• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan dana zakat Baitul Qiradh Baznas melalui program usaha kecil menengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan dana zakat Baitul Qiradh Baznas melalui program usaha kecil menengah"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh:

ATIK NURDIANA NIM : 10705002285

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Juni 2011

(5)
(6)

i ABSTRAK

Atik Nurdiana (107053002285)

“Pemberdayaan Dana Zakat baitul Qiradh Baznas Melalui Program Usaha

Kecil Menengah.”

Di bawah bimbingan Drs. Sunandar, M. Ag

Pemberadayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Dana zakat mempunyai peranan yang besar bagi usaha kecil menengah, karena peranannya yang besar ini menempatkan posisi begitu pentingnya dan di butuhkan usahawan untuk membuka usaha.

Usaha kecil menengah merupakan salah satu pelaku ekonomi yang dominan dalam dunia usaha, yang memiliki kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting. Usaha kecil menengah mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam proses bisnisnya, usaha kecil menengah memiliki beberapa faktor penghambat yaitu keterbatasan skills (ketrampilan) dan pengetahuan serta serta susahnya mendapatkan akses modal. Jawaban akan faktor penghambat pada perkembangan proses bisnis usaha kecil menengah yaitu dengan menerapkan metode pemberdayaan dana zakat Baitul Qiradh Baznas.

Tujuan: dalam rangka memberdayakan potensi zakat sebagai sebuah kekuatan ekonomi masyarakat maka keberadaan institusi zakat sebagai lembaga public yang ada di masyarakat menjadi sangat penting. Metodologi Penelitian : Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan Kualitatif Deskriptif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai ( diperoleh) dengan prosedur-prosedur statistic atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Dan menurut Bogdan dan Taylor, penelitian Kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian Kualitatif dalam buku Lexy J. Moleong diartikan : penelitian yang bermaksud untuk memang memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai model alamiah.

(7)

ii

senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad bin Abdullah

Shallallhu Alaihi wa Sallam, keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga

akhir zaman.

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa jasa dari berbagai pihak, maka penulis

ingin menghanturkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, sebagai Kepala Jurusan Manajemen Dakwah.

3. Drs. H. Mulkannasir , MA, sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah.

4. Drs. Sunandar, M.Ag, sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan.

5. Drs. Sihabuddin Noor, sebagai pembimbing akademik MD B.

6. Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

7. Almarhumah ibunda dan Ayahanda yang selalu mendo’akan, mendukung,

memberikan semangat dan mengizinkan penulis ketika akan mencari data dan

menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Kedua kakakku Rifdah Silfiah, Risda yanti, dan adikku Ahmad Zaki Arfan,

kedua kakak iparku, terima kasih selama ini kalian telah memberikan

(8)

ii

9. Bpk. Mujibburrohman dan Ibu Yanah Baitul Qiradh Baznas, sebagai

narasumber yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai.

10.Teman-teman jurusan Manajaemen Dakwah B, penulis ucapkan terima kasih

kepada kalian semua yang telah memberi semangat kepada penulis, dan untuk

Iin Irnawati, Rohayati Khosidah, Eem Huzaimah, dll yang tidak dapat penulis

sebutkan satiu persatu terima kasih atas komentar, dukungan, saran, koreksian

dan semangat yang kalian berikan kepada penulis, semoga kita akan selalu

menjadi sahabat sampai kapan pun.

11.Bagian perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Umum yang telah membantu penulis

menyediakan berbagai referensi yang di butuhkan dalam penulisan skripsi.

Jakarta, 21 Juni 2011

(9)

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI………...iii

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Penelitian……… 6

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian……….…. 6

D. Metode Penelitian………...7

E. Subyek dan Objek ………..………... 7

F. Lokasi dan Jadwal Penelitian……... 7

G. Metode Pengumpulan Data……….………... 8

H. Teknik Analisis Data………..9

I. Tinjauan Pustaka………10

J. Sistematika Penulisan……….………….. 11

BAB II. LANDASAN TEORITIS A. Pemberdayaan. 1. Pengertian Pemberdayaan………..….. 13

2. Pola-pola Pemberdayaan………..……… 17

B. Dana Zakat. 1. Pengertian Dana Zakat……… 18

(10)

3. Subjek Zakat……… 35

C. Pengertian Usaha Kecil Menengah. 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah……….…… 39

BAB III. GAMBARAN UMUM BAITUL QIRADH BAZNAS 1. Sejarah Berdirinya Baitul Qiradh Baznas………..…… 41

2. Visi dan Misi Baitul Qiradh Baznas………..……… 43

3. Struktur Organisasi Baitul Qiradh Baznas………..….. 44

4. Produk-produk yang dikelola Baitul Qiradh Baznas…………..….. 47

BAB IV. ANALISIS “PEMBERDAYAAN DANA ZAKAT MELALUI PROGRAM USAHA KECIL MENENGAH BAITUL QIRADH BAZNAS”. 1. Pemberdayaan Dana Zakat Baitul Qiradh Baznas Melalui Program Usaha Kecil Menegah……….……….. 49

2. Analisis Pemberdayaan Dana Zakat Melalui Program Usaha Kecil Menengah……….. 56

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Dana Zakat Melalui Program Usaha Kecil Menengah……….. 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….………. 62

B. Saran-saran………. 63

DAFTAR PUSTAKA……….………… 65

(11)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan sosial manusia memiliki bermacam-macam

keanekaragaman, seperti masyarakat dengan kebutuhan yang cukup dan

terpenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi ada juga masyarakat yang kehidupannya

serba kekurangan dalam materi, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Salah satu ciri dari kemiskinan adalah kondisi masyarakat yang tidak

mempunyai tempat tinggal, masih berpendapatan rendah, berada dibawah

garis kemiskinan, sehingga mereka mencari nafkah dengan cara mengamen,

dan meminta-minta, mereka juga meminjam uang kepada rentenir untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Peristiwa kejadian ini disebabkan karena banyaknya angka

pengangguran, anak-anak yang putus sekolah karena orang tua mereka yang

tidak mampu untuk membiayai sekolah anaknya, sehingga para orang tua

mereka menjadi putus asa. Maka dari itu, kenyataannya umat Islam dikondisi

ideal seperti saat ini, belum optimal dalam pengelolaan sumber alam dengan

kondisi yang ada. Bila seluruh potensi sumber daya manusia dan ekonomi

yang melimpah dikembangkan secara baik, dan dipadukan dengan potensi

(12)

2

Kemiskinan seolah menjadi penyakit yang tak dapat disembuhkan.

Dengan ukuran yang berbeda, dapat dikatakan bahwa kemiskinan berlangsung

selama berabad-abad lamanya. Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat

60 yang berbunyi :

























Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang

fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang

dibujuk hatinya untuk ( memerdekakan ) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. ( QS. At-Taubah : 60).

Ayat al-Qur’an di atas menjelaskan tentang orang yang berhak

menerima zakat yaitu delapan golongan. Yang pertama dan yang kedua, fakir

dan miskin. Mereka itulah yang pertama diberi saham harta zakat oleh Allah.

Ini menunjukkan, bahwa sasaran pertama zakat ialah hendak menghapuskan

kemiskinan dan kemelaratan dalam masyarakat Islam. Yang di maksud

dengan fakir, yaitu orang yang dalam memenuhi kebutuhan, tapi dapat

menjaga diri tidak minta-minta. Sedangkan yang dimaksud miskin, yaitu

orang yang dalam kebutuhan.

Salah satu ajaran Islam yang harus ditangani serius adalah

penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan,

pemberdayaan dan pendayagunaan dana zakat. Salah satu instrument

(13)

Islam memiliki persepsi bahwa ajaran zakat tidak lebih dari sekedar ibadah

ritual yang terpisah dari konteks sosial. 1

Konsep dasar pemberdayaan dana zakat dapat memberi peluang bagi

para wirausahawan kecil untuk mendapat pelayanan dan mengembangkan

potensi ekonomi yang mereka miliki dari pemberdayaan dana zakat.

Oleh karena itu, dalam rangka memberdayakan dana zakat sebagai

sebuah kekuatan ekonomi masyarakat, maka keberadaan institusi zakat

sebagai lembaga public yang ada di masyarakat menjadi penting.

Allah telah memberikan kelebihan yaitu akal pikiran kepada manusia,

dengan akal yang dapat mereka gunakan adalah untuk mengelola alam,

sehingga manusia mendapatkan manfaat, baik bagi dirinya maupun

masyarakat. Di bumi, manusia diberi tugas untuk mengelola alam dan

meningkatkan kehidupan di dalamnya yaitu dengan cara saling

tolong-menolong, seperti yang kaya memberi bantuan kepada yang miskin, yang kuat

memberi pertolongan kepada yang lemah, yang kuat, maka dari itu dengan

keseimbangan dunia ini dapat tercapai. Zakat adalah salah satu cara untuk

mewujudkan prinsip tolong-menolong dan salah satu cara untuk mewujudkan

keadilan sosial.2

1

Abdul Majid, Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2002 ), h. 213

2

(14)

4

Usaha kecil menengah merupakan salah satu pelaku ekonomi yang

dominan dalam dunia usaha, yang memiliki kedudukan, potensi dan peranan

yang sangat penting. Oleh karena itu kegiatan usaha kecil seharusnya mampu

memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi, meningkatkan

pendapatan masyarakat. Namun kenyataannya belum sesuai dengan yang

diharapkan. Memang Usaha Kecil Menengah telah mampu banyak membuka

lapangan pekerjaan, namun sayangnya belum memberikan kesejahteraan pada

para pelakunya. Karena keterbatasan skills dan pengetahuan serta serta

susahnya mendapatkan akses modal, usaha mereka sulit berkembang.

Berkaitan dengan itu, dana zakat yang didalamnya terdapat amanat

umat yang harus diatur dan di salurkan kepada yang berhak sesuai dengan

tuntunan agama, maka dari itu dengan adanya pemberdayaan dan pengelolaan

yang dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. Maka

dari itu dengan melalui pemberdayaan dana zakat yang dilakukan secara

professional dan handal dapat di harapkan tujuan dari kehadirannya dapat

dirasakan oleh masyarakat. Hal inilah yang menjadikan ketertarikan penulis

untuk mengangkat masalah tersebut dengan sebuah judul “Pemberdayaan

Dana Zakat Baitul Qiradh Baznas Melalui Program Usaha Kecil

(15)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang ada dalam pemberdayaan dana zakat sangat

beragam diantaranya pemberdayaan dana zakat melalui pendidikan, sosial,

kesehatan, ekonomi dan pemberdayaan perempuan. Dalam permasalahan yang

sering terjadi adalah dalam pemberdayaan zakat melalui dana zakat, maka

penulis membatasi masalah pada pemberdayaan zakat melalui UKM dalam

pemberdayaan di sektor ekonomi produktif di Baitul Qiradh Baznas.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah

pokok yang diangkat mengenai:

a. Usaha Kecil dan Menengah apa saja yang di berdayakan pada Baitul

Qiradh Baznas melalui dana zakat?

b. Bagaimana pemberdayaan dana zakat pada Baitul Qiradh Baznas

untuk usaha kecil menengah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui usaha kecil dan menengah apa saja yang

diberdayakan pada Baitul Qiradh Baznas melalui dana zakat?

b. Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan dana zakat Baitul Qiradh

Baznas untuk usaha kecil menengah?

(16)

6

Adapun Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Akademis : penelitian ini diharapkan menambah referensi dan

menambah sejumlah studi mengenai lembaga amil zakat dalam

pemberdayaan dana zakat dalam programnya.

b. Manfaat Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu pengetahuan mengenai zakat

dan program UKM, khususnya pada pemberdayaan dana zakat melalui

program kesuksesan UKM

c. Manfaat Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian

yang menarik dan dapat menambah wawasan serta cakrawala keilmuan

khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca.

D. Metodologi Penelitian

Pada penyusunan proposal skripsi ini, penulis menggunakan metode

Kualitatif Deskriptif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan

penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan prosedur-prosedur

statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Dan

menurut Bogdan dan Taylor, penelitian Kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian Kualitatif dalam buku Lexy J. Moleong diartikan :

penelitian yang bermaksud untuk memang memahami fenomena tentang apa

(17)

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah

dan dengan memanfaatkan berbagai model alamiah.3

E. Subyek dan Obyek Penelitian

a. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah Baitul Qiradh Baznas, dalam hal ini unsur

pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan program pertumbuhan UKM,

yaitu; Bagian Penelitian, Pengambilan data dilakukan kepada orang atau

informasi yang dianggap paling mengetahui dan terlibat secara langsung

dalam pelaksanaan Pemberdayaan Dana Zakat Baitul Qiradh Baznas melalui

program Usaha Kecil Menengah.

b. Objek Penelitian

Objek sasaran dalam penelitian ini adalah tentang Pemberdayaan Dana

Zakat Baitul Qiradh Baznas Melalui Program Usaha Kecil Menengah.

F. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi Baitul Qiradh Baznas adapun alasan

pemilihan lokasi penelitian ini didasari oleh pertimbangan – pertimbangan

yaitu:

1. Baitul Qiradh Baznas adalah salah satu lembaga yang berorientasi

untuk pemberdayaan dana zakat melalui program Usaha Kecil

Menengah.

3

(18)

8

2. Jadwal penelitian di laksanakan pada tanggal 21 Januari 2011, pada

pukul : 11.00 WIB

G. Tekhnik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan metode pengumpulan data berupa :

a. Observasi adalah usaha memperoleh dan mengumpulkan data dengan

melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan secara akurat serta

mencatat fenomena yang muncul suatu teknis mencari atau

mengumpulkan data dengan mengamati dan melihat secara nyata

keadaan dan Pemberdayaan dana zakat pada Baitul Qiradh Baznas.

Observasi dari penelitian ini adalah dengan mengadakan pengamatan

langsung ke bagian-bagian yang berhubungan dengan pemberdayaan

dana zakat pada Baitul Qiradh Bazns. Adapun dalam observasi penulis

datang langsung ke Baitul Qiradh Baznas dengan tujuan melihat usaha

kecil dan menengah apa saja yang diberdayakan oleh Baitul Qiradh

Baznas dari dana zakat dan melihat langsung para mustahik yang

ingin meminjam dana zakat kepada Baitul Qiradh Baznas.

b. Wawancara (Interview) adalah penulis memperoleh keterangan dengan

tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dan penjawab,

atau responden dengan menggunakan alat yang dinamika interview

guide (panduan wawancara). Atau Teknik Tanya jawab secara lisan

(19)

yang selengkapnya tanpa unsur paksaan kepada informan yang

berkecimpung langsung pada Baitul Qiradh Baznas.

c. Dokumentasi berupa data tertulis yang mendukung keterangan dan

penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang actual.

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa profil-profil dan program

kesuksesan UKM.4 Atau data – data yang mengenai hal- hal atau

variable yang berupa catatan, pengumpulan data.5 seperti sejarah

Baitul Qiradh Baznas, Struktur Organisasi dan Macam-macam

Program yang ada padaBaitul Qiradh Baznas.

d. Teknik Pengolahan Data adalah analisis yang baik memerlukan

pengelolaan data yang dilakukan secara efisien. Karena itu penulis

mencatat data dalam format yang memudahkan analisisnya. Kegiatan

yang mempelajari berkas-berkas yang terkumpul, sehingga

keseluruhan berkas dapat diketahui dan data dapat di olah dengan baik.

H. Tekhnik Analisis Data

Tekhnik analisis data dalam penelitian deskriptif analisis ini, terhadap

data berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa, kemudian dikaitkan

[image:19.595.143.524.79.485.2]

dengan data sehingga memperoleh gambaran atau menguatkan suatu

gambaran yang sudah ada dan sebaiknya bila dibandingkan dengan teori yang

ada. Adapun pedoman yang dijadikan sandaran penulis dalam penulisan

proposal skripsi ini adalah Buku Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertai UIN

4

Wardi Bakhtiar, Metodologi Penelitian Dakwah ( Jakarta : Logos, 1997 ), h 2

5

(20)

10

Syarif Hidayatullah Jakarta, terbitan UIN Jakarta Press, 2002, dan buku

pegangan Metodologi Penelitian Kualitatif Deskriptif.

I. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian

lebih lanjut, kemudian penyusunannya menjadi 2 point, sebagai berikut :

1. Judul Skripsi: Pemberdayaan Ekonomi Pedagang Sembako Di Kelurahan

Cipare Kebon Jahr Serang Melalui Pinjaman Modal Bergulir BAZDA

Kabupaten Serang. Oleh: Subahri NIM : 103053028276. Jurusan

Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007

2. Judul Skripsi : Pendistribusian Dana Zakat Untuk Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pada Badan Amil Zakat Daerah ( BAZDA ) Kab. Karawang.

Oleh : Mukhlisin NIM : 104053002059. Jurusan Manajemen Dakwah,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2009.

Kedua skripsi di atas, berbeda dengan skripsi yang penulis tulis, skripsi

yang penulis tulis adalah tentang pemberdayaan dana zakat Baitul Qiradh

Bazanas dana zakat tersebut di pinjamkan kepada para mustahik tanpa bunga

dan sistem pinjaman dana zakat tersebut seperti peminjaman , yaitu uangnya

di pinjamkan, lalu para mustahik yang sudah pinjam dana zakat itu harus

kembalikan setiap bulannya seratus ribu rupiah ( Rp.100.000) sampai 10

(21)

J. Sistematika Penulisan

Dalam rangka melakukan pembahasan yang sistematika dan terarah,

penulis menyusun skripsi ini kedalam lima bab dengan sub-sub judul

masing-masing adapun sistematikanya sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan : Berisi Latar Belakang Masalah, Batasan dan

Perumusan Masalah, Tinjauan Pustaka, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Subyek dan obyek, Lokasi dan Jadwal Penelitian, Metodologi

Penelitian,Metode Pengumpulan Data.

Bab II Tinjauan Teoritis : Pengertian Pemberdayaan, Pola-pola

Pemberdayaan, Pengertian Dana Zaakt, Pengertian Usaha Kecil Menengah,

Program dan Kegiatan UKM

Bab III Gambaran Umum Baitul Qiradh Baznas : Sejarah

Berdirinya, Visi dan Misi Serta Tujuan, Struktur Organisasi Baitul Qiradh

Baznas, Produk- produk yang dikelola Baitul Qiradh Baznas,

Program-program Baitul Qiradh Baznas.

Bab IV Analisis Pemberdayaan Dana Zakat Baitul Qiradh Baznas

Melalui Program Usaha Kecil Menengah : Pemberdayaan Dana Zakat

Baitul Qiradh Baznas Melalui Program Usaha Kecil Menengah, Analisis

Pemberdayaan Dana Zakat Melalui Program Usaha Kecil Menengah, Faktor

Pendukung dan Penghambat Dari Pemberdayan Dana Zakat Melalui Program

Usaha Kecil Menengah.

(22)

12 BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu

empowerment. Pemberdayaan berasal dari kata dasar power yang berarti

kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em

berasal dari bahasa latin atau yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu

pemberdayaan dapat berarti kekuatana dalam diri manusia, suatu sumber

kreatifitas.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pemberdayaan

diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya

dengan hasil yang memuaskan.1 Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya

memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dalam upaya pendayagunaan

potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini

berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang

bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah

1

(23)

yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan

pilihan-pilihan.2

Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan

kondisi semua orang yang lemah dapat menyumbang kemampuannya secara

maksimal untuk mencapai tujuannya. Pemberdayaan dalam konteks masyarakat

adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakat dan membangun

keberdayaan masyarakat yang bersangkutan, dengan kata lain memberdayakan

adalah memampuhkan dan memandirikan masyarakat.3

Pemberdayaan merupakan modal empiris pengembangan prilaku

individual dan kolekitf dalam dimensi karya terbaik, baik sisi ekonomi, sosial dan

cultural dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat,

dengan demikian istilah pemberdayaan adalah suatu sistem pembangunan yang

berorientasi pada peningkatan sumber daya manusia dengan mengedepankan atas

partisipasi, musyawarah, keadilan dan berkesinambungan.4

Pemberdayaan pun sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik dari

tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya

meningkatkan tarap hidup ke tingkat yang lebih baik lagi. Pemberdayaan adalah

2

Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam ( Bandung : Rosda Karya, 2001), cet ke-1, h 42

3

Bambang Rudito (ed), Akses Peran serta Masyarakat : Lebih Jauh Memahami Community Development ( Jakarta : ICDS, 2003), h 153

4

(24)

14

meningkatkan kemampuan dan rasa diri untuk menggunakan daya yang memiliki

dalam menentukan tindakan kea rah yang lebih baik lagi.5

Pemberdayaan mengandung dua elemen pokok yaitu kemandirian dan

partisipasi. Dengan kemampuan berpartisipasi diharapkan kelompok fakir miskin

dapat mencapai kemadirian, yang dapat dikategorikan sebagai kemandirian

material, kemandirian intelektual, dan kemandirian manajemen.

Kemandirian material adalah kemapuan produktif guna memenuhi

kebutuhan hidup dasar , serta cadangan dan mekanisme untuk dapat bertahan

dalam kondisi krisis. Pemberdayaan adalah suatu proses yang berjalan terus

menerus untuk meningkatkan kemampuan kemandirian masyarakat dalam

meningkatkan taraf hidupnya.

Proses tersebut mayarakat bersama-sama mengidentifikasi dan mengkaji

permasalahan dan potensinya, mengembangkan rencana kegiatan kelompok

berdasarkan hasil kajian, menerapkan rencana tersebut, serta secara terus-menerus

memantau dan mengkaji proses serta hasil kegiatannya.6

Dalam membuat program pemberdayaan, amil harus menyadari penuh

bahwa posisinya adalah menjadi pengelola. Sebagai mediator, amil harus paham

bahwa mengemas program sesungguhnya menahan hak mustahik untuk segera

sampai. Artinya tanpa program pun, mustahilk sudah berhak mengambil dana

5

Dian, Perencanaan Sosial Negara Berkembang ( Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1999), h. 15

6

(25)

zakat yang menjadi haknya. Hak-hak mustahik inilah yang harus dijadikan

landasan. Agar dalam bekerja amil tak pernah lepas dari semangat khidmat.7

Pemberdayaan dalam kaitannya dengan penyampaian kepemilikan harta

zakat kepada mereka yang berhak terbagi ke empat bagian, yaitu :

a. Pemberdayaan sebagian dari kelompok yang berhak akan harta zakat,

misalnya fakir miskin, yaitu dengan memberikan harta zakat kepada

mereka sehingga dapat memenuhi kebutuhan mereka.

b. Pemberdayaan sebagian kelompok yang berhak atas harta zakat, adalah

para fakir. Dengan memberikan sejumlah harta untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka dan memberdayakn mereka yang memang tidak

memiliki keahlian apapun, baik kerajinan maupun perdagangan.

c. Pemberdayaan sebagian kelompok yang berhak akan harta zakat, yang

memiliki penghasilan baru dengan ketidakmampuan mereka. Mereka

adalah pegawai zakat dan para muallaf. Pemberdayaan sebagian kelompok

yang berhak akan harta zakat untuk mewujudkan arti dan maksud

sebenarnya dari zakat selain mereka yang disebutkan diatas.

Diantaranya adalah hamba sahaya, mereka yang di jalan Allah, ibnussabil,

dan mereka yang mempunyai banyak hutang.8

7

Eri Sudewo, Manajemen Zakat Tinggalkan 15 tradisi 8 Terapkan 4 Prinsip Dasar, ( Jakarta : Institut Manajemen Zakat, 2004 ), cet, ke-1, h 222

8

Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’iy, Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter Dan Keuangan

(26)

16

2. Pola-pola Pemberdayaan

Pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai ciri-ciri atau

unsur pokok sebagai berikut :

1. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai.

2. Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir

3. Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan

kebutuhan dan sumber daya setempat.

4. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait.

5. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap

pemberdayaan.

6. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi

terutama dalam wirausaha.9

Dengan demikian pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat bukan

sekedar di artikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan,

melainkan dipahami sebagai kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti

di lalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, kita saksikan bahwasannya

Indonesia sudah tertinggal jauh dalam kemajuan dan penguasaan teknologi, untuk

itu diperlukan berbagai upaya pemberdayaan ekonomi dan intelektual.

9

(27)

Pemberdayaan ekonomi telah kita ketahui permasalahan kemiskinan

menjadi demikian identik dengan masyarakat Islam, dan ini bukanlah untuk

diratapi, melainkan berupaya mencari jalan keluarnya.

Dengan demikian diperlukan Pemberdayaan Dana Zakat yang dapat

mencapai berbagi aspek dengan memparhatikan hak, nilai dan keyakinan yang

harus dihormati dan harus disertai kesadaran bahwa tujuan akhir dan perubahan

yang dilakukan adalah untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan seluruh

masyarakat.

B. Dana Zakat

1. Pengertian Dana Zakat

Pengertian Dana Zakat merupakan sumber zakat yang salah satu potensi

umat Islam dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat. Dana zakat mempunyai

peranan yang besar bagi zakat dan usaha kecil menengah, karena peranannya

yang besar ini menempatkan posisi begitu pentingnya dan di butuhkan usahawan

untuk membuka usaha. Jenis-jenis harta yang menjadi sumber zakat yang

dikemukakan secara terperinci dalam Al-qur’an dan hadis, pada dasarnya ada

empat jenis yaitu : tanaman, buahan, hewan, ternak, emas dan perak, serta harta

perdagangan. Adapun Syarat harta menjadi objek zakat. Ajaran Islam selalu

menetapkan standar umum pada setiap kewajiban yang dibebankan kepada

(28)

18

terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Apabila harta seorang muslim

tidak memenuhi salah satu ketentuan, misalnya belum mencapai nishab, maka

harta tersebut belum menjadi sumber atau objek yang wajib dikeluarkan zakatnya.

Adapun persyaratan harta menjadi sumber atau objek zakat adalah sebagai berikut

: Pertama, harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal.

Kedua, harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan, seperti

melalui kegiatan usaha, perdagangan melalui pembelian saham, atau ditabungkan,

baik dilakukan sendiri maupun bersama orang atau pihak lain. Ketiga, milik

penuh, yaitu harta tersebut berada dibawah control dan di dalam kekuasaan

pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa harta itu berada ditangan

pemiliknya, didalamnya tidak tersangkut dengan hak orang lain, dan ia dapat

menikmatinya. Keempat, harta tersebut, menurut pendapat jumhur ulama, harus

mencapai nishab, yaitu junlah minimal yang menyebabkan harta terkena

kewajiban zakat. Contohnya nishab zakat emas adalah 85 gram, nishab zakat

hewan ternak kambing adalah 40 ekor, dan sebagainya. Kelima, sumber-sumber

zakat tertentu, seperti perdagangan, peternakan, harus sudah berada atau dimiliki

ataupun diusahakan oleh muzakki dalam tenggang waktu 1 tahun.10

Perkembangan zakat kontemporer dapat dicermati melalui :

a. Sektor-sektor perekonomian modern yang sangat potensial

1)Sektor pertanian ( 5 arti penting dari pertanian )

a. Sumber pokok mata pencaharian

10

(29)

b. Sumber persediaan pangan

c. Pasar pokok industry

d. Sumber daya bagi sector-sektor ekonomi lainnya.

2) Sektor industri

3) Sektor jasa

b. Sektor-sektor ekonomi modern

1) Zakat profesi

2) Zakat perusahaan

3) Zakat surat-surat berharga dan obligasi

4) Zakat perdagangan mata uang

5) Zakat hawan ternak yang diperdagangkan

6) Zakat madu dan produk hewani

7) Zakat investasi

8) Zakat asuransi

9) Zakat usaha modern seperti tanaman anggrek, ikan hias dan

sebagainya.

2. Zakat sektor rumah tangga modern.11

Menurut Yusuf Qardhawi secara sistematis mengelompokkan dan

menguraikan sembilan zakat diluar zakat fitrah, yaitu :

a. Binatang ternak

b. Emas dan perak kekayaan dagang

11

(30)

20

c. Pertanian

d. Madu dan produksi hewani

e. Barang tambang dan hasil laut

f. Investasi pabrik

g. Pencarian dan profesi

h. Saham dan obligasi

Begitu pula Didin Hafiduddin menguraikan sumber-sumber zakat :

i. Profesi

j. Perusahaan

k. Surat- surat berharga seperti saham dan obligasi

l. Perdagangan mata uang

m.Hewan ternak yang diperdagangkan

n. Madu dan produk hewani

o. Investasi property

p. Asuransi takaful

Objek zakat menurut Yususf Qardhawi dan Didin Hafidhuddin ini

menampakkan ditentang keras oleh Abdul Rahman Al-Jazair, bahwa

objek zakat yang boleh hanyalah ternak, emas dan perak, perdagangan,

barang tambang dan rikaz dan pertanian.12

12

(31)

2. Mustahik Zakat (Re-Interpretasi 8 asnaf )

Seiring dengan perintah Allah kepada umat Islam untuk membayarkan

zakat, Islam mengatur dengan tegas dan jelas tentang pengelolaan harta zakat.

Manajemen zakat yang ditawarkan oleh Islam dapat memberikan kepastian

keberhasilan dana zakat sebagai dana abadi umat Islam. Hal itu dapat terkihat

dalam surat Al-Qur’an bahwa Allah memerintahkan Rasulullah SAW untuk

memungut zakat ( Qs. At-Taubah : 103 ). Di samping itu, QS. At-Taubah ayat 60

dengan tegas dan jelas mengemukakan tentang yang berhak mendapatkan dan

hasil zakat yang dikenal dengan kelompok delapan asnaf.

Dari kedua ayat tersebut di atas, jelas bahwa pengelolaan zakat, mulai dari

memungut, menyimpan, dan tugas mendistribusikan harta zaakt berada dibawah

wewenang Rasul dan dalam konteks sekarang, zakat dikelola oleh pemerintah.

Dalam operasional zakat, Rasul SAW telah mendelegasikan tugas tersebut dengan

menunjuk amil zakat.

Dalam Al-Qur’an, ada delapan asnaf penerima zakat yang menggunakan

istilah dapat dipahami secara kontekstual dan umum sesuai dengan tujuan zakat

itu sendiri. Oleh sebaba itu, ketentuan Islam tentang penerima zakat tersebut perlu

dipahami sesuai dengan konteks dan tujuan kewajiban zakat itu sendiri.13

13Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju

(32)

22

Berdasarkan uraian sebelumnya, agar harta zakat dapat berdaya guna secar

maksimal maka pemaknaan kontekstual terhadap delapan asnaf yang dapat

didanai dengan zakat adalah sebagai berikut :

a. Hak Allah, Hak manusia dan Hak fakir Miskin

1. Hak Allah

Di dalam Islam, pada harta yang dimiliki seseorang terdapat hak Allah

di sana. Hak ini dikenal dengan istilah zakat yang diperuntukkan bagi delapan

golongan sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat

60. Zakat sejatinya bukan merupakan hak mustahik tetapi merupakan hak

Allah sehingga menjadi kewajiban mutlak bagi manusia yang telah

melampaui batas minimal kekayaan wajib zakat (nisab) untuk

menunaikannya. Seseorang yang tidak menunaikan kewajiban zakat berarti

tidak menunaikan hak Allah sehingga Allah SWT berhak memberi mereka

balasan. Tidak pernah ada dalam sejarah Islam fakir miskin menyerang orang

kaya demi memperoleh bagian dana zakat.

2. Hak Masyarakat

Dengan berzakat, berarti hal-hak fakir miskin, hak-hak masyarakat

yang belum sejahtera bisa terpenuhi. "Jadi kalau zakat dikelola secara efektif

akan bisa mengentaskan kemiskinan

Sasaran zakat tidak sekadar mewujudkan keadilan sosial dalam bentuk

(33)

mengangkat umat dhuafa (lemah) dari lembah kemiskinan ke taraf kehidupan

yang layak, makmur dan berkeadilan.

3. Hak Fakir Miskin

Kesadaran yang lebih tinggi harus ditumbuhkan dalam jiwa kita,

bahwa dalam harta benda yang kini berada dalam kekuasaan kita

sesungguhnya terdapat hak bagi fakir miskin.

Artinya, jika tidak disisihkan dan dikeluarkan sebagai zakat dan infak,

maka para fakir miskin berhak untuk menuntutnya. Jika di dunia tidak

dipenuhi, mereka akan menuntutnya di hari kemudian. Bagi pelanggarnya,

mereka bisa dikenai sanksi dunia, dan lebih berat lagi sanksi si akhirat. Orang

miskin di samping tidak mampu dibidang financial, mereka juga tidak

memiliki pengetahuan dan akses. Untuk mencapai tujuan tujuan zakat sebagai

upaya membantu masyarakat miskin keluar dari krisis yang menghimpit

mereka, maka disamping dana zakat yang diberikan bersifat konsumtif, dan

produktif, juga dapat dipergunakan untuk program yang mengarah pada upaya

mendapatkan hak kaum miskin, seperti pendampingan kaum miskin (

advokasi ), HAM, dan sejenisnya. Bantuan financial saja mungkin tidak akan

meningkatkan taraf hidup mereka, apabila penyebab dari ketidakmampuan

dan ketidakberdayaan mereka tidak diatasi. Oleh sebab itu, semua upaya atau

kegiatan untuk membantu orang miskin dapat masuk dalam jatah fuqara’, dan

(34)

24

dinikmati secara langsung oleh mereka.14 Jadi golongan mustahik zakat dalam

arti fakir atau miskin menurut mereka ialah :

a. yang tidak punya apa-apa

b. yang mempunyai rumah, barang atau perabot yang tidak berlebihan

c. yang memiliki mata uang kurang dari nishab

d. yang memiliki kurang dari nishab selain mata uang15

b. Amil (Para Pengurus) Zakat

Muhammad Rasid Rida mengungkapkan maksud dari amil adalah mereka

yang ditugaskan oleh imam/ pemerintah atau yang mewakilinya untuk

melaksanakan pengumpulan zakat, menyimpan atau memeliharanya, termasuk

para pengelola, dan petugas andministrasi. Dari kedua pengertian amil tersebut

dapt diketahui bahwa amil tersebut dapat diketahui bahwa amil bertugas mulai

dari penentuan wajib zakat, penghitungan, dan pemungutan zakat. Mereka juga

bertugas mendistribusikan dana zakat tersebut kepada orang yang berhak

menerimanya. Namun, Ibn Rasyd memahami bahwa amil bukan hanya terbatas

pada amil zakat, tetapi termasuk juga para hakim dan orang yang termasuk dalam

pengertian mereka yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan umum umat

Islam. Lebih jauh dunyatakan bahwa amil meliputi amil zakat dan yang semakna

14Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas

Pemanfaatan zakat, Infak dan sedekah, hal 20

15

(35)

seperti hakim, wali, mufti, dan lain-lain yang mengadikan dirinya untuk

kepentingan umat.16 Adapun syarat-syarat seorang amil zakat sebagai berikut :

a) Muslim

Zakat merupakan urusan kaum muslimin. Jadi, Islam syarat utama bagi

segala urusan mereka. Meskipun demikian, Imam Ahmad dalam salah satu

pendapatnya membolehkan seorang amil bukan muslim.

b) Mukallaf

Pengurus zakat harus orang dewasa yang sehat, akal pikirannya, dan

lain-lain.

c) Orang yang jujur

Pengurus zakat seharusnya bukan orang yang fasik dan tidak dapat

dipercaya. Misalnya, ia akan berbuat zalim kepada para pemilik harta atau berbuat

sewenang-wenang terhadap hak fakir miskin karena mengikuti keinginan hawa

nafsunya atau untuk mencari keuntungan.

d) Orang yang memahami hukum-hukum zakat

Para ulama mensyaratkan petugas zakat itu harus paham terhadap hukum

zakat, jika orang yang diserahi zakat tidak mengetahui hukum, ia tidak mungkin

mampu melaksanakan pekerjaannya dan akan lebih banyak berbuat kesalahan.

Masalah zakat memberikan pengetahuan tentang harta yang wajib dizakati dan

yang tidak wajib dizakati.

16Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju

(36)

26

e) Memiliki kemapuan untuk melaksanakan tugas.

Pengurus zakat hendaklah mampu melaksanakan tugasnya dan sanggup

memikul tugas itu. Kejujuran saja belum mencukupi jika tidak disertai kekuatan

dan kemampuan untuk bekerja17

Tugas-tugas amil sebagai berikut :

1. Melakukan pendataan muzaki dan mustahik, melakukan pembinaan,

menagih, mengumpulkan, dan menerima zakat.

2. Memanfaatkan data terkumpul mengenai peta mustahik dan muzaki

zakat, menentukan kiat distribusinya.18

c. Muallaf

Muallaf pada umumnya dipahami dengan orang kaya yang baru masuk

Islam. Namun, dilihat dari sejarahnya, pada masa awal Islam, muallaf yang

diberikan dana zakat dibagai kepada dua kelompok. 1. orang kafir, yang

diharapkan dapat masuk Islam seperti Safwan bin Umayyah dan yang

dikhawatirkan menjahati orang Islam seperti Ibn Sufyan bin Harb. ( 2 ) orang

Islam, terdiri dari pemuka Muslim yang disegani oleh orang kafir, muslim yang

masih lemah imannya agar dapat konsisten pada keimanannya, Muslim yang

berada di daerah musuh.

Menurut Syafi’iyyah, muallaf adalah : ( 1 ) Muslim yang lemah imannya,

agar imannya menjadi kuat, ( 2 ) Pemuka masyarakat yang masuk Islam,

17

Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, hal 163 s/d 167

18

(37)

diharapkan dapat mengajak kelompoknya masuk Islam, ( 3 ) Muslim yang kuat

imannya, yang dapat mengamankan dari kejahatan orang kafir serta, ( 4 ) Orang

yang dapat menghambat tindakan jahat orang yang tidak mau berzakat.

Pemberian zakat kepada muallaf kelihatannya dengan tujuan agar umat

Islam merasa nyaman dan terjauh dari tindakan anarkis kelompok agama lain.

Meskipun ada perbedaan muallaf yang diberi tetapi tujuannya sama yaitu untuk

menjaga umat Islam tetap dalam keyakinannya dan menjauhkannya dari tindakan

kelompok lain yang dapat mengganggu dan merusak. At-Thabari menyatakan

bahwa hakikat pemberian zakat kepada muallaf adalah untuk mengantisipaasi

hancurnya umat Islam dan mengokohkan serta menguatkan Islam. Karena itu

Rasul masih memberikan zakat pada muallaf pada saat fath Mekkah dan umat

Islam sudah banyak. Dengan demikian, untuk saat sekarang dapat dipahami

bahwa semua kegiatan yang dilakukan untuk membuat umat Islam yang lemah

imannya tetap dalam keyakinannya dan tidak tergoda untuk berpindah ke agama

selain Islam, dapat didanai dengan dana zakat. Karena esensi dari kegiatan

tersebut dapat dikategorikan pada pemberian dana untuk kelompok muallaf ini.19

Yang dimaksud dengan golongan muallaf, antara lain adalah mereka yang

diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap

Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum Muslimin, atau harapan

19Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju

(38)

28

akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum Muslimin

dari musuh.

Alasan golongan sebagai sasaran zakat dengan menempatkan golongan ini

sebagai sasaran zakat, maka jelas bagi kita, sebagaimana telah di kemukakan

diatas, bahwa zakat dalam pandangan Islam bukan sekedar ibadah yang dilakukan

secara pribadi, tetapi juga merupakan tugas penguasa atau mereka yang

berwewenang untuk mengurus zakat, terutama permasalahan sasaran zakat untuk

golongan muallaf ini, yang menurut kebiasaan tidak mungkin dapat dilakukan

secara seseorang.20

Dalam tafsir al-Maraghi di sebutkan, bahwa yang termasuk muallaf

adalah:

a) Orang kafir yang diperkirakan atau diharapkan mau beriman dan memeluk

agam Islam.

b) Orang yang baru masuk Islam yang dengan harapan imannya kuat tidak

goyah lagi sesuadah memeluk Islam.

Pembagian muallaf seperti di kemukakan di atas, dapat dipahami dalam

kondisi dan dengan situasi tertentu. Sebab, disinyalir dalam masyarakat ada orang

yang ingin memeluk Islam karena alasan ekonomi ( mendapat bagian dari zakat )

dan tentu saja secara lahiriah dapat diterima, asal jangan sampai seumur hidup

20

(39)

menjadi muallaf. Sekiranya para muallaf memang ditakdirkan fakir dan miskin.

Maka dia berhak menerima zakat atas nama fakir dan miskin.21

d. Budak Belian (Riqab)

Dalam sejarahnya, jauh sebelum Islam datang, Riqab terjadi karena sebab

tawanan perang. Oleh sebab itu, ada beberapa cara yang digunakan untuk

membantu memerdekakan budak, seperti sebagai sanksi dari beberapa

pelanggaran terhadap aturan Islam.

Dana zakat pun diperuntukkan bagi budak yang masuk Islam untuk

mendapatkan hak kemerdekaannya sebagai manusia.22 Para budak yang

dimaksudkan disini, menurut jumhur ulama, ialah para budak Muslim yang telah

membuat perjanjian dengan tuannya untuk dimerdekakan dan tidak memiliki uang

untuk membayar tebusan atas diri mereka, meskipun mereka telah bekerja keras

membanting tulang mati-matian. Mereka tidak mungkin melepaskan diri dari

orang yang tidak menginginkan kemerdekaannya kecuali telah membuat

perjanjian. Jika ada seorang hamba yang dibeli, uangnya tidak akan diberikan

kepadanya melainkan kepada tuannya. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk

memberikan zakat kepada para budak itu agar dapat memerdekakan diri mereka.

e. Orang Yang Berhutang

21

M. Ali Hasan, Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mnegatasi Problema Sosial di Indonesia, hal 97-98

22Masdar F. Mas’

(40)

30

Pemahaman terhadap gharimin dalam sebagian besar literatur tafsir atau

fikih dibatasi pada orang yang punya hutang untuk keperluannya sendiri dan dana

dari zakat diberikan untuk membebaskannya dari hutang23. Menurut Mazhab Abu

Hanifah, gharim adalah orang yang mempunyai utang, dan dia tidak memiliki

bagian lebih dari utangnya. Menurut Imam Malik, Syafi’I dan Ahmad, bahwa

orang yang mempunyai utang terbagi kepada 2 golongan, masing-masing

mempunyai hukumnya tersendiri. Pertama, orang yang mempunyai utang untuk

kemaslahatan dirinya sendiri dan tidak punya aset dan pendapatan yang cukup

untuk terlepas dari hutang, sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan dasar

mereka. Syafi’iyyah menyatakan bahwa gharim meliputi : 1) hutang karena

mendamaikan dua orang yang bersengketa.

Dana zakat dapat diberikan untuk pengganti pengeluaran tersebut,

meskipun orangnya secara pribadi mampu, 2). Hutang untuk kepentingan pribadi,

dan 3) Hutang karena menjamin orang lain. Untuk dua yang terakhir, dana zakat

diberikan kepada yang berhutang kalau dia tidak mampu membayarnya24. Dan

kedua, orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan masyarakat atau yang

memiliki aktivitas dan tanggung jawab yang besar dalam urusan public.25 Seperti

upaya mendamaikan dua orang yang bersengketa, ia berhak mendapatkan

23Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pend

ayagunaan ZIS Menuju Efektivitas Pemanfaatan zakat, Infak dan sedekah, hal 21

24Masdar F. Mas’

udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas Pemanfaatan zakat, Infak dan sedekah, hal 21

25

(41)

distribusi dana zakat untuk mengganti dana yang dikeluarkannya meskipun yang

berhutang secara pribadi kaya.

Begitu juga hutang yang diakibatkan karena program atau kegiatan untuk

kepentingan social, seperti dana yayasan anak yatim, atau rumah sakit untuk

pengobatan masyarakat miskin atau sekolah untuk kaum Muslimin. Dalam

konteks ini dapat dipahami bahwa hutang yang timbul akibat dari operasional

mengurusi masalah umat Islam, atau upaya penyelesaian sengketa dalam bentuk

apa pun dapat didanai oleh dana zakat. Seperti Advokasi, penegak HAM,

perlindungan anak dan bantuan hukum, terutama bagi umat Islam yang tidak

mampu untuk mendapatkan haknya. Biaya operasional program dimaksud tentu

saja dapat didanai dengan dana zakat. Hal itu disebabkan kegiatan tersebut

termasuk pada upaya untuk menyelesaikan sengketa dan biasanya dialami oleh

masyarakat tidak mampu baik akses atau pun ekonomi.26

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam mendistribusikan dana

zakat untuk pengertian dari gharimin : Pertama, adanya kebutuhan kepada materi

yang mendesak untuk membayar hutang, kedua, motivasi berhutang adalah untuk

kebaikan dan kemaslahatan.27

f. Orang yang berjalan di jalan Allah ( Sabilillah )

26Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju

Efektivitas Pemanfaatan zakat, Infak dan sedekah, hal 21 s/d 22

27

(42)

32

Sasaran dana zakat yang ketujuh adalah sabilillah. Pada masa awal

dipahami dengan jihad fi sabilillah, namun dalam perkembangannya sabilillah

tidak hanya sebatas pada jihad, akan tetapi mencakup semua program dan

kegiatan yang memberikan kemaslahatan pada umat Islam. Namun dalam

perkembangannya sabilillah tidak hanya terbatas pada jihad, akan tetapi

mencakup semua program dan kegiatan yang memberikan kemaslahatan pada

umat Islam. Dalam beberapa literature secara eksplisit ditegaskan bahwa

sabilillah tidak tepat hanya dipahami jihad, karena katanya umum, jadi termasuk

semua kegiatan yang bermuara pada kebaikan seperti mendirikan benteng,

memakmurkan masjid, termasuk mengurus mayat. Bahkan termasuk di dalamnya

para ilmuwan yang melakukan tugas untuk kepentingan umat Islam, meskipun

secara pribadi ia kaya.

Dapat dipahami bahwa dana zakat untuk sabilillah, dapat diberikan kepada

pribadi yang mencurahkan perhatiannya untuk kepentingan umum umat Islam,

sebagai kompensasi dari tugas yang mereka lakukan. Di samping itu juga

diberikan untuk pelaksanaan program atau kegiatan untuk mewujudkan

kemaslahatan umum umat Islam, seperti benteng, mendirikan rumah sakit, dan

pemberian layanan kesehatan. Bahkan termasuk dalam kategori ini semua upaya

pemberantasan kejahatan.28

28Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju

(43)

Sesungguhnya arti kalimat ini menurut bahasa aslinya sudah jelas. Sabil

adalah thariq/jalan. Jadi sabilillah artinya jalan yang menyampaikan pada ridha

Allah. Al-Allamah Ibnu Atsir menyatakan, bahwa sabil makna aslinya adalah

at-thariq/jalan. Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup segala amal

perbuatan ikhlas, yang dipergunakan untuk bertakarrub kepada Allah azza wa

jalla, dengan melaksanakan segala perbuatan wajib, sunnah. Apabila kalimat ini

bersifat mutlak, maka biasanya dipergunakan untuk pengertian jihad ( berperang

), sehingga karena seringnya dipergunakan untuk itu, seolah-olah sabilillah itu

artinya hanya khusus untuk jihad.29

Diantara ahli ilmu ada yang menetukan fisabilillah di sini dengan ghazwah

(perang). Yakni mereka menentukan hak ini untuk orang yang berperang saja,

baik mereka itu bala tentara penyerang ataupun bala tentara yang

mempertahankan negeri. Oleh karena itu, terhapuslah bagian sabilillah ini dari

daftar pembagian zakat. Telah lama sekali bagian ini dilupakan orang, tidak

diadakan lagi, dari daftar pembagian, lantaran mereka menanamkan atau

memaksudkan dengan sabilillah, ghazwa. Satu bagian yang amat penting telah

dilupakan lantaran kefanatikan belaka.30

Zakat dan infak, dapat dimanfaatkan untuk mengatasi sebagian dana yang

diperlukan untuk kepentingan pendidikan yang disebutkan di atas yang diambil

dari “fisabilillah”.

29

DR. Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, Hal 610-611

30

(44)

34

a. Ibn Sabil

Ibn Sabil sebagai penerima zakat dipahami dengan orang yang kehabisan

biaya di perjalanan ke suatu tempat bukan untuk makssiat. Tujuan pemberian

zakat untuk mengatasi keterlantaran, meskipun di kampong halamannya ia

termasuk mampu.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa dana zakat dapat diberdayakan

kepada orang yang tidak mampu untuk meringankan himpitan ekonomi,

membantu mereka untuk mendapatkan haknya, dan untuk kegiatan yang

bertujuan untuk kemaslahatan umum umat Islam.

Penerima zakat dilihat dari dari penyebabnya dapat dikelompokkan dalam

dua kelompok besar, yaitu :

b. Ketidakmampuan

Kelompok atau orang yang masuk dalam kategori ini dapat dibedakan

pada hal, yaitu: ketidakmampuan dibidang ekonomi. Ke dalam kelompok ini

termasuk fakir, miskin, gharim, dan ibn sabil. Harta zakat diberikana kepada

mereka selain riqab untuk mengatasi kesulitan ekonomi.

c. Kemaslahatan umum umat Islam

Mustahik bagian kedua ini mendapatkan dana zakat bukan karena

ketidakmampuan finansial, tapi karena jasa dan tujuannya untuk kepentingan

umum umat Islam. Yang masuk dalam kelompok ini adalahamil, muallaf, dan fi

(45)

Dari kedua uraian tersebut, dana zakat dapat di berdayakan bagi fakir dan

miskin untuk mencapai tujuan zakat sebagai upaya membantu masyarakat fakir

dan miskin dari keterpurukan krisis yang menghimpit mereka, maka dari itu dana

zakat dapat dipergunakan untuk bantuan finansial untuk meningkatkan taraf hidup

mereka.

3. Subjek Zakat

subjek zakat disebut muzakki, yaitu orang yang berdasrkan ketentuan

hukum Islam diwajibkan mengeluarkan zakat atas harta yang dimilikinya. Para

ulama sepakat bahwa zakat yang diwajibakn kepada orang muslim dewasa yang

sehat akal, merdeka dan memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dengan

syarat-syarat tertentu pula. Maka zakat tidak diwajibkan kepada orang kafir.31

a. Syarat-syarat wajib zakat

Menurut para ahli hukum Islam, ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi agar kewajiban zakat dapat dibebankan para harta yang dipunyai

seorang muslim. Syarat-syarat itu adalah :

1. Pemilik yang pasti

2. Berkembang

3. Melebihi kebutuhan pokok

4. Bersih dari hutang

5. Mencapai nishab

6. Berlalu setahun

31

(46)

36

b. Zakat Perusahaan

1. Landasan hukum

Sebagaimana dimaklumi, pada saat ini hamper sebagian besar perusahaan

dkelola tidak secara individual, melainkan secara bersama-sama dalam sebuah

kelembagaan dan organisasi dengan manajemen yang modern. Misalnya dalam

bentuk PT. CV, atau koperasi. Perusahaan tersebut harus mencakup tiga hal yang

besar. Pertama, perusahaan yang menghasilkan produk-produk tertentu. Jika

dikaitkan dengan kewajiban zakat, makaproduk yang dihasilkannya harus halal

dan dimiliki oleh orang-orang yang beragama Islam, atau jika pemiliknya

bermacam-macam agamanya, maka berdasarkan kepemilikan saham dari yang

beragama Islam. Kedua,perusahaan yang bergerak dibidang jasa, seperti

perusahaan akuntansi. Ketiga, perusahaan yang bergerak dibidang keuangan,

seperti lembaga keuangan, baik bank maupun nonbank.

2. Nishab, Waktu, Kadar, dan Cara Mengeluarkan Zakat Perusahaan.

Para ulama peserta Muktamar Internasional pertama tentang zakat,

mengenalogikan zakat perusahaan ini kepada zakat perdagangan, karena

dipandang dari aspek legal dan ekonomi kegiatan sebuah perusahaan intinya

terpijak kepda kegiatan perdagangan. Demikian pula nishabnya adalah senilai 85

gram emas, sama dengan nishab zakat perdagangan dan sama dengan nishab

(47)

akan terlepas dari tiga bentuk. Pertama,harata adalah bentuk barang. Kedua, harta

dalam bentuk uang tunai. Ketiga, harta dalam bentuk piutang.32

c. Zakat Saham dan Obligasi

Saham adalah surat tanda penyertaan dalam perusahaan baik yang

berbentuk persekutuan maupun perseroan terbatas. Sedangkan obligasi adalah

surat tanda pengakuan utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah,

yang akan dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dan pendapatan bunga

yang biasanya tercantum dalam surat obliasi yang bersangkutan. Nishab zakat

atas saham dan obligasi adalah sebesar 85 gram emas, dan tarifnya boleh sebesar

2,5% dari nilai saham dan obligasi ditambah keuntungannya atau 10% dari

keuntungan bersih investasi dalam saham dan obligasi tersebut.33

d. Pemberdayaan Muzakki

Bentuk dan sifat pendayagunaan, Ada dua bentuk penyaluran dana zakat

antara lain :

1. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada

seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti bahwa

penyaluran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian

ekonomi dalam diri mustahik. Hal ini dikarenakan mustahik yang

bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti pada diri orang tua

32

Dr. Kh. Didin Hafiudhuddin, M. Sc, Zakat Dalam Perekonomian Modern, ( Jakarta, Gema Insani,2002) h 99-102

33

(48)

38

yang sudah jompo, orang cacat. Sifat bantuan sesaat ini idealnya adalah

hibah.

2. Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran dana zakat yang disertai

target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahik

menjadi kategori muzakki. Target besar yang tidak dapat dengan mudah

dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran dana zakat harus

disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahn yang ada

pada penerima. Apabila permasalahannya adalah permasalahan

kemiskinan, harus diketahui kemiskinan tersebut sehingga tidak dapat

mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah

direncanakan.

Menurut Widodo yang dikutip dari buku Lili Bariadi dkk,, bahwa sifat dan

bantuan pemberdayaan terdiri dari riga yaitu :

a. Hibah, zakat pada asalnya harus diberikan berupa hibah artinya tidak ada

ikatan antara pengelola dengan mustahik setelah penyerahan dana zakat.

b. Dana bergulir, dana zakat dapat diberikan berupa dana bergulir oleh

pengelola kepada mustahik dengan catatan harus qardul hasan, artinya

tidak boleh ada kelebihan yang harus diberikan oleh mustahik kepada

pengelola ketika pengembalian pinjaman tersebut, jumlah pengembalian

(49)

Pembiayaan, penyaluran dana zakat oleh pengelola kepada mustahik tidak

boleh dilakukan berupa pembiayaan, artinya tidak boleh ada ikatan seperti

shahibul ma’al dengan mudharib dalam penyaluran zakat. Objek zakat berbeda

dengan objek pajak dalam satuan hukumnya. Objek atau mal zakat yang selalu

dinishabkan berdasarkan Al-qur’an dan hadis baru sebatas hukum Islam dan Fiqh

yang ada dalam pikiran utama, belum dituangkan dalam undan-undang seperti

objek pajak.34

C. Usaha Kecil Menengah

1. Pengertian Usaha Kecil Menengah

Pengertian Usaha Kecil Menengah sangatlah beragam, tergantung konsep

yang digunakan oleh tiap-tiap Negara. Beragamnya pemahaman mengenai usaha

kecil menjadi salah satu faktor yang membuat sector ini termarginalkan. Padahal

hal tersebut menyangkut kepentingan sebagian besar lapisan masyarakat, terutama

di Negara berkembang.35

Tujuan pengelompokkan usaha/bisnis dapat disebutkan beragam dan pada

intinya mencakup empat macam tujuan, antara lain :

1. Untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan.

2. Untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah.

3. Untuk meyakinkan pemilik modal/pengusaha tentang posisi

perusahaannya.

34

Rusli. Achyar, Zakat = Pajak, Renada, cet.1 : 2005,h.132

35

(50)

40

4. Untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi kinerja

perusahaan.36

Kriteri umum UKM dilihat dari cirri-cirinya pada dasarnya dianggap

sama, yaitu sebagai berikut :

a. Struktur organisasi yang sangat sederhana.

b. Tanpa staf yang berlebihan.

c. Pembagian kerja yang kendur.

d. Memiliki hirarki manajerial yang kendur.

e. Aktivitas sedikit yang formal dan sedikit menggunakan proses

perencanaan.

f. Kurang membedakan asset pribadi dari asset perusahaan.

UKM menghadapi kendala-kendala dalam mempertahankan atau

mengembangkan usahanya antara lain dalam hal modal, kurang dalam

pengetahuan pengelolaan usaha dan lemah di bidang pemasaran.

36Ibid

(51)

41

[image:51.595.120.524.75.445.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM BAITUL QIRADH BAZNAS

A. Sejarah Berdirinya Baitul Qiradh Baznas

Badan Amil Zakat Nasional sebagai badan pengelola ZIS nasional

dituntut untuk selalu memberikan pelayanan prima kepada muzakki dan

mustahiq. Dalam rangka memberdayakan mustahik, BAZNAS meluncurkan

lembaga keuangan mikro syariah dengan nama Baitul Qiradh BAZNAS

(BQB). Acara peresmian dilaksanakan Jumat 26 Februari 2010 di halaman

kantor BAZNAS, bertepatan dengan hari libur nasional Maulid Nabi

Muhammad SAW 12 Rabiul Awal.

Baitul Qiradh BAZNAS didirikan dengan tujuan untuk membantu

meningkatkan taraf hidup masyarakat lapisan bawah dalam bidang ekonomi.

Program layanan lembaga diberikan dalam bentuk pinjaman qardhul hasan

(pinjaman tanpa bunga ataupun bagi hasil) kepada masyarakat agar terlepas

dari jeratan rentenir. Sumber dana untuk qardhul hasan bersumber dari dana

zakat yang dikelola BAZNAS. Di samping itu, BQB juga mengeluarkan

produk komersial syariah berupa simpanan dan pembiayaan.

Peresmian dilakukan oleh Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian

Koperasi dan UKM Ir. Agus Muharram MSp. Dihadiri pula oleh Dirjen Bimas

Islam Kementerian Agama RI Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar MA, beberapa

anggota Komisi VIII DPR-RI, para penmgurus BAZNAS, Asosiasi Pedagang

(52)

42

Dalam acara tersebut juga dilakukan penyerahan BAZ Card dan

penyaluran pembiayaan kepada pedagang pasar.Baitul Qiradh adalah lembaga

keuangan mikro syari’ah yang berperan untuk menumbuhkan,

mengembangkan dan mendekatkan layanan BAZNAS khususnya kepada

kalangan usaha mikro dan kecil yang belum mendapatkan akses perbankan.

Pengoperasian lembaga ini bekerjasama dengan BMT One Baitul Qiradh

BAZNAS merupakan salah satu program dari Indonesia Makmur dan bagian

dari program pendayagunaan ZIS untuk meningkatkan kesejahteraan kaum

fakir-miskin.

Sampai saat ini BAZNAS telah membentuk Baitul Qiradh (BQ)

Baiturrahman BAZNAS Madani, BQ Al-Fatah BAZNAS Madani dan BQ

Nanggroe BM di Provinsi Aceh yang kini memiliki asset 2,5 - 8,6 M, Selain

itu BAZNAS telah mengembangkan 20 Baitul Maal Desa di DIY dan Jawa

Timur.Baitul Qiradh BAZNAS (BQB) dikelola secara modern dengan

memanfaatkan sistem ICT dimana salah satu produk tabungannya adalah

BAZNAS card yang nantinya akan bisa digunakan diseluruh EDC dan BMT

ONE diseluruh Indonesia. Keberadaan Baitul Qiradh sebagai salah satu

lembaga penyedia layanan keuangan mikro terhadap masyarakat kelas bawah

dan seiring perkembangan zaman,

Baitul Qiradh Baznas telah mampu memainkan peranan penting dalam

upaya pemberdayaan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan dan juga

(53)

Baitul Qiradh juga melakukan berbagai aktivitas keuangan dalam

upaya memberikan pelayanan finansial terhadap masyarakat yang memiliki

penghasilan yang kecil.

Baitul Qiradh dalam arti bahasa adalah “Rumah Pinjaman” yang usaha

pokoknya menghimpun dana dari pihak ketiga (anggota penyimpan) dan

menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif dan

menguntungkan.

Dewasa ini perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia,

sebagai gerakan kemasyarakatan menunjukkan keberhasilan yang nyata.

Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah sangat cepat seiring dengan

masyarakat muslim yang menginginkan Lembaga Keuangan yang bebas dari

Riba dan sesuai dengan prinsip Syariah atau Hukum Islam.

Baitul Qiradh belum dapat dipayungi oleh ketentuan hukum yang jelas

karena dalam peraturan hukum Indonesia yang dapat melakukan simpan

pinjam adalah koperasi dan perbankan. Sehingga untuk saat ini Baitul Qiradh

diarahkan dalam payung hukum koperasi. Selain untuk mensejahterakan

anggotanya, Baitul Qiradh juga berupaya untuk memajukan kehidupan

masyarakat kelas bawah untuk mencapai taraf hidup yang layak.

B. Visi, Misi, dan Tujuan

1) Visi

Terdepan Melayani Usaha Mikro Kecil Menengah

2) Misi

(54)

44

b. Lembaga yang memfasilitasi kebutuhan permodalan bagi Usaha Mikro

Kecil Menengah dan anggotanya.

3) Tujuan

Untuk membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat lapisan bawah

dalam bidang ekonomi.1

C. Struktur Organisasi Baitul Qiradh Baznas

Bai

Gambar

gambaran yang sudah ada dan sebaiknya bila dibandingkan dengan teori yang
GAMBARAN UMUM BAITUL QIRADH BAZNAS

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini meneliti tentang tingkat kebisingan dan pengaruh kebisingan terhadap karyawan pada area Water Treatment Plant (WTP) dengan menggunakan software Surfer dan

“ Kritik Sosial Melalui Media Komik Bergenre Humor (Analisis Isi Akun @Micecartoon.Co.Id Di Instagram) ”, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah

Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian tepung bekicot dalam ransum terhadap kandungan lemak karkas itik dalam pemeliharaan intensif memberikan hasil

Data yang diperoleh nantinya akan diolah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yakni untuk mendapatkan gambaran secara sistematis tentang

Transparan bagi setiap dokumen Pelaksanaan Penganggaran Satuan Kerja Pemerintah Daerah (DPA-SKPD) sebagai bagian dari APBD, yang dapat memberikan informasi yang jelas

Manajemen yang bersifat partisipatif, yaitu yang melibatkan banyak pihak dalam pengambilan keputusan akan lebih sukses karena dengan pemanfaatan kelompok, mereka

sebagaimana dikemukakan di atas dapat diperoleh gambaran tentang peranan LSM-LSM yang beroperasi atau punya program/kegiatan di wilayah kecamatan Pamona Selatan dalam

Pada tahap ini, dipersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam pengujian. Pada awal persiapan bahan, tanah lempung dibiarkan kering udara sampai benar-benar