DETEKSI CHONDROSARCOMA DISEASE DI RONGGA MULUT
MELALUI GAMBARAN RADIOGRAFI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
QUAH CHZE SOON NIM : 070600144
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 12 Januari 2011
Pembimbing : Tanda tangan
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 12 Januari 2011
TIM PENGUJI
KETUA : Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG ...
ANGGOTA : 1. Amrin Tahir, drg ...
KATA PENGANTAR
Puji dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini selesai disusun untuk memenuhi kewajiban
penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih buat Ibunda Chan Yock Bee dan Ayahanda Quah Poh Chuan yang telah menjadi tauladan dan memberikan
kasih sayang tanpa batas. Dan terima kasih kepada Ibu Trelia Boel,drg., M.Kes., Sp.RKG selaku Ketua Departemen Radiologi Dental dan pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan kesabaran dalam membimbing penulis demi selesainya skripsi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Amrin Tahir, drg dan Lidya Irani Nainggolan, drg selaku dosen dan tim
penguji skripsi penulis.
3. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Radiologi Dental dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
4. Saudara – saudaraku Quah Chze Seong dan Quah Chze Huat dan kawan – kawan stambuk 2007, serta Kakanda dan Adinda mahasiswa FKG USU yang
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas
Kedokteran Gigi khususnya Departemen Radiologi Dental.
Medan, 12 Januari 2011 Penulis
(Quah Chze Soon)
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
BAB 2 DEFINISI, KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI CHONDROSARCOMA 2.1 Definisi dan Klasifikasi ... 3
2.2 Etiologi ... 6
BAB 3 GAMBARAN KLINIS, HISTOPATOLOGIS DAN RADIOGRAFI CHONDROSARCOMA 3.1 Gambaran Klinis ... 7
3.2 Gambaran Histopatologis ... 9
3.3 Gambaran Radiografi ... 9
BAB 4 DIAGNOSA DAN PERAWATAN CHONDROSARCOMA 4.1 Diagnosa ... 14
4.2 Perawatan ... 15
BAB 5 LAPORAN KASUS CHONDROSARCOMA ... 17
BAB 6 KESIMPULAN ... 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Chondrosarcoma grade I ... 4 2. Chondrosarcoma grade II. ... 5
3. Chondrosarcoma grade III ... 5 4. Massa tumor berlobul yang dilihat dari pandangan intraoral. Massa tumor meluas
dari palatal hingga ke bukal sehingga menyebabkan pergeseran gigi 23 dan 24 ke
sisi bukal 8
5. Massa tumor yang telah dikeluarkan dari rongga mulut dengan tindakan pembedahan mandibulectomy (pemotongan mandibula) dari premolar pertama kiri ke premolar pertama kanan ... 8
6. Gambaran histopatologis chondrosarcoma yang menunjukkan adanya mitosis atau pembelahan sel ... 9
7. Gambaran radiografi chondrosarcoma yang dilihat melalui CT scan. Pada foto terlihat lesi berberlobul dan meninggi sehingga mencapai jaringan periosteum untuk membentuk pola sinar matahari. ... 11 8. Gambaran radiografi chondrosarcoma yang dilihat melalui foto panoramik. Pada
foto terlihat adanya area radiolusen di regio anterior maksila (tanda panah). ... 11
9. Gambaran radiografi chondrosarcoma yang dilihat melalui foto oklusal. Pada foto terlihat adanya area radiolusen di regio anterior mandibula ... 12
10.Gambaran radiografi chondrosarcoma yang dilihat melalui CT scan. Pada foto terlihat adanya area radiolusen di regio simfisis mandibula. ... 12 11.Prosedur pembedahan reseksi chondrosarcoma di tulang rahang. Terlihat massa
yang berwarna putih keabu-abuan ... 16
12.Foto oklusal yang menunjukkan are radiolusen di pertengahan mandibula yang menyebabkan bergeraknya akar gigi insisivus sentralis ... 18 13.Gambaran CT scan yang menunjukkan lesi pada area simfisis dan korpus
14.Gambaran tiga dimensi resorpsi tulang pada regio anterior mandibula... 19
15.Gambaran histopatologi yang menunjukkan kondrosit pada lacunae dalam bentuk lobular (pewarnaan hematoxylin and eosin dan pembesaran 5 kali). ... 20 16.Gambaran mikroskopis yang diperbesar 40 x yang menunjukkan adanya
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Radiologi Dental
Tahun 2010
Quah Chze Soon
Deteksi Chondrosarcoma Disease Di Rongga Mulut Melalui Gambaran Radiografi ix + 29
Chondrosarcoma adalah tumor ganas yang melibatkan jaringan tulang rawan atau kartilago. Evans dkk. (1977) mengklasifikasikan chondrosarcoma berdasarkan tingkat
keganasan sel tumor, yakni: grade I, II dan III. Kasus ini jarang sekali terjadi yakni hanya sekitar 10 % dari total keseluruhan neoplasma malignan. Gambaran radiografi chondrosarcoma didiagnosa banding dengan lateral periodontal cyst, cemento osseous
dysplasia, central giant cell granuloma, cemento ossifying fibroma, tumor odontogenik
dan non odontogenik, osteomielitis, lesi periapikal, osteosarcoma dan Langerhans’ cell
disease.
Penegakan diagnosa chondrosarcoma memerlukan pemeriksaan klinis, radiografi, dan histopatologis, Pada pemeriksaan histopatologis chondrosarcoma dijumpai sel tumor
yang terdiri dari chondrocyte dan chondroblast. Pada gambaran radiografi, massa chondrosarcoma menunjukkan bentuk yang tidak teratur dan area radiolusen yang
menyebar. Teknik foto yang dapat membantu penegakan diagnosa chondrosarcoma antara lain foto panoramik, oklusal dan CT scan.
Prognosis chondrosarcoma tergantung pada tingkat keganasan, lokasi dan
perluasan tumor tersebut. Perawatan chondrosarcoma dapat dilakukan dengan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Radiologi Dental
Tahun 2010
Quah Chze Soon
Deteksi Chondrosarcoma Disease Di Rongga Mulut Melalui Gambaran Radiografi ix + 29
Chondrosarcoma adalah tumor ganas yang melibatkan jaringan tulang rawan atau kartilago. Evans dkk. (1977) mengklasifikasikan chondrosarcoma berdasarkan tingkat
keganasan sel tumor, yakni: grade I, II dan III. Kasus ini jarang sekali terjadi yakni hanya sekitar 10 % dari total keseluruhan neoplasma malignan. Gambaran radiografi chondrosarcoma didiagnosa banding dengan lateral periodontal cyst, cemento osseous
dysplasia, central giant cell granuloma, cemento ossifying fibroma, tumor odontogenik
dan non odontogenik, osteomielitis, lesi periapikal, osteosarcoma dan Langerhans’ cell
disease.
Penegakan diagnosa chondrosarcoma memerlukan pemeriksaan klinis, radiografi, dan histopatologis, Pada pemeriksaan histopatologis chondrosarcoma dijumpai sel tumor
yang terdiri dari chondrocyte dan chondroblast. Pada gambaran radiografi, massa chondrosarcoma menunjukkan bentuk yang tidak teratur dan area radiolusen yang
menyebar. Teknik foto yang dapat membantu penegakan diagnosa chondrosarcoma antara lain foto panoramik, oklusal dan CT scan.
Prognosis chondrosarcoma tergantung pada tingkat keganasan, lokasi dan
perluasan tumor tersebut. Perawatan chondrosarcoma dapat dilakukan dengan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
BAB 1
PENDAHULUAN
Chondrosarcoma adalah neoplasma yang bersifat malignan dengan karakteristik
adanya jaringan tulang rawan (cartilage tissue) yang tidak normal. Chondrosarcoma lebih sering melibatkan orang dewasa dengan rata-rata umur sekitar 45 tahun, dimana lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita. Chondrosarcoma dapat dijumpai pada
tulang rusuk, pelvis, paha, bahu dan tulang rahang. Namun, chondrosarcoma pada tulang rahang jarang dijumpai. Regio anterior tulang maksila merupakan sisi yang paling sering
terkena yakni 60 % dari total keseluruhan kasus chondrosarcoma tulang rahang. Pada mandibula, regio simfisis mandibula merupakan sisi yang sering terlibat.1,2,3
Gejala klinis yang sering dialami oleh penderita chondrosarcoma antara lain rasa
sakit, pembengkakan, kehilangan gigi, eritematous, berlobul dan ulser. Sampai saat ini, penyebab terjadinya chondrosarcoma belum diketahui dengan jelas. Namun, Batsakis JG
dkk (1980) menyatakan bahwa chondrosarcoma sering dihubungkan dengan pasien dengan riwayat enchondroma atau osteosarcoma.1,2,3
Penentuan diagnosa chondrosarcoma memerlukan beberapa pemeriksaan, seperti
pemeriksaan klinis, histopatologis dan radiografi. Pemeriksaan radiografi yang dapat membantu penentuan diagnosa chondrosarcoma diantaranya CT scan, foto oklusal dan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran radiografi
chondrosarcoma di rongga mulut. Sehingga dengan mengetahui gambaran radiografi
chondrosarcoma di rongga mulut, diagnosa dan perawatan chondrosarcoma di rongga
BAB 2
DEFINISI, KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI CHONDROSARCOMA
Neoplasma yang terjadi pada tubuh manusia dapat bersifat malignan (ganas)
ataupun benignan (jinak). Salah satu neoplasma yang bersifat malignan adalah chondrosarcoma. Chondrosarcoma merupakan neoplasma yang jarang sekali terjadi yakni hanya sekitar 10 % dari total keseluruhan neoplasma malignan. Chondrosarcoma
cenderung terjadi pada tulang panjang dan permukaan yang datar, seperti tulang pelvis, rusuk, paha dan lengan. Sedangkan chondrosarcoma pada tulang kepala dan leher jarang
terjadi.8,9
2.1 Definisi dan Klasifikasi
Chondrosarcoma dapat diartikan sebagai tumor atau neoplasma yang bersifat malignan yang melibatkan jaringan tulang rawan atau kartilago. Sel-sel tumor akan
membuat jaringan tulang rawan tersebut tumbuh tidak normal.1,6, 9
Menurut Nishimura Y dkk (1993), chondrosarcoma diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan asal pembentukan sel tumor, yakni:
1. Chondrosarcoma primer; berasal dari differensiasi sel-sel perikondrial.
2. Chondrosarcoma sekunder; berasal dari metamorfosis sel-sel chondroma
sentral atau eksostosis tulang rawan.
Disamping itu, Evans dkk. (1977) juga membuat klasifikasi chondrosarcoma berdasarkan tingkat keganasan sel tumor yang dapat dilihat dari kepadatan seluler,
diferensiasi inti sel dan ukuran inti sel, yakni:
1. Grade atau tingkat I; terdiri dari sel tumor berinti dua dan tidak ada
pembelahan sel (mitosis). Sel tumor masih jarang dan berkembang sangat lambat (Gambar 1).
2. Grade atau tingkat II; terdiri dari sel pleomorphic chondrocytes dan terjadi
pembelahan sel serta metastasis (menyebar). Sel tumor mulai padat dan berkembang cepat (Gambar 2).
3. Grade atau tingkat III; terdiri dari sel-sel chondroblast yang bersatu dan terjadi pembelahan sel serta metastasis. Sel tumor sangat padat dan berkembang sangat cepat (Gambar 3).10,11,12
Gambar 2. Chondrosarcoma grade II.11
2.2 Etiologi
Sampai saat ini, etiologi atau penyebab pasti terjadinya chondrosarcoma belum
diketahui dengan jelas. Namun, Batsakis JG dkk (1980) menyatakan bahwa chondrosarcoma sering dihubungkan dengan pasien dengan riwayat enchondroma atau
osteosarcoma.1,2,3,4 Sedangkan, faktor-faktor predisposisi terjadinya chondrosarcoma diantaranya eksostosis herediter, Ollier's disease, Maffucci's syndrome, Paget's disease, chondromyxoid fibroma, dan radiasi.10
Menurut Terezhelmy GT dkk (1977), patogenesis ataupun perjalanan biologis sel
tumor chondrosarcoma belum jelas diketahui. Namun menurutnya, chondrosarcoma
berasal dari chondrosarcoma yang bersifat jinak. Perubahan tersebut dapat disebabkan
BAB 3
GAMBARAN KLINIS, HISTOPATOLOGIS DAN RADIOGRAFI
CHONDROSARCOMA
Chondrosarcoma yang melibatkan jaringan rongga mulut dapat dilihat dari manifestasinya di rongga mulut, gambaran histopatologis yang dilihat melalui mikroskop ataupun melalui gambaran radiografi.4,5,6
3.1 Gambaran Klinis
Tidak ada tanda-tanda klinis atau keluhan spesifik pada pasien penderita
chondrosarcoma. Namun, penderita pernah mengeluhkan adanya pembengkakan yang disertai adanya atau tanpa rasa sakit. Paralisis wajah, pendarahan pada lesi, gangguan pernafasan (nasal obstruction), epistaksis (pendarahan dari hidung), sakit kepala, ulser,
wajah yang tidak simetris, kesulitan mendengar juga pernah dikeluhkan oleh penderita chondrosarcoma. Chondrosarcoma yang melibatkan jaringan rongga mulut dapat juga
disertai dengan rasa sakit pada gigi, pelebaran ruang ligamen periodontal. mobiliti, ataupun trismus.6,14,15
Massa neoplasma atau tumor chondrosarcoma berlobul dan berukuran sekitar ≥ 8
Gambar 4. Massa tumor berlobul yang dilihat dari pandangan intraoral. Massa tumor meluas dari palatal hingga ke bukal sehingga menyebabkan pergeseran gigi 23 dan 24 ke sisi bukal.8
3.2 Gambaran Histopatologis
Pada pemeriksaan histopatologis chondrosarcoma dijumpai sel tumor yang terdiri
dari chondrocyte dan chondroblast. Sel-sel tumor tersebut melakukan mitosis atau pembelahan sel menyebabkan seluler semakin padat. Pemeriksaan histopatologis sangat
berperan dalam menentukan keganasan sel tumor chondrosarcoma. Sehingga diagnosa, perawatan serta prognosis dapat ditentukan dengan tepat. Evans dkk (1977) mengklasifikasikan tingkat keganasan sel tumor chondrosarcoma berdasarkan kepadatan
seluler, diferensiasi inti sel dan ukuran inti sel yang dapat dilihat melalui pemeriksaan histopatologis. 6,10,11,12
Namun, gambaran histopatologis chondrosarcoma hampir sama dengan gambaran histopatologis chondroblastic osteosarcoma atau Ewing’s sarcoma. Sehingga sering menyebabkan kesalahan penentuan diagnosa (misdiagnosis).6
Gambar 6. Gambaran histopatologis chondrosarcoma yang menunjukkan adanya mitosis atau pembelahan sel.11
3.3 Gambaran Radiografi
Gambaran radiografi chondrosarcoma bersifat pathognomonic (tidak khas/spesifik). Oleh karena itu, chondrosarcoma sering salah diinterpretasikan sebagai
lateral periodontal cyst, cemento osseous dysplasia, central giant cell granuloma,
keratocyst), tumor nonodontogenik (seperti fibrosarcoma). Jika disertai dengan keluhan
rasa sakit, gambaran radiografi chondrosarcoma juga mirip dengan gambaran radiografi
osteomyelitis, lesi periapikal, osteosarcoma dan Langerhans’ cell disease.6
Pada gambaran radiografi, massa chondrosarcoma menunjukkan bentuk yang
tidak teratur, area radiolusen yang menyebar dan area bercorak opak. Lesi dapat juga berlobul dan meninggi sehingga mencapai jaringan periosteum untuk membentuk pola sinar matahari (Gambar 7). Adanya perforasi lapisan korteks tulang yang terlibat
menunjukkan tanda-tanda keganasan. Diagnosa banding chondrosarcoma berdasarkan temuan radiografi di atas meliputi fibrosarkoma dan osteosarkoma.5
Pemeriksaan regio maksila melalui radiografi konvensional sering menyebabkan gambaran superimposed. Foto panoramik dan oklusal dapat digunakan untuk mendeteksi chondrosarcoma, tetapi foto tersebut hanya menampilkan gambaran dua dimensi saja
(Gambar 8 dan 9). Pemeriksaan radiografi dengan menggunakan CT scan merupakan pilihan yang terbaik untuk melihat dengan jelas gambaran radiografi chondrosarcoma dan
Gambar 7. Gambaran radiografi chondrosarcoma yang dilihat melalui CT scan. Pada foto terlihat lesi berlobul dan meninggi sehingga mencapai jaringan periosteum untuk membentuk pola sinar matahari.14
Gambar 9. Gambaran radiografi chondrosarcoma yang dilihat melalui foto oklusal. Pada foto terlihat adanya area radiolusen di regio anterior mandibula.6
Berdasarkan gambaran radiografi di atas dapat disimpulkan bahwa gambaran
radiografi chondrosarcoma berupa area radiolusen yang menyebar, tetapi tidak khas
sehingga susah membedakan chondrosarcoma dengan lesi pada tulang yang lain. Oleh
karena itu, dokter gigi harus teliti dalam mengevaluasi pemeriksaan klinis dan radiografi
BAB 4
DIAGNOSA DAN PERAWATAN CHONDROSARCOMA
4.1 Diagnosa
Penegakan diagnosa dilakukan setelah pemeriksaan klinis, radiografi, dan histopatologis selesai dilakukan. Penegakan diagnosa chondrosarcoma cukup sulit. Hal
ini dikarenakan tidak ada tes laboratorium khusus untuk menegakkan diagnosa chondrosarcoma. Ditambah lagi, chondrosarcoma hampir sama dengan osteosarcoma
secara histopatologis. Untuk mengatasinya, beberapa ahli mengatakan bahwa penegakan diagnosa dibuat berdasarkan jumlah sel yang dominan. Pada osteosarcoma, sel tumor yang dominan adalah osteoid. Sedangkan pada chondrosarcoma, sel yang dominan adalah
kartilago.5
Prognosis chondrosarcoma tergantung pada tingkat keganasan, lokasi dan
perluasan tumor tersebut. Prognosis chondrosarcoma ditentukan berdasarkan tingkat keganasannya yang dilihat secara histopatologis. Pada tahun 1977, Evans dkk menentukan tingkat keganasan chondrosarcoma berdasarkan histopatologis yakni:
a. Derajat 1 tanpa adanya pembelahan sel.
b. Derajat 2 dengan pembelahan sel sekitar 10 %.
c. Derajat 3 dengan pembelahan sel telah mencapai 70 %.
Jika tidak dirawat, sekitar 90 % penderita chondrosarcoma derajat 1 dapat bertahan selama 5 tahun. Penderita chondrosarcoma derajat 2 dapat bertahan sekitar 81 %
Chondrosarcoma sering diinterpretasikan keliru dan salah diagnosa. Hal ini dikarenakan tidak ada gambaran radiografi yang khas dari penyakit ini serta adanya
kesamaan histopatologis dengan penyakit lainnya. Adapun diagnosa banding chondrosarcoma antara lain lateral periodontal cyst, cemento osseous dysplasia, central
giant cell granuloma, cemento ossifying fibroma, tumor odontogenik (seperti: radicular
atau odontogenic keratocyst), tumor nonodontogenik (seperti fibrosarcoma). Jika disertai dengan keluhan rasa sakit, gambaran radiografi chondrosarcoma juga mirip dengan
gambaran radiografi osteomyelitis, lesi periapikal, osteosarcoma dan Langerhans’ cell disease.6
4.2 Perawatan
Dokter gigi memegang peranan penting dalam mengatasi komplikasi yang
melibatkan tulang rahang. Dokter gigi tidak hanya mencatat keluhan dan tanda-tanda klinis saja. Dokter gigi harus mampu mendiagnosa dan melakukan perawatan terhadap
komplikasi-komplikasi tersebut.6 Perawatan chondrosarcoma dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.16,17 Namun, perawatan dengan kemoterapi dibatasi. Kemoterapi dilakukan hanya untuk mengontrol
chondrosarcoma setelah pembedahan.10,17
Perawatan chondrosarcoma yang paling sering dilakukan adalah dengan
pembedahan (Gambar 11). Dikarenakan chondrosarcoma bersifat ganas dan dapat melakukan metastasis, prosedur pembedahan harus mengambil seluruh tumor dan jaringan yang terlibat.Pengambilan jaringan sehat yang terlibat juga perlu dilakukan. Hal
melibatkan dasar tulang tengkorak tidak diindikasikan pembedahan, melainkan radioterapi.6
Gambar 11. Prosedur pembedahan reseksi chondrosarcoma di tulang rahang. Terlihat massa yang berwarna
BAB 5
LAPORAN KASUS
Seorang wanita berusia 43 tahun dirujuk ke klinik di sebuah universitas di
Malaysia dengan pembengkakan di daerah lingual anterior mandibula. Pembengkakan tersebut telah ada sejak dua tahun lalu dan bertambah besar, tidak ada riwayat trauma dan sakit tetapi mempunyai kesulitan mengunyah makanan yang padat. Pasien tersebut
penderita asma yang tidak terkontrol.6
Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan tidak terdapat adanya pembengkakan atau
asimetris wajah. Tidak dijumpai adanya gangguan pada kelenjar limfe di leher, dan semua saraf kranial berfungsi dengan baik. Pada pemeriksaan intra oral dijumpai sebuah indurasi, sakit, pembengkakan dengan ukuran sekitar 2,5 cm × 2 cm pada pertengahan
mandibula regio anterior diantara insisivus bawah dan duktus sublingual yang terbuka. Mukosa mulut berwarna merah jambu dan terlihat normal. Tepi pembengkakan
berbatasan dengan alveolus bawah. 6
Gambaran radiografi intraoral, oklusal (Gambar 12) dan foto panoramik terlihat adanya area radiolusen dengan tepi yang difus dan pergerakan akar gigi insisivus
sentralis. Computed tomography menunjukkan lesi yang meluas dari simfisis mandibula hingga korpus mandibula (Gambar 13). Lapisan yang tipis diamati dan tidak dijumpai
Gambar 12. Foto oklusal yang menunjukkan are radiolusen di pertengahan mandibula yang menyebabkan bergeraknya akar gigi insisivus sentralis. 6
Gambar 14. Gambaran tiga dimensi resorpsi tulang pada regio anterior mandibula. 6
Pemeriksaan histopatologis menemukan kondrosit di lacunae yang tersusun dalam pola lobular (Gambar 15). Infiltrasi hingga ke jaringan mesenkim terlihat pada beberapa area. Mitosis atau pembelahan sel terlihat pada beberapa sel (Gambar 16). Tumor
Gambar 15. Gambaran histopatologi yang menunjukkan kondrosit pada lacunae dalam bentuk lobular (pewarnaan hematoxylin and eosin dan pembesaran 5 kali). 6
Gambar 16. Gambaran mikroskopis yang diperbesar 40 x yang menunjukkan adanya pembelahan sel (mitosis) pada beberapa sel. 6
Pasien dianjurkan untuk pembedahan dan tumor diambil dengan memotong
Gambar 17. Tumor yang telah diambil dari pasien dengan melakukan pemotongan segmen mandibula (mandibulectomy) dari premolar pertama kanan hingga premolar pertama kiri. 6
Pemeriksaan histopatologis setelah pembedahan menegaskan diagnosa chondrosarcoma sebelumnya, dan pemeriksaan selanjutnya menemukan adanya tumor lain pada mandibula kiri. Pasien melakukan perawatan radioterapi (56 Gy selama 6 minggu).
Tidak dijumpai adanya tanda-tanda rekurensi tumor selama 12 bulan setelah pembedahan dan pasien diinstruksikan untuk melanjutkan kontrol rutin. 6
DISKUSI
Chondrosarcoma berkembang dengan lambat dan merupakan tumor mesenkim yang bersifat malignan yang ditandai dengan adanya pembentukan kartilago oleh sel tumor. Kartilago yang bersifat benigna pada tulang rahang jarang terjadi tetapi
chondrosarcoma derajat ringan sering. Pada sebuah penelitian, sebanyak 32% pasien dengan diagnosa awal chordoma yang benigna, chondroma atau osteochondroma
Hanya sekitar 5% - 10% chondrosarcomas yang terjadi di leher dan kepala, dimana laring dan hidung merupakan daerah yang paling sering terlibat. Chondrosarcoma
pada tulang rahang umumnya terjadi di anterior maksila. Chondrosarcoma pada mandibula jarang terjadi dan daerah simfisis mandibula merupakan daerah yang paling
sering terlibat. Secara klinis, tumor menunjukkan adanya pembengkakan, dengan rasa sakit dan mengakibatkan hilangnya gigi dengan melebarnya ruang ligamen periodontal. Chondrosarcoma pada tulang rahang mirip dengan lesi periodontal yang dihubungkan
dengan kehilangan tulang. Gejala klinis seperti hilangnya sensasi syaraf dan dysesthesia, digunakan untuk membedakan antara neoplasma malignan dengan osteomyelitis. 6
Tidak ada gambaran radiografi yang khas dijumpai pada chondrosarcoma, walaupun ada daerah radiolusen single atau multipel dengan batas yang tidak jelas terlihat pada film rontgen. Pada chondrosarcoma biasa dijumpai adanya kerusakan tulang.
Pada kasus di atas, diagnosa banding untuk area radiolusen dengan pergerakan gigi meliputi lateral kista periodontal, cemento-osseous dysplasia tahap awal, central giant
cell granuloma, cemento-ossifying fibroma, kista odontogenik (seperti radicular atau
odontogenic keratocyst), tumor odontogenik dan tumor nonodontogenik lainnya (seperti
fibrosarkoma). Lesi dengan rasa sakit dan gambaran radiografi yang sama dengan
chondrosarcoma antara lain osteomyelitis, lesi periapikal, osteosarkoma dan Langerhans’ cell disease. 6
Dokter gigi juga memegang peranan yang penting, tidak hanya untuk mengetahui keluhan dan mencegah kesalahan diagnosa, tetapi juga harus mampu melakukan perawatan lesi tulang rahang. Derajat histologis beperan dalam menentukan prognosa dan
1. Derajat satu merupakan lesi dengan bentuk sel yang sama, berlobul dan tidak dijumpai adanya mitosis.
2. Derajat dua merupakan lesi dengan jumlah sel yang lebih banyak dan dijumpai adanya mitosis sekitar 10 %.
3. Derajat tiga merupakan lesi dengan jumlah sel yang lebih banyak dan mitosis lebih banyak dijumpai dengan prevalensi sekitar 70%.
Ketahanan pasien terhadap chondrosarcoma selama 5 tahun berbeda pada
masing-masing derajat keganasan. Pada derajat 1 sekitar 90% pasien bertahan. Pada derajat dua sekitar 81 % yang bertahan dan sekitar 43% pasien chondrosarcoma derajat 3 yang
bertahan. Kesalahan penegakan diagnosa sering terjadi dikarenakan gambaran histopatologis chondrosarcoma mirip dengan chondroblastic osteosarcoma atau Ewing’s sarcoma. 6
Pilihan perawatan lesi di atas adalah reseksi yang luas pada struktur yang terlibat. Lesi di atas bersifat invasif dan berkembang lambat. Metastase jaringan limfe pada
chondrosarcoma di tulang rahang jarang terjadi dan perawatan dengan pembedahan tidak diperlukan. Metastasis juga jarang terjadi dan biasanya terjadi pada penyakit yang rekuren dan parah. 6
Pada lesi yang parah dengan derajat yang tinggi, perawatan dengan pembedahan diperlukan. Hasil pembedahan dengan tepi jaringan sehat yang bebas tumor sangat
penting untuk mencegah rekuren. Hal ini dikarenakan sel tumor sangat cepat menyatu dengan jaringan lunak dan tumbuh cepat. Ada kontroversi mengenai tumor chondrosarcoma yang sensitif terhadap radiasi. Beberapa ahli mengatakan bahwa
dan radioterapi biasanya digunakan pada derajat chondrosarcoma yang parah (sebagai perawatan paska pembedahan) dan lesi yang tidak dapat dilakukan pembedahan.
Harwood dkk melaporkan bahwa chondrosarcoma sensitif terhadap radiasi dan dapat dirawat dengan radiasi. Harwood dkk melakukan penelitian pada 31 kasus
chondrosarcoma yang dirawat dengan radioterapi dari tahun 1958 hingga 1976. Sebanyak 22 pasien tetap hidup setelah 16 tahun paska radioterapi. Sekitar 10 dari 22 pasien menunjukkan tanda-tanda tumor menghilang dan 12 pasien lainnya menunjukkan tumor
tanpa adanya perkembangan. Sebanyak 6 pasien yang meninggal dan hanya tiga pasien yang tidak merespon radiasi. Hasil penelitian Harwood ddk menyimpulkan bahwa
chondrosarcoma dapat dirawat dengan radiasi. Krochak dkk melaporkan bahwa selama 5 tahun pada 38 pasien yang dirawat dengan radioterapi, sebanyak 13 dari 25 pasien tidak dijumpai tanda-tanda perkembangan chondrosarcoma selama 4 tahun. Oleh karena itu,
Krochak dkk menyimpulkan bahwa chondrosarcoma tidak resisten terhadap radiasi. Pada kondisi dimana prosedur pembedahan tidak mungkin dilakukan seperti pada tumor yang
melibatkan dasar tengkorak, radioterapi menggunakan sinar proton dapat mengontrol sekitar 70 % - 100% chondrosarcoma. Hal ini mendukung pendapat bahwa chondrosarcoma dapat dirawat dengan radiasi. 6
Derajat tumor dan dapat tidaknya dilakukan pembedahan merupakan faktor penentuan prognosa pada chondrosarcoma kepala dan leher. Letak tumor juga merupakan
Chondrosarcoma jarang terjadi pada tulang rahang dan tanda-tanda histologisnya
mirip dengan lesi yang lain. Oleh karena itu, penentuan diagnosa merupakan sebuah
tantangan bagi ahli patologi anatomi. Sebagian besar lesi chondrosarcoma terlihat sebagai
sebuah massa yang dihubungkan dengan rasa sakit dan pergeseran gigi. Dikarenakan
chondrosarcoma tidak begitu agresif, prognosis yang baik dapat diperoleh dengan
penegakan diagnosa yang cepat dan pembedahan yang cepat. Sebuah penelitian jangka
panjang mengenai kombinasi perawatan chondrosarcoma dengan pembedahan dan
radioterapi atau kemoterapi sangat diperlukan untuk memperoleh manajemen lesi yang
BAB 6
KESIMPULAN
Neoplasma yang terjadi pada tubuh manusia dapat bersifat malignan (ganas)
ataupun benignan (jinak). Chondrosarcoma adalah tumor atau neoplasma malignan yang melibatkan jaringan tulang rawan atau kartilago. Evans dkk. (1977) mengklasifikasikan chondrosarcoma berdasarkan tingkat keganasan sel tumor, yakni: grade I, II dan III.
Etiologi chondrosarcoma belum diketahui dengan jelas. Namun, Batsakis JG dkk (1980) menyatakan bahwa chondrosarcoma sering dihubungkan dengan pasien dengan
riwayat enchondroma atau osteosarcoma. Keluhan yang pernah dialami penderita chondrosarcoma antara lain pembengkakan yang disertai adanya atau tanpa rasa sakit, paralisis wajah, pendarahan pada lesi, gangguan pernafasan, epistaksis, sakit kepala,
ulser, wajah yang tidak simetris, kesulitan mendengar, sakit gigi, pelebaran ruang ligamen periodontal, mobiliti, ataupun trismus.
Untuk menegakkan diagnosa chondrosarcoma perlu dilakukan pemeriksaan klinis, radiografi, dan histopatologis, Hasil pemeriksaan histopatologis pada chondrosarcoma dijumpai sel tumor yang terdiri dari chondrocyte dan chondroblast. Sel-sel tumor tersebut
melakukan pembelahan sel menyebabkan seluler semakin padat. Pada gambaran radiografi, massa chondrosarcoma menunjukkan bentuk yang tidak spesifik, area
keganasan. Teknik foto yang dapat membantu penegakan diagnosa chondrosarcoma antara lain foto panoramik, oklusal dan CT scan.
Prognosis chondrosarcoma tergantung pada tingkat keganasan, lokasi dan perluasan
tumor tersebut. Perawatan chondrosarcoma dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Namun, perawatan dengan
kemoterapi dibatasi. Kemoterapi dilakukan hanya untuk mengontrol chondrosarcoma
DAFTAR RUJUKAN
1. Laskaris G. Color atlas of oral diseases. Ed.3. Thieme, New York. 1998.: 348.
2. Cawson RA, Odell EW. Cawson’s essentials of oral pathology and oral medicine. Ed. 7. United Kingdom : Churchill Livingston, 2002: 144-5.
3. Anil S, Beena VT, Lal PM, Varghese BJ. Chondrosarcoma of the maxilla: case
report. Australian dental journal 1998; 43(3): 172-4.
4. Chondrosarcoma.
September 2010)
5. Hayt MW, Becker L, Katz DS. Chondrosarcoma of the maxilla: panoramic radiographic and computed tomographic with multiplanar reconstruction findings.
Dentomaxillofacial Radiology 1998; 27: 113 - 6
6. Saini R dkk. Chondrosarcoma of the mandible: a case report. JCDA 2007; 73 (2):
175-8.
7. Naik K dkk. Mesenchymal chondrosarcoma affecting the mandible. Journal of oral and maxillofacial pathology 2008; 12(1): 29-33.
8. Jaetli V, Gupta S. Mesenchymal Chondrosarcoma of maxilla: A rare case report. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2010: 1-4.
9. Gallego L dkk. Chondrosarcoma of the temporomandibular joint: A case report and review of the literature. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2009; 14 (1): E39-43.
10. Lee SY dkk. Chondrosarcoma of the Head and Neck. Yonsei Medical Journal 2005;
11. Baba AI, Catoi C. Comparatif oncology, systemic cancer: bone and joint tumors.
(22
September 2010).
12. Chondrosarcoma.
2010).
13. Chowdary A dkk. Chondrosarcoma of the Maxilla-Recurrent. Journal of Medical Education & Research 2008; 10 (2): 94-6.
14. Akpolat N, Gok U. Mesenchymal Chondrosarcoma of the Mandible. Turk J Med Sci 2004; 34: 209-213.
15. Thomas RS dkk. Mesenchymal Chondrosarcoma: A Report of Two Cases with Immunohistochemical Study. Iran J Pathology 2010; 5 (2): 100-4.
16. White SC, Pharoah MJ. Oral radiology: principles and interpretation. Ed. 6. St