• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)"

Copied!
287
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Syarat memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH

ESTY YULISTYAWATI NIM. 107016100952

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Esty Yulistyawati., 107016100952. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran biologi pada konsep jaringan tumbuhan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team-Achievement Division (STAD). Penelitian ini dilaksanakan di MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPA yang berjumlah 28 orang, yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar yang berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team-Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Rata-rata hasil belajar biologi siswa pada siklus 1 sebesar 72,75 menjadi 82,29 pada siklus 2. Dari 28 siswa, pencapaian KKM mengalami peningkatan yaitu pada siklus 1 sebanyak 21 siswa (75%) menjadi 28 siswa (100%) pada siklus 2. Hal ini jelas menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Dengan demikian, siklus 2 sudah memenuhi indikator pencapaian hasil (IPH), karena persentase kelas telah mencapai 100%.

(6)

ii

Esty Yulistyawati., 107016100952. Improving the Learning Outcomes of Students Biology by Cooperative Learning Model STAD Type on Plant Tissues Concept (Classroom Action Research in XI Sains Class MA Jamiyyah

Islamiyah Pondok Aren Tangerang School Year 2012-2013).BA Thesis, Biology

Education Study Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The aim of this research is to improve student learning outcomes after participating in the biology learning process on plant tissues concept by cooperative learning model of Student Team-Achievement Division (STAD) type. This research was conducted at MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang School Year 2012-2013. The research method that was used is classroom action research (PTK) that was done two cycles. Each cycle consisted of four stages, such as planning, action, observation and reflection. The subjects of this research were students of XI-Sains class which amounted to 28 people, consisting of 7 students were male and 21 female students. Multiple choice objective test that had been tested its validity and reliability used as research instrument.

The results of this research showed that the application of cooperative learning model Student Team-Achievement Division (STAD) type can improve the results of students biology learning. The average outcome of the students biology learning in cycle 1 is 72,75 became 82,29 in cycle 2. From 28 students, achievement of the KKM experienced increasing that was 21 student (75%) in cycle 1 to 28 students (100%) in cycle 2. This obviously showed that the results of students biology learning have experienced improving from cycle 1 to cycle 2. Thus, the cycle 2 had full the indicator results achievement (IPH), as a percentage of the class had achieved 100%.

(7)

iii

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam nikmat, karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si. Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing, mendidik, memberikan saran, masukan serta mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Eny S. Rosyidatun, S.Si, MA. Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing, mendidik, memberikan saran, masukan serta mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Zulfiani, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang selalu memberikan masukan serta motivasinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(8)

iv

8. H. Baharuddin, S.Ag. Selaku Kepala Madrasah Aliyah Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

9. Sumiati, S.Pd. Selaku guru bidang studi biologi di MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren yang telah memberikan kontribusinya selama penelitian berlangsung.

10. Teristimewa keluargaku tercinta, Ayahanda (Toton Junaedi), Ibunda (Marwati) dan Adik-adik (Erwan dan Jibran) juga keluarga besar baik dari Ayahanda dan Ibunda, yang tak henti-hentinya mendoakan dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku (Tris, Ayu, Adit, Anugrah, Fuji, Djubaidah, Khoir, Ka Srie, Ka Mega, Gita), teman-teman di Pendidikan Biologi ’07, teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu dan juga murid-muridku di TPA Pondok Surya Ciledug Tangerang yang selalu memberikan dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

Akhir kata, penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat dan dapat dijadikan masukan bagi guru IPA dan mahasiswa sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

Jakarta, November 2013

(9)

v LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT. ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORETIK, PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 9

1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 9

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD. ... 10

a. Konsep-konsep Student Team Achievement Division (STAD) ... 10

b. Tahapan Langkah-langkah Pembelajaran STAD ... 12

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan STAD. ... 16

d. Evaluasi Pembelajaran STAD. ... 18

3. Belajar ... 19

(10)

vi

e. Pengukuran Hasil Belajar. ... 26

f. Hubungan STAD dengan Hasil Belajar Biologi. ... 27

4. Penelitian Tindakan Kelas... 28

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 28

b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ... 29

c. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ... 30

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

C. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan. ... 32

D. Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 34

C. Subjek Penelitian ... 39

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 39

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 39

1. Penelitian Awal ... 39

a. Wawancara kepada Guru dan Siswa ... 39

b. Observasi Kegiatan Belajar Mengajar ... 40

2. Siklus I ... 40

a. Perencanaan... 40

b. Tindakan ... 40

c. Observasi ... 41

d. Refleksi ... 42

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 42

G. Data dan Sumber Data ... 42

H. Teknik Pengumpulan Data ... 43

(11)

vii

b. Lembar Observasi. ... 46

c. Jurnal (Catatan) Harian. ... 47

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 48

1. Validitas ... 48

2. Reliabilitas ... 49

3. Tingkat Kesukaran ... 50

4. Daya Beda ... 51

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 52

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 53

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 54

1. Penelitian Awal ... 54

2. Siklus 1 ... 56

a. Perencanaan... 56

b. Tindakan. ... 56

c. Observasi. ... 58

d. Refleksi. ... 63

e. Keputusan. ... 64

3. Siklus 2 ... 65

a. Perencanaan... 65

b. Tindakan. ... 65

c. Observasi. ... 67

d. Refleksi. ... 71

e. Keputusan. ... 72

B. Analisis Data ... 72

Analisis N-gain Siklus 1 dan 2... 72

(12)

viii

C. Saran-Saran... 75

(13)

ix

Tabel 2.1 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individu ... 15

Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 16

Tabel 2.3 Penjabaran Sistematik Tahapan STAD ... 16

Tabel 2.4 Identifikasi Proses Tipe Kognitif Menurut Taksonomi Bloom. ... 23

Tabel 3.1 Rancangan Siklus Penelitian ... 37

Tabel 3.2 Data dan Sumber Data ... 42

Tabel 3.3 Kisi-kisi Penulisan Instrumen Siklus 1 ... 44

Tabel 3.4 Kisi-kisi Penulisan Instrumen Siklus 2 ... 45

Tabel 3.5 Indikator Pembelajaran STAD. ... 47

Tabel 3.6 Indikator Jurnal Harian Siswa. ... 48

Tabel 4.1 Dokumen Catatan Lapangan Siklus 1. ... 57

Tabel 4.2 Hasil Observasi Proses Belajar Mengajar Guru Siklus 1. ... 58

Tabel 4.3 Hasil Observasi Proses Belajar Siswa Siklus 1. ... 59

Tabel 4.4 Hasil Jurnal Harian Siswa Siklus 1. ... 61

Tabel 4.5 Hasil Pretest dan Posttest Siklus 1. ... 62

Tabel 4.6 Nilai N-gain Siklus 1. ... 63

Tabel 4.7 Tindakan Perbaikan Siklus 1. ... 64

Tabel 4.8 Dokumen Catatan Lapangan Siklus 2. ... 66

Tabel 4.9 Hasil Observasi Proses Belajar Mengajar Guru Siklus 2. ... 67

Tabel 4.10 Hasil Observasi Proses Belajar Siswa Siklus 2. ... 68

Tabel 4.11 Hasil Jurnal Harian Siswa Siklus 2. ... 69

Tabel 4.12 Hasil Pretest dan Posttest Siklus 2. ... 70

Tabel 4.13 Nilai N-gain Siklus 2. ... 71

(14)

x

(15)

xi

Lampiran 1. Kisi-kisi Penulisan Instrumen Siklus 1 ... 79

Lampiran 2. Instrumen Penelitian Siklus 1 ... 91

Lampiran 3. Jawaban Instrument Penelitian Siklus 1 ... 98

Lampiran 4. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Siklus 1 ... 99

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 100

Lampiran 6. Instrumen Pretest dan Posttest Siklus 1 ... 114

Lampiran 7. Jawaban Instrument Pretest dan Posttest Siklus 1 ... 119

Lampiran 8. Kisi-kisi Penulisan Instrumen Siklus 2 ... 120

Lampiran 9. Instrumen Penelitian Siklus 2 ... 132

Lampiran 10. Jawaban Instrument Penelitian Siklus 2 ... 139

Lampiran 11. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Siklus 2 ... 140

Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 141

Lampiran 13. Instrumen Pretest dan Posttest Siklus 2 ... 155

Lampiran 14. Jawaban Instrument Pretest dan Posttest Siklus 2 ... 160

Lampiran 15. Lembar Pedoman Wawancara Guru. ... 161

Lampiran 16. Hasil Wawancara Guru (Sebelum Penelitian). ... 162

Lampiran 17. Hasil Wawancara Guru (Setelah Penelitian) ... 165

Lampiran 18. Lembar Pedoman Wawancara Siswa ... 167

Lampiran 19. Hasil Wawancara Siswa (Sebelum Penelitian). ... 168

Lampiran 20. Hasil Wawancara Siswa (Setelah Penelitian). ... 170

Lampiran 21. Lembar Observasi Proses Belajar Mengajar Guru ... 172

Lampiran 22. Lembar Observasi Proses Belajar Siswa ... 173

Lampiran 23. Lembar Kuis Individu Siklus 1. ... 174

Lampiran 24. Jawaban Kuis Individu Siklus 1 ... 182

Lampiran 25. Lembar Kuis Individu Siklus 2. ... 183

Lampiran 26. Jawaban Kuis Individu Siklus 2. ... 189

Lampiran 27. Lembar Skor Kuis Siklus 1 ... 190

(16)

xii

Lampiran 32. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Siklus 1. ... 195

Lampiran 33. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Siklus 2. ... 203

Lampiran 34. Rekapitulasi Data Analisis N-Gain Siklus 1 ... 211

Lampiran 35. Rekapitulasi Data Analisis N-Gain Siklus 2 ... 212

Lampiran 36. Lembar Kerja Siswa Siklus 1. ... 213

Lampiran 37. Lembar Kerja Siswa Siklus 2. ... 229

Lampiran 38. Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus 1-2. ... 243

Lampiran 39. Rekapitulasi Nilai LKS Siklus 1-2. ... 250

Lampiran 40. Rekapitulasi Cara Penilaian (Pretest-Posttest, LKS, dan Kuis Individu) Siklus 1-2. ... 251

(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu pondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Jalur pendidikan pun dapat diperoleh melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan proses pembelajaran yang baik dan seoptimal mungkin sehingga dapat mencetak generasi muda bangsa yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi.

Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan. Adapun tujuan pendidikan di Indonesia adalah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 yang berbunyi:1

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan membenahi keseluruhan proses belajar mengajar. Dalam keseluruhan proses belajar mengajar tersebut terjadi interaksi antara berbagai komponen pendidikan. Masing-masing komponen pendidikan saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya, salah satunya adalah hasil belajar siswa.

Dalam proses belajar mengajar yang terselenggara di suatu lembaga formal (sekolah), sering terjadi perbedaan hasil belajar siswa. Hal ini

1

(18)

disebabkan adanya perbedaan individual antara siswa yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Secara global, ada tiga macam faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu:2 (1) faktor internal diantaranya aspek jasmani dan rohani, faktor jasmani seperti kondisi tubuh dan faktor rohani seperti tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa. (2) faktor eksternal seperti kondisi lingkungan di sekeliling siswa, (3) faktor pendekatan belajar siswa (approach to learning), merupakan jenis upaya belajar siswa yang mencakup strategi dan metode yang digunakan siswa untuk kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lain.

Cara-cara yang dapat ditempuh seorang guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya adalah menjalin keakraban dengan siswa, menyajikan materi dengan menyenangkan agar mudah dipahami siswa, menggunakan media sebagai alat bantu dalam pembelajaran, dan menggunakan variasi model pembelajaran. Selain itu, cara yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah meyakinkan para siswa tentang manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari materi yang sedang dipelajari. Dengan meyakini manfaat-manfaat dari materi tersebut, siswa akan merasa membutuhkannya, dan dari perasaan butuh itulah muncul sikap positif terhadap materi tersebut yang menjadikan siswa lebih aktif lagi dalam belajarnya sehingga siswa dapat meningkatkan hasil akhir yang memuaskan.3

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa banyak siswa yang terlihat tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat materi biologi diterangkan, pada saat guru menerangkan materi biologi sedikit sekali siswa yang mau bertanya (siswa kurang aktif dalam pembelajaran biologi), pada saat penugasan kelompok masih banyak siswa yang saling mengandalkan dalam pengerjaan tugas, dan pada saat guru

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010), Cet. XV, h. 129.

3

(19)

memberikan test berupa ulangan harian masih banyaknya siswa yang tidak percaya diri dalam mengerjakan soal-soal dengan sendiri (masih banyak siswa yang mencontek).

Dan pada saat peneliti mewawancarai guru bidang studi biologi dan siswa kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Tahun Ajaran 2012-2013 diperoleh hasil, bahwa siswa menganggap pelajaran biologi adalah pelajaran yang umumnya dirasa sukar untuk dipelajari karena terdapat banyak hapalan sehingga siswa akan merasa malas dan bosan untuk mempelajari materi tersebut, belum lagi materi-materi biologi banyak yang menggunakan bahasa ilmiah sehingga siswa sulit untuk memahaminya, tidak adanya laboratorium IPA untuk mendukung dalam melakukan praktikum, dan guru mengungkapkan bahwa konsep jaringan tumbuhan adalah konsep yang membutuhkan pemahaman yang mendalam sehingga pada konsep ini banyak siswa yang setiap tahunnya mendapatkan hasil belajar yang kurang dari KKM yang telah ditentukan, ini terlihat dari hasil ulangan siswa kelas XI IPA tahun lalu yaitu pada tahun ajaran 2011-2012 pada konsep jaringan tumbuhan belum sepenuhnya mencapai KKM yang ditetapkan yakni 62, hanya 47,8% dari 23 siswa yang mampu lulus di atas KKM. Hal yang sama juga dialami oleh siswa kelas XI IPA pada tahun ajaran 2010-2011, yaitu hasil belajar siswa pada konsep tersebut belum sepenuhnya mencapai KKM yang ditetapkan yakni 60, hanya 35% dari 20 siswa yang mampu lulus diatas KKM. Selain itu, model pembelajaran yang selalu diterapkan guru bersifat konvensional, karena apabila diterapkannya model-model pembelajaran terlalu rumit dan banyak menyita waktu, sehingga guru tidak pernah menggunakan variasi model dalam pembelajaran. Oleh karena itu banyak siswa yang mendapatkan hasil belajar yang kurang dari KKM yang telah ditetapkan. Dan cara yang ditempuh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang kurang dari KKM yaitu dengan mengadakan remedial berupa soal-soal yang serupa dengan sebelumnya.

(20)

bagaimana model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Dengan melihat masalah-masalah yang terjadi pada saat dilakukkannya observasi dan wawancara maka salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa adalah model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD), karena model STAD ini memiliki tahapan-tahapan dimana setiap tahapan dapat memecahkan masalah-masalah yang terjadi di kelas tersebut. Dengan gagasan utama yang dimiliki STAD yaitu memotivasi siswa agar dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang diajarkan oleh guru.4 STAD digunakan agar para siswa yang pertama kali menggunakan model di dalam pembelajaran tidak merasa kesulitan dan mudah dalam memahaminya, karena STAD ini masih mengadopsi pengajaran secara konvensional yaitu dengan guru diberikan waktu presentasi yang lebih banyak untuk menjelaskan materi di dalam kelas, hanya bedanya pada presentasi kelas guru lebih berfokus pada unit STAD dibandingkan dengan pengajaran biasa (konvensional).5 Dan STAD merupakan salah satu metode kooperatif yang paling sederhana dan disarankan bagi guru yang pertama kali akan menggunakan model pembelajaran kooperatif, hendaknya menggunakan tipe STAD. Hal ini dikarenakan model tersebut mudah untuk dipraktekkan dalam pembelajaran di kelas.6

Pembelajaran ini diawali dengan penyajian (presentasi kelas), kegiatan kelompok, tes individual, pemberian skor peningkatan (kemajuan) individual dan pengakuan kelompok (rekognisi tim). Dalam pembelajaran ini kelompok siswa bekerja sebagai sebuah tim yang memiliki tujuan sama. Dengan demikian, kelompok siswa bekerja sama dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah mencapai tujuan, yakni menguasai pelajaran tersebut.

4

Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, Terj.dari Cooperative

Learning: Theory, Research and Practice oleh Nurulita Yusron, (Bandung: Nusa Media, 2008), Cet. I, h. 12.

5

Ibid., h. 143-144.

6

(21)

Rai dalam jurnal yang berjudul Effect of Student’s Team Achievement

Division (STAD) on Academic Achievement of Students, yang dikutip Gul Nazir Khanmenyebutkan bahwa STAD adalah satu dari banyak strategi dalam

Cooperative Learning yang memiliki keunggulan dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa.

Diantara beberapa keunggulan STAD adalah sebagai berikut:7

1. STAD adalah model pembelajaran, dimana terdapat interaksi yang baik diantara siswa. Karena dengan ini, siswa dibentuk kelompok kecil dan siswa diajarkan untuk mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama.

2. STAD dapat meningkatkan sikap positif diantara para siswa dalam pembelajaran dikelas yaitu dengan siswa saling mengajarkan materi yang belum dipahami teman sekelompoknya.

3. STAD dapat menambah harga diri siswa karena menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi dengan cara pemberian skor peningkatan baik individual maupun kelompok.

4. STAD juga dapat membantu meningkatkan keterampilan/kemampuan dalam diri masing-masing siswa.

Dari keunggulan model STAD diatas dapat dilihat bahwa model STAD diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Guna membuktikan hal tersebut, maka diperlukan studi penelitian lebih lanjut, untuk itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai model STAD dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan mengangkatnya ke dalam judul skripsi, yaitu: “Peningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan.”

7

Gul Nazir Khan, Effect of Student’s Team Achievement Division (STAD) on Academic

(22)

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat materi biologi diterangkan.

2. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran biologi.

3. Siswa saling mengandalkan dalam pengerjaan tugas kelompok.

4. Siswa kurang percaya diri dengan pekerjaan sendiri (masih banyak yang menyontek).

5. Siswa merasa malas dan bosan terhadap pelajaran biologi. 6. Siswa merasa kesulitan dalam memahami pelajaran biologi. 7. Tidak adanya laboratorium IPA di sekolah tersebut.

8. Konsep jaringan tumbuhan yang dianggap sulit karena butuh pemahaman yang mendalam.

9. Guru tidak pernah menggunakan variasi model dalam pembelajaran. 10.Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi.

Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada konsep jaringan tumbuhan di kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dibatasi pada aspek-aspek berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

2. Kajian materi penelitian mengenai konsep jaringan tumbuhan.

(23)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan fokus penelitian, maka perumusan masalah penelitian pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada konsep jaringan tumbuhan di kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013?”

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk “Meningkatkan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran biologi pada konsep jaringan tumbuhan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.”

2. Kegunaan Hasil Penelitian a. Bagi Para Siswa

1) Dengan menggunakan model STAD, keaktifan siswa dalam belajar dan mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok lebih baik dan meningkat.

2) Keberanian siswa dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat, ide dan saran meningkat.

3) Siswa lebih mudah dalam menerima mata pelajaran biologi.

4) Partisispasi siswa dalam proses pembelajaran biologi dapat ditingkatkan.

5) Siswa mendapat hasil akhir yang memuaskan dalam konsep jaringan tumbuhan.

b. Bagi Guru

1) Proses belajar mengajar pada mata pelajaran biologi tidak lagi berjalan secara monoton.

2) Ditemukannya model pembelajaran yang tepat.

(24)

4) Dapat memberikan informasi yang bisa dijadikan referensi untuk meningkatkan hasil belajar biologi melalui pendekatan kooperatif. 5) Kualitas pembelajaran biologi meningkat.

c. Bagi Sekolah

Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik dan berguna bagi sekolah itu sendiri dalam rangka pembelajaran biologi pada khususnya.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dan masukan dalam mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya. e. Bagi pembaca

(25)

9

BAB II

KAJIAN TEORETIK, PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Model Pembelajaran Kooperatif

Teknik dalam pembelajaran kooperatif di dalam budaya Indonesia adalah gotong royong. Anggotanya mempunyai kesamaan tujuan dan saling ketergantungan satu dengan yang lainnya.1 Pembelajaran kooperatif yaitu strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dengan keahlian heterogen, dan di dalam kelompok kecil tersebut siswa sama-sama belajar dan bekerjasama-sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.2

Ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif yang berhasil dikembangkan para peneliti pendidikan di Universitas John Hopkins, diantaranya adalah STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana untuk dipraktekkan, terdiri dari 4-5 orang yang berbeda baik dalam kemampuan dan jenis kelamin.3 Dan gagasan utama STAD adalah memotivasi siswa agar dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang sedang diajarkan.4 JIGSAW memiliki lima tahapan, diantaranya siswa membaca dan mengkaji bahan ajar, diskusi ahli dari masing-masing tim, diskusi dalam satu tim, tes, dan penguatan dari guru.5 TGT (Team Games Tournament), hampir sama dengan STAD,

1

Suprayekti, Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif, Jurnal Pendidikan Penabur,

7, 2006, h. 89.

2

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: UIN Press 2009), Cet. I, h. 130.

3

Ibid., h. 137.

4

Robert E. Slavin, Cooperative Learning teori, riset dan praktik, Terj.dari Cooperative Learning: Theory, Research and Practice oleh Nurulita Yusron, (Bandung: Nusa Media, 2008), Cet. I, h. 12.

5

(26)

hanya berbeda pada saat kuis, pada TGT tidak menggunakan kuis, melainkan menggunakan turnamen atau lomba untuk berkompetisi bersama kelompok yang lain dan TGT memiliki beberapa tahapan diantaranya, Identifikasi masalah, pembahasan masalah dalam kelompok, presentasi hasil bahasan kelompok (turnamen), dan penguatan dari guru. TAI (Team Accelerated Intruction), merupakan teknik penggabungan metode belajar kelompok dengan belajar secara individu. CIRC (Cooperative Integrated Reading & Composition), merupakan teknik yang sejenis dengan TAI, tetapi CIRC lebih ditekankan pada pengajaran membaca, menulis, dan tata bahasa. Dan aktivitas CIRC terdiri dari siswa melaksanakan intruksi dari guru, latihan kelompok, asesmen awal kelompok dan kuis.6

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

a. Konsep-konsep Student Team Achievement Division (STAD)

STAD pertama kali dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan rekan-rekannya di Universitas John Hopkins. STAD merupakan suatu tim pembantu pelaksanaan pelajaran bagi guru untuk belajar berkelompok. Dalam prakteknya, STAD terdiri dari 4-5 orang siswa yang masing-masing memiliki kemampuan berbeda, sehingga dalam satu kelompok terdapat satu siswa yang berkemampuan tinggi, dua siswa berkemampuan sedang dan dua siswa lagi berkemampuan rendah. Pada pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan diskusi dan kerja sama dengan teman sekelompoknya.7

Slavin menyatakan bahwa, “Gagasan utama dari STAD bertujuan dalam memotivasi siswa di dalam kelompoknya agar masing-masing kelompok dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan, serta memberikan kesadaran kepada para siswa bahwa belajar itu penting, bermakna dan

6

Ibid., h. 137-138.

7

(27)

menyenangkan.”8 Pendapat senada dikemukakan oleh Slavin yang dikutip Nur dalam Trianto, bahwa pada STAD para siswa dikelompokkan menjadi 4-5 orang yang dibedakan berdasarkan prestasi, jenis kelamin, dan suku. Setelah guru selesai memberikan materi, masing-masing kelompok mulai bekerja untuk sama-sama memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi. Dan setelah itu, para siswa mulai mengerjakan tes individu, pada saat tes individu ini mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu satu sama lain.9

Menurut Balfakih, ada 4 alasan mengapa STAD menjadi sebuah metode alternatif dalam pembelajaran. Pertama, STAD merupakan fasilitas interaksi antara siswa di dalam kelas. Kedua, STAD merupakan variasi sikap, rasa harga diri, dan hubungan interpersonal, semuanya dikontribusikan pada kemampuan positif sikap ilmiah siswa. Ketiga, STAD merupakan tambahan dan pengetahuan ekstra dari pembelajaran dalam kelompok, seperti siswa yang memiliki kemampuan tertinggi berperan sebagai pembimbing untuk teman-teman sekelompoknya, setelah itu hasil akhir adalah sebuah penghargaan tertinggi untuk kelompok yang memiliki nilai tertinggi. Keempat, STAD melatih siswa masuk ke dalam masyarakat modern dari pembelajarannya untuk bekerja secara efektif dan efisien di dalam kelasnya.10

Berdasarkan uraian, bahwa model pembelajaran STAD adalah salah satu model pembelajaran yang sederhana tetapi dapat membuat para siswa lebih mudah dalam menguasai materi-materi yang sulit karena materi-materi yang sulit tersebut telah dipersiapkan guru dalam

8

Robert E. Slavin, loc. cit.

9

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana 2010), Cet. III, h. 68-69.

10

Nagib M. A. Balfakih, The Effectiveness of Student Team-Achievement Division

(STAD) for Teaching High School Chemistry in the United Arab Emirates, International Journal

(28)

bentuk lembar kerja atau perangkat pembelajaran lain, dan para siswa akan mendapat kesempatan untuk belajar bersama dalam menguasai materi yang diajarkan dan dapat menumbuhkan harga diri/self-esteem

mereka dalam kelompok karena adanya motivasi mereka untuk berkontribusi mengerjakan kuis dan menyumbangkan nilai terbaik agar memperoleh penghargaan kelompok. Selain itu dengan menggunakan model STAD ini hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.

b. Tahapan Langkah-langkah Pembelajaran STAD

STAD terdiri dari lima tahapan yaitu: Penyajian (Presentasi) Kelas, Kegiatan Kelompok (Tim), Tes Individual (Kuis), Peningkatan Individu dan Pengakuan (Penghargaan) Kelompok. Adapun tahapan pembelajarannya akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Penyajian (Presentasi) Kelas

Penyajian kelas yaitu tahap awal dimulainya pembelajaran dengan menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. Setelah menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa selanjutnya menyampaikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan, dengan menggunakan beberapa metode atau pendekatan yang sesuai seperti ceramah, tanya jawab, peragaan, demonstrasi.11 Yang membedakan penyajian (presentasi) kelas dengan pengajaran biasa adalah para siswa harus benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka menentukan skor tim mereka.12

11

Zulfiani, op. cit., h. 140.

12

(29)

2) Kegiatan Kelompok (Tim)

Tim adalah karakteristik yang terpenting dalam STAD, yaitu siswa bekerja dan belajar bersama dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Tim dibentuk agar semua tim benar-benar belajar, dan yang terpenting tujuan dalam pembentukan tim ini yaitu untuk mempersiapkan anggota tim agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.13

Pada kegiatan ini, siswa di dalam tim ditugaskan dalam mempelajari lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran lainnya yang telah dipersiapkan oleh guru yang dilengkapi lembar jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih kemampuan selama proses pengajaran dan untuk menilai diri mereka sendiri dan teman sekelasnya seperti pembahasan masalah bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila ada anggota tim yang membuat kesalahan. Dengan kerja tim ini para siswa ditekankan agar benar-benar bekerja sama untuk memahami materi yang sedang dipelajari dan apabila ada teman sekelompoknya yang tidak mengerti diharapkan bagi yang mengerti untuk mengajarinya, karena kerja tim ini akan berpengaruh pada kuis individu berikutnya.

3) Tes Individual (Kuis)

Setelah penyajian (presentasi) kelas dan kegiatan kelompok (tim), dilanjutkan dengan pemberian kuis individu, dimana pada tahap ini para siswa tidak diperkenankan untuk saling membantu satu sama lain. Dan pada tahap inilah setiap siswa harus berusaha sendiri dalam mengerjakan kuis individu mereka dan pada tahap ini juga para siswa diharapkan memberikan hasil yang terbaik sebagai konstribusinya kepada kelompok.14

13

Ibid.

14

(30)

Huda berpendapat bahwa kuis individu yang akan diujikan harus berbentuk butir-butir soal yang dapat diskor dan dihitung langsung.15 Seperti yang dikemukakan oleh Amstrong bahwa “apabila nilai kuis yang didapat siswa lebih besar dari nilai atau skor awal, maka siswa tersebut akan berkontribusi positif pada skor tim.”16

Berdasarkan uraian, dapat disimpulkan bahwa kuis individu yang merupakan tahapan dari evaluasi STAD dilaksanakan sebagai usaha dan bukti pertanggungjawaban individu atas apa yang telah mereka pelajari di dalam belajar kelompok, dan siswa dapat dikatakan berkontribusi dalam kelompok apabila siswa tersebut dapat mengerjakan kuis dengan baik dan mendapatkan nilai diatas skor awal mereka.

4) Memberikan Skor Peningkatan (Kemajuan) Individual

Setelah para siswa mengerjakan tes individual barulah pada tahap selanjutnya mereka akan diberikan skor atas peningkatan mereka masing-masing. Skor ini bertujuan untuk memberi kesempatan kepada masing-masing siswa dalam menyumbangkan poin untuk kelompoknya.17 Seperti yang dikemukakan oleh slavin bahwa:

Gagasan dibalik skor kemajuan individul adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata -rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin

15

Miftahul Huda, Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet. I, h. 186.

16

Schott, Armstrong, Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade

classroom: Effect on student achievement and attitude, Journal of Social Studies Research, 2008,

p. 1.

17

(31)

untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.18

Dengan adanya sistem peningkatan individual ini para siswa diberi kesempatan dalam menyumbangkan poin maksimum kepada kelompoknya apabila siswa tersebut bekerja dengan baik di dalam kelompoknya. Dan sistem poin kemajuan ini dapat memberikan rasa harga diri tiap siswa meningkat karena setiap siswa berhak untuk menjadi lebih baik di dalam kelompoknya.

Menurut Slavin yang dikutip Ibrahim dalam Trianto, untuk pemberian skor peningkatan individu dalam pembelajaran STAD, dapat dijelaskan melalui kriteria berikut: 19

Tabel 2.1 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individu

Skor Tes Skor Peningkatan

a. Lebih dari 10 poin dibawah skor

awal...

b. 10 – 1 poin di bawah skor awal...

c. Skor awal sampai 10 poin diatas skor

awal...

d. Lebih dari 10 poin diatas skor awal...

e. Nilai sempurna (tanpa

5) Pengakuan Kelompok (Rekognisi Tim)

(32)

skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.”20

Untuk menghitung skor penghargaan kelompok pada tim STAD, dapat dijelaskan sesuai kriteria berikut: 21

Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-Rata Kelompok Penghargaan

15

Dari penjabaran tahapan langkah-langkah STAD diatas dapat dijabarkan secara sistematik dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.3 Penjabaran sistematik tahapan STAD

Tahapan Kegiatan Guru

Tahapan 1

Menyampaikan semua tujan

pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Guru membagi siswa dalam

kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang. Setelah itu guru membagi lembar kerja kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan.

Setelah kegiatan kelompok selesai

dilaksanakan, barulah guru

memberikan tes individu kepada masing-masing siswa.

Guru memberikan penilaian untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar siswa.

Memberikan penghargaan kepada kelompok dan siswa yang berprestasi.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan STAD

Menurut Slavin, hubungan sesama kelompok adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penggunaan pembelajaran STAD. Bukti yang menghubungkan STAD dengan hasil yang diperoleh dalam hubungan pertemanan lintas-rasial terlihat kuat.

20

Slavin, loc. cit.

21

(33)

Dalam kajiannya, Slavin menemukan bahwa para siswa yang melaksanakan STAD selama sepuluh sampai dua belas minggu memperoleh hubungan pertemanan lintas-rasial yang lebih banyak daripada para siswa dalam kelas kontrol (kelas yang tidak menggunakan pembelajaran dengan model STAD).22 Dan hubungan sesama kelompok yang berbeda ini telah memberikan pengaruh positif kepada para siswa dari ras dan etnis yang beranekaragam.

Harjono mengemukakan bahwa sebagai bagian dari skenario pembelajaran kooperatif STAD, penghargaan kelompok mampu meningkatkan motivasi para siswa untuk terus berusaha meningkatkan skor pencapaian tertinggi untuk kelompoknya.23 Oleh karena itu adanya motivasi untuk mendapatkan skor tertinggi merupakan bukti dari keberhasilan pembelajaran STAD.

Menurut Majoka, et al., dalam penelitiannya yang berjudul

Student Team Achievement Division (STAD) As An Active Learning Strategy: Empirical Evidance From Mathematics Classroom, terlihat bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara kelas yang diajarkan dengan STAD dan kelas yang tidak diajarkan dengan STAD. Pada kelas yang diajarkan dengan STAD terlihat adanya partsipasi verbal dan orientasi penampilan yang tinggi dibandingkan dengan kelas yang tidak diajarkan dengan pembelajaran STAD. Dan ini merupakan bukti tercapainya suatu pembelajaran dengan menggunakan STAD.24

Berdasarkan uraian, terlihat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran STAD, diantaranya adanya hubungan yang baik antar kelompok walaupun dalam lintas-rasial yang berbeda, adanya pemberian penghargaan dalam pembelajaran STAD yang dapat meningkatkan motivasi siswa, adanya interaksi verbal,

22

Slavin, op. cit., h. 105.

23 Harjono, “

Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Pembelajaran Kimia Melalui

Pembelajaran Kooperatif STAD”, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 27, 2010, h. 13.

24

Muhammad Iqbal Majoka, et al., Student Team Achievement Division (STAD) As An

Active Learning Strategy: Empirical Evidence From Mathematics Classroom, Journal of

(34)

serta penampilan yang diberikan oleh masing-masing individu untuk kelompoknya.

d. Evaluasi Pembelajaran STAD

Menurut Ahmad Sofyan, “evaluasi merupakan suatu proses penilaian secara sistematik dan terencana untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai seorang siswa.”25 Pendapat senada dikemukakan oleh Muhibbin Syah, bahwa evaluasi merupakan penilaian terhadap suatu keberhasilan siswa yang telah mencapai tujuan dalam pembelajarannya.26

Menurut Zulfiani, dkk., “evaluasi merupakan suatu proses yang ditempuh seorang siswa dengan tujuan memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua atau lebih alternatif yang paling diinginkan.”27

Secara umum Harjanto mengemukakan evaluasi pengajaran merupakan suatu penilaian/penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan para siswa ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum. Dan hasil penilaian tersebut dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif.28

Menurut Harjono, ada 6 aspek yang dilihat dan dievaluasi selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, evaluasi yang digunakan berupa: 29

1. Perencanaan pembelajaran

Tahap ini melihat kesiapan seorang guru di dalam rencana pembelajaran yang dibuat sebelum proses pembelajaran berlangsung. Rencana pembelajaran dibuat sesuai dengan skenario STAD mulai dari pendahuluan sebelum pembelajaran sampai penutupan.

25

Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 3.

26

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010), Cet. XV, h. 139.

27

Zulfiani, op. cit., h. 74.

28

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 277.

29

(35)

2. Evaluasi penyajian materi pelajaran

Tahap ini menyiapkan pemanfaatan media atau alat peraga yang sesuai dengan konsep yang diajarkan. Selain itu dapat dilihat dari tugas belajar yang inovatif yang diberikan oleh guru.

3. Evaluasi terhadap pengelolaan kelas

Pengelolaan ini salah satu yang mendukung proses pembelajaran, dengan melihat aspek-aspek tercapainya tujuan pembelajaran yang dikelola semaksimal mungkin oleh guru.

4. Interaksi dan fungsi fasilitator guru

Tahap ini dilihat dari cara penyampaian, intonasi dan komunikasi dengan siswa pada saat proses belajar berlangsung. Evaluasi dapat dinilai pada saat diskusi kelompok, dimana berhasil tidaknya guru pada saat memberikan penjelasan dan arahan pada setiap kelompok yang mengalami kesulitan belajar.

5. Perencanaan evaluasi oleh guru

Guru dapat mengevaluasi siswa dengan cara melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk melihat sejauh mana siswa telah menerima materi pembelajaran. Bentuk evaluasi lain adalah kuis yang telah direncanakan sebagai bagian dari model pembelajaran STAD.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi dalam pembelajaran STAD adalah salah satu alat untuk dapat mengetahui hasil belajar siswa yang telah dicapai setelah proses pembelajaran. Evaluasi yang digunakan harus sesuai dengan kompetensi yang telah diajarkan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Belajar

a. Pengertian Belajar

(36)

dengan cara latihan atau pengalaman. Menurut Wittaker tidak termasuk belajar apabila perubahan tingkah laku yang dimaksud berupa pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan.30

Cronbach dalam Riyanto menyatakan bahwa belajar dapat dilihat dari berubahnya perilaku akibat pengalaman yang didapat. Menurut Cronbach belajar yang dimaksud adalah belajar yang dihasilkan dengan menggunakan pancaindra.”31

Skinner yang dikutip Barlow dalam Syah berpendapat bahwa belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku individu yang dilakukan secara progresif. Menurut skinner proses adaptasi yang dilakukan dengan memberi penguat (reinforcer)akan mendatangkan hasil yang maksimal.32

Berdasarkan beberapa definisi belajar yang diutarakan oleh beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi akibat dari pengalaman yang dapat membuat perubahan dalam diri individu. Perubahan yang terjadi dikarenakan hasil yang diperoleh selama mengikuti kegiatan belajar.

b. Hasil Belajar

Sukmadinata berpendapat bahwa hasil belajar atau achievement

adalah realisasi dari pengembangan kemampuan yang dimiliki oleh para siswa. Penguasaan hasil belajar para siswa dapat ditunjukkan dari perubahan perilakunya, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir atau keterampilan motorik.33 Sedangkan Sudjana berpendapat bahwa hasil belajar merupakan peningkatan kemampuan

30

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. V, h. 104.

31

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam

Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas,(Jakarta: Kencana, 2009), Cet. I, h. 5.

32

Syah, op. cit., h. 88.

33

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT

(37)

yang dimiliki para siswa setelah mengikuti pembelajaran.34 Dan pengalaman belajar memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Sementara itu, Menurut Bloom dalam Sudijono hasil belajar terdiri dari 3 ranah dan salah satunya adalah ranah kognitif yang diklasifikasikan dalam enam jenjang kemampuan, yaitu pengetahuan/hafalan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan penilaian (evaluation).35 Hasil belajar tipe kognitif dalam taksonomi Bloom digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Tipe Kognitif (Taksonomi Bloom) 1) Pengetahuan/hafalan (knowledge)

Pengetahuan atau knowledge diartikan sebagai kemampuan dalam mengingat hal-hal yang pernah dipelajari sebelumnya.36 Kemampuan tersebut seperti mengingat-ingat kembali nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya.

2) Pemahaman (comprehension)

Pemahaman atau comprehension diartikan sebagai kemampuan dalam menangkap makna dari sesuatu.37 Hal ini dapat dipertunjukkan dalam bentuk menerjemahkan sesuatu, misalnya membaca grafik, menafsirkan gambar, dan sebagainya.

34

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 22.

35

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 50.

36

Harjanto, op. cit., h. 59.

37

Ibid., h. 60. pengetahuan

pemahaman

penerapan

analisis

sintesis

(38)

3) Penerapan (application)

Penerapan atau application yaitu penggunaan abstraksi di dalam situasi yang kongkret maupun di dalam situasi yang khusus.38 Abtraksi ini dapat berupa ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru serta nyata. Dengan demikian, seseorang yang telah mencapai jenjang ini mampu menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan nyata. 4) Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan seseorang di dalam memilah suatu bahan menjadi unsur atau bagian-bagian yang jelas tingkatan dan susunannya.39 Seseorang yang telah mampu berpikir hingga tahap analisis, berarti orang tersebut mampu menjelaskan sebuah konsep hingga bagian yang paling rinci.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan penyusunan yang bertujuan untuk mempersatukan bagian-bagian atau unsur-unsur yang sebelumnya terpisah atau tidak nampak jelas.40 Hal ini dapat ditunjukkan oleh seseorang yang mampu membuat atau merancang desain, menciptakan produk baru, menggabungkan beberapa informasi agar terbentuk suatu laporan. 6) Penilaian (evaluation)

Penilaian atau evaluation yaitu suatu pemberian keputusan terhadap nilai yang dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil berdasarkan kriteria tertentu.41 Dalam jenjang ini, jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan memilih satu pilihan yang terbaik sesuai kriteria yang ada.

38

Sudjana, op. cit., h. 25.

39

Ibid., h. 27.

40

Zulfiani, op. cit., h. 65.

41

(39)

Dari penjabaran proses tipe kognitif menurut taksonomi Bloom di atas dapat dibuat tabel secara sistematik seperti berikut:42

Tabel 2.4 Identifikasi proses tipe kognitif menurut taksonomi Bloom

Tingkatan Kata kerja yang sesuai Penjelasan

1. Pengetahuan

kembali, menjelaskan, memahami, melukiskan.

Berdasarkan definisi hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan salah satu faktor terpenting dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar menentukan tingkat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Guru berusaha semaksimal mungkin agar input salah satu mata pelajaran yang disampaikan dapat diproses di dalam kelas dengan pola-pola tertentu, sehingga outputnya adalah peserta didik mendapatkan pemahaman, pengertian dan kemampuan dalam pemecahan masalah terutama pada mata pelajaran biologi.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pada saat belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhi para siswa, sehingga para siswa tidak mendapatkan feedback atau umpan balik setelah mengikuti pelajaran tersebut. Diantara banyak faktor yang

42

Peter W. Airasian and Michael K. Russell, Classroom Assessment: Concepts and

(40)

mempengaruhi hasil belajar, diantaranya dapat digolongkan menjadi 3 macam, yakni:

1) Faktor internal (faktor-faktor dalam diri individu)

Faktor internal dapat berupa keadaan, kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua, yaitu:43

a) Aspek Fisiologis (kondisi jasmani)

Aspek fisiologis ini merupakan kondisi umum yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh, kondisi ini dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.44 Setiap siswa memiliki kondisi fisiologis yang berbeda-beda, ada siswa yang dapat bertahan belajar selama 5-6 jam secara terus menerus, tetapi ada siswa yang hanya dapat bertahan 1-2 jam saja. Pada saat belajar, indera yang paling berpengaruh yaitu penglihatan dan pendengaran, dan pada saat kedua indera sedang dalam keadaan tidak baik, maka akan berpengaruh terhadap usaha dan hasil belajarnya.45 b) Aspek Psikologis

Aspek psikologis merupakan aspek yang bersifat rohaniah. Dan psikologi ini juga memiliki arti penting terhadap hasil belajar, apabila psikologis tidak sehat maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut. Seseorang yang sehat Psikologisnya akan merasa bahagia pada saat belajar dan mereka juga dapat bekerjasama dengan temannya secara baik dan normal.46 Faktor-faktor ini umumnya berupa, tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.47

43

Syah, op. cit., h. 130.

44

Ibid.

45

Sukmadinata, op. cit., h 162.

46

Ibid.

47

(41)

2) Faktor eksternal

Keberhasilan belajar juga dapat dipengaruhi dengan faktor eksternal seperti kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal ini terdiri atas dua macam, yaitu:48

a) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial memilik pengaruh yang cukup besar terhadap hasil belajar siswa karena pada saat faktor eksternal ini memiliki kondisi yang baik maka akan berpengaruh baik juga kepada siswa tersebut. Dan yang termasuk ke dalam lingkungan sosial itu seperti para guru, para tenaga kependidikan, teman-teman kelas yang saling memotivasi, masyarakat, tetangga, teman di lingkungan rumah, orang tua dan keluarga siswa tersebut.49

b) Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan siswa tidak luput dari faktor lingkungan non sosial dan faktor ini meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan lain sebagainya.50

3) Faktor Pendekatan Belajar (Approach To Learning)

Faktor pendekatan belajar merupakan strategi serta metode yang digunakan siswa untuk mempelajari materi-materi pelajaran.51 Dalam hal ini, siswa yang terbiasa menggunakan pendekatan belajar deep, yakni memaksimalkan pemahaman dengan berpikir, banyak membaca dan diskusi, sangat mungkin memiliki peluang untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik, bila dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface, yakni tidak memaksimalkan belajar dan minat

48

Ibid., h. 135.

49

Ibid.

50

Ibid.

51

(42)

belajar hanya datang dari luar, misalnya takut mendapat nilai buruk pada saat ada test yang mengakibatkan siswa itu malu. Dan gaya belajar yang digunakan siswa tersebut santai asalkan hafal.52

d. Hasil Belajar Biologi

Hasil belajar biologi merupakan hasil belajar siswa berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperoleh siswa setelah mempelajari konsep biologi. Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi biologi di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dilakukan dengan mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu.

e. Pengukuran Hasil Belajar

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar agar benar-benar mengukur tujuan pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan siswa. 53

1. Tes yang dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan intruktusional. Tes tersebut harus relevan dengan tujuannya sehingga hasil penilaian menjadi valid. 2. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan

pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya. Mengambil beberapa sampel hasil belajar yang penting untuk mewakili seluruh

performance selama siswa mengikuti pembelajaran.

3. Mencakup berbagai macam bentuk soal yang benar-benar cocok sebagai pengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai tujuan. 4. Dirancang sesuai dengan kegunaan untuk memperoleh hasil yang

diinginkan.

52

Ibid.

53

Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja

(43)

5. Dibuat dengan seandal (reliabel) mungkin sehingga dapat mudah diinterpretasikan dengan baik.

6. Digunakan dengan tujuan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.

f. Hubungan STAD Dengan Hasil Belajar Biologi

Newman dan Thompson dalam artikel yang berjudul Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude yang dikutip Scott Armstrong, melaporkan bahwa STAD adalah teknik yang paling berhasil untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa.54 Dengan model STAD ini siswa diajak bekerjasama belajar dalam kelas dengan teman sekelompoknya dan saling mengajarkan kepada teman kelompok yang belum memahami materi yang sedang diajarkan. Pendapat yang sama dilaporkan oleh Slavin bahwa pada 29 studi yang menguji efektivitas dari STAD. Slavin melaporkan bahwa STAD konsisten memiliki dampak positif pada pembelajaran.55

Berdasarkan kutipan artikel diatas terlihat bahwa siswa yang diajarkan dengan model STAD memiliki dampak positif terhadap hasil pembelajarannya dan model STAD ini cocok untuk dihubungan dengan pembelajaran biologi, karena yang diketahui bahwa pembelajaran biologi itu dirasakan sangat sulit bagi siswa belum lagi biologi banyak menuntut hafalan-hafalan yang menjadikan siswa merasa bosan dalam belajar biologi. Dengan diterapkannya STAD dalam pembelajaran biologi ini diharapkan siswa memiliki hasil yang memuaskan dalam pembelajaran tersebut, karena STAD ini menuntut para siswa untuk bekerjasama dengan baik terutama dengan teman kelompoknya, yang menjadikan biologi menjadi pelajaran yang tidak membosankan lagi (pembelajaran dapat menyenangkan), disinilah

54

Armstrong, op. cit., h. 2.

55

(44)

diharapkan hasil belajar biologi siswa yang menggunakan teknik STAD menjadi lebih baik.

Sekitar 88% fakta yang dikemukakan oleh siswa-siswi menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik STAD memiliki dampak positif seperti pembelajaran dikelas lebih menyenangkan dan membuat pelajaran menjadi lebih mudah untuk dipahami.56

4. Penelitian Tindakan Kelas

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

John Eliot yang dikutip Hopkins dalam Suwandi mendefinisikan penelitian tindakan kelas merupakan suatu kajian yang berupa situasi sosial yang bertujuan dalam memperbaiki mutu pendidikan tersebut.57 Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan penilaian yang lebih baik di dalam situasi yang tidak memungkinkan. Pendapat senada dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart yang dikutip Soly Abimanyu dalam Suwandi, yaitu bahwa penelitian tindakan merupakan pembelajaran yang dilaksanakan untuk memperbaiki diri dan pengalaman kerja yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dengan sikap hati-hati.58

Mills dalam Mertler mendefinisikan bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian yang sistematis yang dilaksanakan oleh para guru, penyelenggara pendidik atau lainnya yang memberi harapan pada proses belajar-mengajar (PBM) dengan tujuan mengumpulkan berbagai informasi seperti cara kerja sekolah, guru dan cara belajar para siswa.59 Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Gay, et al., bahwa penelitan dalam pendidikan adalah penyelidikan sistematis yang

56

Ibid., h. 3.

57

Sarwiji Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah,

(Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), Cet. II, h. 9.

58

Ibid.

59

Craig A. Mertler, Action Research: Mengembangkan Sekolah dan Memberdayakan Guru,

Terj.dari Action Research: Improving Schools and Empowering Educators oleh Daryatno,

(45)

dilaksanakan oleh guru, kepala sekolah, penasehat sekolah atau yang lainnya yang ada di lingkungan belajar mengajar yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang cara kerja sekolah, guru mengajar dan cara belajar siswa.60 Informasi ini dikumpulkan dengan tujuan memperbaiki proses belajar-mengajar yang umumnya digunakan dengan melibatkan guru, siswa dan lingkungan sekolah. Menurut David Kember bahwa penelitian tindakan digambarkan sebagai proses siklus atau spiral yang meliputi langkah-langkah perencanaan, tindakan, pengamatan dan pemikiran.61

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai bentuk kajian/penelitian yang terdiri dari beberapa tahap yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam kelas dengan mengupayakan sebuah tindakan-tindakan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tindakan tersebut tidak lain dimaksudkan untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih baik.

b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK) berbeda dengan penelitian formal pada umumnya. Secara umum, menurut Rochman Natawidjaya dalam Suwandi bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:62

1) Memecahkan masalah atau kesulitan dalam proses belajar mengajar (PBM) yang terjadi di sekolah.

2) Memberikan jalan keluar bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerjanya agar lebih baik dari sebelumnya.

60

L. R. Gay, et al., Educational Research: Competencies for Analysis and Applications, (New Jersey: Pearson Education, Inc., 2009), p. 486.

61

David Kember, Action Learning and Action Research: Improving The Quality of

Teaching & Learning, (New York: Routledge, 2010), p. 25.

62

(46)

3) Melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan guru, yaitu sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri agar para guru di dalam pelatihan lebih banyak menghayati dan setelah itu dapat langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut di sekolah mereka masing-masing.

4) Memberikan inovasi baru dalam sistem pembelajaran saat ini. 5) Memberikan peningkatan mutu komunikasi dan interaksi antara

praktisi (guru) dengan para peneliti akademis.

6) Memperbaiki keadaan yang terjadi di dalam sekolah, yang melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang bersangkutan dengan pihak sekolah.

c. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas terfokus pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Menurut Kasihani dalam Suwandi prinsip dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:63

1) Tidak mengganggu proses belajar mengajar (PBM) dan tugas mengajar.

2) Tidak boleh menyita waktu pada saat pengumpulan data. 3) Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya.

4) Masalah yang dikaji benar-benar ada dan dihadapi guru secara langsung.

5) Memegang etika kerja (perizinan, pembuatan laporan, dan sebagainya) dan tidak boleh menyimpang dari prosedur yang telah ditetapkan.

6) PTK berorientasi dalam memperbaiki pendidikan dengan cara melakukan perubahan yang dilaksanakan dalam tindakan.

7) PTK menjadi pembelajaran untuk berpikir kritis dan sistematis. 8) PTK mewajibkan guru untuk mencatat hal-hal yang terjadi pada

saat penelitian.

63

(47)

9) PTK hendaknya dimulai dari permasalahan pembelajaran sederhana, konkret, dan jelas.

10)PTK menuntut guru untuk melihat dan menilai diri sendiri pada saat penelitian dilaksanakan dengan tujuan memperbaki atau meningkatkan mutu dan proses belajar mengajar selanjutnya. B. Hasil Penelitian yang Relevan

Nurfaidah, Rahmawati dan Nurhayati dalam penelitiannya yang berjudul, “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)”, menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPA siswa, yakni pada akhir tindakan. Kenaikan setiap siklus termasuk tinggi, yakni hasil belajar pada siklus I dengan rata-rata pretest siswa 48,39%, setelah posttest menjadi 83,87%. Pada siklus II dengan rata-rata pretest siswa 90,32%, setelah postest menjadi 93,55%.64

Dewi Tisnawati dalam penelitiannya yang berjudul, “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X MAN Model Palu”, menyimpulkan bahwa prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model CL tipe STAD dalam belajar konsep virus berbeda secara signifikan, dimana nilai rata-rata prestasi belajar siswa sesudah penerapan model CL tipe STAD lebih besar dari pada nilai sebelumnya.65

Maloof dan Vanessa K B White dalam penelitiannya yang berjudul, “Team Study Training in The Collage Biologi Laboratory”, dimana hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,005) perolehan nilai antara tahun dimana siswa diberi model STAD dengan tahun dimana siswa tidak diberi model tersebut. Rata-rata perolehan nilai tahun pemberian

64

Nurfaidah, dkk., “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model

Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)”, Jurnal PTK, Vol Khusus, 2011, h.

37.

65 Dewi Tisnawati, “

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam

Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X MAN Model Palu”,

Gambar

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Rata-Rata Nilai N-Gain Siklus 1 dan 2. ..........
Tabel 2.3 Penjabaran sistematik tahapan STAD
Tabel 2.4 Identifikasi proses tipe kognitif menurut taksonomi Bloom
Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Taggart
+7

Referensi

Dokumen terkait

pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Bantuan Pemberdayaan Kelompok Kerja

Surat Izin Usaha Jasa Konsultansi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan SBU yang sesuai dengan paket pekerjaan;4. Akte pendirian perusahaan

Jika dilihatdari rataannya (Tabel 3), nilai rasio total hutang terhadap total aset pada PT Delta Dunia Makmur 94,46%, sedangkan rataan industri sejenis dengan nilai

balabacensis sebagai vektor malaria, maka masyarakat disarankan selalu menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian yang tertutup atau menggunakan repelen saat

teknologi informasi serta bidang pengawasan. Pengelolaan urusan kesekretariatan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 96 ayat (4) dan Pasal 97 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6

Pemilikan Mobil yang merupakan kredit yang dikeluarkan oleh Bank untuk. memenuhi kebutuhan nasabahnya dalam melakukan

Sasaran pembangunan yang diturunkan dari 7 (tujuh) misi pembangunan Kabupaten Dharmasraya yaitu terdiri dari 28 sasaran pokok dan 63 arah kebijakan pembangunan