• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self- Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan Pada SMA Negeri 3 Medan"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

NURFAZRINA

111301036

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)
(3)

Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan Strategi Self-Regulated Learning Siswa Kelas X dan XI Unggulan

Pada SMA Negeri 3 Medan

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari

hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2015

NURFAZRINA

(4)

ABSTRAK

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal yang memegang peranan penting dalam proses belajar siswa. Sebagai suatu proses, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa seperti pendekatan belajar dan strategi pembelajaran siswa. Penelitian ini bertujuan untuk untuk melihat pengaruh persepsi iklim kelas terhadap penggunaan strategi self-regulated learning siswa kelas X dan XI unggulan pada SMA Negeri 3 Medan. Data penelitian ini diperoleh dari populasi penelitian yaitu 165 siswa-siswi kelas X dan XI unggulan SMA Negeri 3 Medan dengan menggunakan skala WIHIC (What Is Happening In this Class?) dan skala strategi self-regulated learning. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan teknik analisa regresi linear. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh persepsi iklim kelas terhadap penggunaan strategi self-regulated learning siswa kelas unggulan pada SMA Negeri 3 Medan (31,5%).

(5)

ABSTRACT

School is a formal educational environment that have an important role in the learning process of students. As a process, there are many factors that affect student’s learning such as learning approaches and learning strategies. The purpose of this study is to know the impact of student’s perception of classroom climate to the use of self-regulated learning strategies at superior class X and XI on SMA Negeri 3 Medan. The research data was obtained from the population is that 165 students of superior class X and XI on SMA Negeri 3 Medan by using the scale of WIHIC (What Is Happening In this Class?) and scale of self-regulated learning strategies. The method used is quantitative method using linear regression analysis technique. The result of this study shown that was the impact of student’s perception of classroom climate to the use of self-regulated learning strategies at superior class X and XI on SMA Negeri 3 Medan (31,5%).

(6)

i

karunia dan kekuatan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis

menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dan

dukungan dari keluarga. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih dengan rasa

kasih sayang dan rasa hormat sedalam-dalamnya kepada yang teristimewa Ayah

Ir. Edy Harianto dan Mama Dra. Supiati yang senantiasa memberi dukungan,

kasih sayang, perhatian dan pengorbanan yang tiada henti untuk selalu

mendoakan penulis. Untuk Kakakku Sarayati Sharfina, S.Sos terima kasih telah

memberikan bantuan serta doa dalam penyelesaian skripsi ini. Tanpa dukungan

dari kalian, penulis mungkin tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada

penyusunan skripsi, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara.

2. Kak Fasti Rola, M.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing skripsi.

Terima kasih sebesar-besarnya atas bantuan dan bimbingan yang telah

diberikan kepada penulis.

3. Kak Rahma Yurliani, M.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing

akademik. Terima kasih sebanyak-banyaknya atas kesabaran dan

(7)

ii Psikologi Pendidikan.

5. Untuk dosen-dosen Piskologi Universitas Sumatera Utara atas semua

ilmu yang telah diberikan, mudah-mudahan ilmu ini dapat berguna dan

dapat diterapkan dengan baik.

6. Bapak Drs. Sahlan Daulay, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri

3 Medan yang telah memberikan izin melakukan penelitian.

7. Ibu Dra. Hj. Siti Zulfah, M. Hum selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang

Humas SMA Negeri 3 Medan yang telah membantu penulis selama

melakukan penelitian.

8. Adik-adik siswa kelas unggulan SMA Negeri 3 Medan yang telah

memberikan kontribusi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

9. Terima kasih untuk sahabat-sahabat yang penulis sayangi Taya, Tia,

Nissa dan Putri untuk semangat yang terus diberikan kepada penulis

serta teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2011. Terimakasih

telah menemani penulis selama masa perkuliahan.

Akhir kata, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat di kemudian

hari bagi penulis sendiri maupun pihak-pihak yang berkepentingan.

Medan, April 2015

(8)

iii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

1. Manfaat Teoritis ... 11

2. Manfaat Praktis ... 11

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Self-Regulated Learning ... 13

1. Pengertian Self-Regulated Learning ... 13

2. Strategi - Strategi Self-Regulated Learning ... 14

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning ... 18

4. Karakteristik Siswa yang Menggunakan Strategi Self-Regulated Learning ... 21

(9)

iv

a. Pengertian Iklim Kelas ... 22

b. Dimensi Iklim Kelas ... 23

c. Faktor-Faktor Iklim Kelas... 24

d. Karakteristik Iklim Kelas Yang Positif ... 25

3. Persepsi Iklim Kelas ... 26

C. SMA Negeri 3 Medan ... 26

1. Sejarah Sekolah ... 26

2. Visi Misi Sekolah ... 27

3. Kelas Unggulan ... 28

a. Pengertian Kelas Unggulan ... 28

b. Ciri-Ciri Kelas Unggulan ... 29

D. Dinamika Persepsi Iklim Kelas Dengan Penggunaan Strategi Self - Regulated Learning ... 30

E. Hipotesa Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 35

B. Definisi Operasional ... 35

1. Persepsi Iklim Kelas ... 35

2. Strategi Self-Regulated Learning ... 36

(10)

v

2. Reliabilitas ... 42

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 43

a. Hasil Uji Coba Skala WIHIC ... 43

b. Hasil Uji Coba Skala Strategi Self- Regulated Learning ...45

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 47

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 47

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 48

3. Tahap Pengolahan Data Penelitian ... 49

G. Metode Analisis Data ... 49

1. Uji Normalitas ... 50

2. Uji Linearitas ... 50

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Analisa Data ... 51

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 51

a. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 51 b. Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkatan Kelas 51 2. Hasil Penelitian ... 52

a. Uji Asumsi Penelitian ... 52

(11)

vi

c. Kategorisasi ... 56

1) Gambaran Skor Persepsi Iklim Kelas ... 56

2) Gambaran Skor Strategi Self- Regulated Learning ... 59

B. Pembahasan ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(12)

vii

Tabel 2 Blue Print Skala WIHIC ... 39 Tabel 3 Blue Print Skala Penggunaan Strategi Self-Regulated Learning

... 41

Tabel 4 Distribusi Aitem Skala WIHIC Setelah Uji Coba ... 44 Tabel 5 Distribusi Aitem Skala WIHIC Untuk Penelitian ... 44 Tabel 6 Distribusi Aitem Skala Strategi Self-Regulated Learning

Setelah Uji Coba ... 45

Tabel 7 Distribusi Aitem Skala Strategi Self-Regulated Learning Untuk Penelitian ... 46

Tabel 8 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51 Tabel 9 Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkatan Kelas ... 52 Tabel 10 Normalitas Sebaran Variabel Persepsi Iklim Kelas dan Variabel

Strategi Self-Regulated Learning ... 52

Tabel 11 Linearitas Hubungan Kedua Variabel ... 53 Tabel 12 Uji Regresi Linear ... 54 Tabel 13 Besar Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Penggunaan

Strategi Self-Regulated Learning Kelas X dan XI Unggulan

Pada SMA Negeri 3 Medan ... 55

Tabel 14 Persamaan Regresi Persepsi Iklim Kelas Terhadap

(13)

viii

Tabel 17 Gambaran Skor Mean Empirik dan Mean Hipotetik Penggunaan Strategi Self-Regulated Learning ... 59

Tabel 18 Kategorisasi Skor Penggunaan Strategi Self-Regulated

(14)

ix

Lampiran 2 Hasil Skoring Skala Strategi Self-Regulated Learning... 90

Lampiran 3 Hasil Uji Reliabilitas Skala Try Out ... 106

Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Skala Penelitian ... 117

Lampiran 5 Skala WIHIC ... 122

Lampiran 6 Skala Penelitian ... 128

(15)

ABSTRAK

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal yang memegang peranan penting dalam proses belajar siswa. Sebagai suatu proses, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa seperti pendekatan belajar dan strategi pembelajaran siswa. Penelitian ini bertujuan untuk untuk melihat pengaruh persepsi iklim kelas terhadap penggunaan strategi self-regulated learning siswa kelas X dan XI unggulan pada SMA Negeri 3 Medan. Data penelitian ini diperoleh dari populasi penelitian yaitu 165 siswa-siswi kelas X dan XI unggulan SMA Negeri 3 Medan dengan menggunakan skala WIHIC (What Is Happening In this Class?) dan skala strategi self-regulated learning. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan teknik analisa regresi linear. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh persepsi iklim kelas terhadap penggunaan strategi self-regulated learning siswa kelas unggulan pada SMA Negeri 3 Medan (31,5%).

(16)

ABSTRACT

School is a formal educational environment that have an important role in the learning process of students. As a process, there are many factors that affect student’s learning such as learning approaches and learning strategies. The purpose of this study is to know the impact of student’s perception of classroom climate to the use of self-regulated learning strategies at superior class X and XI on SMA Negeri 3 Medan. The research data was obtained from the population is that 165 students of superior class X and XI on SMA Negeri 3 Medan by using the scale of WIHIC (What Is Happening In this Class?) and scale of self-regulated learning strategies. The method used is quantitative method using linear regression analysis technique. The result of this study shown that was the impact of student’s perception of classroom climate to the use of self-regulated learning strategies at superior class X and XI on SMA Negeri 3 Medan (31,5%).

(17)

1

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal yang memegang

peranan penting dalam meningkatkan sumber daya bagi suatu bangsa.

Dikatakan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana

dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di

dalam kelas. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan termasuk unsur

yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Menurut Syah (2006), belajar adalah tahapan perubahan seluruh

tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Proses belajar

yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahan-perubahan perilaku yang

bersifat positif yang berorientasi pada aspek kognitif (pengetahuan), afektif

(sikap), dan psikomotorik (keterampilan).

Sebagai suatu proses, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi

proses belajar siswa seperti lingkungan, sarana, fasilitas, kondisi fisiologis dan

psikologis. Sedangkan hasil dari pemrosesan tersebut adalah prestasi belajar.

Purwanto (2006) menambahkan bahwa prestasi belajar siswa juga dipengaruhi

oleh pendekatan belajar (approach to learning) dan strategi pembelajaran

siswa. Menurut Spitzer (2000), salah satu strategi pembelajaran yang

(18)

kemampuan meregulasi diri dalam belajar atau disebut juga dengan

self-regulated learning.

Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana

individu menjadi regulator atau pengatur dalam proses belajarnya sendiri

(Schunk & Zimmerman, 1998). Konsep self-regulated learning diartikan

sebagai kesanggupan siswa secara personal untuk merancang sendiri strategi

belajar dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar dan

kesanggupannya untuk mengelola lingkungan yang kondusif untuk belajar

(Zimmerman, 1989). Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) menambahkan

bahwa self-regulated learning merupakan kemampuan individu untuk dapat

mengatur fungsi-fungsi yang ada dalam dirinya baik afeksi, tingkah laku dan

pikiran sehingga membantu mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Ormord (2003) kemudian menambahkan bahwa self-regulated learning sangat penting dimiliki oleh individu dalam proses pembelajaran. Seseorang yang memiliki self-regulated learning akan cenderung lebih memiliki prestasi yang baik. Hal tersebut juga didukung oleh beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa self-regulated learning berkorelasi

positif dengan prestasi akademik siswa. Salah satu diantaranya adalah

penelitian yang dilakukan Fasikhah dan Fatimah (2013) terhadap mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2011

dengan nilai p < 0,003.

Sebagai suatu proses, Schunk & Zimmerman (1998) mengemukakan

(19)

inteligensi atau kemampuan akademik, tetapi lebih kepada proses

mengarahkan diri untuk mengubah kemampuan mental menjadi kemampuan

akademik. Tentunya, dalam menjalankan perubahan tersebut seorang siswa

perlu memiliki suatu cara atau strategi yang digunakan. Zimmerman dan

Martinez-Pons (dalam Boerkarts, Pintrich, & Zeidner, 2000) mengungkapkan

terdapat empat belas strategi self-regulated learning yang dapat digunakan

oleh siswa yaitu evaluasi terhadap diri (self-evaluating), mengatur dan

mengubah materi pelajaran (organizing and transforming), membuat rencana

dan tujuan belajar (goal setting & planning), mencari informasi (seeking

information), mencatat hal penting (keeping record & monitoring), mengatur

lingkungan belajar (environmental structuring), konsekuensi setelah

mengerjakan tugas (self consequating), mengulang dan mengingat (rehearsing

& memorizing), meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance),

meminta bantuan guru (seek teacher assistance), meminta bantuan orang

dewasa (seek adult assistance), mengulang tugas atau test sebelumnya (review

test /work), mengulang catatan (review notes), dan mengulang buku pelajaran

(review texts book).

Berdasarkan teori sosial kognitif, Zimmerman (1989) mengemukakan

bahwa self-regulated learning dipengaruhi oleh tiga faktor besar yaitu faktor

individu (personal influences), faktor perilaku (behavioral influences) dan

faktor lingkungan (environment influences). Dikarenakan dalam menjalankan

proses self-regulated learning siswa dapat menggunakan keempat belas

(20)

(dalam Boerkarts, Pintrich, & Zeidner, 2000) maka dalam penggunaan

strateginya faktor yang dapat mempengaruhinya sama seperti

faktor-faktor self-regulated learning. Di mana pada faktor lingkungan sendiri,

Zimmerman (1989) menjelaskan bahwa dua jenis lingkungan yang dapat

mempengaruhi yaitu pengalaman sosial dan lingkungan belajar. Kemudian

Dewantoro (dalam Hadi, 2003) juga menggolongkan lingkungan belajar

menjadi 3 jenis, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan

lingkungan sekolah.

Lingkungan sekolah yaitu suasana dimana tempat proses

belajar-mengajar berlangsung akan memiliki kaitan yang erat dengan proses belajar

siswa. Kaitan yang dimaksud disini yaitu lingkungan sekolah, termasuk

suasana ruang kelas yang dialami oleh siswa akan mempengaruhi metode

belajarnya (Moos, dalam Baek & Choi, 2002). Suasana yang dialami siswa

dalam kelas tersebut lazim disebut iklim kelas. Istilah iklim kelas digunakan

untuk mewakili kata-kata lain seperti learning environment, group climate,

dan classroom environment (Subiyanto & Hadiyanto, 2003).

Iklim kelas merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang

terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan

antara siswa dengan siswa lainnya (Rawnsley & Fisher, 1998). Menurut

Fraser, Fisher dan McRobbie (dalam Khine, 2001), iklim kelas memiliki tujuh

aspek yaitu kekompakan siswa, dukungan guru, keterlibatan dalam

pembelajaran, investigasi, orientasi tugas, kerjasama, dan kesetaraan. Di mana

(21)

membantu dan mendukung satu sama lain. Pada aspek dukungan guru

mengukur sejauh mana guru memperlakukan siswa sebagai teman, percaya

kepada siswa serta menaruh perhatian kepada siswa. Pada aspek keterlibatan

dalam pembelajaran mengukur sejauh mana siswa menaruh perhatian lebih

pada proses belajar di kelas dan berpartisipasi di dalam diskusi. Pada aspek

investigasi menekankan pada sejauh mana kemampuan siswa dalam mencari

tahu untuk mengatasi masalah di kelas. Pada aspek orientasi tugas mengukur

sejauh mana siswa merasa penting untuk menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan guru. Sedangkan pada aspek kerjasama mengukur sejauh mana

siswa saling bekerja sama dan tidak saling bersaing di dalam belajar. Terakhir,

aspek kesetaraan mengukur sejauh mana siswa diperlakukan sama oleh guru.

Wilson (dalam Khine & Chiew, 2001) menambahkan bahwa iklim

kelas adalah tempat dimana siswa dan guru berinteraksi satu sama lain dengan

menggunakan beberapa sumber informasi dalam usaha pencarian ilmu dalam

aktifitas belajar. Persepsi siswa akan iklim kelas merupakan penilaian yang

dapat digunakan untuk mengetahui iklim kelas dikarenakan siswa telah

menghadapi lingkungan belajar yang beraneka ragam serta telah

menghabiskan banyak waktu di dalam kelas sehingga memiliki perasaan yang

akurat terhadap kelas (dalam Nair, 2001).

Persepsi menurut Chaplin (1999) merupakan upaya mengamati dunia,

mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta

kejadian-kejadian. Persepsi iklim kelas dapat diartikan sebagai proses

(22)

kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa

dengan siswa lainnya. Menurut Myers (dalam Sampson, 2009), persepsi siswa

akan iklim kelas didasarkan pada seberapa baik guru menciptakan lingkungan

dimana terdapat hubungan yang bernilai, saling mendorong dan mendukung.

Amar & Strugo (2003) menambahkan bahwa persepsi siswa akan iklim kelas

yang positif akan meningkatkan keterlibatan mereka di dalam kelas, memiliki

hubungan personal antara guru dengan siswa, menggunakan cara belajar yang

inovatif, serta memiliki aturan-aturan tingkah laku yang jelas. Dengan kata

lain, saat siswa mempersepsikan iklim kelasnya positif maka siswa akan

cenderung menggunakan strategi belajar yang efektif dan secara tidak

langsung prestasi siswa pun akan meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baek & Choi (2002)

pada 1,012 siswa kelas X dan XI di Korea menunjukkan bahwa iklim kelas

memiliki hubungan yang positif dengan prestasi akademik siswa. Dengan kata

lain, semakin positif iklim kelas maka semakin tinggi pula prestasi akademik

siswa. Lebih jauh lagi, Sijde (1988) melakukan penelitian terhadap 558 siswa

kelas 2 sekolah menengah pertama di Belanda dengan menggunakan Dutch

Classroom Climate Questionnaire (DCCQ) mengemukakan bahwa iklim kelas

memiliki korelasi yang signifikan dengan prestasi belajar siswa. Seperti yang

diketahui bahwa siswa yang memiliki prestasi tinggi banyak dijumpai pada

kelas-kelas unggulan. Pengertian kelas unggulan dalam buku pedoman

penyelenggaraan kelas unggulan yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan

(23)

dikelompokkan di dalam satu kelas tertentu kemudian diberi program

pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan, dan adanya

tambahan materi pada materi pelajaran tertentu.

Di kota Medan sendiri, salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA)

yang memiliki kelas unggulan adalah SMA Negeri 3 Medan. Berdasarkan

situs resmi SMA Negeri 3 Medan, prestasi akademik yang pernah diraih oleh

siswa-siswi kelas unggulan di SMA Negeri 3 Medan terhitung cukup banyak

yaitu juara 1 pada Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Provinsi pada tahun

2012, Kompetisi Drama Bahasa Inggris tingkat Kota Medan pada tahun 2011,

Debat Bahasa Inggris tingkat Kota Medan dan Provinsi pada tahun 2011,

Debate Competition Tingkat SMA pada tahun 2009 dan beberapa

prestasi-prestasi lainnya (Tim ICT SMAN 3 Medan, 2014). Kelas unggulan di SMA

Negeri 3 Medan diakui oleh beberapa guru yang mengajar di kelas unggulan

dan kelas reguler memiliki iklim kelas yang menuntut partisipasi siswa yang

tinggi, orientasi tugas yang tinggi, serta kemandirian belajar yang tinggi maka

tuntutan akan menggunakan strategi self-regulated learning lebih tinggi pada

kelas unggulan dibandingkan pada kelas reguler. Hal ini dapat dilihat dari

hasil kutipan wawancara dengan salah satu guru yang mengajar di kelas

unggulan dan kelas reguler berikut ini:

(24)

(Komunikasi Personal, 2014)

“Di kelas unggulan ini, siswa-siswanya sudah menyadari bahwa manfaat belajar itu yaa untuk mereka sendiri, bukan untuk guru. Jadi disini, mereka sudah menyadari bahwa menjawab soal dan pertanyaan dari guru yaa gunanya buat mereka sendiri”.

(Komunikasi Personal, 2014)

Berdasarkan kutipan wawancara, dapat dilihat bahwa iklim kelas yang

terbentuk pada kelas unggulan adalah adanya keterlibatan siswa untuk

berpartisipasi aktif dalam diskusi di kelas, adanya dukungan guru yang besar

terhadap siswa dengan memberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk

menunjukkan kemampuan siswa melalui soal-soal yang guru berikan untuk

diselesaikan, adanya orientasi terhadap tugas yang tinggi sehingga mereka

merasa harus dalam menyelesaikannya dengan baik serta adanya kesetaraan

guru memperlakukan siswa di dalam kelas. Hal ini juga sejalan dengan

pendapat beberapa siswa kelas unggulan terhadap iklim kelasnya, yaitu :

“Kami lebih kayak kompetitif gitu la kak. Di kelas kami memang saling kenal, tapi kalau lagi belajar apalagi di kasi soal buat dikerjain, yaudah kami cari tahu masing-masing tapi sebenarnya kami kadang suka belajar bareng juga kayak kerja kelompok disana kami saling bantu kak.”

(Komunikasi Personal, 2014)

Berdasarkan kutipan wawancara pada salah satu siswa kelas unggulan

juga menunjukkan bahwa adanya kekompakan antara para siswa yang

ditunjukkan dengan saling mendukung satu sama lain walaupun mereka

mengerjakan soal masing-masing. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa iklim

(25)

unggulan dituntut memiliki strategi belajar yang efektif untuk mendukung

proses belajar yang berlangsung di sekolah yaitu strategi self-regulated

learning. Hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut ini :

“Kami di kelas banyak di kasi soal-soal gitu kak. Kayaknya sih guru sengaja ngasinya karena mereka percaya kami bisa kak. Yaudah mau ga mau kami harus belajar sendiri-sendiri kak. Kadang biar aku ngerti, aku ngerjain soal-soal di buku sendiri kak, terus liat-liat catatan atau buku lagi biar ngerti. Usaha sendiri la pokoknya kak”.

(Komunikasi Personal, 2014)

“Ohhh.... Kalau di kelas unggulan agak ribet gitu sebenarnya kak. Apalagi kalau lagi diskusi soal kan biar enggak ketinggalan sama yang lain dan cepat siapnya, aku buat macem ngeringkas yang penting-penting gitu kak biar enak ngapalnya. Terus aku kadang lama sebelum ujian, aku udah belajar kak, jadi waktu udah dekat ujiannya aku tinggal ngulang aja”.

(Komunikasi Personal, 2014)

“Persaingannya nampak kali kak karena di kelas unggulan kawannya pintar - pintar kali. Terus, nanti pas istirahat, yang lain pada ngerjain soal gitu kak, yauda jadi ngikut juga. Saya jadi rajin ngerjain soal-soal terus cek sendiri berapa soal yang saya jawab betul”

(Komunikasi Personal, 2014)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas, terlihat bahwa iklim kelas

yang terjadi di kelas unggulan menuntut para siswanya untuk menerapkan

strategi self-regulated learning. Dalam hal ini, iklim kelas yang terjadi

menuntut siswa untuk menggunakan strategi self-regulated learning yang

tepat yaitu saat siswa merasa mendapat dukungan dari gurunya, mereka akan

cenderung meninjau ulang buku catatan atau buku pelajaran mereka agar

mereka dapat mengerti pelajaran yang sedang dibahas. Begitu juga saat

orientasi siswa terhadap tugas tinggi dan menuntut keterlibatan siswa dalam

(26)

membuat ringkasan sebelum mempelajari suatu materi, membuat rencana dan

tujuan belajar dengan cara belajar beberapa minggu sebelum ujian dan

mengulangnya serta mengingatnya kembali serta saat ujian tiba.

Strategi lainnya yang dilakukan oleh beberapa siswa kelas unggulan

saat mereka menekankan investigasi dalam kegiatan belajar di kelas, maka

siswa akan cenderung melakukan evaluasi terhadap kemajuan tugasnya

dengan mengecek kembali hasil belajarnya. Begitu juga saat siswa merasa

iklim kelasnya menuntut mereka untuk bekerja sama maka siswa tersebut

akan melakukan strategi dengan cara mencari bantuan teman.

Ditambah lagi, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aufia

(2013) terhadap siswa kelas X SMA Negeri Bukit Tinggi menunjukkan

bahwa secara umum siswa SMA kelas unggulan memiliki skor penggunaan

strategi self-regulated learning lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SMA

kelas akselerasi. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas peneliti merasa

perlu untuk meneliti pengaruh persepsi iklim kelas terhadap penggunaan

strategi self-regulated learning siswa kelas X dan XI unggulan pada SMA

Negeri 3 Medan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat

pengaruh persepsi iklim kelas terhadap penggunaan strategi self-regulated

(27)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh persepsi iklim kelas

terhadap penggunaan strategi self-regulated learning siswa kelas X dan XI

unggulan pada SMA Negeri 3 Medan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang Psikologi Pendidikan,

serta sebagai bahan acuan dalam penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Dengan mengetahui pengaruh persepsi iklim kelas terhadap

penggunaan strategi self-regulated learning siswa kelas X dan XI unggulan,

penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan alternatif bagi guru dan

pihak-pihak yang terkait sebagai dasar penyusunan metode pembelajaran untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas unggulan.

E. Sistematika Penulisan

Proposal penelitian ini terdiri dari tiga bab dimulai dari bab I sampai

bab V. Adapun sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah :

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

(28)

BAB II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini akan diuraikan tinjauan pustaka tentang self-regulated

learning, persepsi iklim kelas, kelas unggulan dan SMA Negeri 3

Medan. Bab ini juga mengemukakan dinamika hubungan persepsi

iklim kelas dengan penggunaan strategi self-regulated learning serta

hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang

digunakan. Disini akan dijabarkan mengenai jenis penelitian,

identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi

penelitian, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas alat ukur,

prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data.

BAB IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil analisa

data penelitian dan pembahasan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah

(29)

13 A. Self-Regulated Learning

1. Pengertian Self-Regulated Learning

Menurut Wolters (1998), self-regulated learning adalah kemampuan

seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri

dalam berbagai cara sehingga mendapat hasil belajar yang optimal. Schunk &

Zimmerman (1998) juga menambahkan bahwa self-regulated learning bukan

kemampuan mental seperti inteligensi atau kemampuan akademik, tetapi

lebih kepada proses mengarahkan diri untuk mengubah kemampuan mental

menjadi kemampuan akademik. Dengan demikian berdasarkan perspektif

sosial kognitif, siswa yang dapat dikatakan sebagai self-regulated learner

adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral aktif dan

turut serta dalam proses belajar mereka (dalam Zimmerman, 1989). Siswa

tersebut dengan sendirinya memulai usaha belajar secara langsung untuk

memperoleh pengetahuan dan keahlian yang diinginkan, tanpa bergantung

pada guru, orang tua atau orang lain.

Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) selanjutnya mendefinisikan

self-regulated learning sebagai suatu proses dimana seorang siswa mengaktifkan

dan mendorong kognisi (cognition), perilaku (behaviour) dan perasaannya

(affect) secara sistematis dan berorientasi pada pencapaian tujuan belajar.

Woolfolk (2004) juga mengemukakan bahwa self-regulated learner

(30)

diri yang membuat mereka lebih mudah dalam belajar dan motivasinya selalu

terpelihara.

Pintrich (dalam Boekaerts et al., 2000) kemudian mendefinisikan

self-regulated learning sebagai proses konstruktif dimana siswa menetapkan

tujuan belajarnya dan kemudian berusaha untuk memonitor, mengatur, dan

mengontrol kognisi, motivasi, dan tingkah lakunya agar sesuai dengan

tujuannya dan kondisi kontekstual dari lingkungannya.

Ormord (2003) menambahkan bahwa self-regulated learning sangat

penting dimiliki oleh individu dalam proses pembelajaran. Seseorang yang

memiliki self-regulated learning, akan cenderung lebih memiliki prestasi

yang baik. Hal ini diperkuat ketika siswa memiliki self-regulated learning,

mereka menetapkan tujuan akademik yang lebih tinggi untuk diri mereka

sendiri, belajar lebih efektif dan berprestasi di kelas.

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa self-regulated learning adalah proses belajar dimana

peserta didik menetapkan tujuan belajarnya dan kemudian berusaha untuk

memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan tingkah lakunya

agar sesuai dengan tujuannya.

2. Strategi-Strategi Self-Regulated Learning

Zimmerman dan Martinez-Pons (1988) melakukan sebuah penelitian

dengan metode wawancara yang telah menghasilkan 14 strategi self-regulated

(31)

a. Evaluasi terhadap kemajuan tugas (Self evaluating)

Merupakan inisiatif siswa dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas

tugas dan kemajuan pekerjaannya. Siswa memutuskan apakah hal-hal

yang telah dipelajari mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.

Dalam hal ini siswa membandingkan informasi yang didapat melalui

self monitoring dengan beberapa standar atau tujuan yang dimiliki.

Contohnya siswa meneliti ulang tugas-tugas untuk memastikan sudah

dikerjakan dengan baik atau belum, siswa mengevaluasi hasil ujian

agar dapatmenilai kemampuan belajarnya.

b. Mengatur materi pelajaran (Organizing & transforming)

Strategi organizing menandakan perilaku overt dan covert dari siswa

untuk mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan

efektivitas proses belajar. Strategi transforming dilakukan dengan

mengubah materi pelajaran menjadi lebih sederhana dan mudah

dipelajari. Contohnya seperti membuat outline sebelum mempelajari

suatu materi.

c. Membuat rencana dan tujuan belajar (Goal setting & planning)

Strategi ini merupakan pengaturan siswa terhadap tujuan umum dan

tujuan khusus dari belajar dan perencanaan untuk urutan pengerjaan

tugas, bagaimana memanfaatkan waktu dan menyelesaikan kegiatan

yang berhubungan dengan tujuan tersebut. Perencanaan akan

membantu siswa untuk mengenali konflik dan krisis yang potensial

(32)

memungkinkan siswa untuk fokus pada hal-hal yang penting bagi

perolehan kesuksesan jangka panjang. Untuk mendapatkan manfaat

sebesar mungkin dari perencanaan, maka perencanaan perlu ditinjau

kembali secara rutin. Contohnya belajar dua minggu sebelum ujian

dimulai, dan mengulangnya kembali pada saat ujian tiba.

d. Mencari informasi (Seeking information)

Siswa memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar

sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas ataupun ketika

mempelajari suatu materi pelajaran. Strategi ini dilakukan dengan

menetapkan informasi apa yang penting dan bagaimana cara

mendapatkan informasi tersebut. Contohnya siswa berusaha

melengkapi materi pelajaran dari sumber lain atau literatur

perpustakaan.

e. Mencatat hal penting (Keeping record & monitoring)

Strategi ini dilakukan dengan mencatat hal-hal penting yang

berhubungan dengan topik yang dipelajari, kemudian menyimpan

hasil tes, tugas maupun catatan yang telah dikerjakan. Contohnya

siswa mencatat hal penting untuk dipelajari, siswa mencatat

hal-hal yang tidak dipahami untuk dipelajari ulang.

f. Mengatur lingkungan belajar (Environmental structuring)

Siswa berusaha memilih atau mengatur aspek lingkungan fisik dengan

(33)

baik. Contohnya siswa mematikan televisi saat belajar untuk

membantu konsentrasi.

g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (Self consequences)

Strategi ini dilakukan dengan mengatur atau membayangkan reward

atau punishment yang didapatkan bila berhasil atau gagal dalam

mengerjakan tugas. Contohnya siswa merasa malu apabila

mendapatkan hasil ujian buruk, siswa menganggap keberhasilan

sebagai motivasi untuk dapat mempertahankan keberhasilannya.

h. Mengulang dan mengingat (Rehearsing & memorizing)

Siswa berusaha mempelajari ulang materi pelajaran dan mengingat

bahan bacaan dengan perilaku yang overt dan covert. Contohnya

sebelum ujian matematika, siswa mencoba menghafal rumus-rumus

matematika.

i. Mencari bantuan teman (Seeking peer assistance)

Siswa meminta bantuan kepada teman sebaya, jika menghadapi

masalah dengan tugas.

j. Meminta bantuan guru (Seeking teacher assistance)

Bertanya kepada pengajar di kelas maupun di luar kelas dengan tujuan

agar dapat membantu dalam menyelesaikan tugas.

k. Meminta bantuan orang dewasa (Seeking adult assistance)

Meminta bantuan orang dewasa (seperti orangtua) yang berada di

dalam kelas dan di luar lingkungan belajar jika ada topik yang tidak

(34)

l. Mengulang test atau tugas sebelumnya (Reviewing test)

Siswa mengulang pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai

topik tertentu dan tugas yang telah dikerjakan dijadikan sumber

informasi untuk belajar.

m. Mengulang catatan (Reviewing notes)

Sebelum mengikuti ujian, siswa meninjau ulang catatan sehingga

mengetahui topik apa saya yang akan diuji.

n. Meninjau buku pelajaran (Reviewing textbook)

Membaca buku merupakan sumber informasi yang dijadikan

pendukug catatan sebagai sarana belajar.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning

Berdasarkan perspektif sosial kognitif yang dikemukakan Bandura

(dalam Zimmerman, 1989) bahwa self-regulated learning ditentukan oleh 3

faktor yakni :

a. Faktor personal

Faktor personal melibatkan self efficacy yang mengacu kepada

penilaian individu terhadap kemampuannya untuk melakukan suatu tugas,

mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan dalam belajar. Persepsi self

efficacy siswa tergantung kepada empat tipe yang mempengaruhi pribadi

seseorang yaitu pengetahuan siswa, proses metakognitif, tujuan dan afeksi.

Siswa dengan self-regulated learning harus memiliki kualitas pengetahuan

prosedural dan pengetahuan bersyarat. Pengetahuan prosedural mengacu

(35)

pengetahuan bersyarat mengarah kepada pengetahuan kapan dan mengapa

strategi tersebut berjalan efektif. Siswa dengan self-regulated learning

tidak hanya bergantung kepada pengetahuan siswa tetapi juga proses

metakognitif pada pengambilan keputusan dan perfoma yang dihasilkan

dengan melibatkan perencanaan atau analisis tugas yang berfungsi

mengarahkan usaha dalam mengontrol belajar. Pengambilan keputusan

metakognitif tergantung juga kepada tujuan jangka panjang siswa dalam

belajar. Tujuan merupakan kriteria yang digunakan siswa untuk

memonitor mereka dalam belajar. Tujuan dan pemakaian proses

metakognitif dipengaruhi oleh persepsi terhadap self efficacy dan afeksi.

Afeksi mengacu kepada kemampuan mengatasi emosi yang timbul dalam

diri meliputi kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola

pikir dalam mencapai tujuan.

Faktor personal melibatkan penggunaan strategi mengatur materi

pelajaran (organizing & transforming), membuat rencana dan tujuan yang

ingin dicapai (goal setting and planning), mencatat hal-hal penting

(keeping record and monitoring), serta mengulang dan mengingat materi

pelajaran (rehearsing and memorizing).

b. Faktor perilaku

Mengacu kepada kemampuan siswa dalam menggunakan strategi

self-evaluation sehingga mendapatkan informasi tentang keakuratan dan

mengecek kelanjutan dari hasil umpan balik. Perilaku siswa yang

(36)

(self-observation), penilaian diri (self-judgment), dan reaksi diri (self-reaction).

Komponen tersebut terdiri dari perilaku yang dapat diamati, dilatih dan

saling mempengaruhi. Oleh karena itu, ketiga komponen tersebut

dikategorikan sebagai faktor perilaku yang mempengaruhi self-regulated

learning. Faktor perilaku ini melibatkan penggunaan strategi evaluasi

terhadap diri (self-evaluation) dan konsekuensi terhadap diri

(self-consequences).

c. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan berinteraksi secara timbal balik dengan faktor

personal dan perilaku. Mengacu kepada sikap proaktif siswa untuk

menggunakan strategi pengubahan lingkungan belajar seperti penataan

lingkungan belajar, mengurangi kebisingan, dan pencarian sumber belajar

yang relevan. Zimmerman (1989) menjelaskan bahwa dua jenis

lingkungan yang dapat mempengaruhi yaitu pengalaman sosial dan

lingkungan belajar. Individu yang menerapkan self-regulated learning

biasanya menggunakan strategi mencari informasi (seeking information),

mengatur lingkungan belajar (environmental structuring), mencari bantuan

sosial (seeking social assistance), serta meninjau kembali catatan, tugas,

(37)

4. Karakteristik Siswa yang Menggunakan Strategi Self-Regulated Learning

Beberapa penelitian mengemukakan karakteristik siswa dengan

penggunaan strategi self-regulated learning tinggi adalah sebagai berikut

(Montalvo, 2004) :

a. Siswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam menggunakan strategi

kognitif (pengulangan, elaborasi dan organisasi) yang membantu

mereka untuk memperhatikan, mentransformasi, mengorganisasi,

mengelaborasi serta menguasai informasi.

b. Siswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam merencanakan,

mengorganisasikan, dan mengarahkan proses mental untuk mencapai

tujuan personal

c. Siswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam merencanakan,

mengontrol waktu, dan memiliki usaha terhadap penyelesaian tugas,

tahu bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,

seperti mencari tempat belajar yang sesuai atau mencari bantuan dari

guru dan teman jika menemui kesulitan.

d. Siswa memiliki kemampuan yang tinggi dalam melakukan strategi

disiplin, yang bertujuan menghindari gangguan internal dan eksternal,

menjaga konsentrasi, usaha, dan motivasi selama menyelesaikan tugas.

Sedangkan karakteristik siswa dengan penggunaan strategi

self-regulated learning rendah yaitu diantaranya tidak mampu mengorganisasikan

(38)

yang kurang sehingga mereka cenderung memiliki perilaku belajar yang tidak

memiliki perencanaan dan tujuan yang jelas.

B. Persepsi Iklim Kelas 1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi menurut Irwanto dkk. (1996) adalah proses diterimanya

rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai

rangsang itu disadari dan dimengerti. Pengertian terhadap lingkungan dapat

diperoleh melalui interpretasi terhadap rangsang-rangsang yang diterima.

Kemudian Chaplin (1999) menambahkan persepsi merupakan upaya

mengamati dunia, mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui

objek-objek serta kejadian-kejadian. Robbins (1996) menyatakan persepsi

merupakan suatu proses di mana individu mengorganisasikan dan menafsirkan

kesan indera untuk memberi makna kepada lingkungan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

persepsi merupakan suatu proses memahami ransang seperti objek, kualitas,

hubungan antar gejala maupun peristiwa yang diperoleh dimana terdapat

proses penafsiran untuk memberikan makna.

2. Iklim Kelas

a. Pengertian Iklim Kelas

Iklim kelas merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang

terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan

(39)

Khine & Chiew, 2001) menyatakan iklim kelas adalah tempat dimana siswa

dan guru berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan beberapa sumber

informasi dalam usaha pencarian ilmu dalam aktifitas belajar.

Bloom (dalam Hadiyanto dan Subiyanto, 2003) kemudian

menambahkan bahwa iklim kelas adalah kondisi, pengaruh, dan rangsangan

dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang

mempengaruhi siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian iklim kelas di atas, maka dapat

disimpulkan iklim kelas sebagai keadaan psikologis dan hubungan sosial yang

terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan

antara siswa dengan siswa lainnya.

b. Dimensi Iklim Kelas

Fraser, Fisher dan McRobbie (dalam Khine, 2001) mengemukakan

tujuh dimensi dalam mengukur iklim kelas, yaitu :

1) Kekompakan siswa (Student cohesiveness), dimensi ini mengukur

sejauh mana siswa saling mengenal, membantu dan mendukung satu

sama lainnya.

2) Dukungan guru (Teacher support), dimensi ini mengukur sejauh mana

guru mau membantu siswa, memperlakukan siswa sebagai teman,

percaya kepada siswa serta menaruh perhatian kepada siswa.

3) Keterlibatan dalam pembelajaran (Involvement), dimensi ini mengukur

(40)

kelas, berpartisipasi di dalam diskusi, mengerjakan tugas tambahan,

serta merasa nyaman berada di kelas.

4) Investigasi (Investigation), dimensi ini menekankan pada sejauh mana

kemampuan siswa melakukan investigasi dan proses mencari tahu

(inquiry) digunakan dalam mengatasi masalah serta dikembangkan di

dalam kegiatan belajar di kelas.

5) Orientasi tugas (Task orientation), dimensi ini mengukur sejauh mana

siswa merasa penting untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan

guru serta tetap berfokus kepada tugas.

6) Kerjasama (Cooperation), dimensi ini mengukur sejauh mana siswa

saling bekerja sama dan tidak saling bersaing di dalam belajar.

7) Kesetaraan (Equity), dimensi ini mengukur sejauh mana siswa

diperlakukan sama oleh guru.

c. Faktor-Faktor Iklim Kelas

Freiberg (1999) mengemukakan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi iklim kelas yaitu :

1) Lingkungan fisik kelas

Lingkungan fisik kelas yaitu ukuran kelas dan lokasi kelas. Dua

aspek dari lingkungan fisik kelas, yaitu aspek material kelas dan ukuran

kelas. Aspek material kelas meliputi bentuk dan luas kelas, pewarnaan

kelas, dan perlengkapan kelas. Ukuran kelas meliputi jumlah individu

(41)

2) Sistem sosial

Sistem sosial terdiri dari hubungan dan interaksi antar siswa dan

hubungan interaksi antara siswa dan guru. Relasi guru dengan siswa

biasanya ditunjukkan melalui perhatian yang diberikan kepada siswa

sehingga siswa merasa bahwa gurunya ramah dan bersahabat.

3) Kerapian lingkungan kelas

Kerapian lingkungan kelas yaitu susunan kelas, kenyamanan, dan

keberfungsian yang ada di kelas. Kerapian kelas diperlukan untuk

pengelolaan kelas yang baik.

4) Harapan guru terhadap hasil yang dicapai siswa

Harapan guru terhadap hasil yang dicapai siswa berupa harapan

yang positif, self-efficacy, dan sikap profesional. Dalam proses

pembelajaran di kelas, cara guru memandu transaksi pembelajaran

bertumpu pada faktor yang memicu tumbuhnya rasa keberhasilan dalam

belajar (success experience). Pengalaman keberhasilan yang

berulang-ulang cenderung memicu tumbuhnya rasa percaya diri (self efficacy).

d. Karakteristik Iklim Kelas yang Positif

Menurut Hyman (1980), karakteristik iklim kelas yang positif yaitu

adanya interaksi antar siswa yang sangat bermanfaat, tingginya semangat

yang memungkinkan kegiatan-kegiatan di kelas berlangsung dengan baik,

dan tingginya dukungan antara guru dan siswa di dalam kelas Selain itu,

Kroeger & Anderson (2009) juga menyebutkan bahwa persepsi iklim kelas

(42)

mereka dengan baik, guru dan siswa saling menghargai satu sama lain, dan

adanya kerjasama serta kolaborasi kelompok yang tinggi.

3. Persepsi Iklim Kelas

Pesepsi menurut Chaplin (1999) adalah upaya mengamati dunia,

mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta

kejadian-kejadian. Sedangkan iklim kelas menurut Rawnsley & Fisher, (1998)

merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam

kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan

siswa lainnya. Persepsi iklim kelas merupakan sebagai upaya pemahaman

keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai

hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa

lainnya.

C. SMA Negeri 3 Medan 1. Sejarah Sekolah

Berdasarkan situs resmi SMA Negeri 3 Medan, SMA Negeri 3 Medan

didirikan pada tahun 1954 dan dikepalai oleh Bapak Iskandar Simanjuntak

dari tahun 1954 s/d 1957. Pada awal berdirinya, lokasi SMA Negeri 3 Medan

berada di Jalan Seram, kemudian pindah ke Simpang Limun tahun 1957 s/d

1961, dikepalai oleh Bapak Ardion Sutan Kaliraja Siregar. Pada tahun 1961,

lokasi SMA Negeri 3 Medan dipindahkan ke Jalan Pelajar dan dikepalai oleh

Bapak Hadian Abdillah dari tahun 1961 s/d 1963. Kemudian dari tahun 1963

(43)

Limun dan dikepalai oleh Bapak Putu Mas. Selanjutnya lokasi SMA Negeri 3

Medan kembali lagi ke Jalan Seram mulai dari tahun 1965 s/d 1976 dan

Kepala Sekolahnya berturut-turut dipimpin oleh Bapak Lajim Bangun (1965

s/d 1967), Bapak Drs. Kadar Efendy (1967 s/d 1976), Bapak M. Daim

Tanjung (1976-1977), Bapak Abdul Rahim Batubara (1977-1984), Bapak

Marolop Siahaan (1984-1985), Bapak Drs. Tasrir Ismail (1985-1987), Bapak

Drs. H. M. Syarif (1987-1989), Ibu Hj. Khairiyah (1989-1995), Bapak Ruslan

Hasan (1995-1997), Bapak Zamardin Abbas (1997-1998), Bapak Drs.

Burhanuddin Lubis (1998-2005), Ibu Dra. Hj. Rebekka Girsang (2005-2006),

dan Bapak Drs. Sahlan Daulay, M.Pd (2006-Sekarang). Pesatnya

pembangunan Kota Medan dan pertimbangan terhadap perkembangan SMA

Negeri 3 Medan pada masa yang akan datang, menyebabkan lokasi SMA

Negeri 3 Medan yang berada di Jalan Seram dirasakan kurang strategis,

sehingga pada tahun 1978 lokasi SMA Negeri 3 Medan dipindahkan ke Jalan

Budi Kemasyarakatan No. 3 Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan

Barat. Pada awal pindahnya SMA Negeri 3 Medan di Kelurahan Pulo Brayan

Kota Kecamatan Medan Barat dipimpin oleh Bapak Abdul Rahim Batubara

sampai dengan tahun 1984. Sampai saat ini SMA Negeri 3 Medan masih tetap

eksis berada di Jalan Budi Kemasyarakatan No. 3 Kelurahan Pulo Brayan

Kota Kecamatan Medan Barat Kota Medan (Tim ICT SMAN 3 Medan, 2014).

2. Visi Misi Sekolah

Berdasarkan situs resmi SMA Negeri 3 Medan, visi SMA Negeri 3

(44)

Memiliki Pengetahuan Yang Luas, Berwawasan Lingkungan, Serta

Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Yang Tinggi Dengan

Dilandasi Iman dan Taqwa.

Sedangkan misi SMA Negeri 3 Medan adalah :

a. Membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, serta berakhlak dan berbudi pekerti luhur,

b. Meningkatkan prestasi akademik lulusan secara berkelanjutan,

c. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap

siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimilikinya,

d. Menumbuhkan dan mendorong keunggulan dalam penerapan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni,

e. Mewujudkan sekolah yang berwawasan lingkungan,

f. Meningkatkan prestasi pada bidang ekstra kurikuler,

g. Menumbuhkan dan meningkatkan minat baca siswa,

h. Meningkatkan kemampuan ber-bahasa Inggris,

i. Meningkatkan wawasan pengetahuan, serta penguasaan teknologi

informasi dan komunikasi (Tim ICT SMAN 3 Medan, 2014).

3. Kelas Unggulan

a. Pengertian Kelas Unggulan

Pengertian kelas unggulan di Indonesia sesuai yang dikeluarkan oleh

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1996) adalah

suatu kelas yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam proses dan

(45)

penyelenggaraan kelas unggulan yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan

Dasar (1996) adalah sejumlah anak didik yang karena prestasinya menonjol

dikelompokkan di dalam satu kelas tertentu kemudian diberi program

pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan, dan adanya

tambahan materi pada materi pelajaran tertentu (Depdikbud, 1996).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

kelas unggulan merupakan suatu kelas yang didalamnya terdapat sejumlah

anak didik yang memiliki prestasi menonjol dibandingkan anak didik lainnya

yang kemudian diberi program pengajaran yang sesuai dengan kurikulum

yang dikembangkan.

b. Ciri - Ciri Kelas Unggulan

Kelas unggulan yang dikembangkan untuk mewadahi peserta didik

yang memiliki potensi kecerdasan yang tinggi ini harus memiliki ciri-ciri

sebagai berikut (Depdikbud, 1996) :

1) Masukan atau raw input adalah peserta didik yang diseleksi secara

baik dengan menggunakan kriteria dan prosedur yang dapat

dipertanggungjawabkan yang mampu membedakan antara anak yang

memiliki potensi kecerdasan yang tinggi atau memiliki kebakatan yang

istimewa dengan anak yang hanya memiliki kecerdasan normal.

Kriteria yang biasa digunakan adalah hasil belajar dan hasil psikotes.

2) Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi belajar peserta

(46)

3) Lingkungan belajar yang menunjang untuk berkembangnya potensi

keunggulan, baik lingkungan fisik maupun sosial psikologis.

4) Guru dan tenaga kependidikan yang unggul dari penguasaan materi

pelajaran, penguasaan metode mengajar dan komitmen dalam

melaksanakan tugas.

5) Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional yang diperkaya,

dengan tetap berpegagang pada kurikulum nasional yang baku,

dilakukan pengayaan yang optimal sesuai dengan tuntutan belajar

peserta didik yang memiliki kecepatan dan motivasi belajar yang

tinggi.

6) Jumlah jam waktu belajar di sekolah yang lebih lama dibandingkan

kelas lain pada umumnya.

7) Proses belajar mengajar yang bermutu dan hasilnya selalu dapat

dipertanggungjawabkan kepada peserta didik, lembaga maupun

masyarakat.

8) Pembinaan kemampuan kepemimpinan yang menyatu dalam

keseluruhan sistem pembinaan peserta didik dan melalui praktek

langsung dalam kehidupan sehari-hari.

4. Dinamika Persepsi Iklim Kelas Dengan Penggunaan Strategi Self-Regulated Learning

Sebagai suatu proses, Schunk & Zimmerman (1998) mengemukakan

bahwa self-regulated learning bukan sebagai kemampuan mental seperti

(47)

mengarahkan diri untuk mengubah kemampuan mental menjadi kemampuan

akademik. Tentunya, dalam menjalankan perubahan tersebut seorang siswa

perlu memiliki suatu cara atau strategi yang digunakan. Zimmerman dan

Martinez-Pons (dalam Boerkarts, Pintrich, & Zeidner, 2000) mengungkapkan

terdapat empat belas strategi self-regulated learning. Dikarenakan dalam

menjalankan proses self-regulated learning siswa dapat menggunakan

keempat belas strategi tersebut, maka dalam penggunaannya faktor-faktor

yang dapat mempengaruhinya juga sama.

Berdasarkan teori sosial kognitif, Zimmerman (1989) mengemukakan

bahwa self-regulated learning dipengaruhi oleh tiga faktor besar yaitu faktor

individu, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Pada faktor lingkungan

sendiri, Zimmerman (1989) menjelaskan bahwa dua jenis lingkungan yang

dapat mempengaruhi self-regulated learning yaitu pengalaman sosial dan

lingkungan belajar. Kemudian Dewantoro (dalam Hadi, 2003)

menggolongkan lingkungan belajar menjadi 3 jenis, yaitu lingkungan

keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Menurut Moos

(dalam Baek & Choi, 2002), lingkungan sekolah yaitu suasana dimana tempat

proses belajar-mengajar berlangsung akan memiliki kaitan yang erat dengan

proses belajar siswa. Kaitan yang dimaksud disini yaitu lingkungan sekolah,

termasuk suasana ruang kelas yang dialami oleh siswa akan mempengaruhi

metode belajarnya. Suasana yang dialami siswa dalam kelas tersebut lazim

(48)

Iklim kelas merupakan keadaan psikologis dan hubungan sosial yang

terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan

antara siswa dengan siswa lainnya (Rawnsley & Fisher, 1998). Persepsi siswa

akan iklim kelas merupakan penilaian yang dapat digunakan untuk

mengetahui iklim kelas dikarenakan siswa telah menghadapi lingkungan

belajar yang beraneka ragam serta telah menghabiskan banyak waktu di dalam

kelas sehingga memiliki perasaan yang akurat terhadap kelas (dalam Nair,

2001). Persepsi menurut Chaplin (1999) merupakan upaya mengamati dunia,

mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek serta kejadian.

Persepsi iklim kelas dapat diartikan sebagai proses pemahaman keadaan

psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk di dalam kelas sebagai hasil

interaksi antara siswa dengan guru, dan antara siswa dengan siswa lainnya.

Amar & Strugo (2003) menambahkan bahwa persepsi siswa akan iklim kelas

yang positif akan membuat siswa menggunakan cara belajar yang inovatif

(Adelman & Taylor, dalam Lee, 2003). Dengan kata lain, persepsi iklim kelas

diasumsikan berkorelasi dengan penggunaan strategi self-regulated learning

siswa. Self-regulated learning dibutuhkan oleh setiap jenis pendidikan, salah

satunya adalah siswa kelas unggulan karena kelas unggulan adalah sejumlah

anak didik yang karena prestasinya menonjol dikelompokkan di dalam satu

kelas tertentu kemudian diberi program pengajaran yang sesuai dengan

kurikulum yang dikembangkan, dan adanya tambahan materi pada materi

(49)

Di kota Medan sendiri, salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA)

yang memiliki kelas unggulan adalah SMA Negeri 3 Medan. Berdasarkan

hasil wawancara pada salah satu guru di SMA Negeri 3 Medan, siswa-siswi

kelas unggulan dipilih berdasarkan penyaringan siswa yang ketat. Proses

seleksi dimulai dari penyaringan nilai rapor yang dilanjutkan dengan tes

kemampuan akademik dengan memberikan soal-soal mata pelajaran wajib

seperti matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. SMA Negeri 3

Medan juga telah memenuhi beberapa ciri-ciri dalam mengembangkan kelas

unggulan yang dikemukakan oleh Depdikbud (1996) yaitu memiliki sarana

dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi belajar peserta didik, baik

dalam kegiatan intra maupun ekstra kurikuler, lingkungan belajar yang

menunjang untuk berkembangnya potensi keunggulan, baik lingkungan fisik

maupun sosial psikologis serta guru dan tenaga kependidikan yang unggul dari

penguasaan materi pelajaran dan penguasaan metode mengajar.

Oleh karena ciri-ciri yang harus dipenuhi dalam mengembangkan kelas

unggulan, suasana yang terjadi di dalam kelas menuntut para siswanya untuk

menerapkan strategi self-regulated learning yang efektif. Berdasarkan hasil

wawancara pada siswa kelas unggulan SMA Negeri 3 Medan didapatkan

bahwa saat siswa merasa mendapat dukungan yang besar dari guru dengan

mendapat kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya melalui soal-soal

yang diberikan untuk diselesaikan, mereka akan cenderung meninjau ulang

buku catatan atau buku pelajaran agar mudah memahami pelajaran yang

(50)

sekolah dan guru memberikan banyak kesempatan untuk berpartisipasi dalam

diskusi kelas, siswa tersebut berusaha mengatur materi pembelajaran dengan

membuat ringkasan sebelum mempelajari suatu materi, membuat rencana dan

tujuan belajar dengan cara belajar beberapa minggu sebelum ujian dan

mengulangnya serta mengingatnya kembali serta saat ujian tiba. Strategi

lainnya yang dilakukan oleh beberapa siswa kelas unggulan saat suasana kelas

menuntut mereka untuk mencari tahu dalam kegiatan belajar, maka siswa akan

cenderung melakukan evaluasi terhadap kemajuan tugasnya dengan mengecek

kembali hasil belajarnya. Begitu juga saat siswa merasa iklim kelasnya

menuntut mereka untuk bekerja sama maka siswa tersebut akan melakukan

strategi dengan cara mencari bantuan teman.

5. Hipotesa Penelitian

Bedasarkan uraian teoritis, maka peneliti membuat hipotesa bahwa

terdapat pengaruh persepsi iklim kelas terhadap penggunaan strategi

self-regulated learning siswa kelas X dan XI unggulan pada SMA Negeri 3

(51)

35

Unsur yang paling penting dalam suatu penelitian adalah metode

penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari suatu

penelitian dapat dipertangung jawabkan (Hadi, 2000). Penelitian ini termasuk

jenis penelitian kuantitatif yang bersifat inferensial, yang bertujuan untuk

melakukan analisis hubungan antar variabel dengan pengujian hipotesis.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu :

Variabel bebas : Persepsi iklim kelas

Variabel terikat : Strategi self-regulated learning

B. Definisi Operasional 1. Persepsi Iklim Kelas

Persepsi iklim kelas merupakan proses pemahaman hubungan yang

terbentuk di dalam kelas sebagai hasil interaksi antara siswa dengan guru, dan

antara siswa dengan siswa lainnya dimana di dalam interaksi tersebut terdapat

kekompakan siswa yaitu sejauh mana siswa saling mengenal dan membantu

satu sama lain, dukungan guru yaitu sejauh mana guru membantu siswa dalam

memahami pelajaran dan saat siswa mengalami kesulitan dalam tugasnya,

keterlibatan siswa dalam pembelajaran yaitu sejauh mana siswa berpartisipasi

dalam diskusi di kelas dengan cara memberikan pendapat saat diskusi,

(52)

orientasi tugas pada siswa yaitu sejauh mana siswa fokus pada tugas yang

diberikan guru, kerjasama yaitu sejauh mana siswa belajar bersama siswa

lainnya dan kesetaraan yaitu sejauh mana siswa diperlakukan sama oleh

gurunya dengan cara guru memberikan satu siswa tugas yang sama seperti

siswa lainnya.

Iklim kelas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala

WIHIC (What Is Happening In this Class?) yang dimodifikasi oleh peneliti

beradasarkan tujuh dimensi iklim kelas yang dikemukakan oleh Fraser, Fisher

dan McRobbie (dalam Khine, 2001) yaitu kekompakan siswa, dukungan guru,

keterlibatan dalam pembelajaran, investigasi, orientasi tugas, kerjasama, dan

kesetaraan.

Iklim kelas dapat dilihat dari skor yang diperoleh dari skala tersebut.

Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin positif pula

persepsi siswa terhadap iklim kelas. Demikian pula sebaliknya, semakin

rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin negatif pula persepsi siswa

terhadap iklim kelas.

2. Strategi Self-Regulated Learning

Penggunaan strategi self-regulated learning adalah strategi yang

digunakan siswa dalam mengatur sendiri metode belajarnya dengan cara

membuat evaluasi terhadap kemajuan belajarnya yaitu memutuskan apakah

apa yang sudah dipelajarinya mencapai tujuan yang sudah ditentukan,

mengatur materi pelajaran yaitu mengubah materi pelajaran menjadi lebih

(53)

dan tujuan belajar yaitu membuat urutan pengerjaan tugas, mencari informasi

yaitu menetapkan informasi apa yang penting dan mendapatkannya, mencatat

hal-hal yang penting yaitu mencatat topik pelajaran yang penting untuk

dipelajari, mengatur lingkungan belajar yaitu memilih lingkungan yang dapat

membantu mereka untuk belajar, konsekuensi setelah mengerjakan tugas yaitu

memberikan reward atau hukuman bila telah berhasil atau gagal dalam

mengerjakan tugas, mengulang dan mengingat yaitu mempelajari ulang materi

pelajaran, meminta bantuan teman, guru dan orangtua, mengulang catatan

sebelumnya, mengulang soal-soal ujian, serta membaca buku teks agar tujuan belajarnya tercapai.

Penggunaan strategi self-regulated learning dalam penelitian ini diukur

dengan menggunakan skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan empat

belas strategi self-regulated learning yang dikemukakan oleh Zimmerman

Martinez-Pons (1988) yang meliputi evaluasi terhadap kemajuan tugas,

mengatur materi pelajaran, membuat rencana dan tujuan belajar, mencari

informasi, mencatat hal penting, mengatur lingkungan belajar, konsekuensi

setelah mengerjakan tugas, mengulang dan mengingat, meminta bantuan

teman, meminta bantuan guru, meminta bantuan orang dewasa, mengulang

catatan sebelumnya, mengulang ujian atau tugas, dan membaca buku teks.

Hasil pada skala ini menunjukkan bila semakin tinggi skor yang

didapat maka semakin tinggi pula penggunaan strategi self-regulated learning

siswaSebaliknya, semakin rendah skor yang didapat maka semakin rendah

Gambar

Tabel 1. Populasi Penelitian
Tabel 2. Blue Print Skala WIHIC
Tabel 3. Blue Print Skala Strategi Self-Regulated Learning
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala WIHIC Setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Identifikasi Masalah ... Pembatasan Masalah ... Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ...

PERSEMBAHAN ... DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Batasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Sistematika Penulisan

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Rumusan Masalah ... Batasan Masalah ... Tujuan Penulisan ... Manfaat Penulisan ... Metode Penulisan ... Sistematika

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah… ... Rumusan Masalah ... Manfaat Penelitian ... Sistematika Penulisan ... Pengertian Emosi ... Pengertian Emosi Negatif

Penelitian ini bertujuan untuk untuk melihat pengaruh persepsi iklim kelas terhadap penggunaan strategi self-regulated learning siswa kelas X dan XI unggulan pada

DAFTAR GAMBAR ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Manfaat Teoritis ... Manfaat Praktis .... Sistematika Penulisan ... Penyesuaian Diri

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Batasan dan Asumsi Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Sistematika Penulisan Tugas Akhir ...

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah…... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian …... Manfaat Penelitian ... Sistematika Penulisan ... Emosi Negatif ... Pengertian Emosi