• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesalahan Pelafalan Bahasa Mandarin pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kesalahan Pelafalan Bahasa Mandarin pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN DALAM BAHASA MANDARIN

PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA CINA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Humaniora Dalam Bidang Sastra Cina

Disusun oleh:

SIDRIANA HANDAYANA

070710009

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN BAHASA MANDARIN

PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA CINA

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR

印尼学生汉语学

中的发音偏误

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya universitas

Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang

Ilmu Sastra Cina.

Oleh:

SIDRIANA HANDAYANA

070710009

Pembimbing

I

Pembimbing

II

Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si

Wu Qiao Ping, M.A

NIP: 19600711 198903 2 001

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Budaya

Program Studi S-1 Sastra Cina

(3)

Disetujui Oleh :

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera utara

Medan

Program Studi S-1 Sastra Cina

Ketua Program Studi,

Dr. T. Thyrhaya Zein, M. A.

NIP. 19630109 198803 2 001

(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina

Pada

: Pukul 8.30 – 11.30 wib

Tanggal

: 14 Juni 2011

Hari

:

Selasa

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan

Dr. H. Syahron Lubis, M.A

NIP: 196201161987031003

Panitia Ujian

No

Tanda Tangan

1.

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A

(

)

2.

Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si

(

)

3.

Wu

Qiao

Ping,

M.A

( )

(5)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Analisis Kesalahan Pelafalan Bahasa Mandarin

pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara”. In

generally, this research attempts to find out errors and factors of pronounciation in

Mandarin language made by the student. The pronounciation errors made by the

students of Mandarin language because of the interference of the native tongue,

interference of dialec ancient and lack of the phonological knowledge.

The methodology used in this thesis is descriptive methodology. The

sample of this research are students who learn Mandarin in Faculty of culture of

science, Universitas Sumatera Utara. And the theories use to determine errors

pronounciation in vowels, consonants, and tones is linguistic, phonology and

phonetic in particular.

Correction of the mistakes are absolutetly needed in order to increase the

quality of good skill communication of the students in Mandarin language. The

result shows most of the students make some mistakes in their conversation in

Mandarin language cause of the vowels, consonants, and tones are difficult to

pronounce.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur penulis tujukan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta anugerah-Nya sehingga penulis dapat mengerjakan dan

menyelesaikan skripsi untuk yang kedua kalinya bagi penulis. Penulisan skripsi

ini disusun guna melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas

Ilmu Budaya, program studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara. Dalam

penulisan skripsi ini penulis memilih judul Analisis Kesalahan Pelafalan

Bahasa Mandarin pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas

Sumatera Utara.

Adapun penyusunan penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan,

bantuan dan bimbingan yang sangat berharga terutama dari Papi, Mami, Kakak,

dan adikku tercinta. Penulis juga sangat mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini:

1. Bapak Dr. H. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II yang telah banyak

memberikan nasehat dan pengalaman hidup kepada penulis.

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A sebagai Ketua Program Studi Sastra Cina

Universitas Sumatera Utara yang selalu arif mendorong penulis dan teman-teman

stambuk 2007 sebagai stambuk pertama Sastra CinaUniversitas Sumatera Utara

untuk mengerjakan skripsi dengan baik.

(7)

4. Ibu Wu Qiaoping, M.A sebagai Dosen Pembimbing II yang dengan sabar

banyak memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis sampai penulisan

skripsi ini selesai.

5. Ibu Liu Jinfeng, M.A selaku Dosen Program Studi Sastra Cina yang banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Papi AKBP Burhanuddin Desky, SH dan Mami Nur Mini Sidra, SpD tercinta,

yang telah memberikan dorongan dan semangat serta doa yang tak henti-hentinya

agar penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat waktu sehingga tidak

menggangu pekerjaan penulis sebagai CPNS di Lingkungan Pemerintah

Kabupaten Aceh Tenggara.

7. Kakakku Dhinnie Maretha, S.Psi, Hanni Alqili Laury ST, dan Sidriani

Handayani, S.Sos dan adikku Rommy Kurniawan dan Ronny Rivandi yang telah

memberikan dorongan dan semangat serta doa yang tak henti-hentinya hingga

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

8. Teman-teman stambuk 2007 yang telah berjuang bersama penulis untuk

menyelesaiakn skripsi ini Winda, Ayu, Suci, Fina, Ririn, Tomi, Sheyla dan Sheyra

serta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Untuk Yohana, Rusma,

Dewi, Amah, Bibi, Citra, dan Matius, ayooo semangat kawan! Kalian pasti bisa!

9. Teman-teman alumni Universitas Islam Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Akuntansi angkatan 2006 yang telah dengan setia selalu memberikan dorongan,

semangat dan persahabatan yang tulus kepada penulis.

10. Fifi, Budi, Naya, Febi, Set, dan adik-adik stambuk 2008 lainnya yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak mambantu penulis dalam

mengerjakan skripsi dan bersedia ambil bagian menjadi responden penelitian.

(8)

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan semua pihak yang memerlukannya. Penulis menyadari sepenuhnya

bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehubungan dengan berbagai

keterbatasan kemampuan. Sehubungan dengan itu penulis sangat mengharapkan

kritik membangun, saran dan masukan dari pembaca. Terimakasih.

Medan, Juni 2011

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

...

i

KATA PENGANTAR

... ii

DAFTAR

ISI

...

v

BAB I: PENDAHULUAN

... 1

1. 1 Latar Belakang Masalah

... 1

1. 2 Rumusan Masalah

... 5

1. 3 Tujuan Penelitian

... 6

1. 4 Manfaat Penelitian

... 7

1. 5 Batasan Masalah

... 8

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

... 10

2. 1 Kajian Pustaka

... 10

2. 2 Konsep

... 11

2.2.1

Pelafalan

...

15

2. 3 Landasan Teori

... 20

BAB III: METODE PENELITIAN ... 35

3. 1 Pendekatan

... 35

3. 2 Lokasi Penelitian

... 36

3. 3 Data dan Sumber Data

... 36

3. 4 Teknik Pengumpulan Data

... 37

3. 5 Analisis Data

... 38

BAB IV: PEMBAHASAN

... 40

4. 1 Kesalahan pelafalan

... 40

4.2 Kesalahan Pelafalan Vokal

... 42

4.2.1 Vokal [a]

... 42

4.2.2

Vokal

[i]

...

43

4.2.3 Vokal [e]

... 43

4.2.4 Vokal [o]

... 44

4.2.5 Vokal [u] dan [ü]

... 45

4.3 Kesalahan Pelafalan Konsonan ... 45

4.3.1 Konsonan [b]

... 45

4.3.2 Konsonan [p]

... 46

4.3.3 Konsonan [d]

... 47

4.3.4 Konsonan [g]

... 48

4.3.5 Konsonan [k]

... 49

4.3.6 Konsonan [j]

... 50

(10)

4.4 Faktor Penyebab Kesalahan

... 53

4.5

Hasil

...

53

BAB V: Kesimpulan dan Saran

... 54

5.1

Kesimpulan

...

54

5.2

Saran

...

56

Daftar Pustaka

(11)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Analisis Kesalahan Pelafalan Bahasa Mandarin

pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara”. In

generally, this research attempts to find out errors and factors of pronounciation in

Mandarin language made by the student. The pronounciation errors made by the

students of Mandarin language because of the interference of the native tongue,

interference of dialec ancient and lack of the phonological knowledge.

The methodology used in this thesis is descriptive methodology. The

sample of this research are students who learn Mandarin in Faculty of culture of

science, Universitas Sumatera Utara. And the theories use to determine errors

pronounciation in vowels, consonants, and tones is linguistic, phonology and

phonetic in particular.

Correction of the mistakes are absolutetly needed in order to increase the

quality of good skill communication of the students in Mandarin language. The

result shows most of the students make some mistakes in their conversation in

Mandarin language cause of the vowels, consonants, and tones are difficult to

pronounce.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan maksud, pikiran, akal, perasaan dan kehendak kepada orang lain. Melalui bahasa seseorang dapat berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan. Dalam suatu percakapan yang pada hakekatnya dilakukan untuk berkomunikasi, tidak mungkin dilakukan tanpa menggunakan bahasa. Jika penggunaan bahasa tersebut disertai dengan isyarat tangan, ini hanya upaya untuk mempertegas maksud. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. (KBBI 2007: 88)

(13)

menyampaikan pesan. Bunyi orokan biasanya tidak dapat menyampaikan pesan apa-apa karena tidak termasuk kedalam sistem bunyi bahasa. Menurut kesimpulan yang dikemukakan oleh Chaer ”bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia”.

Sibarani dalam bukunya yang berjudul Leksikografi (1997:65) mengemukakan, bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh suatu masyarakat sebagai alat komunikasi.

Bahasa menempati urutan pertama dalam unsur kebudayaan universal. Tidak dapat dipungkiri Bahasa merupakan sarana komunikasi yang paling utama di dunia. Ada begitu banyak bahasa yang digunakan manusia untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya di muka bumi ini, seperti bahasa Inggris, Mandarin, Indonesia, Jepang, Arab dan masih banyak lagi.

Sebagai bangsa yang membuka diri terhadap perkembangan zaman, bangsa Indonesia senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa lain. Komunikasi tersebut terjadi dalam berbagai kegiatan, seperti kegiatan kemasyarakatan, pemerintahan, perdagangan dan bisnis. Dengan adanya komunikasi tersebut, terjadi pula kontak bahasa yang terjadi antara bangsa Indonesia dengan berbagai bangsa lain.

(14)

Setiap bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing yang baik dan benar. Artinya, dalam pemakaian suatu bahasa itu harus sesuai dengan situasi pemakaiannya dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya, situasi dalam rapat dinas, seminar atau karya ilmiah adalah menggunakan pemakaian bahasa yang resmi. Apabila dalam situasi semacam itu digunakan kata-kata nggak, dibilang dan sejenisnya, bahasa yang digunakan itu dapat dikatakan tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi pemakaiannya

Belajar suatu bahasa tidak terlepas dari segi tata bahasanya. Demikian juga halnya dengan Bahasa Mandarin. Pelafalan yang tidak tepat dari suatu bahasa kerap menjadi penghambat yang cukup serius bagi penutur pemula, terlebih Bahasa Mandarin memiliki berjuta-juta kata dengan intonasi yang berbeda-beda. Pembentukan kalimat dalam bahasa mandarin memiliki aturan-aturan tertentu. Aturan inilah yang dinamakan tata bahasa.

Poerwadarminta (1976:1024) ”... Tata bahasa adalah pengetahuan atau pelajaran mengenai pembentukan kata-kata dan penyusunan kata-kata dalam kalimat.”

(15)

Contoh: kata ” tang ” akan memiliki arti sesuai dengan pelafalannya.

1. 汤 (Tāng) = Sup. Vocal ’a’ diucapkan dengan nada tinggi dan datar

2. 糖 (Táng) = Permen. Vocal ’a’ diucapkan dengan nada menanjak

3. 躺 (Tǎng) = Berbaring. Vocal ’a’ diucapkan dengan nada turun kemudian naik.

4. 烫 (Tàng) = Menyetrika. Vocal ’a’ diucapkan dengan nada menukik.

Keempat kata diatas memiliki arti yang berbeda-beda dengan pelafalan yang sekilas hampir sama. Berkomunikasi dalam bahasa Mandarin memerlukan ketelitian, ketepatan, dan pemahaman yang benar untuk bisa melafalkan bunyi yang terkait secara tepat dan benar.

Bahasa Mandarin mempunyai perbedaan sistem dan lambang bunyi yang berbeda dengan Bahasa Indonesia. Perbedaan bunyi antara kedua bahasa itu disebabkan oleh adanya bunyi bahasa di dalam Bahasa Indonesia yang tidak dimiliki oleh Bahasa Mandarin. Begitu pula dengan lambang bunyi kedua bahasa tersebut juga tidak sama. Bahasa Mandarin menggunakan lambang bunyi yang disebut Aksara Mandarin 汉 (hanzi) yang memiliki nada, sedangkan Bahasa Indonesia menggunakan lambang bunyi yang disebut abjad dengan tulisan latin.

(16)

I.2. Rumusan Masalah

Untuk itulah penulis tertarik untuk membahas tentang bagaimana kesalahan pelafalan kerap sering terjadi dalam penggunaan Bahasa Mandarin pada mahasiswa program studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budya Universitas Sumatera Utara.

Pelafalan secara leksikal disebut juga fonetik. Fonetik yang artinya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengucapan (penghasilan) bunyi ujar, sistem bunyi suatu bahasa. Untuk itu dalam skripsi ini, penulis akan membahas kesalahan pelafalan yang kerap menjadi permasalahan bagi penutur pemula Bahasa Mandarin. Permasalahannya bukan hanya terletak pada sekedar salah melafalkan, namun karena bunyi ujaran sebuah kata dalam Bahasa Mandarin memiliki kemiripan yang sama pelafalannya dengan kata yang lain tetapi berbeda maknanya. Hal inilah yang menyulitkan pembelajar ataupun penutur pemula maupun penulis sendiri karena tidak terlalu fasih melafalkannya dengan tepat.

Di dalam bentuk pertanyaan, masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

”Apa dan bagaimanakah kesalahan pelafalan dalam bahasa mandarin?”. Selanjutnya pertanyaan tersebut akan diturunkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang lebih khusus lagi sebagai berikut:

(17)

2. Apakah Faktor penyebab kesalahan pelafalan dalam bahasa Mandarin pada Mahasiswa semester VI Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya universitas Sumatera Utara?

I.3. Tujuan Penelitian

Dalam melakukan setiap kegiatan pasti selalu mempunyai maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam sebuah penelitian ilmiah, menurut Endraswara (2003: 201) tujuan merupakan penjabaran permasalahan secara deskriptif. Penelitian yang penulis lakukan terhadap analisis kesalahan pelafalan bahasa mandarin pada mahasiswa program studi satra cina ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk kesalahan pelafalan yang kerap terjadi pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui faktor penyebab kesalahan pelafalan yang terjadi pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

I.4. Manfaat Penelitian

(18)

1. Memberikan gambaran tentang jenis kesalahan dalam pelafalan bahasa mandarin sehingga dapat dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki atau menghindari kesalahan-kesalahan yang serupa bagi mahasiswa program studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Memberikan gambaran pada dosen (staf pengajar) tentang proses terjadinya kesalahan pelafalan dalam Bahasa Mandarin sehingga dapat dicari atau dipilih metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

3. Memberikan gambaran tentang faktor penyebab timbulnya kesalahan pelafalan dalam Bahasa Mandarin sehingga para dosen dapat memberikan latihan sebanyak mungkin sesuai dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi mahasiswa.

Selain manfaat praktis diatas, penelitian ini juga diharapkan memberi manfaat secara teoritis yaitu :

1. Menambah pengetahuan penulis dan pemabaca untuk memperbaiki kesalahan pelafalan Bahasa Mandarin yang kerap sering terjadi

(19)

I.5. Batasan Masalah

Melihat kenyataan bahwa objek penelitian penulis adalah Mahasiswa semester VI Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya yang masih belajar atau sebagai penutur pemula Bahasa Mandarin, akan ditemukan banyak kesalahan dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:

1. Kesalahan Dalam Ejaan (Spelling)

2. Tanda Baca (Punctuation)

3. Tata Kalimat (Syntax)

4. Penggunaan Penanda Waktu (Tense)

5. Pembentukan Kata (WordFormation)

6. Uraian Kata (WordOrdering)

7. Kesusuaian (Agreement)

8. Pembubuhan Kata Bantu ( Preposisi)

9. Perbendaharaan Kata ( Vocabulary ) dan masih banyak lagi,

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

Penelitian ini berfokus pada analisis tentang kesalahan pelafalan dalam Bahasa Mandarin pada penutur pemula. Untuk itu, penulis menggunakan teori yang berhubungan dengan linguistik khususnya dalam bidang fonetik.

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya ( Abdul Chaer, 1994: 1).

Verhaar, (2001: 3) Linguistik berarti Ilmu Bahasa. Kata linguistik berasal dari kata latin Lingua atau bahasa. Dalam bahasa-bahasa ”Roman” (bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa latin) masih ada kata-kata serupa dengan lingua latin itu, yaitu Langue

dan Langage dalam bahassa Prancis, dan Lingua dalam bahasa Latin.

Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu yang kita kenal dengan nama Fonologi. Fonologi memiliki hubungan dengan Fonetik.

Fonologi adalah suatu sub-disiplin ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang ”bunyi bahasa”. Lebih spesifik lagi fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguitik; berbeda dengan fonetik yang berupa kajian yang agak lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan unsur unsur fisiologikal, anatomikal, neurogikal, dan psikologikal nabusia yang membuat bunyi bunyi itu. Fonologi adalah ”Linguitik” alam pengertian bahwa sintaksis, morfologi dan sampai tingkat tertentu, semantik juga linguistik; sedangkan fonetik berangsur angsur berubah dalam berbagai hal menuju neurologi, psikologi, akustik dan sebagainya. (Roger Lass)

(21)

dihasilkan. Menurut dasar yang pertama, fonetik disebut ”fonetik organik” (karena menyangkut alat alat bicara) atau Fonetik Artikulatoris (karena menyangkut pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa). Menurut dasar yang kedua fonetik disebut Fonetik Akustik karena menyangkut bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai getaran udara”. (JWM Verhaar : 2001: 19)

”... Analisis kesalahan merupakan suatu usaha untuk mempelajari kesalahan pembelajaran yang diyakini sebagai hasil dari interfensi dalam belajar bahasa asing yang merupakan kebiasaan dari bahasa ibu” (Naibaho: 2003: 48)

Teori yang penulis kemukakan diatas tadi, inilah yang dipakai sebagai acuan dasar dalam penulisan skripsi ini.

2.2.Konsep

Dalam bab ini penulis berfokus pada analisis tentang kesalahan pelafalan Bahasa Mandarin. Untuk itu penulis menggunakan konsep atau defenisi yang berhubungan dengan Linguistik, terutama dalam bidang Fonologi dan Fonetik.

Seperti kita ketahui bersama bahwa bidang fonologi dapat melibatkan materi penelitian fonetik, fonemik dan fonestem, serta lingkungan fonem dan keselarasan vokal. Materi fonetik tidak hanya melibatkan bunyi bahasa, akan tetapi mencakup pula hubungan bagaimana bunyi itu dihasilkan, dan bagaimana bunyi itu diterima, sehingga kedalamnya termasuk fonetik akustik dan fonetik auditoris.

Adapun unsur-unsur bidang fonologi yang dapat diteliti selain yang disebut diatas termasuk pula:

(22)

2. Proses terjadinya bunyi bahasa

3. Fonem vokal dan fonem konsonan

4. Fonem klaster dan diftong

5. Perubahan varian fonem

6. Fonem serapan (dari bahasa asing), sebagai penyesuaian dengan fonem suatu bahasa akibat lintas bahasa

7. Ejaan sebagai bidang terapan dari fonologi

8. Ketaksaan fonem dalam lafal.

Dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya belajar bahasa asing dapat

dipastikan, para peserta didik pernah membuat kesalahan. Hal ini tidak dapat

dihindari karena membuat kesalahan itu adalah bagian penting dalam proses

pemerolehan bahasa (Corder, 1973).

Kesalahan ini tentunya memerlukan koreksi secara bertahap dari instruktur

agar tidak menggangu komunikasi dalam penggunaan bahasa tersebut. Akan tetapi,

kesalahan yang akan dikoreksi perlu diseleksi, karena bisa mengganggu komunikasi

atau kelancaran berbahasa. Akibatnya, peserta didik akan merasa frustasi dan

kehilangan motivasi (Harmer, 1983).

Menurut Corder ada dua macam kesalahan yang dibuat oleh peserta didik,

(23)

competence yang disebut error dan (2) kesalahan-kesalahan yang sifatnya random, tidak sistematis yang disebut mistake.

Selanjutnya, Corder menyebutkan bahwa kesalahan dalam katagori error

mempunyai arti yang penting, yaitu (1) bagi instruktur dapat digunakan sebagai

petunjuk seberapa banyak penguasaan bahasa peserta didik dan aspek apa yang belum

dikuasai; (2) bagi peneliti, sebagai petunjuk bagaimana peserta didik menguasai

aspek-aspek tertentu dan strategi apa yang digunakan dalam pemerolehan bahasa; dan

(3) bagi peserta didik sendiri, kesalahan itu merupakan bagian penting dari proses

belajarnya, karena kesalahan dapat dipakai sebagai alat untuk belajar.

Menurut Burt (1975) dikatakan bahwa kesalahan yang dikoreksi perlu

diseleksi karena jika semua kesalahan dikoreksi akan dapat mengganggu komunikasi

mereka. Di samping itu, koreksi yang berlebihan seperti yang dikemukakan oleh

Harmer (1983) dapat menimbulkan rasa frustasi atau kehilangan motivasi belajar.

Gower (1988) seperti yang dikutif oleh Chaudron menyarankan bahwa yang perlu

segera diperbaiki adalah kesalahan yang dapat menimbulkan salah pengertian dan

koreksi dilakukan setelah mereka selesai mengucapkan kalimat.

Corder (1981) juga membedakan kesalahan dalam beberapa pengertian kesalahan berbahasa berdasarkan sebab-sebabnya, yaitu: Mistakes (keliru) lapses (selip)

(24)

lahir) dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 ; 43) ”...Analisis adalah: 1, penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya) 2. Penjabaran sesudah dikaji sebaik baiknya. 3. Pemecahan persoalaan yg di mulai dgn dugaan akan kebenaranya”

Kesalahan menurut KBBI (2007 983) : perihal salah; kekeliruan; kealpaan

Ellis (1986:296) ”... analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasanya digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meluputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu”

Tarigan dan Tarigan (1988: 71) menyusun langkah-langkah kerja baru analisis kesalahan melalui penyeleksian, pengukuran dan penggabungan dengan hasil modifikasi sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data: berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh pembelajar, misalnya: hasil ulangan, karangan, dan percakapan

2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan: mengenali dan memilah milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya: kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata, dan penyusunan kalimat.

(25)

4. Menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan dan memberi contoh yang benar.

5. Memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan: meramalkan tatanan bahasa yang dipelajari yang potensial medatangkan kesalahan.

6. Mengkoreksi kesalahan: memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik dan teknik pengajaran yang serasi.

2. 2.1 Pelafalan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Lafal adalah : cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa.

Pelafalan bunyi dalam pemerolehan suatu bahasa untuk kelompok umur dewasa (mahasiswa) biasanya dimulai dengan pengenalan alphabeth dari target bahasa yang dipelajari. Chastain (1976) menyatakan bahwa pemerolehan pelafalan bunyi bahasa dari

target language merupakan suatu proses oleh karenanya tidaklah terlalu penting untuk memberikan perhatian yang berlebihan terhadap pemerolehan pelafalan bunyi yang sempurna.

(26)

sempurna dari semua bunyi tidaklah merupakan suatu keharusan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa asing.

Chastain kemudaian memberikan contoh pelafalan bunyi dalam bahasa Perancis, German, dan Spanyol sebagai berikut:

“In French, the additional sounds that cause the most problems are (!) the sounds of the vowel u as in the pronoun tu, eu in deux, and oe as in soeur; (2) the nasal vowel sounds; the sound similar to the ny of the word canyon in English, which is one phoneme in French; and (4) the semi vowel u as it glides sound of the following vowel as in the word lui. In German, problem sounds are the sound of the umlauted vowels ŏand ūand the sound of consonant r. In Spanish, the additional sounds to be stressed are those of the consonants r and rr”. (1975:339).

Penguasaan ranah kata (vocabulary) juga sangat diperlukan pada proses

komunikasi. Kosa kata dalam suatu bahasa erat kaitanya dengan gramatika (grammar)

dari bahasa tersebut. Menurut Yu Shu Ying diasumsikan bahwa“Vocabulary is

(27)

Asumsi ini dapat dikatakan bahwa ranah kata berkaitan erat dengan gramatika.

Dengan mengetahui pola gramatika dapat membantu seseorang menebak arti suatu

kata. Sebagai contoh, sebuah kata dapat diklasifikasikan sebagai unsur gramatika

ataupun unsur ranah kata. Cantik adalah unsur ranah kata, dan dalam fungsi

gramatika ini juga merupakan ungkapan yang ditujukan kepada sekelompok orang,

yaitu wanita cantik dan langsung merefleksikan pendapat si pembicara terhadap orang

yang dimaksud. Hubungan antara ranah kata dan gramatika dapat dilihat dari saling

terkaitnya kohesi unsur gramatika dan leksikon. Dalam suatu wacana teks hubungan

ini saling mendukung.

Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan maksud dan tujuan. Dengan berkomunikasi kita dapat menyampaikan apa yang kita rasakan, pikirkan, kehendaki dan kita ketahui kepada orang lain. Untuk itu diperlukan kemahiran, ketrampilan dan tutur bahasa yang baik agar mereka yang mendengar atau membaca (tulisan) dengan mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan. Salah satu ketrampilan itu adalah bertutur dengan baik. Bertutur dengan baik maksudnya bebas dari gangguan disfungsi alat ucap manusia. Misalnya dapat bertutur dengan baik karena tidak sumbing, cadel, atau tunarungu.

(28)

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

Chaer, (1994: 1). Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu yang kita kenal dengan nama Fonologi. Fonologi memiliki hubungan dengan Fonetik.

Linguistik sebagai ilmu murni ternyata juga bermacam-macam, tergantung kepada bahasa yang diteliti, tujuan, dan cara kerjanya. Linguistik dibedakan atas Linguistik Deskriptif dan Linguistik Normatif/Preskriptif. Linguistik deskriptif mencatat secara teliti semua fenomena kebahasaan yang ada, meneliti dan memerikan sistem bahasa berdasarkan data yang sebenarnya. Berbeda dengan linguistik normatif/ preskriptif, linguistik normatif meneliti bahasa berdasarkan norma atau ketentuan yang telah ada.

Jenis linguistik lain ialah linguistik komparatif dan linguistik historis. Sebagaimana terlihat dari namanya, cara kerja dari linguistik komparatif ialah membandingkan. Secara sinkronis, kita sering membandingkan dua satuan lingual atau dua konstruksi untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya. Linguistik historis (historical linguistics) yaitu memperbandingkan beberapa bahasa yang serumpun dari waktu ke waktu dengan tujuan pokok membuat rekonstruksi bentuk proto bahasa induknya.

(29)

Akan tetapi bidang-bidang linguistik diatas, didasari pada bidang yang menyangkut strukrur-struktur dasar saja, seperti struktur bunyi bahasa yang kita kenal dengan sebutan fonetik dan fonologi, susunan struktur kata disebut morfologi, struktur antar-kata dalam kalimat disebut sintaksis, arti atau makna suatu kata disebut semantik. Lalu ada lagi pragmatik yaitu pemakaian bahasa yang menyangkut hubungan tuturan bahasa dengan apa yang dibicarakan.

Secara umum linguistik sebagai ilmu murni yang empiris mempunyai cabang-cabang: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

Fonologi meniliti bunyi-bunyi ujar suatu bahasa termasuk pula bunyi suprasegmentalnya. (Edi Subroto: 2007: 28)

Tuturan bahasa terdiri atas bunyi. Bukan sembarang bunyi saja, melainkan bunyi tertentu, yang agak berbeda-beda menurut bahasa tertentu. Bunyi tersebut diselidiki oleh fonetik dan fonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut cara pelafalannya dan menurut sifat-sifat akustiknya. Berbeda dengan fonetik, fonologi meneliti bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya.

”Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi bunyi bahasa. Ada dua segi dasar fisik tersebut yaitu: segi alat-alat bicara serta penggunaannya dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dan sifat-sifat akustik bunyi yang telah dihasilkan. Menurut dasar yang pertama, fonetik disebut ”fonetik organik” (karena menyangkut alat alat bicara) atau Fonetik Artikulatoris (karena menyangkut pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa). Menurut dasar yang kedua fonetik disebut Fonetik Akustik karena menyangkut bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai getaran udara”. (JWM Verhaar : 2001: 19)

(30)

Misalnya dengan alat artikulatoris yang sama manusia bisa menghasilkan bunyi teriakan, batuk, berdehem, dan sebagainya tetapi bunyi tersebut umumnya tidak bermakna apa-apa.

Bila kita berbicara, udara dipompakan dari paru-paru, melalui batang tenggorokan kepangkal tenggorok yang didalamnya terdapat pita-pita suara. Pita-pita itu harus terbuka agar udara bisa keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung atau kedua-duanya. Apabila udara keluar tanpa hambatan, kita tidak akan menghasilkan bunyi bahasa. Contohnya adalah ketika kita bernafas. Hambatan yang perlu untuk menghasilkan bunyi bahasa ada pada pita suara.

Fonetik Artikulatoris juga membahas bunyi-bunyi bahasa menurut cara dihasilkannya dengan alat-alat bicara. Bunyi bahasa dibedakan sebagai segmental dan suprasegmental. Bunyi segmental adalah bunyi menurut pola urutannya dari yang pertama sampai dengan yang terakhir atau dari kiri ke kanan. Struktur dari kiri ke kanan itu berupa segmental, artinya ada bagian-bagian yang terkecil menurut urutannya. Sedangkan bunyi suprasegmental adalah bunyi yang dapat dibayangkan sebagai bunyi yang ada diatas segmental.

Kita menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan alat-alat bicara, yaitu dengan mulut dan bagian-bagiannya, dengan kerongkongan dan pita-pita suara didalamnya, dan kesemuaan itu dengan mempergunakan udara yang dihembuskan dari paru-paru.

2.3 Landasan Teori

(31)

dalam studi literatur ini seperti pemerolehan komponen bahasa dan analisis kesalahan dalam berbahasa (error analysis) dan selayang pandang tentang bahasa Mandarin.

Objek atau sasaran kajian linguistik adalah bahasa, yaitu bahasa manusia yang alamiah (natural). Jadi bukan bahasa binatang, dan juga bukan bahasa buatan (artificial). Bahasa manusia merupakan bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat bahasa (linguistic society) sebagai alat komunikasi verbal secara umum dan wajar. Cabang Ilmu linguistik yang paling sesuai digunakan untuk teori kesalahan pelafalan adalah Fonologi dan Fonetik.

Setiap bahasa pasti memiliki sistem, yaitu seperangkat kaidah yang bersifat mengatur. Setiap bahasa memiliki asas-asas, pola-pola yang bersifat wajib dan hakiki yang sering disebut ”tata bahasa”. Tata bahasa bertujuan memberikan kaidah-kaidah untuk membedakan bentuk-bentuk yang benar dari yang tidak benar. Bahasa kerap dijadikan penelitian linguistik karena pada kenyataannya bahasa itu tidak seragam atau homogen, dalam kenyataannya bahasa sangat bervariasi.

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya ( Abdul Chaer, 1994: 1). Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu yang kita kenal dengan nama Fonologi. Fonologi memiliki hubungan dengan Fonetik.

Linguistik berarti Ilmu Bahasa. Kata linguistik berasal dari kata latin Lingua atau bahasa. Dalam bahasa-bahasa ”Roman” (bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa latin) masih ada kata-kata serupa dengan lingua latin itu, yaitu Langue dan Langage dalam bahassa Prancis, dan Lingua dalam bahasa Latin. (J.W.M Verhaar, 2001: 3)

(32)

linguitik; berbeda dengan fonetik yang berupa kajian yang agak lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan unsur unsur fisiologikal, anatomikal, neurogikal, dan psikologikal nabusia yang menbuat bunyi bunyi itu. Fonologi adalah ”Linguitik” alam pengertian bahwa sintaksis, morfologi dan sampai tingkat tertentu, semantik juga linguistik; sedangkan fonetik berangsur angsur berubah dalam berbagai hal menuju neurologi, psikologi, akustik dan sebagainya.

Tuturan bahasa terdiri atas bunyi. Bunyi tersebut diselidiki oleh fonetik dan fonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut cara pelafalannya dan menurut sifat-sifat akustiknya. Sementara itu berbeda dengan fonetik, fonologi meneliti bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya.

”Fonologi adalah pengetahuan tentang bunyi yang merupakan suatu prasyarat untuk dapat mempelajari dan memahami seluk-beluk bahasa dengan baik.” (Lapoliwa: 1988: 3)

Cara pelafalan dalam bahasa Mandarin sangat penting untuk diperhatikan. Pelafalan yang baik dan benar merupakan landasan untuk bisa menguasai dan bertutur dalam Bahasa Mandarin. Cara pelafalan dalam Bahasa Mandarin tidak terlepas dari Pinyin.

(33)

Sistem fonetik pinyin mempermudah pembelajar asing yang kebanyakan mengenal huruf latin. Saat ini Pinyin telah banyak digunakan pada tempat seperti pada sistem pengetikan huruf Han dikomputer, telepon genggam, petunjuk jalan, bahan ajar, software computer dan lain lain. Berikut akan penulis jabarkan terlebih dahulu sistem artikulasi pelafalan pada alat ucap manusia.

1. (shangchun )upper lip 2. 齿(shangchi) upper teeth

3. 牙床(yachuang) teethridge 4. 硬额(ying’e) hard palate

5. 软额(ruan’e) soft palate 6. 小舌(xiaoshe) uvula

7. 唇 (xiachun) lower lip 8. 齿(xiachi) lower teeth

9. 舌尖(shejian) tip of the tongue 10.舌面(shemian)bladeof the tongue

11. 舌根(shegen) back of the tongue 12. 声带(shengda)i vocal cords

(34)

Bentuk penulisan Pinyin paling sedikit terdiri dari satu suku kata, dan dalam Bahasa Mandarin, biasanya terdiri dari inisial atau huruf konsonan 声母 Shengmu ,

final atau vokal 韵母 yunmu , dan juga Nada 声调Shengdiao). Nada dalam bahasa

mandarin diletakkan di atas huruf vokal.

Tabel Inisial dalam Bahasa Mandarin

Alfabet Pin Yin Lafal dalam Bahasa Indonesia

b (po) p (pho) m (mo) f (fo) d (te) t (the) n (ne)

(35)
[image:35.595.209.416.111.347.2]

x (si) zh(i) (ceur) ch(i) (cheur) sh(i) (sheur) r(i) (re) z(i) (ce) c(i) (cheu) s (se) Tabel Final dalam bahasa Mandarin

Alfabet Pin Yin Lafal dalam Bahasa Indonesia

(36)

ang (ang) eng (eung) er (eur) yi (i) wu (u)

ǚ (yiu)

Contoh:

中 baca: Zh ng

Zh : merupakan Inisial (声母/ shengmu)

ng : merupakan Final (韵母/ yunmu)

Final (韵母/ yunmu) dalam Bahasa Mandarin terdri dari 4 jenis yaitu:

Final tunggal Final Gabungan Final Nasal Final khusus

a ai an er [ ɹ]

o ei en ê [ɛ]

(37)

i ou eng u ia ong ü ie ian iao in

iou(-iu) iang

ua ing

uo iong

uai uan

uei(-ui) uen(-un)

üe uang

ueng

üan

ün

Nada dalam Bahasa Mandarin (声调/ shengdiao)

Bahasa Mandarin memiliki empat jenis nada, yaitu:

Nada Lambang Nada Deskripsi

Puncak Ketinggian

[image:37.595.104.520.641.711.2]
(38)

Nada Pertama

¯

Suara tinggi dan datar

55: Nada Kedua Suara menanjak

35: Nada Ketiga

ˇ

Suara turun kemudian naik

214: Nada Keempat Suara Menukik

51: Nada Netral

(pendek)

·

Pelafalan Nada

Dalam Bahasa Mandarin, nada (

声调

) atau

shengdiao

(baca : sengtiao) berperan

penting sebagai salah satu pembeda kata-kata yang berbunyi sama. Kalau salah

mengucapkan nada, bisa-bisa orang lain salah menangkap makna kata yang kita

maksud. Ada 4 nada yang membedakan makna dan pelafalan, yakni sebagai

berikut :

1. Nada Datar

dilambangkan dengan nada “ - ” diatas huruf pinyin/ huruf

bacanya. Cara membacanya datar dan panjang. Contoh : seperti yang terdapat

(39)

2. Nada Naik

dilambangkan dengan tanda “ / ” diatas huruf pinyin atau huruf

bacanya. Cara membacanya naik dan agak tinggi dibanding nada datar. Contoh :

seperti yang terdapat pada kata Ma (bintik/serat)

yang dibaca agak naik

dan tinggi.

3. Nada Melengkung

dilambangkan dengan tanda “ v ” diatas huruf pinyin/ huruf

bacanya. Cara membacanya naik, kemudian menurun (mendayu). Contoh : seperti

yang terdapat pada kata Ma (kuda)

yang dibaca dengan nada mendayu.

4. Nada Menurun

dilambangkan degnan tanda “ \ ” diatas huruf pinyin/ huruf

bacanya. Cara membacanya menurun dan tegas. Contoh seperti yang terdapat

pada kata Ma (Marah)

(Mà)

yang dibaca menurun dan tegas.

Seperti yang disebutkan di atas tadi. Empat kata yang sama bisa memiliki arti

yang berbeda, dikarenakan nada yang berbeda pula.

* ma (nada datar) = Ibu

* ma (nada naik) = Bintik/Serat

* ma (nada melengkung) = Kuda

* ma (nada menurun) = Marah

( ) nada 1. Contoh : ā

( ) nada 2. Contoh : á

( ) nada 3. Contoh : ă

(40)

Keempat nada dalam Bahassa Mandarin sangat penting dalam membedakan arti, jika salah mengucapkan nada dapat menyebabkan perbedaan arti dan menimbulkan kesalahpahaman.

Dalam Bahasa Mandarin ada juga nada ringan, nada ringan ini dibacakan secara ringan dan pendek. Penulisan tanda nada pada nada ringan tidak di berikan nada apapun pada suku katanya.

Peletakan tanda nada selalu diletakan di atas vokal. Jika dalam suku kata terdapat final (ui) atau (iu), maka tanda nada diletakkan di vokal akhir.

Cara pelafalan konsonan dalam Bahasa Mandarin sangat tergantung pada posisi lidah, bibir, dan gigi, serta cara melafalkan. Apabila terjadi kesalahan dalam posisi pelafalan dan cara pelafalan, maka lafal yang akan dihasilkan akan kurang tepat.

Contoh:

1. Konsonan (Inisial/ Shengmu) /b/ cara pelafalan dengan suara bibir (labial). Dilafalkan seperi konsonan [p] dalam bahasa Indonesia

2. Konsonan /p/ dilafalkan dengan suara bibir (labial) aspirasi. Dilafalkan seperti konsonan [ph] dalam bahasa Indonesia.

3. Konsonan /m/ cara pelafalan dengan suara bibir (labial). Dilafalkan seperti konsonan [m] dalam Bahasa Indonesia

4. Konsonan /f/ cara pelafalan dengan suara bibir (labial). Dilafalkan seperti konsonan [f] dalam Bahasa Indonesia.

(41)

6. Konsonan /t/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah (apical) aspirasi. Dilafalkan seperti konsonan [th] dalam Bahasa Indonesia.

7. Konsonan /n/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah (apical). Dilafalkan seperti konsonan [n] dalam Bahasa Indonesia.

8. Konsonan /l/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah (apical). Dilafalkan seperti konsonan [l] dalam Bahasa Indonesia.

9. Konsonan /g/ cara melafalkan dengan menggunakan suara pangkal lidah (velar) pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut. Dilafalkan seperti konsonan [k] dalam Bahasa Indonesia.

10. Konsonan /k/ cara melafalkan dengan menggunakan suara pangkal lidah (velar) pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut. Dilafalkan seperti konsonan [kh] dalam Bahasa Indonesia.

11. Konsonan /h/ cara melafalkan dengan menggunakan suara pangkal lidah (velar) menyentuh langit-langit mulut. Dilafalkan seperti konsonan [h] dalam Bahasa Indonesia.

12. Konsonan /j/ cara melafalkan dengan menggunakan suara badan lidah (dorsal). Dilafalkan [ʨ] atau seperti konsonan [c] dalam bahsa indonesia.

13. Konsonan /q/ cara melafalkan dengan menggunakan suara badan lidah (dorsal). Dilafalkan [ʨʰ] atau seperti konsonan [ch] dalam bahasa indonesia.

14. Konsonan /x/ cara melafalkan dengan menggunakan suara badan lidah (dorsal). Dilafalkan [ɕ] atau mirip seperti konsonan [s] dalam Bahasa Indonesia, namun dilafalkan dengan badan lidah, bukan dengan ujung lidah.

(42)

16. Konsonan /ch/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk-tekuk ke langit-langit mulut (palatal) aspirasi. Setelah lidah ditekuk-tekuk kelangit-langit mulut, dilafalkan [ʈ͡ʂʰ] atau seperti konsonan [ch] dalam Bahasa Indonesia. 17. Konsonan /sh/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk-tekuk

ke langit-langit mulut (palatal) aspirasi. Setelah lidah ditekuk-tekuk kelangit-langit mulut, dilafalkan [ʂ].

18. Konsonan /r/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk-tekuk ke langit-langit mulut (palatal) aspirasi. Setelah lidah ditekuk-tekuk kelangit-langit mulut, dilafalkan [ʐ/ɻ]

19. Konsonan /z/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah pada gigi depan bagian dalam (dental) ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam, dilafalkan [ʦ]. 20. Konsonan /c/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah pada gigi depan

bagian dalam (dental) ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam, dilafalkan[ʦʰ]atau seperti konsonan c dalam Bahasa Indonesia.

21. Konsonan /s/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah pada gigi depan bagian dalam (dental) ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam, dilafalkan seperti konsonan [s] dalam Bahasa Indonesia.

22. Konsonan /y/ dilafalkan seperti vokal [i] (baca: yi= i) 23. Konsonan /w/ dilafalkan seperti vokal [u] (baca: wu= u)

Konsonan dalam Pinyin dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Konsonan Aspirasi (送气音song qi yin)

(43)

Perbedaan antara keduanya adalah pada saat pelafalannya, konsonan aspirasi disertai dengan dorongan udara dari mulut, Adapun konsonan aspirasi adalah : p, t, k, q, ch, c. sedangkan konsonan Non-aspirasi tidak.

Vokal dalam Pinyin memiliki banyak kesamaan dengan vokal dalam Bahasa Indonesia. Vokal dalam Pinyin juga memiliki vokal tunggal, vokal ganda, dan vokal dengung/ nasal. Berikut penulis akan coba memaparkan cara pelafalan vokal Pinyin

dalam Bahasa Mandarin

1. Vokal /a/ dilafalkan [a] seperti dalam kata ”aku” 2. Vokal /i/ dilafalkan [yi] seperti dalam kata ”bayi’

3. Vokal /u/ dilafalkan [u] seperti dalam kata bau, vokal /u/ juga dapat dilafalkan [wu] seperti dalam kata ”wushu’, serta vokal /u/ juga dapat dilafalkan [yu] seperti dalam kata kayu.

4. Vokal /ü/ disebut sebagai ü umlaut dilafalkan [y] pengucapannya terlebih dahulu lafalkan vokal /i/, kemudian rubah posisi mulut menjadi vokal /u/.

5. Vokal /e/dilafalkan [ɤ] dan /ê/ dilafalkan [ɛ] 6. Vokal /o/ dilafalkan [ǫ] seperti dalam kata ”orang”

7. Vokal /ai/ dilafalkan [aɪ] atau vokal /a/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /i/. Seperti /ai/ dalam kata belai.

8. Vokal /ei/ dilafalkan [eɪ] atau vokal /e/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /i/. Seperti /ei/ dalam kata hei.

(44)

10. Vokal /ou/ dilafalkan [ ʊ] atau vokal /o/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /u/. Seperti /ou/ dalam kata o..ow!!

11. Vokal /ia/ dilafalkan vokal /i/ atau /y/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /a/. Seperti /ia/ atau /ya/ dalam kata buaya

12. Vokal /ie/ dilafalkan vokal [iɛ] , lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /e/. Seperti [ye] dalam kata yen.

13. Vokal /iao/ dilafalkan vokal [i ʊ], lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /a/ Seperti /ia/ atau /ya/ dalam kata yao.

14. Vokal /ua/ dilafalkan[u ] atau vokal /u/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /a/ Seperti wa dalam kata uang.

15. Vokal /uo/ dilafalkan [uǫ] atau vokal /u/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /o/.

16. Vokal /uai/ dilafalkan [uaɪ] vokal /u/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /ai/ Seperti /wai/ dalam kata pantai.

17. Vokal üe dilafalkan [y] atau vokal /ü/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /e/. Seperti /yüe/ dalam kata yiue.

18. Vokal /an/ dilafalkan [an] seperti dalam kata anak. 19. Vokal /en/ dilafalkan[ən] seperti /eun/ dalam kata entah. 20. Vokal /ang/ dilafalkan[ ] seperti dalam kata angka. 21. Vokal /eng/ dilafalkan [ɤ ]seperti dalam kata enggak.

22. Vokal /ong/ dilafalkan [ʊ ] vokal /o/ terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut dilafalkan /ung/ seperti dalam kata gaung.

23. Vokal /ian/ dilafalkan [iɛn] atau vokal /i/ terlebih dahulu, lalu tanpa merubah posisi mulut, lalu lafalkan vokal /en/ seperti dalam kata yen.

(45)

25. Vokal /iang/ dilafalkan [i ] seperti /yang/ dalam kata kayang. 26. Vokal /ing/ dilafalkan [i /iə ] seperti ying dalam kata inggris.

27. Vokal /iong/ dilafalkan [iy /iʊ ] atau vokal /i/ terlebih dahulu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal /ong/ seperti yung dalam kata gayung.

28. Vokal /uan/ dilafalkan [uan] atau wan seperti dalam kata awan. 29. Vokal /uang/ dilafalkan [u ] seperti wang dalam kata wangsit.

30. Vokal /üan/ dilafalkan [yɛn] atau vokal /ü/ terlebih dahulu tanpa merubah posisi mulut lalu lafalkan yuan seperti dalam kata yuen.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan

Dalam penelitian analisis kesalahan pelafalan ini, penulis melakukan pendekatan dengan metode deskriptif. Kesalahan pelafalan merupakan objek kaji linguistik, sehingga penulis membahasnya lebih lanjut dengan cabang ilmu yang lebih spesifik lagi yaitu fonologi dan fonetik.

Metode penelitian sebagai salah satu bagian penelitian yang memiliki unsur yang sangat penting. Metode yang dalam bahasa Yunani disebut Methodos adalah cara atau jalan. Secara ilmiah, metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Koentjaraningrat (1990:30) penelitian yang bersifat deskriptif yaitu sebuah penelitian yang memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu serta dapat digunakan untuk mengukur dengan cermat fenomena sosial tertentu yang terjadi atau berlangsung ditengah-tengah masyarakat.

(47)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian penulis lakukan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra Cina pada mahasiswa semester VI

3.3 Data dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan observasi secara langsung (pengamatan), yaitu observasi melalui mendengar dan mengamati secara langsung percakapan sehari-hari dalam bahasa Mandarin dari objek penelitian yaitu mahasiswa semester VI program studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Data Primer menurut Husein (2003: 60) adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama. Untuk memperoleh data penulis melakukan wawancara dan menyebarkan kuisioner. Penulis membuat pertaanyan yang akan dijawab oleh responden.

Contoh :

Bagaimana pengucapan aksara 声母 (shengmu) ”b” dalam Bahasa

Indonesia?

(48)

2. Data sekunder

Data sekunder menurut Husein (2003:60) adalah sumber data penelitian yang diolah lebih lanjut, sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.

Data sekunder adalah data yang bersifat tidak langsung, akan tetapi memiliki keterkaitan fungsi dan kegunaan dengan salah satu aspek pendukung bagi keabsahan suatu penelitian. Data sekunder berupa sumber-sumber atau referensi tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini adalah : studi kepustakaan, sebagai teknik pengumpulan data selanjutnya untuk mendukung pencarian data dan informasi lebih banyak dari berbagai buku.

Dari kedua pengertian diatas dapat diketahui bahwa sumber data yang digunakan penulis adalah kedua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.

(49)

3.4. Teknik pengumpulan data

Untuk mengetahui informasi dan data yang dibutuhkan, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui:

1. Observasi

Menurut Teguh (2005: 139) Observasi yaitu teknik operasional pengumpulan data melalui proses pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap objek yang diteliti secara langsung. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan atas percakapan sehari-hari dalam bahasa mandarin mahasiswa program studi Sastra Cina.

2. Wawancara

Wawancara menurut Teguh (2005:136) adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung. Penulis selaku penanya dan responden selaku pihak yang diharapkan dapat memberikan jawaban yang penulis lakukan dengan mahasiswa program studi Sastra Cina

3. Kuisioner

(50)

3.5 Analisis Data

Untuk menganalisa data yang diperoleh, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari penelitian, dikumpulkan. Kemudian disusun dan dianalisa untuk selanjutnya diolah sehingga diperoleh hasil yang objektif mengenai objek penelitian penulis. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya akan diproses untuk menemukan titik kesimpulan yang dapat menjelaskan laporan atau hasil penelitian yang disusun secara sistematis. Untuk itu penulis melakukan sistematika pengumpulan data sebagai berikut.

1. Merancang pedoman kuisioner.

2. Membuat daftar pertanyaan yang akan disebarkan.

3. Menyebarkan kuisioner tersebut kepada responden yang akan diteliti

4. Menelaah hasil data yang telah disurvei

5. Menguraikan data-data yang telah dikelompokan dan menganalisis letak kesalahan yang sering ditemukan pada hasil survei.

6. Menarik kesimpulan.

(51)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kesalahan pelafalan.

1. Bentuk kesalahan pelafalan dalam bahasa Mandarin yang sering terjadi pada mahasiswa semester VI program studi sastra Cina Universitas Sumatera Utara adalah: kesalahan pelafalan vokal dan konsonan. Kesalahan vokal yang sering dilakukan mahasiswa adalah dalam vokal e, u, ü dan o. Sama halnya dengan vokal, konsonan dalam bahasa mandarin juga kerap dilafalakn salah oleh para mahasiswa. Pelafalan yang diucapkan terpengaruhi oleh bahasa daerah. Adapun konsonan yang sering terdengar dilafalakan salah oleh mahasiswa adalah: b, p, d, g, k, j, q, dan zh.

2. Adapun yang menjadi faktor penyebab kesalahan pelafalan dalam bahasa Mandarin pada Mahasiswa semester VI program studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara adalah: karena banyak mahasiswa terpengaruh oleh dialek bahasa pergaulan sehari hari dan bahasa daerah masing masing. Mereka yang bersuku batak cenderung sulit melafalkan vokal tersebut dengan nada yang sesuai. Nada yang dilafalakan acap kali bernada keras. Hal ini tentu saja membingungkan mereka yang mendengar dan bila tidak ada koreksi tentu saja mempengaruhi bahasa mandarin yang ia pelajari.

(52)

perlu ditelaah dengan sungguh sungguh agar dapat dikembangkan secara baik dan benar. Lebih dikhususkan lagi kepada bahasa asing yang dipelajari oleh mahasiswa guna peningkatan mutu pemakaiana bahasa dengan baik dan pengembangan bahasa itu ditujukan pada penuhan fungsi bahasa itu sendiri sebagai sarana komunikasi dan sebagai aspek kehidupan sesuai dengan perkembangan zaman. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahasa mandarin dilingkungan Universitas Sumatera Utara masih tergolong baru.

Adapun upaya pencapaian tujuan untuk peningkatan mutu bahasa mandarin khususnya dan pengembangan bahasa tersebut, dilakukan melalui penelitian bahasa dan sastra dalam berbagai aspek, lalu pembinaan bahasa dilakukan dengan penyuluhan atau seminar tentang penggunaan bahasa mandarin yang baik dan benar dalam masyarakat serta penyebarluasan berbagai buku pedoman dan hasil penelitian.

Sebelumnya penulis telah memaparkan bidang kajian linguistik yaitu fonologi dan fonetik yang terkait dengan penelitian tentang kesalahan pelafalan pada bab II. Maka pada bab IV ini penulis akan mencoba memaparkan hasil analisis kesalahan pelafalan bahasa manadari pada mahasiswa program studi sastra cina universitas sumatera utara.

(53)

4.2. Kesalahan pelafalan vokal (韵母yunmu) dalam Bahasa Mandarin

4.2.1 Vokal [a]

Di dalam bahasa Mandarin vokal [a] dilafalkan sama seperti bahasa Indonesia. Maka tidak heran vokal /a/ sangat jarang dilafalakan salah oleh para mahasiswa. Pelafalan vokal /a/ cenderung tidak ada hambatan dan kesulitan bagi mahasiswa untuk melafalakannya. Adapun bentuk pelafalan vokal /a/ tersebut adalah:

4.2.2 Vokal [i]

(54)

4.2.3 Vokal [e]

Di dalam bahasa mandarin vokal /e/ sering dilafalkan /e/ keras oleh mahasiswa. Tentu saja ini salah menurut pelafalan bahasa mandarin yang baik dan benar. Di dalam sistem pelafalan bahasa mandarin yang benar vokal /e/ dapat dilafalkan menjadi dua jenis yaitu [e] dan [ê]

Kesalahan seperti ini dapat dilihat pada contoh :

1. 饿 (lapar) dibaca [è] (dengan nada keempat) seperti mengucapkan kata /elang/.

(55)

4.2.4 Vokal [o]

Vokal [o] dalam bahasa mandarin juga kerap dilafalkan sebagai [o keras] oleh mahasiswa. Hal ini mungkin terkait dengan dialek bahasa ibu dan bahasa daerah yang dipakai oleh mahasiswa. Vokal [o] dapat dilafalakan secara keras dan pelan. Tergantung penggunaan kata yang ingin disampaikan. Contoh kesalahan pelafalan yang kerap dilakukan mahasiswa adalah:

1. 好 (baik) dibaca hao, akan tetapi oleh mahasiswa dilafalakan haou

Berikut contoh pelafalan vokal [o] yang benar dalam bahasa mandarin

4.2.5 Vokal [u] dan [ü]

(56)

Kesalahan seperti ini dapat dilihat pada contoh :

1. [uan] dan [üan] kerap dilafalkan sama oleh mahasiswa. Cara pelafalan yang benar adalah

4.3 Kesalahan pelafalan konsonan (声母shengmu) dalam Bahasa Mandarin

4.3.1 Konsonan [b]

Di dalam bahasa mandarin konsonan [b] ditransliterasi menjadi [p] seperti dalam bahasa indonesia

Contoh :

1. 包 (bao : bungkus) dibaca [pao] akan tetapi dibaca [bao] oleh kebanyakan

(57)

2. 兵 (bing : senjata) dibaca [ping] akan tetapi dibaca [bing] oleh kebanyakan

mahasiswa.

3. 悲 (bei : sedih) dibaca [pei] akan tetapi dibaca [bei] oleh kebanyakan

mahasiswa

Contoh pelafalan konsonan [b] yang benar adalah sebagai berikut :

Suara bibir (labial). Lafalkan seperti konsonan p dalam bahasa Indonesia.

4.3.2 Konsonan [p]

Di dalam bahasa mandarin konsonan [p] ditransliterasi menjadi [ph] seperti dalam bahasa indonesia

Contoh :

1. 怕 (pa : takut) dibaca [pha]

2. 炮 (pao : meriam) dibaca [phao]

(58)

Oleh mahasiswa konsonan [p] tetap dilafalkan [p] tidak ditransliterasi menjadi konsonan [ph].

Contoh pelafalan konsonan [p] yang benar adalah sebagai berikut:

Suara bibir (labial) aspirasi. Lafalkan seperti konsonan ph dalam bahasa Indonesia

4.3.3 Konsonan [d]

Di dalam bahasa mandarin konsonan [d] ditransliterasi menjadi [t]

Contoh :

1. 大 (da : besar) dibaca [ta]

2. 点 (dian : tetes) dibaca [tien]

(59)

4. 等 (deng : kelas) dibaca [teng]

Oleh mahasiswa konsonan [d] tetap dilafalkan [d] tidak ditransliterasi menjadi konsonan [t].

Contoh pelafalan konsonan [d] yang benar adalah sebagai berikut:

Suara ujung Lidah (apical). Lafalkan seperti konsonan t dalam bahasa Indonesia

4.3.4 Konsonan [g]

Di dalam bahasa mandarin konsonan [g] ditransliterasi menjadi [k] seperti dalam bahasa Indonesia

Contoh :

(60)

2. 感 (gan : perasaan) dibaca [kan] akan tetapi dibaca [gan] oleh kebanyakan

mahasiswa

3. 膏(gao : lemak) dibaca [kao] akan tetapi dibaca [kao] oleh kebanyakan

mahasiswa

Contoh pelafalan konsonan [g] yang benar adalah sebagai berikut :

Suara pangkal lidah (velar). Pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut, seperti melafalkan konsonan k dalam bahasa Indonesia

4.3.5 Konsonan [k]

Di dalam bahasa mandarin konsonan [k] ditransliterasi menjadi [kh].

(61)

1. 咖啡 (kafei : kopi) dibaca [khafei] akan tetapi dibaca [kafei] oleh kebanyakan

mahasiswa.

2. 开 (kai : membuka) dibaca [khai] akan tetapi dibaca [kai] oleh kebanyakan

mahasiswa

3. 口(kou : mulut) dibaca [khou] akan tetapi dibaca [kou] oleh kebanyakan

mahasiswa

Contoh pelafalan konsonan [k] yang benar adalah sebagai berikut :

Suara pangkal lidah (velar) aspirasi. Pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut, lafalkan konsonan kh dalam bahasa Indonesia

4.3.6 Konsonan [j]

(62)

1. 家 (jia : rumah) dibaca [cia] akan tetapi dibaca [jia] oleh kebanyakan

mahasiswa.

2. 卷(juan : jilid) dibaca [cuan] akan tetapi dibaca [juan] oleh kebanyakan

mahasiswa

3. 觉(jue : rasa) dibaca [cue] akan tetapi dibaca [jue] oleh kebanyakan

mahasiswa

Contoh pelafalan konsonan [j] yang benar adalah sebagai berikut :

Suara badan lidah (dorsal). Lafalkan seperti konsonan c dalam bahasa Indonesia

4.3.7 Konsonan [q]

Di dalam bahasa mandarin konsonan [q] ditransliterasi menjadi [ch].

(63)

1. 气 (qi : udara) dibaca [chi] akan tetapi dibaca [ji] atau [ci] oleh kebanyakan

mahasiswa.

2. 钱 (qian : jilid) dibaca [chien] akan tetapi dibaca [jian] atau [cian] oleh

kebanyakan mahasiswa

3. 犬 (quan : anjing) dibaca [chuen] akan tetapi dibaca [juan], [juen] dan [cuen]

oleh kebanyakan mahasiswa

Contoh pelafalan konsonan [q] yang benar adalah sebagai berikut :

Suara badan lidah (dorsal) aspirasi. Lafalkan seperti konsonan ch dalam bahasa Indonesia

4.3.8 Konsonan [zh]

Di dalam bahasa mandarin konsonan [zh] ditransliterasi menjadi [z].

(64)

1. 早 (zao : pagi) dibaca [zao] akan tetapi dibaca [cao] oleh kebanyakan

mahasiswa.

2. 中 (zhong : tepat) dibaca [zhong] akan tetapi dibaca [cong] atau [jong] oleh

kebanyakan mahasiswa.

Contoh pelafalan konsonan [zh] yang benar adalah sebagai berikut :

Suara lidah ditekuk ke langit-langit mulut (palatal). Setelah lidah di tekuk ke langit-langit mulut, lafalkan konsonan z.

4.4. Faktor penyebab kesalahan.

(65)

mandarin mahasiswa sering terjadi. Serta kurangnya pengetahuan tentang artikulasi pelafalan bunyi tersebut.

4.5. Hasil

(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uaraian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

3. Bahasa mandarin memiliki empat jenis nada yang berbeda satu sama lain. Nada ini hampir pasti digunakan dalam setiap pelafalan suatu kata. Keempat jenis nada ini mewakili sebuah arti yang berbeda. Jadi walaupun kata yang dilafalkan seseorang terdengar sama tapi memiliki arti yang berbeda.

4. Bahasa mandarin memiliki huruf yang berbeda dengan bahasa latin atau pun bahasa indonesia yang kita ketahui menggunakan huruf alphabetic sebagai sistem penulisannya. Bahasa mandarin menggunakan aksara cina yang disebut 汉

(hanzi).

5. Vokal dalam bahasa mandarin tidak sama dengan vokal bahasa indonesia atau bahasa latin yang menggunakan huruf alphabetic. Vokal dalam bahasa mandarin terhitung lebih banyak dari lima vokal yang kita ketahui bersama yaitu a, e, i, u, dan ,o. Dalam bahasa mandarin terdapat vokal tunggal, vokal gabungan dan vokal nasal.

(67)

huruf diluar vokal a, i, e, u, dan o, bahasa mandarin memiliki konsonan gabungan yang terdiri dari dua huruf. Contoh zh, ch, sh dan lain-lain.

7. Kesalahan pelafalan vokal yang sering dilakukan mahasiswa adalah dalam vokal e, u, ü dan o. Banyak mahasiswa terpengaruh oleh dialek bahasa pergaulan sehari hari dan bahasa daerah masing masing. Mereka yang bersuku batak cenderung sulit melafalkan vokal tersebut dengan nada yang sesuai. Nada yang dilafalakan acap kali bernada keras. Hal ini tentu saja membingungkan mereka yang mendengar dan bila tidak ada koreksi tentu saja mempengaruhi bahasa mandarin yang ia pelajari.

8. Sama halnya dengan vokal, konsonan dalam bahasa mandarin juga kerap dilafalakn salah oleh para mahasiswa. Pelafalan yang diucapkan terpengaruhi oleh bahasa daerah. Adapun konsonan yang sering terdengar dilafalakan salah oleh mahasiswa adalah: b, p, d, g, k, j, q, dan zh.

9. Ketika penulis menyebar quisioner, dan bertanya tentang fonetic transcription, 9 dari 10 mahasiswa tidak mengetahui apa itu fonetic transcription dengan kata lain,

(68)

5.2 Saran

1. Karena bahasa mandarin memiliki kerumitan tersendiri penutur sedapat mungkin menguasai denagn baik dan benar nada yang terdapat dalam bahasa mandarin dan tidak terkontaminasi oleh dialek bahasa daerah

2. Agar tidak terjadi salah pengertian, kita perlu memahami dan hati-hati ketika menggunakan kata-kata yang mempunyai kemiripan dalam melafalkan atau bertutur dalam bahasa mandarin.

3. Komunikasi dua arah dalam bahasa mandarin harus sering dilakukan oleh para mahasiswa untuk melatih kecakapan mereka dalam berbahasa mandarin.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer Abdul. 1994.

Linguistik Umum.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Corder, S. P. 1981.

Error analysis and interlanguage.

New York: Oxford

University Press

Djajasudarma Fatimah. 2006.

Metode Linguistik.

Bandung: PT Refika Aditama

Ellis Rod. 1984.

The study of second language acquisition.

New York: Oxford

University

Koentjaraningrat.1976.

Pengantar Ilmu Antropologi.

Jakarta: Aksara Baru

Lapoliwa Hans. 1988.

Pengantar Fonologi 1: Fonetik

. Jakarta: PT Kayu Putih

Lass Roger. 1988.

Phonology

. Afrika Selatan: Cambridge University Press

Marsono. 1993.

Fonetik

. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Muslich Masnur. 2008.

Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem

Bunyi Bahasa Indonesia

. Jakarta: Bumi Aksara

Saussure de Ferdinand. 1988.

Pengantar Linguistik Umum

. Yogyakarta: Gadjag

Mada University Press

Shin Edysen. 2007.

Applied Mandarin Daily Conversation.

Jakarta: Kesaint Blanc

Subroto Edi. 2007.

Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural

. Surakarta:

Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Suparto. 2009.

Percakapan Mandarin Modern.

Bandung: Pustaka Internasional

Suparto. 2003.

Tata Bahasa Mandarin itu Mudah

Jakarta: Puspa Swara

(70)

Teguh Muhammad. 2005.

Metodologi penelitian teori dan aplikasi.

Jakarta: Raja

Grafindo persada

Verhaar J.W.M. 2001.

Asas-asas Linguistik Umum

. Yogyakarta: Gadjah Mada

(71)

大 学

中文系本科生毕业论文

印尼学生汉语学

中的发音偏误分析

学生姓

德利

0707000独

指导教师 伍

刘金凤

学 院 人文学院

学 系 中文系

提交日期 该011

6

6 日

(72)

摘要

汉语拼音是留学生汉语学

过程中的第

道难关

留学生在学

汉语拼

音的时候

总是会出

很多错误

本文在前人研究的基础

首先分析了汉

语拼音的声母

韵母

声调系统

通过调查分析得出印尼留学生拼音学

中的常

偏误

针对

偏误类型

提出了笔者的教学建议

希望能

够帮助更多的印尼学生

(73)

章 绪论

1.1 研究目的

该1 世纪初以来

世纪各

各地区迅

掀起

学汉语

狂潮

在汉

语学

过程中

学生

可避免会出

各类偏误

对外汉语教学中的偏误

越来越

到学术界的关注

语音到词汇到语法各方面都

学者进行过研

印尼语的发音规则

汉语既

的地方

的地方

点和

点会对

们的汉语学

定的影响

本文拟在前人研究的基础

联系印尼的实际情况

对印尼学生拼音学

的偏误做

个调查分析

而找出印尼学生学

汉语拼音的方法

1.该 研究

文艳

人汉语语音偏误研究综述及命题要点

(该00独)中对韩

人汉

语语音偏误分析的

果进行了分类整理

全面系统地概述了韩

人在学

语声母

韵母

声调等方面的偏误类型及特点

总体来看

研究相对比较充

分的是声母偏误

其次是声调偏误

而对韵母偏误等的研究相对蒲弱

在综

述的基础

作者对以韩

目标被试的汉语语音学

提出了

相关建

许光烈

语音对比

对外汉语语音教学

该006

指出

语音是语言

在的物质形式

在对外汉语教学中

语音教学首当其冲 掌握科学的

教学方法是语音教学

功的

要因素

文章以对以英语

母语的留学生进行

语音教学

结合教学实践

论了语音对比和行之

效的语音对比教学

周芳

对外汉语语音研究

语音教学研究综述

该006

对该0 世纪80

(74)

和教学应用结合

(详)由于研究条件和研究水

对外汉语语音研

Gambar

Tabel Final dalam bahasa Mandarin
Grafik Nada

Referensi

Dokumen terkait

Penulis melalui penelitian ini telah menjabarkan jenis bentuk kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa semester VI Sastra Cina dalam mengunakan tanda baca dalam karangan

Analisis Kesalahan Pelafalan Bahasa Mandarin Pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara.. Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis,

Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah hanya pada pelafalan nada ketiga dalam pengucapan satu suku kata dan dua suku kata dalam bahasa Mandarin oleh mahasiswa Program

The tittle of this thesis is “ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN NADA ATAU SHENG DIAO DALAM BAHASA MANDARIN”.. Sheng Diao often translated as “tone” in English and used to

Thyrhaya Zein, M.A., selaku ketua Program studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah dengan baik dan tulus dalam mendidik dan

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra

dalam kalimat bahasa Mandarin yang dilakukan oleh mahasiswa semester IV. Program Studi Sastra

Tujuan dari penulisan skripsi yang berjudul Analsis Kesalahan Pengggunaan Kata Bantu Struktural 的de, 得de,地de dalam Kalimat Bahasa Mandarin Oleh Mahasiswa Semester II Sastra Cina