• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI TANAH ADAT DI WILAYAH ADAT NAGASARIBU DESA POHAN JAE KABUPATEN TAPANULI UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSISTENSI TANAH ADAT DI WILAYAH ADAT NAGASARIBU DESA POHAN JAE KABUPATEN TAPANULI UTARA."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI TANAH ADAT DI WILAYAH ADAT NAGASARIBU

DESA POHAN JAE KABUPATEN TAPANULI UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Novi Septiana Pasaribu 3122121012

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

i

ABSTRAK

Novi Septiana Pasaribu. Nim.3122121012. Eksistensi Tanah Adat Di Wilayah Adat Nagasaribu Desa Pohan Jae Kabupaten Tapanuli Utara.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah tanah adat di wilayah adat Nagasaribu, Aturan-aturan adat yang berlalu di wilayah adat Nagasaribu terkait tanah adat, dan kegunaan tanah adat bagi masyarakat adat Nagasaribu Metode yang digunakan dalam penelitian ( field research) dengan teknik wawancara dengan beberapa informan yang dianggap mempunyai kompetensi yang relevan dengan objek penelitian dimana data yang diperoleh dari lapangan yang berhubungan dengan dengan permasalahan penelitian. Data juga diperoleh dari hasil wawancara dengan para tokoh masyarakat yang mengetahui tentang sejarah tanah adat Nagasaribu,aturan dan kegunaannya, selain itu data juga diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitian , peneliti dapat mengetahui mengenai (1) sejarah tanah adat diwilayah adat Nagasaribu sudah ada sekitar 350 tahun. Dibuka pertama oleh Dato Pijor bermarga Simanjutak, kemudian oleh Pande Bosi bermarga Siregar, Panjaitan kemudian Pasaribu. Tanah adat Nagasaribu awalnya sebagai dibuka sebagai perkampungan tepatnya ditanah adat yang diberi nama Sirambe.Selain perkampungan, tanah adat Nagasaribu mengalami perubahan kegunaan yaitu tanah yang berair pernah digunakan untuk menanam bayon dan tanah untuk onan (pasar). Pemanfaatan tanah yang sekarang masih berlangsung untuk menanam padi,kopi dan kemenyan dan yang terbaru menanam cabai. Hutan adat Nagasaribu pernah dikuasi oleh Belanda dengan melarang masyrakat mengambil kayu ataupun hamijon dan membuat batas-batas wilayah (2) Tanah adat adalah hak atas tanah baik hak pribadi ataupun hak kolektif yang diatur dengan aturan adat yang berlaku di wilayah adat Nagasaribu. Aturan adat yang berlaku di wilayah adat Nagasaribu meliputi aturan pembagian hutan adat yang akan digunakan untuk lahan haminjon, pembukaan kampung, penggunaan tanah adat untuk aktifitas ekonomi, sosial, politik dan hak waris kepada marga tano, boru ataupun marga sagi-sagian. (3) Guna Tanah adat tidak lepas dari penggunaan untuk kepentingan pribadi ataupun untuk kepentingan kolektif. Guna tanah adat untuk kepentingan pribadi mencakupi aktifitas ekonomi, tempat tinggal ataupun kuburan. Guna tanah adat untuk kepentingan kolektif meliputi aktifitas sosial, untuk kuburan, politik untuk mempertahankan tanah.

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Terimakasih kepada Alam Semesta yang selalu berbelas kasih sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dengan judul ” Eksistensi Tanah Adat Di Wilayah Adat Nagasaribu Desa Pohan Jae Kabupaten Tapanuli Utara“.

Dalam menulis skripsi ini penulis sudah berusaha seoptimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik, namun sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kelemahan. Oleh karena itu, masukan berupa saran serta kritik yang bersipat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini kelak.

Dalam melaksanakan penelitian maupun penulisan skripsi ini , penulis banyak mendapat dukungan dan batuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial. 3. Bapak dan Ibu pembantu Dekan Fakultas Ilmu Sosial

(4)

iii

5. Bapak Drs. Ponirin, MSi selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang banyak memberikan bimbingan, arahan, masukan , pemikiran dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Samsidar Tanjung. M.Pd sekalu dosen penguji utama yang telah memberikan pemikiran dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Hidayat, M.Si selaku dosen pembanding ahli yang banyak memberikan pandangan serta masukan bagi penulis dalam menyampaikan penulisan skripsi ini.

8. Bapak Syahrul Nizar Saragih, S.Hum, M.A selaku dosen pembanding bebas yang banyak memberikan pandangan serta masukan bagi penulis dalam menyampaikan penulisan skripsi ini.

9. Seluruh dosen yang ada di Jurusan Pendidikan Sejarah dan tenaga administasi FIS UNIMED.

(5)

iv

11.Kepada Alm.Opung boru Simanjutak dan Sitohang yang memberikan sumbangsi besar dalam perkuliahan penulis dan terkhusus untuk opung doli Pasaribu sehat selalu dan terimakasih. Serta seluruh keluarga dari Pasaribu dan Sijabat

12.Kepada keluarga besar masyarakat adat Nagasaribu penulis sangat berterimakasih atas bantuan dan penerimaan kehadiran penulis untuk meneliti dan tinggal bersama. Sungguh terimakasih sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

13.Kepada kawan-kawan di KSPPM : Kak Suryati Simanjutak, kak Trisna, bang David Raja. Dan terimakasih untuk amang pandita Hendra Sinaga yang sangat mambantu penulis dalam penelitian.

14.Teristimewa buat sahabatku Meta Florika Sihite (Sexy ),Indah Hasibuan (bundo), Nur Utamai, Daniel Sinaga yang sama-sama menderita diakhir semoga kita semangat sampai akhir. Kepada Sri Fani Sidabutar (funi) , Nensi Pelawi, Dewi Rohani Sihaloho (alim namun reaksoner) yang telah mendahuli penulis dalam prosesnya semoga kita tetap bisa progress dimasa yang mendatang. Josua Nainggolan (cua) terimakasih jemputan salonnya. Kak Tika Mahardika untuk pengalaman dan ilmu yang tidak pernah pelit dibagikan. Dan Bima Humala Marpaung yang telah membuat kisah tersendiri terimasih kasih semangatnya.

(6)

v

16.Kawan-kawan nongkrong di kantin Fis yang dirindukan Dekor, Jaya, Jonatan, Novrizal, Sanjana, Zeblon, Dahlan. Kalian adalah orang-orang yang punya kelainan karakter.

17.Tetap Semangat kepada rekan juang yang ingin menjadi anggota lama : Boy Ture Sitanggang, Agustinus L.Raja yang harus melewati masa uji coba, Dina mariana L.Tobing yang selalu diphpkan system perkuliahan,Semangat !, Iwan dan Raffles cepatkan kalianlah jangan berleha-leha.

18.Terakhir dan teristimewa kepada Rekan Juang di kelompok diskusi Barisan Demokrat (BARSDem) baik anggota aktif dan lama yang telah menjadi rumah kedua dan keluarga. Sungguh kalian sangat luar biasa dan terimakasih untuk proses yang kita jalani selama ini sehinggan membentuk pola pikir penulis. Salam Demokrasi..!!

Medan, Januari 2017 Penulis

(7)

iv

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Pembatasan Masalah ... 4

1.4.Rumusan Masalah ... 4

1.5.Tujuan peelitian ... 4

1.6.Manfaat penelitian ... 5

BAB II Kajian Pustaka Dan Landasan Teori ... 7

2.1. Kajian Pustaka ... 6

2.2.Landasan Teori ... 9

a.Teori Fungsional Struktural ... 9

2.3.Kerangka Konsep ... 10

a. Tanah Adat Nagasaribu ... 10

b. Masyarakat Adat Nagasaribu ... 12

2.4.Kerangka Berpikir ... .13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 15

3.1.Metode Penelitian... 16

(8)

v

3.3.Sumber Data ... 17

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 18

3.5.Teknik Analisis Data... 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 21

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 21

4.2 Hasil Penelitian ... 30

4.2.1 Sejarah Tanah Adat Dusun Nagasaribu Desa Pohan Jae ... 30

4.2.2. Aturan Adat Mengenai Tanah Yang Berlaku... 44

4.2.3. Guna Tanah Adat Nagasaribu ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1. Kesimpulan ... 60

5.2. Saran ... 62

(9)

ii

5.1 Kesimpulan ... 60 5.2 Saran ... 62

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin……….…....…….24 Tabel 2.Jumlah Fasilitas Kesehatan di dusun Nagasaribu …31

(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Berfikir 14 Bagan 2. Tarombo Simanjutak Dato Dolok 34

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia pada hakikatnya berusaha selalu untuk mempertahankan hidupnya. Dalam upaya mempertahankan hidup dapat kita lihat manusia berusaha mengembangkan usahanya dan selalu memperbaiki usahanya, misalnya dengan semakin meningkatkan kualitas tempat hunia, penemuan-penemuan baru yang akan berguna bagi kehidupan manusia. Untuk berpijak, memperoleh makanan atau lahan untuk memproduksi bahan makanan, tempat berdirinya hunian untuk melindungi diri dari bahaya, bahkan tempat setelah meninggal dan berbagai hal lainnya.Tanah tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.

Di tanah batak , tanah secara filosofis adalah bumi,air dan segala yang ada diatasnya berserta seluruh yang terkandung didalamnya.Salah satu contoh tanah adat adalah tanah adat yang dimiliki oleh masyarakat adat Nagasaribu. Masyarakat adat Nagasaribu menetap di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara adalah komunitas masyarakat yang hidup berdampingan selama turun temurun mengusahakan tanah yang mereka miliki secara kolektif untuk kepentingan bersama.

(13)

2

marga simanjuntak hingga menyebarlah ke daerah lain yang belum dihuni atau ke tanah kosong yang tidak ada kelompok yang mengerjakannya. Salah satunya adalah Nagasaribu yang terletak di Kabupaten Tapanuli Utara.

Kaitan antara tanah dengan masyarakat adat Nagasaribu sangat jelas terlihat dimana masyarakat adat Nagasaribu yang hidup secara kolektif dan menetap secara turun-temurun di daerah desa Nagasaribu. Kabupaten Tapanuli Utara. Sepanjang 15 generasi dari Dato Pijor, cucu dari Sitombuk anak Simanjutak bermukin dan bertahan di tanah Adat Nagasaribu. Berarti sudah 350 tahun kurang lebih wilayah adat Nagasaribu terbentuk. Dato Pijor dengan Datu Dolok, adiknya, melakukan perjalan ke Nagasaribu. Dato Pijor membuka huta pertama, di Sirambe sedangkan Datu Dolok pergi ke Siparendean. Ada juga marga SiregarPanjaitan dan Pasaribu yang juga membuka kampung di Dusun Nagasaribu.

Si Pande Bosi, merupakan sundut ke-6 dari marga Siregarmerupakan

hela (menantu laki-laki) dari Dato Pijor. Si Pande Bosi yang asalnya dari

Silimbat, Kabupaten Toba Samosir bersama Dato Pijor ke wilayah Nagasaribu. Namun tidak dilokasi yang sama membuat perkampungan. Pande Bosi atau Siregar membuka perkampungan pertama di Sibede.

(14)

3

wilayah adat Nagasaribu. Marga Pasaribu pergi ke daerah Sipirok sedangkan Marga Panjaitan pergi ke Purba Sinombak.

Eksistensi tanah adat di wilayah adat Nagasaribu dapat dilihat dari sejarah kampungnya dan adat yag berlaku berhubungan dengan aturan, kegunaan dan peranan lemabaga adat yang berlaku di masyarakat adat Nagasaribu. Tanah adat Nagasaribu yang sudah bertahan selama 350 tahun tentu memiliki dinamikaya sendiri.

Penggunaan tanah di wilayah adat Nagasaribu sendiri terbagi dalam beberapa bagian. Tanah adat yang digunakan sebagaian hunian yang biasa disebut

huta, lumban , dan sosor. Tanah adat yang digunakan sebagai kuburan umum

yang biasa digunakan disebut dengan parsamiran. Selain tanah untuk tempat hunia atau kuburan, tanah aadt juga digunakan sebagai lahan produksi, untuk bersawah (hauma), berkebun (kobun) , berladang (porlak ) dan tombak haminjon (hutan adat yang terdapat pohon kemenyan ) yang digunakan secara individu atau kolektif untuk kepentingan bersama. Selain tanah yang dikerjakan untuk memproduksi bahan makanan, ada juga tanah yang dibiarkan kosong sebagai tempat penggembalaan hewan ternak oleh masyarakat adat Nagasaribu jalangan dan jampalan.

(15)

4

porlak (ladang) dan tombak haminjon (hutan adat kemenyan) juga berlaku sampai sekarang yang berkaitan mengenai tata mengatur tata cara kelola.dan hak penggunan.

Hak warisan atas tanah adat adat di Nagasaribu juga berdasarkan aturan adat yang berlaku di Nagasaribu. Tidak bisa sesuka hati dalam memberikan hak waris terkait tanah kepada keturunannya. Biasanya pembagian hak waris dibedakan antara anak (laki-laki) dan boru (perempuan). Untuk anak disebut panjaean dan untuk boru disebut pauseang dan ulos na sora buruk. Dimana ada aturan tentu ada kelembagaan yang berhubungan dengan aturan tersebut. Masyarakat adat Nagasaribu masih memiliki kelembagaan adat seperti Raja Patik , Raja Bondar ataupun Parhundul.

Hubungan antara tanah dan masyarakat adat Nagasaribu adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena tanpa tanah adat maka masyarakt adat akan kehilangan identitasnya. Keberadaan masyarakat adat Nagasaribu adalah keberadaan tanah adat mereka. Tanah bagi masyarakat adatSimanjuntaksebagaisalah satu simbol dari eksistensi mereka.

(16)

5

manusia. Keberadaan tanah adat yang juga merupakan kekayaan non-fisik yang semakin tergerus bukan hanya modernitas namun pembangunan yang tidak berpihak kepada masyarakat. Karena hal inilah menarik perhatian penulis untuk meneliti dan memberikan judul “Eksistensi Tanah Adat Di Wilayah Adat

Nagasaribu Desa Pohan Jae DiKabupaten Tapanuli Utara”

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian sebagai berikut :

a. Proses lahirnya tanah adat di wilayah masyarakat adat Nagasaribu b. Proses penggunaan tanah adat oleh masyarkat adat Nagasaribu c. Hukum adat mengenai tanah yang berlaku di Nagasaribu d. Kegunaan tanah adat oleh masyarkat adat Nagasaribu

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Karena begitu luas masalah yang ada, dan keterbatasan penulis, maka yang menjadi batasan masalah ini adalah eksistensi tanah adat di wilayah adat Nagasaribu Desa Pohan Jae, Kabupaten Tapanuli Utara yang berkaitan mengenai sejarah wilayah adat Nagasaribu, aturan adat yang berlaku dan kegunaan tanah adat di wilayah adat Nagasaribu.

1.4RUMUSAN MASALAH

(17)

6

b) Apa aturan tentang Tanah Adat si wilayah adat Nagasaribu? c) Bagaimana kegunaan tanah adat oleh masyarakat adat Nagasaribu?

1.5TUJUAN PENELITIAN

Penelitian mengenai Eksistensi Tanah Adat di Wilayah Adat

NagasaribuDesa Pohan Jae Kabupaten Tapanuli Utara bertujuan untuk

a. Mengetahui sejarah tanah adat diwilayah adat Nagasaribu Desa Pohan Jae Kabupaten Tapanuli Utara.

b. Mengetahui aturan-aturan dalam penggunaan tanah adat di wilayah adat Nagasaribu Desa Pohan Jae Kabupaten Tapanuli Utara.

c. Mengetahui kegunaan tanah adat oleh masyarkat adat Nagasaribu Desa Pohan Jae Kabupaten Tapanuli Utara.

1.6MANFAAT PENELITIAN

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini maka manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

(18)

7

untuk melihat bagaimana kearifan local dan kolektifitas sangat begitu indah dan damai.

b. Manfaat bagi penulis

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Dudung.2007.Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ar-ruz Media

Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah. Jakatra: UI Press

Haar, Ter.1985. Asas-Asas Dan Susunan Hukum Adat. Jakarta : Pradnya Paramita Siahaan, Bisuk. 2005. Kehidupan Dibalik Tembok Bambu. Jakarta: Kempala

Foundation

Simanjutak , Bungaran Antonius. 2015. Arti dan Fungsi Tanah Bagi Masyarakat

Batak Toba, Karo, Simalungun. Jakarta : Obor Situmorang,

Sitor. 2004. Toba Na Sae.Jakarta : Komonitas Bambu Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakatra: Ombak

Thompson, Paul. 2012. Suara Dari Masa Silam : Teori Dan Metode Sejarah

Lisan. Yogyakarta : Ombak

Wignjodipoero, Soerojo. 2004. Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta : CV Haji Masagung

Wirawan, I, B. 2015. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta : Prenadamedia Group

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2013. BukuPedoman Penulisan

Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah. FIS UNIMED

Gambar

Tabel 1.Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin…………….…....…….24

Referensi

Dokumen terkait

(2) Eksistensi Liang Boru Natumandi sebagai Tempat Keramat dilihat dari sesajen yang ada pada Liang Boru Natumandi merupakan simbol dari pengakuan akan adanya

Dalam penelitian ini akan digambarkan bagaimana kondisi Sosial Ekonomi Penenun Ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.. Penelitian

karunia yang diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “ Eksistensi Ulos pada Upacara Kematian Sari Matua di Desa

Dalam penelitian ini akan digambarkan bagaimana kondisi Sosial Ekonomi Penenun Ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.. Penelitian

Jamhuri, permasalahan pembagian harta waris dikalangan masyarakat Desa Ranjeng ini walaupun tidak berdasarkan Nash al- Qur‟an yang menghendaki bagian seorang

Dalam penelitian ini akan digambarkan bagaimana kondisi Sosial Ekonomi Penenun Ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara.. Penelitian

Keterangan dari Bapak Mudzani, bahwa pembagian waris secara perdamaian yang mereka gunakan biasanya berujung pada kesepakatan untuk membagi sama rata antara ahli waris

Terlepas dari kebiasaan pembagian waris tersebut, apabila pewaris saat meninggal dunia tidak memliki keturunan ahli waris anak laki-laki sebagaimana kasus yang terjadi