ANALISIS PENGARUH NERACA PEMBAYARAN
TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH
OLEH
RUDI ARDIANSYAH H14102109
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
RUDI ARDIANSYAH. Analisis Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar Rupiah (dibimbing olehANNY RATNAWATI).
Indonesia yang menganut sistem ekonomi terbuka kecil, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ekonomi negara lain. Sistem ekonomi yang diterapkan ini menyebabkan adanya aliran sumberdaya dan dana dari suatu negara ke negara lain. Adanya aliran sumberdaya dan dana tersebut akan dicatat melalui suatu pencatatan yang sistemetis yang disebut neraca pembayaran. Dengan neraca pembayaran dapat dilihat besarnya perubahan penawaran dan permintaan terhadap valuta asing, sehingga melalui neraca pembayaran dapat dilakukan penelitian bagaimana fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh jangka pendek dan jangka panjang neraca pembayaran terhadap nilai tukar Rupiah, menganalisis bagaimana pengaruh guncangancurrent accountdancapital account terhadap nilai tukar Rupiah dan mengetahui komponen apakah dari neraca pembayaran yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap nilai tukar Rupiah. Serta mengetahui kontribusi beberapa variabel dalam model yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar Rupiah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Corection Model (VECM).
Hasil estimasi persamaan jangka pendek menunjukkan bahwa ternyata variabel yang signifikan mempengaruhi nilai tukar Rupiah hanya capital account satu triwulan yang lalu, current account satu triwulan yang lalu, tingkat suku bunga dua triwulan yang lalu, dummy krisis pada satu dan dua triwulan yang lalu. Pertumbuhancurrent account satu triwulan, capital account satu dan dua triwulan yang lalu menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi. Sementara itu, pertumbuhan tingkat suku bunga dua triwulan yang lalu dan adanya dummy krisis satu dan dua triwulan yang lalu menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi.
Hasil estimasi persamaan jangka panjang untuk nilai tukar Rupiah menunjukkan bahwa ternyata variabel yang dapat mempengaruhi nilai tukar Rupiah adalah capital account, produk domestik bruto, current account dan dummy krisis. Kenaikan capital account dan produk domestik bruto menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi. Sementara itu, kenaikan variabel current account dan adanya dummy krisis menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi.
depan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jika pemerintah melakukan kebijakan dengan upaya meningkatkan capital account dan current account untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar maka hal tersebut tidak efektif karena hanya memberikan kontribusi yang kecil dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar Rupiah.
Respon nilai tukar Rupiah akibat guncangan variabel capital account menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi sebesar 5,08 persen pada triwulan kelima dan guncangan mulai menghilang ketika memasuki triwulan ke 25. Sementara itu, guncangan current account menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi sebesar 2,17 persen pada triwulan pertama dan pengaruh guncangan mulai menghilang ketika memasuki triwulan ke30.
ANALISIS PENGARUH NERACA PEMBAYARAN
TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH
Oleh
RUDI ARDIANSYAH H14102109
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Rudi Ardiansyah
Nomor Registrasi Pokok : H14102109 Departemen : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi :Analisis Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar Rupiah
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS. NIP. 131669947
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP 131846872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Agustus 2006
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rudi Ardiansyah, lahir pada tanggal 21 januari 1984 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Pada tahun 1990 1996 penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN 08 Petang Jakarta Selatan, kemudian melanjutkan sekolah SLTPN 145 Menteng Pulo, Jakarta Selatan. Tahun 2002 penulis lulus dari SMUN 37 Asem baris, Jakarta Selatan dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dibeberapa organisasi kemahasiswaan diantaranya di Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) sebagai anggota Departemen Ekonomi dan Kewirausahaan dan menjadi pengurus di Himpunan Profesi dan Peminat Ilmuilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar Rupiah”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara empiris pengaruh neraca pembayaran terhadap nilai tukar Rupiah.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak pihak yang telah memberikan kontribusi bagi penyelesaian skripasi ini, antara lain:
1. Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
2. Firdaus, M.Si selaku dosen penguji utama dalam sidang skripsi, yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Jaenal Effendi, MA selaku komisi pendidikan dalam sidang skripsi dam yang telah memberikan banyak masukan bagi penulisan skripsi ini.
4. Adrian D. Lubis, MS yang telah membantu penulis dalam proses pengolahan data skripsi.
5. Abdul Rahman dan Zakiah yang selalu mencurahkan kasih sayang yang tak terhingga nilainya, mendukung serta mendoakan ananda sehingga ananda mempu menyelesaikan skripsi ini.
6. Rika, Firman, Rini, Ferdi, Gita dan Riska yang selalu memberikan keceriaan di rumah dan selalu memberikan semangat bagi penulis.
7. Temanteman satu bimbingan: Ratna, Lia dan Ary atas bantuan dan diskusi yang menyenangkan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Teh Feti Patricia dan de’ Ida karena selalu menjadi sumber inspirasi bagi penulis yang tak lekang dari benak penulis sehingga penulis selalu memiliki semangat untuk menjalani segala aktivitas penulis.
10. Last but not the least, teman satu seperjuangan penulis IE 39, Ade, Andros, Isma, Jun, Iqbal, Imam, Fikri, Royan, Thamic semoga kita meraih kesuksesan di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat menyampaikan ilmu yang memberikan banyak manfaat bagi segala pihak.
Bogor, Agustus 2006
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan Penelitian... 10
1.4. Manfaat Penelitian... 10
1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12
2.1. Tinjauan Pustaka ... 12
2.1.1. Pengertian Neraca Pembayaran... 12
2.1.2. Definisi Nilai Tukar ... 13
2.2. Kerangka Teori... 14
2.2.1. Sistem Nilai Tukar Mengambang Penuh ... 14
2.2.2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali ... 15
2.2.3. Persamaan Ekspor dan Impor... 16
2.2.4. Proses Penyesuaian Neraca Berjalan dan Neraca Modal... 17
2.2.5. Neraca Modal dan Keseimbangan Neraca Pembayaran ... 18
2.2.6. Investasi Asing Bersih dan Neraca Perdagangan ... 19
2.2.7. Pasar Barang, Kurva IS dan Pergeseran Kurva IS... 21
2.2.8. Pasar Uang, Kurva LM dan Pergeseran Kurva LM... 22
2.2.9. Pengaruh Investasi Asing Bersih dan Ekspor Bersih terhadap Nilai Tukar ... 24
2.2.10. Vector Autoregression (VAR)... 25
2.4. Kerangka Pemikiran Operasional... 31
2.5. Definisi Variabel ... 33
2.6. Hipotesa Penelitian... 33
III. METODE PENELITIAN ... 35
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
3.2. Metode Pengumpulan Data... 35
3.3. Metode Analisis Penelitian ... 35
3.3.1. Model Analisis Penelitian ... 36
3.3.2. Pengujian Akar Unit ... 37
3.3.3. PenetapanLag Optimal... 37
3.3.4. PengujianRank Kointegrasi ... 37
3.3.5. Impulse Response Function (IRF) ... 38
3.3.6. Forecast Error Variance Decomporition (FEVD) ... 38
IV. PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN DAN NILAI TUKAR RUPIAH... 39
4.1. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia ... 39
4.2. Perkembangan Neraca Berjalan (Current Account)... 42
4.3. Perkembangan Neraca Modal (Capital Account)... 43
4.4. Perkembangan Pergerakan Nilai Tukar Rupiah... 45
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 48
5.1. Pengujian Akar Unit ... 48
5.2. PengujianLag Optimal... 49
5.3. Pengujian Kointegrasi... 49
5.4. Hasil Estimasi untuk Persamaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang ... 51
5.4.1. Hasil Estimasi VECM Jangka Pendek untuk Nilai Tukar Rupiah ... 51
5.4.2. Hasil Estimasi VECM Jangka Panjang untuk Nilai Tukar Rupiah ... 53
5.5. Respon Nilai Tukar Rupiah Akibat Guncangan Variabel Capital AccountdanCurrent Account ... 55
Guncangan VariabelCurrent Account... 56
5.6. Kontribusi Guncangan Beberapa Variabel dalam Model terhadap Perubahan Nilai Tukar Rupiah ... 57
VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
6.1. Kesimpulan ... 60
6.2. Saran... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
5.1. Hasil Pengujian Akar Unit... 48 5.2. Hasil Uji Kointegrasi Johansen... 50 5.3. Hasil Estimasi VECM Jangka Pendek untuk
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1. Perkembangan Neraca Modal ... 6
1.2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika... 7
2.1. Peningkatan Permintaan dan Penawaran Valas ... 14
2.2. Kurva BoP danNet Capital Outflow... 17
2.3. Kurva IS... 21
2.4. Pergeseran Kurva IS ... 22
2.5. Kurva LM... 23
2.6. Pergeseran Kurva LM... 24
2.7. Pergeseran Kurva (SI) dan (NX)... 25
2.8. Kerangka Pemikiran Operasional... 32
4.1. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia ... 40
4.2. Perkembangan Neraca Berjalan ... 42
4.3. Perkembangan Neraca Modal... 43
4.4. Perkembangan Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika... 45
5.1. Respon Nilai Tukar Rupiah Akibat GuncanganCapital Account... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Asli ... 66
2. Data Olahan 1... 68
3. Data Olahan 2... 70
4. Hasil Uji Stasioneritas ... 72
5. Hasil Uji Lag Optimal ... 78
6. Hasil Uji Rank Kointegrasi... 79
7. Hasil Nilai Covariance Matrix... 80
8. Hasil Uji untuk Persamaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang ... 81
9. Hasil Analisis Impulse Respon Function... 82
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat baik dari sisi internal
maupun eksternal. Kondisi internal antara lain tercermin pada perkembangan
sektor riil (seperti produksi, konsumsi, dan investasi) dan perkembangan sektor
moneter (seperti inflasi, jumlah uang beredar dan keseimbangan nilai tukar).
Sementara itu, kondisi eksternal tercermin pada perkembangan neraca
pembayaran.
Perkembangan neraca pembayaran memiliki informasi mengenai keadaan
perekonomian suatu negara, seperti yang terlihat dari perkembangan sektor riil
dan moneter. Informasi dari neraca pembayaran dapat memberikan gambaran
berapa besar aliran sumber dana antara suatu negara dengan negara lain sehingga
terlihat apakah negara tersebut merupakan pengekspor barang dan modal, atau
sebaliknya sebagai pengimpor barang dan modal. Neraca pembayaran juga
memiliki informasi mengenai permasalahan hutang luar negeri suatu negara.
Catatan dari neraca modal dapat memberikan informasi seberapa jauh suatu
negara dapat memenuhi kewajiban hutangnya terhadap negara lain.
Neraca pembayaran yang merupakan penjumlahan dari neraca berjalan
(current account) dan neraca modal (capital account) terus mengalami perubahan
pada masa sebelum dan setelah krisis ekonomi. Perubahan tersebut terlihat dari
nilai dan arah kecenderungan komposisi neraca pembayaran yang menunjukkan
Hadi (2003) menguraikan bahwa selama paruh pertama dasawarsa 1990
an, terjadi peningkatan luar biasa dalam arus modal yang masuk, terutama modal
swasta. Pada akhir dasawarsa 1980an, arus modal swasta bersih baru berkisar
US$ 400 juta per tahun. Akan tetapi, arus masuk modal swasta melonjak hingga
melampaui US$ 5 miliar pada tahun 1993 dan melebihi US$ 10 miliar pada tahun
19951996. Sementara itu, arus masuk modal pemerintah bersih mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pembayaran pokok pinjaman
yang terus meningkat, sementara penerimaan dalam bentuk bantuan pembangunan
melalui Consultative Groups on Indonesia (CGI) tidak banyak mengalami perubahan dan berkisar US$ 5,6 miliar per tahun selama paruh pertama dasawarsa
1990an. Secara keseluruhan, surplus dalam neraca modal mengalami peningkatan
dari sekitar US$ 6 miliar per tahun pada beberapa tahun pertama dasawarsa 1990
an menjadi US$ 11 miliar pada tahun 1996, atau 11,6 persen dari produk domestik
bruto (PDB).
Krisis ekonomi yang ditandai oleh keluarnya arus modal (capital outflow)
secara mendadak dan dalam jumlah yang besar telah menyebabkan neraca
transaksi modal yang sebelumnya selalu berada dalam posisi surplus mengalami
pergerakan arah menjadi defisit. Defisit terus meningkat dari US$ 3,9 miliar pada
tahun 1998 menjadi US$ 9 miliar pada tahun 2001. Arus masuk modal swasta
bersih yang mencapai US$ 11,5 miliar pada tahun 1996 berbalik menjadi arus
keluar modal swasta bersih sebesar US$ 13,8 miliar pada tahun 1998.
Sementara itu, neraca barang selalu berada dalam posisi surplus. Pada
menjadi US$ 8,2 pada tahun 1993. Namun, sejak itu mengalami penurunan hingga
US$ 6 miliar pada tahun 1996. Selanjutnya, sejak 1997 neraca barang terus
meningkat hingga mencapai US$ 2 miliar pada tahun 2000.
Neraca jasajasa terus mengalami peningkatan defisit, pada tahun 1990
peningkatan defisit sebesar US$ 8,2 miliar dan meningkat lagi menjadi US$ 15
miliar pada tahun 1997. Memasuki tahun 2000, defisit neraca jasajasa mencapai
US$ 17 miliar, dan selama dua tahun berikutnya berada di bawah US$ 16 miliar.
Bank Indonesia (2005) memandang bahwa perkembangan neraca
pembayaran Indonesia pada paruh pertama tahun 2005 mengalami tekanan yang
berat dan dibutuhkan pembenahan yang bersifat struktural untuk meningkatkan
ekspor dan investasi modal asing. Menurunnya surplus neraca berjalan dan
menurunnya cadangan devisa dalam jumlah yang besar berarti menurunnya
penawaran terhadap mata uang asing di pasar uang, hal tersebut dapat
mengakibatkan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
Memasuki triwulan ketiga tahun 2005 kondisi neraca pembayaran
Indonesia masih mengalami tekanan, seiring dengan meningkatnya kegiatan
ekonomi. Masih tingginya permintaan domestik telah mendorong peningkatan
impor, khususnya impor bahan baku dan barang modal. Sementara itu, ekspor
masih tumbuh terbatas karena rendahnya daya saing ditengah pertumbuhan
ekonomi global yang melambat. Perkembangan ini menyebabkan kinerja neraca
berjalan terus mengalami defisit. Pada saat yang sama, kinerja neraca modal juga
belum menunjukkan perbaikan terkait masih terbatasnya realisasi aliran modal
perkembangan tersebut, secara keseluruhan neraca pembayaran mengalami
peningkatan defisit menjadi sebesar US$ 2,3 miliar atau lebih besar dibandingkan
perkiraan sebelumnya sebesar US$ 1,1 miliar. Perkembangan tersebut
berimplikasi pada tekanan fundamental pelemahan nilai tukar Rupiah yang terus
berlanjut (Bank Indonesia, 2005).
Diterapkannya sistem nilai tukar mengambang penuh (freely floating
system) yang dimulai sejak 14 Agustus 1997 (Suseno, 2004), menyebabkan nilai
tukar Rupiah terhadap mata uang asing (khususnya US$) ditentukan oleh
mekanisme pasar. Sejak masa itu, naikturunnya nilai tukar ditentukan oleh
kekuatan pasar.
Pergerakan Rupiah terhadap mata uang asing setelah diberlakukannya
sistem nilai tukar mengambang penuh terus mengalami fluktuasi. Fluktuasi yang
terjadi pada Rupiah disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap mata uang
asing. Tingginya permintaan terhadap mata uang asing tersebut terjadi karena
adanya kebutuhan mata uang asing untuk membiayai impor, penarikan modal
secara besarbesaran dari Indonesia dan juga adanya aksi spekulasi yang
dilakukan oleh pelaku pasar valas untuk mengambil keuntungan dari melemahnya
nilai tukar Rupiah tersebut. Pada tahun 1997, posisi Rupiah terhadap US$ sebesar
Rp 3.035/US$, keadaan tersebut terus mengalami tekanan sehingga pada
Desember 1997, posisi Rupiah terhadap Dollar Amerika tercatat sebesar Rp
4.650/US$. Pada bulan Juli 1998, Rupiah sempat menyentuh posisi Rp
14.900/US$ yang merupakan nilai tukar terlemah sepanjang sejarah nilai tukar
2004 nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terus mengalami perbaikan
seiring dengan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Pada tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia yang sempat mencapai
harga US$ 70/barel memberikan kontribusi cukup besar terhadap meningkatnya
permintaan valas sebagai konsekuensi negara pengimpor minyak. Kondisi ini
menyebabkan Rupiah melemah terhadap Dollar Amerika dan berada pada Rp
9.200/US$ sampai Rp 10.200/US$.
Analisis mengenai pergerakan nilai tukar Rupiah diperlukan karena nilai
tukar mencerminkan kondisi perekonomian suatu negara. Fluktuasi nilai tukar
yang terlalu tinggi akan mengganggu kegiatan ekonomi baik di sektor riil maupun
moneter. Mengingat besarnya pengaruh dari fluktuasi nilai tukar terhadap
perekonomian, maka jelas diperlukan suatu manajemen nilai tukar yang baik
sehingga pergerakan nilai tukar menjadi stabil, fluktuasinya dapat diprediksi dan
perekonomian dapat tetap berjalan dengan baik. Berangkat dari pemikiran
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pergerakan nilai tukar Rupiah
yang dilihat dari adanya perubahan pada sektor eksternal, khususnya pada
komponen neraca pembayaran yang mencirikan adanya aliran dana dan
persediaan permintaaanpenawaran mata uang asing di pasar valas.
1.2. Perumusan Masalah
Neraca pembayaran yang merupakan penjumlahan dari transaksi berjalan
(current account) dan neraca modal (capital and financial) dapat mencirikan aliran
permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing dan domestik turut
mengalami perubahan. Perubahan permintaan dan penawaran terhadap mata uang
asing dan domestik tersebut berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang yang
diperdagangkan. Jika permintaan terhadap mata uang asing mengalami
peningkatan karena adanya keperluan transaksi yang harus menggunakan mata
uang asing, maka hal tersebut dapat menyebabkan nilai tukar mata uang domestik
terhadap mata uang asing mengalami depresiasi, demikian pula sebaliknya.
Neraca modal yang diindikasikan sebagai salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pergerakan nilai tukar Rupiah, mengalami banyak perubahan nilai
I II III IV I II IIIIV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIIV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIIV I II III IV I II III IV 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Periode (triwulanan)
1997, perkembangan neraca modal selalu berada dalam keadaan surplus dan
cenderung bergerak dalam keadaan yang cukup stabil. Surplus tertinggi pada
neraca modal terjadi pada triwulan keempat tahun 1995, pada waktu itu nilai
surplus mencapai US$ 4075 juta. Tingginya surplus ketika itu disinyalir karena
tingginya arus modal masuk baik berupa investasi jangka pendek maupun investai
masuk terkait dengan prospek perekonomian Indonesia yang menuju arah
perkembangan yang semakin baik. Setelah mencapai tingkat surplus tertinggi,
nilai surplus pada neraca modal mengalami penurunan yang cukup tajam yaitu
mencapai US$ 1993 juta pada triwulan kedua tahun 1996.
Krisis ekonomi yang mulai dirasakan pada pertengahan tahun 1997,
mengakibatkan penurunan yang semakin tajam pada neraca modal. Tingginya
arus modal ke luar dari Indonesia mengakibatkan neraca modal mengalami
koreksi yang cukup tinggi. Neraca modal mengalami defisit terbesar pada triwulan
pertama tahun 1998 dengan tingkat defisit sebesar US$ 6203 juta. Setelah krisis
ekonomi, pergerakan neraca modal cenderung berada pada tingkat yang defisit
dengan pergerakan dari waktu ke waktu menunjukkan pola yang tidak stabil. Hal
tersebut dikarenakan menurunnya minat investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia karena terkait resiko yang tinggi untuk berinvestasi.
Aliran dana masuk dan keluar yang tercatat pada neraca modal turut
mempunyai andil dalam mempengaruhi pergerakan Rupiah. Hal itu terlihat pada
I IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIV 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada masa sebelum krisis
menunjukkan pola pergerakan yang stabil walaupun menunjukkan tren yang
terdepresiasi. Pola pergerakan nilai tukar yang cukup stabil tersebut dikarenakan
pada masa sebelum krisis ekonomi terjadi, Indonesia belum menerapkan sistem
nilai tukar mengambang bebas, dimana jika pemerintah menerapkan sistem nilai
tukar mengambang bebas maka nilai tukar mata uang akan sangat ditentukan oleh
permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar valas.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan mulai diberlakukannya sistem
nilai tukar mengambang bebas pada 14 juli 1997 (Suseno, 2004) menyebabkan
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika cenderung berada dalam tingkat yang
terdepresiasi dan menunjukkan pola pergerakan yang kurang stabil.
Terdepresiasinya Rupiah banyak disebabkan oleh neraca modal yang terus
mengalami defisit yang mencirikan adanya arus keluar modal asing, dimana
terjadinya arus modal keluar itu menyebabkan permintaan terhadap valas semakin
tinggi sehingga menyebabkan Rupiah mengalami depresiasi. Pada awal terjadinya
krisis ekonomi, neraca modal dan keuangan mengalami tingkat defisit yang cukup
tajam dan hal tersebut memberi andil besar dalam pergerakan Rupiah, dimana
Rupiah pada waktu itu mencapai tingkat depresiasi yang terlemah yaitu sekitar Rp
14900/US$.
Nilai tukar yang tidak stabil dan cenderung berada dalam tingkat yang
terdepresiasi akan membawa dampak negatif dalam suatu perekonomian. Tidak
stabilnya nilai tukar akan dapat mendorong terciptanya ketidakstabilan harga,
Depresiasi nilai tukar yang terlalu besar akan mengakibatkan harga barang impor
menjadi lebih mahal dan secara keseluruhan dapat meningkatkan laju inflasi.
Selanjutnya, inflasi yang terlalu tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat
dan menurunkan kegiatan ekonomi. Selain itu, depresiasi nilai tukar dapat
memberatkan neraca perusahaan yang sumber pembiayaannya berasal dari hutang
luar negeri. Depresiasi akan mengakibatkan beban bunga dan pokok hutang luar
negeri dalam mata uang domestik menjadi semakin besar.
Nilai tukar merupakan variabel penting dari kondisi perekonomian suatu
negara, sehingga memerlukan perhatian agar variabel ini bergerak dalam keadaan
stabil agar dapat menunjang kegiatan perekonomian lainnya. Salah satu hal yang
dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar adalah adanya aliran dana dari neraca
pembayaran. Adanya aliran dana dari neraca pembayaran menyebabkan nilai
tukar rentan terhadap perubahan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Berapa besarkah pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel current accountdancapital accountterhadap Rupiah?
2. Bagaimanakah pengaruh guncangan variabel current account dan capital account terhadap Rupiah dan komponen apakah dari neraca pembayaran yang paling berpengaruh terhadap Rupiah?
3. Berapa besarkah kontribusi beberapa variabel dalam model yang dapat
1.3. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui berapa besar pengaruh jangka pendek dan jangka panjang
variabelcurrent accountdancapital account terhadap nilai tukar Rupiah. 2. Menganalisis bagaimana pengaruh guncangan variabel current account
dan capital account terhadap nilai tukar Rupiah dan komponen apakah dari neraca pembayaran yang paling berpengaruh terhadap perubahan nilai
tukar Rupiah.
3. Mengetahui kontribusi beberapa variabel dalam model yang dapat
mempengaruhi pergerakan Rupiah.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
kemampuan diri penulis dan dapat memberikan manfaat bagi pengetahuan
khalayak umumnya, adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:
1. Dapat memberikan tingkat pemahaman yang lebih luas dalam hal teori dan
empiris mengenai pengaruh neraca pembayaran terhadap pergerakan nilai
tukar Rupiah.
2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku bisnis,
khususnya yang berkaitan dengan perdagangan internasional dan
3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengontrol
keseimbangan neraca pembayaran negara.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh neraca pembayaran terhadap
pergerakan nilai tukar Rupiah dengan cara menganalisis masingmasing variabel
yaitu current account, capital account, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, produk domestik bruto dan nilai tukar Rupiah per Dollar Amerika dalam
mempengaruhi perubahan nilai tukar Rupiah. Secara umum, ruang lingkup
penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menjelaskan bagaimana perkembangan neraca pembayaran dan nilai tukar
Rupiah pada masa periode penelitian.
2. Menjelaskan berapa besar pengaruh jangka pendek dan jangka panjang
variabelcurrent accountdancapital account terhadap nilai tukar Rupiah. 3. Menjelaskan bagaimana variabel neraca pembayaran dalam
mempengaruhi Rupiah.
4. Menganalisis variabel yang paling mempengaruhi dari komponen neraca
pembayaran terhadap pergerakan Rupiah.
5. Menganalisis kontribusi beberapa variabel dalam model yang dapat
mempengaruhi pergerakan Rupiah.
6. Membuat saran kebijakan berdasarkan hasil penelitian dari model yang
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Neraca Pembayaran
Menurut IMF dalam Hadi (2002) neraca pembayaran adalah suatu catatan
yang disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi
perdagangan barang atau jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk
(resident) suatu negara dan penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode waktu tertentu.
Batiz dan Batiz (1994) menyatakan neraca pembayaran merupakan suatu
catatan atas semua transaksi antara penduduk domestik dan warga negara asing
untuk periode tertentu, biasanya satu tahun. Pencatatan dilakukan dengan sistem double entry book keeping yaitu dengan menggunakan debit dan kredit. Dengan total debit dan kredit yang telah diestimasi oleh suatu negara maka akan dapat
diketahui apakah sebuah negara berada dalam posisi surplus ataupun defisit.
Neraca pembayaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Neraca berjalan, merupakan taksiran internasional terhadap pertukaran barang dan jasa sebuah negara. Saldo pertukaran tersebut (balance of
trade) merupakan perbedaaan antara jumlah ekspor dan jumlah impor
barang dan jasa. Saldo barang dan jasa juga termasuk jumlah bersih dari
pembayaran bunga dan deviden yang dibayarkan oleh investor asing dari
investasi asing, demikian juga dengan transaksi yang dilakukan oleh turis
termasuk unilateral transfer yang ada kaitannya dengan hadiah dari pemerintah (private gift) dan donasi (grant).
2. Neraca Modal, mencatat semua transaksi international yang melibatkan berbagai macam instrumen keuangan. Transaksi tersebut dapat terdiri dari
investasi international, baik untuk jangka pendek dan jangka panjang
seperti Foreign Direct Investment dan pembelian surat berharga, saham yang dibeli oleh investor asing (financial account), aset keuangan dan
liabilitas.
2.1.2. Definisi Nilai Tukar
Krugman dan Obstfeld (1999) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga
suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar memainkan peranan
penting dalam perdagangan internasional, karena nilai tukar memungkinkan kita
untuk membandingkan harga segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai negara. Perubahan nilai tukar disebut sebagai depresiasi dan apresiasi.
Depresiasi menunjukan melemahnya harga mata uang domestik terhadap mata
uang asing sedangkan apresiasi adalah sebaliknya.
Sementara itu, Mankiw (2000) membedakan antara dua nilai tukar yaitu
nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange
rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan nilai tukar riil
adalah harga relatif dari barangbarang kedua negara. Nilai tukar riil menyatakan
tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang dari satu negara untuk barang
2.2. Kerangka Teori
2.2.1. Sistem Nilai Tukar Mengambang Penuh
Keseimbangan nilai tukar pada sistem nilai tukar mengambang penuh
ditentukan oleh mekanisme pasar (Batiz dan Batiz, 1994). Dengan demikian, pada
sistem ini nilai mata uang akan dapat berubah setiap saat tergantung dari
permintaan dan penawaran mata uang domestik relatif terhadap mata uang asing.
Fungsi permintaan dan penawaran terhadap valuta asing dapat
diformulasikan sebagai Q $ D = f
(
e ,D 0)
dan
(
)
0 $ f e ,S
Q S = . Pergesaran permintaan
dan penawaran terhadap valuta asing dapat dipengaruhi oleh nilai tukar itu sendiri,
tingkat pendapatan, dan ekspetasi terhadap nilai tukar dimasa mendatang.
Sementara itu, Suseno (2004) mencirikan faktor yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran terhadap valuta asing diantaranya yaitu pembayaran dan
penerimaan terhadap eksporimpor barang dan jasa, aliran modal masuk dan ke
luar, dan kegiatan spekulasi. Pergeseran terhadap permintaan dan penawaran
terhadap valuta asing dapat dilihat pada (Gambar 2.1).
Sumber: Batiz dan Batiz (1994)
Permintaan terhadap mata uang asing
( )
Q D$ akan meningkat apabila terjadi
peningkatan pembayaran barang impor, adanya aliran modal ke luar negeri dan
ekspetasi yang negatif terhadap pelemahan nilai tukar mata uang domestik.
Peningkatan tersebut mengakibatkan kurva permintaan bergeser ke kanan atas dari
D0 ke D1 (Gambar 2.1(a)). Keseimbangan nilai tukar sekarang berada di titik E1,
perpotongan D1 dan kurva S. Harga Dollar meningkat dan Rupiah terdepresiasi.
Sementara itu, penawaran terhadap mata uang asing
( )
Q S$ akan meningkat apabila
terjadi peningkatan penerimaan ekspor, adanya aliran modal masuk dan ekspetasi
positif terhadap apresiasi mata uang domestik. Peningkatan tersebut
mengakibatkan kurva penawaran bergeser ke kanan bawah dari dari S0 ke S1
(Gambar 2.1(b)). Keseimbangan nilai tukar menjadi di titik (E2), perpotongan
kurva D dengan S1. Harga Dollar turun dan Rupiah terapresasi.
2.2.2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali
Sistem nilai tukar yang mengambang tapi terkendali ini seringkali disebut
sebagai sistem nilai tukar mengambang semu (Krugman dan Obstfeld, 1999).
Bank sentral seringkali melakukan intervensi ke pasar valuta asing untuk
mempengaruhi nilai tukar. Jadi, nilai tukar mata uang dari negara yang
bersangkutan tidak dibakukan sepenuhnya oleh bank sentral tapi juga tidak
mengambang dengan bebas.
Sistem nilai tukar mengambang terkendali berbeda dengan sistem
mengambang penuh karena sistem ini tidak melarang bank sentral untuk
melakukan intervensi di pasar valuta asing. Tujuan intervensi tersebut adalah
mengurangi volatilitas pada tingkat yang moderat, serta mencegah pergerakan
nilai yang terlalu besar. Ketertarikan pembuat kebijakan untuk menggunakan
sistem ini adalah terdapatnya kebebasan untuk menggunakan intervensi atau
kebijakan lain, seperti suku bunga, untuk mencapai nilai tukar yang diharapkan
sesuai dengan kebutuhan ekonomi tanpa harus kehilangan kredibilitas.
Karakteristik dari sistem nilai tukar mengambang terkendali diantaranya:
1. Bank sentral sebagai otoritas moneter menetapkan interval tertentu (batas
atas dan batas bawah) agar ada wilayah yang aman bagi nilai nilai tukar.
2. Selama nilai tukar yang terjadi masih berada dalam interval yang
ditetapkan, maka bank sentral tidak perlu melakukan intervensi.
2.2.3. Persamaan Ekspor dan Impor
Branson dan Litvack (1981) mengungkapkan bahwa ekspor ditentukan
oleh tingkat harga domestik (P) dan nilai tukar (q), sedangkan impor ditentukan
oleh tingkat pendapatan domestik (Y), tingkat harga domestik (P) dan nilai tukar
nominal (q).
Fungsi dari ekspor dapat dirumuskan sebagai berikut:
) , ( q P f
x = ………... (2.1)
Kenaikan dalam tingkat harga domestik atau penurunan dalam nilai tukar
nominal (apresiasi) akan menyebabkan harga barang domestik lebih mahal dari harga barang luar negeri, hal ini akan menimbulkan penurunan dalam ekspor .
Sedangkan fungsi dari impor secara dapat dirumuskan sebagai berikut:
) , , (Y P q f
Kenaikan pendapatan domestik, tingkat harga domestik dan penurunan
nilai tukar nominal (apresiasi) akan mengakibatkan kenaikan permintaan impor.
2.2.4. Proses Penyesuaian Neraca Berjalan dan Neraca Modal
Sebuah peningkatan dalam pendapatan domestik (Y) akan menyebabkan
penurunan pada ekspor bersih, penurunan ini terutama disebabkan oleh
peningkatan impor. Maka untuk mengantisipasi adanya penurunan dalam net
ekspor diperlukan penurunan net capital outflow (F(r)) melalui peningkatan suku bunga domestik (r) (Branson dan Litvack, 1981). Dalam bentuk grafik penjelasan
di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Branson dan Litvack (1981)
Gambar 2.2. Kurva BoP danNet Capital Outflow
Gambar 2.2 dapat menununjukkan adanya hubungan positif antara tingkat
pendapatan (Y) dengan tingkat suku bunga (r) dan juga adanya hubungan negatif
antara tingkat suku bunga dengan net capital outflow, dimana peningkatan suku bunga akan mengakibatkan penurunan dalam net capital outflow.
Y F(r)
BoP F(r)
F(r)1 F(r)2 Y1 Y2
r
r1
r2
Defisit B<0 Surplus
Kenaikan pendapatan (Y1 ke Y2) akan mendorong terjadinya kenaikan
permintaan impor. Naiknya permintaan impor selanjutnya akan menyebabkan
terjadinya defisit neraca berjalan karena permintaan impor lebih tinggi dari
kenaikan ekspor. Defisit yang terjadi pada neraca berjalan akan berusaha ditutupi
dengan meningkatkan surplus pada neraca modal. Untuk meningkatkan surplus
pada neraca modal maka salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan menaikkan
tingkat suku bunga (r1 ke r2). Kenaikan tingkat suku bunga ini kemudian akan
menyebabkan terjadinya aliran modal masuk ke dalam negeri atau terjadinya
penurunan padanet capital outflow (F(r1) ke F(r2).
2.2.5. Neraca Modal dan Keseimbangan Neraca Pembayaran
Aliran kapital internasional dihasilkan dari pembelian dan penjualan aset
internasional. Seseorang akan memutuskan memegang asetnya dalam bentuk aset
domestik atau aset asing tergantung pada tingkat suku bunga domestik dan asing.
Maka dalam hal ini perubahan pada tingkat suku bunga akan menghasilkan aliran
kapital (Branson dan Litvack, 1981).
Net capital outflow (F) merupakan pembelian aset asing bersih oleh pihak domestik lebih kecil dari pembelian pihak asing terhadap aset domestik
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditentukan fungsi penurunan tingkat suku
bunga domestik yaitu sebagai berikut:
); (r f
F = F '< 0 ... (2.3)
Persamaan 2.3 menunjukkan bahwa kenaikan tingkat suku bunga domestik
Balance of Payment merupakan penjumlahan dari current account dan capital account, oleh karena itu dalam suatu persamaan, Balance of Payment dapat dirumuskan sebagai berikut:
(
( f ( P , q ) f ( Y , P , q )) f ( r ))
BoP = - - ... (2.4)
Persamaan 2.4 diasumsikan BoP dalam keadan seimbang. Apabila terjadi
surplus dalam current account maka harus diimbangi dengan defisit pada capital account atau diimbangi dengan peningkatan padanet capital outflow.
2.2.6. Investasi Asing Bersih dan Neraca Perdagangan
Suatu perekonomian tertutup mencirikan bahwa tabungan dan investasi
harus senantiasa sama. Namun dalam sebuah perekonomian terbuka, tabungan dan
investasi bisa saja berlainan. Atas dasar persamaan mengenai tabungan
nasional, S = Y - C - G , transaksi berjalan CA= NX dan bentuk persamaan pendapatan nasional yaitu Y = C + I + G + NX , maka dengan memformulasikan persamaan tabungan nasional dan transaksi berjalan kedalam identitas persamaan
pendapatan nasional, didapat persamaan investasi asing bersih dan neraca
pembayaran sebagai berikut: NX
I
S- = ... (2.5) Bentuk pos pendapatan nasional ini menunjukkan bahwa ekspor bersih suatu
perekonomian harus selalu sama dengan perbedaan diantara tabungan dan
investasi (Mankiw, 2000).
balance), karena menyatakan bagaimana perdagangan barang dan jasa melenceng dari tolak ukur kesamaan ekspor dan impor.
Sisi sebelah kiri dari identitas itu adalah perbedaan antara tabungan
domestik dan investasi domestik, S - yang disebut investasi asing bersih. I Investasi asing bersih sama dengan jumlah penduduk domestik yang memberi
pinjaman ke luar negeri dikurangi jumlah orang asing yang memberi kita
pinjaman. Jika suatu negara mempunyai investasi asing bersih yang positif, berarti
tabungan negara tersebut melebihi investasi dan tabungan yang berlebih tersebut
akan dipinjamnkan kepada pihak asing. Jika suatu negara mempunyai investasi
asing yang negatif, berarti investasi negara tersebut melebihi tabungan, maka
untuk mengatasi ini maka suatu negara akan meminjam dana dari luar negeri.
Jadi, investasi asing bersih mencerminkan arus dana internasional untuk mendanai
akumulasi modal.
Identitas pos pendapatan nasional menunjukkan bahwa investasi asing
bersih selalu sama dengan neraca perdagangan, yaitu:
Investasi Asing Bersih = Neraca Perdagangan I
S - = NX ... (2.6) Jika S - danI NX adalah positif, maka perekonomian suatu negara dikatakan memiliki surplus perdagangan. Negara yang memiliki surplus
perdagangan biasanya disebut sebagai negara donor bersih di pasar keuangan
dunia. Jika S - I danNX adalah negatif, negara tersebut mengalami memiliki defisit perdagangan. Dalam hal ini negara tersebut akan menjadi negara pengutang
neraca perdagangan berada dalam kondisi seimbang, karena nilai impor sama
dengan nilai ekspornya.
Identitas pos pendapatan nasional menunjukkan bahwa arus dana
internasional untuk mendanai akumulasi modal, arus barang dan jasa internasional
adalah dua sisi dari mata uang yang sama (Mankiw, 2000). Disatu sisi, jika
tabungan melebihi investasi, tabungan yang tidak diinvestasikan secara domestik
akan dipinjamkan kepada pihak asing yang membutuhkan. Pada sisi lain, jika
investasi melebihi tabungan, kelebihan investasi harus didanai dengan meminjam
dari luar negeri. Hutang luar negeri ini memungkinkan mengimpor lebih banyak
barang dan jasa daripada mengekspornya, dengan demikian maka akan
mengalami defisit perdagangan.
2.2.7. Pasar Barang , Kurva IS dan pergeseran kurva IS
Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat
pendapatan yang muncul di pasar barang dan jasa (Mankiw, 2000). Kurva IS yang
miring ke bawah (berslope negatif) menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
negatif antara tingkat suku bunga dengan pendapatan.
Sumber: Mankiw (2000)
Gambar 2.3. Kurva IS IS
Y1
Y2
r1
r2 E
1
E2
Dalam Gambar 2.3 dapat dijelaskan bahwa kenaikan dalam tingkat suku
bunga (r1 ke r2) akan menyebabkan investasi yang direncanakan mengalami
penurunan. Turunnya investasi ini dikarenakan meningkatnya pengembalian yang
harus dibayarkan apabila para investor meminjam dana kepada bank
konvensionel. Apabila investasi mengalami penurunan maka pada akhirnya akan
berdampak pada penurunan tingkat pendapatan (Y2 ke Y1). Kurva IS dapat
bergeser apabila ada perubahan dalam kebijakan fiskal yaitu dengan adanya
kenaikkan atau penurunanGoverment expenditure(G) danTax (T). Dalam bentuk grafik pergeseran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Mankiw (2000)
Gambar 2.4 Pergeseran Kurva IS
Gambar 2.4 menunjukkan bahwa kenaikan dalam pembelian pemerintah
meningkatkan pengeluaran yang direncanakan (Y1 ke Y2). Untuk tingkat suku
bunga tertentu, pergeseran ke atas dalam pengeluaran yang direncanakan akan
menyebabkan kurva IS bergeser ke kanan atas (IS1 ke IS2).
2.2.8. Pasar Uang, Kurva LM, dan Pergeseran Kurva LM
Kurva LM menunjukkan kombinasi tingkat suku bunga dan tingkat
pendapatan yang konsisten dengan keseimbangan dalam pasar untuk IS1
IS2
Y1 Y2
r
-
r
keseimbangan uang riil. Kurva LM digambarkan untuk penawaran uang riil
tertentu (Mankiw, 2000).
Keynes dalam buku klasiknya The General Theory menjabarkan pandangannya tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek.
Penjelasan itu disebut teori preferensi likuiditas, karena teori itu menyatakan
bahwa tingkat suku bunga menyesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan uang. Hubungan antara tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan
dapat digambarkan berikut ini.
Sumber: Mankiw (2000)
Gambar 2.5. Kurva LM
Gambar 2.5 dapat dijelaskan bahwa kenaikan dalam tingkat pendapatan
akan menaikkan permintaan akan uang, jika penawaran uang riil tetap maka akan
ada kenaikan tingkat suku bunga (r1 ke r2) untuk mengantisipasi permintaan akan
uang tersebut. Kurva LM berslope positif yang berarti adanya kenaikan dalam
tingkat pendapatan akan diikuti oleh kenaikan tingkat suku bunga.
Kurva LM dapat bergeser apabila ada perubahan dalam penawaran uang
riil melalui kebijakan moneter. Pergeseran kurva LM dalam bentuk grafik dapat
digambarkan sebagai berikut: r
Y Y1 Y2
r1
r2
Sumber: Mankiw (2000)
Gambar 2.6. Pergeseran Kurva LM
Pada tingkat pendapatan tertentu penurunan dalam penawaran uang (LM1
ke LM2) menggeser kurva LM ke kiri atas dan hal tersebut akan berakibat pada
naiknya tingkat suku bunga yang (r1 ke r2). Maka ada hubungan negatif antara
jumlah penawaran uang riil dengan tingkat suku bunga, ketika terjadi penurunan
dalam penawaran uang riil akan menyebabkan peningkatan tingkat suku bunga.
2.2.9. Pengaruh Invetasi Asing Bersih dan Ekspor Bersih terhadap Nilai Tukar
Mankiw (2000) mengatakan bahwa ada hubungan antara investasi asing
bersih, ekspor bersih dan nilai tukar. Dalam perekonomian terbuka, dikemukakan
bahwa kenaikan dalam permintaan investasi asing bersih menyebabkan nilai tukar
mata uang domestik terhadap mata uang asing mengalami apresiasi. Hal tersebut
terjadi karena adanya peningkatan dalam investasi yang masuk berarti terjadi
peningkatan permintaan terhadap mata uang domestik. Begitu pula dengan adanya
peningkatan dalam ekspor bersih akan mengakibatkan nilai tukar mata uang
domestik terhadap mata uang asing mengalami apresiasi. Peningkatan dalam
ekspor bersih berarti menandai terjadinya peningkatan penawaran valuta asing. LM1
LM2
Y
-Y r1
r2
Sumber: Mankiw (2000)
Gambar 2.7. Pergeseran kurva (SI) dan (NX)
Gambar 2.7(a) menunjukkan bahwa peningkatan investasi akan
menyebabkan kurva (SI) bergeser ke kiri. Peningkatan investasi berarti terjadi
peningkatan permintaan mata uang domestik, sehingga nilai tukar mata uang
domestik terhadap mata uang asing mengalami apresiasi.
Gambar 2.7(b) menunjukkan terjadinya peningkatan dalam ekspor bersih.
Peningkatan ekspor bersih akan menggeser kurva ekspor ke kanan atas. Adanya
peningkatan dalam ekspor bersih berarti terjadinya peningkatan penawaran mata
uang asing, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan terspresiasinya mata uang
domestik terhadap mata uang asing.
2.2.10. Vector Autoregression (VAR)
VAR adalah suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap peubah
sebagai fungsi linear dari konstanta dan nilai lag (lampau) dari peubah itu sendiri serta nilai lag dari peubah lain yang ada di dalam sistem. Jadi, peubah penjelas dalam VAR meliputi nilai lag seluruh peubah tak bebas dalam sistem.
(SI)1
(SI)2
(NX)1
(NX)2
(SI)
(NX) (NX)
q
q2
q1
q1
q2
q
(NX)1
(NX)2 (NX)1=(NX)2
VAR merupakan pendekatan yang berorientasi pada data, jika pola dari
data telah disimpulkan maka data akan berbicara (Subagjo, 2005). Dengan
demikian, dari data dasar maupun data tersaring, spesifikasi model dapat
dilakukan. Restriksirestriksi persamaan dalam struktural VAR dilakukan jika
memang diperlukan dan itu berdasarkan pada teori ekonomi yang relevan. VAR
dapat juga digunakan untuk peramalan dan juga untuk analisis kebijakan.
Yt = Vektor Peubah Tak Bebas,
A0 = Vektor Intercept Berukuran n x 1,
A1 = Matriks Parameter Berukuran n x n,
εt = Vektor Sisaan.
Persamaan VAR secara umum menurut Thomas (1997) sebagai berikut:
Yt = Vektor Kolom dari Pengamatan pada Waktu t Semua
Variabel dalam Model, At = Matriks Parameter,
Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis VAR adalah semua variabel
tak bebas bersifat stasioner, semua sisaan bersifat white noise, yaitu memiliki rataan nol, ragam konstan, dan diantara variabel tak bebas tidak ada korelasi.
Salah satu syarat dalam analisis VAR adalah data stasioner. kestasioneran
data dapat dilakukan melalui pengujian terhadap ada tidaknya unit root dalam variabel dengan melakukan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Berdasarkan persamaan 2.6 dengan model pendifrensiasian dapat dituliskan sebagai berikut:
H0 : γ = 0 (data tidak stasioner)
H1 : γ < 0 (data stasioner)
Uji yang dilakukan adalah uji tstatistik, dengan rumus:
dimana
g
- adalah nilai dugaan γ dan sg
-
adala simpangan baku dari γ. Dengan
menggunakan tingkat signifikansi 5 persen untuk nilai kritis dari statistik ADF,
jika t statistik lebih besar dari statistik ADF (nilai kritis 5 persen) maka keputusan
adalah tolak H0 yang berarti bahwa tidak terdapat unit root (stasioner) begitu pula
sebaliknya. Kestasioneran data penting, agar tidak menimbulkan spurious regression akibat adanya unit root.
independent, sehingga diperoleh variabel yang stasioner dengan pendiferensialan I(n). Kestasioneran data melalui pendiferensialan tidaklah cukup, yang berarti
bahwa model VAR biasa tidak dapat digunakan secara langsung karena
mempertimbangkan terdapat tidaknya informasi jangka pendek dan jangka
panjang dalam model. Sehingga ada dua pilihan yang dapat dillakukan yaitu
model VAR dengan pendiferensialan untuk data yang tidak terkointegrasi atau
VECM untuk data yang terkointegrasi.
. Menurut Pesaran dan Pesaran (1997) model VECM secara umum adalah:
t
Γ = Matriks Koefisien Regresi (b1, b2, b3),
Yt1 = Vektor dari Variabel yang Digunakan dalam Analisis,
μ0 = Vektor Intercept,
μ1 = Vektor Koefisien Regresi,
α = Matriks Loading, β’ = Vektor Kointegrasi,
Yt1 = Variabel dalam Level,
Berdasarkan persamaan (2.11), vektor kointegrasi (β’) sangat ditekankan
karena menunjukkan adanya kointegrasi dalam variabelvariabel yang dianalisis.
Vektor tersebut dapat diinterpretasikan dalam bentuk matriks kointegrasi dengan
diperoleh berdasarkan pengujian kointegrasi. Apabila rank kointegrasi dua (r=2).
Maka terdapat dua vektor kointegrasi yang terbentuk.
Kedua vektor tersebut just identified karena terdapat dua set restriksi untuk dua persamaan. Agar persamaan tersebut dapat diuji untuk diinterpretasikan
secara ekonomi maka dilakukan overidentifying restriksi untuk memperoleh model hubungan jangka panjang yang terestriksi sehingga bermakna secara
ekonomi, dan kemudian parameterparameter diestimasi dengan menggunakan Maximum Likelihood. Hasil estimasi model VECM digunakan untuk memperoleh informasi jangka pendek dan jangka panjang dengan tingkat perubahan tertentu.
Tetapi hasil estimasi ini sangat tergantung pada tujuan penelitian dan merupakan
hasil antara untuk memperoleh residual yang akan digunakan dalam innovation accounting yang meliputi analisis IRF dan FEVD.
Impulse Response Function (IRF) dapat dilakukan untuk melihat respon dinamis setiap variabel yang dianalisis terhadap adanya shock atau guncangan atas variabel tertentu. Sementara itu, Forecast Error Variance Decompositon (FEVD) dilakukan untuk melihat berapa persen kontribusi guncangan masingmasing
variabel terhadap perubahan variabel tertentu.
2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Analisis serta kajian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi nilai
tukar telah banyak dilakukan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian
apabila dilihat dari adanya aliran keuangan yang masuk dan ke luar dari suatu
negara dengan memperhitungkan posisi dari neraca pembayaran.
Wibowo dan Amir (2005) melakukan penelitian terhadap faktorfaktor
yang mempengaruhi nilai tukar dengan salah satu model penelitiannya dengan
memasukkan variabel neraca perdagangan sebagai variabel eksogen dalam
mempengaruhi nilai tukar. Model yang dikembangkan oleh Wibowo dan Amir
(2005) merupakan model yang didasarkan dari model penelitian yang dilakukan
oleh Meese dan Rogoff (1983) yang telah membangun suatu uji langsung yang
sulit dalam tiga tahap. Pertama, mereka merumuskan suatu model yang
menampung sebagian besar halhal yang dipercayai oleh pakar ekonomi sebagai
sesuatu yang menyebabkan perubahan nilai tukar. Dari persamaan gabungan
paritas daya beli:
dimana M dan Mf masingmasing adalah jumlah uang beredar (dalam negeri dan
luar negeri ), P dan Pf adalah tingkat harga, y dan yf adalah PDB riil, serta k dan kf
adalah nisbah perilaku yang ditentukan oleh masingmasing persamaan tersebut
Dalam model persamaan yang dibangun oleh Wibowo dan Amir (2005),
nilai k dari persamaanpersamaan di atas dimungkinkan untuk tergantung pada
suku bunga di dalam dan luar negeri (i dan if), tingkat inflasi di dalam dan luar
negeri (π dan πf), dan neraca perdagangan (TB) di dalam negeri. Dengan demikian
)
dimana K merupakan nisbah kf/k. Berdasarkan hasil yang diteliti ternyata hanya
varibel TB yang tidak mempengaruhi secara signifikan sedangkan variabel
lainnya sukup signifikan dalam mempengaruhi nilai tukar.
Atmadja (2002) melakukan penelitian dengan judul analisa pergerakan
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan
sistim nilai tukar mengambang bebas di Indonesia. Dalam penelitiannya, Atmadja
memasukkan variabel besarnya surplus atau defisit neraca pembayaran sebagai
salah satu variabel eksogen dalam melakukan penelitian. Berdasarkan hasil
penelitiannya dengan menggunakan metode OLS ternyata variabel surplus dan
defisitnya neraca pembayaran tidak signifikan mempengaruhi nilai tukar.
2.4. Kerangka Pemikiran Operasional
Suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka akan
mengalami terjadinya integrasi ekonomi dengan negara lain. Terjadinya integrasi
ekonomi akan terlihat dari sisi sektor eksternal. Sisi eksternal merupakan kondisi
dimana perekonomian suatu negara dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi dari
negara lain. Aktivitas ekonomi tersebut dapat menyebabkan terjadinya aliran dana
dari dan ke luar negeri. Untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi dari sisi
eksternal maka peneliti menggunakan neraca pembayaran sebagai indikator
Neraca Pembayaran
Nilai Tukar Jumlah Uang
Beredar Account Capital Suku Bunga Tingkat AccountCurrent PDB Tingkat Suku
Bunga PDB dan Nilai Tukar
Dummy Krisis
Neraca pembayaran yang terdiri dari transaksi berjalan (current account)
dan transaksi keuangan dan modal (capital account) merupakan indikator
terjadinya aliran dana dari dan ke luar negeri. Adanya aliran dana tersebut akan
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar uang. Oleh karena
itu, diperlukan suatu analisis yang lebih mendalam mengenai adanya aliran dana
tersebut dalam mempengaruhi nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang
asing. Dalam bentuk bagan alir (flowchart) kerangka penelitian operasional dari
penelitian ini akan terlihat seperti (Gambar 2.8).
Gambar 2.8. Kerangka Pemikiran Operasional Keterangan:
Terdiri dari
Mempengaruhi
2.5. Definisi Variabel
Variabelvariabel yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh
komponen neraca pembayaran mempengaruhi nilai tukar antara neraca berjalan
(currrent account) dan neraca modal dan keuangan (capital account).
Variabel lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (M2) yang
merupakan jumlah uang beredar dalam arti luas, tingkat suku bunga (R), produk
domestik bruto (PDB) dan dummy krisis (D). Untuk variabel nilai tukar (ER)
peneliti menggunakan nilai tukar nominal Rp/US$ .
2.6. Hipotesa Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, hipotesis
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Current account berpengaruh negatif terhadap nilai tukar Rupiah, dalam artian meningkatnya current account akan mengakibatkan nilai nominal nilai tukar Rupiah mengalami penurunan (apresiasi).
2. Capital account berpengaruh negatif terhadap nilai tukar Rupiah, dalam artian meningkatnya capital account akan mengkibatkan penawaran terhadap mata uang asing akan bertambah di pasar uang sehingga nilai
nominal dari nilai tukar Rupiah mengalami penurunan (apresiasi).
3. Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) berpengaruh positif terhadap
nilai tukar Rupiah, dalam artian meningkatnya M2 akan mengakibatkan
tingkat suku bunga dalam negeri menjadi turun, maka hal tersebut akan
akan mengakibatkan penawaran mata uang asing menjadi menurun yang
selanjutnya menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi.
4. Kenaikan tingkat suku bunga (R) menyebabkan nilai tukar Rupiah
mengalami apresiasi.
5. Kenaikan PDB berpengaruh menyebabkan nilai tukar terdepresiasi.
III.METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini banyak dilakukan di Jakarta dan Bogor. Waktu penelitian ini
berlangsung pada bulan Februari hingga bulan Mei 2006.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan data kuartalan periode 1990:1 sampai dengan 2005:4. Data penelitian
diambil dari Bank Indonesia (BI) dan instansi terkait lainnya. Untuk mencari studi
pustaka maka peneliti melakukan pengumpulan literatur berupa kumpulan materi
kuliah, jurnal, artikel dan bukubuku yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber
penelitian.
3.3. Metode Analisis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Vektor Error Correction Model (VECM). Metode ini mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan metode lain
yang konvensional, seperti Ordinary Least Square(OLS) karena dalam metode ini didahului oleh proses pengujian akar unit dan kointegrasi untuk meneliti apakah
variabel yang digunakan dalam sistem persamaan bersifat stasioner atau tidak.
Menurut Sims dalam Thomas (1997), variabel yang digunakan dalam