• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Bahan Semikonduktor Dari Selulosa Mikrobial Menggunakan Media Produksi Limbah Tahu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan Bahan Semikonduktor Dari Selulosa Mikrobial Menggunakan Media Produksi Limbah Tahu"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

TAHU

NURUL ASNI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

MIKROBIAL MENGGUNAKAN MEDIA PRODUKSI LIMBAH

TAHU

NURUL ASNI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Nama : Nurul Asni NIM : F351030031

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Khaswar Syamsu, M.Sc Ketua

Dr. Budhy Kurniawan Dr. Ir. Suprihatin,Dipl-Ing Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Teknologi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Pertanian

Dr. Ir. Irawadi Jamaran Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc

(4)

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 19 Januari 1965 dari pasangan suami istri Bapak Drs. Abdullah Murod (almarhum) dan Ibu Anisah serta merupakan anak ke empat dari tujuh bersaudara. Pendidikan formal penulis lalui di kota kelahiraan yaitu di Palembang, dimulai dari SD Negeri No. 4 Kebon Duku pada tahun 1972. Pada tahun 1978, penulis melanjutkan pendidikan SMP Negeri 1 Bukit Kecil, tamat tahun 1981. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bukit Besar, tamat tahun 1984. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya.

Pada tahun 1990 penulis diterima bekerja sebagai staf QC di pabrik cat Shinto paint Jakarta Utara dan pada tahun 1992 penulis diterima sebagai staf pengajar di Akademi Kimia Analisis Caraka Nusantara, Cimanggis Depok. Pada bulan Nopember 1993 penulis menikah dengan Drs. Djonaedi Saleh,Msi dan telah di karuniai seorang putri .

(5)

NURUL ASNI. Pembuatan Bahan Semikonduktor Dari Selulosa Mikrobial Menggunakan Media Produksi Limbah Tahu. Dibimbing KHASWAR SYAMSU, SUPRIHATIN dan BUDHY KURNIAWAN

Selulosa mikrobial hasil fermentasi limbah tahu cair (whey) merupakan selulosa murni yang mempunyai struktur kristal triklinat dan merupakan selulosa 1 α dengan derajat kristalinitas antara 27,95% sampai dengan 45,00%. Selulosa mikrobial ini mempunyai kuat tarik berkisar antara 281,57 kgf/cm2 sampai dengan 487,60 kgf/cm2 dan resistivitas listrik antara 6,28 ohm-m sampai dengan 20,47 ohm-m. Setelah mengalami doping iodium nilai resistivitas meningkat menjadi 601,45 ohm-m sampai 1273,28 ohm-m dan menjadikan selulosa mikrobial tersebut suatu material semikoduktor type- p.

ABSTRACT

NURUL ASNI. Semiconductor Material From Microbial Cellulose Using Tofu Whey as Production Media. Supervised by KHASWAR SYAMSU, SUPRIHATIN and BUDHY KURNIAWAN.

(6)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pembuatan Bahan Semikonduktor Dari Selulosa Mikrobial Menggunakan Limbah Tahu Sebagai Media Produksi, merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan oleh sumbernya.

Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan diperiksa kebenarannya.

Penulis

(7)

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas berkat,

inayah dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan tesis ini.Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Magister Sains, di Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini dan dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Khaswar Syamsu MSc selaku

ketua komisi pembimbing, Bapak Dr.Ir. Suprihatin Dipl-Eng dan Bapak Budhy

Kurniawan sebagai anggota komisi pembimbing yang dengan sabar membimbing,

memberi saran hingga tersusunnya tesis ini. Penulis juga berterima kasih kepada

Bapak Dr. Irawadi Djamaran dan Ibu Dr. Ani Suryani selaku ketua dan sekretaris

Program Studi Teknologi Industri Pertanian serta Bapak dan Ibu Staf administrasi

dan staf Perpustakaan Teknologi Industri Pertanian yang telah banyak membantu

penulis dalam penyelesaikan tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Dr. Hikam selaku ketua Laboratorium Bersama Universitas Indonesia yang

telah berkenan meminjamkan fasilitas Laboratorium selama penulis melakukan

penelitian serta Bapak Dr. Bambang Sugiono, Bapak Mabe Siahaan,Msi dan

seluruh staf laboratorium Pasca Ilmu Material Departemen Fisika Salemba UI.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Pamulih Prasetyo,Ssi,

sebagai staf laboratorium Spektrometer Departemen Fisika UI yang telah banyak

membantu penulis dalam menganalisa sampel dan juga Bapak Untung,

Muhammad Nur, Haerudin, Abdul hamid dan Agus sebagai staf laboratorium

bersama UPP-IPD UI. Kepada Bapak Soeprapto Hadiatmodjo Dipl-Eng, selaku

Direktur Akademi Kimia Analisis Caraka Nusantara yang telah mengijinkan dan

mendorong penulis untuk mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada Fuad, Nida, Rency,

Jumriah, Iphov, Yongki, Dodik dan seluruh rekan angkatan 2003 atas

persahabatan, kritikan , semangat dan bantuannya.

(8)

segala pengorbanannya dan memberkahi hamba-hamba-Nya yang beriman. Amin

Ya robbal’alamin.

Penulis

Nurul Asni

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Ruang Lingkup Penelitian ... 3

Hipotesis ... 4

Manfaat Penelitian ... . ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Kedelai,Tahu dan Whey ... 5

Kedelai ... 5

Tahu ... 8

Whey ... 8

Iodin ... 9

Selulosa Mikrobial ... 10

Semikonduktor ... 12

Kegunaan Semikonduktor ... 19

Dioda ... 19

LED ... 21

Transistor ... 22

METODOLOGI PENELITIAN ... 26

Bahan dan Alat ... 26

Waktu dan Tempat Penelitian ... 26

Metoda Penelitian ... 27

Pembuatan Selulosa Mikrobial ... 27

Pemurnian Selulosa Mikrobial ... 27

Doping dengan Iodium (I2) ... 27

Metoda Pengujian dan Analisa ... 28

Pengujian Kekuatan Tarik ... 28

Pengujian Resistivitas Listrik Selulosa Mikrobial ... 29

Karakteristik Struktur Selulosa Mikrobial ... 31

Fourier Transform Infra Red (FTIR) Spektroscopy ... 31

X-Ray Difraktometer (XRD) ……… 32

Scanning Electron Microscope (SEM) ……… 33

Rancangan Percobaan ……….. 34

(10)

Analisa Resistivitas Listrik Sebelum Doping ....... 38

Analisa Struktur Molekul Selulosa Mikrobial (FTIR) ... 39

Analisa Struktur Molekul Selulosa Mikrobial (XRD) ... 41

Analisa Morfologi Selulosa Mikrobial (SEM) ... 44

Persiapan Doping Iodium ... 45

Analisa Resistivitas Listrik ... 46

Analisa Struktur Molekul Selulosa Mikrobial (FTIR) ... 47

Analisa Struktur Molekul Selulosa Mikrobial (XRD) ... 48

Analisa Morfologi Selulosa Mikrobial (SEM) ... 50

Analisa Tipe Semikonduktor ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 58

(11)

TAHU

NURUL ASNI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

MIKROBIAL MENGGUNAKAN MEDIA PRODUKSI LIMBAH

TAHU

NURUL ASNI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

Nama : Nurul Asni NIM : F351030031

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Khaswar Syamsu, M.Sc Ketua

Dr. Budhy Kurniawan Dr. Ir. Suprihatin,Dipl-Ing Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Teknologi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Pertanian

Dr. Ir. Irawadi Jamaran Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc

(14)

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 19 Januari 1965 dari pasangan suami istri Bapak Drs. Abdullah Murod (almarhum) dan Ibu Anisah serta merupakan anak ke empat dari tujuh bersaudara. Pendidikan formal penulis lalui di kota kelahiraan yaitu di Palembang, dimulai dari SD Negeri No. 4 Kebon Duku pada tahun 1972. Pada tahun 1978, penulis melanjutkan pendidikan SMP Negeri 1 Bukit Kecil, tamat tahun 1981. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bukit Besar, tamat tahun 1984. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya.

Pada tahun 1990 penulis diterima bekerja sebagai staf QC di pabrik cat Shinto paint Jakarta Utara dan pada tahun 1992 penulis diterima sebagai staf pengajar di Akademi Kimia Analisis Caraka Nusantara, Cimanggis Depok. Pada bulan Nopember 1993 penulis menikah dengan Drs. Djonaedi Saleh,Msi dan telah di karuniai seorang putri .

(15)

NURUL ASNI. Pembuatan Bahan Semikonduktor Dari Selulosa Mikrobial Menggunakan Media Produksi Limbah Tahu. Dibimbing KHASWAR SYAMSU, SUPRIHATIN dan BUDHY KURNIAWAN

Selulosa mikrobial hasil fermentasi limbah tahu cair (whey) merupakan selulosa murni yang mempunyai struktur kristal triklinat dan merupakan selulosa 1 α dengan derajat kristalinitas antara 27,95% sampai dengan 45,00%. Selulosa mikrobial ini mempunyai kuat tarik berkisar antara 281,57 kgf/cm2 sampai dengan 487,60 kgf/cm2 dan resistivitas listrik antara 6,28 ohm-m sampai dengan 20,47 ohm-m. Setelah mengalami doping iodium nilai resistivitas meningkat menjadi 601,45 ohm-m sampai 1273,28 ohm-m dan menjadikan selulosa mikrobial tersebut suatu material semikoduktor type- p.

ABSTRACT

NURUL ASNI. Semiconductor Material From Microbial Cellulose Using Tofu Whey as Production Media. Supervised by KHASWAR SYAMSU, SUPRIHATIN and BUDHY KURNIAWAN.

(16)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pembuatan Bahan Semikonduktor Dari Selulosa Mikrobial Menggunakan Limbah Tahu Sebagai Media Produksi, merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan oleh sumbernya.

Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan diperiksa kebenarannya.

Penulis

(17)

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas berkat,

inayah dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan tesis ini.Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Magister Sains, di Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini dan dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Khaswar Syamsu MSc selaku

ketua komisi pembimbing, Bapak Dr.Ir. Suprihatin Dipl-Eng dan Bapak Budhy

Kurniawan sebagai anggota komisi pembimbing yang dengan sabar membimbing,

memberi saran hingga tersusunnya tesis ini. Penulis juga berterima kasih kepada

Bapak Dr. Irawadi Djamaran dan Ibu Dr. Ani Suryani selaku ketua dan sekretaris

Program Studi Teknologi Industri Pertanian serta Bapak dan Ibu Staf administrasi

dan staf Perpustakaan Teknologi Industri Pertanian yang telah banyak membantu

penulis dalam penyelesaikan tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Dr. Hikam selaku ketua Laboratorium Bersama Universitas Indonesia yang

telah berkenan meminjamkan fasilitas Laboratorium selama penulis melakukan

penelitian serta Bapak Dr. Bambang Sugiono, Bapak Mabe Siahaan,Msi dan

seluruh staf laboratorium Pasca Ilmu Material Departemen Fisika Salemba UI.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Pamulih Prasetyo,Ssi,

sebagai staf laboratorium Spektrometer Departemen Fisika UI yang telah banyak

membantu penulis dalam menganalisa sampel dan juga Bapak Untung,

Muhammad Nur, Haerudin, Abdul hamid dan Agus sebagai staf laboratorium

bersama UPP-IPD UI. Kepada Bapak Soeprapto Hadiatmodjo Dipl-Eng, selaku

Direktur Akademi Kimia Analisis Caraka Nusantara yang telah mengijinkan dan

mendorong penulis untuk mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada Fuad, Nida, Rency,

Jumriah, Iphov, Yongki, Dodik dan seluruh rekan angkatan 2003 atas

persahabatan, kritikan , semangat dan bantuannya.

(18)

segala pengorbanannya dan memberkahi hamba-hamba-Nya yang beriman. Amin

Ya robbal’alamin.

Penulis

Nurul Asni

(19)

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Ruang Lingkup Penelitian ... 3

Hipotesis ... 4

Manfaat Penelitian ... . ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Kedelai,Tahu dan Whey ... 5

Kedelai ... 5

Tahu ... 8

Whey ... 8

Iodin ... 9

Selulosa Mikrobial ... 10

Semikonduktor ... 12

Kegunaan Semikonduktor ... 19

Dioda ... 19

LED ... 21

Transistor ... 22

METODOLOGI PENELITIAN ... 26

Bahan dan Alat ... 26

Waktu dan Tempat Penelitian ... 26

Metoda Penelitian ... 27

Pembuatan Selulosa Mikrobial ... 27

Pemurnian Selulosa Mikrobial ... 27

Doping dengan Iodium (I2) ... 27

Metoda Pengujian dan Analisa ... 28

Pengujian Kekuatan Tarik ... 28

Pengujian Resistivitas Listrik Selulosa Mikrobial ... 29

Karakteristik Struktur Selulosa Mikrobial ... 31

Fourier Transform Infra Red (FTIR) Spektroscopy ... 31

X-Ray Difraktometer (XRD) ……… 32

Scanning Electron Microscope (SEM) ……… 33

Rancangan Percobaan ……….. 34

(20)

Analisa Resistivitas Listrik Sebelum Doping ....... 38

Analisa Struktur Molekul Selulosa Mikrobial (FTIR) ... 39

Analisa Struktur Molekul Selulosa Mikrobial (XRD) ... 41

Analisa Morfologi Selulosa Mikrobial (SEM) ... 44

Persiapan Doping Iodium ... 45

Analisa Resistivitas Listrik ... 46

Analisa Struktur Molekul Selulosa Mikrobial (FTIR) ... 47

Analisa Struktur Molekul Selulosa Mikrobial (XRD) ... 48

Analisa Morfologi Selulosa Mikrobial (SEM) ... 50

Analisa Tipe Semikonduktor ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 58

(21)

1 Komposisi kedelai per 100 gram bahan ... 6

2 Kandungan asam amino pada kedelai ... 7

3 Sifat-sifat iodine ... 9

4 Spektrum resistivitas dalam ohm meter (Ωm) ... 12

5 Sifat bahan pada susunan berkala ... 15

6 Tabulasi data spektrum difraksi sinar- X (selulosa mikrobial dan nata de coco) ... 42

7 Pengaruh konsentrasi iodium terhadap sudut difraksi dan kristalinitas dari selulosa mikrobial ... 51

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Struktur pelikel selulosa ... 11

2 Struktur molekul selulosa ... 11

3 Teori pita energi dalam beberapa matrial ... 14

4 Jenis dan tipe semikonduktor ... 17

5 Teori pita energi semikonduktor ekstrinsik ... 18

6 Simbul dan struktur dioda ... 20

7 Dioda dengan bias maju ... 20

8 Simbul LED ... 21

9 Transistor N-P-N Junction dan P-N-P Junction ……… 22

10 Arus elektron transistor N-P-N Junction ……….. 24

11 Arus hole transistor P –N-P Junction ……… . 25

12 Rangkaian four point probe ……… 30

(22)

16 Selulosa mikrobial setelah dikeringkan ... 36

17 Diagram kuat tarik selulosa mikrobial hasil fermentasi

selama 5,7,10 dan 15 hari ... 37

18 Kurva pertumbuhan selulosa mikrobial nata de soya ... 38

19 Diagram nilai resistivitas listrik selulosa mikrobial hasil

fermentasi selama5, 7, 10 dan 15 hari ... 39

20 Spektrum transmisi FTIR Selulosa Mikrobial hasil fermentasi

selama 5,7, 10 dan 15 hari ... 40

21 Spektrum transmisi FTIR dari nata de coco ... 41

22 Pola difraksi sinar-X selulosa mikrobial hasil fermentasi

selama 5, 7, 10 dan 15 hari ... 43

23 XRD nata de coco ... 43

24 Morfologi selulosa mikrobial fermentasi 10 hari , 750 X ... 44

25 Morfologi Bactrial Cellulose ……... 45

26 Selulosa mikrobial fermentasi 10 hari, didoping I2 1,25%w/w .. 45

27 Diagram resistivitas listrik sSelulosa mikrobial fermentasi

10 hari didoping I2 0,50 %w/w ; 0,75 %w/w ; 1,00%w/w

dan 1,25%w/w ………. 47

28 Spektrum transmisi FTIR selulosa mikrobial didoping I2

0,00%w/w ; 0,50%w/w ; 0,75%w/w ; 1,00%w/w

dan 1,255w/w ... 48

29 Pola difraksi sinar-X selulosa mikrobial yang didoping pada

berbagai konsentrasi I2 ... 50

30 Fermentasi 10 hari yang didoping I2 1% w/w ... 51

31 Fermentasi 10 hari yang didoping I2 1,25% w/w ... 51

(23)

1 Massa selulosa mikrobial dalam berbagai waktu fermentasi

dengan luas 660 cm2 ... 58

2 Nilai kuat tarik selulosa mikrobial metode ASTM 638-00 ... 58

3 Hasil resistivitas listrik selulosa mikrobial ... 59

4 Cara menentukan kristanilitas selulosa mikrobial dengan

menggunakan rumus Gaussian ... 62

5 Analisa sidik ragam ... 64

6 Skema proses pembuatan selulosa mikrobial ... 67

7 Skema proses pembuatan semikonduktor selulosa mikrobial .... 68

(24)

I.

PENDAHULUAAN

1.1Latar Belakang

Kemampuan menguasi bidang science teknologi tinggi merupakan

syarat mutlak bagi suatu negara, untuk memasuki negara industri baru. Salah

satu bidang teknologi tinggi yang sangat mempengaruhi peradaban manusia di

abad ini adalah teknologi material dan hampir semua peralatan didalam

kehidupan manusia bertumpu pada teknologi elektronika. Salah satu komponen

penting di dalam teknologi elektronika terbuat dari suatu material yang dikenal

sebagai semikoduktor.

Perkembangan teknologi elektronika maju sangat pesat dan telah menjadi

tulang punggung dalam dunia modern. Kemajuan sangat cepat ini terjadi

setelah ditemukan material semikonduktor yang memberikan banyak sifat listrik

yang unik dan hampir dapat memecahkan semua persoalan elektronika. Dengan

ditemukan material semikonduktor maka komponen elektronika menjadi sangat

ringan, kompak dan persatuan luas mempunyai kepadatan rangkaian yang

sangat tinggi.

Material semikonduktor dipergunakan pada industri komputer (57%),

peralatan komunikasi (17%), peralatan elektronik rumah tangga (15%) dan untuk

keperluan lain,seperti untuk peralatan militer, otomotif dan mesin industri sekitar

(11%) (Akhadi, 2004).

Menurut Akhadi (2004), material semikonduktor dapat dibuat dari

polimer yang didoping dengan suatu unsur pada golongan IA dan VIIA pada

sistem periodik. Dalam bidang energi polimer elektrolit padat (solid polymer

electrolyte) dapat digunakan untuk pembuatan sel fotoelektro kimia. Polimer ini

dibuat dari polietilen oksida yang di doping dengan kalium Iodida (KI) dan

Iodium(I2).

Selulosa merupakan bahan organik dan merupakan suatu polimer yang

mempunyai massa molekul besar. Selulosa mikrobial sebagai semikonduktor

dapat dibuat dari pemanfatan limbah cair tahu yang berupa whey. Limbah cair ini

(25)

ditinjau dari komposisi kimia, ternyata whey masih mengandung nutrien

(protein, karbohidrat dan bahan lainnya) serta juga mengandung vitamin B

terlarut dalam air.

Melalui proses fermentasi bakteri Acetobacter xylinum,selulosa mikrobial

yang didoping dengan suatu unsur yang terdapat pada sistem periodik seperti

polimer sintetik lain akan merupakan material biosemikonduktor dengan

beberapa keunggulan antara lain (1) tidak mencemari lingkungan (2) tidak

bersifat toksik (3) relatif lebih murni tidak seperti selulosa pada kayu (4)

mempunyai sifat mekanik yang kuat baik dalam keadaan basah maupun dalam

keadaan kering. Dengan melihat beberapa keunggulan tersebut

biosemikonduktor patut dikembangkan lebih lanjut, dikarenakan bahan bakunya

berlimpah dan terbuang sebagai limbah.

Biosemikonduktor telah menjadi perhatian dalam dunia penelitian sejak

50 tahun lalu. Bahan biosemikonduktor (fermentasi whey) dengan kandungan

karbon,hidrogen dan oksigen mempunyai ikatan molekul lemah (ikatan kovalen)

dalam keadaan solid, sehingga dapat menjadikan bahan organik sebagai bahan

isolator dan semikonduktor. Bahan organik semikonduktor juga bersifat

photoconductive dibawah sinar biasa.

Penelitian organik LED (Light Emitting Diode) mulai mendapat

perhatian sejak penelitian dari Eastman Kodak (1987) dengan molekul kecil

sebagai bahannya, kemudian peneliti dari Cambride (1990) dengan

menggunakan polymer sebagai bahannya. Peneliti dari Jepang (Fuke, et al, 1999)

atau berdasarkan hak paten United States 5,933,508 (1993), telah berhasil

membuat membran polimer dari selulosa mikrobial. Membran yang berkualitas

tinggi ini sedang dikembangkan nilai komersialnya untuk pembuatan sound

system dan alat musik bermutu tinggi.

Perusahaan Sony bekerjasama dengan Ajinomoto membangun pertama

kali diafragma untuk audio speaker dengan menggunakan mikrobial selulosa.

(hak paten United States 4,742,164 (1986). Penggunaan mikrobial selulosa ini

dapat memberikan perbaikan pada membran tranduser suara yang memberikan

(26)

Pembuatan selulosa mikrobial dari whey sebagai biosemikonduktor

mempunyai suatu nilai tambah dimana dari selulosa mikrobial ini banyak

digunakan tidak hanya dalam bidang elektronik, tapi juga dapat di manfaatkan

dalam bidang lain misalnya dalam bidang kedokteran (proses dialysis)

ultrafiltrasi, dan industri untuk pembuatan air tawar dari air laut (desalinasi air

laut).

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum penelitian ini adalah memanfaatkan limbah tahu sehingga

menghasilkan suatu nilai tambah karena limbah cair tahu (whey) bagi produsen

tahu kebanyakan dibuang dan dapat mencemari lingkungan karena

menimbulkan bau yang kurang enak.

Tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik

selulosa mikrobial (nata de soya) sebagai semikonduktor dengan melihat

kekuatan tarik, resistivitas listrik, bentuk struktur dan tipe semikonduktor

berdasarkan lama fermentasi dan penambahan unsur Iodium (I2).

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

a. Mengetahui pengaruh lama fermentasi terhadap karakteristik selulosa

mikrobial antara lain kekuatan tarik (tensile strength), resistivitas listrik

menggunakan metode Van Der Pouw serta melihat struktur selulosa

mikrobial dengan menggunakan alat SEM (Scanning Electron

Microscop), FTIR (Fourier Transform Infra Red), dan XRD ( X-Ray

Difractometer).

b. Mengetahui pengaruh penambahan Iodium (I2) pada beberapa taraf

konsenterasi terhadap karakteristik semikonduktor (sifat resistivitas

listrik, bentuk struktur dan type semikonduktor).

Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan hubungan antara bentuk

struktur selulosa mikrobial dengan sifat resistivitas listrik sebelum dan

(27)

1.4 Hipotesis

a. Perbedaan lama fermentasi berpengaruh pada kekuatan tarik, bentuk

struktur dan sifat elatisitas suatu selulosa mikrobial (nata de soya).

b. Perbedaan konsentrasi unsur Iodium berpengaruh terhadap sifat

kelistrikan dan sifat mekanik.

1.5 Manfaat Penelitian

Semikonduktor yang sekarang banyak digunakan dalam bentuk

semikonduktor anorganik seperti: Boron Nitrid, Diamond, Germanium, Galium

Arsenide dan lain-lain. Semikonduktor organik mulai mendapat perhatian dari

kalangan peneliti maupun industri seperti: Polipropilen, Polianilin dan lain-lain.

Biosemikonduktor adalah material Semikonduktor yang dibuat melalui

fermentasi whey dengan menggunakan bakteri Acetobacter Xylinum dan

didoping dengan iodium. Whey merupakan limbah cair yang dibuang dan untuk

memberikan nilai tambah serta mengurangi pencemaran lingkungan maka dibuat

semikonduktor. Adapun biosemikonduktor yang dibuat ini mempunyai beberapa

keunggulan dalam arti sifatnya yang ramah lingkungan yaitu mudah hancur oleh

aktivitas mikroba tanah sehingga tidak merusak lingkungan serta bahan baku

(whey) yang tersedia dalam jumlah melimpah.

(28)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kedelai, Tahu, dan Whey

2.1.1 Kedelai

Saat ini kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna karena dapat

digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku berbagai industri

manufaktur dan olahan. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama

botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Pada tahun 1948 telah disepakati bahwa

nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glysine. Max L.

Merril. Kedelai merupakan tanaman dataran rendah dan daerah pertumbuhannya

sampai 500 m dari permukaan laut, tumbuh baik pada iklim panas dengan curah

hujan 20 mm/bulan.

Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak dan

merupakan tanaman semusim. Secara umum waktu tanam kedelai di lahan

kering dimulai pada awal musim hujan, yaitu antara bulan Oktober atau

November (musim tanam 1). Untuk musim tanam ke-2, dilakukan sekitar bulan

Februari atau Maret. Untuk lahan sawah, permulaan waktu tanam antara akhir

bulan Februari sampai pertengahan Maret (musim kemarau 1) dan untuk

penanaman ke-2 mulai awal bulan Juni sampai pertengahan Juli

(Adisarwanto,2005).

Saat panen ditentukan oleh umur sesuai varietas kedelai yang ditanam

dan ada perubahan warna polong, yaitu dari kehijauan menjadi coklat

kekuningan. Panen dilakukan jika lebih dari 95% polong kedelai sudah berubah

menjadi coklat kekuningan dan jumlah daun tersisa pada tanaman hanya sekitar

5 -10%. Waktu panen disesuaikan dengan varietas kedelai dan untuk setiap

daerah berbeda-beda. Penentuan waktu panen yang tepat sangat berpengaruh

terhadap kualitas biji yang dihasilkan. Pengunduran waktu panen 1-2 hari akan

mengakibatkan kadar air biji lebih rendah yaitu antara 12-13%, cuaca juga

(29)

Perkembangan tanaman kedelai selama 10 tahun terakhir

memperlihatkan penurunan yang cukup besar, lebih dari 50%, baik dalam luas

areal maupun produksinya. Pada tahun 1992, luas areal tanaman kedelai

mencapai 1,6 juta ha, sedangkan pada tahun 2003, luas areal hanya 600.000 ha.

Total produksi selama periode yang sama menurun dari 1,9 juta ton menjadi 700

ribu ton. Hal ini disebabkan oleh faktor teknis dan soasial ekonomi. Faktor

teknis antara lain kualitas benih, cara tanam, cara pemeliharaan tanaman, panen

dan penangan pascapanen. Sedangkan faktor sosial ekonomi antara lain luas

pemilikan lahan, status tanaman kedelai, modal dan risiko (Adisarwanto, 2005).

Jenis kedelai yang digunakan untuk memproduksi tahu ada 4 jenis yaitu kedelai

kuning, kedelai hitam, kedelai coklat dan kedelai hijau. Jenis kedelai yang

berwarna kuning banyak digunakan oleh produsen tahu, karena rasanya

disenangi oleh konsumen . Setiap 100 g biji kedelai mengandung protein lebih

besar dari 34,9 gr. Syarat untuk produksi tahu meliputi antara lain :

• Bebas dari kotoran ( batu, kerikil,ranting dll)

• Biji kedelai tidak luka atau bebas dari serangan hama

• Biji kedelai tidak memar

• Kulit biji kedelai tidak keriput

Sebagai bahan makanan yang relatif murah dan bergizi juga sangat

berkhasiat bagi pertumbuhan dan menjaga kondisi sel-sel tubuh. Kedelai banyak

mengandung unsur dan zat makanan penting seperti protein, lemak, karbohidrat

dan air seperti terangkum pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kedelai per 100 gram bahan

Komponen Kadar %

1. Protein

2. Lemak

3. Karbohidrat

4. Air

35 – 45

18 – 32

12 – 30

7

(30)

Menurut Liu (1997) Kedelai juga mengandung komponen minor seperti

fitat, isoflavon senyawa pencegah kanker dan penyakit lainnya, asam lemak

esensial (asam linoleat dan asam linolenat) dan asam lemak lainnya (asam

oleat,asam palmitat dan asam stearat). Kandungan asam amino pada kedelai

[image:30.595.120.447.236.652.2]

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan asam amino pada kedelai

Sumber: Considine and Considine,1982

Asam amino Kandungan (mg/100 g kedelai)

(31)

Kandungan asam amino esensial (leusin,lisin dan isoleusin) pada kedelai

cukup tinggi, sedangkan kandungan asam amino sulfur seperti metionin dan

sistein pada kedelai tergolong rendah. Metionin mempunyai kandungan asam

amino yang paling rendah pada kedelai diikuti dengan sistein dan triptofan (Liu,

1997).

2.1.2 Tahu

Tahu telah populer sejak 2000 tahun yang lalu selama Dinasti Han Barat,

kemudian diperkenalkan ke negara lain seperti Korea dan Jepang. Kemudian

kedua negara tersebut mengembang jenis tahu mereka sendiri yaitu tahu Korea

dan tahu Jepang (winarno,2002). Tahu adalah hasil koagulasi dari susu kedelai

yang dilanjutkan dengan proses pengepresan. Hasilnya menyerupai keju lunak

berwarna putih. Produk olahan nabati ini mempunyai kandungan protein cukup

tinggi. Menurut Winarno (2002) dalam setiap 100g tahu terdapat 89-90% air,

protein 5-8%, lemak 3-4%, karbohidrat 2-4 %.

Metode pembuatan tahu diperkirakan telah tercipta oleh Liu An dari

Dinasti Han di Cina sekitar 164SM. Baru 500 tahu kemudian, metode tersebut

disebarkan ke Jepang dan negara-negara lainnya (Liu,1997). Berbagai jenis tahu

dan tipe tahu dibuat berdasarkan dua tahapan yaitu pertama pembuatan susu

kedelai dan yang kedua susu kedelai diendapakan dan dipres sehingga

terbentuklah tahu. Perlakuan lebih lanjut terhadap gumpalan tahu tersebut dapat

beraneka ragam yang kemudian menghasilkan berbagai jenis tahu yang kini

telah banyak beredar dipasarkan (Winarno,2002).

2.1.3 Whey (limbah cair tahu)

Pada proses pembuatan tahu akan dihasilkan limbah berupa limbah padat

dan limbah cair. Limbah padat adalah ampas tahu yang merupakan sisa

penyaringan tahu waktu penggilingan kedelai. Limbah cair tahu atau whey tahu

adalah air buangan sisa pengendapan atau penggumpalan tahu waktu

(32)

Menurut Enie et al. (1993), ekstraksi protein kedelai dengan air panas

pada tahap pembuatan susu kedelai menyebabkan 79-82% (bb) kandungan

protein kedelai terekstrak. Protein yang terekstrak pada susu kedelai tidak

semuanya dapat menggumpal, sisa protein yang tidak menggumpal dan zat yang

tidak larut dalam air akan terdapat dalam whey tahu yang dihasilkan, termasuk

lesitin dan oligosakarida. Linaya dan Sangkanparan (1982) mengemukakan

bahwa whey tahu dapat digunakan sebagai konsentrat karena mengandung

padatan total 1% (bb), protein 0,22% (bb), karbohidrat 0,1 % (bb) , lemak 0,02

% (bb) dan abu 0,2% (bb).

Menurut Winarno (2002) dari 0,45 Kg kedelai dapat menghasilkan 3,6

Kg tahu dan limbah cair dari tahu (whey) sebanyak 3,78 liter. Menurut BPS

(2001) jumlah anggota produsen tahu di Indonesia sebanyak 10094, setiap

anggota membutuhkan kedelai 5000 ton pertahunnya, sehingga dapat

diperkirakan jumlah limbah cair tahu yang disebut juga whey dalam setiap

tahunnya dapat menghasilkan 40.000 m3 whey. Jika whey tahu tidak

dimanfaatkan akan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena

membusuknya senyawa-senyawa organik tersebut, sedangkan pemanfaatannya

masih sangat terbatas. Apabila ke dalam whey ditambahkan Acetobacter

Xylinium akan terbentuk nata yang merupakan bahan baku untuk pembuatan

semikonduktor.

2.2. IODIN (I)

Iodin adalah salah satu unsur yang terdapat di dalam golongan VIIA,

mempunyai nomor atom 53 yang di dalam sistem periodik disebut sebagai unsur

halogen. Halogen adalah unsur non logam yang paling reaktif, berbau, berwarna,

beracun, serta tidak terdapat bebas di alam. Dalam keadaan bebas unsur halogen

terdapat sebagai molekul diatomik. Sifat iodine yang lain dapat dilihat pada

(33)

Tabel 3. Sifat – sifat Iodin

Nomor atom Massa atom Titik lelehOC

Massa jenis 25OC(gr cm-3) Warna

Konfigurasi electron Keelektonegatifan Jari-jari ion (Angstrom) Jari-jari atom (Angstrom) Kalor lebur (Kj mol-1)

53 126,90447

113,5 4,93 Ungu- hitam

[Kr]4d105s25p5 2,66 2,20 1,33 15,78

Sumber: Brady, 1994

Iodin digunakan sebagai doping dalam penentuan type semikonduktor.

Adapun sifat yang mempengaruhinya antara lain nomor atom untuk

menentukan elektron valensi atau elektron terluar dari suatu atom, titik didih

diperlukan untuk proses difusi pada selulosa mikrobial, sedangkan jari-jari ion

diperlukan untuk melihat kemungkinan substitusi unsur didalam struktur kristal.

Selain iodin dapat juga digunakan unsur lain dalam pendopingan, seperti

unsur Natrium, Kalium. Kedua unsur ini terletak dalam golongan IA dalam tabel

sistem periodik. Jika selulosa mikrobial didoping dengan unsur dari golongan IA

maka akan menghasilkan semikonduktor type - n, hal ini disebabkan unsur pada

golongan IA akan melepaskan satu elektron atau kelebihan satu elektron. Jika

Selulosa mikrobial didoping dengan menggunakan unsur golongan VIIA, seperti

unsur Iodin, Flour, Brom. Pada unsur golongan VIIA akan terjadi kekurangan

satu elektron maka semikonduktor yang dihasilkan adalah semikonduktor type-p.

2.3Selulosa Mikrobial

Selulosa mikrobial adalah jenis selulosa yang dihasilkan oleh bakteri

seperti Acetobacter Xylinum. Selulosa merupakan polimer linier glukosa yang

terikat dalam ikatan ß-1,4 glikosida. Selulosa ini bebas lignin, bobot molekulnya

tinggi, sifat kristalinnya tinggi, derajat polimerisasi tinggi, mempunyai kekuatan

(34)
[image:34.595.116.516.110.189.2]

Gambar 1. Struktur Molekul Selulosa (water structur and behavior / cellulose / home -http: // www.isbu.ac.uk / water / search)(11/04/05)

Bakteri Acetobacter Xylinum adalah bakteri Gram negatif yang dapat

menghasilkan serat-serat selulosa sehingga membentuk suatu jaringan yang tipis

diantara udara dan air/ cairan yang disebut pelikel. Ketebalan pelikel yang

terbentuk tergantung pada masa pertumbuhan mikroba. Pelikel yang berada pada

permukaan udara terdiri dari pita-pita yang mengandung kristalin yang tinggi

yang mempunyai lebar 40 – 100 nm, pita tersebut tersusun atas bagian

mikrofibril melalui ikatan hidrogen. Pembentukan pelikel dapat diperjelaskan

dari gambar 2 dibawah ini.

[image:34.595.116.494.469.709.2]
(35)

Menurut Meshitsuka dan Isogai (1996), bahan yang mengandung

selulosa biasanya berbentuk struktur kristalin, sehingga air tidak dapat masuk ke

dalam daerah aktif kristalin pada suhu kamar. Selulosa mikrobial mengandung

dua struktur kristalin yaitu selulosa 1α dan selulosa 1β . Selulosa 1 α adalah

satu unit sel triklinat mengandung satu rantai selulosa yang mengandung

selulosa 60%, sedangkan selulosa 1β adalah satu unit sel monoklinat

mengandung dua rantai selulosa.

Pertumbuhan selulosa mikrobial terjadi karena terbentuknya serat yang

terus terjadi dari sel bakteri sehingga terbentuk jaringan serat yang sangat rapat

dan tebal. Serat yang bercabang-cabang dan tersusun rapat ini menyebabkan

selulosa mikrobial mempunyai sifat yang kenyal, alot dan tahan terhadap gaya

untuk merentangkan (Sidirjo,1996).

Selulosa mikrobial dapat dibuat menjadi lembaran dengan mengeringkan

di udara di atas tempat yang rata dengan luas tertentu. Mengeringkan selulosa

sampai kadar air kurang dari 1 % membutuhkan biaya yang besar, tetapi gugus

OH dalam air lebih reaktif daripada gugus OH yang terdapat pada komponen

lignoselulosa, sehingga hidrolisis berlangsung lebih cepat daripada substitusi.

Suhu (<150OC) yang dibutuhkan untuk reaksi sempurna harus cukup rendah

sehingga tidak terjadi degradasi serat (Rowel,1996).

2.4 Semikonduktor

Suatu material dapat mempunyai tiga sifat kelistrikan yaitu konduktor,

semikonduktor dan isolator. Bahan isolator tidak dapat mengalirkan arus listrik

sama sekali karena elektron valensinya tidak bebas bergerak di dalam material.

Keadaan ini disebabkan tingkat energi valensi dan tingkat energi konduksinya

berbeda jauh sehingga elektron untuk pindah memerlukan energi yang sangat

tinggi. Konduktor merupakan penghantar listrik yang baik karena tingkat energi

velensi dan tingkat energi konduksinya saling bertumpang tindih sehingga untuk

pindah tempat elektron hanya memerlukan energi yang sangat rendah.

Semikonduktor merupakan sifat kelistrikan suatu material diantara isolator dan

(36)

volt). Hambatan listrik suatu material merupakan suatu ukuran bagaimana

sulitnya elektron mengalir. Semikonduktor mempunyai hambatan listrik antara

[image:36.595.125.496.195.541.2]

10-4<ρ< 108Ohm m (Runyan,1975).

Tabel 4. Spektrum Resistivitas (hambatan listrik) dalam ohm meter (Ω m )

10-8 Ag, Cu, Au

10-6 Fe,Al, Kawat Nichrom Konduktor

10-4

10-2 Se, Ge

1

102 Semikonduktor

104 Si,

106 CuO

108 Marmer

1010 Gelas

1012 Ebonit Isolator

1014 Keramik

1016 Gelas Silikon

Sumber: Rio., et al 1999

Dalam teori pita menjelaskan perbedaan sifat kelistrikan suatu material.

Elektron menduduki tingkat energi dari tingkat energi yang paling rendah

sampai tingkat energi yang paling tinggi. Beberapa tingkat energi ”terlarang”

ditempati oleh elektron. Tingkat energi yang diijinkan cenderung membentuk

suatu pita. Tingkatan yang paling tinggi terisi pada T= 0K dikenal sebagai pita

valensi. Elektron di dalam pita valensi tidak berpartisipasi pada proses

konduktivitas. Lebih dulu tingkatan kosong di atas pita valensi dikenal sebagai

(37)

elektron) karena pita valensi dan pita konduksi saling tumpang tindih sehingga

membiarkan elektron bebas untuk mengambil bagian proses konduktivitas.

Isolator mempunyai suatu sela energi yang jauh lebih besar dari energi termal

elektron, sedang material semikonduktor mempunyai sela energi sekitar 2,5 eV.

Pada gambar 3 di bawah menunjukkan perbedaan antara logam, semikonduktor

dan isolator dalam kaitan dengan pemisahan pita energi (Jacobs and

Kilduff. 1997).

Pita Konduksi Konduktor

Pita Valensi

Pita Konduksi Semikonduktor

Eg (energi gap/pita larangan)

Pita Valensi

Pita Konduksi Isolator

Eg (energi gap/pita larangan)

[image:37.595.118.483.83.585.2]

Pita Valensi

Gambar 3 Teori Pita Energi dalam beberapa material (Jacobs and Kilduff, 1997)

Unsur semikonduktor murni terdiri dari atom yang sejenis seperti

Germanium (Ge) dan Silikon (Si). Atom ini terikat bersama-sama oleh ikatan

kovalen, sedemikian sehingga masing-masing atom berbagi suatu elektron

dengan tetangga terdekat dan membentuk ikatan yang kuat. Semikonduktor

(38)

Arsenide (GaAs) atau Indium Phosphide (InP). Semikonduktor campuran ini

terletak pada golongan III dan V dalam sistem periodik unsur kimia. Di dalam

semikonduktor campuran, perbedaan di dalam elektro-negatif merupakan suatu

kombinasi ikatan kovalen dan ikatan ionik. Ternary Semikonduktor dibentuk

oleh penambahan suatu unsur dengan kwantitas kecil (1/3) kepada campuran,

sebagai contoh AlxGa1-XAs. Tulisan di bawah garis x mengacu pada isi

campuran logam material, proporsi material yang ditambahkan dan proporsi

yang digantikan dengan material campuran logam. Penambahan mencampur

logam ke semikonduktor dapat diperluas meliputi quaternary material seperti

GaxIn(1-X)AsyP(1-Y) atau GaInNAs dan bahkan quinternary material seperti

GaInNAsSb. Tulisan di bawah garis menandakan unsur-unsur proporsi pembuat

campuran. Campuran logam semikonduktor dengan cara ini mengijinkan

kisi-kisi dan sela energi mengatur jarak kristal untuk dipilih sesuai penggunaan

(Jacobs and Kilduff, 1997).

Contoh semikonduktor :

• Aluminium Gallium Arsenide (AlxGa1-xAs)

• Diamod

• Gallium Arsenide

• Gallium Indium Arsenide Phosphide (Ga1-xInxAs1-yPy)

• Gallium Nitride

• Germanium

• Silikon

(39)

Tabel 5. Sifat Bahan Pada Susunan Berkala

Sumber: Brady,1995

Golongan

I

II Logam

III

IV

V Metaloid

VI

VII Non Logam

VIII

Sumber: Brady, 1994

Semikonduktor intrinsik merupakan material semi penghantar sangat

murni. Struktur material Semikonduktor ini tidak berisi atom lain.

Semikonduktor campuran dapat berupa semikonduktor intrinsik. Pada suhu

kamar, energi yang berkenaan dengan energi termal atom mengijinkan sejumlah

kecil elektron untuk mengambil bagian dalam proses. Tidak seperti konduktor

yang hambatan listrik akan naik karena temperatur naik, pada material

semikonduktor hambatan akan turun bila temperatur naik. Pada semikonduktor

ketika temperatur naik energi yang berhubungan dengan energi termal elektron

akan meningkat dan membiarkan lebih banyak elektron untuk melanggar pita

larangan didalam pita konduktor. Ketika suatu elektron memperoleh energi

cukup untuk lepas akan meninggalkan suatu lowongan di belakang yang

mungkin diisi oleh elektron lain. Lowongan ini sebagai pengangkut muatan

positif kedua dan dikenal sebagai suatu lubang/hole. Ketika elektron mengalir

sepanjang semikonduktor, membuat suatu lubang arus dengan arah kebalikan.

Jika ada n elektron bebas di (dalam) suatu semikonduktor intrinsik, maka harus

(40)

sebagai pembawa muatan intrinsik. Konsentrasi pembawa atau rapatan muatan

menggambarkan banyaknya pembawa muatan setiap unit volume. Hubungan ini

dapat dinyatakan seperti n = p dengan n adalah banyaknya elektron dan p

banyaknya lubang setiap unit volume t. Variasi di dalam pita larangan antara

material semikonduktor berbeda berarti kadar pembawa intrinsik pada

temperatur juga berbeda (Jacobs and.Kilduff, 1997).

Intrinsic p-type n-type

Gambar 4 Jenis dan tipe semikonduktor (Jacobs and.Kilduff, 1997)

Suatu semikonduktor ekstrinsik dapat dibentuk dari suatu semikonduktor

intrinsik oleh ketidakmurnian atom yang ditambahkan kepada kristal dalam

suatu proses pembuatan. Untuk mengambil contoh yang paling sederhana,

adalah Silisium. Silisium termasuk dalam golongan IV dalam daftar sistem

periodik kimia dan mempunyai elektron konduksi. Di dalam kristal

masing-masing atom berbagi suatu elektron dengan suatu atom tetangga. Di dalam suatu

semikonduktor intrinsik, unsur Boron, Aluminium dan Galium semua

mempunyai tiga elektron di dalam pita konduksi. Ketika suatu proporsi kecil dari

atom ini, (kurang dari 1 dalam 106), disatukan ke dalam kristal dopant atom mempunyai suatu jumlah tidak cukup ikatan untuk berbagi ikatan dengan

seluruh atom Silisium. Salah satu dari atom Silisium mempunyai suatu

lowongan untuk suatu elektron. Hal ini akan menciptakan suatu lubang yang

berperan dalam suatu proses. Dopant itu menciptakan lubang dikenal sebagai

akseptor. Semikonduktor ekstrinsik jenis ini dikenal sebagai p-type menciptakan

(41)

periodik unsur kimia seperti P, Sb mempunyai suatu elektron ekstra di dalam

pita konduksi. Ketika ditambahkan sebagai dopant ke Silisium intrinsik, dopant

atom memberi suatu elektron tambahan kepada kristal tersebut. Dopant itu

menambahkan elektron kepada kristal dikenal sebagai penderma dan

semikonduktor material disebut n-type (Jacobs and Kilduff, 1997).

Pembuatan semikonduktor campuran sedikit agak rumit. Efek dopant

atom tergantung lokasi yang diduduki oleh atom pada kisi-kisi. Di dalam

golongan III dan golongan V semikonduktor, atom dari golongan III bertindak

sebagai suatu akseptor ketika menduduki lokasi suatu golongan IV, sedang atom

di dalam golongan V bertindak sebagai penderma ketika mereka menggantikan

atom dari golongan IV. Ketidakmurnian ini dikenal sebagai ketidakmurnian ion

atom. Di dalam penyajian pita energi, penderma dan akseptor membentuk

tingkatan di dalam daerah energi larangan.

Pita Konduksi

Ed Tingkat Donor

Ea Tingkat Aseptor

Pita Valensi

Gambar 5 Teori pita energi semikonduktor ekstrinsik (Jacobs and.Kilduff, 1997)

Tingkat ketidakmurnian ini dikenal sebagai ketidak murnian dalam zat

cair. Donor merupakan suatu elektron yang mengorbit di suatu lokasi kisi-kisi,

sedang akseptor merupakan suatu orbit lubang di sekitar suatu lokasi kisi-kisi

dengan muatan positif. Energi yang diperlukan ke ionisasi pengangkut ini sangat

sedikit dibanding energi ikat atom hidrogen karena massa efektif lebih kecil dan

(42)

pada semikonduktor ekstrinsik tergantung pada banyaknya atom dopan dan

permitivitas material intrinsik yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

) 4 (

2 2 2 2 0

4 πε ε n e m E e g h =

Eg = energi gap / celah energi / energi larangan (joule)

me = massa elektron ( 9,11x10-31 kg)

e = muatan elektron ( 1,6x 10-19 C)

ε = permitivitas listrik medium (C/V-m)

ħ = konstanta Planck ( 6,63x10-34 J-detik)

n = banyaknya atom dopant

εo = permitivitas listrik di ruang hampa (8,854x10-12 C/V-m)

Energi donor,Ed, merupakan pengurangan energi gap dari semikonduktor

intrinsik akibat adanya atom dopan

kbTEd kbT eV

40 1

T = Temperatur kamar (K)

kb = konstanta Boltzman (1,38x10-23 J K-1 )

Suatu perkiraan kasar untuk temperatur ionisasi berada pada temperatur

-kamar. Pada awalnya ketika temperatur rendah, eksitasi dari penderma dan

akseptor merupakan satu-satunya sumber pengangkut yang mencakup daya

konduksi yang disebabkan oleh keadaan luar. Didalam kondisi ini pembuatan

semikonduktor menentukan apakah semikonduktor merupakan n-type atau

p-type.

2.4 Kegunaan Semikonduktor 2.4.1 Dioda

Penggunaan semikonduktor adalah untuk instrument atau komponen

(43)

komponen elektronika yang terbuat dari dua bahan semikonduktor yang berbeda

type yaitu type-p dan type-n disebut juga dengan P-N junction, mempunyai

fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu arah seperti yang

ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Anoda Katoda

Depletion layer ++ ++P ++ ++ -- N -- --

--Gambar 6 Simbol dan struktur dioda (PN junction) (Rio., et al 1999)

Dari Gambar 6 menunjukkan sambungan PN dengan sedikit porsi kecil

yang disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat kesetimbangan

hole dan elektron. Pada posisi P banyak terbentuk hole- hole siap menerima

elektron, sedangkan di sisi N banyak terdapat elektron –elektron yang siap untuk

bebas. Lalu jika diberi bias positif, yaitu dengan memberi tegangan potensial

yang lebih besar dari sisi N, maka elektron dari sisi N dengan serta merta akan

bergerak untuk mengisi hole disisi P, maka akan terbentuk hole pada sisi N

karena ditinggal elektron, ini disebut aliran hole dari P menuju N, jika

menggunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi aliran arus listrik

dari sisi P ke sisi N, seperti yang diperlihatkan dalam gambar 7.

-- + - ++ ++P ++ ++ -- N -- --

[image:43.595.138.330.173.323.2] [image:43.595.185.342.580.718.2]
(44)

Jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan memberikan bias negatif

(reverse bias), sisi N mendapat polaritas tegangan lebih besar dari sisi P.

Akibatnya tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran hole dari P ke N

maupun sebaliknya. Baik hole maupun elektron masing-masing tertarik ke arah

kutub yang berlawanan, bahkan lapisan deplesi (depletion layer) semakin besar

dan menghalangi terjadinya arus. Dengan tegangan bias maju yang kecil dioda

sudah menjadi konduktor. Tidak diatas 0 volt tetapi memang tegangan beberapa

volt diatas nol baru bisa terjadi konduksi. Silikon mempunyai tegangan konduksi

diatas 0,7 volt yaitu kira-kira 0,2 volt batas minimum untuk dioda yang terbuat

dari bahan Germanium. Untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus,

namun memang ada batasnya sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru

terjadi breakdown, dimana dioda tidak dapat lagi menahan aliran elektron yang

terbentuk di lapisan deplesi.

2.4.2. LED (Light Emiting Dioda)

LED (Light Emiting Dioda) merupakan komponen yang dapat

mengeluarkan emisi cahaya. LED merupakan produk temuan lain selain dioda.

Strukturnya juga sama dengan dioda tetapi elektron yang menerjang sambungan

P-N juga melepaskan energi berupa panas dan energi cahaya. Untuk

mendapatkan cahaya pada semikonduktor, doping yang dipakai adalah

germanium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan

warna cahaya yang berbeda pula ( Rio.,et al 1999 ).

Anoda Katoda

Gambar 8 Simbol LED (Rio., et al 1999)

Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak adalah warna

(45)

semua warna dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien.

Dalam memilih LED selain warna, yang juga perlu diperhatikan tegangan, arus

maksimum dan daya disipasi. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga

bermacam-macam, ada yang persegi empat, bulat dan lonjong.

2.4.3 Transistor

Transistor adalah alat semikonduktor yang digunakan sebagai penguat

(amplifier), pemotong (switching on/off), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal

atau fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana

berdasarkan arus input dan tegangan inputnya, memungkinkan pengaliran listrik

yang sangat akurat dari sumber listriknya (Rio., et al 1999).

Transistor merupakan dioda dengan dua sambungan (junction).

Sambungan itu membentuk transistor PNP maupun NPN. Ujung-ujung

terminalnya berturut-turut disebut emitor, base dan kolektor. Base selalu berada

ditengah, diantara emitor dan kolektor. Transistor ini disebut transistor bipolar,

karena struktur dan prinsip kerjanya tergantung dari perpindahan elektron di

kutub negatif mengisi kekurangan elektron (hole) di kutub positif, bi =2 dan

polar = kutub.William Schockley pada tahun 1951 yang pertama kali

menemukan transistor bipolar.

C

B

E B C E

C

B

E

N P N

P N P

E B C

(46)

Dimana :

P = Ion positif (proton)

N = Ion negatif (elektron)

B = Base

C = Kolektor

E = Emitor

Transistor adalah komponen yang bekerja sebagai sakelar (switch on/off)

dan juga sebagai penguat (amplifier). Transistor bipolar adalah inovasi yang

menggantikan transistor tabung (vacum tube). Selain dimensi transistor bipolar

relatif kecil, disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat bekerja pada suhu

yang lebih dingin. Dalam beberapa aplikasi, transistor tabung masih digunakan

terutama pada aplikasi audio, untuk mendapatkan kualitas suara yang baik.

Namun konsumsi dayanya sangat besar terutama untuk dapat melepaskan

elektron, teknik yang digunakan adalah pemanasan filamen seperti lampu pijar

(Rio., et al 1999).

Transistor bipolar memiliki dua junction yang dapat disamakan dengan

penggabungan dua buah dioda. Emitor - base adalah satu junction dan

base-kolektor junction lainnya. Seperti pada dioda, arus akan mengalir jika diberi

bias positif, yaitu jika tegangan pada material P lebih positif daripada material N

(forward bias). Pada gambar 10 transistor NPN junction, junction base-emitor

diberi bias positif sedangkan base-kolektor mendapat bias negatif (reverse bias).

(47)

+ B = base

C = kolektor

- C E = emitor

B

+ E

-

N P N

E B C IB = Arus base

IB IC = Arus kolektor

IE ICBO IC IE = Arus emitor

- + - + ICBO = Arus base-kolektor

VEB = tegangan pada emitor

[image:47.595.165.499.102.442.2]

VEB VCB VCB = tegangan pada kolektor

Gambar 10 Arus elektron transistor NPN (NPN junction)

Base-emitor mendapat bias positif seperti dioda, elektron mengalir dari

emitor menuju base. Kolektor pada rangkaian ini lebih positif sebab mendapat

tegangan positif. Oleh sebab itu kolektor ini lebih positif menuju base seperti

dioda. Lebar base tipis hanya sebagian elektron yang dapat bergabung dengan

hole yang ada pada base. Sebagian besar akan menembus lapisan base menuju

kolektor, dengan alasan ini mengapa jika dua dioda digabungkan tidak dapat

menjadi sebuah transistor, yang disebabkan lebar base harus sangat tipis

sehingga dapat diterjang oleh elektron.

Jika tegangan base-emitor dibalik (reverse bias), maka tidak terjadi aliran

elektron dari emitor menuju kolektor. Jika pelan-pelan keran base diberi bias

maju (forward bias), elektron mengalir menuju kolektor dan besarnya sebanding

(48)

elektron yang mengalir dari emitor menuju kolektor. Ini disebut efek penguat

transistor sebab arus base yang kecil menghasilkan arus emitor-kolektor yang

lebih besar (arus yang lebih kecil mengontrol aliran arus yang lebih besar). Base

mengatur pemebukaan dan penutupan aliran arus emitor-kolektor (switch

on/off) (Rio., et al 1999).

Pada transistor PNP, fenomena yang sama dapat dijelaskan dengan

memberikan bias seperti yang ditunjukkan pada gambar 11. Dalam hal ini yang

disebut perpindahan arus adalah arus hole.

B = base

- C = kolektor

C E = emitor

+ B

-

E

+

B

E P N P C IB = arus base

IC = arus kolektor

IB IC IE = arus emitor

IE VCB = tegangan pada kolektor

+ - + - VEB = tegangan pada emitor

[image:48.595.168.501.304.671.2]

VEB VCB

(49)

III.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 BAHAN DAN ALAT

A. Bahan

Bahan yang digunakan untuk pembuatan nata de soya atau selulosa

mikrobial adalah whey tahu yang diambil dari produsen tahu di daerah Kelapa

Dua Cimanggis Depok. Adapun bahan lainnya adalah urea, gula pasir,

KH2PO4, MgSO4, asam asetat glasial. Nata de soya atau selulosa mikrobial di

inkubasi dengan bakteri Acetobacter xylinum dengan waktu fermentasi antara 5

; 7 ; 10 dan 15 hari. Iodium (I2) yang ditambahkan sebagai material doping

semikonduktor dengan konsentrasi 0,5 ; 0,75 ; 1,00 dan 1,25 % w/w.

B.Alat

Alat yang dipergunakan dalam penelitian adalah Neraca analitis

(Sartorius), pemanas listrik (hot plate) , alat penghancur , batang pengaduk,

mortal, oven, thermometer dan alat–alat instrumentasi Tensil Strength Tester

(ASTM D 638- 00), SEM (Scanning Electron Microscope)(Jeol JSM-5310 LV),

XRD (X-Ray Difractometer) (Phlips PW 3710), FTIR (Fourier Transform Infra

Red Spectroscopy) (Shimadzu DTA-50), adalah alat instrumentasi untuk

pengujian kekuatan tarik dan karakteristik selulosa mikrobial, sedangkan untuk

pengujian konduktivitas dan tipe semikonduktor dengan alat Four Point Probe

(Jandel 4410 j1 525378554) dan Hot Probe.

3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari persiapan sampai

penyusunan laporan akhir yaitu mulai bulan Januari 2005 sampai September

2005. Tempat penelitian dilakukan di beberapa laboratorium antara lain di

Laboratorium Fisika FMIPA UI di Depok dan di Salemba serta laboratorium

(50)

3.3 METODA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Pertama fermentasi nata dari

whey yang berdasarkan perbedaan lamanya fermentasi dengan parameter uji

kekuatan tarik, sifat struktur molekul. Tahap kedua penambahan unsur Iodium

dalam selulosa mikrobial dengan parameter pengujian sifat resistivitas listrik,

type semikonduktor dan bentuk struktur selulosa mikrobial.

A.Pembuatan Selulosa Mikrobial

Selulosa mikrobial dapat dibuat dari bahan baku air kelapa dan limbah

cair produksi tahu (whey). Selulosa mikrobial dari air kelapa disebut nata de

coco dan yang dari whey disebut nata de soya. Bentuk, warna dan tekstur tidak

jauh berbeda. Selulosa mikrobial adalah biomassa yang sebagian besar terdiri

dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih, yang berasal dari pertumbuhan

Acetobacter xylinum pada permukaan media cair yang asam dan mengandung

gula. Untuk pembuatan selulosa mikrobial dapat dilihat pada lampiran 6.

B. Pemurnian Selulosa mikrobial

Pemurnian selulosa mikrobial dilakukan berdasarkan US Patent 4742164

(Iguchi, et al) (1986). Nata de soya (selulosa mikrobial) diuji berdasarkan

lamanya fermentasi 5 ; 7 ; 10 dan 15 hari dengan ketebalan 5mm. Produk

dicuci dengan air beberapa kali, lalu dipres dengan pres hidraulik, dikeringkan

dalam oven pada temperatur 100OC selama 2 jam. Pengujian sifat karakteristik

produk dilakukan dengan alat Tensile Strength Tester metode ASTM D638-00

(American Society for Testing and Material), FTIR ,XRD Phlips PW 3710 dan

SEM.

C. Doping Dengan Iodium (I2)

Doping adalah memberikan atau penyusupan suatu unsur terhadap

material murni, sehingga material tersebut mengalami ketidakmurnian. Doping

dilakukan dengan menggunakan difusi sentering (Jacobs and Kilduff,1997),

(51)

kecil kemudian menjadi partikel yang besar sehingga mempunyai ikatan yang

kuat. Selulosa mikrobial (nata de soya) yang telah murni dengan ukuran partikel

50 mesh dilarutkan dalam larutan iodium dengan konsentrasi 0,5%w/w;

0,75%w/w ; 1,00%w/w dan 1,25%w/w. Larutan diaduk selama 2 jam

menggunakan magnetik Stirer, lalu dicetak diatas stainless steel dengan

ketebalan 0,5 mm, setelah itu dikeringkan dalam oven pada temperatur 100OC selama 5 jam .

3.4. Metode Pengujian dan Analisa A. Pengujian Kekuatan Tarik

Pengukuran kekuatan tarik dilakukan untuk mengetahui harga elastisitas

dari suatu bahan semikonduktor yang dibuat. Pengujian kekuatan tarik dilakukan

di Balai Besar Kemasan dan Kimia (BBKK) yang terletak di Pasar Rebo, Jakarta

Timur. Metode pengujian yang dilakukan menggunakan metode ASTM

(American Society for Testing and Material) D 638-00. Sampel dibentuk dengan

menggunakan ukuran standar yaitu panjang 20 cm , lebar 1,5 cm. Alat yang

dipergunakan yaitu tensile strength tester, dengan cara sampel ditarik hingga

putus.

A Fx

Modulus(%)=

Tegangan putus = A F Dimana % 100 . 1 x L L L putus an Perpanjang o o − =

Fx = beban yang diperlukan untuk menarik cuplikan sejauh x (Kgf)

F = beban yang diperlukan untuk menarik sehingga cuplikan putus (Kgf)

A = luas penampang kerja (m2)

Lo = panjang cuplikan awal (m)

(52)

B. Pengujian Resistivitas Listrik Selulosa Mikrobial

Resistivitas listrik suatu material dapat dianalisis dengan menggunakan

metode Van Der Pouw yaitu mengukur besar arus listrik yang mengalir dalam

suatu material dengan cara memberikan harga beda potensial berbeda-beda.

Dengan menggunakan hukum Ohm akan didapatkan nilai hambatan listrik

material yang nilainya tergantung pada geometri dan resistivitas listrik material

(Runyan,1975). Rangkaian Four Point Probe (metode Van Der Pouw)

ditunjukkan seperti pada gambar 12.

A l i iR

V = = ρ

Dimana :

V = beda potensial (volt)

i = arus listrik (amper)

ρ = resistivitas listrik (ohm-m)

l = panjang (m)

A = luas penampang kerja (m2)

Dari nilai resistivitas listrik ini dapat dihitung nilai koefisien konduktivitas

listrik material karena nilai resistivitas listrik ,ρ, berbanding terbalik dengan nilai

(53)

Material A

V

Gambar 12. Rangkaian Four Point Probe metode Van Der Pouw

(Runyan,1975)

Jajaran empat probe berjarak masing masing S dipasang diatas

semikonduktor. Sumber tegangan dipasang pada dua probe terluar untuk

menghasilkan arus I dan voltmeter dihubungkan pada dua probe yang ditengah

untuk mengukur tegangan jatuh V.

ρ = 2π S . V/I S = 0.5 mm atau 1mm Dimana :

V = beda potensial (volt)

I = arus listrik (amper)

S = jarak antara dua jarum (probe) (meter)

ρ = resistivitas listrik Ohm meter (Ω-m)

Keuntungan dari penentuan resistivitas listrik dengan metode ini adalah

(1) mudah dan cepat (2) tidak memperhatikan geometri sample (3) tidak

memerlukan kontak yang permanen. Untuk menentukan type n atau type p dari

suatu semikonduktor dapat digunakan metode dua probe panas dan dingin yang

disebut hot probe (gambar 13). Jika terjadi arus listrik, jarum galvanometer akan

bergerak ke arah positif atau negatif. Di tempat kontak antara probe panas dan

sampel akan terjadi peningkatan jumlah pembawa muatan, elektron untuk tipe n

dan hole untuk type p. Pembawa muatan akan bergerak kearah probe dingin

yang dihubungkan ke salah satu kutub galvanometer, sedangkan kutub yang lain

(54)

bergerak ke arah kutub positif galvanometer (ke kanan). Tempat kontak antara

probe panas dan sampel probe panas menjadi positif jika sampel adalah type n,

dan menjadi negatif jika sampel adalah type p.

+ -

B A

type p

µA

Gambar 13. Two Point Probe, A = Jarum Probe panas,

B = Jarum Probe dingin(Runyan,1975)

C. Karakteristik Struktur Selulosa Mikrobial

1. Fourier Transform Infra Red (FTIR) Spectroscopy

Fourier Transform Infra Red (FTIR) Spectroscopy merupakan

suatu alat analisis struktur material yang menggunakan sifat absorbsi energi

berdasarkan energi rotasi dan vibrasi atom dari molekul. Kedua energi

tersebut equivalent dengan energi elektromagnet pada daerah infra merah

(IR).

12

2

1

ω

I

v

=

h

untuk gerak rotasi atom

22

2

2

1

ω

o

A

v

=

h

untuk gerak vibrasi atom

Dimana :

ħ = konstanta Planck (6,63x10-34 J - detik)

ν = frekuensi gelombang elektromagnet (hertz)

(55)

ω1 = kecepatan sudut putar (rad/detik)

ω2 = frekuensi sudut getar (hertz)

Ao = amplitudo getar (meter)

Peralatan FTIR menggunakan sifat interferensi dari dua gelombang yang

koheren (gelombang yang melalui cuplikan dan gelombang yang tidak melalui

cuplikan) dan dari hasil interferensi tersebut dapat diketahui ikatan karbon yang

terjadi pada cuplikan dengan cara mengukur panjang gelombang absorbsi atau

transmisi dari gelombang IR (Infra Red) yang dipergunakan. Disini dapat

dipergunakan cuplikan dalam bentuk cairan, membran atau dalam bentuk bubuk

yang dipadatkan ditambah dengan KBr.

2. X-Ray Difraktometer (XRD)

X – Ray Difraktometer (XRD) merupakan suatu alat analisis material

yang menggunakan teori difraksi dengan menggunakan sinar X. Sinar-X

mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek (1 x 10-2 nm < λ < 10 nm)

dan lebih pendek dari jarak antar atom yang menyusun material sehingga

gelombang ini dapat menembus material atau terjadi pelenturan gelombang.

Panjang gelombang yang dipergunakan tergantung pada target material yang

berada dalam tabung sinar- X yang ditunjukkan seperti gambar 14. Didalam

analisis material disini dipergunakan hukum Bragg yaitu :

2 d sin θ = m λ

Dimana :

d = jarak antara bidang kisi (m)

θ = sudut difraksi (derajat)

m = orde (biasanya dipergunakan 1)

(56)

Gambar 14. Difraksi Sinar-X pada material (Cullity and Stock, 2001)

Peralatan XRD dipergunakan untuk menganalisis struktur material baik

secara kuantitatif maupun kualitatif. Sampel disini dapat langsung dalam bentuk

membran atau dalam bentuk bubuk yang dipadatkan. Di dalam penelitian ini

penggunaan XRD dilakukan pada suatu cuplikan untuk mengetahui struktur

selulosa mikrobial tersebut apakah merupakan polimer kristalin atau non

kristalin, disamping itu juga untuk mengetahui perubahan struktur yang terjadi

pada selulosa mikrobial setelah mengalami perubahan susunan atom.

3. Scanning Electron Microscope ( SEM )

Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan suatu alat pembesar

untuk melihat benda yang sangat kecil. Alat ini menggunakan sifat difraksi

elektron terhadap suatu material dan hanya untuk melihat bentuk permukaan

suatu material. Perbesaran disini tergantung pada energi elektron yang

dipergunakan. Sifat dualisme partikel disini dipergunakan untuk merubah energi

elektron dengan energi gelombang elektromagnet, yang dapat dipergunakan

rumus sebagai berikut:

2

2 1

v m

hv =

Dimana :

h = konstanta Planck ( 6,63x10-34 J/det)

ν = frekuensi gelombang elektromagnet (hertz)

(57)

3.5 Rancangan Percobaan

Penentuan karakteristik membrane selulosa sebagai semikonduktor

dilakukan melalu

Gambar

Tabel 2. Kandungan asam amino pada kedelai
Gambar 2. Struktur Pelikel Selulosa (Brown, 1989)
Tabel 4. Spektrum Resistivitas (hambatan listrik) dalam ohm meter (Ω m )
Gambar 3 Teori Pita Energi  dalam beberapa material (Jacobs and Kilduff, 1997)
+7

Referensi

Dokumen terkait

traumatis (gempa) yang merugikan dirinya karena gangguan secara dirinya karena gangguan secara terus-menerus yang diakibatkan oleh keterkaitan antara ingatan sosial dan

Avia Avian Sidoarjo disarankan untuk lebih memperhatikan, mempertahankan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (mutu karyawan perusahaan), di mana salah satunya dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: /1/ Pertimbangan-pertimbangan yuridis yang digunakan hakim Pengadilan Agama Kabupaten Semarang dalam memutus perkara perceraian lebih mengacu

dengan judul “ Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share ( TPS ) Mata Pelajaran IPS dengan materi Bentuk Muka Bumi dan Aktifitas

Jaringan lokal atau Local Area Network adalah sekumpulan dua atau lebih komputer yang berada dalam batasan jarak lokasi satu dengan yang lain, yang saling terhubung langsung atau

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ikan sidat yang sehat mempunyai nilai leukosit yang lebih kecil (3.453 sel/mm3) dibandingkan ikan sidat yang telah diinfeksi

Menurut Sarkonah (2013: 1) pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan pramuka yang berusia 7- 25 tahun dan berkedudukan sebagai peserta didik, yaitu sebagai pramuka

model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa model.. pembelajaran