UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK UBI JALAR PADA
ALAT PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYING)
TIPE VACUUM PUMP
SKRIPSI
OLEH
DEWI SARTIKA T
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK UBI JALAR PADA
ALAT PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYING)
TIPE VACUUM PUMP
SKRIPSI
OLEH :
DEWI SARTIKA T
080308009/KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui Oleh :Komisi Pembimbing
Ir. Saipul Bahri Daulay, M. Si Ainun Rohanah, STP, M. Si
ABSTRAK
DEWI SARTIKA T : Uji Suhu Penggorengan Keripik Ubi Jalar pada Alat Penggorengan Vakum (Vacuum Frying) Tipe Vacuum Pump, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.
Pengolahan bahan makanan dengan cara memasak diperlukan teknik pemasakan untuk mempertahankan kandungan yang terdapat dalam bahan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji suhu penggorengan pada alat penggorengan vakum (vacuum frying) tipe vacuum pump. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian USU pada April-Mei 2012 menggunakan rangcangan acak lengkap non faktorial yaitu suhu penggorengan (75°C,85°C dan 95°C). Parameter yang diamati adalah kehilangan minyak goreng, kadar air dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kehilangan minyak goreng, kadar air, dan uji organoleptik. Hasil terbaik diperoleh pada suhu 95°C.
Kata kunci : Ubi Jalar, Suhu, Keripik dan Penggorengan Vakum.
ABTRACT
DEWI SARTIKA T: The frying temperature test of sweet potetoes chips in vacuum frying (vacuum pump type), supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.
Food processing with cooking needs a special way to keep the content of nutritions of the food. This research was aimed at testing the temperatur Frying of sweet potatoes chips in vacuum frying (vacuum pump type). Therefore, a research had been conducted at Agricultural Engineering Laboratory, Faculty of Agriculture USU in April-May 2012 using factorial randomized block design with one factor i.e. frying temperature (75°C,85°C and 95°C). Parameters observed were loss of oil, water content and organoleptic values. The results showed that temperature had highly significant effect on loss of oil, water content and organoleptic value. The best result was found in frying temperature of 95°C.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Aceh Selatan pada tanggal 13 Desember 1989 dari
ayah Thamren dan ibu Khamisah. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Padangsidimpuan dan pada
tahun yang sama masuk ke Fakultas Pe.rtanian USU melalui jalur Pemanduan
Minat dan Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian,
Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi Badan
Kenazinar Mushola, Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) serta
asisten praktikum di Laboratorium Teknik Pertanian.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa
Sawit di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran Palm Oil Mill Sumatera
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ”Uji Suhu Penggorengan Keripik Ubi Jalar pada Alat Penggorengan
Vakum (Vacuum Frying) Tipe Vacuum Pump” sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
kedua orang tua yang telah membimbing dan membesarkan
hingga sekarang ini, Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si., dan
Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si., sebagai komisi pembimbing dan anggota komisi
pembimbing yang telah memberikan masukan, saran dan kritik yang sangat
berharga bagi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga skripsi dari penelitian ini dapat berguna bagi kita semua.
Terima kasih.
Medan, Juni 2012
DAFTAR ISI
Proses Penggorengan dan Minyak Goreng ... 7
Suhu pada Penggorengan ... 9
Mesin Penggorengan Vakum dengan Sistem Vacuum Pump ... 10
Keripik ... 11
BAHAN DAN METODE ... 12
Waktu dan Tempat ... 12
Bahan dan Alat ... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
Kehilangan Minyak ... 18
KESIMPULAN DAN SARAN ... 25
Kesimpulan ... 25
Saran ... 25
DAFTAR TABEL
No. Hal.
Tabel 1. Kandungan gizi ubi jalar setiap 100 gram. ... 6
Tabel 2. Nilai organoleptik untuk penerimaan keseluruhan ... 16
Tabel 3. Nilai organoleptik untuk tingkat kerenyahan... 17
Tabel 4. Pengaruh suhu penggorengan terhadap parameter yang diamati ... 18
Tabel 5. Pengaruh suhu terhadap kehilangan minyak (gr) ... 19
Tabel 6. Pengaruh suhu terhadap kadar air (%) ... 20
Tabel 7. Pengaruh suhu terhadap nilai organoleptik kerenyahan ... 22
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Proses Penggorengan Deep Fat Frying ... 9
2. Hubungan antara suhu penggorengan dan kehilangan minyak ... 19
3. Hubungan antara suhu penggorengan dan kadar air ... 21
4. Hubungan antara suhu penggorengan dan kerenyahan ... 22
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Flowchart Penelitian ... 28
2. Kehilangan Minyak pada penggorengan vakum (gr) ... 29
3. Data Pengamatan Kadar Air (%) ... 30
4. Data Pengamatan Nilai Organoleptik Rasa ... 31
5. Data Pengamatan Nilai Organoleptik Kerenyahan ... 32
6. Data Pengamatan Nilai Organoleptik Penerimaan Keseluruhan ... 33
7. Syarat Mutu Keripik Ubi Jalar (SNI 01-4306-1996) ... 34
8. Gambar Ubi Jalar ... 35
9. Alat Penggoreng Vakum (Vacuum Frying) Tipe Vacuum Pump ... 36
ABSTRAK
DEWI SARTIKA T : Uji Suhu Penggorengan Keripik Ubi Jalar pada Alat Penggorengan Vakum (Vacuum Frying) Tipe Vacuum Pump, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.
Pengolahan bahan makanan dengan cara memasak diperlukan teknik pemasakan untuk mempertahankan kandungan yang terdapat dalam bahan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji suhu penggorengan pada alat penggorengan vakum (vacuum frying) tipe vacuum pump. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian USU pada April-Mei 2012 menggunakan rangcangan acak lengkap non faktorial yaitu suhu penggorengan (75°C,85°C dan 95°C). Parameter yang diamati adalah kehilangan minyak goreng, kadar air dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kehilangan minyak goreng, kadar air, dan uji organoleptik. Hasil terbaik diperoleh pada suhu 95°C.
Kata kunci : Ubi Jalar, Suhu, Keripik dan Penggorengan Vakum.
ABTRACT
DEWI SARTIKA T: The frying temperature test of sweet potetoes chips in vacuum frying (vacuum pump type), supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.
Food processing with cooking needs a special way to keep the content of nutritions of the food. This research was aimed at testing the temperatur Frying of sweet potatoes chips in vacuum frying (vacuum pump type). Therefore, a research had been conducted at Agricultural Engineering Laboratory, Faculty of Agriculture USU in April-May 2012 using factorial randomized block design with one factor i.e. frying temperature (75°C,85°C and 95°C). Parameters observed were loss of oil, water content and organoleptic values. The results showed that temperature had highly significant effect on loss of oil, water content and organoleptic value. The best result was found in frying temperature of 95°C.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya karena
didukung dengan tanah yang subur. Berbagai tanaman tumbuh dengan subur baik
yang dibudidayakan maupun yang tumbuh dengan liar. Oleh karena hasil
pertaniannya sangat melimpah, terlebih di musim panen raya hasil pertanian akan
mengalami penurunan harga secara tidak wajar sehingga mengharuskan para
petani menjual hasil pertaniannya dengan harga murah.
Hasil pertanian mempunyai sifat fisik yang perishabel adalah mudah busuk dan rusak, voluminous yaitu hasil pertanian yang tidak berat membutuhkan ruang atau tempat yang cukup besar dan bulk yaitu, mengambil banyak tempat sehingga sulit untuk dipindahkan karena berat dan sifat fisiknya agak kaku,
misalnya ubi jalar. Ubi jalar memiliki sifat fisik voluminous dan bulky. Ubi jalar mempunyai ukuran yang besar dan berat sehingga membutuhkan tempat atau
yang cukup besar untuk menyimpannya dan sulit dalam pengangkutan. Untuk
menanganinya petani dapat melakukan pengolahan terhadap ubi jalar.
Hasil pertanian biasanya mengandung zat-zat yang penting bagi tubuh
seperti: karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor dan vitamin serta zat-zat
mineral lainnya. Diantara kandungan tersebut ada beberapa yang mudah hilang
seperti vitamin. Sehingga untuk memperoleh hasil yang baik serta menjaga agar
kandungannya tidak hilang pada pengolahan bahan pangan diperlukan teknik
dalam pengolahan. Teknik dalam mengolah yang juga akan digunakan berbeda
pengolahan pangan yang sering dilakukan adalah menghilangkan lapisan luar
yang tidak diinginkan (mengupas), memotong, memarut, pembagian dan
pelunakan, pemerasan, emulsifikasi, fermentasi, pemasakan (perebusan,
pendidihan, penggorengan, pengukusan, pemanggangan), pengeringan semprot,
pasteurisasi dan pengepakan.
Pada saat penggorengan terutama pada penggorengan konvensional,
produk-produk hasil pertanian (seperti: buah-buahan dan sayuran) yang dihasilkan
akan bermutu rendah, karena penggorengan dilakukan pada suhu yang cukup
tinggi (±160-180 °C) yaitu pada suhu didih minyak. Penggorengan pada suhu
tinggi akan berdampak terhadap warna produk (mengalami reaksi pencokelatan
atau browning) sehingga sayuran maupun buah-buahan yang digoreng secara konvensional akan kehilangan sebagian besar vitamin yang dikandungnya. Untuk
mempertahankan warnanya agar tetap menarik dan mengurangi kehilangan
vitaminnya, buah atau sayur digoreng pada suhu didih minyak serendah mungkin,
tidak perlu sampai ±160 °C. Titik didih minyak akan rendah jika tekanan di dalam
ruang goreng divakumkan. Pada tekanan 66 cmHg vakum, minyak sudah
mendidih pada suhu ±82-85 °C (Anonimous, 2012).
kita, aneka macam makanan dibuat dari bahan yang satu ini. Makanan yang tidak
kalah menarik dari ubi jalar adalah keripik ubi jalar. Makanan ringan keripik
singkong mungkin sudah sering kita jumpai, tetapi keripik ubi jalar merupakan
makanan yang belum begitu banyak. Selain itu ubi jalar merah juga mengandung
Pada saat dilakukan pengolahan dengan cara memasak diperlukan teknik
pemasakan untuk mempertahankan kandungan yang terdapat dalam bahan
makanan agar tidak seluruhnya hilang pada saat dimasak. Misalnya saat
menggoreng yang menggunakan suhu tinggi akan menghilangkan sebagian besar
vitamin yang terkandung dalam bahan. Selain itu minyak akan rusak dan nantinya
akan berdampak bagi kesehatan. Untuk itu saat penggorengan suhu penggorengan
tidak boleh melebihi 100 °C atau pada keadaan vakum. Menurut Satuhu (1994)
kerusakan buah terjadi karena perlakukan perlakuan fisik. Misalnya karena
pendinginan (chilling injuri). Dapat juga karena proses pemanasan (case hardering) yakni kerusakan dengan penggunaan dengan suhu tinggi pada proses pengolahan.
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis berinisiatif melakukan penelitian
pada alat penggoreng vacum (vakuum frying) tipe vakuum pump dengan suhu yang berbeda pada tekanan yang sama untuk dapat menentukan suhu
penggorengan yang baik pada penggorengan pada keadaan vakum.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji suhu penggorengan pada alat
penggorengan vakum (vacuum frying) tipe vacuum pump.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan keripik buah dan sayur.
3. Bagi masyarakat, untuk membantu dan memotivasi dalam proses produksi
keripik buah dan sayur.
Hipotesa Penelitian
Diduga adanya pengaruh suhu penggorengan pada alat penggorengan
TINJAUAN PUSTAKA
Ubi Jalar
Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi
jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai
Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer
asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke
seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16.
Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang,
dan Indonesia (Prihatman, 2002).
Adapun sistematika tanaman ubi jalar adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Spesies : Ipomoea batatas Poir (Plantamor, 2012)
Ubi jalar dimakan sebagai makanan pokok di daerah Nias dan Irian Jaya.
ungu. Yang kuning mengandung karotin. Rasa ubi jalar manis. Makin lama
disimpan, makin manis rasanya. Untuk pengawetan, ubi dapat dikerjakan sama
dengan singkong. Ubi jalar dapat dimasak dengan cara direbus, dikukus, digoreng,
dibakar, dibuat getuk dan dibuat keripik. Umbi-umbian juga dapat dibuat kue-kue
yang lezat, seperti kroket, cake dan kue tar (Tarwodjo, 1999).
Ubi jalar mengadung bermacam kandungan yang berbeda pada setiap
warnanya. Menurut Purnomo dan Heni (2007) warna ubi jalar beraneka ragam
seperti putih, ungu, merah, kuning atau orange. Umbi jalar yang berwarna kuning
kaya akan beta karoten (provitamin A) dan vitamin C. Umbi berwarna ungu juga
merupakan sumber vitamin C dan beta karoten (provitamin A) yang sangat baik.
Bahkan, kandungan beta karotennya lebih tinggi dibandingkan ubi jalar berdaging
kuning. Sementara itu, ubi jalar berdanging putih tidak mengandung vitamin
tersebut atau sangat sedikit. Namun, umbi yang berwarna putih dapat dijadikan
tepung karena berkadar bahan kering tinggi.
Menurut Rukmana (2004), kandungan gizi umbi jalar setiap 100 gram
bahan yang dapat dimakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Kandungan gizi ubi jalar setiap 100 gram.
Komponen Ubi Jalar Merah Ubi Jalar Ungu
Proses Penggorengan dan Minyak Goreng
Penggorengan biasanya dilakukan terhadap makanan sumber protein,
seperti daging sapi, daging ayam, ikan dan telur. Di tingkat rumah tangga proses
pemasakan dengan menggoreng termasuk paling sering dilakukan. Makanan yang
digoreng cita rasanya memang lebih enak dibandingkan dengan makanan direbus.
Suhu penggorengan mencapai 160 0C dan sebagian zat gizi diperkirakan akan
rusak, diantaranya vitamin dan protein. Suhu penggorengan yang terlalu tinggi
menyebabkan makanan menjadi sangat matang dan memicu terjadinya reaksi
browning (pencoklatan) dan akhirnya muncul senyawa amina-amina heteroksiklis penyebab kanker (Soekarto, 1982).
Minyak goreng adalah lemak yang biasa digunakan untuk menggoreng
makanan seperti minyak kelapa, minyak jagung dan minyak kacang. Apabila
dipanaskan minyak akan mengeluarkan asap tipis kebiruan pada suhu tertentu.
Suhu ini disebut sebagai titik asap dari minyak itu. Mutu suatu minyak goreng
ditentukan oleh titik asap dari minyak tersebut. Makin tinggi titik asapnya makin
tinggi pula mutu minyak itu. Lemak yang sudah dipakai untuk menggoreng titik
asapnya akan semakin menurun karena molekul lemak sudah terhidrolisis
(Moehyi, 1992).
Minyak goreng biasanya bisa digunakan hingga 3 - 4 kali penggorengan.
Jika digunakan berulang kali, minyak akan berubah warna. Saat penggorengan
dilakukan,
membentuk asam lemak jenuh. Setelah penggorengan berkali-kali,
yang terkandung dalam minyak akan semakin jenuh. Dengan demikian minyak
Penggunaan minyak berkali-kali akan membuat
teroksidasi membentuk gugus
seperti ini dikatakan telah rusak dan berbahaya bagi kesehatan.
semakin tinggi dan semakin lama pemanasan, kadar asam lemak jenuh akan
semakin naik. Minya
mengakibatkan
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kerusakan minyak adalah:
1. Oksigen dan ikatan rangkap
Semakin banyak ikatan rangkap dan
minyak akan semakin cepat teroksidasi.
2.
Suhu yang semakin tinggi juga akan mempercepat proses
3.
Berperan sebagai
4.
Dapat membuat minyak lebih tahan terhadap oksidasi.
(Wikipedia, 2011).
Proses penggorengan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun
oleh empat komponen, yaitu (a) sistem mekanis, yang menggerakkan produk
masuk, melewati dan keluar ketel penggorengan, (b) sistem lemak/minyak yang
berperan sebagai medium pemanas dan unsure ingredient produk akhir, (c) sistem thermal yang berfungsi sebagai alat pemindahan panas ke minyak goreng dan (d)
Suhu pada Penggorengan
Proses penyerapan minyak terjadi ketika massa minyak secara perlahan
masuk pada awal proses penggorengan ke dalam bahan yang digoreng, dan makin
meningkat suhu semakin meningkat seiring dengan penuruan tekanan vakum.
Massa minyak masuk ke dalam bahan yang digoreng dengan cara difusi,
disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi massa minyak pada bagian
permukaan dengan bagian dalam bahan. Proses penyerapan minyak pada bahan
lebih cepat terjadi ketika penurunan kandungan kadar air bahan semakin rendah
(Jamaluddin, dkk, 2008).
Menutut Ketaren (1986) setiap tipe bahan pangan digoreng mempunyai
karakteristik tertentu serta mengandung sejumlah lemak yang diabsorpsi. Hal ini
tergantung dari perbandingan kerak (cruct) dan isi (core). Sebagian contoh lemak diabsorpsiileh keripik kentang sekitar 4 persen, kentang (potato stick) sebesar 35 persen, kue (dough nut) sekitar 20-25 persen, udang goreng dan kerang sekitar 12-15 persen, ikan goreng (fish stick) 10-12 persen da french fries 7-10 persen.
Selama penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemanasan pada
suhu tinggi ±170-180 °C dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya proses oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi yang Lemak Dalam Ketel Penggorengan
Uap
Uap yang dihasilkan lemak dan hasil samping lemak
menghasilkan senyawa-senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan
polimer yang merugikan kesehatan manusia (Pathak, 1997).
Menutut Ketaren (1986) pemilihan suhu merupakan faktor menentukan
mutu hasil penggorengan, yang dinilai berdasarkan rupa, flavor, lemak yang
terserap dan stabilitas penyimpanan dan faktor ekonomi. Mutu hasil gorengan
dengan stabilitas penyimpanan yang baik dihasilkan pada suhu rendah. Walaupun
penggunaan suhu yang lebih rendah dapat memperbaiki mutu hasil penggorengan,
namun jarang diterapkan karena pertimbangan ekonomis. Hal ini disebabkan
penggunaan suhu tinggi memerlukan biaya produksi yang lebih murah dan waktu
penggorengan yang relatif singkat.
Mesin Penggorengan Vakum dengan Sistem Vacuum Pump
Penggoreng vakum mempunyai prinsip kerja yaitu dengan tekanan titik
didih rendah dapat mempertahankan warna alami dan aroma dari keripik. Kondisi
vakum menyebabkan penurunan titik didih minyak dari 110-200 oC menjadi
80-100 oC, sehingga dapat mencegah terjadinya perubahan rasa, aroma dan warna
dari bahan seperti mangga, nangka dan lain-lainnya. Pada kondisi demikian juga
membuat irisan buah tidak mengalami perubahan aroma dan warna karena suhu
penggorengan rendah (Lastriyanto, 1998).
Vacuum frying adalah mesin pengggoreng hampa udara. Prinsip utama kerja alat adalah melakukan pengorengan pada kondisi vakum yaitu pada tekanan
65-70 cmHg (di bawah tekanan atmosfer normal). Kondisi vakum ini
menyebabkan penurunan titik didih minyak dari 110-120 oC sehingga dapat
Menurut Supriadi dan Suyanti (2008) dalam pengolahan pisang matang
menjadi keripik, penggorengan harus menggunakan alat khusus yang dapat
menggoreng pada suhu rendah, yakni dibawah 100 °C. Dengan penggorengan
biasa pisang yang matang tidak dapat kering. Selain itu, suhu yang tinggi bisa
menyebabkan buah berwarna coklat sebelum menjadi keripik akibat proses
karamelisasi. Alat yang biasa digunakan untuk mengolah keripik ini adalah
penggorengan vakum. Dengan penggorengan vakum, suhu dapat diatur menjadi
70-80 °C dengan tekanan berkisar -650 mm Hg. Lama penggorengan tergantung
banyak sedikitnya buah yang digoreng.
Keripik
Menurut Khairani dan Andi (2007) keripik adalah makanan ringan yang
bersifat kering dan renyah. Menurut Hasbullah (2000) keripik buah merupakan
hasil olahan produk buah segar dalam bentuk makanan ringan (chip) yang diolah dengan teknologi penggorengan sistem hampa (vacuum frier). Bahan yang dapat digunakan setiap pembuatan keripik pada dasarnya semua jenis buah yang
awalnya kadar padatannya tinggi dengan tekstur tidak terlalu lembek dan buah
yang tidak terlalu matang.
Apabila mutu bahan makanan termasuk buah diukur melalui kemampuan
organ indra manusia secara langsung maka penilaian tersebut merupakan
penilaian organoleptik. Penilaian yang biasa disebut juga sensory evaluations ini bersifat subjektif. Parameter yang dinilai meliputi penampakan, flavor dan tekstur
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2012 di Laboratorium
Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah ubi jalar sebagai bahan
keripik, minyak goreng sebagai medium penggorengan keripik dan air sebagai
media mendingin peralatan penggorengan.
Adapun alat-alat yang digunakan adalah alat penggoreng vakum (vacuum frying) tipe vacuum pump, pisau untuk mengupas dan mengiris, talenan sebagai alat pembantu saat mengiris, ember/baskom sebagai wadah bahan dan keripik,
timbangan untuk menimbang, kompor, spiner sebagai alat peniris minyak pada keripik, termometer untuk mengukur suhu, barometer untuk mengukur tekanan,
stop wacth untuk menghitung waktu, alat tulis untuk menulis, kalkulator untuk menghitung, kamera sebagai alat dokumentasi dan komputer.
Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengamatan tentang alat penggoreng vakum (vacuum frying) tipe vacuum pump
yang telah ada yang dirancang sebelumnya, lalu studi literatur kepustakaan.
Kemudian dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter.
Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan rancangan
T1 = 75 °C
T2 = 85 °C
T3 = 95 °C
dengan T adalah suhu penggorengan.
Model rancangan yang digunakan yaitu:
= hasil pengamatan dari perlakuan suhu pada taraf ke-i dan pada ulangan
ke-k
= nilai tengah umum
Ti = pengaruh perlakuan ke-i
= pengaruh galat percobaan dari perlakuan suhu pada taraf ke-i dan
ulangan ke-k
Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan
untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat penggoreng vakum
(vacuum frying) tipe vacuum pump dan disajikan dalam gambar teknik, mempersiapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam
penelitian, diantaranya sebagai berikut:
1. Persiapan Alat
a. Komponen alat penggorengan
Alat penggoreng yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
Keteknikan Pertanian Angkatan 2008, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan. Alat ini terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Wadah penggorengan, berfungsi sebagai wadah untuk penggorengan
dalam keadaan vakum.
2. Pompa vakum, berfungsi sebagai alat untuk memvakumkan wadah
penggorengan.
3. Kondensor, berfungsi sebagai alat untuk mengkondensasikan fluida.
b. Komponen alat peniris (spinner), sebagai peniris minyak setelah dilakukan penggorengan.
2. Persiapan Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah ubi jalar yang dibeli dari
pasar yang terdapat di pasar tradisional jalan Jamin Ginting, Medan.
Prosedur Penelitian
1. Dipilih ubi jalar yang bermutu baik.
2. Dikupas kulit ubi jalar.
3. Diiris ubi jalar setebal 1-2 mm dengan menggunakan alat pengiris.
4. Ditimbang bahan yang akan dijadikan keripik ubi jalar.
5. Direndam hasil irisan dengan larutan CaCO3 selama 10 menit.
6. Dicuci dan ditiriskan ubi jalar sebelum dimasak.
7. Dimasukkan air ke dalam wadah kondensor dan bak air.
8. Dimasukkan minyak goreng kedalam wadah penggorengan.
9. Dimasukkan bahan kedalam keranjang penggorengan dan ditutup rapat
10.Dihidupkan kompor hingga suhu dalam wadah penggorengan sesuai
dengan parameter yaitu 75 °C, 85 °C dan 95 °C.
11.Dihidupkan vakum hingga di dalam wadah penggorengan hingga
bertekanan -635 mmHg.
12.Diturunkan keranjang penggorengan sesudah suhu dalam wadah
penggorengan sesuai dengan parameter yaitu 75 °C, 85 °C dan 95 °C.
13.Diatur dan dijaga agar wadah penggorengan kira-kira bertekanan
-635 mmHg dan suhu sesuai dengan parameter yang ditentukan.
14.Dimatikan vakum dan kompor serta diangkat keranjang penggorengan.
15.Dibuka katup udara pada tutup wadah penggorengan secara perlahan.
16.Dibuka tutup wadah penggorengan.
17.Diangkat keripik yang telah selesai digoreng.
18.Ditiriskan keripik yang telah digoreng dengan alat peniris (spinner).
19.Ditimbang keripik yang diperoleh.
20.Dilakukan pengamatan parameter.
Parameter Penelitian
1. Kehilangan Minyak
Kehilangan minyak adalah selisih berat keripik setelah digoreng dengan
keriping yang telah ditiriskan. Kehilangan minyak diperoleh dengan cara
keriping yang telah digoreng dengan alat penggoreng vakum dirimbang
sebelum ditiriskan, keripik yang telah ditiriskan ditimbanh kembali,
Dimana : A = berat keripik sebelum ditiriskan dengan alat peniris/ spinner
B = berat keripik setelah ditiriskan dengan alat peniris/ spinner
2. Kadar air
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air per satuan bobot
bahan. Kadar air dihitung dengan cara mengambil sampel 5 gr tiap perlakuan di
dalam aluminium foil yang telah diketahui berat kosongnya. Kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105 0C selama 4 jam atau sampai
beratnya konstan. Kemudian didinginkan lalu ditimbang berat akhirnya. Kadar air
kemudian dihitung menggunakan rumus:
Uji organoleptik
Menurut Soekarto (1982), uji organoleptik ini biasanya dilakukan terhadap
keripik yang meliputi rasa, kerenyahan dan warna. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan panelis sebanyak 10 orang. Satu orang panelis melakukan uji
organoleptik untuk semua sample dimana setelah selesai melakukan uji pada satu
sample, si panelis meminum air untuk menetralkan rasa. Kemudian dilanjutkan
dengan panelis berikutnya. Pengujian dilakukan secara inderawi organoleptik
yang ditentukan berdasarkan skala numerik.
Tabel 2. Nilai organoleptik untuk penerimaan keseluruhan
Skala Hedonik Skala Numerik (skor)
Sangat suka 4
Suka 3
Agak suka 2
Tabel 3. Nilai organoleptik untuk tingkat kerenyahan
Skala Hedonik Skala Numerik (skor)
Sangat renyah 4
Renyah 3
Agak renyah 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum, perlakukan suhu memberikan pengaruh terhadap rendemen
dan kadar air sehingga berpengaruh terhadap nilai organoleptik yaitu rasa,
kerenyahan dan penerimaan keseluruhan dari mutu keripik ubi yang dihasilkan.
Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 4. Pengaruh suhu penggorengan terhadap parameter yang diamati
Perlakuan
Rasa Kerenyahan Penerimaan
Keseluruhan T1 = 75 106,67 55,26 1,37(tidak suka) 1,03 (tidak suka) 1,30 (tidak suka)
T2 = 85 45 9,74 1,47 (tidak suka) 1,40 (tidak suka) 2,00 (agak suka)
T3 =95 20 3,60 3,33 (suka) 3,07 (suka) 3,37 (suka)
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa kehilangan minyak goreng
tertinggi terdapat pada perlakuan T1 sedangkan yang terendah terdapat pada
perlakukan T3. Sementara untuk kadar air tertinggi T1 dan terendah pada
perlakukan T3. Untuk nilai organoleptik rasa tertinggi T3 dan terendah pada
perlakuan T1. Untuk nilai organoleptik kerenyahan tertinggi T3 dan terendah pada
perlakuan T1. Untuk nilai organoleptik penerimaan keseluruhan tertinggi T3 dan
terendah pada perlakuan T1.
Kehilangan Minyak
Dari hasil sidik ragam Lampiran 2 dapat dilihat bahwa perlakuan suhu
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kehilangan minyak pada
penggorengan vakum. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR) menunjukkan pengaruh suhu terhadap kehilangan
minyak pada penggorengan vakum untuk tiap perlakukan dapat dilihat pada
Tabel 5. Pengaruh suhu terhadap kehilangan minyak (gr)
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa kehilangan minyak pada penggorengan
vakum tertinggi diperoleh pada perlakuan T1 yaitu 106,67 gr dan terendah pada
perlakuan T3 yaitu 20 gr. Perlakuan T1 dan T2 memberikan pengaruh yang
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T3.
Hubungan antara suhu penggorengan dan kehilangan minyak pada
penggorengan vakum dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Hubungan antara suhu penggorengan dan kehilangan minyak
Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin besar suhu penggorengan
maka semakin kecil kehilangan minyak yang terjadi demikian juga sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan literatur Ketaren (1986) bahwa setiap tipe bahan pangan
digoreng mempunyai karakteristik tertentu serta mengandung sejumlah lemak
ŷ = -4.3333x + 425.56
yang diabsorpsi. Hal ini tergantung dari perbandingan kerak (cruct) dan isi (core). Sebagian contoh lemak diabsorpsi adalah keripik kentang sekitar 40%, kentang
(potato stick) sebesar 35 %, kue (dough nut) sekitar 20-25%, udang goreng dan kerang sekitar 12-15%, ikan goreng (fish stick) 10-12 % da french fries 7-10%.
Kadar Air
Dari hasil sidik ragam Lampiran 3 dapat dilihat bahwa perlakuan suhu
penggorengan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air.
Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR) menunjukkan pengaruh suhu terhadap kadar air untuk tiap perlakukan dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh suhu terhadap kadar air (%)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
- - - T3 3,60 a A
2 1.981 3.001 T2 9,74 b B
3 2.050 3.155 T1 55,26 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi diperoleh pada
perlakuan T1 yaitu 55,26 % dan terendah pada perlakuan T3 yaitu 3,60 %.
Perlakuan T1 memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap semua
perlakuan.
Hubungan antara suhu penggorengan dengan kadar air dapat dilihat pada
Gambar 3. Hubungan antara suhu penggorengan dan kadar air
Dari gambar menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu penggorengan
maka semakin rendah kadar air. Hal ini disebabkan semakin tinggi suhu
menyebabkan semakin turunnya kadar air pada ubi jalar. Berdasarkan Lampiran 7
yang menyatakan bahwa kadar air yang baik untuk keripik ubi jalar adalah
maksimal 5 % bb, dengan demikian kadar air yang dihasilkan pada penelitian ini
lebih rendah, dengan kata lain kadar airnya masih memenuhi standar mutu keripik
ubi jalar.
Uji Organoleptik
1. Rasa
Dari hasil sidik ragam Lampiran 4 dapat dilihat bahwa perlakuan suhu
penggorengan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap rasa sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.
ŷ = -2.5832x + 242.43
2. Kerenyahan
Dari hasil sidik ragam Lampiran 5 dapat dilihat bahwa perlakuan suhu
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kerenyahan. Hasil pengujian
dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR) menunjukkan pengaruh suhu terhadap kerenyahan untuk tiap perlakukan dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh suhu terhadap nilai organoleptik kerenyahan
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
- - - T1 1,03 a A
2 0.618 0.937 T2 1,40 a A
3 0.640 0.985 T3 3,07 b B
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai organoleptik kerenyahan tertinggi
diperoleh pada perlakuan T3 yaitu 3,07 (renyah) dan terendah pada perlakuan T1
yaitu 1,03 (agak renyah). Perlakuan T1 dan T2 memberikan pengaruh yang
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T3.
Hubungan antara suhu penggorengan dan kerenyahan dapat dilihat pada gambar 4.
ŷ = 0.1017x -6.8083
Dari gambar menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu penggorengan
maka semakin besar nilai organoleptik kerenyahan. Hal ini disebabkan semakin
tinggi suhu maka semakin turunnya kadar air pada keripik ubi jalar yang
menyebabkan keripik semakin renyah. Hal ini sesuai dengan lampiran 7 pada
syarat mutu keripik ubi jalar yang menyatakan kadar air keripik ubi jalar
maksimal 5 % bb.
3. Penerimaan Keseluruhan
Dari hasil sidik ragam Lampiran 6 dapat dilihat bahwa perlakuan suhu
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap nilai organoleptik
penerimaan keseluruhan. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR) menunjukkan pengaruh suhu terhadap nilai organoleptik penerimaan keseluruhan untuk tiap perlakukan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengaruh suhu terhadap nilai organoleptik penerimaan keseluruhan
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
- - - T1 1,30 a A
2 0.873 0.903 T2 2,00 a A
3 1.322 1.390 T3 3,37 b B
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai organoleptik penerimaan
keseluruhan tertinggi diperoleh pada perlakuan T3 yaitu 3,37 (suka) dan terendah
pada perlakuan T1 yaitu 1,03 (agak suka). Perlakuan T1 dan T2 memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T3.
Hubungan antara suhu penggorengan dan uji organoleptik penerimaan
Gambar 5. Hubungan antara suhu penggorengan dan penerimaan keseluruhan.
Dari gambar menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu penggorengan
maka semakin besar nilai organoleptik penerimaan keseluruhan. Hal ini
disebabkan karena nilai organoleptik penerimaan keseluruhan ditentukan oleh
beberapa panelis dimana kemungkinan penilaian indera setiap panelis
berbeda-beda, hal ini sesuai dengan literatur Sjaifullah (1996) yang menyatakan bahwa
apabila mutu bahan makanan termasuk buah diukur melalui kemampuan organ
indra manusia secara langsung maka penilaian tersebut merupakan penilaian
organoleptik. Penilaian yang biasa disebut juga sensory evaluations ini bersifat subjektif. Parameter yang dinilai meliputi penampakan, flavor dan tekstur.
ŷ = 0.1033x - 6.5611
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perbedaan suhu memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rendemen
dan kadar air sehingga berpengaruh terhadap nilai organoleptik yaitu
kerenyahan dan penerimaan keseluruhan.
2. Kehilangan minyak goreng tertinggi diperoleh pada perlakuan T1 yaitu
8106,67 gram dan terendah pada perlakuan T3 yaitu 20 gram.
3. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan T1 yaitu 55,26 % dan
terendah pada perlakuan T3 yaitu 3,60 %.
4. Nilai organoleptik kerenyahan tertinggi diperoleh pada perlakuan T3 yaitu
3,07 (renyah) dan terendah pada perlakuan T1 yaitu 1,03 (keras).
5. Nilai organoleptik penerimaan keseluruhan diperoleh pada perlakuan T3
yaitu 3,37 (suka) dan terendah pada perlakuan T1 yaitu 1,03 (tidak suka).
Saran
Perlu dilakukan pengujian mengenai ketebalan irisan bahan dan lama
penggorengan keripik ubi jalar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2012. Penggorengan vakum: Berpotensi untuk berkembangnya bisnis kripik sayuran dan buah-buahan. Buletin Fakultas Pertanian Universitas Lampung. No. 1/Tahun III/ Mei 2006. http://www.google.com.
Jamaluddin, Budi R, Pudji H dan Rochmadi. 2008. Model Matematik Perpindahan Panas dan Massa Proses Penggorengan Buah pada Keadaan Hampa. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Hasbullah, 2000. Teknologi Tepat Guna untuk Agroindustri Kecil Sumatera
Barat. Padang. Http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id/product/penggoreng_vakum.htm.
[23 September 2011].
Ketaren, S., 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press, Jakarta.
Lastriyanto, A., 1998. Mesin Penggoreng Hampa Sistem Water-jet Kajian Teknis, Ekonomis dan Model Penerapan pada Industri Kecil. Teknik Pertanian Unibraw. Malang.
Massiani, R., dkk., 2005. Pengolahan Sekunder Buah-buahan Menggunakan
Vacuum frying. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Tengah.
Moehyi, S., 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bharatara, Jakarta.
Nouwen, I.A., 1994. Pompa 1. Penerjemaah : B.S. Anwir. Bhratara. Jakarta.
Rukmana. 2004. Budidaya dan pengolahan ubi rambat. Penebar swadaya. Jalarta.
Satuhu, S., 1994. Penangana dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sjaifullah, 1996. Petunjuk Pemilih Buah Segar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekarto, S. T., 1982. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hail Pertanian. PUSBANG-TEPA, IPB. Bogor.
Supriadi, A dan Suyanti, 2008. Pisang Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tarwodjo, C. S., 1999. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Grasindo. Jakarta.
Plantamor. 2012. Informasi Spesies [ diakses 19 Maret 2012]
Purnomo dan Heni, P., 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Priatman. 2002. Ubi Jalar/Ketela Jalar (Ipomoea Batatas). Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.
Mulai
Perancangan Alat Penggoreng
Vakum
Persiapan bahan yang akan Digoreng (Kupas dan diiris)
Lampiran 2. Kehilangan Minyak pada penggorengan vakum (gr)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1 140 90 90 320 106,67
T2 30 60 45 135 45
T3 30 10 20 60 20
Total 200 160 155 515
Rataan 66,67 53,33 51,67 57,22
Analisis Sidik Ragam Kehilangan Minyak pada penggorengan vakum
SK DB JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01
Perlakuan 2 11938,89 5969,444 15,460 ** 5,143 10,924
Galat 6 2316,67 386,111
Total 8 14255,556
Ket: tn = tidak nyata * = nyata
** = sangat nyata.
Lampiran 3. Data Pengamatan Kadar Air (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1 53,60 55,18 57,00 165,78 55,26
T2 9,60 9,81 9,80 29,21 9,74
T3 3,39 3,60 3,80 10,79 3,60
Total 66,59 68,59 70,60 205,78
Rataan 22,20 22,86 23,53 22,86
Analisi Sidik Ragam Kadar Air (%)
SK DB JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01
Perlakuan 2 4779,173 2389,587 2429,375 ** 5,143 10,924
Galat 6 5,902 0,984
Total 8 4785.075
Ket: tn = tidak nyata * = nyata
Lampiran 4. Data Pengamatan Nilai Organoleptik Rasa
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1 2,1 1,0 1,0 4,10 1,37
T2 2,2 1,1 1,1 4,40 1,47
T3 2,9 3,8 3,3 10,00 3,33
Total 7,20 5,90 5,40 18,50
Rataan 2,40 1,97 1,80 2,06
Analisis Sidik Ragam Nilai Organoleptik Rasa
SK DB JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01
Perlakuan 2 0,527 0,263 0,182 tn 5,143 10,924
Galat 6 8,673 1,446
Total 8 9.200
Ket: tn = tidak nyata * = nyata
Lampiran 5. Data Pengamatan Nilai Organoleptik Kerenyahan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1 1,1 1,0 1,0 3,10 1,03
T2 1,6 1,4 1,2 4,20 1,40
T3 2,5 3,4 3,3 9,20 3,07
Total 5,20 5,80 5,50 16,50
Rataan 1,73 1,93 1,83 1,83
Analisis Sidik Ragam Nilai Organoleptik Kerenyahan
SK DB JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01
Perlakuan 2 7,047 3,523 36.872 ** 5,143 10,924
Galat 6 0,573 0,096
Total 8 7.620
Ket: tn = tidak nyata * = nyata
Lampiran 6. Data Pengamatan Nilai Organoleptik Penerimaan Keseluruhan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1 1,9 1,0 1,0 3,90 1,30
T2 2,0 2,0 2,0 6,00 2,00
T3 2,8 3,9 3,4 10,10 3,37
Total 6,70 6,90 6,40 20,00
Rataan 2,23 2,30 2,13 2,22
Analisis Sidik Ragam Nilai Organoleptik Penerimaan Keseluruhan
SK DB JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01
Perlakuan 2 6,629 3,314 17,343 ** 5,143 10,924
Galat 6 1,147 0,191
Total 8 7,776
Ket: tn = tidak nyata * = nyata
Lampiran 7. Syarat Mutu Keripik Ubi Jalar (SNI 01-4306-1996)
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan Normal
6 Bahan tambahan makanan:
6.1 Pewarna - Sesuai dengan SNI 01-0222-1995 dan Peraturan Menteri Kesehatan No.722/Menkes Per/IX/88 8 Cemaran Mikroba:
8.1 Angka lempeng total Koloni/lg Maks.102
8.2 E. coli - Negative
8.3 Kapang Koloni/lg Maks. 103
Lampiran 8. Gambar Ubi Jalar
1. Hasil irisan
Lampiran 9. Alat Penggoreng Vakum (Vacuum Frying) Tipe Vacuum Pump
1. Tampak depan
Tampak Depan