• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Terjemahan Istilah-istilah Budaya Pada Brosur Pariwisata Berbahasa Inggris Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Terjemahan Istilah-istilah Budaya Pada Brosur Pariwisata Berbahasa Inggris Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA

PADA BROSUR PARIWISATA BERBAHASA INGGRIS

PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

SULAIMAN AHMAD

NIM. 097009028/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS TERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA

PADA BROSUR PARIWISATA BERBAHASA INGGRIS

PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

SULAIMAN AHMAD

NIM. 097009028/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS TERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA PADA BROSUR PARIWISATA BERBAHASA INGGRIS PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Sulaiman Ahmad NIM : 097009028

Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Syahron Lubis, M.A.) (Drs. Umar Mono, M.Hum.) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.) (Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah Diujikan pada Tangggal 18 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. Anggota : 1. Dr. Syahron Lubis, M.A.

2. Drs. Umar Mono, M.Hum. 3. Dr. Roswita Silalahi, M.Hum.

(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

ANALISIS TERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA PADA BROSUR PARIWISATA BERBAHASA INGGRIS, PROVINSI SUMATERA UTARA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana

Unversitas Sumatera Utara adalah benat merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil

karya orang lain dalam penulisan Tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara

jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis ini

bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya

bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan

sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 19 Agustus 2011

(6)

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama Lengkap : Sulaiman Ahmad

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tgl. Lahir : Kw. Simpang, 14 Maret 1963

Alamat : Jl. Setia Budi Gg. H. Latiman No. 4 Tj. Sari Medan

Telp. : (061) 8211758

HP : 08126361358

Agama : Islam

II. Riwayat Pendidikan

SD : SD Islam Persatuan Amal Bakti (PAB), 1975

SMP : SMP PAB Sampali Kec. Percut Sei Tuan, 1979

SMA : SMA Negeri 10 Medan, 1982

S-1 : IKIP Negeri Medan, 1989

Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Pendidikan, Bahasa Dan Sastra (FPBS)

S-2 : S2 Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana USU

III. Riwayat Pekerjaan

1. Dosen Honorer pada IAIN Sumut, TBI (Tadris Bahasa Inggris), 1989 – 1991

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala

rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan tesis yang berjudul: Analisis Terjemahan Istilah-istilah Budaya Pada

Brosur Pariwisata Berbahasa Inggris Provinsi Sumatera Utara.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk

memperoleh gelar Magister Linguistik pada Program Studi Linguistik Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua

pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dalam

penyelesaian tesis ini, yaitu:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM). Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang , MSIE, selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D., dan Dr. Nurlela, M.Hum., selaku Ketua

dan Sekretaris Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas

(8)

4. Dr. Syahron Lubis, M.A., dan Drs. Umar Mono, M.Hum., selaku Dosen

Pembimbing I dan II yang dengan setulus hati telah banyak memberikan

bimbingan dan pengarahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. Dr. Roswita Silalahi, M.Hum dan Dr. Muhizar Muchtar, M.S., selaku penguji

yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Linguistik Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini, yang tidak

dapat penulis cantumkan satu persatu.

Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ayahanda

(almarhum) H. Ahmad Shali dan ibunda Sufiah atas segala bantuan moral dan

material. Semoga jasa-jasa baik mereka mendapat ganjaran dari Allah SWT. Khusus

bagi almarhum ayahanda ditinggikan derajatnya, dan bagi ibunda tetap diberikan

kesehatan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta

Dra. Hj. Jamilah dan empat anak tersayang Fadhilah Ilmi, Amd., Ashrafida Rahmah,

Eva Zuhridha, dan Hanna Faradiba yang dengan setia dan sabar mendorong, dan

membantu penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini belum dapat dikatakan

(9)

pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Medan, Agustus 2011

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….. iv

DAFTAR TABEL ………. x

DAFTAR DIAGRAM ……….. xii

DAFTAR SINGKATAN ……….. xiii

ABSTRAK……… xiv

ABSTRACT……… xv

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Batasan dan Perumusan Masalah………...…………. 3

1.3 Tujuan Penelitian………..……….. 4

1.4 Manfaat Penelitian……….. 4

1.5 Klarifikasi Makna Istilah... 5

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

2.5.1 Adaptasi (Adaptation)……….. 13

2.5.2 Amplifikasi (Amplification)………. 13

2.5.3 Peminjaman(Borrowing)………..……… 14

2.5.4 Calque……….. 14

2.5.5 Deskripsi (Description)………...………. 14

(11)

2.5.7 Generalisasi……….. 15

2.5.8 Penerjemahan Harfiah………. 15

2.5.9 Partikularisasi……….. 15

2.5.10 Reduksi (Reduction)……… 15

2.5.11 Penambahan……… 15

2.5.12 Penghilangan (Deletion)...……….. 16

2.5.13 Couplet……… 16

2.6 Pergeseran dalam Penerjemahan (Shifts) ……… 16

2.6.1 Pergeseran Tingkatan (Level Shift)... 17

2.6.2 Pergeseran Kategori (Category Shift)... 17

2.6.2.1 Pergeseran Unit (Unit Shift)... 17

2.6.2.2 Pergeseran Struktur (Structure-Shift)... 17

2.6.2.3 Pergeseran Kelas (Class Shift)... 18

2.6.2.4 Pergeseran Antar- Sistem (Intra-System Shift)... 18

2.7 Kaitan Budaya dengan Penerjemahan ………..…………. 18

(12)

4.2 Istilah Budaya yang Berkaitan dengan Makanan

(13)

4.5.2 Masjid Raya………. 43

4.5.3 Siwaluh Jabu……… 44

4.5.4 Seuluh Dua Jabu.………. 44

4.5.5 Rumah Bolon……… 44

4.5.6 Bagas Godang ……… 46

4.6 Istilah Budaya yang Berkaitan dengan Transportasi 4.6.1 Solu Bolon……… 47

4.7 Istilah Budaya yang Berkaitan dengan Komunikasi/Bahasa 4.7.1 Horas ……… 47

4.7.2 Yahowu ………. 48

4.7.3 Njuah-juah ……… 48

4.7.4 Mejuahjuah……… 48

(14)

4.9. Istilah Budaya yang Berkaitan dengan Kemasyarakatan

(15)

4.11.10 Pagar Tringgalum………. 67

4.11.11 Tari Perang……… 67

4.11.12 Gondang……… 67

4.12 Teknik Penerjemahan Istilah-Istilah Budaya

4.12.1 Teknik Penerjemahan Deskripsi………..…………... 80

4.12.2 Teknik Penerjemahan Peminjaman …..……... 80

4.12.3 Teknik Penerjemahan Calque……… 80

4.12.4 Teknik Penerjemahan Generalisasi ………….…….. 81

4.12.5 Teknik Penerjemahan Literal………. 81

4.12.6 Teknik Penerjemahan Couplet……….. 81

4.13. Pergeseran (Shift)

4.13.1 Pergeseran Unit (Unit Shift)………..…… 95

4.13.2 Pergeseran Struktur (Structural Shift).…………...… 95

4.13.3 Pergeseran Antar System (Intra-System Shift)…….. 96

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ……….. 97

5.2 Saran ……… 98

(16)

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1 Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang 68 Berkaitan dengan Ekologi

2 Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang 68 Berkaitan dengan Makanan

3 Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang 69

Berkaitan dengan Benda Budaya

4 Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang 70

Berkaitan dengan Pakaian

5 Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang 70

Berkaitan dengan Bangunan

6 Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang 71

Berkaitan dengan Transportasi

7 Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang 72

Berkaitan dengan Komunikasi/Bahasa

8 Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang 72

(17)

9 Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang 76

Berkaitan dengan Sosial Budaya/ Kemasyarakatan

10 Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang 77

Berkaitan dengan Agama

11 Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang 77

Berkaitan dengan Seni

12 Jumlah Data Istilah Budaya dan Persentasenya 78

13 Teknik Penerjemahan yang Digunakan 79

dan Persentasenya.

14 Pergeseran pada Terjemahan Istilah Budaya 82 Berkaitan dengan Ekologi

15 Pergeseran pada Terjemahan Istilah Budaya 82 yang Berkaitan dengan Makanan

16 Pergeseran pada Terjemahan Istilah Budaya 84 Berkaitan dengan Benda Budaya

17 Pergeseran pada Terjemahan Istilah Budaya 84 Berkaitan dengan Pakaian

18 Pergeseran pada Terjemahan Istilah Budaya 85 Berkaitan dengan Bangunan

(18)

20 Pergeseran pada Terjemahan Istilah Budaya 87 Berkaitan dengan Komunikasi/Bahasa

21 Pergeseran pada Terjemahan Istilah Budaya 87 Berkaitan dengan Sosial Budaya/Kegiatan

22 Pergeseran pada Terjemahan Istilah Budaya 92 Berkaitan dengan Sosial Budaya/Kemasyarakatan

23 Pergeseran pada Terjemahan Istilah Budaya 93 Berkaitan dengan Agama

24 Pergeseran pada Terjemahan Istilah Budaya 93 Berkaitan denga Seni.

(19)

DAFTAR DIAGRAM

No. Judul Halaman

1 Proses Penerjemahan ( Nida dalam Anwar S Dill, 1975:80) 10

(20)

DAFTAR SINGKATAN

TSu : Teks Sumber

TSa : Teks Sasaran

BSu : Bahasa Sumber

BSa : Bahasa Sasaran

DM : Diterangkan Menerangkan

MD : Menerangkan Diterangkan

BSu.In : Bahasa Sumber Bahasa Indonesia

BSu.Ar : Bahasa Sumber Bahasa Arab

BSu.Ns : Bahasa Sumber Bahasa Nias

BSu.Bt : Bahasa Sumber Bahasa Batak

(21)

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji penerjemahan istilah-istilah budaya dengan masalah penelitian yaitu, 1) Istilah-istilah budaya apa yang terdapat pada brosur pariwisata berbahasa Inggris Provinsi Sumatera Utara, 2) Teknik penerjemahan apa yang digunakan dalam menerjemahkan istilah- istilah budaya dari bahasa sumber (bahasa Indonesia, Arab, Batak, Nias ,dan Melayu) ke dalam bahasa Inggris, pada brosur pariwisata berbahasa Indonesia , dan Inggris Provinsi Sumatera Utara, dan 3) Pergeseran apa yang terjadi pada terjemahan istilah-istilah budaya tersebut pada brosur pariwisata berbahasa Indonesia, dan Inggris Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi istilah-istilah budaya yang terdapat pada brosur pariwisata berbahasa Indonesia, dan Inggris, Provinsi Sumatera Utara, mengidentifikasi teknik penerjemahan yang digunakan dalam terjemahan istilah-istilah budaya dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran yaitu bahasa Inggris, dan mengidentifikasi pergeseran (shift) yang terjadi pada terjemahan istilah-istilah budaya dimaksud.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif- kualitatif. Data yang digunakan adalah terjemahan istilah-istilah budaya yang terdapat pada brosur pariwisata berbahasa Indonesia, dan Inggris Provisnsi Sumatera Utara, yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumetra Utara tahun 2008. Dari hasil penelitian ini ditemukan sebanyak 67data istilah budaya pada brosur pariwisata berbahasa Indonesia, dan Inggris. Istilah-istilah budaya tersebut berkaitan dengan ekologi sebanyak 1 data (1,49 %), makanan sebanyak 13 data (19,40 %), benda budaya/artefak sebanyak 2 data (2,98 %), pakaian sebanyak 4 data (5,97 %), bangunan sebanyak 6 data (8,96 %), transportasi sebanyak 1data (1,49 %), bahasa sebanyak 4 data (5,97 %), sosial budaya sebanyak 13 data (19,40 %), kemasyarakan sebanyak 8 istilah budaya (11,94 %), agama sebanyak 3 data (4,48 %), dan seni sebanyak 12 data (17,91 %).Teknik terjemahan yang digunakan dalam penerjemahan istilah-istilah budaya tersebut adalah adalah Teknik Penerjemahan Deskripsi sebanyak 25 (37,31 %), Peminjaman sebanyak 21 (31,34 %), Calque sebanyak 12 (17,91 %), Generalisasi 6 (8,96 %), Literal sebanyak 2 (2,99 %), dan couplet sebanyak 1 (1,49 %).Terdapat 44 pergeseran (shift) pada terjemahan istilah-istilah budaya dari bahasa sumber ke dalam bahasa Inggris. Pergeseran (shift) tersebut terdiri atas pergeseran unit (unit shift) sebanyak 28 (63,63 %), pergeseran struktur (structural shift) sebanyak 13 (29,55 %), dan pergeseran dalam (intra-system shift) sebanyak 3 (6,82 %).

(22)

ABSTRACT

This study discussed about the cultural terms translation with the research problems namely, 1) what cultural terms are found in the English tourism brochure of North Sumatera Province, 2) what translation techniques are used in translating the cultural terms, and 3) what shifts arose as a result of the translation of the cultural terms. Based on the problems, this study aimed to identify the cultural terms found in Indonesian, and English tourism brochures of North Sumatera Province, to identify the translation techniques used in English translated cultural terms from the source languages (Indonesian, Arabic, Batak , Nias, and Melayu languages) into the target language i.e. English, and to identify the shift that occurred in translating the cultural terms. The research method used was descriptive-qualitative method. The data used is the cultural terms in the source languages and English translated cultural terms found in the Indonesian, and English tourism brochure of North Sumatera Province, which was published by the Department of Culture and Torism of the North Sumatera Province in 2008. This study found as many as 67 data in English. The cultural terms related to the ecology are as many as 1 data (1.49%), 13 data related to food (19..40%), 2 data related to cultural objects/ artifacts (2.98%), 4 data related to clothes (5.97%), 6 data (8.96%) related to building, 1 data related to transport (1.49%), 4 data related to language (5.97%), 13 data related to social culture (19.40%), 8 data related to society (11.94%), 3 data related to religion/belief (4.48%), and 12 data related to art (17.91%). The translation techniques used in translating the cultural terms into English are Description as many as 25 (37.31%), Borrowing as many as 21 (31.34%), Calque as many as 12 (17.91%), Generalization as many as 6 (8.96%), Literal as many as 2 (2.99%), and Couplet as many as 1 (1.49%). There are 44 shifts of cultural terms translated from the source languages into English. The shifts comprised unit shift were 28 (63.63%), structural shift were 13 (29.55%), and intra-system shifts were 3 (6.82%).

(23)

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji penerjemahan istilah-istilah budaya dengan masalah penelitian yaitu, 1) Istilah-istilah budaya apa yang terdapat pada brosur pariwisata berbahasa Inggris Provinsi Sumatera Utara, 2) Teknik penerjemahan apa yang digunakan dalam menerjemahkan istilah- istilah budaya dari bahasa sumber (bahasa Indonesia, Arab, Batak, Nias ,dan Melayu) ke dalam bahasa Inggris, pada brosur pariwisata berbahasa Indonesia , dan Inggris Provinsi Sumatera Utara, dan 3) Pergeseran apa yang terjadi pada terjemahan istilah-istilah budaya tersebut pada brosur pariwisata berbahasa Indonesia, dan Inggris Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi istilah-istilah budaya yang terdapat pada brosur pariwisata berbahasa Indonesia, dan Inggris, Provinsi Sumatera Utara, mengidentifikasi teknik penerjemahan yang digunakan dalam terjemahan istilah-istilah budaya dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran yaitu bahasa Inggris, dan mengidentifikasi pergeseran (shift) yang terjadi pada terjemahan istilah-istilah budaya dimaksud.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif- kualitatif. Data yang digunakan adalah terjemahan istilah-istilah budaya yang terdapat pada brosur pariwisata berbahasa Indonesia, dan Inggris Provisnsi Sumatera Utara, yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumetra Utara tahun 2008. Dari hasil penelitian ini ditemukan sebanyak 67data istilah budaya pada brosur pariwisata berbahasa Indonesia, dan Inggris. Istilah-istilah budaya tersebut berkaitan dengan ekologi sebanyak 1 data (1,49 %), makanan sebanyak 13 data (19,40 %), benda budaya/artefak sebanyak 2 data (2,98 %), pakaian sebanyak 4 data (5,97 %), bangunan sebanyak 6 data (8,96 %), transportasi sebanyak 1data (1,49 %), bahasa sebanyak 4 data (5,97 %), sosial budaya sebanyak 13 data (19,40 %), kemasyarakan sebanyak 8 istilah budaya (11,94 %), agama sebanyak 3 data (4,48 %), dan seni sebanyak 12 data (17,91 %).Teknik terjemahan yang digunakan dalam penerjemahan istilah-istilah budaya tersebut adalah adalah Teknik Penerjemahan Deskripsi sebanyak 25 (37,31 %), Peminjaman sebanyak 21 (31,34 %), Calque sebanyak 12 (17,91 %), Generalisasi 6 (8,96 %), Literal sebanyak 2 (2,99 %), dan couplet sebanyak 1 (1,49 %).Terdapat 44 pergeseran (shift) pada terjemahan istilah-istilah budaya dari bahasa sumber ke dalam bahasa Inggris. Pergeseran (shift) tersebut terdiri atas pergeseran unit (unit shift) sebanyak 28 (63,63 %), pergeseran struktur (structural shift) sebanyak 13 (29,55 %), dan pergeseran dalam (intra-system shift) sebanyak 3 (6,82 %).

(24)

ABSTRACT

This study discussed about the cultural terms translation with the research problems namely, 1) what cultural terms are found in the English tourism brochure of North Sumatera Province, 2) what translation techniques are used in translating the cultural terms, and 3) what shifts arose as a result of the translation of the cultural terms. Based on the problems, this study aimed to identify the cultural terms found in Indonesian, and English tourism brochures of North Sumatera Province, to identify the translation techniques used in English translated cultural terms from the source languages (Indonesian, Arabic, Batak , Nias, and Melayu languages) into the target language i.e. English, and to identify the shift that occurred in translating the cultural terms. The research method used was descriptive-qualitative method. The data used is the cultural terms in the source languages and English translated cultural terms found in the Indonesian, and English tourism brochure of North Sumatera Province, which was published by the Department of Culture and Torism of the North Sumatera Province in 2008. This study found as many as 67 data in English. The cultural terms related to the ecology are as many as 1 data (1.49%), 13 data related to food (19..40%), 2 data related to cultural objects/ artifacts (2.98%), 4 data related to clothes (5.97%), 6 data (8.96%) related to building, 1 data related to transport (1.49%), 4 data related to language (5.97%), 13 data related to social culture (19.40%), 8 data related to society (11.94%), 3 data related to religion/belief (4.48%), and 12 data related to art (17.91%). The translation techniques used in translating the cultural terms into English are Description as many as 25 (37.31%), Borrowing as many as 21 (31.34%), Calque as many as 12 (17.91%), Generalization as many as 6 (8.96%), Literal as many as 2 (2.99%), and Couplet as many as 1 (1.49%). There are 44 shifts of cultural terms translated from the source languages into English. The shifts comprised unit shift were 28 (63.63%), structural shift were 13 (29.55%), and intra-system shifts were 3 (6.82%).

(25)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi

pariwisata yang besar untuk dikembangkan. Potensi ini mencakup keindahan

alamnya antara lain danaunya yang menawan, hutan-hutan tropis, laut dan pantainya

yang berpasir putih, flora dan fauna, kekayaan budaya seperti karya seni, tarian-tarian

traditional, dan sebagainya.

Sumatera Utara dengan kekayaan alam dan budayanya memiliki banyak

tempat objek wisata yang sangat menakjubkan antara lain kota Parapat dan Danau

Toba, Berastagi, Pantai Cermin, Tangkahan, tarian tor-tor, Serampang Dua belas, air

terjun Sipiso-piso, dan sebagainya. Masing-masing objek wisata mempunyai daya

tarik tersendiri, misalnya bahasa yang digunakan, ungkapan atau istilah-istilah yang

berkaitan dengan budaya setempat, dan sebagainya.

Untuk memberikan informasi pariwisata dan meningkatkan minat masyarakat

dan turis lokal maupun manca negara untuk berkunjung ke Sumatera Utara, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara telah melakukan berbagai upaya

antara lain dengan menerbitkan brosur pariwisata berbahasa Indonesia dan berbahasa

Inggris. Untuk itu peneliti ingin mengetahui istilah-istilah budaya apa saja yang

(26)

Pada brosur pariwisata berbahasa Inggris di Provinsi Sumatera Utara, terdapat

terjemahan istilah-istilah yang berkaitan dengan budaya setempat antara lain

ungkapan dalam bahasa Batak Rumah bolon yang terdapat di Pematang Purba

ditulis di brosur wisata berbahasa Inggris great house, the residence of the King and

his family. Bolon dalam bahasa Indonesia berarti besar. Lompat batu di Nias Selatan diterjemahkan menjadi stone jumping, Mesjid Raya di Medan diterjemahkan grand

mosque, ulos menjadi traditional Batak textile.

Dari contoh-contoh terjemahan istilah-istilah budaya tersebut dapat terlihat

bahwa istilah budaya diterjemahkan dengan menggunakan teknik penerjemahan yang berbeda, misalnya teknik penerjemahan couplet, misalnya pada terjemahan great house, the residence of the King and his family. Teknik penerjemahan qalque

misalnya pada terjemahan lompat batu, menjadi stone jumping. Teknik penerjemahan

generalisasi misalnya pada kata ulos yang diterjemahkan menjadi traditional Batak

textile. Untuk itu peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang teknik apa lagi yang

diterapkan dalam terjemahan brosur pariwisata tersebut.

Selain hal tersebut di atas pada terjemahan istilah-istilah budaya tersebut tentu

terjadi perubahan linguistik atau pergeseran (shift), misalnya kata ulos merupakan kata benda diterjemahkan traditional Batak textile yang merupakan frasa. Peneliti juga ingin mengetahui lebih lanjut tentang pergeseran atau shift yang terjadi akibat

(27)

Berkaitan dengan istilah-istilah budaya tersebut, peneliti tertarik untuk

mengkaji lebih lanjut mengenai istilah-istilah budaya apa saja yang terdapat pada brosur pariwisata tersebut, bagaimana istilah-istilah tersebut diterjemahkan ke dalam

bahasa Inggris yaitu dengan kata lain teknik penerjemahan apa yang digunakan, dan pergeseran-pergeseran apa yang terjadi.

1.2 Batasan dan Perumusan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada terjemahan istilah berkonteks budaya , dan secara

spesifik istilah-istilah berkonteks budaya yang terdapat pada brosur pariwisata

berbahasa Inggris. Dalam hal ini secara spesifik dipilih brosur pariwisata yang

diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara tahun

2008, sebagai objek penelitian. Brosur tersebut terdiri atas brosur yang berbahasa

Indonesia dan Inggris.

Berdasarkan batasan tersebut, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1.2.1 Istilah-istilah budaya apa yang terdapat pada brosur pariwisata berbahasa

Indonesia dan Inggris Provinsi Sumatera Utara?

1.2.2 Teknik penerjemahan apa yang digunakan dalam menerjemahkan istilah-

istilah budaya dari bahasa sumber (bahasa Indonesia, Arab, Batak, Nias,

dan Melayu) ke dalam bahasa Inggris, pada brosur pariwisata berbahasa

(28)

1.2.3 Pergeseran apa yang terjadi pada terjemahan istilah-istilah budaya

tersebut pada brosur pariwisata berbahasa Inggris Provinsi Sumatera

Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengidentifikasi istilah-istilah budaya yang terdapat pada brosur

pariwisata berbahasa Indonesia dan Inggris Provinsi Sumatera Utara.

1.3.2 Mengidentifikasi teknik penerjemahan yang digunakan dalam

menerjemahkan istilah-istilah budaya dari bahasa sumber (bahasa

Indonesia, Arab, Batak, Nias, dan Melayu) ke dalam bahasa Inggris pada

brosur pariwisata berbahasa Indonesia dan Ingggris Provinsi Sumatera

Utara.

1.3.3 Mengidentifikasi pergeseran (shift) yang terjadi pada terjemahan

istilah-istilah budaya dari bahasa sumber (bahasa Indonesia, Arab, Batak, Nias,

dan Melayu) ke dalam bahasa Inggris pada brosur pariwisata berbahasa

Inggris Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat yang

dibedakan menjadi manfaat teoritis dan praktis

1.4.1 Manfaat teoritis

(29)

1.4.2 Manfaat praktis

Sebagai acuan agar terjemahan istilah-istilah budaya yeng terdapat pada

brosur pariwisata berbahasa Inggris dapat lebih mudah dipahami.

1.5 Klarifikasi Makna Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman tentang makna istilah-istilah

yang digunakan, istilah-istilah tersebur perlu diklarifikasi sebagai berikut.

1. Terjemahan adalah produk dari suatu penerjemahan.

2. Istilah budaya adalah ungkapan berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat yang

digunakan pada konteks makna yang berkaitan dengan budaya.

3. Brosur adalah selebaran atau buku kecil yang berisi uraian/petunjuk

mengenai sesuatu hal atau masalah.

4. Brosur pariwisata adalah selebaran atau buku kecil berisi uraian mengenai

pariwisata.

5. Bahasa sumber (BSu) dan Bahasa sasaran (BSa). Bahasa sumber merujuk

pada bahasa yang diterjemahkan yaitu Bahasa Indonesia, Arab, Batak, Nias,

dan Melayu, sedangkan bahasa sasaran adalah bahasa yang menjadi tujuan

penerjemahan yaitu Bahasa Inggris.

6. Teks sumber (TSu) dan Teks sasaran (TSa). Teks sumber merujuk pada

teks yang diterjemahkan yaitu teks berbahasa Indonesia, sedangkan teks

sasaran adalah teks yang menjadi tujuan penerjemahan yaitu teks berbahasa

(30)

7. Teknik Penerjemahan adalah cara untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan penerjemahan berlangsung dan

dapat diterapkan pada satuan lingual (Molina dan Albir, 2002)

8. Pergeseran (shift) adalah perubahan linguistik yang terjadi antara teks

sumber (TSu) dan teks target (TSa) dalam penerjemahan.

9. Pariwisata adalah su

(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penerjemahan

Ada beberapa definisi mengenai penerjemahan. Berikut peneliti menyajikan

beberapa diantaranya. Newmark (1988:5) mengatakan ’Often, though not by any

means always, it is rendering the meaning of a text into another language in the way the author intended the text’. Terdapat dua kata dan frasa kunci dalam definisi itu

yang perlu diperhatikan, yaitu the meaning, dan in the way the author intended the

text’. Dalam kata kunci pertama meaning dapat disimpulkan bahwa yang menjadi

prioritas utama dalam penerjemahan adalah makna, dan dalam frasa in the way the

author intended the text’ dapat disimpulkan bahwa suatu teks terjemahan harus

memiliki dampak yang sama terhadap pembacanya seperti yang dikendaki oleh

penulis aslinya. Misalnya suatu teks memiliki nuansa gembira, maka nuansa itu

jugalah yang harus diciptakan dalam terjemahan.

Nida dan Taber (1982 : 12) menyatakan bahwa ‘translating consists in

reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in the term of meaning secondly in the term of style’. Jadi

menurut Nida menerjemahkan berarti menghasilkan pesan yang paling dekat, sepadan

dan wajar dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, baik dalam hal makna maupun gaya.

Penerjemahan melibatkan bidang linguistik kedua bahasa yaitu bahasa sumber

(32)

prosedur, dan teknik penerjemahan, dan bidang ilmu teks yang diterjemahkan (Bell,

1991). Dengan demikian penerjemahan dapat melibatkan beberapa pihak terkait

sesuai dengan teks yang akan diterjemahkan. Hal ini disebabkan seorang penerjemah

tidak akan menguasai semua disiplin ilmu yang terkait dengan penerjemahan, namun

bila seorang penerjemah menemui kesulitan dalam menerjemahkan, dia dapat bekerja

sama denga pihak lain antara lain dengan cara berkonsultasi dengan pakar bidang

ilmu terkait.

Definisi lain berikut ini diberikan oleh Catford (1978:20) yaitu ’ Translation

is the replacement of textual material in one language by equivalent textual material in another language’. Menurut definisi tersebut Catford menyatakan bahwa

menerjemahkan berarti mengganti, yaitu suatu teks diganti dengan padanan teks

tersebut.

Brislin (1976:1) memberikan definisi penerjemahan sebagai berikut

’Translation is the general term referring to he transfer of thoughts and ideas from

one language (source) to another (target).’ Menurut Brislin dalam definisi tersebut

menerjemahkan berarti mengalihkan makna, hal tersebut terlihat dari kata ’transfer of

thought and ideas.

Berdasarkan penjelasan mengenai penerjemahan dapat disimpulkan bahwa

”penerjemahan adalah menggantikan makna suatu teks bahasa sumber dengan

(33)

2.2 Jenis Penerjemahan

Besnet dan Guire (1988:14) membagi jenis penerjemahan ke dalam tiga

kategori, yaitu (1) penerjemahan dalam bahasa yang sama (intralingual translation

atau rewording) yang merupakan interpretasi lambang-lambang verbal dengan

menggunakan lambang-lambang lain dalam bahasa yang sama, (2) penerjemahan dari

satu bahasa ke dalam bahasa lain (interlingual translation atau translation proper),

dan (3) penerjemahan dari bahasa tulisan ke dalam media lain seperti gambar, musik

dan lain-lain (intersemiotic translation atau transmutation).

Berkaitan dengan penerjemahan dalam bahasa yang sama (intralingual translation

atau rewording) , misalnya pada situasi seorang anak yang sedang belajar berbahasa.

Anak tersebut belum menguasai banyak kosa kata, ketika dia mendengar atau

menemukan kata yang belum dimengerti, dia akan bertanya kepada orang lain.

Misalnya dia akan bertanya kepada orang yang paling dekat dengannya, yaitu ibunya.

Kemudian ibunya menjelaskan kata yang dia tidak mengerti dengan menggunakan

kata yang sederhana sesuai dengan pola berfikir anaknya sehingga anaknya dapat

mengerti. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan terhadap kata

tersebut, atau memberikan sinonimnya. Sebenarnya ibu tersebut telah melakukan

penerjemahan untuk anaknya.

Selanjutnya dapat dijelaskan mengenai penerjemahan dari satu bahasa ke

dalam bahasa lain (interlingual translation atau translation proper ), yang merupakan

(34)

misalnya suatu teks dalam bahasa Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Dapat diberikan contoh kata rumah diterjemahkan menjadi house atau home.

Jenis penerjemahan yang ketiga penerjemahan dari bahasa tulisan ke dalam

media lain seperti gambar, musik dan lain-lain (intersemiotic translation atau

transmutation), misalnya bahasa Braille diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

2.3 Proses Penerjemahan

Ada beberapa model proses penerjemahan. Nida (dalam Anwar S Dill,

1975:80) menggambarkan bahwa penerjemahan merupakan suatu proses yang terdiri

dari tiga tahap, yaitu (1) analisis, (2) transfer, dan (3) restrukturisasi. Adapun

diagramnya adalah sebagai berikut :

Bahasa Sumber Bahasa Penerima

Teks Terjemahan

Analisis Restrukturisasi

Transfer

Diagram 1 : Proses Penerjemahan ( Nida dalam Anwar S Dill, 1975:80)

(1) Tahap Analisis

Penerjemah manganalisis teks bahasa sumber yang diantaranya melihat

(35)

Memory (2) Tahap Transfer

Merupakan proses pengalihan makna dari yang masih dalam bentuk konsep.

(3) Tahap Restrukturisasi

Pada tahap ini penerjemah melakukan penyesuaian agar makna yang akan

dialihkan menjadi tepat.

Menurut Bell (1991:6) Translation is the replacement of a representation of a

text in one language by a representation of an equivalent text in a second language’.

Dalam bahasa Indonesia dapat dikatakan bahwa terjemahan adalah penggantian

sebuah representasi teks yang sama dalam bahasa kedua.

Selanjutnya Bell (1991:21) menggambarkan tahapan-tahapan yang jelas yang

dilakukan oleh penerjemah dalam menghasilkan suatu terjemahan, sebagai berikut :

Diagram 2: Proses Penerjemahan (Bell, 1991:21)

(36)

Pada gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa dalam suatu proses penerjemahan,

pertama sekali penerjemah dihadapkan pada teks bahasa sumber. Selanjutnya

penerjemah melakukan analisis terhadap aspek semantik misalnya berupa kata, frasa

dan klausa, guna memahami makna yang terkandung dalam teks bahasa sumber.

Tahap selanjutnya adalah melakukan proses sintesa yaitu paduan berbagai pengertian

atau hal supaya semuanya merupakan kesatuan yang selaras (Poerwadarminta,

1983:952), dan menerjemahkan teks bahasa sumber tersebut ke dalam bahasa sasaran.

2.4 Kompetensi Penerjemah

Untuk dapat melakukan tugasnya dengan baik, seorang penerjemah

profesional (secara teknis) harus memiliki kompetensi atau kemampuan di bidangnya.

Johnson dan Whitelock (dalam Bell, 1991:36) menyatakan bahwa seorang

penerjemah profesional harus memiliki lima jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan

tentang bahasa sasaran (Bsa), jenis teks, bahasa sumber (Bsu), subjek yang sedang

diterjemahkan, dan perbandingan bahasa (constrastive knowledge). Menurut Bell

kelima pengetahuan itu adalah pengetahuan dasar yang diperlukan untuk menjadi

seorang penerjemah. Bell (1991:41) menambahkan bahwa selain pengetahuan

tersebut, seorang penerjemah harus memiliki kompetensi komnikasi (communicative

competence) yang mencakup grammatical competence yaitu pengetahuan tentang tata

bahasa termasuk kosa kata dan susunan kata (word-formation) , dan pengucapan;

socio linguistics yang merupakan pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan

(37)

untuk menggabungkan bentuk dan makna untuk menghasilkan teks lisan maupun

tulisan yang utuh; strategic competence yaitu penguasaan strategi komunikasi yang

dapat digunakan untuk memperlancar komunikasi.

2.5 Teknik Penerjemahan

Teknik Penerjemahan merupakan cara untuk menganalisis dan

mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan penerjemahan berlangsung dan dapat

diterapkan pada satuan lingual (Molina dan Albir, 2002) dalam Silalahi (2009).

2.5.1 Adaptasi (adaptation)

Merupakan salah satu teknik penerjemahan dimana satu kata atau frasa yang

mengandung unsur budaya, dapat dipadankan dengan kata atau frasa yang

mengandung unsur budaya yang sama dalam bahasa sasaran, dengan catatan bahwa

unsur budaya tersebut dikenal baik oleh pemakai bahasa sasaran, misalnya frasa as

white as snow dapat dipadankan dengan seputih kapas, karena kapas dikenal baik di

Indonesia, tidak demikian halnya dengan salju, yang hanya ada di beberapa tempat di

Indonesia.

2.5.2 Amplifikasi (amplification)

Teknik penerjemahn ini dilakukan dengan cara memberikan keterangan yang

eksplisit atau dengan memparafrase sesuatu yang implisit dalam bahasa sumber.

(38)

2.5.3 Peminjaman (borrowing)

Penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber. Teknik

peminjaman terdiri atas dua jenis, yaitu peminjaman murni (pure borrowing),

misalnya kata CD writer diterjemahkan dengan CD writer , radio tape

diterjemahkan dengan radio tape juga. Jenis peminjaman yang lain adalah

peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing), misalnya kata

appreciation diterjemahkan menjadi apresiasi.

2.5.4 Calque

Merupakan suatu teknik yang menerjemahkan kata asing atau frasa ke dalam

bahasa sasaran dengan menyesuaikan struktur bahasa sasaran, misalnya water fall,

diterjemahkan menjadi air terjun.

2.5.5 Deskripsi (description)

Deskripsi merupakan salah satu teknik penerjemahan dengan menggantikan

suatu istilah atau ungkapan dengan memberikan penjelasan, dapat berupa bentuk dan

fungsinya. Misalnya samurai (the sword of Japanese aristocracy.)

2.5.6 Kesepadanan lazim (established equivalent)

Kesepadanan lazim adalah teknik penerjemahan yang menggunakan istilah

atau ungkapan yang sudah lazim, baik berdasarkan kamus atau karena penggunaan

sehari-hari. Misalnya snack lebih dikenal dari pada kudapan, handphone lebih

(39)

2.5.7 Generalisasi (generalization)

Teknik penerjemahan jenis ini diterapkan dengan cara menggunakan istilah

atau ungkapan yang lebih umum. Misalnya limousine diterjemahkan dengan

mobil.cara-lebih padat, lebih singkat, dan ringkas.

2.5.8 Penerjemahan harfiah (literal translation)

Teknik penerjemahan ini diterapkan dengan cara penerjemahan kata demi

kata. Misalnya I will invite him to the party, diterjemahkan Saya akan

mengundangnya ke pesta itu.

2.5.9 Partikularisasi (particularization)

Teknik penerjemahan jenis ini diterapkan dengan menggunakan padanan

yang lebih kongkrit. Misalnya sea transportation, diterjemahkan dengan boat.

2.5.10 Reduksi (reduction)

Dalam teknik penerjemahan ini informasi yang eksplisit dalam bahasa sumber

menjadi implisit dalam bahasa sasaran. Misalnya the sword of Japanese aristocrac,

diterjemahkan dengan samurai.

2.5.11 Penambahan

Pada teknik penerjemahan jenis ini, penerjemah memberikan penambahan

informasi guna lebih memperjelas teks. Misalnya Employees of all industries took

(40)

cabang industri mengambil bagian dalam konferensi tersebut (penambahan kata cabang)

2.5.12 Penghilangan (deletion).

Pada teknik penghilangan, penerjemah menghapus atau menghilangkan

informasi yang tidak dibutuhkan. Misalnya:

He gave some money to the beggar with his left hands, diterjemahkan menjadi

Dia memberikan uang kepada pengemis itu.

The proposal was rejected and repudiated diterjemahkan susulnya ditolak.

2.5.13 Couplet

Teknik penerjemahan couplet yaitu penerapan dua teknik penerjemahan,

misalnya rumah bolon diterjemahkan menjadi great house (where the king and the

family live).

2.6 Pergeseran dalam Penerjemahan (Shifts)

Hatim dan Munday (2004:26) menjelaskan bahwa perubahan linguistik yang

terjadi antara teks sumber dan teks target disebut shift. Catford (1978:73)

(41)

2.6.1 Pergeseran Tingkatan (Level Shift)

Pergeseran Tingkatan (LS) yaitu pergeseran dari satu tataran linguistik ke

tataran lainnya.

Misalnya: He is my mother’s friend.

Dia (laki-laki) teman ibu saya.

Dalam contoh ini terjadi pergeseran tingkatan yaitu dia (laki-laki).

2.6.2 Pergeseran Kategori (Category Shift)

Pergeseran Kategori (CS) yang dapat dibedakan menjadi :

2.6.2.1 Pergeseran unit (Unit Shift)

Pergeseran Unit (US) yaitu pergeseran yang terjadi apabila unsur bahasa

sumber (BSu) pada suatu unit linguistiknya memiliki padanan yang berbeda unitnya

pada bahasa sasaran (BSu).

Misalnya : attractive place, diterjemahkan menjadi ”tempat yang menarik”.

Dalam hal ini terjadi pergeseran dari unit kata menjadi unit klausa.

2.6.2.2 Pergeseran Struktur (Structure-Shift)

Pergeseran Struktur (SS) yaitu bila terjadi perubahan yang diakibatkan oleh

sistem struktur BS tidak sama dengan sistem struktur BT. Dalam bahasa Inggris

misalnya dikenal pola menerangkan-diterangka (DM), sedangkan dalam bahasa

Indonesia pola yang berlaku umumnya menerangkan-diterangkan (MD).

(42)

Dalam bahasa Inggris penanda (modifier) posisi kata antique berada sebelum

inti (head), sehingga dapat diistilahkan sebagai penanda awal (premodifier).

Sebaliknya dalam bahasa Indonesia dimana penanda berada setelah inti yang disebut

pasca inti (post modifier).

2.6.2.3 Pergeseran Kelas (Class Shift)

Pergeseran Kelas (CS) yaitu pergeseran yang terjadi misalnya dari kelas kata

tertentu dalam BSu menjadi kelas kata yang lain dalam BSa.

Misalnya : pesta tahun diterjemahkan menjadi annual party.

Kata tahun adalah nomina, kata annual mempunyai kelas kata adjektiva.

2.6.2.4 Pergeseran Antar- Sistem (Intra-System Shift)

Pergeseran antar-sistem yaitu pergeseran yang terjadi pada kategori

grammatikal yang sama.

Misalnya : Raja kawin dengan Shinta diterjemahkan menjadi The king married

Shinta. Kata kawin dalam bahasa Indonesia adalah verba intransitif, sedangkan kata married dalam bahasa Inggris adalah verba transitif.

2.7 Kaitan Budaya dengan Penerjemahan

Aspek budaya juga perlu diperhatikan dalam penerjemahan, hal ini

disebabkan bahasa merupakan bagian dari budaya. Jika teks yang sedang

diterjemahkan adalah teks mengenai budaya, seorang penerjemah harus menguasai

tentang budaya dari kedua bahasa yaitu BSu dan BSa, sehingga dia dapat membuat

(43)

pemahaman lintas budaya (cross-culture understanding). Kosa kata dalam sebuah

bahasa mencerminkan kekhasan budaya pemakai bahasa tersebut, yang mungkin saja

tidak dimiliki oleh bahasa-bahasa lain.

Menurut Larson (1984:3), penerjemahan mencakup pemahaman kosa kata,

struktur gramatika, situasi komunikasi, dan konteks budaya bahasa sunber untuk

menentukan maknanya dan selanjutnya makna tersebut direkonstruksi dengan

mengunakan kosa kata dan struktur gramatika yang sesuai dalam bahasa dan konteks

budaya BSa. Menurut Larson (1984:23) sebuah terjemahan yang berhasil adalah bila

pembaca terjemahan (BSa) tidak merasakan bahwa teks yang sedang dibacanya

adalah sebuah terjemahan.

2.8 Batasan Istilah Budaya

‘Istilah’ adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan

makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang tertentu (Moeliono,

dkk., 1988:341). Istilah juga merupakan perkataan yang khusus mengandung arti

yang tertentu di lingkungan sesuatu ilmu pengetahuan, pekerjaan, atau kesenian

(Poerwadarminta, 1982:388). Soanes (2002:1188) menyatakan bahwa ‘istilah’

adalah kata atau frasa yang digunakan untuk menjelaskan suatu benda atau

menyatakan konsep (term is a word or phrase used to describe a thing or to express a

concept, language used on a particular occasion).

Menurut Mulyana dan Rakhmat (2006:25) ‘budaya’ adalah suatu cara hidup

(44)

dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,

termasuk

kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku

komunikatif.

Newmark (1988) mendefinisikan budaya sebagai cara hidup dan

manifestasinya yang khas bagi sebuah komunitas yang menggunakan bahasa tertentu

sebagai sarana dari "ekspresi”, sehingga mengakui bahwa setiap kelompok bahasa

memiliki fitur sendiri dari suatu budaya tertentu.

Peter Newmark juga mengkategorikan kata-kata, istilah atau ungkapan

budaya sebagai berikut:

1) Ekologi

Flora, fauna, bukit, angin, dataran, bukit, sawah, hutan tropis.

2) Material budaya

Artefak.

3) Makanan, pakaian, rumah (tempat tinggal), transportasi dan komunikasi.

4) Sosial Budaya

Kerja dan waktu luang.

5) Organisasi (Kelompok)

(45)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan istilah

budaya dalam tulisan ini adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat

mengungkapkan cara hidup dan manifestasinya yang khas bagi sebuah komunitas

yang menggunakan bahasa tertentu sebagai sarana ekspresi dari ekologi, material

budaya, sosial budaya, organisasi, konsep politik dan admisnistrasi, agama, artistik,

dan bahasa tubuh (gestures) dan kebiasaan.

2.9 Penelitian Terdahulu.

Penelitian mengenai terjemahan yang berkaitan dengan budaya telah

dilakukan sebelumnya antara lain oleh :

1) Dalam disertasinya Dr. Syahron Lubis, M.A. (2009) yang meneliti Penerjemahan

Teks Mangupa dari Bahasa Mandailing ke dalam Bahasa Indonesia, mengkaji

masalah-masalah penerjemahan dalam teks mangupa, sebuah teks budaya Mandailing

ke dalam bahasa Inggris. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa bahasa

Mandailing dan bahasa Inggris memiliki lebih perbedaan dari pada persamaan dalam

struktur bahasa, dan berbeda dalam aspek kultural. Disebabkan perbedaan struktur

kedua bahasa penerjemahan frasa, kata majemuk dan kalimat dari teks sumber ke

dalam teks sasaran menghadapi masalah. Selain itu pemakaian banyak kata arkais

juga membuat kesulitan penerjemahan, termasuk masalah tenses yang tidak ada

dalam bahasa Mandailing. Faktor lain yaitu faktor budaya, disebabakan perbedaan

budaya di antara kedua masyarakat Mandailing dan Inggris, sejumlah istilah dan

(46)

karena itu kata-kata tersebut harus dipinjam (tidak diterjemahkan). Beberapa kata

memiliki padanan kata tetapi nuansa budaya yang melekat pada kata-kata tersebut

tidak dapat ditransfer ke dalam bahasa Inggris.

2) Fatukhna’imah Rhina Zuliani (2010), dalam tesisnya Kajian Teknik

Penerjemahan dan Kualitas Penerjemahan Ungkapan Budaya dalam Novel The Kite Runner Karya Khaled Hosseini Runner, mengkaji teknik penerjemahan yang digunakan, dan menunjukkan kualitas

penerjemahan, kaitannya dengan teknik penerjemahan yang digunakan. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif kualitatif terpancang. Hasil analisis menunjukkan

bahwa dalam novel The Kite Runner terdapat 139 ungkapan budaya. Ungkapan

budaya tersebut diklasifikasi berdasarkan klasifikasi budaya Koentjaraningrat yaitu

bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi,

sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Hasil lengkap klasifikasi

budaya tersebut adalah sebagai berikut: bahasa 44 data (32%), sistem pengetahuan 3

data (2%), organisasi sosial 6 data (4%), sistem peralatan hidup dan teknologi 46 data

(33%), sistem mata pencaharian hidup 5 data (4%), sistem religi 27 data (19%), dan

kesenian 8 data (6%). Dari kajian yang dilakukan terhadap teknik penerjemahan,

teridentifikasi teknik yang digunakan dalam menerjemahkan ungkapan budaya adalah

sebagai berikut: peminjaman murni 75 data (54%), peminjaman alamiah 27 data

(47)

literal 7 data (5%), dan established equivalent 13 data (9,4%). Dalam menerjemahkan

ungkapan budaya, penerjemah lebih banyak menggunakan peminjaman murni dengan

mempertahankan bentuk asli ungkapan BSu. Adapun kualitas penerjemahan

kaitannya dengan teknik penerjemahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

terjemahan akurat pada 60 data(43%) paling banyak dihasilkan dengan teknik

peminjaman alamiah yaitu 23 data (16,5%), terjemahan kurang akurat pada 39 data

(28%) dan tidak akurat 40 data (29%) paling banyak dihasilkan dengan teknik

peminjaman murni. Terjemahan ungkapan budaya yang berterima sebanyak 57 data

(41%) paling banyak dihasilkan dengan teknik peminjaman alamiah, yaitu 23 data

(16,5%), kurang berterima 42 data (30%), dan tidak berterima 40 data (29%) paling

banyak dihasilkan dengan teknik peminjaman murni. Rater pembaca sepakat menilai

54 data (39%) memiliki keterbacaan mudah, 41 data (29%) keterbacaan agak sulit,

dan 44 data (32%) memiliki keterbacaan sulit. Adapun teknik yang paling banyak

menghasilkan keterbacaan mudah adalah teknik peminjaman alamiah (16,6%),

keterbacaan agak sulit dengan peminjaman murni (15,8), dan keterbacaan sulit

dengan peminjaman murni (26,6%). Dari temuan tersebut dapat dilihat bahwa teknik

peminjaman alamiah menghasilkan lebih banyak terjemahan yang akurat, berterima,

dan memiliki keterbacaan mudah karena digunakannya ungkapan budaya yang tepat

dan familier. Sebaliknya, teknik peminjaman murni menghasilkan lebih banyak

terjemahan yang tidak akurat, tidak berterima, dan memiliki keterbacaan sulit karena

(48)

2)Yusnia Sakti Nurlaili (2010), The Translation of Proper names and Cultural

Terms from Indonesia to English in Suluh Magazine. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa dalam menerjemahkan proper nouns dan cultural terms,

dianjurkan untuk menggunakan descriptive equivalents, dan terjemahan literal

karena istilah-istilah tersebut tidak terdapat dalam budaya Inggris, dan tidak terdapat

sinonimnya, misalnya ‘Padepokan Gunung Kidul’ diterjemahkan menjadi ‘Gunung

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif yang menjawab

masalah penerjemahan TSu ke dalam TSar secara kualitatif, baik yang disebabkan

oleh kesenjangan aspek budaya, maupun karena terjadinya pergeseran (shifts).

Selanjutnya peneliti melakukan langkah-langkah guna mengungkap teknik

penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan TSu ke dalam TSa. Adapun

langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut (1) perbandingan lintas budaya (2)

teknik penerjemahan, (3) analisis pergeseran yang terjadi.

Perbandingan lintas budaya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

istilah-istilah budaya dan ungkapan terikat budaya dalam TSu dapat atau tidak dapat

diterjemahkan atau ditransfer ke dalam TSa yang dilatar belakangi budaya yang

berbeda, karena bahasa tidak dapat dimengerti dengan baik jika kita tidak mengenal

budaya asal dari bahasa tersebut.

Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini

berorientasi pada produk terjemahan, yaitu penelitian yang memusatkan perhatiannya

pada hasil terjemahan bukan proses terjemahan (Toury, 1980). Dalam penelitian ini

tataran yang dikaji berupa kata dan frasa yang berkaitan dengan budaya.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. yaitu data diperoleh

(50)

budaya yang terdapat dalam brosur pariwisata Sumatera Utara. Data tersebut

kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan masalah dan tujuan

penelitian ini.

3.2 Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dokumen berupa brosur pariwisata Provinsi

Sumatera Utara yang berbahasa Indonesia dan Inggris yang diterbitkan oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara tahun 2008. Dokumen tersebut

digunakan sebagai sumber data objektif. Data objektif dalam penelitian ini berupa

istilah-istilah budaya dalam BSu yaitu bahasa Indonesia dan yang dipinjam dari

bahasa Batak, Arab, Nias dan Melayu, dan terjemahan istilah-istilah budaya tersebut

dalam BSa (Bahasa Inggris).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitianb ini adalah

mengkaji dokumen yaitu dengan cara membaca dan mencatat (content analysis),

yaitu dengan cara :

1) Membaca teks secara keseluruhan,

2) Memberikan tanda yaitu memberikan warna merah pada terjemahan

istilah-istilah budaya yang terdapat pada teks Bsu dan Bsa.

3) Mencatat istilah-istilah budaya tersebut

4) Mengklasifikasi terjemahan istilah-istilah budaya tersebut menurut katergori

(51)

3.4 Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan mempunyai empat karakteristik (Sutopo,

2002:86-87), yaitu :

1) Bersifat induktif yaitu penelitian diawali dengan pengumpulan data

2) Menganalisis data untuk menemukan teknik penerjemahan yang digunakan, dan

pergeseran yang terjadi daklam penerjemahan tersebut.

3) Menyajikan data yang telah dianalisis

Data disajikan dalam bentuk tabel, persentase, dan deskripsi.

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Istilah-istilah budaya yang terdapat pada brosur pariwisata berbahasa Inggris

Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut.

4.1 Istilah Budaya yang Berkaitan dengan Ekologi/Alam

Istilah budaya yang bekaitan dengan ekologi/alam yang tertera pada brosur

pariwisata berbahasa Indonesia dan Inggris adalah:

4.1.1 Batu Gantung

Masyarakat di sekitar Danau Toba dan Parapat mempercayai bahwa batu gantung tersebut merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batu cadas di dalam

lubang ketika ia hendak bunuh diri dengan cara terjun ke Danau Toba. Tiba-tiba lubangnya merapat dan menghimpit tubuh Seruni. Kemudian Seruni menjelma menjadi batu yang tergantung. Masyarakat setempat menyebutnya “Batu Gantung”.

4.2 Istilah Budaya yang Berkaitan dengan Makanan

Adapun istilah-istilah budaya yang berkaitan dengan makanan yang terdapat

(53)

4.2.1 Rendang

Rendang adalah makanan khas Sumatera Barat dengan rasa yang pada

umumnya pedas. Akan tetapi tingkat kepedasan tersebut tergantung oleh racikan sang

juru masak. Untuk mencapai warna yang coklat kehitaman serta bumbu rendang yang

kering, rendang dimasak cukup lama yaitu minimal 12 jam.

Rendang merupakan menu utama bagi masyarakat Minang. Dahulu kala rendang disajikan sebagai menu utama bagi para bangsawan. Akan tetapi, saat ini rendang sangat digemari oleh masyarakat Minang khususnya dan bahkan oleh

seluruh lapisan masyarakat serta para wisatawan asing.

4.2.2 Sate

Sate atau kadangkala ditulis satay atau satai adalah makanan yang terbuat dari

potongan daging (ayam, kambing, domba, sapi, babi, ikan, dan lain-lain) yang

dipotong kecil-kecil,dan ditusuki dengan tusukan sate yang biasanya dibuat dari

bambu, kemudian dibakar menggunakan bara arang kayu. Sate kemudian disajikan

dengan berbagai macam bumbu.

Sate berasal dari Jawa, Indonesia, tetapi sate juga populer di negara-negara

Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand.

Resep dan cara pembuatan sate beraneka ragam bergantung variasi dan resep

masing-masing daerah. Hampir segala jenis daging bisa dibuat sate. Sebagai Negara

(54)

Biasanya sate diberi saus. Saus ini bisa berupa sambal kecap, sambal kacang,

atau yang lainnya. Untuk sate bebek tambak menu lengkapnya adalah sate, saus

bumbu manis kacang tanah atau bumbu pedas (menurut selera) dan irisan tomat serta

mentimun. Lalu sate dimakan dengan nasi hangat. Di beberapa daerah disajikan

dengan lontong, atau ketupat.

Diduga sate diciptakan oleh pedagang makanan jalanan di Jawa sekitar awal

abad ke-19, berdasarkan fakta bahwa sate mulai populer sekitar awal abad ke-19

bersamaan dengan semakin banyaknya pendatang dari Arab ke Indonesia.

4.2.3 Roti jala

Roti Jala adalah sejenis hidangan berbentuk jala.

kuah. Roti Jala sering kali menjadi pilihan pada perayaan istimewa dan dihidangkan

dengan kari atau gulai ayam atau daging. Roti jala dinamakan sedemikian karena

bentuknya yang seperti jala me

4.2.4 Naniura

Naniura merupakan salah satu jenis masakan khas Batak yang dapat dinikmati

dengan tanpa dimasak. Bahan utama masakan ini adalah ikan mas. Adapun bahan –

bahan pembuatan masakan tersebut adalah, biji asam jungga, andaliman, kemiri,

(55)

4.2.5 Natinombur

Natinombur merupakan salah satu makanan khas Batak yang bumbunya

dilumurkan di atasnya. . Hidangan ini terbuat dari ikan, misalnya ikan mujair, ikan

mas, ikan lele, dan sebagainya. Ikannya bisa digoreng, bisa pula dibakar - tergantung

kesukaan masing-masing, dengan sambal atau bumbu yang dilumurkan di atasnya.

4.2.6 Lomok-lomok

Lomok-lomok adalah makanan khas suku Batak yang paling populer. Makanan

ini dibuat dari daging babi yang dicincang, dimasak bersama rempah-rempah lokal

semisal bawang, kemiri, andaliman dan lainnya serta darah.

4.2.7 Nani arsik

Nani arsik adalah salah satu makanan khas Batak yang terbuat dari ikan mas,

kacang panjang, lengkuas, dan bumbu-bumbu lainnya. Salah satu ciri khas masakan

ini adalah di dalam perut ikan nani arsik ditemukan bumbu yaitu serai dan kacang

panjang.

(56)

Istilah perkedel

pengaruh

di

Perkedel di Indonesia

dicam

dicelupkan ke dalam kocokan telur ayam lalu digoreng. Perkedel ada juga ada yang

terbuat dari tahu.(

4.2.9 Dendeng

Dendeng

api kecil atau diasinkan dan dijemur. Daging harus dikeringkan dengan cepat, untuk

memperlambat pertumbuhan bakteri saat itu juga. Untuk melakukannya, daging

dipotong tipis, atau ditekan sampai tipis. Hasilnya adalah daging yang asin dan

semi-manis dan tidak perlu disimp

4.2.10 Gado-gado

Gado-gado adalah sa

berupa

dari dan di atasnya

ditaburkan

(57)

Gado-gado dapat dima kacang, tetapi juga dapat dima

4.2.11 Tempe

Tempe

beberapa

Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Secara umum,

tempe berwarna putih karena pertum

biji sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi

komponen-komponen

4.2.12 Tahu

Tahu adalah ma

tahu

difermentasi". Tahu pertama kali m

(58)

Jepang dikenal dengan nama tofu. Dibawa para perantau China, makanan ini

m

4.2.13 Krupuk

Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung

tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan

mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari

dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak.

Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai

ma

Kerupuk udang dan kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum

dijumpai di Indonesia. Kerupuk biasanya dijual di dalam kemasan yang belum

digoreng. Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang ketika digoreng biasanya

dijual dalam bentuk sudah digoreng.

Kerupuk kulit atau kerupuk ikan yang sulit mengembang perlu digoreng

sebanyak dua kali. Kerupuk perlu digoreng lebih dulu dengan minyak goreng bersuhu

rendah sebelum dipindahkan ke dalam wajan berisi minyak goreng panas.

Kerupuk kulit (kerupuk jangek) adalah kerupuk yang tidak dibuat adonan

tepung tapioka, melainkan dari ku

(59)

Istilah-istilah budaya yang berkaitan dengan benda-benda budaya (artefak)

yang ditemui dalam brosur pariwisata berbahasa Indonesia dan Inggris, Provinsi

Sumatera Utara adalah sebagai berikut.

4.3.1 Meriam puntung

Meriam puntung berada di halaman depan sebelah kiri Istana Maimoon,

Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimoon, Sumatera Utara. Meriam Puntung

tersebut diletakkan di dalam sebuah rumah kecil beratap ijuk, bertiang empat tanpa

dinding. Meriam tersebut merupakan sebuah meriam yang tidak utuh lagi, alias

buntung, yang dikenal dengan meriam puntung.

Dikisahkan bahwa di Kerajaan Timur Raya , hidup seorang putri yang sangat

cantik, bernama Putri Hijau, karena tubuhnya memancarkan cahaya hijau. Raja Aceh

sangat tertarik dengan Putri Hijau dan beliaupun meminangnya, namun pinangan

tersebut ditampik oleh kedua saudara laki-laki Putri Hijau, yakni Mambang Yasid dan

Mambang Khayali. Raja Aceh berang dan menyerang Kerajaan Timur Raya, dan

mengalahkan Raja Mambang Yasid. Pada saat Raja Aceh hendak menculik Putri

Hijau, terjadi kejaiban pada Mambang Khayali. Adik sang putri berubah menjadi

“meriam”, dan menembak membabi buta tanpoa henti. Karena terus menerus

menembakkan peluru, meriam ini pecah menjadi dua bagian. Bagian depan

ditemukan di desa Surbakti di dataran tinggi Karo, dekat Kabanjahe, sedangkan

bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian dipindahkan ke Istana

(60)

4.3.2 Sigale-gale

Nasib paling buruk yang dapat menimpa seorang Batak adalah meninggalkan

dunia fana ini tanpa keturunan, khususnya laki-laki. Dengan demikian, rohnya

ter-paksa berkelana selama-lamanya di dunia tengah, tanpa adanya keluarga yang dapat

memujanya, dan memberinya sajian serta makanan yang dapat memuaskannya. Nasib

yang demikian tidak saja merupakan suatu malapetaka bagi mendiang yang malang

ini, melainkan bagi anggota kelompoknya sedesa atau semarga juga.

Maka masyarakat Toba membuat boneka dari kayu sebesar manusia, yang

dikenakan pakaian Toba, termasuk ulos, dan disebut sigale-gale.

4.4 Istilah Budaya yang Berkaitan dengan Pakaian

Istilah-istilah budaya yang berkaitan dengan pakaian yang ditemui dalam

brosur pariwisata berbahasa Indonesia dan Inggris, Provinsi Sumatera Utara adalah

sebagai berikut.

4.4.1 Ulos

UIos adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang, yang melambangkan

ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak-anaknya, atau antara seseorang dengan

orang lain, seperti yang tercantum dalam falsafah Batak : Ijuk pangihot ni hodong,

(61)

menghangatkan badan, tetapi kini ulos memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain

dalam segala aspek kehidupan orang Batak.

Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Batak. Setiap ulos

mempunyai raksa sendiri-sendiri, artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi dan

hubungan dengan hal atau benda tertentu. Dalam pandangan suku bangsa Batak ada

tiga unsur mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu darah, nafas dan panas. Dua

unsur terdahulu adalah pemberian Tuhan, sedangkan unsur ketiga tidaklah demikian.

Panas yang diberikan oleh matahari tidaklah cukup untuk menangkis udara dingin di

pemukiman suku bangsa Batak, khusunya di malam hari.

Menurut pandangan suku bangsa Batak ada tiga sumber ynag memberi panas

kepada manusia, yaitu matahari, api dan ulos. Ulos berfungsi member panas, dan

menyehatkan badan, dan menyenangkan perasaan. Dikalangan orang Batak sering

terdengar istilah mangulosi, yang artinya memberi ulos atau menghangatkan dengan

ulos.

Ada aturan yang harus dipatuhi dalam mangulosi, antara lain orang hanya

boleh mangulosi mereka yang menurut ikatan kekerabatan berada di bawahnya,

misalnya orang tua boleh mangulosi anaknya, tetapi anaknya tidak boleh mangulosi

orang tua. Jika dalam prinsip kekerabatan Batak yang disebut dalihan na tolu, yang

terdiri atas unsur-unsur hula-hula, boru, dan dongan sabutuha, seorang boru sama

sekali tidak boleh mangulosi hula-hulanya.

Ulos yang diberikan dalam mangulosi tidak boleh sembarangan, baik dalam

Gambar

Tabel 2 : Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang berkaitan dengan Makanan
Tabel 4 : Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang Berkaitan dengan Pakaian
Tabel 5 : Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang Berkaitan denganBangunan
Tabel 6 : Teknik Penerjemahan Istilah Budaya yang Berkaitan dengan  Transportasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan istilah budaya dalam novel Negeri 5 Menara ke dalam bahasa Inggris The Land Of Five Towers, dan (2) teknik penerjemahan apa

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menemukan macam-macam istilah budaya yang terdapat dalam subtitle film Percy Jackson and The Olympians The Lightning Thief, (2)

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi isu budaya yang muncul pada penerjemahan komik anak dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia; (2)

Pelokalan dan pemancanegaraan memang dipandang sebagai sebuah ideologi yang banyak dipertentangkan terutama pada penerjemahan istilah budaya pada teks bahasa Indonesia ke

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berupa istilah-istilah budaya yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara dan terjemahannya dalam

Peneliti tertarik untuk menganalisis terjemahan istilah budaya dalam novel Negeri 5 Menara ke dalam bahasa Inggris The Land Of Five Towers dan menganalisis

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan istilah budaya dalam novel Negeri 5 Menara ke dalam bahasa Inggris The Land Of Five Towers, dan (2) teknik penerjemahan apa

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menemukan macam-macam istilah budaya yang terdapat dalam subtitle film Percy Jackson and The Olympians The Lightning Thief, (2)