• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Perbaikan Metode Kerja pada Stasiun Pengantongan Semen di PT. Yoga Wibawa Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancangan Perbaikan Metode Kerja pada Stasiun Pengantongan Semen di PT. Yoga Wibawa Mandiri"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN PERBAIKAN METODE KERJA

PADA STASIUN PENGANTONGAN SEMEN

DI PT. YOGA WIBAWA MANDIRI

TESIS

OLEH

CUT ITA ERLIANA 117025001/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

RANCANGAN PERBAIKAN METODE KERJA

PADA STASIUN PENGANTONGAN SEMEN

DI PT. YOGA WIBAWA MANDIRI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Teknik

dalam Program Studi Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

CUT ITA ERLIANA 117025001/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : RANCANGAN PERBAIKAN METODE KERJA PADA STASIUN PENGANTONGAN SEMEN DI PT. YOGA WIBAWA MANDIRI

Nama Mahasiswa : Cut Ita Erliana Nomor Pokok : 117025001 Program Studi : Teknik Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE) (Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, MT)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

RANCANGAN PERBAIKAN METODE KERJA PADA STASIUN

PENGANTONGAN SEMEN DI PT. YOGA WIBAWA MANDIRI

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara

benar dan jelas.

Medan, Juli 2014 Yang Membuat Pernyataan,

(5)

Telah di uji pada

Tanggal : 16 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Anggota : Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng

(6)

ABSTRAK

PT. Yoga Wibawa Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengantongan semen dan menjalin kemitraan dengan PT. Semen Padang sejak tahun 2008. Produk yang dihasilkan adalah Semen Portland Pozzolan 50 kg. Masalah yang dihadapi perusahaan adalah kemampuan produksi semen yang lebih rendah dari permintaan semen. Analisis awal dilakukan terhadap komponen sistem kerja yaitu manusia, bahan baku, mesin, dan lingkungan kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor manusia yaitu pada metode kerja yang berpengaruh terhadap kemampuan produksi semen.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan rancangan perbaikan metode kerja pada stasiun pengantongan semen agar waktu pengerjaan produk menjadi lebih singkat sehingga jumlah produksi semen meningkat.

Perhitungan waktu elemen gerakan bagian pengantongan semen dilakukan dengan menggunakan metode Modular Arrangement of Predermined Time Standards (MODAPTS). Rancangan perbaikan metode kerja dilakukan dengan work elimination dan work simplification sesuai Prinsip Ekonomi Gerakan. Hasil pengukuran perbaikan metode kerja pada stasiun pengantongan semen menghasilkan penurunan waktu siklus sebesar 3,741 detik atau 34% dan kenaikan jumlah produksi sebanyak 16,8 ton/operator.

(7)

ABSTRACT

PT. Yoga Wibawa Mandiri is a company which operates in cement bagging service and has established partnership with PT. Semen Padang since 2008. The products produced by the company is Portland Pozzolan 50 kg cement. The problem faced by the company is the ability of cement production is lower than the demand for cement. Initial analysis was about the component of work system of human resources, raw material, machines, and work environment. The result of the analysis showed that the human resources in the working method influenced the capacity of the production.

The purpose of the research was to identify the design for the improvement of work method by using Modular Arrangement of Predermined Time Standards (MODAPTS). The design for the improvement of work method was conducted by using work elimination and work simplification, according to the Principles of Motion Economy. The result of the measurement of the improvement of work method in the cement bagging station showed that there was decrease in cycle time of 3.741 seconds or 34% and the increase in the amount of production of 16.8 tons/operator.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Lhokseumawe - Aceh pada tanggal 2 November 1981,

merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ir. H. TM. Ali Akbar

dan Ibu Hj. Nuraliyah.

Riwayat pendidikan formal yang dilalui penulis berawal dari Sekolah Dasar

Negeri Hagu Selatan tahun 1987-1993, Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun

1993-1996 di SMP Negeri 1 Lhokseumawe, Sekolah Menengah Atas tahun 1993-1996-1999 di

SMA Negeri 1 Lhokseumawe. Pada tahun 1999 melanjutkan pendidikan Strata-1 di

Universitas Islam Bandung, Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri dan

dinyatakan lulus pada tahun 2004.

Pada akhir tahun 2008 penulis diterima sebagai staf pengajar pada Program Studi

Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh. Penulis mendapatkan izin

sekolah untuk melanjutkan pendidikan Strata-2 pada Program Studi Magister Teknik

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat ALLAH SWT atas segala karunia dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, sekaligus mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan.

(10)

Secara khusus penghargaan penulis ucapkan kepada suami tercinta Dahlan Abdullah, ST, M.Eng dan ananda tercinta Cut Zahra Almaira, terima kasih atas cinta, kasih sayang, kesabaran, pengertian, motivasi dan doanya. Bapak dan Ibu tercinta H. TM. Ali Akbar dan Hj. Nuraliyah, Ibunda Cut Aminah, abang, kakak dan adik T. Fauzan, ST, MT, Cut Mutia Dewi, SE, T.Farhan, Cut Shyfa atas doa, kasih sayang, dan motivasi yang diberikan untuk menyelesaikan studi. Terima kasih juga atas bantuan selama perkuliahan kepada Rosanti Osie Banabana dan rekan-rekan seperjuangan angkatan 14 (Bang Azis, Kak Meri, Bang Yanta, Yudi), angkatan 13,15 dan 16. Kemudian kepada semua pihak yang pernah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu sangat diharapkan saran dan masukan yang konstruktif untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Terima Kasih.

Medan, Juli 2014 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

1.2 Perumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Batasan Masalah dan Asumsi ... 9

1.6 Sistematika Penulisan Tesis ... 10

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR ... 12

2.1 Perbaikan Metode Kerja (Methods Improvement)... 12

2.2 Prosedur Sistematis untuk melaksanakan Analisis Metode Kerja ... 15

2.3 Prinsip Ekonomi Gerakan ... 16

2.4 Studi Gerakan ... 18

2.5 Peta Kerja ... 20

2.5.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan ... 20

2.5.2 Peta Pekerja dan Mesin ... 21

2.6 Teknik Pengukuran Kerja ... 22

2.6.1 Kelonggaran ... 23

2.7 Modular Arrangement of Predermined Time Standards ... 26

2.8 Lingkungan Kerja ... 29

(12)

BAB 3 GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI ... 35

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 35

3.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 36

3.2.1 Visi Perusahaan ... 36

3.2.2 Misi Perusahaan ... 36

3.2.3 Produk ... 36

3.3 Organisasi dan Manajemen ... 37

3.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan ... 37

3.3.2 Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... 41

3.4 Mesin yang Digunakan Perusahaan ... 41

3.5 Proses Produksi ... 42

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 43

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

4.2 Subjek Penelitian ... 43

4.3 Jenis Penelitian ... 43

4.4 Identifikasi Variabel Penelitian ... 44

4.4.1 Variabel Independen ... 44

4.4.2 Variabel Dependen ... 44

4.4.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 44

4.4.4 Definisi Operasional ... 45

4.5 Instrumen Penelitian ... 45

4.6 Jenis dan Sumber Data ... 46

4.6.1 Data Primer ... 46

4.6.2 Data Skunder ... 46

4.7 Prosedur Penelitian ... 47

4.8 Pelaksanaan Penelitian ... 48

4.9 Tahap Pengumpulan Data ... 49

4.10 Tahap Pengolahan Data ... 50

4.11 Tahap Analisis Pemecahan Masalah ... 50

(13)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

5.1 Data Permintaan dan produksi Semen Tahun 2013 ... 53

5.2 Data Permintaan dan Produksi Semen Tahun 2014 ... 53

5.3 Data Upah Lembur Tahun 2013 ... 54

5.4 Data Upah Lembur Tahun 2014 ... 57

5.5 Data Operator ... 57

5.6 Jumlah Kantong Semen yang dihasilkan Operator ... 58

5.7 Data Elemen Gerakan ... 58

5.8 Prinsip Ekonomi Gerakan ... 60

5.9 Data Waktu Pengerjaan ...71

5.10 Perhitungan Faktor Kelonggaran (Allowance)... 80

5.11 Peta Pekerja dan Mesin ... 83

5.12 Rancangan Usulan ... 85

5.12.1 Prinsip Ekonomi Gerakan ... 85

5.12.2 Perhitungan Waktu dengan Elemen Gerakan Usulan ... 88

5.12.3 Perhitungan Faktor Kelonggaran (Allowance)... 93

5.12.4 Perhitungan Waktu Standar ... 93

5.12.5 Perbandingan Metode Kerja Aktual dan Usulan ... 94

5.12.6 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Usulan ... 96

5.12.7 Penggunaan Anggota Tubuh Usulan ... 96

5.12.8 Peta Pekerja dan Mesin Usulan ... 98

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

6.1Kesimpulan ... 99

6.2Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Hasil Produksi Semen Tahun 2013 ... 2

2.1 Gerakan Dasar Therbligs ... 19

2.2 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor yang berpengaruh... 24

2.3 Perbandingan Metode Time Study dan Modapts ... 27

2.4 Kode Modapts ... 28

5.1 Data Permintaan dan produksi Semen Tahun 2013 ... 52

5.2 Data Permintaan dan Produksi Semen Tahun 2014 ... 53

5.3 Data Upah Lembur Tahun 2013 ... 55

5.4 Data Upah Lembur Tahun 2014 ... 56

5.5 Data Operator ... 57

5.6 Jumlah Kantong yang dihasilkan Operator ... 58

5.7 Elemen Gerakan Operator ... 59

5.8 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Operator 1 ... 60

5.9 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Operator 2 ... 61

5.10 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Operator 3 ... 62

5.11 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Operator 4 ... 62

5.12 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Operator 5 ... 63

5.13 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Operator 6 ... 63

5.14 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Operator 7 ... 64

5.15 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Operator 8 ... 64

5.16 Rekapitulasi Waktu Gerakan Tangan Operator 1 s.d 8 ... 65

5.17 Bagian Tubuh Operator untuk Melakukan Pekerjaan ... 66

5.18 Rekapitulasi Penggunaan Anggota Tubuh ... 67

5.19 Tahapan Gerakan Operator ... 68

(15)

5.21 Lembar Kerja Modapts Operator 1 ... 72

5.22 Lembar Kerja Modapts Operator 2 ... 73

5.23 Lembar Kerja Modapts Operator 3 ... 74

5.24 Lembar Kerja Modapts Operator 4 ... 75

5.25 Lembar Kerja Modapts Operator 5 ... 76

5.26 Lembar Kerja Modapts Operator 6 ... 77

5.27 Lembar Kerja Modapts Operator 7 ... 78

5.28 Lembar Kerja Modapts Operator 8 ... 79

5.29 Rekapitulasi Waktu Normal Tiap Operator ... 80

5.30 Perhitungan Allowance (Kelonggaran) untuk Operator ... 81

5.31 Waktu Standar Tiap Operator ... 82

5.32 Peta Pekerja dan Mesin Operator A ... 84

5.33 Rekapitulasi Peta Pekerja dan Mesin Operator A s.d H ... 85

5.34 Gerakan yang Tidak Sesuai dengan Prinsip Ekonomi Gerakan ... 86

5.35 Lembar Kerja Modapts Usulan Operator 1 ... 89

5.36 Lembar Kerja Modapts Usulan Operator 2 ... 89

5.43 Perhitungan Allowance Untuk Operator ... 93

5.44 Waktu Standar Tiap Operator ... 94

5.45 Perbandingan Waktu Standar Metode Kerja Aktual dan Usulan ... 94

5.46 Perbandingan Hasil Produksi Semen ... 94

5.47 Peta Tangan Kiri dan Kanan Usulan ... 96

5.48 Bagian Tubuh yang Digunakan untuk Melakukan Pekerjaan... 97

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Bahan Baku ... 3

1.2 Mesin yang Digunakan ... 4

1.3 Tahapan Gerakan Operator Pada Pengantongan Semen Aktual ... 5

1.4 Tahapan Gerakan Operator detail pada Pengantongan Semen ... 6

1.5 Kondisi Lingkungan Kerja Fisik Perusahaan ... 7

2.1 Langkah-langkah dalam Analisis Metode Kerja ... 12

2.2 Interaksi Faktor-faktor Produksi dalam Analisis Metode Kerja ... 14

3.1 Produk yang Dihasilkan ... 36

3.2 Struktur Organisasi PT. Yoga Wibawa Mandiri ... 38

4.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 44

4.2 Prosedur Pengamatan Ekonomi Gerakan Operator ... 47

4.3 Prosedur Pengukuran Work and Idle Operator ... 48

4.4 Blok Diagram Prosedur Penelitian ... 51

5.1 Data Permintaan dan produksi Semen Tahun 2013 ... 53

5.2 Data Permintaan dan Produksi Semen Tahun 2014 ... 54

5.3 Data Upah Lembur Tahun 2013 ... 56

5.4 Data Upah Lembur Tahun 2014 ... 57

5.5 Gerakan Kerja Operator ... 59

5.6 Grafik Waktu Gerakan Tangan ... 65

5.7 Penggunaan Anggota Tubuh Operator Saat Bekerja ... 67

5.8 Perbandingan Waktu Tiap Gerakan Operator ... 69

5.9 Layout Area Produksi ... 70

5.10 Grafik Waktu Standar Tiap Operator ... 82

5.11 Gerakan Kerja Aktual ... 87

5.12 Gerakan Kerja Usulan ... 88

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

(18)

ABSTRAK

PT. Yoga Wibawa Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengantongan semen dan menjalin kemitraan dengan PT. Semen Padang sejak tahun 2008. Produk yang dihasilkan adalah Semen Portland Pozzolan 50 kg. Masalah yang dihadapi perusahaan adalah kemampuan produksi semen yang lebih rendah dari permintaan semen. Analisis awal dilakukan terhadap komponen sistem kerja yaitu manusia, bahan baku, mesin, dan lingkungan kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor manusia yaitu pada metode kerja yang berpengaruh terhadap kemampuan produksi semen.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan rancangan perbaikan metode kerja pada stasiun pengantongan semen agar waktu pengerjaan produk menjadi lebih singkat sehingga jumlah produksi semen meningkat.

Perhitungan waktu elemen gerakan bagian pengantongan semen dilakukan dengan menggunakan metode Modular Arrangement of Predermined Time Standards (MODAPTS). Rancangan perbaikan metode kerja dilakukan dengan work elimination dan work simplification sesuai Prinsip Ekonomi Gerakan. Hasil pengukuran perbaikan metode kerja pada stasiun pengantongan semen menghasilkan penurunan waktu siklus sebesar 3,741 detik atau 34% dan kenaikan jumlah produksi sebanyak 16,8 ton/operator.

(19)

ABSTRACT

PT. Yoga Wibawa Mandiri is a company which operates in cement bagging service and has established partnership with PT. Semen Padang since 2008. The products produced by the company is Portland Pozzolan 50 kg cement. The problem faced by the company is the ability of cement production is lower than the demand for cement. Initial analysis was about the component of work system of human resources, raw material, machines, and work environment. The result of the analysis showed that the human resources in the working method influenced the capacity of the production.

The purpose of the research was to identify the design for the improvement of work method by using Modular Arrangement of Predermined Time Standards (MODAPTS). The design for the improvement of work method was conducted by using work elimination and work simplification, according to the Principles of Motion Economy. The result of the measurement of the improvement of work method in the cement bagging station showed that there was decrease in cycle time of 3.741 seconds or 34% and the increase in the amount of production of 16.8 tons/operator.

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri semen merupakan salah satu industri prospektif saat ini. Asosiasi Semen

Indonesia (ASI) menyebutkan pada tahun 2012 kebutuhan semen nasional mencapai

54,9 juta ton dan tahun 2013 mencapai 58,5 juta ton atau meningkat 6 persen. Pada tahun

2014 diprediksi kebutuhan semen nasional akan meningkat 10 persen atau sebesar 64

juta ton.

Konsumsi semen nasional yang semakin meningkat ini menjadi peluang sekaligus

tantangan bagi pabrik semen untuk terus bersaing satu dan lainnya. Salah satu bentuk

persaingan adalah banyaknya jumlah unit pengantongan semen (packing plant) yang

dimiliki perusahaan untuk kelancaran distribusi semen ke daerah. Hal ini diharapkan

perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan di wilayah tersebut. Namun disisi

lain metode kerja yang diterapkan pada tiap packing plant adalah berbeda, misalnya

dalam hal fasilitas produksi yang digunakan. Packing plant yang didukung oleh mesin

pengantongan (packer) yang bersifat otomatis, menyebabkan beban kerja operator

menjadi berkurang, dimana kantong atau zak akan terisi secara otomatis dengan bantuan

robot. Namun tidak semua perusahaan memakai sistem robotic karena alasan finansial.

(21)

Salah satu perusahaan yang masih menggunakan mesin packer manual adalah

PT. Yoga Wibawa Mandiri. Perusahaan yang berdomisili di pelabuhan

Krueng Geukuh – Lhokseumawe ini menjalin kemitraan dengan PT. Semen Padang

sejak tahun 2008 dalam bidang pengantongan semen. Hasil wawancara dengan pihak

perusahaan, perusahaan mengeluhkan jumlah produksi semen yang lebih rendah dari

jumlah permintaan semen. Data hasil produksi semen tahun 2013 ditunjukkan pada

Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Hasil Produksi Semen Tahun 2013.

No Periode Permintaan (ton) Produksi (ton)

1 Januari 7421 6356

Sumber: Perusahaan.

Tabel 1.1 menunjukkan jumlah permintaan lebih tinggi dari jumlah produksi dan

ini terjadi setiap bulan selama tahun 2013. Selama ini perusahaan menerapkan jam

lembur. Akibat penerapan jam lembur, perusahaan harus mengeluarkan dana tambahan

untuk membayar upah lembur dengan kisaran Rp. 30.000.000,- setiap tahunnya.

(22)

perubahan agar jumlah produksi semen pada jam kerja sama besarnya dengan jumlah

permintaan semen.

Penulis melakukan analisis awal pada komponen sistem kerja untuk mengetahui

penyebab dari menurunnya produktivitas perusahaan. Pada komponen bahan baku,

semen curah dan kantong semen dikirimkan oleh Semen Padang menggunakan kapal

laut. Selama ini tidak ada masalah pada bahan baku karena pengiriman selalu tepat

waktu dan dalam jumlah yang mencukupi sehingga bahan baku bukan faktor penyebab

menurunnya produktivitas perusahaan. Bahan baku ditunjukkan pada Gambar 1.1.

a. Kantong semen. b. Kapal pengangkut semen curah

c. Semen curah dialirkan melalui pipa inlet.

d. Semen curah dialirkan ke silo.

(23)

Mesin yang digunakan adalah mesin packer manual sehingga operator diharuskan

untuk memasang kantong semen atau zag yang kosong ke lengan pengisi (spout) mesin

packer. Mesin ini berkapasitas 40 ton/jam dengan kapasitas terpakai adalah 70%.

Berdasarkan data diatas komponen mesin bukan merupakan faktor penyebab rendahnya

jumlah produksi semen karena kapasitas mesin melebihi kapasitas produksi dan

persentase kapasitas terpakai masih dibawah 100%. Mesin yang digunakan ditunjukkan

pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Mesin yang digunakan

Pada faktor manusia, operator pada stasiun kerja pengantongan semen adalah

operator yang sudah berpengalaman (bekerja di perusahaan ini sejak tahun 2008) dan

berjumlah 8 orang. Tiap mesin packer dioperasikan oleh dua operator yang bergantian

dengan operator lainnya setiap 3,5 jam kerja. Sampai saat ini perusahaan beroperasi

tanpa didukung dengan SOP (Standard Operating Procedure). Metode kerja yang

diterapkan berdasarkan kebiasaan apa yang sudah mereka jalankan bertahun-tahun.

Belum ada standar waktu kerja bagi operator, sehingga operator tidak mempunyai acuan

(24)

a. Operator menyalakan mesin packer.

b. Operator berputar dan berjalan mengambil kantong semen.

c. Operator berputar, berjalan dan memegang kantong semen.

d. Operator mengarahkan kantong semen ke lengan mesin packer.

Gambar 1.3 Tahapan Gerakan Operator Pada Proses Pengantongan Semen Aktual.

Pada Gambar 1.3 tampak operator melakukan pekerjaan pengantongan semen.

Gerakan pertama ditunjukkan pada Gambar I.3.a operator menyalakan mesin packer.

Gerakan selanjutnya adalah berputar sebesar 180° untuk mengambil kantong semen

yang terletak di meja dibelakang operator. Gerakan ini dilakukan sebanyak 240 kali

dalam satu jam kerja. Tahapan gerakan operator secara detail tiap elemen kegiatan

(25)

a. Operator menyalakan mesin packer. b. Operator berputar dan berjalan

c. Operator mengambil kantong semen. d. Operator berputar dan berjalan membawa kantong semen.

e. Operator memegang kantong semen. f. Operator meletakkan kantong semen ke lengan mesin packer.

(26)

PT. Yoga Wibawa Mandiri terletak di Pelabuhan Krueng Geukuh dengan

kondisi lingkungan kerja fisik ditunjukkan pada Gambar 1.5.

a. Kecepatan angin 5,7 m/s. b. Kelembaban udara 100%.

c. Suhu 30°C. d. ISPU 222.

Gambar 1.5 Kondisi Lingkungan Kerja Fisik Perusahaan.

Berdasarkan Gambar 1.5 dan mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/Xi/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan

(27)

100% artinya suhu dan kelembaban perusahaan masih dalam ambang batas. Indeks

Standar Pencemaran Udara termasuk dalam kategori sangat tidak sehat dikarenakan

debu semen yang sangat banyak beterbangan. Tetapi efek debu terhadap pekerja tidak

diamati di dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil analisis awal terhadap empat komponen sistem kerja

diidentifikasi bahwa faktor penyebab tidak terpenuhinya permintaan semen pada jam

kerja adalah pada komponen metode kerja.

Berdasarkan fenomena dan literatur di atas maka perlu diadakan penelitian di PT.

Yoga Wibawa Mandiri untuk menemukan solusi berupa rancangan perbaikan metode

kerja agar jumlah produksi semen pada jam kerja meningkat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan bahwa terdapat metode

kerja dengan gerakan repetitif dalam frekuensi tinggi yang menyebabkan pemborosan

waktu kerja dan produksi semen pada jam kerja tidak terpenuhi, oleh karena itu

diperlukan perbaikan metode kerja.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa metode kerja yang

berlangsung saat ini dan melakukan perbaikan metode kerja yang dilakukan oleh

operator untuk mempersingkat waktu pengerjaan produk sehingga jumlah produksi

(28)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan peneliti untuk mengamati dan menganalisis

permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan khususnya dalam penerapan

metode kerja pada proses pengantongan semen.

2. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan untuk dapat merancang metode

kerja yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dalam mencari solusi

terbaik dalam perbaikan metode kerja.

1.5 Batasan Masalah dan Asumsi

Untuk menghindari meluasnya pembahasan dari yang sebenarnya diteliti, maka

penulis membuat batasan masalah dan asumsi. Penelitian ini dibatasi pada:

1. Penelitian dilakukan di PT. Yoga Wibawa Mandiri pada stasiun kerja

pengantongan semen.

2. Operator yang diamati adalah operator pada stasiun kerja pengantongan

semen.

3. Masalah penelitian dibatasi pada aspek ergonomi proses pengantongan

semen.

Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Proses produksi berada pada kondisi normal dan tidak mengalami perubahan

(29)

2. Operator yang diamati memiliki tingkat keterampilan dan kemampuan yang

sama untuk pekerjaan yang akan dilakukan.

3. Metode dan fasilitas yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan adalah

sama selama penelitian berlangsung.

4. Jam kerja yang berlangsung adalah normal.

5. Lingkungan kerja tidak mempengaruhi hasil penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan Tesis

Agar penulisan tesis ini dapat dipahami dengan mudah, maka disusun sistematika

yang digunakan dalam penulisan ini yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian dan serta

sistematika penulisan tesis.

BAB 2 : TINJAUAN LITERATUR

Menguraikan literatur yang melandasi dan mendukung penelitian ini.

Memberikan pemahaman singkat melalui penjelasan umum, uraian

pengertian, dan teori-teori.

BAB 3 : GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

Menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, ruang lingkup

(30)

BAB 4 : METODOLOGI PENELITIAN

Menguraikan metodologi penelitian sebagai kerangka pemecahan

masalah baik dalam mengumpulkan data ataupun dalam menganalisis

data yang diperoleh.

BAB 5 : HASIL DAN PEMBAHASAN

Menguraikan data yang dikumpulkan untuk kepentingan penelitian dan

pengolahan data tersebut sesuai dengan metodologi penelitian dan

menguraikan hasil perancangan yang dianalisa dari hasil pengolahan

data yang telah dilakukan.

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

Menguraikan kesimpulan yang didapat dari hasil rancangan dan

saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

(31)

BAB 2

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Perbaikan Metode Kerja (Methods Improvement)

Perbaikan metode kerja adalah proses dimana pekerjaan dianalisis untuk

meningkatkan produktivitas kerja. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi metode

(methods analysis) yang berlangsung saat ini kemudian merancang dan menerapkan

metode kerja yang lebih efektif dan efisien dengan tujuan akhir adalah waktu

penyelesaian lebih singkat dan cepat (Lawrence, 2000:105).

Analisa metode kerja dimaksudkan untuk mempelajari prinsip-prinsip dan

teknik-teknik pengaturan kerja yang optimal dalam suatu sistem kerja. Yang dimaksudkan

dengan sistem kerja adalah sistem dimana komponen-komponen kerja seperti manusia,

mesin, material serta lingkungan kerja fisik akan berinteraksi (Lawrence, 2000:108). Hal

ini secara skematis ditunjukkan pada Gambar 2.1.

ANALISIS METODE KERJA

· EFEKTIF

· EFISIEN

PEMILIHAN ALTERNATIF SISTEM KERJA TERBAIK SISTEM KERJA

· Pekerja

· Bahan

· Mesin

· Lingkungan Kerja Fisik

Alternatif-alternatif

(32)

Berdasarkan gambar di atas jelas bahwa di dalam analisis metode terdapat empat

macam komponen sistem kerja yang harus diperhatikan guna memperoleh metode kerja

yang baik, meliputi:

1. Komponen material: Bagaimana cara menempatkan material, jenis material

yang mudah diproses dan lain-lain. Material yang dimaksud dalam hal ini

meliputi bahan baku, supplies (komponen, parts, dan lain-lain), produk jadi,

limbah dan lain-lain.

2. Komponen manusia: Bagaimana sebaiknya posisi pekerja pada saat proses

kerja berlangsung agar mampu memberikan gerakan-gerakan kerja yang

efektif dan efisien.

3. Komponen mesin: Bagaimana desain dari mesin dan peralatan kerja lainnya,

apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi.

4. Komponen lingkungan kerja fisik: Bagaimana kondisi lingkungan kerja

fisik tempat operasi kerja dilaksanakan, apakah dirasa cukup aman dan

nyaman.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok dari analisis metode ini

adalah sebagai berikut:

1. Perbaikan proses dan tata cara pelaksanaan penyelesaian pekerjaan.

2. Perbaikan dan penghematan penggunaan material, mesin, dan manusia.

3. Pendayagunaan usaha manusia.

4. Perbaikan tata ruang kerja yang mampu memberikan suasana lingkungan

(33)

Gambar 2.2 menunjukkan faktor-faktor produksi yang harus diperhatikan di dalam

menganalisa metode kerja dengan tujuan pokok mencari tata kerja yang lebih sederhana,

efektif dan efisien.

METODE KERJA (prosedur, langkah, urutan, dll) Bahan Baku &

Supplies Input

Produk Jadi (Output)

Operator, Mesin & Fasilitas Kerja Lainnya Lingkungan Kerja Fisik

(temperatur, penerangan, kebisingan, kadar debu, dll)

Gambar 2.2 Interaksi Faktor-Faktor Produksi dalam Analisa Metode Kerja.

Penelitian metode kerja adalah penelitian tentang prinsip-prinsip pengaturan

komponen sistem kerja untuk memperoleh beberapa alternatif sistem kerja yang baik.

Komponen sistem kerja ini diatur dan secara bersama-sama berada dalam suatu

komposisi yang baik, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha.

2.2 Prosedur Sistematis Untuk Melaksanakan Analisis Metode Kerja

Sebelum diputuskan apakah perlu dilaksanakan kegiatan analisis metode kerja

maka terlebih dahulu harus dipertimbangkan hal-hal berikut ini (Wignjosoebroto,

2008:93)

1. Adakah keuntungan ekonomis yang bisa dipakai sebagai hasil akhir dari

(34)

2. Adalah tersedia cukup pengetahuan teknis yang melatarbelakangi proses

kerja yang akan dianalisis?

3. Apakah benar-benar tidak ada reaksi yang negatif terhadap pelaksanaan

aktivitas analisis metode yang berasal dari pekerja?

Jika tiga pertanyaan tersebut di atas sudah berhasil dijawab dengan jelas dan

positif maka langkah-langkah berikut harus ditempuh guna memperoleh hasil analisis

yang sebaik-baiknya yaitu:

1. Identifikasi operasi kerja yang harus diamati dan dipelajari. Kumpulkan

semua data dan fakta yang ada terutama yang berkaitan dengan

komponen-komponen yang terlihat di dalam sistem kerja tersebut.

2. Apabila diperlukan maka dapatkan input data dari pekerja ataupun penyelia

atau supervisor langsung, terutama untuk pekerjaan yang telah berlangsung

lama (dalam hal ini metode kerja tersebut perlu dianalisis lagi sebab

dianggap tidak efektif dan efisien).

3. Dokumentasikan metode kerja yang sesuai dengan langkah-langkah urutan

kerja yang sistematis dan logis. Untuk menggambar prosedur kerja ini

direkomendasikan untuk menggunakan bantuan peta proses atau peta kerja

lainnya.

4. Buat usulan metode kerja yang baru yang dianggap lebih efektif dan efisien

dibandingkan dengan metode kerja sebelumnya.

5. Buatlah beberapa alternatif untuk ini dan pilih alternatif terbaik yaitu

(35)

yang harus ditempuh (work simplification), kemudahan dan kenyamanan

pelaksanaan kerja, serta waktu lebih singkat.

6. Terapkan metode kerja yang baru dan ikuti pelaksanaannya sampai akhirnya

benar terbukti bahwa perbaikan metode kerja yang diinginkan tercapai.

2.3 Prinsip Ekonomi Gerakan

Di dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja untuk memperoleh metode

kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi

gerakan. Prinsip ekonomi gerakan ini dapat dipergunakan untuk menganalisa

gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah proses kerja dan juga untuk kegiatan

kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu proses ke proses kerja yang lainnya.

(Lawrence, 2000: 117).

1. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan anggota tubuh

manusia:

a. Sebaiknya kedua tangan harus memulai dan mengakhiri gerakannya

dalam waktu yang bersamaan.

b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama

kecuali pada waktu istirahat.

c. Gerakan tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris

dan berlawanan arah.

d. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat, yaitu hanya

menggerakkan bagian badan yang diperlukan saja untuk melakukan

(36)

e. Hindari gerakan yang menyebabkan perubahan arah karena akan

menghabiskan waktu yang lebih banyak.

f. Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas

pada satu bidang tanpa perlu mengubah fokus.

2. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung:

a. Sebaiknya badan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap.

b. Tempatkan bahan-bahan dan fasilitas kerja ditempat yang mudah dan

cepat untuk dicapai.

c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya

memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai

selalu tersedia di tempat yang dekat untuk diambil.

d. Mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang sudah selesai

dirancang.

e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan teratur sedemikian

rupa sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan

terbaik.

f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya dirancang sedemikian rupa

sehingga alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan

merupakan suatu hal yang menyenangkan.

g. Tipe tinggi kursi harus dirancang sedemikian rupa sehingga yang

(37)

h. Tata letak fasilitas kerja sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga

dapat membentuk kondisi kerja yang baik.

3. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang

dipergunakan:

a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila

penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakan

dengan kaki dapat ditingkatkan.

b. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar mempunyai

lebih dari satu kegunaan.

c. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga

memudahkan dalam pemegangan dan penyimpanan.

d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya

seperti pekerjaan mengetik, beban yang didistribusikan pada jari harus

sesuai dengan kekuatan masing-masing jari.

2.4 Studi Gerakan

Studi gerakan adalah analisa terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja

dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan dari studi gerak adalah untuk mengurangi atau

menghilangkan gerakan yang kurang efektif agar mendapatkan gerakan yang cepat dan

efektif (Lawrence, 2000:208).

Untuk mempermudah penganalisaan terhadap gerakan‐gerakan yang ada, terlebih

(38)

melaksanakan tujuan ini, maka Frank dan Lilian Gilberth telah berhasil menciptakan

kode dari gerakan‐gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama THERBLIG. Di sini

Frank dan Lilian Gilberth menguraikan gerakan‐gerakan kerja ke dalam 17 gerakan

dasar Therbligs, ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Gerakan Dasar Therbligs

No Gerakan Kerja

1 Mencari (Search) 2 Memilih (Select) 3 Memegang (Grasp) 4 Menjangkau (Reach) 5 Membawa (Move)

6 Memegang untuk Memakai (Hold) 7 Melepas (Release)

8 Mengarahkan (Position)

9 Mengarahkan Sementara (Pre position) 10 Pemeriksaan (Inspect)

11 Perakitan (Assembly) 12 Lepas Rakit (Disassemble) 13 Memakai (Use)

14 Kelambatan yang Tak Terhindarkan (Unavoidable delay) 15 Kelambatan yang dapat Dihindarkan (Avoidable delay) 16 Merencana (Plan)

(39)

2.5 Peta Kerja

Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis

dan jelas. Melalui peta kerja kita dapat melihat semua langkah atau proses yang dialami

oleh suatu benda kerja kemudian menggambarkan semua langkah yang dialami benda

kerja, seperti: transportasi, operasi mesin, pemeriksaan, perakitan, sampai akhirnya

menjadi produk jadi.

Apabila kita ingin melakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja, maka

pekerjaan kita dalam usaha memperbaiki metode kerja dari stau proses produksi akan

lebih mudah dilaksanakan. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk

mengurangi biaya produksi secara keseluruhan, dengan demikian peta ini merupakan

alat yang baik untuk menganalisis suatu pekerjaan sehingga mempermudah perencanaan

perbaikan kerja. Peta kerja dibagi atas peta pekerja keseluruhan (peta proses operasi,

peta aliran proses) dan peta pekerja setempat (peta tangan kiri dan kanan, peta pekerja

dan mesin).

2.5.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Peta tangan kiri dan kanan adalah peta kerja setempat yang bermanfaat untuk

menganalisa gerakan tangan manusia didalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang

bersifat manual. Peta ini akan menggambarkan semua gerakan ataupun delay yang

terjadi yang dilakukan oleh tangan kanan maupun tangan kiri secara mendetail sesuai

dengan elemen-elemen Therblig yang membentuk gerakan. Dengan menganalisa detail

gerakan yang terjadi maka langkah perbaikan dapat diusulkan. Peta ini tepat digunakan

(40)

dilakukan secara manual. Berdasarkan analisa yang dilakukan maka pola gerakan tangan

yang dianggap tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan

bisa diusulkan untuk perbaikan. Demikian pula akan diharapkan terjadi keseimbangan

gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri, sehingga siklus kerja akan

berlangsung dengan lancar dalam ritme gerakan yang lebih baik yang akhirnya mampu

memberikan delays maupun operator fatigue yang minimum.

2.5.2 Peta Pekerja dan Mesin(Man and Machine Process Chart)

Peta pekerja mesin ini akan menunjukan hubungan waktu kerja antara siklus

kerja operator (pekerja) dan siklus operasi dari mesin atau fasilitas kerja lainnya yang

ditangani oleh pekerja dan mesin ini sering bekerja secara bergantian. Ada empat

kemungkinan terjadi hubungan kerja antara pekerja dan mesin tersebut, yaitu:

a. Operator bekerja – mesin menganggur (idle)

b. Operator menganggur – mesin bekerja.

c. Operator bekerja – mesin bekerja.

d. Operator menganggur – mesin menganggur.

Pada dasarnya kondisi menganggur, apakah itu terjadi pada operator maupun

mesin adalah suatu hal yang merugikan. Waktu menganggur ini harus dihilangkan atau

paling tidak ditekan seminimal mungkin dengan tetap mempertimbangkan batas-batas

kemampuan manusia dan mesin. Peta Pekerja Mesin bisa digunakan hanya jika terdapat

hubungan kerja sama antara pekerja dengan mesin dan sebaliknya, dengan peta ini dapat

(41)

2.6 Teknik Pengukuran Kerja

Pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan

manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran waktu

kerja ini berhubungan dengan usaha‐usaha untuk menetapkan waktu baku yang

dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan (Wignjosoebroto, 2008:169).

Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang

memiliki tingkat kemampuan rata‐rata untuk menyelesaikan pekerjaan. Dalam hal ini

meliputi waktu kelonggaran yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi

pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan demikian maka waktu baku yang dihasilkan

dalam aktivitas pengukuran kerja ini dapat digunakan sebagai alat untuk membuat

rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan harus

berlangsung dan berapa output yang dihasilkan serta berapa jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Teknik‐teknik pengukuran waktu kerja ini dapat dibagi dua, yaitu pengukuran

waktu kerja secara langsung dan pengukuran kerja secara tidak langsung. Cara pertama

disebut demikian karena pengukurannya dilaksanakan secara langsung, yaitu ditempat

dimana pekerjaan diukur dijalankan. Dua cara termasuk didalamnya adalah cara

pengukuran kerja dengan menggunakan jam henti (stopwatch time study) dan sampling

kerja (work sampling). Sebaliknya cara tidak langsung melakukan perhitungan waktu

kerja tanpa si pengamat harus ditempat pekerjaan yang diukur. Disini aktivitas yang

dilakukan hanya melakukan perhitungan waktu kerja dengan membaca tabel‐tabel

(42)

2.6.1 Kelonggaran

Kelonggaran pada dasarnya adalah suatu faktor koreksi yang harus diberikan

kepada waktu kerja operator, karena dalam melakukan pekerjaannya operator terganggu

oleh hal-hal yang tidak diinginkan namun sifatnya alamiah. Sifat alamiah menyebabkan

waktu kerja menjadi cenderung bertambah lama, karena ‘gangguan-gangguan’ ini

muncul tidak dapat dihindarkan. Kelonggaran secara umum dapat dibagi kedalam 3

jenis, yaitu:

1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.

Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi seperti minum sekedarnya untuk

menghilangkan haus dan ke kamar kecil.

2. Kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan.

3. Kelonggaran hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.

Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak lepas dari

hambatan-hambatan yang datang pada saat pekerja sedang melakukan pekerjaannya.

Hambatan ini dapat berupa mengobrol, merokok, membaca koran, dan

sebagainya. Untuk hambatan jenis ini, maka upaya yang harus dilakukan

adalah menghilangkan delay tersebut dengan cara melakukan perbaikan

kerja. Namun demikian, ada hambatan lain yang benar-benar diluar kendali

pekerja, misalnya listrik padam, peralatan rusak, menerima telepon, serta

gangguan-gangguan kerja lainnya.

(43)

Tabel 2.2 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh.

5. Berat Mengayun Palu Yang

Berat

19,00-27,00 19,0-30,0

6. Sangat Berat Memanggul Beban 27,00-50,00 30,00-50,0

7. Luar Biasa Berat Memanggul Karung Berat Diatas 50 Kg

B. Sikap Kerja

1. Duduk Bekerja Duduk, Ringan 0,0 – 1,0

2. Berdiri Diatas Dua Kaki Badan Tegak, Ditumpu Dua Kaki

1,0 – 2,5

3. Berdiri Diatas Satu Kaki Satu Kaki Mengerjakan Alat Kontrol

2,5 – 4,0

4. Berbaring Pada Bagian Sisi, Belakang Atau Depan Badan

2,5 – 4,0

5. Membungkuk Badan Dibungkukkan Bertumpu Pada Dua Kaki

4,0 – 10,0

12.Berat Mengayun Palu Yang

Berat

19,00-27,00 19,0-30,0

13.Sangat Berat Memanggul Beban 27,00-50,00 30,00-50,0

14.Luar Biasa Berat Memanggul Karung Berat Diatas 50 Kg

D.Sikap Kerja

6. Duduk Bekerja Duduk, Ringan 0,0 – 1,0

7. Berdiri Diatas Dua Kaki Badan Tegak, Ditumpu Dua Kaki

1,0 – 2,5

8. Berdiri Diatas Satu Kaki Satu Kaki Mengerjakan Alat Kontrol

2,5 – 4,0

9. Berbaring Pada Bagian Sisi, Belakang Atau Depan Badan

2,5 – 4,0

10.Membungkuk Badan Dibungkukkan Bertumpu Pada Dua Kaki

(44)

25

Tabel 2.2 (Lanjutan)

FAKTOR KELONGGARAN (%)

E. Keadaan Temperatur Tempat Kerja (°C) Normal Berlebihan

1. Beku Di bawah 0 Di atas 10 Di atas 12

1. Baik Ruang yang berventilasi baik, udara

segar 0

2. Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan 0 s.d 5 3. Kurang

baik

Adanya debu beracun atau tidak

beracun tapi banyak 5 s.d 10

4. Buruk Adanya bau-bauan berbahaya harus

menggunakan alat pernafasan 10 s.d 20

G. Keadaan Lingkungan Yang Baik

1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0 2. Siklus kerja berulang antara 5 - 10 detik 0 s.d 1

3. Siklus kerja berulang antara 0 - 5 detik 1 s.d 3

4. Sangat bising 0 s.d 5

5. Jika faktor yang berpengaruh dapat menurunkan

kualitas 0 s.d 5

6. Terasa adanya getaran lantai 5 s.d 10

7. Keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dan

lain-lain) 5 s.d 10

(45)

26

2.7 Modular Arrangement of Predermined Time Standards (MODAPTS)

Modular Arrangement of Predetermined Time Standards (MODAPTS) adalah

salah satu metode untuk menganalisis gerakan dan menetapkan waktu standar gerakan.

Metode ini cocok digunakan pada proses yang memiliki waktu siklus singkat dengan

gerakan berulang. MODAPTS dikembangkan pertama kali di Australia oleh G.C Heyde

pada tahun 1960 untuk pekerjaan yang dikontrol secara manual (Niebel, 1993).

Karakteristik MODAPTS cocok digunakan dalam perancangan metode kerja,

dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Metode ini mudah digunakan dan mudah dimengerti untuk

perbaikan-perbaikan operasi kerja.

b. Tidak memerlukan alat-alat pengukuran

c. Perbedaan waktu gerakan berhubungan dengan perbedaan bagian-bagian

tubuh

d. Kode MODAPTS adalah sama dengan kode waktu dan gerakan.

e. Penganalisaan mudah dan hasilnya sebaik hasil yang diperoleh dengan

metode detail.

f. Sistem ini dapat berperan untuk perbaikan aktivitas yang berulang.

MODAPTS dirancang untuk memperkirakan standar waktu untuk berbagai tugas

dan meningkatkan produktivitas suatu organisasi. MODAPTS digunakan untuk estimasi

waktu standar, keseimbangan kerja, peningkatan produktivitas dan peningkatan

penerapan ergonomi di tempat kerja. Perbandingan metode time study dan MODAPTS

(46)

27

Tabel 2.3. Perbandingan Metode Time Study dan Modapts.

TIME STUDY MODAPTS

Stopwatch Required.

Stopwatch diperlukan untuk mencatat

berapa lama waktu yang diperlukan pekerja dalam melaksanakan aktivitasnya.

No Stopwatch Required for people work

Penggunaan stopwatch saat pengukuran menyebabkan konsentrasi pekerja terganggu, pekerja pada umumnya ingin terlihat sempurna dihadapan peneliti.  Performance Rating Required.

 Faktor penyesuaian digunakan untuk ketika pekerja bekerja dalam kondisi tidak wajar, misalkan terburu-buru.

No Performance Rating.

Saat ini makin banyak peneliti yang tidak setuju dengan penerapan rating factor. Pada dasarnya pekerja yang

diamati adalah pekerja yang sudah berpengalaman.

Not Ergonomically Sensitive.

Tidak menekankan pada resiko kesehatan pekerja akibat gerakan kerja

Ergonomically Sensitive.

Menekankan pada gerakan berhubungan dengan tubuh.

Not Methods Sensitive.

Semua aktivitas dicatat

Methods Sensitive.

Yang dicatat bagaimana gerakan itu dilakukan

Sumber : Industrial Engineering and Production School.

MODAPTS memiliki tiga klasifikasi gerakan yaitu aktivitas perpindahan, aktivitas

terminal, dan aktivitas bantu. Perhitungan waktu standar dengan metode MODAPTS

dilakukan dengan menjumlahkan nilai MODAPTS dan melakukan konversi ke waktu

standar. Satu nilai MOD setara dengan 0,129 detik. Kode MODAPTS dan nilai MOD

(47)

28

Tabel 2.4 Kode MODAPTS.

Classification No Activity Symbol MOD Explanation Remark

Movement Activities

1 Finger M1 1 Movement from the knuckle 2,5 cm

2 Hand M2 2

Movement from the wrist hand or palm

Movement from the shoulder fully to the left, right, or across the body. Shoulder must move.

Load factor (added to put activities when the object being handles is heavy)

16 Sight E2 2 Eye Fixation, eye travel Independent

17 Judgement D3 3 Momentary Decision Independent

18 Press A2 2 Pressure movement lower than 2 kg Independent

(48)

2.8 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan tempat dimana karyawan melakukan aktivitas

setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan

memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja optimal.

Menurut Board of Certification for Professional Ergonomists (2013)

,

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja yang ditandai

dengan adanya interaksi antara parameter sebagai berikut:

1. Seorang pekerja dengan atribut ukuran, kekuatan, rentang gerak,

kecerdasan, pendidikan, harapan dan kemampuan fisik/mental lainnya.

2. Pengaturan kerja yang terdiri dari bagian, peralatan, panel kontrol dan

tampilan benda fisik lainnya.

3. Sebuah lingkungan kerja yang diciptakan oleh iklim, pencahayaan,

temperatur, vibrasi, kebisingan, warna, debu dan kualitas atmosfer lainnya.

Menurut Sutalaksana,dkk (2006:83) “Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada

di sekeliling manusia pada saat manusia melaksanakan kegiatannya. Suatu kondisi

lingkungan kerja dikatakan baik apabila didalamnya manusia dapat melaksanakan

kegiatannya dengan aman, sehat dan nyaman”.

Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak dapat diperoleh begitu saja, tetapi harus

dengan ilmu pengetahuan dan melalui tahapan-tahapan pengujian atas setiap kondisi

yang mungkin. Sebagaimana kita ketahui, keadaan lingkungan dibentuk oleh berbagai

unsurnya, yaitu temperatur dan kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

(49)

2.9 Penelitian Terdahulu

1. Taufik Dwi Laksono ( Jurnal Teolodita, Vol.12 No.1 Juni 2010: 1-12)

Melakukan penelitian yang berjudul “Metode Kerja dan Produktivitas

Tukang Batu Pada Pekerjaan Plesteran” . Dalam penelitiannya terhadap

metode kerja dan produktivitas tukang plester pada pekerjaan plesteran

disimpulkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas

tukang plester adalah metode kerja yang digunakan dan waktu kegiatan

yang diperlukan.

Pada analisis metode kerja diperoleh bahwa metode kerja yang terdiri dari

11 kegiatan membutuhkan waktu total rata-rata seluruh kegiatan adalah

616,1 detik sehingga produktivitas yang dihasilkan sebesar 6m2/jam.

Sedangkan metode kerja yang memiliki 12 kegiatan membutuhkan waktu

total rata-rata seluruh kegiatan adalah 642,3 detik sehingga produktivitas

yang dihasilkan sebesar 5,4m2/jam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

metode kerja yang digunakan akan berpengaruh terhadap produktivitas

yang dihasilkan.

2. Hani Shafeek ( Asian Transactions on Engineering/ATE ISSN:

2221-4267 Vol.1 No.6 Jan 2012: 1-9). Melakukan penelitian dengan judul

Maintenance Practices in Cement Industry”.

Penelitian dilakukan disebuah pabrik semen yang berlokasi di Kerajaan

Saudi Arabia dan bertujuan menganalisa manajemen yang diterapkan

(50)

terfokus pada target yang harus dicapai. Manajemen yang diterapkan tidak

memenuhi kriteria baik. Perusahaan tidak mempunyai laporan lengkap

keuangan (pembelian dan penjualan), tidak melakukan program pelatihan

kepada karyawan, perusahaan tidak mempunyai jadwal perbaikan mesin

secara berkala. Penulis merekomendasikan penerapan manajemen yang

baik pada perusahaan, karena manajemen yang baik sangat mempengaruhi

produktivitas perusahaan.

3. Sri Maryati dkk (Jurnal Teknik Industri Vol.5 No.2: 95-105 tahun 2012).

Penelitian ini berjudul “Perbaikan Metode Kerja di Bagian Pelintingan

Rokok dengan Menggunakan Studi Gerak dan Waktu untuk Meningkatkan

Efisiensi Kerja (Studi Kasus di P.R. Sumber Rejeki Wajak Malang)”.

Permasalahan yang terjadi adalah perusahaan hanya bisa memenuhi 75%

target produksi yang ada. Sri Maryani dkk melakukan perbaikan metode

kerja menggunakan studi gerak dan waktu dengan menggabungkan

gerakan-gerakan kerja dan mengeliminasi gerakan menunggu. Hasil

penelitian menunjukkan perbaikan ini mempercepat waktu siklus yang

semula membutuhkan waktu 2,16 detik menjadi 1,83 detik. Perbaikan ini

berhasil meningkatkan jumlah produksi.

4. Gurunath V Shinde, Prof. V.S. Jadhav (International Journal of

Engineering and Technology/ IJET, ISSN : 0975-4024, Vol 4 No 4 Aug-Sep

2012: 220-227).

(51)

Penelitian ini berjudul “Ergonomic Analysys of An Assembly Workstation

to Identify Time Consuming and Fatique Causing Factors Using

Application of Motion Study”, berlokasi di Karad-India.

Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah hasil produksi menurun

dan frekuensi kecelakaan kerja tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan dan

wawancara, diidentifikasi bahwa faktor penyebab adalah layout, alat kerja

dan gerakan kerja repetitif yang tidak sesuai dengan prinsip ergonomi.

Perbaikan yang dilakukan peneliti adalah:

a. Perbaikan layout kerja baru sesuai dengan prinsip ergonomi

b. Penghapusan gerakan repetitif dan penerapan prinsip ergonomi

dalam gerakan kerja pada proses pengelasan.

c. Perbaikan alat las dan perbaikan pencahayaan serta ventilasi udara.

5. Sultan Ayoub Meo, Abdul Majeed Al-Drees, Abeer A. Al Masri, Fawzia

Al Rouq, M.Abdul Azeem. (International Journal Of Environmental

Research and Public Health, January 2013 Vol.10 No.1, 390-398;

doi:10.3390/ijerph10010390).

Tulisan ini berjudul “Effect of Duration of Exposure to Cement dust on

Respiratory Function of Cement Mill Workers”. Para penulis melakukan

penelitian pada sebuah pabrik semen di Pakistan. Penelitian bertujuan

untuk mengetahui pengaruh dari paparan debu semen terhadap fungsi

pernafasan pekerja pabrik semen. Hasil penelitian menunjukkan paparan

(52)

pada umumnya mengalami penyakit paru obstruktif, penyakit paru

restriktif, peradangan paru lainnya, bahkan kanker paru (pada paparan di

atas 15 tahun dan tanpa pelindung). Untuk mengatasi risiko menghirup dan

mengalami reaksi penyakit dalam tubuh akibat debu semen, langkah

pencegahan yang dapat diambil adalah menghindari paparan terhadap

paparan debu semen, dengan menggunakan peralatan kesehatan dan

keamanan saat bekerja, seperti penutup kepala, kaca mata khusus (goggle),

masker atau alat penutup hidung dan mulut lainnya, baju khusus, sepatu

khusus, dan berbagai macam perlengkapan yang didesain untuk mencegah

masuknya debu ke dalam saluran pernapasan. Selain itu, para pekerja juga

diharapkan tidak makan atau minum di lokasi dimana debu semen

bertebaran, untuk menghindari masuknya debu ini ke dalam saluran cerna

kemudian ke dalam darah, karena efeknya dapat membahayakan

organ-organ tubuh dalam jangka panjang, dan memeriksakan kesehatan secara

berkala ke bagian kesehatan pabrik.

6. M. Muhundhan ( Indian Textile Journal, May 2013 Vol 123. No.8:57-66)

Penelitian yang berjudul “Ergonomy for Productivity” dilakukan pada

sebuah pabrik garmen di India. Pada awalnya, perusahaan tidak

menerapkan prinsip ergonomi pada proses pembuatan pakaian, tapi

produktivitas perusahaan terus menurun karena karyawan sering

mengalami sakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Hasil penelitian

(53)

produktivitas perusahaan. Penerapan ergonomi pada metode kerja adalah

menghilangkan gerakan repetitif, menggunakan gerakan kerja sesuai

prinsip ekonomi gerakan. Penerapan ergonomi pada alat dan fasilitas kerja

adalah menyesuaikan alat dengan postur tubuh. Penerapan ergonomi pada

lingkungan kerja adalah pencahayaan yang cukup pada bagian pemotongan

kain, pengendalian kebisingan pada bagian bordir, pengaturan ventilasi

pada bagian jahit. Dengan pelatihan dan instruksi yang tepat, penggunaan

alat pelindung kerja yang tepat dan sistem kerja ergonomis, pekerja garmen

dapat memproduksi produk di tempat kerja yang aman dan sehat dan

produktivitas perusahaan meningkat.

7. Irena Sabaric, Snjenaza Brnada, Stana Kovacevic (Industrial Engineering

Journal, 2013 Vol.4 No.100:55-59).

Melakukan penelitian dengan judul “Application of the MODAPTS Method

with Innovative Solutions in the Warping Process”, berlokasi di

Zagreb-Croatia. Penelitian ini bertujuan untuk menghilangkan gerakan tidak

efektif pada proses penyusunan gulungan benang di perusahaan tekstil

dengan merancang alat bantu kerja yang inovatif. Hasil penelitian

menyatakan dari perhitungan studi gerakan menggunakan MODAPTS

dapat menghemat waktu sebesar 75,87% mods sesudah perbaikan akibat

(54)

BAB 3

GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

3.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Yoga Wibawa Mandiri berdiri pasca bencana tsunami melanda Provinsi

Aceh tahun 2004. Pasca tsunami, berbagai bantuan dari seluruh dunia berdatangan,

bantuan dalam bentuk pangan, sandang, obat-obatan, dan bantuan rehabilitasi rumah

serta bangunan lainnya yang rusak akibat tsunami.

Tingginya kebutuhan semen untuk pembangunan kembali (rekonstruksi) Aceh,

membuat sejumlah pengusaha asal Aceh yang berada di Sumatera Utara yang

tergabung dalam Aceh Sepakat membentuk sebuah konsorsium untuk membangun

terminal pengantongan semen yang diberi nama PT. Yoga Wibawa Mandiri berlokasi

di Pelabuhan Krueng Geukuh-Lhokseumawe dengan akte pendirian perusahaan nomor

20 tanggal 6 Maret 2006.

Peletakan batu pertama pembangunan infrastruktur terminal senilai 30 milyar

berlangsung pada tanggal 30 April 2007 di area pelabuhan Krueng Geukeuh. Direksi

PT. Yoga Wibawa Mandiri, Irsahuddin Hasan menyebutkan terminal di Krueng

Geukeuh memiliki kapasitas pengantongan 10.000 ton per bulan dan selama ini

kebutuhan semen yang dipasok untuk pantai timur Aceh saja mencapai 23.000 ton

setiap bulannya. Jadi dengan membuka sendiri terminal pengantongan semen dan

membangun kemitraan dengan Semen Padang diharapkan keberadaan terminal mampu

(55)

3.2. Visi dan Misi Perusahaan

3.2.1 Visi Perusahaan

Menjadi industri semen yang andal, unggul, dan berwawasan lingkungan.

3.2.2 Misi Perusahaan

a. Meningkatkan nilai perusahaan bagi stakeholder, bertumbuh dan

memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

b. Mengembangkan industri berwawasan lingkungan.

c. Mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten dan profesional.

3.2.3 Produk

PT. Yoga Wibawa Mandiri merupakan terminal pengantongan (packing plant)

untuk Semen Padang. Produk yang dihasilkan ditunjukkan pada gambar 3.1.

(56)

3.3. Organisasi dan Manajemen

3.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta

posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan

operasional untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pendistribusian tugas, wewenang

dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada suatu

struktur organisasi, sehingga karyawan mengetahui dengan jelas tentang tugas yang

harus dijalankan, dari siapa perintah diterima dan kepada siapa harus bertanggung

jawab.

PT. Yoga Wibawa Mandiri memiliki struktur organisasi berbentuk lini.

Pendelegasian wewenang dilakukan secara vertikal melalui garis terpendek dari

seorang atasan ke bawahannya. Pelaporan tanggung jawab dari bawahan ke atasannya

juga dilakukan melalui garis terpendek. Perintah-perintah diberikan oleh atasannya saja

dan pelaporan tanggung jawab hanya kepada atasan bersangkutan. Ciri-ciri organisasi

dalam bentuk lini adalah:

a. Garis struktural langsung dari atasan ke bawahan atau dari pimpinan

tertinggi kepada berbagai tingkat operasional.

b. Masing-masing pekerja bertanggung jawab penuh terhadap tugasnya.

c. Otoritas dan tanggung jawab tertinggi terletak pada pimpinan puncak (top

management).

d. Ruang lingkup organisasi nya lebih kecil dan jumlah anggota juga sedikit.

(57)

Struktur organisasi PT. Yoga Wibawa Mandiri ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Direktur

Plant Manager

Bagian Keamanan Bagian

Kebersihan Bagian Logistik Bagian Teknik Bagian Produksi

Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Yoga Wibawa Mandiri

Tugas dan tanggung jawab pemegang jabatan di PT. Yoga Wibawa Mandiri adalah

sebagai berikut:

1. Direktur

Tugas dan tanggung jawab direktur adalah sebagai berikut:

a. Memimpin perusahaan agar dapat berjalan dengan baik.

b. Mengkoordinir seluruh bagian yang ada di perusahaan tersebut.

c. Mengontrol masalah keahlian teknis, proyek, penjualan dan pembelanjaan

perusahaan.

d. Mengadakan hubungan dengan pihak luar baik swasta maupun pemerintah

yang bertujuan untuk kelancaran perusahaan.

e. Mempunyai wewenang atas persetujuan surat-surat ekstern dan intern,

(58)

2. Plant Manager

Tugas dan tanggung jawab manajer pabrik adalah sebagai berikut:

a. Menyeleksi dan memeriksa data yang masuk ke perusahaan.

b. Menganalisis dan memeriksa pesanan yang akan dibeli (purchase order)

perusahaan.

c. Menganalisis perintah kerja (work order) yang masuk.

d. Menganalisis daftar harga yang telah direncanakan oleh pihak produksi.

e. Mempunyai wewenang atas keputusan apakah order yang diperoleh layak

untuk dijalankan atau tidak dan kesesuaian dengan harganya.

f. Mempunyai wewenang untuk mengubah purchase order yang telah dibuat

oleh bagian pembelian.

g. Bertanggung jawab kepada direktur atas setiap hal yang berkenaan dengan

pabrik maupun administrasi.

3. Bagian Logistik

Tugas dan tanggung jawab bagian logistik adalah sebagai berikut:

a. Menentukan jumlah material yang harus dipesan sesuai dengan jumlah

material yang masih ada di gudang.

b. Melakukan pemesanan bahan baku dan kontak dengan pihak konsumen

setelah mendapat persetujuan dari Direktur.

c. Mengadakan surat kontrak penjualan produk dengan pihak konsumen.

(59)

4. Bagian Teknik

Tugas dan tanggung jawab bagian teknik adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab atas tersedianya mesin, peralatan dan kebutuhan

listrik agar proses produksi selalu lancar.

b. Mengkoordinir tugas-tugas di bagian perawatan mesin dan listrik secara

teratur.

5. Bagian Produksi

Tugas dan tanggung jawab bagian produksi adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi dan terpenuhinya

permintaan konsumen sesuai dengan rencana produksi.

b. Melaksanakan proses produksi.

c. Bertanggung jawab menjamin penanganan, penyimpanan dan perawatan

barang pada setiap tahap proses produksi dikerjakan sesuai dengan

persyaratan dalam standar mutu.

6. Bagian Kebersihan

Tugas dan tanggung jawab bagian kebersihan adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kebersihan di lingkungan pabrik.

b. Mengelola dan merawat segala fasilitas pendukung di lingkungan pabrik,

terutama di bagian kantor.

7. Bagian Keamanan

(60)

a. Bertanggung jawab atas keamanan dan kelangsungan jalannya aktivitas

perusahaan.

b. Memeriksa setiap orang yang ingin berurusan dengan pihak perusahaan.

c. Menerima dan menyampaikan pesan, surat atau berita yang ditujukan

kepada perusahaan.

3.3.2 Tenaga Kerja dan Jam Kerja

PT. Yoga Wibawa Mandiri berupaya memanfaatkan tenaga kerja yang

berdomisili di sekitar perusahaan yang memenuhi spesifikasi pekerjaannya. Hal ini

dimaksudkan agar kecemburuan sosial yang bersumber dari masyarakat setempat dapat

dihindari.

Saat ini tenaga kerja di PT. Yoga Wibawa Mandiri berjumlah 36 orang yang

terdiri dari manajer, staf, karyawan dan buruh yang ditentukan berdasarkan

pengalaman, spesifikasi dan tingkatan pendidikan yang dimiliki. Operator

pengantongan semen berjumlah 8 orang dan keseluruhan operator adalah laki-laki. Jam

kerja yang berlangsung diperusahaan adalah 7 jam kerja dimulai pada pukul 08.00

sampai dengan pukul 16.00 wib dengan waktu istirahat 1 jam serta 6 hari kerja yaitu

hari senin sampai dengan hari sabtu.

3.4. Mesin Yang Di Gunakan Perusahaan

Mesin yang digunakan pada proses pengantongan semen adalah sebagai

berikut:

(61)

2. Blower air slide, berfungsi untuk menyuntikkan angin agar lebih cepat

mendorong semen ke dalam silo.

3.

Dust Collector, berfungsi untuk menyaring debu pada proses

pengantongan semen.

4. Storage Silo, berfungsi sebagai tempat penyimpanan semen sementara

ketika dialirkan dari kapal pengangkut.

5.

Bucker elevator, berfungsi sebagai alat transportasi yang digunakan

untuk mengirim bahan baku semen dari silo ke mesin packer.

6. Screw Screen, berfungsi sebagai penyaring semen kasar.

7. Packer, alat penampung semen bersih yang langsung mengalirkan ke

dalam bag semen.

8. Bag Cleaning, berfungsi sebagai alat pembersih kantong semen yang pecah

selama proses pengantongan.

9. Packing Conveyor, berfungsi sebagai alat yang mengalirkan kantong yang

berisi semen ke armada transportasi.

3.5. Proses Produksi

Aktivitas pengantongan semen dimulai dari penerimaan bahan baku semen dari

PT. Semen Padang dengan armada pengangkutan kapal laut dengan frekuensi

pengangkutan rata-rata 3 kali per bulan dengan bobot 5000 ton. Semen dari kapal

dialirkan ke silo melalui pipa inlet 10 inchi sepanjang 60 meter, juga menggunakan

pipa inlet 8 inchi sepanjang 80 meter dengan air pressure sebesar 2,5 kg/cm2 - 4,0

Gambar

Gambar 2.2 Interaksi Faktor-Faktor Produksi dalam Analisa Metode Kerja.
Tabel 2.2 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh.
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Tabel 2.4  Kode MODAPTS.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil rancangan atribut produk spatula semen yang terpilih berdasarkan metode kansei engineering dipilih berdasarkan kategori yang memiliki jumlah terbanyak untuk kata kansei

Ditinjau berdasarkan anthropometri dan biomekanika, rancangan peralatan pada stasiun pengepakan Crumb Rubber II yang diperbaiki adalah tinggi pegangan peletakan trolley, tinggi

Untuk peta tangan kiri dan tangan kanan pada kegiatan pengukuran plat coil (elemen B) pada operator 1 waktu penyelesaian sebelum dilakukan perbaikan sebesar 15 detik dan

Hasil rancangan atribut produk spatula semen yang terpilih berdasarkan metode kansei engineering dipilih berdasarkan kategori yang memiliki jumlah terbanyak untuk kata kansei

Hubungan Antara Kadar Debu, Masa Kerja, Penggunaan Masker Dan Merokok Dengan Kejadian Pneumokoniosis Pada Pekerja Pengumpul Semen Di Unit Pengantongan Semen PT.

PT XYZ memerlukan suatu perancangan untuk mengambil keputusan terintegrasi dalam waktu yang lebih singkat dalam perbaikan rancangan produk Perusahaan memerlukan suatu

PT XYZ memerlukan suatu perancangan untuk mengambil keputusan terintegrasi dalam waktu yang lebih singkat dalam perbaikan rancangan produk Perusahaan memerlukan suatu

Selanjutnya dilakukan perbaikan rancangan produk untuk mereduksi waktu perakitan, jumlah komponen dan biaya perakitan produk dengan mengurangi atau menghilangkan komponen