• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBAIKAN METODE KERJA PADA STASIUN PENGEMASAN UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT DI PT. FLORINDO MAKMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERBAIKAN METODE KERJA PADA STASIUN PENGEMASAN UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT DI PT. FLORINDO MAKMUR"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERBAIKAN METODE KERJA PADA STASIUN

PENGEMASAN UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT DI PT.

FLORINDO MAKMUR

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh Boy Yulandana NIM : 110403141

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 7

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Penulisan Tugas Sarjana ini adalah bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini juga merupakan sarana bagi penulis untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan nyata yang ada di perusahaan. Tugas Sarjana ini berjudul “Perbaikan Metode Kerja Pada Stasiun Pengemasan Untuk Meningkatkan Output di PT. Florindo Makmur”.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk melengkapi Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Januari 2017

Penulis

(5)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Tugas Sarjana yang ditulis ini telah mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Anizar, M.kes, selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan, motivasi, dan nasehat selama penyusunan Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Mariyatno selaku manajer personalia PT. Florindo Makmur yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

4. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan doa dan nasehat, kakak penulis Riri Afriana, serta seluruh keluarga besar yang telah memberi motivasi dalam penulisan penelitian ini.

5. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan sebagai bekal untuk penulisan Tugas Sarjana ini.

6. Sahabat seperjuangan, Adriman Tanjung, M. Alfisyahri Ritonga, Andyka Gabe Mario, Mikael dan Daniel Fasla Barasa yang memberi masukan dan dukungan.

7. Semua teman angkatan 2011 (GIELAS) di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

(6)

vi

8. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua

Medan, Februari 2017

Penulis

(7)

vii

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah... I-3 1.3. Tujuan Penelitian... I-3 1.4. Manfaat Penelitian... I-4 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan laporan ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.4. Daerah Pemasaran ... II-2

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.5. Dampak Sosial dan Ekonomi Terhadap Lingkungan ... II-3 2.6. Organisasi dan Manajemen ... II-4 2.6.1. Struktur Organisasi ... II-4 2.6.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-7 2.6.3. Jumlah Pekerja dan Jam Kerja ... II-7 2.6.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-8

III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1 3.1. Teknik Tata Cara Kerja ... III-1 3.2. Peta Kerja ... III-1

3.2.1. Simbol-Simbol yang dipakai Untuk Pembuatan

Peta Kerja ... III-2 3.2.2. Jenis-Jenis Peta Kerja ... III-4 3.2.2.1. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) III-5 3.2.2.2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan ... III-10 3.3. Studi Gerakan ... III-12 3.3.1. Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan ... III-17

3.3.1.1.Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Tubuh Manusia dan

Gerakannya ... III-17

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.3.1.2. Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Pengaturan Tata

Letak Tempat Kerja ... III-18 3.3.1.3. Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan

Dihubungkan dengan Perancangan

Peralatan ... III-19 3.4. Pengukuran Waktu Kerja ... III-20 3.5. Maynard Operation Sequence Technique (MOST) ... III-21 3.6. Pengukuran Kerja ... III-33 3.6.1.Stopwatch Time Study ... III-33 3.6.2.Penyesuaian ... III-34 3.6.3.Metode Sederhana Untuk Menetapkan Jumlah

Pengamatan ... III-35 3.6.4.Perhitungan Waktu Standar Pada Metode MOST.... III-36 3.7. Kelonggaran ... III-36

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Lokasi dan Objek Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Variabel Penelitian ... IV-2

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.4. Sifat Penelitian ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.6. Metode Pengambilan Sampel ... IV-3 4.7. Metode Pengumpulan Data ... IV-3 4.7.1. Data Primer ... IV-3 4.7.1.1. Waktu Baku ... IV-4 4.7.2. Data Sekunder ... IV-6 4.8. Metode Pengolahan Data ... IV-6 4.9. Analisa Data ... IV-9 4.10. Instrumen penelitian ... IV-10 4.11. Kesimpulan dan Saran ... IV-10

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Primer ... V-1

5.1.1.1. Data Pengukuran Secara Langsung

Waktu Kerja Pengemasan Tepung ... V-2 5.2. Pengolahan Data ... V-25

5.2.1. Perhitungan Waktu Standar Metode Kerja

Awal Dengan Metode MOST ... V-25

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.2. Perancangan Metode Kerja Usulan ... V-30 5.2.3. Perhitungan Waktu Standar Metode Kerja

Usulan dengan Metode MOST ... V-32

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisa Terhadap Metode Kerja Aktual... VI-1 6.2. Analisis Terhadap Waktu Standar Metode Kerja Aktual .. VI-1 6.3. Analisis Terhadap Metode Kerja Usulan ... VI-1 6.4. Analisis Terhadap Waktu Standar Metode Kerja Usulan . VI-2 6.5. Perbandingan Metode Kerja Aktual dan Metode Kerja

Usulan... VI-2

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan... VII-1 7.2. Saran ... VII-1

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

- Tabel Data Indeks Untuk Urutan Gerakan Umum - Tabel Data Indeks Untuk Urutan Gerakan Terkendali

(12)

- Tabel Data Indeks Untuk Urutan Pemakaian Alat - Tabel Allowance Rekomendasi ILO

-

Tabel Lambang-lambang Therblig - Tabel Pengamatan

- Struktur Organisasi

- Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

-

Sketsa layout daerah kerja operator stasiun pengepakan

-

Gambar produk tepung tapioka 25 kg

-

Data pengambilan lembar karung

-

Form Asistensi

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jumlah Pekerja PT. Florindo Makmur ... II-7 3.1. Lambang-Lambang Therblig ... III-14 3.2. Data Indeks Untuk Urutan Gerakan Umum ... III-24 3.3. Data Indeks Untuk Urutan Gerakan Terkendali ... III-27 3.4. Data Indeks Untuk Urutan Pemakaian Peralatan ... III-29 5.1. Pengukuran Waktu Operasi (Detik) Pengemasan Tepung .... V-3 5.2. Pengukuran Waktu Operasi (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-4 5.3. Pengukuran Waktu Operasi (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-5 5.4. Pengukuran Waktu Operasi (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-6 5.5. Pengukuran Waktu Operasi (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-7 5.6. Pengukuran Waktu Operasi (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-8 5.7. Pengukuran Waktu Operasi (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-9 5.8. Pengukuran Waktu Operasi (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-10

(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.9. Uji Kecukupan Data Waktu (Detik) Pengemasan Tepung .... V-11 5.10. Uji Kecukupan Data Waktu (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-12 5.11. Uji Kecukupan Data Waktu (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-13 5.12. Uji Kecukupan Data Waktu (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-14 5.13. Uji Kecukupan Data Waktu (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-15 5.14. Uji Kecukupan Data Waktu (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-16 5.15. Uji Kecukupan Data Waktu (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-17 5.16. Uji Kecukupan Data Waktu (Detik) Pengemasan Tepung

(Lanjutan) ... V-18 5.17. Perhitungan Waktu Normal ... V-18 5.18. Perhitungan Waktu Baku Aktual Dengan Metode MOST .... V-27 5.19. Perhitungan Waktu Baku Aktual Dengan Metode MOST

(Lanjutan) ... V-28

(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.20. Perhitungan Waktu Baku Aktual Dengan Metode MOST

(Lanjutan) ... V-29 5.21. Perhitungan Waktu Baku Usulan Dengan Metode MOST .... V-33 5.22. Perhitungan Waktu Baku Usulan Dengan Metode MOST

(Lanjutan) ... V-34 5.23. Perhitungan Waktu Baku Usulan Dengan Metode MOST

(Lanjutan) ... V-35 6.1. Perbandingan Antara Metode Kerja Sekarang dan Metode

Kerja Aktual untuk PTKTK, Waktu Standard dan Output

Standar ... VI-3

(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Lokasi PT. Florindo Makmur ... II-2 2.2. Struktur Organisasi PT. FlorindoMakmur ... II-6 3.1. Peta Aliran Proses ... III-9 3.2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan ... III-11 4.1. Kerangka Berpikir Konseptual ... IV-2 4.2. Perhitungan Waktu Baku ... IV-7 4.3. Blok Rancangan Data ... IV-11 5.1. Sketsa Layout Daerah Kerja Operator Stasiun

Pengemasan Tepung... V-2 5.2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Proses Pegemasan ... V-20 5.3. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Proses Pengemasan

(Lanjutan) ... V-21 5.4. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Proses Pengemasan

(Lanjutan) ... V-22 5.5. Peta Aliran Proses Pengemasan Tepung Aktual ... V-23 5.6. Peta Aliran Proses Pengemasan Tepung Usulan ... V-31

(17)

ABSTRAK

PT. Florindo Makmur merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur penghasil tepung. Masalah yang terjadi di perusahaan adalah adanya kegiatan operator mengambil lembar karung sebanyak kali pengambilan dengan meninggalkan area kerja penampungan tepung di stasiun pengemasan sehingga mengakibatkan proses pengemasan tertunda. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki metode kerja dengan menganalisis gerakan-gerakan kerja yang tidak memberikan nilai tambah. Perbaikan dilakukan dengan metode MOST (Maynard Operation Sequence Technique) yang mengidentifikasi sub-sub aktivitas atau gerakan kerja. Melalui metode MOST diketahui total waktu standar pengemasan aktual adalah detik Setelah diberikan usulan maka pengurangan elemen kegiatan diperoleh total waktu standar usulan waktu standar usulan adalah detik Maka selisih waktu standar adalah detik per produk, dengan pengurangan.

Sedangkan hasil output dari pengemasan tepung ada peningkatan dari kondisi awal produk karung tepung menjadi produk karung tepung setelah diadakan perbaikan metode kerja.

Keyword : waktu, metode kerja, MOST

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan jumlah permintaan tepung tapioka mengakibatkan perusahaaan harus meningkatkan kuantitas serta kualitas dari produk tepung tapioka, sehingga perusahaan dapat bertahan dari persaingan global. Kondisi nyata yang terjadi di perusahaan adalah jumlah output yang dihasilkan perusahaan dalam 1 shift belum terpenuhi. Masalah yang terjadi di perusahaan adalah operator penampungan tepung meninggalkan area kerjanya untuk mengambil lembar karung sehingga proses pengemasan menjadi terhenti.

Pengambilan lembar karung sebanyak kali dalam 1 shift, sekali pengambilan karung sebanyak lembar dengan waktu detik dan jarak meter. Kegiatan yang tidak efisien juga terlihat pada kegiatan mengambil lembar karung dari gudang, lembar karung dibawa ke tempat penampungan tepung, lembar karung diletakkan.

PT Florindo Makmur merupakan industri tepung tapioka yang memiliki stasiun kerja pada bagian produksi yaitu: stasiun pencucian, parutan, ekstraksi, separasi, penyaringan, pengeringan, dan pengemasan dengan shift kerja selama hari dalam sebulan. Tepung yang dihasilkan dari stasiun sebelumnya tidak dapat ditangani seluruhnya oleh operator pengemasan sehingga sering menyebabkan terjadinya lembur. Operator pada bagian pengemasan berjumlah operator dalam 1

(19)

shift. Kegiatan di bagian pengemasan terdiri dari, penampungan tepung, penimbangan tepung, penjahitan tepung, dan pemindahan tepung ke forklift.

Cut Ita Erliana (2015) melakukan penelitian bahwa terdapat bebarapa faktor yang menyebabkan lamanya waktu proses produksi menjadi menurun.

Penelitian ini didasarkan pada identifikasi faktor-faktor sistem kerja seperti manusia, bahan baku, mesin dan lingkungan kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor manusia yaitu pada metode kerja yang berpengaruh terhadap kemampuan produksi semen. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan rancangan perbaikan metode kerja pada stasiun pengantongan semen agar waktu pengerjaan produk menjadi lebih singkat sehingga jumlah produksi semen meningkat.1

Muchlison Anis (2014) melakukan penelitian bahwa metode kerja pada UKM yang memproduksi kain tenun ikat khas jepara tidak sesuai dengan standard operational procedure (SOP). Penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya aktivitas kerja pada produksi tenun ikat yang tergolong pada tingkatan risiko sangat tinggi dan termasuk ke dalam kategori berbahaya dan dapat menyebabkan risiko MSDs sehingga diperlukan investigasi dan penanganan lebih lanjut. Pemecahan masalah ini dilakukan dengan memberi rekomendasi yaitu menunjukkan postur kerja yang baik dan memberi usulan perancangan alat bantu untuk mengurangi keluhan MSDs.2

1Erliana, Cut Ita. Perbaikan Metode Kerja Pengantongan Semen Menggunakan Peta Tangan Kiri Dan Kanan. 2015. Medan.

2Anis, Muchlison. Perbaikan Metode Kerja Operator Melalui Analisis Muscoskletal Disorder

(20)

Tri Martanto (2014) melakukan penelitian yang menyajikan hasil analisis dan rekomendasi untuk meningkatkan hasil output produksi. Penelitian ini bertujuan untuk meminimasi waktu proses, mengetahui elemen gerakan dan mengkombinasikan gerakan-gerakan menjadi proses yang berurutan sehingga waktu produksi menjadi lebih singkat dan output produksi pun meningkat.3

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan pada penelitian ini adalah adanya kegiatan operator yang meninggalkan area kerjanya untuk mengambil lembaran karung sehingga menyebabkan proses pengemasan tertunda. Pengambilan lembaran karung yang berulang tersebut mengakibatkan kapasitas produksi tidak terpenuhi. Kegiatan yang tidak efisien juga terlihat pada kegiatan mengambil lembar karung dari gudang, lembar karung dibawa ke tempat penampungan tepung dan lembar karung diletakkan, sehingga perlu dilakukan perbaikan metode kerja agar output dapat ditingkatkan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah melakukan perbaikan metode kerja yang dilakukan oleh operator untuk mempersingkat waktu pengambilan lembar karung agar proses pengemasan berjalan lancar dan meningkatkan output.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

3Martanto, Tri. Perbaikan Metode Kerja Untuk Meminimasi Waktu Proses Menggunakan Maynard Operation Sequence Technique (MOST). 2014. Palembang.

(21)

1. Menganalisis gerakan-gerakan yang tidak memberi nilai tambah yang dilakukan oleh operator.

2. Merancang metode kerja.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa dapat menerapkan teori ergonomi dan perencanaan, perancangan dan pembakuan sistem kerja dalam permasalahan yang sebenarnya terjadi di perusahaan dan mendapatkan peluang untuk dapat memecahkan dan mencari solusi permasalahan-permasalahan di perusahaan dari sudut pandang akademis

2. Memberikan masukan kepada pihak perusahaan dalam menghadapi masalah perbaikan metode kerja untuk meminimumkan waktu standar.

3. Sebagai bahan referensi bagi institusi untuk penelitian selanjutnya dalam mencari solusi terbaik perbaikan metode kerja untuk meminimumkan waktu standar.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Penelitian dilakukan dalam batasan-batasan tertentu, antara lain:

1. Penelitian difokuskan hanya pada stasiun pengemasan tepung.

2. Penelitian ini dilakukan dengan tidak memperhitungkan biaya.

3. Pengukuran waktu standar dengan menggunakan metode MOST.

4. Tata letak fasilitas tetap.

(22)

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Kontinuitas bahan baku terjaga.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan dari tugas sarjana akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan menguraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, alat dan bahan yang digunakan serta sistematika penulisan tugas akhir

Bab II Gambaran umum perusahaan menguraikan secara umum atribut perusahaan PT. Florindo Makmur yang menjadi objek studi yang diantaranya adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, struktur organisasi, uraian tugas dan tanggung jawab, tenaga kerja perusahaan, sistem pengupahan yang berlaku di perusahaan, proses produksi, bahan yang digunakan, jumlah dan.

spesifikasi produk, uraian proses produksi dan mesin serta peralatan yang digunakan.

Bab III Landasan teori diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang mendukung permasalahan, teori tentang ergonomi, teori tentang teknik tata cara kerja, teori tentang peta kerja, dan teori pendukung lainnya.

(23)

Bab IV Metodologi penelitian berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.

Bab V Pengumpulan dan pengolahan data memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

Bab VI Analisis dan pembahasan memuat analisis dan pembahasan hasil dari pengolahan data dengan cara membandingkan dengan teori-teori yang ada.

Disamping itu memuat tentang kekurangan-kekurangan pada metode kerja yang lama pada stasiun pengemasan tepung sehingga pada metode kerja yang baru dapat meningkatkan output.

Bab VII Kesimpulan dan saran berisikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi perusahaan.

(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Florindo Makmur merupakan perusahaan bergerak pada bidang manufaktur yang memproduksi singkong menjadi tepung tapioka sebagai produk jadi. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Besar Desa Pergulaan Dusun V, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

PT. Florindo makmur terus berusaha mengembangkan daerah pemasaran dalam mendistribusikan produknya. Awalnya produk dipasarkan di daerah Medan dan Serdang Bedagai. Pemasaran produk saat ini sudah mencapai ke daerah Aceh, Padang, Jambi, Pekanbaru, dan Palembang. PT. Florindo Makmur menggunakan singkong sebagai bahan baku utama pembuatan tepung tapioka.

Proses produksi yang dilakukan selalu memperhatikan kualitas yang diperiksa di Departemen Laboratorium. PT. Florindo Makmur ini berstatus sebagai perusahaan swasta dan berdasarkan akte Departemen Kehakiman C-1336 HT.

0104. TH. 2008.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Florindo Makmur bergerak dibidang produksi tepung tapioka. PT.

Florindo Makmur melakukan sistem produksi yang bersifat make to stock dimana persediaan ditentukan berdasarkan peramalan potensi permintaan pelanggan terhadap produk jadi. Bahan baku singkong yang diperoleh pihak

(25)

pabrik berasal dari perkebunan singkong di daerah Serdang Bedagai, Deli Serdang, Tapanuli Selatan, Simalungun, dan Sidimpuan.

2.3. Lokasi Perusahaan

Lokasi PT. Florindo Makmur berada di Jl. Besar Desa Pergulaan Dusun V, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara. PT. Florindo Makmur berjarak   km dari pasar Bengkel dan berada

 80 km arah tenggara kota Medan. Lokasi sumber bahan baku yaitu perkebunan singkong berada disekitar pabrik.

2.4. Daerah Pemasaran

Perintah untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan pemasaran dan penjualan umumnya akan diformulasikan oleh Departemen Pemasaran dan Penjualan dari sebuah perusahaan. Daerah pemasaran produk tepung tapioka perusahaan ini berfokus di Medan dan berkembang ke Aceh, Padang, Jambi, Pekanbaru, serta Palembang. Kapasitas produksi pabrik ini adalah sekitar ton/

hari.

2.5. Dampak Sosial dan Ekonomi Terhadap Lingkungan

Setiap usaha yang dijalankan tentunya akan memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik perusahaan itu sendiri maupun masyarakat yang ada

(26)

dilingkungan sekitar. Dampak positif maupun negatif dari aspek – aspek sosial dan ekonomi adalah:

1. Dampak Sosial

Bila ditinjau dari aspek sosial, dampak positif bagi masyarakat secara umum adalah:

a. Perubahan demografi melalui terjadinya tingkat pengangguran, yaitu dalam pembuatan perusahaan tersebut tentunya pihak perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang mana dapat diambil dari lingkungan masyarakat sekitar.

b. Perubahan budaya yang dapat berdampak pada perubahan sikap masyarakat, yaitu masyarakat akan mendapatkan sebuah gambaran tentang bagaimana cara bekerja yang baik dan benar serta meningkatkan disiplin.

c. Perusahaan memberi dukungan atas pelaksanaan acara-acara perayaan keagamaan masyarakat sekitar dengan memberikan sumbangan dana melalui proposal sehingga warga dapat melangsungkan kegiatan tersebut dengan baik dan lancar.

Sedangkan dampak negatif bagi masyarakat adalah prasarana jalan lintas masyarakat mengalami kerusakan dengan cukup banyaknya truk pengangkut singkong yang melewati jalur tersebut setiap harinya.

2. Dampak Ekonomi

Bila ditinjau dari aspek ekonomi, dampak positif bagi masyarakat secara umum adalah:

(27)

a. Dapat meningkatkan ekonomi di lingkungan sekitar serta mengurangi pengangguran di lingkungan sekitar masyarakat yang akhir-akhir ini semakin bertambah.

b. Meningkatkan perekonomian pemerintah, dengan adanya perusahaan tersebut sehingga dapat membantu pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

2.6. Organisasi dan Manajemen

Organisasi dan manajemen PT. Florindo Makmur memiliki aturan dan elemen-elemen pelaku yang bekerja sama dan terhimpun secara administratif untuk mencapai visi perusahaan.

2.6.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi (Organization structure) seringkali disamakan dengan rancangan organisasi. Struktur adalah bentuk pengaturan formal dari bagian-bagian yang ada dalam sebuah organisasi. Struktur dari sebuah organisasi yang dirancang dengan baik akan bisa menggambarkan secara jelas pembagian kegiatan dalam unit-unit yang dibentuk sesuai dengan pengelompokan fungsi dan spesialisasi serta koordinasi antar unit tersebut.

Sebagian besar organisasi pada saat sekarang ini akan memiliki struktur yang diambil dari lima alternatif bentuk struktur yaitu simple structure, fungsional structure, multidivisional structure, holding company structure, dan matrix structure.

(28)

Struktur organisasi yang digunakan pada perusahaan PT. Florindo Makmur struktur organisasi lini dan fungsional yaitu bentuk organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada per kepala unit dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu dan selanjutnya pimpinan tertinggi tadi masih melimpahkan wewenang kepada pejabat fungsional yang melaksanakan bidang pekerjaan operasional dan hasil tugasnya diserahkan kepada kepala unit terdahulu tanpa memandang eselon atau tingkatan.

(29)

2.6.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari jabatan pada struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran.

2.6.3. Jumlah Pekerja dan Jam Kerja

Karyawan di PT. Florindo Makmur umumnya telah bekerja sejak berdirinya pabrik pada tahun 2008 hingga hari ini.

Supaya perusahaan berjalan lancar dalam melakukan tugas untuk mencapai tujuannya, maka jam kerja diatur (bagian operasional) menjadi dua shift dan 25 hari kerja dalam 1 bulan, yaitu:

1. Shift I : pukul 08.00 – 16.00 WIB 2. Shift II : pukul 16.00 – 24.00 WIB

2.6.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

PT. Florindo Makmur memberikan kompensasi dan jaminan sosial kepada semua pekerja yang berdasarkan status karyawan dalam perusahaan yaitu :

a. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja yang diangkat menjadi karyawan tetapi melalui prosedur pengangkatan dan menerima gaji bulanan.

b. Tenaga kerja lepas merupakan tenaga kerja yang dipekerjakan dan dibayar secara harian tanpa melalui prosedur pengangkatan sebagai karyawan tetap.

Upah diberikan sesuai dengan hasil kerjanya dan dibayar setiap 2 (dua) minggu.

(30)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Teknik Tata Cara Kerja4

Teknik tata cara kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja.

Teknik-teknik dan prinsip-prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen- komponen sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuan- kemampuannya, bahan, perlengkapan dan peralatan kerja, serta lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat- akibat pikologis dan sosiologis yang ditimbulkannya. Maka dengan sederhana dapat dikatakan bahwa teknik tata cara merupakan hasil perpaduan antara teknik- teknik pengukuran waktu dan prinsip-prinsip studi gerakan.

3.2. Peta Kerja5

Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Adapun informasi yang diberikan melalui peta kerja adalah semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk kepabrik (berbentuk bahan baku) seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, produk lengkap, atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap. Apabila studi

4 Iftikar Z. Sutalaksana, Teknik Tata Cara kerja, (Bandung,1979), hal 6

5 Iftikar Z. Sutalaksana, Teknik Tata Cara kerja, (Bandung,1979), hal 15.

(31)

dilakukan dengan seksama terhadap peta kerja, maka usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan, antara lain menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan suatu urutan- urutan kerja/proses produksi yang lebih baik, menentukan mesin yang lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antara operasi dan sebagainya. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaan perbaikan kerja.

3.2.1. Simbol-Simbol yang Dipakai Untuk Pembuatan Peta Kerja

Simbol-simbol aktivitas yang telah dilakukan oleh ASME (American Society of Mechanical Engineers) dapat dijelaskan sebagai berikut6:

1. Operasi

Kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Adapun contohnya antara lain menerima informasi maupun memberikan informasi, membuat suatu rencana atau melakukan kegiatan kalkulasi pada suatu keadaan.

(32)

2. Transportasi

Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi kerja. Contohnya antara lain memindahkan material dengan tangan, holist, truck, conveyer, dan lainnya; bergerak, berjalan, membawa objek dari suatu lokasi kerja ke lokasi kerja yang lain: meletakkan/memindahkan material menuju atau dari mesin, container, conveyer, dan lainnya; membuat gambar kerja dari bagian disain kebagian produksi.

3. Pemeriksaan

Kegiatan pemeriksaan atau inspeksi terjadi apabila suatu obyek diperiksa, baik pemeriksaan pada segi kualitas maupun kuantitas, apakah sudah sesuai dengan karakteristik performans yang distandardkan. Pemeriksaan ini bisa termasuk kegiatan mengukur besaran dengan memakai peralatan ukur atau sekedar membandingkan secara visual dengan objek lain yang sudah diklasifikasikan standard. Adapun contohnya antara lain meneliti dimensi benda kerja dengan menggunakan alat ukur, membaca instrumen pengukur, menghitung jumlah benda yang diterima dari hasil pembelian.

4. Menunggu

Proses menunggu terjadi apabila material, benda kerja, operator atau fasilitas kerja dalam kondisi berhenti dan tidak terjadi kegiatan apapun selain menunggu. Kegiatan ini biasanya berlangsung temporer, dimana objek terpaksa menunggu atau ditinggalkan sementara sampai suatu saat dikerjakan/diperlukan kembali. Adapun contohnya antara lain material atau benda kerja diletakkan di

(33)

container, menunggu untuk dipindahkan ke stasiun kerja berikutnya; objek menunggu untuk diproses atau diperiksa; material menunggu diproses karena adanya kerusakan teknis pada mesin.

5. Menyimpan

Proses penimpanan terjadi apabila objek disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama dan permanen karena ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa ijin tertentu. Jika objek itu akan kembali diambil, biasanya akan memerlukan prosedur perijinan yang khusus. Adapun contohnya antara lain bahan baku disimpan dalam gudang, dokumen atau arsip yang disimpan dalm rak atau lemari khusus, uang atau surat berharga lainnya yang disimpan dalam brankas.

6. Aktivitas Ganda

Aktivitas ganda terjadi apabila kegiatan operasi harus dilaksanakan bersama dengan kegiatan pemeriksaan pada stasiun kerja yang sama.

3.2.2. Jenis-Jenis Peta Kerja 7

Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu :

1. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan

2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja Setempat Dalam hal ini tentunya harus dapat dibedakan antara kegiatan kerja keseluruhan dan kegiatan kerja setempat. Suatu kegiatan disebut kegiatan peta

(34)

kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan kerja setempat apabila kegiatan tersebut tejadi dalam suatu stasiun kerja yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Hubungan antara kedua maca kegiatan tersebut akan terlihat bila untuk menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu sama bermacam-macam produksi atau stasiun kerja. Dalam hal ini kelancaran proses produksi secara keseluruhan akan sangat tergantung pada setiap kelancaran stasiun kerja. Masing-masing peta kerja yang akan dibahas, antara lain:

3.2.2.1.Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)

Peta Aliran Proses adalah suatu diagram yang menunujukkan urutan- urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama suatu proses berlangsung, serta memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa yang seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan yang terjadi.

Pada prinsipnya Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) hampir sama dengan Peta Proses Operasi (Operation Process Chart). Perbedaannya adalah dalam penggunaan simbol-simbol ASME dimana pada Peta Aliran Proses semua simbol akan digambarkan dengan jelas untuk menggambarkan proses kerja awal sampai akhir, sedangkan Peta Proses Operasi terbatas pada operasi dan

(35)

pemeriksaan saja, namun pada Peta Aliran Proses aktivitas merakit tidak terlihat, sedangkan Peta Proses Operasi kegiatan merakit sangat jelas terlihat.

Peta Aliran Proses pada dasarnya terbagi menjadi tiga tipe, yaitu:

1. Peta aliran proses tipe bahan 2. Peta aliran proses tipe orang 3. Peta aliran proses tipe kertas

Peta aliran proses tipe bahan adalah suatu jenis Flow Process Chart yang menggambarkan kejadian yang dialami bahan dalam suatu proses atau prosedur operasi. Untuk peta aliran proses tipe bahan lebih disukai peta yang menggambarkan tiap komponen satu per satu karena hal ini lebih sederhana dan proses penganalisaannya lebih mudah dilakukan. Contoh penggunaan peta ini misalnya pada saat menggambarkan aliran yang dialami bahan saat pengepakan, pengiriman, dan penerimaan barang.

Peta aliran tipe orang adalah suatu jenis Flow Process Chart yang menggambarkan suatu proses dalam bentuk aktivitas-aktivitas manusianya. Peta ini merupakan gambar simbolis yang sistematis dari suatu metode kerja yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang ketika pekerjaannya membutuhkan untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya. Contoh penggunaan peta ini adalah untuk menggambarkan aktivitas yang terjadi di restoran, saat seorang juru masak mempersiapkan suatu masakan/hidangan.

Peta aliran proses tipe kertas adalah suatu jenis Flow Process Chart yang menggambarkan aliran dari kertas yang menjalani sekumpulan urutan proses mengikuti suatu prosedur tertentu secara bertahap.

(36)

Kegunaan dari peta aliran proses operasi ini antara lain:

1. Untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai dari awal proses sampai prosedur terakhir.

2. Mengeliminir operasi-operasi yang tidak perlu.

3. Mengeliminir aktivitas handling yang tidak efisien.

4. Mengurangi jarak perpindahan operator atau bahan.

5. Memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses.

6. Untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau jumlah aktivitas dari seorang operator.

7. Alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja.

Ada beberapa prinsip yang bisa digunakan untuk membuat suatu Peta Aliran Proses yang lengkap, yaitu:

1. Pada bagian atas dituliskan Peta Aliran Proses, yang diikuti dengan pencatatan beberapa identifikasi seperti nomor/nama komponen yang dipetakan, nomor gambar, cara sekarang atau yang diusulkan, tanggal pembuatan dan nama pembuat peta. Semua informasi ini dicatat di sebelah kanan atas kertas.

2. Di sebelah kiri atas kertas, berdampingan dengan informasi yang dicatat pada bagian kanan, dicatat mengenai ringkasan yang memuat, jumlah total dan waktu total dari setiap kegiatan yang terjadi dan juga mengenai total jarak yang dialami bahan atau orang selama proses atau prosedur berlangsung.

(37)

3. Setelah bagian atas selesai dengan lengkap, kemudian dibagian badan diuraikan proses yang terjadi lengkap beserta lambang-lambang dan informasi-informasi mengenai jarak perpindahan, jumlah yang dilayani, waktu yang dibutuhkan dan kecepatan produksi (jika mungkin) juga ditambahkan dengan kolom analisa, catatan dan tindakan yang diambil berdasarkan analisa tersebut.

3.2.2.2.Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Peta tangan kiri dan tangan kanan dalam hal ini lebih dikenal sebagai peta operator (Operation Process Chart) adalah peta kerja setempat yang bermanfaat untuk menganalisa gerakan tangan manusia di dalam melakukan pekerjaan- pekerjaan yang bersifat manual. Peta ini akan menggambarkan semua gerakan ataupun delay yang terjadi yang dilakukan oleh tangan kanan maupun tangan kiri secara mendetail sesuai dengan elemen-elemen therblig yang membentuk gerakan tersebut. Dengan menganalisa detail gerakan yang terjadi maka langka-langkah perbaikan bisa diusulkan. Pembuatan peta operator ini baru terasa bermanfaat apabila gerakan yang dianalisa tersebut terjadi berulang-ulang (repetitive) dan dilakukan secara manual seperti halnya dalam proses perakitan.

Dari analisa yang dibuat maka pola gerakan tangan yang dianggap tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan (motion economy) bisa diusulkan untuk diperbaiki. Demikian pula akan diharapkan terjadi keseimbangan gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri, sehingga siklus kerja akan berlangsung dengan lancar dalam ritme gerakan yang

(38)

lebih baik yang akhirnya mampu memberikan delay maupun operator fatigue yang minimum.

3.3. Studi Gerakan

Studi gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh penghematan dalam waktu kerja, yang selanjutnya dapat pula menghemat pemakaian fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan tersebut8

Untuk memudahkan penganalisaan terhadap gerakan-gerakan yang dipelajari, perlu dikenal dahulu gerakan-gerakan dasar. Frank B. Gilberth beserta Lilian meneliti gerakan-gerakan dasar secara mendalam dan menguraikan gerakan kedalam 17 gerakan dasar atau elemen gerakan yang dinamai Therblig. Dari ke 17 elemen Therblig pada dasarnya akan diklasifikasikan menjadi effective atau ineffective Therblig9. Elemen Therblig yang efektif adalah semua elemen dasar yang berkaitan langsung dengan ektivitas kerja. Pembagian kelompok-kelompok Therblig seperti yang diuraikan ini adalah sebagai berikut:

Effective Therblig

1. Physical Basic Divisions a. Menjangkau

b. Membawa

8 Ibid., hlm. 91

9 Sritomo Wignjosoebroto, op. cit. hlm 118

(39)

c. Melepas d. Memegang

e. Mengarahkan awal 2. Objective Basic Divisions

a. Memakai b. Merakit

c. Mengurai rakit Ineffective Therblig

1. Mental semi mental Basic Division a. Mencari

b. Memilih c. Mengarahkan d. Memeriksa e. Merencanakan 2. Delay

a. Keterlambatan yang tak terhindarkan b. Keterlambatan yang dapat dihindarkan c. Istirahat untuk menghilangkan lelah d. Memegang untuk memakai

Untuk lebih jelasnya gerakan-gerakan tersebut diuraikan sebagai berikut10: 1. Mencari (Search)

Merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi objek.

(40)

2. Memilih (Select)

Merupakan gerakan untuk mememukan suatu objek yang tercampur, tangan dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan kegiatan ini.

3. Memegang (Grasp)

Adalah gerakan untuk memegang objek, biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan membawa.

4. Menjangkau ( Reach)

Adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati atau menjauhi objek.

5. Membawa (Move)

Juga merupakan gerakan berpindah tempat, hanya dalam gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani.

6. Memegang untuk memakai (Hold)

Yaitu memegang tanpa menggerakkan objek yang dipegang. Perbedaannya dengan memegang terdahulu adalah perlakuan terhadap objek yang dipegang.

Pada memegang, pemegangan dilanjutkan dengan gerakan membawa, sedangakan memegang untuk memakai tidak demikian.

7. Melepas (Release)

Terjadi bila seseorang melepaskan objek yang dipegangnya. Dimulai saat pekerja mulai melepaskan tangannya dari objek hingga seluruh jarinya sudah tidak menyentuh objek lagi.

8. Mengarahkan (Position)

Merupakan gerakan mengarahkan suatu objek pada lokasi tertentu.

(41)

9. Mengarahkan sementara (Pre Position)

Merupakan elemen gerakan mengarahkan pada suatu tempat sementara, yang bertujuan untuk memudahkan pemegangan bila objek tersebut dibutuhkan kembali.

10. Pemeriksaan (Inspection)

Yaitu pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

11. Perakitan (Assemble)

Adalah gerakan untuk menggabungkan satu objek dengan objek lain sehingga menjadi satu kesatuan.

12. Lepas Rakit (Disassemble)

Gerakan memisahkan dua bagian objek dari satu kesatuan.

13. Memakai (Use)

Adalah bila satu tangan atau kedua-duanya dipakai untuk menggunakan alat.

14. Kelambatan yang tak terhindarkan (Unavoidable Delay)

Yaitu kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja.

15. Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable Delay)

Kelambatan ini disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerja itu sendiri, baik disengaja maupun yang tidak disengaja.

16. Merencana (Plan)

Merupakan proses mental, operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya.

(42)

17. Istirahat untuk menghilangkan fatique (Rest to overcome fatique)

Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi secara periodik. Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badan yang lelah sebagai akibat kerja berbeda- beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi juga oleh individu itu sendiri.

3.3.1. Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan

Perbaikan sistem kerja dilakukan dengan menganalisa elemen-elemen kerja tersebut tanpa melupakan prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Sebab untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, sistem kerja harus dirancang dengan memadukan gerakan-gerakan yang benar dan hemat tenaga (ekonomis). Prinsip gerakan tersebut disebut dengan ekonomi gerakan, dimana secara garis besar terdiri dari tiga kelompok yang berhubungan dengan11:

3.3.1.1.Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Tubuh Manusia dan Gerakannya

a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama.

b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada waktu istirahat.

c. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan berlawanan arah.

11 Iftikar Z. Sutalaksana, Ibid., hlm. 108

(43)

d. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat, yaitu hanya menggerakkan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

e. Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam bekerja.

f. Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan memperlambat gerakan tersebut.

g. Gerakan blistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti daripada gerakan yang dikendalikan.

h. Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika memungkinkan irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi si pekerja.

i. Usahakan sesedikit mungkin gerakan mata.

3.3.1.2.Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Pengaturan Tata Letak Tempat Kerja

a. Sebaiknya diusahakan agar bahan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap.

b. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah, cepat dan enak untuk dicapai.

c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia di tempat yang dekat untuk diambil.

(44)

d. Sebaiknya untuk menyalurkan objek yang sudah selesai dirancang mekanisme yang baik.

e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan terbaik.

f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang menyenangkan.

g. Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya bersikap (mempunyai postur) yang baik.

h. Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.

3.3.1.3.Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Perancangan Peralatan

a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat ditingkatkan.

b. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar mempunyai lebih dari satu kegunaan.

c. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemegangan dan penyimpanan.

d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya seperti pekerjaan mengetik, beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari.

(45)

e. Roda tangan, palang dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga beban dpat melayaninya dengan posisi yang baik, dan dengan tenaga yang minimum.

3.4. Pengukuran Waktu Kerja

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu- waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan12. Untuk menghitung waktu baku atau waktu standar penyelesaian pekerjaan, maka diperlukan prinsip dan teknik pengukuran kerja.

Secara sederhana pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan.

Waktu baku yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Waktu ini akan dipergunakan sebagai standard penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melakukan pekerjaan yang sama.

Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produk sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan13. Misalnya waktu siklus untuk merakit pulpen adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengambil komponen-komponen pulpen dari wadahnya, menggabungkan bagian bawah pulpen, pegas, isi, dan bagian atasnya sehingga merupakan suatu pulpen yang lengkap. Gerakan-gerakan mengambil, menggabungkan bagian bawah, pegas, dan

12 Iftikar Z. Sutalaksana, Ibid., hlm. 131.

(46)

seterusnya bisa merupakan elemen-elemen pekerjaan, dan jumlah dari waktu gerakan-gerakan ini keseluruhan adlah waktu siklus perakitan pulpen.

Pada garis besarnya pengukuran waktu kerja dapat dikelompokkan atas dua bagian yakni pengukuran waktu kerja secara langsung karena pengukurannya dilakukan secara langsung di tempat dimana pekerjaan yang diukur dijalankan dan tidak langsung karena si pengamat tidak berada di tempat pekerjaan yang diukur. Stop watch dan work sampling termasuk didalam cara pengukuran kerja secara langsung sedangkan metode yang termasuk dalam pengukuran waktu kerja tidak langsung adalah work factor (WF), Motion Time Measurement (MTM), Basic Motion Time (BMT), dan MOST (Maynard Operation Sequence Technique).14

3.5. Maynard Operation Sequence Technique (MOST)15

MOST merupakan salah satu dari teknik penetapan waktu baku dengan data waktu gerakan. Konsep ini diperkenalkan oleh salah satu pakar Teknik Industri, Kjell Zandin pada akhir tahun 1960 yang bekerja pada perusahaan HB.

Maynard dan Company. Ia mengamati data waktu gerakan MTM (Method Time Measurement) dan mendeteksi adanya pola gerakan dari data waktu gerakan MTM. MOST adalah salah satu teknik pengukuran kerja yang disusun berdasarkan urutan sub-sub aktivitas atau gerakan. Sub-sub aktivitas ini pada dasarnya diperoleh dari gerakan-gerakan yang memiliki pola-pola berulang seperti menjangkau, memegang, bergerak dan memposisikan objek serta pola-pola

14 Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi,Studi Gerak dan Waktu, (Surabaya,2000), hal 118.

15 Benjamin W. Niebel, Methods, Standards, and Work Design, (McGraw Hill,2003), hal 508

(47)

tersebut diidentifikasikan dan diatur sebagai suatu urutan kejadian yang diikuti dengan perpindahan objek.

Untuk tiap tipe gerakan bisa terjadi urutan gerakan yang berbeda-beda.

Oleh karena itu perlu dilakukan pemisahan model urutan kegiatan dalam metode MOST. Secara umum MOST memiliki dua model yakni16:

1. Model-model urutan dasar (Basic Sequence Model) Model ini terdiri dari 3 urutan gerakan, yaitu:

a. Urutan gerakan umum (The General Move Sequence)

Model ini dipakai bila terjadi perpindahan objek dengan bebas.

Maksudnya dibawah kendali manual, objek berpindah tanpa hambatan.

Contohnya sebuah kotak diangkat (dipindahkan) dari bawah meja ke atas meja.

Karakteristik dari model ini dapat dilihat pada urut-urutan sub aktivitas sebagai berikut:

a. Menjangkau obyek dengan satu atau dua tangan pada jarak tertentu, dengan atau tanpa gerakan badan.

b. Mengendalikan obyek dengan tangan (tanpa alat).

c. Memindahkan obyek dalam jarak tertentu ke tempat yang dituju, dengan atau tanpa gerakan badan.

d. Menempatkan obyek.

e. Kembali ke tempat semula.

(48)

Urutan model tersebut dinyatakan dalam huruf-huruf yang menyatakan sub-sub aktivitas (juga dinamakan parameter) dengan tambahan parameter untuk gerakan badan.

Model urutan gerakan umum ini adalah : A B G A B P A, dimana:

A = Action Distance (jarak tempuh untuk melakukan tindakan). Parameter ini meliputi semua gerakan jari, tangan dan kaki baik dalam keadaaan membawa beban atau tidak.

B = Body Motion (Gerakan badan). Parameter ini berhubungan dengan gerakan vertikal badan atau gerakan yang diperlukan untuk mengatasi gangguan terhadap gerakan badan.

G = Gain Control (Pengendalian atau mengendalikan objek). Parameter ini mencakup semua gerakan manual yang dipakai untuk mengendalikan objek.

P = Place (Menempatkan). Parameter ini merupakan tahap akhir dari kegiatan memindahkan yaitu dengan mengatur sebelum melepaskan kendali terhadap objek.

Perpindahan obyek pada model ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

memperoleh / meletakkan / kembali A B G / A B P / A

i. Bagian pertama, yaitu memperoleh, menggambarkan tindakan menjangkau obyek dengan gerakan badan (jika diperlukan), dan pengendalian terhadap obyek. Parameter A menunjukkan jarak dari tangan atau badan untuk menjangkau obyek, sedangkan B menyatakan kebutuhan-kebutuhan dari

(49)

gerakan badan pada saat bertindak. Derajat kesulitan ditentukan oleh parameter G, yaitu tingkat pengendalian yang diperlukan terhadap obyek.

ii. Bagian meletakkan menggambarkan tindakan untuk memindahkan obyek ke suatu lokasi. Seperti sebelumnya, parameter A dan B menunjukkan jarak dari tangan atau badan untuk membawa obyek, sedangkan penempatan obyek dinyatakan oleh parameter P.

iii. Bagian ketiga menunjukkan jarak yang ditempuh operator untuk kembali ke tempat kerja semula.

b. Urutan gerakan terkendali (The Controlled Move Sequence)

Model ini menggambarkan perpindahan objek secara manual dikendalikan oleh satu jalur. Gerakan objek dibatasi satu arah karena kontak atau menempel dengan objek lainnya. Contoh pekerjaan dengan gerakan terkendali adalah mendorong kotak yang cukup berat di atas meja kerja.

Urutan sub aktivitas dari model ini adalah:

a. Menjangkau obyek dengan satu atau dua tangan pada jarak tertentu dengan atau tanpa gerakan badan.

b. Mengendalikan obyek tanpa alat.

c. Memindahkan obyek dalam keadaan terkendali.

d. Waktu untuk memproses obyek jika ada.

e. Mengatur obyek yang diikuti dengan gerakan terkendali atau akhir dari proses.

f. Kembali ke tempat kerja.

(50)

Urutan model tersebut dinyatakan dalam huruf-huruf yang menyatakan sub-sub aktivitas, maka urutan tersebut adalah:

A B G M X I A

dimana parameter A, B, dan G sama dengan model urutan gerakan umum.

Sedangkan parameter lainnya adalah :

M = Move Controlled (Gerakan terkendali). Parameter ini mencakup semua gerakan manual yang diarahkan atau gerakan dari objek dalam jalur yang terkendali.

X = Process Time (Waktu proses). Parameter ini termasuk bagian dari kerja yang terkendali karena diproses atau dimesin bukan aktivitas manual.

I = Gerakan Mengurut, mengatur, atau penyesuaian. Parameter ini berhubungan dengan aktivitas manual yang termasuk juga gerakan terkendali atau akhir dari waktu proses untuk mengatur objek yang sesuai dengan keinginan.

Model ini dipakai jika terdapat salah satu dari dua kondisi berikut ini, yaitu:

i. Obyek atau peralatan dibatasi, oleh karena obyek atau peralatan tersebut menempel dengan obyek lain, seperti tombol, tuas atau engkol, atau karena obyek atau peralatan tersebut dikendalikan selama bergerak dengan bersentuhan terhadap permukaan dari obyek yang lain, misalnya mendorong peti di atas lantai.

ii. Kasus lain misalnya obyek tidak berpindah secara bebasdari satu lokasi ke lokasi lainnya.

(51)

Seperti halnya pada model urutan gerakan umum, maka pada model inipun kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu:

memperoleh / memindahkan atau menjalankan / kembali A B G / M X I / A

Bagian memperoleh dan kembali sama dengan urutan gerakan umum. Perbedaan yang mendasar adalah aktivitas yang sesudah parameter G. Bagian ini menggambarkan tindakan untuk memindahkan obyek melalui jalur terkendali atau menjalankan panel-panel kendali. Pada umumnya pemindahan obyek terdiri dari model dengan urutan parameter M dan I, dengan menjalankan mesin terdiri dari parameter M dan X.

Urutan Pemakaian Peralatan (The Tool Use Sequence)

Model ini dikembangkan dari model urutan gerakan umum, dengan tambahan parameter-parameter tertentu yang menunjukkan kegiatan yang memadai peralatan atau untuk kasus-kasus tertentu, dengan proses mental.

Ada lima aktivitas dalam model ini, yaitu:

a. Menjangkau obyek.

b. Menempatkan obyek atau alat.

c. Memakai alat.

d. Melepaskan alat atau obyek.

e. Kembali ke tempat kerja.

(52)

Kelima aktivitas tersebut menjadi dasar aktivitas penanganan dan pemakaian alat. Model ini terdiri dari rangkaian huruf yang mewakili sub-sub aktivitas di atas, yaitu:

mendapat obyek/tempatkan obyek/memakai alat/melepas obyek / kembali A B G / A B P / / A B G / A

Model urutan ini adalah : A B G / A B P / . . . / A B G / A

Ruang kosong pada model di atas merupakan tempat untuk mengisi parameter- parameter berikut :

C = Cut (Memotong). Parameter ini menggambarkan kegiatan memotong atau membuang bagian dari suatu objek dengan menggunakan bagian yang tajam dari perkakas tangan.

S = Surface Treat (Perlakuan pada permukaan, misalnya membuang material yang tidak dikehendaki dari permukaan objek).

M = Measure (Mengukur). Parameter ini berhubungan dengan kegiatan untuk menentukan karakteristik fisik tertentu dari suatu objek dengan membandingkannya dengan alat ukur standar.

R = Record (Mencatat). Parameter ini mencakup kegiatan manual dengan pensil, pena atau kapur atau alat tulis lainnya dengan maksud mencatat informasi.

T = Think (Berpikir). Parameter ini berhubungan dengan kegiatan mata dan aktivitas mental untuk mendapatkan informasi (membaca) atau memeriksa suatu objek.

(53)

2. Model urutan penanganan peralatan Model ini terdiri dari 3 bagian, yakni:

a. Pemindahan dengan Crane Manual (The Manual Crane Sequence)

Model ini dipakai jika ada aktivitas pemindahan barang dengan menggunakan crane secara manual. Seperti pada model-model sebelumnya, semua kegiatan manual dapat diidentifikasikan dengan urutan kejadian yang tertentu dengan pengulangan dari satu siklus ke siklus lainnya, tanpa memperhatikan deskripsi, urutan atau nama obyek yang akan dipindahkan.

b. Pemindahan dengan Crane Listrik Diesel (The Power Crane Sequence) Model ini berhubungan dengan perpindahan objek dengan bantuan Crane listrik atau diesel.

c. Pemindahan dengan Truk (The Truck Sequence)

Model ini menitikberatkan pada pemindahan material secara horizontal dari satu lokasi ke lokasi yang lain dengan menggunakan peralatan yang beroda. Peralatan yang beroda dapat dibagi dua yakni truk yang dikendarai dan yang disorong.

Pemindahan material dengan truck terdiri dari aktivitas-aktivitas berikut ini:

a. Operator berjalan menuju truck (A)

b. Operator duduk (jika dikendarai) dan menjalankan truck (B) c. Truck dijalankan menuju material yang akan ditangani (T)

d. Material diangkut ke atas truck dengan menggunakan alat angkut, seperti fork (L)

(54)

e. Truck dijalankan menuju penempatan material (T)

f. Material diturunkan dari truck dan ditempatkan ke lokasi akhir dengan menggunakan fork (L)

g. Truck dipindahkan ke lokasi lain dan diparkir (T)

h. Operator kembali ke lokasi semula atau ke lokasi yang lain (A) Aktivitas-aktivitas di atas digambarkan dengan model berikut ini:

A B T L T L T A dimana:

A = Jarak yang ditempuh oleh operator ke atau dari truck.

B = Aktivitas penyiapan truck untuk siap berangkat ditambah aktivitas parkir setelah mangakhiri pemindahan bahan.

T = Pergerakan truck dengan atau tanpa beban.

L = Pengambilan material pada lokasi awal atau penempatan material pada lokasi akhir dengan menggunakan fork atau alat pengangkut lainnya.

Waktu yang diperoleh dari pengukuran memakai metode MOST adalah waktu normal. Untuk mencari waktu standar, waktu normal yang diperoleh diberi kelonggaran. Kelonggaran yang diberikan adalah untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan kelelahan dan hambatan yang tidak terhindarkan.

Unit waktu yang digunakan dalam tabel-tabel tersebut adalah sebesar perkalian 0.00001 jam dan unit satuan ini dikenal sebagai TMU (Time Measurement Unit)17.

1 TMU = 0.00001 jam ;1 Jam = 100000 TMU

17 Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi,Studi Gerak dan Waktu, (Surabaya,2000), hal 251.

(55)

= 0.0006 menit ;1 Menit = 1667 TMU

= 0.036 detik ;1 Detik = 27.8 TMU

Sebagai tambahan berikut ini akan diuraikan mengenai hakekat daripada metode MOST. MOST terutama berkaitan dengan gerakan-gerakan yang membentuk suatu operasi. Waktu atau nilai-nilai indeks untuk tiap gerakan itu telah ditentukan/dihitung dan telah disiapkan sebagai kartu data bagi pengukur waktu. Pengukur waktu harus mengidentifikasi pola-pola gerakan dan harus memberikan indeks yang cocok kepada setiap parameter model urutan kerja. Oleh karena nilai-nilai indeks MOST menunjukkan waktu, maka hal ini akan dengan cepat menunjukkan panjang waktu kerja yang dibutuhkan. MOST merupakan teknik yang sensitif dalam penentuan metode kerja. Dalam hal ini MOST sensitif terhadap waktu yang diperlukan oleh metode-metode kerja yang berbeda-beda.

Gambaran seperti ini sangat efektif dalam mengevaluasi metode kerja dalam hubungannya dengan waktu dan ongkos. Metode MOST merupakan metode yang lebih ekonomis dan tidak melelahkan. MOST dibentuk dari nilai-nilai waktu atau interval waktu yang diperhitungkan secara statistik. Hal ini sangat bermanfaat dalam perhitungan waktu kerja yang dilaksanakan secara manual, karena kerja manual meliputi variasi dari suatu siklus ke siklus lainnya. Oleh karena diperhitungan secara statistik, maka nilai-nilai waktu dalam MOST sesuai digunakan untuk pekerjaan yang bervariasi.

(56)

3.6. Pengukuran Kerja18 3.6.1. Stopwatch Time Study19

Pengukuran pada waktu kerja digunakan untuk menentukan waktu baku, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator dengan kemampuan rata-rata dan pada kecepatan kerja normal untuk melakukan suatu pekerjaan. Pengukuran kerja ini dilakukan dengan langkah-langkah yang dimulai dengan pengambilan sejumlah pengamatan kerja dengan stopwatch, menetapkan rating factor dan allowance dari kegiatan yang dilakukan operator, melakukan uji keseragaman data dan kecukupan data, dan melakukan perhitungan waktu baku. Dalam penelitian ini, untuk melakukan pengujian keseragaman dan kecukupan data digunakan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%.

Pengolahan data dengan menggunakan metode stopwatch time study ini meliputi:

- uji keseragaman data, dengan rumus: 𝑐𝑙 = 𝑋̅ ± 𝑘𝜎 - uji kecukupan data, dengan rumus: 𝑁 = [

𝑘

2√𝑁(∑𝑋𝑖2)−(∑𝑋𝑖)2

∑𝑋𝑖 ]

2

- perhitungan waktu normal dan waktu standar.

Wn = Waktu observasi rata-rata x rating factor

Standard Time = Normal Time x

100% − %𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒

Dimana:

18 Ralph Barness. Motion Study and Time Study: Design and Measurement of Work. Hal 257- 326

19 Sritomo, wignjosoebroto, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, hal 185.

(57)

Cl = batas kendali

= rata-rata data pengamatan

σ = simpangan baku data

k = koefisien untuk tingkat kepercayaan, dimana k = 2 untuk tingkat kepercayaan 95%, dan k = 3 untuk tingkat kepercayaan 99%.20 s = tingkat ketelitian penelitian

N = jumlah data yang dikumpulkan Ws = Waktu standard

Wn = Waktu normal

3.6.2. Penyesuaian21

Aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator ini dikenal sebagai “ rating performance”. Secara umum kegiatan rating ini dapat didefenisikan sebagai “a process during which the time study analyst compare the performance (speed or tempo) of the operator under observation with the observer’s own concept of normal performance”. Dengan melakukan rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur bisa dinormalkan kembali.

Ketidaknormalan dari waktu kerja ini diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana semestinya. Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan, maka hal ini dilakukan dengan mengadakan penyesuaian yaitu dengan cara mengalikan waktu pengamatan rata-rata (bisa waktu siklus

20 Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi,Studi Gerak dan Waktu, (Surabaya,2000), hal 210.

Referensi

Dokumen terkait

Cv.PMJ melakukan perbaikan lingkungan kerja pada bagian proses produksi dengan tujuan untuk meningkatkatkan produktivitas operator pada bagian proses produksi, karena faktor

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan rancangan perbaikan metode kerja pada stasiun pengantongan semen agar waktu pengerjaan produk menjadi lebih singkat

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase waktu produktif yang paling baik diantara 3 perlakuan adalah perlakuan yang ke 2, yaitu sebesar 74,52% operator pertama,

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di

[r]

Rancangan fasilitas kerja usulan adalah konveyor yang dirancang berdasarkan prinsip antropometri dengan mengukur Tinggi Siku Berdiri (TSB), palet yang dirancang berdasarkan

(Departemen Teknik Industri, Universitas Sumatera

Waktu standar untuk proses perakitan tersebut masih dapat dikurangi dengan cara perbaikan terhadap metode kerja aktual, karena pada metode kerja aktual masih banyak