Mula terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan dengan situasi atau suatu stimulus.

Subproses selanjutnya adalah registrasi, interpretasi dan umpan balik (feed back). Dalam masa registrasi, suatu gejala yang nampak ialah mekanisme fisik yang

(33)

orang dengan orang lain. Disinilah letak sumber perbedaan pertama dari persepsi, dan itulah sebabnya mengapa interpretasi merupakan subproses yang penting. Subproses terakhir adalah umpan balik. Subproses ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Menurut Sunaryo (2004), ada 2 macam persepsi, yaitu :

1. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya ransang yang datang dari luar diri individu.

2. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya ransang yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.

2.2.2 Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, antara lain:

1. Psikologi : persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi.

2. Famili : pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya.

(34)

2.3 Pelayanan Kesehatan

Menurut Levey dan Loomba dalam Azwar (1995), yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan menurut Hodgetts dan Cascio dalam Azwar (1995), terbagi dua , yaitu:

1. Pelayanan kedokteran, pelayanan kesehatan yang termasuk didalamnya ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution), tujuan

utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan yang termasuk didalamnya ditandai denga cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.

Syarat pokok pelayanan kesehatan :

(35)

2. Dapat diterima dan wajar, artinya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut tidak bertentangan dengan keyakianan dan kepercayaan masyarakat.

3. Mudah dicapai, pengertian ketercapaian yang dimaksudkan disini terutama dari sudut lokasi.

4. Mudah dijangkau, pengertian keterjangkauan yang dimaksudkan disini terutama dari sudut biaya.

5. Bermutu, pengertian mutu yang dimaksudkan disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Menurut Notoatmodjo (2007), ada dua kategori pelayanan kesehatan, yaitu

1. Kategori yang berorientasi pada publik (masyarakat), diarahkan langsung ke arah publik daripada ke arah individu-individu yang khusus terdiri dari sanitasi, imunisasi, kebersihan air dan perlindungan kualitas udara

2. Kategori yang berorientasi pada perorangan (pribadi), diarahkan langsung ke arah individu.

2.3.1 Mutu pelayanan kesehatan

(36)

sering disampaikan dengan cara yang berbeda dengan yang dipersepsikan oleh konsumen. Menurut Parasuraman dalam Umar (2005), perbedaan cara penyampaian dari apa yang dipersepsikan konsumen itu mencakup lima gap (perbedaan), yaitu :

1. Gap-1 : Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. Gap ini muncul sebagai akibat dari ketidaktahuan manajemen tentang kualitas jasa macam apa yang sebenarnya diharapkan konsumen. Akibatnya, desain dan standar jasa yang disampaikan menjadi tidak laik, sehingga perusahaan tidak dapat memperlihatkan unjukkerja seperti yang dijanjikan pada konsumen. 2. Gap-2 : Gap antara persepsi manajemen tentang harapan konsumen dan

spesifikasi kualitas jasa. Gap ini muncul karena para manajer menetapkan spesifikasi kualitas jasa berdasarkan pada apa yang mereka percayai sebagai yang diinginkan konsumen.

3. Gap-3 : Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan jasa yang disajikan. Gap ini mengindikasikan perlunya ditetapkan desain dan standar jasa yang berorientasi kepada konsumen yang dibangun berdasarkan kepada keperluan pokok konsumen yang mudah dipahami oleh konsumen dan diukur oleh konsumen. Standar-standar itu terdiri dari standar-standar operasi yang ditetapkan sesuai dengan harapan dan prioritas konsumen, tidak dari sudut kepentingan perusahaan seperti efisiensi dan efektivitas.

(37)

akan diterima konsumen, akan tetapi juga akan meningkatkan persepsi tentang jasa yang akan disampaikan kepada mereka. Kegagalan dalam memenuhi jasa yang dijanjikan dengan faktanya akan memperlebar gap ini.

5. Gap-5 : Gap antara jasa yang diharapkan dan jasa aktual yang diterima konsumen. Gap ini mencerminkan perbedaan antara unjukkerja aktual yang diterima konsumen dan unjukkerja yang diharapkan.

Pelayanan kesehatan memiliki banyak syarat yang harus dipenuhi agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal pokok yaitu : tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accessible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient) serta bermutu (quality). Menurut Tabish dalam Aditama (2003), pelayanan kesehatan yang bermutu berarti memberikan suatu produk yang benar-benar memberi pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan individu dan masyarakat.

Menurut Tjiptono (2004) yang mengutip pendapat Kotler, kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan.

(38)

untuk memenuhi keinginan pelanggan. Menurut Parasuraman (dalam Tjiptono, 2005) terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang di persepsikan (perceived service). Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya, jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian, baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.

Parasuraman dalam Tjiptono (2005) mengidentifikasikan sepuluh dimensi pokok kualitas jasa yang merangkumnya menjadi lima dimensi kualitas jasa (sesuai ururtan derajat kepentingan relatifnya) yang disebut ”SERVQUAL”, yaitu :

1. Reliabilitas (reliability), yaitu kemampuan memberikan layanan yang diberikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

2. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap.

(39)

4. Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan

5. Bukti fisik(tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.

2.4 Rumah Sakit

Konsep rumah sakit telah bermula sejak zaman Arab kuno dulu, juga pada rumah sakit dalam sejarah Islam, rumah sakit Budha di India, dan semacam rumah sakit di Israel dimana dokter yang ada juga bertindak sebagai pendeta dan pemaham kekuatan magis (Aditama, 2002).

Menurut Wolper dan Pena (1987) dalam Azwar (1996), rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Menurut Association of Hospital Care, rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan.

(40)

1. Rumah sakit pemerintah

Rumah sakit pemerintah yang dimaksudkan disini dapat dibedakan atas 3 macam,yakni :

a. Pemerintah pusat, terdiri dari :

1. Departemen kesehatan : beberapa rumah sakit langsung dikelola oleh departemen kesehatan.

2. Departemen lain : beberapa departemen lainnya seperti Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Pertambangan serta Departemen Perhubungan juga mengelola rumah sakit sendiri. Peranan departemen kesehatan disini adalah merumuskan kebijakan pokok bidang kesehatan saja, yang harus dipakai sebagai landasan dalam melaksanakan setiap upaya kesehatan.

b. Pemerintah daerah.

Sesuai dengan Undang-Undang Pokok Pemerintah Daerah No. 5 Tahun 1974, maka rumah sakit-rumah sakit yang berada di daerah dikelola oleh pemerintah daerah

(41)

i. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan subspesialistik luas.

ii. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas. Rumah sakit umum kelas B dibedakan dalam dua jenis berdasarkan adanya fungsi sebagai tempat pendidikan tenaga medis oleh fakultas kedokteran, yaitu rumah sakit umum pendidikan dan rumah sakit umum nonpendidikan.

iii. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.

iv. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar.

2. Rumah sakit swasta

Sesuai dengan Undang-undang Kesehatan No.23 tahun 1992, beberapa rumah sakit yang ada di Indonesia juga dikelola oleh pihak swasta. Undang-undang Pokok Kesehatan dan juga sistem Kesehatan Nasional memang mengakui adanya peranan pihak swasta.

(42)

bukan berarti mereka harus mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern, tetapi juga ke fasilitas pengobatan tradisional. Itulah sebabnya maka rendahnya penggunaan fasilitas pengobatan modern dapat disebabkan oleh persepsi masyarakat tentang sakit yang berbeda dengan konsep provider. Persepsi masyarakat tentang sakit yang notabene merupakan konsep sehat-sakit masyarakat berbeda pada tiap kelompok masyarakat. Konsep kelompok masyarakat yang satu berbeda dengan konsep sehat-sakitnya kelompok lain (Notoatmodjo, 2007)

2.5Kunjungan ke rumah sakit

Kunjungan masyarakat ke rumah sakit merupakan keputusan masyarakat untuk membeli/memakai jasa dari rumah sakit. Minat beli konsumen merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.

Menurut Engel dalam Mangkunegara (2002), perilaku konsumen didefenisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.

(43)

psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi dan proses belajar, kepercayaan dan sikap. (Umar, 2005)

Menurut Widayatun, pembentukan sikap dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap seseorang sangat ditentukan oleh :

1. Kepribadian 2. Inteligensia 3. Minat

Perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan pembelian, yang terdiri atas lima tahap, yaitu :

1. Identifikasi kebutuhan, dimana konsumen merasakan adanya perbedaan antara kondisi aktual dan kondisi yang diharapkan

2. Bila kebutuhan telah teridentifikasi, konsumen kemudian mulai mencari informasi mengenai berbagai macam alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Dalam tahap evaluasi, konsumen memproses informasi untuk mengevaluasi berbagai alternatif merek, mengidentifikasi merek yang paling disukai, dan membentuk minat beli.

4. Biasanya konsumen akan membeli merek yang paling disukainya, namun tindakan pembelian tidak selalu sama dengan yang direncanakan. Setidaknya ada dua intervening factors yang berpengaruh signifikan, yaitu sikap orang lain yang

(44)

5. Setelah menggunakan produk/jasa, konsumen akan merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Kepuasan konsumen tergantung kepada perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dan persepsi terhadap kinerja produk/jasa. (Oliver dalam Tjiptono, 2005)

Proses keputusan pembelian dapat digambarkan sebagai berikut :

G

Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian Sumber : Tjiptono (2005)

2.6 Landasan Teori

Menurut Levey dan Loomba (1973) dalam Azwar (1995), yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

Pelayanan kesehatan memiliki banyak syarat yang harus dipenuhi agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal pokok yaitu : tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accessible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient) serta bermutu (quality) (Azwar,1995). Menurut Tabish dalam Aditama (2003), pelayanan kesehatan yang

(45)

bermutu berarti memberikan suatu produk yang benar-benar memberi pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan individu dan masyarakat.

Penelitian Rifai (2005) menyebutkan bahwa persepsi perilaku dokter, perilaku petugas dan fasilitas puskesmas berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan pengobatan puskesmas Binjai kota, sedangkan biaya berobat dan lokasi puskesmas tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan pengobatan.

2.7Kerangka Konsep Penelitian

Variabel persepsi masyarakat tentang pelayanan kesehatan (yang terdiri dari lokasi, fasilitas, perilaku perawat dan perilaku dokter) diambil berdasarkan penelitian Rifai (2005) yang melakukan penelitian di Puskesmas Binjai Kota dengan variabel persepsi masyarakat tentang puskesmas terdiri dari biaya berobat, lokasi, fasilitas , perilaku petugas dan perilaku dokter. Dari hasil penelitian Rifai, ternyata biaya berobat dan lokasi puskesmas tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan pengobatan Puskesmas Binjai Kota.

(46)

Alur penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini : Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Sumber : Rifai (2005)

Berdasarkan kerangka konsep dapat dijelaskan defenisi konsep sebagai berikut : persepsi masyarakat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon terhadap pelayanan kesehatan di RSU Parapat terdiri dari lokasi rumah sakit, fasilitas rumah sakit, serta perilaku perawat dan perilaku dokter. Secara teoritis hal ini semua berpengaruh terhadap kunjungan di rumah sakit. Bila persepsi masyarakat baik terhadap RSU Parapat, maka diharapkan akan banyak masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di RSU Parapat.

Persepsi masyarakat tentang pelayanan kesehatan

• lokasi

• fasilitas

• perilaku perawat

• perilaku dokter

(47)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan analitik kuantitatif untuk mengetahui hubungan antara persepsi masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon tentang pelayanan kesehatan dengan kunjungan di RSU Parapat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun pada bulan Januari 2009.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Data tahun 2007 menunjukkan jumlah penduduk di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon sebanyak 14.102 jiwa.

3.3.2 Sampel

(48)

Besar sampel ditentukan dengan rumus : p x q N - n

d = Z x n x N-1

Keterangan :

d = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan (0,05) Z = standar deviasi normal (1,95)

p = proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi (0,05) q = 1,0-p

N = besar populasi n = besar sampel

0,0475 14102-n 0,05 = 1,95 x n x 14102-1

n = 71, 8 dibulatkan menjadi 75 responden.

Kecamatan Girsang Sipangan Bolon terdiri dari tiga kelurahan dan dua nagori. Penentuan jumlah sampel pada tiap kelurahan/nagori dilakukan dengan cara proporsional sampling, dengan rumus :

populasi

(49)

Maka jumlah sampel pada masing-masing kelurahan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Jumlah responden di tiap kelurahan / nagori di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

No Kelurahan / Nagori Perhitungan Jumlah sampel

1. Sipangan Bolon 1.959/14.102 x 75 10

2. Girsang 2.091/14.102 x 75 12

3. Parapat 6.105/14.102 x 75 32

4. Tiga Raja 1.988/14.102 x 75 11

5. Sibaganding 1.959/14.102 x 75 10

Total Sampel 75

Sumber : BPS Kab. Simalungun (2008)

Penentuan sampel pada tiap kelurahan/nagori menggunakan teknik purposive sampling, yaitu terbatas pada responden atau keluarganya yang sudah pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan di RSU Parapat dan berusia > 15 tahun.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Sumber data

Dalam penelitian ini digunakan 2 sumber data, yaitu :

(50)

2. Data Sekunder, diperoleh dari RSU Parapat, Puskesmas Parapat dan kantor kecamatan Girsang Sipangan Bolon.

3.4.2 Uji validitas dan reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas merupakan uji kualitas data terhadap penggunaan instrumen penelitian. Uji tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari instrumen yang digunakan

1. Validitas, yaitu dengan melihat hasil pada kolom Corrected Item-Total Correlation, dengan analisa keputusan :

(51)

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Pasien tentang Pelayanan Kesehatan

Variabel Butir Pertanyaan R Tabel R Hitung Keterangan

Lokasi 1 0,423 0,5710 Valid

Sumber : Uji validitas kuesioner (2009)

2. Reliabilitas, yaitu dengan melihat hasil pada Cronbach Alpha, dengan kriteria keputusan :

(52)

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Persepsi Pasien tentang Pelayanan Kesehatan

Variabel R Tabel R Hitung Keterangan

Lokasi 0,6 0,7771 Reliable

Fasilitas 0,6 0,8259 Reliable

Perilaku perawat 0,6 0,8084 Reliable

Perilaku dokter 0,6 0,8428 Reliable

Sumber : Uji reliabilitas kuesioner (2009)

3.5Variabel dan Defenisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel Dependen (Y) : kunjungan di rumah sakit

Variabel Independen (X) : Faktor persepsi masyarakat terhadap rumah sakit yang dideskripsikan atas : Lokasi (X1)

Fasilitas (X2) Perilaku perawat (X3)

Perilaku dokter (X4)

3.5.2 Definisi Operasional

Lokasi (X1) : penilaian atau pandangan masyarakat tentang letak rumah sakit yang dapat dijangkau masyarakat dilihat dari jarak, kemudahan transportasi dan waktu tempuhnya, terdiri dari :

(53)

b. Waktu tempuh dari tempat tinggal responden ke rumah sakit dikatakan singkat bila < 5 menit (Fone, Christie & Lester, 2006)

c. Biaya transportasi ke rumah sakit dikatakan murah bila ≤ Rp.2.500,- (Organda Siantar-Simalungun, 2008)

Fasilitas (X2) : penilaian atau pandangan masyarakat tentang keadaan sarana atau alat-alat bantu yang sangat diperlukan, termasuk kebersihan pada kegiatan medis yang mempengaruhi pemberian pelayanan pada masyarakat menyangkut ruangan, laboratorium, obat, apotik dan alat-alat kedokteran yang sesuai dengan standar peralatan rumah sakit kelas D (Rifai, 2005).

Perilaku perawat (X3) : penilaian atau pandangan masyarakat tentang tanggapan atau reaksi petugas yang terwujud dengan sikap atau perbuatannya terhadap pasien menyangkut keramahan, perhatian dan kesopanan serta sikap yang tidak membedakan pasien (Rifai,2005)

Perilaku dokter (X4) : penilaian atau pandangan masyarakat tentang tanggapan atau reaksi dokter yang terwujud dengan sikap atau perbuatannya terhadap pasien menyangkut keramahan dokter atau kedekatan dokter dengan pasien dan kehadiran dokter di rumah sakit (Rifai, 2005)

(54)

3.6 Metode Pengukuran

Variabel independen menggunakan skala interval yang terdiri dari 4 kategori, yaitu : sangat buruk (nilai 1), buruk (nilai 2), baik (nilai 3), sangat baik (nilai 4). Pengukuran variabel dependen mengguanakan skala nominal yang terdiri dari 2 kategori, yaitu 1. tidak, 2. ya.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4 Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen

Variabel Indikator Kategori Skor Skala Ukur

Lokasi (X1) 5 1. Sangat buruk

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

(55)

3.7.2 Analisis Bivariat

(56)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi penelitian

Rumah sakit umum Parapat merupakan rumah sakit umum tipe D yang berada di Parapat, tepatnya di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Kecamatan ini terdiri dari tiga kelurahan dan dua nagori. Rsu Parapat berada di Kelurahan Parapat, berada kira-kira 1 km dari pusat kota Parapat dan 500 m dari tepi jalan raya dengan posisi menanjak kira-kira 50 m. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon memiliki luas wilayah 120,38 km² dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 adalah sebanyak 14.102 jiwa. Distribusi frekuensi penduduk kecamatan ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kelurahan/Nagori di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Tahun 2007

No Kelurahan / Nagori Jumlah Penduduk Persentase

1 Sipangan Bolon 1.959 13,89

2 Girsang 2.091 14,83

3 Parapat 6.105 43,29

4 Tiga Raja 1.988 14,10

5 Sibaganding 1.959 13,89

Total 14.102 100

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun (2008)

4.2 Deskripsi Karakteristik Responden

(57)

4.2.1 Umur

Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa pengelompokan umur responden berdasarkan umur paling tinggi dan paling rendah dari seluruh data umur responden menunjukkan bahwa persentase terbesar umur responden berada pada kelompok umur 42 – 63 tahun sebanyak 50 responden (66,67%).

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan kelompok Umur di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

No Kelompok Umur Jumlah Persen

1 20 - 41 tahun 21 28

2 42 – 63 tahun 50 66,67

3 64 – 85 tahun 4 5,33

Jumlah 75 100,00

Sumber : Hasil pengolahan data penelitian (2009)

4.2.2 Jenis Kelamin

Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa responden penelitian berjenis kelamin perempuan sebanyak 42 responden (56%) dan laki-laki sebanyak 33 responden(44%).

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

No Jenis Kelamin Jumlah Persen

1 Laki-laki 33 44

2 Perempuan 42 56

Jumlah 75 100

(58)

4.2.3 Pendidikan

Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA, yaitu sebanyak 34 responden (45,33%) dan yang paling sedikit adalah S1, yaitu sebanyak 4 responden (5,33%).

Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat pendidikan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen

1 SMA 34 45,33

Sumber : Hasil pengolahan data penelitian (2009)

4.2.4 Pekerjaan

Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa pekerjaan responden yang paling banyak adalah wiraswasta dan petani yaitu sebanyak 24 responden (32%) dan yang paling sedikit adalah tidak mempunyai pekerjaan, yaitu sebanyak 5 responden (6,67%).

Tabel 4.5 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

No Pekerjaan Jumlah Persen

1 Wiraswasta 24 32

(59)

4.2.5 Suku

Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa suku responden yang paling banyak adalah suku Batak, yaitu sebanyak 70 responden (93,34%) dan yang paling sedikit adalah suku Nias, Padang dan Cina sebanyak 1 responden (1,33%).

Tabel 4.6 Distribusi Responden berdasarkan Suku di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

No Suku Jumlah Persen

1 Batak 70 93,34

2 Jawa 2 2,67

3 Nias 1 1,33

4 Padang 1 1,33

5 Cina 1 1,33

Jumlah 75 100

Sumber : Hasil pengolahan data penelitian (2009)

4.3 Distribusi Persepsi Responden

Distribusi responden berdasarkan persepsinya tentang pelayanan kesehatan yang terdiri dari lokasi rumah sakit, fasilitas rumah sakit, perilaku perawat dan perilaku dokter.

4.3.1 Lokasi rumah sakit

(60)

sangat buruk dan 70,7 % responden menyatakan bahwa biaya transportasi ke rumah sakit sangat buruk.

Tabel 4.7 Distribusi Persepsi Responden tentang Lokasi Rumah Sakit Umum Parapat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dari 75 responden yang diwawancarai diketahui bahwa 49,3 % responden memiliki persepsi buruk terhadap lokasi rumah sakit umum Parapat, 38,7 % memiliki persepsi sangat buruk dan hanya 12 % yang memiliki persepsi baik.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Responden Terhadap Lokasi Rumah Sakit Umum Parapat

Persepsi F Persen

(61)

4.3.2 Fasilitas Rumah Sakit Umum Parapat

Pada tabel 4.9 terlihat bahwa 64 % responden menyatakan bahwa peralatan di RSU Parapat sangat buruk, 49,3 % menyatakan bahwa laboratorium di rumah sakit tersebut buruk, 72 % responden menyatakan bahwa kebersihan kamar rawat inap baik dan 62,7 % responden menyatakan kamar rawat inap tertata dengan baik serta 52 % menyatakan memiliki penerangan dan ventilasi yang baik. Kebersihan kamar mandi di RSU Parapat dinyatakan buruk oleh 48% responden. Sementara itu, 46,7 % responden menyatakan ketersediaan obat di apotik rumah sakit sangat buruk dan 48% responden menyatakan bahwa rumah sakit menyediakan makanan pasien dengan baik.

Tabel 4.9 Distribusi Persepsi Responden tentang Fasilitas Rumah Sakit Umum Parapat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

Sangat buruk Buruk Baik Total

Fasilitas rumah

sakit F % F % F % F %

Peralatan 48 64 20 26,7 7 9,3 75 100

(62)

Pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa dari 75 responden yang diwawancarai 50,7 % responden memiliki persepsi yang buruk terhadap fasilitas di RSU Parapat, 36% memiliki persepsi yang sangat buruk dan 13,3% memiliki persepsi baik.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Responden Terhadap Fasilitas Rumah Sakit Umum Parapat

Persepsi F Persen

Sangat Buruk 27 36

Buruk 38 50,7

Baik 10 13,3

Jumlah 75 100

4.3.3 Perilaku Perawat

(63)

Tabel 4.11 Distribusi Persepsi Responden tentang Perilaku Perawat di Rumah

Pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa dari 75 responden yang diwawancarai, 37,3% responden memiliki persepsi yang baik terhadap perilaku perawat juga 37,3% responden memiliki persepsi yang buruk dan sebesar 25,3% memiliki persepsi yang sangat buruk.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Responden Terhadap Perilaku Perawat di Rumah Sakit Umum Parapat

Persepsi F Persen

Sangat Buruk 19 25,3

Buruk 28 37,3

Baik 28 37,3

Jumlah 75 100

4.3.4 Perilaku Dokter

(64)

kemudahan dokter untuk dihubungi bila dibutuhkan juga baik. Kecepatan dokter dalam bekerja dinyatakan baik oleh 54,7 % responden, sementara itu 49,3 % responden menyatakan kehati-hatian dokter dalam bekerja dan tanggapannya terhadap keluhan pasien adalah baik.

Tabel 4.13 Distribusi Persepsi Responden tentang Perilaku Dokter di Rumah Sakit Umum Parapat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

Sangat buruk Buruk Baik Total

(65)

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Responden Terhadap Perilaku Dokter di Rumah Sakit Umum Parapat

Persepsi F Persen

Sangat Buruk 19 25,3

Buruk 27 36

Baik 29 38,7

Jumlah 75 100

4.4 Kesediaan untuk berkunjung ke RSU Parapat

Pada Tabel 4.15 terlihat, bahwa dari 75 responden yang diwawancarai, 81,3 % responden menyatakan tidak datang ke RSU Parapat setiap kali responden/anggota keluarganya sakit. Hanya 18,7 % responden yang menyatakan bahwa responden/anggota keluarganya berobat ke RSU Parapat setiap kali sakit.

Tabel 4.15 Distribusi Responden berdasarkan Kesediaan untuk Berkunjung Ke RSU Parapat

Kesediaan untuk berkunjung ke RSU Parapat F Persen

Tidak 61 81,3

Ya 14 18,7

Jumlah 75 100

(66)

4.5 Analisis Hubungan Antara Variabel Independen Dengan Variabel Dependen

Dalam penelitian ini, hasil analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (Lokasi RS, fasilitas, perilaku perawat dan perilaku dokter) terhadap variabel dependen (kesediaan masyarakat untuk melakukan kunjungan berobat ke RS) dengan uji Chi Square.

Suatu variabel independent dinyatakan mempunyai hubungan jika hasil uji statistiknya memperoleh nilai p value < 0,05.

4.5.1 Hubungan Antara Persepsi Masyarakat Tentang Lokasi Rumah Sakit dengan Kesediaan melakukan kunjungan berobat ke Rumah sakit

Tabel 4.16. menunjukkan hubungan antara persepsi masyarakat tentang lokasi RS dengan kesediaan melakukan kunjungan berobat ke Rumah Sakit. Dengan p value 0,001 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi masyarakat tentang lokasi RS dengan kesediaan melakukan kunjungan berobat ke rumah sakit.

(67)

Tabel 4.16 Analisis Bivariat Antara Persepsi Masyarakat Tentang Lokasi Rumah Sakit dengan Kesediaan Melakukan Kunjungan ke RSU Parapat

4.5.2 Hubungan Antara Persepsi Masyarakat Tentang Fasilitas Rumah Sakit dengan Kesediaan melakukan kunjungan berobat ke Rumah Sakit

Tabel 4.17. menunjukkan hubungan antara persepsi masyarakat tentang fasilitas RS dengan kesediaan melakukan kunjungan berobat ke Rumah Sakit. Dengan p value 0,001 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi masyarakat tentang fasilitas rumah sakit dengan kesediaan melakukan kunjungan berobat ke rumah sakit.

Dari 14 responden yang menyatakan akan berobat ke RSU Parapat jika responden/keluarganya sakit, 57,1 % memiliki persepsi yang baik tentang fasilitas rumah sakit. Dari 61 responden yang menyatakan tidak bersedia berobat ke RSU Parapat, 59 % memiliki persepsi yang buruk tentang fasilitas rumah sakit.

.

Kunjungan

Jumlah

Persepsi

Lokasi

Ya Tidak N %

Sig.

Sangat buruk 4 (28,6%) 25 (41%) 29 38,7 Buruk 3 (21,4%) 34 (55,7%) 37 49,3

Baik 7 (50%) 2(21,4%) 9 12

Jumlah 14 (100%) 61 (100%) 75 100

(68)

Tabel 4.17 Analisis Bivariat Antara Persepsi Masyarakat Tentang Fasilitas

4.5.3 Hubungan Antara Persepsi Masyarakat Tentang Perilaku Perawat Rumah Sakit dengan Kesediaan melakukan kunjungan berobat ke Rumah Sakit

Tabel 4.18 menunjukkan hubungan antara persepsi masyarakat tentang perilaku perawat dengan kesediaan melakukan kunjungan berobat ke rumah sakit. Dengan p value 0,372 (p >0,05) menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang perilaku perawat dengan kesediaan melakukan kunjungan berobat ke rumah sakit. Dari 14 responden yang berkeinginan berkunjung, 50% mempunyai persepsi yang baik tentang perilaku perawat.

(69)

Jumlah 14 (100%) 61 (100%) 75 100

4.5.4 Hubungan Antara Persepsi Masyarakat Tentang Perilaku Dokter Rumah Sakit dengan Kesediaan melakukan kunjungan berobat ke Rumah sakit

Tabel 4.19 menunjukkan hubungan antara persepsi masyarakat tentang perilaku dokter dengan kesediaan melakukan kunjungan berobat ke rumah sakit. Dengan p value 0,061 (p >0,05) menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang perilaku dokter dengan kesediaan melakukan kunjungan berobat ke rumah sakit. Dari 14 responden yang bersedia melakukan kunjungan berobat ke rumah sakit jika responden/keluarganya sakit 50 % mempunyai persepsi yang sangat buruk tentang perilaku dokter.

Tabel 4.19 Analisis Bivariat Antara Persepsi Masyarakat Tentang Perilaku Dokter Rumah Sakit dengan Kesediaan Melakukan Kunjungan ke RSU Parapat

Kunjungan

Jumlah

Persepsi Perilaku

Dokter

Ya Tidak N %

Sig.

Sangat buruk 7 (50%) 12 (19,7%) 19 25,3 Buruk 3 (21,4%) 24 (39,3%) 27 36

Baik 4 (28,6%) 25 (41%) 29 38,3

Jumlah 14(100%) 61 (100%) 75 100

(70)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh persepsi masyarakat tentang lokasi rumah sakit terhadap kunjungan di RSU Parapat

Sebanyak 49,3 % masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon memiliki persepsi yang buruk terhadap lokasi RSU Parapat dan 38,7 % masyarakat memiliki persepsi sangat buruk. Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang lokasi rumah sakit dengan kunjungan di rumah sakit dengan p value 0,001. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh lokasi rumah sakit yang menanjak kira-kira 50 m dari jalan raya, sehingga menyulitkan masyarakat yang akan berobat ke rumah sakit tersebut, dimana 58,7 % masyarakat menyatakan bahwa kondisi jalan ke rumah sakit sangat buruk. Juga karena tidak ada angkutan umum yang rutenya melewati rumah sakit sehingga masyarakat harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk ke rumah sakit, dimana 65,3 % responden menyatakan bahwa sarana transportasi kerumah sakit sangat buruk dan 70,7 % responden menyatakan bahwa biaya transportasi ke rumah sakit sangat buruk.

Berdasarkan pernyataan 14 responden yang akan berobat ke RSU Parapat jika responden/keluarganya sakit, 50% memiliki persepsi yang baik tentang lokasi rumah sakit. Dari 61 responden yang menyatakan tidak bersedia berobat ke RSU Parapat, 55,7% memiliki persepsi yang buruk tentang lokasi rumah sakit.

(71)

dari dimensi mutu pelayanan kesehatan. Keterjangkauan atau akses artinya pelayanan itu harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa. Akses geografis diukur dengan jarak, lama perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk mendapat pelayanan kesehatan. (Pohan, 2003) Pelayanan kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari daerah tempat tinggal tentu tidak mudah dicapai. (Azwar, 1996)

Menurut Tarigan dalam Danitama (2008), salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

5.2 Pengaruh persepsi masyarakat tentang fasilitas rumah sakit terhadap kunjungan di RSU Parapat

(72)

fasilitas di RSU Parapat adalah buruk (50,7 % responden).

Dari 14 responden yang menyatakan akan berobat ke RSU Parapat jika responden/keluarganya sakit, 57,1 % memiliki persepsi yang baik tentang fasilitas rumah sakit. Dari 61 responden yang menyatakan tidak bersedia berobat ke RSU Parapat, 59 % memiliki persepsi yang buruk tentang fasilitas rumah sakit.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Simbolon (2005), bahwa fasilitas rumah sakit memiliki pengaruh terhadap persepsi pasien keluarga miskin di RSU dr. Pirngadi Medan dan juga hasil penelitian Ayu (2005) yang menyatakan bahwa fasilitas rumah sakit berpengaruh terhadap persepsi pasien di rumah sakit Sri Pamela Tebing Tinggi.

Menurut Sorkin yang dikutip oleh Hasibuan (2008), salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kemampuan institusi menciptakan keragaman pelayanan, peralatan dan teknologi canggih.

5.3 Pengaruh persepsi masyarakat tentang perilaku perawat di rumah sakit terhadap kunjungan di RSU Parapat

(73)

perawat dinyatakan baik oleh 40 % responden serta 61,3 % responden menyatakan bahwa perawat memantau pasien yang dirawat dengan sangat buruk. Dari 14 responden yang berkeinginan berkunjung, 50% mempunyai persepsi yang baik tentang perilaku perawat.

Persepsi masyarakat tentang perilaku perawat tidak berpengaruh terhadap kunjungan di RSU Parapat disebabkan karena masyarakat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon pada umumnya saling mengenal dengan perawat yang bekerja di rumah sakit dan memiliki hubungan yang baik.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Rifai (2005) yang menyatakan bahwa ada pengaruh perilaku petugas terhadap pemanfaatan pelayanan pengobatan di Puskesmas Binjai Kota.

Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Profesi keperawatan merupakan salah satu profesi luhur bidang kesehatan. Pengertian pelayanan keperawatan sesuai WHO Expert Committee on Nursing (1982) adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni melayani / merawat (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiataan klinik, komunikasi dan ilmu sosial. (Aditama, 2006)

(74)

petugas dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita pasien.

5.4 Pengaruh persepsi masyarakat tentang perilaku dokter di rumahsakit terhadap kunjungan di RSU Parapat

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang perilaku dokter di rumah sakit dengan kunjungan di RSU Parapat. Dalam hal ini 45,3 % responden menyatakan keberadaan dokter di rumah sakit pada jam kerja adalah baik dan 50,7 % responden menyatakan kemudahan dokter untuk dihubungi bila dibutuhkan juga baik. Kecepatan dokter dalam bekerja dinyatakan baik oleh 54,7 % responden, sementara itu 49,3 % responden menyatakan kehati-hatian dokter dalam bekerja dan tanggapannya terhadap keluhan pasien adalah baik. Dari 14 responden yang bersedia melakukan kunjungan berobat ke rumah sakit jika responden/keluarganya sakit, 50 % mempunyai persepsi yang sangat buruk tentang perilaku dokter.

Persepsi masyarakat tentang perilaku dokter tidak berpengaruh terhadap kunjungan di RSU Parapat kemungkinan disebabkan dokter selalu berada di tempat dan mudah dihubungi karena dokternya bertempat tinggal di sebelah rumah sakit.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Rifai (2005), yang menyatakan bahwa ada pengaruh bermakna antara perilaku dokter dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan di Puskesmas Binjai Kota.

(75)

diakui memiliki peran sentral dalam membentuk citra dan kinerja rumah sakit. (Soeroso, 2003)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith dan Metzner dalam Azwar (1996), dimensi mutu pelayanan yang dianggap paling penting oleh pasien sebagai pemakai jasa pelayanan kesehatan adalah efisiensi pelayanan kesehatan (45 %), perhatian dokter secara pribadi kepada pasien (40 %), keterampilan yang dimiliki dokter (35 %), serta kenyamanan pelayanan yang dirasakan oleh pasien (35 %).

Gambar

Tabel 1.1 Tabel BOR, BTO, LOS dan TOI  RSU PARAPAT Tahun 2005 s/d 2007
Gambar 1.1 Grafik Barber Johnson  RSU Parapat Tahun 2005 s/d 2007
Tabel 1.2 Perbandingan Jumlah Pasien Rawat Jalan di RSU Parapat dan     Puskesmas Parapat Tahun 2005 s/d 2007
Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Idris Jamil : Hubungan Persepsi Peserta Askes Tentang Kemampuan Manajerial Dengan Mutu Pelayanan Kesehatan…, 2003 USU Repository © 2008... Idris Jamil : Hubungan Persepsi Peserta

Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang asupan dan status gizi dengan frekuensi diare balita di Desa Bolon, Kecamatan Colomadu, Kabupaten

Sesuai dengan judul penelitian maka yang menjadi fokus penelitian adalah Pengaruh Kunjungan Wisatawan Terhadap Penghasilan Kegiatan Usaha Warga Masyarakat di

Puskesmas sebagai salah satu pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai tugas pokok memberi pembinaan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar. Hasil survey tim QA

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian adalah bagaimana pengaruh persepsi masyarakat tentang mutu pelayanan kesehatan terhadap

Dalam kaitan ini terutama saya sebagai bagian dari mahluk sosial yang tidak lepas dari bantuan dan pertolongan orang lain, secara umum ingin mengucapkan banyak terimakasih

Untuk mengetahui persepsi masyarakat terkait pelayanan kesehatan yang menggunakan program Jaminan Kesehatan Nasional di RSUD Dr. Slamet Martodirdjo Pamekasan Madura

Jurnal Pendidikan Tambusai 263 Persepsi Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan di Poskesdes Desa Sei Tampang Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhanbatu Tetty Marlina Tarigan1,