• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Perbaikan Metode Kerja (Methods Improvement) - Rancangan Perbaikan Metode Kerja pada Stasiun Pengantongan Semen di PT. Yoga Wibawa Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Perbaikan Metode Kerja (Methods Improvement) - Rancangan Perbaikan Metode Kerja pada Stasiun Pengantongan Semen di PT. Yoga Wibawa Mandiri"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Perbaikan Metode Kerja (Methods Improvement)

Perbaikan metode kerja adalah proses dimana pekerjaan dianalisis untuk meningkatkan produktivitas kerja. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi metode (methods analysis) yang berlangsung saat ini kemudian merancang dan menerapkan metode kerja yang lebih efektif dan efisien dengan tujuan akhir adalah waktu penyelesaian lebih singkat dan cepat (Lawrence, 2000:105).

Analisa metode kerja dimaksudkan untuk mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengaturan kerja yang optimal dalam suatu sistem kerja. Yang dimaksudkan dengan sistem kerja adalah sistem dimana komponen-komponen kerja seperti manusia, mesin, material serta lingkungan kerja fisik akan berinteraksi (Lawrence, 2000:108). Hal ini secara skematis ditunjukkan pada Gambar 2.1.

ANALISIS METODE KERJA

· EFEKTIF

· EFISIEN

PEMILIHAN ALTERNATIF SISTEM KERJA TERBAIK SISTEM KERJA

· Pekerja

· Bahan

· Mesin

· Lingkungan Kerja Fisik

Alternatif-alternatif

(2)

Berdasarkan gambar di atas jelas bahwa di dalam analisis metode terdapat empat macam komponen sistem kerja yang harus diperhatikan guna memperoleh metode kerja yang baik, meliputi:

1. Komponen material: Bagaimana cara menempatkan material, jenis material yang mudah diproses dan lain-lain. Material yang dimaksud dalam hal ini meliputi bahan baku, supplies (komponen, parts, dan lain-lain), produk jadi, limbah dan lain-lain.

2. Komponen manusia: Bagaimana sebaiknya posisi pekerja pada saat proses kerja berlangsung agar mampu memberikan gerakan-gerakan kerja yang efektif dan efisien.

3. Komponen mesin: Bagaimana desain dari mesin dan peralatan kerja lainnya, apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi.

4. Komponen lingkungan kerja fisik: Bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik tempat operasi kerja dilaksanakan, apakah dirasa cukup aman dan nyaman.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok dari analisis metode ini adalah sebagai berikut:

1. Perbaikan proses dan tata cara pelaksanaan penyelesaian pekerjaan. 2. Perbaikan dan penghematan penggunaan material, mesin, dan manusia. 3. Pendayagunaan usaha manusia.

(3)

Gambar 2.2 menunjukkan faktor-faktor produksi yang harus diperhatikan di dalam menganalisa metode kerja dengan tujuan pokok mencari tata kerja yang lebih sederhana, efektif dan efisien.

METODE KERJA (prosedur, langkah, urutan, dll) Bahan Baku &

Supplies Input

Produk Jadi (Output)

Operator, Mesin & Fasilitas Kerja Lainnya Lingkungan Kerja Fisik

(temperatur, penerangan, kebisingan, kadar debu, dll)

Gambar 2.2 Interaksi Faktor-Faktor Produksi dalam Analisa Metode Kerja. Penelitian metode kerja adalah penelitian tentang prinsip-prinsip pengaturan komponen sistem kerja untuk memperoleh beberapa alternatif sistem kerja yang baik. Komponen sistem kerja ini diatur dan secara bersama-sama berada dalam suatu komposisi yang baik, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha.

2.2 Prosedur Sistematis Untuk Melaksanakan Analisis Metode Kerja

Sebelum diputuskan apakah perlu dilaksanakan kegiatan analisis metode kerja maka terlebih dahulu harus dipertimbangkan hal-hal berikut ini (Wignjosoebroto, 2008:93)

(4)

2. Adalah tersedia cukup pengetahuan teknis yang melatarbelakangi proses kerja yang akan dianalisis?

3. Apakah benar-benar tidak ada reaksi yang negatif terhadap pelaksanaan aktivitas analisis metode yang berasal dari pekerja?

Jika tiga pertanyaan tersebut di atas sudah berhasil dijawab dengan jelas dan positif maka langkah-langkah berikut harus ditempuh guna memperoleh hasil analisis yang sebaik-baiknya yaitu:

1. Identifikasi operasi kerja yang harus diamati dan dipelajari. Kumpulkan semua data dan fakta yang ada terutama yang berkaitan dengan komponen-komponen yang terlihat di dalam sistem kerja tersebut.

2. Apabila diperlukan maka dapatkan input data dari pekerja ataupun penyelia atau supervisor langsung, terutama untuk pekerjaan yang telah berlangsung lama (dalam hal ini metode kerja tersebut perlu dianalisis lagi sebab dianggap tidak efektif dan efisien).

3. Dokumentasikan metode kerja yang sesuai dengan langkah-langkah urutan kerja yang sistematis dan logis. Untuk menggambar prosedur kerja ini direkomendasikan untuk menggunakan bantuan peta proses atau peta kerja lainnya.

4. Buat usulan metode kerja yang baru yang dianggap lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan metode kerja sebelumnya.

(5)

yang harus ditempuh (work simplification), kemudahan dan kenyamanan pelaksanaan kerja, serta waktu lebih singkat.

6. Terapkan metode kerja yang baru dan ikuti pelaksanaannya sampai akhirnya benar terbukti bahwa perbaikan metode kerja yang diinginkan tercapai.

2.3 Prinsip Ekonomi Gerakan

Di dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja untuk memperoleh metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Prinsip ekonomi gerakan ini dapat dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah proses kerja dan juga untuk kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu proses ke proses kerja yang lainnya. (Lawrence, 2000: 117).

1. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan anggota tubuh manusia:

a. Sebaiknya kedua tangan harus memulai dan mengakhiri gerakannya dalam waktu yang bersamaan.

b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada waktu istirahat.

c. Gerakan tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan berlawanan arah.

(6)

e. Hindari gerakan yang menyebabkan perubahan arah karena akan menghabiskan waktu yang lebih banyak.

f. Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas pada satu bidang tanpa perlu mengubah fokus.

2. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung: a. Sebaiknya badan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap.

b. Tempatkan bahan-bahan dan fasilitas kerja ditempat yang mudah dan cepat untuk dicapai.

c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia di tempat yang dekat untuk diambil.

d. Mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang sudah selesai dirancang.

e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan teratur sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan terbaik.

f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang menyenangkan.

(7)

h. Tata letak fasilitas kerja sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kondisi kerja yang baik.

3. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang dipergunakan:

a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakan dengan kaki dapat ditingkatkan.

b. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar mempunyai lebih dari satu kegunaan.

c. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemegangan dan penyimpanan.

d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya seperti pekerjaan mengetik, beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari.

2.4 Studi Gerakan

Studi gerakan adalah analisa terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan dari studi gerak adalah untuk mengurangi atau menghilangkan gerakan yang kurang efektif agar mendapatkan gerakan yang cepat dan efektif (Lawrence, 2000:208).

(8)

melaksanakan tujuan ini, maka Frank dan Lilian Gilberth telah berhasil menciptakan kode dari gerakan‐gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama THERBLIG. Di sini Frank dan Lilian Gilberth menguraikan gerakan‐gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar Therbligs, ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Gerakan Dasar Therbligs

No Gerakan Kerja

1 Mencari (Search) 2 Memilih (Select) 3 Memegang (Grasp) 4 Menjangkau (Reach) 5 Membawa (Move)

6 Memegang untuk Memakai (Hold) 7 Melepas (Release)

8 Mengarahkan (Position)

9 Mengarahkan Sementara (Pre position) 10 Pemeriksaan (Inspect)

11 Perakitan (Assembly) 12 Lepas Rakit (Disassemble) 13 Memakai (Use)

14 Kelambatan yang Tak Terhindarkan (Unavoidable delay) 15 Kelambatan yang dapat Dihindarkan (Avoidable delay) 16 Merencana (Plan)

(9)

2.5 Peta Kerja

Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Melalui peta kerja kita dapat melihat semua langkah atau proses yang dialami oleh suatu benda kerja kemudian menggambarkan semua langkah yang dialami benda kerja, seperti: transportasi, operasi mesin, pemeriksaan, perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi.

Apabila kita ingin melakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja, maka pekerjaan kita dalam usaha memperbaiki metode kerja dari stau proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan, dengan demikian peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisis suatu pekerjaan sehingga mempermudah perencanaan perbaikan kerja. Peta kerja dibagi atas peta pekerja keseluruhan (peta proses operasi, peta aliran proses) dan peta pekerja setempat (peta tangan kiri dan kanan, peta pekerja dan mesin).

2.5.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

(10)

dilakukan secara manual. Berdasarkan analisa yang dilakukan maka pola gerakan tangan yang dianggap tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan bisa diusulkan untuk perbaikan. Demikian pula akan diharapkan terjadi keseimbangan gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri, sehingga siklus kerja akan berlangsung dengan lancar dalam ritme gerakan yang lebih baik yang akhirnya mampu memberikan delays maupun operator fatigue yang minimum.

2.5.2 Peta Pekerja dan Mesin(Man and Machine Process Chart)

Peta pekerja mesin ini akan menunjukan hubungan waktu kerja antara siklus kerja operator (pekerja) dan siklus operasi dari mesin atau fasilitas kerja lainnya yang ditangani oleh pekerja dan mesin ini sering bekerja secara bergantian. Ada empat kemungkinan terjadi hubungan kerja antara pekerja dan mesin tersebut, yaitu:

a. Operator bekerja – mesin menganggur (idle) b. Operator menganggur – mesin bekerja. c. Operator bekerja – mesin bekerja.

d. Operator menganggur – mesin menganggur.

(11)

2.6 Teknik Pengukuran Kerja

Pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran waktu kerja ini berhubungan dengan usaha‐usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan (Wignjosoebroto, 2008:169).

Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata‐rata untuk menyelesaikan pekerjaan. Dalam hal ini meliputi waktu kelonggaran yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan demikian maka waktu baku yang dihasilkan dalam aktivitas pengukuran kerja ini dapat digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan harus berlangsung dan berapa output yang dihasilkan serta berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.

(12)

2.6.1 Kelonggaran

Kelonggaran pada dasarnya adalah suatu faktor koreksi yang harus diberikan kepada waktu kerja operator, karena dalam melakukan pekerjaannya operator terganggu oleh hal-hal yang tidak diinginkan namun sifatnya alamiah. Sifat alamiah menyebabkan waktu kerja menjadi cenderung bertambah lama, karena ‘gangguan-gangguan’ ini

muncul tidak dapat dihindarkan. Kelonggaran secara umum dapat dibagi kedalam 3 jenis, yaitu:

1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.

Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan haus dan ke kamar kecil.

2. Kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan.

3. Kelonggaran hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.

Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak lepas dari hambatan-hambatan yang datang pada saat pekerja sedang melakukan pekerjaannya. Hambatan ini dapat berupa mengobrol, merokok, membaca koran, dan sebagainya. Untuk hambatan jenis ini, maka upaya yang harus dilakukan adalah menghilangkan delay tersebut dengan cara melakukan perbaikan kerja. Namun demikian, ada hambatan lain yang benar-benar diluar kendali pekerja, misalnya listrik padam, peralatan rusak, menerima telepon, serta gangguan-gangguan kerja lainnya.

(13)

Tabel 2.2 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh.

5. Berat Mengayun Palu Yang

Berat

19,00-27,00 19,0-30,0

6. Sangat Berat Memanggul Beban 27,00-50,00 30,00-50,0

7. Luar Biasa Berat Memanggul Karung Berat Diatas 50 Kg

B. Sikap Kerja

1. Duduk Bekerja Duduk, Ringan 0,0 – 1,0

2. Berdiri Diatas Dua Kaki Badan Tegak, Ditumpu

Dua Kaki

1,0 – 2,5

3. Berdiri Diatas Satu Kaki Satu Kaki Mengerjakan

Alat Kontrol

2,5 – 4,0

4. Berbaring Pada Bagian Sisi,

Belakang Atau Depan Badan

2,5 – 4,0

5. Membungkuk Badan Dibungkukkan

Bertumpu Pada Dua Kaki

12.Berat Mengayun Palu Yang

Berat

19,00-27,00 19,0-30,0

13.Sangat Berat Memanggul Beban 27,00-50,00 30,00-50,0

14.Luar Biasa Berat Memanggul Karung Berat Diatas 50 Kg

D.Sikap Kerja

6. Duduk Bekerja Duduk, Ringan 0,0 – 1,0

7. Berdiri Diatas Dua Kaki Badan Tegak, Ditumpu

Dua Kaki

1,0 – 2,5

8. Berdiri Diatas Satu Kaki Satu Kaki Mengerjakan

Alat Kontrol

2,5 – 4,0

9. Berbaring Pada Bagian Sisi,

Belakang Atau Depan Badan

2,5 – 4,0

10.Membungkuk Badan Dibungkukkan

Bertumpu Pada Dua Kaki

(14)

25

Tabel 2.2 (Lanjutan)

FAKTOR KELONGGARAN (%)

E. Keadaan Temperatur Tempat Kerja (°C) Normal Berlebihan

1. Beku Di bawah 0 Di atas 10 Di atas 12

1. Baik Ruang yang berventilasi baik, udara

segar 0

2. Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan 0 s.d 5 3. Kurang

baik

Adanya debu beracun atau tidak

beracun tapi banyak 5 s.d 10

4. Buruk Adanya bau-bauan berbahaya harus

menggunakan alat pernafasan 10 s.d 20 G. Keadaan Lingkungan Yang Baik

1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0 2. Siklus kerja berulang antara 5 - 10 detik 0 s.d 1 3. Siklus kerja berulang antara 0 - 5 detik 1 s.d 3

4. Sangat bising 0 s.d 5

5. Jika faktor yang berpengaruh dapat menurunkan

kualitas 0 s.d 5

6. Terasa adanya getaran lantai 5 s.d 10

7. Keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dan

lain-lain) 5 s.d 10

(15)

26

2.7 Modular Arrangement of Predermined Time Standards (MODAPTS)

Modular Arrangement of Predetermined Time Standards (MODAPTS) adalah salah satu metode untuk menganalisis gerakan dan menetapkan waktu standar gerakan. Metode ini cocok digunakan pada proses yang memiliki waktu siklus singkat dengan gerakan berulang. MODAPTS dikembangkan pertama kali di Australia oleh G.C Heyde pada tahun 1960 untuk pekerjaan yang dikontrol secara manual (Niebel, 1993).

Karakteristik MODAPTS cocok digunakan dalam perancangan metode kerja, dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Metode ini mudah digunakan dan mudah dimengerti untuk perbaikan-perbaikan operasi kerja.

b. Tidak memerlukan alat-alat pengukuran

c. Perbedaan waktu gerakan berhubungan dengan perbedaan bagian-bagian tubuh

d. Kode MODAPTS adalah sama dengan kode waktu dan gerakan.

e. Penganalisaan mudah dan hasilnya sebaik hasil yang diperoleh dengan metode detail.

f. Sistem ini dapat berperan untuk perbaikan aktivitas yang berulang.

(16)

27

Tabel 2.3. Perbandingan Metode Time Study dan Modapts.

TIME STUDY MODAPTS

Stopwatch Required.

Stopwatch diperlukan untuk mencatat berapa lama waktu yang diperlukan pekerja dalam melaksanakan aktivitasnya.

No Stopwatch Required for people work

Penggunaan stopwatch saat pengukuran menyebabkan konsentrasi pekerja terganggu, pekerja pada umumnya ingin terlihat sempurna dihadapan peneliti.

Performance Rating Required.

 Faktor penyesuaian digunakan untuk ketika pekerja bekerja dalam kondisi tidak wajar, misalkan terburu-buru.

NoPerformance Rating.

Saat ini makin banyak peneliti yang tidak setuju dengan penerapan rating factor. Pada dasarnya pekerja yang diamati adalah pekerja yang sudah berpengalaman.

Not Ergonomically Sensitive.

Tidak menekankan pada resiko kesehatan pekerja akibat gerakan kerja

Ergonomically Sensitive.

Yang dicatat bagaimana gerakan itu dilakukan

Sumber : Industrial Engineering and Production School.

(17)

28

Tabel 2.4 Kode MODAPTS.

Classification No Activity Symbol MOD Explanation Remark

Movement Activities

1 Finger M1 1 Movement from the knuckle 2,5 cm

2 Hand M2 2

Movement from the wrist hand or palm

Movement from the shoulder fully to the left, right, or across the body. Shoulder must move.

Load factor (added to put activities when the object being handles is heavy)

16 Sight E2 2 Eye Fixation, eye travel Independent

17 Judgement D3 3 Momentary Decision Independent

18 Press A2 2 Pressure movement lower than 2 kg Independent

(18)

2.8 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan tempat dimana karyawan melakukan aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja optimal.

Menurut Board of Certification for Professional Ergonomists (2013)

,

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja yang ditandai dengan adanya interaksi antara parameter sebagai berikut:

1. Seorang pekerja dengan atribut ukuran, kekuatan, rentang gerak, kecerdasan, pendidikan, harapan dan kemampuan fisik/mental lainnya. 2. Pengaturan kerja yang terdiri dari bagian, peralatan, panel kontrol dan

tampilan benda fisik lainnya.

3. Sebuah lingkungan kerja yang diciptakan oleh iklim, pencahayaan, temperatur, vibrasi, kebisingan, warna, debu dan kualitas atmosfer lainnya. Menurut Sutalaksana,dkk (2006:83) “Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di sekeliling manusia pada saat manusia melaksanakan kegiatannya. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila didalamnya manusia dapat melaksanakan kegiatannya dengan aman, sehat dan nyaman”.

(19)

2.9 Penelitian Terdahulu

1. Taufik Dwi Laksono ( Jurnal Teolodita, Vol.12 No.1 Juni 2010: 1-12) Melakukan penelitian yang berjudul “Metode Kerja dan Produktivitas

Tukang Batu Pada Pekerjaan Plesteran” . Dalam penelitiannya terhadap

metode kerja dan produktivitas tukang plester pada pekerjaan plesteran disimpulkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tukang plester adalah metode kerja yang digunakan dan waktu kegiatan yang diperlukan.

Pada analisis metode kerja diperoleh bahwa metode kerja yang terdiri dari 11 kegiatan membutuhkan waktu total rata-rata seluruh kegiatan adalah 616,1 detik sehingga produktivitas yang dihasilkan sebesar 6m2/jam. Sedangkan metode kerja yang memiliki 12 kegiatan membutuhkan waktu total rata-rata seluruh kegiatan adalah 642,3 detik sehingga produktivitas yang dihasilkan sebesar 5,4m2/jam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode kerja yang digunakan akan berpengaruh terhadap produktivitas yang dihasilkan.

2. Hani Shafeek ( Asian Transactions on Engineering/ATE ISSN: 2221-4267 Vol.1 No.6 Jan 2012: 1-9). Melakukan penelitian dengan judul “Maintenance Practices in Cement Industry”.

(20)

terfokus pada target yang harus dicapai. Manajemen yang diterapkan tidak memenuhi kriteria baik. Perusahaan tidak mempunyai laporan lengkap keuangan (pembelian dan penjualan), tidak melakukan program pelatihan kepada karyawan, perusahaan tidak mempunyai jadwal perbaikan mesin secara berkala. Penulis merekomendasikan penerapan manajemen yang baik pada perusahaan, karena manajemen yang baik sangat mempengaruhi produktivitas perusahaan.

3. Sri Maryati dkk (Jurnal Teknik Industri Vol.5 No.2: 95-105 tahun 2012). Penelitian ini berjudul “Perbaikan Metode Kerja di Bagian Pelintingan Rokok dengan Menggunakan Studi Gerak dan Waktu untuk Meningkatkan Efisiensi Kerja (Studi Kasus di P.R. Sumber Rejeki Wajak Malang)”. Permasalahan yang terjadi adalah perusahaan hanya bisa memenuhi 75% target produksi yang ada. Sri Maryani dkk melakukan perbaikan metode kerja menggunakan studi gerak dan waktu dengan menggabungkan gerakan-gerakan kerja dan mengeliminasi gerakan menunggu. Hasil penelitian menunjukkan perbaikan ini mempercepat waktu siklus yang semula membutuhkan waktu 2,16 detik menjadi 1,83 detik. Perbaikan ini berhasil meningkatkan jumlah produksi.

4. Gurunath V Shinde, Prof. V.S. Jadhav (International Journal of Engineering and Technology/ IJET, ISSN : 0975-4024, Vol 4 No 4 Aug-Sep 2012: 220-227).

(21)

Penelitian ini berjudul “Ergonomic Analysys of An Assembly Workstation

to Identify Time Consuming and Fatique Causing Factors Using

Application of Motion Study”, berlokasi di Karad-India.

Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah hasil produksi menurun dan frekuensi kecelakaan kerja tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, diidentifikasi bahwa faktor penyebab adalah layout, alat kerja dan gerakan kerja repetitif yang tidak sesuai dengan prinsip ergonomi. Perbaikan yang dilakukan peneliti adalah:

a. Perbaikan layout kerja baru sesuai dengan prinsip ergonomi

b. Penghapusan gerakan repetitif dan penerapan prinsip ergonomi dalam gerakan kerja pada proses pengelasan.

c. Perbaikan alat las dan perbaikan pencahayaan serta ventilasi udara.

5. Sultan Ayoub Meo, Abdul Majeed Al-Drees, Abeer A. Al Masri, Fawzia Al Rouq, M.Abdul Azeem. (International Journal Of Environmental Research and Public Health, January 2013 Vol.10 No.1, 390-398;

doi:10.3390/ijerph10010390).

Tulisan ini berjudul “Effect of Duration of Exposure to Cement dust on

Respiratory Function of Cement Mill Workers”. Para penulis melakukan

(22)

pada umumnya mengalami penyakit paru obstruktif, penyakit paru restriktif, peradangan paru lainnya, bahkan kanker paru (pada paparan di atas 15 tahun dan tanpa pelindung). Untuk mengatasi risiko menghirup dan mengalami reaksi penyakit dalam tubuh akibat debu semen, langkah pencegahan yang dapat diambil adalah menghindari paparan terhadap paparan debu semen, dengan menggunakan peralatan kesehatan dan keamanan saat bekerja, seperti penutup kepala, kaca mata khusus (goggle), masker atau alat penutup hidung dan mulut lainnya, baju khusus, sepatu khusus, dan berbagai macam perlengkapan yang didesain untuk mencegah masuknya debu ke dalam saluran pernapasan. Selain itu, para pekerja juga diharapkan tidak makan atau minum di lokasi dimana debu semen bertebaran, untuk menghindari masuknya debu ini ke dalam saluran cerna kemudian ke dalam darah, karena efeknya dapat membahayakan organ-organ tubuh dalam jangka panjang, dan memeriksakan kesehatan secara berkala ke bagian kesehatan pabrik.

6. M. Muhundhan ( Indian Textile Journal, May 2013 Vol 123. No.8:57-66) Penelitian yang berjudul “Ergonomy for Productivity” dilakukan pada

(23)

produktivitas perusahaan. Penerapan ergonomi pada metode kerja adalah menghilangkan gerakan repetitif, menggunakan gerakan kerja sesuai prinsip ekonomi gerakan. Penerapan ergonomi pada alat dan fasilitas kerja adalah menyesuaikan alat dengan postur tubuh. Penerapan ergonomi pada lingkungan kerja adalah pencahayaan yang cukup pada bagian pemotongan kain, pengendalian kebisingan pada bagian bordir, pengaturan ventilasi pada bagian jahit. Dengan pelatihan dan instruksi yang tepat, penggunaan alat pelindung kerja yang tepat dan sistem kerja ergonomis, pekerja garmen dapat memproduksi produk di tempat kerja yang aman dan sehat dan produktivitas perusahaan meningkat.

7. Irena Sabaric, Snjenaza Brnada, Stana Kovacevic (Industrial Engineering Journal, 2013 Vol.4 No.100:55-59).

Melakukan penelitian dengan judul “Application of the MODAPTS Method

with Innovative Solutions in the Warping Process”, berlokasi di

Gambar

Gambar 2.1 Langkah-langkah dalam Analisis Metode Kerja.
Gambar 2.2 Interaksi Faktor-Faktor Produksi dalam Analisa Metode Kerja.
Tabel 2.2 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh.
Tabel 2.2 (Lanjutan)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial Provinsi Gorontalo maka tujuan pembangunan kesejahteraan sosial yang ingin dicapai pada lima tahun mendatang adalah : a)

Sebagian besar atau 50% remaja putri kelas II MTS Negeri 1 Ngemplak Sleman sebelum (pretest) mendapatkan terapi musik klasik (Beethoven) mengalami nyeri haid sedang; sisanya

ritus kematian (kelepasan) masih terjaga dan lestari, serta perlu pendalam bagi generasi muda Brahmana Buddha Budakeling mengenai bentuk upacara yang unik tersebut, dan

Dan konflik seputar kebijakan deviden ini dapat diselesaikan dengan menerapkan akuntansi konservatif, selain itu dengan penerapan konservatisme menyebabkan peringkat obligasi

Ketika terjadi verbal abuse, korban dapat mengalami kehilangan spontanitas mereka; kehilangan antusiasme; perasaan was-was dan cemas; merasa ada yang salah dengan dirinya sendiri;

Fenomena yang lain dan terjadi pada penelitian Al-kandari, Al-hunaiyyan, and Al-hajri (2016) yang menyatakan bahwa, pengaruh budaya pada penggunaan Instagram antara pria

“ assessor ” (tergantung) pada alat bukti keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa. Alat bukti petunjuk hanya boleh diambil dan diperoleh dari ketiga alat bukti

Dari hasil analisis penentuan kemampuan penyerapan adsorben abu cangkang kerang terhadap variasi konsentrasi timah putih menggunakan spektroskopi serapan atom